Neonatus
Neonatus
2. Pencegahan Infeksi
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi pada BBL menurut
Depkes RI (2000) adalah:
a. Pencegahan infeksi pada tali pusat
Upaya ini dilakukan dengan cara merawat tal pusat yang berarti menjaga agar luka
tersebut tetap bersih, tidak terkena air kencing, kotoran bayi atau tanah dan
dilarang membubuhkan ramuan apapun pada tali pusat karena dapat
mengakibatkan infeksi. Tanda-tanda infeksi tali pusat yang harus diwaspadai
antara lain kulit sekitar tali pusat berwarna kemerahan, ada pus atau nanah dan
berbau busuk.
b. Pencegahan infeksi pada kulit
Beberapa cara yang diketahui yang dapat mencegah terjadinya infeksi pada kulit
BBL atau infeksi lain adalah meletakkan bayi di dada ibu agar terjadi kontak kulit
langsung ibu dan bayi, sehingga menyebabkan terjadi kolonisasi mikroorganisme
yang ada di kulit dan saluran pencernaan bayi dengan mikroorganisme ibu yang
cenderung bersifat nonpatogen, serta adanya zat antibodi bayi yang sudah
terbentuk dan terkandung dalam ASI.
c. Pencegahan infeksi pada mata BBL
Dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir, berikan salep obat tetes mata untuk
mencegah biarkan obat tetap pada mata bayi dan obat yang ada di sekitar mata
jangan dibersihkan.
d. Imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara memproduksi imunitas aktif buatan untuk melindungi
diri melawan penyakit tertentu dengan cara memasukkan suatu zat ke dalam tubuh
melalui penyuntikan atau secara oral.
3. Rawat Gabung
a. Konsep dasar Rooming-In (rawat gabung)
Rooming –In sering juga disebut dengan rawat gabung yaitu menyatukan antra ibu
dan bayiinya dalam satu kamar, agar antara ibu dan bayinya terjalin suatu
hubungan batin dan ibu bisa menjadi lebih dekat dengan bayinya. Rooming –In
bertujuan agar bayi tidak terkena infeksi yang ditularkan dalam rumah sakit.
b. Pengertian rawat gabung
Yaitu suatu sistem perawatan ibu dan anak bersama atau pada tempat yang
berdekatan sehinggga memungkinkan sewaktu-waktu, setiap saat, ibu tersebut
dapat menyususi anaknya. Rawat gabung dapat bersifat:
1) Kontinu, dengan bayi tetap berada di samping ibunya terus menerus
2) Parsial, ibu dan bayi bersama-sama hanya dalam beberapa jam seharinya,
misalnya pagi bersama ibu sementara malam hari dirawat di kamar bayi.
c. Tujuan rawat gabung
1) Bantuan emosional
2) Penggunaan ASI
3) Penceghaan infeksi
4) Pendidikan kesehatan
Syarat BBL bisa dilakukan rawat gabung, antara lain bayi lahir spontan baik
presentasi kepala maupun bokong. Apabila bayi lahir dengan tindakan, maka rawat
gabung dilakukan setelah bayi cukup sehat, refleks menghisap baik, tidak ada
tanda-tanda infeksi, dan lain-lain. Apabila bayi lahir secara seksio sesaria (SC),
dengan pembiusan umum, rawat gabung dilakukan setelah ibu sadar dan bayi tidak
mengantuk, 4-6 jam setelah operasi selesai. Syarat umum lainnya adalah, umur
kehamilan lebih atau sama dengan 2500 gram, tidak terdapat tanda infeksi
intrapartum, bayi dan ibu dalam keadaan sehat. Manfaat rawat gabung meliputi:
a) Bagi ibu
(1) Aspek psikologi
(2) Aspek fisik
b) Bagi bayi
(1) Aspek psikologi
(2) Aspek fisik
c) Bagi keluarga
(1) Aspek psikologi
(2) Aspek ekonomi
d) Bagi petugas
(1) Aspek psikologi
(2) Aspek fisik
2. Kebutuhan Eliminasi
a. Defekasi (BAB)
Jumlah feses pada bayi baru lahir cukup bervariasi selama minggu pertama
dan jumlah paling banyak adalah antara hari ketiga dan keenam. Feses transisi
(kecil-kecil berwarna cokelat sampai hijau karena adanya mekonium) dikeluarkan
sejak hari ketiga sampai keenam. Bayi baru lahir yang diberi makan lebih awal
akan lebih cepat mengeluarkan feses daripada mereka yang diberi makan
kemudian. Feses dari bayi yang menyusu dengan ASI akan berbeda dengan bayi
yang menyusu dengan susu botol. Feses dari bayi ASI lebih lunak. Berwarna
kuning emas, dan tidak menyebabkan iritasi pada kulit bayi (Dewi, Vivian Nanny
Lia, 2010: 28).
Bayi yang berdefekasi segera setelah makan merupakan suatu kondisi yang
normal atau defekasi sebanyak 1 kali setiap 3 atau 4 hari. Walaupun demikian,
konsistensi feses tetap lunak dan todak berbentuk. Feses dari bayi yang minum
susu formula lebih berbentuk dibandingkan dengan bayi yang menyusu ASI,
namun tetap lunak, berwarna kuning bayi. Jumlah feses akan berkurang pada
minggu kedua, yang awalnya frekuensi defekasi sebanyak 5 atau 6 kali setiap hari
(1 kali defekasi setiap kali diberi makan) menjadi 1 atau 2 kali sehari. Bayi mulai
memiliki pola defekasi yang normal pada minggu kedua kehidupannya. Dengan
tambahan makanan padat, feses bayi akan menyerupai feses orang dewasa (Dewi,
Vivian Nanny Lia, 2010: 28).
Dalam 3 hari pertama feses bayi masih bercampur dengan mekonium dan
frekuensi defekasi sebanyak 1 kali dalam sehari. Untuk membersihkannya
gunakan air bersih hangat dan sabun (Dewi, Vivian Nanny Lia, 2010: 28).
b. Berkemih (BAK)
Fungsi ginjal bayi masih belum sempurna selama dua tahun pertama
kehidupannya. Biasanya terdapat urine dalam jumlah yang kecil pada kandung
kemih bayi saat lahir, tetapi ada kemungkinan urine tersebut tidak dikeluarkan
selama 12-24 jam. Berkemih sering terjadi setelah periode ini dengan frekuensi 6-
10 kali sehari dengan warna urine yang pucat. Kondisi ini menunjukkan masuka
cairan yang cukup. Umumnya bayi cukup bulan akan mengeluarkan masukan
cairan yang cukup. Umumnya bayi cukup bulan akan mengeluarkan urine 15-16
ml/kg/hari. Untuk menjaga bayi tetap bersih, hangat, dan kering, maka setelah
BAK harus diganti popoknya (Dewi, Vivian Nanny Lia, 2010: 28-29).
3. Kebutuhan Tidur
Menurut Dewi, Vivian Nanny Lia (2010: 29) Dalam 2 minggu pertama setelah
lahir, bayi normalnya sering tidur. Bayi baru lahir sampai usia 3 bulan rata-rata tidur
selama 16 jam sehari. Pada umumnya bayi terbangun sampai malam hari pada usia 3
bulan. Sebaiknya ibu selalu menyediakan selimut dan ruangan yang hangat, serta
memastikan bayi tidak terlalu panas atau terlalu dingin. Jumlah waktu tidur bayi akan
berkurang seiring dengan bertambahnya usia bayi, pola ini terlihat pada tabel berikut.
Tabel 1.2
Usia Lama tidur
1 minggu 16,5 jam
1 tahun 14 jam
2 tahun 13 jam
5 tahun 11 jam
9 tahun 10 jam
6. Kebersihan Psikososial
Kebersihan Kesehatan Dasar
a. Pendidikan Kesehatan Sebelum Bayi Pulang
Menurut Dewi, Vivian Nanny Lia (2010: 30-33) penyuluhan pada ibu dan
keluarga sebelum bayi pulang ialah:
1) Perawatan tali pusat.
Banyak pendapat tentang cara terbaik dalam merawat tali pusat. Telah
dilaksanakan beberapa uji klinis untuk membandingkan cara perawatan tali
pusat agar tidak terjadi peningkatan infeksi, yaitu dengan membiarkan tali
pusat terbuka dan membersihkan luka hanya dengan air bersih. Negara-negara
yang beriklim tropis perlu mewaspadai penggunaan alkohol yang dahulu
populer dan terbukti efektif untuk membersihkan tali pusat, karena
sesungguhnya alkohol akan mudah menguap di daerah panas dan dengan
demikian efektifitasnya akan menurun (Dewi, Vivian Nanny Lia, 2010: 30).
Begitupun dengan bedak antiseptik yang juga dapat kehilangan
efektifitasnya terutama dalam kelembapan tinggi (bila tidak dijaga). Sehingga
penggunaan bahan tersebut dapat mengakibatkan peningkatan infeksi, kecuali
bila obat tersebut dapat dijaga tetap kering dan dingin. Oleh karena tidak ada
bukti kuat akan efektifnya penggunaan alkohol tersebut, di samping itu juga
karena harganya yang mahal serta sulit untuk mendapat bahan yang
berkualitas, maka untuk sementara ibu nifas dianjurkan untuk membiarkan
saja luka tali pusat bayinya mengering sendiri. Hasil penelitian tersebut di atas
menunjukkan bahwa dengan membiarkan tali pusat mengering, tidak ditutup,
dan hanya dibersihkan setiap hari menggunakan air bersih, merupakan cara
paling efektif dengan biaya yang efisien pula (cost effective) untuk perawatan
tali pusat.
Bidan hendaknya menasihati ibu agar tidak membubuhkan apapun pada
daerah sekitar tali pusat karena dapat mengakibatkan infeksi. Hal ini
disebabkan karena meningkatnya kelembapan (akibat penyerapan oleh bahan
tersebut) badan bayi sehingga menciptakan kondisi yang ideal bagi
tumbuhnya bakteri. Penting untuk diberitahukan kepada ibu, agar tidak
membubuhkan apapun ke tali pusat dan tali pusat terbuka agar tetap kering
2) Pemberian ASI.
3) Jaga kehangatan bayi
Berikan bayi kepada ibunya secepat mungkin. Kontak antara ibu
dengan kulit bayi sangat penting dalam rangka menghangatkan serta
mempertahankan panas tubuh bayi. Gantilah handuk/kain jika basah dengan
kain yang kering, dan bungkus bayi tersebut dengan selimut, serta jangan lupa
untuk memastikan kepala bayi telah terlindungi dengan baik untuk mencegah
kehilangan panas. Apabila suhu bayi kurang dari 36,50C, segera hangatkan
bayi dengan teknik metode kanguru. Perawatan metode kanguru adalah
perawatan untuk bayi prematur dengan melakukan kontak langsung antara
kulit bayi dengan kulit ibu. Metode ini sangat tepat dan mudah dilakukan guna
mendukung kesehatan dan keselamatan bayi yang lahir prematur maupun yang
aterm. Kehangatan tubuh ibu merupakan sumber panas yang efektif. Hal ini
terjadi bila ada kontak langsung antara kulit ibu denagn kulit bayi. Prinsip ini
dikenal sebagai skin to skin contact atau metode kanguru. Perawatan dengan
metode kanguru merupakan cara efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi yang
paling mendasar yaitu kehangatan, keselamatan, kasih sayang, ASI,
perlindungan dari infeksi, dan stimulasi.
4) Tanda-tanda bahaya
Jika muncul tanda-tanda bahaya, ajarkan ibu untuk:
a) Memberikan pertolongan pertama sesuai kemampuan ibu yang sesuai
kebutuhan sampai bayi memperoleh perawatan medis lanjutan,
b) Membawa bayi ke RS atau klinik terdekat untuk perawatan tindakan
segera.
5) Imunisasi.
Imunisasi adalah suatu cara memproduksi imunitas aktif buatan untuk
melindungi diri melawan penyakit tertentu dengan cara memasukkan suatu zat
ke dalam tubuh melalui penyuntikkan atau secara oral. Pada tabel 1.3
digambarkan mengenai jadwal imunisasi anak rekomendasi Ikatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI) periode 2004 (revisi September 2003).
6) Perawatan harian/rutin.
7) Pencegahan infeksi dan kecelakaan.
4 bulan DPT-2 DPT-2 (DTwp atau Dtap) dapat diberikan secara terpisah
atau dikombinasikan dengan Hib-2 (PRP-T).
Polio-2 Polio-2 diberikan bersamaan dengan DPT-2.
6 bulan DPT-3 • DPT-3 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan
dengan Hib-3.
• DPT ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi DPT 3
dan pada usia 5 tahun.
• DT diberikan pada anak usia 12 tahun.
Polio-3 Polio-3 diberikan bersamaan dengan DPT-3.
Hepatitis • HB-3 diberikan saat bayi berusia 6 bulan. Untuk
B-3 mendapatkan respons imun optimal, interval HB-2 dan
HB-3 minimal 2 bulan, tetapi interval terbaiknya 5 bulan.
• Departemen kesehatan mulai tahun 2005 memberikan
vaksin HB-1 monovalen (uniject) saat lahir, dilanjutkan
dengan vaksin kombinasi DTwp/HB pada usia 2,3, dan 4
bulan.
• Imunisasi ulangan (booster) pada usia 5 tahun tidak
diperlukan idealnya pada usia ini dilakukan pemeriksaan
anti-HBs.
9 bulan Campak Campak-1 diberikan ketika bayi berusia 9 bulan.
2. Bounding Attachment
a. Pengertian
Bonding merupakan suatu ketertarikan mutual pertama antar individu,
misalnya antara orang tua dan anak, saat pertama kali mereka bertemu. Attachment
adalah suatu perasaan menyayangi atau loyalitas yang mengikat individu dengan
individu lain.
Bonding attachment menurut depkes (2002), adalah kontak dini secara
langsung antara ibu dan bayi setelah proses persalinan,di mulai pada kala III sampai
dengan post partum, pra kondisi yang mempengaruhi ikatan menurut
(Soetjiningsih,1998), yaitu :
1) Kesehatan emosional orang tua
2) Sistem dukungan sosial yang meliputi pasangan hidup, teman, dan keluarga
3) Suatu tingkat keterampilan dalam komunikasi dan dalam memberi asuhan yang
kompeten
4) Kedekatan orang tua dengan bayi
5) Kecocokan orang tua dan bayi (termasuk keadaan temperamen dan jenis
kelamin)
a) Attachement : proses agar tetap terjalin keterikatan bathin antara individu
yg meliputi pencurahan perhatian, dan adanya hubungan emosi dan fisik yg
akrab
b) Proses saling merespon satu sama lain yaitu perilaku bayi merangsang ibu
untuk berbuat sesuatu.
b. Tahap-Tahap Bonding Attachment
Menurut Depkes (2002) :
1) Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata, menyentuh,
berbicara dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya.
2) Bonding ( keterikatan )
3) Attachment, perasaan sayang yang mengikat individu dengan individu lain.
c. Prinsip-prinsip Bonding Attachment
1) Dilakukan pada menit/jam pertama setelah lahir.
2) Merupakan waktu yg optimal untuk menunjukkan keterikatan bathin antara ibu
dan bayinya.
3) Timbul respon yg spesipik, dimana bayi akan lebih akrab dg orang tuanya yg
pertamakali memberikan kasih sayang.
4) Terlibat proses persalinan
5) Persiapan PNC sebelumnya
6) Adaptasi
7) Fasilitas untuk kontak lebih lama
8) Penekanan pada hal-hal positif
9) Libatkan anggota keluarga lainnya
10) Informasi bertahap mengenai bonding attachment
d. Keuntungan Bonding Attachment
1) Bayi merasa dirinya ada yg memperhatikan dan mencintai dan tidak diabaikan
2) Sangat penting untuk perkembangan selanjutnya.
