Anda di halaman 1dari 184

RESUME MATERI DAN PEMBAHASAN SOAL

1. ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI & BALITA


2. ASUHAN KEBIDANAN NIFAS

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


STIKES KARYA HUSADA SEMARANG
2017
RESUME

ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS,


BAYI & BALITA
MATERI
A. Lingkup Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita
1. Bayi Baru Lahir Normal
a. Pengertian
Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dari usia kehamilan 37 minggu sampai 42
minggu dan berat lahir 2500 gr – 4000 gr.
b. Ciri-ciri bayi baru lahir
1) BB 2500 – 4000 gr
2) PB 48 – 52 cm
3) LD 30 – 38 cm
4) LK 33 – 35 cm
5) Denyut jantung 180 x/mnt kemudian menurun sampai 120 x/mnt
6) Pernafasan menit pertama 80 x/mnt kemudian menurun setelah tenang kira
kira 40 x/mnt
7) Kulit kemerahan dan licin karena jaringan subcutan cukup terbentuk dan
diliputi vernik caseosa (lemak)
8) Rambut lanugo, rambut kepala biasanya sudah sempurna
9) Kuku telah agak panjang dan lemas
10) Genetalia pd wanita : labia mayora telah menutupi labia minora
11) Genetalia pd pria : testis sudah turun
12) Reflek hisap dan menelan sudah baik
13) Reflek moro ( memeluk) sudah baik
14) Reflek graff (menggenggam) sudah baik
15) Eliminasi sudah baik. Urin dan mekonium akan keluar 24 jam pertama.
Mekonium berwarna kehitaman.
c. Asuhan Kebidanan Pada BBL Normal
1) Cara memotong tali pusat
a) Klem tali pusat dengan 2buah klem pada klem pertama kira-kira 2 dan 3
cm dari pangkal pusat bayi
b) Potonglah tali pusat diantara kedua klem sambil melindungi bayi dari
gunting dengan tangan kiri
c) Pertahankan kebersihan pada saat memotong tali pusat. Potong tali pusat
dengan gunting yang perawatan alat steril atau desinfeksi tingkat tinggi
d) Periksa tali pusat setiap 15 menit, apabila masih terjadi perdarahan
pengikatan ulang yang lebih ketat.perawatan tali pusat , jangan
membungkus punting tali pusat atau perut bayi atau mengoleskan cairan
atau bahan apapun ke punting tali pusat (JNPK-KR/ POGI,APN, 2007)
2) Mempertahankan suhu tubuh BBL dan mencegah hipotermi
Pada waktu bayi baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu
badannya, dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap
hangat. Dengan cara :
a) Pastikan bayi tersebut tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi
dengan kulit ibu
b) Ganti handuk atau kain yang basah dan bungkus bayi dengan selimut
danmemastikan bahwa kepala terlindungi dengan baik untuk mencegah
keluarnya panas tubuh
c) Pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak bayi setiap 15 menit
yaitu :
(1) Apabila telapak bayi terasa dingin, periksa suhu aksila bayi
(2) Apabila suhu bayi kurang dari 36,5°C, segera hangatkan bayi
(3) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
(4) Jangan segera menimbang bayi atau memandikan bayi baru lahir
(memandikan bayi setelah 6 jam)
2. Bayi Baru Lahir Bermasalah
a. Prinsip Prinsip Asuhan Bayi Baru Lahir
Jika bayi dilahirkan oleh seorang ibu yang mengalami komplkasi dalam
persalinan,penanganan bai tersebut bergantung pada :
1) Apakah bayi dilahirkan oleh ibu yang mengalami komplikasi dalam
persalinan
2) Apakah bayi punya kondisi atau masalah yang perlu tidakan segera
3) Apakah kondisi ibu memungkinkan untuk merawat bayi secara
penuh,sebahagian,atau tidak sama sekali
b. Masalah atau kondisi akut perlu tindakan segera dalam 1 jam kelahiran
1) Tidak bernafas atau sulit bernafas
Penanganan umum yang biasa diberikan adalah Keringkan bayi atau ganti
kain yang basah dan bungkus dengan pakaian kering dan hangat
a) Segera klem dan potong tali pusat
b) Letakkan bayi pada tempat yang keras dan hangat
c) Lakukan pedoman pencegahan infeksi dalam stiap melakukan tindakan
d) Lakukan resusitasi bila terdeteksi adanya gegagalan nafas setelah lahir
e) Jika resusitasi tidak berhasil, maka berikan ventilasi
2) Sianosis atau kebiruan dan sukar bernafas
Jika bayi mengalami sianosis( kebiruan) sukar bernafas ( frekuensi < 30 atau
> 60 kali permenit), ada tarikan dinding dada kedalam atau merintih maka
lalukan hal berikut ini :
a) Isap mulut dan hidung untuk memastikan jalam nafas tidak tersumbat
b) Berikan oksigen 0,5 liter/menit
c) Rujuk ke kamar abyi atau tempat pelayanan yang men support kondisi
bayi
d) Teteap menjaga kehangatan bayi
3) Bayi berat lahir rendah ( BBLR) <2.500 gram
Ada dua macam BBLR yang pertama bayi lahir kecil akibat kurang bulan, dan
yang kedua adalah bayi lahir kecil dengan BB yang seharusnya untuk masa
gestasi ( dismatur)/
4) Bayi lahir kecil akibat kurang bulan (prematur)
a) Masa gestasi < 37 minggu, faktor penyebabnya adalah sebagai berikut
(1) Ibu mengalami perdarahan antepartum, trauma fisik/psikologis
danDM atau usia ibu masih terlalu muda (<20 tahun) dan multi
gravida dengan jarak kehamilan yang dekat.
(2) Keadaan sosial ekonomi yang rendah
(3) Kehamilan ganda atau hidramnion
b) Ciri ciri bayi prematur adalah adalah sebagi berikut
(1) Berat kurang < 2.500 gram
(2) Lingkar dada < 30cm
(3) Panjang badan <45cm
(4) Lingkar kepala <33cm
(5) Kepala lebih besar dari badannya
(6) Kulitnya tipis transparan dan banyak lanugo
(7) Lemak subkutan minimal
Bayi lahir kecil dengan berat badan yang seharusnya untuk masa
gestasi (dismatur). Kondisi ini dapat terjadi preterm, aterm, maupum
posterm. Bayi yang lahir dengan berat sangat kecil (BB<1.500gram atau
usia < 32 minggu ) sering mengalami masalah berat seperti:
(1) Sukar bernafas
(2) Sukar minum
(3) Ikhterus berat
(4) Infeksi
(5) Rentan hipotermi
(6) Segera rujuk jika bayi mengalami kondisi - kondisi tersebut
e) Letargi
Jika bayi letargi (tonus otot rendah,tidak ada geraka) sangat mungkin bai sakit
berat dan segera dirujuk ke tempat pelaanan ang sesuai.
f) Hipotermi ( suhu < 36 derajat celsius)
Bayi mengalami hipotermi berat jika suhu aksila < 35 C . untuk mengatasi hal
tersebut lakukan hal berikut:
(1) Gunakan alat yang ada inkubator, radian heater, kamar hanget atau tempat
tidur hangat
(2) Rujuk kepelayanan kesehatan yang memiliki neonatal instensif care unit
(NICU).
(3) Jika bayi sianosis, sukar bernafas, atau ada tarikan dinding dada dan
merintih, segera berikan oksigen.
g) Diare
Bayi dikatakan diare jika terjadi pengeluaran feses yang tidak normal
baik dalam jumlah maupun bentuk ( frekuensi lebih dari normal dan
bentuknya cair). Bayi dikatan diare bila sudah lebih dari tiga kali buang air
besar, sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari 4 kali buang
air besar.
h) Infeksi
Infeksi perinatal adalah infeksi pada neonatus yang terjadi pada masa
antenatal, intranatal, dan postnatal.
i) Sinndrom kematian bayi mendadak terjadi pada bayi yang sehat secara
mendadak, ketika sedang ditidurkan tiba tiba ditemukan meninggalbeberapa
jam kemudian. Angka kejadian SIDS sekitar 4 dari 1.000 kelahiran hidup .
insiden puncak dari SIDS terjadi pada bayi usia 2 minggu dan 1 tahun
3. Kelainan-Kelaianan Pada Bayi Baru Lahir
a. Labioskizia dan Labiapalatokizis
1) Definisi
a) Labioskizis adalah kelainan congenatal sumbing yang terjadi akibat
kegagalan fungsi atau penyatuan prominen maksilaris dengan prominen
nasalis mdial yang diikuti disrupsi kedua bibir, rahang dan palatum
anterior.
b) Labiapalatoskizis adalah kelainan congnatal sumbing akibat kegagalan
fungsi palatum pada garis tengah dan kgagalan fungsi dengan septum nasi.
2) Faktor resiko
Pada kelainan ini ditemukan adanya riwayat kelainan sumbing dalam
keturunan. Kejadian ini mungkin disebabkan adanya faktor toksik dan
lingkungan yang mempengaruhi gen pada periode fesi ke-2 belahan tersebut,
pengaruh toksik terhadap fusi yang telah terjadi tidak akan memisahkan lagi
Belaan tersebut.
b. Atresia Esofagus
1) Definisi
Atresia berarti buntu, dengan demikian atresia esophagus adalah kelainan
bawaan di mana ujung saluran esophagus buntu, biasanya sebanyak 60%
disertai dengan hidramnion.
2) Gambaran Klinis
Kelainan ini biasanya baru diketahu jika bayi berumur 2-3 minggu dengan
gejala muntah proyktil beberapa saat setelh minim susu. Pada pemeriksaan
fisik yang dilakkan stelah bayi menyusui akan ditemukan gerakan paristaltik
lambung karena ada usaha melwatkan makanan melalui daerah sempit di
pylorus.
3) Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada penderita atresia esophagus
adalah :
a) Liur yang menetes terus menerus;
b) Liur berbuih;
c) Adanya aspirasi ketika bayi diberi minum (bayi bersedak);
d) Bayi tampak sianosis akibat aspirasi yang dialami;
e) Bayi akan mengalami batuk seperti tercekik saat bayi diberi minum
f) Muntah yang proyektil
4) Penatalaksanaan
a) Posisikan bayi setengah duduk jika disertai fistula, namun jika tidak
disertai fistula posisikan dengan kepala lebih rendah dan sering
mengubah-ubah posisi.
b) Segera pasag kateter ke dalam esophagus dan bila memungkinkan
lakukan pengisapan terus menerus
c) Berikan prawatan seperti perawatan bayi normal lainnya, seperti
pencegahan hipotermi, pemberian nutrisi adekuat, dan lain-lain
d) Rangsang bayi untuk manangis.
c. Atresia Ani
a) Definisi
Atresia ani terjadi karena tidak adanya lubang di tempat yang seharusnya
berlubang karena cacat bawaan. Penyebab atresia ani ini belum diketahui
secara pasti.
b) Tanda dan Gejala
(1) Selama 24-48 jam pertama kelahiran, bayi mengalami muntah-muntah dan
tidak ada defekasi mekonium. Selain itu anus tampak merah.
(2) Perut kembung baru kemudian disusul muntah
(3) Tampak gambaran gerak usus dan bising usus meningkat
(hiperperistaltik) pada auskultasi
(4) Tidak ada lubang anus
(5) Invertogram dilakukan setelah bayi berusia 12 jam untuk menentukan
tingginya atresia
(6) Terkadang tampak ileus obstruktif
(7) Dapat terjadi fistal. Pada bayi perempuan sering terjadi fistel rektovaginal,
sedangkan pada bayi laki-laki sering terjadi fistal rektourinal.
d. Obstruksi Billiaris
1) Definisi
Obstruksi biliaris merupakan sutu kelainan bawaan karena adanya
penymbatan pada saluran empedu, sehingga cairan empedu tidak dapat
mengalir kedalam usus dan akhirnya dikeluarkan dalam feses (sebagai
sterkobilin).
2) Gambaran klinis
Gejala mulai terlihat pada akhir minggu pertama ketika bayi tampak ikterus.
Selain itu , feses tampak bewarna putih keabu-abuan , terlihat sperti dempul,
dan urin tampak bewarna lebih tua karena mengandung urobilin.
3) Penatalaksanaan
a) Berikan perawatan layaknya bayi normal lainnya, seperti pemberian
nutrisi yang adekuat, pencegahan hipotermi, pecegahan ifeksi, dll
b) Lakukkan konseling pada orang tua agar mereka menyadari bahwa
menguningnya tubuh bayi bukan disebabkan oleh masalah yang biasa,
tetapi karena adanya penyumbatan pada sauran empedu
c) Berikan informed consen dan informed choice untuk dilakukan rujukan
e. Omfalokel dan Gastroskiziz
1) Definisi
Omfalokel adalah suatu kelainan bawaan yang ditandai dengan tampaknya
protrusi dari kantong yang berisi usus dan visera abdomen. Sementara it,
gastrokizis adalah suatu keadaan ketika isi abdomen keluar melalui defek
dindin abdominal pada umbilicus tanpa membrane pembugkus.
2) Etiologi
Terjaddinya omfalokel dan gastroskizis disebabkan karena adanya kegagalan
organ dalam untuk kembali kerongga abdomen. Kegagalan ini terjadi ketika
janin berumur sepuluh minggu
3) Penatalaksanaan
a) Penanganan yang diberikan hamper sama dengan bayi yang lainnya,
misalnya pemberian nutrisi yang adekuat , pencegahan hipotermi, dll
b) Lakukan pencegahan infeksi sebelum pembedahan dengan cara mengolesi
merkurokrum dan menutupkan dengan kasa steril, lalu ditutup sekali lagi
dengan kapas yang agak tebal dan terakhir pasang gurita
c) Lakukan imfomed con ent dan imfomed choice untuk dilakukan
pembedahan setelah ada penebalan selaput kantong.
f. Penyakit Hirschprung
1) Definisi
Hirscchprung adalah sebuah kelaianan bawaan lahir yang cukup jarang terjadi
dan mengakibatkan beberapa kerusakan karena tidak sempurnanya sistem
kerja usus
2) Gejala
Gejala yang ditemukan pada BBL adalah :
Dalam rentang waktu 24-48 jam , bayi tidak mengeluarkan mekonium (
kotoran pertama bayi yang berbentuk seperti pasir berwarna hijau kehitaman.
a) Malam makan
b) Muntah yang berwarna hijau
c) Pembesaran perut
g. Hernia Diafragmatika
1) Definisi
Hernia diafragmatika termasuk kelainan bawaan yang terjadi karena tidak
terbentuknya sebagian diafragma, sehingga ada bagian isi perut masuk
kedalam rongga otak
2) Gambran klinis
Kelainan yang serig ditemukan adalah adanya penutupan yang tidak sempurna
dari sinus pleuroperitoneal (Foramen Bochdalek) yang terletak pada bagian
postero lateral dari diafragma, tetapi jarangditemukan hernia sinus substernal
(peramen morgagni) yang melalui hiatus esophagus.
3) Tanda dan gejala
a) Kulit bewarna pucat bahkan biru
b) Sesak nafas
c) Retraksi sela iga dan substernal
d) Perut kecil dan cekung
e) Suara nafas tidak terdengar pada paru karena terdesak isi perut
f) Bunyi jantung terdengar didaerah yang berlawanan karena terdorong oleh
isi perut
g) Terdengar bising usus didaerah dada
h) muntah
4) Penatalaksanaan
a) Berikan oksigen bila bayi tampak pucat atau biru.
b) Posisikan bayi semifowler atau fowler sebelum atau sesudah operasi agar
tekanan dari isi perut terhadap paru erkurang dan agar diafragma dapat
bergerak bebas
c) Awasi bayi jangan sampai muntah apabila harl tersbut terjadi, maka
tegakan bayi agar tidak terjadi aspirasi
d) Lakukan imfomed consent dan imfomed choice untuk bayi ketemapat
pelayanan yang lebiah baik.
h. Atresia Duodeni
1) Definisi
Atresia duodeni adalah buntunya saluran pada duodenum yang biasanya
terjadi pada ampula vateri
2) Gambaran klinis
Bayi yang mengalami atresia duodeni sering mengalami muntah proyektil
yang bewarna hijau segera setelah lahir, berat badan menurun atau sukar
bertambah, dan perut kembung didaerah epigastrum pada 24 jam atau
sesudahnya.
3) Penatalaksanaan
a) Perbaiki keadaan umum dengan mengatasi deficit cairan tubuh yang
ditimbulkan oleh muntah-munta sebelum operasi
b) Berikan imfomed consent dan ifomed choice sebelum dilakukan rujukan
atau tindakan pembedahan.
i. Hidrosefalus
1) Definisi
Hidrosefalus adalah keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinalis dikarenakan adanya tekanan intra cranial
yang meningkat. Hal ini menyebabkan terjadinya pelebaran bergabai ruang
tempat mengalirnya liquor.
2) Etiologi
Hidrosefalus disebabkan karena terjadinya penyumbatan cairan
serebrospinalis (CSS) pada salah satu pembentukan scc dalam sistem
pentrikel dan tempat absorsi dalam ruang subaraknoid, sehingga terjadi
pemnyubatan dilatasi ruang CSS diatasnya. Hidrosefalus meneran anak usis
0-2 tahun dengan penybab utamanya yaitu kelainan konginetal ,infeksi intra
uterin, anoreksia, pendarahan intracranial akibatnya adalah trauma,
meningoensefalitis bakteri dan viral, serta tumor tau kista araknoid. Pada anak
usia 2-10 tahun penyebab utamanya adalah tumor fosa posterior dan stenosis
akuadutus,sedangkan pada usia dewasa penyebab utamanya adalah mininitis,
subaraknoid hemoragi,rupture aneorisma, tomor dan idiopatik.
3) Tanda dan gejala
a) Tengkorak kepala mengalami pembesaran.
b) Muntah dan nyeri kepala
c) Kepala terlihat lebih besar dari tubuh
d) Ubun-ubun besar melebar dan tidak menutup pada waktunya,teraba,
tegang dan menonjol
e) Dahi lebar, kulit kepala tipis, tegang dan mengilat
f) Pelebaran vena kulit kepala
g) Saluran tengkorak belum menutup dan teraba melebar
h) Terdapat craked pot sign bunyi seperti pot kembang retak saat
diakukan perkusi kepala
i) Adanya sunset sign di mana sclera berda diatas iris sehingga iris
seakan-akan menyerupai matahari terbenam.
j) Pergerakan bola mata tidak beratur.
k) Kerusakan saraf yang dapat memberikan gejala kelainan neorologis
berupa gangguan kesadaran, ejang dan terkadang tejadi ganguan pusat
vital.
j. Meningokel dan Esensefalokel
1) Definisi
Meningokel atau ensefalokel merupakan kelainan bawaan di mana terjadi
pemburutan selaput otak dan isi kepala keluar melalui lubang pada tengkorak
atau tulang belakang.
2) Etiologi
Penyebab terjadi meningokel dan ensefalokel adalah karena adanya defekk
pada penutupan spina bifida yang berhubungan dengan pertumbuhan yang
tidak normal dari korda spinalis atau penutupannya, biasanya terletak di garis
tengah.
3) Penatalaksanaan
a) Sebelum operasi, bayi dimasukan ke dalam incubator dengan kondisi
tanpa baju.
b) Bayi dala posisi telungkup atau tidur jika dikantongnya besar untuk
mencegah infeksi
k. Fimosis
1) Definisi
Fimosis adalah kelainan bawaan dimna terdapat penyempitan prepusium
pada bayi laki-laki.
2) Tanda dan gejala
a) Bayi sukar buang air kecil
b) Kulit prepesium mengembung seperti balon
c) Bayi menangis karena sebelu berkemih
3) Penatalaksanaan
a) Tindakan palig baik adalah dilakukan tindakan sirkumsisi (sunat) pada
bayi.
b) Apabila orang tua tidak tega, maka cobalah utuk melakukan pelebaran
prupusium ke belakang.namun biasaya hal ini akan menyebabkan luka
c) Jika terjadi luka olekan saleb antibiotic untuk pencegahan infeksi.
l. Hipospadia
1) Definisi
Hipospadia adalah kelainan bawaa dimana lubang uretra terleta dibagin
bawah dekat dengan pangkal penis. Jika lubang kecil tidak memelukan
tindakan, tetapi jika besar perlu dilakukan pembedahan.
2) Penyebab Hipospadia
Penyebab hipospadia untuk saat ini belum dapat diketahui secara pasti.
Namun, teori-teori yang berkembang umumnya mengaitkan kelainan ini
dengan masalah hormonal.
3) Tanda dan gejala Hipospadia
Secara umum , ada beberapa tanda dan gejala yang ditimbulkan hipospadia,
yakni sebagai berikut :
a) Lubang penis tidak terdapat di ujung penis,tetapi berada di bawah atau
berada pada dasar penis
b) Penis melengkung kebawah
c) Penis tampak seperti berkerudung, karena adanya kelainan pada kulit
depan penis.
d) Jika berkemih anak harus duduk.
4. Trauma Pada Bayi Baru Lahir
Trauma pada bayi baru lahir adalah cedera yang didapatkan saat persalinan.
Trauma ini bisa disebabkan oleh makrosomia,prematur,chepalo pelvic
disprpotion ( CPD ),distosia,persalinan lama,presentasi abnormal,dan
persalinan dengan tindakan ( caccum atau farceps ). Trauma atau cedera pada
bayi baru lahir dapat di bedakan menjadi.
a. Cedera kepala ( kaput suksedaneum,sefal hematoma,dan pendarahan
inrtakranial ).
b. Cedera leher dan bahu ( faktur klavikula dan brakial palsi )
c. Cedera intraabdomen ( pendarahan di hati ,limpa,atau kelenjar adrenal )
5. Neonatus Beresiko Tinggi
a. Asfiksia Neonatorum
1) Defenisi
Suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernapas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir sehingga bayi tidak dapat memasukkan
oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya.
2) Pembagian serta tanda dan gejala
a) Asfiksia berat,bayi akan mengalami asidosis,sehingga memerlukan
perbaikan dan reusitasi aktif dengan segera,tanda dan gejala
(1)Frekuensi jantung kecil yaitu < 40 kali permenit
(2)Tidak ada usaha nafas
(3)Tonus ototo lemah bahkan hampir tidak ada
(4)Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan
(5)Bayi tampak pucat bahkan berwarna kelabu
(6)Terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau sesudah
persalinan
b) Asfiksia sedang,tanda dan gejala yang muncul
(1)Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 kali permenit
(2)Usaha napas lambat
(3)Tonus otot biasanya dalam keadaan baik
(4)Bayi masih bisa bereaksi
(5)Bayi tampak sianosis
(6)Tidak terjadi kekurangan oksigen yang bermaknaselama proses
persalinan
c) Asfiksia ringan,tanda dan gejala yang sering muncul
(1)Takipnea dengan nafas lebih dari 60 kali permenit
(2)Bayi tampak sianosis
(3)Adanya retraksi sela iga
(4)Bayi merintih
(5)Adanya pernafasan cuping hidung
(6)Bayi kurang aktivis
3) Penbagian penyebab kegagaln pernapasan
a) Pada janin, kegagalan bernafas disebabkan oleh beberapa hal sebagai
Berikut :
(1) Gangguan sirkulasi dari ibu kejanin
(2) Gangguan aliran pada tali pusat,hal ini berhubungan dengan
adanya lilitan tali pusat, simpul pada tali pusat, tekanna yang
kuat pada tali pusat, ketuban yang telah pecah yang
menyebabakan tali pusat menumbung dan kehamilan lebih
bulan
(3) Adanya pengaruh obat
b) Faktor dari ibu selama kehamilan
(1) Gangguan his, misalnya karena atenia uteri yang dapat
menyebabkan hipertoni
(2) Adanya pendarahan pada plasenta previa dan solusio plasenta
yang dapat menyebabkan turunnya tekanna darah secara
mendadak
(3) Vasokonstraksi arterial pada kasus hiprtensikehamilan dan
preeklampsia dan eklampsia
(4) Kasus solusio plasentayang dapat menyebabkan pertukaran gas
(5) Menurut towel asfiksia oleh beberapa faktor, yakni faktor ibu,
plasenta, fetus, dan neonatus
(6) Apabila ibu mengalami hipoksia, maka janin juga kan
mengalami hipoksia yang dapat berkelanjtan menjadi asfiksia
dan komplikasi lain
(7) Plasenta, pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh
luasdan kondisi plasenta.misalnya soluso plasenta, pendrahan
plasenta, dll
(8) Fetus, kompresi umblikus dan dapat mengakibatkan
terganggunya
aliran darah dalam pembuluh darah umblikus dan menghambat
pertukaran gas anatara ibu dan janin
(9) Neonatus, depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dpat
terjadi karena beberapa hal.
(10) Pemakaian anastesi yang berlebihan pada ibu
(11) Trauma yang terjadi selama persalinan
(12) Kelainan konginetal pada bayi
4) Penatalaksanaan
Bersihkan jalan nafas denga pengisap lendir dan kasa steril,potong tali
pusat dengan tehnik seftik dan antiseptik,segera keringkan tubuh bayi
dengan handukyang bersih dan hangat,nilai status pernapasan.
b. Perdarahan Tali Pusat
1) Defenisi
Perdarahan yang terjadi pada tali pusat bisa timbul karena trauma
pengikatan tali pusat yang kurang baik atau kegagalan proses
pembentukan thrombus normal. Selain itu perdarahan pada tali pusat
juga bias sebagai petunjuk adanya penyakit pada bayi.
2) Etiologi
a) Robekan umbilikus normal
b) Adanya traumaatau liltan tali pusat
c) Kelalaian penolong persalianan
d) Rob ekan umblikus abnormal
e) Adanya hematoma pada umblikus
f) Vaises juga dapat menyebabkan pendarahan
g) Aneurismepembuluh darah pada umblikus
h) Robekan pembuluh darah abnormal
i) Pendarahan akibat plasenta previa dan abrupsio plasenta
3) Penatalaksanaan
a) Penanganan disesuaikan dengan penyebabperdarahan tali pusat
yang terjadi
b) Penanganan awal,harus dilakukan tindakan pencegahan infeksi
pada tali pusat
c) Segera lakukan informed cosent
c. Kejang Neonatus
Kejang neonates bukanlah suatu penyakit, namun merupakan suatu
gejala penting akan adanya penyakit lain sebagai penyebab kejang atau
adanya kelainan susunan saraf pusat. Penyebab utama terjadinya kejang
adalah kelainan bawaan pada otak, sedangkan sebab sekunder adalah
gangguan metabolic atau penyakit lain seperti penyakit infeksi.
Di Negara berkembang, kejang pada neonatus sering disebabkan oleh
trauma neonatorum,sepsis,meningitis,ensefalitis,perdarahan otak,dan cacat
bawaan.penyebab kejang pada neonatus,baik primer maupun sekunder
umumnya berkaitan erat dengan kondisi bayi didalam kandungan dan saat
proses persalinan serta masa-msa bayi baru lahir.kejang pada bayi baru lahir
kurang bisa dikenal karena bentuknya berbeda dengan kejangpada orang
dewasa atau anak.beberapa hal yang mungkin merupakan faktor penyebab
kejang adalah sebagai berikut
1) Komplikasi pada saat kehamilan dan kelahiran
2) Kelainan metabolisme seperti hipoglikemis, hipokalesmia,
hipomagnesemia
6. Kegawatdaruratan
a. Prinsip dasar kegawatdarurata
Kegawatdaruratan dapat terjadi dengan tiba-tiba, dimana saja, dan kapan
saja. Sebagai contoh kondisi bayi yang tiba-tiba menjadi lemas, tidak
bernapas, menangis melengking, suhunya berubah menjadi panas atau
dingin, tidak mau minum, mulut mencucu, kejang, terjatuh atau terluka,
tersedak dan lain-lain.
b. Menghindari kegawatan, ebagian besar kegawatan bisa dihindari dengan
cara :
1) Memberikan profilaksis/perencanaan yang saksama
2) Mengikuti petunjuk-petunjuk klinis
3) Memantau kegawatan dengan seksama
c. Reaksi terhadap kegawatan
1) Perlu tata laksana secara benar dan efektif sampai rujukan
2) Beri reaksi yang positif dan efektif
3) Beri pelatihan-pelatihan/pesan kepada orang tua atau keluarga
4) Perlu diinformasikan pada keluarga mengenai sebab, akibat,
penanganan yang akan dilakukan, kegunaan obat, cara pemberian, dan
efek samping
5) Peralatan gawat darurat.
d. Penanganan awal
1) Tetap tenang
2) Berpikir secara logis
3) Pusatkan perhatian pada kebutuhan bayi
4) Jangan tinggalkan bayi sendirian tanpa ada yang menjaga
5) Ambillah tanggung jawab, hindari kebingungan dengan menugaskan
seseorang sebagai penanggung jawab
6) Segera cari pertolongan! Salah atu penolong mencari pertolongan atau
bantuan orang lain untuk
7) Mengambilkan alat atau obat atau O2
8) Jika bayi tak bernapas segera kaji ABC(airway,breathing,circulation)
lalu jika ditemukan kejang, maka segera cari tahu penyebabnya.
9) Jika terjadi syok, segera lakukan penatalaksanaan syok
10) Posisikan anak sesuai dengan kebutuhannya
11) Bicaralah dengan keluarga dan bantu agar keluarga tetap tenang
12) Tanyakan apa yang terjadi (kronologis kejadian dan riwayat penyakit)
13) Lakukan pemeriksaan secara cepat lalu segera lakukan
penatalaksanaan kegawatan.
7. Neonatus, Bayi dan Anak Balita Dengan Penyakit yang Lazim Terjadi
a. Bercak Mongol
1) Defenisi
Bercak Mongol adalah bercak datar normal yang berwarna biru-
kehitaman yang biasanya terlihat di bagian punggung, bokong
walaupun biasanya terlihat pada bagian tubuh lain. Warna khas dari
bercak mongol ditimbulkan oleh adanya melanosit yang mengandung
melanin pada dermis. Bercak mongol biasanya terjadi pada anak-anak
yang dilahirkan oleh orang tua Asia dan Afrika, terkadang juga terjadi
pada anak-anak dengan orang tua Mediteranian. Bercak ini secara
bertahap akan lenyap dengan sendirinya dalam hitungan bulan atau
tahun.
2) Etilogi
Bercak mongol adalah bawaan sejak lahir, warna khas dari bercak
mongol ditimbulkan oleh adanya melanosit yang mengandung melanin
pada dermis yang terhambat selama proses migrasi dari Krista neuralis
ke epidermis
Bercak ini akan hilang dengan sendirinyapada tahun pertama dan
kedua kehidupannya. Bidan harus dapat memberikan konseling pada
orang tua bahwa bercak mongol tersebut wajar dan akan hilang sendiri
tanpa pengobatan, sehingga orang tua tidak perlu khawatir terhadap
keadaan bayinya.
3) Tanda dan Gejala
Tanda lahir ini biasanya berwarna coklat tua, abu-abu batu, atau biru
kehitaman. Terkadang bintik mongol ini terlihat seperti memar.
Biasanya timbul pada bagian punggung bawah dan bokong, tetapi
sering juga di temukan pada kaki, punggung, pinggang, dan pundak.
Bercak mongol juga memiliki ukuran yang bervariasi, dari sebesar
peniti sampai berdiameter enam inchi. Seorang anak dapat memiliki
satu atau beberapa bercak mongol. Biasanya bercak mongol ini terlihat
sebagai :
a) Luka seperti pewarnaan
b) Daerah pigmentasi dengan tekstur kulit yang normal
c) Area datar dengan bentuk yang tidak teratur
d) Bercak yang akan menghilang dalam hitungan bulan atau tahun
e) Tidak ada komplikasi yang di timbulkan
4) Penatalaksanaan
Bercak mongol biasa menghilang di tahun pertama, atau pada 1-4
tahun pertama sehingga tidak memerlukan penanganan khusus. Namun,
bercak mongol multiple yang tersebar luas, terutama pada tempat-
tempat biasa, cenderung tidak akan menghilang dan akan menetap
hingga dewasa. Sumber lain mengatakan bahwa bercak mongol ini
mulai pudar pada usia dua tahun pertama dan menghilang antara usia 7-
13 tahun.
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan oleh seorang bidan dalam
hal ini adalah memberikan konseling pada orang tua bayi. Bidan
menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan bintik mongol,
menjelaskan bahwa bintik mongol ini akan menghilang dalam hitungan
bulan atau tahun dan tidak berbahaya serta tidak memerlukan
penanganan khusus sehingga orang tua bayi tidak merasa cemas.
b. Hemangioma
1) Defenisi
Hemangioma adalah suatu tumor jaringan lunak atau tumor vaskular
jinak yang disebabkan oleh poliferasi (pertumbuhan yang berlebih) dari
pembuluh darah yang tidak normal dan dapat terjadi pada setiap
jaringan pembuluh darah. Pada saat kemunculannya terlihat benjolan
berwarna merah seperti tanda lahir dengan diameter 1-4cm,biasanya
akan kelihatan setelah 1 minggu sampai 4 minggu setelah lahir, bahkan
terkadang 1 sampai 2 bulan setelah lahir. Hemangioma bukanlah suatu
penyakit yang ganas karena umumnya dapat hilang dengan sendirinya.
2) Pembagian
a) Nevus flammeus
Daerah kapiler yang tidak menonjol, berbatas tegas, ukurannya
tidak bertambah, berwarna merah ungu, dan akan hilang dengan
sendirinya tanpa pengobatan.
b) Nevus Vaskulosus
Kapiler yang baru terbentuk dan membesar pada kulit yang tumbuh
beberapa bulan setelah lahir kemudian mengerut dan menghilang
dengan sendirinya.
3) Penatalaksanaan
Berikan konseling kepada orang tua bahwa tanda lahir itu normal dan
sering terjadi pada bayi baru lahir, sehingga orang tua tidak perlu
khawatir dalam menghadapi kejadian ini.
c. Ikterus
1) Defenisi
Ikterus adalah perubahan warna kulit atau sclera mata (normal
berwarna putih) menjadi kuning karena peningkatan kadar bilirubin
dalam darah. Ikterus pada bayi baru lahir dapat terjadi pada 25%-50%
bayi baru lahir cukup bulan, dan terjadi pada 24 jam pertama. Yang
sangat berbahaya dari Ikterus ialah keadaan yang disebut “Kernikterus”
yaitu suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada
otak, gejalanya antara lain mata yang berputar, kesadaran menurun, tak
mau minum atau menghisap, kejang, tuli. Cara melihat Ikterus pada
bayi baru lahir agak sulit apa lagi dengan cahaya buatan, sebaiknya
pengamatan dilakukan di bawah sinar matahari dengan cara menekan
sedikit kulit yang akan diamati, jika warna kulit tetap kuning
kemungkinan bayi mengalami Ikterus dan kadar bilirubinnya tinggi.
Jika terjadi demikian maka bayi harus dibawah ke RS untuk menjalani
terapi pemberian Albumin,fototerapi(terapi sinar), atau transfusi tukar
pada kasus yang berat.
2) Pembagian
a) Fisiologis
Ikterus fisiologis adalah ikterus normal yang dialami oleh bayi baru
lahir. Ikterus fisiologis memiliki tanda-tanda berikut :
(1) Timbul pada hari kedua dan ketiga setelah bayi lahir
(2) Kadar birlirubin indirect tidak lebih dari 10 mg% pada neonates
cukup bulan dan 12,5 mg% pada neonates kurang bulan.
(3) Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak lebih dari 5 mg%
per hari.
(4) Kadar bilirubin direct tidak lebih dari 1 mg%
(5) Ikterus menghilang pada 10 hari pertama.
(6) Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologi
b) Patologis
Ikterus patologis adalah ikterus yang mempunyai dasar
patologis dengan kadar bilirubin mencapai suatu nilai yang disebut
hiperbilirubinemia. Ikterus patologis memiliki tanda dan gejala
sebagai berikut :
(1) Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama.
(2) Kadar bilirubin > 10 mg% pada neonates cukup bulan atau >
12,5 mg% pada neonates kurang bulan.
(3) Peningkatan bilirubin melebihi 5 mg% per hari.
(4) Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama.
(5) Kadar bilirubin direct lebih dari 1 mg%.
(6) Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik.
3) Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya ikterus :
a) Prahepatik (ikterus hemolitik).
Ikterus ini disebabkan karena produksi bilirubin yang meningkat
pada proses hemolisis sel darah merah (ikterus hemolitik),
penyebabnya antara lain : infeksi, kelainan sel darah merah, toksin
dari luar maupun dari dalam tubuh.
b) Pascahepatik (obstruktif)
Adanya obstruksi pada saluran empedu yang mengakibatkan
bilirubin konjugasi akan kembali lagi ke dalam sel hati dan
masuk kedalam aliran darah, sebagian masuk dalam ginjal dan
diekskresikan dalam urine. Sebagian lainnya tertimbun dalam
tubuh sehingga kulit dan sklera berwarna kuning kehijauan serta
gatal. Obstruksi empedu ini menyebabkan ekskresi bilirubin
kedalam saluran pencernaan berkurang, sehingga feses akan
berwarna keabu-abuan, liat, dan seperti dempul.
d. Hepatoseluler (ikterus hepatic)
1) Definisi
Konjugasi bilirubin terjadi pada sel hati, apabila sel hati mengalami
kerusakan maka secara otomatis akan menggangu proses konjugasi
bilirubin sehingga bilirubbin direct meningkat dalam aliran darah.
2) Gambaran Klinis
Gambaran klinis yang paling nyata terlihat pada perubahan warna kulit
dan sclera yang menjadai kuning.
3) Penatalaksanaan
a) Ikterus fisiologis.
(1) Lakukan perawatan seperti bayi baru lahir normal.
(2) Lakukan perawatan bayi sehari-hari seperti :
(a) Memandikan
(b) Melakukan perawatan tali pusat
(c) Membersihkan jalan napas
(d) Jemur bayi dibawah sinar matahari pagi, kurang lebih 30
(e) menit.
(3) Ajarkan ibu cara :
(a) Memandikan bayi
(b) Melakukan perawatan tali pusat
(c) Menjaga agar bayi tidak hipotermi
(d) Menjemur bayi
(4) Jelaskan pentingnya hal-hal seperti :
(a) Memberikan ASI sedini dan sesering mungkin
(b) Menjemur bayi dibawah sinar matahari pagi dengan
kondisi telanjang selama 30 menit, 15 menit dalam posisi
telentang, dan 15 menit sisanya dalam posisi tengkurap
(c) Memberikan asupan makanan bergizi tinggi bagi ibu
(d) Menganjurkan ibu dan pasangan untuk ber-KB sesegera
mungkin
(e) Menganjurkan ibu untuk tidak minum jamu.
(5) Apabila tanda ikterus yang lebih parah (misalnya feses
berwarna putih keabu-abuan dan liat seperti dempul), anjurkan
ibu untuk segera membaya bayinya ke puskesmas.
(6) Anjurkan ibu untuk control setelah 2 hari.
4) Komplikasi
Kern ikterus (ensefalopati biliaris) adalah suatu kerusakan otak akibat
adanya bilirubin indirect pada otak. Kern ikterus ditandai dengan kadar
bilirubin darah yang tinggi (>20 mg% pada bayi cukup bulan atau >18
mg% pada bayi berat lahir rendah) disertai dengan gejala kerusakan
otak berupa mata berputar,letargi, kejang, tak mau menghisap, tonus
otot meningkat, leher kaku, epistotonus, dan sianosis, serta dapat juga
diikuti dengan ketulian, gangguan berbicara, dan retardasi mental di
kemudian hari
e. Muntah
1) Defenisi
Muntah adalah keluarnya sebagian besar atau seluruh isi lambung
setelah makanan masuk lambung agak lama, disertai kontraksi lambung
dan abdomen.
2) Etiologi
Muntah dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti berikut ini ;
a) Kelainan congenital.
Pada saluran pencernaan , iritasi lambung, atresia esophagus,
hirscprung, tekanan intracranial yang tinggi.
b) Infeksi pada saluran pencernaan
c) Cara pemberian makan yang salah
d) Keracunan
3) Komplikasi
Komplikasi terjadinya muntah adalah sebagai berikut :
a) Dehidrasi
b) Ketosis karena tidak makan dan minum
c) Asidosis yang disebabkan adanya ketosis yang dapat berkelanjutan
menjadi syok bahkan sampai kejang
d) Ketegangan otot perut, perdarahan konjungtiva, rupture
esophagus,aspirasi.
4) Patofisiologi
Muntah terjadi ketika anak/bayi menyemprotkan isi lambungnya
keluar, terjadi pada minggu-minggu pertama. Hal tersebut merupakan
reaksi spontan ketika isi lambung dikeluarkan dengan paksa melalui
mulut. Refleks ini dikoordinasikan di medulla oblongata.
5) Sifat muntah
a) Keluar cairan terus menerus
b) Muntah proyektil, disebabkan oleh stenosis pylorus
c) Muntah hijau kekuningan akibat obstruksi ampula vateri
d) Muntah segera setelah lahir dan menetap, karena adanya obstruksi
usus atau peninggian tekanan intracranial.
6) Penatalaksanaan
a) Kaji factor penyebab dan sifat muntah
b) Berikan pengobatan berdasarkan penyebab
c) Ciptakan suasana tenang
d) Perlakukan bayi dengan baik dan hati-hati
e) Berikan diet yang sesuai dan tidak merangsang muntah
f) Berikan antiemetic jika terjadi reaksi simptomatis
g) Rujuk segera
f. Gumoh
1) Defenisi
Gumoh adalah keluarnya kembali sebagian kecil isi lambung setelah
beberapa saat setelah makanan di cerna dalam lambung. Biasanya
disebabkan karena bayi menelan udara pada saat menyusu. Muntah
susu adalah hal yang agak umum terutama pada bayi yang mendapat
ASI. Gumoh tidak akan meyebabkan perubahan berat badan secara
signifikan
2) Etiologi
Penyebab terjadinya gumoh adalah :
a) Bayi sudah merasa kenyang
b) Posisi salah saat menyusui
c) Posisi botol yang salah
d) Tergesa-gesa saat pemberian susu
e) Kegagalan dalam mengeluarkan udara yang tertelan.
3) Patofisiologi
Pada keadaan gumoh, biasanya lambung sudah terisi penuh sehingga
terkadang gumoh bercampur dengan air liur yang mengalir kembali
keatas dan keluar melalui mulut pada sudut-sudut bibir. Hal tersebut
disebabkan karena katub diujung lambung tak bias bekerja dengan
baik. Otot tersebut harusnya mendorong isi lambung kebawah.
Kebanyakan gumoh terjadi pada bayi di bulan-bulan pertama
kehidupannya.
4) Penatalaksanaan
a) Perbaiki teknik menyusui
b) Perhatikan posisi botol pada saat pemberian susu
c) Sendawakan bayi setelah disusui
d) Lakukan teknik menyusui yang benar
g. Oral trush
1) Defenisi
Oral trush adalah terjadinya infeksi jamur Candidiasis pada membrane
mukosa mulut bayi yang ditandai dengan munculnya bercak-bercak
keputihan membentuk plak-plak berkeping di mulut, ulkus dangkal,
demam, dan adanya iritasi gastrointestinal.
2) Etiologi
Oral trush terjadi karena infeksi jamur Candida Albicans yang
merupakan organism penghuni kulit dan mukosa mulut, vagina, dan
saluran cerna.
3) Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala ialah : Lesi di sekitar mulut dan lidah berwarna putih
berbentuk plak seperti bekas susu yang susah dihilangkan, suhu badan
meninggi hingga 40 ⁰C, mengeluarkan air liur lebih dari biasa, rewel,
tak mau makan atau minum susu, gelisah.
4) Penatalaksanaan
Oral trush umumnya sembuh dengan sendirinya, namun dapat juga
ditangani dengan cara sebagai berikut :
a) Bedakan oral trush dengan bekas susu dimulut
b) Bila infeksi berasal dari ibu, segera obati ibu
c) Jaga kebersihan mulut
d) Bersihkan botol susu dengan cara yang steril
e) Berikan terapi pada bayi :
(1) 1 ml larutan Nystatin 100.000 unit diberikan 4 kali sehari
dengan interval setiap 6 jam
(2) Gentian violet 3 kali sehari
h. Diaper rash (Ruam Popok)
1) Defenisi
Diaper rash atau sering disebut Ruam popok ialah kemerahan pada
kulit bayi yang terjadi di bagian pantat atau pinggang bayi akibat
kontak terus menerus denagn lingkungan yang tidak baik.
2) Etiologi
a) Tidak terjaganya kebersihan kulit pada pakaian bayi.
b) Jarangnya mengganti popok setelah bayi BAB atau BAK.
c) Terlalu panas atau lembabnya udara/suhu lingkungan.
d) Tingginya frekuensi BAB (diare).
e) Adanya reaksi kontak terhadap karet, plastic dan detergen.
3) Tanda dan Gejala
a) Iritasi pada kulit yang kontak langsung dengan allergen, sehingga
muncul eritema
b) Erupsi pada daerah kontak yang menonjol, sepeerti bokong, alat
genital, perut bawah, atau paha atas.
c) Dapat terjadi papilla eritematosa, vesikula, dan ulserasi
4) Penatalaksanaan
a) Daerah ruam, tidak boleh terkena air dan harus dibiarkan terbuka
dan tetap kering.
b) Bersihkan kulit yang iritasi dengan kapas halus yang mengandung
minyak.
c) Bersihkan dan keringkan bayi segera setelah BAK atau BAB.
d) Atur posisi tidur anak agar tidak menekan kulit.
e) Berikan makanan tinggi kalori dan protein.
f) Perhatikan kebersihan kulit dan tubuh.
g) Jaga kebersihan pakaian dan alat-alat untuk bayi.
h) Rendam pakaian yang terkena urine kedalam air yang dicampur
acidum borium.
i. Sebhorea
1) Defenisi
Sebhorea juga biasa disebut ketombe pada bayi adalah peradangan pada
kulit bagian atas yang menyebabkan timbulnya sisik padakulit kepala,
wajah dan bagian tubuh lainnya.
2) Etiologi
Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa ahli
yang menyatakan beberapa factor penyebab seborrhea yaitu :
a) Faktor keturunan
b) Intake makanan yang tinggi lemak dan kalori
c) Asupan minuman beralkohol
d) Adanya gangguan emosi.
3) Penatalaksanaan
Dapat ditangani dengan obat-obat topical, seperti sampo yang tidak
berbusa dan krim selenium sulfide/Hg-presipitatus albus 2%.
j. Furunkel
1) Definisi
Furunkel (boil atau bisul) adalah peradangan pada folikel rambut, kulit,
dan jaringan sekitarnya yang sering terjadi pada daerah bokong, kuduk,
aksila, badan, dan tungkai. Furunkel yang terbentuk pada lebih dari
satu tempat yang biasa disebut sebagai furunkulosis.
2) Etiologi
Furunkel disebabkan oleh :
a) Iritasi pada kulit.
b) Kebersihan kulit yang kurang terjaga.
c) Daya tahan tubuh yang rendah.
d) Infeksi oleh Staphylococcus Aureus.
3) Patofisiologi
Infeksi dimulai dari peradangan pada folikel rambut di kulit(folikullitis)
yang menyebar pada jaringan sekitarnya. Radang pus atau nanah yang
dekat sekali dengan kulit disebut pustule. Pustula ini menyebabkan
kulit diatasnya sangat tipis, sehingga pus didalamnya dapat dengan
mudah mengalir keluar. Sementara itu, bisulnya (furunkel) sendiri
berada pada daerah kulit yang lebih dalam.
4) Tanda dan Gejala
Gejala yang sering muncul adalah :
a) Nyeri pada daerah ruam.
b) Ruam pada daerah kulit berupa nodus eritematosa yang berbentuk
kerucut dan memiliki pustule.
c) Nodul dapat melunak menjadi abses yang berisi pus dan jaringan
nekrotik yang dapat pecah membentuk fistel lalu keluar melalui
lobus minorus resistensiae.
d) Setelah seminggu, umumnya furunkel akan pecah sendiri dan
sebagian dapat menghilang dengan sendirinya.
5) Penatalaksanaan
Asuhan yang biasanya diberikan adalah sebagai berikut :
a) Jaga kebersihan daerah yangb mengalami furunkel.
b) Berikan obat topical dan kompres hangat untuk mengurangi nyeri
dan melunakkan nodul.
c) Jangan memijat furunkel.
d) Bila furunkel terjadi di daerah yang tidak umum, bawa ke dokter
untuk di insisi.
e) Jika memungkinkan untuk membuka furunkel, maka lakukanlah
dengan cara berikut ini :
(1)Berikan informed consent
(2)Minta seseorang untuk memegangi anak.
(3)Gunakan pisau bedah steril, insisi, kemudian masukkan penjepit
dalam luka dan bukalah penjepitnya untuk membuka jalan
keluar bagi pus.
(4)Berikan analgesic
(5)Tutup luka dengan kasa kering.
(6)Bersihkan alat-alat
(7)Ingatkan keluarga untuk mengganti perban secara periodik.
(8)Terapi antibiotik dan antiseptik diberikan berdasarkan luas dan
beratnya penyakit. Misalnya Achromycin 250 mg 3 atau 4 kali
per hari.
(9)Bila terjadi secara menetap dan periodik, perhatikan adanya
factor diabetes mellitus.
k. Milliariasis
1) Definisi
Milliariasis disebut juga sudamina, liken tropikus, biang keringat,
keringat buntet, atau prickle heat. Milliariasis adalah dermatosis yang
disebabkan oleh retensi keringat akibat tersumbatnya pori kelenjar
keringat.
2) Etiologi
Penyebab Milliariasis adalah udara panas dan lembap serta adanya
infeksi bakteri.
3) Patofisiologi
Diawali dengan tersumbatnya pori-pori kelenjar keringat, sehingga
pengeluaran ketingat tertahan. Tertahannya pengeluaran keringat ini
ditandai dengan adanya vesikel miliar di muara kelenjar keringat lalu
disusul dengan timbulnya radang dan udema akibat perspirasi yang
tidak dapat keluar yang kemudian diabsorbsi oleh stratum korneum.
Muncul pada usia 2-3 bulan pertama dan menghilang dengan
sendirinya 3-4 minggu kemudian.

