Anda di halaman 1dari 130

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP

LANSIA DI BLOK DESA LAMA KELURAHAN TUKMUDAL


KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON TAHUN 2022

Skripsi

Diajukan untuk proposal penelitian

Oleh:
LOVI LIANA
180711082

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
CIREBON
2022
HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP
LANSIA DI BLOK DESA LAMA KELURAHAN TUKMUDAL
KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON TAHUN 2022

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Cirebon

Oleh:

Lovi Liana
180711082

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
CIREBON
2022

2
SKRIPSI

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP


LANSIA DI BLOK DESA LAMA KELURAHAN TUKMUDAL
KECAMATAN SUMBER KABUPATEN CIREBON TAHUN 2022
Oleh:

Lovi Liana
180711082

Telah dipertahnkan dihadpan penguji skripsi


Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Cirebon
Tanggal 29 September 2022

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Uus Husni Mahmud, S.Kp., M.Si Liliek Pratiwi, S. Kep., M. KM

Mengesahkan

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Uus Husni Mahmud, S.Kp., M.Si

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Skripsi : Hubungan Interaksi Sosial Dengan Kualitas Hidup Lansia di


Blok Desa Lama Kelurahan Tukmudal Kecamatan Sumber
Kabupaten Cirebon Tahun 2022

Nama Mahasiswa : Lovi Liana

NIM : 180711082

Menyetujui,

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Uus Husni Mahmud, S.Kp., M.Si Liliek Pratiwi, S. Kep., M. KM

iv
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Skripsi : Hubungan Interaksi Sosial Dengan Kualitas Hidup Lansia di


Blok Desa Lama Kelurahan Tukmudal Kecamatan Sumber
Kabupaten Cirebon Tahun 2022

Nama Mahasiswa : Lovi Liana

NIM : 180711082

Menyetujui,

Penguji 1 : Uus Husni Mahmud, S.Kp., M.Si ………………

Penguji 2 : Liliek Pratiwi, S. Kep., M. KM ………………

Penguji 3 : Leya Indah Permatasari, M. Kep., Ners ………………

v
LEMBAR PENYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini saya:

Nama : Lovi Liana

NIM : 180711082

Judul Penelitian : Hubungan Interaksi Sosial Dengan Kualitas Hidup Lansia di

Blok Desa Lama Kelurahan Tukmudal Kecamatan Sumber

Kabupaten Cirebon Tahun 2022

Menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk

memperoleh gelar kesarjanaan yang lain atau di perguruan tinggi lain. Sepanjang

pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau

diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan

disebut dalam daftar pustaka.

Cirebon, Juni 2021

Materai

(LOVI LIANA )

vi
KATA PENGANTAR

Segala puji dan puji sukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semua umat,

Tuhan seluruh alam dan Tuhan dari segala hal yang telah memberi rahmat dan

karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul

“Hubungan Interaksi Sosial Dengan Kualitas Hidup Lansia Di Blok desa Lama

Kelurahan Tukmudal Kecamatan sumber Kabupaten Cirebon tahun 2022”.

Saya menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya

Ridho Illahi, dukungan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu pada

kesempatan ini dengan rendah hati dan rasa hormat yang besar saya mengucapkan

„Alhamdulilahirobilalamin‟ beserta terimakasih yang sebesarbesarnya kepada:

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Cirebon Arif Nurudin, M.T

2. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Cirebon Uus

Husni Mahmud, S.Kp., M.Si yang juga selaku dosen pembimbing 1 yang

telah memberi dorongan,saran dan ilmu dalam proses pembuatan skripsi.

3. Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Cirebon Asep Novi Taufiq Firdaus, M.Kep, Ners

4. Liliek Pratiwi, S. Kep., M. KM selaku pembimbing 2 yang telah memberi

masukan dan memberikan dukungan penuh dalam pembuatan skripsi saya.

5. Fitri Alfiani, MKM, Apt. selaku pembimbing akademik yang senantiasa

mendampingi selama belajar di Program Studi Keperawatan FIKES UMC.

vii
6. Seluruh dosen dan staf karyawan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Cirebon yang telah mendidik dan memfasilitasi proses

pembelajaran di Kampus FIKES UMC.

7. Kepala kelurahan Baihqi, S. IP., M.A.P dan seluruh perangkat desa setempat

Kelurahan Tukmudal Kabupaten Cirebon yang telah memberikan kesempatan

untuk peneliti melakukan penelitian.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan proposal skripsi ini terdapat banyak

kekurangan oleh karena itu saya mengharapkan masukan, saran, kritik untuk

perbaikan dan penyempurnaan dikemudian hari. `Harapan saya semoga skripsi ini

dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.

Cirebon, 30 Juli 2022

(LOVI LIANA)

viii
Abstrak
HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA
DI BLOK DESA LAMA KELURAHAN TUKMUDAL KECAMATAN
SUMBER KABUPATEN CIREBON
TAHUN 2022
Lovi Liana1Uus Husni Mahmud2, Liliek Pratiwi3

Mahasiswa Program studi ilmu keperawtan Universitas Muhammadiyah Cirebon 1, Dosen


Program studi Ilmu Keperawtan Universitas Muhammadiyah Cirebon 2, Dosen Program studi
Ilmu Keperawtan Universitas Muhammadiyah Cirebon3,

Latar belakang : Usia harapan hidup merupakan salah satu indikator yang
digunakan dalam menilai derajat kesehatan masyarakat. Meningkatnya usia
harapan hidup menyebabkan peningkatan jumlah populasi pada lansia. Rasio
ketergantungan penduduk lansia di dunia pada tahun 2010 sebanyak 15,8
meningkat menjadi 18,4 pada tahun 2019 (United Nations, 2017 liena et al.
2020). Meningkatnya jumlah lansia di Indonesia menyebabkan Indonesia
memasuki era penduduk menua (aging population) karena jumlah penduduk yang
berusia 60 tahun ke atas sudah melebihi 7 persen (Kementerian Kesehatan RI,
2017 dalam liena et al 2020).

Tujuan : penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan interaksi sosial


dengan Kualitas Hidup DiBlok Desa Lama Kel. Tukmdal Kec. Sumber Kab.
Cirebon tahun 2022

Metodologi : Desain penelitian ini menggunakan deskriptif korelasi, dengan


pendekatan cross-sectional dengan melibatkan 40 responden Teknik pengambilan
sampel menggunakan Purposive Sampling. Instrument penelitian ini terdiri dari
kuesioner interaksi sosial lansia dengan kuesioner kualitas hidup lansia. Data diuji
menggunakan data dianalisis menggunakan uji chi square.

Hasil penelitian : Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang


signifikan antara hubungan interaksi sosial dengan kualitas hidup lansia dengan
hasil p value (0.000<0.05).

Kesimpulan : terdapat hubungan interaksi sosial dengan kualitas hidup lanisa di


Blok desa lama

Saran : Diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan untuk peneliti selanjutnya

Kata kunci : interaksi sosial, Kualitas hidup, lanisa


Kepustakaan : 50 Pustaka (2015-2022)

ix
Abstract
THE RELATIONSHIP OF SOCIAL INTERACTION WITH THE QUALITY
OF LIFE OF THE ELDERLY IN THE OLD VILLAGE BLOCK,
TUKMUDAL SUB-DISTRICT, SUMBER DISTRICT, CIREBON
YEAR 2022
Lovi Liana1Uus Husni Mahmud2, Liliek Pratiwi3

Student Of Nursing Study Program At Muhammadiyah University of Cirebon 1, Lecturer Of


Nursing Study Program At Muhammadiyah University of Cirebon2, Lecturer Of Nursing
Study Program At Muhammadiyah University of Cirebon 3,

Background : Life expectancy is one of the indicators used in assessing the


degree of public health. The increase in life expectancy causes an increase in the
population of the elderly. The dependency ratio of the elderly population in the
world in 2010 was 15.8, increasing to 18.4 in 2019 (United Nations, 2017 liena et
al. 2020). The increasing number of elderly people in Indonesia has caused
Indonesia to enter the era of the aging population because the number of people
aged 60 years and over has exceeded 7 percent (Ministry of Health of the
Republic of Indonesia, 2017 in liena et al 2020).
Objective: This study aims to determine the relationship of social interaction with
the Quality of Life in the Old Village Block, Kel. Tukmdal Kec. Source Kab.
Cirebon year 2022
Methodology: The design of this study used descriptive correlation, with a cross-
sectional approach involving 40 respondents. The sampling technique used was
purposive sampling. The research instrument consisted of a social interaction
questionnaire for the elderly with a quality of life questionnaire for the elderly.
The data was tested using the data analyzed using the chi square test.

The results of the study: The results showed that there was a significant
relationship between the relationship of social interaction with the quality of life
of the elderly with p value (0.000 <0.05).

Conclusion: there is a relationship between social interaction and the quality of


life of the elderly in the old village block

Suggestion: It is hoped that this research can be a reference for future


researchers

Keywords: social interaction, quality of life, elderly


Literature : 50 Libraries (2015-2022)

x
DAFTAR ISI

HALAMAN COVE

R.....................................................................................................................................1
HALAMAN JUDULSKRIPSI......................................................................................2
LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................................iii
LEMBAR PERSETUJUAN.........................................................................................iv
LEMBAR PENYATAAN.............................................................................................v
KATA PENGANTAR..................................................................................................vi
Abstrak.......................................................................................................................viii
DAFTAR ISI.................................................................................................................x
DAFTAR TABEL........................................................................................................xi
DAFTAR SINGKATAN.............................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................14
1.1 Latar Belakang..............................................................................................14
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................22
1.3. Tujuan Penelitian..........................................................................................22
1.3.1. Tujuan Umum........................................................................................22
1.3.2. Tujuan Khusus.......................................................................................22
1.4. Manfaat Penelitian........................................................................................23
1.4.1. Manfaat Teoritis....................................................................................23
1.4.2. Manfaat Praktis......................................................................................24
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................25
1.1. Landasan Teori..............................................................................................25
1.1.1. Konsep Dasar Lansia............................................................................25
1.1.2. Permasalahan pada Lansia.....................................................................27
1.1.3. Klasifikasi Lansia..................................................................................32
1.1.4. Kualitas Hidup Lansia...........................................................................33

xi
1.1.5. Perubahan Kualitas Hidup.....................................................................34
1.1.6. Proses Menua Pada Lansia....................................................................36
1.1.7. Dimensi Kualitas Hidup........................................................................39
1.2. Interaksi Sosial..............................................................................................44
1.2.1. Jenis – jenis Interaksi Sosial..................................................................47
1.2.2. Klasifikasi interaksi Sosial....................................................................49
1.2.3. Masalah – Masalah interaksi Sosial.......................................................50
1.2.4. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial.........................................................50
1.2.5. Faktor-faktor Interaksi Sosial................................................................51
1.2.6. Akibat Interaksi Sosial...........................................................................53
1.2.7. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial..............................................................54
1.3. Kerangka Teori.............................................................................................59
1.4. Kerangka Konsep..........................................................................................60
1.5. Hipotesis penelitian.......................................................................................60
BAB III METODE PENELITIAN..............................................................................61
3.1. Desain Penelitian..........................................................................................61
3.2. Populasi dan Sampel.................................................................................61
3.2.1. Populasi.................................................................................................61
3.2.2. Sampel...................................................................................................62
3.3. Teknik sampling............................................................................................63
3.4. Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................................63
3.4.1. Lokasi Penelitian...................................................................................63
3.4.2. Waktu penelitian....................................................................................63
3.5. Variabel Penelitian........................................................................................64
3.5.1. Variabel Bebas (Variabel Independent)................................................64
3.5.2. Variabel Terikat (Variabel Dependent).................................................64
3.6. Definisi Oprasional.......................................................................................64
3.7. Instrument penelitian....................................................................................66
3.8. Uji Validitas..................................................................................................68
3.9. Uji Reliabilitas..............................................................................................69

xii
3.10. Prosedur Pengumpulan Data.....................................................................70
3.11. Pengolaan Data..........................................................................................71
3.12. Analisis Data.............................................................................................72
3.13. Etika Penelitian.........................................................................................73
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................76
4.1. Hasil Penelitian.............................................................................................76
4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian......................................................76
4.1.2. Karakteristik Responden........................................................................77
4.1.3. Analisa Univariat...................................................................................77
4.1.3.1. Distribusi tingkat Interaksi Sosial Lansia..........................................77
4.1.3.2. Distribusi tingkat Kualitas Hidup Lansia...........................................78
4.1.4. Analisa Bivariat.....................................................................................79
4.1.4.1. Uji Normalitas....................................................................................79
Data tidk berdistribusi Normal.............................................................................79
4.1.4.2. Hasil uji korelasi................................................................................80
4.2. Pembahasan...................................................................................................81
4.2.1. Interaksi Sosial Pada Lansia..................................................................81
4.2.2. Kualitas Hidup Pada Lansia..................................................................84
4.2.3. Analisa Hubungan Interaksi Sosial Dengan Kualitas Hidup Pada Lansia
di Blok Desa Lama...............................................................................................85
4.3. Keterbatasan Penelitian.................................................................................87
BAB V PENUTUP......................................................................................................89
5.1. Kesimpulan...................................................................................................89
5.2. Saran.............................................................................................................89
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................92

xiii
xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.3 Kerangka Teori …………………………………………...................................51


Tabel 2.4 Kerangka konsep……………………………………….....................................52

Table 3.1 Definisi Oprasional


Table. 3.2.indikator kuesioner Interaksi sosial
Table 3.3.Hasil ukur Kuesioner Interaksi Sosial
Table. 3.4. indikator kuesioner kualitas hidup
Table 3.5.Hasil ukur Kuesioner Kualitas Hidup
Table 4.1 Distribusi Responden berdasarkan karekteristik
Table 4.2 Tingkat interaksi sosial lansia
Table 4.3 Tingkat Kualitas Hidup Lansia
Table 4.3 Uji Normalitas
Table 4.4 Table korelasi antara hubungan interaksi sosial dengan kualitas hidup lansia
di blok desa lama kel. Tukmudal

xv
DAFTAR SINGKATAN

LANSIA :Lanjut Usia

FIKES : Fakultas Ilmu Kesehatan

KAB : Kabupaten

KEL : Kelurahan

KEC : Kecamatan

DINKES : Dinas Kesehatan

UMC : Universitas Muhammadiyah Cirebon

WHO : World Health Organization

WHOQOL : World Health Organization Quality of life

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 lembar konsultasi


Lampiran 2 lembar konsultasi
Lampiran 3 biodata diri
Lampiran 4 Information of concent
Lampiran 5 Lembar perstujuan responden
Lampiran 6 kuesioner interaksi sosial
Lampiran 7 kuesioner kualitas hidup
Lampiran 8 surat izin kesbangpol
Lampiran 9 surat izin dinas kesehatan
Lampiran 10 surat balasan dari kelurahan
Lampiran 11 surat izin penelitian
Lampiran 12 dokumentasi penelitian

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lansia (lanjut usia) sebagai tahap terakhir perkembangan pada proses

kehidupan manusia mulai berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa, dan

akhirnya menjadi tua (Kemenkes, 2017). Lanjut Usia menurut Permenkes No. 25

tahun 2016 tentang Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lanjut Usia (Lansia) tahun

2016-2019 adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun

keatas (Azizah, 2017).

Usia harapan hidup merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam

menilai derajat kesehatan masyarakat. Meningkatnya usia harapan hidup

menyebabkan peningkatan jumlah populasi pada lansia. Rasio ketergantungan

penduduk lansia di dunia pada tahun 2010 sebanyak 15,8 meningkat menjadi 18,4

pada tahun 2019 (United Nations, 2017 liena et al. 2020). Meningkatnya jumlah

lansia di Indonesia menyebabkan Indonesia memasuki era penduduk menua

(aging population) karena jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas sudah

melebihi 7 persen (Kementerian Kesehatan RI, 2017 dalam liena et al 2020).

Perubahan menjadi lansia merupakahan hal yang alami. Lansia akan

mengalami perubahan yang menyebabkan berkurangnya kesehatan, baik secara

18
fisik maupun psikologis. Meningkatnya jumlah populasi dan angka usia harapan

lansia mengakibatkan berbagai masalah seperti masalah kesehatan, psikologis dan

sosial ekonomi akan dirasakan oleh lansia. Selain itu hal tersebut juga akan

mempengaruhi kesejahteraan lansia baik dari segi fisik, mental, dan sosial

(Syahrul dkk., 2018).

Pendekatan yang penting untuk dipenuhi pada lansia diantara unsur diatas

adalah aspek sosial, psikologis dan fisik. Pada aspek sosial, lansia membutuhkan

interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan salah satu cara individu untuk

memelihara tingkah laku sosial individu tersebut sehingga individu tetap dapat

bertingkah laku sosial dengan individu lain (Santoso S, 2016). Sedangkan pada

aspek psikologis, masalah yang paling banyak terjadi pada lansia adalah kesepian,

kesepian merupakan kondisi yang sering mengancam kehidupan para lansia

ketika anggota keluarga hidup terpisah dari lansia, kehilangan pasangan hidup,

kehilangan teman sebaya, dan ketidakberdayaan untuk hidup mandiri. Lansia

yang mengalami kesepian seringkali merasa jenuh dan bosan, merasa tidak

berharga, tidak diperhatikan dan tidak dicintai (Nuraini, 2018).

World Health Organization Quality Of Life atau WHOQL mendefenisikan

kualitas hidup sebagai persepsi individu terhadap kehidupannya di masyarakat

dalam konteks budaya dan sistem nilai yang ada yang terkait dengan tujuan,

harapan, standar, dan juga perhatian. Kualitas hidup dalam hal ini merupakan

suatu konsep yang sangat luas yang dipengaruhi kondisi fisik individu, psikologis,

19
tingkat kemandirian, serta hubungan individu dengan lingkungan. (Fitriyadewi &

Suarya, 2016).

