Anda di halaman 1dari 19

KEPERAWATAN DEWASA PRESEPSI SENSORI DAN PERSYARAFAN

“ASKEP TEORITIS DAN INTERVENSI MENINGITIS”


Dosen Pengampu: Ns. Siska Sakti ,M.Kep

Di Susun Oleh Kelompok 3:


1. Tiara Delvia Putri (2102100)
2. Mutia Rista (2102085)
3. Shinta Amelia (2102095)
4. Wigati Ningsih (2102103)
5. Sri Wahyu Risma (2102097)
6. Putri Handayani (2102090)
7. Mona Meliza (2102084)
8. Sindi Permata (2102096)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SYEDZA SAINTIKA PADANG


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyanyang kami ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya , yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami,sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Askep Teoritis Dan Intervensi Meningitis.
Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat mempelancar pembuatan makalah ini, untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada ibu selaku dosen.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan
baik itu dari segi penyusunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Padang, 1 Juni 2023

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................4
C. Tujuan.................................................................................................5
BAB II KONSEP TEORI.................................................................................6
A. Pengertian Meningitis..........................................................................6
B. Etiologi Meningitis..............................................................................6
C. Patofisiologi Meningitis.......................................................................6
D. Tanda dan Gejala Meningitis...............................................................7
E. Pemeriksaan Labor Meningitis............................................................8
F. Penatalaksanaan Meningitis.................................................................8
G. Komplikasi Meningitis........................................................................9
BAB III ASKEP...............................................................................................11
A. Pengkajian........................................................................................11
B. Diagnosa Keperawatan.....................................................................15
C. Rencana Keperawatan (SLKI, SIKI)................................................15
BAB IV PENUTUP..........................................................................................17
A. Kesimpulan.........................................................................................17
B. Saran...................................................................................................17
KEPUSTAKAAN............................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meningitis merupakan salah satu penyakit infeksi yang menakutkan karena
menyebabkan mortalitas dan morbiditas yang tinggi terutama di negara berkembang
sehingga diperlukan pengenalan dan penanganan medis yang serius untuk mencegah
kematian (Addo, 2018). Meningitis merupakan suatu reaksi peradangan yang terjadi pada
lapisan yang membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang
belakang yang disebabkan organisme seperti bakteri, virus, dan jamur. Kondisi ini dapat
menyebabkan kerusakan otak yang parah dan berakibat fatal pada 50% kasus jika tidak
diobati (Speets et al., 2018).
Meningitis meningokokus, yang disebabkan oleh bakteri Neisseria meningitidis
(atau N. meningitidis), memiliki potensi untuk menyebabkan epidemi yang besar. Dua
belas jenis dari bakteri tersebut, yang disebut serogroup, telah diidentifikasi, dan enam
diantaranya (jenis A, B, C, W, X dan Y) dapat menyebabkan epidemi (WHO, 2018).
Gejala yang paling umum pada pasien dengan meningitis adalah leher kaku, demam
tinggi, sensitif terhadap cahaya, kebingungan, sakit kepala, mengantuk, kejang, mual, dan
muntah. Selain itu pada bayi, fontanelle menonjol dan penampilan ragdoll juga sering
ditemukan (Piotto, 2019).
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian Meningitis?
2. Apa saja etiologi dari Meningitis?
3. Apa phatofisiologi dari Meningitis?
4. Apa saja tanda dan gejala dari Meningitis?
5. Apa saja pemeriksaan labor untuk penyakit Meningitis?
6. Apa saja penatalaksanaan dari Meningitis?
7. Apa saja komplikasi dari Meningitis?
8. Apa saja pengkajian pada Meningitis?
9. Apa saja diagnosa pada Meningitis?
10. Apa saja rencana keperawatan pada Meningitis?
C. Tujuan

4
1. Untuk mengetahui pengertian Meningitis.
2. Untuk mengetahui etiologi dari Meningitis.
3. Untuk mengetahui phatofisiologi dari Meningitis.
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari Meningitis.
5. Untuk mengetahui pemeriksaan labor untuk penyakit Meningitis.
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Meningitis.
7. Untuk mengetahui komplikasi dari Meningitis.
8. Untuk mengetahui pengkajian pada Meningitis.
9. Untuk mengetahui diagnosa pada Meningitis.
10. Untuk mengetahui rencana keperawatan pada Meningitis.