4) Pembagian serta Tanda dan Gejala


Ada dua tipe Milliaris yaitu :
a) Milliaris Kristalina.
Timbul pada pasien yang mengalami peningkatan jumlah keringat.
Lesinya berupa vesikel yang sangat superficial, bentuknya kecil
berupa titik embun berukuran 1-2 mm. Vesikel mudah pecah akibat
trauma ringan seperti gesekan. Vesikel yang pecah berwarna jernih
dan tanpa reaksi peradangan, asimptomatik, dan berlangsung
singkat. Dapat sembuh dengan sendirinya.
b) Milliaria Rubra
Berupa papula vesikel dan eritema disekitarnya. Keringat
menembus kedalam epidermis. Biasanya disertai rasa gatal dan
pedih pada daerah ruam dan daerah di sekitarnya, sering diikuti
infeksi sekunder dan dapat juga terjadi impetigo dan furunkel.
5) Penatalaksanaan
Asuhan yang diberikan umumnya sebagai berikut :
a) Prinsip asuhan adalah mengurangi penyumbatan keringat dan
menghilangkan sumbatan yang sudah timbul.
b) Jaga kebersihan tubuh bayi
c) Usahakan untuk menciptakan suasana yang sejuk dan kering
d) Gunakan pakaian menyerap keringat dan tidak tipis.
e) Segera ganti pakaian yang basah dan kotor.
f) Pada milliaria rubra dapat diberikan bedak salisil 2% dengan
menambahkan mentol 0,5-2% yang bersifat mendinginkan ruam.
l. Diare
1) Defenisi
Diare adalah ppengeluaran feses yang tidak normal dan cair. Bayi
dinyatakan diare bila sudah > 3 kali BAB, sedangkan neonates
dikatakan diare bila sudah > 4 kali BAB.
2) Etiologi
Diare dapat disebabkan oleh beberapa factor, antara lain :
a) Infeksi
(1) Infeksi Enteral
Infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan dan merupakan
penyebab utama terjadinya diare. Infeksi enteral meliputi :
(a) Infeksi bakteri : Vibrio, E. coli, Salmonella, Aeromonas,
Dll.
(b) Infeksi virus : Enterovirus, seperti virus ECHO,
poliomyelitis, adenovirus, rotavirus, dll.
(c) Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyrus,dll),
Protozoa(Entamoeba histolytica, Giardia lamblia dan
Trichomonas hominis), serta jamur (Candida albycans).
(2) Infeksi Parenteral
Yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan,
misalnya Otitis Media Akut (OMA), tonsilofaringitis,
bronkopneumonia, encephalitis, dan sebagainya.
(a) Malabsorbsi.
(b) Karbohidrat : intoleransi laktosa
(c) Lemak
(d) Protein
(e) Makanan : makanan basi, beracun
(f) Psikologis : rasa takut atau cemas
3) Patogenesis
Mekanisme dasar yang dapat menyebabkan terjadinya diare adalah
sebagai berikut :
a) Gangguan Osmotik.
Akibat adanya makanana atau zat yang tidak diserap oleh tubuh
akan menyebabkan tekanan osmotic dalam usus. Isi rongga usus
yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan isinya
sehingga timbul diare.
b) Gangguan Sekresi.
Akibat rangsangan tertentu, misalnya toksin pada dinding usus
yang akan menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit yang
berlebihan kedalam rongga usus, sehingga akan terjadi peningkatan
isi dari rongga usus dan akhirnya timbullah diare.
c) Gangguan motilitas usus.
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan bagi
usus untuk menyerap makanan yang masuk, sehingga akan timbul
diare.
4) Patogenesis Diare akut
a) Masuknya jasad renik yang masih hidup kedalam usus halus setelah
berhasil melewati rintangan asam lambung.
b) Jasad renik tersebut akan berkembang biak di dalam usus halus
c) Dari jasad renik tersebut akan keluar toksin( toksin diaregenik)
d) Toksin ini akan menyebabkan hipersekresi dan selanjutnya akan
menyebabkan diare.
5) Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala anak yang mengalami diare :
a) Cengeng, rewel.
b) Gelisah
c) Suhu meningkat
d) Nafsu makan menurun
e) Feses cair dan berlendir, kadang disertai darah
f) Anus lecet
g) Dehidrasi
h) Berat badan menurun
i) Turgor kulit menurun
j) Mata dan ubun-ubun cekung
k) Selaput lender serta kulit menjadi kering.
6) Komplikasi
a) Dehidrasi akibat kekurangan cairan dan elektrolit
b) Dehidrasi ringan, Kehilangan cairan < 5% BB.
c) Dehidrasi sedang, kehilangan cairan 5-10% BB.
d) Dehidrasi berat, kehilangan cairan > 10-15% BB.
e) Renjatan hipovolemik akibat menurunnya volume darah dan
apabila penurunan volume darah mencapai 15-25% BB maka akan
menyebabkan penurunan tekanan darah.
f) Hipokalemia.
g) Hipoglikemia.
h) Intoleransi laktosa sekunder karena kerusakan vili mukosa usus.
i) Kejang
j) Malnutrisi energy protein
7) Penatalaksanaan
Prinsip perawatan diare adalah sebagai berikut :
a) Pemberian cairan
b) Diatetik (pemberian makanan)
c) Obat-obatan
(1) Jumlah cairan yang diberikan adalah 100 ml/kgBB/hari
sebanyak 1 kali setiap 2 jam, jika diare tanpa dehidrasi.
Sebanyak 50% cairan ini diberikan dalam 4 jam pertama dan
sisanya adlibitum.
(2) Sesuaikan dengan umur anak :
(a) < 2 tahun diberikan ½ gelas,
(b) 2-6 tahun diberikan 1 gelas
(c) > 6 tahun diberikan 400 cc (2 gelas).
(3) Bila dehidrasi ringan, berikan cairan 25-100 ml/kg/BB dalam
sehari setiap 2 jam
(4) Berikan Oralit sebanyak ± 100 ml/kgBB setiap 4-6 jam pada
kasus dehidrasi ringan sampai berat.
d) Teruskan pemberian ASI karena bias membantu meningkatkan
daya tahan tubuh anak.
m. Obstipasi
1) Defenisi
Obstipasi adalah penimbunan feses yang keras akibat adanya penyakit
atau adanya obstruksi pada saluran cerna. Atau tidak adanya
pengeluaran feses selama 3 hari atau lebih.
2) Etiologi
Obstipasi pada anak dapat disebabkan oleh hal-hal berikut :
a) Kebiasaan makan
b) Hipotiroidisme
c) Keadaan- keadaan mental
d) Penyakit organic
e) Kelainan congenital
f) Penyakit lain
3) Tanda dan Gejala
a) Pada neonates jika tidak mengeluarkan mekonium dalam 36 jam
pertama, pada bayi jika tidak mengeluarkan feses selama 3 hari atau
lebih.
b) Sakit dan kejang pada perut.
c) Pada pemeriksaan rectal, jari akan merasa jepitan udara dan
mekonium yang menyemprot.
d) Feses besar dan tidak bias digerakkan dalam rectum.
e) Bising usus yang janggal.
f) Merasa tidak enak badan, anoreksia, dan sakit kepala.
g) Teerdapat luka pada anus.
4) Penatalaksannaan
a) Mencari penyebab onstipasi
b) Menegakkan kembali kebisaan defekasi yang normal dengan
memerhatikan gizi, tambahan cairan dan kondisi psikis
c) Pengososngan rektum dilakukan jika tidak ada kemajuan seelah
dianjurkan untuk menegakkan kembali kebiasaan
defekasi.pengososngan rektum bisa dilakukan dengan disam
paksidigital, enema minyak saitun
n. Infeksi
1) Definisi
infeksi farinetal adalah infeksipada neonatus yang terjadi pada masa
antenatal,intranatal,postnatal
2) Etiologi
Infeksi parinetal dapat disebabkan oleh berbagai bakteri eschericia
coli,pseodomonas pyocyneus,kebsielia,staphyococcus aureus, dan
Coccus gonococcus
a) Infeksi antenatal
Infeksi yang terjadi pada masa kehamilan ketika kuman masuk ke
tubuh janin melalui sirkulasi darah ibu, lalu masuk melalui plasenta
dan akhirnya ke dalam sirkulasi darah umbilicus
b) Infeksi intranatal
Infeksi terjadi pada masa persalinan. Infeksi ini sering terjadi ketika
mikroorganisme masuk dari vagina, lalu naik dan kemudianmasuk
ke dalam rongga amnion, biasanya setelah selaput ketuban pecah
c) Infeksi postnatal
Infeksi pada periode post natal dapat terjadi setelah bayi lahir
lengkap, misalnya melalui kontaminasi langsung dengan alat-alat
yang tidak steril,tindakan yang tidak antiseptik atau dapat juga
terjadi akibat infeksi silang, misalnya pada neonatus neonatorum,
omfalitis, dan lain-lain.
3) Tanda dan Gejala
Gejala infeksi yang umumnya terjadi pada bayi yang mengalami
infeksi perinatal adalah sebagai berikut:
a) Bayi malas minum
b) Gelisah dan mungkin juga terjadi letargi
c) Frekuensi pernapasan meningkat
d) Berat badan menurung
e) Pergerakan kurang
f) Muntah
g) Diare
h) Udema
i) Perdarahan, ikterus, dan kejang
j) Suhu tubuh dapat normal, hipotermi dengan hipetermi
4) Penatalaksanaan
a) Berikan posisi semi fowler
b) Appabila suhu tinggilakukan kompres dingin
c) Berikan ASI perlahan-lahan sedikit demi sedikit
d) Apabila bayi muntah, lakukan perwatn muntah yaitu posisi tidur
miring kekanan atau kekiri
e) Apabila ada diare, perhatikan personal hygiene dan keadaan
lingkungan
f) Rujuk segera kerumah sakit,lakukan informrd consent pada
keluarga
o. Sindrom kematian bayi mendadak (sudden infant death syndrome)
1) Definisi
Sindrom kematian mati mendadak terjadi pada bayi yang sehat saat di
tidurkan tiba-tiba di temukan meninggal beberapa jam kemudian SIDS
terjadi kurang lebih 4 dari 1000 kelahiran hidup, insiden puncak dari
SIDS pada bayi usia 2 minggu sampai 1 tahun.
2) Etiologi
Secara pasti penyebabnya belum di ketahui namun beberapa ahli telah
melakukan penelitian dan mengemukakan ada beberapa penyebab
penyakit SIDS sebagai berikut.
a) Ibu yang masih remaja
b) Bayi dengan jarak kehamilan yang dekat
c) Bayi laki-laki dengan berat badan di bawah normal
d) Bayi yang mengalami displasia bronkuhulmuner
e) Bayi prematur
f) Gamelli (bayi kembar)
g) Bayi dengan virus pernapasan
3) Penatalaksanaan
a) Bantu orang tua mengaturjadwal untuk dilakukan konseling
b) Berikan dukungan dabn dorongan kepadaa orang tua,ajak orang tua
mengungkapkan rasa dukungannya
c) Berikan penjelasan mengenai SIDS ,berikan kesempatan pada
orang tua untuk mengajukan pertannyaan
d) Beri pengertian pada orang tua bahwa perasaan yang mereka
rasakan adalah hal yang wajar
e) Beri keyakinan pada sibling( jika ada) bahwa mereka tidak
bersalah terhadap kematian bayi tersebut,bahkan jika merka
sebenarnya juga mengharapka kematian bayi tersebut
B. Konsep Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita
1. Asuhan Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan di Luar Uterus
Adaptasi neonatal (bayi baru lahir) adalah proses penyesuaian fungsional neonatus
dari kehidupan di dalam uterus. Kemampuan adaptasi fungsional neonatus dari
kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luiar uterus. Kemampuan adaptasi
fisiologis ini di sebut juga homeostatis. Bila terdapat gangguan adaptasi, maka bayi
akan sakit. Konsep- konsep esensial adaptasi fisiologi bayi baru lahir:
a. Memulai segera pernapasan dan perubahan dalam pola sirkulasi merupakan hal
yang esensial dalam kehidupan ekstrauterin.
b. Dalam 24 jam setelah lahir, sistem ginjal, gastrointestinal (GI), hematologi,
metabolik, dan sistem neurologi bayi baru lahir harus berfungsi secara memadai
untuk maju ke arah, dan mempertahankan kehidupan ekstrauterin. Periode transisi:
1) Merupakan fase tidak stabil selam 6-8 jam pertama kehidupan, yang dialami
semua bayi tanpa memandang usia gestasi atau sifat persalinan dan
melahirkan.
2) Pada periode pertama reaktivitas (segera setelah lahir), pernapasan cepat
(mencapai 80 kali per menit) dan pernapasan cuping hidung sementara,
retraksi, dan suara seperti mendengkur dapat terjadi, DJJ dapat mencapai 180
kali per menit selama beberapa menit pertama kehidupan.
3) Respon selanjutnya, BBL menjadi tenang, rilaks, dan jatuh tertidur, tidur
pertama ini (dikenal sebagai fase tidur) dalam 2 jam setelah kelahiran dan
berlangsung selama beberapa menit sampai beberapa jam.
4) Perode kedua reaktivitas, dimulai waktu bayi bangun, ditandai dengan respon
berlebihan terhadap stimulus, perubahan warna kulit dari merah muda
menjadi agak sianosis, dan DJJ menjadi cepat.
5) Lendir mulut dapat menyebabkan masalah besar, miksalnya tersedak,
tercekik, dan batuk.
Faktor- faktor yang mempengaruhi adaptasi BBL :
1) Pengalaman antepartum ibu dan BBL (misalnya, terdapat zat toksik dan sikap
orangtua terhadap kehamilan dan pengasuhan anak)
2) Pengalaman intrapartum ibu dan BBL (misalnya, lama persalinan, tipe
analgesik atau anestesia intrapartum).
3) Kapasitas fisiologis BBL untuk melakukan transisi ke kehidupan ekstrauterin.
4) Kemampuan petugas kesehatan untuk mengkaji dan merespons masalah
dengan tepat pada saat terjadi.
Tabel Mekanisme Homeostatis Atau Adaptasi BBL
Sistem Intrauterin Ekstrauterin
Respirasi atau sirkulasi
Pernapasan volunter Belum berfungsi Berfungsi
Alveoli Kolaps Berkembang
Vaskularisasi paru Belum aktif Aktif
Resistensi paru Tinggi Rendah
Intake oksigen Dari plasenta ibu Dari paru bayi sendiri
Pengeluaran CO2 Di plasenta Di paru
Sirkulasi paru Tidak berkembang Berkembang banyak
Sirkulasi sistematik Resistensi prifer Resistensi prifer
Denyut jantung Rendah lebih cepat Tinggi lebih lambat
Saluran cerna
Absorbsi nutrien Belum aktif Aktif
Kolonisasi kuman Belum Segera
Feses Mekonium < hari ke 4, feses biasa
Enzim pencernaan Belum aktif Aktif

Homeostatis adalah kemampuan mempertahankan fungsi-fungsi vital,


bersifat dinamis, dipengaruhi oleh tahap pertumbuhan dan perkembangan,
termasuk masa pertumbuhan dan perkembangan intrauterin. Masa neonatus lebih
tepat jika dipandang sebagai masa adaptasi dari kehidupan eklstrauterin dari
berbagai sistem. Pada bayi kurang bulan, terdapat berbagai gangguan mekanisme
adaptasi. Adaptasi segera setelah lahir meliputi adaptasi fungsi-fungsi vital
(sirkulasi, respirasi, susunan saraf pusat, pencernaan dan metabolisme).
Homeostatis neonatus ditentukan oleh keseimbangan antar maturitas dan status
gizi. Beberapa fungsi dan proses vital pada Neonatus:
1) Sistem pernapasan
Masa yang paling kritis pada BBL adalah ketika harus mengatasi resistensi
paru pada saat pernapasan yang pertama kali, dan proses pernapasan ini
bukanlah kejadian yang mendadak, tetapi telah dipersiapkan lama sejak
intrauteri. Perkembangan sistem pulmoner terjadi sejak masa embrio,
tepatnya pada umur kehamilan 24 hari.
a) UK 24 hari : bakal paru-paru terbentuk
b) UK 26-28 hari : kedua bronchi membesar
c) UK 6 minggu : terbentuk segmen bronchus
d) UK 12 minggu : terjadi deferensiasi lobus
e) UK 24 minggu : terbentuk alveolus
f) UK 28 minggu : terbentuk surfaktan
g) UK 34-36 minggu : struktur paru-paru matang, artinya paru-paru sudah
bisa mengembangkan sistem alveoli.
Selama dalam uterus, jenin mendapat oksigen dari pertukaran gas
melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru
bayi. Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit
pertama sesudah lahir.
Keadaan yang mempercepat proses maturasi paru-paru adalah
Toksemia, Hipertensi, Diabetes Yang Berat, Infeksi Ibu, Ketuban Pecah
Dini, Insufisiensi Plasenta. Keenam keadaan tersebut dapat mengakibatkan
stres pada janin, hal ini dapat menimbulkan rangsangan untuk pematangan
paru-paru. Keadaan yang mempengaruhi keterlambatan maturitas paru-paru
adalah:
a) Diabetes yang ringan
b) Faktor inkompabilitas Rh
c) Gemeli satu ovum dengan berat badan yang berbeda dan biasanya berat
badan yang lebih kecil paru-parunya belum matur.
Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas
melalui plasenta, setelah bayi lahir pertukaran gas terjadi pada paru-paru
(setelah tali pusat dipotong). Rangsangan untuk gerakan pernapasan
pertama kalipada neonatus disebabkan karena adanya:
a) Tekanan mekanis pada torak sewaktu mellaui jalan lahir
b) Penurunan tekana O2 dan kenaikan tekanan CO2 merangsang
kemoreseptor pada sinus karotis (stimulasi kimiawi)
c) Rangsangan dingin di daerah muka dapat merangsang permulaan
gerakan (stimulus sensorik).
Fungsi alveolus dapat maksimal jika dalam paru-paru bayi terdapaty
surfaktan yang adekuat. Surfaktan membantu menstabilkan dinding
alveolus sehingga alveolus tidak kolaps saat akhir napas. Usaha bayi
pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli, selain adanya
surfaktan di dalam alveoli itu sendiri adalah menarik napas dan
mengeluarkan napas dengan cara menjerit sehingga O2 tertahan di dalam
alveoli.
2) Jantung dan sirkulasi darah
a) Peredaran darah janin
Di dalam rahim darah yang kaya O2 dan nutrisi berasal dari plasenta
masuk ke dalam tubuh janin melalui plasenta umbilicallis, sebagian masuk
vena kava inferior melalui duktus venosus arantii. Darah dari vena kava
inferior masuk ke atrium kanan dan bercampur dengan darah dari vena cava
superior. Darah dari atrium kanan sebagian melalui foramen ovale masuk ke
atrium kiri bercampur dengan darah yang berasal dari vena pulmonalis. Darah
dari atrium kiri selanjutnya ke ventrikel kiri yang kemudian akan dipompakan
ke aorta, selanjutnyamelalui arteri koronaria darah mengalir ke bagian kepala,
ekstermitas kanan dan ekstermitas kiri.
Sebagian kecil darah yang berasal dari atrium kanan mengalir ke
ventrikel kanan bersama-sama dengan darah yang berasal dari vena kava
superior, karena tekanan dari paru-paru belum berkembang, maka sebagian
besar dari ventrikel kanan yang seharusnya mengalir melalui duktus arteriosus
botali ke aorta desenden dan mengalir ke seluruh tubuh, sebagian kecil
mengalir ke paru-paru dan selanjutnya ke atrium kiri melalui vena pulmonalis.
Darah dari sel-sel tubuh yang miskin O2 serta penuh dengan sisa pembakaran
dan sebagainya akan dialirkan ke plasenta melalui arteri umbilikalis, demikian
seterusnya.
b) Perubahan peredaran darah neonatus
Aliran darah dari plasenta berhenti pada saat tali pusat diklem.
Tindakan ini menyebabkan suplai O2 ke plasenta menjadi tidak ada dan
menyebabkan serangkaian reaksi selanjutnya. Sirkulasi janin memiliki
karakteristik sirkulasi bertekanan rendah. Karena paru-paru adalah organ
tertutup yang berisi cairan, maka paru-paru memerlukan aliran darah yang
minimal. Sebagian besar darah janin yang teroksigenasi melalui paru-paru
mengalir melalui lubang antara atrium kanan dan kiri yang disebut dengan
foramen ovale. Darah yang kaya akan O2 ini kemudian secara istimewa
mengalir ke otak melalui duktus arteriosus.
Karena tali pusat diklem, sistem bertekanan rendah yang berada pada
unit janin plasenta terputus sehingga berubah menjadi sistem sirkulasi
tertutup, bertekanan tinggi, dan berdiri sendiri. Efek yang terjadi segera
setelah tali pusat di klem adalah peningkatan tahanan pembuluh darah dan
tarikan napas pertama terjadi secara bersamaan. O2 dari napas pertama
tersebut menyebabkan sistem pembuluh darah berelaksasi dan terbuka
sehingga paru-paru menjadi sistem bertekanan rendah.
Kombinasi tekanan yang meningkat dalam sirkulasi sisitemik dan
menurun dalam sirkulasi paru menyebabkan perubahan tekanan aliran darah
dalam jantung. Tekanan akibat peningkatan aliran darah di sisi kiri jantung
menyebabkan foramen ovale menutup, duktus arteriosus yang mengalirkan
darah teroksigenasi ke otak janin kini tak diperlukan lagi. Dalam 48 jam,
duktus ini akan mengecil dan secara fungsional menutup akibat penurunan
kadar prostaglandin E2, yang sebelumnya disuplai oleh plasenta. Darah
teroksigenasi yang secara rutin mengalir melalui duktus arteriosus serta
foramen ovale melengkapi perubahan radikal pada anatomi dan fisiologi
jantung. Darah yang tidak kaya akan O2 masuk ke jantung bayi menjadi
teroksigenasi sepenuhnya di dalam paru, kemudian dipompakan ke seluruh
bagian tubuh.
Ketika janin dilahirkan segera bayi menghirup udara dan menangis
kuat. Dengan demikian paru-paru berkembang, tekanan paru-paru mengecil
dan darah mengalir ke paru-paru. Dampak Hemodinamik dari berkembangnya
paru-paru bayi adalah:
(1) Aliran darah menuju paru dari ventrikel kanan bertambah sehingga
tekanan darah pada atrium kanan menurun karena tersedot oleh ventrikel
kanan, akibatnya tekanan darah pada atrium kiri makin meningkat.
(2) Tekanan darah pada atrium kiri meningkat sehingga secara fungsional
foramen ovale tertutup.
(3) Penutupan secara anatomis masih berlangsung lama sekitar 2-3 bulan
(4) Pada saat bayi lahir, umbilicus akan dipotong sehingga aliran darah vena
umbilikalis menuju vena kava inferior akan berhenti total.
Dampak pemotongan umbilicus terhadap hemodinamik sirkulasi janin
menuju sirkulasi bayi adalah penutupan duktus arteriosus melalui proses
sebagai berikut:
(1) Sirkulasi plasenta terhenti, aliran darah ke atrium kanan menurun,
sehingga tekanan jantung menurun, tekanan rendah di aorta hilang
sehingga tekanan jantung kiri meningkat.
(2) Resistensi pada paru-paru dan aliran darah ke paru-paru meningkat, hal ini
menyebabkan tekanan ventrikel kiri meningkat.
Penutupan duktus arteriosus terjadi 3 minggu setelah lahair, sedangkan
duktus venosus terjadi dalam 3-7 hari, mekanisme penutupan tidak
diketahui. Tekanan darah waktu lahir dipengaruhi oleh jumlah darah yang
melalui transfusi plasaenta dan pada jam-jam pertama sedikit menurun,
untuk kemudian naik lagi dan menjadi konstan kira-kira 85/ 40 mmHg.
3) Saluran pencernaan
Pada kehamilan 4 bulan pencernaan telah cukup terbentuk dan janin telah
dapat menelan air ketuban dalam jumlah yang cukup banyak, absorbsi air
ketuban terjadi melalui mukosa seluruh saluran pencernaan, janin minum air
ketuban dapat dibuktikan dengan adanya mekonium. Pada masa neonatus
saluran pencernaan mengeluarkan tinja pertama biasanya dalam 24 jam pertama
berupa mekonium, dengan adanya pemberian susu, mekonium mulai digantikan
oleh tinja tradisional pada hari ke 3 sampai 4 yang berwarna coklat kehijauan.
Adapun adaptasi pada saluran pencernaan adalah:
a) Pada hari ke-10 kapasitas lambung menjadi 100 cc
b) Enzim tersedia untuk mengkatalisis protein dan karbohidrat sederhana yaitu
monosacarida dan disacarida
c) Defisiensi lipase pada pankreas menyebabkan terbatasnya absorbsi lemak
sehingga kemampuan bayi untuk mencerna lemak belum matangt, maka susu
formula sebaiknya tidak diberikan pada bayi baru lahir.
d) Kelenjar lidah berfungsi saat lahir tetapi kebanyakan tidak mengeluarkan
ludah sampai usia bayi ±2-3 bulan.
Kapasitas lambung sangat terbatas yaitu kurang dari 30 cc untuk seorang
BBL cukup bulan, dan kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat
bersamaan dengan pertumbuhannya, dengan adanya kapasitas lambung yang
masih terbatas ini maka sangat penting bagi pasien untuk mengatur pola intake
cairan pada bayi dengan frekuensi sedikit tapi sering, contohnya memberi ASI
sesuai kenginan bayi.
4) Hepar
Hepar janin pada kehamilan 4 bulan mempunyai peranan dalam metabolisme
hidrat arang, dan glikogen mulai disimpan di dalam hepar, setelah bayi lahir
simpanan glikogen cepat terpakai, vitamin A dan D juga sudah disimpan dalam
hepar. Fungsi hepar janin dalam kandungan dan segera setelah lahir masih dalam
keadaan imatur (belum matang), hal ini dibuktikan dengan ketidakseimbangan
hepar untuk meniadakan bekas penghancuran dalam peredaran darah. Enzim hepar
belum aktif benar pada neonatus, misalnya enzim UDPG : T (uridin difosfat
glukorinide tranferase) dan enzim G6PD (Glukose 6 fosfat dehidroginase) yang
berfungsi dalam sintesis bilirubin, sering kurang sehingga neonatus
memperlihatkan gejala ikterus fisiologik.
5) Metabolisme
Pada jam-jam pertama energi didapatkan dari pembakaran karbohidrat dan
pada hari kedua energi berasal dari pembakaran lemak. Setelah mendapat susu
kurang lebih pada hari ke6, pemenuhan kebutuhan energi bayi 60% didapatkan
dari lemak dan 40% dari karbohidrat. Untuk memfungsikan otak, BBL
memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Setelah tindakan penjepitan tali pusat
dengan klem pada saat lahir, seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar
glukosa darahnya sendiri. Pada setiap baru lahir glukosa darah akan turun dalam
waktu cepat (1-2 jam).
Gejala-gejala hipoglikemia bisa tidak jelas dan tidak khas meliputi kejang-
kejang halus, sianosis, apnea, menangis lemah, letargi, lunglai, dan menolak
makanan. Akibat jangka panjang hipoglikemia adalah kerusakan yang meluas di
seluruh sel-sel otak, bidan harus ingat bahwa hipoglikemia dapat tanpa gejala
pada awalnya.
6) Produksi panas (suhu tubuh)
BBL mempunyai kecenderungan untuk mengalami stres fisik akibat perubahan
suhu di luar uterus. Fluktuasi (naik turunnya) suhu di dalam uterus minimal,
0
rentang maksimal hanya 0,6 C sangat berbeda dengan kondisi di luar uterus. 3
faktor yang paling berperan dalam kehilangan panas tubuh bayi:
a) Luasnya permukaan tubuh bayi
b) Pusat pengaturaan suhu tubuh bayi yang belum berfungsi secara sempurna
c) Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas.
Hipotermia dapat terjadi setiap saat apabila suhu di sekeliling bayi rendah dan
upaya mempertahankan suhu tubuh tidak diterapkan secara tepat, terutama pada
masa stabilisasi yaitu 6-12 jam pertama setelah lahir, misalkan bayi baru lahir
dibiarkan basah dan telanjang selama menunggu plasenta lahir meskipun
lingkungan di sekitar bayi cukup hangat. Berikut merupakan 4 mekanisme
kemungkinan hilangnya panas tubuh dari bayi baru lahir:
a) Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke tubuh benda di sekitarnya yang kontak
langsung dengan tubuh bayi (pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain
melalui kontak langsung).
b) Konveksi
Panas hilang dari bayi ke udara sekitarnya yang sedang bergerak (jumlah panas
yang hilang tergantung pada kecepatan dan suhu udara).
c) Radiasi
Panas dipancarkan bari BBL, keluar tubuhnya ke lingkungan yang lebih dingin
(pemindahan panas antar 2 objek yang mempunyai suhu berbeda).
d) Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan tergantung kepada kecepatan dan
kelembapan udara (peepindahan panas dengan cara merubah cairan menjadi
uap). Evaporasi dipengaruhi oleh jumlah panas yang dipakai, tingkat
kelembapan udara, aliran udara yang melewati.
7) Kelenjar endokrin
Selama dalam uterus, janin mendapatkan hormon dari ibunya. Pada
kehamilan 10 minggu kortikotropin telah ditemukan dalam hipofisis janin, hormon
ini diperlukan untuk mempertahankan glandula supra renalis janin. Pada neonatus
kadang-kadang hormon yang didapatkan dari ibu masih berfungsi, pengaruhnya
dapat dilhat misalnya pembesaran kelenjar air susu pada bayi laki-laki ataupun
perempuan, kadang-kadang adanya pengeluaran darah dari vagina yang
menyerupai haid pada bayi perempuan. Kelenjar adrenal pada waktu lahir relatif
lebih besar bila dibandingkan dengan orang dewasa. Kelenjar tiroid sudah
sempurna terbentuk sewaktu lahir dan mulai berfungsi sejak beberapa bulan
sebelum lahir.

8) Keseimbangan cairan dan fungsi ginjal


Pada neonatus fungsi ginjal belum sempurna, hingga bayi berumur 3 hari ginjalnya
belum dipengaruhi oleh pemberian air minum, sesudah 5 hari barulah ginjalnya
mulai memproses air yang didapatkan setelah lahir.
9) Keseimbangan asam basa
Derajat keasaman (pH) darah pada waktu lahir rendah, karena glikolisis anaerobik.
Dalam 24 jam neonatus telah mengkompensi asidosis.
10) Susunan syaraf
Gerakan menelan pada janin terjadi pada kehamilan 4 bulan, sedangkan gerakan
menghisap baru terjadi pada kehamilan 6 bulan. Pada triwulan terakhir hubungan
antara saraf dan fungsi otot-otot menjadi lebih sempurna, sehngga janin yang
dilahirkan di atas 32 minggu dapat hidup di luar kandungan. Pada kehamilan 7
bulan mata janin amat sensitif terhadap cahaya. Sistem neurologis bayi secara
anatomik atau fisiologis belum berkembang sempurna.
11) Imunologi
Pada sistem imunologi terdapat beberapa jenis imunoglobin (suatu protein yang
mengandung zat antibodi) diantaranya IgG (imunoglobulin Gamma G). Pada
neonatus hanya terdapat imunoglobulin Gamma G, dibentuk banyak dalam bulan
ke-2 setelah bayi dilahirkan, imunoglobulin Gamma G pada janin berasal dari
ibunya melalui plasenta.
Sistem imunitas BBL masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus
rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi . sistem imunitas yang matang akan
memberikan kekebalan alami maupun yang didapat. Kekebalan alami terdiri dari
struktur pertahanan tubuh yang berfungsi mencegah atau menimbulkan infeksi.