3) Sebagai pembentukan dasar kepribadian , dmn memiliki sikap positif terhadap
orang lain.
4) Dapat sbg motivasi bagi bayi untuk mengadakan persahabatan dikemudian hari
5) Menjadikan ikatan batin yg kuat antara ibu dan bayi
Usia Karakter Isi bermain Tipe paling Karakteristik Tujuan bermain Perkemban
sosial lazim dari aktivitas dramatik gan rasa
bermain bermain spontan etik
G. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Neonatus, Bayi, Balita Dan Anak Prasekolah
Macam-macam penilaian pertumbuhan fisik yang dapat digunakan adalah:
1. Pengukuran berat badan (BB)
Pengukuran ini dilakukan secara teratur untuk memantau pertumbuhan dan keadaaan
gizi balita. Balita ditimbang dan dicatat dalam KMS sehingga dapat dilihat grafik
pertumbuhannya dan dilakukan interfensi jika terjadi penyimpangan.
2. Pengkuran tinggi badan (TB)
Pengukuran tinggi badan pada anak sampai diusia 2 tahun dilakukan dengan
berbaring, sedangkan di atas umur 2 tahun dilakukan dengan berdiri. Hasil pengukuran
setiap bulan dapat dicatat pada dalam KMS yang mempunyai grafik pertumbuhan
tinggi badan.
3. Pengukuran lingkar kepala anak
Adalah cara yang biasa dipakai untuk mengetahui pertumbuhan dan perkrmbangan
otak anak.
a. Deteksi kecerdasan motorik anak sejak dini
Kualitas masa depan anak ditentukan oleh perkembangan dan pertumbuhan anak
yang optimal. Sehingga deteksi dan stimulasi dan intervensi berbagai
penyimpangan pertumbuhan atau perkembangan harus dilakukan sejak dini.
b. Perkembangan motorik
Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah
gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh
anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya:
kemampuan duduk, menendang, barlari, naik turun tangga. Sedangkan motorik
halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota
tubuh tertentu, yang dipengaruhu oleh kesempatan untuk berlatih dan belajar.
Contohnnya: kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret,
menyusun balok, menggunting, dan menulis. Kedua kemampuan tersebut sangat
penting agar anak bisa berkembang secara optimal.
c. Deteksi dini kemampuan motorik anak
Deteksi dini dan pemantauan perkembangan motorik anak dengan melakukan tes
Denver. Tes ini membagi perkembangan anak jadi empat, yaitu perkembangan
sosial personal, perkembangan bahasa serta perkembangan motorik kasar dan
motorik halus. Perkembangan bayi akan diamati setiap tahun sekali. Sedangkan
balita atau tapatnya setelah anak menginjak usia 2 tahun ke atas, cukup 3 bulan
sekali.
H. Cara Deteksi Tumbuh Kembang Anak
1. Cara penilaian pertumbuhan anak
a. pengukuran antropometri
1) Berat badan (BB)
Untuk menilai hasil peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada
tubuh sehingga akan diketahui status gizi anak atau tumbuh kembang anak.
Kenaikan berat badan pada bayi cukup bulan kembali pada hari ke 10.
a) Umur 10 hari : BBL
b) Umur 5 bulan : 2x BBL
c) Umur 1 tahun : 3x BBL
d) Umur 2 tahun : 4x BBL
e) Pra sekolah : meningkat 2 kg/ tahun
f) Adolencent : meningkat 3-3,5 kg/tahun.
Kenaikan BB pada tahun pertama kehidupan
a) Trimester I : 700-1000 gram/bulan
b) Trimester II : 500-600 gram/bulan
c) Trimester III : 350-450 gram/bulan
d) Trimester IV : 250-350 gram/ bulan
Perkiraan BB dalam kilogram
a) Usia 3-12 bulan = umur (bulan) + 9
2
b) Usia 1-6 tahun = (umur (tahun) x 2) + 8
c) Usia 6-12 tahun = (umur (tahun) x 7 – 5
2
2) Tinggi badan (TB)
Pengukuran tinggi badan untuk menilai status perbaikan gizi disamping faktor
genetik. Penilaian TB dapat dilakukan dengan sangat mudah dalam menilai
gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak
T dapat diperkirakan sebagai berikut:
a) Umur 1 tahun : 1,5 x TB lahir
b) Umur 4 tahun : 2x TB lahir
c) Umur 6 tahun : 1,5 x TB setahun
d) Umur 13 tahun : 3 x TB lahir
e) Dewasa : 3,5 x TB lahir atau 2 x TB umur 2 tahun
Atau dengan rumus behrman,
a) Lahir = 50 cm
b) Umur 1 tahun = 75 cm
c) Umur 2- 12 tahun = umur (tahun) x 6 = 77
Atau berdasarkan potensi TB akhir:
a) Wanita = ( TB ayah – 13 cm) + TB ibu ± 8,5 cm
2
b) Pria = (TB ibu – 13 cm) + TB ayah ± 8,5 cm
2
3) Lingkar kepala
Dapat digunakan untuk menilai pertumbuhan otak. Penilaian ini dapat dilihat
apabila pertumbuhan otak kecil (mikrosefali) maka menunjukkan adanya
retardasi mental, sebaliknnya apabila otaknnya besar (volume kepala
meningkat) akibat peyumbatan pada aliran cairan cerebrospinalis.
Peningkatan volume
a) 6 - 9 bulan kehamilan = 3 gram/24 jam
b) Lahir – 6 bulan = 2 gram/24 jam
c) 6 bulan – 3 tahun = 0,35 gram/24 jam
d) 3 – 6 tahun = 0, 15 gram/24 jam
4) Pengukuran lingkar lengan atas
Digunakan untuk menilai jaringan lemak dan otot, tetapi penilaian ini banyak
berpengaruh pada keadaaan jaringan tubuh apabila dibanding dengan BB.
Penilaian ini juga dapat dipakai untuk menilai status gizi pada anak usia pra
sekolah.
b. Pemeriksaan fisik
Untuk menilai pertumbuhan dan perkembangan dengan cara melakukan
pemeriksaan fisik, dengan melihat bentuk tubuh. Perbadingan bagian tubuh dan
anggota gerak lainnya, menentukan jaringan otot dengan memeriksa lengan atas,
pantat dan paha, menentukan jaringan lemak dilakukan pada triseps, rambut dan
geligi.
c. Pemeriksaan loboratorium
Dilakukam untuk menilai keadaan pertumbuhan dan perkembangan dengan status
keadaan penyakit, adapun pemeriksaan yang dapat dilakukan: pemeriksaan HB,
serum protein (albumun, globulin), hormonal, dan lain-lain.
Tabel Standar Tinggi Badan dan Berat Badan Balita (Anak Pra Sekolah)
Usia dan jenis kelamin Tinggi (cm) Berat (kg)
Laki-laki
6 bulan 67.8 7.58
9 bulan 72.3 9.18
12 bulan 76.1 10.15
18 bulan 82.4 11.47
24 bulan 87.6 12.59
30 bulan 92.3 13.67
36 bulan 96.5 14.69
Perempuan
6 bulan 65.9 7.21
9 bulan 70.4 8.56
12 bulan 74.3 9.53
18 bulan 80.9 10.82
24 bulan 86.5 11.9
30 bulan 91.3 12.93
36 bulan 65.6 13.93
Tabel Standar Berat Badan, Panjang Dan Lingkar Kepala Balita (Anak Pra Sekolah)
Umur Berat Badan Panjang Badan Lingkar Kepala
(kg) (cm) (cm)
1 bulan 3.0 – 4.3 49.8 – 54.6 33 -39
2 bulan 3.6 – 5.2 52.8 – 58.1 35 -41
3 bulan 4.2 – 6.0 55.5 – 61.1 37 -43
4 bulan 4.7 – 6.7 57.8 – 637 38 -44
5 bulan 5.3 – 7.3 59.8 – 65.9 39 -45
6 bulan 5.8 – 7.8 61.6 – 67.8 40 -46
7 bulan 6.2 - 8.3 63.2 – 69.5 40.5 -46.5
8 bulan 6.6 – 8.8 64.6 -71.0 41.5 -47.5
9 bulan 7.0 – 9.2 66.0 -72. 3 42 -48
10 bulan 7.3 – 9.5 67. 2 -73. 6 42.5 -48,5
11 bulan 7.6 – 9.9 68.5 – 74.9 43 -49
12 bulan 7.8 -1.02 69.6 -76.1 43.5 – 49.5
15 bulan 8.4 – 1.09 72.9 – 79.4 44 -50
11/2 tahun 8.9 - 11.5 75.9 – 82.4 44.5 -50,5
2 tahun 9.9 – 12.3 79.2 -85.6 45 -51
21/2 tahun 10.8 – 13.5 83.7 -90.4 45.5 -52.5
3 tahun 11.7 – 14.6 87.8 -94.9 46 -53
31/2 tahun 12.5 – 15.7 91.5 -99.1 46.5 -53.3
4 tahun 13.2 – 16.7 96.4 -102.9 47 -53.8
41/2 tahun 13.8 – 17.7 99.7 -106.1 47.5 -53.8
5 tahun 14.5 – 18.7 102.7 -109.9 47.8 -54
d. Pemeriksaan radiologi
Dilakukan untuk menilai umur pertumbuhan dan perkembangan seperti tulang (
apabila dicurigai adanya gangguan pertumbuhan).
e. Pemeriksaan menggunakan kurva pertumbuhan anak
1) Buku (Standard) NCHS
Penggunaan kurva pertumbuhan (Growth Chart) atau tabel NCHS sebagai baku
secara teratur merupakan alat yang paling tepat untuk menilai status gizi pada
pertumbuhan anak.
2) Data-data perkembangan dan maturitas pada penyimpangan tumbuh kembang
Milistones perkembangan merupakan suatu parameter dalam manajemen tumbuh
kembang yang tidak terpisahkan dari pemeriksaan antopometri.
3) Penilaian dan klasifikasi status gizi
Sistem penilaian gizi dengan pencatatan dalam suatu formulir untuk anak sakit
diajukan oleh Behrman dan Kliegman dalam buku Essentials Nelson’; s Texbook
of Pediatrics, selain berisi data-data tentang masalah makanan, antropometri,
keadaan klinis anak juga dipaparkan secara rinci. Instrumen ini sekirannya cukup
memadai untuk digunakan diklinik yang dilengkapi dengan laboratorium atau
penunjang yang lengkap.
4) Buku KMS
Tujuan KMS adalah sebagaia alat bantu (instrumen) bagi ibu atau orang tua dan
petugas untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak balita serta
menetukan tindakan-tindakan pelayanan kesehatan gizi.
2. Penilaian perkembangan anak
a. Tujuan
1) Mengetahui kelainan perkembangan anak dan hal-hal lain yang merupakan
risiko terjadinnya perkembangan tersebut
2) Mengetahui berbagai masalah perkembangan yang memerlukan pengobatan
atau konselling genetik
3) Mengetahui anak untuk perlu dirujuk
b. Cara deteksi perkembangan
1) Denver Development Screnning Test (DDST)
a) Pengertian
DDST adalah salah satu metode skrining terhadap kelainan perkembangan
anak. Waktu yang dibutuhkan adalah antar 15 – 20 menit.
b) Tujuan
(1) Mendeteksi dini perkembangan anak.
(2) Menilai dan memantau perkembangan anak sesuai usia (0 – 6 ).
(3) Salah satu antisipasi bagi orang tua.
(4) identifikasi perhatian orang tua dan anak tentang perkembangan.
(5) Mengajarkan perilaku yang tepat sesuai usia anak.
c) Aspek perkembangan yang dinilai
Terdiri dari 125 tugas perkembangan. Tugas yang diperiksa setiap kali
skrining hanya berkisar 25-30 tugas.
Ada 4 sektor perkembangan yang dinilai antara lain sebaai berikut:
1) Personal sosial (perilakuk sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkunggannya.
2) Fine motor adaptive (gerakan motorik halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian mmtubuh tertentu dan
dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.
3) Language (bahasa)
Kemampuan un tuk memberikan repons terhadap suara, mengikuti perintah
dan berbicara spontan.
4) Gross motor (gerakan motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerkan dan sikap tubuh. Alat yang
digunakan
a) Alat peraga: benang wol merah, kismis atau manik-manik, peralatan
makanan, peralatan gosok gigi, kartu atau permainan ular tangga, pakaian,
buku gambar atau kertas, pensil, kubus warna merah-kuning-hujau-biru,
kertas warna ( tergantung usia kronologis anak saat periksa).
b) Lembar formulir DDST
c) Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan
tes dan cara penilaiannya.
c. Pelaksanaa DDST
Tahap Pengkajian
1) Kaji pengetahuan keluarga atau anak mengenai DDST
2) Kaji pengetahuan tentang tumbang normal dan riwayat sosial
3) Tentukan atau kaji ulang usia kronologis anak
Prosedur DDST terdiri dari 2 tahap, yaitu:
1) Tahap pertama : secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia:
3-6 bulan
9-12 bulan
18-24 bulan
3 tahun
4 tahun
5 tahun
2) Tahap kedua: dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan
perkembangan pada tahap pertama. Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi
diagnostik yang lengkap.
d. Cara pemerisaan DDST
1) Tetapkan umurkronologis anak, tanyakan tanggal lahir anak yang akan
diperiksa. Gunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk satu
tahun.
2) Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah, jika
sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas.
3) Tari garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis horisontal tugas
perkembangan pada formulir DDST.
4) Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan berapa
yang F.
5) Berdasarkan pedoman, hasil diklasifikasikan dalam: Normal, Abnormal,
Meragukan, dan tidak dapat dites.
a) Abnormal
(1) Bila didapat 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih
(2) Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebihketerlambatan
plus 1 sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang
sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan
dengan garis vertikal usia.
b) Meragukan
(1) Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih
(2) Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada
sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan
dengan garis vertikal usia.
c) Tidak dapat dites
Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal
atau meragukan.
d) Normal
Semua yang tidak tercantum dalam kriteria diatas.
e. Tanda item penilaian
1) O = F (Fail/gagal)
Bila anak tidak mampu melakukan uji coba dengan baik, ibu atau pengasuh
memberi laporan anak tidak dapat melakukan tugas dengan baik.
2) M = R (Refusal/menolak)
Anak menolak untuk uji caba.
3) V = P )Pass/lewat)
Apabila anak dapat melakukan uji coba dengan baik, ibu atau pengasuh
memberi laporan tepat atau dapat dipercaya bahwa anak dapaat melakukan
dengan baik.
4) No = No Opportunity
Anak tidah punya kesempatan untuk melakukan uji coba karena ada hambatan,
uji coba yang dilakukan orang tua.
f. Interpretasi dari nilai DDST
1) Advanced
Bila anak mampu melaksanakan tugas pada item disebelah kanan garis umur,
lulus kurang dari 25 % anak yang lebih tua dari usia tersebut.
2) Normal
Bila anak gagal atau menolak tugas pada item disebelah kanan garis umur,
lulus atau gagal atau menolak pada item antara 25- 75 % (warna putih).
3) Caution
Tulis C pada sebelah kanan blok, gagal atau menolak pada item antara 75-100
% (warna hijau).
4) Delay
Gagal atau menolak item yang ada disebelah kiri garis umur.
g. Interpretasu tes
1) Normal
Tidak ada kelambatan dan maksimum dari suatu kewaspadaan.
2) Suspect
Satu atau lebih kelambatan dan atau dua atau lebih banyak kewaspadaan.
3) Untestable
Penolakan pada satu atau lebih pokok dengan lengkap ke kiri garis usia atau
pada lebih dari satu pokok tititk potong berdasarkan garis usia pada area 75 %
sampai 90 %.
Rekomendasi untuk rujukan tes Suspect dan Untestable : Skrining ulang pada
1 sampai 2 minggu untuk mengesampingkan faktor temporer.
3. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan KPSP
a. Pengertian
Suatu daftar pertanyaan singkat yang ditujukan kepada para orang tua dan
dipergunakan sebagai alat untuk melakukan skrining pendahuluan perkembangan
anak usia 3 bulan sampai dengan 6 tahun. Daftar pertanyaan berjumlah 10 nomor
yang harus dijawab oleh orang tua atau pengasuh yang mengetahui keadaan
perkembangan aanak.
b. Kegunaan
KPSP dapat dipakai untuk mengetahui ada atau tidak adanya hambatan, gangguan
atau masalah dalam perkembangan anak.
c. Cara menggunakan KPSP
Petugas kesehatan membaca KPSP terlebih dahulu. Kemudian memberi
kesempatan kepada orang tua untuk menjawab kelompok pertanyaan yang sesuai
dengan usia anak.
Hasil dicatat di dalam Kartu Data Tumbuh Kembang Anak
1) Cara menghitung usia anak
a) Anak usia 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan.
b) Anak usia 5 bulan 15 hari, dibulatkan menjadi 5 bulan
2) Cara memilih pertanyaan KPSP
a) Pertanyaan diajukan kepada para orang tua dan dipilih kelompok
pertanyaan yang sesuai dengan usia anak.
b) Daftar pertanyaan tersebut berjumlah 10 nomor yang harus dijawab oleh
orang tua atau pengasuh yang mengetahui keadaan perkembangan anak.
c) Pertanyaan dalam KPSP dikelompokkan sesuai usia anak saat dilakukan
pemeriksaan, mulai kelompok usia 3 bulan, 3-6 bulan dst sampai 5-6 tahun.
3) Cara menilai KPSP
a) Meneliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
b) Menghitung jumlah jawaban Ya.
Apabila jumlah jawaban Ya = 9 atau 10 berarti anak yang diperiksa normal
(N).
Apabila jumlah Ya = kurang dari 9, maka perlu diteliti kembali mengenai :
1) Cara menghitung usia anak.
2) Cara memilih pertanyaan KPSP, apakah sesuai dengan usia anak.
Apakah jawaban orang tua/pengasuh anak sesuai dengan yang dimaksudnya
Apabila jumlah jawaban Ya = 7 atau 8, tentukan jadwal untuk dilakukan
pemeriksaan ulang 1 minggu kemudian (U).
Apabila pada pemeriksaan ulang jumlah jawaban Ya tetap 7 atau 8,
maka anak tersebut memerlukan pemeriksaan lebih lanjut/dirujuk (TN).
Catatan : Pertanyaan KPSP yang dipakai pada pemeriksaan ulang disesuaikan
dengan usia anak pada tanggal pemeriksaan ulang tersebut.
Apabila jumlah jawaban Ya = 6 atau kurang, maka anak tersebut
memerlukan pemeriksaan lebih lanjut/dirujuk (TN).
3) Cara melakukan pemeriksaan ulang dengan KPSP
Pemeriksaan ulang dengan menggunakan dilaksanakan pada 3 keadaan
dibawah ini:
4) Hasil KPSP negatif atau jumlah jawaban Ya = 9 atau 10, pemeriksaan ulang
dapat dilakukan.
5) Tiap 3 bulan untuk usia dibawah 12 bulan.
6) Tiap 6 bulan untuk usia 12 s/d 72 bulan walaupun demikian pemeriksaan yang
lebih sering akan lebih baik
Cara mencatat hasil KPSP
a. Hasil KPSP dicatat dalam Kartu Data Tumbuh Kembang Anak . Tulis jawaban
umur Ya, atau Tidak pada kotak yang disediakan untuk tiap pertanyaan
menurut golongan umur anak. Kemudian hitunglah jawaban Ya.
b. Apabila penilaian KPSP = 9 atau 10 jawaban Ya, berarti perkembangan anak
baik (kode N).
c. Apabila penilaian KPSP = 7 atau 8, berarti meragukan dan anak perlu diperiksa
ulang 1 minggu kemudian.
a. Apabila penilaian KPSP = kurang dari 7, berarti positif anak perlu dirujuk
(kode TN).
d. Kuesioner Perilaku Anak Pra Sekolah (KPAP)
KPAP adalah sekumpulan perilaku yang digunakan sebagai alat untuk
mendeteksi secara dini kelainan-kelainan perilaku pada anak pra sekolah (usia 3-6)
tahun. Kuesioner ini berisi 30 perilaku yang perlu ditanyakan satu per satu pada
orang tua. Setiap perilaku ditanyakan apakah ‘sering terdapat’, kadang-kadang
terdapat’, atau ‘ tidak terdapat’. Apabila jawaban yang diperoleh adalah ‘sering
terdapat’, maka jawaban tersebut dinilai 2, ‘ kadang-kadang terdapat’ diberi nilai 1
dan ‘ tidak terdapat diberi nilai 0. Apabila jumlah nilai keseluruhan kurang dari 11,
maka anak perlu di rujuk, sedangkan jika jumlah nilai 11 atau lebih maka tidak perlu
dirujuk.
e. Tes Daya Lihat Dan Tes Kesehatan Mata Anak Pra Sekolah
Tes ini untuk memeriksa ketajaman daya lihat serta kelainan mata pada anak
usia 3-6 tahun. Tes ini juga digunakan untuk mendeteksi adanya kelainan daya lihat
pada anak usia prasekolah secara dini, sehingga jika ada penyimpangan dapat segera
ditangani.
Untuk melakukan tes dayalihat diperlukan ruangan dengan penyinaran yamg
baik dan alat ‘kartu E”yang digantungkan setinggi anak duduk. Kartu E berisi emoat
baris. Baris pertama huruf Eberukuran paling besar kemudisn berangsur-angsur
mengecil pada baris ke empat. Aabila pada baris ke tiga,anak tidak dapat melihat
maka perlu dirujuk. Selain tes daya lihat,anak juga perlu diperiksan kesehatan
matanya. Perlu ditanyankan:
1) Keluhan seperti mata gatal,panas, penglihatan kabur atau pusing
2) Perilaku seperti sering menggosokm mata, membaca terlalu dekat, sering
mengkeip-kedipkan mata.
3) Kelainan mata seperti bercak bilot, juling, mata merah dan keluarair apabila
ditemukan satu kelainan atau lebih pada mata maka anak tersebut perlu dirujuk.
f. Tes Daya Dengar (TDD)
Tes daya dengar berupa pertanyaan-pertanyaan yang disesuaikan dengan usia
anak, yaitu kelompok 0-6 bulan, > 16 bulan, >9 bulan, >11 bulan,>12 bulan, >24
bulan dan > 36 bulan. Setiap pertanyaan perlu dijawab ‘ya’ atau’ tidak’. Apabila
jawabannya adalah tidak maka pendengaran anak tidak normal sehimgga perlu
pemeriksaan lebih lanjut.
6. Diaper Rush
a. Pengertian
Diaper rush adalah kemerahan pada kulit bayi akibat adanya kontak yang terus-
menerus dengan lingkungan yang tidak baik
b. Etiologi
1) Tidak terjaganya kebersihan kulit dan pakaian bayi
2) Jarangnya mengganti popok setelah bayi BAB atau BAK
3) Terlalu panas atau lembapnya udara/ suhu lingkungan
4) Tingginya frekuensi BAB (diare)
5) Adanya reaksi kontak terhadap karet, plastic dan deterjen.
c. Tanda dan Gejala
1) Iritasi pada kulit yang kontak langsung dengan allergen, sehingga muncul
eritema
2) Erupsi pada daerah kontak yang menonjol, seperti bokong, alat genital, perut
bawah, atau paha atas
3) Pada keadaan yang lebih parah dapat terjadi papilla eritematosa, vesikula dan
ulserasi.
d. Penatalaksanaan
1) Daerah yang terkena ruam popok, tidak boleh terkena air dan harus dibiarkan
terbuka dan tetap kering
2) Gunakan kapas halus yang mengandung minyak untuk membersihkan kulit yang
iritasi
3) Segera bersihkan dan keringkan bayi setelah BAK atau BAB
4) Atur posisi tidur anak agar tidak menekan kulit/ daerah yang iritasi
5) Usahakan memberikan makanan tinggi kalori tinggi protein (TKTP) dengan
porsi cukup
6) Perhatikan kebersihan kulit dan tubuh secara keseluruhan
7) Jagalah kebersihan pakaian dan alat-alat untuk bayi
8) Rendamlah pakaian atau celana yang terkena urine dalam air yang dicampur
acidum borium, setelah itu bersihkan tetapi jangan menggunakan sabun cuci,
segera bilas dan keringkan
7. Seborrhea
a. Pengertian
Seborrhea adalah gangguan fungsi dari kelenjar kulit atau lemak yang ditandai
dengan pengeluaran lemak secara berlebihan yang membentuk atau sumbatan-
sumbatan seperti keju.
b. Etiologi
1) Faktor hereditas
2) Kelenjar minyak pada bayi biasanya bekerja terlalu aktif akibat tingginya kadar
hormone ibu yang mengalir di dalam tubuh bayi. Biasanya akan hilang setelah
bayi berusia 6-7 bulan
3) Intake makanan yang tinggi lemak dan kalori
c. Macam-Macam Seborrhea
1) Seborrhea adipose
2) Seborrhea saraf susu
3) Seborrhea squamosa (bersisik)
d. Penatalaksanaan
Berikan obat-obat topical, seperti sampho yang tidak berbusa (keramasilah kepala
bayi sebanyak 2-3 kali per minggu) dank rim selenium sulfide/ Hg presipitatus albus
2%.
8. Bisulan/ Furunkel
a. Pengertian
Bisulan/ furunkel adalah peradangan pada folikel rambut, kulit dan jaringan
sekitarnya yang sering terjadi pada daerah bokong, kuduk, aksila, badan dan
tungkai.
b. Jenis-jenis Bisul
1) Foli kulitis
2) Furunkel
3) Furunkel losis
4) Karbunkel
5) Abses multiple
6) Hydra adentitis
7) Skafulo derma
c. Tanda dan Gejala
1) Gatal
2) Nyeri
3) Berbentuk kerucut dan bermata
4) Berbentuk kubah
5) Demam
d. Etiologi
1) Iritasi pada kulit
2) Kebersihan kulit yang kurang terjaga
3) Daya tahan tubuh yang rendah
4) Infeksi oleh Staphilococcus aureus
e. Penatalaksanaan
1) Jaga kebersihan daerah yang mengalami furunkel serta daerah sekitarnya
2) Berikan pengobatan topical dengan kompres hangat untuk mengurangi nyeri dan
melunakkan nodul
3) Jangan memijit furunkel
4) Bila terjadi pada daerah yang tidak umum seperti pada hidung atau telinga,
berkolaborasilah dengan dokter
5) Terapi antibiotic dan antiseptic diberikan bergantung pada luas dan beratnya
penyakit, misalnya dengan pemberian achromycin 250 mg sebanyak 3 atau 4
kali per hari
9. Miliariasis
a. Pengertian
Miliariasis disebut juga sudamina, liken tropikus, biang keringat, keringat buntet,
atau prickle heat adalah dermatosisi yang disebabkan oleh retensi keringat akibat
tersumbatnya pori kelenjar keringat
b. Etiologi
Udara yang panas dan lembap serta adanya infeksi bakteri
c. Pembagian serta Tanda dan Gejala
1) Miliaria kristalina
Terdri dari vesikel kecil jernih superficial, sebagai akibat dari tersumbatnya
stratum korneum (seperti sudamina)
2) Miliaria rubra
Terdiri dari papula kecil warna merah muda dan vesikel sebagai akibat dari
tersumbatnya di daerah pertemuan dermis dan epidermis (seperti pickle heat)
3) Miliaria pustulosa
Terdapat pustulosa di atas kulit dengan eritematus sebagai akibat tersumbatnya
di tingkat dermis tengah
4) Miliaria profunda
Adanya nodul sebagai akibat tersumbatnya ditingkat lapisan dermis bagian
dalam.
d. Penatalaksanaan
1) Prinsip asuhan adalah mengurangi penyumbatan keringat dan menghilangkan
sumbatan yang sudah timbul
2) Jaga kebersihan tubuh bayi
3) Upayakan menciptakan lingkungan dengan kelembapan yang cukup serta suhu
yang sejuk dan kering.
4) Gunakan pakaian yang menyerap keringat dan tidak terlalu sempit
5) Segera ganti pakaian yang basah dan kotor
6) Pada miliaria rubra dapat diberikan bedak salisil 2% dengan menambahkan
mentol 0,5-2% yang bersifat mendinginkan ruam.
10. Diare
a. Pengertian
Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair atau BAB yang tidak
normal berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Bayi bila >3x,
neonatus bila >4x BAB.
b. Etiologi
1) Faktor infeksi
a) Bakteri
b) Virus
c) Jamur
d) Parasit
e) Protozoa
2) Faktor non infeksi
a) Alergi makanan
b) Malabsorbsi
c) Iritasi saluran cerna
d) Obat-obatan
e) Penyakit colon
f) Stress
g) Obstruksi usus
c. Pathofisiologi
Menurun intake -> cairan eksternal hilang lebih cepat -> ganghian keseimbangan
cairan dan elektrolit -> cairan intra sel hilang -> disfungsi sel -> syok hipolovemik -
> kematian
d. Tanda dan Gejala
1) Cengen, rewel
2) Gelisah
3) Suhu meningkat
4) Nafsu makan menurun
5) Feses cair dan berlendir, kadang disertai darah. Kelamaan feses ini akan
berwarna hijau dan asam
6) Anus lecet
7) Dehidrasi
8) Berat badan menurun
9) Turgor kulit menurun
10) Mata dan ubun-ubun cekung
11) Selaput lendir dan mulut serta kulit menjadi kering
e. Komplikasi
1) Dehidrasi akibat kekurangan cairan dan elektrolit, yaitu :
a) Dehidrasi ringan, kehilangan cairan < 5% BB (BB turum 3-5%, volume
hilang 50 ml/kg)
b) Dehidrasi sedang, kehilangan cairan 5-10% BB (BB turun 6-9%, volume
hilang 50-90 ml/kg)
c) Dehidrasi berat, kehilangan cairan >10-15% BB (BB turun 10%, volume
hilang ≥ 100 ml/kg)
2) Syok hipovolemik
3) Hipokalemia
4) Hipokalsemi
5) Asidosis
6) Cardiac distrima
7) Hiponatremi
8) Malnutrisi energy protein
f. Penatalaksanaan
1) Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumatan)
2) Diatetik (pemberian makanan)
3) Obat-obat
4) Bila dehidrasi ringan dan diarenya 4x sehari, berikan cairan 25-100 ml/kg/BB/
hari atau tiap jam 2x
5) Oralit diberikan ± 100 ml/kg/BB tiap 4-6 jam pada kasus dehidrasi ringan
6) Teruskan pemberian ASI
7) Sistematika penatalaksanaan berdasarkan keadaan diare
DIARE
Tanpa dehidrasi sampai Dehidrasi berat dengan
dengan/ tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan sampai komplikasi/ penyakit
ringan dehidrasi berat penyerta
Dehidrasi ringan sampai
Cairandehidrasi berat tajin,
RT (LGG,air Oralit Cairan rehidrasi
kuah sayur dan teh botol parenteral, misalnya
ngan dengan RL dan glukosa
c. Brakial palsi
1) Definisi
brakial palsi adalah kelumpuhan pada pleksus brakial
2) Etiologi
Brakial palsi disebabkan oleh beberapa hal berikut.
a) Tarikan lateral pada kepala dan leher pada saat melahirkan bahu
b) Lengan ekstensi melewati kepala pada presentasi bokong atau terjadi tarikan
yang berlebihan pada bahu
c) Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada brakial palsi adalah sebagai
berikut.