Kualitas hidup merupakan persepsi individu sesuai dengan posisinya saat ini,

baik dalam konteks budaya, sistem nilai yang berkembang berhubungan pada

tujuan pengharapan standar, perhatian yang aspeknya meliputi fisik, psikologis,

sosial, dari bidang kesehatan yang dipengaruhi oleh pengalaman pribadi

seseorang, kepercayaan harapan serta persepsi sehubungan dengan penyakit

tertentu dan pengobatan. Kualitas hidup yang optimal atau Optimum aging

sebagai kondisi fungsional lansia berada pada kondisi maksimum atau optimal,

sehingga memungkinkan mereka bisa menikmati masa tuanya dengan penuh

makna, membahagiakan, berguna, dan berkualitas yang berkaitan dengan

lingkungan tempat individu tersebut tinggal (Ratnawati, Wahyudi dan Zetira,

2019).

Berbagai perubahan dan kemunduran yang dialami oleh lansia merupakan hal

yang natural akibat proses penuaan yang terjadi. Salah satu perubahan yang

dialami pada lansia adalah interaksi sosial. Berkurangnya interaksi sosial pada

lansia dapat menyebabkan perasaan terisolir, sehingga lansia menyendiri dan

mengalami isolasi sosial dengan demikian lansia akan merasa terisolasi oleh

lingkungan setempat dan mengalami stress hingga depresi hal yang terjadi ini

akan mempengaruhi kualitas hidup lansia (Mario dkk., 2017).

20
Lanjut usia yang dapat terus menjalani interaksi sosial dengan baik adalah

lansia yang dapat mempertahankan status sosialnya berdasarkan kemampuan

bersosialisasi (Perakis et al., 2017). Sudah sangat sering terjadi yang terdapat

dilihat di masyarakat bahwa lansia yang tinggal bersama anggota keluarga nya

dirumah akan lebih banyak mendapatkan perhatian yang baik dari anggota

keluarga, namun yang terjadi dan dapat dilihat dalam kehidupan bermasyarakat

adalah lansia yang tinggal bersama keluarga nya malah seringkali ditinggal oleh

anggota keluarga nya untuk bekerja dan hanya bisa berinteraksi pada malam hari

di saat anggota keluarga dirumah sudah kembali pulang, akan tetapi para lansia

masih bisa berinteraksi dengan masyarakat lingkungan sekitar dengan pergi ke

acara pengajian. lansia bisa mengalami gangguan psikososial seperti depresi

apabila ia merasa tidak diperhatikan karena kurangnya interaksi sosial. Oleh

karena itu, penting untuk tetap menjaga interaksi pada anggota keluarga dengan

lansia yang dirawat dirumah (Infodatin, 2016).

Pentingnya kontak sosial dan komunikasi bagi terwujudnya interaksi sosial

dapat diuji terhadap suatu kehidupan sosial yang terasing. Kehidupan terasing

yang sempurna ditandai dengan ketidakmampuan untuk mengadakan interaksi

sosial dengan pihak-pihak lain. Sudah tentu seseorang yang hidup terasing sama

sekali dapat melakukan tindakan-tindakan, misalnya terhadap alam sekitarnya,

tetapi hal itu tak akan mendapatkan tanggapan apa-apa.Oleh sebab itu interaksi

sosial merupakan kunci semua kehidupan sosial, karena tanpa adanya interaksi

sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama.(Murlis, 2019)

21
Kelompok maupun keluarga tempat tinggal orang lanjut usia penting sebagai

pihak yang memberikan cukup kenyamanan serta keamanan bagi orang lanjut

usia. Pendekatan lain meliputi interaksi, pengembangan kesukaan/ hobi juga biasa

dilakukan untuk memaksimalkan potensi yang ada orang lanjut usia sekaligus

memberikan keselarasan dengan sisitem sosial yang ada.(Murlis, 2019)

Interaksi sosial sendiri merupakan hubungan yang dinamis dimana hubungan

tersebut berkaitan dengan hubungan antara perseorangan, hubungan antara

perkelompok dan hubungan antara kelompok yang satu dengan kelompok yang

lain nya hal ini merupakan dasar dari terjadinya interaksi sosial oleh karena itu

dengan adanya interaksi sosial membuat lansia tidak merasa kesepian (Angeline

xiao, 2019).

Pada banyak kebudayaan dan masyarakat orang lanjut usia memiliki peran

dan kedudukan sebagai orang yang dihormati, dianggap memiliki pengetahuan

dan pengalaman yang lebih sehingga menjadi tempat bertanya danmendapatkan

nasehat bagi golongan muda.Perubahan sistem dan struktur dalam masyarakat,

membawa implikasi terhadap peran dan kedudukan lanjut usia dalam keluarga

dan masyarakat. Misalnya perubahan dari bentuk keluarga luas pada masyarakat

tradisional ke keluarga inti (nuclear family) berimplikasi bahwa orang lanjut usia

akan mengalami hidup sendiri. Kondisi hidup sendiri jauh dari perhatian keluarga

akan membawa masalah terhadap orang lanjut usia, terutama orang lanjut usia

yang tidak memiliki ekonomi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

22
Orang lanjut usia akan memiliki kualitas hidup yang kurang baik apabila tidak

ada interaksi dengan orang lain,sehingga memunculkan berbagai penyakit dalam

hidupnya(Murlis, 2019).

Interaksi sosial dapat berdampak positif terhadap kualitas hidup karena

dengan interaksi sosial yang baik maka lansia tidak merasa kesepian, oleh sebab

itu interaksi sosial harus tetap dipertahankan dan dikembangkan pada kelompok

lansia. Lanjut usia yang dapat terus menjalin interaksi sosial dengan baik adalah

lansia yang dapat mempertahankan status sosialnya berdasarkan kemampuan

bersosialisasi (Andesty & Syahrul, 2018).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya Lia Nurlianawati Et al

dengan judul Hubungan Interaksi Sosial Dengan Kualitas Hidup Lansia Di UPTD Panti

Sosial Rehabilitasi Lanjut Usia Ciparay tahun 2020 menunjukan bahwa lansia terbanyak

dengan interaksi sosial baik yaitu berjumlah 40 lansia (66,7%). Kualitas hidup baik

berjumlah 32 lansia (53,3%) interaksi sosial cukup 20 (33,3%) dan 28 (46,7%) lansia

dengan kualitas hidup sedang. Hasil penelitiannya Amin dkk (2020), dengan judul

“Hubungan interaksi sosial dengan kualitas hidup lansia di wilayah kerja Puskesmas

Bangkala kelurahan Biling Romang” menunjukkan ada hubungan antara interaksi sosial

dengan kualitas hidup lansia di wilayah kerja Puskesmas Bangkala kelurahan Biling

Romang dengan nilai (p = 0,000).

Pada umumnya kualitas hidup lansia menjadi menurun karena pada masa usia lanjut

biasanya lansia akan mengalami keterbatasan dan ketidakmampuan dalam melakukan

23
suatu hal. Untuk meningkatkan kualitas hidup lansia dibutuhkan perawatan dimana peran

keluarg, Lingkungan sosial serta seringnya Berinteraksi sosial dengan sesame

masyarakat. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia adalah

lingkungannya terutama lingkungan tempat tinggal. Perbedaan lingkungan tempat tinggal

lansia akan dapat mempengaruhi lansia untuk beradaptasi.

Lansia yang aktif secara sosial lebih cenderung menyesuaikan diri terhadap penuan

yang baik. Proses hubungan sosial adalah bentuk umum dari proses sosial, karena

interaksi sosial adalah syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial (Soekanto, 2016).

Menurut teori sosial Jika lansia aktif dengan keterlibatan sosial, aktivitas, maka lansia

memiliki semangat dan kualitas hidup yang tinggi serta kesehatan mental, fisik, sosial

yang lebih positif daripada lansia yang kurang terlibat secara sosial, dengan lansia yang

penuh semangat dimasa tua, kualitas hidup yang tinggi serta mental yang sehat maka

kualitas hidup lansia akan meningkat (Andreas, 2016).

Data World Population Prospects: the 2017 Revision, saat ini jumlah

penduduk dunia sebesar 7,6 miliar diperkirakan akan mencapai 8,6 miliar pada

tahun 2030, 9,8 miliar pada tahun 2050 dan 11,2 miliar pada tahun 2100. Jumlah

orang berusia 60 atau lebih diatas diperkirakan lebih dari dua kali lipat pada tahun

2050 dan lebih dari tiga kali lipat pada tahun 2100, meningkat dari 962 juta

diseluruh dunia pada tahun 2017 menjadi 2,1 miliar pada tahun 2050 dan 3,1

miliar pada tahun 2100 (United Nations, 2017). Dalam waktu hampir lima

dekade, persentase lansia Indonesia meningkat sekitar dua kali lipat (1971-2017),

yakni menjadi 8,97 persen (23,4 juta) di mana lansia perempuan sekitar satu

24
persen lebih banyak dibandingkan lansia laki-laki (9,47 persen banding 8,48

persen). Pada tahun ini sudah ada lima provinsi yang memiliki struktur penduduk

tua di mana penduduk lansianya sudah mencapai 10 persen, yaitu : DI Yogyakarta

(13,90 persen), Jawa Tengah (12,46 persen), Jawa Timur (12,16 persen), Bali

(10,79 persen) dan Sulawesi Barat (10,37 persen) (BPS, 2018). Proyeksi jumlah

lansia di Surabaya pada tahun 2018 mencapai 8,53 persen (246 ribu), sedangkan

proyeksi jumlah lansia pada tahun 2019 sebesar 8,84 persen (256 ribu) (BPS Kota

Surabaya, 2018).

Hasil studi yang dilakukan peneliti di blok desa lama Kelurahan Tukmudal

Kecamatan Sumber pada tanggal 18 Maret 2022 terdapat 65 lansia dari usia 50

hingga 74 tahun dilakukan 10 lansia untuk studi pendahuluan. Didapatkan 5

lansia yang memiliki kegiatan aktif dilingkungan sekitar dan berinteraksi dengan

masyarakat, 3 lansia tidak memiliki keaktifan dan interaksi yang banyak dengan

lingkungan dan masyakarat dan 2 tidak sama sekali memiliki keaktifan dan

interaksi yang banyak dengan lingkungan dan masyakarat lansia. Hasil

wawancara dengan masyarakat sekitar blok desa lama kelurahan Tukmudal

mengatakan bahwa lansia yang berada di daerah blok desa lama kelurahan

Tukmudal ada yang aktif dalam berinteraksi dengan masyarakat ada yang tidak.

Lansia yang aktif berinteraksi biasanya mengikuti kegiatan rutin seperti

berbincang dengan tetangga, dengan keluarga, dengan teman sebaya dan

mengikuti pengajian rutin di setiap mushola. Sedangakan lanisa yang tidak aktif

dalam interaksi sosial dengan masyarakat sekitarnya lansia tersebut sering

25
merasakan tidak di hargai dengan sesame lansia atau remaja, menganggap dirinya

sudah berbeda dengan anak usia muda yang berada dilingkungan sekitar, lansia

yang tidak mau berinteraksi dengan masyarakat sekitar biasanya lebih memilih

diam diri di dalam rumah menyendiri dan mengalami interaksi sosial.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan Data World Population Prospects: the 2017 persentase lansia

Indonesia meningkat sekitar dua kali lipat (1971-2017), Berdasarkan hasil penelitian

yang telah dilakukan sebelumnya lansia terbanyak dengan interaksi sosial baik yaitu

berjumlah 40 lansia (66,7%). Kualitas hidup baik berjumlah 32 lansia (53,3%) interaksi

sosial cukup 20 (33,3%) dan 28 (46,7%) lansia dengan kualitas hidup sedang. dari latar

belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut

apakah hubungan interaksi sosial dengan kualitas hidup lansia di blok desa lama

kelurahan tukmudal?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan interaksi sosial

dengan kualitas hidup lansia di Blok Desa Lama Kelurahan Tukmudal

Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon tahun 2022?.

1.3.2. Tujuan Khusus


a. Untuk mengidentifikasi interaksi sosial lansia di Blok Desa Lama

Kelurahan Tukmudal Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon tahun

2022

26
b. Untuk mengidentifikasi kualitas hidup lansia di Blok Desa Lama

Kelurahan Tukmudal Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon tahun

2022

c. Untuk menganalisa hubungan interaksi sosial dengan kualitas hidup

lansia di Blok Desa Lama Kelurahan Tukmudal Kecamatan Sumber

Kabupaten Cirebon tahun 2022

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi masyarakat tentang

pentingnya pengetahuan mengenai hubungan interaksi sosial dengan

kualitas hidup lansia di Blok Desa Lama Kelurahan Tukmjudal

Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon tahun 2022. Adapun untuk :

a. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian dapat menjadi sumbangan ilmu pengetahuan yang

berhubungan dengan keperawatan lansia pentingnya dukungan keluarga

dalam menjaga komunikasi antara lansia dengan masyarakat

b. Bagi Mahasiswa Keperawatan

Dapat digunakan sebagai pengetahuan bagi mahasiswa kesehatan

mengenai hubungan interaksi sosial dengan kualitas hidup lansia di Blok

Desa Lama Kelurahan Tukmudal

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

27
Diharapakan penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan untuk peneliti

selanjutnya dalam melakukan penelitian yang terkait dengan hubungan

interaksi sosial dengan kualitas hidup lansia.

1.4.2. Manfaat Praktis


a. Untuk Kelurahan

Dapat digunakan sebagai bahan praktik bagi Kelurahan mengenai

hubungan interaksi sosial dengan kualitas hidup lansia di Blok Desa

Lama Kelurahan Tukmudal.

b. Untuk Responden
Hasil penelitian ini diharapkan responden mengetahui mengenai interaksi
dengan kualitas hidup pada lansia sosial yang ada dimasyarakat

28
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Landasan Teori

1.1.1. Konsep Dasar Lansia

Lansia merupakan seseorang yang usianya telah mencapai 60 tahun

(Infodatin, 2016). Proses menjadi lansia ini sangat alami, sehingga tidak

dapat dihindari. Adapun keberhasilan dari pembangunan nasional, salah

satunya dilihat dari bertambahnya Usia Harapan Hidup (UHH), namun

bertambahnya UHH juga dapat menyebabkan peningkatan angka kesakitan

yang disebabkan oleh meningkatnya populasi dari lansia (Kemenkes RI,

2018). Meningkatnya populasi lansia dapat menimbulkan berbagai

permasalahan, salah satunya perubahan kondisi sosial yang dapat

mempengaruhi peran sosial yang berakibat pada interaksi sosial (Infodatin,

2016).

Lansia merupakan kelompok individu yang mengalami suatu proses

perubahan yang bertahap dalam jangka waktu dalam beberapa dekade (Noto

at modjo, 2010). Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan

seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres

fisiologis. keadaan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk

hidup serta peningkatan kepekaan secara individual (Fitiriyadi, 2017).

29
Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya

daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar

tubuh. Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia

dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan

saraf, dan jaringan lain sehinggah tubuh mati sedikit demi sedikit.

(Kurniawan Amin, 2020)

Hal yang terjadi saat ini terdapat di masyarakat menunjukkan lansia

yang tinggal bersama anggota keluarga di rumah akan mendapatkan

perhatian yang baik dari anggota keluarga, namun yang terjadi sebenarnya

adalah lansia tersebut ada beberapa yang di tinggal oleh anggota keluarga

nya untuk bekerja adapula yang tidak dalam artian jika keluarganya bekerja

maka hanya bisa berinteraksi pada malam harinya, namun mereka masih bisa

berinteraksi dengan masyarakat lingkungan sekitar dengan pergi ke acara

pengajian, pergi berkebun ataupun menghadiri acara yang diadakan di

lingkungan rumah. Terlebih lansia bisa mengalami gangguan psikososial

seperti depresi jika lansia tersebut merasa tidak diperhatikan karena

kurangnya interaksi sosial. Oleh karena itu, penting untuk tetap menjaga

interaksi sosial anatara lansia dengan ada nya anggota keluarga lansia dan

kerabat sekitarnya.

30
1.1.2. Permasalahan pada Lansia
Menurut Muhith Abdul (2016), proses menua dalam perjalanan hidup

manusia adalah suatu hal yang umum dan akan dialami oleh semua orang

yang diberi karunia umur yang panjang. Hanya cepat lambatnya proses itu

bergantung pada masing-masing orang yang bersangkutan. Permasalahannya

antara lain:

a. Secara perorangan, proses menua ini berpengaruh dan dapat

menimbulkan berbagai permasalahan baik secara biologi, mental, fisik

ataupun sosial ekonomis. Semakin bertambahnya usia seseorang ini akan

mengalami kemunduran terutama dibidang kemampuan terutama di

dalam bidang kemampuan fisik, yang terdapat mengakibatkan penurunan

pada peranan sosialnya. Hal ini mengakibatkan munculnya gangguan

gangguan di dalam hal meliputi kebutuhan hidup yang kemudian dapat

meningkatkan ketergantungan yang sangat memerlukan bantuan orang

lain.

b. Lanjut usia tidak hanya ditandai dengan kemunduran fisik saja, kondisi

ini dapat berpengaruh terhadap kondisi mental seseorang. Seseorang yang

semakin lanjut usia kesibukan kehidupan sosialnya akan semakin

berkurang. Hal ini akan memberikan dampak kepada kebahagiaan

seseorang.

c. Pada usia mereka yang semakin lanjut sebagian lansia mempunyai

kemampuan untuk bekerja. Permasalahan yang mungkin timbul yaitu

31
bagaimana memfungsikan tenaga serta kemampuan tersebut dalam situasi

keterbatasan kesempatan kerja.

d. Masih ada sebagian dari lanjut usia yang mengalami keadaan terlantar,

dan selain tidak memiliki keluarga/seorang diri

e. Dalam masyarakat tradisional biasanya lansia dihargai dan dihormati

sehingga mereka dapat berperan dan berguna bagi masyarakat. Tetapi

dalam masyarakat ada kecenderungan mereka kurang dihargai sehingga

mereka terisolasi dari kehidupan masyarakat.

f. Karena kondisinya, lansia memerlukan tempat tinggal atau fasilitas

perumahan khusus

Menurut Afrizal(2018) Masalah-maslah kesehatan yang sering terjadi

pada lansia berbeda daei orng dewasa. Masalah kesehatan yang dialami oleh

lansia disebut sebagai sindrom griatri yaitu kumpulan gejala-gejala mengenai

kesehatan yang sering terjadi pada lansia antara lain :

1) Immobility (kurang bergerak)

 Keadaan tidak bergerak/tirah baring selama 3 hari atau lebih.

 Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah,

kekakuan otot, ketidak seimbangan,masalah psikologis,

depresi atau demensia.

 Komplikasi yang timbul adalah luka di bagian yang

mengalami penekanan terus menerus timbul lecet bahkan

infeksi, kelemahan otot, kontraktur/kekakuan otot dan sendi,

32
infeksi paru-paru dan saluran kemih, konstipasi dan lain-lain.

• Penanganan : latihan fisik, perubahan posisi secara teratur,

menggunakan kasur anti dekubitus, monitor asupan cairan dan

makanan yang berserat.

2) Instability (Instabilitas dan Jatuh)

 Penyebab jatuh misalnya kecelakaan seperti terpeleset,

sinkop/kehilangan kesadaran mendadak, dizzines/vertigo,

hipotensi orthostatik, proses penyakit dan lain-lain.

 Dipengaruhi oleh faktor intrinsik (faktor risiko yang ada pada

pasien misalnya kekakuan sendi, kelemahan otot, gangguan

pendengaran,penglihatan, gangguan keseimbangan, penyakit

misalnya hipertensi, DM, jantung,dll ) dan faktor risiko

ekstrinsik (faktor yang terdapat di lingkungan misalnya alas

kaki tidak sesuai, lantai licin, jalan tidak rata, penerangan

kurang, benda-benda dilantai yang membuat terpeleset dll).

3) Intelectual Impairement (Gangguan Intelektual Seperti Demensia dan

Delirium)

 Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori

didapat yang disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak

berhubungan dengan gangguan tingkat kesadaran sehingga

mempengaruhi aktifitas kerja dan sosial secara bermakna.

 Demensia tidak hanya masalah pada memori. Demensia

mencakup berkurangnya kemampuan untuk mengenal,

33
berpikir, menyimpan atau mengingat pengalaman yang lalu

dan juga kehilangan pola sentuh, pasien menjadi perasa, dan

terganggunya aktivitas.

 Faktor risiko : hipertensi, DM, gangguan jantung, PPOK dan

obesitas.

 Sindroma derilium akut adalah sindroma mental organik yang

ditandai dengan gangguan kesadaran dan atensi serta

perubahan kognitif atau gangguan persepsi yang timbul dalam

jangka pendek dan berfluktuasi.

 Gejalanya: gangguan kognitif global berupa gangguan

memori jangka pendek, gangguan persepsi (halusinasi, ilusi),

gangguan proses pikir (diorientasi waktu, tempat, orang),

komunikasi tidak relevan, pasien mengomel, ide pembicaraan

melompat-lompat, gangguan siklus tidur.

4) Infection (infeksi)

 Pada lanjut usia terdapat beberapa penyakit sekaligus,

menurunnya daya tahan/imunitas terhadap infeksi,

menurunnya daya komunikasipada lanjut usia sehingga

sulit/jarang mengeluh, sulitnya mengenal tanda infeksi secara

dini.

 Ciri utama pada semua penyakit infeksi biasanya ditandai

dengan meningkatnya temperatur badan, dan hal ini sering

34
tidak dijumpai pada usia lanjut, malah suhu badan yang

rendah lebih sering dijumpai.

 Keluhan dan gejala infeksi semakin tidak khas antara lain

berupa konfusi/delirium sampai koma, adanya penurunan

nafsu makan tiba-tiba, badan menjadi lemas, dan adanya

perubahan tingkah laku sering terjadi pada pasien usia lanjut.

5) Impairement of hearing, vision and smell (gangguan pendengaran,

penglihatandan penciuman)

 Gangguan pendengaran sangat umum ditemui pada lanjut usia

dan menyebabkan pasien sulit untuk diajak komunikasi

 Penatalaksanaan untuk gangguan pendengaran pada geriatri

adalah dengan cara memasangkan alat bantu dengar atau

dengan tindakan bedah berupa implantasi koklea.

 Gangguan penglihatan bisa disebabkan gangguan refraksi,

katarak atau komplikasi dari penyakit lain misalnya DM, HT

dll, penatalaksanaan dengan memakai alat bantu kacamata

atan dengan operasi pada katarak

6) Isolation (Depression)

 Isolation (terisolasi) / depresi, penyebab utama depresi pada lanjut

usia adalah kehilangan seseorang yang disayangi, pasangan hidup,

anak, bahkan binatang peliharaan.

 Selain itu kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan,

menyebabkan dirinya terisolasi dan menjadi depresi. Keluarga yang

35
mulai mengacuhkan karena merasa direpotkan menyebabkan pasien

akan merasa hidup sendiri dan menjadi depresi. Beberapa orang

dapat melakukan usaha bunuh diri akibat depresi yang

berkepajangan

1.1.3. Klasifikasi Lansia


Penggolongan lansia menurut World Health Organization (WHO) 2017

meliputi :

1. middle age (45-49 tahun)

2. elderly (60-74 tahun)

3. old (75-79 tahun)

4. very old (di atas 90 tahun).

Maningkatnya usia harapan hidup manusia berdampak terhadap jumlah

populasi lansia. Rata-rata usia harapan hidup di negara-negara kawasan Asia

Tenggara adalah 70 tahun, sedangkan usia harapan hidup di Indonesia sendiri

termasuk cukup tinggi yaitu 71 tahun (Amin Kurniawan 2020).

Menurut (Dewi, 2014) mengklasifikasikan lansia dalam katagori berikut:

1. Pralansia, dari usia 45 – 59 tahun.

2. Lansia, dari usia 60 tahun atau lebih

3. Lansia resiko tinggi dari usia 70 tahun atau lebih dan bisa dikatakan dari

usia 60 tahun atau lebih dengan resiko masalah kesehatan

4. Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau

kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.

36
5. Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya mencari nafkah dan

tidak tergantung pada orang lain.

1.1.4. Kualitas Hidup Lansia


World Health Organization Quality Of Life atau WHOQL

mendefenisikan kualitas hidup sebagai persepsi individu terhadap

kehidupannya di masyarakat dalam konteks budaya dan sistem nilai yang ada

yang terkait dengan tujuan, harapan, standar, dan juga perhatian. Kualitas

hidup dalam hal ini merupakan suatu konsep yang sangat luas yang

dipengaruhi kondisi fisik individu, psikologis, tingkat kemandirian, serta

hubungan individu dengan lingkungan. (Fitriyadewi dkk, 2016).

Kualitas hidup merupakan persepsi individu sesuai dengan posisinya

saat ini, baik dalam konteks budaya, sistem nilai yang berkembang

berhubungan pada tujuan pengharapan standar, perhatian yang aspeknya

meliputi fisik, psikologis, sosial, dari bidang kesehatan yang dipengaruhi oleh

pengalaman pribadi seseorang, kepercayaan harapan serta persepsi

sehubungan dengan penyakit tertentu dan pengobatan. Kualitas hidup yang

optimal atau Optimum aging sebagai kondisi fungsional lansia berada pada

kondisi maksimum atau optimal, sehingga memungkinkan mereka bisa

menikmati masa tuanya dengan penuh makna, membahagiakan, berguna, dan

berkualitas yang berkaitan dengan lingkungan tempat individu tersebut tinggal

(Ratnawati dkk,2019).

37
Perubahan kualitas hidup yang dialami oleh lansia juga berhubungan

dengan lingkungan sosial ekonomi lansia seperti berhenti bekerja karena

pensiun, kehilangan teman dan anggota keluarga yang dicintai, dan

ketergantungan akan kebutuhan hidup serta adanya penurunan kondisi fisik

yang disebabkan oleh faktor usia. Perubahan-perubahan yang terjadi pada

lansia akan mengakibatkan menurunnya peran sosial lansia dan juga

menurunnya derajat kesehatan akibatnya lansia akan merasa menjadi individu

yang kurang mampu. Hal tersebut akan mempengaruhi interaksi sosial lansia

karena lansia menarik diri dari hubungan dengan masyarakat sekitar secara

perlahan. (Damayanti Irma Dkk,2021).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup lansia diantaranya

gender, usia, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, penghasilan dan

hubungan dengan orang lain. Sebagian besar responden (Mira Utami

Ningsih,2020)

(Sanjaya dkk,2017) menyatakan bahwa untuk meningkatkan kualitas

hidup lansia maka lansia harus memiliki interaksi sosial yang baik sehingga

lansia tidak akan merasa kesepian dalam hidupnya

1.1.5. Perubahan Kualitas Hidup


Pada umumnya kualitas hidup lansia menjadi menurun karena pada

masa usia lanjut biasanya lansia akan mengalami keterbatasan dan

ketidakmampuan dalam melakukan suatu hal. Untuk meningkatkan kualitas

hidup lansia dibutuhkan perawatan dimana peran keluarga sangat dibututhkan

38
karena merupakan unit terkecil dari masyarakat (Nugroho, 2018). Salah satu

faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia adalah lingkungannya

terutama lingkungan tempat tinggal. Perbedaan lingkungan tempat tinggal

lansia akan dapat mempengaruhi lansia untuk beradaptasi.

Adanya perubahan kualitas hidup yang dialami oleh lansia biasanya

cenderung mengarah ke arah yang kurang baik. Biasanya hal tersebut

berhubungan dengan lingkungan sosial ekonomi lansia seperti berhenti

bekerja karena pensiun, kehilangan anggota keluarga yang dicintai dan teman,

dan ketergantungan kebutuhan hidup serta adanya penurunan kondisi fisik

yang disebabkan oleh faktor usia. Perubahan-perubahan tersebut menjadi

suatu kendala dalam menentukan tingkat kesejahteraan lansia, karena adanya

penurunan dalam pemenuhan kebutuhan hidup (Utami, 2017).

Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia akan mengakibatkan

menurunnya peran sosial lansia dan juga menurunnya derajat kesehatan

akibatnya lansia akan kehilangan pekerjaan dan merasa menjadi individu yang

kurang mampu. Hal tersebut akan mempengaruhi interaksi sosial lansia

karena lansia menarik diri dari hubungan dengan masyarakat sekitar secara

perlahan. Interaksi sosial yang buruk pada lansia dapat mempengaruhi

kualitas hidup lansia dimana hal tersebut akan menyebabkan lansia merasa

terisolir sehingga lansia jadi suka menyendiri dan akan menyebabkan lansia

depresi (Nugraha dkk, 2020).

Bertambahnya usia membuat lansia mengalami kemunduran dalam

berinteraksi, lansia secara perlahan lahan mulai melepaskan diri dari

39
kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya sehingga

mengakibatkan kualitas hidupnya menurun.

1.1.6. Proses Menua Pada Lansia


Proses penuaan merupakan proses yang berhubungan dengan umur

seseorang manusia mengalami perubahan sesuai dengan bertambahnya umur

tersebut. Penuan dapat dilihat dari 3 perspektif, yaitu usia biologis yang

berhubungan dengan kapastitas fungsi sistem organ, usia psikologis yang

berhubungan dengan perubahan peran dan perilaku sesuai usia manusia

(Sunaryo et al, 2016). Beberapa teori penuaan, yaitu :

1) Teori Biologis Teori genetik dan mutasi, menurut Hayflick (1961)

dalam Muhith, A., & Siyoto (2016) menua menjadi sebagai akibat dari

perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul atau DNA

dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi yang

mengakibatkan penurunan kemampuan fungsional sel.

2) Teori Psikologi Menyesuaikan diri dengan penurunan kekuatan fisik

dan kesehatan, dengan masa pensiun dan berkurangnya penghasilan,

dengan kematian pasangan hidup, dengan peran sosial secara luwes,

membentuk hubungan (Mujahidullah, 2012).

3) Teori Rusaknya Sistem Imun Tubuh Terjadi secara langsung

mengakibatkan kemampuan sistem imun untuk mengenali dirinya

berkurang (self recognition), menurun mengakibatkan kelainan pada

40
sel, dan dianggap sel asing sehingga dihancurkan (Sunaryo et al,

2016).

4) Teori Menua Akibat Metabolisme Pengurangan asupan kalori ternyata

bisa menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur, sedangkan

perubahan asupan kalori yang menyebabkan kegemukan dapa

memperpendek umur (Nugroho, 2009).

5) Teori Sosial Teori sosial meliputi teori aktivitas, teori pembebasan dan

teori kesinambungan. Teori aktivitas menyatakan lansia sukses apabila

mereka aktif. Teori pembebasan menerangkan bahwa lansia akan

mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya (Sunaryo et al, 2016).

Menurut (Muhith Abdul, 2016) Proses penuaan akan terjadi secara

mendadak, berkembang dari masa bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya

menua. Menua ini bukanlah suatu abnormal, namun merupakan tahap

lanjut suatu proses kehidupan dengan berkurangnya daya tahan tubuh

dalam menghadapi rangsangan dari dalam ataupun luar tubuh manusia

yaitu sebagai berikut:

a. Keinginan terhadap berhubungan intim yang dapat dilakukan dalam

suatu sentuhan fisik dan emosional secara mendalam.

b. Adanya perubahan sensitivitas emosional pada lansia yang dapat

menjadikan perubahan pada perilaku.

c. Pembatasan fisik, penurunan kemunduran fisik dan perubahan peran

sosial menimbulkan ketergantungan.

41
d. Dengan pemberian obat pada lansia bersifat palliative care, yaitu obat

yang ditujukan pada penurunan rasa sakit dan mengurangi rasa sakit

yang dirasa oleh lansia

Penuaan secara biologis orang lanjut usia akan mengalami

kemunduran fungsi alat tubuh, orang lanjut usia akan terlihat dari kulit

yang mulai keriput, berkurangnya fungsi telinga dan mata, tidak dapat

bergerak dengan cepat lagi, cepat merasa lelah, rambut menipis dan

memutih, mudah terserang penyakit karena daya tahan tubuh berkurang.

Sedangkan penuaan secara sosial orang lanjut usia berkurangnya kegiatan

dan interaksi baik dengan anak, saudara ataupun teman, mengalami rasa

kesepian, kebosanan dan sebagainya.(Murlis,2019)

Bila seseorang pensiun (purna tugas), ia akan mengalami

kehilangankehilangan antara lain : Kehilangan finansial, status,

teman/kenalan/relasi, pekerjaan/kegiatan, merasakan atau sadar akan

kematian, perubahan dalam hidup, yaitu memasuki rumah perawatan

bergerak lebih sempit, ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan.

Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit, bertambahnya

biaya pengobatan, penyakit kronis dan ketidakmampuan, gangguan gizi

akibat kehilangan jabatan, perubahan terhadap gambaran dini, perubahan

konsep diri (Mujahidullah, 2012)..

42
Didalam menghadapi kondisi menjadi tua itu,diharapkan orang lanjut

usia mampu menerima dirinya sebagaimana adanya dan mampu

menghadapi kondisi baru dari perubahan diri dan lingkungan sosialnya ini,

maka mereka akan dapat mengisi hari tuanya dengan wajar dan produktif

serta mampu mengaktualisasikan diri sesuai dengan peranan baru yang

disandangnya. Secara naluri semua orang ingin mencapai usia sepanjang

mungkin, namun setelah menjadi tuabanyak yang dari mereka menderita

stress, cemas, tidak bahagia, merasa tidak berguna dan harga diri rendah.

Ketidakbahagiaan itu biasanya karena banyak dari mereka yang tidak bisa

menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada diri dan

Lingkungan sosialnya. (Murlis, 2019)

1.1.7. Dimensi Kualitas Hidup


Menurut WHOQOL group Lopez dan Sayder, 2004 dalam Ummah

Athurrita C, 2016 kualitas hidup terdiri dari enam dimensi yaitu kesehatan

fisik, kesejahteraan psikologis, tingkat kemandirian, hubungan sosial,

hubungan dengan lingkungan dan keadaan spiritual. WHOQOL yang sudah

ada kemudian dibuat lagi menjadi instrumen WHOQOL-BREF dimana

dimensi tersebut diubah menjadi empat dimensi yaitu:

1. Dimensi fisik

Mengukur aktivitas sehari-hari yang dipengaruhi oleh adekuatnya

sistem persarafan, otot dan tulang atau sendi. Domain fisik ini dibagi

43
menjadi tiga

bagian, yaitu:

a. Nyeri dan ketidaknyamanan

Aspek ini mengeksplor sensasi fisik yang tidak menyenangkan

yang dialami individu, dan selanjutnya berubah menjadi sensasi

yang menyedihkan dan mempengaruhi hidup individu tersebut.

Sensasi yang tidak menyenangkan meliputi kekakuan, sakit, nyeri

dengan durasi lama atau pendek, bahkan penyakit gatal juga

termasuk. Diputuskan nyeri bila individu mengatakan nyeri,

walaupun tidak ada alasan medis yang membuktikannya.

b. Tenaga dan Lelah

Aspek ini mengeksplor tenaga, antusiasme dan keinginan individu

dalam melakukan aktivitas sehari-hari, seperti rekreasi. Kelelahan

membuat individu tidak mampu mencapai kekuatan yang cukup

untuk merasakan hidup yang sebenarnya. Kelelahan merupakan

akibat dari beberapa hal seperti sakit, depresi, atau pekerjaan yang

terlalu berat.

c. Tidur dan istirahat

Aspek ini berfokus pada seberapa banyak tidur dan istirahat.

Masalah tidur termasuk kesulitan untuk pergi tidur, bangun tengah

malam, bangun di pagi hari, tidak dapat kembali tidur dan kurang

segar saat bangun di pagi hari.

