Anda di halaman 1dari 63

RENJA Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 1

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan KaruniaNya sehingga buku Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan Kota
(DKK) Semarang Tahun 2020 telah diselesaikan dan telah siap digunakan sebagai dasar
pengelolaan program pelayanan kesehatan bagi masyarakat Kota Semarang secara
optimal, dan dapat menjadi acuan pencapaian target kinerja dan pertanggung jawaban
pelaksanaan program dan layanan kesehatan Tahun 2020.
Renja DKK Semarang Tahun 2020 disusun oleh Bagian Perencanaan dengan
sistematika penulisan pengeksplorasian kebijakan SDGs dan kebiajakan Pembangunan
Sektor Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, sesuai penjabaran tujuan SDGs dan
strategi pembangunan kesehatan, maka disusunlah langkah-langkah kegiatan kerja
pembangunan Sektor Kesehatan di Kota Semarang dengan mangacu pada Visi dan Misi
Walikota dan Wakil Walikota Semarang, langkah kerja ini beruapa penjabaran secara
detil Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kota Semarang kedalam langkah operasional
kegiatan program dan layanan kesehatan.
Buku Renja DKK Tahun 2020, dijabarkan dalam lima BAB Pembahasan, masing-
masing BAB I yang merupakan bagian pendahuluan yang berisi bahasan latar belakang
tentang pembangunan kesehatan di Indonesia dan khususnya di Kota Semarang
Provinsi Jawa Tengah, serta penjelasan dasar sebagai landasan hukum pelaksanaan
program layanan kesehatan, dan penjelasan akan maksud dan tujuan penyelenggaraan
program layanan kesehatan di Kota Semarang, pada BAB ini dijelaskan pula sistematika
penulisan buku Renja Tahun 2020.
BAB II buku ini memuat penjelasan hasil Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Tahun
2019, kemudian pada BAB III Menjabarkan tentang tujuan dan sasaran program dan
layanan kesehatan yang dilaksanakan di Kota Semarang, dan pada BAB IV membahas
tentang program dan layanan kesehatan yang dilaksanakan di Kota Semarang pada
Tahun 2020, dan hubungannya dengan program Kementerian Kesehatan dan Gubernur
Jawa Tengah.
Dermikianlah buku Renja DKK Tahun 2020 ini dibuat guna dapat digunakan
sebagai dokumen kegiatan program dan layanan Kesehatan di Kota Semarang dalam
kurun waktu tahun anggaran 2020. Dengan harapan semoga buku ini dapat bermanfaat
bagi semua unsur yang membutuhkan.

RENJA Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 2


SAMBUTAN
KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG

Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kota (Renja DKK) Semarang,


merupakan dokumen Daerah Pemerintah Kota Semarang yang menjadi
bagaian dari rangkaian kegiatan pembangunan sektor kesehatan, yang berisi
hasil kegiatan tahun sebelumnya, rencana target yang harus dicapai dan
kegiatan yang akan dilaksanakan pada Tahun 2020.
Renja DKK Tahun 2020 merupakan bagian penjabaran dari kebijakan global
Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, serta
bagian dari upaya tindak lanjut kebijakan pembangunan kesehatan di Indonesia yang
ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan R.I, untuk mencapai tujuan SDGs dengan
melaksanakan program kesehatan nasional yang menjadi kebijakan Kementerian
Kesehatan R.I maka kegiatan sebagaimana yang terdapat pada Renja DKK Semarang
Tahun 2020, dilaksanakan sesuai UU no 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7
Tahun 2014 Tentang Perencanaan Dan Penganggaran Bidang Kesehatan serta
Peraturan Walikota Semarang Nomor 16 Tahun 2016 tentang Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Semarang Tahun 2017 dan Instruksi Walikota
Semarang No 184.5/19/2003 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Sesuai dasar kebijakan tersebut maka kami menyusun kegiatan program
kesehatan yang menjadi rencana kerja DKK Semarang kedalam 19 Program Kegiatan,
dan untuk mencapai hasil kegiatan yang terukur maka setiap program telah ditetapkan
tujuan yang harus dicapai dan target kuantitas sasaran yang harus dipenuhi. Sebagai
dasar acuan tingkat keberhasilan yang harus dicapai maka pada Renja Tahun 2020 ini
disajikan data hasil kegiatan program kesehatan tahun sebelumnya. Demikian Renja
Tahun 2020 ini disusun guna dijadikan sebagai acuan peneyelenggaraan kegiatan
program dan layanan kesehatan Tahun 2020.

RENJA Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 3


DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Sambutan Kepala Dinas Kota Semarang ii

Daftar isi iii

Daftar Tabel iv

Daftar Lampiran v

Bab I Pendahuluan 1

A. Latar Belakang 1

B. Landasan Hukum 2

C. Maksud dan Tujuan 3

D. Sistematika Penulisan 3

Bab II Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun 2018 4

A. Evaluasi Pelaksanaan Renja Dinas Kesehatan Kota 4


Semarang tahun 2018

B. Analisis Kinerja Pelayanan Dinas Kesehatan tahun 53


2018

Bab III Tujuan, Sasaran Program & Kegiatan 58

A. Telaahan terhadap kebijakan Nasional dan Provinsi 58

B. Kebijakan Kegiatan Program Kesehatan Tahun 2020 64

Bab IV Program Dan Kegiatan 66

Bab V Penutup 69

RENJA Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 4


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan di Indonesia ditujukan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar dapat
mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi – tingginya sebagai perwujudan
kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam Pembukaan Undang – undang
Dasar 1945.
Berdasarkan UU no 32 tahun 2004 dan Peraturan Daerah Kota Semarang
Nomor 14 Tahun 2016 tentang Pembentukan Dan Susunan Perangkat Daerah
Kota Semarang, salah satu diantaranya adalah pembentukan Organisasi
Perangkat Daerah (OPD) Dinas Kesehatan Kota Semarang, yang menjelaskan
bahwa Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan kewenangan otonomi
daerah di bidang pembangunan kesehatan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut
maka dicanangkan Visi Dinas Kesehatan “Terwujudnya Lima Besar Terbaik
Pelayanan Kesehatan se Indonesia Tahun 2021”. Pembangunan kesehatan
tersebut diawali dengan suatu proses perencanaan untuk menentukan tindakan
masa depan yang tepat melalui urutan dengan memperhitungkan sumber daya
yang tersedia.
Dinas Kesehatan sebagai Organisasi Pemerintah Daerah (OPD) Kota
Semarang wajib menyusun rencana kerja sebagai pelaksanaan dari UU no 17
tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2017 Tentang Pedoman Nomenklatur
Perangkat Daerah Provinsi Dan Daerah Kabupaten/Kota Yang Melaksanakan
Fungsi Penunjang Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan dan UU no 25 tahun
2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2014 Tentang
Perencanaan Dan Penganggaran Bidang Kesehatan.
Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kota Semarang tahun 2020 adalah
dokumen perencanaan yang disusun berlandaskan pada Rencana Strategik
Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2016 – 2021. Rencana Kerja Dinas
Kesehatan Kota Semarang merupakan dokumen perencanaan yang memuat
program-program pembangunan kesehatan yang akan dilaksanakan langsung
oleh Dinas Kesehatan pada tahun 2020 dengan mendorong peran aktif
masyarakat.

RENJA Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 5


Rencana Kerja Dinas Kesehatan tahun 2020 ini selanjutnya dipergunakan
sebagai acuan dalam penyusunan rencana kerja operasional (plan of action)
pelaksanaan berbagai kegiatan.