2. Pencegahan Infeksi
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi pada BBL menurut
Depkes RI (2000) adalah:
a. Pencegahan infeksi pada tali pusat
Upaya ini dilakukan dengan cara merawat tal pusat yang berarti menjaga agar luka
tersebut tetap bersih, tidak terkena air kencing, kotoran bayi atau tanah dan
dilarang membubuhkan ramuan apapun pada tali pusat karena dapat
mengakibatkan infeksi. Tanda-tanda infeksi tali pusat yang harus diwaspadai
antara lain kulit sekitar tali pusat berwarna kemerahan, ada pus atau nanah dan
berbau busuk.
b. Pencegahan infeksi pada kulit
Beberapa cara yang diketahui yang dapat mencegah terjadinya infeksi pada kulit
BBL atau infeksi lain adalah meletakkan bayi di dada ibu agar terjadi kontak kulit
langsung ibu dan bayi, sehingga menyebabkan terjadi kolonisasi mikroorganisme
yang ada di kulit dan saluran pencernaan bayi dengan mikroorganisme ibu yang
cenderung bersifat nonpatogen, serta adanya zat antibodi bayi yang sudah
terbentuk dan terkandung dalam ASI.
c. Pencegahan infeksi pada mata BBL
Dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir, berikan salep obat tetes mata untuk
mencegah biarkan obat tetap pada mata bayi dan obat yang ada di sekitar mata
jangan dibersihkan.
d. Imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara memproduksi imunitas aktif buatan untuk melindungi
diri melawan penyakit tertentu dengan cara memasukkan suatu zat ke dalam tubuh
melalui penyuntikan atau secara oral.
3. Rawat Gabung
a. Konsep dasar Rooming-In (rawat gabung)
Rooming –In sering juga disebut dengan rawat gabung yaitu menyatukan antra ibu
dan bayiinya dalam satu kamar, agar antara ibu dan bayinya terjalin suatu
hubungan batin dan ibu bisa menjadi lebih dekat dengan bayinya. Rooming –In
bertujuan agar bayi tidak terkena infeksi yang ditularkan dalam rumah sakit.
b. Pengertian rawat gabung
Yaitu suatu sistem perawatan ibu dan anak bersama atau pada tempat yang
berdekatan sehinggga memungkinkan sewaktu-waktu, setiap saat, ibu tersebut
dapat menyususi anaknya. Rawat gabung dapat bersifat:
1) Kontinu, dengan bayi tetap berada di samping ibunya terus menerus
2) Parsial, ibu dan bayi bersama-sama hanya dalam beberapa jam seharinya,
misalnya pagi bersama ibu sementara malam hari dirawat di kamar bayi.
c. Tujuan rawat gabung
1) Bantuan emosional
2) Penggunaan ASI
3) Penceghaan infeksi
4) Pendidikan kesehatan
Syarat BBL bisa dilakukan rawat gabung, antara lain bayi lahir spontan baik
presentasi kepala maupun bokong. Apabila bayi lahir dengan tindakan, maka rawat
gabung dilakukan setelah bayi cukup sehat, refleks menghisap baik, tidak ada
tanda-tanda infeksi, dan lain-lain. Apabila bayi lahir secara seksio sesaria (SC),
dengan pembiusan umum, rawat gabung dilakukan setelah ibu sadar dan bayi tidak
mengantuk, 4-6 jam setelah operasi selesai. Syarat umum lainnya adalah, umur
kehamilan lebih atau sama dengan 2500 gram, tidak terdapat tanda infeksi
intrapartum, bayi dan ibu dalam keadaan sehat. Manfaat rawat gabung meliputi:
a) Bagi ibu
(1) Aspek psikologi
(2) Aspek fisik
b) Bagi bayi
(1) Aspek psikologi
(2) Aspek fisik
c) Bagi keluarga
(1) Aspek psikologi
(2) Aspek ekonomi
d) Bagi petugas
(1) Aspek psikologi
(2) Aspek fisik

C. Rencana Asuhan Bayi 2-6 Hari


Menurut Vivian Nanny Lia Dewi (2010, 27-28) pada hari ke-2 sampai ke-6 setelah
lahir, ada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam asuhan pada bayi, yaitu sebagai berikut :
1. Kebutuhan Nutrisi (Minum)
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi. ASI diketahui
mengandung zat gizi yang paling sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi,
baik kualitas maupun kuantitasnya. Berikan ASI sesering mungkin sesuai dengan
keinginan ibu (jika payudara sudah penuh) atau sesuai kebutuhan bayi, yaitu setiap 2-3
jam (paling sedikit setiap 4 jam), bergantian antara payudara kiri dan kanan. Berikan
ASI saja (ASI Eksklusif) sampai bayi berusia 6 bulan. Selanjutnya pemberian ASI
diberikan hingga anak berusia 2 tahun, dengan penambahan makanan lunak atau padat
yang disebut Makanan Pendamping ASI (MPASI). Banyak sekali keutungan yang
diperoleh dari ASI. Tidak saja dalam keuntungan pertumbuhan dan perkembangan
bayi, tetapi juga hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi yang akan memberikan
dukungan sangat besar terhadap terjadinya proses pembentukan emosi positif pada
anak, dan berbagai keuntungan bagi bayi.
Tabel 1.1 Komposisi ASI, Susu Sapi, dan Susu Formula
Komposisi/100ml ASI matur Susu sapi Susu formula
Kalori 75 69 67
Protein 1,2 3,5 1,5
Laktalbumin (%) 80 18 60
Kasein (%) 20 82 40
Air (ml) 87,1 87,3 90
Lemak (g) 4,5 3,5 3,8
Karbohidrat 7,1 4,9 6,9
Ash (g) 0,21 0,72 0,34
mineral Na 16 50 21
K 53 144 69
Ca 33 128 46
P 14 93 32
Mg 4 13 5,3
Fe 0,05 Trace 1,3
Zn 0,15 0,04 0,42

Komposisi/100ml ASI matur Susu sapi Susu formula


Vitamin A (iu) 182 140 210
C (mg) 5 1 5,3
D (iu) 2,2 42 42
E (iu) 0,08 0,04 0,04
Thiamin (mg) 0,01 0,04 0,04
Riboflavin 0,04 0,03 0,06
(mg)
Niasin (mg) 0,2 0,17 0,7
pH Alkali (basa) Acid (asam) Acid (asam)
Bacterial Steril Nonsteril Steril
iontent

2. Kebutuhan Eliminasi
a. Defekasi (BAB)
Jumlah feses pada bayi baru lahir cukup bervariasi selama minggu pertama
dan jumlah paling banyak adalah antara hari ketiga dan keenam. Feses transisi
(kecil-kecil berwarna cokelat sampai hijau karena adanya mekonium) dikeluarkan
sejak hari ketiga sampai keenam. Bayi baru lahir yang diberi makan lebih awal
akan lebih cepat mengeluarkan feses daripada mereka yang diberi makan
kemudian. Feses dari bayi yang menyusu dengan ASI akan berbeda dengan bayi
yang menyusu dengan susu botol. Feses dari bayi ASI lebih lunak. Berwarna
kuning emas, dan tidak menyebabkan iritasi pada kulit bayi (Dewi, Vivian Nanny
Lia, 2010: 28).
Bayi yang berdefekasi segera setelah makan merupakan suatu kondisi yang
normal atau defekasi sebanyak 1 kali setiap 3 atau 4 hari. Walaupun demikian,
konsistensi feses tetap lunak dan todak berbentuk. Feses dari bayi yang minum
susu formula lebih berbentuk dibandingkan dengan bayi yang menyusu ASI,
namun tetap lunak, berwarna kuning bayi. Jumlah feses akan berkurang pada
minggu kedua, yang awalnya frekuensi defekasi sebanyak 5 atau 6 kali setiap hari
(1 kali defekasi setiap kali diberi makan) menjadi 1 atau 2 kali sehari. Bayi mulai
memiliki pola defekasi yang normal pada minggu kedua kehidupannya. Dengan
tambahan makanan padat, feses bayi akan menyerupai feses orang dewasa (Dewi,
Vivian Nanny Lia, 2010: 28).
Dalam 3 hari pertama feses bayi masih bercampur dengan mekonium dan
frekuensi defekasi sebanyak 1 kali dalam sehari. Untuk membersihkannya
gunakan air bersih hangat dan sabun (Dewi, Vivian Nanny Lia, 2010: 28).
b. Berkemih (BAK)
Fungsi ginjal bayi masih belum sempurna selama dua tahun pertama
kehidupannya. Biasanya terdapat urine dalam jumlah yang kecil pada kandung
kemih bayi saat lahir, tetapi ada kemungkinan urine tersebut tidak dikeluarkan
selama 12-24 jam. Berkemih sering terjadi setelah periode ini dengan frekuensi 6-
10 kali sehari dengan warna urine yang pucat. Kondisi ini menunjukkan masuka
cairan yang cukup. Umumnya bayi cukup bulan akan mengeluarkan masukan
cairan yang cukup. Umumnya bayi cukup bulan akan mengeluarkan urine 15-16
ml/kg/hari. Untuk menjaga bayi tetap bersih, hangat, dan kering, maka setelah
BAK harus diganti popoknya (Dewi, Vivian Nanny Lia, 2010: 28-29).
3. Kebutuhan Tidur
Menurut Dewi, Vivian Nanny Lia (2010: 29) Dalam 2 minggu pertama setelah
lahir, bayi normalnya sering tidur. Bayi baru lahir sampai usia 3 bulan rata-rata tidur
selama 16 jam sehari. Pada umumnya bayi terbangun sampai malam hari pada usia 3
bulan. Sebaiknya ibu selalu menyediakan selimut dan ruangan yang hangat, serta
memastikan bayi tidak terlalu panas atau terlalu dingin. Jumlah waktu tidur bayi akan
berkurang seiring dengan bertambahnya usia bayi, pola ini terlihat pada tabel berikut.
Tabel 1.2
Usia Lama tidur
1 minggu 16,5 jam
1 tahun 14 jam
2 tahun 13 jam
5 tahun 11 jam
9 tahun 10 jam

4. Tanda Bahaya pada Bayi/ Keamanan Bayi


Menurut Dewi, Vivian Nanny Lia (2010: 29-30) tanda-tanda bahaya pada bayi adalah
sebagai berikut:
1) Pernapasan sulit atau lebih dari 60 kali per menit.
2) Terlalu hangat (>380C) atau terlalu dingin (<360C).
3) Kulit bayi kering (terutama 24 jam pertama), biru, pucat, atau memar.
4) Isapan saat menyusu lemah, rewel, sering muntah, dan mengantuk berlebihan.
5) Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, dan berdarah.
6) Terdapat tanda-tanda infeksi seperti suhu tubuh meningkat, merah, bengkak,
bau busuk, keluar cairan, dan pernapasan sulit.
7) Tidak BAB dalm 3 hari, tidak BAK dalam 24 jam, feses lembek atau cair,
sering berwarna hijau tua, dan terdapat lendir atau darah.
8) Menggigil, rewel, lemas, mengantuk, kejang, tidak bisa tenang, menangis
terus-menerus.
5. Kebersihan Kulit
Kebersihan kulit bayi perlu benar-benar dijaga. Walaupun mandi dengan membasahi
seluruh tubuh tidak harus dilakukan setiap hari, tetapi bagian-bagian seperti muka,
bokong, dan tali pusat perlu dibersihkan secara teratur. Sebaiknya orangtua maupun
orang lain yang ingin memegang bayi diharuskan untuk mencuci tangan terlebih
dahulu (Dewi, Vivian Nanny Lia, 2010: 28-29).

6. Kebersihan Psikososial
Kebersihan Kesehatan Dasar
a. Pendidikan Kesehatan Sebelum Bayi Pulang
Menurut Dewi, Vivian Nanny Lia (2010: 30-33) penyuluhan pada ibu dan
keluarga sebelum bayi pulang ialah:
1) Perawatan tali pusat.
Banyak pendapat tentang cara terbaik dalam merawat tali pusat. Telah
dilaksanakan beberapa uji klinis untuk membandingkan cara perawatan tali
pusat agar tidak terjadi peningkatan infeksi, yaitu dengan membiarkan tali
pusat terbuka dan membersihkan luka hanya dengan air bersih. Negara-negara
yang beriklim tropis perlu mewaspadai penggunaan alkohol yang dahulu
populer dan terbukti efektif untuk membersihkan tali pusat, karena
sesungguhnya alkohol akan mudah menguap di daerah panas dan dengan
demikian efektifitasnya akan menurun (Dewi, Vivian Nanny Lia, 2010: 30).
Begitupun dengan bedak antiseptik yang juga dapat kehilangan
efektifitasnya terutama dalam kelembapan tinggi (bila tidak dijaga). Sehingga
penggunaan bahan tersebut dapat mengakibatkan peningkatan infeksi, kecuali
bila obat tersebut dapat dijaga tetap kering dan dingin. Oleh karena tidak ada
bukti kuat akan efektifnya penggunaan alkohol tersebut, di samping itu juga
karena harganya yang mahal serta sulit untuk mendapat bahan yang
berkualitas, maka untuk sementara ibu nifas dianjurkan untuk membiarkan
saja luka tali pusat bayinya mengering sendiri. Hasil penelitian tersebut di atas
menunjukkan bahwa dengan membiarkan tali pusat mengering, tidak ditutup,
dan hanya dibersihkan setiap hari menggunakan air bersih, merupakan cara
paling efektif dengan biaya yang efisien pula (cost effective) untuk perawatan
tali pusat.
Bidan hendaknya menasihati ibu agar tidak membubuhkan apapun pada
daerah sekitar tali pusat karena dapat mengakibatkan infeksi. Hal ini
disebabkan karena meningkatnya kelembapan (akibat penyerapan oleh bahan
tersebut) badan bayi sehingga menciptakan kondisi yang ideal bagi
tumbuhnya bakteri. Penting untuk diberitahukan kepada ibu, agar tidak
membubuhkan apapun ke tali pusat dan tali pusat terbuka agar tetap kering
2) Pemberian ASI.
3) Jaga kehangatan bayi
Berikan bayi kepada ibunya secepat mungkin. Kontak antara ibu
dengan kulit bayi sangat penting dalam rangka menghangatkan serta
mempertahankan panas tubuh bayi. Gantilah handuk/kain jika basah dengan
kain yang kering, dan bungkus bayi tersebut dengan selimut, serta jangan lupa
untuk memastikan kepala bayi telah terlindungi dengan baik untuk mencegah
kehilangan panas. Apabila suhu bayi kurang dari 36,50C, segera hangatkan
bayi dengan teknik metode kanguru. Perawatan metode kanguru adalah
perawatan untuk bayi prematur dengan melakukan kontak langsung antara
kulit bayi dengan kulit ibu. Metode ini sangat tepat dan mudah dilakukan guna
mendukung kesehatan dan keselamatan bayi yang lahir prematur maupun yang
aterm. Kehangatan tubuh ibu merupakan sumber panas yang efektif. Hal ini
terjadi bila ada kontak langsung antara kulit ibu denagn kulit bayi. Prinsip ini
dikenal sebagai skin to skin contact atau metode kanguru. Perawatan dengan
metode kanguru merupakan cara efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi yang
paling mendasar yaitu kehangatan, keselamatan, kasih sayang, ASI,
perlindungan dari infeksi, dan stimulasi.
4) Tanda-tanda bahaya
Jika muncul tanda-tanda bahaya, ajarkan ibu untuk:
a) Memberikan pertolongan pertama sesuai kemampuan ibu yang sesuai
kebutuhan sampai bayi memperoleh perawatan medis lanjutan,
b) Membawa bayi ke RS atau klinik terdekat untuk perawatan tindakan
segera.
5) Imunisasi.
Imunisasi adalah suatu cara memproduksi imunitas aktif buatan untuk
melindungi diri melawan penyakit tertentu dengan cara memasukkan suatu zat
ke dalam tubuh melalui penyuntikkan atau secara oral. Pada tabel 1.3
digambarkan mengenai jadwal imunisasi anak rekomendasi Ikatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI) periode 2004 (revisi September 2003).
6) Perawatan harian/rutin.
7) Pencegahan infeksi dan kecelakaan.

Tabel 1.3 Jadwal Pemberian Imunisasi


Umur Vaksin Keterangan
Saat Hepatitis Hepatitis B-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah
lahir B-1 lahir, dianjurkan ketika bayi berusia 1 dan 6 bulan. Apabila
status HbsAg-B ibu positif , maka dalam waktu 12 jam
setelah lahir bayi harus diberikan Hblg 0,5 ml bersamaan
dengan vaksin HB-1. Apabila semula status HbsAg ibu tidak
diketahui dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya
diketahui bahwa ibu HbsAg positif, maka masih dapat
diberikan Hblg 0,5 ml sebelum bayi berusia 7 hari.
Polio-0 Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang
lahir di RB/RS, polio oral diberikan saat bayi dipulangkan
(untuk menghindari transmisi virus vaksin kepada bayi lain).
1 bulan Hepatitis • HB-2 diberikan saat bayi berusia 1 bulan, interval HB-1
B-2 dan HB-2 adalah 1 bulan.
• Bila bayi prematur dan HbsAg ibu negatif, maka
imunisasi ditunda sampai bayi berusia 2 bulan atau berat
badan 2.000 gram.
0-2 BCG • BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila BCG akan
bulan diberikan ketika bayi berusia lebih dari 3 bulan, maka
sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu, jika
hasil uji negatif maka imunisasi BCG dapat diberikan.
• Vaksin BCG ulangan tidak dianjurkan karena
manfaatnya diragukan.
2 bulan DPT-1 DPT-1 diberikan ketika bayi berusialebih dari 6 minggu,
dapat dipergunakan DTwp atau Dtap DPT-1 dengan interval
4-6 minggu.
Polio-1 • Polio-1 dapat diberikan bersamaan dengan DPT-1.
• Interval pemberian polio 2,3,4 tidak kurang dari 4
minggu.
• Vaksin polio ulangan diberikan satu tahun sejak
imunisasi polio 4, lalu dilanjutkan pada usia 5-6 tahun.

4 bulan DPT-2 DPT-2 (DTwp atau Dtap) dapat diberikan secara terpisah
atau dikombinasikan dengan Hib-2 (PRP-T).
Polio-2 Polio-2 diberikan bersamaan dengan DPT-2.
6 bulan DPT-3 • DPT-3 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan
dengan Hib-3.
• DPT ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi DPT 3
dan pada usia 5 tahun.
• DT diberikan pada anak usia 12 tahun.
Polio-3 Polio-3 diberikan bersamaan dengan DPT-3.
Hepatitis • HB-3 diberikan saat bayi berusia 6 bulan. Untuk
B-3 mendapatkan respons imun optimal, interval HB-2 dan
HB-3 minimal 2 bulan, tetapi interval terbaiknya 5 bulan.
• Departemen kesehatan mulai tahun 2005 memberikan
vaksin HB-1 monovalen (uniject) saat lahir, dilanjutkan
dengan vaksin kombinasi DTwp/HB pada usia 2,3, dan 4
bulan.
• Imunisasi ulangan (booster) pada usia 5 tahun tidak
diperlukan idealnya pada usia ini dilakukan pemeriksaan
anti-HBs.
9 bulan Campak Campak-1 diberikan ketika bayi berusia 9 bulan.

D. Asuhan Primer Pada Bayi 6 Minggu Pertama


1. Peran Bidan Pada Bayi Sehat
Bayi mempunyai batasan usia yaitu antara 0-1 tahun, kemudian dibagi menjadi : Masa
neonatal :
a. Masa neonatal dini : 0-7 hari
b. Masa neonatal lanjut : 8-28 hari
c. Masa pasca neonatal : 29-1 tahun
Pengkajian yang tepat perlu dilakukan pada bayi baru lahir untuk menentukan
asuhan apa yang diberikan pada bayi tersebut. Menentukan apakah bayi tersebut
normal atau tidak.

Tugas bidan selama bulan pertama hidup neonatal bermacam-macam cirinya.


Bidan memiliki aturan formal saat meninggalkan ruang bersalin, bidan melanjutkan
perawatan pada ibu dan bayi selama 6 mingu pertama sejak kelahiran. Bidan
bekerjasama dengan penyedia pediatric dan bayi sehat kemudian perlahan-lahan
berganti pada penyedia kesehatan keluarga. Setiap bayi setidaknya mendapatkan dua
uji fisik sebelum meninggalkan pusat persalinan atau rumah sakit atau sebelum bidan
meninggalkan persalinan rumah.
a. Uji pertama adalah uji skrining perilaku pada kelahiran
b. Uji yang kedua lebih komprehensif meliputi taksiran usia gestasional
Jika skrining tidak dilakukan sebelum meninggalkan pusat persalinan atau
rumah sakit, maka harus dilakukan pada saat kunjungan. Jika bayi berada di rumah
sakit selama 48 jam kunjungan pertama dapat di tunda hingga bayi berumur 10-14
hari. Maksud kunjungan ini adalah untuk memberikan bimbingan dan petunjuk
kepada orang tua. Tujuan kunjungan terhadap kesehatan anak ada 3 yaitu :
a. untuk mengidentifikasi gejala penyakit
b. untuk melakukan skrining
c. untuk memberikan bimbingan dan dukungan pada orang tua
Bidan harus memiliki rencana terhadap kunjungan klien pertama, yang meliputi
a. Meninjau sejarah ibu, sejarah kelahiran dan rangkaian segera neonatal
b. Mengamati orang tua dan wawancara mengenai penyesuaian keluarga
c. Mendapatkan interval sejarah neonatal, pemberian makan, kewaspadaan dan
tangisan
d. Mengukur berat, panjang dan lingkar kepala
e. Melakukan pengujian fisik
f. Meninjau kebutuhan skrining metabolik
g. Memberikan bimbingan dan petunjuk antisipasi
h. Menjadwalkan kunjungan selama 6-8 minggu untuk cek-up dan imunisasi
i. Meninjau bagaimana caranya untuk menjangkau penyedia pediatric pada keadaan
darurat.
Kegiatan bidan terhadap klien yang datang berkunjung :
a. Kunjungan dimulai dengan mewawancarai ibu dan ayah
b. Perhatian khusus harus diberikan untuk isu yang belum terselesaikan yang
berhubungan proses persalinan dan pengalaman melahirkan atau perawatan segera
setelah kelahiran
c. Bidan harus menaksir mengenai kesejahteraan ibu dan ayah
d. Melihat tanda-tanda depresi atau ketidakmampuan untuk merawat bayi mereka
e. Selanjutnya bidan melakukan uji fisik yang lengkap dan memeriksa refleks bayi
Uji fisik harus meliputi :
a. Pemeriksaan berat badan
b. Pengukuran panjang badan
c. Pengukuran linkar kepala
Selama uji fisik bidan memiliki kesempata untuk mengamati tanda-tanda kasih
sayang orang tua pada bayinya. Bagian terpenting dalam kunjungan awal kesehatan
anak adalah harus mengeluarkan kebutuhan akan perhatian dan bimbingan serta
nasehat. Selama bimbingan bidan harus menegaskan bahwa orang tua memperhatikan
dan sungguh-sungguh mengikuti petunjuk. Orang tua terganggu oleh kelelahan atau
kecemasan . mengenai masalah gawat yang mungkin terjadi dan menahan sedikit
informasi.
Kunjungan kesehatana anak yang kedua biasanya ketika bayi berumur 6-8
minggu. orang tua diberitahu bahwa rangkaian imunisasi akan di berikan kemudian.
a. Perilaku neonatal
Neonatal berada dalam periode kelakuan yang tidak stabil, seiring dengan waktu.
Polanya akan berubah. Kaidah bagus untuk bulan pertama kehidupan adalah
“tidak ada pola “.
b. Keadaan tidur-bangun
Setiap bayi memiliki dua kategori perilaku utama yaitu periode bangun dan
periode tidur. Menurut Brazelton terdapat 6 kategori perilaku neonatal yaitu :
1) Menangis
2) Aktifitas motorik yang sangat (berlebihan)
3) Siaga, (hanya 15% selama sehari bayi dalam keadaan siaga )
4) Mengantuk
5) Tidur, meliputi tidur aktif (ringan ) dan
6) Tidur berat
Pengetahuan mengenai perilaku bayi sangat membantu baik bagi bidan
maupun orang tua. Keadaan bayi menangis adalah keadaan yang paling
menggelisahkan orang tua. Para orang tua belum dapat mempelajari arti tangisan
tersebut. Bidan dapat membantu orang tua untuk mengukur kadar tangisan apakah
eksprei dari :
1) Butuh diberi makan
2) Untuk digendong
3) Untuk distimulasi
4) Untuk menghisap
5) Untuk tidur
Dua tipe tidur sangat berbeda yaitu tidur aktif dan tidur dalam. Pada
tipe tidur aktif bayi menunjukkan bermacam-macam kedalaman dan tarip
pernafasan, gerakannya sering dan bayi bisa terkejut ketika tidur. Variasi ini
dapat di khawatirkan oleh orang tua. Pada tipe tidur dalam bayi sedikit
bergerak, pernafasannya dalam dan teratur, dan bayi tampak tenang.
Selama hidup bulan pertama, presentasi waktu dari masing-masing
leadaan ini selalu berubah. Neonatal sehat memberikan waktu tidurnya
sebanyak 60%. Kebanyakan tidur ini merupakan tidur pendek, kemudian
seiring pertambahan umur bayi berubah dari tidur aktif menjadi lebih banyak
tidur dalam. Serupa dengankeadaan tidur, terdapat perubahan pada keadaan
bangun menjadi lebih siaga. Bayi yang menangis memulai untuk mampu siaga
terhadap lingkungan sekitarnya ketika menangis (dwienda, octa 2015: 135-
140).

2. Bounding Attachment
a. Pengertian
Bonding merupakan suatu ketertarikan mutual pertama antar individu,
misalnya antara orang tua dan anak, saat pertama kali mereka bertemu. Attachment
adalah suatu perasaan menyayangi atau loyalitas yang mengikat individu dengan
individu lain.
Bonding attachment menurut depkes (2002), adalah kontak dini secara
langsung antara ibu dan bayi setelah proses persalinan,di mulai pada kala III sampai
dengan post partum, pra kondisi yang mempengaruhi ikatan menurut
(Soetjiningsih,1998), yaitu :
1) Kesehatan emosional orang tua
2) Sistem dukungan sosial yang meliputi pasangan hidup, teman, dan keluarga
3) Suatu tingkat keterampilan dalam komunikasi dan dalam memberi asuhan yang
kompeten
4) Kedekatan orang tua dengan bayi
5) Kecocokan orang tua dan bayi (termasuk keadaan temperamen dan jenis
kelamin)
a) Attachement : proses agar tetap terjalin keterikatan bathin antara individu
yg meliputi pencurahan perhatian, dan adanya hubungan emosi dan fisik yg
akrab
b) Proses saling merespon satu sama lain yaitu perilaku bayi merangsang ibu
untuk berbuat sesuatu.
b. Tahap-Tahap Bonding Attachment
Menurut Depkes (2002) :
1) Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata, menyentuh,
berbicara dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya.
2) Bonding ( keterikatan )
3) Attachment, perasaan sayang yang mengikat individu dengan individu lain.
c. Prinsip-prinsip Bonding Attachment
1) Dilakukan pada menit/jam pertama setelah lahir.
2) Merupakan waktu yg optimal untuk menunjukkan keterikatan bathin antara ibu
dan bayinya.
3) Timbul respon yg spesipik, dimana bayi akan lebih akrab dg orang tuanya yg
pertamakali memberikan kasih sayang.
4) Terlibat proses persalinan
5) Persiapan PNC sebelumnya
6) Adaptasi
7) Fasilitas untuk kontak lebih lama
8) Penekanan pada hal-hal positif
9) Libatkan anggota keluarga lainnya
10) Informasi bertahap mengenai bonding attachment
d. Keuntungan Bonding Attachment
1) Bayi merasa dirinya ada yg memperhatikan dan mencintai dan tidak diabaikan
2) Sangat penting untuk perkembangan selanjutnya.
3) Sebagai pembentukan dasar kepribadian , dmn memiliki sikap positif terhadap
orang lain.
4) Dapat sbg motivasi bagi bayi untuk mengadakan persahabatan dikemudian hari
5) Menjadikan ikatan batin yg kuat antara ibu dan bayi

3. Rencana Asuhan Primer Bayi 6 Minggu


a. Pengumpulan Data Subyektif
1) Tanyakan mengenai keseluruhan kesehatan bayi
2) Tanyakan ibu masalah-masalah yang dialami terutama pada proses menyusui
3) Jika ibu sedang menyusui bayinya amati letak mulut bayi pada putting, posisi
menyusu, hisapan, dan reflek menelan bayi
4) Apakah ada orang lain di dalam rumah yang dapat membantu ibu baru tersebut
5) Amati keadaan rumah tentang kebersihan
6) Amati persediaan makanan dan air
7) Amati keadaan suasana hati ibu baru
8) Amati cara ibu berinteraksi dengan bayinya
9) Kapan bayi tersebut lahir
10) Apakah bayi mengalami pertumbuhan dan pertambahan berat badannya
11) Apakah bayi menunjukkan tanda-tanda bahaya
12) Apakah bayi menyusu dengan baik
13) Apakah bayi menyususedikitnya 2-4 jam sekali
14) Apakah bayi berkemih 6-8 kali sehari
15) Apakah bayi menderita demam
16) Apakah bayi tampak waspada saat bangun
17) Apakah matanya mengikuti gerakan ibu
b. Pengumpulan Data Obyektif
1) Pemeriksaan fisik
2) Tinjauan ulang system-sistem utama tubuh
a) Sistem pernafasan
b) Dalam keadaan normal tangis bayi terdengar keras dan bernada sedang
c) Sistem kardiovaskuler dan darah (sirkulasi perifer berjalan lambat, ini
akan mengakibatkan sianosis ringan
d) Sistem ginjal, beban ginjal di mulai sejak lahir hingga masukan cairan
meningkat kemungkinan air kemih akan tampak keruh termasuk berwarna
merah muda.
e) Sistem gastrointestinal , kapasitas lambung 15-30cc dan akan meningkat
dalam minggu-minggu pertama kehidupan
f) Pengaturan suhu bayi masih rentan terhadap hipotermia di karenakan
belum matangnya hipothalamus yang mengakibatkan tidak efisiennya
pengaturan suhu tubuh bayi.
g) Adaptasi imunologi, BBL menunjukkan kerentanan tinggi terhadap
infeksi terutama yang masuk melalui mukosa sistem pernafasan dan
gastrointestinal.
h) Sistem reproduksi, anak laki-laki menghasilkan sperma hingga pubertas,
anak perempuan sudah mempunyai ovum dalam sel telur.
i) Sistem muskuluskeletal, ubun-ubun posterior akan menutup pada 6-8
minggu
j) Sistem neurologi , Relatif belum matang setelah lahir.
3) Panca Indera
a) Penglihatan
(1) Sensitif terhadap cahaya terang
(2) Jarak fokus adalah 15-20cm yang memungkinkan bayi dapat melihat
wajah ibunya saat menyusui
(3) Pada usia 2 minggu bayi dapat membedakan muka ibunya dari muka
yang tidak di kenal
(4) Perhatian pada warna
b) Penciuman
(1) Dapat membedakan bau menyengat
(2) Menyukai pada bau susu terutama ASI
(3) Dalam beberapa hari bayi sudah dapat membedakan bau susu ibu
dengan bau susu orang lain.
c) Pengecapan
Bereaksi secara kuat terhadap berbagai rasa dan memperlihatkan kesukaan
yang kuat pada rasa manis.
d) Pendengaran
(1) Tajam dan dapat melokalisasi suara dalam lingkungan sekitar
(2) Pada akhir bulan pertama BBL lebih menyukai suara dnegan pola
yang sama
(3) BBL juga lebih menyukai suara ibunya
e) Sentuhan
(1) Mudah terlihat dengan reaksi terhadap berbagai refleks
(2) Bayi sangat sensitif terhadap sentuhan
(3) Merasa senang dengan kontak kulit-ke kulit
(4) Reaksi terhadap sentuhan dan refleks genggam memperkuat hubungan
c. Asessment
d. Planning
Dibutuhkan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang perawatan bayi yaitu
meliputi :
1) Tempat tidur yang tepat
2) Memandikan bayi
3) Mengenakan pakaian
4) Perawatan tali pusat perawatan hidung
5) Perawatan mata dan telinga
6) Perawatan kuku
7) Kapan membawa bayi keluar rumah
8) Pemeriksaan
9) Perawatan kulit
10) Pemantauan BB

E. Pemantauan Tumbuh Kembang Neonatus, Bayi dan Balita


1. Pengertian
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran-ukuran tubuh yang meliputi BB, TB, LK,
LD,dll, atau bertambahnya jumlah dan ukuran sel-sel pada semua sistem organ tubuh.
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan atau fungsi semua sistem organ
tubuh sebgai akibat bertambahnya kematangan fungsi-fungsi sitem organ tubuh.
2. Faktor Yang Memprngaruhi Pertumbuhan Dan Perkembangan
a. Faktor herediter merupakan faktor pertumbuhan yang dapat diturunkan yaitu
suku, ras, dan jenis kelamin.
b. Faktor lingkungan, lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan nutrisi, budaya lingkungan status sosial dan ekonomi keluarga,
iklim atau cuaca, olahraga/latihan fisik, posisi anak dalam keluarga, kesehatan,
faktor hormonal.
3. Prinsip Pertumbuhan Dan Perkembangan Neonatus, Bayi, Balita Dan Anak Pra-
Sekolah
Proses tumbuh kembang anak juga mempunyai prinsip-prinsip yang saling berkaitan.
Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
a. Tumbuh kembang adalah proses yang continue dimulsi sejak konsepsi sampai
maturitas, atau dewasa.
b. Dalam periode tersebut terdapat adanya masa percepatan atau perlambatan tiga
periode percepatan perlambatan :
1) Masa janin
2) Masa bayi 0-1 tahun
3) Masa pubertas
c. Pola perkembangan dapat diramalkan
Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak, tetapi kecepatannya
berbeda antara anak satu dengan lainnya.
d. Perkembangan erat hubungannya dengan maturitas sitem susunan saraf
e. Aktivitas seluruh tubuh diganti respon individu yang khas
f. Arah perkembangan anak adalah cepalakaudal.
g. Reflek primitiv reflek menggenggam dan melangkah akan menghilang sebelum
gerakan volunteer tercapai.
4. Proses Pertumbuhan Dan Perkembangan Pada Neonatus, Bayi, Balita, Dan Pra-
Sekolah
Tumbuh kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan dan
berkesinambungan yang dimulai sejak konsepsi sampai dewasa. Tumbuh kembang
anak terbagi dalam beberapa periode. Berdasarkan beberapa kepustakaan, maka
periode tumbuh kembang anak dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Masa prenatal atau masa intrauterin (masa janin dalam kandungan). Masa ini
dibagi menjadi 3 periode yaitu:
1) Masa zigot atau mudigah, sejak saat konsepsi sampai umur kehamilan 2
minggu
2) Masa embrio, sejak umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12 minggu.
Ovumyang telah dibuahi dengan cepat akan menjadi suatu organisme, terjadi
diferensiasi yang berlangsung dengan cepat, terbentuk sistem organ dalam
organ.
3) Masa janin atau vetus sejak umur kehamilan 9/12 minggu sampai kehamilan.
Agar janin dalam kandungan tumbuh dan berkembang menjadi anak yang
sehat, maka selama masa intrauterin, seorang ibu diharapkan :
a) Menjaga kesehatan yang baik
b) Selalu berada dilingkungan yang menyenangkan.
c) Mendapat nutrisi yang sehat untuk janin yang dikandungnya
d) Memeriksa kesehatannya secara teratur ke sarana kesehatan
e) Memberi stimulasi dini terhadap janin
f) Tidak mengalami kekurangan kasih sayang dari suami dan keluarganya
g) Menghindari stres baik fisik maupun psikis
h) Tidak bekerja berat yang dapat membahayakan kondisi kehamilannya
b. Masa bayi umur 0-11 bulan
1) Masa neonatal, umur 0-28 hari
Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi perunahan
sirkulasi darah, serta dimulainya berfungsi organ-organ. Masa neonatal dibagi
menjadi 2 periode:
2) Masa neonatal dini, umur 0-7 hari.
3) Masa noenatal lanjut, umur 8-28 hari.
c. Masa post neonatal, umur 29 hari sampai 11 bulan
Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan berlangsung
secara terus menerus terutama meningkatnya fungsi sitem saraf. Seorang bayi
sangat bergantung pada orang tua dan keluarga sebgai unit pertama yang
dikenalnya.
d. Masa anak dibawah 5 tahun ( anak balita, umur 12 sampai 59 bulan ).
Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan
dalam perkembangan motorik (gerak kasar dan gerak halus) serta fungsi ekskresi.
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa balita.
Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada masa blita akan mempengaruhi dan
menentukan perkembangan anak selanjutnya.
e. Masa anak pra-sekolah ( anak umur 60-72 bulan).
Pada masa ini, pertumbuhan berlangsung stabil. Terjadi perkembangan dengan
aktivitas jasmani yang bertambah dan meningktanya ketrampilan dan proses
berfikir. Memasuki masa pra-sekolah, anak mulai menunjukan keinginannya,
seiring dengn pertumbuhan dan perkembangannya.
5. Teori Perkembangan Anak
a. Perkembangan kognitif (piaget)
1) Tahap sensori motor(0-2 tahun)
Anak mempunyai kemampuan dalam mengasimilasi dan mengakomodasi
informasi dengan cara melihat, mendengar, menyentuh dan aktivitas motorik.
2) Tahap pra operasional (2-7 tahun).
Anak belum mampu mengoperasionalkan apa yang dipikrkan melalui
tindakan dalam pikiran anak, perkembangan anak masih bersifat egosentris.
Pada masa ini pikiran bersifat tranduktif menganggap semua sama. Seperti
semua pria dikeluarga adalah ayah maka semua pria adalah ayah.
3) Tahap kongret (7-11 tahun)
Anak sudah memandang realitas dari duniannya dan mempunyai anggapan
yang sama dengan orang lain, sifat egosentrik sudah hilang, karena anak
sudah mengerti tentang keterbatasan diri-sendiri. Anak sudah menganal
konsep tentang waktu dan mengingat kejadian yang lalu.
4) Tahap formal operasional (> 11 tahun)
Anak remaja dapat berfikir dengan pola yang abstrak menggunakan tanda
atau simbul dan menggambarkan kesimpulan yang logis.
b. Perkembangan psikoseksual anak (freud)
1) Tahap oral (0-1 tahun)
Pada masa ini kepuasan dan kesenangan, kenikmatan dapat melalui dengan
cara menghisap, menggigit, mengunyah, bersuara, tergantungan sangat tinggi
dan selalu minta dilindungi untuk mendapatkan rasa aman.
2) Tahap anal (1-3 tahun)
Kepuasan pada fase ini adalah pada pengeluaran tinja.
3) Tahap oedipal atau phalik (3-5 tahun)
Kepuasan pada anak terletak pada rangsangan autoerotik yaitu meraba-raba,
merasakan kenikmatan dari beberapa daerah erogennya, suka pada lain jenis.
4) Tahap latin (5-12 tahun)
Kepuasaan anak mulai terintegrasi, anak masuk dalam fase pubertas dan
berhadapan langsung pada tuntutan sosial seperti suka hubungan dengan
kelompoknya atau sebaya, dorongan libido mulai mereda.
5) Tahap genital (>12 tahun)
Kepuasan anak pada fase ini kembali bangkit dan mengarah pada perasaan
cinta matang terhadap lawan jenis.
c. Perkembangan psikososial (erikson)
1) Tahap percaya tidak percaya (0-1 tahun)
2) Tahap kemandirian, rasa malu dan ragu (1-3 tahun)
3) Tahap inisiati, rasa bersalah (4-6 tahun)
4) Tahap rajin dan rendah diri (6-12 tahun)
5) Tahap identitas dan kebingungan peran pada masa adolescence
6) tahap keintiman dan pemisahan terjadi pada masa dewasa
7) Tahap generasi dan penghentian terjadi pada dewasa pertengahan.
8) Tahap integritas dan keutusasaan terjadi pada dewasa lanjut.
d. Tahap Pertumbuhan Dan Perkembangan Pada Neonatus, Bayi, Balita Dan Anak
Prasekolah
1) umur 0- 3 tahun
a) Mengangkat kepala stinggi 45˚
b) Menggerakkan kepla dari kiri atau kanan ke tengah
c) melihat dan manatap wajah anda
d) Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh.
e) Suka tertawa keras
f) Bereaksi terkejut terhadap suara keras
g) Membalas mtersenyum ketika diajak bicara atau tersenyum.
h) mengenal ibu dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, kontak.
2) Umur 3-6 bulan
a) Berbalik dari telungkup ke terlentang.
b) Mengangkat kepala setinggi 90˚.
c) Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil
d) Menggenggam pensil.
e) Meraih benda yang ada dalam jangkauaannya.
f) Memegang tangannya sendiri
g) Berusaha Memperluas pandangan.
h) Mengarahkan matanya pada benda-benda kecil
i) Mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau memekik
j) Tesenyum ketika melihat mainan atau gambar yang menarik saat
bermain sendiri.
3) Umur 6-9 bulan
a) Duduk (sikap tripoid-sendiri)
b) Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian berat badan
c) Merangkak meraih mainan atau mendekati seseorang
d) Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya
e) Memungut dua benda, masing-masing tangan pegang satu benda pada
saat yang bersamaan
f) memungut benda sebesar kacang dengan cara meraup
g) bersuara tanpa arti, ma-ma-ma, ba-ba-ba, da-da-da, ta-ta-ta.
Mencari mainan/benda yang dijatuhkan
h) Bermain tepuk tangan atau ciluk ba
i) Bergembira dengan melempar benda
j) makan kue sendiri
4) Umur 9-12 bulan
a) Mengangkat badannya ke posisi berdiri
b) Belajar berdiri selama 30 detik atau berpegangan di kursi.
c) Dapat berjalan dengan dituntun
d) Mengeluarkan lengan atau badan untuk meraih mainan yang diinginkan
e) Menggenggam erat pensil
f) Memasukan benda ke mulut
g) Mengulang menirukan bunyi yang di dengar
h) Menyebut 2 sampai 3 suku kata yang sama tanpa arti.
i) Mengekplorasi sekitar, ingin tau, ingin menyentuh apa saja
j) Bereaksi terhadap suara yang perlahan atau bisikan
k) Senang diajak bermain CILUK BA
l) mengenal anggota keluarga, takut pada orang yang belum dikenal.
5) Umur 12-18 bulan
a) Berdiri senddiri tanpa berpegangan.
b) Membungkuk memungut mainan kemudian berdiri kembali.
c) Berjalan mundur 5 langkah
d) Memanggil ayah dengan kata “papa”, memanggil ibu dengan kata
“mama”.
e) Menumpuk 2 kubus
f) Memasukan kubus di kotak.
g) Menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis atau merengek, anak
bisa mengeluarkan suara yang menyenangkan atau menarik tangan ibu.
h) Memperlihatkan rasa cemburu atau bersaing.
6) Umur 18-24 bulan
a) Berdiri sendiri tanpa berpegangan 30 detik.
b) Berjalan tanpa terhuyung-huyung
c) Bertepuk tangtan, melambai-lambai
d) Menumpuk 4 buah kubus
e) Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk
f) Menggelindingkan bola ke arah sasaran
g) Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti
h) Membantu atau menirukan pekerjaan rumah tangga
i) Memegang cangkir sendiri, belajar makan-minum sendiri.
7) umur 24-36 bulan
a) Jalan naik tangga sendiri
b) Dapat bermain dan menendang bola kecil.
c) Mencoret-coret pensil pada kertas
d) Bicara dengan baik, menggunakan 2 kata
e) Dapat menunjuk satu atau lebih bagian tubuhnya ketika diminta
f) Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama 2 benda atau
lebih
g) Membantu memungut mainanya sendiri atau membantu mengangkat
piring jika di minta
h) Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah
i) Melepas pakaiannya sendiri.
8) Umur 36-48 bulan
a) Berdiri satu kaki 2 detik
b) Melompat kedua kaki diangkat
c) Mengayuh sepeda roda 3
d) Menggambar garis lurus
e) Menumpuk 8 buah kubus
f) Mengenal 2-4 warna
g) Menyebut nama, umur, tempat
h) Mengerti arti kata diatas, di bawah, di depan
i) Mendengarkan cerita.
j) Mencuci dan mengeringkan tangan sendiri
k) Bermain bersama teman, mengikuti aturan permainan
l) Mengenakan sepatu sendiri.
m) Mengenakan celana panjang, kemeja, baju.
9) Umur 48 sampai 60 bulan
a) Berdiri satu kaki 6 detik
b) Melompat-lompat satu kaki
c) Menari
d) Menggambar tanda silang
e) menggambar lingkaran
f) Menggambar orang dengan 3 bagian tubuh
g) Mengancing baju atau pakaian boneka
h) Menyebut nama lengkap tanpa dibantu
i) Senang menyebut kata-kata baru
j) Senang bertanya tentang sesuatu
k) Menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar
l) Bicaranya mudah dimengerti
m) Bisa membandingkan atau membedakan sesuatu dari ukuran dan
bentuknnya
n) Menyebut angka, menghitung jari
o) Menyebut nama-nama hari
p) Berpakaian sendiri tanpa di bantu
q) Menggosok gigi tanpa dibantu
r) Bereaksi tenang dan tidak rewel ketika ditinggal ibu.
10) Umur 60-72 bulan
a) Berjalan lurus
b) Berdiri dengan satu kaki selama 11 detik
c) Menggambar dengan 6 bagian, menggambar orang lengkap
d) Menangkap bola kecil dengan kedua tangan gambar
e) Menggambar segi 4
f) Mengerti arti lawan kata
g) Mengerti pembicaraan yang menggunakan 7 kata atau lebih
h) Menjawab pertanyaan tentang benda terbuat dari apa dan kegunaannya
i) Mengenal angka, bisa menghitung angka 5-10
j) Mengenal warna-warni
k) Menggunakan simpati
l) Mengikuti aturan permainnan
m) Berpakaian sendiri tanpa dibantu.
e. Jenis Permainan Yang Sesuai Untuk Perkembangan Anak
1) Definisi
Bermain adalah kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak
sehari-hari karena bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, yang
dapat menurunkan stres anak, media yang baik bagi anak untuk belajar
berkomunikasi dengan lingkungannya, menyesuaikan diri terhadap
lingkungan, belajar mengenal dunia sekitar kehidupannya, dan penting untuk
meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial anak.
2) Fungsi bermain
a) Perkembangan Sensorik-Motorik
(1)Memperbaiki keterampilan motorik kasar dan halus serta koordinasi.
(2)Meningkatkan perkembangan semua indera
(3)Mendorong eksplorasi pada sifat fisik dunia
(4)Memberikan pelampiasan kelebihan energi
b) Perkembangan Intelektual
(1)Memberikan sumber-sumber beranekaragam untuk pembelajaran
(2)Eksplorasi dan manipulasi bentuk, ukuran, tekstur dan warna
(3)Pengalaman dengan angka, hubungan yang renggang, konsep abstrak
(4)Kesempatan untuk mempraktikan dan memperluas keterampilan
berbahasa
(5)Memberikan kesempatan untuk melatih pengalamanmasa lalu dalam
upaya mengasimilasinya ke dalam persepsi dan hubungan baru
(6)Membantu anak memahami dunia di mana mereka hidup dan
membedakan antarafantasi dan realita
c) Perkembangan Sosialisasi dan Moral
(1)Mengajarkan peran orang dewasa, termasuk perilaku peran seks
(2)Memberikan kesempatan untuk menguji hubungan
(3)Mengembangkan keterampilan sosial
(4)Mendorong interaksi dan perkembangan sikap yang positif terhadap
orang lain
(5)Menguatkan pola perilaku yang telah disetujui dan standar moral
d) Perkembangan Kreativitas
(1)Memberikan saluran ekspresif untuk ide dan minat yang kreatif
(2)Memungkinkan fantasi dan imajinasi
(3)Meningkatkan perkembangan bakat dan minat khusus
e) Perkembangan Kesadaran Diri
(1)Memudahkan perkembangan identitas diri
(2)Mendorong pengaturan perilaku sendiri
(3)Memungkinkan pengujian pada kemampuan sendiri (keahlian sendiri)
(4)Memberikan perbandingan antara kemampuan sendiri dan kemampuan
orang lain
(5)Memungkinkan kesempatan untuk belajar bagaimana perilaku sendiri
dapat mempengaruhi orang lain
f) Nilai Terapeutik
(1)Memberikan pelepasan stres dan ketegangan
(2)Memungkinkan ekspresi emosi dan pelepasan impuls yang tidak dapat
diterima dalam bentuk yang secara sosial dapat diterima
(3)Mendorong percobaan dan pengujian situasi yang menakutkan dengan
cara yang aman
(4)Memudahkan komunikasi verbal tidak langsung dan non verbal tentang
kebutuhan, rasa takut, dan keingina
3) Prinsip-prinsip bermain
a) Perlu ekstra energy
Anak yang sehat memerlukan aktivitas bermain yang bervariasi, baik
bermain aktif maupun bermain pasif, untuk menghindari rasa bosan.
b) Waktu yang cukup
Agar stimulus yang diberikan dapat optimal dan mempunyai kesempatan
yang cukup untuk mengenal alat-alat permainannya.
c) Alat permainan
Harus disesuaikan dengan usia dan perkembangan anak, dan pastikan alat
permainan tersebut aman dan mempunyai unsur edukatif bagi anak.
d) Ruang untuk bermain
Diperlukan suatu ruangan atau tempat khusus untuk bermain bila
memungkinkan, di mana ruangan tersebut sekaligus juga dapat menjadi
tempat untuk menyimpan mainannya.
e) Pengetahuan cara bermain
Anak belajar bermain dari mencoba-coba sendiri, maniru teman-temannya,
diberitahu orangtuanya. Cara yang terakhir adalah yang terbaik karena
anak lebih terarah dan lebih berkembang pengetahuannya dalam
menggunakan alat permainan tersebut.
f) Teman bermain
Bermain yang dilakukan bersama dengan orangtuanya akan mengakrabkan
hubungan dan sekaligus memberikan kesempatan pada orangtua untuk
mengetahui setiap kelainan yang dialami oleh anaknya. Teman diperlukan
untuk mengembangkan sosialisasi anak dan membantu dalam memahami
perbedaan.
4) Tujuan Bermain
a) Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal.
Bahkan ketika anak sakit, maka harus tetap diberi stimulasi agar menjaga
kesinambungan
b) Mengekspresikan perasaan, keinginan dan fantasi serta ide-idenya. Pada
anak yang belum dapat mengekspresikannya secara verbal, permainan
adalah media yang sangat efektif untuk mengekspresikannya
c) Mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah.
Karena dapat menstimulasi daya pikir, imajinasi, dan fantasinya. Juga
semakin lama dia bermain maka akan semakin tertantang untuk dapat
menyelesaikannya dengan baik
d) Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stres karena sakit atau dirawat di
rumah sakit. Permainan adalah media yang efektif untuk beradaptasi
karena telah terbukti dapat menurunkan rasa cemas, takut, nyeri, dan
marah.
5) Faktor yang memepengaruhu bermain
a) Tahap perkembangan anak
Aktifitas bermain yang tepat dilakukan anak, yaitu sesuai dengan tahapan
pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan demikian orangtua atau
perawat harus mengetahui dan memeberikan jenis permainan yang tepat
untuk setiap tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak
b) Status kesehatan anak
Kebutuhan bermain pada anak sama halnya dengan kebutuhan bekerja
pada orang dewasa. Yang penting pada saat kondisi anak sedang sakit,
atau dirawat di RS, orangtua atau perawat harus jeli memilihkan
permainan yang dapat dilakukan anak sesuai prinsip bermain pada anak
yang sedang dirawat di RS
c) Jenis kelamin anak
Semua alat permainan dapat digunakan oleh anak laki-laki atau
perempuan untuk mengembangkan daya pikir, imajinasi, kreativitas, dan
kemampuan sosial anak. Akan tetapi, ada pendapat yang menyatakan
bahwa permainan adalah salah satu alat untuk membantu anak mengenal
identitas diri sehingga sebagian alat permainan anak perempuan tidak
dianjurkan untuk digunakan oleh anak laki-laki
d) Lingkungan yang mendukung
Terselenggaranya aktivitas bermain yang baik untuk perkembangan anak
salah satunya dipengaruhi oleh nilai moral, budaya dan lingkungan fisik
rumah. Keyakinan keluarga tentang moral dan budaya juga mempengaruhi
bagaimana anak dididik melalui permainan. Sementara lingkungan fisik
sekitar rumah lebih banyak mempengaruhi ruang gerak anak untuk
melakukan aktivitas fisik dan motorik. Lingkungan rumah yang cukup
luas untuk bermain memungkinkan anak mempunyai cukup ruang gerak
untuk bermain, berjalan-jalan, mondar-mandir, berlari, melompat, dan
bermain dengan teman sekelompoknya
e) Alat dan jenis permainan yang cocok
Orangtua harus bijaksana dalam memberikan alat permainan untuk anak.
Pilih yang sesuai dengan tahapan tumbuh-kembang anak. Label yang
tertera pada mainan harus dibaca terlebih dahulu sebelum membelinya,
apakah mainan tersebut sesuai dengan usia anak. Alat permainan yang
harus didorong, ditarik, dan dimanipulasi, akan mengajarkan anak untuk
dapat mengembangkan kemampuan koordinasi alat gerak. Permainan
membantu anak untuk meningkatkan kemampuan dalam mengenal norma
dan aturan serta interaksi sosial dengan orang lain
6) Klasifikasi atau jenis permainan
a) Berdasarkan isi permainan
(1) Social affective play
Inti permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang
menyenangkan antara anak dengan orang lain. Permainan yang
biasa dilakukan adalah “ciluk ba”, berbicara sambil tersenyum atau
tertawa, atau sekedar memberikan tangan pada bayi untuk
menggenggamnya, tetapi dengan diiringi berbicara sambil
tersenyum dan tertawa. Biasanya bayi merespon dengan tersenyum,
tertawa dan mengoceh.
(2) Sense of pleasure play
Permainan ini menggunakan alat yang dapat menimbulkan rasa
senang pada anak yang biasanya mengasyikkan. Biasanya
memindah-mindahkan air ke botol, bak atau tempat lain. Ciri khas
permainan ini adalah anak semakin lama, semakin asyik
bersentuhan dengan alat permainan ini dan dengan permainan yang
dilakukannya sehingga susah dihentikan.
(3) Skill play
Sesuai dengan sebutannya, permainan ini akan meningkatkan
keterampilan anak, khususnya motorik kasar dan halus misalnya,
bayi akan terampil memegang benda-bbenda kecil, memnindahkan
benda dari satu tempat ke tempat lainnya, dan anak akan terampil
naik sepeda. Semakin sering melakukan latihan, anak akan semakin
terampil.
(4) Games/ ppermainan
Adalah jenis permainan yang menggunakan alat tertentu yangn
menggunakan perhitungan dan atau skor. Misalnya ular tangga,
puzzle, dll
(5) Unoccupied Behaviour
Pada saat tertentu anak sering terlihat mondar-mandir, tersenyum,
tertawa, jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja,
atau apa saja yang ada di sekelilingnya. Jadi sebenarnya anak tidak
memainkan alat permainan tertentu tetapi sesuatu atau objek yang
ada di sekelilingnya digunakan sebagai alat permainan.
(6) Dramatik play
Sesuai dengan sebutannya, pada permainan ini anak memainkan
peran sebagai orang lain melalui permainannya. Misalnya sebagai
ibu guru, ibu , ayahnya,kakaknya, dsb yang ingin ia tiru. Permainan
ini penting untuk proses identifikasi anak terhadap peran tertentu.
b) Berdasarkan karakter sosial
(1) Onlooker Play
Pada jenis permainan ini, anak hanya mengamati temannya yang
sedang bermain, tanpa ada inisiatif untuk ikut berpartisipasi dalam
permainan.
(2) Solitary Play
Pada permainan ini, anak tampak berada dalam kelompok
permmainan, tetapi anak bermain sendiri dengan alat permainan
yang dimilikinya, alat permainannya berbeda denagn temannya,
tidak ada kerja sama, ataupun komunikasi dengan teman
sepermainannya
(3) Parallel Play
Pada permainan ini, anak dapat menggunakan alat permainan yang
sama, tetapi antara satu anak dengan anak lain tidak terjadi kontak
satu sama lain sehingga antara anak satu denganyang lain tidak ada
sosialisasi.
(4) Associative Play
Pada permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak
dengan anak yang lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada
pemimpin, dan tujuan permainan tidak jelas contoh bermain
boneka, bermain hujan-hujanan, dan masak-masakan
(5) Cooperative Play
Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada
permainan jenis ini, juga tujuan dan pemimpin permainan.
Misalnya, permainan sepak bola, ada anak yang memimpin
permainan, aturan main harus dijalankan dan harus dapat mencapai
tujuan bersama, yaitu memenangkan permainan denagn
memasukkan bola ke gawang lawan mainnya.
c) Berdasarkan kelompok usia