44
2. Dimensi psikologis

Domain Psikologis dibagi menjadi lima bagian, yaitu:

a. Perasaan positif

Aspek ini menguji seberapa banyak pengalaman perasaan positif

individu dari kesukaan, keseimbangan, kedamaian, kegembiraan,

harapan, kesenangan dan kenikmatan dari hal-hal baik dalam

hidup. Pandangan individu, dan perasaan pada masa depan

merupakan bagian penting dari segi ini.

b. Berfikir, belajar, ingatan dan konsentrasi

Aspek ini mengeksplor pandangan individu terhadap pemikiran,

pembelajaran, ingatan, konsentrasi dan kemampuannya dalam

membuatkeputusan.

c. Harga diri

Aspek ini menguji apa yang individu rasakan tentang diri mereka

sendiri. Hal ini bisa saja memiliki jarak dari perasaan positif

sampai perasaan yang ekstrim negatif tentang diri mereka sendiri.

Berfokus dengan perasaan individu dari kekuatan diri, kepuasan

dengan diri dan kendali diri.

d. Gambaran diri dan penampilan

Aspek ini menguji pandangan individu terhadap tubuhnya. Fokus

pada kepuasan individu dengan penampilan dan akibat yang

dimilikinya pada konsep diri.

45
e. Perasaan negatif

Aspek ini berfokus pada seberapa banyak pengalaman perasaan

negatif individu, termasuk patah semangat, perasaan berdosa,

kesedihan, keputusasaan, kegelisahan, kecemasan, dan kurang

bahagia dalam hidup. Segi ini termasuk pertimbangan dari

seberapa menyedihkan perasaan negatif dan akibatnya pada fungsi

keseharian individu.

3. Dimensi hubungan sosial

a. Hubungan perorangan

Aspek ini termasuk pada kemampuan dan kesempatan untuk

mencintai, dicintai, saling berkomunikasi dan berinteraksi

sehingga dapat lebih dekat dengan orang lain secara emosi dan

fisik. Tingkatan dimana individu merasa mereka bisa berbagi

pengalaman baik senang maupun sedih dengan orang yang

dicintai.

b. Dukungan sosial

Dukungan sosial menggambarkan adanya bantuan yang

didapatkan oleh individu yang berasal dari lingkungan sekitarnya.

Aspek ini menguji apa yang individu rasakan pada tanggung

jawab, dukungan, dan tersedianya bantuan dari keluarga dan

teman.

c. Aktivitas seksual

Gambaran kegiatan seksual yang dilakukan individu. Aspek ini

46
fokus pada dorongan dan hasrat pada seks, dan tingkatan dimana

individu dapatmengekspresikan dan senang dengan hasrat seksual

yang tepat.

4. Dimensi lingkungan

a. Keamanan fisik dan keamanan

Aspek ini menguji perasaan individu pada keamanan dari

kejahatan fisik. Ancaman bisa timbul dari beberapa sumber seperti

tekanan dari orang lain atau politik. Aspek ini berhubungan

langsung dengan perasaan kebebasan individu.

b. Lingkungan rumah

Aspek ini menguji tempat yang terpenting dimana individu tinggal

(tempat berlindung dan menjaga barang-barang). Kualitas sebuah

rumah dapat dinilai pada kenyamanan, tempat teraman individu

untuk tinggal.

c. Sumber penghasilan

Aspek ini mengeksplor pandangan individu pada

sumberpenghasilan. Fokusnya pada apakah individu dapat

mengahasilkan atau tidak dimana berakibat pada kualitas hidup.

d. Kesehatan dan perhatian sosial

Aspek ini menguji pandangan individu pada kesehatan dan

perhatian sosial di kedekatan sekitar. Dekat berarti berapa lama

waktu yang diperlukan untuk mendapatkan bantuan.

47
e. Kesempatan untuk memperoleh informasi baru dan keterampilan

Aspek ini menguji kesempatan individu dan keinginan untuk

mempelajari keterampilan baru, mendapatkan pengetahuan baru,

dan peka pada apa yang terjadi yang diperoleh dari program

pendidikan formal, atau pembelajaran orang dewasa atau aktivitas

di waktu luang, baik dalam kelompok atau sendiri.

f. Patisipasi dalam kesempatan berekreasi dan waktu luangAspek

ini mengeksplor kemampuan individu, kesempatan dan keinginan

untuk berpartisipasi dalam waktu luang, hiburan dan relaksasi.

g. Lingkungan fisik (polusi/ keributan/ kemacetan/ iklim) Aspek ini

menguji pandangan individu pada lingkungannya. Hal ini

mencakup kebisingan, polusi, iklim dan estetika lingkungan

dimana pelayanan ini dapat meningkatkan atau memperburuk

kualitas hidup.

h. Transportasi

Aspek ini menguji pandangan individu pada seberapa mudah

untuk menemukan dan menggunakan pelayanan transportasi

1.2. Interaksi Sosial


Interaksi sosial sendiri merupakan hubungan sosial yang saling

mempengaruhi antar individu yang satu dengan individu yang lainnya, yang

terjadi di masyarakat yang berlangsung sepanjang hidupnya. Interaksi sosial

dapat berdampak positif terhadap kualitas hidup karena dengan adanya

48
interaksi sosial lansia tidak merasa kesepian, oleh sebab itu interaksi sosial

harus tetap dipertahankan dan dikembangkan pada kelompok lansia. Interaksi

sosial memainkan peranan sangat penting pada kehidupan lansia. (Irma

Darmayanti Dkk,2021)

Kondisi kesepian dan terisolasi secara sosial akan menjadi faktor yang

berpengaruh bagi kesehatan lansia. Interaksi sosial yang buruk pada lansia

dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia dimana hal tersebut akan

menyebabkan lansia merasa terisolir sehingga lansia jadi suka menyendiri dan

akan menyebabkan lansia depresi. (Irma Darmayanti Dkk,2021)

Interaksi sosial memainkan peranan amat penting pada kehidupan

lanjut usia. Hal ini dikarenakan pada usia lanjut, para lanjut usia mengalami

penurunan kemampuan tubuh dan panca indera. Penurunan kemampuan yang

berpengaruh dan membatasi aktivitas dan gerak dalam kehidupannya.

Penurunan kemampuan yang membuat para lanjut usia tidak sanggup

lagibepergian jauh, tidak terlalu peka pada suara yang pelan, pada tulisan yang

tidak terlalu besar, bahkan pada kondisi tertentu sering lupa dan tidak dapat

mengingat hal-hal yang baru saja dialaminya (pikun). (Della Sahrantika,

2017)

Interaksi sosial pada umumnya merupakan kebutuhan setiap manusia.

Setiap manusia merupakan mahluk sosial, maka dari itu setiap mereka

membutuhkan interaksi dengan sesamanya. Sehingga manusia dapat bertahan

hidup. Dan seiring dengan berjalannya waktu tingkat kebutuhan akan adanya

49
interaksi sosial pun semakin meningkat. Dan media untuk berinteraksi pun

semakin banyak. Masing-masing orang memiliki motivasinya sendiri dalam

melakukan interaksi sosial. Menurut seorang ahli sosiologi Herbert Blumer

ada tiga prinsip utama dari sebuah interaksi, yaitu tentang pemaknaan

(meaning), bahasa (language), dan pikiran (thought). (Angeline Xiao,2018)

Interaksi sosial sendiri merupakan hubungan yang dinamis, dimana

hubungan tersebut berkaitan dengan hubungan antar perseorangan, antara

kelompok satu dengan kelompok yang lainnya,maupun hubungan antara

perseorangan dengan kelompok. Tidak jarang disebutkan bahwa seseorang

akan menjadi sulit untuk bertahan hidup, apabila ia tidak menjalin interaksi

dengan seorang individu lainnya. Hal ini merupakan dasar dari terjadinya

proses sosial, yaitu interaksi sosial. Sosiologi sendiri merupakan ilmu yang

mempelajari tentang fenomena sosial di masyarakat, (Angeline Xiao,2018)

Interaksi sosial yang ada di lingkungan blok desa lama kelurahan

tukmudal dapat ditingkatkan dengan memunculkan inisiatif dari keluarga

maupun sanak saudra mengajak serta memotiviasi lansia lain untuk mengikuti

kegiatan yang dapat menimbulkan interaksai dengan orang lain seperti jalan-

jalan pagi, senam pagi, mengaji bersama setelah sholat magrib, membuat

kerajinan dan saat siang hari bisa menghabiskan waktu dengan duduk di teras

rumah atau halaman rumah untuk berbincang-bincang dengan sanak saudara

ataupun tetangga yang hanya lewat didepan rumah untuk sekedar saling

50
menyapa. Hal ini diharapkan agar lansia saling berinteraksi satu sama lain dan

tidak menyediri di kamar sehingga tidak merasakan kesepian serta dapat

meningkatkan kualitas hidup lansia tersebut. (Angeline Xiao,2018)

1.2.1. Jenis – jenis Interaksi Sosial


Seperti yang sudah dipaparkan dalam definisi di atas, harus ada

keterlibatan antara dua orang atau lebih di dalam berinteraksi sosial. Oleh

sebab itu, dapat dibedakan menjadi tiga jenis interaksi sosial, yang pertama

adalah interaksi antara individu dengan individu, yang kedua kelompok

dengan kelompok, dan yang ketiga antara individu dengan kelompok (Bali

dkk, 2019).

Tujuan interaksi adalah untuk memberikan pengaruh atau minimal

memberikan efek tertentu kepada pihak lainnya, dan pihak lain tersebut juga

memberikan pengaruhnya. Efek timbal balik inilah yang dimaksud dengan

konsep dasar interaksi, karena mempunyai peran aktif yang sama diantara

kedua belah pihak di dalam melakukan tindakan dan memberikan efek. Ini

membuktikan bahwa dalam interaksi terjalin hubungan sebab akibat

dikarenakan terciptanya bentuk dua arah.

1. Pertama, interaksi antara individu dengan individu adalah interaksi yang

dilakukan ketika bertemunya dua individu secara langsung dan melakukan

sebuah interaksi antara satu dengan yang lainnya meskipun hanya dalam

bentuk yang sederhana seperti, menyapa dengan orang lain dan tersenyum

ketika bertemu di jalan.\

51
2. Kedua, interaksi antara kelompok dengan kelompok adalah interaksi yang

dilakukan ketika bertemunya (dua) kelompok yang berbeda. Terjalinnya

komunikasi yang tidak lagi berkaitan dengan sesuatu yang bersifat pribadi

melainkan kepentingan kelompok, contohnya adanya pertemuan

organisasi masyarakat (Ormas), dsb.

3. Ketiga, interaksi antara individu dengan kelompok adalah interaksi yang

dilakukan seseorang di dalam berkomunikasi dengan sekolompok orang

atau lebih dari tiga orang, contohnya seseorang yang sedang berorasi di

podium, dsb.

Sedangkan menurut Maria, 2018 jenis-jenis interaksi sosial dapat di bagi

menjadi 3 yaitu interaksi verbal, interaksi fisik, dan interaksi

emosional ,antara lain :

a. Interaksi verbal adalah interaksi yang terjadi bila dua orang atau lebih

melakukan kontak satu sama lain dengan menggunakan alat-alat artikulasi

atau pembicaraan. Prosesnya terjadi dalam bentuk saling bertukar

percakapan satu sama lain

b. Interaksi fisik adalah interaksi yang terjadi manakala dua orang atau lebih

melakukan kontak dengan menggunakan bahasa-bahasa tubuh. Misalnya

ekspresi wajah, posisi tubuh, gerak-gerik, tubuh dan kontak mata.

c. Adapun interaksi emosional adalah interaksi yang terjadi manakala

individu melakukan kontak satu sama lain dengan melakukan curahan

52
perasaan misalnya mengeluarkan air mata sebagai tanda sedih, baru atau

bahkan terlalu bahagia

1.2.2. Klasifikasi interaksi Sosial


Menurut Sunaryo 2015. Interaksi sosial terdiri dari 3 jenis, yaitu :

1) Interaksi antar individu dengan individu

Interaksi ini ditandai dengan adanya timbal balik baik dalam bentuk

obrolan komunikasi maupun interaksi bahasa tubuh dan emosi.

Interaksi antar individu juga dapat di tandai dengan hanya bau farfum,

keringat atau anak bayi pada saat individu berada di sekitar orang

banyak

2) Interaksi antar individu dengan kelompok

Interaksi terjadi karena adanya pertemuan antar individu dengan

kelompok. Kelompok yaitu apabila lebih dari satu orang. Bentuk

kelompok bisa disebut sebagai perkumpulan, komunitas, segrembolan

orang, kelompok pun bisa di kondisikan sesuai situasi

3) Interaksi antar kelompok dengan kelompok

Interaksi ini dilakukan oleh dua kelompok yang berbeda dengan tujuan

bersama yang di pertemukan dalam satu tempat.

Bisa di sebut kelompok karena membawa semua anggota atau

mewakili anggota lain nya bukan hanya diri sendiri. Misalnya dalam

persaingan perusahaan terdapat 2 perusahaan dengan mewakili satu orang

53
untuk memperebutkan bisnis yang sama-sama diminati oleh lawan bisnis

(Donus. 2017)

1.2.3. Masalah – Masalah interaksi Sosial


Ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosial

terlihat dari ketidakpuasan terhadap diri sendiri dan lingkungan sosial serta

memiliki sikap-sikap yang menolak realitas dan lingkungan sosial. Lansia

yang mengalami perasaan ini seperti terasing dari lingkungannya, akibatnya

ia tidak mengalami kebahagiaan yang kadang-kadang lebih karena masalah-

masalah pribadi daripada masalah-masalah lingkungan, namun memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan sosialnya, dalam hal

penyesuaian sosial. (Maria, 2018)

Memiliki perasaan rendah diri, tidak mau menerima kondisi fisik,

tidak memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri, makaini pun dapat

mengakibatkan lansiamenolak diri, sehingga proses interaksi sosialnya pun

akan terhambat. Jika lansia realitis tentang segala kelebihan dan kekurangan

yang mereka miliki, dan merasa bahagia pada orang-orang menerima mereka

serta mampu mencurahkan perhatian dan kasih sayang pada orang-orang

tersebut, kemungkinan untuk merasa bahagia akan meningkat. Artinya bahwa

lansia memiliki penyesuaian sosial yang sehat. (Maria, 2018

1.2.4. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial

54
Syarat utama terjadinya suatu interaksi sosial yaitu adanya kontak

sosial (social contact) yang dilakukan dan juga komunikasi (communication).

Kontak berasal dari bahasa Latin “cum” atau “con” yang berarti bersama-

sama, dan “tangere” yang memiliki arti menyentuh (Islam et al., 2018). Jadi,

secara bahasa kontak berarti bersama-sama menyentuh. Dalam kajian ilmu

sosiologis, kontak juga merupakan gejala sosial. Seseorang dapat mengadakan

hubungan dengan pihak yang lain tanpa mengadakan sentuhan fisik, misalnya

berbicara dengan orang lain melalui telepon, surat, dan sebagainya (Muali et

al., 2018).

Jadi, kontak sosial disebabkan oleh aksi individu seseorang atau

kelompok yang berbentuk isyarat yang memiliki arti bagi “si pelaku” dan “si

penerima”, dan “si penerima” dan aksi itu dibalas dengan reaksi. Kita bisa

dapat membedakan kontak dengan cara, sifatnya, bentuknya, dan juga dengan

tingkat hubungannya.

1.2.5. Faktor-faktor Interaksi Sosial


Menurut Sunaryo (2015) ada empat faktor yang penting yang mendasari dan

perlu diperhatikan dalam interaksi sosial, yaitu:

1) Faktor Imitasi

Faktor Imitasi adalah proses belajar dengan cara meniru atau mengikuti

perilaku orang lain. Imitasi dapat dibedakan menurut sifatnya, yaitu positif

dan negatif. Imitasi positif adalah imitasi yang memotivasi individu untuk

mematuhi kaidah, nilai, norma yang berlaku. Misalnya seorang anak

55
mencontoh orang dewasa untuk bersikap sopan dan santun terhadap orang

lain. Sementara imitasi negatif adalah imitasi yang memotivasi individu

untuk mencontoh perilaku yang menyimpang., tidak sesuai norma, etika,

dan moral sosial. Misalnya seorang anak menjadi pecandu narkoba karena

bergaul dengan kelompok pemakai narkoba.

2) Faktor Sugesti

Faktor Sugesti adalah cara pemberian suatu pandangan atau pengaruh oleh

seseorang kepada orang lain dengan cara tertentu sehingga mereka

mengikuti pandangan/pengaruh tersebut tanpa berpikir panjang. Sugesti

akan lebih berhasil bila individu yang memberi sugesti adalah orang yang

berwibawa atau yang memiliki tipe kepemimpinan otoriter. Misalnya,

seorang pasien tersugesti oleh dokter yang sudah dipercaya dan diyakini

sehingga apa yang disarankan, diperintahkan, dan dianjurkan akan

dilaksanakan dengan sepenuh hati.

3) Faktor Identifikasi

Faktor Identifikasi adalah kecenderungan atau keinginan dalam diri

seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Proses identifikasi ini

dapat berlangsung secara sengaja ataupun tidak sengaja karena biasanya

individu memerlukan orang-orang yang memiliki tipe ideal dalam

hidupnya. Misalnya, seorang remaja mengikuti model rambut dan pakaian

yang dikenakan oleh bintang film idolanya.

4) Faktor Simpati

56
Faktor Simpati adalah perasaan tertarik yang timbul dalam diri seseorang

dan membuatnya merasa seolah-olah berada dalam keadaan yang lain.

Misalnya, seseorang merasa sedih melihat penderitaan warga masyarakat

yang tertimpa musibah, kemudian ia akan mereproduksikan dirinya sendiri

kedalam perasaan pihak lain berupa rasa iba. Dari contoh tersebut, dapat

disimpulkan bahwa simpati adalah suatu perasaan yang ada pada diri

seseorang yang merasa tertarik pada perasaan pihak lain.