B. LANDASAN HUKUM
Rencana Kerja Dinas Kesehatan 2020 disusun berdasar peraturan
perundang-undangan sebagai berikut :
1. UUD 1945 pasal 28 H ayat 1 tentang hak untuk hidup sejahtera lahir dan
batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat
serta hak mendapatkan pelayanan kesehatan.
2. TAP MPR RI No XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Negara yang
bersih dan bebas KKN
3. UU No 23/1992 tentang Kesehatan
4. UU No 28/1999 tentang penyelenggaraan negara yang bersih, bebas KKN
5. UU No 17/2003 tentang Keuangan Negara
6. UU No 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah
7. UU No 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 108/2000 tentang Tata Cara
Pertanggungjawaban Kepala Daerah
9. Instruksi Presiden Republik Indonesia No 7/1999 tentang Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah
10. Peraturan Presiden No 7/2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional 2004-2009.
11. Peraturan Pemerintah No 58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan daerah
12. Peraturan Mendagri No 13/2006 tentang Pengelolaan Keuangan daerah.
13. Keputusan Menkes no 131/2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional.
14. Keputusan Menkes No 43/2017 tentang Standar Pelayanan Minimal.
15. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No 050/2020/SJ/2005 tentang Petunjuk
Penyusunan Dokumen RPJP Daerah dan RPJM Daerah
16. Peraturan Walikota Semarang Nomor 62 Tahun 2016 tentang Kedudukan,
Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, Serta Tata Kerja Dinas Kesehatan
Kota Semarang.
17. Peraturan Walikota Semarang Nomor 16 Tahun 2017 tentang Rencana
Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Semarang Tahun 2018
18. Instruksi Walikota Semarang No 184.5/19/2003 tentang Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah.

RENJA Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 6


C. MAKSUD DAN TUJUAN
Rencana Kerja Dinas Kesehatan 2020 digunakan sebagai dasar, acuan
dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan dan tolok ukur penilaian kinerja
pembangunan kesehatan Kota Semarang selama tahun 2020.

D. SISTEMATIKA PENULISAN
1. BAB I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
b. Landasan Hukum
c. Maksud dan Tujuan
d. Sistematika Penulisan
2. BAB II. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA DINAS KESEHATAN TAHUN
2018
a. Evaluasi Pelaksanaan Renja Dinas Kesehatan tahun 2018 dan capaian
Renstra Dinas Kesehatan
b. Permasalahan Yang Dihadapi
c. Analisis Kinerja Pelayanan Dinas Kesehatan tahun 2018
3. BAB III. TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN
a. Telaahan terhadap kebijakan Nasional dan Provinsi
b. Tujuan dan Sasaran Renja Dinas Kesehatan
c. Program dan Kegiatan
4. BAB IV. PROGRAM DAN KEGIATAN
5. BAB V. PENUTUP
6. LAMPIRAN-LAMPIRAN

RENJA Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 7


BAB II
EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2018

A. Evaluasi Pelaksanaan Renja Dinas Kesehatan Kota Semarang tahun 2018


Penyelenggaraan kegiatan Program Pembangunan sektor kesehatan
dilaksanakan dengan mengacu pada indikator Standar Pelayanan Minimal
(SPM), dengan hasil program kegiatan sebagaimana tebel Rekapitulasi Capaian
Indikator SPM berikut;

Tabel. 2.1.
Rekapitulasi Capaian Indikator SPM
Program Pembangunan Sektor Kesehatan Kota Semarang Tahun 2018
Target 2018 Realisasi 2018
No Indikator SPM
(%) (%)
1 Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil 100 100
2 Pelayanan Kesehatan Ibu 100 100
Bersalin
3 Pelayanan Kesehatan Bayi Baru 100 99,996
Lahir
4 Pelayanan Kesehatan Balita 100 100,03
5 Pelayanan Kesehatan Pada Usia 100 100
Pendidikan Dasar
6 Pelayanan Kesehatan Pada Usia 100 100,95
Produktif
7 Pelayanan Kesehatan Pada Usia 100 99,83
Lanjut
8 Pelayanan Kesehatan Penderita 100 95,41
Hipertensi
9 Pelayanan Kesehatan Penderita 100 164,23
Diabetes Melitus (DM)
10 Pelayana Kesehatan Orang 100 100,00
Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)
Berat
11 Pelayanan Kesehatan Orang 100 104,52
dengan Tuberkulosis (TB)
12 Pelayanan Kesehatan Orang 100 102,97
dengan Risiko Terinfeksi HIV
Program yang terkait dengan penerapan dan pencapaian Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan terdiri dari beberapa program
sebagaimana disajikan pada Tabel 2.2 berikut;

RENJA Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 8


Tabel. 2.2.
Program dan Kegiatan Yang Termasuk Dalam Standar Pelayanan Minimal
Sektor Pembangungan Bidang Kesehatan di Kota Semarang Tahun 2018
Kode
No Nama Program/Kegiatan
Program/Kegiatan

Program Peningkatan Keselamatan Ibu


1 1.1.02.01.29
Melahirkan Dan Anak

Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan


2 1.1.02.01.26
Anak Balita

Program Pencegahan Dan Penanggulangan


3 1.1.02.01.33
Penyakit Menular / Tidak Menular
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2018

Dengan alokasi anggaran kegiatan SPM Tahun 2018, untuk keseluruhan


program sebagaimana disajikan pada tabel 2.3 berikut;

Tabel. 2.3
Anggaran APBD Program/Kegiatan Pembangunan Kesehatan
Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2018
APBD Kota
No Program/Kegiatan
2018
1. Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan
10.916.707.000
Dan Anak
2. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak
2.704.293.000
Balita
3. Program Pencegahan Dan Penanggulangan
77.980.663.000
Penyakit Menular / Tidak Menular
Jumlah 91.601.663.000
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2018

Capaian kinerja secara lebih lengkap urusan wajib kesehatan berpatokan


pada indikator kinerja umum bidang kesehatan yang secara umum bertujuan
untuk “Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat”, dengan indikator
utamanya adalah “Angka Harapan Hidup”, upaya pencapaian kinerja ini
dilakukan melalui pelaksanaan program sasaran strategis kegiatan pada tahun
2018 adalah sebagai berikut :

RENJA Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 9


1. Meningkatnya promosi kesehatan, kesehatan masyarakat dan
kesehatan lingkungan
Indikator program yang terkait sasaran strategis ini terdiri dari
beberapa indikator kinerja sebagaimana Tabel 2.4 berikut :

Tabel. 2.4.
Indikator Kinerja Pada Sasaran Strategis Meningkatnya Promosi
Kesehatan, Kesehatan Masyarakat Dan Kesehatan Lingkungan
Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2018
TARGET REALISASI
No INDIKATOR KINERJA SATUAN
2018 2018
1. Persentase promosi % 100 100
kesehatan melalui media
2. Persentase rumah tangga % 70 94,64
berprilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS)
3. Jumlah penyuluhan melalui Kali 5 4
media elektronik
4. Jumlah penyuluhan melalui Kali 5 5
medi cetak
5. Jumlah penyuluhan luar Kali 6 6
gedung
6. Jumlah kegiatan dialog Kali 2 15
interaktif bidang kesehatan
7. Angka bebas jentik (ABJ) % 87 91,66
8. Tercapainya swasti saba % 100 85,7
wistara
9. Rumah sehat % 87,5 89
10. Tempat tempat umum % 85 98,2
sehat
11. Proporsi kelurahan siaga % 21,5 100
aktif mandiri
12. Persentase kelurahan yang % 90 100
melaksanakan sanitasi
total berbasis masyarakat
(STBM)
13. Cakupan air bersih % 94,4 94,2
14. Kualitas air minum % 85 75
memenuhi syarat
15. Kualitas air bersih % 80 75
memenuhi syarat
16. Penduduk yang % 96,3 100
memanfaatkan jamban
17. Rumah yang mempunyai % 89,5 86
saluran pembuangan air
limbah
18. Tempat pembuangan % 92,9 88
sampah yang memeuhi
syarat kesehatan

