Jurnal Internasional Reproduksi, Kontrasepsi, Kebidanan dan Ginekologi

Joshi C dkk. Int J Reprod Contracept Obstet Gynecol. 2016 Mar; 5 (3): 878-881
www.ijrcog.org pISSN 2320-1770 | eISSN 2320-1789

DOI: http://dx.doi.org/10.18203/2320-1770.ijrcog20160603
Artikel Penelitian

Eklampsia: teka-teki

Chitra Joshi 1 *, Deepa Hatwal 2, Zehra Mohsin 3

1 Departemen Obstetri & Ginekologi, VCSG Government Medical Sciences & Research Institute, Srinagar Garhwal, Pauri Garhwal, Uttarakhand, India

2 Departemen Patologi, Institut Penelitian & Ilmu Kedokteran Pemerintah VCSG, Srinagar Garhwal, Pauri Garhwal, Uttarakhand, India

3 Departemen Obstetri & Ginekologi, JNMCAM U, Aligarh, Uttar Pradesh, India

Diterima: 26 Januari 2016

Diterima: 20 Februari 2016

* Korespondensi:
Dr. Chitra Joshi,
E-mail: cjobs@hotmail.com

Hak cipta: © penulis, penerbit, dan pemegang lisensi Akademi Medip. Ini adalah artikel akses terbuka yang didistribusikan di bawah persyaratan Lisensi Non-Komersial
Atribusi Creative Commons, yang mengizinkan penggunaan, distribusi, dan reproduksi non-komersial yang tidak dibatasi dalam media apa pun, asalkan karya aslinya
dikutip dengan benar.

ABSTRAK

Latar Belakang: Eklampsia adalah penyebab kejang yang paling umum pada kehamilan berikutnya adalah epilepsi. Insidensinya bervariasi dari 1 dalam 100 hingga 1
dalam 2000 kehamilan. Eklampsia menyumbang 24% dari semua kematian ibu di India. Eklampsia merupakan penyebab utama kematian dan morbiditas perinatal di
negara-negara non-industri (hingga 40% kematian perinatal).
Metode: Kami melaporkan studi retrospektif pada pasien eklamsia yang mengunjungi rumah sakit perawatan tersier. Studi ini mencakup 3.907
pengiriman yang dilakukan di VCSG Govt. Medical Science & Research Institute, Srinagar, Pauri Garhwal, Uttarakhand dari April 2012 hingga Sep.
2014.
Hasil: Jumlah kasus eklamsia adalah 98. Kasus eklamsia antepartum 87 dan eklamsia postpartum 11 kasus. Kejadian eklamsia antepartum 2,22% (87/3907)
di pusat kami. Jumlah kematian ibu akibat eklamsia adalah 6. Angka Kematian Kasus total adalah 11,11% (6/57). Ada 6 kematian neonatal dini yang paling
sering terjadi karena prematuritas. Ada 20 (22,99%) kematian intrauterine.

Kesimpulan: Prediksi dan diagnosis dini membutuhkan indeks kecurigaan yang tinggi dan pelatihan profesional kesehatan yang komprehensif di semua tingkat
perawatan kesehatan. Jawaban atas manajemen eklamsia yang buruk terletak pada pendidikan dan pelatihan yang lebih baik dari semua dokter kandungan, ahli
anestesi, bidan, dan dokter umum dalam diagnosis dan pengobatan preeklamsia berat dan eklamsia.

Kata kunci: Pre-Eklampsia, Eklampsia, Epilepsi, Angka kematian ibu

PENGANTAR Preeklamsia adalah sindrom khusus kehamilan yang ditandai dengan

Pre-eklamsia didefinisikan oleh International Society for the Study of
Hypertension in Pregnancy sebagai hipertensi gestasional minimal 140/90
mmHg pada dua kesempatan terpisah ≥4 jam disertai dengan proteinuria
hipertensi (> 140/90 mm Hg) dan proteinuria (300 mg / 24 jam urin). 1 Ini
adalah penyebab paling umum dari kejang pada kehamilan berikutnya
adalah epilepsi. 2
Insidensinya bervariasi dari 1 dalam 100 hingga 1 dalam 2000 kehamilan. 3