5
BAB II
KONSEP TEORI
A. Pengertian Meningitis

Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal
column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita Yuliani
2006). Pengertian lain juga menyebutkan bahwa meningitis adalah inflamasi arakhnoid dan
pia mater yang mengenai CSS (Cairan Serebro Spinal). Infeksi menyebar ke subarachnoid
dari otak dan medula spinalis biasanya dari ventrikel (Batticaca, Fransisca, 2008).

Meningitis adalah suatu reaksi yang terjadi dari peradangan yang terjadi akibat
infeksi karena bakteri, virus, maupun jamur pada selaput otak (araknoidea dan piamater)
yang ditandai dengan adanya sel darah putih dalam cairan serebrospinal dan menyebabkan
perubahan pada struktur otak.

B. Etiologi Meningitis
Menurut (Suriadi & Rita Yuliani 2006) penyebab meningitis antara lain:
1. Bakteri; Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae (pneumokok),
Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus
aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae,
Peudomonas aeruginosa
2. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia
3. Faktor predisposisi: jenis kelamin lakilaki lebih sering dibandingkan dengan wanita
4. Faktor maternal: ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir
kehamilan
5. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.
6. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan
sistem persarafan
C. Phatofisiologi Meningitis

Meningitis terjadi akibat dari penyebaran penyakit di organ atau jaringan tubuh
yang lain. Virus atau bakteri menyebar secara hematogen sampai ke selaput otak,
misalnya penyakit Faringitis, Tonsilitis, Pneumonia, dan Bronchopneumonia. Masuknya
organisme melalui sel darah merah pada blood brain barrier. Penyebaran organisme bisa

6
terjadi akibat prosedur pembedahan, pecahnya abses serebral atau kelainan sistem saraf
pusat. Otorrhea atau rhinorrhea akibat fraktur dasar tengkorak yang dapat menimbulkan
meningitis, dimana terjadinya hubungan antara CSF (Cerebro-spinal Fluid) dan dunia
luar. Penumpukan pada CSF akan bertambah dan mengganggu aliran CSF di sekitar otak
dan medulla spinalis. Mikroorganisme masuk ke susunan saraf pusat melalui ruang pada
subarachnoid sehingga menimbulkan respon peradangan seperti pada via, arachnoid,
CSF, dan ventrikel. Efek peradangan yang di sebabkan oleh mikroorganisme meningitis
yang mensekresi toksik dan terjadilah toksekmia, sehingga terjadi peningkatan suhu oleh
hipotalamus yang menyebabkan suhu tubuh meningkat atau terjadinya hipertermi
(Suriadi & Rita Yuliani 2001)

D. Tanda dan Gejala Meningitis


1. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering
2. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan koma.
3. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sebagai berikut:
a. Rigiditas nukal (kaku leher). Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran
karena adanya spasme otot-otot leher.
b. Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadan fleksi
kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.
c. Tanda brudzinki: bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan
pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi
maka gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita yang berlawanan.
4. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
5. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat
purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan karakteristik tanda-tanda
vital (melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit
kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
6. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
7. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia: demam tinggi tiba-tiba muncul,
lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata f
(Batticaca, Fransisca, 2008).

7
E. Pemeriksaan Labor Meningitis
1. Analisis CSS dari fungsi lumbal:
a) Meningitis bakterial: tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel darah
putih dan protein meningkat glukosa meningkat, kultur positip terhadap beberapa
jenis bakteri.
b) Meningitis virus: tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih
meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur
virus biasanya dengan prosedur khusus.
2. Glukosa serum: meningkat (meningitis)
3. LDH serum: meningkat (meningitis bakteri)
4. Sel darah putih: sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil
(infeksi bakteri)
5. Elektrolit darah: Abnormal.
6. ESR/LED: meningkat pada meningitis
7. Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urin : dapat mengindikasikan daerah pusat infeksi
atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi
8. MRI/ skan CT: dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak
ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor
9. Ronsen dada/kepala/ sinus; mungkin ada indikasi sumber infeksi

F. Penatalaksanaan Meningitis

Penatalaksanaan medis lebih bersifat mengatasi etiologi dan perawat perlu menyesuaikan
dengan standar pengobatan sesuai tempat bekerja yang berguna sebagai bahan kolaborasi
dengan tim medis. Secara ringkas penatalaksanaan pengobatan meningitis meliputi
pemberian antibiotic yang mampu melewati barier darah otak ke ruang subarachnoid dalam
konsentrasi yang cukup untuk menghentikan perkembangbiakan bakteri. Baisanya
menggunakan sefaloposforin generasi keempat atau sesuai dengan hasil uji resistensi
antibiotic agar pemberian antimikroba lebih efektif digunakan.