RENJA Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 10


TARGET REALISASI
No INDIKATOR KINERJA SATUAN
2018 2018
19. Tempat pengelolaan % 98,6 100
pestisida sehat
20. Institusi yang dibina % 82,9 82,8
21. Industri rumah tangga % 81,9 81,9
makanan minuman yang
memenuhi syarat
kesehatan
22. Tempat pengelolaan % 82,9 85,86
makanan sehat
23. Prevalensi gizi buruk % 0,36 0,28
24. Persentase puskesmas % 80 27,03
yang memiliki Gizi Centre
25. Cakupan balita gizi buruk % 100 100
mendapat perawatan
26. Prevalensi balita stunting % < 9,9 0,28
27. Bayi dengan ASI Eksklusif % 65,6 68,22
28. Balita (0 – 59 bln) yang % 81,5 83,77
datang dan ditimbang
(D/S)
29. Balita (0 – 59 bln) yang % 89,4 70,16
naik berat badannya (N/S)
30. Balita bawah garis merah % 2,5 0,83
(BGM)
31. Prevalensi gizi kurang % 4,8 0,85
balita
32. Ibu hamil mendapat 90 % 97,4 100
tablet Fe
33. Balita (12 – 59 bln) % 100 98,85
mendapat dua kali
pertahun vitamin A
34. Bayi (6 – 11 bln) mendapat % 100 100
satu kali pertahun vitamin
A
35. Ibu nifas dapat vitamin A % 94 100
36. Prevalensi anemi ibu hamil % < 19,5 17,24
37. Ibu hamil kurang enrgi % 5,2 5,66
kronik (KEK)
38. Pemberian makanan % 100 110,31
pendamping ASI
39. Keluarga sadar gizi % 82 85,52
40. Kelurahan dengan garam % 98,2 92,83
beryodium
41. Jumlah kematian bayi Kasus 189 197
42. Angka kelangsungan hidup /1000 KH 92 93,62
bayi per/1000 kelahiran
hidup
43. Cakupan kunjungan bayi % 98,8 100,09
44. Angka kematian balita /1000 KH 8,31 7,46
(Akaba)
45. Cakupan pelayanan % 94,5 100,3
kesehatan balita

RENJA Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 11


TARGET REALISASI
No INDIKATOR KINERJA SATUAN
2018 2018
46. Cakupan kunjungan % 97 100
neonatal pertama (KN1)
47. Cakupan kunjungan % 94,6 98,49
neonatal lengkap (KN
Lengkap)
48. Cakupan neonatal % 76,5 82,88
komplikasi yang ditangani
49. Cakupan BBLR % 0,5 2,97
50. Angka kematian bayi /1000 KH 8 6,38
51. SDIDTK APRAS % 89 101,32
52. Cakupan penjaringan % 100 100
kesehatan siswa SD
53. Cakupan penjaringan % 100 100
kesehatan siswa SMP
54. Cakupan puskesmas yang % 100 100
menyelenggarakan
pelayanan kesehatan
remaja
55. Pencegahan dan % 100 95
penanganan kekerasan
perempuan dan anak
56. Cakupan pelayanan % 100 100
kesehatan pada usia
pendidikan dasar
57. Kelompok usia lanjut aktif % 94 100
58. Pelayanan kesehatan pada % 80 99,83
usia lanjut
59. Prosentase posyandu % 85 100
terpadu balita
60. Jumlah kematian ibu Kasus 29 19
maternal
61. Cakupan komplikasi % 100 100
kebidanan yang ditangani
62. Cakupan pertolongan % 98,4 100
persalinan oleh tenaga
kesehatan
63. Kunjungan ibu hamil K-4 % 97 100
64. Cakupan pelayanan % 99 100
kesehatan ibu hamil (K4)
65. Persalinan oleh Nakes di % 95 100
Faskes
66. Kunjungan Nifas % 87 99,54
67. Bumil komplikasi yang % 100 100
ditangani
68. Puskesmas PONED Unit 6 6
69. Cakupan pelayanan % 99,5 100
kesehatan ibu bersalin
70. Cakupan pelayanan % 99 100
kesehatan bayi baru lahir
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2018

RENJA Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 12


Pada sasaran program yang pertama, cakupan kinerja dilaksanakan
kedalam program dengan hasil kegiatan yang terdiri dari;
a. Program Promosi Kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat
1) Persentase promosi kesehatan melalui media
Hasil kegiatan promosi kesehatan yang dilaksanakan melalui
media terlaksana secara baik dan memenuhi semua tahap
kegiatan dan semua unsur kegiatan, sehingga kegiatan ini
mencapai hasil yang baik dengan cakupan sebesar 100%, yang
berarti semua kegiatan promosi kesehatan melalui media yang
direncanakan telah terlaksana seluruhnya.
2) Persentase rumah tangga berprilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS)
Hasil kegiatan tahun 2018 pendampingan dan pembinaan
kerumah tangga – rumah tangga dilingkungan masyarakat di Kota
Semarang agar dapat menerapkan kebiasaan hidup bersih dan
sehat, telah mencapai 94,64 %, dimana cakupan ini telah melebihi
target yang direncanakan pada tahun 2018 yaitu sebesar 70 %,
gambaran ini menunjukkan bahwa upaya utama yang dilakukan
adalah upaya pembinaan yang kontinu agar dapat
mempertahankan hasil ini agar tidak mengalami penurunan
cakupan.
3) Jumlah penyuluhan melalui media elektronik
Kegiatan penyuluhan melalui media elektronik pada tahun
2018 dilakukan melalui beberapa media elektronik yang terdapat
di Kota Semarang, dan telah dilakukan sebanyak empat kali
selama periode tahun 2018.
4) Jumlah penyuluhan melalui medi cetak
Kegiatan penyuluhan melalui media cetak pada tahun 2018
dilakukan melalui beberapa media cetak yang terdapat di Kota
Semarang, sebanyak lima kali selama periode tahun 2018, sesuai
dengan target yang direncanakan pada tahun tersebut.
5) Jumlah penyuluhan luar gedung
Kegiatan penyuluhan luar gedung pada tahun 2018
dilakukan sebanyak enam kali selama periode tahun 2018,
kegiatan penyuluhan luar gedung pada tahun ini telah
dilaksanakan sebanyak target yang direncanakan.