1.2.6. Akibat Interaksi Sosial


Orang yang melakukan interaksi sosial akan memberikan manfaat

tersendiri. Misalnya akan selalu terasa kemampuan memori dan kemampuan

bahasa pada lansia, dapat meningkatkan kesehatan fisik dan kesehatan mental

bagi lansia. Adanya interaksi sosial yang dijalani oleh lansia, dapat

meningkatkan kualitas hidup lansia.interaksi sosial yang baik memungkinkan

lansia mendapatkan perasaan memiliki suatu kelompok sehingga dapat

berbagi cerita, minat, perhatian dan dapat melakukan aktivitas secara

bersama-sama yang kreatif dan inovatif (Widodo dkk, 2016).

Berkurangnya interaksi sosial dapat menyebabkan perasaan terisolir,

sehingga lansia menyendiri atau mengalami isolasi sosial. Seseorang yang

menginjak usia lanjut akan rentan terhadap depresi apabila perasaan

isolasitersebut meningkat karena lansia merasa terisolir, sehingga lansia dapat

mengalami depresi,hal ini dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia itu

sendiri. Selain itu apabila lansia jarang melakukan interaksi sosial dapat

57
menurunkan kemampuan bahasa dan kemampuan memorinya. (Widodo dkk,

2016)

1.2.7. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial


Interaksi sosial dibagi menjadi dua bentuk yang Pertama, proses

asosiatif pada hakikatnya mempunyai kecenderungan untuk membuat

masyarakat bersatu dan meningkatkan solidaritas diantara anggota kelompok.

Bentuk-bentuk interaksi sosial terdiri dari 3 macam yaitu:

1) Kerjasama (cooperation)

Kerjasama adalah usaha yang dikoordinasikan yang ditujukan kepada

tujuan yang dapat dipisahkan. Kerjasama juga dapat diartikan sebagai

suatu usaha bersama antara orang-perorangan atau kelompok manusia

untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Bentuk dan pola-

pola kerja sama dapat dijumpai pada semua kelompok manusia.

Bentuk kerja sama tersebut berkembang apabila orang dapat

digerakkan untuk mencapai suatu tujuan bersama dan harus ada

kesadaran bahwa tujuan tersebut dikemudian hari mempunyai

manfaat bagi semua serta ada iklim yang menyenangkan dalam

pembagian kerja sama balas jasa yang akan diterima (Santoso S,

2010)

Sedangkan menurut Sunaryo (2015) bentuk kerja sama ada 4

yaitu:

a. Kerja sama spontan (spontaneous cooperation), yaitu kerja sama

yang timbulnya secara serta merta atau spontan.

58
b. Kerja sama langsung (directed cooperation), kerja sama atas dasar

perintah atasan atau penguasa.

c. Kerja sama kontrak (contractual cooperation), kerja sama karena

adanya kepentingan tertentu.

d. Kerja sama tradisional (traditional cooperation), kerja sama

sebagai unsur sistem sosial, misalnya gotong royong, gugur

gunung, dan tolong menolong.

2) Akomodasi

Akomodasi Adalah suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi

antara pribadi dan kelompok - kelompok manusia untuk meredakan

pertentangan (Fitria A, 2011).

Akomodasi adalah interaksi antara orang-perorangan atau

leompokkelompok manusia dalam kaitannya dengan norma sosial dan

nilai-nilai osisal, yang berlaku dalam masyarakat. akomodasi

menunjuk pada usahausaha manusia untuk meredakan suatu

pertentangan yaitu usah-usaha untuk mecapai kestabilan (Soekanto

Soerjono, 2012).

Akomodasi menurut penulis diartikan sebagai suatu proses orang

perorangan atau kelompok-kelompok manusia yang mula-mula saling

bertentangan, saling mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi

ketegangan atau masalah yang dihadapi.

59
Tujuan akomodasi dapat berbedabeda sesuai dengan situasi

yang dihadapinya. Bentuk-bentuk akomodasi menurut Sunaryo

(2015), yaitu:

a. Coercion, yaitu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan

karena ada paksaan, misalnya perbudakan.

b. b. Compromise, yaitu bentuk akomodasi dimana pihak yang

terlibat saling mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu

penyelesaian terhadap perselisihan, misalnya traktat beberapa

negara dan akomodasi antara beberapa partai politik.

c. Arbitration, yaitu suatu cara untuk mencapai compromise apabila

pihak-pihak yang berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri.

d. Conciliation, yaitu suatu usaha mempertemukan keinginan dari

pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan

bersama, misalnya panitia untuk penyelesaian perburuhan.

3) Asimilasi

Asimilasi adalah proses sosial yang timbul bila ada kelompok

masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling

bergaul secara intensif dalam jangka waktu lama, sehingga lambat

laun kebudayaan asli mereka akan berubah sifat dan wujudnya

membentuk kebudayaan baru sebagai kebudayaan campuran (Fitria

A, 2011).

Proses asimilasi timbul bila ada: Kelompok-kelompok manusia yang

berbeda kebudayaannya. Orang perorangan sebagai warga kelompok

60
tadi saling bergaul secara langsung dan intensif untuk waktu yang

lama. Kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia tersebut

masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri (Sunaryo,

2015)

Menurut Sunaryo (2015) faktor-faktor yang dapat

mempermudah terjadinya suatu asimilasi adalah:

a. Toleransi.

b. Kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi.

c. Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya.

d. Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat.

e. Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan.

f. Perkawinan campur (amalgamation).

g. Adanya musuh bersama di luar.

Faktor-faktor yang menjadi penghalang terjadinya asimilasi,

antara lain:

a. Terisolasi.

b. Kurangnya pengetahuan tentang kebudayaan yang dihadapi.

c. Takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi.

d. Perasaan bahwa budaya lain lebih maju atau tinggi.

e. Perbedaan warna kulit

f. In group feeling kuat.

61
g. Golongan minoritas mendapat gangguan dari golongan yang

berkuasa.

h. Pebedaan kepentingan dan pertentangan pribadi

62
1.3. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan salah satu pendukung penelitian. Hal ini karena

kerangka teoris adalah wadah dimana akan dijelakan teori-teori yang

berhubungan dengan variabel-variabel yang akan diterliti. (arikunto, 2016)

Lansia

Perubahan yang terjadi pada


Lansia
Perubahan Fisik Perubahan psikologis Perubahan Sosial

- Kulit mengendur - Kedamaian hidup - Kesendirian


- Rambut memutih - Ketakutan menjadi tua - Kehampaan
- Gigi ompong - Emosiaonal
- Pendengaran kurang jelas - Tidak mampu kerja lagi

Interaksi Sosial Kualitas Hidup

Dampak Interaksi Sosial Dampak kualitas hidup

1. Perasaan terisolir 1. Mengalami kemunduran


dalam kemampuan fisik
2. Mengalami depresi 2. Mengakibatkan
3. Meningkatkan kualitas penurunan dalam peranan
sosial
hidup
3. Menurunnya derajat
4. Mempengaruhi kualitas kesehatan
hidup
5. Mendapatkan perasaan
memiliki suatu kelompok
6. Menurunkan kemampuan
63
memori dan bahasa lansia
Ket : Diteliti :

Tidak diteliti :

1.4. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan bagian dari kerangka teori yang akan di

teliti untuk mendeskripsikan secara jelas variabel yang dipengaruhi(variabel

dependen) dan variabel yang mempengaruhi (variabel independen)

(supardi,2016)

Variabel Independen Variabel Dependen

Interaksi Soasial Kualitas Hidup

1.5. Hipotesis penelitian

Penelitian ini menyatakan bahwa Ha : H terdapat hubungan antara variabel

satu dengan yang lain, atau juga disebut hipotesis yang menunjukan terdapat

perbedaan antara variabelnya. Maka ada hubungan antara interaksi sosial

dengan kualitas hidup lansia di Blok Desa Lama Kelurahan Tukmjudal

Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon tahun 2022. Atau Ho : tidak ada

hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lain. Maka tidak ada

hubungan antara interaksi sosial dengan kualitas hidup lansia di Blok Desa

Lama Kelurahan Tukmudal Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon tahun 2022

64
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian


Desain penelitian untuk menganalisis hubungan interaksi sosial terhadap

kualitas hidup pada lansia di Blok Desa Lama Kelurahan Tukmudal

Kecamatan Sumber adalah menggunakan survei analitik korelasi dengan

pendekatan Cross Sectional. Peneliti bermaksud mengidentifikasi ada atau

tidaknya hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen

dalam satu waktu menggunakan alat ukur kuisioner.

3.2. Populasi dan Sampel


3.2.1. Populasi
Populasi merupakan subjek dengan jumlah dan karakteristik

tertentu ditetapkan sebagai studi tertunda oleh peneliti dan kemudian

ditarik kesimpulan nya (Sugiyono, 2019). Besarnya Populasi dalam

penelitian ini adalah lansia dari usia 50-74 tahun. Penelitaian ini

berada di blok desa lama Kel.Tukmudal Kec. Sumber Kab. Cirebon

dengan jumlah lansia 504 (laki-laki sebanyak 197 orang lansia dan

jumlah perempuan sebanyak 305 lansia)

65
3.2.2. Sampel

Sampel terdiri dari bagian seluruh populasi terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam,

2017). Sampel dalam penelitian adalah lansia yang memenuhi syarat

sampel. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lansia yang

sehat dan dapat berkomunikasi dengan baik yang memenuhi kriteria

inklusi subjek penelitian.

1. Berdasarkan rumus besar sampel untuk analitik korelatif ordinal-

ordina;, yaitu

Keteranagan :

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

e = persen kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan pengambilan

sampel (0,05)

N
1=
1+ N (e )2

504
1=
1+504(0.05) 2

¿ 40

2. Kriteria inklusi dan kriteria Ekslusi

A. Kriteria Inklusi

a. Lansia dengan katagori usia 50-74 tahun

66
b. Lansia yang bersedia menjadi responden

c. Lansia yang kooperatif

B. Kriteria Ekslusi

a. Lansia yang mengalami kondisi sakit parah yang tidak

memungkinkan menjadi responden.

b. Lansia dengan demensia.

c. Lansia dengan gangguan psikologis.

3.3. Teknik sampling


Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel

Nonprobability Sampling dengan pendekatan Purposive Sampling yaitu

teknik penetapan sampel ini dengan cara spontan diantara populasi yang

sesuai dengan kriteria. Kirteria sampel terbagi menjadi kriteria inklusi dan

ekslusi (Nursalam, 2017).

3.4. Lokasi dan Waktu Penelitian


3.4.1. Lokasi Penelitian
penelitian ini akan dilakukan di Blok Desa Lam Kelurahan Tukmudal

Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon

3.4.2. Waktu penelitian


Dalam penyelesaian proposal yang dilakukan penelitian ini yaitu peneliti

akan melakukan penelitian dari bulan Maret sampai September tahun

67
2022. Waktu tersebut dimulai dari pembuatan judul skripsi, Pencarian

data, perijinan, pembuatan proposal skripsi sampai pembuatan skripsi.

3.5. Variabel Penelitian


Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variable bebas

(Independent) dan variabel terikat (Dependent).

3.5.1. Variabel Bebas (Variabel Independent)


Variabel bebas adalah variabel yang memengaruhi atau nilainya

menentukan variabel lain (Nursalam, 2017). Variabel bebas dalam

penelitian ini adalah interaksi sosial di Blok Desa Lama Kelurahan

Tukmudal Kecamatan Sumber

3.5.2. Variabel Terikat (Variabel Dependent).


Variabel terikat adalah faktor yang diamati dan diukur untuk menentukan

ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas (Nursalam,

2017). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah interaksi sosial dan

kualitas hidup pada lansia di Blok Desa Lama Kelurahan Tukmudal

Kecamatan Sumber

3.6. Definisi Oprasional


Definisi oprasional adalah definisi berdasarkan karekteristik yang

diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat

68
di amati (diukur) itulah yang merupakan kunci definisi operasioanal

(Nursalam,2017)

Perumusan definisi oprasional dalam penelitian ini diuraikan dalam

table sebagai berikut :

Table 3.1 Definisi Oprasional

Variabel Definisi oprasional Alat Cara Hasil Skala


ukur ukur ukur ukur
independen: Hubungan individu satu Kuesioner Mengisi Interaksi Baik Ordinal
Interaksi dengan individu lain Kuesioner 66-100
sosial juga sebaliknya. Yang Interaksi Interaksi
saling membutuhkan, sosial dengan cukup 33-66
berusia, cara Interaksi
berpengalaman, dimana mencentang – rendah 0-33
individu satu (√) (Wahyu Nur
mempengaruhi Rohmawati,
mengubah dan 2017)
memberbaiki individu.
dependen : Bagaimana pandnaagn Kuesioner Mengisi Kualitas Ordinal
Kualitas dan keyakinan Kuesioner hidup tinggi
Hidup seseorang dalam WHOQOL- 67-100
memandang BREF Kualitas
kesejahteraan dan dengan cara Hidup sedang
kualitas hidup nya mencentang 33-66
secara menyeluruh (√) Kualitas
terkait kondisi Hidup rendah
kesehatan psikologi

69
serta hubungan sosial.
0-33
WHOQOL-
BREF.

3.7. Instrument penelitian

Instrument yang digunakan untuk penelitian ini adalah kuesioner.

Dalam penelitian ini menggunakan dua kuesioner untuk pengumpulan

data, yaitu :

a. Kuesioner interaksi sosial

Instrumen kuesioner yang digunakan peneliti adalah kuesioner

yang di adopsi dari Wahyu Nur Rohmawati 2017 dengan judul

hubungan interaskim sosial dengan tingkat kesepian dan depresi

pada lansia di balai pelayanan sosial tresna werdha unit budi

luhur yogyakrta. Kuesioner interaksi sosial ini terdiri dari 24 item

pertanyaan. Penelitian yang digunakan dalam penelitaian ini

menggunakan skala Likert. responden mengisi kuesioner dengan

memberikan tanda centang (√).

Table. 3.2. indikator Kuesioner Interaksi Sosial

No Skor Keterangan
1 5 Sangat tidak setuju
2 4 Tidak setuju
3 3 Cukup
4 2 Setuju
5 1 Sangat setuju

70
Table. 3.2. Hasil ukur Kuesioner Interaksi Sosial

Interaksi sosial Baik 67-100

Interaksi sosial Cukup 33-66

Interaksi sosial Rendah 0-33

b. Kuesioner Kualitas Hidup

Instrumen kuesioner yang digunakan peneliti adalah kuesioner

WHOQOL-BREF. Kuesioner ini adalah kuesioner yang di

rangkum oleh World Health Organization Quality Of Life

(WHOQOL)-100 dan terdiri dari 26 pertanyaaan. WHOQOL ini

berisi tentang aspek-aspek kualitas hidup yang meliputi : dimensi

fisik, dimensi interaksi sosial, dimensi lingkungan dan dimensi

psikologis. Kuesioner ini dibagi menjadi dua bagian yaitu

pertanyaan kualitas hidup secara menyeluruh dan pertanyaan

kesehatan secara umum. Semua pertanyaan berdasarkan skala

Likert lima poin (1-5) dengan 4 macam jawaban yang fokus pada

intensitas, kapasitas, frekuensi dan evaluasi.

Table. 3.4. indikator kuesioner kualitas hidup

Indikator Nomor item pertanyaan

71
Dimensi fisik 3,4,10,15,16,17,18

Dimensi sosial 5,6,7,11,19,26

Dimensi lingkungan 20,212,22

Dimensi psikologi 8,9,12,13,14,23,24,25

Table 3.5.Hasil ukur Kuesioner Kualitas Hidup

Kualitas Hidup Tinggi 67-100

Kualitas Hidup Sedang 33-66

Kualitas Hidup Rendah 0-33

3.8. Uji Validitas

Uji Validitas merupakan uji yang berfungsi untuk melihat apakah

suatu alat ukur tersebut valid (sahih) atau tidak valid. Alat ukur yang

dimaksud disini merupakan pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam

kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan tersebut pada

kuesioner dapat mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh kuesioner.

Misalnya, kita ingin mengukur Kinerja Karyawan. Untuk melihat tingkat

kinerja karyawan, karyawan tersebut diberi lima pertanyaan, maka lima

pertanyaan tersebut harus tepat mengungkapkan bagaimana kinerja

karyawan. (Dewidan,2018)

72
Dalam uji pengukuran validitas terdapat dua macam yaitu Pertama,

mengkorelasikan antar skor butir pertanyaan (item) dengan total item.

Kedua, mengkorelasikan antar masing-masing skor indikator item dengan

total skor konstruk. (Dewidan,2018)

Dengan demikian menunjukan bahwa hasil dari penelitian sebelum

nya yang dibuat oleh Mela Brig Murdanita tahun 2018 dengan judul

Hubungan Kesepian Lansia Dengan Interaksi sosial Lansia di UPT

Pelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan bahwa sebagian besar lansia

interaksi sosial cukup sebanyak 47 lansia (78,3%), sebagaian kecil

interaksi sosial baik sebanyak 6 orang (10%) dan lansia dengan interaksi

kurang sebanyak 7 orang (11,7%).