signifikan minimal 300 mg dalam 24 jam pengumpulan urin , timbul de Bisa antepartum, intrapartum atau postpartum. Eklampsia memiliki efek
novo setelah 20 th minggu kehamilan sebelumnya yang sangat besar pada sistem kardiovaskular, ginjal, hematologi,
pernapasan, dan neurovaskular, yang menyebabkan morbiditas dan
normotensif wanita dan menyelesaikan mortalitas ibu sangat tinggi. 4 Eklampsia menyumbang 24% dari semua
kematian ibu di India. 5 Eklampsia merupakan penyebab utama kematian
sepenuhnya oleh 6 th minggu pascapersalinan. Gangguan hipertensi yang mempersulit
dan morbiditas perinatal di negara non-industri (hingga 40% kematian
kehamilan sering terjadi dan merupakan salah satu dari tiga serangkai yang mematikan,
perinatal). 6
bersamaan dengan perdarahan dan infeksi.

Maret 2016 · Volume 5 · Edisi 3 Halaman 878

 Joshi C dkk. Int J Reprod Contracept Obstet Gynecol. 2016 Mar; 5 (3): 878-881

Kami melakukan penelitian retrospektif pada pasien eklamsia yang mengunjungi Kasus eklamsia antepartum (APE) sebanyak 87 kasus dan eklamsia
rumah sakit perawatan tersier untuk mengidentifikasi langkah atau kaitan penting postpartum (PPE) sebanyak 11 kasus. Kejadian APE sebesar 2,22%
untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas di negara berkembang. (87/3907) dari seluruh persalinan yang dilakukan di pusat kami. Hanya satu
pasien yang menjadi kasus yang dipesan dan semua kasus lainnya tidak
tercatat. Kasus eklamsia terbanyak terjadi pada kelompok umur 21-25
METODE tahun dengan kejadian 75,86% sedangkan pada wanita diatas 36 tahun
hanya dilaporkan 2 kasus dengan kejadian 2,29% (Tabel 1).
Ini adalah studi retrospektif yang dilakukan dari April 2012 hingga
September 2014 di pusat perawatan tersier dan hasilnya dianalisis. Penelitian
ini dilakukan untuk melaporkan kejadian eklamsia di negara berkembang Tabel 3: Hasil akhir janin.
dan menganalisis kasus yang mengacu pada usia, paritas, perawatan
Hasil Jumlah Persentase
antenatal, dan usia kehamilan. Penelitian ini melibatkan 3.907 persalinan
yang dilakukan antara periode ini dan 98 kasus didiagnosis eklamsia. Kematian intrauterine 20 22.99
Penelitian ini juga menyimpulkan hasil akhir fetomaternal pada eklamsia. Skor Apgar • 6/10 skor 24 27.59
Terjadinya kejang-kejang yang tidak bisa dikaitkan dengan penyebab lain, Apgar • 7/10 43 49.42
berhubungan dengan tanda-tanda preeklamsia selama kehamilan, persalinan Tabel 4: Perbandingan studi eklampsia kami dengan
atau dalam 7 hari setelah melahirkan didiagnosis mengalami eklamsia.
Catatan rumah sakit antara periode di atas ditinjau oleh tim konsultan dan studi lain.
residen senior di departemen Kebidanan dan Ginekologi. Penelitian
dilakukan dengan izin dari komite etik rumah sakit. Parameter Kami Swain dkk Sultana dkk
Belajar

Insiden (%) 2.2 2.2 3.23

Usia di tahun ini 20-25 <20 25-34
Primigravida 71.27 84 43
(%)
HASIL
Belum dipesan 1.14 2.27 4.47
status (%)
Tabel 1: Distribusi pasien (n = 87) menurut
Gestasional 36 36 36
usia (tahun).
usia (dalam minggu)

Usia di tahun ini) Jumlah kasus Persentase (%) Mode dari -

pengiriman (%) 66.66 53
<20 6 6.89
Vagina
21-25 66 75.86
Operasi caesar 33.33 - 47
26-30 12 13.79
bagian
31-35 1 1.14
Keibuan 11.11 29.5 10.29
36-40 0 0 meninggal
> 40 2 2.29 Neonatal 11.2 13.9 23.52
N 87 100 meninggal