RENJA Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 13


6) Jumlah kegiatan dialog interaktif bidang kesehatan
Kegiatan dialog interaktif bidang kesehatan dilaksanakan
secara life melalui media elektronik di Kota Semarang selama
kurun waktu tahun 2018 dilaksanakan sebanyak 15 kali, kegiatan
pada tahun 2018 ini pelaksanaannya sudah melampaui target
yang direncanakan yaitu sebanyak dua kali saja.
7) Angka bebas jentik (ABJ)
ABJ Kota Semarang merupakan upaya sektor kesehatan
dalam memberantas penyakit Demam Berdarah (DBD), meskipun
Kota Semarang merupakan daerah yang sudah terbebas dari
masalah DBD ini, namun sebagai upaya pencegahan tetap
dilakukannya pemberantasan media tumbuh kembangnya nyamuk
penyebab DBD, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan
dilakukannya upaya pemberantasan jentik ditiap-tiap kelurahan,
dan pada tahun 2018 keberhasilan pemberantasan sarang
nyamuk dengan program kegiatan ABJ telah mencapai 91,66 %
sudah melebihi target yang direncanakan pada tahun 2018 yaitu
87 %.
8) Tercapainya swasti saba wistara
Untuk program ini di Kota Semarang telah ditetapkan empat
tatanan indikator kota sehat sebagai capaian yang prioritas, yaitu
permukiman dan sarana prasarana sehat, sehat mandiri,
pariwisata sehat, serta ketahanan pangan dan perbaikan gizi.
Untuk mendukung hal tersebut, Pemerintah Kota Semarang
melakukan sejumlah upaya, diantaranya melalui perencanaan
yang mendukung Kota Sehat yaitu memiliki target Kota Sehat di
RPJMD, Program SICENTIK (Siswa Cari Jentik), Kampung
Tematik menuju Kota Sehat, serta Ambulans Hebat Si Cepat.
Cakupan program ini pada tahun 2018 sudah tercapai hingga 85,7
% dan masih dibawah target pencapaian yaitu hingga 100 % pada
tahun 2018.

b. Program Perbaikan Gizi Masyarakat


Program perbaikan gizi yang dilaksanakan pada tahun 2018 ini
terdiri dari;
1) Prevalensi gizi buruk

RENJA Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 14


Untuk menetapkan tingkat prevalensi gizi buruk,
sebelumnya dilakukan pengukuran status gizi masyarakat
ditingkat rumah tangga, dimana seluruh anak balita yang ada
diukur antropometri tubuhnya dalam kegiatan rutin yang dilakukan
sekali setahun yaitu dengan dilakukannya kegiatan pengukuran
status gizi (PSG), hasil PSG tahun 2018 di Kota Semarang
ditemukan sebanyak 0,28 % anak yang menderita gizi buruk, hal
ini sudah menunjukkan upaya perbaikan gizi yang baik dimana
jumlah anak yang menderita gizi buruk pada tahun 2018 ini sudah
berada dibawah jumlah standar yang ditetapkan pada tahun 2018
yaitu sebesar 0,36 %.
2) Persentase puskesmas yang memiliki Gizi Centre
Kegiatan gizi centre dilakukan ditingkat puskesmas dengan
tiga kegiatan utama yaitu (a) pelayanan gizi secara individu,
meliputi; (1) Screening gizi/pemantauan status gizi individu, (2)
Konseling gizi, (3) Intervensi perbaikan gizi individu, (4)
Pemberian makanan tambahan, (5) Monitoring dan evaluasi. (b)
Pelayanan gizi secara kelompok, meliputi; (1) Surveilans gizi, (2)
Pemantauan gizi masyarakat, (3) Intervensi perbaikan gizi
masyarakat, (4) Peningkatan KIE masyarakat/penyuluhan, (e)
monitoring dan evaluasi. (c) Pemberdayaan masyarakat dalam
peningkatan KIE Gizi Masyarakat, meliputi; (1) Sosialisasi tentang
gizi kepada kader posyandu/kader kesehatan/masyarakat, (2)
Pelatihan peningkatan kemampuan dan keterampilan kader
Posyandu/kader kesehatan, (3) Penggalangan kerjasama dan
partisipasi lintas program maupun lintas sektoral dan kegiatan
perbaikan gizi masyarakat, (4) Monitoring dan evaluasi. Cakupan
kegiatan ini pada tahun 2018 mencapai 27,03, masih dibawah
target tahun 2018 yaitu sebesar 80 %
3) Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan
Kegiatan intervensi penanggulangan masalah gizi buruk
dilakukan di rumah gizi, dan telah menangani anak balita gizi
buruk sebanyak 35 anak, hasil kegiatan perawatan gizi buruk ini
mencapai cakupan tahun 2018 sampai dengan 100 %, dan
ditargetkan pelayanan yang diberikan pada tahun 2018
ditargetkan bisa mencapai hingga 100 %.