Usia Karakter Isi bermain Tipe paling Karakteristik Tujuan bermain Perkemban
sosial lazim dari aktivitas dramatik gan rasa
bermain bermain spontan etik

Bayi soliter Afektif sosial Sensori- Motor Kesenangan Identitas diri -

Toodler Pararer Imitatif Gerakan tubuh Penilaian Mempelajari Memulai


intuitif peran gender nilai-nilai
moral
Pra- Asosiatif Imajinatif Fantasi Pembentukan Meniru Mengemban
sekolah permainan konsep ide kehideupan sosial, gkan
informal konstan yang mempelajari perhatian
beralasan peran sosial pada teman-
teman
bermain,
berlajar
untuk
berbagi dan
bekerja
sama
Sekolah Kooperatif Permainan Aktivitas fisik, Menguji situasi Penguasaan Loyalitas
kompetitif aktivitas konkret dan pengalaman orang sebaya,
dan kontens kelompok, pemecahan lain bermain
fabtasi permainan masalah, dengan
formal, menambahkan aturan
bermain peran. informasi baru. kepahlawan
an.
Remaja Kerja sama Permainan Interaksi sosial Pemecahan Menunjukan ide- Penyebab
kompetitif masalah abstrak ide dan proyek
dan kontens
mimpi siang
hari

6. Alat Permainan Edukatif (APE)


Alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembagan anak sesuai usia dan
tingkat perkembangannya dan berguna untuk pengembangan aspek fisik, bahasa,
kognitif dan sosial anak (soetjiningsih, 1995) bermain aktif merupakan aktifitas
bermain yang membuat anakk memperoleh kesenangan dan yang dilakukan sendiri,
misalnya:
1) Mengamati atau menyelidiki (eksplorative play) misalnya berusaha membongkar
alat permainan
2) Membangun (Constuction play), misalnya menyusun balok-balok menjadi
bentuk rumah
3) Bermain peran (dramatik play) misalnya bermain sandiwara
4) Bermain sepak bola, bola voli, dll
5) Bermain pasif merupakan suatu hiburan atau kesenangan yang diperoleh dari
orang lain. Misalnya melihat gambar, mendengarkan cerita, menonton tv, dll.
Agar orangtua dapat memberikan alat permainan yang edukatif kepada
anaknya, syarat-syarat berikut ini perlu diperhatikan:
1) keamanan
2) ukuran dan berat
3) desain
4) fungsi yang jelas
5) fariasi APE
6) universal
7) tidak mudah rusak, mudah didapat, dan tterjangkau oleh masyarakat luas

F. Indikator Pemantauan Tumbuh Kembang Neonatus, Bayi, Balita Dan Anak


Prasekolah
1. Kondisi keluarga
Peran keluarga sangat penting dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan
anak. Anak akan mewarisi sifat-sifat khusus dari orang tuanya.
2. Nutrisi (Gizi)
Anak yang memperoleh asupan makanan yang bergizi, proses pertumbuhan da
perkembangannya lebih baik dibandingkan dengan anak yang kekurangan gizi.
3. Perubahan emosional
Emosi akan menyebabkan produksi hormon adrenalin meningkat. Akibatnya produksi
hormon pertumbuhan yang dihasilkan oleh kelenjar pituitari akan terhambat.
4. Jenis kelamin
Anak laki-laki cenderung lebih tinggi dan lebih berat dibandingkan anak perempuan
pada usia 12-15 tahun, karena jumlah tulang dan ototnya lebih banyak.
5. Suku bangsa
Suku bangsa akan mempengaruhi variasi ukuran tubuh individu.
6. Intelegensi
Anak-anak dengan intelegensi tinggi cenderung memiliki tubuh lebih tinggi dan berat
badan yang lebih besar dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki intelegensi
rendah.
7. Status sosial ekonomi
Tubuh anak yang dibesarkan dalam kondisi sosial ekonomi yang kurang, cenderung
akan lebih kecil dibandingkan dengan anak-anak yang kondisi sosial ekonominya
cukup terjamin.
8. Tingkat kesehatan
Anak yang dibesarkan tingkat kesehatan yang baik dan jarang sakt akan tumbuh lebi
baik dibandingkan dengan anak yang sering sakit-sakitan.
9. Keadaan dalam kandungan ibu
Jika ibu hamil merokok, selalu stress, atau asupan gizi janin kurang akan
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan anak, khususnya pada tahun-tahun pertama
pertumbuhannya.

G. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Neonatus, Bayi, Balita Dan Anak Prasekolah
Macam-macam penilaian pertumbuhan fisik yang dapat digunakan adalah:
1. Pengukuran berat badan (BB)
Pengukuran ini dilakukan secara teratur untuk memantau pertumbuhan dan keadaaan
gizi balita. Balita ditimbang dan dicatat dalam KMS sehingga dapat dilihat grafik
pertumbuhannya dan dilakukan interfensi jika terjadi penyimpangan.
2. Pengkuran tinggi badan (TB)
Pengukuran tinggi badan pada anak sampai diusia 2 tahun dilakukan dengan
berbaring, sedangkan di atas umur 2 tahun dilakukan dengan berdiri. Hasil pengukuran
setiap bulan dapat dicatat pada dalam KMS yang mempunyai grafik pertumbuhan
tinggi badan.
3. Pengukuran lingkar kepala anak
Adalah cara yang biasa dipakai untuk mengetahui pertumbuhan dan perkrmbangan
otak anak.
a. Deteksi kecerdasan motorik anak sejak dini
Kualitas masa depan anak ditentukan oleh perkembangan dan pertumbuhan anak
yang optimal. Sehingga deteksi dan stimulasi dan intervensi berbagai
penyimpangan pertumbuhan atau perkembangan harus dilakukan sejak dini.
b. Perkembangan motorik
Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah
gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh
anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya:
kemampuan duduk, menendang, barlari, naik turun tangga. Sedangkan motorik
halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota
tubuh tertentu, yang dipengaruhu oleh kesempatan untuk berlatih dan belajar.
Contohnnya: kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret,
menyusun balok, menggunting, dan menulis. Kedua kemampuan tersebut sangat
penting agar anak bisa berkembang secara optimal.
c. Deteksi dini kemampuan motorik anak
Deteksi dini dan pemantauan perkembangan motorik anak dengan melakukan tes
Denver. Tes ini membagi perkembangan anak jadi empat, yaitu perkembangan
sosial personal, perkembangan bahasa serta perkembangan motorik kasar dan
motorik halus. Perkembangan bayi akan diamati setiap tahun sekali. Sedangkan
balita atau tapatnya setelah anak menginjak usia 2 tahun ke atas, cukup 3 bulan
sekali.
H. Cara Deteksi Tumbuh Kembang Anak
1. Cara penilaian pertumbuhan anak
a. pengukuran antropometri
1) Berat badan (BB)
Untuk menilai hasil peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada
tubuh sehingga akan diketahui status gizi anak atau tumbuh kembang anak.
Kenaikan berat badan pada bayi cukup bulan kembali pada hari ke 10.
a) Umur 10 hari : BBL
b) Umur 5 bulan : 2x BBL
c) Umur 1 tahun : 3x BBL
d) Umur 2 tahun : 4x BBL
e) Pra sekolah : meningkat 2 kg/ tahun
f) Adolencent : meningkat 3-3,5 kg/tahun.
Kenaikan BB pada tahun pertama kehidupan
a) Trimester I : 700-1000 gram/bulan
b) Trimester II : 500-600 gram/bulan
c) Trimester III : 350-450 gram/bulan
d) Trimester IV : 250-350 gram/ bulan
Perkiraan BB dalam kilogram
a) Usia 3-12 bulan = umur (bulan) + 9
2
b) Usia 1-6 tahun = (umur (tahun) x 2) + 8
c) Usia 6-12 tahun = (umur (tahun) x 7 – 5
2
2) Tinggi badan (TB)
Pengukuran tinggi badan untuk menilai status perbaikan gizi disamping faktor
genetik. Penilaian TB dapat dilakukan dengan sangat mudah dalam menilai
gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak
T dapat diperkirakan sebagai berikut:
a) Umur 1 tahun : 1,5 x TB lahir
b) Umur 4 tahun : 2x TB lahir
c) Umur 6 tahun : 1,5 x TB setahun
d) Umur 13 tahun : 3 x TB lahir
e) Dewasa : 3,5 x TB lahir atau 2 x TB umur 2 tahun
Atau dengan rumus behrman,
a) Lahir = 50 cm
b) Umur 1 tahun = 75 cm
c) Umur 2- 12 tahun = umur (tahun) x 6 = 77
Atau berdasarkan potensi TB akhir:
a) Wanita = ( TB ayah – 13 cm) + TB ibu ± 8,5 cm
2
b) Pria = (TB ibu – 13 cm) + TB ayah ± 8,5 cm
2
3) Lingkar kepala
Dapat digunakan untuk menilai pertumbuhan otak. Penilaian ini dapat dilihat
apabila pertumbuhan otak kecil (mikrosefali) maka menunjukkan adanya
retardasi mental, sebaliknnya apabila otaknnya besar (volume kepala
meningkat) akibat peyumbatan pada aliran cairan cerebrospinalis.
Peningkatan volume
a) 6 - 9 bulan kehamilan = 3 gram/24 jam
b) Lahir – 6 bulan = 2 gram/24 jam
c) 6 bulan – 3 tahun = 0,35 gram/24 jam
d) 3 – 6 tahun = 0, 15 gram/24 jam
4) Pengukuran lingkar lengan atas
Digunakan untuk menilai jaringan lemak dan otot, tetapi penilaian ini banyak
berpengaruh pada keadaaan jaringan tubuh apabila dibanding dengan BB.
Penilaian ini juga dapat dipakai untuk menilai status gizi pada anak usia pra
sekolah.
b. Pemeriksaan fisik
Untuk menilai pertumbuhan dan perkembangan dengan cara melakukan
pemeriksaan fisik, dengan melihat bentuk tubuh. Perbadingan bagian tubuh dan
anggota gerak lainnya, menentukan jaringan otot dengan memeriksa lengan atas,
pantat dan paha, menentukan jaringan lemak dilakukan pada triseps, rambut dan
geligi.
c. Pemeriksaan loboratorium
Dilakukam untuk menilai keadaan pertumbuhan dan perkembangan dengan status
keadaan penyakit, adapun pemeriksaan yang dapat dilakukan: pemeriksaan HB,
serum protein (albumun, globulin), hormonal, dan lain-lain.
Tabel Standar Tinggi Badan dan Berat Badan Balita (Anak Pra Sekolah)
Usia dan jenis kelamin Tinggi (cm) Berat (kg)
Laki-laki
6 bulan 67.8 7.58
9 bulan 72.3 9.18
12 bulan 76.1 10.15
18 bulan 82.4 11.47
24 bulan 87.6 12.59
30 bulan 92.3 13.67
36 bulan 96.5 14.69
Perempuan
6 bulan 65.9 7.21
9 bulan 70.4 8.56
12 bulan 74.3 9.53
18 bulan 80.9 10.82
24 bulan 86.5 11.9
30 bulan 91.3 12.93
36 bulan 65.6 13.93
Tabel Standar Berat Badan, Panjang Dan Lingkar Kepala Balita (Anak Pra Sekolah)
Umur Berat Badan Panjang Badan Lingkar Kepala
(kg) (cm) (cm)
1 bulan 3.0 – 4.3 49.8 – 54.6 33 -39
2 bulan 3.6 – 5.2 52.8 – 58.1 35 -41
3 bulan 4.2 – 6.0 55.5 – 61.1 37 -43
4 bulan 4.7 – 6.7 57.8 – 637 38 -44
5 bulan 5.3 – 7.3 59.8 – 65.9 39 -45
6 bulan 5.8 – 7.8 61.6 – 67.8 40 -46
7 bulan 6.2 - 8.3 63.2 – 69.5 40.5 -46.5
8 bulan 6.6 – 8.8 64.6 -71.0 41.5 -47.5
9 bulan 7.0 – 9.2 66.0 -72. 3 42 -48
10 bulan 7.3 – 9.5 67. 2 -73. 6 42.5 -48,5
11 bulan 7.6 – 9.9 68.5 – 74.9 43 -49
12 bulan 7.8 -1.02 69.6 -76.1 43.5 – 49.5
15 bulan 8.4 – 1.09 72.9 – 79.4 44 -50
11/2 tahun 8.9 - 11.5 75.9 – 82.4 44.5 -50,5
2 tahun 9.9 – 12.3 79.2 -85.6 45 -51
21/2 tahun 10.8 – 13.5 83.7 -90.4 45.5 -52.5
3 tahun 11.7 – 14.6 87.8 -94.9 46 -53
31/2 tahun 12.5 – 15.7 91.5 -99.1 46.5 -53.3
4 tahun 13.2 – 16.7 96.4 -102.9 47 -53.8
41/2 tahun 13.8 – 17.7 99.7 -106.1 47.5 -53.8
5 tahun 14.5 – 18.7 102.7 -109.9 47.8 -54

d. Pemeriksaan radiologi
Dilakukan untuk menilai umur pertumbuhan dan perkembangan seperti tulang (
apabila dicurigai adanya gangguan pertumbuhan).
e. Pemeriksaan menggunakan kurva pertumbuhan anak
1) Buku (Standard) NCHS
Penggunaan kurva pertumbuhan (Growth Chart) atau tabel NCHS sebagai baku
secara teratur merupakan alat yang paling tepat untuk menilai status gizi pada
pertumbuhan anak.
2) Data-data perkembangan dan maturitas pada penyimpangan tumbuh kembang
Milistones perkembangan merupakan suatu parameter dalam manajemen tumbuh
kembang yang tidak terpisahkan dari pemeriksaan antopometri.
3) Penilaian dan klasifikasi status gizi
Sistem penilaian gizi dengan pencatatan dalam suatu formulir untuk anak sakit
diajukan oleh Behrman dan Kliegman dalam buku Essentials Nelson’; s Texbook
of Pediatrics, selain berisi data-data tentang masalah makanan, antropometri,
keadaan klinis anak juga dipaparkan secara rinci. Instrumen ini sekirannya cukup
memadai untuk digunakan diklinik yang dilengkapi dengan laboratorium atau
penunjang yang lengkap.
4) Buku KMS
Tujuan KMS adalah sebagaia alat bantu (instrumen) bagi ibu atau orang tua dan
petugas untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak balita serta
menetukan tindakan-tindakan pelayanan kesehatan gizi.
2. Penilaian perkembangan anak
a. Tujuan
1) Mengetahui kelainan perkembangan anak dan hal-hal lain yang merupakan
risiko terjadinnya perkembangan tersebut
2) Mengetahui berbagai masalah perkembangan yang memerlukan pengobatan
atau konselling genetik
3) Mengetahui anak untuk perlu dirujuk
b. Cara deteksi perkembangan
1) Denver Development Screnning Test (DDST)
a) Pengertian
DDST adalah salah satu metode skrining terhadap kelainan perkembangan
anak. Waktu yang dibutuhkan adalah antar 15 – 20 menit.
b) Tujuan
(1) Mendeteksi dini perkembangan anak.
(2) Menilai dan memantau perkembangan anak sesuai usia (0 – 6 ).
(3) Salah satu antisipasi bagi orang tua.
(4) identifikasi perhatian orang tua dan anak tentang perkembangan.
(5) Mengajarkan perilaku yang tepat sesuai usia anak.
c) Aspek perkembangan yang dinilai
Terdiri dari 125 tugas perkembangan. Tugas yang diperiksa setiap kali
skrining hanya berkisar 25-30 tugas.
Ada 4 sektor perkembangan yang dinilai antara lain sebaai berikut:
1) Personal sosial (perilakuk sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkunggannya.
2) Fine motor adaptive (gerakan motorik halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian mmtubuh tertentu dan
dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.
3) Language (bahasa)
Kemampuan un tuk memberikan repons terhadap suara, mengikuti perintah
dan berbicara spontan.
4) Gross motor (gerakan motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerkan dan sikap tubuh. Alat yang
digunakan
a) Alat peraga: benang wol merah, kismis atau manik-manik, peralatan
makanan, peralatan gosok gigi, kartu atau permainan ular tangga, pakaian,
buku gambar atau kertas, pensil, kubus warna merah-kuning-hujau-biru,
kertas warna ( tergantung usia kronologis anak saat periksa).
b) Lembar formulir DDST
c) Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan
tes dan cara penilaiannya.
c. Pelaksanaa DDST
Tahap Pengkajian
1) Kaji pengetahuan keluarga atau anak mengenai DDST
2) Kaji pengetahuan tentang tumbang normal dan riwayat sosial
3) Tentukan atau kaji ulang usia kronologis anak
Prosedur DDST terdiri dari 2 tahap, yaitu:
1) Tahap pertama : secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia:
3-6 bulan
9-12 bulan
18-24 bulan
3 tahun
4 tahun
5 tahun
2) Tahap kedua: dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan
perkembangan pada tahap pertama. Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi
diagnostik yang lengkap.
d. Cara pemerisaan DDST
1) Tetapkan umurkronologis anak, tanyakan tanggal lahir anak yang akan
diperiksa. Gunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk satu
tahun.
2) Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah, jika
sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas.
3) Tari garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis horisontal tugas
perkembangan pada formulir DDST.
4) Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan berapa
yang F.
5) Berdasarkan pedoman, hasil diklasifikasikan dalam: Normal, Abnormal,
Meragukan, dan tidak dapat dites.
a) Abnormal
(1) Bila didapat 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih
(2) Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebihketerlambatan
plus 1 sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang
sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan
dengan garis vertikal usia.
b) Meragukan
(1) Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih
(2) Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada
sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan
dengan garis vertikal usia.
c) Tidak dapat dites
Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal
atau meragukan.
d) Normal
Semua yang tidak tercantum dalam kriteria diatas.
e. Tanda item penilaian
1) O = F (Fail/gagal)
Bila anak tidak mampu melakukan uji coba dengan baik, ibu atau pengasuh
memberi laporan anak tidak dapat melakukan tugas dengan baik.
2) M = R (Refusal/menolak)
Anak menolak untuk uji caba.
3) V = P )Pass/lewat)
Apabila anak dapat melakukan uji coba dengan baik, ibu atau pengasuh
memberi laporan tepat atau dapat dipercaya bahwa anak dapaat melakukan
dengan baik.
4) No = No Opportunity
Anak tidah punya kesempatan untuk melakukan uji coba karena ada hambatan,
uji coba yang dilakukan orang tua.
f. Interpretasi dari nilai DDST
1) Advanced
Bila anak mampu melaksanakan tugas pada item disebelah kanan garis umur,
lulus kurang dari 25 % anak yang lebih tua dari usia tersebut.
2) Normal
Bila anak gagal atau menolak tugas pada item disebelah kanan garis umur,
lulus atau gagal atau menolak pada item antara 25- 75 % (warna putih).
3) Caution
Tulis C pada sebelah kanan blok, gagal atau menolak pada item antara 75-100
% (warna hijau).
4) Delay
Gagal atau menolak item yang ada disebelah kiri garis umur.
g. Interpretasu tes
1) Normal
Tidak ada kelambatan dan maksimum dari suatu kewaspadaan.
2) Suspect
Satu atau lebih kelambatan dan atau dua atau lebih banyak kewaspadaan.
3) Untestable
Penolakan pada satu atau lebih pokok dengan lengkap ke kiri garis usia atau
pada lebih dari satu pokok tititk potong berdasarkan garis usia pada area 75 %
sampai 90 %.
Rekomendasi untuk rujukan tes Suspect dan Untestable : Skrining ulang pada
1 sampai 2 minggu untuk mengesampingkan faktor temporer.
3. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan KPSP
a. Pengertian
Suatu daftar pertanyaan singkat yang ditujukan kepada para orang tua dan
dipergunakan sebagai alat untuk melakukan skrining pendahuluan perkembangan
anak usia 3 bulan sampai dengan 6 tahun. Daftar pertanyaan berjumlah 10 nomor
yang harus dijawab oleh orang tua atau pengasuh yang mengetahui keadaan
perkembangan aanak.
b. Kegunaan
KPSP dapat dipakai untuk mengetahui ada atau tidak adanya hambatan, gangguan
atau masalah dalam perkembangan anak.
c. Cara menggunakan KPSP
Petugas kesehatan membaca KPSP terlebih dahulu. Kemudian memberi
kesempatan kepada orang tua untuk menjawab kelompok pertanyaan yang sesuai
dengan usia anak.
Hasil dicatat di dalam Kartu Data Tumbuh Kembang Anak
1) Cara menghitung usia anak
a) Anak usia 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan.
b) Anak usia 5 bulan 15 hari, dibulatkan menjadi 5 bulan
2) Cara memilih pertanyaan KPSP
a) Pertanyaan diajukan kepada para orang tua dan dipilih kelompok
pertanyaan yang sesuai dengan usia anak.
b) Daftar pertanyaan tersebut berjumlah 10 nomor yang harus dijawab oleh
orang tua atau pengasuh yang mengetahui keadaan perkembangan anak.
c) Pertanyaan dalam KPSP dikelompokkan sesuai usia anak saat dilakukan
pemeriksaan, mulai kelompok usia 3 bulan, 3-6 bulan dst sampai 5-6 tahun.
3) Cara menilai KPSP
a) Meneliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
b) Menghitung jumlah jawaban Ya.
Apabila jumlah jawaban Ya = 9 atau 10 berarti anak yang diperiksa normal
(N).
Apabila jumlah Ya = kurang dari 9, maka perlu diteliti kembali mengenai :
1) Cara menghitung usia anak.
2) Cara memilih pertanyaan KPSP, apakah sesuai dengan usia anak.
Apakah jawaban orang tua/pengasuh anak sesuai dengan yang dimaksudnya
Apabila jumlah jawaban Ya = 7 atau 8, tentukan jadwal untuk dilakukan
pemeriksaan ulang 1 minggu kemudian (U).
Apabila pada pemeriksaan ulang jumlah jawaban Ya tetap 7 atau 8,
maka anak tersebut memerlukan pemeriksaan lebih lanjut/dirujuk (TN).
Catatan : Pertanyaan KPSP yang dipakai pada pemeriksaan ulang disesuaikan
dengan usia anak pada tanggal pemeriksaan ulang tersebut.
Apabila jumlah jawaban Ya = 6 atau kurang, maka anak tersebut
memerlukan pemeriksaan lebih lanjut/dirujuk (TN).
3) Cara melakukan pemeriksaan ulang dengan KPSP
Pemeriksaan ulang dengan menggunakan dilaksanakan pada 3 keadaan
dibawah ini:
4) Hasil KPSP negatif atau jumlah jawaban Ya = 9 atau 10, pemeriksaan ulang
dapat dilakukan.
5) Tiap 3 bulan untuk usia dibawah 12 bulan.
6) Tiap 6 bulan untuk usia 12 s/d 72 bulan walaupun demikian pemeriksaan yang
lebih sering akan lebih baik
Cara mencatat hasil KPSP
a. Hasil KPSP dicatat dalam Kartu Data Tumbuh Kembang Anak . Tulis jawaban
umur Ya, atau Tidak pada kotak yang disediakan untuk tiap pertanyaan
menurut golongan umur anak. Kemudian hitunglah jawaban Ya.
b. Apabila penilaian KPSP = 9 atau 10 jawaban Ya, berarti perkembangan anak
baik (kode N).
c. Apabila penilaian KPSP = 7 atau 8, berarti meragukan dan anak perlu diperiksa
ulang 1 minggu kemudian.
a. Apabila penilaian KPSP = kurang dari 7, berarti positif anak perlu dirujuk
(kode TN).
d. Kuesioner Perilaku Anak Pra Sekolah (KPAP)
KPAP adalah sekumpulan perilaku yang digunakan sebagai alat untuk
mendeteksi secara dini kelainan-kelainan perilaku pada anak pra sekolah (usia 3-6)
tahun. Kuesioner ini berisi 30 perilaku yang perlu ditanyakan satu per satu pada
orang tua. Setiap perilaku ditanyakan apakah ‘sering terdapat’, kadang-kadang
terdapat’, atau ‘ tidak terdapat’. Apabila jawaban yang diperoleh adalah ‘sering
terdapat’, maka jawaban tersebut dinilai 2, ‘ kadang-kadang terdapat’ diberi nilai 1
dan ‘ tidak terdapat diberi nilai 0. Apabila jumlah nilai keseluruhan kurang dari 11,
maka anak perlu di rujuk, sedangkan jika jumlah nilai 11 atau lebih maka tidak perlu
dirujuk.
e. Tes Daya Lihat Dan Tes Kesehatan Mata Anak Pra Sekolah
Tes ini untuk memeriksa ketajaman daya lihat serta kelainan mata pada anak
usia 3-6 tahun. Tes ini juga digunakan untuk mendeteksi adanya kelainan daya lihat
pada anak usia prasekolah secara dini, sehingga jika ada penyimpangan dapat segera
ditangani.
Untuk melakukan tes dayalihat diperlukan ruangan dengan penyinaran yamg
baik dan alat ‘kartu E”yang digantungkan setinggi anak duduk. Kartu E berisi emoat
baris. Baris pertama huruf Eberukuran paling besar kemudisn berangsur-angsur
mengecil pada baris ke empat. Aabila pada baris ke tiga,anak tidak dapat melihat
maka perlu dirujuk. Selain tes daya lihat,anak juga perlu diperiksan kesehatan
matanya. Perlu ditanyankan:
1) Keluhan seperti mata gatal,panas, penglihatan kabur atau pusing
2) Perilaku seperti sering menggosokm mata, membaca terlalu dekat, sering
mengkeip-kedipkan mata.
3) Kelainan mata seperti bercak bilot, juling, mata merah dan keluarair apabila
ditemukan satu kelainan atau lebih pada mata maka anak tersebut perlu dirujuk.
f. Tes Daya Dengar (TDD)
Tes daya dengar berupa pertanyaan-pertanyaan yang disesuaikan dengan usia
anak, yaitu kelompok 0-6 bulan, > 16 bulan, >9 bulan, >11 bulan,>12 bulan, >24
bulan dan > 36 bulan. Setiap pertanyaan perlu dijawab ‘ya’ atau’ tidak’. Apabila
jawabannya adalah tidak maka pendengaran anak tidak normal sehimgga perlu
pemeriksaan lebih lanjut.

I. Penyimpangan Tumbuh Kembang Anak


1. Gangguan pertumbuhna fisik meliputi
Gangguan pertumbuhan diatas normal dan gangguan pertumbuhan dibawah normal.
Pemantauan berat badan menggunakan KMS dapat dilakukan secara mudah untuk
mengetahui pola pertumbuhan anak.
2. gangguan perkembangan motoric
Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh beberapa hal. Salah satu
penyebab gangguan perkembangan motorik adalah kelainan tonus otot atau penyakit
neuromuskular.
3. gangguan perkembangan bahasa
Kemampuan bahasa merupakan kombinasi seluruh sistem perkembangn anak.
Kemampuan berbahasa melibatkan kemampuan motorik, psikologis, emosional, dan
perilaku.
4. gangguan emosi dan perilaku
Selama tahap perkembangan, anak juga dapat mengalami berbagai gangguan yang
terkait dengan psikiateri. Kecemasan adalah salah satu gangguan yang muncul pada
anak dan memerlukan suatu intervensi khusus apabila mempengaruhi interaksi sosial
dan perkembangan anak.
J. Neonatus dan Bayi Dengan Masalah Serta Penatalaksanaannya
1. Bercak Mongol
a. Pengertian
Bercak mongol adalah lesi-lesi muscular berwarna abu-abu atau biru dengan batas
tepi bervariasi, paling sering pada daerah prasakral, dapat juga di daerah posterior
paha, tungkai, punggung dan bahu. Biasanya terlihat pada bayi yang memiliki
pigmentasi kulit (kulit berwarna).
b. Etiologi
Bercak mongol merupakan bawaan sejak lahir, warna khas dari bercak mongol
ditimbulkan oleh adanya melanosist yang mengandung melanin pada dermis yang
terhambat selama proses migrasi dari Krista neuralis ke epidermis. Disebabkan juga
karena trauma lahir atau terjadi pembuluh darah yang melebar.
c. Tanda dan Gejala
1) Berwarna cokelat tua, abu-abu batu atau biru kehitaman
2) Terkadang terlihat seperti memar
3) Ukuran bervariasi
4) Luka seperti pewarnaan
5) Daerah pigmentasi dengan tekstur kulit normal
6) Area datar dengan bentuk yang tidak teratur
7) Bercak biasanya akan menghilang di tahun pertama atau pada 1 – 4 tahun
pertama, atau mulai pudar pada usia 2 tahun pertama dan menghilang antara 7 –
13 tahun.
8) Tidak ada komplikasi yang ditimbulkan
d. Penatalaksanaan
Memberikan konseling kepada orang tua bayi, yaitu menjelaskan mengenai maksud
dengan bintik mongol, menjelaskan bahwa akan menghilang dalam hitungan bulan
atau tahun, tidak berbahaya serta tidak memerlukan penanganan khusus.
2. Hemangioma
a. Pengertian
Hemangioma adalah suatu tumor jaringan lunak atau tumor jinak akibat proliferasi
(pertumbuhan yang berlebih) dari pembuluh darah yang tidak normal dan dapat
terjadi pada setiap jaringan pembuluh darah.
b. Tanda dan gejala
1) Tampak pada bayi baru lahir atau munsul beberapa minggu setelah kelahiran
sampai anak usia kurang 1 tahun.
2) Muncul di setiap tempat pada permukaan tubuh seperti kepala, leher, muka,
kaki, atau dada.
c. Pembagian
1) Nevus flammeus
Daerah kapiler yang tidak menonjol, berbatas tegas, ukurannya tidak bertambah,
berwarna merah ungu, dan akan hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan.
2) Nevus vaskulosis
Kapiler yang baru berbentuk dan membesar pada kulit (lapisan dermis dan
subdermis) yang tumbuh beberpa bulan setelah lahir kemudian mengerut dan
menghilang dengan senndirinya
d. Penatalaksanaan
Berikan konseling kepada orang tua bahwa tanda lahir itu normal dan sering terjadi
pada bayi baru lahir, sehingga tidak perlu khawatir.