Obat anti-infeksi (meningitis tuberkulosa):

8
1. Isoniazid 10-20 mg/kgBB/24 jam, oral, 2x sehari maksimal 500 mg selama 1
setengah tahun.
2. Rifampisin 10-15 mg/kgBB/24 jam, oral, 1 x sehari selama 1 tahun.
3. Streptomisin sulfat 20-40 mg/kgBB/24 jam, IM, 1-2 x sehari selama 3 bulan.

Obat anti-infeksi (meningitis bakterial):

1. Sefalosporin generasi ketiga


2. Amfisilin 150-200 mg/kgBB/24 jam IV, 4-6 x sehari
3. Klorafenikol 50 mg/kgBB/24 jam IV 4 x sehari.

Pengobatan simtomatis:

1. Antikonvulsi, Diazepam IV; 0,2-0,5 mgkgBB/dosis, atau rectal: 0,4-0,6


mg/kgBB, atau fenitoin 5 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari atau Fenobarbital 5-7
mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari.
2. Antipiretik: parasetamol/asam salisilat 10 mg/kgBB/dosis.
3. Antiedema serebri: Diuretikosmotik (seperti manitol) dapat digunakan untuk
mengobati edema serebri.
4. Pemenuhan oksigenasi dengan O2.
5. Pemenuhan hidrasi atau pencegahan syok hipovolemik: pemberian tambahan
volume cairan intravena.

G. Komplikasi Meningitis
Menurut (Riyadi & Sukarmin, 2009) komplikasi yang dapat muncul pada anak dengan
meningitis antara lain.
a. Munculnya cairan pada lapisan subdural (efusi subdural). Cairan ini muncul karena
adanya desakan pada intrakranial yang meningkat sehingga memungkinkan lolosnya
cairan dari lapisan otak ke daerah subdural.
b. Peradangan pada daerah ventrikuler otak (ventrikulitis). Abses pada meningen dapat
sampai ke jaringan kranial lain baik melalui perembetan langsung maupun hematogen
termasuk ke ventrikuler.

9
c. Hidrosepalus. Peradangan pada meningen dapat merangsang kenaikan produksi Liquor
Cerebro Spinal (LCS). Cairan LCS pada meningitis lebih kental sehingga memungkinkan
terjadinya sumbatan pada saluran LCS yang menuju medulla spinalis. Cairan tersebut
akhirnya banyak tertahan di intracranial.
d. Abses otak. Abses otak terjadi apabila infeksi sudah menyebar ke otak karena
meningitis tidak mendapat pengobatan dan penatalaksanaan yang tepat.
e. Epilepsi.
f. Retardasi mental. Retardasi mental kemungkinan terjadi karena meningitis yang sudah
menyebar ke serebrum sehingga mengganggu gyrus otak anak sebagai tempat
menyimpan memori.
g. Serangan meningitis berulang. Kondisi ini terjadi karena pengobatan yang tidak tuntas atau
mikroorganisme yang sudah resisten terhadap antibiotik yang digunakan untuk pengobatan.

10
BAB III
ASKEP
A. Pengkajian
1. Pengkajian keperawatan Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses
keperawatan. Diperlukan pengkajian cermat untuk mengenal masalah pasien, agar dapat
memberikan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat tergantung
pada kecermatan dan ketelitian dalam tahap pengkajian (Muttaqin, 2008).
a. Identitas
1) Identitas pasien terdiri dari: nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, suku/ bangsa, pendidikan, perkerjaan dan alamat.
2) Indentitas penanggung jawab terdiri dari: nama, hubungan dengan klien,
pendidikan, prkerjaan dan alamat.

b. Riwayat kesehatan

1) Keluhan Utama

Biasanya pasien datang dengan keluhan utamanya demam, sakit kepala, mual
dan muntah, kejang, sesak nafas, penurunan tingkat kesadaran

2) Riwayat Kesehatan Sekarang

Biasanya pengkajian RKS yang mendukung keluhan utama dilakukan dengan


mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai kelemahan fisik pasien secara
PQRST.

3) Riwayat Kesehatan Dahulu

Biasanya pengkajia npenyakit yang pernah dialami pasien yang memungkinkan


adanya hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi pernah
kah pasien mengalami infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, anemia sel
sabit dan hemoglobinopatis lain, tindakan bedah saraf, riwayat trauma kepala.
Riwayat sakit TB paru perlu ditanyakan kepada pasien terutama jika ada
keluhan batuk produktif dan pernah mengalami pengobatan obat anti

11
tuberkulosa yang sangat berguna untuk mengidentifikasi meningitis
tuberkulosa.