(1) Gangguan motorik pada lengan atas
(2) Lengan atas pada kedudukan ekstensi atau aduksi
(3) Jika anak diangkat, lengan akan tampak lemas dan menggantung
(4) Reflex morro negatif
(5) Hiperekstensi dan fleksi pada jari-jari
(6) Reflex meraih dengan tangan tidak ada
3) Penatalaksanaan
a) Immobilisasi parsial dan penempatan lengan yang sesuai untuk mencegah
terjadinya kontraktur
b) Member penguat atau bidai ±1-2 minggu
c) Rujuk
d. Fraktur klavikula
1) Definisi
Fraktur klavikula adalah patah tulang klafikula pada saat proses persalinan,
biasanya karena terjadi kesulitan dalam melahirkan bahu pada kelahiran dengan
presentasi kepala dan melahirkan pada presentasi bokong
2) Tanda dan Gejala
a) Bayi tidak dapat menggerakan lengan secara bebas pada sisi yang mengalami
gangguan
b) Bayi menjadi rewel karena rasa sakit
c) Adanya krepitasi dan perubahan warna ulit didaerah yang sakit
3) Penatalaksanaan
a) Batas pergerakan bayi
b) Immobilisasi legan dan bahu pada sisi yang sakit
c) Rawat bayi dengan hati-hati
d) Berikan nutrisi yag adekuat (pemberian ASI yang adekuat dengan cara
mengajarkan pada ibu cara pemberian ASI dengan posisi tidur, sendok atau
pipet)
e) Rujuk dengan pemberian informed consent dan informed choice
Klasifikasi Diare
Jika terdapat 2 atau lebih tanda yang terdapat pada baris atas dengan penilaian dan
klasifikasi, klasifikasi status dehidrasi bayi sebagai diare dehidrasi berat. jika tidak
ada tanda sebagai mana tercantum pada baris atas,l ihat baris bawah berikutnya.
jika ditemukan 2 atau lebih tanda gejala pada baris kedua, klasifikasikan bayi
muda sebagai diare dehidrasi ringan atau sedang. jika tidak cukup tanda gejala
untuk diare dehidrasi berat atau ringan/sedang, maka bayi diklasifikasikan sebagai
Diare Tanpa Dehidrasi.
2. Etiologi
BBLR dapat disebabkan karena persalinan kurang bulan atau prematur. Bayi
lahir pada umur kehamilan antara 28 minggu sampai 36 minggu. Pada umumnya bayi
kurang bulan disebabkan tidak mampunya uterus menahan janin, gangguan selama
kehamilan, lepasnya plasenta lebih cepat dari pada waktunya atau rangsangan yang
memudahkan terjadinya kontraksi uterus sebelum cukup bulan. Bayi lahir kurang
bulan mempunyai organ dan alat tubuh yang belum berfungsi normal untuk bertahan
hidup diluar rahim. Semakin muda umur kehamilan fungsi organ tubuh semakin
kurang sempurna dan prognosisnya semakin kurang baik. BBLR ini sering
mendapatkan penyulit atau komplikasi akibat kurang matangnya organ karena masa
gestasi yang kurang (prematur).
Bayi lahir kecil untuk masa kehamilannya karena adanya hambatan
pertumbuhan saat dalam kandungan (janin tumbuh lambat). Retardasi pertumbuhan
intrauterine berhubungan dengan keadaan yang mengganggu sirkulasi dan efisiensi
plasenta dengan pertumbuhan dan perkembangan janin atau dengan umum dan gizi
ibu. Keadaan ini mengakibatkan kurangnya oksigen dan nutrisi secara kronok dalam
waktu yang lama untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Kematangan fungsi
organ tergantung pada usia kehamilan walaupun berat lahirnya kecil.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya berat badan lahir rendah
(BBLR) adalah:
a. Faktor Ibu
Gizi saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun ,
jarak hamil dan bersalin terlalu dekat, penyakit menahun ibu (hipertensi, jantung,
gangguan pembuluh darah atau perokok), faktor pekerjaan yang terlalu berat.
b. Faktor Kehamilan
Hamil dengan hidramnion, kehamilan ganda, perdarahan antepartum, komplikasi
hamil (pre-eklampsia, ketuban pecah dini).
c. Faktor Janin
Cacat bawaan, infeksi dalam rahim.
d. Faktor Lingkungan
Tempat tinggal dataran tinggi, radiasi, zat-zat racun.
3. Tanda-tanda klinis BBLR
a. Gambaran klinis BBLR secara umum
1) Berat kurang dari 2.500 gram
2) Panjang badan kurang dari 45 cm
3) Lingkar dada kurang dari 30 cm
4) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
5) Kepala lebih besar
6) Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
7) Otot hipotonik lemah
8) Pernafasan tidak teratur dapat terjadi apnea
9) Eksremitas: paha abduksi, sendi lutut/ kaki fleksi lurus
10) Kepala tidak mampu tegak
11) Pernafasan 40-50 kali/menit
12) Nadi 100-140 kali/menit
b. Gambaran klinis BBLR secara khusus
1) Tanda-tanda bayi prematur
a) Berat badan kurang dari 2.500 gram, panjang badan kurang 45 cm, lingkar
kepala kurang 33 cm, lingkar dada kurang 30 cm
b) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
c) Kepala relatif lebih besar dari pada badannya
d) Rambut tipis dan halus, ubun-ubun dan sutura lebar
e) Kepala mengarah ke satu sisi
f) Kulit tipis dan transparan, lanugo banyak, lemak subkutan kurang, sering
tampak paristaltik usus.
g) Tulang rawan dan daun telinga imatur
h) Puting susu belum terbentuk dengan baik
i) Pergerakan kurang dan lemah
j) Reflek menghisap dan menelan belum sempurna
k) Tangisnya lemah dan jarang, pernafasan belum teratur
l) Otot-otot masih hipotonis sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua
paha abduksi, sendi lutut dan pergerakan kaki fleksi atau lurus
m) Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora
(pada wanita) dan pada laki-laki testis belum turun
2) Tanda-tanda pada bayi Dismatur
a) Preterm sama dengan bayi premature
b) Term dan post term ( kulit pucat atau bernoda keriput tipis, varnik caseosa
sedikit atau kurang/ tidak ada, jaringan lemak dibawah kulit sedikit,
pergerakan gasit aktif dan kuat, tali pusat kuning kehijauan, mekonium
kering, luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibandingkan berat badan
4. Penatalaksanaan
Penatalaksaan pada bayi asfiksia adalah dengan tindakan resusitasi segara
setelah lahir.resusitasi setelah lahir adalah upaya untuk membuka jalan
nafas,mengusahakan agar oksigen masuk tubuh bayi dengan meniupkan nafas ke
mulut bayi (resusitasi pernafasan),menggerakkan jantung (resusitasi jantung) sampai
bayi mampu bernafas spontan dan jantung berdenyut spontan secara teratur. Langkah-
langkah resusitasi :
a. Letakkan bayi di lingkungan yang hangat kemudian keringkan tubuh bayi dan
selimuti tubuh bayi untuk mengurangi evaporasi.
b. Sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi terlentang pada alas yang datar.
c. Ganjal bahu dengan kain setinggi 1 cm (snifing positor).
d. Hisap lendir dengan penghisap lendir de lee dari mulut, apabila mulut sudah
bersih kemudian lanjutkan ke hidung.
e. Lakukan rangsangan taktil dengan cara menyentil telapak kaki bayi dan
mengusap-usap punggung bayi.
f. Nilai pernafasanJika nafas spontan lakukan penilaian denyut jantung selama 6
detik, hasil kalikan 10. Denyut jantung > 100 x / menit, nilai warna kulit jika
merah / sinosis penfer lakukan observasi, apabila biru beri oksigen. Denyut
jantung < 100 x / menit, lakukan ventilasi tekanan positif.
1) Jika pernapasan sulit (megap-megap) lakukan ventilasi tekanan positif.
2) Ventilasi tekanan positif / PPV dengan memberikan O2 100 % melalui
ambubag atau masker, masker harus menutupi hidung dan mulut tetapi tidak
menutupi mata, jika tidak ada ambubag beri bantuan dari mulut ke mulut,
kecepatan PPV 40 – 60 x / menit.
3) Setelah 30 detik lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik,
hasil kalikan 10.
g. Lakukan penilaian denyut jantung setiap 30 detik setelah kompresi dada
h. Denyut jantung 80x./menit kompresi jantung dihentikan, lakukan PPV sampai
denyut jantung > 100 x / menit dan bayi dapat nafas spontan
i. Jika denyut jantung 0 atau < 10 x / menit, lakukan pemberian obat epineprin 1 :
10.000 dosis 0,2 – 0,3 mL / kg BB secara I
j. Lakukan penilaian denyut jantung janin, jika > 100 x / menit hentikan obat
k. Jika denyut jantung < 80 x / menit ulangi pemberian epineprin sesuai dosis diatas
tiap 3 – 5 menit.
l. Lakukan penilaian denyut jantung, jika denyut jantung tetap / tidak respon
terhadap di atas dan tanpa ada hiporolemi beri bikarbonat dengan dosis 2
MEQ/kg BB secara IV selama 2 menit
Sepsis
1. Pengertian
Sepsis adalah suatu infeksi bakteri berat yang menyebar ke seluruh tubuh bayi baru
lahir. Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab dari
30% kematian.
2. Etiologi
Penyebabnya biasanya adalah infeksi bakteri. Resiko ternjadinya sepsis meningkat
pada ketuban pecah dini dan perdarahan atau infeksi pada ibu.
3. Tanda dan gejala
Bayi tampak lesu, tidak kuat menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya
turun naik. Selain itu gangguan pernafasan, kejang, sakit kuning, muntah, diare dan perut
kembung
4. Penatalaksanaan
Berikan antibiotik melalui infus. Pada kasus tertentu mungkin perlu diberikan antibodi
yang dimurnikan atau sel darah putih.
Kejang
1. Pengertian
Kejang pada neonatus bukanlah suatu penyakit, namun merupakan suatu gejala
penting akan addanya penyakit lain sebagai penyebab kejang atau aadanya kelainan
susunan saraf pusat.
2. Etiologi
a. Komplikasi pada saat kehamilan dan kelahiran
1) Ibu tidak imunisasi TT sehingga dapat menyebabkan infeksi
2) Perdarahan pada saat usia kehamilan kurang dari 28 minggu, sehingga
menyebabkan hipoksia
3) Gawat janin pada masa kehamilan dan persalinan. Kondisi ini dapat
menyebbakan asfiksia
4) Alat yang digunakan untuk proses pertolongan persalinan tidak steril sehingga
dapat menyebabkan terjadinya infeksi
5) Persalinan sengan tindakan dapat menyebabkan traua susunan syaraf pusat
6) Trauma pada janin selama dalam kandyngan atau selama persalinan dapat
menyebabkan perdarahan intrakranial
7) Ibu hamil yang menderita DM
b. kelainan metabolisme seperti hipoglikemia, hipokalsemia,
hipomagnesemia,hiponatremia, hiperbilirubinemia, ketergantungan piridoktrin dan
kelainan metabolisme asam amino
Tetanus Neonatorum
1. Pengertian
Penyakit tetanus neonatorum yaitu penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi <1
bulan) yang disebabkan oleh clostridium tetani. Clostridium tetani yaitu kuman yang
mengeluarkan toksin yang menyerang sistem syaraf pusat. Kuman tersebut masuk ke
dalam tubuh bayi melalui tali pusat, yang dapat terjadi pada saat pemotongan tali pusat
ketika bayi lahir maupun pada saat perawatannya sebelum puput (terlepasnya tali pusat).
2. Etiologi
a. Pemberian imunisasi tetanus toksoid (TT) pada ibu hamil tidak dilakukan, atau tidak
lengkap, atau tidak sesuai dengan ketentuan program
b. Perawatan talipusat tidak memenuhi persyaratan kesehatan
3. Gejala klinik
a. Bayi yang semula dapat menyusu menjadi sulit menyusu karena kejang otot rahang
dan faring (tenggorokan).
b. Mulut bayi mencucu seperti mulut ikan
c. Kejang terutama apabila terkena rangsang cahaya, suara dan sentuhan
d. Kadang – kadang disertai dengan sesak nafas dan wajah bayi membiru
4. Penatalaksanaan
a. Menjaga jalan nafas tetap bebas dan pasang stapel lidah agar tidak tergigit
b. mencari tempat masuknya kuman tetanus, biasanya di talipusat atau telinga
c. Mengobati penyebab tetanus dengan anti tetanus serum (ATS) dan antibiotik
d. Tempatkan di ruang yang tenang dan sedikit sinar
Hipotermi
1. Pengertian
Hipotermi merupakan bayi baru lahir dengan suhu tubuh di bawah normal . Adapun
suhu normal bayi adalah36,5-37,5 C (suhu ketiak). Gejala awal hipotermi apabila suhu <36
C atau kedua tangan dan kakiteraba dingin. Jika seluruh tubuh bayi terasa dingin maka bayi
sudah mengalami hipotermi sedang(suhu 32-36 C). Disebut hipotermi berat bila
suhu < 32 C
2. Etiologi
a. Kesalahan perawatan bayi segera setelah lahir
b. Bayi dipisahkan dengan ibunya setelah lahir
c. BBLR
d. Kondisi ruang yang dingin
e. Prosedur penghangatan yang adekuat
f. Asfiksia,hipoksia
3. Tindakan pencegahan
a. Susukan 30 menit setelah lahir
b. Berikan bayi kedada ibu dan selimuti
c. Tutup kepala dg kain/topi
d. Jangan mandikan bayi stelah lahir,lebih baik tunda mandi
e. BBLR bila kondisi stabil dilakukan dengan metode kangguru
f. Segera keringkan bayi setelah lahir
g. Siapkan lingkungan hangat/lingkungan netral
Hipertermi
1. Pengertian
Hipertermia adalah suhu tubuh yang tinggi dan bukan disebabkan oleh mekanisme
pengaturan panas hipotalamus.
2. Etiologi
Disebabkan oleh meningkatnya produksi panas andogen, pengurangan kehilangan
panas, atau terpajan lama pada lingkungan bersuhu tinggi.
3. Gejala
Gejala hipertermi adalah suhu badannya tinggi, terasa kehausan, mulut kering,
kedinginan, lemas, anoreksia, nadi cepat, dan pernafasan tidak teratur.
4. Penatalaksanaan
a. Letakkan bayi di ruangan dengan suhulingkungan normal (25-28C)
b. Lepaskan sebagian atau seluruh pakaiannya bila perlu
c. Periksa suhu aksila setiap jam sampai tercapai suhu dalam batas normal
d. Bila suhu sangat tinggi, bayi dikompres atau dimandikan selama 10-15 menit dalam
air yang suhunya 4Clebih rnedah dari suhu bayi
e. Bila bayi pernah diletakkan di bawah pemancar panas atau inkubator
f. Turunkan suhu alat penghangat, bila bayi di dalam inkubator, buka inkubator sampai
suhu dalam batas normal
g. Lepas sebagian atau seluruh pakaian bayi selama 10 menit kemudian
h. Beri pakaian lahi sesuai dengan alat penghanagt yang digunakan
i. Periksa suhu bayi setiap jam
j. Yakinkan bayi mendapat cukup cairan
k. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya. Bila bayi tidak dapat menyusui, beri ASI peras
dengan salah satu alternatif cara pemberian minum
l. Bila terdapat tanda dehidrasi, tangani dehidrasinya.
J. Hipoglikemia
1. Pengertian
Hipoglikemi adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah secara abnormal rendah.
Dalam keadaan normal, tubuh mempertahankan kadar gula darah antara 70-110mg/dL.
Pada diabetes kadar gula darah terlalu tinggi , pada hipoglikemia kadar gula darah
terlalu rendah.