Intrauterine 22.4 25 -
Tabel 2: Distribusi pasien menurut kematian (IUD)

komponen kebidanan yang berbeda. Anoksia lahir 27.58 53.48 -

Faktor Jumlah kasus

Hasil penelitian menunjukkan bahwa itu adalah penyakit primigravida
Keseimbangan
dengan 61 kasus dari 87 kasus dengan kejadian 70,11%. Pada multigravida
Primigravida 61
12 kasus dilaporkan dengan kejadian
Multigravida 26 13,79%. Wanita di kedua akhir usia reproduksi ditemukan lebih rentan.
Usia Kehamilan (dalam minggu) <28
Pada usia kehamilan lebih dari 34 minggu 58 kasus didiagnosis dengan
4 eklamsia dibandingkan dengan hanya 4 kasus dalam waktu kurang dari 28
28-34 25 minggu. Dari 87 kasus eklamsia, 52 kasus (59,77% melahirkan dengan
> 34 58 persalinan normal 29 kasus (33,33%) menjalani LSCS dan 6 kasus (6,89%)

Cara pengiriman dilakukan persalinan pervaginam (Tabel 2).

Persalinan normal pervaginam 52

Persalinan pervaginam dengan bantuan 6
Operasi caesar (c / s) 29
Mayoritas pasien mendarat di operasi caesar karena tidak berkembangnya
persalinan (NPOL). Indikasi lainnya adalah gawat janin, presentasi bokong,
Studi tersebut mencakup 3907 pengiriman yang dilakukan antara periode persalinan terhambat, dan hipertensi tidak terkontrol (HTN). Komplikasi
ini. Jumlah kasus eklamsia sebanyak 98 kasus. persalinan yang paling umum adalah PPH atonik, yang sebagian besar
terjadi