4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Pada riwayat kesehatan keluarga, biasanya apakah ada di dalam keluarga yang
pernah mengalami penyakit keturunan yang dapat memacu terjadinya
meningitis

c. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien meningitis


biasanya bersekitar pada tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa

2) Tanda- Tanda Vital

a. TD: Biasanya tekanan darah orang penyakit meningitis normal atau


meningkat dan berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan TIK (N =
90- 140 mmHg).

b. Nadi: Biasanya nadi menurun dari biasanya (N = 60-100x/i).

c. Respirasi: Biasanya pernafasan orang dengan meningitis ini akan lebih


meningkat dari pernafasan normal (N = 16-20x/i). d. Suhu: Biasanya
pasien meningitis didapatkan peningkatan suhu tubuh lebih dari normal
antara 38-41°C (N = 36,5°C – 37,4°C).

3) Pemeriksaan Head ToToe

a) Kepala

Biasanya pasien dengan meningitis mengalami nyeri kepala.

b) Mata

Nerfus II, III, IV, VI:Kadang reaksi pupil pada pasien meningitis
yang tidak disertai penurunan kesadaran biasanya tanpa kelainan.
Nerfus V: Refleks kornea biasanya tidak ada kelainan.

c) Hidung

12
Nerfus I: Biasanya pada klien meningitis tidak ada kelainan pada
fungsi penciuman

d) Telinga

Nerfus VIII: Kadang ditemukan pada pasien meningitis adanya tuli


konduktif dan tuli persepsi.

e) Mulut

Nerfus VII: Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah


simetris

Nerfus XII: Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan
tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.

f) Leher

Inspeksi: Biasanya terlihat distensi vena jugularis.

Palpasi : Biasanya teraba distensi vena jugularis.

Nerfus IX dan X : Biasanya pada pasien meningitis kemampuan


menelan kurang baik Nerfus XI : Biasanya pada pasien meningitis
terjadinya kaku kuduk

g) Dada

1) Paru

I: Kadang pada pasien dengan meningitis terdapat perubahan


pola nafas

Pa: Biasanya pada pasien meningitis premitus kiri dan kanan


sama

P: Biasanya pada pasien meningitis tidak teraba

A: Biasanya pada pasien meningitis bunyi tambahan seperti


ronkhi pada klien dengan meningitis tuberkulosa.

13
2) Jantung

I: Biasanya pada pasien meningitis ictus tidak teraba

Pa:Biasanya pada pasien meningitis ictus teraba 1 jari medial


midklavikula sinistra RIC IV.

P: Biasanyabunyi jantung 1 RIC III kanan, kiri, bunyi jantung II


RIC 4-5 midklavikula.

A: Biasanya jantung murni, tidak ada mur-mur.

h) Ekstremitas

Biasnya pada pasien meningitis adanya bengkak dan nyeri pada sendi-
sendi (khusunya lutut dan pergelangan kaki).Klien sering mengalami
penurunan kekuatan otot dan kelemahan fisik secara umum sehingga
menggangu ADL

d. Pola Kehidupan Sehari-hari

1) Aktivitas / istirahat

Biasanya pasien mengeluh mengalami peningkatan suhu tubuh.

2) Eliminasi Pasien

Biasanya didapatkan berkurangnya volume pengeluaran urine, hal ini


berhubungan dengan penurunan perfusi dan penurunan curah jantung ke
ginjal.

3) Makanan / cairan

Pasien menyatakan tidak mempunyai nafsu makan, selalu mual dan muntah
disebabkan peningkatan asam lambung. Pemenuhan nutrisi pada pasien
meningitis menurun karena anoreksia dan adanya kejang.