3.9. Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu

alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Sehingga uji reliabilitas

dapat digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat ukur

tetap konsisten jika pengukuran tersebut diulang. Alat ukur dikatakan

reliabel jika menghasilkan hasil yang sama meskipun dilakukan

pengukuran berkali-kali. Biasanya sebelum dilakukan uji reliabilitas data,

dilakukan uji validitas data. (Dewidan,2018)

Hal ini dikarenakan data yang akan diukur harus valid, dan baru

dilanjutkan dengan uji reliabilitas data. Namun, apabila data yang diukur

tidak valid, maka tidak perlu dilakukan uji reliabilitas data(Dewidan,2018)

73
3.10. Prosedur Pengumpulan Data

a. Menentukan rumusan masalah.

b. Mengajukan surat perizinan untuk melakukan pengambilan data

atau studi pendahuluan kepada program studi S1 Ilmu

Keperawatan Universitas Muhammadiyah Cirebon.

c. Mengajukan surat perizina data dari Bakesbangpol dan Kelurahan

Tukmudal.

d. Pada tanggal 10 maret 2022 peneliti meminta surat kependudukan

pada pihak Kelurahan Tukmudal.

e. Melakukan studi pendahuluan pada tanggal 18 Maret 2022.

f. Menentukan variabel penelitian yang akan di teliti.

g. Melakukan studi kepustakaan untuk menjadikan gamabaran dan

pemicu peneliti untuk proses ujian sidang proposal.

h. penyusunan instrumen kuisioner penelitian yang akan dibagikan

pada responden.

i. peneliti melakukan pendekatan pada responden untuk meminta izin

pengambilan data pada responden, membacakan information

concent dan membantu responden untuk mengisi / menandatangani

information concent yang telah disediakan untuk responden.

74
j. membantu menjelaskan dan membcakan kuesioner kepada

responden dan membantu mengisi atau menjawab kuesioner.

k. mengucapkan terima kasih pada responden yang telah bersedia

untuk menyetujui pengambilan data dan mengisi kuesioner.

l. melakukan bimbingan dengan dosen-dosen pembimbing.

3.11. Pengolaan Data

Pengolahan data dalam penelitain ini dikumpulkan dengan

menggunakan kuesioner untuk data demografi, interaksi sosial,

dan kualitas hidup. Selanjut kuesiner terkumpul akan diolah

dengan tahapan sebagai berikut:

a. Memeriksa Data (editing data)

Kuesioner yang telah dikumpulkan diperiksa kembali

kelengkapan jawaban. Editing data dilkaukan dilapangan

sehingga apabila terjadi kekurangan jawaban atau

ketidaksesuaian jawaban maka dapat segera dilengkapi.

b. Memberi tanda kode (coding data)

Hasil jawaban yang telah didapatkan dikelompokkan dengan

cara memberi kode-kode berupa tanda atau angka untuk

memudahkan proses pengolahan data

c. Pengolahan data (processing data)

Peneliti menggunakan bantuan aplikasi SPSS (Statistical

Product For Social Science) untuk mempermudah perolehan

75
data atau ringkasan data dengan menggunakan rumus tertentu

sehingga dapat menghasilkan informasi yang diperlukan.

d. Cleaning

Oleh peneliti data diperiksa kembali untuk menghindari

kesalahan yang terjadi pada saat memasukkan data kedalam

program computer sehingga data bebas dari kesalahan dan

menghasilkan hasil yang akurat.

e. Tabulasi

Tabulasi adalah table-tabel yang berisikan data yang telah

diberi kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan. Tabulasi

merupakan penyajian yang banyak digunakan karena lebih

efesien dan cukup komunikatif

3.12. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisi univariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan analisis descriptive. Analisis descriptive ini digunakan

untuk menjabarkan setiap variable yang diteliti di blok desa

lama Kelurahan Tukmudal Kecamatan sumber. Pada analisis

univariat akan dihasilkan data prosentase, mean, median,

standar deviasi, min dan max dari variabel penelitian.

Prosentase adalah nilai yang dipersentasekan dari hasil skor

perhitungan. Mean adalah nilai rata-rata dari hasil perhitungan.

76
Standar deviasi adalah simpangan baku sebagai ukuran sebaran

statistik yang paling lazim atau jarak-jarak penyimpangan titik-

titik data diukur dari nilai rata-rata data. Minimum adalah nilai

terkecil dari fungsi perhitungan. Sedangkan maksimum adalah

nilai terbesar dari fungsi perhitungan

b. Analisis Bivariat

Dalam penelitian ini menggunakan skala ordinal (non-

parametrik) sehingga uji yang digunakan dalam penelitian ini uji

korelasi chi square test bila mana data berdistribusi normal dan

rank spearman bila mana data tidak berdistribusi normal. Uji chi

square ini adanya 2 sampel yng digunakan untuk mengetahui

apakah terdapat hubungan anatar kedua variabel atau tidak ada

hubungan. Taraf signifikansi yang digunakan pada uji korelasi

yaitu 0,05 yang artinya apabila ρ < α = 0,05, maka hipotesa

diterima yang berarti ada hubungan (Nursalam, 2017). Uji

normalitas untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal, untuk apakah

residual distribusi normal atau tidak yaitu menggunakan analisa

statistic Shapiro wilk dan analisis grafik . Hasil penelitian

dikatakan distribusi normalitas apabila nilai Asymp. Sig (2-tailed)

variable residual berada diatas 0.05 dan 5% . sebaliknya apabila

ada dibawah 0.05 dan 5% data tidak distribusi normal atau tidak

memenuhi normalitas.

77
3.13. Etika Penelitian

Etika membantu peneliti untuk melihat secara kritis moralitas dari sisi

subyek penelitian. Etika juga membantu untuk merumuskan pedoman etis

yang lebih kuat dan norma-norma baru yang dibutuhkan karena adanya

perubahan yang dinamis dalam suatu penelitian. Peneliti dalam

melaksanakan seluruh kegiatan penelitian harus menerapkan sikap ilmiah

(scientific attitude) serta menggunakan prinsip-prinsip yang terkandung

dalam etika penelitian, tidak semua penelitian memiliki risiko yang dapat

merugikan atau membahayakan subyek penelitian, akan tetapi peneliti

berkewajiban untuk mempertimbangkan aspek moralitas dan kemanusiaan

subyek penelitian (Kemenkes RI, 2018)

Penelitian ini dimulai dengan melakukan beberapa prosedur yang

berhubungan dengan etika penelitian yang meliputi:

1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)

Peneliti memberikan lembar persetujuan kepada responden sebelum

dilakukan penelitian agar responden mengetahui dan memahami

maksud dan tujuan dari penelitian serat dampak yang akan terjadi

selama dalam pengumpulan data. Responden yang bersedia harus

menandatangi lembar persetujuan yang diberikan, jika tidak bersedia

maka peniliti harus menghormati hak-hak responden.

2. Anonimity (Tanpa Nama)

Peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar

pengumpulan data yang diisi oleh responden guna menjaga

78
kerahasiaan identitas responden. Lembar tersebut akan diberi kode

tertentu.

3. Confidence (Kerahasiaan)

Peneliti akan menjaga kerahasiaan data yang telah diberikan oleh

responden. Kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau

dilaporkan pada hasil riset

79
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian


4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian Menggenai Hubungan Interaksi Sosial denga Kualitas

Hidup Lansia di Blok Desa Lama Kel. Tumudal Kec. Sumber Kab. Cirebon

Tahun 2022. Penelitian ini dilaksanaakan pada bulan Agustua – September

dengan mendatangi secara sepontan Lansia yang berada di Blok Desa Lama

dari rumah ke rumah.

Blok Desa Lama berlokasi di Jl. Sultan Hasanudin Kel. Tukmudal

Kac. Sumber Kab. Cirebon. Lokasi penelitian secara geografis berada apada

posisi yang strategis, karena lokasi penelitian tersebut dekat dengan beberapa

musolah atau masjid, sekolah dasar hingga sekolah menenagh atas taman

bermain, kantor polisi. Bagi lansia yang mengalami keterbatasan fisik lokasi

disana sangat mudah untuk dijangkau karena dekat dengan puskesmas dan

rumah sakit. Lansia yang tinggal di sekitar blok desa lama ada sekitar 65

Lansia.

Dilingkungan sekitar blok desa lama biasanya lansia memiliki aktifitas

tersendiri diantaranya menyapu halaman, berkebun dengan anak ataupun

cucu, berbincang,bincang dengan masyarakat ataupun lansia lain dan

80
memiliki kegiatan rutinan diantaranya adalah mengaji dari musolah atau

masjid ke masjid yang lain nya secara bergilir dan terdapat posyandu lansia

yang kegiatan nya berupa senam lansia, pemberian sosialisasi kegaitan yang

bisa lansia lakukan dll.

4.1.2. Karakteristik Responden

Dari hasil penelitian didapatkan sejumlah 40 lansia yang memiliki

kriteria sebagai sampel dari penelitian. Responden sebelum nya sudah

mengisi kuesioner interaksi sosial dan kualitas hidup.

4.1.3. Analisa Univariat


4.1.3.1. Distribusi tingkat Interaksi Sosial Lansia
Tingkat interaksi sosial lansia dapat diukur berdasarkan jawaban lansia

yang telah mengisi kuesioner dengan 24 pertanyaan pada kuesioner skala

likert. Telah dilakukan analisa data distribusi frekuensi tingkat interaksi

sosial lansia sebagai berikut.

Table 4.2

Tingkat interaksi sosial lansia

Hasil skor interaksi sosial Frekuensi Presentase %


lansia
Tinggi 13 32.5
Sedang 12 30.0
Rendah 15 37.5
Total 40 100.0

81
Berdasarkan table 4.2 data yang tercantum diatas sebagian besar dari

responden memiliki interaksi sosial yang rendah. Jumlah dari masing-

masing hasil tersebut kategori tinggi sebanyak 13 responden dengan

presentase 32.5%, kategori sedang sebanyak 12 responden dengan

presentase 30.0 % dan kategori rendah sebanyak 15 responden dengan

presentase 37.5%.

4.1.3.2. Distribusi tingkat Kualitas Hidup Lansia

Tingkat Kualitas hidup lansia dapat diukur berdasarkan jawaban lansia

yang telah mengisi kuesioner dengan 26 pertanyaan pada kuesioner skala

liker. Telah dilakukan analisa data distribusi frekuensi tingkat interaksi sosial

lansia sebagai berikut:

Table 4.3

Tingkat Kualitas Hidup Lansia


Hasil skor Kualitas hidup Frekuensi Presentase %
lansia
Tinggi 11 27.5
Sedang 10 25.0
Rendah 19 47.5
Total 40 100.0

Berdasarkan table 4.3 data yang tercantum diatas sebagian besar dari

responden memiliki Kualitas Hidup yang rendah. Jumlah dari masing-masing hasil

tersebut kategori tinggi sebanyak 11 responden dengan presentase 27.5%, kategori

82
sedang sebanyak 10 responden dengan presentase 25.0% dan kategori

rendah sebanyak 19 responden dengan presentase 47.5%.

4.1.4. Analisa Bivariat


Analisa bivariat ini untuk mengetahui anatar dua variabel. Dlam penelitian

ini digunakan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan anataran

interaksi sosial dengan kualitas hidup pada lansia di Blok desa lama Kel.

Tukmudal Kec. Sumber Kab. Cirebon tahun 2022. Sebelum dilakukan uji

statistik maka dilakukan terlebih dahulu uji normalitas guna menentukan

sebaran data apakah berdistribusi normal atau tidak.

Uji normalitas ini menggunakan SPSS versi 26 For Windows dengan

menggunakan metode Shapiro Wilk dengan taraf signifikasi 5% (0.05) yaitu

apabila nilai signifikasi lebih dari 0.05 (Sig > 0.05) maka data berdistribusi

normal, dan apabila nilai signikiasi kurang dar 0.05 (Sig < 0.05) maka data

tidak berdistribusi normal.

4.1.4.1. Uji Normalitas


Tabel 4.4.
Uji Normalitas Hubungan Interaksi Sosial Dengan Kualitas Hidup
Lansia Di Blok Desa Lama Kel. Tukmudal Kec. Sumber Kab. Cirebon
tahun 2022

Variabel Nilai Sig Keterangan

83
Interaksi Sosial 0.000 Data tidk berdistribusi Normal
Kualitas Hidup 0.000 Data tidk berdistribusi Normal

4.1.4.2. Hasil uji korelasi


Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini peneliti melakukan uji

Chi-Square dan perhitungan nya dibantu dengan sistem komputerisasi SPSS

versi 26 For Windows dari hasil uji korelasi anatara dua versi variabel ini

didapatkan hasilnya :

Table 4.5

Table korelasi antara hubungan interaksi sosial dengan kualitas hidup lansia di
blok desa lama kel. Tukmudal

Kualitas
hidup

Interaksi Tinggi Sedang Rendah Total P-


sosial Value
f % f % f % f %

Tinggi 11 100.0 2 20.0 0 0.0 1 100.0


3
Sedang 2 20.0 8 80.0 4 21.1 1 100.0 0.000
2 100.0
Rendah 0 0.0 0 0.0 15 100.0 1
5

Total 13 32.5 10 30.0 19 78.9 4 100.0


0

Pada tabel 4.4 bahwa hasil dari uji Chi-Square di dapatkan hasil P-

Value 0.000<0.05 sehingga Ha diterima. Hal tersebut menunjukkan bahwa H0

84
ditolak dan Ha di terima, yaitu ada hubungan yang signifikan antara Hubungan

Interaksi Sosial dengan Kualitas Hidup Lansia di Blok Desa Lama Kel.

Tukmudal Kec. Sumber Kab. Cirebon tahun 2022

85
4.2. Pembahasan
4.2.1. Interaksi Sosial Pada Lansia

Berdasarkan table 4.2 data yang tercantum diatas sebagian besar dari

responden memiliki interaksi sosial yang rendah. Jumlah dari masing-masing

hasil tersebut kategori tinggi sebanyak 13 responden dengan presentase

(32.5%) , kategori sedang sebanyak 12 responden dengan presentase (30.0%)

dan kategori rendah sebanyak 15 responden dengan presentase (37.5%).

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa responden yang berusia

60- 74 tahun paling banyak mengalami interaksi sosial yang kurang baik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sengkey

(2017) yang mengatakan lansia dengan interaksi sosial yang kurang baik

berumur 60 – 74 tahun sebanyak 48.7%. dengan hasil penelitian menunjukan

responden dengan rentan usia 60-74 tahun merupakan yang paling banyak.

Hal ini di sebabkan karena dalam rentan umur tersebut lansia masih kooperatif

bila diajak berbicara. Seiring bertambahnya usia lansia akan meningkatkan

morbiditas sehingga dapat mempengaruhi sosial pada lansia (LisaAnitaSari,

2021)

Interaksi sosial memainkan peranan amat penting pada kehidupan

lanjut usia. Hal ini dikarenakan pada usia lanjut, para lanjut usia mengalami

penurunan kemampuan tubuh dan panca indera. Penurunan kemampuan yang

berpengaruh dan membatasi aktivitas dan gerak dalam kehidupannya.

Penurunan kemampuan yang membuat para lanjut usia tidak sanggup

lagibepergian jauh, tidak terlalu peka pada suara yang pelan, pada tulisan yang

86
tidak terlalu besar, bahkan pada kondisi tertentu sering lupa dan tidak dapat

mengingat hal-hal yang baru saja dialaminya (pikun). (Della Sahrantika,

2017)

Fenomena yang terdapat di masyarakat menunjukan lansia yang

tinggal bersama anggota keluarga di rumh akam mendapatkan perhatian lebih

baik dari anggota keluarga, namun sering terjadi lansia tersebut ditinggal

anggota keluarganya untuk bekerja dan hanya bisa berinteraksi pada malam

harinya. Namun mereka masih bisa berinteraksi dengan masyarakat

lingkungan sekitar dengan pergi keacara pengajian, terlebih lagi lansia bisa

mengalami gangguan psikososial seperti depresi jika ia merasa tidak di

perhatikan karena kurangnya interaksi sosial.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia akan mengakibatkan

menurunnya peran sosial lansia dan juga menurunnya derajat kesehatan

akibatnya lansia akan kehilangan pekerjaan dan merasa menjadi individu yang

kurang mampu. Hal tersebut akan mempengaruhi interaksi sosial lansia

karena lansia menarik diri dari hubungan dengan masyarakat sekitar secara

perlahan. Interaksi sosial yang buruk pada lansia dapat mempengaruhi

kualitas hidup lansia dimana hal tersebut akan menyebabkan lansia merasa

terisolir sehingga lansia jadi suka menyendiri dan akan menyebabkan lansia

depresi (Nugraha & Agustin, 2020).

Berkurangnya interaksi sosial dapat menyebabkan perasaan terisolir,

sehingga lansia menyendiri atau mengalami isolasi sosial. Seseorang yang

87
menginjak usia lanjut akan rentan terhadap depresi apabila perasaan

isolasitersebut meningkat karena lansia merasa terisolir, sehingga lansia dapat

mengalami depresi,hal ini dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia itu

sendiri. Selain itu apabila lansia jarang melakukan interaksi sosial dapat

menurunkan kemampuan bahasa dan kemampuan memorinya. (Widodo dkk,

2016)

Supraba (2015) mengatakan bahwa interaksi sosial berperan penting

utnuk mentoleransi kondisi kesepian yang ada dalam kehidupan sosial lansia.

Lansia yang yang dapat berinteraksi dengan baikseperti berinteraksidengan

tetangga dan masyarakat di sekitarnya serta bisa mengikuti kegiatan yang ada

di daerah nya berada, maka akan mendapatkan dukungan sosial yang baik

pula dari lingkungannya dan apabila penyesuaian diri lansia tersebut tidak

baik karena kurangnya interaksi dengan linkungan di sekitar lanisa maka

dukungan sosial yang di dapatkan lanjut usia juga pasti tidak baik

Asusmsi peneliti, hubungan interaksi soaial mempunyai peranan

dalam kualitas hidup lansia. Interaksi sosial sendiri merupakan hubungan sosial

yang saling mempengaruhi antar individu yang satu dengan individu yang lainnya,

yang terjadi di masyarakat yang berlangsung sepanjang hidupnya. Interaksi sosial

dapat berdampak positif terhadap kualitas hidup karena dengan adanya interaksi

sosial lansia tidak merasa kesepian . Masing-masing orang memiliki motivasinya

sendiri dalam melakukan interaksi sosial. pikiran. bertahan hidup, apabila ia tidak

menjalin interaksi dengan seorang individu lainnya. Hal ini merupakan dasar dari

terjadinya proses sosial.