RENJA Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 15


4) Prevalensi balita stunting
Sesuai hasil pengukuran status gizi balita yang dilakukan di
Posyandu se Kota Semarang, maka ditemukan balita stunting
pada tahun 2018 sebanyak 0,28 %, hal ini sudah berada dibawah
standar yang ditargetkan pada tahun 2018 yaitu sebanyak-
banyaknya hanya berada dibawah angka 9,9 % (< 9,9 %).
5) Bayi dengan ASI Eksklusif
Kegiatan ini meruapakan bagian dari kegiatan KIE tentang
kesehatan anak menyusui, cakupan hasil kegiatan ini pada tahun
2018 mencapai 68,22 %, sudah berada diatas target yang harus
dicapai tahun 2018 yaitu 65,6 %.
6) Balita (0 – 59 bln) yang datang dan ditimbang (D/S)
D/S merupakan indikator tingkat partisipasi masyarakat
dalam program upaya perbaikan gizi masyarakat, dimana
semakin tinggi cakupan D/S maka semakin baik peran serta
masyarakat dalam upaya perbaikan gizi masyarakat, cakupan
indikator ini pada tahun 2018 adalah mencapai 83,77 %, dan
cakupan ini sudah cukup baik dan sudah berada diatas target
yang direncanakan pada tahun 2018 yaitu 81,5 %.
7) Balita (0 – 59 bln) yang naik berat badannya (N/S)
N/S adalah indikator keberhasilan program gizi di
masyarakat, dimana semakin tinggi cakupan N/S berarti semakin
banyak anak yang sehat dengan berat badan yang naik setiap
bulan, cakupan N/S di Kota Semarang pada tahun 2018 sudah
mencapai 70,16 %, namun ini masih memerlukan upaya yang
lebih baik untuk dapat memenuhi target keberhasilan pada tahun
2018 yaitu sebesar 89,4 %.
8) Balita bawah garis merah (BGM)
Indikator BGM dalam program gizi digunakan sebagai
indikator sehat tidaknya tumbuh kembang anak, dapat pula
digunakan sebagai peringatan dini, dimana semakin banyak anak
yang mengalami BGM maka semakin besar jumlah anak yang
rentan terhadap masalah gizi buruk, cakupan jumlah anak yang
mengalami BGM tahun 2018 mencapai 0,83 %, dan hal ini sudah
mengasilkan keadaan baik, dimana jumlah anak dengan BGM ini
masih berada dibawah standar jumlah anak dengan BGM pada
tahun tahun 2018 yaitu 2,5 %.
RENJA Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 16
9) Prevalensi gizi kurang balita
Indikator ini merupakan peringatan adanya masalah gizi
anak yang perlu segera diatasi sebelum masalahnya meningkat
menjadi masalah gizi berat, prevalensi masalah gizi kurang tahun
2018 ini adalah sebesar 0,85 %, kondisi ini cenderung sudah
cukup baik dimana masih berada dibawah tingkat prevalensi
maksimal pada tahun 2018 yaitu sebesar 4,8 %.
10) Ibu hamil mendapat 90 tablet Fe
Program pemberian tablet Fe diberikan kepada ibu hamil
dengan kehamilan trimester ke III, diberikan sebanyak 90 tablet,
agar selama kehamilan bulan akhir ibu hamil tidak mengalami
anemia gizi besi, dan mengurangi risiko bahaya akibat
pendarahan saat melahirkan, cakupan kegiatan ini tahun 2018
telah mencapai 100 %, sudah berada diatas target cakupan tahun
2018 yaitu 97,4 %.
11) Balita (12 – 59 bln) mendapat dua kali pertahun vitamin A
Kegiatan ini dilaksanakan untuk mencegah terjadinya
masalah Kekurangan Vitamin A (KVA) pada anak balita, kegiatan
ini dilaksanakan dua kali dalam setahun yaitu pada bulan Februari
dan Agustus, kedua bulan ini biasa disebut dengan bulan Vitamin
A, cakupan kegiatan ini pada tahun 2018 adalah sebesar 98,85 %,
sedangkan target yang direncanakan pada tahun 2018 adalah
100 %.
12) Bayi (6 – 11 bln) mendapat satu kali pertahun vitamin A
Pemberian vitamin A dosis tinggi bagi anak bayi ini
diberikan sekali setahun dengan dosis pemberiaan hanya
100.000 IU, cakupan hasil kegiatan pemberian Vitamin A untuk
bayi ini pada tahun 2018 mencapai 100 %, sedang capaian target
yang direncanakan pada tahun 2018 adalah sebesar 100 %.
13) Ibu nifas dapat vitamin A
Pemberian vitamin A kepada ibu nifas diberikan dengan
dosis 200.000 IU (kapsul merah), pemberiannya dilakukan
sebanyak dua kali, yaitu segera setelah melahirkan sebanyak
satu kapsul 200.000 IU, dilanjutkan satu kapsul pada hari
berikutnya minimal 24 jam sesudah kapsul pertama, dan tidak
lebih dari 6 minggu kemudian, hal ini dilakukan karena saat
proses melahirkan ibu telah kehilangan sejumlah darah, sehingga
RENJA Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 17
akan mengalami pula kekurangan vitamin A dalam tubuhnya.
Selain dapat meningkatkan vitamin A dalam tubuh, vitamin A juga
berpengaruh pada ASI.
Pemberian vitamin A ini dapat membantu menurunkan
angka kematian pada ibu dan bayi, berkurangnya penyakit infeksi
paska persalinan, mencegah gangguan penglihatan seperti rabun
senja, mempercepat proses pemulihan dan mencegah anemia.
Cakupan program ini pada tahun 2018 mencapai 100%, dan
target yang dicapai ini sudah setara dengan target yang ingin
dicapai pada tahun 2018 yaitu 100%.
14) Prevalensi anemi ibu hamil
Masalah prevalensi anemi pada ibu hamil adalah termasuk
dalam empat maalah gizi utama di Indonesia yang perlu segera
diatasi, untuk itu perlu dilakukan upaya surveilans terhadap
maslah ini secara rutin dan berkala sekali setahun untuk
pengukuran tingkat kejadian masalah anemia ini, dari hasil
pantauan pada tahun 2018 ditemukan sebanyak 17,24 % ibu
hamil yang mengalami anemia, namun demikian permasalahan ini
sudah berada dibawah tingkat prevalensi maksimal pada tahun
2018 yaitu <19,5 %.
15) Ibu hamil kurang energi kronik (KEK)
Masalah gizi KEK pada ibu hamil merupakan masalah yang
banyak menyebabkan ibu meninggal saat melahirkan, ataupun
ibu melahirkan anak dengan BBLR, sehingga perlu diatasi, untuk
itu diukur tingkat permasalahannya secara rutin dan berkala,
jumlah ibu yang menderita KEK pada tahun 2018 adalah
sebanyak 5,66 %, masih lebih tinggi dari pada tingkat prevalensi
maksimal yang direncanakan pada tahun 2018 yaitu sebesar 5,2
%.
16) Pemberian makanan pendamping ASI
Balita yang telah mencapai usia 6 bulan keatas, sudah
mulai dilakukan pengenalan makanan, sehingga mereka sudah
mendapatkan makanan tambahan selain ASI, sehingga
kebutuhan gizi bisa mencukupi secara adekuwat. Cakupan
kegiatan ini pada tahun 2018 telah mencapai 110,31 %,
sementara target yang rencana dicapai tahun 2018 adalah
sebesar 100 %.
RENJA Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 18
17) Keluarga sadar gizi (KADARZI)
Sebagaimana dijelaskan dalam Surat Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 747/Menkes/SK/VI/2007
Tentang Pedoman Operasional Keluarga Sadar Gizi Di Desa
Siaga, bahwa Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) adalah suatu
keluarga yang mampu mengenal, mencegah dan mengatasi
masalah gizi setiap anggotanya. Suatu keluarga disebut
KADARZI apabila telah berperilaku gizi yang baik yang dicirikan
minimal dengan : (1) Menimbang berat badan anak secara teratur,
(2) Memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir
sampai umur 6 bulan (ASI eksklusif), (3) Makan beraneka ragam,
(4) Menggunakan garam beryodium, (5) Minum suplemen gizi
(Tablet Tambah Darah (TTD), Kapsul Vitamin A (KVA) dosis tinggi)
sesuai anjuran. Cakupan program ini pada tahun 2018 telah
mencapai 85,52 %, dengan target yang direncanakan pada tahun
2018 adalah sebesar 82 %.
18) Kelurahan dengan garam beryodium
Kelurahan dengan garam beryodium adalah merupakan
hasil pemantauan konsumsi garam beryodium di masyarakat
disetiap kelurahan yang ada di Kota Semarang. Cakupan hasil
pemantauan garam beryodium di Kota Semarang pada tahun
2018 adalah sebesar 98,2 %, dengan target yang ingin dicapai
pada tahun 2018 adalah sebesar 92,83 %.

c. Program Pengembangan Lingkungan Sehat


1) Rumah sehat
Rumah sehat adalah bangunan tempat berlindung dan
beristirahat serta sebagai sarana pembinaan keluarga yang
menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial,
sehingga seluruh anggota keluarga dapat bekerja secara produktif.
Oleh karena itu keberadaan perumahan yang sehat, aman, serasi,
teratur sangat diperlukan agar fungsi dan kegunaan rumah dapat
terpenuhi dengan baik dengan sanitasi perumahan yang dapat
menciptakan keadaan lingkungan perumahan yang baik atau
bersih untuk kesehatan. Di Kota Semarang cakupan program
rumah sehat telah mencapai 89 % pada tahun 2018, dengan

RENJA Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 19


target yang direncanakan pada tahun 2018 adalah sebesar 87,5
%.
2) Tempat tempat umum sehat
Tempat tempat umum adalah sarana yang diselenggarakan
oleh pemerintah maupun swasta, atau perorangan yang
digunakan untuk kegiatan bagi masyarakat seperti sarana
pariwisata, transportasi, sarana ibadah, sarana perdagangan,
sarana olahraga, sarana rekreasi dan sarana sosial lainnya. Ada
beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai
sehat tidaknya tempat tempat umum yaitu; (1) Menggunakan air
bersih, (2) Menggunakan jamban, (3) Membuang sampah pada
tempatnya, (4) Tidak merokok di tempat umum, (4) Tidak meludah
sembarangan dan (5) Memberantas jentik nyamuk. Hasil cakupan
program ini pada tahun 2018 adalah sebesar 98,2 % dengan
target yang akan dicapai pada tahun 2018 adalah sebesar 85 %.
3) Proporsi kelurahan siaga aktif mandiri
Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki
kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk
mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana
dan kegawat daruratan kesehatan, secara mandiri.
Desa yang dimaksud disini dapat berarti Kelurahan atau
negeri atau istilah-istilah lain bagi kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki batas-batas wilayah, yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,
berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar,
mau dan mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai
ancaman terhadap kesehatan masyarakat seperti kurang gizi,
penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB,
kejadian bencana, kecelakaan, dan lain-lain, dengan
memanfaatkan potensi setempat, secara gotong-royong. Cakupan
program desa siaga di Kota Semarang tahun 2018 telah
mencapai hingga 100 %, dengan target yang direncanakan pada
tahun 2018 adalah sebesar 21,5 %