2. Etiologi
a. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas
b. Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada penderita
diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya
c. Kelainan pada kelenjar hipofosa atau kelenjar adrenal
d. Kelainan pada penyimpanan karbohidra atau pembentukan glukosa di hati
3. Penatalaksanaan
a. Berikan bayi air gula 30c setiap kali pemberian dan observasi keadannya
b. Pertahankan suhu tubuh dengan membungkus bayi dengan kain hangat
c. Jauhkan dari hal- hal yang dapat menyerap panas bayi, segera berikan ASI
d. Lakukan observasi TTV, warna kulit, reflek dan gejala hipoglikemi
e. Bial dalam 24 jam tidak ada perubahan rujuk bayi kke rumah sakit
Q. Presentasi Tentang Bayi Lahir Dari Ibu Yang Menderita HIV/ AIDS, TBC dan
Hepatitis B
1. TBC
Kuman TB tidak dikeluarkan melalui ASI karena ukurannya relatif besar sehingga
bayi boleh menyusu pada ibunya. Namun, ibu tetap perlu diobati dan di ajari cara
pencegahan penularan TB pada bayi dengan menggunakan masker. Bayi diberikan
INH untuk profilaksis. Setelah 3 bulan pengobatan adekuat pada ibu biasanya sudah
tidak menular lagi dan bayi disarankan uji mantoux. Bila hasil negatif bayi diberi
vaksin BCG.
2. HIV/AIDS
Menyusui merupakan kontraindikasi untuk bayi dari ibu yang terinfeksi HIV. Bayi-
bayi ini harus mendapat formulabuatan sebagai nutrisi pendukungnya. Resiko trasmisi
HIV melalui menyusui ditemukan lebih bermakna dari yang diketahui sebelumnya,
resiko setinggi 28 % melebihi resiko yang sudah ada pada kehamilan dan persalinan.
3. Hepatitis B
Penularan ke bayi jika ibu terinfeksi hepatitis B pada trimester III adalah sebesar 60-
90 %, sedangkan pada trimester I hanya 10 %. Saat nifas dan menyusui ibu dengan
hepatitis B tetap boleh menyusui setelah bayinya sudah mendapatkan imunisasi HBIG
dan vaksin hepatitis B selama 12 pertama kelahiran. Belum pernah dilaporkan ada
penularan infeksi hepatitis B melalui ASI. Dalam ASI justru terdapat zat protektif
yang dapat membunuh virus hepatitis B. Awasi puting susu ibu jangan sampai terluka
atau lecet. Setiap selesai menyusui bersihkan dengan air hangat tanpa sabun karena
sabun dapat membuat kulit kering dan mudah terluka.
R. Konsep Imunisasai Dasar Lengkap, Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) dan
Issue Terkini Tentang Imunisasi Pada Neonatus Bayi dan Balita
Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam
menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dengan imunisasi, berbagai penyakit seerti
TBC,difteri,pertusis,tetanus,hepatitis,poliomyelitis, dan campak dapat dicegah.
Pentingnya pemberian imunisasi dapat dilihat dari banyaknya balita yang meninggal
akibat penyakit yang dapat dicgah dengan imunisasi (PD31). Hal itu sebenarnya tidak
perlu terjadi karena penyakit-penyakit tersebut dapat dicegah dengan imunisasi. Oleh
karena itulah, untuk mencegah balita menderita beberapa penyakit yang berbahaya,
imunisasi pada bayi dan balita harus lengkap serta diberikan sesuai jadwal.
1. Vaksin BCG (Bacille Calmette-Guerin)
Tuberkulosis disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan
Mycobacterium bovis. Tuberculosis paling sering menyerang paru-paru tetapi
dapat juga menyerang organ-organ lainnya seperti selaput otak, tulang, kelenjar
superfisialis, dan lain-lain. Infeksi Mycobacterium tuberculosis tidak selalu
menjadi sakit tuberkulosis aktif. Respon imunitas seluler terjadi beberapa minggu
(2-12 minggu) setelah terinfeksi oleh Myrobacterium tuberculosis yang dapat
ditunjukkan dengan uji tuberkulin.
Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari
Myrobacterium bovis yang dibiakkan berulang selama 1-3 tahun, sehingga dapat
basil yang tidak virulen tetapi masih mempunyai imunogenitas. Vaksin BCG
menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin. Masih banyak perbedaan pendapat
mengenai timbulnya sensitivitas terhadap tuberkulin yang kaitanya dengan
timbulnya imunitas.
Di Indonesia, vaksin BCG yang dipakai adalah vaksin BCG yang
diproduksi oleh Biofarma Bandung. Vaksin ini berisi suspensi Mycrobacterium
bovis hidup yang sudah dilemahkan. Vaksinasi BCG tidak mencegah infeksi
tuberkulosis, tetapi mengurangi risiko tuberkulosis berat, seperti meningitis
tuberkulosa dan tuberkulosis militer. Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah
penyuntikan. Efek proteksi bervariasi antara 0-80%. Hal ini mungkin bergantung
pada jenis vaksin yang dipakai, lingkungan dengan Mycrobacterium atipik, atau
faktor penjamu (umur,keadaan gizi, dan lain-lain).
Vaksin BCG diberikan secara intradermal/intrakuntan 0,10 ml untuk anak
dan 0,05 ml untuk bayi baru lahir. Penyuntikan imunisasi BCG ini sebaiknya
diberikan pada detroid kanan (lengan kanan atas), sehingga bila terjadi limfadenitis
(pada aksila) akan lebih mudah terdeteksi. Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar
matahari, tidak boleh beku, dan harus disimpan pada suhu 2-8 celcius. Vaksin
yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8 jam. Imunisasi BCG diberikan pada
anak ketika berumur kurang lebih 2 bulan dan sebaiknya dilakukan uji mantoux
(tuberkulin) terlebih dahulu (imunisasi bisa diberikan jika uji mantoux negatif).
Kontra indikasi
Tenaga kesehatan tidak dianjurkan untuk melakukan imunisasi BCG, jika
ditemukan hal berikut:
1. Reaksi uji tuberculin > 5mm
2. Terinfeksi HIV atau dengan resiko tinggi HIV, imunokompromais akibat
pengobatan kortikosteroid, obat imuno supresit, sedang menjalani terapi
radiasi, serta menderita penyakit keganasan yang mengenai sumsum tulang
atau sistem limfe
3. Anak menderita gizi buruk
4. Anak menderita demam tinggi
5. Anak menderita infeksi kulit yang luas
6. Anak pernah menderita tuberculosis
7. Kehamilan
Rekomendasi
1. Imunisasi BCG diberikan saat bayi berusia ≤ 2bulan
2. Pada bayi yang kontak erat dengan penderita TB, dan melalui pemeriksaan
sputum didapat BTA+(+3) maka sebaiknya diberikan INH profilaksis terlebih
dahulu dan jika kontak sudah tenang dapat diberi BCG
3. Jangan melakukan imunisasi BCG pada bayi atau anak dengan imunodefisien
misalnya HIV, gizi buruk dan lain-lain
Hepatitis B
Hepatitis B merupakan penyakit endemic dihampir seluruh bagian dunia. Penyakit
hepatitis B pada anak tidak jarang menimbulkan gejala yang minim bahkan
subklinis. Namun sering menyebabkan hepatitis kronik, yang dalam kurun waktu
10-20 tahun dapat berkembang menjadi sirosis ataupun hepatoma, sedangkan pada
orang dewasa lebih sering menjadi hepatitis akut. Hepatitis B juga dapat
berkembang menjadi bentuk fulminan dengan angka kematian yang tinggi.
Penularan penyakit ini umumnya terjadi:
1. Mokulasi parenteral, melalui alat-alat kedokteran, darah ataupun jaringan.
2. Hubungan seksual
3. Dari ibu kepada bayinya pada umumnya terjadi sekitar proses persalinan dapat
pula melalui tranplasental ataupun pada masa post natal melalui ASI
4. Penularan horizontal antar anak walaupun jarang terjadi.
Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan menghindari kontak dengan virus baik terhadap
pengidap, darah donor, organ tubuh, transplantasi, maupun alat-alat kedokteran.
Dapat pula dengan pemberian kekebalan melalui imunisasi, baik imunisasi pasif
maupun aktif.
1. Imunisasi pasif
Imunisasi pasif dilakukan dengan pemberian immunoglobulin. Imunisasi ini
diberikan baik sebelum terjadi paparan (preex posture) maupun setelah
terjadinya paparan (postexposure). Imunisasi ini dapat dilakukan memberikan
IG/immune serum globulin (ISG) atau hepatitis B immuneglobulin (HBIG)
indikasi utama diberikannya imunisasi pasif ini adalah sebagai berikut:
a. Paparan dengan darah yang ternyata mengandung HbsAg,baik melalui
kulit ataupun mukosa, seperti tertusuk jarum suntik. Pada kecelakaan jarum
suntik ini, dosis yang diberikan adalah 0,06ml/kg, dosis maksimal 5ml,
diberikan secara intramuscular dan harus dalam jangka waktu 24 jam, lalu
diulangi 1 bulan setelahnya.
b. Paparan seksual dengan pengidap HbsAg (+) dosis yang digunakan jika
terjadi paparan seksual adalah dengan dosis tunggal 0,06ml/kg yang
diberikan secara intramuscular dan harus dalam jangka waktu 2 minggu,
dengan dosis maksimal 5ml
c. Paparan perinatal, ibu HbsAg (+). Imunisasi pasif harus deberikan sebelum
48 jam dengan dosis sebanyak 0,5 ml secara intramuscular.
2. Imunisasi aktif
3. Imunisasi aktif dapat diberikan dengan pemberian partikel HbsAg yang tidak
infeksius. Ada 3 jenis vaksin hepatitis B yaitu sebagai berikut:
a. Vaksin yang berasal dari plasma
b. Vaksin yang dibuat dengan teknik rekombinan (rekayasa genetic)
c. Vaksin polipeptida. penyuntikan diberikan intramuscular didaerah deltoid
atau paha antrolateral (jangan dilakukan pada daerah bokong).
Jadwal pemberian
1. Vaksinasi awal atau primer diberikan sebanyak 3 kali. Jarak antara suntikan I
dan II adalah I - 2 bulan, sedangkan untuk suntikan III diberikan dengan jarak
6 bulan dari suntikan I
2. Pemberian booster dilakukan 5 tahun kemudian namun masih belum ada
kesepakatan.
3. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan anti-HbsAg pasca imunisasi setelah
3 bulan imunisasi terakhir
4. Secrining pravaksinasi hanya dianjurkan pada pemberian imunisasi secara
individu (praktik swasta perorangan) sedangkan pada suntikan masal tidak
dianjurkan.
Kontra Indikasi
Sampai saat ini belum dipastikan adanya kontra indikasi absolute terhadap
memberian imunisasi hepatitis B, kecuali pada ibu hamil.
KIPI
KIPI toksoid difteri secara khusus sulit dibuktikan karena selama ini
pemberiannya selalu digabung dengan toksoid tetanus dan atau tanpa vaksin
pertusis. Beberapa laporan menyebutkan bahwa reaksi local akibat pemberian
vaksin DT sering ditemukan lebih banyak dibandingkan pemberian tetanus
toksoid saja. Namun kejadian tersebut sangat ringan dan belum pernah
dilaporkan adanya kejadian ikutan yang berat. Untuk menekan kejadian ikutan
akibat hipereaktivitas terhadap toksoid difteri, elah dilakukan beberapa upaya
untuk memperbaiki kualitas toksoid tersebut yaitu dengan beberapa cara
berikut:
1. Meningkatkan kemurnian toksoid dengan menghilangkan protein yang
tidak perlu
2. Menyerapkan toksoid kedalam garam alumunium
3. Mengurangi jumlah toksoid perinokulasi menjadi 1-2 lf yang dianggap
cukup efektif untuk mendapatkan imunitas.
Efek samping
1. Panas, kebanyakan anak menderita panas pada sore hari telah mendapat
vaksinasi DPT. Tetapi panas ini akan sembuh dalam 1-2 hari. Bila panas
yang timbul lebih dari 1 hari sesudah pemberian DPT itu bukanlah
disebabkan oleh vaksin DPT, mungkin ada infeksi lain yang perlu diteliti
lebih lanjut. Berikan satu tablet anti piretik kepada ibu untuk mengatasi
efeksamping tersebut dan katakan bahwa bila anak panas tinggi lebih dari
39 ͦC, maka anak perlu diberi seperempat tablet yang dihancukan oleh air.
Anjurkan ibu untuk tidak membungkus anak dengan baju tebal dan
mandikan anak dengan cara sibin (membasuh tubuh dengan waslap tampa
disabun
2. Rasa sakit disekitar suntikan, sebagian anak merasakan nyeri, sakit,
kemerahan, dan bengkak didaerah tuntikan. Hal ini harus diberitahukan
kepada ibu setelah vaksinasi serta yakinkan ibu bahwa keadaan itu tidak
berbahaya dan tidak perlu pengobatan.
3. Peradangan bila pembengkakan sakit terjadi seminggu atau lebih sesudah
vaksinasi maka hal ini mungkin disebabkan oleh peradangan yang
mungkin diakibatkan oleh beberapa faktor berikut :
a. Jarum suntik tidak steril dikarenakan jarum yang tersentuh tangan,
diletakan ditempat tidak steril, sterilisasi yang kurang lama atau
kontaminasi kuman
b. Penyunikan kurang dalam
4. Kejang- kejang merupakan reaksi yang jarang terjadi, tetapi perlu diketahui
petugas. Reaksi ini disebabkan oleh komponen pertusis dari DPT. Oleh
karena efek samping ini cukup berat, maka anak yang pernah mendapat
reaksi ini tidak boleh diberi vaksin DPT lagi dan sebagai gantinya diberi
DT saja.
Vaksin Pertusis
Antibody terhadap toksin pertusis dan hemaglutinin telah dapat ditemukan
dalam serum neonatus dalam konsentrasi yang sama dengan ibunya dan akan
menghilang dalam 4 bulan. Namun demikian, antibody ini ternyata tidak
memberikan proteksi secara klinis. Pemberian imunisasi pasif berupa
imunologlobulin pertusis masih controversial. Immunoglobulin IgG terhadap
pertusis pernah dibuat, namun tidak efektif dan kemudian produksinya
dihentikan.
Vaksin pertusis whole cell adalah vaksin yang merupakan suspensi kuman
B.pertusis mati. Umumnya vaksin pertusis diberikan dengan kombinasi
bersana toksoid tetanus dan difteri. Campuran ini diabsorbsi kan ke dalam
garam alumunium. Akan tetapi pembuatan vaksin pertusis dengan
menggunakan fraksi sel memberikan reaksi local dan demam yang lebih ringan
dibanding dengan whole cell.
KIPI
KIPI pertusis diantaranya adalah kemerahan, bengkak, dan nyeri pada lokasi
injeksi. Terkadang juga ditemukan demam ringan dan hiperpireksia (1%).
Ketika terjadi hiperpireksia, anak menjadi sering gelisah dan menangis terus-
menerus selama beberapa jam pascasuntikan dan terkadang ditemukan kejang
sehubungan dengan demam yang terjadi. Kejadian ikutan yang paling serius
adalah terjadinya ensefalopati akut atau reaksi anafilaksis.
Kontraindikasi
Kontraindikasi mutlak terhadap pemberian vaksin pertusis, baik whole cell
maupun aseluler yaitu riwayat anafilaksis dan ensefalopati pascavaksinasi
pertusis sebelumnya. Keadaan lain yang dapat dinyatakan sebagai perhatian
khusus ketika akan melakukan vaksinasi pertusis berikutnya adalah bila pada
pemberian pertama dijumpai riwayat hiperpireksia, hipotonik-hiporesponsif
dalam 48 jam, anak menangis terus-menerus selama 3 jam, dan riwayat kejang
dalam 3 hari sesudahnya.