88
4.2.2. Kualitas Hidup Pada Lansia

Berdasarkan table 4.3 data yang tercantum diatas sebagian besar dari

responden memiliki Kualitas Hidup yang rendah. Jumlah dari masing-masing

hasil tersebut kategori tinggi sebanyak 11 responden dengan presentase

27.5%, kategori sedang sebanyak 10 responden dengan presentase 25.0% dan

kategori rendah sebanyak 19 responden dengan presentase 47.5%.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan kesamaan dengan hasil

penelitian Widodo, Nurhamidi dan Agustina (2016) tentang “Hubungan

Interaksi Sosial dengan Kualitas Hidup Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas

Pekauman Banjarmasin” menunjukkan hubungan yang signifikan antar

interaksi sosial, lansia yang memiliki interaksi sosial yang baik akan memiliki

kualitas hidup yang baik pula. Hal ini berarti semakin baik aktivitas sosial dan

interaksi sosial, maka semakin baik kualitas hidup lansia. Namun apabila

aktivitas sosialnya buruk, interaksi sosialnya kurang, maka kualitas hidup

lansia akan menurun. Kemampuan lansia untuk terus menjalin interaksi sosial

merupakan kunci untuk mempertahankan status sosialnya berdasarkan

kemampuan untuk berinteraksi.

Menurut Pattikawa (2012) adanya perubahan kualitas hidup yang

dialami oleh lansia biasanya cenderung mengarah ke arah yang kurang baik.

Biasanya hal tersebut berhubungan dengan lingkungan sosial ekonomi lansia

seperti berhenti bekerja karena pensiun, kehilangan anggota keluarga yang

dicintai dan teman, dan ketergantungan kebutuhan hidup serta adanya

penurunan kondisi fisik yang disebabkan oleh faktor usia.

89
Perubahanperubahan tersebut menjadi suatu kendala dalam menentukan

tingkat kesejahteraan lansia, karena adanya penurunan dalam pemenuhan

kebutuhan hidup.

Adanya perubahan kualitas hidup yang dialami oleh lansia biasanya

cenderung mengarah ke arah yang kurang baik. Biasanya hal tersebut

berhubungan dengan lingkungan sosial ekonomi lansia seperti berhenti

bekerja karena pensiun, kehilangan anggota keluarga yang dicintai dan teman,

dan ketergantungan kebutuhan hidup serta adanya penurunan kondisi fisik

yang disebabkan oleh faktor usia. Perubahan-perubahan tersebut menjadi

suatu kendala dalam menentukan tingkat kesejahteraan lansia, karena adanya

penurunan dalam pemenuhan kebutuhan hidup (Utami, 2017).

Asusmsi peneliti, hubungan sosial mempunyai peranan dalam kualitas

hidup lansia. Menurut Khan (2014) kualitas hidup lansia sangat dipengaruhi

oleh faktor sosial terutama pengaturan hidup, partisipasi sosial dan dukungan

sosial (keluarga) untuk memenuhi kebutuhan sosial yang diasumsikan sebagai

kebutuhan penting untuk memahami kebutuhan sosial pada lansia yang

berubah dari lingkungan sekitar dan untuk memastikan bahwa perubahan ini

tidak membahayakan kualitas hidup Lansia.

4.2.3. Analisa Hubungan Interaksi Sosial Dengan Kualitas Hidup Pada Lansia

di Blok Desa Lama

Pada tabel 4.4 bahwa hasil dari uji Chi-Square di dapatkan hasil P-

Value 0.000<0.05 sehingga Ha diterima. Hal tersebut menunjukkan bahwa H0

90
ditolak dan Ha di terima, yaitu ada hubungan yang signifikan antara Hubungan

Interaksi Sosial dengan Kualitas Hidup Lansia di Blok Desa Lama Kel.

Tukmudal Kec. Sumber Kab. Cirebon tahun 2022

Pada tabel 4.4 lansia dengan interaksi sosial baik memiliki kualitas

hidup tinggi. Hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti

hal tersebut dikarenakan lansia dapat menerima keadaan dan kondisi

kehidupan nya , mampu melakukan aktivitasnya sesuai dengan kemampuan,

tetap merasa bahagia, serta dapat menikmati masa tua dengan penuh makna,

berguna dan berkualitas. Lansia juga sudah menyadari dan menerima dengan

kondisi fisik yang mulai menurun namun, mereka masih tetap semangat dan

dapat melakukan kegiatan yang yang diadakan dilingkungan tersebut atau

kegiatan yang diadakan diposyandu lansia.

Hasil wawancara oleh penelitinmenunjukkan bahwa lansia dengan

keterlibatan sosial yang lebih besar memiliki semangat dan kepuasan hidup

yang tinggi dan penyesuaian serta kesehatan mental yang lebih positif dari

pada lansia yang kurang terlibat secara sosial. Semangat dan kepuasan hidup

yang dialami lansia menyebabkan kualitas hidupnya membaik, hal ini yang

menjelaskan bahwa lansia yang memiliki hubungan sosial baik sebagian besar

adalah lansia yang memiliki kualitas hidup yang baik pula.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh peny

Indrawati(2019).Lansia yang tinggal di rumah dipengaruhi oleh dukungan

keluarga dan lingkungan masyarakat sehingga lansia akan mengalami

perubahan yang positif terhadap kehidupan dan sebaliknya lansia akan

91
mengalami perubahan yang negatif bila dukungan keluarga dan lingkungan

masyarakat yang diterima kurang. Sedangkan menurut Sanjaya dan Rusdi

(2012) menyatakan bahwa untuk meningkatkan kualitas hidup lansia maka

lansia harus memiliki interaksi sosial yang baik sehingga lansia tidak akan

merasa kesepian dalam hidupnya.

Asumsi peneliti. Adanya perubahan kualitas hidup yang dialami oleh

lansia biasanya cenderung mengarah ke arah yang kurang baik. Biasanya hal

tersebut berhubungan dengan lingkungan sosial ekonomi lansia seperti

berhenti bekerja karena pensiun, kehilangan anggota keluarga yang dicintai

dan teman, dan ketergantungan kebutuhan hidup serta adanya penurunan

kondisi fisik yang disebabkan oleh faktor usia. Hal tersebut akan

mempengaruhi interaksi sosial lansia karena lansia menarik diri dari hubungan

dengan masyarakat sekitar secara perlahan. Interaksi sosial yang buruk pada

lansia dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia dimana hal tersebut akan

menyebabkan lansia merasa terisolir sehingga lansia jadi suka menyendiri dan

akan menyebabkan lansia depresi

4.3. Keterbatasan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti merasa belum sepenuhnya optimah

akan hasil yang telah didapatkan karena banyak kelemahan dan keterbatasan

yang dimiliki oleh peneliti anatara lain :

1. Peneliti adalah pemula atau pertama kali melakukan penelitian sehingga

belum bisa mengaplikasikan teori menyeluruh dengan hasil yang

didapatkan sebatas kemampuan peneliti.

92
2. Pada saat melakukan proses pengumpulan data ataupun informasi yang

diberikan responden melalui kuesioner terkadang tidak menunjukan

pendapat responden yang sebenarnya atai tidak jujur. Hal ini terjadi karena

adanya perbedaan pemikiran atau pendapat bagi setiap responden masing-

masing. Serta faktor-faktor yang lain seperti, faktor kejujuran saat mengisi

pendapat dalam angket kuesioner.

93
BAB V

PENUTUP

Bab akhir ini peneliti akan menjelaskan mengenai kesimpulan yang diperoleh

dari hasil penelitian dan beberapa saran yang nantinya dapat digunakan untuk

penelitian selanjutnya bagi pihak-pihak terkait.

5.1. Kesimpulan

Hasil kesimpulan yang dilakukan di Blok Desa Lama Kel. Tukmudal


Kec. Sumber Kab. Cirebon tahun 2022 adalah sebagai berikut :

1. responden memiliki interaksi sosial yang rendah. Jumlah dari masing-

masing hasil tersebut kategori rendah sebanyak 15 responden dengan

presentase 37.5%.

2. responden memiliki Kualitas Hidup yang rendah. Jumlah dari masing-

masing hasil tersebut kategori rendah sebanyak 19 responden dengan

presentase 47.5%.

3. hasil dari uji Chi-Square di dapatkan hasil P-Value 0.000<0.05 dengan ini

ada hubungan yang signifikan antara Hubungan Interaksi Sosial dengan

Kualitas Hidup Lansia di Blok Desa Lama Kel. Tukmudal Kec. Sumber

Kab. Cirebon tahun 2022

5.2. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

94
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi masyarakat tentang

pentingnya pengetahuan mengenai hubungan interaksi sosial dengan kualitas

hidup lansia di Blok Desa Lama Kel. Tukmudal Kec. Sumber Kab. Cirebon

Tahun 2022

2. Bagi Mahasiswa Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengetahuan bagi

mahasiswa kesehatan mengenai hubungan interaksi sosial dengan kualitas

hidup lansia di Blok Desa Lama Kelurahan Tukmudal.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat di kembangkan untuk bahan acuan menjadi

penelitian yang lebih kompleks terhadap faktor interaksi sosial dengan

kualitas hidup lansia dengan frekuensi mengikuti kegiatan yang didukung

oleh keluarga dan lingkungan sekitar serta informasi kesehatan dalam

mempertahankan priduktifitas dan kualitas hidup lansia pada masa tua.

4. Bagi Kelurahan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan praktik bagi

Kelurahan mengenai hubungan interaksi sosial dengan kualitas hidup lansia

di Blok Desa Lama Kelurahan Tukmudal.

5. Bagi responden

Peneliti berharap untuk dapat aktif mengikuti kegiatan yang diadakan

oleh mashyarakat sekitar atau yang diadakan oleh posyandu lansia dengan

95
tujuan untuk meningkatkan interaksi sosial dengan lansia lain atau dengan

masyarakat lain dan untuk menghindari perasaan kesepian yang akan

berujung depresi serta dapat meningkatkan kualitas hidup pada lansia.

96
DAFTAR PUSTAKA

Abdul muhith.2016, Pendidikan Gerontik. Yogyakarta : CV Andi

Abdul & Sandu, 2016. Pendidikan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Penerbit


Andi.

Andesty, D., & Syahrul, F. (2018). Hubungan Interaksi Sosial Dengan Kualitas
Hidup Lansia Di Unit Pelayanan Terpadu (Uptd) Griya Werdha Kota Surabaya
Tahun 2017. The Indonesian Journal Of Public Health, Vol 13, No, 169–180.

Andesty, D. 2017. Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Hidup Lanjut Usia
(Lansia) di Panti Griya Werdha Kota Surabaya. Skripsi. Surabaya: Universitas
Airlangga

Angeline Xiao, 2018. Jurnal Komunikasi, Media dan Informatika, Konsep Interaksi
Sosial dalam komunikasi, teknologi, masyarakat Vol. 7 No. 2 /Agustus

Anny R M, Ummi K, Feroniks P, Ika W /Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan


Vol.13 No.1 (2022) 176-184. Hubungan Interasksi Sosial dan fungsi keluarga
dengan kualitas hidup pada lansia di seroja desa sambiyan rembang

Aini Nur. (2018). Teori Model Keperawatan Beserta Aplikasinya Dalam


Keperawatan. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Ariyani, A. M. (2013). Lansia Di Panti Werdha ( Studi Deskriptif Mengenai Proses


Adaptasi Lansia Di Panti Werdha Hargo Dedali Surabaya ). Jurnal Ilmu Sosial
Dan Politik, 1–13.

Azwan, Herlina, dan Karim,D. 2015. Hubungan Dukungan Sosial Teman Sebaya
dengan Kualitas Hidup Lansia di panti Sosial Tresna Werdha. JOM, vol 2(2):
pp. 962- 970.

Cahyono, A. S. (2016). Pengaruh media sosial terhadap perubahan sosial masyarakat


di Indonesia. Jurnal Publiciana, 9(1), 140– 157

Dewi DAAN. Modul III: Uji Validitas dan Reliabilitas. Statistika Terapan.
Universitas Dipenogoro. 2018: 1-14.

97
Dewi, Sofia Rhosma. (2014). Buku Keperawatan Gerontik Edisi I. Yogyakarta:
Deepublish.

Depkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

Dina Andesty, Fariani Syahrul. Hubungan Interaksi sosial dengan Kualitas Hidup
Lansia di Unit Prlayanan Terpadu (UPTD) griya werda Surabaya tahun 2017.
The Indonesian Journal of Public Health, Vol 13, No 2 Desember 2018: 169-
180

Donsu, J. ( 2017). Metodologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta : Pustaka Baru


Pers.

Erni Utami. 2017. Hubungan tipe kepribadian dengan tingkat kepuasan interaksi
sosial lansia. Jurnal keperawatan lansia Vol 5. No 2

Fitriyadewi, W. L., & Suarya, S. K. (2016). Peran interaksi sosial terhadap kepuasan
hidup lansia. Jurnal Psikologi Udayana, 3(2), 332–341

Hayati S. (2010). Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Kesepian Pada Lansia.


Universitas Sumatera Utara.

Ilham Cahyo Nugroho. 2018. Hubungan aktivitas sosial dengan kualitas hidup lansia
pada penderita hipertensi di Padukuhan Kaliwanglu Wetan Harjobinangun
Pakem Sleman Jogjakarta. Jurnal keperawatan Yogyakarta Vo 4. No 1

Irma Damayanti , Ibrahim HS , Khairani, 2021,Hubungan Interaksi Sosial Dengan


Kualitas Hidup Lanjut Usia Idea Nursing Journal Vol. XII No. 1 2021

Kemenkes RI. (2017). Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI Situasi
dan Analisis Lanjut Usia. Jakarta: Kemenkes RI.

Kurniawan Amin , Sigit Mulyono , Lili Herlina Jurnal Kesehatan Panrita Husada
Hubungan Interaksi sosial dengan kualitas Hidup Lansia di Wilayah kerja
Puskesmas Bangkala Kelurahan Biring, Vol. 5 No.1,Maret 2020

Khan, A. R. (2014). Influence Of Social Factors To The Quality Of Life Of The


Elderly In Malaysia. From Https://Benthamopen.Com/Contents/Pdf/M
Edj/Medj-1-29.Pdf

Lisa Anita Sari, Interaksi Sosial pada Lansia yang Tinggal Bersama Keluarga Lisa
Anita Sari Jurnal Ilmiah Ners Indonesia, Volume 2, Nomor 2, November 2021

98
Maria De Jesus Et Al, 2018. Hubungan kecerdasan emosiaonla dengan interaksis
sosial pada lansia di posyandu Tlogo Suryo Malang . Volume 3, Nomor 1,

Mujahidullah, K. (2012). Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Murlis, 2019. Interaksi sosial angtara orang lanjut udia dengan masyarakat . Vol.1
No.1 Februari

Muhith, A., & Siyoto, S. (2016). Pendidikan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Cv.
Andi Offset.

Nugroho, W. (2009). Komunikasi Dalam Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.

Nursalam (2017), Metodologi penelitian Untuk Keperawatan ed. 4. Jakarta :


Salemba medika

Nuraini, Et Al. (2018). Hubungan Interaksi Sosial Dengan Kesepian Pada Lansia Di
Kelurahan Tlogomas Kota Malang. Nursing News, Vol 3 No 1, 603–611

Nurlianawati, L., Utami, W. A., & Rahayu, S. M. (2020). Hubungan Interaksi Sosial
dengan Kualitas Hidup Lansia di PSTW Ciparay. Jurnal Keperawatan BSI (Vol
VIII, No 1, 100-105).

Perakis et al,. 2017. Home dot old, home service advancing the social interaction of
elderly people. Vol 3. No 2

Pattikawa, Et Al. (2012). Hubungan Interaksi Sosial Dengan Kualitas Hidup Lansia
Di Panti Sosial Tresna Werdha Ina-Kaka Kota Ambon Provinsi Maluku. Jurnal
Kesmas, Volume 7

Potter & Perry. (2011). Fundamental Keperawatan Buku Ed. 4. Jakarta: Salemba
Medika.

Tipologi interaksi sosial dalam meningkatklan karakteristik disiplin siswa .


muhammad mushfi el iq bali , Jurnal peningkatan karakteristik Januari-juni
2020. Vol 04 no. 01

Rahmi. (2015). Gambaran Tingkat Kesepian Pada Lansia Di Panti Tresna Werdha
Pandaan. Seminar Psikologi & Kemanusiaan, (Isbn: 978-979-796-324-8)

Samper, T. P. Et Al. (2017). Hubungan Interkasi Sosial Dengan Kualitas Hidup


Lansia Di Bplun Senja Cerah Provinsi Sulawesi Utara. E-Journal Keperawatan,
Vol 5 No 1

99
Septiningsih S & Na’imah T. (2009). Kesepian Pada Lanjut Usia: Studi Tentang
Bentuk, Faktor Pencetus Dan Strategi Koping. Psikologi, (1), 1–9.

Sunaryo Et Al. (2016). Asuhan Keperawatan Gerontik (Ed. L). Yogyakarta: Cv. Andi
Offset.

Soekanto, 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Sunaryo, 2015. Sosiologi untuk keperawatan. (Ed.1). Jakarta. Bumi Medika

Sujarweni, V. (2014). Penelitian Keperawatan dengan SPSS. Yogyakarta : Pustaka


Baru Pers

Santoso S. (2017). Teori-Teori Psikologi Sosial. Yogyakarta: Reflika Aditama

Ummah Athurrita C. (2016). Hubungan Kebutuhan Spiritual Dengan Kualitas Hidup


Pada Lansia Di Panti Wredha Kota Semarang. Universitas Diponegoro

Widodo, H., Nurhamidi., Agustina, M. 2016. Hubungan Interaksi Sosial dengan


Kualitas Hidup pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Pekauman
Banjarmasin.Jurnal. STIKES Sari Mulia Banjarmasin.