4) Hygiene

14
Pasien menyatakan tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri karena
penurunan kekuatan otot.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan SDKI yang mungkin muncul pada pasien Meningitis yaitu:
1. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan aliran darah ke otak
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan secret pada saluran nafas
3. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas
4. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d inflamasi
5. Resiko infeksi d.d ketidak adekuatan pertahanan tubuh sekunder
(imununosupresi)
C. Rencana Keperawatan (SLKI,SIKI)
Intervensi Meningitis

No DIAGNOSA KEP SLKI SIKI


1. Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan tindakan Perawatan Sirkulasi
efektif b.d penurunan keperawatan selama 3x24 Observasi :
aliran darah ke otak jam maka (Perfusi Peerifer) 1. Periksa sirkulasi perifer
(meningkat) Dengan 2. Identifikasi faktor
Kriteria Hasil: resiko gangguan
1. Denyut nadi sirkulasi
(sedang) Terapeutik:
2. Warna kulit pucat 3. Hindari pemasangan
(sedang) infus atau pengambilan
3. Pengisian kapiler darah di area
(sedang) keterbatsan perfusi
4. Akral (sedang) Edukasi:
5. Turgor Kulit 4. Anjurkan berolahraga
(sedang) rutin
5. Anjurkan berhenti

15
merokok
2. Bersihan jalan nafas
tidak efektif b.d Setelah dilakukan tindakan Menejemen Jalan Nafas
penumpukan secret keperawatan selama 3x24 Observasi:
pada saluran nafas jam maka (Bersihan Jalan 1. Monitor pola nafas
Nafas) (meningkat) Dengan 2. Monitor sputum
Kriteria Hasil: Terapeutik:
1. Produksi sputum 3. Berikan minum hangat
(sedang) 4. Lakukan fisioterapi
2. Frekuensi nafas dada, jika perlu
(sedang) Edukasi:
3. Pola nafas (sedang) 5. Anjurkan asupan
cairam 2000ml/hari,
jika tidak
kontraindikasi
Kolaborasi:
6. Kolaborasi pemberian
3. Pola nafas tidak ekspektoran, jika perlu
Setelah dilakukan tindakan
efektif b.d hambatan
keperawatan selama 3x24
upaya nafas Pemantauan Respirasi
jam maka (Pola Nafas)
Observasi:
(membaik) Dengan Kriteria
1. Monitor frekuensi,
Hasil:
irama kedalaman dan
1. Dispnea (sedang)
upaya nafas
2. Penggunaan otot
2. Monitor adanya
bantu nafas (sedang)
produksi sputum.
3. Frekuensi nafas
Terapiutik:
(sedang)
3. Dokumentasikan hasil
4. Kedalaman nafas
pemantauan
(sedang)
Edukasi:
4. Jelaskan tujuan dan

16
prosedur pemantauan

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari uraian singkat tentang meningitis diatas dapat diperoleh beberapa poin antara lain :

1. Menurut Smeltzer (2001), Meningitis merupakan radang pada meningen


(membran yang mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh
virus, bakteri atau organ-organ jamur.
2. Penyebab dari penyakit meningitis antara lain Bakteri; Mycobacterium
tuberculosa, Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis
(meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus,
Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas
aeruginosa. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia
3. Faktor predisposisi yang berperan antara lain jenis kelamin laki laki lebih sering
dibandingkan dengan wanita. Faktor maternal anatar lain ruptur membran fetal,
infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan. Sedangkan faktor
imunologinya adalah defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.
Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan
sistem persarafan.
4. Meningitis dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu Meningitis serosa dan
Meningitis purulenta.
5. Intervensi yang dapat diberikan kepada pasien dengan meningitis antara lain:
a. beri tindakan isolasi sebagai pencegahan Tirah baring dengan posisi
kepala datar.
b. Pantau adanya kejang

17
c. Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin di atas mata, berikan
posisi yang nyaman kepala agak tinggi sedikit, latihan rentang gerak aktif
atau pasif dan masage otot leher.
d. Kaji derajat imobilisasi pasien.
e. Pantau perubahan orientasi, kemamapuan berbicara,alam perasaaan,
sensorik dan proses pikir.
f. Kaji status mental dan tingkat ansietasnya

B. Saran
Pada penyajian dalam makalah ini mungkin tidak menampilkan penjelasan
penjelasan secara mendalam. Selain itu juga penulis meminta kritik dan saran dari
pembaca sehingga penulis dapat mengupgrade diri lebih baik dalam pembuatan
makalah.

18
DAFTAR PUSTAKA

Batticaca, fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Batticaca, fransisca B. 2011. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Doctherman, J.M., & Wagner, C.M. 2013. Nursing
Intervention Classification (NIC) Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Mocomedi

Smeltzer, Suzanne C & Bare,Brenda G.(2001).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah


Brunner & Suddarth.Alih bahasa, Agung Waluyo,dkk.Editor edisi bahasa Indonesia, Monica
Ester.Ed.8.Jakarta : EGC.

19

Anda mungkin juga menyukai