RENJA Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 20


4) Persentase kelurahan yang melaksanakan sanitasi total berbasis
masyarakat (STBM)
STBM adalah pendekatan untuk merubah perilaku higiene
dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode
pemicuan. Melalui sanitasi total yang mencakup; (1) Tidak buang
air besar (BAB) sembarangan, (2) Mencuci tangan pakai sabun,
(3) Mengelola air minum dan makanan yang aman, (4) Mengelola
sampah dengan benar, dan (5) Mengelola limbah cair rumah
tangga dengan aman.
Cakupan keberhasilan program ini pada tahun 2018 adalah
sebesar 100 % dengan target pada tahun 2018 direncanakan
sebesar 90 %.
5) Cakupan air bersih
Penyediaan air bersih merupakan program sanitasi dasar
yang harus selalu dilaksanakan secara kontinyu, oleh penyediaan
air bersih merupakan pemenuhan hak hidup orang banyak yang
wajib disediakan oleh pemerintah. Cakupan program air bersih
Pemerintah Kota Semarang pada tahun 2018 adalah sebesar
94,2 % dengan target yang akan dicapai pada tahun 2018 adalah
sebesar 94,4 %.
6) Kualitas air minum memenuhi syarat
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI no
97/Menkes/SK/VII/2002, yang dimaksud dengan air minum adalah
air yang melalui proses pengolahan yang memenuhi syarat dan
langsung diminum.
Kualitas air minum harus memenuhi syarat mikrobiologi,
klinis, dan syarat fisik. Syarat fisik bisa dilihat dari penampilannya,
sedangkan syarat mikrobiologi terkait adanya bakteri merugikan
seperti E.coli, dan syarat kimia terkait zat yang ada dalam air.
Program penyehatan air minum di Kota Semarang pada
tahun 2018 telah baru mencapai 75 %, sementara target yang
direncanakan adalah sebesar 85 %.
7) Kualitas air bersih memenuhi syarat
Kualitas air bersih secara umum menunjukkan mutu atau
kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan
tertentu, dengan demikian kualitas air akan berbeda dari suatu
kegiatan ke kegiatan lain, sebagai contoh kualitas air untuk
RENJA Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 21
keperluan irigasi berbeda dengan kualitas air untuk keperluan air
minum, begitu pula dengan air bersih, air minum dan air hujan,
tentunya memiliki kesamaan, namun sangat jauh berbeda
diantara ketiganya. Mulai dari kandungan yang terdapat dalam air
tersebut hingga sumber dari air itu sendiri.
Penggunaan dari ketiganya juga berbeda dalam kehidupan
sehari-hari. Berdasarkan Permenkes No.416/Menkes/Per/IX/1990,
yang membedakan antara kualitas air bersih dan air minum
adalah standar kualitas setiap parameter fisik, kimia, biologis dan
radiologis maksimum yang diperbolehkan. Cakupan kualitas air
bersih di Kota Semarang tahun 2018 sudah mencapai 75 %,
dengan target yang rencana akan dicapai pada tahun 2018
adalah sebesar 80 %.
8) Penduduk yang memanfaatkan jamban
Pemanfaatan jamban merupakan bagian dari prilaku
masyarakat terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan
tempat tinggalnya, jika masih ditemukan adanya masyarakat yang
membuang tinja disembarang tempat, hal ini akan menyebabkan
mudahnya penularan penyakit yang bersumber dari kotoran
manusia yang dibuang sembarangan. Hingga tahun 2018 di Kota
Semarang penduduk yang sudah memanfaatkan jamban secara
baik, benar dan sehat sudah mencapai 100 %, dan dengan target
yang rencanakan pada tahun 2018 mencapai 96,3 %
9) Rumah yang mempunyai saluran pembuangan air limbah
Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) adalah bangunan
yang digunakan untuk mengumpulkan air buangan sisa
pemakaian dari kran/hidran umum, sarana cuci tangan, kamar
mandi, dapur, dan lain-lain, sehingga air limbah tersebut dapat
tersimpan atau meresap ke dalam tanah dan tidak menyebabkan
penyebaran penyakit serta tidak mengotori lingkungan sekitarnya.
Cakupan program ini di Kota Semarang tahun 2018 telah
mencapai 86 %, masih dibawah dengan target cakupan pada
tahun 2018 adalah sebesar 89,5%.
10) Tempat pembuangan sampah yang memeuhi syarat kesehatan
Sampah merupakan sisa hasil kegiatan manusia, yang
keberadaannya banyak menimbulkan masalah apabila tidak
dikelola dengan baik. Apabila dibuang dengan cara ditumpuk saja
RENJA Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 22
maka akan menimbulkan bau dan gas yang berbahaya bagi
kesehatan manusia. Apabila dibakar akan menimbulkan
pengotoran udara. Kebiasaan membuang sampah disungai dapat
mengakibatkan pendangkalan sehingga menimbulkan banjir.
Dengan demikian sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat
menjadi sumber pencemar pada tanah, badan air dan udara.
Untuk itu pengelolaan sampah diawasi dan dibina oleh
pemerintah agar memenuhi standar kesehatan lingkungan. Di
Kota Semarang tempat pembuangan sampah yang sudah
memenuhi syarat pada tahun 2018 sudah mencapai 88 %, masih
dibawah target pencapaiannya pada tahun 2018 sebesar 92,9 %.
11) Tempat pengelolaan pestisida sehat
Persyaratan pengelolaan pestisida yang sehat telah diataur
melalui Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor :
258/Menkes/Per/Lll/1 992 tentang persyaratan Kesehatan
Pengelolaan Pestisida, cakupan persyaratan tempat pengelolaan
pestisida yang sehat di Kota Semarang pada tahun 2018 telah
mencapai 100%, dengan target yang direncanakan pada tahun
2018 adalah sebesar 98,6%
12) Institusi yang dibina
Kegiatan ini ditujukan untuk mendukung terciptanya
lingkungan institusi seperti Sekolah, Rumah Sakit, dan
Perkantoran yang sehat, tidak bermasalah terhadap masalah
kesehatan lingkungan, kegiatan ini dilakukan dalam bentuk
pelaksanaan inspeksi sanitasi, seluruh aspek yang berisiko
menimbulkan terjadinya masalah kesehatan lingkungan. Cakupan
program kegiatan ini pada tahun 2018 telah mencapai 82,8 % dan
target yang direncanakan akan dicapai pada tahun 2018 adalah
sebesar 82,9 %.
13) Industri rumah tangga makanan minuman yang memenuhi syarat
kesehatan
Pelaku industri rumah tangga makanan dan minuman
dipersyaratkan harus memiliki izin produksi yang dikeluarkan oleh
Dinas Kesehatan Kota Semarang, untuk mendapatkan izin ini
maka pelaku harus mampu mengolah makanan dan minuman
produknya dengan proses yang memuhi syarat kesehatan, syarat
ini mencakup; sanitasi lingkungan pengolahan dan higiene
RENJA Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 23
sanitasi penjamah. Cakupan program ini di Kota Semarang Tahun
2018 adalah sebesar 81,9 % dengan target yang akan dicapai
pada tahun 2018 adalah sebesar 81,9 %.
14) Tempat pengelolaan makanan sehat
Tempat pengolahan makanan sehat merupakan upaya
pembinaan Dinas Kesehatan Kota Semarang kepada masyarakat
yang menyediakan jajanan makanan kepada masyarakat, agar
senantiasa menjaga kebersihan proses pengolahannya dan
pengolah itu sendiri agar tidak menimbulkan adanya kontaminasi
mikro organisme atau adanya penggunaan bahan-bahan yang
berbahaya bagi kesehatan manusia, cakupan program ini pada
tahun 2018 adalah sebesar 85,86 % dengan target cakupan yang
direncanakan pada tahun 2018 adalah sebesar 82,9 %.

d. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak Balita


1) Pelatihan Dan Pendidikan Perawatan Anak Balita
2) Pelatihan Petugas Pelayanan Remaja Di Puskesmas
3) Pelatihan Konselor Sebaya Pada Siswa Sekolah
4) Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Remaja
5) Usaha Kesehatan Institusi

e. Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan Dan Anak


1) Jumlah kematian bayi
Kematian bayi merupakan indikator pembangunan yang
digunakan untuk mengetahui status kesehatan anak dan kondisi
ekonomi penduduk suatu wilayah dan untuk melihat target
penurunan angka kematian bayi, di kota Semarang jumlah
kematian bayi pada tahun 2018 sebesar 6,38 % / 1000 KH
(perseribu kelahiran hidup) dan diperkirakan pada tahun 2018
tidak lebih dari 8 % / 1000 KH.
2) Angka kelangsungan hidup bayi per/1000 kelahiran hidup
Angka kelangsungan hidup bayi dapat direfleksikan oleh
angka kematian bayi dipengaruhi oleh berbagai factor kesehatan
maupun non kesehatan, seperti jumlah dokter umum, jumlah
persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan, jumlah posyandu,
budaya, dan faktor sosial lainnya, di Kota Semarang angka
kelangsungan hidup bayi per 1000 kelahiran hidup pada tahun
RENJA Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 24
2018 telah mencapai 93,62 / 1000 KH dengan target capaian yang
direncanakan pada tahun 2018 adalah sebesar 92 / 1000 KH
3) Cakupan kunjungan bayi
Cakupan kunjungan bayi merupakan indikator derajat
kesehatan masyarakat yang menggambarkan luasnya layanan
kesehatan masyarakat khususnya pada bayi, semakin tinggi
kunjungan bayi maka semakin banyak pula bayi yang dilayani oleh
tenaga kesehatan. Di Kota Semarang cakupan kunjungan bayi
pada tahun 2018 sudah mencapai 100,09 % dengan target yang
direncanakan pada tahun 2018 adalah sebesar 98,8 %.
4) Angka kematian balita (Akaba)
Angka kematian balita (Akaba) memiliki arti bahwa suatu
kejadian atau kematian anak yang berusia antara 0 - < 5 tahun
dengan faktor penyebab dapat karena; (1) kurangnya gizi, (2)
sanitasi yang tidak sehat, (3) penyakit menular dan atau dapat
pula karena (2) kecelakaan. Akaba ini pula merupakan indikator
keberhasilan pembangunan. Di Kota Semarang pada tahun 2018
Akaba ini mencapai keadaan sampai sebesar 7,46 / 1000 KH
(Perseribu Kelahiran Hidup) dengan keadaan maksimal pada
tahun 2018 diharapkan tidak lebih dari 8,06 / 1000 KH.
5) Cakupan pelayanan kesehatan balita
Cakupan pelayanan anak balita (usia 12- 59 bulan) yang
memperoleh pelayanan sesuai standar, meliputi pemantauan
pertumbuhan minimal delapan kali setahun, pemantauan
perkembangan minimal dua kali dalam setahun, pemberian
vitamin A sebanyak dua kali, dan pemberian imunisasi dasar
lengkap di Kota Semarang cakupan pelayanan kesehatan balita
pada tahun 2018 telah mencapai 100,3 % dengan target yang
direncanakan pada tahun 2018 adalah sebesar 94,5 %
6) Cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1)
Cakupan pemeriksaan neonatal dengan indikator kunjungan
neonatus pertama (KN1) sasarannya adalah bayi dengan umur 0 -
7 hari, bagi bayi pada usia ini adalah merupakan bulan pertama
kehidupan yang harus dipantau perkembangannya, di Kota
Semarang cakupan KN 1 ini pada tahun 2018 telah mencapai
cakupan sebesar 100% dengan target yang direncanakan pada
tahun 2018 adalah sebesar 97%.
RENJA Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 25
7) Cakupan kunjungan neonatal lengkap (KN Lengkap)
Kunjungan neonatal yang telah lengkap, menandakan
bahwa bayi hingga umur 28 hari telah dilakukan perawatan
dengan baik oleh tenaga kesehatan, terkait dengan pemeriksaan
fisik, menjaga kebersihan bayi, memberitahu ibu tentang tanda-
tanda bahaya bayi baru lahir, memberikan ASI dan bayi harus
disusukan minimal 10 - 15 kali dalam 24 jam dalam 2 minggu
pasca persalinan, menjaga keamanan bayi, menjaga suhu tubuh
bayi, dilakukan konseling terhadap ibu dan keluarga untuk
memberikan ASI eksklusif, pencegahan hipotermi dan
melaksanakan perawatan bayi baru lahir dirumah dengan
menggunakan Buku KIA, memberitahu ibu tentang Imunisasi BCG,
serta dilakukannya penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.
Cakupan KN Lengkap di Kota Semarang tahun 2018 adalah
sebesar 98,49 % dan target yang direncanakan pada tahun 2018
adalah sebesar 94,6 %.
8) Cakupan neonatal komplikasi yang ditangani
Cakupan ini merupakan gambaran upaya tenaga kesehatan
mencegah terjadinya kematian bayi baru lahir dan ibu melahirkan,
cakupan kegiatan layanan ini di Kota Semarang pada tahun 2018
adalah sebesar 82,88 % dengan target yang direncanakan pada
tahun 2018 adalah sebesar 76,5 %
9) Cakupan BBLR
Angka sejumlah anak baru lahir dengan berat badan rendah
atau dengan bobot tubuh saat dilahirkan < 2,5 kg, indikator ini
menunjukkan rendahnya kesehatan ibu selama masa kehamilan,
di Kota Semarang pada tahun 2018 ditemukan bayi dengan status
BBLR adalah sebanyak 2,97 %, dengan ditargetkan jumlah bayi
BBLR pada tahun 2018 turun menjadi 0,5 %.
10) Angka kematian bayi
Angka kematian bayi merupakan indikator derajat kesehatan
masyarakat, dan merupakan gambaran hasil pelayanan kesehatan
ibu dan anak, terutama perlayanan terhadap ibu hamil, di Kota
Semarang angka kematian bayi pada tahun 2018 sebanyak 6,38 /
1000 KH, dan ditargetkan pada tahun 2018 maksimal sebanyak 8 /
1000 KH.