Riwatat kejang dalam keluarga dan kejang yang tidak berhubungan dengan
pemberian vaksin sebelumnya, serta KIPI atau alergi terhadap vaksin bukanlah
suatu kontraindikasi terhadap pemberian vaksin DPT. Walaupun demikian,
keputusan untuk pemberian vaksin pripertusis harus dipertimbangkan secara
individual dengan memperhitungkan keuntungan dan risiko pemberiannya.
c. Tetanus
Tetanus adalahsuatu penyakit akut yang sering bersifat fatal, disebabkan oleh
eksotoksin kuman Clostridium tetani. Kuman ini berbentuk batang, bersifat
gram positif dan bermetabolisme anaerob, yang mampu menghasilkan spora
dalam bentuk drumstick. Kuman ini sensitive terhadap suhu panas dan tidak
bisa hidup dalam lingkungan beroksigen. Sebaliknya spora tetanus sangat
tahan panas dan kebal terhadap antiseptic. Spora ini dapat hidup dalam
autoclave bersuhu 121 ͦC selama 10-15 menit. Kuman ini banyak tersebar
dalam kotoran, debu jalanan, usus dan feses kuda, domba, anjing, kucing, tikus
dan lain-lain. Kuman masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka dan dalam
suasana anaerob, kemudian memproduksi toksin (tetanospasmin), lalu
disebarkan melalui darah dan limfa. Toksin ini kemudian akan menempel pada
respirator di sistem saraf. Gejala utama penyakit ini timbul akibat
penghambatan impuls inhibisi, sehingga terjadi kontraksi serta spastisitas otot
yang terkontrol, kejang-kejang, dan gangguan sistem saraf otonom.
Tetanus slain dapat ditemukan pada anak-anak juga dijumpai kasus tetanus
neonatorum yang cukup fatal. Komplikasi tetanus yang sering terjadi antara
lain laringospasme, infeksi nosokomial, dan pneumonia ortostatik. Pada anak
yang lebih besar sering terjadi hiperpireksia yang juga merupakan tanda
tetanus berat. Perawatann luka merupakan pencegahan utama terjadinya
tetanus di samping imunisasi terhadap tetanus, baik aktif maupun pasif.
Toksoid Tetanus
Toksoid tetanus yang diperlukan untuk imunisasi sebesar 40 IU dalam setiap
dosis tunggal dan 60 IU bila bersama dengan toksoid difteri dan vaksin
pertusis. Berbagai kombinasi dengan toksoid difteri atau pertusis (dT, DT,
DPT, dan DTaP).
Sebagaimana toksoid lainnya, toksoid tetanus ini memerlukan pemberian
bertahap untuk meningkatkan efektifitas dan mempertahankan imunitas. Tidak
perlu pengulangan dosis bila jadwal pemberian ternyata terlambat. Ibu yang
mendapat toksoid tetanus 2 atau 3 dosis ternyatamemberikan prokteksi yang
baik terhadap bayi baru lahir terhadap tetanus neonatorum. Kadar rata rata anti
toksin 0,01IU/ML pada ibu cukup untuk memberikan proteksi pada bayinya.
Beratnya KIPI yang terutama terdiri atas reaksi lokal,sangat di pengaruhi
dosis,pnelarut,cara penyuntikan,dan adanya antigen lain dalam kombinasi
vaksin tersebut. Untuk vaksin TT dosis yang di berikan adala 0,5ML dan di
suntikan intramuskural/subkutan di otot deltoid,paha dan bokong.
4. Poliomielitis
Kata polio (abu-abu) dan myelon (sum-sum),berasal dari bahasa latin yang
berarti medulla spinalis. Penyakit ini di sebabkan oleh virus polimielitis pada
megula spenalis yang secara klasik menimbulkan kelumpuhan.
Virus polio termasuk dalam kelompok (subgroup) enterovirus,family
picomaviridae.virus polio di bagi menjadi 3 macam serotype yaitu P1,P2,dan
P3.virus polio ini menjadi tiddak aktif apabila terkena panas,formaldehida,dan
sinar ultraviolet.
Reservoir virus polio liar hanya oada manusia,yang sering di tularkan oleh
pasien infeksi polio yang tanpa gejala. Namun tidak ada pembawa kuman
dengan status karier asimptomatis,kecuali pada orang yang menderita defiensi
sistem imun.
Virus polio menyebar dari orang satu ke orang lain melalui jalur oro-fekal dan
pada beberapa kasus dapat berlangsung secara oral-oral. Inveksi mencapai
puncak pada musim panas sedangkan pada daerah tropis tidak ada bentuk
musiman penyegaran infeksi. Virus polio sangat menular terjadi karna kontak
antara anggota keluarga (yang belum di imunisasi) derajat serokonfersinya
lebih dari 90%. Virus polio sangat ifeksius sejak 7 sampai 10 hari sebelum dan
setelah timbulnya gejala,tetapi virus polio dapat di temukan dalam feses sejak
3 sampai 6 minggu.
Patogenesis
Virus polio masuk melalui mulut dan multilikasi pertama kali terjadi pada
tempat implantansi pertama kali terjadi pada tempat implatansi, yaitu didalam
faring dan traktus gastrointensial. Virus tersebut umumnya ditemukan
ditenggorokan dan feses sebwlum timbulnya gejala. Satu minggu setelah
timbulnya penyakit, virus dalam jumlah kecil akan menetap ditenggorokan,
tetapi virus tersebut terus-menerus dikeluarkan bersama feses dalam beberapa
minggu. Virus menembus jaringan limfoid setempat, masuk dalam pembulu
darah kemudian masuk sistem syaraf pusat. Aplikasi virus polio yang terjadi
dalam neuron motor kornu anterior medulla spinalis dan batang otak
mengakibatkan kerusakan sel dan menyebabkan manifestasi poliomyelitis
yang spesifik.
Gambaran Klinis
Masa inkubasi poliomielitis umumnya berlangsung dalam 6-20 hari dengan
kisaran 3-35 hari. Respons terhadap infeksi virus polio sangat bervariasi dan
tingkatanya bergantung pada beratnya manifestasi klinis, yaitu sekitar 95%.
Semua infeksi polio yang tidak memberikan gejala disebut subklinis atau tanpa
gejala. Menurut estimasi, rasio penyakit yang tanpa gejala terhadap penyakit
yang paralisis bervariasi dari 50:1 sampai 1000:1 (rata-rata 200:1). Pasien yang
terkena infeksi tanpa gejala mengeluarkan virus bersama feses dan dapat
menularkan virus keorang lain. Sekitar 4-8% dari infeksi polio terdiri atas
penyakit ringan yang nonspesifik tanpa bukti klinis atau laboratorium dari
invasi dalam sistem syaraf pusat: syndrome ini dikenal sebagai poliomyelitis
abortif dengan ciri khas penyembuhan sempurna dan berlangsung kurang dari
seminggu.
1. Vaksin polio yang berisi tipe 1,2,3 dibiakkan pada sel-sel vero ginjal kera
dan dibuat tidak aktif dengan formal dehid. Pada vaksin tersebut dijumpai
selain formal dehid juga da neomisin streptomisin, dan polimitsin B dalam
jumlah kecil.
2. Vaksin polio inacetivaved harus disimpan pada suhu 2-8 ͦC dan tidak boleh
dibekukan.
3. Pemberian imunisasi dengan dosis 0,5 ml disuntikkan melalui sukutan
dalam 3 kali berturut-turut dengan jarak 2 bulan antara masing-masing
dosis. Vaksin ini akan memberikan imunitas jangka panjang, baik mucosal
maupun humoral terdapat 3 macam virus polio.
4. Imunitas mukosal yang ditimbulkan oleh IPV lebih rendah dibandingkan
dengan yang ditimbulkan oleh OPV.
KIPI
Kontraindikasi
Kontraindikasi pemberian OPV adalah sebagai berikut.
1. Mengalami penyakit akut atau demam (temperature > 38,5 ͦC), maka
imunisasi harus ditunda.
2. Muntah atau diare, maka imunisasi ditunda
3. Dalam masa pengobatan kortikosteroid atau imunosupresif oral maupun
suntikan juga pengobatan radiasi umum (termasuk kontak pasien)
4. Keganasan (untuk pasien dan kontak) yang berhubungan dengan sistem
retikuloendotelial (seperti limfoma, leukemia, dan penyakit Hodgkin) dan
anak dengan mekanisme imunologis yang terganggu, misalnya pada
hipogamaglobulinemia.
5. Menderita infeksi HIV atau anggota keluarga sebagai kontak
6. Kejadian ikutan pada fetus belum pernah dilaporkan, namun OPV tidak
boleh diberikan pada ibu hamil 4 bulan pertama, kecuali terdapat alasan
mendesak, misalnya berpergian ke daerah edemis poliomielitis
7. Vaksin polio oral dapat diberikan bersama-sama dengan vaksin inactivated
dan virus hidup lainnya (sesuai dengan indikasi), tetapi jangan bersama
vaksin tifoid oral.
8. Bila BCG diberikan pada bayi, tidak perlu memperlambat pemberian OPV,
karena OPV memacu imunitas lokal dan pembentukan antibody dengan
cara replikasi dalam usus
9. Vaksin polio oral dan IPV di dalamnya mengandung sejumlah kecil
antibiotic (neomisin, polimisin, streptomisin) namun hal ini bukan
kontraindikasi, kecuali pada anak yang mempunyai bakat hipersensitif
yang berlebih
10. Kepada saudara atau anggota keluarga kontak dari anak yang menderita
imunosupresi jangan diberikan OPV, tetapi diberi IPV
5. Campak
Pathogenesis
Pada hari ke-11 tampak pada mukosa pipi suatu ulser kecil (bintik koplik)
yang merupakan tempat virus tumbuh selanjutnya mati. Kondisi ini
merupakan tanda pasti untuk menegakkan diagnosis. Akhirnya muncul
ruam makulopapular di hari ke-14 sesudah awal infeksi dan pada saat itu
antibody humoral dapat dideteksi dan selanjutnya suhu tubuh menurun.
Diagnosis
Diagnosis kasus campak biasanya dapat dibuat atas dasar kelompok gejala
klinis yang saling berkaitan, yaitu coriza dan mata meradang disertai
batukk dan demam yang tinggi dalam beberapa hari lalu diikuti timbulnya
ruam makulopapular pada kulit yang memiliki cirri khas. Diawali dari
belakang telinga kemudian menyebar ke muka, dada, tubuh, lengan, dan
kaki bersamaan dengan meningkatnya suhu tubuh. Pada stadium prodormal
dapat ditemukan enanthem dimukosa pipi yang merupakan tanda
patognomonis penyakit campak yaitu bercak koplik. Pada saat
penyembuhan, ruam merah akan menghitam, dan selanjutnya mengelupas.
Vaksin
Pada tahun 1963, telah dibuat 2 jenis vaksin campak yaitu:
1. Vaksin yang terbuat dari virus campak yang hidup dan dilemahkan
(tipe Edmonston B);
2. Vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan (virus campak
yang berada dalam larutan formalin yang dicampur dengan garam
aluminium)
Dosis dan Cara Pemberian
Dosis baku minimal untuk pemberian vaksin campak yang dilemahkan
adalah 1.000 TCID50 atau sebanyak 0,5 ml. untuk vaksin hidup, pemberian
20TCID50 saja mungkin sudah dapat memberikan hasil yang baik.
Pemberian secara intramuscular. Daya proteksi vaksin campak diukur
dengan berbagai cara. Salah satu indikator pengaruh vaksin terhadap
proteksi adalah penurunan angka kejadian kasus campak sesudah
pelaksanaan program imunisasi.
Pada saat ini di Negara yang sedang berkembang, angka kejadian campak
masih tinggi dan sering kali dijumpai penyulit. Oleh karenanya WHO
menganjurkan pemberian imunisasi campak pada bayi berumur 9 bulan.
Untuk Negara maju, imunisasi campak (MMR) dianjurkan ketika anak
berumur 12-15 bulan.
KIPI
Reaksi KIPI campak banyak dijumpai ketika imunisasi ulang, pada
seseorang yang telah memiliki imunitas karena imunisasi dengan vaksin
campak dari virus yang dimatikan. Kejadian KIPI campak telah menurun
dengan digunakannya vaksi campak yang dilemahkan. Gejala KIPI berupa
demam lebih dari 39,5 ͦC yang terjadi pada 5-15% kasus. Demam mulai
dijumpai pada hari ke-5 dan ke-6 sesudah imunisasi dan berlangsung
selama 2 hari. Berbeda dengan infeksi alami, demam karena gejala KIPI
tidak tinggi, walaupun peningkatan suhu tubuh tersebut dapat merangsang
terjadinya kejang demam.
Ruam data dijumpai pada 5% resipien, timbul pada hari ke-7 dan ke-10
sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2-4 hari. Hal ini sukar
dibedakan dengan modified measles akibat imunisasi yang terjadi jika
seseorang telah memperoleh imunisasi pada saat masa inkubasi penyakit
alami. Reaksi KIPI berat terjadi jika ditemukan gangguan fungsi sistem
saraf pusat seperti ensefalitis dan ensefalopati pasca imunisasi. Landrigan
dan Wittle memerkirakan risiko terjadinya kedua efek samping tersebut
selama 30 hari sesudah imunisasi sebanyak 1 di antara 1 miliar dosis
vaksin (tahun 1963-1971).
Kontraindikasi
Kontraindikasi imunisasi campak berlaku bagi mereka yang sedang
menderita demam tinggi, sedang memperoleh pengobatan imunosupresi,
hamil, memiliki riwayat alergi, dan sedang memperoleh
S. Sistem Rujukan
1. Pengertian Sistem Rujukan
Sistem rujukan upaya keselamatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas
pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggungjawab
secara timbal balik atas masalah yang timbul, baik secara vertikal maupun horizontal
ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional, dan tidak dibatasi
oleh wilayah administrasi. Tujuan sistem rujukan adalah untuk meningkatkan mutu,
cakupan dan efisiensi pelayanan kesehatan secara terpadu.
Seperti yang telah dirumuskan dalam SK Menteri Kesehatan Nomor 23
tahun 1972 tentang Sistem Rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggungjawab timbal balik terhadap suatu
kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal dalam arti dari unit yang
berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal dalam
arti antarunit-unit yang setingkat kemampuannya.
2. Jenis-Jenis Rujukan
Secara konseptual rujukan dibedakan menjadi 2, yakni:
a. Rujukan medik, yang pada dasarnya menyangkut masalah pelayanan medik
perorangan yang antara lain meliputi:
• Transfer of patient, rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan,
tindakan operasi, dan lain-lain.
• Transfer of specimen, rujukan spesimen untuk pemeriksaan laboratorium
klinik yang lengkap
• Transfer of knowledge, rujukan ilmu pengetahuan antara lain
mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk
melakukan tindakan, memberi pelayanan, alih pengetahuan dan teknologi
dalam meningkatkan kualitas pelayanan
b. Rujukan masalah kesehatan masyarakat, yaitu hubungan dalam pengirman,
pemeriksaan bahan atau spesimen ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap
Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari:
a. Rujukan internal, adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di
dalam institusi tersebut, misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu)
ke puskesmas induk.
b. Rujukan eksternal, adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang
pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas
rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke RSUD)
Menurut lingkup pelayanannya, terdiri dari:
a. Rujukan medik, yaitu rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya
penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif), misalnya merujuk pasien
dengan penyakit kronis ke RSUD
b. Rujukan keehatan, yaitu rujukan pelayanan yang umumnya berkaitan dengan
upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif),
misal merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi Puskesmas,
atau pasien dengan masalah kesehatan kerja ke klinik sanitasi puskesmas.