3. Bayi Meninggal Mendadak


a. Pengertian
Sindrom kematian mati mendadak (sudden infant death syndrome-SIDS) terjadi
pada bayi yang sehat, saat ditidurkan tiba-tiba ditemukan meninggal beberapa jam
kemudian.
b. Patofisologias
Patofisiologi SIDS belum jelas, namun penelitian terbaru berfokus pada penjelasan-
penjelasan berikut :
1) Abnormalitas system saraf pusat (SSP) khususnya tertundanya meilinasi atau
gliosis (parut) di area control pernafasan di batang otak
2) Aritmia jantung primer, khusunya bradikardia akibat penurunan tonus nervus
vagus dan bradikardi yang bersamaan dengan apnea sentral
3) Obstruksi jalan nafas, akibat kolaps farings yang dapat memburuk dengan posisi
tidur terlentang
4) Kerusakan pengaturan suhu dan pengaruhnya pada pola pernapasan, sensitivitas
kemoreseptor dan control jantung
5) Agens infeksi yang mungkin, septicemia viral
c. Etiologi
Secara pasti penyebabnya belum diketahui, namun beberapa ahli telah melakukan
penelitian dan mengemukakan ada beberapa penyebab SIDS yaitu sebagai berikut :
1) Ibu yang masih remaja
2) Bayi dengan jarak kehamilan yang dekat
3) Bayi laki-laki dengan berat badan di bawah normal
4) Bayi yang mengalami dysplasia bronkopulmoner
5) Bayi premature
6) Gemelli
7) Bayi dengan sibling
8) Bayi dari ibu dengan ketergantungan narkotika
9) Prevalensi pada bayi bayi dengan posisi tidur telungkup
10) Bayi dengan virus pernapasan
11) Bayi dengan infeksi botulinum
12) Bayi dengan apnea berkepajangan
13) Bayi dengan gangguan pola napas herediter
14) Bayi dengan kekurangan surfaktan pada alveoli
d. Penatalaksanaan
1) Berikan konseling pada orang tua dan tekankan bahwa mereka tidak bersalah
atas kematian bayinya
2) Dorong orang tua untuk mengekspresikan rasa bersalahnya
3) Gunakan keterampilan mendengar yang terapeutik untuk membantu orang tua
dalam proses berduka.
4. Muntah dan Gumoh
a. Muntah
1) Pengertian
Muntah adalah keluarnya sebagian besar atau seluruh isis lambing uyang terjadi
setelah makanan masuk lambung agak lama, disertai kontraksi lambung dan
abdomen.
2) Etiologi
a) Kelainan congenital pada saluran pencernaan, iritasi lambung, atresia
esophagus, hirschprung, tekanan intracranial yang tinggi
b) Infeksi pada saluran pencernaan
c) Cara pemberian makanan yang salah
d) Keracunan
3) Komplikasi
a) Dehidrasi atau alkalosis karena kehilangan cairan tubuh / elektrolit
b) Ketosis karena tidak makan dan minum
c) Asidosis yang disebabkan adanya ketosis yang dapat berkelanjutan menjadi
syok bahkan sampai kejang
d) Ketegangan otot perut , perdarahan konjungtiva, rupture esophagus, aspirasi,
yang disebabkan karena muntah yang sangat hebat.
4) Sifat muntah
a) Keluar cairan terus-menerus, hal ini kemungkinan disebabkan oleh obstruksi
esophagus
b) Muntah proyektil, hal ini kemungkinan disebabkan oleh stenosis pylorus
c) Muntah hijau kekuning-kuningan kemungkinan akibat obstruksi di bawah
ampula vateri
d) Muntah segera setelah lahir dan menetap, kemungkinan adanya tekanan
intracranial yang tinggi atau obstruksi pada usus.
5) Penatalaksanaan
a) Pengkajian faktor penyebab
b) Pengobatan tergantung penyebabnya
c) Pengobatan suportif
d) Kaji sifat muntah
e) Simtomatis dapat diberi antiemetic
f) Berikan diet yang sesuai dan tidak merangsang muntah
g) Bila adanya kelainan yang sangat penting segera rujuk ke rumah sakit
b. Gumoh
1) Pengertian
Gumoh adalah keluarnya kembali susu yang telah ditelan ketika atau beberapa
saat setelah minum susu dan jumlahnya hanya sedikit.
2) Etiologi
a) Bayi sudah merasa kenyang
b) Posisi salah saat menyusui
c) Posisi botol yang salah
d) Tergesa-gesa saat pemberian susu
e) Kegagalan dalam mengeluarkan udara yang tertelan
3) Patofisiologi
Biasanya dalam keadaan terisi penuh, sehingga kadang gumoh bercampur
dengan air liur yang mengalir kembali ke atas dan keluar melalui mulut pada
sudut-sudut bibur. Disebabkan karena otot katup diujung lambung tidak biasa
bekerja dengan baik yang seharusnyamendorong isi lambung ke bawah.
4) Penatalaksanaan
a) Perbaiki teknik menyusui
b) Perhatikkan posisi botol saat pemberian susu
c) Sendawakan bayi setelah di susui
d) Lakukan teknik menyusui yang benar, yaitu bibir mencakup rapat seluruh
putting susu ibu.
5. Oral Trush
a. Pengertian
Oral Trush adalah terinfeksinya membrane mukosa mulut bayi oleh jamur
Candidiasis yang ditandai dengan munculnya bercak-bercak keputihan dan
membentuk plak-plak berkeping di mulut, terjadi ulkus dangkal.
b. Etiologi
Terjadi karena adanya infeksi jamur (candida albican) yang merupakan organism
penghuni kulit dan mukosa mulut, vagina dan saluran cerna.
c. Tanda dan Gejala
Terdapat lesi di mulut yang berwarna putih dan membentuk plak-plak yang
berkeping menutupi seluruh atau sebagian lidah, kedua bibir, gusi dan mukosa pipi.
d. Penatalaksanaan
1) Bedakan oral trush dengan endapan susu pada mulut bayi
2) Apabila sumber infeksi berasal dari ibu, maka ibu harus segera diobati dengan
pemberian antibiotic berspektrum luas
3) Jaga kebersihan dengan baik, terutama mulut
4) Bersihkan daerah mulut bayi setelah ataupun minum susu dengan air matang dan
juga bersih
5) Pada bayi yang minum susu dengan menggunakan botol, gunakan teknik steril
dalam membersihkan botol susu.
e. Pemberian terapi pada bayi yaitu :
1) 1 ml larutan nystatin (100.000) unit 4x per hari dengan interval setiap 6 jam.
Larutan diberikan dengan lembut dengan hati-hati agar tidak menyebar luas ke
rongga mulut
2) Gentian violet 3x per hari

6. Diaper Rush
a. Pengertian
Diaper rush adalah kemerahan pada kulit bayi akibat adanya kontak yang terus-
menerus dengan lingkungan yang tidak baik
b. Etiologi
1) Tidak terjaganya kebersihan kulit dan pakaian bayi
2) Jarangnya mengganti popok setelah bayi BAB atau BAK
3) Terlalu panas atau lembapnya udara/ suhu lingkungan
4) Tingginya frekuensi BAB (diare)
5) Adanya reaksi kontak terhadap karet, plastic dan deterjen.
c. Tanda dan Gejala
1) Iritasi pada kulit yang kontak langsung dengan allergen, sehingga muncul
eritema
2) Erupsi pada daerah kontak yang menonjol, seperti bokong, alat genital, perut
bawah, atau paha atas
3) Pada keadaan yang lebih parah dapat terjadi papilla eritematosa, vesikula dan
ulserasi.
d. Penatalaksanaan
1) Daerah yang terkena ruam popok, tidak boleh terkena air dan harus dibiarkan
terbuka dan tetap kering
2) Gunakan kapas halus yang mengandung minyak untuk membersihkan kulit yang
iritasi
3) Segera bersihkan dan keringkan bayi setelah BAK atau BAB
4) Atur posisi tidur anak agar tidak menekan kulit/ daerah yang iritasi
5) Usahakan memberikan makanan tinggi kalori tinggi protein (TKTP) dengan
porsi cukup
6) Perhatikan kebersihan kulit dan tubuh secara keseluruhan
7) Jagalah kebersihan pakaian dan alat-alat untuk bayi
8) Rendamlah pakaian atau celana yang terkena urine dalam air yang dicampur
acidum borium, setelah itu bersihkan tetapi jangan menggunakan sabun cuci,
segera bilas dan keringkan
7. Seborrhea
a. Pengertian
Seborrhea adalah gangguan fungsi dari kelenjar kulit atau lemak yang ditandai
dengan pengeluaran lemak secara berlebihan yang membentuk atau sumbatan-
sumbatan seperti keju.
b. Etiologi
1) Faktor hereditas
2) Kelenjar minyak pada bayi biasanya bekerja terlalu aktif akibat tingginya kadar
hormone ibu yang mengalir di dalam tubuh bayi. Biasanya akan hilang setelah
bayi berusia 6-7 bulan
3) Intake makanan yang tinggi lemak dan kalori
c. Macam-Macam Seborrhea
1) Seborrhea adipose
2) Seborrhea saraf susu
3) Seborrhea squamosa (bersisik)
d. Penatalaksanaan
Berikan obat-obat topical, seperti sampho yang tidak berbusa (keramasilah kepala
bayi sebanyak 2-3 kali per minggu) dank rim selenium sulfide/ Hg presipitatus albus
2%.
8. Bisulan/ Furunkel
a. Pengertian
Bisulan/ furunkel adalah peradangan pada folikel rambut, kulit dan jaringan
sekitarnya yang sering terjadi pada daerah bokong, kuduk, aksila, badan dan
tungkai.
b. Jenis-jenis Bisul
1) Foli kulitis
2) Furunkel
3) Furunkel losis
4) Karbunkel
5) Abses multiple
6) Hydra adentitis
7) Skafulo derma
c. Tanda dan Gejala
1) Gatal
2) Nyeri
3) Berbentuk kerucut dan bermata
4) Berbentuk kubah
5) Demam
d. Etiologi
1) Iritasi pada kulit
2) Kebersihan kulit yang kurang terjaga
3) Daya tahan tubuh yang rendah
4) Infeksi oleh Staphilococcus aureus
e. Penatalaksanaan
1) Jaga kebersihan daerah yang mengalami furunkel serta daerah sekitarnya
2) Berikan pengobatan topical dengan kompres hangat untuk mengurangi nyeri dan
melunakkan nodul
3) Jangan memijit furunkel
4) Bila terjadi pada daerah yang tidak umum seperti pada hidung atau telinga,
berkolaborasilah dengan dokter
5) Terapi antibiotic dan antiseptic diberikan bergantung pada luas dan beratnya
penyakit, misalnya dengan pemberian achromycin 250 mg sebanyak 3 atau 4
kali per hari
9. Miliariasis
a. Pengertian
Miliariasis disebut juga sudamina, liken tropikus, biang keringat, keringat buntet,
atau prickle heat adalah dermatosisi yang disebabkan oleh retensi keringat akibat
tersumbatnya pori kelenjar keringat
b. Etiologi
Udara yang panas dan lembap serta adanya infeksi bakteri
c. Pembagian serta Tanda dan Gejala
1) Miliaria kristalina
Terdri dari vesikel kecil jernih superficial, sebagai akibat dari tersumbatnya
stratum korneum (seperti sudamina)
2) Miliaria rubra
Terdiri dari papula kecil warna merah muda dan vesikel sebagai akibat dari
tersumbatnya di daerah pertemuan dermis dan epidermis (seperti pickle heat)
3) Miliaria pustulosa
Terdapat pustulosa di atas kulit dengan eritematus sebagai akibat tersumbatnya
di tingkat dermis tengah
4) Miliaria profunda
Adanya nodul sebagai akibat tersumbatnya ditingkat lapisan dermis bagian
dalam.
d. Penatalaksanaan
1) Prinsip asuhan adalah mengurangi penyumbatan keringat dan menghilangkan
sumbatan yang sudah timbul
2) Jaga kebersihan tubuh bayi
3) Upayakan menciptakan lingkungan dengan kelembapan yang cukup serta suhu
yang sejuk dan kering.
4) Gunakan pakaian yang menyerap keringat dan tidak terlalu sempit
5) Segera ganti pakaian yang basah dan kotor
6) Pada miliaria rubra dapat diberikan bedak salisil 2% dengan menambahkan
mentol 0,5-2% yang bersifat mendinginkan ruam.
10. Diare
a. Pengertian
Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair atau BAB yang tidak
normal berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Bayi bila >3x,
neonatus bila >4x BAB.
b. Etiologi
1) Faktor infeksi
a) Bakteri
b) Virus
c) Jamur
d) Parasit
e) Protozoa
2) Faktor non infeksi
a) Alergi makanan
b) Malabsorbsi
c) Iritasi saluran cerna
d) Obat-obatan
e) Penyakit colon
f) Stress
g) Obstruksi usus
c. Pathofisiologi
Menurun intake -> cairan eksternal hilang lebih cepat -> ganghian keseimbangan
cairan dan elektrolit -> cairan intra sel hilang -> disfungsi sel -> syok hipolovemik -
> kematian
d. Tanda dan Gejala
1) Cengen, rewel
2) Gelisah
3) Suhu meningkat
4) Nafsu makan menurun
5) Feses cair dan berlendir, kadang disertai darah. Kelamaan feses ini akan
berwarna hijau dan asam
6) Anus lecet
7) Dehidrasi
8) Berat badan menurun
9) Turgor kulit menurun
10) Mata dan ubun-ubun cekung
11) Selaput lendir dan mulut serta kulit menjadi kering
e. Komplikasi
1) Dehidrasi akibat kekurangan cairan dan elektrolit, yaitu :
a) Dehidrasi ringan, kehilangan cairan < 5% BB (BB turum 3-5%, volume
hilang 50 ml/kg)
b) Dehidrasi sedang, kehilangan cairan 5-10% BB (BB turun 6-9%, volume
hilang 50-90 ml/kg)
c) Dehidrasi berat, kehilangan cairan >10-15% BB (BB turun 10%, volume
hilang ≥ 100 ml/kg)
2) Syok hipovolemik
3) Hipokalemia
4) Hipokalsemi
5) Asidosis
6) Cardiac distrima
7) Hiponatremi
8) Malnutrisi energy protein
f. Penatalaksanaan
1) Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumatan)
2) Diatetik (pemberian makanan)
3) Obat-obat
4) Bila dehidrasi ringan dan diarenya 4x sehari, berikan cairan 25-100 ml/kg/BB/
hari atau tiap jam 2x
5) Oralit diberikan ± 100 ml/kg/BB tiap 4-6 jam pada kasus dehidrasi ringan
6) Teruskan pemberian ASI
7) Sistematika penatalaksanaan berdasarkan keadaan diare

DIARE
Tanpa dehidrasi sampai Dehidrasi berat dengan
dengan/ tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan sampai komplikasi/ penyakit
ringan dehidrasi berat penyerta
Dehidrasi ringan sampai
Cairandehidrasi berat tajin,
RT (LGG,air Oralit Cairan rehidrasi
kuah sayur dan teh botol parenteral, misalnya
ngan dengan RL dan glukosa

Pengobatan di rumah Perawatan di


puskesmas/ poliklinik Perawatan di
RS/Puskesmas
RS
11. Obstipasi
a. Pengertian
Obstipasi adalah masa keras dilipatan rectum akibat retensi dan akumlasi feses
berkepanjangan (± 3 hari/ lebih)
b. Etiologi
1) Kebiasaan makan
Akibat dari kelaparam, dehidrasi, dan mengkonsumsi makanan yang kurang
mengandung selulosa
2) Hipotiroidisme
Terjadi kreatinisme dan myodem yang menyebabkan tidak cukupnya ekskresi
hormone tiroid sehingga semua proses metabolism berkurang.
3) Keadaan-keadaan mental
Seperti depresi dan keterbelakangan mental karena sulit untuk BAB
4) Penyakit organic
Obstipasi dapat berganti diare pada kasus karsinom kolon dan difertikulitis
5) Kelainan congenital
Penyakit seperti atresia, steosis. Megakolon aganglionik congenital (penyakit
hirschprung), obstrusi bolus usus ileus mekonium atau sumbatan mekonium
6) Penyebab lain
Seperti akibat diet yang salah.
c. Tanda dan Gejala
1) Pada neonatus jika tidak mengeluarkan mekonium dalam36 jam pertama pada
bayi jika mengeluarkan feses selama 3 hari atau lebih.
2) Sakit dan kejang perut
3) Pada pemeriksaan rectal, jari akan merasa jepitam udara dan mekonium yang
menyemprot
4) Feses besar dan tidak dapat digerakkan dalam rectum
5) Bising usus yang janggal
6) Merasa tidak enak badan, anoreksia dan sakit kepala
7) Terdapat luka pada usus
d. Patofisiologi dan Patogenesis
Pada keadaan normal sebagian rectum dalam keadaan kosong kecuali adanya
refleks masa dari kolon yang mendorong feses ke dalam rectum yang terjadi sekali
atau dua kali sehari. Memberikan stimulus pada arkus aferen dari refleks defekasi
akan menyebabkan kontraksi otot dinding abdomen sehingga terjadi defekasi.
Bahan makanan akan dicerna memasuki kolon, air dan elektrolit diabsorpsi
melewati membrane penyerapan, yang berakibat pada perubahan bentuk feses dari
cair menjadi bahan yang lunak dan berebentuk. Feses melewati rectum menekan
dinding rectum dan merangsang defekasi.
Ketika konsumsi cairan tidak adekuat, produk dari pencernaan lebih kering dan
padat serta tidak dapat dengan segera digerakkan oleh gerakan peristaltic menuju
rectum sehingga penyerapan terjadi terus menerus dan feses menjadi semakin
kering, padat dan susah dikeluarkan, serta menimbulkan rasa sakit.
e. Pembagian
1) Obstipasi akut
Rectum tetap mempertahankan tonusnya dan defekasi timbul secara mudah
dengan stimulasi laksatif, suposutoria, atau enema
2) Obstipasi kronik
Rectum tidak kosong dan dindingnya mengalami peregangan berlebihan secara
kronik, sehingga tambahan feses yang dating tidak menyebabkan rectum
meregang lebih lanjut.
f. Komplikasi
1) Perdarahan
2) Ulserasi
3) Obstruksi parsial
4) Diare intermiten
5) Distensi kolon akan menghilang jika ada sensasi regangan rectum yang
mengawali proses defekasi
g. Manajemen Terapi
1) Penilaian asupan makanan dan cairan
2) Penilaian dari kebiasaan usus (kebiasaan pola makan)
3) Penilaian penampakan stress emosisonal pada anak yang dapat mempengaruhi
pola defekasi bayi.
h. Penatalaksanaan
1) Mencari penyebab obstipasi
2) Menegakkan kembali kwbiasaan defekasi yang normal dengan memperhatikkan
gizi, tambahan cairan dan kondisi psikis
3) Pengosongan rectum dilakukan jika tidak ada kemajuan setelah dianjurkan untuk
menegakkan kembali kebiasaan defekasi. Bisa dilakukan disimpaksi digital,
enema minyak zaitun dan laksatif.
12. Infeksi
a. Pengertian
Infeksi perinatal adalah infeksi pada neonatus yang terjadi pada masa antenatal,
intranatal dan postnatal
b. Etiologi
Infeksi perinatal dapat disebabkan oleh berbagai bakteri seperti Escherichia coli,
Pseudomonas pyocyaneus, Klebsielia, Staphilococcus aureus dan Coccus
gonococcus.
1) Infeksi antenatal
Infeksi terjadi pada masa kehamilan ketika kuman masuk ke tubuh janin melalui
sirkulasi darah ibu masuk melewati plasenta dan akhirnya ke sirkulasi darah
umbilikaslis. Seperti virus (rubella, poliomyelitis, variola, vaccine), spirochaeta
(terponema palidum), bakteri (E. coli dan Listeria monocytoganes)
2) Infeksi intranatal
Terjadi pada masa persalinan, mikroorganisme masuk dari vagina masuk dalam
rongga amnion biasanya setelah selaput ketuban pecah lebih dari 12 jam
menyebabkan timbulnya plasentitis dan amnionitis. Dapat juga karena partus
lama akibat periksa dalam dan kromilage yang terlalu sering
3) Infeksi postnatal
Terjadi setalah bayi lahir lengkap, misalnya melalui kontaminasi langsung alat
yang tidak steril, tindakan tidak antiseptic atau terjadi infeksi silang.
c. Tanda dan Gejala
1) Bayi malas minum
2) Gelisah dan mungkin juga terjadi alergi
3) Frekuensi pernapasan meningkat
4) Berat badan menurun
5) Pergerakan kurang
6) Muntah
7) Diare
8) Sklerema dan udema
9) Perdarahan, ikerus dan kejang
10) Suhu tubuh dapat normal, hipotermi atau hipertermi.
d. Penatalaksanaan
1) Berikan posisi semiflower agar sesak berkurang
2) Apabila suhu tinggi, lakukan kompres dingin
3) Berikan ASI perlahan-lahan, sedikit demi sedikit
4) Apabila bayi muntah, lakukan perawatan muntah yaitu posisi tidur miring ke
kiri atau ke kanan
5) Apabila ada diare, perhatikkan personal hygine dan keadaan lingkungan
6) Rujuk segera ke RS. Lberikan informed consent.
7) Jenis dan dosis antibiotika yang dianjurkan untuk neonatus
Jenis Antibiotika Dosis Frekuensi
Pemberian
Injeksi Benzil Penisilin atau 50.000 IU/kg/kali i.m Tiap 12 jam
Injeksi Aminoglikosida 50 mg/kg/kali i.m./i.v. Tiap 8 jam
(Gentamisin)
Dikombinasikan dengan
Injeksi Aminoglikosida 2,5 mg/kg/kali i.m./i.v. Tiap 12 jam
(Gentamisin)
Eritromisin 50 mg/kg/hari Dalam 3 dosis

8) Bagan penanganan infeksi/ sepsis


TANDA-TANDA Suhu tubuh panas atau hipotermi, sesak nafas,
merintih, menangis lemah atau tidak ada tangis,
mengantuk, susah minum, fontanel cembung, tali
pusat memerah
KATEGORI Sepsis Infeksi lokal
PENILAIAN Tanda-tanda di atas Biasanya hanya
disertai : ditemukan;
1. Kadang-kadang 1. Panas
kejang 2. Tali pusat
2. Talipusat merah/kotor/bau
merah/kotor/bau 3. Nanah ditelinga
3. Kulit ikterik 4. Bisul/ pustule di
kulit
PENANGANAN
Puskesmas 1. Pertahankan tubuh 1. Diberi injeksi
bayi tetap hangat antibiotika
(tidak hipotermi) 2. Dilanjutkan
2. ASI tetap diberikan antibiotika oral
atau diberi air gula 3. Nasihat perawatan
3. Injeksi antibiotika 1 infeksi
kali 4. Kontrol kembali
4. Rujuk ke rumah dalam 2 hari
sakit
Rumah Sakit 1. Sama seperti di atas
2. Diberi anibiotika
ampisilin +
gentamisin i.v.
3. Nila perlu diberi
oksigen
4. Infuse untuk
mencegah dehidrasi
5. ASI tetap diberikan

K. Asuhan Neonatus Dengan Jejas Persalinan


Asuhan kebidanan adalah perawatan yang diberikan oleh bidan. Jadi asuhan
kebidanan pada neonatus, bayi dan balita adalah perawatan yang diberikan oleh bidan
pada bayi baru lahir (neonatus), bayi dan balita. Neonatus, bayi dan balita dengan jejas
persalinan adalah suatu keadaan trauma pada neonatus, bayi dan balita yang terjadi selama
proses persalinan dan dapat menyebabkan gangguan pada neonatus, bayi dan balita
apabilatidak diberikan asuhan yang tepat dan benar. Ada beberapa trauma akibat proses
persalinan diantaranya adalah adanya Kaput Suksedeneum, Sefal Hematoma, Fraktur
Brakialis, dan Fraktur Klavikula.
a. Kaput Suksedenium
1) Definisi
Adalah benjolan atau pembengkakan karena adanya timbunan getah bening
dikepala (pada presentasi kepala) yang terjadi pada bayi lahir.
2) Etiologi
Kaput suksedeneum terjadi karena adanya tekanan yang kuat pada kepala pada
saat memasuki jalan lahir, sehingga terjadi bendungan sirkulasi periver dan limfe
yang disertai dengan pengeluaran cairan tubuh kejaringan ekstra vaskuler.
Keadaan ini bisa terjadi pada partus lama atau persalinan dengan vaccum extraksi.
3) Gejala
Gejala-gejala yang muncul pada kelainan ini adalah sebagai berikut:
a) Udema dikepala
b) Terasa lembut dan lunak pada perabaan
c) Benjolan berisi serum dan kadang bercampur dengan darah
d) Udema melampaui tulang tengkorak
e) Batas yang tidak jelas
f) Permukaan kulit pada benjolan berwarna ungu atau kemerahan
g) Benjolan akan menghilang sekitar 2-3 minggu tampa pengobatan
4) Penatalaksanaan
a) Perawatan bayi sama dengan perawatan bayi normal
b) Pengawasan keadaan umum bayi
c) Berikan lingkungan yang baik, adanya vantilasi dan sinar matahari yang cukup
d) Pemberian ASI yang adekuat, bidan harus mengajarkan pada ibu teknik
menyusui yang benar
e) Pencegahan infeksi harus dilakukan untuk menghindari adanya infeksi pada
benjolan
f) Berikan konseling pada orang tua, tentang :
1) Keadaan trauma yang dialami oleh bayi
2) Jelaskan bahwa benjolan akan menghilang dengan sendirinya setelah 2-3
minggu tanpa pengobatan
3) Perawatan bayi sehari-hari
4) Manfaat dan teknik pemberian ASI
b. Sefal hematoma
1) Definisi
Sefal hematoma adalah pembengkakan pada daerah kepala yang disebabkan
karena adanya penumpukan darah akibat perdarahan pada sub periostinu.
2) Etiologi
Sefal hematoma dapat disebabkan oleh beberapa kondisi seperti adanya tekanan
jalan lahir yang terlalu lama, molase yang terlalu kuat, dan partus dengan tindakan.
3) Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang muncul pada bayi dengan sefal hematoma adalah sebagai
berikut.
a) Kepala tampak bengkak dan berwarna merah
b) Tampak benjolan dengan batas yang tegas dan tidak melampaui tulang
tengkorak
c) Pada perabaan terasa mula-mula keras kemudian menjadi lunak
d) Benjolan tampak jelas ±6-8 jam setelah lahir
e) Benjolan membesar pada hari kedua atau ketiga
f) Benjolan akan menghilang dalam beberapa minggu
4) Penatalaksanaan
a) Perawatan yang dilakukan hmpir sama dengan kaput suksedeneum
b) Jika ada luka dijaga agar tetap bersih dan kering
c) Lakukan pemberian vitamin K jika perlu.
d) Apabila dicurigai terjadi fraktur tulang tengkorak, harus dilakukan
pemeriksaan lain seperti foto torak
e) Lakukan pemeriksaan radiologic apabila dicurigai terdapat gangguan susunan
saraf pusat seperti tampak benjolan yang sangat luas

c. Brakial palsi
1) Definisi
brakial palsi adalah kelumpuhan pada pleksus brakial
2) Etiologi
Brakial palsi disebabkan oleh beberapa hal berikut.
a) Tarikan lateral pada kepala dan leher pada saat melahirkan bahu
b) Lengan ekstensi melewati kepala pada presentasi bokong atau terjadi tarikan
yang berlebihan pada bahu
c) Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada brakial palsi adalah sebagai
berikut.
(1) Gangguan motorik pada lengan atas
(2) Lengan atas pada kedudukan ekstensi atau aduksi
(3) Jika anak diangkat, lengan akan tampak lemas dan menggantung
(4) Reflex morro negatif
(5) Hiperekstensi dan fleksi pada jari-jari
(6) Reflex meraih dengan tangan tidak ada
3) Penatalaksanaan
a) Immobilisasi parsial dan penempatan lengan yang sesuai untuk mencegah
terjadinya kontraktur
b) Member penguat atau bidai ±1-2 minggu
c) Rujuk

d. Fraktur klavikula
1) Definisi
Fraktur klavikula adalah patah tulang klafikula pada saat proses persalinan,
biasanya karena terjadi kesulitan dalam melahirkan bahu pada kelahiran dengan
presentasi kepala dan melahirkan pada presentasi bokong
2) Tanda dan Gejala
a) Bayi tidak dapat menggerakan lengan secara bebas pada sisi yang mengalami
gangguan
b) Bayi menjadi rewel karena rasa sakit
c) Adanya krepitasi dan perubahan warna ulit didaerah yang sakit
3) Penatalaksanaan
a) Batas pergerakan bayi
b) Immobilisasi legan dan bahu pada sisi yang sakit
c) Rawat bayi dengan hati-hati
d) Berikan nutrisi yag adekuat (pemberian ASI yang adekuat dengan cara
mengajarkan pada ibu cara pemberian ASI dengan posisi tidur, sendok atau
pipet)
e) Rujuk dengan pemberian informed consent dan informed choice

L. Asuhan Neonatus Dengan Kelaianan Bawaan


a. Labioskizia dan Labiapalatokizis
1) Definisi
a) Labioskizis adalah kelainan congenatal sumbing yang terjadi akibat kegagalan
fungsi atau penyatuan prominen maksilaris dengan prominen nasalis mdial yang
diikuti disrupsi kedua bibir, rahang dan palatum anterior.
b) Labiapalatoskizis adalah kelainan congnatal sumbing akibat kegagalan fungsi
palatum pada garis tengah dan kgagalan fungsi dengan septum nasi.
2) Faktor resiko
Pada kelainan ini ditemukan adanya riwayat kelainan sumbing dalam keturunan.
Kejadian ini mungkin disebabkan adanya faktor toksik dan lingkungan yang
mempengaruhi gen pada periode fesi ke-2 belahan tersebut, pengaruh toksik
terhadap fusi yang telah terjadi tidak akan memisahkan lagi Belaan tersebut.
b. Atresia Esofagus
1) Definisi
Atresia berarti buntu, dengan demikian atresia esophagus adalah kelainan bawaan
di mana ujung saluran esophagus buntu, biasanya sebanyak 60% disertai dengan
hidramnion.
2) Gambaran Klinis
Kelainan ini biasanya baru diketahu jika bayi berumur 2-3 minggu dengan gejala
muntah proyktil beberapa saat setelh minim susu. Pada pemeriksaan fisik yang
dilakkan stelah bayi menyusui akan ditemukan gerakan paristaltik lambung karena
ada usaha melwatkan makanan melalui daerah sempit di pylorus.
3) Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada penderita atresia esophagus adalah :
a) Liur yang menetes terus menerus;
b) Liur berbuih;
c) Adanya aspirasi ketika bayi diberi minum (bayi bersedak);
d) Bayi tampak sianosis akibat aspirasi yang dialami;
e) Bayi akan mengalami batuk seperti tercekik saat bayi diberi minum
f) Muntah yang proyektil
4) Penatalaksanaan
a) Posisikan bayi setengah duduk jika disertai fistula, namun jika tidak disertai
fistula posisikan dengan kepala lebih rendah dan sering mengubah-ubah
posisi.
b) Segera pasag kateter ke dalam esophagus dan bila memungkinkan lakukan
pengisapan terus menerus
c) Berikan prawatan seperti perawatan bayi normal lainnya, seperti pencegahan
hipotermi, pemberian nutrisi adekuat, dan lain-lain
d) Rangsang bayi untuk manangis.
c. Atresia Ani
1) Definisi
Atresia ani terjadi karena tidak adanya lubang di tempat yang seharusnya
berlubang karena cacat bawaan. Penyebab atresia ani ini belum diketahui secara
pasti.
2) Tanda dan Gejala
a) Selama 24-48 jam pertama kelahiran, bayi mengalami muntah-muntah
dan tidak ada defekasi mekonium. Selain itu anus tampak merah.
b) Perut kembung baru kemudian disusul muntah
c) Tampak gambaran gerak usus dan bising usus meningkat (hiperperistaltik)
pada auskultasi
d) Tidak ada lubang anus
e) Invertogram dilakukan setelah bayi berusia 12 jam untuk menentukan
tingginya atresia
f) Terkadang tampak ileus obstruktif
g) Dapat terjadi fistal. Pada bayi perempuan sering terjadi fistel
rektovaginal, sedangkan pada bayi laki-laki sering terjadi fistal rektourinal.
d. Obstruksi Billiaris
1) Definisi
Obstruksi biliaris merupakan sutu kelainan bawaan karena adanya penymbatan
pada saluran empedu, sehingga cairan empedu tidak dapat mengalir kedalam usus
dan akhirnya dikeluarkan dalam feses (sebagai sterkobilin).
2) Gambaran klinis
Gejala mulai terlihat pada akhir minggu pertama ketika bayi tampak ikterus. Selain
itu , feses tampak bewarna putih keabu-abuan , terlihat sperti dempul, dan urin
tampak bewarna lebih tua karena mengandung urobilin.
3) Penatalaksanaan
a) Berikan perawatan layaknya bayi normal lainnya, seperti pemberian nutrisi
yang adekuat, pencegahan hipotermi, pecegahan ifeksi, dll
b) Lakukkan konseling pada orang tua agar mereka menyadari bahwa
menguningnya tubuh bayi bukan disebabkan oleh masalah yang biasa, tetapi
karena adanya penyumbatan pada sauran empedu
c) Berikan informed consen dan informed choice untuk dilakukan rujukan
e. Omfalokel dan Gastroskiziz
1) Definisi
Omfalokel adalah suatu kelainan bawaan yang ditandai dengan tampaknya protrusi
dari kantong yang berisi usus dan visera abdomen. Sementara it, gastrokizis adalah
suatu keadaan ketika isi abdomen keluar melalui defek dindin abdominal pada
umbilicus tanpa membrane pembugkus.
2) Etiologi
Terjaddinya omfalokel dan gastroskizis disebabkan karena adanya kegagalan
organ dalam untuk kembali kerongga abdomen. Kegagalan ini terjadi ketika janin
berumur sepuluh minggu
3) Penatalaksanaan
a) Penanganan yang diberikan hamper sama dengan bayi yang lainnya, misalnya
pemberian nutrisi yang adekuat , pencegahan hipotermi, dll
b) Lakukan pencegahan infeksi sebelum pembedahan dengan cara mengolesi
merkurokrum dan menutupkan dengan kasa steril, lalu ditutup sekali lagi
dengan kapas yang agak tebal dan terakhir pasang gurita
c) Lakukan imfomed con ent dan imfomed choice untuk dilakukan pembedahan
setelah ada penebalan selaput kantong.
f. Penyakit Hirschprung
1) Definisi
Hirscchprung adalah sebuah kelaianan bawaan lahir yang cukup jarang terjadi dan
mengakibatkan beberapa kerusakan karena tidak sempurnanya sistem kerja usus
2) Gejala
Gejala yang ditemukan pada BBL adalah :
Dalam rentang waktu 24-48 jam , bayi tidak mengeluarkan mekonium ( kotoran
pertama bayi yang berbentuk seperti pasir berwarna hijau kehitaman.
a) Malam makan
b) Muntah yang berwarna hijau
c) Pembesaran perut
g. Hernia Diafragmatika
1) Definisi
Hernia diafragmatika termasuk kelainan bawaan yang terjadi karena tidak
terbentuknya sebagian diafragma, sehingga ada bagian isi perut masuk kedalam
rongga otak
2) Gambran klinis
Kelainan yang serig ditemukan adalah adanya penutupan yang tidak sempurna
dari sinus pleuroperitoneal (Foramen Bochdalek) yang terletak pada bagian
postero lateral dari diafragma, tetapi jarangditemukan hernia sinus substernal
(peramen morgagni) yang melalui hiatus esophagus.
3) Tanda dan gejala
a) Kulit bewarna pucat bahkan biru
b) Sesak nafas
c) Retraksi sela iga dan substernal
d) Perut kecil dan cekung
e) Suara nafas tidak terdengar pada paru karena terdesak isi perut
f) Bunyi jantung terdengar didaerah yang berlawanan karena terdorong oleh isi
perut
g) Terdengar bising usus didaerah dada
h) muntah
4) Penatalaksanaan
a) Berikan oksigen bila bayi tampak pucat atau biru
b) Posisikan bayi semifowler atau fowler sebelum atau sesudah operasi agar
tekanan dari isi perut terhadap paru erkurang dan agar diafragma dapat
bergerak bebas
c) Awasi bayi jangan sampai muntah apabila harl tersbut terjadi, maka tegakan
bayi agar tidak terjadi aspirasi
d) Lakukan imfomed consent dan imfomed choice untuk bayi ketemapat
pelayanan yang lebiah baik.
h. Atresia Duodeni
1) Definisi
Atresia duodeni adalah buntunya saluran pada duodenum yang biasanya terjadi
pada ampula vateri
2) Gambaran klinis
Bayi yang mengalami atresia duodeni sering mengalami muntah proyektil yang
bewarna hijau segera setelah lahir, berat badan menurun atau sukar bertambah, dan
perut kembung didaerah epigastrum pada 24 jam atau sesudahnya.
3) Penatalaksanaan
a) Perbaiki keadaan umum dengan mengatasi deficit cairan tubuh yang
ditimbulkan oleh muntah-munta sebelum operasi
b) Berikan imfomed consent dan ifomed choice sebelum dilakukan rujukan atau
tindakan pembedahan.
i. Hidrosefalus
1) Definisi
Hidrosefalus adalah keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya
cairan serebrospinalis dikarenakan adanya tekanan intra cranial yang meningkat.
Hal ini menyebabkan terjadinya pelebaran bergabai ruang tempat mengalirnya
liquor.
2) Etiologi
Hidrosefalus disebabkan karena terjadinya penyumbatan cairan serebrospinalis
(CSS) pada salah satu pembentukan scc dalam sistem pentrikel dan tempat absorsi
dalam ruang subaraknoid, sehingga terjadi pemnyubatan dilatasi ruang CSS
diatasnya. Hidrosefalus meneran anak usis 0-2 tahun dengan penybab utamanya
yaitu kelainan konginetal ,infeksi intra uterin, anoreksia, pendarahan intracranial
akibatnya adalah trauma, meningoensefalitis bakteri dan viral, serta tumor tau kista
araknoid. Pada anak usia 2-10 tahun penyebab utamanya adalah tumor fosa
posterior dan stenosis akuadutus,sedangkan pada usia dewasa penyebab utamanya
adalah mininitis, subaraknoid hemoragi,rupture aneorisma, tomor dan idiopatik.
3) Tanda dan gejala
a) Tengkorak kepala mengalami pembesaran.
b) Muntah dan nyeri kepala
c) Kepala terlihat lebih besar dari tubuh
d) Ubun-ubun besar melebar dan tidak menutup pada waktunya, teraba
tegang dan menonjol
e) Dahi lebar, kulit kepala tipis, tegang dan mengilat
f) Pelebaran vena kulit kepala
g) Saluran tengkorak belum menutup dan teraba melebar
h) Terdapat craked pot sign bunyi seperti pot kembang retak saat
diakukan perkusi kepala
i) Adanya sunset sign di mana sclera berda diatas iris sehingga iris
seakan-akan menyerupai matahari terbenam.
j) Pergerakan bola mata tidak beratur.
k) Kerusakan saraf yang dapat memberikan gejala kelainan neorologis
berupa gangguan kesadaran, ejang dan terkadang tejadi ganguan pusat vital.
j. Meningokel dan Esensefalokel
1) Definisi
Meningokel atau ensefalokel merupakan kelainan bawaan di mana terjadi
pemburutan selaput otak dan isi kepala keluar melalui lubang pada tengkorak atau
tulang belakang.
2) Etiologi
Penyebab terjadi meningokel dan ensefalokel adalah karena adanya defekk pada
penutupan spina bifida yang berhubungan dengan pertumbuhan yang tidak
normal dari korda spinalis atau penutupannya, biasanya terletak di garis tengah.
3) Penatalaksanaan
a) Sebelum operasi, bayi dimasukan ke dalam incubator dengan kondisi tanpa
baju.
b) Bayi dala posisi telungkup atau tidur jika dikantongnya besar untuk mencegah
infeksi
k. Fimosis
1) Definisi
Fimosis adalah kelainan bawaan dimna terdapat penyempitan prepusium pada bayi
laki-laki.
2) Tanda dan gejala
a) Bayi sukar buang air kecil
b) Kulit prepesium mengembung seperti balon
c) Bayi menangis karena sebelu berkemih
3) Penatalaksanaan
a) Tindakan palig baik adalah dilakukan tindakan sirkumsisi (sunat) pada
bayi.
b) Apabila orang tua tidak tega, maka cobalah utuk melakukan pelebaran
prupusium ke belakang.namun biasaya hal ini akan menyebabkan luka
c) Jika terjadi luka olekan saleb antibiotic untuk pencegahan infeksi.
l. Hipospadia
1) Definisi
Hipospadia adalah kelainan bawaa dimana lubang uretra terleta dibagin bawah
dekat dengan pangkal penis. Jika lubang kecil tidak memelukan tindakan, tetapi
jika besar perlu dilakukan pembedahan.
2) Penyebab Hipospadia
Penyebab hipospadia untuk saat ini belum dapat diketahui secara pasti. Namun,
teori-teori yang berkembang umumnya mengaitkan kelainan ini dengan masalah
hormonal.
3) Tanda dan gejala Hipospadia
Secara umum , ada beberapa tanda dan gejala yang ditimbulkan hipospadia, yakni
sebagai berikut :
a) Lubang penis tidak terdapat di ujung penis,tetapi berada di bawah atau berada
pada dasar penis
b) Penis melengkung kebawah
c) Penis tampak seperti berkerudung, karena adanya kelainan pada kulit depan
penis.
d) Jika berkemih anak harus duduk.

M. Manajemen Terpadu Balita Muda (MTBM)


1. KONSEP DASAR MTBM
Manajemen Terpadu Bayi Muda merupakan pendekatan yang digunakan dengan
konsep yang terpadu untuk bayi muda yang usianya 1 hari- 2 bulan baik yang
berkondisi sehat ataupun sakit. Dalam pendekatan ini juga menggunakan suatu
persepsi untuk menggunakan fasilitas rawat jalan untuk pelayanan kesehatan dasar
yang dilakukan dengan mengunjungi bayi muda yang tergolong neonatal oleh petugas
kesehatan.
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan yang
terintegrasi/ terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus pada kesehatan anak
usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan merupakan suatu program
kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara penatalaksanaan balita sakit. Dalam
perkembangannya MTBS juga mencakup Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)
umur kurang dari 2 bulan baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Umur 2 bulan tidak
termasuk pada bayi muda tapi ke dalam kelompok 2 bulan sampai 5 tahun.
Bayi Muda mudah sekali menjadi sakit, cepat menjadi berat dan serius bahkan
meninggal terutama pada satu minggu pertama kehidupan bayi. Penyakit yang terjadi
pada 1 minggu pertama kehidupan bayi hampir selalu terkait dengan masa kehamilan
dan persalinan. Keadaan tersebut merupakan karakteristik khusus yang harus
dipertimbangkan pada saat membuat klasifikasi penyakit. Pada bayi yang lebih tua
pola penyakitnya sudah merupakan campuran dengan pola penyakit pada
anak.Sebagian besar ibu mempunyai kebiasaan untuk tidak membawa Bayi Muda ke
fasilitas kesehatan. Guna mengantisipasi kondisi tersebut program Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA) memberikan pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir melalui kunjungan
rumah oleh petugas kesehatan.
Melalui kegiatan ini bayi baru lahir dapat dipantau kesehatannya dan didekteksi
dini. Jika ditemukan masalah petugas kesehatan dapat menasehati dan mengajari ibu
untuk melakukan Asuhan Dasar Bayi Muda di rumah, bila perlu merujuk bayi segera.
Proses penanganan bayi muda tidak jauh berbeda dengan menangani balita sakit umur
2 bulan sampai 5 tahun.
2. PELAKSANAAN MTBM
Proses manajemen kasus disajikan dalam bagan yang memperlihatkan urutan langkah-
langkah dan penjelasan cara pelaksanaannya :
a. Penilaian dan klasifikasi
b. Tindakan dan Pengobatan
c. Konseling bagi ibu
d. Pelayanan Tindak lanjut
Dalam pendekatan MTBS tersedia “Formulir Pencatatan” untuk Bayi Muda dan
untuk kelompok umur 2 bulan sampai 5 tahun. Kedua formulir pencatatan ini
mempunyai cara pengisian yang sama.
a. Penilaian berarti melakukan penilaian dengan cara anamnesis dan pemeriksaan
fisik
b. Klasifikasi membuat keputusan mengenai kemungkinan penyakit atau masalah
serta tingkat keparahannya dan merupakan suatu kategori untuk menentukan
tindakan bukan sebagai diagnosis spesifik penyakit
c. Tindakan dan pengobatan berarti menentukan tindakan dan memberi pengobatan
difasilitas kesehatan sesuai dengan setiap klasifikasi.
d. Konseling juga merupakan menasehati ibu yang mencakup bertanya, mendengar
jawaban ibu, memuji, memberi nasehat relevan, membantu memecahkan masalah
dan mengecek pemahaman
e. Pelayanan tindak lanjut berarti menentukan tindakan dan pengobatan pada saat
anak datang untuk kunjungan ulang
Menanyakan kepada ibu mengenai masalah Bayi Muda. Tentukan pemeriksaan
ini merupakan kunjungan atau kontak pertama dengan Bayi Muda atau kunjungan
ulang untuk masalah yang sama. Jika merupakan kunjungan ulang akan diberikan
pelayanan tindak lanjut yang akan dipelajari pada materi tindak lanjut. Kunjungan
Pertama lakukan pemeriksaan berikut :
a. MEMERIKSA KEMUNGKINAN PENYAKIT SANGAT BERAT ATAU
INFEKSI BAKTERI. Selanjutnya dibuatkan klasifikasi berdasarkan tanda dan
gejalanya yang ditemukan.
Infeksi pada bayi muda dapat terjadi secara sistemik atau lokal. infeksi sistemik
gejalanya tidak terlalu khas, umumnya menggambarkan gangguan fungsi system
organ seperi: gangguan kesadaran sampai kejang, gangguan nafas, bayi malas
minum, tidak bisa minum atau muntah, diare, demam, atau hipotermia. pada
infeksi lokal biasanya bagian yang terinfeksi teraba panas, bengkak, merah.
b. Memeriksa gejala kejang
Pemeriksaan ini dilakukan pada semua bayi muda merupakan gejala kelainan
susunan syaraf pusat dan merupakan keadaan darurat. kejang pada bayi muda
umur kurang dari dua hari berhubungan dengan asfiksia, trauma lahir dan kelainan
bawaan, sedangkan kejang pada umur lebih dari dua hari dikaitkan dengan tetanus
neonatorum, infeksi dan kelainan metabolik seperti kurangnya kadar gula darah.
pada bayi kurang bulan, kejang lebih sering disebabkan oleh perdarahan
intracranial.
Cara memeriksanya yaitu :
TANYA : Adakah riwayat kejang ?
LIHAT : Apakah bayi tremor dengan atau tanpa kesadaran menurun?
DENGAR : Apakah bayi menangis melengking tiba-tiba
LIHAT : Apakah ada gerakan yang tidak terkendali ?
LIHAT : Apakah mulut bayi mencucu?
LIHAT DAN RABA : Apakah bayi kaku seluruh tubuh dengan atau tanpa
rangsangan
c. Memeriksa gejala gangguan nafas
Frekuensi nafas normal bayi cukup bulan adalah 30-50 kali/menit. Frekuensi nafas
lebih dari 60 kali/menit atau kurang dari 30 kali/menit dan menetap menunjukan
ada gangguan nafas, biasanya disertai tanda bayi biru(sianosis), tarikan dinding
dada yang sangat kuat, pernafasan cuping hidung serta terdengar suara merintih.
Cara memeriksanya yaitu :
LIHAT : Hitung nafas dalam satu menit
LIHAT : Adakah tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat?
DENGAR : Apakah bayi merintih?
d. Memeriksa gejala hipotermia
0
Suhu normal pada bayi adalah 36,5-37,5 C suhu <35,5 o C disebut hipotermia
berat yang mengindikasikan infeksi berat sehingga harus segera dirujuk.
Cara memeriksanya yaitu :
PERIKSA : Ukur suhu aksila dengan termometer atau raba badan bayi
e. Memeriksa infeksi bakteri lokal
Infeksi bakteri lokal yang sering terjadi pada bayi muda adalah infeksi pada
kulit,mata dan piusar.
Cara memeriksanya yaitu :
LIHAT : Apakah ada pustul dikulit?
LIHAT : Apakah mata bernanah?
LIHAT : Apakah pusar kemerahan atau bernanah?
f. Menanyakan pada ibu apakah bayinya DIARE, jika diare periksa tanda dan
gejalanya yang terkait. Klasifikasikan Balita Muda untuk DEHIDRASI nya dan
klasifikasikan juga untuk diare persisten dan kemungkinan disentri.
g. Memeriksa Dan Mengklasifikasikan Diare
Menilai Diare
Bayi yang dehidrasi, biasanya gelisah atau rewel. jika dehidrasi berlanjut, bayi
menjadi letargis atau tidak sadar. karena bayi kehilangan cairan, matanya mungkin
kelihatan kuning. jika kulit perut dicubit, kulitnya akan lambat kembali
Cara memeriksanya yaitu :
TANYA : Apakah bayi diare?
LIHAT : Keadaan umum bayi
:Apakah bayi letargis atau tidak sadar ?
:Apakah bayi gelisah atau rewel?
:Apakah mata cekung?
PERIKSA :Dengan mencubit kulit perut untuk memgetahui turgor (apakah
kembalinya sangat lambat >2 detik atau lambat)

Klasifikasi Diare
Jika terdapat 2 atau lebih tanda yang terdapat pada baris atas dengan penilaian dan
klasifikasi, klasifikasi status dehidrasi bayi sebagai diare dehidrasi berat. jika tidak
ada tanda sebagai mana tercantum pada baris atas,l ihat baris bawah berikutnya.
jika ditemukan 2 atau lebih tanda gejala pada baris kedua, klasifikasikan bayi
muda sebagai diare dehidrasi ringan atau sedang. jika tidak cukup tanda gejala
untuk diare dehidrasi berat atau ringan/sedang, maka bayi diklasifikasikan sebagai
Diare Tanpa Dehidrasi.