Jurnal Internasional Reproduksi, Kontrasepsi, Kebidanan dan Ginekologi Volume 5 · Edisi 3 Halaman 879
 Joshi C dkk. Int J Reprod Contracept Obstet Gynecol. 2016 Mar; 5 (3): 878-881
dikelola dengan tindakan konservatif. Satu pasien diberikan B-lynch dan 1
pasien menjalani histerektomi caesar. Ada 6 kematian ibu akibat eklamsia.
Penyebab kematian ibu yang paling umum adalah solusio plasenta. Total
Case Fatality Rate (CFR) adalah 11,11% (6/57). Ada enam kematian
neonatal dini. Penyebab kematian neonatal yang paling umum adalah
prematuritas. Ada 20 (22,99%) kematian intrauterin (IUD) yang
menunjukkan kurangnya perawatan prenatal dan penundaan rujukan
(Tabel 3).
DISKUSI
Ini adalah penyakit wanita muda dan nulipara. Insiden primigravida dalam
penelitian kami adalah 70,11% dibandingkan dengan Swain et al (84%) dan
Sultana et al (41,17%). 7,8 Angka kejadian ini masih lebih tinggi
dibandingkan dengan negara maju seperti Inggris, dengan 0,05% dari total
persalinan. Kurangnya perawatan antenatal merupakan faktor penyebab
utama. Kami telah membandingkan studi kami dengan studi yang dilakukan
di negara berkembang untuk menyimpulkan dalam perspektif yang lebih
luas. Dalam penelitian kami kejadian preeklamsia adalah 2,2%
dibandingkan dengan penelitian oleh Swain et al (2,2%) dan Sultana et al
(3,23%). Kelompok usia dalam penelitian kami adalah 20-25 tahun
dibandingkan dengan Swain et al (<20 tahun) dan Sultana et al (25-34
tahun). Kematian ibu dalam penelitian kami adalah 11,11% dibandingkan
dengan Sultana et al (10,29%) dan tinggi di Swain et al (29,5%). Faktor
risiko kematian ibu yang utama adalah usia, paritas, jumlah kejang dan
waktu antara timbulnya kejang dan masuk ke rumah sakit. 9
Kematian neonatal di pusat kami adalah 11,2% dibandingkan dengan Swain
et al (13,9%) dan Sultana et al (23,52%). Dalam penelitian kami kejadian
kematian intrauterine (IUD) adalah
22,4% sebanding dengan 25% dari Swain et al. (Tabel 4). Meskipun eklamsia
telah dikenal sejak jaman dahulu, praktik pengelolaan yang konsisten masih
kurang di negara berkembang. 10-12 Sekarang, fisiopatologi eklamsia masih
disalahpahami. Sulit untuk menetapkan faktor-faktor risiko, primipaternitas
adalah salah satunya. Eklampsia dapat terjadi dalam bentuk atipikal dan tak
terduga pada pasien yang diikuti dengan baik, tanpa faktor risiko. Diagnosis
harus dilakukan dengan cepat untuk pengobatan yang disesuaikan dan
manajemen kebidanan. Meskipun penelitian aktif, etiologi gangguan ini tetap
menjadi teka-teki. Karya terbaru, bagaimanapun, memberikan penjelasan
yang menjanjikan untuk penyebab gangguan dan beberapa fenotipnya.
Bukti menunjukkan bahwa gejala hipertensi dan proteinuria, yang menjadi
dasar diagnosis preeklamsia, memiliki beberapa penyebab yang mendasari.
Namun demikian, pengobatan preeklamsia tidak berubah secara signifikan
selama lebih dari 50 tahun. 13 Saat ini, wanita yang berisiko diidentifikasi
berdasarkan faktor risiko epidemiologis dan klinis, tetapi kriteria diagnostik
preeklamsia masih belum jelas, tanpa biomarker yang diketahui. Pengobatan
preeklamsia tetaplah perawatan prenatal, diagnosa tepat waktu,
penatalaksanaan yang tepat, dan persalinan tepat waktu. Intervensi untuk
memperpanjang kehamilan seperti pengobatan hipertensi ringan, ekspansi
plasmavolume, dan penggunaan kortikosteroid belum banyak dilakukan.
Jurnal Internasional Reproduksi, Kontrasepsi, Kebidanan dan Ginekologi
kemanjuran yang telah terbukti. 14 Percobaan dan studi acak mengenai
manajemen pre-eklamsia berat yang terjadi <34 minggu kehamilan
menunjukkan bahwa manajemen antisipasi dari pasien yang dipilih dapat
memperbaiki hasil neonatal. Jika kondisi ibu atau janin memburuk, lakukan
persalinan adalah satu-satunya pilihan. Pasien yang tidak dianjurkan
penanganan antisipasinya adalah wanita dengan eklamsia, gangguan ginjal,
sindrom HELLP, edema paru, koagulasi intravaskular diseminata (DIC) dan
solusio plasenta. Pada wanita dengan preeklamsia berat
sebelum janin kelangsungan hidup, yg menunggu
penatalaksanaan sering kali ditandai dengan peningkatan risiko maternal dan
tampaknya tidak bermanfaat bagi janin. Untuk wanita dengan pre-eklamsia berat
sebelum batas viabilitas, penatalaksanaan yang diharapkan telah dikaitkan dengan
morbiditas ibu yang sering dengan manfaat minimal atau tidak sama sekali pada
bayi baru lahir. Wanita dalam penatalaksanaan antisipatif mengalami pre-
eklamsia berat dengan manifestasi <34 minggu kehamilan memerlukan perawatan
di rumah sakit dengan pemantauan ibu dan janin yang ketat untuk perbaikan
status baru lahir. 15,16
KESIMPULAN
Preeklamsia adalah kelainan terkait kehamilan yang sangat umum yang didiagnosis
sangat dini. Begitu terjadi eklamsia, menyebabkan kematian ibu
& perinatal yang tinggi. Kunci pencegahannya adalah pemeriksaan antenatal
yang tepat dengan ketersediaan fasilitas kesehatan di setiap tingkat
pelayanan kesehatan. Deteksi dini kasus berisiko tinggi sehingga tindakan
tepat waktu dapat diambil. Prediksi dan diagnosis dini membutuhkan indeks
kecurigaan yang tinggi dan pelatihan profesional kesehatan yang
komprehensif di semua tingkat perawatan kesehatan. Dalam kasus staf yang
tidak memadai atau tidak terlatih, kasus ini harus segera dirujuk ke rumah
sakit perawatan tersier. Interval antara kejang pertama sampai persalinan
harus diminimalkan untuk mencegah komplikasi. Selain itu, mengalami pre-
eklamsia dalam satu kehamilan adalah prediktor yang buruk untuk
kehamilan berikutnya, tetapi prediktor yang kuat untuk kekambuhan pada
kehamilan mendatang. Jawaban dari manajemen eklamsia yang buruk
terletak pada pendidikan dan pelatihan yang lebih baik dari semua dokter
kandungan, ahli anestesi, bidan, dan dokter umum dalam diagnosis dan
pengobatan preeklamsia berat dan eklamsia. Protokol untuk manajemen
keseimbangan cairan, terapi antihipertensi dan antikonvulsan harus tersedia
dan ditinjau secara teratur.
Pendanaan: Tidak ada sumber pendanaan Konflik
kepentingan: Tidak ada yang diumumkan
Persetujuan etis: Studi ini disetujui oleh Komite Etik Kelembagaan
REFERENSI
1. Laporan Kelompok Kerja tentang Tekanan Darah Tinggi dalam
Kehamilan. Institut Kesehatan Nasional, Institut Jantung dan Darah
Jantung Nasional, Program pendidikan tekanan darah tinggi
Nasional, publikasi NIH. 2000; 00-3029.
2. Douglas KA, Redman CWG. Eklampsia di
Volume 5 · Edisi 3 Halaman 880
 Joshi C dkk. Int J Reprod Contracept Obstet Gynecol. 2016 Mar; 5 (3): 878-881