Tingkat Rujukan
Tingkatan rujukan berdasarkan pada bentuk pelayanan:
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health care)
Diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan masyarakat sehat untuk
meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan. Bentuk pelayanan ini di
Indonesia adalah puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, dan
balkesmas.
b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua (secondary health services)
Diperlukan oleh kelompok masyarakat yang memerlukan perawatan menginap,
yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer. Bentuk
pelayanan inin misalnya RS tipe C dan D dan memerlukan tersedianya tenaga
spesialis.
c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tertiary health services)
Diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien yang sudah tidak dapat
ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder. Pelayanan sudah kompleks, dan
memerlukan tenaga-tenaga super spesialis, contoh di Indonesia: RS tipe A dan B.
Jalur Rujukan
a. Rujukan pelayanan medis
1) Antara masyarakat dengan puskesmas
2) Antara puskesmas pembantu atau bidan di desa dengan puskesmas
3) Intern antara petugas puskesmas atau puskesmas rawat inap
4) Antara puskesmas dengan RS, laboratorium atau fasilitas pelayanan
lainnya
b. Rujukan pelayanan kesehatan
• Dari puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota
• Dari puskesmas ke instansi lain yang lebih kompeten baik intrasektoral
maupun lintas sektoral
• Jika rujukan di Kabupaten atau Kota masih belum mampu
menanggulangi,dapat diteruskan ke Propinsi atau Pusat
Kasus –Kasus yang Harus Dirujuk
1. Menentukan perlunya rujukan segera
Siapkan surat rujukan dan jelaskan pada ibu apa alasan merujuk bayinya. Ajari
ibu segala sesuatu yang perlu dilakukan selama perjalanan, seperti mejaga
kestabilan suhu tubuh bayi dan pemberian ASI yang tetap diberikan.
2. Tindakan pra rujukan
• Membebaskan jalan napas dan memberi O2 (jika ada)
• Menangani kejang dengan obat anti kejang
• Lakukan tindakan untuk mencegah agar gula darah tidak turun
• Memberi dosis pertama antibiotik intramuskular
• Menasehati ibu cara merawat bayi tetap hangat selama perjalanan
rujukan. Tindakan ini dapat dilakukan dengan metode kanguru (kontak
kulit ibu), agar kehangatan alami diperoleh bayi muda selama
perjalanan rujukan ke RS
• Menghangatkan tubuh bayi segera sebelum dirujuk, khusus untuk bayi
muda dengan klasifikasi hipotermia berat dan sedang
• Rujuk segera ke RS dan menasehati ibu untuk tetap meneruskan
pemberian ASI dan memberikan larutan oralit sedikit demi sedikit
(pada dehidrasi berat) dalam perjalanan.
3. Merujuk bayi muda
a. Jelaskan pada ibu pentingnya rujukan
b. Hilangkan kekhawatiran ibu dan tolonglah untuk mengatasi setiap masalah
c. Tulis surat rujukan untuk dibawa ke RS
d. Berikan kepada ibu obat dan instruksi yang diperlukan untuk merawat bayi
mudanya selama perjalanan ke RS
DAFTAR PUSTAKA
Fadlun dan Achmad Feryanto. 2012. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba Medika
Marmi dan Kukuh Rahardjo. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, Dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Nanny Lia Dewi, Vivian. 2013. Asuhan Neonatus, Bayi, Dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika
Rizema Putra, Sitiatava . 2012. Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita Untuk Keperawatan Dan
Kebidanan. Jogjakarta: D- Medika
CONTOH SOAL KASUS
A. Lingkup asuhan neonatus, bayi dan bali
Jika kemudian ibu melhirkan kembali, beri dukungan pada orang tua selama beberapa
bulan pertama, paling tidak sampai meewati usia bayi yang meninngal sebelumnya. BBL
Normal
1. Seorang ibu melahirkan 1 jam yang lalu di BPS, usia kehamilan 40 minggu, BB: 2.800
gram PB: 48 cm, bergerak aktif, warna kulit kemerahan, RR: 40 x /menit, Nadi: 130
x/menit, suhu: 36oC.
Pertanyaan :
Apa diagnosa yang tepat pada Bayi Baru Lahir tersebut ?
a. BBL Normal
b. BBL dengan asfiksia
c. BBL dengan Hipotermia
d. BBL dengan lebih bulan
e. BBL dengan infeksi
Jawaban : a. BBL Normal
Pembahasan : BBL normal adalah bayi yang baru dilahirkan pada kehamilan cukup bulan,
berat badan bayi antara 2.500 – 4.000 gram,
B antara 48-52 cm dan tanpa tanda asfiksia dan penyakit penyerta lainnya.
Referensi : Varney H, Varney Midwifery. 1997 Third ed. J&B publisher. London. Capt 32,
Hal. 551-560.
BBL Bermasalah
2. Bayi “B” lahir prematur di BPS dengan usia kehamilan 35 minggu, BB: 2400 gram, P: 46
cm, RR: 20 x/ menit, dan Apgar skor 4-6. Dan pada saat persalinan air ketuban bercampur
dengan mekonium.
Pertanyaan: Apa diagnosa pada bayi tersebut ?
a. Asfiksia
b. Asfiksia neonatorum ringan
c. Asfiksia neonatorum sedang
d. Asfiksia neonatorum berat
e. Gangguan pernafasan
Jawaban : c. Asfiksia neonatorum sedang
Pembahasan: Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas
secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus
dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan,
atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila
penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi
bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang
mungkin timbul.
Etidiologi: faktor ibu dan faktor bayi
1. Faktor ibu
a.Preeklampsia dan eklampsia
b. Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
c. Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
2. Faktor Bayi
a. Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
b. Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum,
ekstraksi forsep)
c. Kelainan bawaan (kongenital)
d. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
Refesensi: Markum, Ilmu Kesehatan Anak, FK UI jakarta 1999
3. Bayi perempuan umur 2 bulan lahir dengan prematur, BBL: 2400 gram, P: 48 cm, RR:
34x/menit, dan pada paska persalinan usia ibu 20 tahun dan perdarahan, dan ibu ini kecandu
rokok dan golongan ekonomi rendah. Dan posisi pada saat tidur bayi tengkurap padahal
belum waktunya tengkurap dan pada saat di ambil bayi sudah meninggal.
Pertanyaan: Apakah diagnosa yang tepat untuk bayi tersebut ?
a. Bayi dengan SIDS
b. Bayi dengan gangguan perkembangan
c. Bayi dengan gangguan pernafasan
d. Bayi Prematur
e. Bayi dengan BBLR
Jawaban : a. Bayi dengan SIDS
Pembahasan: suatu kematian yang mendadak dan tidak terduga pada bayi yang tampaknya
sehat. SIDS merupakan penyebab kematian yang paling sering ditemukan pada bayi yang
berusia 2 minggu-1 tahun.
Faktor resiko
1. Kasur yang lembut (pada bayi kuran dari 1 tahun
2. Tidur tengkurap (pada bayi kurang dari 4 bulan)
3. Bayi prematur
4. Riwayat SIDS pada saudara kandung
5. Banyak anak
6. Musim dingin
7. Ibunya perokok
8. Ibunya pecandu obat terlarang
9. Ibunya berusia muda
10. Jarak yang pendek diantara 2 kehamilan
11. Perawatan selama kehamilan yang kurang
12. Golongan sosial-ekonomi rendah. SIDS lebih banyak ditemukan pada bayi laki-laki.
Referensi: Depkes RI. 1993. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga. Jakarta:
Depkes RI
4. Bayi T lahir spontan 1 jam yang lalu, gerakan aktif, berat badan 2400 gram, panjang badan
48 cm, pernapasan 40 x/menit, dengan usia kehamilan saat lahir 36 minggu. Dari hasil
pemeriksaan tidak di temukan kelainan.
Pertanyaan :
Asuhan apa yang harus diberikan pada bayi T adalah…………..
a. Dimandikan
b. Pemberian oksigen
c. Pemberian antibiotik
d. Dirawat dalam indikator
e. Rawat gabung dengan ibunya
Jawaban : e. Rawat gabung dengan ibunya
Pembahasan
rawat gabung adalah membiarkan ibu dan bayi nya bersama terus menerus.
Manfaat rawat gabung
1. Mempercepat mantapnya dan terus terlaksananya proses menyusui.
2. Memungkinkan proses bonding rawat gabung akan meningkatkan ikatan batin antara ibu
dan bayinya.
3. Menurunkan biaya pihak rumah sakit dapat menekan biaya karena tidak perlu membangun
dan memelihara ruang bayi sehat, tidak perlu mengeluarkan gaji untuk petugas ruang bayi
sehat, juga biaya yang harus dikeluarkan bila bayi menjadi sakit dapat dikurangi. Turn over
lebih cepat
4. Peralatan minimal bila dilakukan bendding-in maka akan mengurangi pembelian boks bayi.
Tidak memerlukan botol susu.
5. Tidak ada tambahan tenaga, tidak perlu menambah tenaga untuk ruang bayi sehat, karena
untuk rawat gabung dapat memanfaat kan tenaga yang sudah ada di ruangan nipas.
Referensi : Fransiska sri susanti. Buku indonesia menyusui
5. Ny E baru saja melahirkan di BPS. Bayi menangis kuat, warna kulit merah, gerakan aktif.
BBL 2900 gram, panjang 52 cm.
Pertanyaan:
Penatalaksanaan yang dilakukan segera terhadap bayi Ny E adalah……….
a. Memandikan
b. Mengisap lendir
c. Memotong tali pusat
d. Inisiasi menyusui dini
e. Mengeringkan
Jawaban : e. Mengeringkan
Pembahasan
Setelah bayi lahir bidan mengeringkan tubuh bayi agar tidak terjadinya kehilangan panas
tubuh secara evaporasi.
Refrensi : Prawirohardjo, sarwono. 2005. Ilmu kandungan. Jakarta:yayasan bina pustaka
sarwono prawirohardjo
BAB 2
B. Konsep asuhan neonatus, bayi, dan balita
1. Seorang ibu P1A0 melahirkan bayi 6 jam yang lalu, usia kehamilan 38 minggu, bayi
lahir spontan per vaginam, laki-laki, menangis kuat, warna kemerahan, bergerak aktif.
Berada dalam fase/ periode apakah bayi tersebut?
a. Fase transisi
b. Fase adaptasi
c. Fase reaktivitas pertama
d. Fase reaktivitas kedua
e. Fase tidur
2. Seorang ibu P2A0 melahirkan bayi 30 menit yang lalu, usia kehamilan 39 minggu,
bayi lahir spontan per vaginam, menangis kuat, warna kemerahan, bergerak aktif.
Kemudian bayi menunjukkan tanda-tanda antara lain, gerakan bayi menjadi kurang
aktif, letargi, hipotonus, tidak kuat menghisap ASI, dan menangis lemah. Tanda-tanda
tersebut menunjukkan bayi mengalami:
a. Hipotermia
b. Hipertermia
c. Hipoglikemi
d. Hipoksia
e. Sianosis
3. Seorang ibu P1A0 melahirkan bayi perempuan 5 menit yang lalu, usia kehamilan 38
minggu, bayi lahir spontan per vaginam, menangis kuat, warna kemerahan, bergerak
aktif, BB 3200 gram. Sementara bidan masih menunggu plasenta lahir, bayi tersebut
setalah dikeringkan dan di bedong, kemudian diletakkan di ruangan yang
menggunakan kipas angin. Mekanisme perpindahan panas apa yang mungkin dialami
oleh bayi tersebut?
a. Konduksi
b. Konveksi
c. Radiasi
d. Evaporasi
e. Vaporasi
4. Seorang bayi laki-laki lahir spontan, menangis kuat, warna kulit kemerahan, dan
bergerak aktif, pada saat ini bayi mengalami proses Homeostatis, yaitu kemampuan
adaptasi fungsional janin dari?
a. Dari dalam uterus ke kehidupan luar uterus
b. Dari usia kandungan TM 1 ke TM II
c. Dari usia kandungan TM II ke TM III
d. Dari 8 jam pertama kelahiran hingga usia 1 minggu
e. Dari 8 jam pertama kehidupan hingga tali pusat lepas mongering
5. Seorang bayi lahir cukup bulan, menangis kuat dan gerakan tonus otot aktif, kemudian
petugas kesehatan menyarankan untuk diberikan ASI saja tanpa tambahan makanan
apapun, karena...
a. Kapasitas lambung BBL hanya 30 cc
b. Kapasitas lambung BBL menyesuaikan makanan yang masuk
c. Dikhawatirkan alergi susu formula
d. Usus BBL belum mampu mencerna makanan
e. Kapasitas lambungnya seperti neonatus usia 10 hari
BAB 3
C. Rencana asuhan bayi 2-6 hari
1. Bayi A lahir spontan 1 jam yang lalu, gerakan aktif, BB 2400 gram, panjang badan 48
cm, pernapaan 40x/menit, dengan usia kehamilan 36 minggu. Dari hasil pemeriksaan
tidak ditemukan kelainan.
Asuhan yang harus diberikan pada bayi A adalah...
a. Dimandikan
b. Pemberian oksigen
c. Pemberian antibiotik
d. Rawat di dalam inkubator
e. Rawat gabung
Jawaban: (E. Rawat gabung)
2. Ny R baru saja melahirkan di BPM. Bayi menangis kuat, warna kulit merah, gerakan
aktif, BBL 2900 gram, panjang 50 cm.
Penatalaksanaan yang dilakukan terhadap bayi Ny R adalah...
a. Memandikan
b. Mengisap lendir
c. Memotong tali pusat
d. Inisiasi menyusu dini
e. Mengeringkan
Jawaban: (e. Mengeringkan)
3. Bayi R lahir spontan 1 jam yang lalu, gerakan aktif, BB 2450 gram PB 48 cm RR
40x/menit, suhu 370C dengan usia kehamilan saat lahir 36 minggu. Dari hasil
pemeriksaan tidak ditemukan kelainan.
Setelah 30 menit kemudisn bsyi R mengalami penurunan suhu menjadi 360C.
Asuhan yang diberikan pada bayi R adalah...
a. Memberikan antibiotik
b. Dibedong
c. Lakukan rujukan
d. Lakukan metode kanguru
e. Berikan cairan infus Dextrose
f. Jawaban: (d. Lakukan metode kanguru)
4. Bayi S umur 3 hari, BBL 3100 gram, BB sekarang 3000 gram. Bayi menetek kuat.
Pemberian ASI yang dianjurkan pada By S adalah...
a. 30 menit sekali
b. 1 jam sekali
c. 3 jam sekali
d. On demand
e. Bila bayi terbangun
Jawaban: (d. On demand)
5. By N umur 2 hari, BBL 2750 gram, BB sekarang 2600 gram. Suhu badan bayi 370C
bergerak aktif, tali pusat tidak ada tanda-tanda infeksi.