MEMERIKSA IKTERUS dan klasifikasikan berdasarkan gejala yang ada.


1) Memeriksa Dan Mengklasifikasikan Ikterus
Ikterus adalah perubahan warna kulit atau selaput mata menjadi kekuningan,
yang diakibatkan oleh penumpukan bilirubin, sebagian lainnya karena ketidak
cocokan golongan darah ibu dan bayi. peningkatan kadar bilirubin dapat
diakibatkan oleh pembentukan yang berlebih atau ada gangguan
pengeluarannya.
Menilai Ikterus
Untuk menilai derajat kekuningan pada kulit bayi digunakan cara sederhana
yaitu metode “Kramer“ pada waktu memeriksa sebaiknya dibawah
cahaya/sinar dan kulit ditekan sedikit.
Cara memeriksanya yaitu :
TANYA : Apakah bayi kuning? jika ya, pada umur berapa timbul
kuning?
TANYA,LIHAT : Apakah warna tinja bayi pucat?
LIHAT : Tentukan warna kuning sampai didaerah tubuh mana?

2) MEMERIKSA KEMUNGKINAN BERAT BADAN RENDAH DAN ATAU


MASALAH PEMBERIAN ASI. Selanjutnya klasifikasikan Balita Muda
berdasarkan tanda dan gejala yang ditemukan
a) Memeriksa Dan Mengklasifikasikan Kemungkinan Berat Badan Rendah
Atau Masalah Pemberian ASI
Pemberian ASI merupakan hal yang sangat penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan bayi pada umur 6 bulan pertama
kehidupannya. Jika ada masalah perpemberian asipada masa ini, bayi dapat
kekurangn gizi dan mudah terserang penyakit. Keadan ini akan berdampak
pada tumbuh kembang anak anak di kemudian hari bahkan dapat berakhir
dengan kematian.
Masalah yangsering ditemukan pada balita muda adalah berat badan
rendah menurut umur. Hal ini dapat menggambarkan adanya masalah
pemberian ASI. Masalah pemberianASI pada balita muda cukup bulan
biasanya berkaitan dengan masukan ASI yang kurang. Masalah pemberian
ASI pada bayi lahir kurang bulan biasanya terkait dengan reflex isap yang
belum sempurna.
b) Memeriksa Kemungkinan Berat Badan Rendah Dan/ Atau Masalah
Pemberian ASI
(1) menanyakan apakah dilakukan inisiasi menyusu dini, apakah ibu
mengalami kesulitan pemberian asi, apa saja yang diberikan kepada
bayi dan berapa kali melakukan penilaian tentang cara menyusui dan
memeriksa apakah ada trush atau kelainan pada bibir atau langit-langit.
(2) memastikan apakah berat badan bayi sesuai menurut umur dengan
menggunakan grafik barat badan menurut umur yang berbeda untuk
bayi laki-laki dan perempuan.
Cara memeriksanya yaitu :
TANYA: Apakah inisiasi menyusu dini di lakukan ?
TANYA : Apakah ibu mengalami kesulitan dalam pemberian ASI ?
TANYA : Apakah bayi diberi ASI ? jika ya, berapa kali dalam 24 jam ?
TANYA : Apakah bayi diberi makanan atau minuman selain ASI ? Jika
ya, berapa kali dalam 24 jam? alat apa yang digunakan ?
LIHAT : Adakah luka atau bercak putih (thrush) di mulut ?
: Adakah celah bibir atau langit-langit?
TIMBANG DAN TENTUKAN : Berat badan menurut umur
c) Menanyakan kepada ibu apakah bayinya sudah di IMUNISASI? Dan
pemberian VIT K. Tentukan status imunisasi Bayi Muda
(1) Memeriksa Status Imunisasi
Periksa status imunisasi bayi muda, apakah sudah mendapatkan
imunisasi HB-0, jika umur bayi lebih dari 7 hari tidak lagi diberikan
HB-0. diberkan HB-1 pada umur 2 bulan.
(2) Menentukan Status imunisasi Bayi
Tanyakan kepada ibu, apakah bayi sudah mendapat imunisasi. Jika YA
tanyakan jenis dan waktu pemberian imunisasi tersebut.
Imunisasi HB-O di suntikan di paha kanan bayi segera setelah lahir,
setelah inisiasi menyusu dini dan penyuntikan vitamin K1 atau pada
waktu kunjungan rumah.
Imunisasi BCG di berikan melalui suntikan di lengan kanan bayi segera
setelah persalinan di rumah sakit atau di klinik
Imunisasi Polio diberikan secara oral, 2 tetes.
Pada bagian bawah formulir pensatatan beri tanda √ pada jenis
imunisasi yang sudah diterima. Lingkari imunisasi apa saja yang
dibutuhkan hari ini.
d) Menanyakan kepada ibu masalah lain seperti KELAINAN
KONGENITAL, TRAUMA LAHIR, PERDARAHAN TALI PUSAT dan
sebagainya.
(1) Memeriksa Kelainan Bawaan / Kongenital
Kelainan kongenital adalah kelainan pada bayi baru lahir yang bukan
akibat trauma lahir. Kematian pada bayi baru lahir dengan kelainan
kongenital banyak terjadi akibat malformasi yang tidak mungkin hidup
atau yang memerlukan tindakan bedah namun tidak dapat dilakukan
segera. Kelainan kongenital lain tidak memberikan dampak buruk,
bahkan bayi dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal bila di
koreksi seperti bibir/langit-langit sumbing.
Untuk mengenali jenis kelainan kongenital, lakukan penilaian kelainan
fisik. Dari pemeriksaan fisik, petugas kesehatan dapat mengenali
beberapa kelainan bawaan yang sering dijumpai serta tindakan yang
harus dilakukan.
(2) Memeriksa Kemungkinan Trauma Lahir
Trauma lahir merupakan salah satu masalah dalam perinatologi, karena
masih tingginya angka kematian, kesakitan dan gejala sisa yang
ditimbulkan di kemudian hari. Trauma lahir merupakan perlukaan pada
bayi baru lahir yang terjadi pada waktu proses persalinan.
(3) Memeriksa Perdarahan Tali Pusat
Lakukan pemeriksaan apakah ada perdarahan tali pusat. Perdarahan
terjadi karena ikatan tali pusat menjadi longgar setelah beberapa kali.
Perdarahan kali pusat yang tidak di tangani secara cepat dapat
menyebabkan syok.
e) Menanyakan kepada ibu keluhan atau masalah yang terkait dengan
kesehatan bayinya.
Jika Bayi Muda membutuhkan RUJUKAN SEGERA lanjutkan
pemeriksaan secara cepat. Tidak perlu melakukan penilaian pemberian ASI
karena akan memperlambat rujukan
3. TINDAKAN DAN PENGOBATAN
Tentukan tindakan dan beri pengobatan untuk setiap klasifikasi sesuai dengan
yang tercantum dalam kolom tindakan/pengobatan pada buku bagan, kemudian catat
formulir pencatatan
Balita muda yang termasuk klasifikasi merah memerlukan rujukan segera ke
fasilitas pelayanan yang lebih baik. Sebelum merujuk lakukan tindakan/pengobatan
pra rujuk. Jelaskan pada orang tua bahwa tindakan/pengobatan pra rujuk di perlukan
untuk menyelamatkan kelangsungan hidup anak. Minta persetujuan orang tua
(informed consent) sebelum melakukan tindakan/pengobatan pra rujuk
Balita muda dengan klasifikasi kuning dan hijau tidak memerlukan rujukan.
Lakukan tindakan/pengobatan dan nasihat untuk ibu termasuk kapan harus segera
kembali serta kunjungan ulang, sesuai dengan buku bagan
Tindakan Pertama Pada Bayi Muda Yang Tidak Memerlukan Rujukan.
Tentukan tindakan atau pengobatan untuk setiap klasifikasi bayi muda yang berwarna
kuning dan hijau yaitu
a. Infeksi bakteri lokal
b. Mungkin bukan infeksi
c. Diare dehidrasi ringan / sedang
d. Diare tanpa dehidrasi
e. Ikterus
f. Berat badan rendah menurut umur dan / atau masalah pemberian ASI
g. Berat badan tidak rendah dan tidak ada masalah pemberian ASI
Kemudian catat pada formulir pencatatan semua tindakan / pengobatan yang
di perlukan , termasuk nasehat kapan kembali segera dan kunjungan ulang . Tindakan /
pengobatan pada bayi muda yang tidak memerlukan rujukan:
a. Menghangatkan tubuh bayi segera
b. Bayi yang segera di hangatkan yaitu bayi yang suhunya kurang dari 35,50C
c. Mencegah agar gula darah tidak turun
d. Memberi antibiotik peroral yang sesuai
N. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
1. Pengertian
MTBS merupakan suatu pendekatan yang terintegrasi atau terpadu dalam tatalaksana
balita sakit dengan fokus pada kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara
menyeluruh. MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu
pendekatan atau cara penatalaksanaan balita sakit.
2. Pengertian penyakit yang termasuk dalam MTBS
a. Infeksi
enyakit infeksi merupakan penyakit yang banyak ditemui pada msyarakat.
Pembagian penyakit infeksi dasar utamanya adalah dari penyebabnya. Adapun
faktor penyebabnya adalah :
1) Bakteri misalnya pada penyakit difteri, tetanus, TBC, tifus.
2) Virus misalnya pada penyakit DB, influensa.
3) Jamur misalnya pada anak-anak yang menderita gangguan imunologis tanda-
tandanya warna putih pada mulut anak, bisa juga terjadi pada anak-anak yang
menderita penyakit lama yang menyebabkan daya tahan tubuh menurun.
4) Parasit misalnya pada malaria dan cacingan.
b. Diare
Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang
sebelumnya sehat. Penyakit ini ditularkan secara vecal-oral melalui makanan dan
minuman yang tercemar. Diare adalah penyebab utama kesakitan dan kematian
pada anak dinegara berkembang. Sekitar 80% kematian yang berhubungan dengan
diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.penyebab utama kematian karena
diare adalah dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinja.
c. Ikterus
Pigmen bernama bilirubun adalah faktor penyebab dari bayi kuning (ikterus)
yang harus dikenali dan diwaspadai. Sebetulnya, setiap orang memiliki bilirubun
dalam sel darah merahnya. Setiap jangka waktu tertentusel darah merah akan mati
dan menguraikan sel-sel nya diantaranya menjasi bilirubin. Normalnya yang
bertugas menguraikan bilirubin adalah hati, untuk ke muadian dibuang lewat BAB.
Klasifikasi Ikterus
Untuk mengklasifikasikannya dilihat dari gejala-gejalanya yaitu:
Ikterus fisiologis (ringan): tim bul kuning pada umur lebih dari 24 jam sampai <14
hari dan kuning tidak sampai telapak tangan dan telapak kaki. Ikterus fifiologis
tidak berbahaya, penanganannya bayi dijemur setiap pagi antara jam 7-9 pagi
selama 30-1 jam. Tingkatkan frekuensi pemberian ASI, minimal 8-12 kali sehari.
Jika dirasakan sudah cukup menyusuinya, sebaiknya perhatikan apakah bayi
benar-benar menghisap atau hanya mengempeng saja. Bila dirasakan ada masalah
dalam menyusui segera konsulkan diklinik laktasai terdekat. Bila gejala masih
tampak hingga >14 hari segara periksa ke dokter.
Ikterus patologis (berat): timbul uning pada hari pertama (<24 jam)setelah
lahir, atau kuning ditemukan pada umur >14 hari, atau kuning sampai telapak
tangan atau telapak kaki, atau tinja berwarna pucat. Jika mengalanmi salah satu
gejala tersebut diatas segera periksakan bayi ke dokter.
d. BBLR
BBLR adalah berat bayi baru lahir dengan berat <2.500 gram. Kejadian
BBLR dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat pada ibu hamil sendiri,
diantaranya hipertensi, perdarahan antepartum, anemia, infeksi, usia, pendidikan,
paritas dan frekuensi ANC. BBLR terdiri dari 2 kategori:
1) BKB >UK<37 minggu: makin kecil umur kehamilan >makin kurang
perkembangan organ-organ.
2) KMK>BB lahir<BB lahir umur kehamilan tertentu: <persentil 10 dari berat
spesifik berdasarkan umur kehamialn.
BBLR dapat diklasifikasikan sebagai berikut berdasarkan BB lahir :
a) BBLR : BBL<2.500 gram
b) BBLSR :BB 1000-1500 gram
c) BBLASR: BB<1000 gram
Berdasarkan umur kehamilan
(1) Kurang bulan/pretem/prematur UK<37 minggu
(2) Cukup bulan/full term/aterm UK 37-42 minggu
(3) Lebih bulan/post term/ serotinus UK>42 minggu
e. Berbagi masalah pemberian ASI pada bayi ibu
Berikut ini beberapa penyebab kesulitan pemberian ASI dan gejala yang dapat
membsntu ibu mengenalinya:
1) Kolik
2) Menangis sebelum minum ASI
3) Menangis setelah minum ASI
4) Kurang pertambahan berat badan
5) Muntah
6) Masalah kesehatan
Klasifikasi MTBS bayi muda:
1) Infeksi bakteri
a) Penyakit sangat berat atau infeki bakteri berat
b) Infeksi bakteri lokal
c) Mungkin bukan infeksi
2) Diare
a) Diare dehidrasi berat
b) Diare dehidrasi ringan atau sedang
c) Diare tanpa dehidrasi
3) Ikterus
a) Ikterus berat
b) Ikterus
c) Tidak ikterus
4) BBLR atau masala pemberian ASI
a) Berat badan rendah menurt umur dan arau masalah pemberian ASI
b) Berat badan tidak rendah dan tidak ada masalah pemberian ASI

3. Tanda Dan Gejala


Pengkajian Data(Tanda Atau Gejala) Yang Sering Terdapat Pada Form Mtbs
Tanyakan pada ibu mengenai masalah anaknya
Tanyakan apakah ini kunjungan pertama atau kunjungan ulang untuk masalah tersebut
a. Pada setiap kunjungan pertama lakukan penilaian sesuai dengan bagan. (terlampir)
b. Pada kunjungan ulang lakukan penilaian secara lengkap, untuk klasifikasi
Kunjungan pertama gunakan pedoman pelayanan tindak lanjut. Jika bayi mudah
ditemukan dalam keadaan kejang atau henti nafas. Segera lakukan tindakan atau
pengobatan sebelum melakukan penilaian yang lain dan RUJUK SEGERA.
a. Memeriksa kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi bakteri.
Tanyakan :
1) Apakah bayi tidsk mau minum atau memuntahkan semuanya ?
2) Apakah bayi kejang?
Lihat dan raba:
1) apakah bayi bergerak hanya jika dirangsang?
2) Hitung nafas dalam 1 menit.
Jika >60 kali/menit, ulangi menghitung. Apakah bayi bernafas cepat
(>60kali/menit) atau bayi bernafas lambat (<30 kali/ menit).
a) Lihat apakah ada tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat
b) Dengarkan apakah bayi merintih ?
c) Ukur suhu aksiler
d) Lihat, adakah pustul dikulit ?
e) Lihat, apakah mata bernanah ?
f) Apakah pusar kemerhahan atau bernanah?
g) Apakah kemerahan meluas sampai kedinding perut?
b. Penyakit sangat berat atau infeksi berat
Tanda atau gejala:
1) Tidak mau minum atau memuntahkan semua
2) Riwayat kejang
3) Bergerak jika hanya dirangsang
4) Nafas cepat (≥60 kali/menit)
5) Nafas lambat (<30kali/menit)
6) Tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat
7) Merintih
8) Demam ≥37.50C
9) Hipotermia berat <35.50C
10) Nanah yang banyak dimata
11) Pusar kemerahan meluas kedinding perut.
c. Infeksi berat lokal
Tanda dan gejala:
1) Pustul kulit
2) Mata bernanah
3) Pusar kemerahan atau bernanah
d. Mungkin bukan infeksi
Tidak terdapat salah satu tanda diatas
e. Apakah bayi diare?
Jika iya,
Tanyakan:
Sudah berapa lama ?
Lihat dan raba
1) Lihat keadaan umum bayi, apakah :
a) Letargis atau tidak sadar ?
b) Gelisah atau rewel?
Apakah matanya cekung ?
2) Cubit kulit perut,
3) Apakah kembalinya?
a) Sangat lambat (>2detik)?
b) Lambat
f. Diare dehidrasi berat
Tanda dan gejala:
Terdapat 2 atau lebih tanda berikut:
1) Letargis atau tidak sadar
2) Mata cekung
3) Cubitan kulit perut kembalinya sangat lambat
g. Diare dehidrasi ringan atau sedang
Tanda dean gejala:
Terdapat 2 atau lebih tanda berikut:
1) Gelisah atau rewel
2) Mata cekung
3) Cubitan kulit perut kembalinya lambat
h. Diare tanpa dehidrasi
Tanda dan gejala:
Tidak cukup tanda untuk dehidrasi berat atau ringan atau sedang
NB:
1) Bayi muda dikatakan diare apabila terjadi perubahan bentuk feses, lebih
banyak dan lebih cair (lebih banyak air daripada ampasnya)
2) Pada bayi dengan ASI eksklusif berak biasanya sering dan bentuk feses
lembek.
i. Memeriksa icterus
Tanyakan:
1) Apakah bayi kuning
Jika ya, pada umur berapa timbul kuning?
2) Apakah warna tinja bayi pucat?
Lihat:
1) Adakah kuning pada bayi?
2) Tentukan sampai daerah manakah warna kuning pada bagian badan bayi?
a) Ikterus berat
Tanda dan gejala:
(1) Timbul kuning pada hari pertama (<24 jam) setelah lahir
(2) Kuning ditemukan pada umur >14 hari
(3) Kuning sampai telapak tangan atau kaki
(4) Tinja berwarna pucat
b) Ikterus
Tanda dan gejala:
Timbul warna kuning pada umur ≥24 jam sampai ≤14 hari dan tidak
sampai telapak tangan dan kaki.
c) Tidak ada ikterus
Tanda dan gejala:
Tidak kuning
j. Memeriksa kemungkinan berat badan rendah dan atau masalah pemberian ASI
Jika tidak ada indikasi untuk dirujuk
Tanyakan:
1) Apakah inisiasi menyusui dini dilakukan?
2) Apakah bayi bisa menyusu?
3) Apakah ibu kesulitan dalam pemberian ASI?
4) Apakah bayi diberikan ASI? Jika YA berapa kali dalam 24 jam?
5) Apakah bayi diberikan makanan atau minuman selain ASI?
Jika YA, berapa kali dalam 24 jam? Alat apa yang digunakan?
Lihat:
1) Tentukan berat badan menurut umur.
2) Adakah luka atau bercak putih (thrush) di muut?
3) Adakah celah bibir atau langit-langit?
Lakukan penilaan tentang cara menyusui:
Apakah bayi diberi ASIBdalam 1 jam terakhir?
1) Jika TIDAK, minta ibu untuk menyusui.
2) Jika YA, minta ibu untuk menunggu dan memberitahu saudara jika bayi sudah
mau menyusu lagi.
3) Amati pemberian ASI dengan seksama.
4) Bersihkan hidung yang tersumbat, jika menghalangi bayi menyusui.
Lihat, apakah bayi menyusu dengan baik?
1) Lihat, apakah posisi bayi benar?
Seluruh badan bayi tersangga dengan baik, kepala dan badan bayi lurus, badan
bayi menghadap ke dada ibu, badan bayi dekat ke ibu.
Lihat, apakah bayi melekat dengan baik?
2) Dagu bayi menempel payudara, mulut terbuka lebar, bibir bayi membuka
lebar, bibir bawah membuka keluar, areola ampak lebih banyak dibagian atas
daripada dibawah mulut.
3) Lihat dan dengar, apakah bayi menghisap dengan efektif?
Bayi menghisap dalam, teratur,diselingi istirahat, hanya terdengar suara
menelan.
c. Berat badan Rendah Menurut Umur dan atau masalah pemberian ASI
Tanda dan gejala:
1) Berat badan menurut umur rendah
2) Bayi tidak bisa menyusu
3) Ada kesulitan pemberian ASI
4) ASI kurang dari 8kali/hari
5) Mendapat makanan atau minuman lain selain ASI
6) Posisi bayi tidak benar
7) Tidak melekat dengan baik
8) Tidak menghisap dengan efektif
9) Terdapat luka atau bercak putih di mulut (thrush)
10) Ada celah bibir atau langit-langit
Berat badan tidak rendah dan tidak ada masalah pemberian ASI
Tidak terdapat pula tanda atau gejala diatas
4. Cara Penanggulangan Penyakit
Perencanaan tindakan pada bayi muda sakit sesuai dengan masalah pada masalah
penyakit masing-masing
a. Penyakit sangat berat ata infeksi bakteri
1) Penyakit sangat berat atau infeksi bakteri berat
Rencana tindakan:
• Jika ada kejang, tangani kejang
• Cegah agar gula darah tidak turun
• Jika ada gangguan napas, tangani gangguan napas
• Jika da hipotermia, tangani hipotermia
• Beri dosis pertama antibiotik intramuskular
• Nasehati cara menjaga bayi tetap hangat di perjalanan
• Rujuk segera
2) Infeksi bakteri lokal
Rencana tindakan:
• Jika ada pustul kulit atau pusar bernanah, beri antibiotik oral.
• Jika ada nanah dimata, beri salep atau tetes mata antibiotik.
• Ajari cara mengobati infeksi bakteri lokal di rumah.
• Lakukan asuhan dasar bayi muda
• Nasehati kapan kembali segera
• Kunjungan ulang 2 hari
3) Mungkin bukan infeksi
Rencana tindakan:
• Ajari cara merawat bayi dirumah
• Lakukan asuhan dasar bayi muda
b. Diare
1) Diare dehidrasi berat
Rencana tindakan:
• Tangani sesuai rencana terapi C
• Jika bayi juga mempunyai klasifikasi lain yang membutuhkan rujukan
segera:
o Rujuk segera setelah memenuhi syarat rujukan dan selama
perjalanan berikan larutan oralit sedikit demi sedikit.
o Nasehati agar ASI tetap diberikan jika memungkinkan.
o Cegah agar gula darah tidak turun
o Nasehati cara menjaga bayi tetap hangat selama perjalanan
2) Diare dehidrasi ringan atau sedang
Rencana tindakan:
• Jika bayi tidak mempunyai klasifikasi berat lain, tangani sesuai rencana
terapi b.
• Jika bayi juga mempunyai klasifikasi berat yang lain
o Rujuk segera dan selama perjalanan beri larutann oralit
o Nasehati agar ASI tetap diberikan jika memungkinkan.
o Cegah agar gula darah tidak turun.
o Nasehati cara menjaga bayi tetap hangat selama perjalanan
• Lakukan asuhan dasar bayi muda
• Nasehati kapan kembali segera
• Kunjungan ulang 2 hari
3) Diare tanpa dehidrasi
Rencana tindakan:
• Tangani sesuai rencana terapi a
• Nasehati kapan kembali segera.
• Lakukan asuhan dasar bayi muda.
• Kunjungan ulang 2 hari
c. Ikterus
1) Ikterus berat
Rencana tindakan:
• Cegah agar gula darah tidak turun
• Nasehati cara menjaga bayi tetap hangat selama perjalanan.
• Rujuk segera
2) Ikterus
Rencana tindakan:
• Lakukan asuhan dasar bayi muda
• Menyusu lebih sering.
• Nasehati kapan kembali segera.
• Kunjungan ulang 2 hari.
3) Tidak ada ikterus
Rencana tindakan:
Lakukan asuhan dasar bayi muda.
d. Kemungkinan berat badan rendah dan atau masalah pemberian ASI
1) Berat badan rendah menurut umur dan atau masalah pemberian ASI
Rencana tindakan:
• Lakukan asuhan dasar bayi muda
• Nasehati ibu untuk menjaga bayinya tetap hangat
• Ajarkan ibu untuk memberikan ASI dengan benar
• Jika mendapat makanan atau minuman lain selain ASI, berikan ASI lebih
sering.
• Makanan atau minuman lain dikurangi kemudian dihentikan.
• Jika bayi tidak mendapat ASI: rujuknuntuk konseling laktasi dan
kemungkinan bayi menyusu lagi.
• Jika ada celah bibir atau langit-langit, nasehati tentang alternatif pemberian
minum.
• Konseling bagi ibu atau keluarga
• Nasehati kapan kembali segera
• Kunjungan 2 hari untuk gangguan pemberian ASI dan thrush
• Kunjungan ulang 14 hari untuk masalah berat badan rendah menurut umur.
2) Berat badan tidak rendah dan tidak ada masalah pemberian ASI
Rencana tindakan:
• Pujilah ibu karena telah memberikan ASI kepada bayinya dengan benar.

O. Asuhan Kebidanan Neonatus Resiko Tinggi Dengan BBLR


1. Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badannya
saat lahir kurang dari 2.500 gram, tanpa memandang usia kehamilan. BBLR dibedakan
menjadi dua bagian yaitu BBL sangat rendah bila berat lahir kurang dari 1.500 gram
dan BBLR bila berat badan lahir antara 1.501-2499 gram.
Istilah BBLR digunakan oleh WHO untuk mengganti istilah bayi prematur.
Untuk mendapatkan keseragaman dan karena disadari tidak semua bayi dengan berat
badan kurang dari 2.500 gram pada waktu lahir adalah bayi prematute (Wiknjosastro,
2002). Menurut A.B. Saifuddin (2000). BBLR dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu:
a. Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1.500-2.500 gram.
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir 1.000-1.500 gram.
c. Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER), berat lahir < 1.000 gram.

2. Etiologi
BBLR dapat disebabkan karena persalinan kurang bulan atau prematur. Bayi
lahir pada umur kehamilan antara 28 minggu sampai 36 minggu. Pada umumnya bayi
kurang bulan disebabkan tidak mampunya uterus menahan janin, gangguan selama
kehamilan, lepasnya plasenta lebih cepat dari pada waktunya atau rangsangan yang
memudahkan terjadinya kontraksi uterus sebelum cukup bulan. Bayi lahir kurang
bulan mempunyai organ dan alat tubuh yang belum berfungsi normal untuk bertahan
hidup diluar rahim. Semakin muda umur kehamilan fungsi organ tubuh semakin
kurang sempurna dan prognosisnya semakin kurang baik. BBLR ini sering
mendapatkan penyulit atau komplikasi akibat kurang matangnya organ karena masa
gestasi yang kurang (prematur).
Bayi lahir kecil untuk masa kehamilannya karena adanya hambatan
pertumbuhan saat dalam kandungan (janin tumbuh lambat). Retardasi pertumbuhan
intrauterine berhubungan dengan keadaan yang mengganggu sirkulasi dan efisiensi
plasenta dengan pertumbuhan dan perkembangan janin atau dengan umum dan gizi
ibu. Keadaan ini mengakibatkan kurangnya oksigen dan nutrisi secara kronok dalam
waktu yang lama untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Kematangan fungsi
organ tergantung pada usia kehamilan walaupun berat lahirnya kecil.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya berat badan lahir rendah
(BBLR) adalah:
a. Faktor Ibu
Gizi saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun ,
jarak hamil dan bersalin terlalu dekat, penyakit menahun ibu (hipertensi, jantung,
gangguan pembuluh darah atau perokok), faktor pekerjaan yang terlalu berat.
b. Faktor Kehamilan
Hamil dengan hidramnion, kehamilan ganda, perdarahan antepartum, komplikasi
hamil (pre-eklampsia, ketuban pecah dini).
c. Faktor Janin
Cacat bawaan, infeksi dalam rahim.
d. Faktor Lingkungan
Tempat tinggal dataran tinggi, radiasi, zat-zat racun.
3. Tanda-tanda klinis BBLR
a. Gambaran klinis BBLR secara umum
1) Berat kurang dari 2.500 gram
2) Panjang badan kurang dari 45 cm
3) Lingkar dada kurang dari 30 cm
4) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
5) Kepala lebih besar
6) Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
7) Otot hipotonik lemah
8) Pernafasan tidak teratur dapat terjadi apnea
9) Eksremitas: paha abduksi, sendi lutut/ kaki fleksi lurus
10) Kepala tidak mampu tegak
11) Pernafasan 40-50 kali/menit
12) Nadi 100-140 kali/menit
b. Gambaran klinis BBLR secara khusus
1) Tanda-tanda bayi prematur
a) Berat badan kurang dari 2.500 gram, panjang badan kurang 45 cm, lingkar
kepala kurang 33 cm, lingkar dada kurang 30 cm
b) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
c) Kepala relatif lebih besar dari pada badannya
d) Rambut tipis dan halus, ubun-ubun dan sutura lebar
e) Kepala mengarah ke satu sisi
f) Kulit tipis dan transparan, lanugo banyak, lemak subkutan kurang, sering
tampak paristaltik usus.
g) Tulang rawan dan daun telinga imatur
h) Puting susu belum terbentuk dengan baik
i) Pergerakan kurang dan lemah
j) Reflek menghisap dan menelan belum sempurna
k) Tangisnya lemah dan jarang, pernafasan belum teratur
l) Otot-otot masih hipotonis sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua
paha abduksi, sendi lutut dan pergerakan kaki fleksi atau lurus
m) Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora
(pada wanita) dan pada laki-laki testis belum turun
2) Tanda-tanda pada bayi Dismatur
a) Preterm sama dengan bayi premature
b) Term dan post term ( kulit pucat atau bernoda keriput tipis, varnik caseosa
sedikit atau kurang/ tidak ada, jaringan lemak dibawah kulit sedikit,
pergerakan gasit aktif dan kuat, tali pusat kuning kehijauan, mekonium
kering, luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibandingkan berat badan

4. Masalah pada BBLR


a. Suhu tubuh
Pusat pengatur nafas badan masih belum sempurna luas badan bayi relatif besar
sehingga penguapan bertambah, otot bayi masih lemah, lemak kulit dan lemak
coklat kurang sehingga cepat kehilangan panas badan, kemampuan metabolisme
panas masih rendah perlu diperhatikan agar tidak terlalu banyak kehilangan panas
badan dan dapat dipertahankan sekitar 36o sampai 37o.
b. Pernafasan
1) Pusat pengatur pernafasan belum sempurna
2) Surfaktan paru-paru masih kurang sehingga perkembangannya tidak sempurna
3) Otot pernafasan dan tulang iga lemah
4) Dapat disertai penyakit-penyakit, mudah infeksi paru-paru, gagal pernafasan
c. Alat pencernaan makanan
Belum berfungsi sempurna, sehingga menyerap makanan dengan banyak lemah
atau kurang baik. Aktivitas otot pencernaan makanan masih belum sempurna
sehingga pengosongan lambung berkurang.
d. Hepar yang belum matang
Mudah menimbulkan gangguan pemecahan bilirubin sehingga mudah terjadi
hiperbilirubinemia(kuning) sampai kena uterus.
e. Ginjal masih belum matang
Kemampuan mengatur pembuangan sisa metabolisme dan air masih belum
sempurna sehingga mudah terjadi edema.
f. Perdarahan dalam otot
Pembuluh darah bayi premature masih rapuh dan mudah pecah. Sering mengalami
gangguan pernafasan sehingga memudahkan terjadinya perdarahan dalam otak.
Perdarahan dalam otak memperburuk keadaan dan menyebabkan kematian bayi.

5. Penanganan pada BBLR


1. Mempertahankan suhu dengan ketat
BBLR mudah dan cepat mengalami hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus
dipertahankan dengan ketat. Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh
bayi yang relative lebih luas dibandingkan dengan berat badan. Kurangnya
jaringan lemak dibawah kulit dan kurangnya lemak coklat.
2. Mencegah infeksi dengan ketat
BBLR sangat rantan akan infeksi, ini disebabkan oleh karena adanya daya tahan
tubuh terhadap infeksi berkurang, relative belum sanggup membentuk antibodi dan
daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik. Oleh karena itu
perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum
memegang bayi.
3. Pengawasan nutrisi/asi
Pada BBLR reflek isap, telan dan batuk belum sempurna sehingga pemberian
nutrisi harus dilakukan dengan cermat. Kapasitas lambung masih sedikit, daya
enzim pencernaan terutama lipase kurang, kebutuhan protein 3-5 gram/hari dan
tinggi kalor(110 kalori/kg/hari), agar berat badan bertambah baik. Jumlah ini lebih
tinggi dari yang diperlukan bayi cukup bulan, pemberian minum dimulai pada
waktu bayi berumur 3 jam agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan
hiperbilirubinemia.
4. Penimbangan ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan kaitannya
dengan daya tahan tubuh oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan
dengan ketat.
6. Pemantauan (monitoring) pada BBLR
1. Kenaikan BB dan pemberian minum setelah umur 7 hari
Bayi akan kehilangan berat selama 7-10 hari pertama. Bayi berat lahir >1.500
gram dapat kehilangan BB sampai 10% dari berat lahir. Berat lahir biasanya
tercapai kembali dalam 14 hari kecuali apabila terjadi komplikasi.
a. Setelah berat lahir tercapai kembali, kenaikan badan selama 3 bulan
seharusnya:
1. 150-200 gram seminggu untuk bayi <1.500 gram ( misalnya 20-30
gram/hari)
2. 200-250 gram seminggu untuk bayi 1.500-2.500 gram (misalnya 30-35
gram/hari).
b. Bila bayi sudah mendapat ASI secara penuh (pada semua katagori berat) dan
telah berusia lebih dari 7 hari:
1. Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180
ml/kg/hari
2. Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan kenaikan berat badan bayi agar
jumlah pemberian ASI tetap 180/kg/hari
3. Apabila kenaikan berat tidak adekuat tingkatkan jumlah pemberian ASI
sampai 200 ml/kg/hari.
2. Tanda kecukupan pemberian ASI
Kencing minimal 6 kali dalam 24 jam
Bayi tidur lelap setelah pemberian ASI
Berat badan bayi naik
3. Pemulangan penderita
Bayi suhu stabil
Toleransi minum per oral baik, diutamakan pemberian ASI. Bila tidak bisa
diberikan ASI dengan cara menetek dapat diberikan dengan alternative cara
pemberian minum yang lain, ibu sanggup merawat BBLR dirumah.
P. Asuhan Kebidanan Neonatus Resiko Tinggi
Asfiksia Neonatorum
1. Pengertian
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara
spontan dan teratur setelah lahir.
2. Etiologi
a. Faktor ibu
1) Preeklampsia dan eklampsia
2) Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
3) Partus lama atau partus macet
4) Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
5) Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
b. Faktor Tali Pusat
1) Lilitan tali pusat
2) Tali pusat pendek
3) Simpul tali pusat
4) Prolapsus tali pusat
c. Faktor Bayi
1) Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
2) Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi
vakum, ekstraksi forsep)
3) Kelainan bawaan (kongenital)
4) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
3. Tanda dan Gejala
a. Tidak bernafas atau bernafas megap-megap.
b. Warna kulit kebiruan/pucat.
c. Penurunan kesadaran.
d. Denyut jantung lebih dari 16Ox/mnt/kurang dari lOOx/menit tidak teratur.
e. Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala.
f. g.Tangisan lemah dan merintih.
g. h.tonus otot lemah
Skor 0 1
A : Apperance Biru Seluruh Ekstremitas Merah
(Warna Kulit) Kebiruan Seluruh
P : Pulse (Denyut Tidak ada < 100 >100
Nadi)
G : Grimace Tidak Ada Reflek Menangis
(Reflek) Respon
A : Activity Lemah Sedikit Reflek Gerak Aktif
(Tonus Otot)
R : Respiration Tidak ada Megap- Menangis
(pernafasan) Megap,Merintih Kuat

4. Penatalaksanaan
Penatalaksaan pada bayi asfiksia adalah dengan tindakan resusitasi segara
setelah lahir.resusitasi setelah lahir adalah upaya untuk membuka jalan
nafas,mengusahakan agar oksigen masuk tubuh bayi dengan meniupkan nafas ke
mulut bayi (resusitasi pernafasan),menggerakkan jantung (resusitasi jantung) sampai
bayi mampu bernafas spontan dan jantung berdenyut spontan secara teratur. Langkah-
langkah resusitasi :
a. Letakkan bayi di lingkungan yang hangat kemudian keringkan tubuh bayi dan
selimuti tubuh bayi untuk mengurangi evaporasi.
b. Sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi terlentang pada alas yang datar.
c. Ganjal bahu dengan kain setinggi 1 cm (snifing positor).
d. Hisap lendir dengan penghisap lendir de lee dari mulut, apabila mulut sudah
bersih kemudian lanjutkan ke hidung.
e. Lakukan rangsangan taktil dengan cara menyentil telapak kaki bayi dan
mengusap-usap punggung bayi.
f. Nilai pernafasanJika nafas spontan lakukan penilaian denyut jantung selama 6
detik, hasil kalikan 10. Denyut jantung > 100 x / menit, nilai warna kulit jika
merah / sinosis penfer lakukan observasi, apabila biru beri oksigen. Denyut
jantung < 100 x / menit, lakukan ventilasi tekanan positif.
1) Jika pernapasan sulit (megap-megap) lakukan ventilasi tekanan positif.
2) Ventilasi tekanan positif / PPV dengan memberikan O2 100 % melalui
ambubag atau masker, masker harus menutupi hidung dan mulut tetapi tidak
menutupi mata, jika tidak ada ambubag beri bantuan dari mulut ke mulut,
kecepatan PPV 40 – 60 x / menit.
3) Setelah 30 detik lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik,
hasil kalikan 10.
g. Lakukan penilaian denyut jantung setiap 30 detik setelah kompresi dada
h. Denyut jantung 80x./menit kompresi jantung dihentikan, lakukan PPV sampai
denyut jantung > 100 x / menit dan bayi dapat nafas spontan
i. Jika denyut jantung 0 atau < 10 x / menit, lakukan pemberian obat epineprin 1 :
10.000 dosis 0,2 – 0,3 mL / kg BB secara I
j. Lakukan penilaian denyut jantung janin, jika > 100 x / menit hentikan obat
k. Jika denyut jantung < 80 x / menit ulangi pemberian epineprin sesuai dosis diatas
tiap 3 – 5 menit.
l. Lakukan penilaian denyut jantung, jika denyut jantung tetap / tidak respon
terhadap di atas dan tanpa ada hiporolemi beri bikarbonat dengan dosis 2
MEQ/kg BB secara IV selama 2 menit

Sindrom Gangguan Nafas


1. Pengertian
Sindrom gangguan nafas adalah bayi baru lahir yang bernafas spontan tetapi
mengalami gangguan nafas atau bernafas cepat. Kumpulan gejala yang terdiri dari
dispnea atau hiperpnea dengan frekuensi pernafasan besar dari 60x/menit, sianosis,
merintih waktu ekspirasi dan retraksi didaerah epigastrium, suprosternal, interkostal
pada saat inspirasi. Sindrom gagal nafas ( respiratory distress syndrome) adalah istilah
yang digunakan untuk disfungsi pernafasan pada neonatus.
2. Etiologi
a. Obstruksi saluran pernafasan bagian atas ( atresia esofagus, atresia koana bilateral)
b. Kelainan parenkim paru (penyakit membran hialin. Perdarahan paru-paru)
c. Kelainan di luar paru
3. Masalah
a. Frekuensi nafas lebih dari 60 kali/menit, mungkin menunjukkan satu atau lebih
tanda tambahan gangguan nafas
b. Frekuensi nafas bayi kurang dari 30 kali/menit
c. Bayi dengan sianosis sentral (biru pada lidah dan bibir)
d. Bayi Apneu (bayi bernafas lebih dari 20kali/menit)
4. Klasifikasi Sindrom Gangguan Nafas
a. Gangguan nafas berat
Dikatakan gangguan nafas berat jika, frekuensi nafas lebih dr 60x/ menit dengan
sianosis sentral dan tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi.
b. Gangguan nafas sedang
Dikatakan gangguan nafas sedang jika, pemeriksaan dengan tarikan dinding dada
atau merintih saat ekspirasi tetapi tanpa sianosis sentral
c. Gangguan nafas ringan
Dikatakan gangguan nafas ringan jika, frekuensi nafas 60x/menit tanpa tarikan
dinding dada ,tanpa merintih saat ekspirasi atau sianosis sentral.
5. Manajemen Umun
a. Beri oksigen dengan kecepatan aluran sedang
b. Jika bayi mengalami apneu
1) Bayi dirangsang dengan mengusap pada dada atau punggung bayi,
2) Bila bayi tidak mulai bernafas atau mengalami sianosis sental, nafas megap-
megap, atau denyut jantung menetap kurang dari 100x/menit, lakukan
resusitasi dengan memakai balon dang sungkup
c. Kaji ulang temuan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik
d. Pemeriksaan kadar gula darah. Bila kadar glukosa kurang dari 45mg/dalam (2,6
mmol/L) tangani sebagai hipoglikemia
e. Berikan perawatan selanjutnya dan tentukan manajemen spesifik menurut gangguan
nafasnya
f. Tentukan apakah gangguan nafas berat, sedang atau ringan
Menurut Marmi (2013), ada beberapa penatalaksanaan sindrom gangguan nafas yaitu :
a. Bersihkan jalan nafas dengan menggunakan penghisap lendir dan kasa steril
b. Pertahankan suhu tubuh bayi dengan membungkus bayi dengan kain hangat
c. Atur posisi tidur bayi, kepala ekstensi agar bayi dapat bernafas dengan leluasa
d. Apabila terjadi apnu lakukan nafas buatan mouth to mouth
e. Longgarkan pakaian bayi
f. Beri penjelasan kepada keluarga bahwa bayi harus segera dirujuk ke RS
g. Bayi rujuk segera ke RS

Perdarahan Tali Pusat


1. Pengertian
Perdarahan tali pusat adalah Perdarahan yang terjadi pada tali pusat bisa timbul akibat
trauma pengikatan tali pusat yang kurang baik atau kegagalan proses pembentukan
trombus normal.
2. Etiologi
a. Robekan umbilikus normal
b. Robekan umbilikus abnormal
c. Robekan pembuluh darah abnormal
d. Perdarahan akibat plasenta previa dan abrotio plasenta
3. Penatalaksanaan
a. Penanganan disesuaikan dengan perdahan yang terjadi
b. Penanganan awal harus dilakukan tindakan pencegahan infeksi tali pusat
c. Segera lakukan inform consent dan imform choise pada keluarga pasien untuk
dirujuk
Ikterus
1. Pengertian
Diskolorisasi kuning penumpukan pada kulit/organ lain akibat penumpukan
bilirubin dalam darah. Ikterus dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Ikterus fisiologis adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan hari ketiga serta
tidak mempunyai dasar patologis atau tidak mempunyai potensi menjadi kern
ikterus.
Tanda – tanda ikterus fisiologis :
1) Timbul pada hari kedua dan ketiga
2) Kadar bilirubin inderek tidak melebihi 10 mg % pada neonatus cukuyp bulan
dan 12,5% untuk neonatus kurang bulan
3) Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5%/hari
4) Kadar bilirubin direk tidak melebihi 1 mg %
5) Ikterus menghilang pada 10 hari pertama
6) Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis
b. Ikterus patologis
adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis atau kadar bilirubin mencapai suatu
nilai yang disebut hyperbilirubinemia.
Tanda-tanda :
1) Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama
2) Kadar bilirubin melebihi 10 mg % pada neonatus cukup bulan atau melebihi 12,5%
pada neonatus kurang bulan
3) Peningkatan bilirubin lebih dari 5 mg %/hari
4) Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama
5) Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg %
6) Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik
2. Etiologi
a. Produksi bilirubin yang berlebih
b. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar
c. Gangguan transportasi dalam metabolisme
d. Gangguan dalam ekskresi
3. Penatalaksanaan
a. Perawatan bayi baru lahir
b. Perawatan bayi sehari-hari
c. Memandikan
d. Perawatan tali pusat
e. Pemberian ASI yang adekuat
f. Jemur dengan sinar matahari pagi, lamanya kurang lebih 30 menit.
g. Mengajarkan ibu cara:
1) Memandikan dan Perawatan tali pusat
2) Membersihkan jalan napas
3) Menjemur bayi di bawah sinar matahari pagi

Sepsis
1. Pengertian
Sepsis adalah suatu infeksi bakteri berat yang menyebar ke seluruh tubuh bayi baru
lahir. Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab dari
30% kematian.
2. Etiologi
Penyebabnya biasanya adalah infeksi bakteri. Resiko ternjadinya sepsis meningkat
pada ketuban pecah dini dan perdarahan atau infeksi pada ibu.
3. Tanda dan gejala
Bayi tampak lesu, tidak kuat menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya
turun naik. Selain itu gangguan pernafasan, kejang, sakit kuning, muntah, diare dan perut
kembung
4. Penatalaksanaan
Berikan antibiotik melalui infus. Pada kasus tertentu mungkin perlu diberikan antibodi
yang dimurnikan atau sel darah putih.