Britania Raya. BMJ. 1994; 309: 1395-400. Kebidanan & Ginekologi. 2000; 20 (3): 239-41.
3. Sheth L. Chalmers. Magnesium untuk mencegah dan mengobati 10. Moodley J, Daya P. Eclampsia merupakan masalah yang terus berlanjut di
eklamsia: saatnya untuk tindakan internasional. Lancet. 1995; 359: negara berkembang. Int J Gynecol Obstet. 1993; 44: 9-14.
9321; 1872 -3S.
4. WHO. Studi Kolaborasi Internasional gangguan hipertensi kehamilan. 11. Chelsey LC. Sejarah singkat eklamsia. Obstet Gynecol. 1974; 43: 599-
Variasi geografis dalam kejadian hipertensi pada kehamilan. Am J 602.
Obstet Gynecol. 1998; 158: 80-3. Bedi N, Kamboj I, Dhillon BS, Saxena 12. Salha O, Walker JJ. Penatalaksanaan eklamsia modern. Jurnal
BN. Kematian ibu di India- Tragedi yang Pascasarjana. 1999; 75 (880): 78-82.
5. dapat dicegah (Sebuah studi gugus tugas ICMR). J Obstet Gynecol 13. Noris M, Perico N, Remuzzi G. Mekanisme penyakit: Pre-eklamsia.
Ind.2001; 51: 86- Nat Clin Pract Nephrol. 2005; 1 (2): 98-114.

92. 14. Sibai B, Dekker G, Kupferminc M. Pre-eklamsia. Lanset. 2005; 365:

6. Nanda S, Sharma JB dkk. Kematian perinatal pada eklamsia. J Obstet
Gynecol Ind.1989; 39: 792-5. Swain S, Ojha KN, Prakash A,
7. Bhatia BD. Kematian ibu dan perinatal akibat eklamsia. Indian
Pediatr 199; 30 (6): 771-3.
8. Sultana R, Bashir R. Presentasi dan hasil pengelolaan Eklampsia. J
Ayub Med Coll Abbottabad 200; 17 (2): 59-62.
785-99.
15. Sibai BM. Evaluasi dan pengelolaan preeklamsia berat sebelum 34
minggu kehamilan. Am J Obs Gyn. 2011; 205 (3): 191-8.
16. Hernández-Díaz S, Toh S, Cnattingius S. Risiko preeklamsia pada
kehamilan pertama dan selanjutnya: studi kohort prospektif. BMJ.
2009; 338: b2255.

9. Hussain F, Johanson RB, Jones P. Satu tahun survei kematian ibu

Kutip artikel ini sebagai: Joshi C, Hatwal D, Mohsin Z. Eclampsia:
terkait dengan eklamsia di Dhaka Medical College Hospital. Jurnal
sebuah Enigma. Int J Reprod Contracept Obstet Gynecol 2016; 5: 878-
dari
81.

Jurnal Internasional Reproduksi, Kontrasepsi, Kebidanan dan Ginekologi Volume 5 · Edisi 3 Halaman 881