Prinsip utama yang harus diperhatikan dalam merawat tali pusatnya adalah...
a. Steril
b. Bersih
c. Dibungkus rapat
d. Bersih dan kering
e. Dibungkus kassa betadine
Jawaban: (d. Bersih dan kering)
BAB 4
D. Asuhan primer pada bayi 6 minggu pertama
1. Seorang ibu P1A0 melahirkan bayi 5 jam yang lalu umur kehamilan 39 minggu, bayi
lahir spontan pervaginam,upaya apa yang harus di lakukan ibu agar terjalin hubungan
interaksi emosi sensorik fisik antara orang tua dan bayi segera setelah lahir
a. room in
b. bounding attachment
c. metode kanguru
d. sentuhan orang tua
2. Seorang ibu P1A0 melahirkan bayi 8 jam yang lalu umur kehamilan 38 minggu, bayi
lahir spontan pervaginam,perempuan menangis kuat, bayi bergerak aktif warna kulit
kemerahan, pada setiap bayi setidaknya mendapatkan uji fisik sebelum meninggalkan
tempat pusat persalinan ada berapakah uji fisik yang harus dilakukan ?
a. dua uji fisik
b. tiga uji fisik
c. empat uji fisik
d. lima uji fisik
3. Seorang ibu P1A0 melahirkan bayi 3 hari yang lalu dengan umur kehamilan 40
miinggu, lahir spontan laki-laki bayi menangis kuat bergerak aktif apa saja rencana
asuhan yang harus diberikan primer bayi 6 minngu ?
a. diagnosa potensial
b. planning
c. wawancara orang tua
d. data subyektif , data obyektif , assesment, planning
BAB 5
E. Pemantauan tumbuh kembang neonatus, bayi dan balita
1. Seorang bayi berusia 3 bulan BBL: 3000 gram, PBL: 48 cm, pada saat di posyandu
BB:4200 gram, PB: 55 cm. Dari kasus itu, apakah yang dialami bayi tersebut?
a. Pertumbuhan
b. Perkembangan
c. Motorik halus
d. Motorik kasar
Jawaban: A
2. Seorang bayi berusia 4 bulan, BB:4,7 gram, PB: 58 cm, Apakah aktivitas yang dapat
dilakukan oleh bayi tersebut?
a. Duduk
b. Belajar berdiri
c. Berbalik telungkup ke terlentang
d. Merangkak
Jawaban : C
3. Seorangt bayi berusia 5 bulan, Bayi lahir di BPS dengan berat badan lahir 3125 gr,
panjang badan 51 cm. Berapakah berat badan normal pada bayi tersebut
a. 5,625 kg
b. 6,25 kg
c. 6,75 kg
d. 9,375 kg
Jawaban : B
4. Seorang bayi berusia 10 bulan. Perkembangan motorik kasar yang harus dicapai bayi
tersebut adalah?
a. Duduk
b. Merangkak
c. Berjalan
d. Mengangkat badannya ke posisi berdiri
Jawaban: D
5. Seorang balitaberumur 1 tahun, BB lahir: 3200 gram, PB lahir: 49 cm.berapakah PB
normal pada balita tersebut?
a. 70 cm
b. 73,5 cm
c. 75 cm
d. 76 cm
BAB 6
F. Neonatus dan bayi dengan masalah serta penatalaksanaannya
1. Seorang ibu membawa balita berusia 2 tahun, dating di BPM dengan keluhan BAB
cair 7-8x dalam sehari, panas, rewel dan nafsu makan menurun. Hasil pemeriksaan ;
turgor kulit menurun, mata cekung, suhu 37,2 ˚C. Apakah asuhan yang tepat pada
kasus tersebut?
A. Rujuk
B. Berikan oralit
C. Berikan cairan RL
D. Berikan obat
E. Tingkatkan asupan cairan lewat makanan
2. Seorang ibu membawa bayi berusia 6 bulan dating ke BPM, dengan keluhan gatal,
pedih benjolan berwarna merah muda menggerombol, kecil disekitar dahi sudah
terjadi ±4 hari. Apakah diagnose yang tepat?
A. Miliaria rubra
B. Miliaria kristalina
C. Furunkel
D. Miliaria profunda
E. Miliaria pustulosa
3. Seorang ibu membawa bayi berusia 3 bulan datang ke BPM, dengan keluhan ASI
selalu keluar kembali setelah bayi disusui. Asuhan utama yang tepat untuk menangani
kasua tersebut?
A. Perbaiki posisi botol
B. Sendawakan bayi setelah menyusui
C. Usahakan mulut bayi mencakyp seluruh putting ibu
D. Jangan terburu-buru saat menyusui
E. Posisi menyusui yang rileks
4. Seorang ibu membawa balita usia 1 tahun ke BPM, dengan keluhan terdapat
peradangan berupa sisik yang berlemak di daerah kepala, telah terjadi sekitar 3-4 hari.
Apakah diagnose yang tepat untuk kasus tersebut?
A. Furunkel
B. Diaper rush
C. Oral trush
D. Seborrhea
E. Bisulan
5. Seorang ibu membawa bayi berusia 2,5 bulan dating ke BPM, dengan keluhan adanya
bercak berwarna biru kehitaman di punggung. Hasil pemeriksaan bercak warna biru
kehitaman, bentuk tidak teratur tidak membenjol. Diagnosa yang tepat untuk kasus
tersebut?
A. Hemangioma
B. Tahi lalat
C. Bercak mongol
D. Furunkel
E. Miliaria
BAB 7
F. Asuhan neonatus dengan jejas persalinan
1. Ny. L datang ke BPS, Ny.L mengatakan ia baru saja melahirkan bayinya 2 hari yang
lalu, ia mengeluh bahwasannya anaknya menangis terus menerus seperti sedang
kesakitan,dan Ibu mengatakan tangan sebelah kanan anaknya sedikit agak terlukai,
ibu mengatakan sangat sedih melihat anaknya seperti ini. Setelah dilakukan
pengkajian oleh bidan, tak ada gerakan pada tangan yang sakit,reflek moro asimetris,
Terabanya deformitas dan krepotasi di daerah yang patah disertai rasa sakit. Bidan
melihat adanya tangisan bayi pada gerakan pasif. Keadaan umum bayi kurang baik.
Diagnosa bayi Ny.L adalah...
a. Fraktur hemorous
b. Caput suksedaneum
c. Cepal hematoma
d. Fleksus brachialis
e. Fraktur
2. Bayi Ny.N lahir spontan menangis kuat gerakan aktif dengan BB 3400 gram panjang
50 cm. setelah dilakukan pemeriksaan fisik tenyata terdapat pembengkakan kulit
kepala. Bagian kiri kulit kepala bayi Ny.N terlihat bengkak, lembek dan berubah
warna kemerahan atau memar. Diagnosa bayi Ny.N adalah…
a. Fraktur klafikula
b. Caput suksedaneum
c. Cepal hematoma
d. Fleksus brachialis
e. Fraktur
3. Ny.O melahirkan dengan dibantu oleh alat vacum karena suatu hal tertentu. Alhasil
bayinya mengalami benjolan pada kepala yang terkena alat vakum dan sedikit
perdarahan subperiostal tulang tengkorak berbatas tegas pada tulang yang
bersangkutan dan tidak melewati sutura. Diagnose bayi Ny.O adalah…
a. Fraktur klafikula
b. Caput suksedaneum
c. Cepal hematoma
d. Fleksus brachialis
e. Fraktur
BAB 8
G. Asuhan neonatus dengan kelainan bawaan
1. Seorang bayi usia 30 jam mengalami muntah-muntah , perut kembung, anus tampak
merah dan tidak ada lubang anus, kita sebagai bidan perlu mencurugai adanya
kelainan …..
a. Hirschsprng
b. Hidrosepalus
c. Atresia ani
d. Atresia esofgus
e. Hernia
2. Seorang bayi berusia 3 bulan mengalami pelebaran pada vena kulit kepala, terlihat
mengkilat serta ubun-ubun melebar dan ubun-ubun tidak menutup pada waktunya dan
teraba tegang serta menonjol, pada cirri-ciri kasus tersebut anak tersebut menderita
penyakit….
a. Hidrosefalus
b. Meningokel
c. Finosis
d. Labioskiziz
e. Labiopalatokizis
3. Seorang bayi usia 2 hari dibawa ke rumah sakit dengan keluhan sesak nafas kulit
berwarna pucat , suara nafas tidak terdengar , dan detak jantung terdengar didaerah
berlawanan.apakah diagnose pada kasus tersebut…
a. Hernia Diafragmatika
b. Meningokel
c. Asma
d. Gastrokizis
e. Labioskizis
BAB 9
H. Manajemen terpadu balita muda (MTBM)
BAB 10 DAN 11
I. Manajemen terpadu balita sakit (MTBS) & Asuhan kebidanan neonatus resiko tinggi
dengan BBLR
1. Seorang bayi dengan berat badan lahir rendah datang ke BPM dengan keluhan sering
tersedak saat menyusu, dan berat badan belum bertambah.
Apakah penanganan yang tepat untuk kasus diatas ?
a. Mempertahankan suhu dengan ketat
b. Mencegah infeksi dengan ketat
c. Pengawasan nutrisi atau ASI
d. Penimbangan ketat
2. Seorang bayi berusia 10 hari, dengan berat lahir <1.500 gram . berapakah
penambahan berat badan untuk bayi <1.500 gram per harinya ?
a. 20-30 gr/hari
b. 30-35 gr/hari
c. 35-40 gr/hari
d. 40-45 gr/hari
3. Seorang anak perempuan 2 tahun, BB 12 kg, berak cair 5x, tidak berdarah, tidak
berlendir, keadaan sakit ringan.
Dari pernyataan diatas yang bukan merupakan tanda dan gejala dehidrasi ringan atau
sedang adalah ?
a. Gelisah atau rewel
b. Mata cekung
c. Latergis atau tidak sadar
d. Cubitan kulit perut kembalinya lambat
BAB 12
J. Asuhan kebidanan neonatus resiko tinggi
Bayi Lina baru lahir 15 menit yang lalu, dengan denyut jantung 50x/menit, tonus otot
sedikit fleksi, gerakan sedikit, warna kulit kebiruan, suhu 36C, respieasi tidak teratur
1. nilai APGAR bayi Lina adalah .....
a. 5
b. 6
c. 7
d. 8
2. bayi Lina mengalami....
a. RDS
b. Apneu
c. Asfiksia
d. Gagal nafas
3. penatalaksanaan segera adalah...
a. lakukan resusitasi segera
b. rawat dalam inkubator
c. terapi antibiotik dosis tinggi
d. lakukan resusitasi jantung paru
BAB 13
K. Presentasi tentang bayi lahir dari ibu yang menderita HIV/ AIDS, TBC dan Hepatitis B
1. Seorang bayi baru lahir BB: 3200 gram, PB: 50 cm, LK: 34 cm, LD: 33 cm,
dilahirkan dari seorang ibu yang mempunyai HIV positif. Apakah asuhan yang tepat
pada bayi tersebut?
a. Memberikan ASI eklusif
b. Merawat bayi seperti yang lain
c. Memberikan susu formula
d. Memberikan antiretroviral
Jawaban : C
2. Seorang bayi baru lahir BB: 2900 gram, PB: 50 cm, LK: 34 cm, LD: 32 cm,
dilahirkan dari seorang ibu yang menderita infeksi hepatitis B. Apakah asuhan yang
tepat pada bayi tersebut:
a. Memandikan bayi
b. Memberikan vaksin HB 0
c. Tetap memberikan ASI
d. Memberikan ASI setelah mendapatkan vaksin hepatitis
Jawaban : D
3. Seorang bayi baru lahir BB: 3000 gram, PB: 48 cm, LK:34cm, LD: 33cm, dilahirkan
dari seorang ibu yang mengalami penyakit tuberkolosisi. Apakah asuhan yang tepat
pada bayi tersebut?
a. Memberikan iminisasi BCG
b. Uji mantouk
c. Tetap memberukan ASI dengan menggunakan masker
d. Memandikan bayi
Jawaban : C
BAB 14
L. Konsep imunisasi dasar lengkap, kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) dan issue terkini
tentang imunisasi pada neonatus bayi dan balita
1. Bayi D dibawa ke puskesmas untuk mendapatkan imunisasi. Bidan memberikan
imunisasi DPT 1 dan polio 2. Setelah mendapat imunisasi pada malam harinya Bayi
D mengalami demam tinggi (38 ͦ C). demam tinggi yang dialami Bayi D merupakan
efek samping dari…
a. Tempat penyuntikan
b. DPT
c. Polio dan DPT
d. Polio
e. Cara penyuntikan
2. Bayi S sudah mendapat imunisasi BCG 2 hari yang lalu. Saat ini timbul bengkak dan
merah pada tempat penyuntikan. Masalah yang terjadi pada bayi R disebabkan oleh…
a. Reaksi normal dari imunisasi BCG
b. Penyuntikan yang terlalu dalam
c. Dosis vaksin terlalu banyak
d. Bayi tidak tahan dengan vaksin BCG
e. Alergi vasin BCG
3. Bayi A berumur 9 bulan dibawa ke puskesmas untuk dilakukan imunisasi campak.
Dosis imunisasi yang diberikan pada bayi A adalah…
a. 0,4 ml
b. 0,1 ml
c. 0,5 ml
d. 0,2 ml
e. 0,3 ml
4. Bayi F umur 4 bulan, sudah melakukan imunisasi DPT 2 dan polio 3. Jadwal yang
tepat untuk pemberian imunisasi yang tepat pada Bayi F adalah…
a. 4 minggu
b. 6 minggu
c. 8 minggu
d. 12 minggu
5. Bayi I umur 4 bulan, setelah melakukan imunisasi terjadi kemerahan, bengkak, dan
nyeri pada lokasi injeksi. Ibu bayi I mengeluh anaknya terkadang gelisah dan
menangis terus-menerus dengan disertai demam (38,5 ͦ C). Diagnosa dari sakit yang
diderita bayi I adalah…
a. KIPI pertusis
b. KIPI campak
c. KIPI poliomyelitis
d. KIPI BCG
e. Karena penyuntikan yang terlalu dalam
BAB 15
M. Sistem rujukan
1. Seorang bayi berusia 1 tahun datang ke puskesmas. Ibu mengatakan anaknya sudah 2
bulan terakhir ini tidak mengalami kenaikan BB saat dilakukan penimbangan dan
mengatakan anaknya berkurang nafsu makannya serta sering menolak ketika diberikan
buah atau sayuran. Dari kasus tersebut Bidan di ruang KIA menyarankan ibunya untuk
berkonsultasi dengan ahli gizi di ruang konsultasi gizi. Berdasarkan jenis rujukan
menurut lingkup pelayanannya, termasuk jenis :
a. Rujukan medik
b. Rujukan kesehatan
c. Rujukan internal
d. Rujukan eksternal
e. Rujukan masalah kesehatan masyarakat
2. Seorang ibu membawa anaknya yang berusia 2 tahun ke puskesmas dengan keluhan
demam sudah 1 hari tapi dikompres belum juga turun. Berdasarkan tempat pelayanan
kesehatan yang ibu pilih tesebut, termasuk tingkatan ke berapakah bentuk pelayanan
tersebut?
a. Tingkat pertama
b. Tingkat kedua
c. Tingkat ketiga
d. Tipe A
e. Tipe B
3. Seorang ibu memeriksakan anaknya berusia 7 bulan yang mengalami diare selama 2
hari di bidan terdekat, karena keadaan anak tersebut yang sangat lemah dan tidak mau
minum ASI, maka bidan tersebut menyarankan ibu tersebut membawa anaknya ke
puskesmas terdekat untuk mendapatkan pelayanan yang lebih memadai. Dari ilustrasi
tersebut alur rujukan yang dipakai adalah?
a. Tingkat dasar
b. Tingkat kelurahan
c. Tingkat kecamatan
d. Tingkat kabupaten
e. Tingkat propinsi
4. Seorang ibu memeriksakan anaknya yang sakit batuk sudah lebih dari 2 minggu ke
puskesmas terdekat dan tidak sembuh-sembuh meskipun telah diberi obat, kemudian
pihak puskesmas merujuk anak tersebut ke RS tipe C untuk dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut. Berdasarkan ilustrasi kasus tersebut, pihak puskesmas merujuk ke bentuk
pelayanan pada tingkat:
a. Pertama
b. Kedua
c. Ketiga
d. Ke empat
e. Ke lima
5. Seorang ibu G2P1A0 datang ke puskesmas rawat jalan untuk periksa dengan keluhan
sudah mulai merasa kenceng-kenceng dan usia kehamilannya sudah 39 minggu, dari
hasil VT sudah buka 3 cm kemudian pihak puskesmas merujuk pasien tersebut ke
puskesmas rawat inap terdekat yang berwenang menolong persalinan. Berdasarkan
kasus tersebut telah dilakukan rujukan:
a. Vertikal ke horizontal
b. Sesama horizontal
c. Sesama vertikal
d. Horizontal ke vertikal
e. Rujukan medis