Wikananda, G. 2015. Hubungan Kualitas Hidup dan Faktor Resiko Pada Usia Lanjut
Di Wilayah Kerja Puskesmas Tampaksiring I Kabupaten Gianyar Bali. Intisari
Sains medis, vol.8(1): pp.41-49.

Yuli, R. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: Cv. Trans Info
Media.

Yulikasari, Rahmawati. (2015). Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan


Kualitas Hidup Lansia Penderita Hipertensi di Kelurahan Gayam Kab.
Sukoharjo. Jurnal Unimus Academic Maret 2021

100
LAMPIRAN

101
Lampiran 1
LEMBAR KONSULTASI/ BIMBINGAN PROPOSAL SKRIPSI

Nama : Lovi Liana

NIM : 180711082

Program Studi : S1 Ilmu Keperawatan

Judul Skripsi : Hubungan Interaksi Sosial Dengan Kualitas


Hidup Lansia Di Blok Desa Lama Kelurahan
Tikmudal Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon
Tahun 2022

Dosen Pembimbing I : Uus Husni Mahmud, S.Kp., M.Si

Dosen Pembimbing II : Liliek Pratiwi, S. Kep., M. KM

Kegiatan konsultasi

N HARI/ Materi Konsul Saran Pembimbing Tanda


O TANGGAL tangan
pembimbing
1. 25 Febuari Konsultasi Judul - Perubahan pada judul
2022 proposal proposal

2. 31 mei 2022 Konsultasi BAB 1 - Penambahan lembar


pengesahan, perstujuan
dan kata pengantar
- Rumusan masalah
dimasukan apa yang
melatarbelakangi
masalah
- Tujuan umum
ditambah tahun
- Tujuan khusus diubah
sesuai judul

102
3. Konsultasi BAB 2 - Sesuaikan urutan
(Lansia, Kualitas
Hidup, Interaksi Sosial
dan Hubungan)

4. - Tambahan kerangka
Konsultasi BAB 3 teori
- Tambahan kerangka
konsep
- Tambahan hipotesis
- Ukurtan definisi
oprasional
- Urutan instrument
penelitian

5.

103
Lampiran 2
LEMBAR KONSULTASI/ BIMBINGAN PROPOSAL SKRIPSI

Nama : Lovi Liana

NIM : 180711082

Program Studi : S1 Ilmu Keperawatan

Judul Skripsi : Hubungan Interaksi Sosial Dengan Kualitas


Hidup Lansia Di Blok Desa Lama Kelurahan
Tikmudal Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon
Tahun 2022

Dosen Pembimbing I : Uus Husni Mahmud, S.Kp., M.Si

Dosen Pembimbing II : Liliek Pratiwi, S. Kep., M. KM

Kegiatan konsultasi

N HARI/ Materi Konsul Saran Pembimbing Tanda tangan


O TANGGAL pembimbing
1. 24 Febuari Konsultasi BAB - Perubahan pada judul
2022 1 - Minimal tahun yang
di ambil dari jurnal
20216
- Perubahan pada
stupen tidak di
berikan hasil terlebih
dahulu
- Perubhan manfaat
teoritis dan praktis
2. Selasa ,31 Konsultasi BAB - Perluas jurnal-jurnal
Mei 2022 1 dan BAB 2 - Masalah yang di
dalam judul dan pada
saat stupen
- Urutan latar belakang
sesuai dengan judul
dan SPOK

104
- Urutan sesuai
variabel
3. BAB 3 - Pelajarai populasi
sesuai metodelogi
- Penambahan poin
pada prosedur
pengumpulan data
-
4. 15 Juni 2022 Konsultasi BAB - Tambahan Materi
1 dan BAB 3 kualitas hidup pada
latar belakag
- Tambahan jurnal
yang menunjukan
riset
- Masukan hasil
wawancara dan hasil
stupen
- Tambahakan masalah
yang menyinggung
dengan judul
- Ubah definisi
oprasional
Tambahkan uji validitas dan
reabealitas
5. ACC SUP

105
Lampiran 3
LEMBAR KONSULTASI/ BIMBINGAN SKRIPSI

106
107
Lampiran 4

LEMBAR KONSULTASI/ BIMBINGAN SKRIPSI

108
109
Lampiran 5
BIODATA DIRI

Nama = Lovi Liana

NIM = 180711082

Prodi = S1 Ilmu Keperawatan

Tempat, tanggal lahir = Cirebon, 29 Maret 2000

Alamat = Tukmudal Blok desa lama Rt. 03/02 No.19 Kel. Tukmudal
Kec. Sumber kab. Cirebon 45611

Agama = Islam

Email = loviliana70155@gmail.com

Riwayat Pendidikan

1. SDN 1 Tukmudal : 2007 – 2012


2. SMPN 1 Weru : 2013 – 2015
3. SMAN 1 Sumber : 2016 – 2018

110
Lampiran 6
INFORMATION FOR CONCENT
Kepada Yth.
Bapak/Ibu Responden
Saya mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Cirbeon
akan mengadakan penelitian sebagai syarat guna untuk mendapatkan gelar Sarjana
Ilmu Keperawtan (S. Kep). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui”Hubungan
Interaksi Sosial Dengan Kualitas Hidup Lansia Di Blok Desa Lama Kelurahan
Tukmudal Kecamatan Sumber”. Saya mengaharapkan partisipasi dari Bapak/Ibu yang
bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian saya dengan mengisi kuesioner
yang nanti nya akan saya berikan kepada pihak responden. Beberapa hal yang harus
diketahui oleh responden dalam penelitiian ini adalah :
1. Penelitian ini menggunakan alat bantu berupa kuesioner. Responden akan
diminta unruk mengisi kuesioner adapun apabila responden membutuhkan
bantuan seperti membaca, menulis dan memahami dari isi kuesioner maka
peneliti akan membantu pihak responden
2. Peneliti memberikan waktu responden untuk mengisi kuesioner kurang lebih
20 menit.
3. Manfaat dari penelitian ini untuk mengetahui apakah ada hubungan interaksi
sosial dengan kualitas hidup lansia
4. Penelitian ini tidak menimbulkan resiko cidera karena peneliti hanya
membagikan kuesioner untuk diisi oleh reponden. Apbila responden merasa
kelelahan maka pihak peneliti akan memberikan responden untuk beristirahat
terlebih dahulu.
Dalam penelitian ini pihak peneliti membebaskan responden intuk ikut serta
ataupun tidak ikut serta dan peneliti tidak akan memberi sanksi terhadap
responden yang tidak ikut serta dalam penelitian. Apabila responden menyetujui
untuk di teliti oleh peneliti maka responden harus menandatangi surat persetujuan
yang telah disediakan oleh peneliti. Informasi atas keterangan yang ada dlam
surat persetujuan akan dijaga kerahasiaan nya oleh penelitii dan peneliti hanya
menggunakan nya untuk kepentingan penelitian saja. Terima kasih atas bantuan
dan partisipasi dari Bapak/Ibu.
Hormat saya,
Lovi Liana

NIM 180711082

111
112
Lampiran 7

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

(Informed concent)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini bersedia untuk menjadi responden
dalam penelitian yang dilalukan oleh Mahasiswa Prodi S1 Ilmu keperawatan
Universitas Muhammadiyah Cirebon, atas nama :

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

Tanda tangan saya menunjukan bahwan :

1. Telah di berikan informasi atau penjelasan mengenai penelitian dan informasi


peran saya sebagai responden
2. Paham bahwa penelitian ini dijamin kerahasiaan nya atas informasi yang saya
berikan kepada pihak peneliti
3. Oleh karena itu saya secara yakin, percaya dan suka rela menyatakan ikut
berpartisipasi dalam penelitian ini.

Cirebon, 18 Maret 2022

Responden

(………………)

113
114
Lampiran 8

LEMBAR KUESIONER INTERAKSI SOSIAL LANSIA DI BLOK DESA


LAMA KEL. TUKMUDAL KEC. SUMBER KAB.CIREBON TAHUN 2022

Petunjuk pengisian :

1. Berilah tanda ceklist (√) pada pilihan jawban sesuai dengan pendapat bapa/ibu
2. Jika jawban bapa/ibu adalah :
a. Tidak pernah memilkirkan atau melakukan, maka isilah pada kolom
Tidak Pernah
b. Jarang memikirkan atau melakukan, maka isilah pada kolom Kadang-
Kadang
c. Selalu memikirkan atau melakukan maka isilah pada kolom Selalu
3. Semua pertanyaan harap di jawab dengan Jujur

No Pertanyaan Sangat tidak Tidak Cukup Setuju Sangat


setuju setuju setuju
1 Saya menyapa lansia lain
ketika bertemu
2 Saya menatap muka lawan
bicara saya
3 Saya malas berbicara dengan
orang lain
4 Saya mengungkapkan
pendapat ketika berdiskusi
dengan orang lain
5 Saya memperkenalkan diri
kepada orang yang baru saya
temui
6 Saya bertanya ketika saya
tidak mengeti
7 Saya lebih banyak menjadi
pendengar ketika bercakap-
cakap
8 Saya mengajak lansia lain
untuk bercakap-cakap
9 Saya mengungkapkan
perasaan yang saya rasakan
dengan lansia lain

115
10 Saya malas bertegur sapa
dengan orang lain
11 Saya tersenyum saat bertemu
orng lain
12 Saya mengikuti kegiatan-
kegiatan di rumah
13 Saya berkumpul dengan lansia
lain saat tidak melakukan
pekerjaan
14 Saya mempunyai teman dekat
dilingkungan rumah
15 Saya mengunjungi lansia yang
sedang sakit
16 Saya lebih senang sendiri
17 Saya hanya diam di sekitar
kamar ketika tidak ada
pekerjaan
18 Saya mengerjakan tugas yang
diberikan dengan sungguh-
sungguh
19 Saya menolong teman yang
memerlukan bantuan saya
20 Saya mengajak teman-teman
untuk melakukan pekerjaan
secara bersama-sama
21 Saya mengucapkan
terimakasih kepada orng yang
telah membantu saya
22 Saya jika saya ada masalah
saya akan mendiamkan saja
tanpa mau mengungkapkan
nya
23 Saya meminta bantuan teman
jika membuhunkan
pertolongan
24 Saya memberikan pujian
kepada orang lain

116
Lampiran 9

LEMBAR KUESIONER KUALITAS HIDUP WHOQOL-BREF (World Health


Organization Quality of Life-BREF) LANSIA DI BLOK DESA LAMA KEL.
TUKMUDAL KEC. SUMBER KAB.CIREBON TAHUN 2022

Petunjuk Pengisian :

1. Pertanyaan berikut ini menyangkut perasaan anda terhadap kualitas hidup, kesehatan
dan hal-hal lain dalam hidup anda. Saya akan membacakan setiap pertanyaan kepada
anda, bersamaan dengan pilihan jawaban.
2. Pilihlah jawaban yang menurut anda paling sesuai. Jika anda tidak yakin tentang
jawaban yang akan anda berikan terhadap pertanyaan yang diberikan, pikiran pertama
yang muncul pada benak anda seringkali merupakan jawaban yang terbaik.
3. Camkanlah dalam Kami akan bertanya apa yang anda pikirkan tentang kehidupan anda
pada empat minggu terakhir pikiran anda segala standar hidup, harapan, kesenangan
dan perhatian anda.

No Pertanyaan Sangat Buruk Biasa Baik Sangat


buruk – biasa baik
saja
1 Bagaimana menurut
anda kualitas hidup
anda?

Pertanyaan Sangat tidak Tidak Biasa memuaskan Sangat


memuaskan Memuaskan – biasa baik
saja
2 Seberapa puas
anda terhadap
kesehatan anda?
Pertanyaan berikut adalah tentang seberapa sering anda telah mengalami hal-hal berikut ini
dalam empat minggu terakhir.
Pertanyaan Tidak Sedikit Dalam Memuaskan Salam
sama jumlah jumlah
sekali sedang berlebih
3 Seberapa jauh rasa sakit
fisik anda mencegah

117
anda dalam
beraktivitas ?
4 Seberapa sering anda
membutuhkan terapi
medis jika anda sedang
sakit?
5 Seberapa jauh anda
menikmati hidup anda?
6 Seberapa jauh anda
merasa hidup anda
berarti?
7 Seberapa jauh anda
mampu berkonsentrasi?
8 Secara umum, seberapa
aman anda rasakan dlm
kehidupan anda sehari-
hari?
9 Seberapa sehat
lingkungan dimana
anda tinggal (berkaitan
dengan sarana dan
prasarana)?
Pertanyaan berikut ini adalah tentang seberapa penuh anda alami hal-hal berikut ini dalam 4
minggu terakhir?
Pertanyaan Tidak Sedikit Sedang Sering Sepenuh
sama sekali nya
sekali dialami
10 Apakah anda memiliki
vitalitas yang cukup untuk
beraktivitas sehari ?
11 Apakah anda dapat
menerima penampilan
tubuh anda?
12 Apakah anda memiliki
cukup uang untuk
memenuhi kebutuhan
anda?
13 Seberapa jauh ketersediaan
informasi bagi kehidupan
anda dari hari ke hari?
14 Seberapa sering anda
memiliki kesempatakn
untuk bersenangsenang
/rekreasi?

Pertanyaan Sangat Buruk Biasa – Baik Sangat


buruk biasa saja baik
15 Seberapa baik kemampuan

118
anda dalam bergaul?

Pertanyaan Sangat tidak tidak Biasa – Memu Sangat


memuaskan memuas biasa askan memuaskan
kan saja
16 Seberapa puaskah
anda dengan tidur
anda?
17 Seberapa puaskah
anda dengan
kemampuan anda
untuk menampilkan
aktivitas kehidupan
anda sehari-hari?
18 Seberapa puaskah
anda dengan
kemampuan anda
untuk bekerja?
19 Seberapa puaskah
anda terhadap diri
anda?
20 Seberapa puaskah
anda dengan
hubungan personal /
sosial anda?
21 Seberapa puaskah
anda dengan
kehidupan seksual
anda?
22 Seberapa puaskah
anda dengan
dukungan yang anda
peroleh dari teman
anda?
23 Seberapa puaskah
anda dengan kondisi
tempat anda tinggal
saat ini?
24 Seberapa puaskah
anda dengan akses
anda pada layanan
kesehatan?
25 Seberapa puaskah
anda dengan
transportasi yang
harus anda jalani?
Pertanyaan berikut merujuk pada seberapa sering anda merasakan atau mengalami hal-hal
berikut dalam empat minggu terakhir.

119
Pertanyaan Tidak Jarang Cukup Sangat selalu
sering sering
26 Seberapa sering anda memiliki
perasaan negatif seperti ‘feeling
blue’ (kesepian), putus asa,
cemas dan depresi?

120
Lampiran 10

121
Lampiran 11

122
Lampiran 12

123
Lampiran 13

Surat Izin Penelitian

124
Lampiran 16

Output SPSS Interaksi Sosial Dengan Kualitas Hidup

Interaksi_sosial
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tinggi 13 32.5 32.5 32.5
sedang 12 30.0 30.0 62.5
rendah 15 37.5 37.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

kualitas_hidup
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tinggi 11 27.5 27.5 27.5
sedang 10 25.0 25.0 52.5
rendah 19 47.5 47.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Correlations
Interaksi_sosial kualitas_hidup
Interaksi_sosial Pearson Correlation 1 .909**
Sig. (2-tailed) .000
N 40 40
kualitas_hidup Pearson Correlation .909 **
1
Sig. (2-tailed) .000
N 40 40
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

125
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Interaksi_Sosial * kualitas 40 100.0% 0 0.0% 40 100.0%
hidup

Interaksi_Sosial * kualitas hidup Crosstabulation


kualitas hidup
rendah sedang Total
Interaksi_Sosial rendah Count 13 0 13
Expected Count 6.8 6.2 13.0
% within Interaksi_Sosial 100.0% 0.0% 100.0%
% within kualitas hidup 61.9% 0.0% 32.5%
% of Total 32.5% 0.0% 32.5%
sedang Count 8 4 12
Expected Count 6.3 5.7 12.0
% within Interaksi_Sosial 66.7% 33.3% 100.0%
% within kualitas hidup 38.1% 21.1% 30.0%
% of Total 20.0% 10.0% 30.0%
tinggi Count 0 15 15
Expected Count 7.9 7.1 15.0
% within Interaksi_Sosial 0.0% 100.0% 100.0%
% within kualitas hidup 0.0% 78.9% 37.5%
% of Total 0.0% 37.5% 37.5%
Total Count 21 19 40
Expected Count 21.0 19.0 40.0
% within Interaksi_Sosial 52.5% 47.5% 100.0%
% within kualitas hidup 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 52.5% 47.5% 100.0%

126
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 29.307a 2 .000
Likelihood Ratio 40.075 2 .000
Linear-by-Linear Association 27.663 1 .000
N of Valid Cases 40
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
5,70.

Directional Measures
Asymptotic Approximate
Value Standard Error a
Approximate T b
Significance
Ordinal by Ordinal Somers' d Symmetric .789 .042 20.675 .000
Interaksi_Sosial Dependent .920 .042 20.675 .000
kualitas hidup Dependent .691 .043 20.675 .000
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

Symmetric Measures
Asymptotic Approximate
Value Standard Errora Approximate Tb Significance
Ordinal by Ordinal Kendall's tau-b .797 .042 20.675 .000
Kendall's tau-c .918 .044 20.675 .000
Gamma 1.000 .000 20.675 .000
N of Valid Cases 40
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

127
Descriptive Statistics
Interaksi_sosial kualitas_hidup
N Valid 40 40
Missing 0 0
Mean 2.0500 2.2000
Median 2.0000 2.0000
Mode 3.00 3.00
Std. Deviation .84580 .85335
Minimum 1.00 1.00
Maximum 3.00 3.00
Percentiles 25 1.0000 1.0000
50 2.0000 2.0000
75 3.0000 3.0000

128
Lampiran 17

Dokumentasi

129
130

Anda mungkin juga menyukai