Kejang
1. Pengertian
Kejang pada neonatus bukanlah suatu penyakit, namun merupakan suatu gejala
penting akan addanya penyakit lain sebagai penyebab kejang atau aadanya kelainan
susunan saraf pusat.
2. Etiologi
a. Komplikasi pada saat kehamilan dan kelahiran
1) Ibu tidak imunisasi TT sehingga dapat menyebabkan infeksi
2) Perdarahan pada saat usia kehamilan kurang dari 28 minggu, sehingga
menyebabkan hipoksia
3) Gawat janin pada masa kehamilan dan persalinan. Kondisi ini dapat
menyebbakan asfiksia
4) Alat yang digunakan untuk proses pertolongan persalinan tidak steril sehingga
dapat menyebabkan terjadinya infeksi
5) Persalinan sengan tindakan dapat menyebabkan traua susunan syaraf pusat
6) Trauma pada janin selama dalam kandyngan atau selama persalinan dapat
menyebabkan perdarahan intrakranial
7) Ibu hamil yang menderita DM
b. kelainan metabolisme seperti hipoglikemia, hipokalsemia,
hipomagnesemia,hiponatremia, hiperbilirubinemia, ketergantungan piridoktrin dan
kelainan metabolisme asam amino

Tetanus Neonatorum
1. Pengertian
Penyakit tetanus neonatorum yaitu penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi <1
bulan) yang disebabkan oleh clostridium tetani. Clostridium tetani yaitu kuman yang
mengeluarkan toksin yang menyerang sistem syaraf pusat. Kuman tersebut masuk ke
dalam tubuh bayi melalui tali pusat, yang dapat terjadi pada saat pemotongan tali pusat
ketika bayi lahir maupun pada saat perawatannya sebelum puput (terlepasnya tali pusat).
2. Etiologi
a. Pemberian imunisasi tetanus toksoid (TT) pada ibu hamil tidak dilakukan, atau tidak
lengkap, atau tidak sesuai dengan ketentuan program
b. Perawatan talipusat tidak memenuhi persyaratan kesehatan
3. Gejala klinik
a. Bayi yang semula dapat menyusu menjadi sulit menyusu karena kejang otot rahang
dan faring (tenggorokan).
b. Mulut bayi mencucu seperti mulut ikan
c. Kejang terutama apabila terkena rangsang cahaya, suara dan sentuhan
d. Kadang – kadang disertai dengan sesak nafas dan wajah bayi membiru
4. Penatalaksanaan
a. Menjaga jalan nafas tetap bebas dan pasang stapel lidah agar tidak tergigit
b. mencari tempat masuknya kuman tetanus, biasanya di talipusat atau telinga
c. Mengobati penyebab tetanus dengan anti tetanus serum (ATS) dan antibiotik
d. Tempatkan di ruang yang tenang dan sedikit sinar

Hipotermi
1. Pengertian
Hipotermi merupakan bayi baru lahir dengan suhu tubuh di bawah normal . Adapun
suhu normal bayi adalah36,5-37,5 C (suhu ketiak). Gejala awal hipotermi apabila suhu <36
C atau kedua tangan dan kakiteraba dingin. Jika seluruh tubuh bayi terasa dingin maka bayi
sudah mengalami hipotermi sedang(suhu 32-36 C). Disebut hipotermi berat bila
suhu < 32 C
2. Etiologi
a. Kesalahan perawatan bayi segera setelah lahir
b. Bayi dipisahkan dengan ibunya setelah lahir
c. BBLR
d. Kondisi ruang yang dingin
e. Prosedur penghangatan yang adekuat
f. Asfiksia,hipoksia
3. Tindakan pencegahan
a. Susukan 30 menit setelah lahir
b. Berikan bayi kedada ibu dan selimuti
c. Tutup kepala dg kain/topi
d. Jangan mandikan bayi stelah lahir,lebih baik tunda mandi
e. BBLR bila kondisi stabil dilakukan dengan metode kangguru
f. Segera keringkan bayi setelah lahir
g. Siapkan lingkungan hangat/lingkungan netral

Hipertermi
1. Pengertian
Hipertermia adalah suhu tubuh yang tinggi dan bukan disebabkan oleh mekanisme
pengaturan panas hipotalamus.
2. Etiologi
Disebabkan oleh meningkatnya produksi panas andogen, pengurangan kehilangan
panas, atau terpajan lama pada lingkungan bersuhu tinggi.
3. Gejala
Gejala hipertermi adalah suhu badannya tinggi, terasa kehausan, mulut kering,
kedinginan, lemas, anoreksia, nadi cepat, dan pernafasan tidak teratur.
4. Penatalaksanaan
a. Letakkan bayi di ruangan dengan suhulingkungan normal (25-28C)
b. Lepaskan sebagian atau seluruh pakaiannya bila perlu
c. Periksa suhu aksila setiap jam sampai tercapai suhu dalam batas normal
d. Bila suhu sangat tinggi, bayi dikompres atau dimandikan selama 10-15 menit dalam
air yang suhunya 4Clebih rnedah dari suhu bayi
e. Bila bayi pernah diletakkan di bawah pemancar panas atau inkubator
f. Turunkan suhu alat penghangat, bila bayi di dalam inkubator, buka inkubator sampai
suhu dalam batas normal
g. Lepas sebagian atau seluruh pakaian bayi selama 10 menit kemudian
h. Beri pakaian lahi sesuai dengan alat penghanagt yang digunakan
i. Periksa suhu bayi setiap jam
j. Yakinkan bayi mendapat cukup cairan
k. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya. Bila bayi tidak dapat menyusui, beri ASI peras
dengan salah satu alternatif cara pemberian minum
l. Bila terdapat tanda dehidrasi, tangani dehidrasinya.
J. Hipoglikemia
1. Pengertian
Hipoglikemi adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah secara abnormal rendah.
Dalam keadaan normal, tubuh mempertahankan kadar gula darah antara 70-110mg/dL.
Pada diabetes kadar gula darah terlalu tinggi , pada hipoglikemia kadar gula darah
terlalu rendah.
2. Etiologi
a. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas
b. Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada penderita
diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya
c. Kelainan pada kelenjar hipofosa atau kelenjar adrenal
d. Kelainan pada penyimpanan karbohidra atau pembentukan glukosa di hati
3. Penatalaksanaan
a. Berikan bayi air gula 30c setiap kali pemberian dan observasi keadannya
b. Pertahankan suhu tubuh dengan membungkus bayi dengan kain hangat
c. Jauhkan dari hal- hal yang dapat menyerap panas bayi, segera berikan ASI
d. Lakukan observasi TTV, warna kulit, reflek dan gejala hipoglikemi
e. Bial dalam 24 jam tidak ada perubahan rujuk bayi kke rumah sakit

Q. Presentasi Tentang Bayi Lahir Dari Ibu Yang Menderita HIV/ AIDS, TBC dan
Hepatitis B
1. TBC
Kuman TB tidak dikeluarkan melalui ASI karena ukurannya relatif besar sehingga
bayi boleh menyusu pada ibunya. Namun, ibu tetap perlu diobati dan di ajari cara
pencegahan penularan TB pada bayi dengan menggunakan masker. Bayi diberikan
INH untuk profilaksis. Setelah 3 bulan pengobatan adekuat pada ibu biasanya sudah
tidak menular lagi dan bayi disarankan uji mantoux. Bila hasil negatif bayi diberi
vaksin BCG.
2. HIV/AIDS
Menyusui merupakan kontraindikasi untuk bayi dari ibu yang terinfeksi HIV. Bayi-
bayi ini harus mendapat formulabuatan sebagai nutrisi pendukungnya. Resiko trasmisi
HIV melalui menyusui ditemukan lebih bermakna dari yang diketahui sebelumnya,
resiko setinggi 28 % melebihi resiko yang sudah ada pada kehamilan dan persalinan.
3. Hepatitis B
Penularan ke bayi jika ibu terinfeksi hepatitis B pada trimester III adalah sebesar 60-
90 %, sedangkan pada trimester I hanya 10 %. Saat nifas dan menyusui ibu dengan
hepatitis B tetap boleh menyusui setelah bayinya sudah mendapatkan imunisasi HBIG
dan vaksin hepatitis B selama 12 pertama kelahiran. Belum pernah dilaporkan ada
penularan infeksi hepatitis B melalui ASI. Dalam ASI justru terdapat zat protektif
yang dapat membunuh virus hepatitis B. Awasi puting susu ibu jangan sampai terluka
atau lecet. Setiap selesai menyusui bersihkan dengan air hangat tanpa sabun karena
sabun dapat membuat kulit kering dan mudah terluka.

R. Konsep Imunisasai Dasar Lengkap, Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) dan
Issue Terkini Tentang Imunisasi Pada Neonatus Bayi dan Balita
Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam
menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dengan imunisasi, berbagai penyakit seerti
TBC,difteri,pertusis,tetanus,hepatitis,poliomyelitis, dan campak dapat dicegah.
Pentingnya pemberian imunisasi dapat dilihat dari banyaknya balita yang meninggal
akibat penyakit yang dapat dicgah dengan imunisasi (PD31). Hal itu sebenarnya tidak
perlu terjadi karena penyakit-penyakit tersebut dapat dicegah dengan imunisasi. Oleh
karena itulah, untuk mencegah balita menderita beberapa penyakit yang berbahaya,
imunisasi pada bayi dan balita harus lengkap serta diberikan sesuai jadwal.
1. Vaksin BCG (Bacille Calmette-Guerin)
Tuberkulosis disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan
Mycobacterium bovis. Tuberculosis paling sering menyerang paru-paru tetapi
dapat juga menyerang organ-organ lainnya seperti selaput otak, tulang, kelenjar
superfisialis, dan lain-lain. Infeksi Mycobacterium tuberculosis tidak selalu
menjadi sakit tuberkulosis aktif. Respon imunitas seluler terjadi beberapa minggu
(2-12 minggu) setelah terinfeksi oleh Myrobacterium tuberculosis yang dapat
ditunjukkan dengan uji tuberkulin.
Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari
Myrobacterium bovis yang dibiakkan berulang selama 1-3 tahun, sehingga dapat
basil yang tidak virulen tetapi masih mempunyai imunogenitas. Vaksin BCG
menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin. Masih banyak perbedaan pendapat
mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitanya dengan
timbulnya imunitas.
Di Indonesia, vaksin BCG yang dipakai adalah vaksin BCG yang
diproduksi oleh Biofarma Bandung. Vaksin ini berisi suspensi Mycrobacterium
bovis hidup yang sudah dilemahkan. Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi
tuberkulosis, tetapi mengurangi risiko tuberkulosis berat, seperti meningitis
tuberkulosa dan tuberkulosis militer. Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah
penyuntikan. Efek proteksi bervariasi antara 0-80%. Hal ini mungkin bergantung
pada jenis vaksin yang dipakai, lingkungan dengan Mycrobacterium atipik, atau
faktor penjamu (umur,keadaan gizi, dan lain-lain).
Vaksin BCG diberikan secara intradermal/intrakuntan 0,10 ml untuk anak
dan 0,05 ml untuk bayi baru lahir. Penyuntikan imunisasi BCG ini sebaiknya
diberikan pada detroid kanan (lengan kanan atas), sehingga bila terjadi limfadenitis
(pada aksila) akan lebih mudah terdeteksi. Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar
matahari, tidak boleh beku, dan harus disimpan pada suhu 2-8 celcius. Vaksin
yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8 jam. Imunisasi BCG diberikan pada
anak ketika berumur kurang lebih 2 bulan dan sebaiknya dilakukan uji mantoux
(tuberkulin) terlebih dahulu (imunisasi bisa diberikan jika uji mantoux negatif).

Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI)


Penyuntikan BCG secara intradental yang benar akan menimbulkan ulkus lokal
superficial di 3 minggu setelah penyuntikan. Ulkus yang biasanya tertutp krusta
akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat dengan 4-8 mm.
apabila dosis terlalu tinggi maka tulkus yang timbul lebih besar, namun apabila
penyuntikan terlalu dalam,maka parut akan tertarik ke dalam (retracted).
Limfadenitis supratif di aksila atau leher terkadang dijumpai. Hal ini bergantung
pada umur anak, dosis dan galur (strain) yang dipakai. Limfadenitis akan sembuh
dengan sendirinya, jadi tidak perlu diobati. Apabila limfadenitis melekat pada kulit
atau timbul fistula, maka dapat dibersihkan dengan melakukan drainase dan
diberikan obat anti tuberculosis oral. Tidak perlu memberikan anti tuberculosis
sistemik karena hasilnya tidak efektif. BCG-itis desiminasi jarang terjadi biasanya
berhubungan dengan imunodefisiensi berat. Komplikasi lainnya adalah eritema
nodosum, iritis, lupus fulgaris, dan osteomieritis. Komplikasi ini harus diobati
dengan kombinasi obat anti tuberculosis.

Kontra indikasi
Tenaga kesehatan tidak dianjurkan untuk melakukan imunisasi BCG, jika
ditemukan hal berikut:
1. Reaksi uji tuberculin > 5mm
2. Terinfeksi HIV atau dengan resiko tinggi HIV, imunokompromais akibat
pengobatan kortikosteroid, obat imuno supresit, sedang menjalani terapi
radiasi, serta menderita penyakit keganasan yang mengenai sumsum tulang
atau sistem limfe
3. Anak menderita gizi buruk
4. Anak menderita demam tinggi
5. Anak menderita infeksi kulit yang luas
6. Anak pernah menderita tuberculosis
7. Kehamilan

Rekomendasi
1. Imunisasi BCG diberikan saat bayi berusia ≤ 2bulan
2. Pada bayi yang kontak erat dengan penderita TB, dan melalui pemeriksaan
sputum didapat BTA+(+3) maka sebaiknya diberikan INH profilaksis terlebih
dahulu dan jika kontak sudah tenang dapat diberi BCG
3. Jangan melakukan imunisasi BCG pada bayi atau anak dengan imunodefisien
misalnya HIV, gizi buruk dan lain-lain

Hepatitis B
Hepatitis B merupakan penyakit endemic dihampir seluruh bagian dunia. Penyakit
hepatitis B pada anak tidak jarang menimbulkan gejala yang minim bahkan
subklinis. Namun sering menyebabkan hepatitis kronik, yang dalam kurun waktu
10-20 tahun dapat berkembang menjadi sirosis ataupun hepatoma, sedangkan pada
orang dewasa lebih sering menjadi hepatitis akut. Hepatitis B juga dapat
berkembang menjadi bentuk fulminan dengan angka kematian yang tinggi.
Penularan penyakit ini umumnya terjadi:
1. Mokulasi parenteral, melalui alat-alat kedokteran, darah ataupun jaringan.
2. Hubungan seksual
3. Dari ibu kepada bayinya pada umumnya terjadi sekitar proses persalinan dapat
pula melalui tranplasental ataupun pada masa post natal melalui ASI
4. Penularan horizontal antar anak walaupun jarang terjadi.

Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan menghindari kontak dengan virus baik terhadap
pengidap, darah donor, organ tubuh, transplantasi, maupun alat-alat kedokteran.
Dapat pula dengan pemberian kekebalan melalui imunisasi, baik imunisasi pasif
maupun aktif.
1. Imunisasi pasif
Imunisasi pasif dilakukan dengan pemberian immunoglobulin. Imunisasi ini
diberikan baik sebelum terjadi paparan (preex posture) maupun setelah
terjadinya paparan (postexposure). Imunisasi ini dapat dilakukan memberikan
IG/immune serum globulin (ISG) atau hepatitis B immuneglobulin (HBIG)
indikasi utama diberikannya imunisasi pasif ini adalah sebagai berikut:
a. Paparan dengan darah yang ternyata mengandung HbsAg,baik melalui
kulit ataupun mukosa, seperti tertusuk jarum suntik. Pada kecelakaan jarum
suntik ini, dosis yang diberikan adalah 0,06ml/kg, dosis maksimal 5ml,
diberikan secara intramuscular dan harus dalam jangka waktu 24 jam, lalu
diulangi 1 bulan setelahnya.
b. Paparan seksual dengan pengidap HbsAg (+) dosis yang digunakan jika
terjadi paparan seksual adalah dengan dosis tunggal 0,06ml/kg yang
diberikan secara intramuscular dan harus dalam jangka waktu 2 minggu,
dengan dosis maksimal 5ml
c. Paparan perinatal, ibu HbsAg (+). Imunisasi pasif harus deberikan sebelum
48 jam dengan dosis sebanyak 0,5 ml secara intramuscular.
2. Imunisasi aktif
3. Imunisasi aktif dapat diberikan dengan pemberian partikel HbsAg yang tidak
infeksius. Ada 3 jenis vaksin hepatitis B yaitu sebagai berikut:
a. Vaksin yang berasal dari plasma
b. Vaksin yang dibuat dengan teknik rekombinan (rekayasa genetic)
c. Vaksin polipeptida. penyuntikan diberikan intramuscular didaerah deltoid
atau paha antrolateral (jangan dilakukan pada daerah bokong).
Jadwal pemberian
1. Vaksinasi awal atau primer diberikan sebanyak 3 kali. Jarak antara suntikan I
dan II adalah I - 2 bulan, sedangkan untuk suntikan III diberikan dengan jarak
6 bulan dari suntikan I
2. Pemberian booster dilakukan 5 tahun kemudian namun masih belum ada
kesepakatan.
3. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan anti-HbsAg pasca imunisasi setelah
3 bulan imunisasi terakhir
4. Secrining pravaksinasi hanya dianjurkan pada pemberian imunisasi secara
individu (praktik swasta perorangan) sedangkan pada suntikan masal tidak
dianjurkan.

KIPI (KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI)


Efek samping yang terjadi pasca imunisasi hepatitis B pada umumnya ringan,
hanya berupa nyeri, benkak, panas, mual, dan nyeri sendi maupun otot walaupun
demikian pernah pua dilaporkan terjadi reaksi anafilaksis, sindrom Guillainbarre,
walaupun tidak jelas terbukti apakah hal tersebut berhubungan dengan imunisasi
hepatitis B

Kontra Indikasi
Sampai saat ini belum dipastikan adanya kontra indikasi absolute terhadap
memberian imunisasi hepatitis B, kecuali pada ibu hamil.

Hiporesponder dan non responder


Tanggap kebal yang rendah pasca imunisasi dapat disebabkan oleh hal-hal
berikut:
1. Usia tua
2. Pemberian vaksinasi disaerah bokong
3. Pada anak yang gemuk
4. Pasien hemodialisis/transplantasi.
5. Pasien yang mendapat obat-obatan imunosupresif
6. Pasien leukemia dan penyakit keganasan lain
7. Pasien DM dengan insulin dependent
8. Infeksi HIV
9. Pecandu alcohol
Pada keadaan-keadaan tersebut diatas , imunisasi perlu diulangi dengan
meningkatkan dosis (2 kali) setelah melakukan koreksi seperlunya terhadap
penyakit dasar.

2. Difteri, Pertusis, Dan Tetanus


a. Difteri
Difteri adalah suatu penyakit akut yang bersifat tokin-mediatet desiase dan
disebabkan oleh kuman corynebacterium diphteriae. Nama kuman ini berasal
dari bahasa yunani, diphtera yang berarti leadrid penyakit ini disebut pertama
kali oleh Hyppocrats pada abad ke-5 SM dan epidemic pertama terjadi pada
abad ke-6 oleh Aetiyus. Bakteri ini ditemukan pertama kali pada membrane
penderita difteri tahun 1883 oleh Klebs. Antitusin ditemukan pertama kali pada
akhir abad ke-19 sedangkan toksoid dibuat sekita tahun 1920.
Diphtriae adalah suatu basil gram positif. Produksi toksin terjadi hanya bila
kuman tersebut mengalami lisogenasi oleh bakterio fag yang mengandung
informasi genetic toksin. Hanya galur toksigenik yang dapat menyebabkan
penyakit berat. saat ini ditemukan 3 galur bakteri grafis, intermedius dan mitis
yang kesemuanya dapat memproduksi toksin, namun jenis grafis yang paling
firulen. Semua kuman C dipteriae yang ditemukan dalam suatu biakan harus
dinyatakan toksigenitasnya dengan menentukan galurnya.seorang anak dapat
terinfeksi basil difteri pada nasofaringnya dan kuman tersebut akan
memproduksi toksin yang menghambat sintesis protein seluler sehingga
menyebabkan destruksi jaringan setempat lalu terjadilah suatu keadaan dimana
selaput/ membrane menyombat jalan nafas. Toksin yang terbentuk dimembran
tersebut kemudian diabsorbsi kedalam aliran darah dan dibawa keseluruh
tubuh. Penyebaran toksin ini berakibat komplikasi berupa miokarditis dan
neuritis, serta trombositopenia dan proteinuria. Anti toksin untuk difteri yang
berasal dari serum kuda pertama kali dibuat di amerika serikat pada tahun
1891. pemberian anti toksin ini dimaksudkan untuk mengikat toksin yang
beredar dalam darah, dan tidak dapat menetralisasi toksin yang sudah terikat
pada suatu jaringan tertentu. Penderita dengan dugaan difteri harus segera
mendapatkan pengobatan anti toksin dan anti biotic dengan dosis yang tepat
yang dirawat dengan teknik isolasi ketat. Terapi penunjang untuk membantu
pernafasan dan pembebasan jalan perlu diberikan segera bila diperlukan.
Kekuatan toksoid difteri yang terdapat dalam vaksin DPT saat ini berkisar
antara 6,7-25lf dalam dosis 0,5 ml. untuk imunisasi rutin pada anak dianjurkan
pemberian 5 dosis pada usia 2,4,6,15-18 bulan, dan saat masuk sekolah. Dosis
ke-4 harus diberikan sekurang-kurangnya 6 bulan setelah dosis ke-3.
Kombinasi toksoid difteri dan tetanus (DT) yang mengandung 10-12 lf dapat
diberikan pada anak yang meiliki kontra indikasi terhadap pemberian vaksin
pertusis. Vaksin DPT disimpan pada suhu 2-8 ͦC dan cara pemberiannya
melalui suntikan intramuscular/ subkutan.

KIPI
KIPI toksoid difteri secara khusus sulit dibuktikan karena selama ini
pemberiannya selalu digabung dengan toksoid tetanus dan atau tanpa vaksin
pertusis. Beberapa laporan menyebutkan bahwa reaksi local akibat pemberian
vaksin DT sering ditemukan lebih banyak dibandingkan pemberian tetanus
toksoid saja. Namun kejadian tersebut sangat ringan dan belum pernah
dilaporkan adanya kejadian ikutan yang berat. Untuk menekan kejadian ikutan
akibat hipereaktivitas terhadap toksoid difteri, elah dilakukan beberapa upaya
untuk memperbaiki kualitas toksoid tersebut yaitu dengan beberapa cara
berikut:
1. Meningkatkan kemurnian toksoid dengan menghilangkan protein yang
tidak perlu
2. Menyerapkan toksoid kedalam garam alumunium
3. Mengurangi jumlah toksoid perinokulasi menjadi 1-2 lf yang dianggap
cukup efektif untuk mendapatkan imunitas.

Efek samping
1. Panas, kebanyakan anak menderita panas pada sore hari telah mendapat
vaksinasi DPT. Tetapi panas ini akan sembuh dalam 1-2 hari. Bila panas
yang timbul lebih dari 1 hari sesudah pemberian DPT itu bukanlah
disebabkan oleh vaksin DPT, mungkin ada infeksi lain yang perlu diteliti
lebih lanjut. Berikan satu tablet anti piretik kepada ibu untuk mengatasi
efeksamping tersebut dan katakan bahwa bila anak panas tinggi lebih dari
39 ͦC, maka anak perlu diberi seperempat tablet yang dihancukan oleh air.
Anjurkan ibu untuk tidak membungkus anak dengan baju tebal dan
mandikan anak dengan cara sibin (membasuh tubuh dengan waslap tampa
disabun
2. Rasa sakit disekitar suntikan, sebagian anak merasakan nyeri, sakit,
kemerahan, dan bengkak didaerah tuntikan. Hal ini harus diberitahukan
kepada ibu setelah vaksinasi serta yakinkan ibu bahwa keadaan itu tidak
berbahaya dan tidak perlu pengobatan.
3. Peradangan bila pembengkakan sakit terjadi seminggu atau lebih sesudah
vaksinasi maka hal ini mungkin disebabkan oleh peradangan yang
mungkin diakibatkan oleh beberapa faktor berikut :
a. Jarum suntik tidak steril dikarenakan jarum yang tersentuh tangan,
diletakan ditempat tidak steril, sterilisasi yang kurang lama atau
kontaminasi kuman
b. Penyunikan kurang dalam
4. Kejang- kejang merupakan reaksi yang jarang terjadi, tetapi perlu diketahui
petugas. Reaksi ini disebabkan oleh komponen pertusis dari DPT. Oleh
karena efek samping ini cukup berat, maka anak yang pernah mendapat
reaksi ini tidak boleh diberi vaksin DPT lagi dan sebagai gantinya diberi
DT saja.

b. Pertusis atau batuk rejan (batuk 100 hari)


Suatu penyakit akut yang disebabkan oleh bakteri borditella pertusis. Sebelum
ditemukan vaksin pertusis penyakit ini merupakan penyakit tersering yang
menyerang anak-anak dan merupakan penyebab utama kematian. Borditella
pertusis adalah kuman batang yang bersifat gra negative dan membutuhkan
media khusus untuk isolasinya. Kuman ini menghasilkan beberapa inti gen
antara lain toksin pertusis, filament, hemaglutini, aglutinogen fimbriae, adenil
silakse, indotoksin dan sitotoksin trakea. Produk-produk ini berperan dalam
terjadinya gejala penyakit pertusis dan kekebalan terhadap salah satu atau lebih
komponen ini akan menyebabkan serangan penyakit yang ringan. Pertusis
merupakan penyakit yang bersifat toxin mediated dan toksin yang dihasilkan
kuman yang melekat pada bulu getar tersebut hingga menyebabkan gangguan
aliran secret saluran nafas dan berpotensi menyebabkan pneumonia. Gejala
utama pertusis timbul saat terjadinya penumpukan lendir dalam saluran nafas
akibat kegagalan oleh bulu getar yang lumpuh dan berakibat pada terjadinya
batuk proksimal tanpa inspirasi yang diakhiri dengan bunyi whoop. Pada
serangan seperti ini, pasien biasanya akan muntah dan sianosis yang membuat
pasien sangat lemas dan tegang. Keadaan ini dapat berlanjut antara 1 sampai
10 minggu. Pada bayi dibawah 6 bulan juga dapat menderita batuk seperti ini
namun biasanya tanpa disertai suara whoop.
Bayi dan anak prasekolah merupakan kelompok dengan resiko tinggi untuk
terkena penyakit ini, termasuk komplikasinya. Komplikasi utama yang sering
ditemukan adalah pneumonia bacterial, gangguan neurologis barupa kejang,
dan ensefalopati akibat hipoksia, kompikasi ringan yang sering ditemukan
adalah otitis media, anoreksia, dehidrasi, dan komplikasi lainnya yang
diakibatkan tekanan intraabdominal yang meningkat saat batuk antara lain
epistaksis, hernia, perdarahan konjungtiva, pneumotoraks dan sebagainya.
Pengobatan pertusis secara kausal dapat dilakukan dengan antibiotic,
sedangkan pengobatan suportif dapat dilakukan untuk mengurangi gejala batuk
yag berat.

Vaksin Pertusis
Antibody terhadap toksin pertusis dan hemaglutinin telah dapat ditemukan
dalam serum neonatus dalam konsentrasi yang sama dengan ibunya dan akan
menghilang dalam 4 bulan. Namun demikian, antibody ini ternyata tidak
memberikan proteksi secara klinis. Pemberian imunisasi pasif berupa
imunologlobulin pertusis masih controversial. Immunoglobulin IgG terhadap
pertusis pernah dibuat, namun tidak efektif dan kemudian produksinya
dihentikan.
Vaksin pertusis whole cell adalah vaksin yang merupakan suspensi kuman
B.pertusis mati. Umumnya vaksin pertusis diberikan dengan kombinasi
bersana toksoid tetanus dan difteri. Campuran ini diabsorbsi kan ke dalam
garam alumunium. Akan tetapi pembuatan vaksin pertusis dengan
menggunakan fraksi sel memberikan reaksi local dan demam yang lebih ringan
dibanding dengan whole cell.
KIPI
KIPI pertusis diantaranya adalah kemerahan, bengkak, dan nyeri pada lokasi
injeksi. Terkadang juga ditemukan demam ringan dan hiperpireksia (1%).
Ketika terjadi hiperpireksia, anak menjadi sering gelisah dan menangis terus-
menerus selama beberapa jam pascasuntikan dan terkadang ditemukan kejang
sehubungan dengan demam yang terjadi. Kejadian ikutan yang paling serius
adalah terjadinya ensefalopati akut atau reaksi anafilaksis.

Kontraindikasi
Kontraindikasi mutlak terhadap pemberian vaksin pertusis, baik whole cell
maupun aseluler yaitu riwayat anafilaksis dan ensefalopati pascavaksinasi
pertusis sebelumnya. Keadaan lain yang dapat dinyatakan sebagai perhatian
khusus ketika akan melakukan vaksinasi pertusis berikutnya adalah bila pada
pemberian pertama dijumpai riwayat hiperpireksia, hipotonik-hiporesponsif
dalam 48 jam, anak menangis terus-menerus selama 3 jam, dan riwayat kejang
dalam 3 hari sesudahnya.
Riwatat kejang dalam keluarga dan kejang yang tidak berhubungan dengan
pemberian vaksin sebelumnya, serta KIPI atau alergi terhadap vaksin bukanlah
suatu kontraindikasi terhadap pemberian vaksin DPT. Walaupun demikian,
keputusan untuk pemberian vaksin pripertusis harus dipertimbangkan secara
individual dengan memperhitungkan keuntungan dan risiko pemberiannya.

c. Tetanus
Tetanus adalahsuatu penyakit akut yang sering bersifat fatal, disebabkan oleh
eksotoksin kuman Clostridium tetani. Kuman ini berbentuk batang, bersifat
gram positif dan bermetabolisme anaerob, yang mampu menghasilkan spora
dalam bentuk drumstick. Kuman ini sensitive terhadap suhu panas dan tidak
bisa hidup dalam lingkungan beroksigen. Sebaliknya spora tetanus sangat
tahan panas dan kebal terhadap antiseptic. Spora ini dapat hidup dalam
autoclave bersuhu 121 ͦC selama 10-15 menit. Kuman ini banyak tersebar
dalam kotoran, debu jalanan, usus dan feses kuda, domba, anjing, kucing, tikus
dan lain-lain. Kuman masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka dan dalam
suasana anaerob, kemudian memproduksi toksin (tetanospasmin), lalu
disebarkan melalui darah dan limfa. Toksin ini kemudian akan menempel pada
respirator di sistem saraf. Gejala utama penyakit ini timbul akibat
penghambatan impuls inhibisi, sehingga terjadi kontraksi serta spastisitas otot
yang terkontrol, kejang-kejang, dan gangguan sistem saraf otonom.
Tetanus slain dapat ditemukan pada anak-anak juga dijumpai kasus tetanus
neonatorum yang cukup fatal. Komplikasi tetanus yang sering terjadi antara
lain laringospasme, infeksi nosokomial, dan pneumonia ortostatik. Pada anak
yang lebih besar sering terjadi hiperpireksia yang juga merupakan tanda
tetanus berat. Perawatann luka merupakan pencegahan utama terjadinya
tetanus di samping imunisasi terhadap tetanus, baik aktif maupun pasif.

Toksoid Tetanus
Toksoid tetanus yang diperlukan untuk imunisasi sebesar 40 IU dalam setiap
dosis tunggal dan 60 IU bila bersama dengan toksoid difteri dan vaksin
pertusis. Berbagai kombinasi dengan toksoid difteri atau pertusis (dT, DT,
DPT, dan DTaP).
Sebagaimana toksoid lainnya, toksoid tetanus ini memerlukan pemberian
bertahap untuk meningkatkan efektifitas dan mempertahankan imunitas. Tidak
perlu pengulangan dosis bila jadwal pemberian ternyata terlambat. Ibu yang
mendapat toksoid tetanus 2 atau 3 dosis ternyatamemberikan prokteksi yang
baik terhadap bayi baru lahir terhadap tetanus neonatorum. Kadar rata rata anti
toksin 0,01IU/ML pada ibu cukup untuk memberikan proteksi pada bayinya.
Beratnya KIPI yang terutama terdiri atas reaksi lokal,sangat di pengaruhi
dosis,pnelarut,cara penyuntikan,dan adanya antigen lain dalam kombinasi
vaksin tersebut. Untuk vaksin TT dosis yang di berikan adala 0,5ML dan di
suntikan intramuskural/subkutan di otot deltoid,paha dan bokong.

4. Poliomielitis
Kata polio (abu-abu) dan myelon (sum-sum),berasal dari bahasa latin yang
berarti medulla spinalis. Penyakit ini di sebabkan oleh virus polimielitis pada
megula spenalis yang secara klasik menimbulkan kelumpuhan.
Virus polio termasuk dalam kelompok (subgroup) enterovirus,family
picomaviridae.virus polio di bagi menjadi 3 macam serotype yaitu P1,P2,dan
P3.virus polio ini menjadi tiddak aktif apabila terkena panas,formaldehida,dan
sinar ultraviolet.
Reservoir virus polio liar hanya oada manusia,yang sering di tularkan oleh
pasien infeksi polio yang tanpa gejala. Namun tidak ada pembawa kuman
dengan status karier asimptomatis,kecuali pada orang yang menderita defiensi
sistem imun.
Virus polio menyebar dari orang satu ke orang lain melalui jalur oro-fekal dan
pada beberapa kasus dapat berlangsung secara oral-oral. Inveksi mencapai
puncak pada musim panas sedangkan pada daerah tropis tidak ada bentuk
musiman penyegaran infeksi. Virus polio sangat menular terjadi karna kontak
antara anggota keluarga (yang belum di imunisasi) derajat serokonfersinya
lebih dari 90%. Virus polio sangat ifeksius sejak 7 sampai 10 hari sebelum dan
setelah timbulnya gejala,tetapi virus polio dapat di temukan dalam feses sejak
3 sampai 6 minggu.

Patogenesis
Virus polio masuk melalui mulut dan multilikasi pertama kali terjadi pada
tempat implantansi pertama kali terjadi pada tempat implatansi, yaitu didalam
faring dan traktus gastrointensial. Virus tersebut umumnya ditemukan
ditenggorokan dan feses sebwlum timbulnya gejala. Satu minggu setelah
timbulnya penyakit, virus dalam jumlah kecil akan menetap ditenggorokan,
tetapi virus tersebut terus-menerus dikeluarkan bersama feses dalam beberapa
minggu. Virus menembus jaringan limfoid setempat, masuk dalam pembulu
darah kemudian masuk sistem syaraf pusat. Aplikasi virus polio yang terjadi
dalam neuron motor kornu anterior medulla spinalis dan batang otak
mengakibatkan kerusakan sel dan menyebabkan manifestasi poliomyelitis
yang spesifik.

Gambaran Klinis
Masa inkubasi poliomielitis umumnya berlangsung dalam 6-20 hari dengan
kisaran 3-35 hari. Respons terhadap infeksi virus polio sangat bervariasi dan
tingkatanya bergantung pada beratnya manifestasi klinis, yaitu sekitar 95%.
Semua infeksi polio yang tidak memberikan gejala disebut subklinis atau tanpa
gejala. Menurut estimasi, rasio penyakit yang tanpa gejala terhadap penyakit
yang paralisis bervariasi dari 50:1 sampai 1000:1 (rata-rata 200:1). Pasien yang
terkena infeksi tanpa gejala mengeluarkan virus bersama feses dan dapat
menularkan virus keorang lain. Sekitar 4-8% dari infeksi polio terdiri atas
penyakit ringan yang nonspesifik tanpa bukti klinis atau laboratorium dari
invasi dalam sistem syaraf pusat: syndrome ini dikenal sebagai poliomyelitis
abortif dengan ciri khas penyembuhan sempurna dan berlangsung kurang dari
seminggu.

Vaksin polio Oral (Oral polio vaccine---OPV)


1. Vaksin ini berisi virus polio tipe 1,2 dan 3 serta merupakan bagian dari
suku sabin yang masih hidup tetapi sudah dilemahkan (attenuated). Vaksin
ini dibuat dalam biakkan jaringan ginjal kera dan distabilkan dengan
sukrosa. Tiap dosis (2 tetes=0,1 ml) mengandung virus tipe 1:10 6.0
CCID50; tipe 2:10 5.0 CCID50; dan tipe 3:10 5.5 CCID50; serat
elitromisin yang tidak lebih dari 2 mcg dan kanamisin yang tidak lebih dari
10 mcg.
2. Vaksin yang digunakan secara rutin sejak bayi lahir dengan dosis 2 tetes
Oral. Virus vaksin ini kemudian menempatkan diri diusus dan memacu
pembentukan anti bodi, baik dalam darah maupun pada epithelium usus,
yang menghasilkan pertahan lokal terhadap virus polio liar yang datang
masuk kemudian. Dengan cara ini, maka frekuensi polio virus liar dalam
masyarakat dapat dikurangi.
3. Vaksin akan menghambat inveksi virus liar yang serentak, maka sangat
berbahaya untuk mengendalikan epidemi. Jenis vaksin virus polio ini dapat
bertahan (bridar) dalam feses sampai 6 minggu setelah pemberian OPV.
4. Penerima vaksin ini dapat terlindungi setelah dosis tunggal pertama, namun
3 dosis berikutnya akan imunitas jangka lama terhadap 3 tipe virus polio.
5. Vaksin polio oral harus disimpan tertutup pada suhu 2-8 ͦC.
6. Vaksin sangat stabil, namun ketika terbuka dan terpapar udara, vaksin akan
kehilangan potensi disebabkan oleh perubahan pH. Kebijakan Departemen
Kesehatan dan Departemen Kesejahterahan Sosial menganjurkan bahwa
vaksin polio yang telah terbuka botolnya pada akhir sesi imunisasi
(pascaimunisasi massal) harus dibuang. Akan tetapi, saat ini kebijakan
WHO membolehkan botol-botol yang berisi vaksin dosis ganda
(multidosis) digunakan pada sesi imunisasi , apabila 3 syarat berikut ini
terpenuhi
a. Tanggal kadaluarsa tidak terlampaui
b. Vaksin disimpan dalam rantai dingin yang benar (2-8 ͦC).
c. Botol vaksin yang telah terbuka dan terpakai pada hari itu telah
terbuang.
7. Vaksin polio oral dapat disimpan beku pada temperatur -20 ͦC. bila
disimpan pada suhu tersebut, vaksin dapat dipakai selama 2 tahun. Vaksin
yang beku dapat cepat dicairkan dengan cara ditempelkan antara telapak
tangan dan digulir-gulirkan, dijaga agar warna tidak berubah, yaitu merah
muda sampai oranye muda (sebagai indicator pH).
8. Bila keadaan tersebut dapat terpenuhi, maka siksa vaksin yang telah
terpakai dapat dibekukan lagi, kemudian dipakai kembali sampai warna
berubah dengan catatan, tanggal kadaluarsa harus selalu diperhatikan

Vaksin polio tidak aktif (inacetivaved poliomyelitis vaccine---IPV)

1. Vaksin polio yang berisi tipe 1,2,3 dibiakkan pada sel-sel vero ginjal kera
dan dibuat tidak aktif dengan formal dehid. Pada vaksin tersebut dijumpai
selain formal dehid juga da neomisin streptomisin, dan polimitsin B dalam
jumlah kecil.
2. Vaksin polio inacetivaved harus disimpan pada suhu 2-8 ͦC dan tidak boleh
dibekukan.
3. Pemberian imunisasi dengan dosis 0,5 ml disuntikkan melalui sukutan
dalam 3 kali berturut-turut dengan jarak 2 bulan antara masing-masing
dosis. Vaksin ini akan memberikan imunitas jangka panjang, baik mucosal
maupun humoral terdapat 3 macam virus polio.
4. Imunitas mukosal yang ditimbulkan oleh IPV lebih rendah dibandingkan
dengan yang ditimbulkan oleh OPV.

KIPI

Kasus poliomyelitis yang berkaitan dengan vaksin telah dilaporkan terjadi


pada resipien atau kontak. Diperkirakan terdapat 1 kasus poliomyelitis paralitik
yang berkaitan denganvaksin pada setiap 2,5 juta dosis OPV yang diberikan.
Risiko yang paling sering, terjadi pada pemberian dosis pertama dibandingkan
dengan dosis berikutnya. Risiko yang relative kecil pada pemberian OPV ini
tidak boleh diremehkan. Namun tidak cukup menjadi alasan untuk mengubah
kebijakan imunisasi, karena vaksinasi polio terbukti sangat berguna. Harus
ditekankan bahwa kebersihan terhadap kontak penerima vaksin yang baru
adalah sangat penting.

Setelah vaksinasi, sebagian kecil resipien mengalami gejala-gejala pusing,


diare ringan, dan sakit pada otot. Seperti KIPI imunisasi yang lain, semua
gejala yang timbul setelah vaksinasi harus dilaporkan pada Dinkes setempat.

Kontraindikasi
Kontraindikasi pemberian OPV adalah sebagai berikut.
1. Mengalami penyakit akut atau demam (temperature > 38,5 ͦC), maka
imunisasi harus ditunda.
2. Muntah atau diare, maka imunisasi ditunda
3. Dalam masa pengobatan kortikosteroid atau imunosupresif oral maupun
suntikan juga pengobatan radiasi umum (termasuk kontak pasien)
4. Keganasan (untuk pasien dan kontak) yang berhubungan dengan sistem
retikuloendotelial (seperti limfoma, leukemia, dan penyakit Hodgkin) dan
anak dengan mekanisme imunologis yang terganggu, misalnya pada
hipogamaglobulinemia.
5. Menderita infeksi HIV atau anggota keluarga sebagai kontak
6. Kejadian ikutan pada fetus belum pernah dilaporkan, namun OPV tidak
boleh diberikan pada ibu hamil 4 bulan pertama, kecuali terdapat alasan
mendesak, misalnya berpergian ke daerah edemis poliomielitis
7. Vaksin polio oral dapat diberikan bersama-sama dengan vaksin inactivated
dan virus hidup lainnya (sesuai dengan indikasi), tetapi jangan bersama
vaksin tifoid oral.
8. Bila BCG diberikan pada bayi, tidak perlu memperlambat pemberian OPV,
karena OPV memacu imunitas lokal dan pembentukan antibody dengan
cara replikasi dalam usus
9. Vaksin polio oral dan IPV di dalamnya mengandung sejumlah kecil
antibiotic (neomisin, polimisin, streptomisin) namun hal ini bukan
kontraindikasi, kecuali pada anak yang mempunyai bakat hipersensitif
yang berlebih
10. Kepada saudara atau anggota keluarga kontak dari anak yang menderita
imunosupresi jangan diberikan OPV, tetapi diberi IPV

5. Campak

Penyakit campak sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan di


seluruh wilayah Indonesia. Upaya imunisasi caampak telah dilaksanakan
oleh Depkes dan Kesos RI dan sudah mencakup lebih dari 80%, tetapi
untuk daerah-daerah terpencil, cakupan tersebut secara keseluruhan masih
belum tercapai. Oleh karena itu, kejadian luar biasa penyakit campak masih
sering dijumpai di daerah-daerah tertentu. Bahkan akhir-akhir ini dengan
adanya situasi kritis dan perpindahan penduduk yang cepat dari tempat
yang kurang aman ke tempat yang aman menyebabkan terjadinya
penularan penyakit campak yang tidak dapat dihindari.

Pathogenesis

Virus dalam droplet melalui saluran pernafasan dan selanjutnya masuk


kelenjar getah bening yang berada dibawah mukosa, di tempat ini virus
memperbanyak diri kemudian menyebar ke sel-sel jaringan limforetikular
seperti limpa. Sel mononuclear yang terinfeksi membentuk sel berinti
raksasa yang disebut sel Warthin, sedangkan sel T limfosit meliputi
kelompok penekan dan penolong yang rentan terhadap infeksi terwujud,
yaitu ketika virus masuk ke dalam pembulu darah dan menyebar ke
permukaan epitel orofaring, konjungtiva, saluran pernapasan, kulit,
kandung kemih, dan saluran usus. Selanjutnya pada hari ke-9 sampai
dengan ke-10 fokus infeksi berada di epitel saluran napas. Pada saat itu
muncul gejala coriza (pilek) disertai dengan peradangan selaput
konjungtiva yang tampak merah. Pasien tampak lemah disertai suhu tubuh
yang meningkat, lalu pasien tampak sakit berat sampai munculnya ruam
kulit.

Pada hari ke-11 tampak pada mukosa pipi suatu ulser kecil (bintik koplik)
yang merupakan tempat virus tumbuh selanjutnya mati. Kondisi ini
merupakan tanda pasti untuk menegakkan diagnosis. Akhirnya muncul
ruam makulopapular di hari ke-14 sesudah awal infeksi dan pada saat itu
antibody humoral dapat dideteksi dan selanjutnya suhu tubuh menurun.

Diagnosis
Diagnosis kasus campak biasanya dapat dibuat atas dasar kelompok gejala
klinis yang saling berkaitan, yaitu coriza dan mata meradang disertai
batukk dan demam yang tinggi dalam beberapa hari lalu diikuti timbulnya
ruam makulopapular pada kulit yang memiliki cirri khas. Diawali dari
belakang telinga kemudian menyebar ke muka, dada, tubuh, lengan, dan
kaki bersamaan dengan meningkatnya suhu tubuh. Pada stadium prodormal
dapat ditemukan enanthem dimukosa pipi yang merupakan tanda
patognomonis penyakit campak yaitu bercak koplik. Pada saat
penyembuhan, ruam merah akan menghitam, dan selanjutnya mengelupas.
Vaksin
Pada tahun 1963, telah dibuat 2 jenis vaksin campak yaitu:
1. Vaksin yang terbuat dari virus campak yang hidup dan dilemahkan
(tipe Edmonston B);
2. Vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan (virus campak
yang berada dalam larutan formalin yang dicampur dengan garam
aluminium)
Dosis dan Cara Pemberian
Dosis baku minimal untuk pemberian vaksin campak yang dilemahkan
adalah 1.000 TCID50 atau sebanyak 0,5 ml. untuk vaksin hidup, pemberian
20TCID50 saja mungkin sudah dapat memberikan hasil yang baik.
Pemberian secara intramuscular. Daya proteksi vaksin campak diukur
dengan berbagai cara. Salah satu indikator pengaruh vaksin terhadap
proteksi adalah penurunan angka kejadian kasus campak sesudah
pelaksanaan program imunisasi.

Pada saat ini di Negara yang sedang berkembang, angka kejadian campak
masih tinggi dan sering kali dijumpai penyulit. Oleh karenanya WHO
menganjurkan pemberian imunisasi campak pada bayi berumur 9 bulan.
Untuk Negara maju, imunisasi campak (MMR) dianjurkan ketika anak
berumur 12-15 bulan.
KIPI
Reaksi KIPI campak banyak dijumpai ketika imunisasi ulang, pada
seseorang yang telah memiliki imunitas karena imunisasi dengan vaksin
campak dari virus yang dimatikan. Kejadian KIPI campak telah menurun
dengan digunakannya vaksi campak yang dilemahkan. Gejala KIPI berupa
demam lebih dari 39,5 ͦC yang terjadi pada 5-15% kasus. Demam mulai
dijumpai pada hari ke-5 dan ke-6 sesudah imunisasi dan berlangsung
selama 2 hari. Berbeda dengan infeksi alami, demam karena gejala KIPI
tidak tinggi, walaupun peningkatan suhu tubuh tersebut dapat merangsang
terjadinya kejang demam.
Ruam data dijumpai pada 5% resipien, timbul pada hari ke-7 dan ke-10
sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2-4 hari. Hal ini sukar
dibedakan dengan modified measles akibat imunisasi yang terjadi jika
seseorang telah memperoleh imunisasi pada saat masa inkubasi penyakit
alami. Reaksi KIPI berat terjadi jika ditemukan gangguan fungsi sistem
saraf pusat seperti ensefalitis dan ensefalopati pasca imunisasi. Landrigan
dan Wittle memerkirakan risiko terjadinya kedua efek samping tersebut
selama 30 hari sesudah imunisasi sebanyak 1 di antara 1 miliar dosis
vaksin (tahun 1963-1971).
Kontraindikasi
Kontraindikasi imunisasi campak berlaku bagi mereka yang sedang
menderita demam tinggi, sedang memperoleh pengobatan imunosupresi,
hamil, memiliki riwayat alergi, dan sedang memperoleh

S. Sistem Rujukan
1. Pengertian Sistem Rujukan
Sistem rujukan upaya keselamatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas
pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggungjawab
secara timbal balik atas masalah yang timbul, baik secara vertikal maupun horizontal
ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional, dan tidak dibatasi
oleh wilayah administrasi. Tujuan sistem rujukan adalah untuk meningkatkan mutu,
cakupan dan efisiensi pelayanan kesehatan secara terpadu.
Seperti yang telah dirumuskan dalam SK Menteri Kesehatan Nomor 23
tahun 1972 tentang Sistem Rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggungjawab timbal balik terhadap suatu
kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal dalam arti dari unit yang
berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal dalam
arti antarunit-unit yang setingkat kemampuannya.
2. Jenis-Jenis Rujukan
Secara konseptual rujukan dibedakan menjadi 2, yakni:
a. Rujukan medik, yang pada dasarnya menyangkut masalah pelayanan medik
perorangan yang antara lain meliputi:
• Transfer of patient, rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan,
tindakan operasi, dan lain-lain.
• Transfer of specimen, rujukan spesimen untuk pemeriksaan laboratorium
klinik yang lengkap
• Transfer of knowledge, rujukan ilmu pengetahuan antara lain
mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk
melakukan tindakan, memberi pelayanan, alih pengetahuan dan teknologi
dalam meningkatkan kualitas pelayanan
b. Rujukan masalah kesehatan masyarakat, yaitu hubungan dalam pengirman,
pemeriksaan bahan atau spesimen ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap
Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari:
a. Rujukan internal, adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di
dalam institusi tersebut, misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu)
ke puskesmas induk.
b. Rujukan eksternal, adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang
pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas
rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke RSUD)
Menurut lingkup pelayanannya, terdiri dari:
a. Rujukan medik, yaitu rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya
penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif), misalnya merujuk pasien
dengan penyakit kronis ke RSUD
b. Rujukan keehatan, yaitu rujukan pelayanan yang umumnya berkaitan dengan
upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif),
misal merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi Puskesmas,
atau pasien dengan masalah kesehatan kerja ke klinik sanitasi puskesmas.
Tingkat Rujukan
Tingkatan rujukan berdasarkan pada bentuk pelayanan:
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health care)
Diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan masyarakat sehat untuk
meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan. Bentuk pelayanan ini di
Indonesia adalah puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, dan
balkesmas.
b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua (secondary health services)
Diperlukan oleh kelompok masyarakat yang memerlukan perawatan menginap,
yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer. Bentuk
pelayanan inin misalnya RS tipe C dan D dan memerlukan tersedianya tenaga
spesialis.
c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tertiary health services)
Diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien yang sudah tidak dapat
ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder. Pelayanan sudah kompleks, dan
memerlukan tenaga-tenaga super spesialis, contoh di Indonesia: RS tipe A dan B.
Jalur Rujukan
a. Rujukan pelayanan medis
1) Antara masyarakat dengan puskesmas
2) Antara puskesmas pembantu atau bidan di desa dengan puskesmas
3) Intern antara petugas puskesmas atau puskesmas rawat inap
4) Antara puskesmas dengan RS, laboratorium atau fasilitas pelayanan
lainnya
b. Rujukan pelayanan kesehatan
• Dari puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota
• Dari puskesmas ke instansi lain yang lebih kompeten baik intrasektoral
maupun lintas sektoral
• Jika rujukan di Kabupaten atau Kota masih belum mampu
menanggulangi,dapat diteruskan ke Propinsi atau Pusat
Kasus –Kasus yang Harus Dirujuk
1. Menentukan perlunya rujukan segera
Siapkan surat rujukan dan jelaskan pada ibu apa alasan merujuk bayinya. Ajari
ibu segala sesuatu yang perlu dilakukan selama perjalanan, seperti mejaga
kestabilan suhu tubuh bayi dan pemberian ASI yang tetap diberikan.
2. Tindakan pra rujukan
• Membebaskan jalan napas dan memberi O2 (jika ada)
• Menangani kejang dengan obat anti kejang
• Lakukan tindakan untuk mencegah agar gula darah tidak turun
• Memberi dosis pertama antibiotik intramuskular
• Menasehati ibu cara merawat bayi tetap hangat selama perjalanan
rujukan. Tindakan ini dapat dilakukan dengan metode kanguru (kontak
kulit ibu), agar kehangatan alami diperoleh bayi muda selama
perjalanan rujukan ke RS
• Menghangatkan tubuh bayi segera sebelum dirujuk, khusus untuk bayi
muda dengan klasifikasi hipotermia berat dan sedang
• Rujuk segera ke RS dan menasehati ibu untuk tetap meneruskan
pemberian ASI dan memberikan larutan oralit sedikit demi sedikit
(pada dehidrasi berat) dalam perjalanan.
3. Merujuk bayi muda
a. Jelaskan pada ibu pentingnya rujukan
b. Hilangkan kekhawatiran ibu dan tolonglah untuk mengatasi setiap masalah
c. Tulis surat rujukan untuk dibawa ke RS
d. Berikan kepada ibu obat dan instruksi yang diperlukan untuk merawat bayi
mudanya selama perjalanan ke RS
DAFTAR PUSTAKA

Fadlun dan Achmad Feryanto. 2012. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba Medika

Marmi dan Kukuh Rahardjo. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, Dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Nanny Lia Dewi, Vivian. 2013. Asuhan Neonatus, Bayi, Dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika

Rizema Putra, Sitiatava . 2012. Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita Untuk Keperawatan Dan
Kebidanan. Jogjakarta: D- Medika
CONTOH SOAL KASUS
A. Lingkup asuhan neonatus, bayi dan bali
Jika kemudian ibu melhirkan kembali, beri dukungan pada orang tua selama beberapa
bulan pertama, paling tidak sampai meewati usia bayi yang meninngal sebelumnya. BBL
Normal
1. Seorang ibu melahirkan 1 jam yang lalu di BPS, usia kehamilan 40 minggu, BB: 2.800
gram PB: 48 cm, bergerak aktif, warna kulit kemerahan, RR: 40 x /menit, Nadi: 130
x/menit, suhu: 36oC.
Pertanyaan :
Apa diagnosa yang tepat pada Bayi Baru Lahir tersebut ?
a. BBL Normal
b. BBL dengan asfiksia
c. BBL dengan Hipotermia
d. BBL dengan lebih bulan
e. BBL dengan infeksi
Jawaban : a. BBL Normal
Pembahasan : BBL normal adalah bayi yang baru dilahirkan pada kehamilan cukup bulan,
berat badan bayi antara 2.500 – 4.000 gram,
B antara 48-52 cm dan tanpa tanda asfiksia dan penyakit penyerta lainnya.
Referensi : Varney H, Varney Midwifery. 1997 Third ed. J&B publisher. London. Capt 32,
Hal. 551-560.

BBL Bermasalah
2. Bayi “B” lahir prematur di BPS dengan usia kehamilan 35 minggu, BB: 2400 gram, P: 46
cm, RR: 20 x/ menit, dan Apgar skor 4-6. Dan pada saat persalinan air ketuban bercampur
dengan mekonium.
Pertanyaan: Apa diagnosa pada bayi tersebut ?
a. Asfiksia
b. Asfiksia neonatorum ringan
c. Asfiksia neonatorum sedang
d. Asfiksia neonatorum berat
e. Gangguan pernafasan
Jawaban : c. Asfiksia neonatorum sedang
Pembahasan: Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas
secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus
dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan,
atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila
penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi
bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang
mungkin timbul.
Etidiologi: faktor ibu dan faktor bayi
1. Faktor ibu
a.Preeklampsia dan eklampsia
b. Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
c. Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
2. Faktor Bayi
a. Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
b. Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum,
ekstraksi forsep)
c. Kelainan bawaan (kongenital)
d. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
Refesensi: Markum, Ilmu Kesehatan Anak, FK UI jakarta 1999

3. Bayi perempuan umur 2 bulan lahir dengan prematur, BBL: 2400 gram, P: 48 cm, RR:
34x/menit, dan pada paska persalinan usia ibu 20 tahun dan perdarahan, dan ibu ini kecandu
rokok dan golongan ekonomi rendah. Dan posisi pada saat tidur bayi tengkurap padahal
belum waktunya tengkurap dan pada saat di ambil bayi sudah meninggal.
Pertanyaan: Apakah diagnosa yang tepat untuk bayi tersebut ?
a. Bayi dengan SIDS
b. Bayi dengan gangguan perkembangan
c. Bayi dengan gangguan pernafasan
d. Bayi Prematur
e. Bayi dengan BBLR
Jawaban : a. Bayi dengan SIDS
Pembahasan: suatu kematian yang mendadak dan tidak terduga pada bayi yang tampaknya
sehat. SIDS merupakan penyebab kematian yang paling sering ditemukan pada bayi yang
berusia 2 minggu-1 tahun.
Faktor resiko
1. Kasur yang lembut (pada bayi kuran dari 1 tahun
2. Tidur tengkurap (pada bayi kurang dari 4 bulan)
3. Bayi prematur
4. Riwayat SIDS pada saudara kandung
5. Banyak anak
6. Musim dingin
7. Ibunya perokok
8. Ibunya pecandu obat terlarang
9. Ibunya berusia muda
10. Jarak yang pendek diantara 2 kehamilan
11. Perawatan selama kehamilan yang kurang
12. Golongan sosial-ekonomi rendah. SIDS lebih banyak ditemukan pada bayi laki-laki.
Referensi: Depkes RI. 1993. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga. Jakarta:
Depkes RI

4. Bayi T lahir spontan 1 jam yang lalu, gerakan aktif, berat badan 2400 gram, panjang badan
48 cm, pernapasan 40 x/menit, dengan usia kehamilan saat lahir 36 minggu. Dari hasil
pemeriksaan tidak di temukan kelainan.
Pertanyaan :
Asuhan apa yang harus diberikan pada bayi T adalah…………..
a. Dimandikan
b. Pemberian oksigen
c. Pemberian antibiotik
d. Dirawat dalam indikator
e. Rawat gabung dengan ibunya
Jawaban : e. Rawat gabung dengan ibunya
Pembahasan
rawat gabung adalah membiarkan ibu dan bayi nya bersama terus menerus.
Manfaat rawat gabung
1. Mempercepat mantapnya dan terus terlaksananya proses menyusui.
2. Memungkinkan proses bonding rawat gabung akan meningkatkan ikatan batin antara ibu
dan bayinya.
3. Menurunkan biaya pihak rumah sakit dapat menekan biaya karena tidak perlu membangun
dan memelihara ruang bayi sehat, tidak perlu mengeluarkan gaji untuk petugas ruang bayi
sehat, juga biaya yang harus dikeluarkan bila bayi menjadi sakit dapat dikurangi. Turn over
lebih cepat
4. Peralatan minimal bila dilakukan bendding-in maka akan mengurangi pembelian boks bayi.
Tidak memerlukan botol susu.
5. Tidak ada tambahan tenaga, tidak perlu menambah tenaga untuk ruang bayi sehat, karena
untuk rawat gabung dapat memanfaat kan tenaga yang sudah ada di ruangan nipas.
Referensi : Fransiska sri susanti. Buku indonesia menyusui

5. Ny E baru saja melahirkan di BPS. Bayi menangis kuat, warna kulit merah, gerakan aktif.
BBL 2900 gram, panjang 52 cm.
Pertanyaan:
Penatalaksanaan yang dilakukan segera terhadap bayi Ny E adalah……….
a. Memandikan
b. Mengisap lendir
c. Memotong tali pusat
d. Inisiasi menyusui dini
e. Mengeringkan
Jawaban : e. Mengeringkan
Pembahasan
Setelah bayi lahir bidan mengeringkan tubuh bayi agar tidak terjadinya kehilangan panas
tubuh secara evaporasi.
Refrensi : Prawirohardjo, sarwono. 2005. Ilmu kandungan. Jakarta:yayasan bina pustaka
sarwono prawirohardjo
BAB 2
B. Konsep asuhan neonatus, bayi, dan balita
1. Seorang ibu P1A0 melahirkan bayi 6 jam yang lalu, usia kehamilan 38 minggu, bayi
lahir spontan per vaginam, laki-laki, menangis kuat, warna kemerahan, bergerak aktif.
Berada dalam fase/ periode apakah bayi tersebut?
a. Fase transisi
b. Fase adaptasi
c. Fase reaktivitas pertama
d. Fase reaktivitas kedua
e. Fase tidur
2. Seorang ibu P2A0 melahirkan bayi 30 menit yang lalu, usia kehamilan 39 minggu,
bayi lahir spontan per vaginam, menangis kuat, warna kemerahan, bergerak aktif.
Kemudian bayi menunjukkan tanda-tanda antara lain, gerakan bayi menjadi kurang
aktif, letargi, hipotonus, tidak kuat menghisap ASI, dan menangis lemah. Tanda-tanda
tersebut menunjukkan bayi mengalami:
a. Hipotermia
b. Hipertermia
c. Hipoglikemi
d. Hipoksia
e. Sianosis
3. Seorang ibu P1A0 melahirkan bayi perempuan 5 menit yang lalu, usia kehamilan 38
minggu, bayi lahir spontan per vaginam, menangis kuat, warna kemerahan, bergerak
aktif, BB 3200 gram. Sementara bidan masih menunggu plasenta lahir, bayi tersebut
setalah dikeringkan dan di bedong, kemudian diletakkan di ruangan yang
menggunakan kipas angin. Mekanisme perpindahan panas apa yang mungkin dialami
oleh bayi tersebut?
a. Konduksi
b. Konveksi
c. Radiasi
d. Evaporasi
e. Vaporasi
4. Seorang bayi laki-laki lahir spontan, menangis kuat, warna kulit kemerahan, dan
bergerak aktif, pada saat ini bayi mengalami proses Homeostatis, yaitu kemampuan
adaptasi fungsional janin dari?
a. Dari dalam uterus ke kehidupan luar uterus
b. Dari usia kandungan TM 1 ke TM II
c. Dari usia kandungan TM II ke TM III
d. Dari 8 jam pertama kelahiran hingga usia 1 minggu
e. Dari 8 jam pertama kehidupan hingga tali pusat lepas mongering
5. Seorang bayi lahir cukup bulan, menangis kuat dan gerakan tonus otot aktif, kemudian
petugas kesehatan menyarankan untuk diberikan ASI saja tanpa tambahan makanan
apapun, karena...
a. Kapasitas lambung BBL hanya 30 cc
b. Kapasitas lambung BBL menyesuaikan makanan yang masuk
c. Dikhawatirkan alergi susu formula
d. Usus BBL belum mampu mencerna makanan
e. Kapasitas lambungnya seperti neonatus usia 10 hari

BAB 3
C. Rencana asuhan bayi 2-6 hari
1. Bayi A lahir spontan 1 jam yang lalu, gerakan aktif, BB 2400 gram, panjang badan 48
cm, pernapaan 40x/menit, dengan usia kehamilan 36 minggu. Dari hasil pemeriksaan
tidak ditemukan kelainan.
Asuhan yang harus diberikan pada bayi A adalah...
a. Dimandikan
b. Pemberian oksigen
c. Pemberian antibiotik
d. Rawat di dalam inkubator
e. Rawat gabung
Jawaban: (E. Rawat gabung)
2. Ny R baru saja melahirkan di BPM. Bayi menangis kuat, warna kulit merah, gerakan
aktif, BBL 2900 gram, panjang 50 cm.
Penatalaksanaan yang dilakukan terhadap bayi Ny R adalah...
a. Memandikan
b. Mengisap lendir
c. Memotong tali pusat
d. Inisiasi menyusu dini
e. Mengeringkan
Jawaban: (e. Mengeringkan)
3. Bayi R lahir spontan 1 jam yang lalu, gerakan aktif, BB 2450 gram PB 48 cm RR
40x/menit, suhu 370C dengan usia kehamilan saat lahir 36 minggu. Dari hasil
pemeriksaan tidak ditemukan kelainan.
Setelah 30 menit kemudisn bsyi R mengalami penurunan suhu menjadi 360C.
Asuhan yang diberikan pada bayi R adalah...
a. Memberikan antibiotik
b. Dibedong
c. Lakukan rujukan
d. Lakukan metode kanguru
e. Berikan cairan infus Dextrose
f. Jawaban: (d. Lakukan metode kanguru)
4. Bayi S umur 3 hari, BBL 3100 gram, BB sekarang 3000 gram. Bayi menetek kuat.
Pemberian ASI yang dianjurkan pada By S adalah...
a. 30 menit sekali
b. 1 jam sekali
c. 3 jam sekali
d. On demand
e. Bila bayi terbangun
Jawaban: (d. On demand)
5. By N umur 2 hari, BBL 2750 gram, BB sekarang 2600 gram. Suhu badan bayi 370C
bergerak aktif, tali pusat tidak ada tanda-tanda infeksi.
Prinsip utama yang harus diperhatikan dalam merawat tali pusatnya adalah...
a. Steril
b. Bersih
c. Dibungkus rapat
d. Bersih dan kering
e. Dibungkus kassa betadine
Jawaban: (d. Bersih dan kering)
BAB 4
D. Asuhan primer pada bayi 6 minggu pertama
1. Seorang ibu P1A0 melahirkan bayi 5 jam yang lalu umur kehamilan 39 minggu, bayi
lahir spontan pervaginam,upaya apa yang harus di lakukan ibu agar terjalin hubungan
interaksi emosi sensorik fisik antara orang tua dan bayi segera setelah lahir
a. room in
b. bounding attachment
c. metode kanguru
d. sentuhan orang tua
2. Seorang ibu P1A0 melahirkan bayi 8 jam yang lalu umur kehamilan 38 minggu, bayi
lahir spontan pervaginam,perempuan menangis kuat, bayi bergerak aktif warna kulit
kemerahan, pada setiap bayi setidaknya mendapatkan uji fisik sebelum meninggalkan
tempat pusat persalinan ada berapakah uji fisik yang harus dilakukan ?
a. dua uji fisik
b. tiga uji fisik
c. empat uji fisik
d. lima uji fisik
3. Seorang ibu P1A0 melahirkan bayi 3 hari yang lalu dengan umur kehamilan 40
miinggu, lahir spontan laki-laki bayi menangis kuat bergerak aktif apa saja rencana
asuhan yang harus diberikan primer bayi 6 minngu ?
a. diagnosa potensial
b. planning
c. wawancara orang tua
d. data subyektif , data obyektif , assesment, planning
BAB 5
E. Pemantauan tumbuh kembang neonatus, bayi dan balita
1. Seorang bayi berusia 3 bulan BBL: 3000 gram, PBL: 48 cm, pada saat di posyandu
BB:4200 gram, PB: 55 cm. Dari kasus itu, apakah yang dialami bayi tersebut?
a. Pertumbuhan
b. Perkembangan
c. Motorik halus
d. Motorik kasar
Jawaban: A
2. Seorang bayi berusia 4 bulan, BB:4,7 gram, PB: 58 cm, Apakah aktivitas yang dapat
dilakukan oleh bayi tersebut?
a. Duduk
b. Belajar berdiri
c. Berbalik telungkup ke terlentang
d. Merangkak
Jawaban : C
3. Seorangt bayi berusia 5 bulan, Bayi lahir di BPS dengan berat badan lahir 3125 gr,
panjang badan 51 cm. Berapakah berat badan normal pada bayi tersebut
a. 5,625 kg
b. 6,25 kg
c. 6,75 kg
d. 9,375 kg
Jawaban : B
4. Seorang bayi berusia 10 bulan. Perkembangan motorik kasar yang harus dicapai bayi
tersebut adalah?
a. Duduk
b. Merangkak
c. Berjalan
d. Mengangkat badannya ke posisi berdiri
Jawaban: D
5. Seorang balitaberumur 1 tahun, BB lahir: 3200 gram, PB lahir: 49 cm.berapakah PB
normal pada balita tersebut?
a. 70 cm
b. 73,5 cm
c. 75 cm
d. 76 cm
BAB 6
F. Neonatus dan bayi dengan masalah serta penatalaksanaannya
1. Seorang ibu membawa balita berusia 2 tahun, dating di BPM dengan keluhan BAB
cair 7-8x dalam sehari, panas, rewel dan nafsu makan menurun. Hasil pemeriksaan ;
turgor kulit menurun, mata cekung, suhu 37,2 ˚C. Apakah asuhan yang tepat pada
kasus tersebut?
A. Rujuk
B. Berikan oralit
C. Berikan cairan RL
D. Berikan obat
E. Tingkatkan asupan cairan lewat makanan
2. Seorang ibu membawa bayi berusia 6 bulan dating ke BPM, dengan keluhan gatal,
pedih benjolan berwarna merah muda menggerombol, kecil disekitar dahi sudah
terjadi ±4 hari. Apakah diagnose yang tepat?
A. Miliaria rubra
B. Miliaria kristalina
C. Furunkel
D. Miliaria profunda
E. Miliaria pustulosa
3. Seorang ibu membawa bayi berusia 3 bulan datang ke BPM, dengan keluhan ASI
selalu keluar kembali setelah bayi disusui. Asuhan utama yang tepat untuk menangani
kasua tersebut?
A. Perbaiki posisi botol
B. Sendawakan bayi setelah menyusui
C. Usahakan mulut bayi mencakyp seluruh putting ibu
D. Jangan terburu-buru saat menyusui
E. Posisi menyusui yang rileks
4. Seorang ibu membawa balita usia 1 tahun ke BPM, dengan keluhan terdapat
peradangan berupa sisik yang berlemak di daerah kepala, telah terjadi sekitar 3-4 hari.
Apakah diagnose yang tepat untuk kasus tersebut?
A. Furunkel
B. Diaper rush
C. Oral trush
D. Seborrhea
E. Bisulan
5. Seorang ibu membawa bayi berusia 2,5 bulan dating ke BPM, dengan keluhan adanya
bercak berwarna biru kehitaman di punggung. Hasil pemeriksaan bercak warna biru
kehitaman, bentuk tidak teratur tidak membenjol. Diagnosa yang tepat untuk kasus
tersebut?
A. Hemangioma
B. Tahi lalat
C. Bercak mongol
D. Furunkel
E. Miliaria
BAB 7
F. Asuhan neonatus dengan jejas persalinan
1. Ny. L datang ke BPS, Ny.L mengatakan ia baru saja melahirkan bayinya 2 hari yang
lalu, ia mengeluh bahwasannya anaknya menangis terus menerus seperti sedang
kesakitan,dan Ibu mengatakan tangan sebelah kanan anaknya sedikit agak terlukai,
ibu mengatakan sangat sedih melihat anaknya seperti ini. Setelah dilakukan
pengkajian oleh bidan, tak ada gerakan pada tangan yang sakit,reflek moro asimetris,
Terabanya deformitas dan krepotasi di daerah yang patah disertai rasa sakit. Bidan
melihat adanya tangisan bayi pada gerakan pasif. Keadaan umum bayi kurang baik.
Diagnosa bayi Ny.L adalah...
a. Fraktur hemorous
b. Caput suksedaneum
c. Cepal hematoma
d. Fleksus brachialis
e. Fraktur

2. Bayi Ny.N lahir spontan menangis kuat gerakan aktif dengan BB 3400 gram panjang
50 cm. setelah dilakukan pemeriksaan fisik tenyata terdapat pembengkakan kulit
kepala. Bagian kiri kulit kepala bayi Ny.N terlihat bengkak, lembek dan berubah
warna kemerahan atau memar. Diagnosa bayi Ny.N adalah…
a. Fraktur klafikula
b. Caput suksedaneum
c. Cepal hematoma
d. Fleksus brachialis
e. Fraktur

3. Ny.O melahirkan dengan dibantu oleh alat vacum karena suatu hal tertentu. Alhasil
bayinya mengalami benjolan pada kepala yang terkena alat vakum dan sedikit
perdarahan subperiostal tulang tengkorak berbatas tegas pada tulang yang
bersangkutan dan tidak melewati sutura. Diagnose bayi Ny.O adalah…
a. Fraktur klafikula
b. Caput suksedaneum
c. Cepal hematoma
d. Fleksus brachialis
e. Fraktur
BAB 8
G. Asuhan neonatus dengan kelainan bawaan
1. Seorang bayi usia 30 jam mengalami muntah-muntah , perut kembung, anus tampak
merah dan tidak ada lubang anus, kita sebagai bidan perlu mencurugai adanya
kelainan …..
a. Hirschsprng
b. Hidrosepalus
c. Atresia ani
d. Atresia esofgus
e. Hernia
2. Seorang bayi berusia 3 bulan mengalami pelebaran pada vena kulit kepala, terlihat
mengkilat serta ubun-ubun melebar dan ubun-ubun tidak menutup pada waktunya dan
teraba tegang serta menonjol, pada cirri-ciri kasus tersebut anak tersebut menderita
penyakit….
a. Hidrosefalus
b. Meningokel
c. Finosis
d. Labioskiziz
e. Labiopalatokizis
3. Seorang bayi usia 2 hari dibawa ke rumah sakit dengan keluhan sesak nafas kulit
berwarna pucat , suara nafas tidak terdengar , dan detak jantung terdengar didaerah
berlawanan.apakah diagnose pada kasus tersebut…
a. Hernia Diafragmatika
b. Meningokel
c. Asma
d. Gastrokizis
e. Labioskizis
BAB 9
H. Manajemen terpadu balita muda (MTBM)
BAB 10 DAN 11
I. Manajemen terpadu balita sakit (MTBS) & Asuhan kebidanan neonatus resiko tinggi
dengan BBLR
1. Seorang bayi dengan berat badan lahir rendah datang ke BPM dengan keluhan sering
tersedak saat menyusu, dan berat badan belum bertambah.
Apakah penanganan yang tepat untuk kasus diatas ?
a. Mempertahankan suhu dengan ketat
b. Mencegah infeksi dengan ketat
c. Pengawasan nutrisi atau ASI
d. Penimbangan ketat
2. Seorang bayi berusia 10 hari, dengan berat lahir <1.500 gram . berapakah
penambahan berat badan untuk bayi <1.500 gram per harinya ?
a. 20-30 gr/hari
b. 30-35 gr/hari
c. 35-40 gr/hari
d. 40-45 gr/hari
3. Seorang anak perempuan 2 tahun, BB 12 kg, berak cair 5x, tidak berdarah, tidak
berlendir, keadaan sakit ringan.
Dari pernyataan diatas yang bukan merupakan tanda dan gejala dehidrasi ringan atau
sedang adalah ?
a. Gelisah atau rewel
b. Mata cekung
c. Latergis atau tidak sadar
d. Cubitan kulit perut kembalinya lambat
BAB 12
J. Asuhan kebidanan neonatus resiko tinggi
Bayi Lina baru lahir 15 menit yang lalu, dengan denyut jantung 50x/menit, tonus otot
sedikit fleksi, gerakan sedikit, warna kulit kebiruan, suhu 36C, respieasi tidak teratur
1. nilai APGAR bayi Lina adalah .....
a. 5
b. 6
c. 7
d. 8
2. bayi Lina mengalami....
a. RDS
b. Apneu
c. Asfiksia
d. Gagal nafas
3. penatalaksanaan segera adalah...
a. lakukan resusitasi segera
b. rawat dalam inkubator
c. terapi antibiotik dosis tinggi
d. lakukan resusitasi jantung paru
BAB 13
K. Presentasi tentang bayi lahir dari ibu yang menderita HIV/ AIDS, TBC dan Hepatitis B
1. Seorang bayi baru lahir BB: 3200 gram, PB: 50 cm, LK: 34 cm, LD: 33 cm,
dilahirkan dari seorang ibu yang mempunyai HIV positif. Apakah asuhan yang tepat
pada bayi tersebut?
a. Memberikan ASI eklusif
b. Merawat bayi seperti yang lain
c. Memberikan susu formula
d. Memberikan antiretroviral
Jawaban : C
2. Seorang bayi baru lahir BB: 2900 gram, PB: 50 cm, LK: 34 cm, LD: 32 cm,
dilahirkan dari seorang ibu yang menderita infeksi hepatitis B. Apakah asuhan yang
tepat pada bayi tersebut:
a. Memandikan bayi
b. Memberikan vaksin HB 0
c. Tetap memberikan ASI
d. Memberikan ASI setelah mendapatkan vaksin hepatitis
Jawaban : D
3. Seorang bayi baru lahir BB: 3000 gram, PB: 48 cm, LK:34cm, LD: 33cm, dilahirkan
dari seorang ibu yang mengalami penyakit tuberkolosisi. Apakah asuhan yang tepat
pada bayi tersebut?
a. Memberikan iminisasi BCG
b. Uji mantouk
c. Tetap memberukan ASI dengan menggunakan masker
d. Memandikan bayi
Jawaban : C
BAB 14
L. Konsep imunisasi dasar lengkap, kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) dan issue terkini
tentang imunisasi pada neonatus bayi dan balita
1. Bayi D dibawa ke puskesmas untuk mendapatkan imunisasi. Bidan memberikan
imunisasi DPT 1 dan polio 2. Setelah mendapat imunisasi pada malam harinya Bayi
D mengalami demam tinggi (38 ͦ C). demam tinggi yang dialami Bayi D merupakan
efek samping dari…

a. Tempat penyuntikan
b. DPT
c. Polio dan DPT
d. Polio
e. Cara penyuntikan
2. Bayi S sudah mendapat imunisasi BCG 2 hari yang lalu. Saat ini timbul bengkak dan
merah pada tempat penyuntikan. Masalah yang terjadi pada bayi R disebabkan oleh…
a. Reaksi normal dari imunisasi BCG
b. Penyuntikan yang terlalu dalam
c. Dosis vaksin terlalu banyak
d. Bayi tidak tahan dengan vaksin BCG
e. Alergi vasin BCG
3. Bayi A berumur 9 bulan dibawa ke puskesmas untuk dilakukan imunisasi campak.
Dosis imunisasi yang diberikan pada bayi A adalah…
a. 0,4 ml
b. 0,1 ml
c. 0,5 ml
d. 0,2 ml
e. 0,3 ml
4. Bayi F umur 4 bulan, sudah melakukan imunisasi DPT 2 dan polio 3. Jadwal yang
tepat untuk pemberian imunisasi yang tepat pada Bayi F adalah…
a. 4 minggu
b. 6 minggu
c. 8 minggu
d. 12 minggu
5. Bayi I umur 4 bulan, setelah melakukan imunisasi terjadi kemerahan, bengkak, dan
nyeri pada lokasi injeksi. Ibu bayi I mengeluh anaknya terkadang gelisah dan
menangis terus-menerus dengan disertai demam (38,5 ͦ C). Diagnosa dari sakit yang
diderita bayi I adalah…
a. KIPI pertusis
b. KIPI campak
c. KIPI poliomyelitis
d. KIPI BCG
e. Karena penyuntikan yang terlalu dalam

BAB 15
M. Sistem rujukan
1. Seorang bayi berusia 1 tahun datang ke puskesmas. Ibu mengatakan anaknya sudah 2
bulan terakhir ini tidak mengalami kenaikan BB saat dilakukan penimbangan dan
mengatakan anaknya berkurang nafsu makannya serta sering menolak ketika diberikan
buah atau sayuran. Dari kasus tersebut Bidan di ruang KIA menyarankan ibunya untuk
berkonsultasi dengan ahli gizi di ruang konsultasi gizi. Berdasarkan jenis rujukan
menurut lingkup pelayanannya, termasuk jenis :
a. Rujukan medik
b. Rujukan kesehatan
c. Rujukan internal
d. Rujukan eksternal
e. Rujukan masalah kesehatan masyarakat
2. Seorang ibu membawa anaknya yang berusia 2 tahun ke puskesmas dengan keluhan
demam sudah 1 hari tapi dikompres belum juga turun. Berdasarkan tempat pelayanan
kesehatan yang ibu pilih tesebut, termasuk tingkatan ke berapakah bentuk pelayanan
tersebut?
a. Tingkat pertama
b. Tingkat kedua
c. Tingkat ketiga
d. Tipe A
e. Tipe B
3. Seorang ibu memeriksakan anaknya berusia 7 bulan yang mengalami diare selama 2
hari di bidan terdekat, karena keadaan anak tersebut yang sangat lemah dan tidak mau
minum ASI, maka bidan tersebut menyarankan ibu tersebut membawa anaknya ke
puskesmas terdekat untuk mendapatkan pelayanan yang lebih memadai. Dari ilustrasi
tersebut alur rujukan yang dipakai adalah?
a. Tingkat dasar
b. Tingkat kelurahan
c. Tingkat kecamatan
d. Tingkat kabupaten
e. Tingkat propinsi
4. Seorang ibu memeriksakan anaknya yang sakit batuk sudah lebih dari 2 minggu ke
puskesmas terdekat dan tidak sembuh-sembuh meskipun telah diberi obat, kemudian
pihak puskesmas merujuk anak tersebut ke RS tipe C untuk dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut. Berdasarkan ilustrasi kasus tersebut, pihak puskesmas merujuk ke bentuk
pelayanan pada tingkat:
a. Pertama
b. Kedua
c. Ketiga
d. Ke empat
e. Ke lima
5. Seorang ibu G2P1A0 datang ke puskesmas rawat jalan untuk periksa dengan keluhan
sudah mulai merasa kenceng-kenceng dan usia kehamilannya sudah 39 minggu, dari
hasil VT sudah buka 3 cm kemudian pihak puskesmas merujuk pasien tersebut ke
puskesmas rawat inap terdekat yang berwenang menolong persalinan. Berdasarkan
kasus tersebut telah dilakukan rujukan:
a. Vertikal ke horizontal
b. Sesama horizontal
c. Sesama vertikal
d. Horizontal ke vertikal
e. Rujukan medis

Anda mungkin juga menyukai