RENJA Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 26


11) SDIDTK APRAS
Kegiatan SDIDTK APRAS (Stimulasi Deteksi Intervensi Dini
Tumbuh Kembang – Anak Pra Sekolah), adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pertumbuhan anak
dengan ukuran bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta
jaringan, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh
sebagian atau keseluruhan sehingga dapat diukur dengan satuan
panjang dan berat.
Mengukur perkembangan anak dengan ukuran
bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa
serta sosialisasi dan kemandirian.
Serta mengukur stimulasi melalui kegiatan merangsang
kemampuan dasar anak umur 0 – 6 tahun agar anak tumbuh dan
berkembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapat stimulasi
rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan.
Stimulasi tumbuh kembang anak dapat dilakukan oleh ibu, ayah,
pengganti orang tua/pengasuh anak, anggota keluarga lain atau
kelompok masyarakat di lingkungan rumah tangga masing-masing
dan dalam kehidupan sehari-hari. Cakupan hasil kegiatan ini di
Kota Semarang tahun 2018 adalah sebanyak 101,32 % dengan
target yang direncanakan pada tahun 2018 adalah sebesar 89 %.
12) Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD
Penjaringan kesehatan merupakan salah satu bentuk dari
pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk mendeteksi dini siswa
yang memiliki masalah kesehatan agar segera mendapatkan
penanganan sedini mungkin, penjaringan untuk siswa anak SD
dilakukan kepada anak kelas 1, cakupan kegiatan penjaringan ini
di Kota Semarang tahun 2018 telah mencapai 100 % sesuai
dengan yang ditargetkan pada tahun 2018 dapat mencapai 100 %.
13) Cakupan penjaringan kesehatan siswa SMP
Selain terhadap anak SD penjaringan kesehatan dilakukan
pula terhadap anak SMP, dengan tujuan adanya deteksi dini
terhadap kesehatan anak yang beranjak remaja, penjaringan pada
anak SMP ini dilakukan kepada anak kelas 7, cakupan yang
dihasilkan pada tahun 2018 adalah sebesar 100 % dengan target
pada tahun 2018 adalah sebesar 100 %.
RENJA Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 27
14) Cakupan puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan remaja
Pelayanan kesehatan remaja oleh puskesmas dilakukan
sebagai upaya mewujudkan derajat kesehatan, pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal bagi remaja sesuai dengan potensi
yang dimiliki, kelompok usia remaja yang mendapatkan pelayanan
pada kegiatan ini adalah pada kelompok usia 10 – 19 tahun tanpa
menyandang status telah menikah. Cakupan kegiatan ini pada
tahun 2018 adalah telah mencapai 100 %, sesuai dengan target
yang direncanakan tahun 2018 adalah sebesar 100 %.
15) Pencegahan dan penanganan kekerasan perempuan dan anak
Sesuai Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan
Perempuandan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 02
tahun 2010, kegiatan pencegahan dan penanganan kekerasan
terhadap anak bertujuan untuk; (1) menjamin peningkatan,
pemajuan, penegakan, pemenuhan, dan perlindungan hak-hak
anak untuk dapat terbebas dari segala bentuk kekerasan; (2)
mewujudkan kegiatan baik yang bersifat preventif, promotif, kuratif
dan rehabilitatif terhadap anak dari kekerasan; dan (3)
meningkatkan efektivitas pelaksanaan pencegahan dan
penanganan kekerasan terhadap anak yang menjadi kewajiban
kementerian/lembaga dan masyarakat. Cakupan kegiatan ini pada
tahun 2018 telah mencapai 95 %. Cakupan tersebut masih
dibawah target tahun 2018 yaitu sebesar 100 %.
16) Cakupan pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar
Setiap anak pada usia pendidikan dasar harus mendapatkan
skrining kesehatan sesuai standar, melalui kegiatan penjaringan
kesehatan kepada anak usia pendidikan dasar. Penjaringan
kesehatan ini dilakukan minimal satu kali pada kelas 1 dan kelas 7
yang dilakukan oleh Puskesmas.
Tujuan skrining kesehatan adalah : (1) terdeteksinya secara
dini masalah kesehatan peserta didik, sehingga bila terdapat
masalah dapat segera ditindaklanjuti; (2) tersedianya data atau
informasi untuk menilai perkembangan kesehatan peserta didik,
maupun untuk dijadikan pertimbangan dalam menyusun program
pembinaan kesehatan sekolah; (3) termanfaatkannya data untuk
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi program
RENJA Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 28
pembinaan peserta didik. Cakupan kegiatan ini pada tahun 2018
telah mencapai 100 % sesuai dengan yang ditargetkan tahun 2018
adalah sebesar 100 %.
17) Jumlah kematian ibu maternal
Kematian ibu maternal merupakan salah satu indikator
kesehatan masyarakat yang memberikan layanan tenaga
kesehatan terhadap ibu hamil, jumlah kasus kematian ibu maternal
di Kota Semarang pada tahun 2018 ditemukan sebanyak 19 kasus,
masih lebih rendah dari cut of point yang direncanakan pada tahun
2018 yaitu sebanyak 27 kasus.
18) Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani
Indikator ini merupakan gambaran upaya layanan kesehatan
ibu dalam rangka penurunan kasus-kasus kematian akibat
gangguan kehamilan, cakupan kegiatan ini pada tahun 2018 telah
mencapai 100 % dengan target yang rencanakan pada tahun 2018
sebesar 100 %.
19) Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
Indikator ini menunjukkan upaya penurunan angka kematian
ibu bersalin di Kota Semarang semakin ditingkatkan secara terus
menerus, dimana pada tahun 2018 ini kegiatan ini telah mencapai
cakupan sebesar 100 %, sudah melebihi dengan target tahun
2018 sebesar 98,7 %.
20) Kunjungan ibu hamil K-4
Kunjungan lengkap (K4) ibu hamil merupakan gambaran
tingkat partisipasi masyarakat dalam layanan kesehatan bagi ibu
hamil, dimana kunjungan ini dapat memberikan gambaran
kesadaran masyarakat khususnya ibu hamil memelihara
kesehatan kehamilannya, cakupan kunjungan K-4 tahun 2018
sudah mencapai 100 % dengan target pada tahun 2018 sebesar
97 %.
21) Cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil (K4)
Indikator ini menunjukan sejumlah ibu hamil yang sudah
mendapatkan pelayanan kesehatan kehamilannya di tempat
pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan, cakupan kegiatan ini
pada tahun 2018 telah mencapai 100 % dengan target yang
direncanakan pada tahun 2018 adalah sebesar 99%.

RENJA Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 29


22) Persalinan oleh Nakes di Faskes
Indikator ini memberikan gambaran sejumlah pertolongan
persalinan yang sudah dilakukan di fasilitas kesehatan, seperti
rumah sakit bersalin, puskesmas rawat inap dan balai pelayanan
kesehatan ibu, yang pertolongan dilakukan oleh tenaga dengan
kwalifikasi yang dapat dipertanggung jawabkan yaitu tenaga
profesional yang terdidik, cakupan kegiatan ini pada tahun 2018
telah tercapai 100 %, dengan target tahun 2018 sebesar 95 %.
23) Kunjungan Nifas
Kunjungan nifas menggambarkan pelayanan kesehatan bagi
ibu pada masa nifas, indikator ini merupakan indikator kesehatan
masyarakat yang menunjukkan bahwa segala permasalahan
pasca melahirkan telah tertangani secara dini, di Kota Semarang
kunjungan nifas pada tahun 2018 telah mencapai 88,54 % dan
target yang direncanakan pada tahun 2018 adalah sebesar 87 %.
24) Bumil komplikasi yang ditangani
Ibu hamil dengan keadaan komplikasi kehamilan harus
segera dilayani secara intensive, untuk menghindarkan ibu dari
gangguan kehamilan yang lebih serius yang dapat
membahayakan keselamatan ibu dan anak, di Kota Semarang
tahun 2018 jumlah ibu hamil dengan keadaan komplikasi
kehamilan telah ditangani sampai dengan 100 %, sesuai dengan
yang ditargetkan pada tahun 2018 dapat mencapai 100 %.
25) Puskesmas PONED
Salah satu cara yang dilakukan untuk membantu
menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi (AKI dan AKB) adalah
dengan menggalakkan Puskesmas PONED (Pelayanan Obstetri
dan Neonatal Emergensi Dasar).
Puskesmas PONED adalah puskemas yang memiliki fasilitas
atau kemampuan untuk melakukan penanganan
kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar serta termasuk
dalam Puskemas yang harus siap 24 jam.
Di Kota Semarang jumlah Puskesmas PONED pada tahun
2018 adalah sebanyak 6 Unit Puskesmas, dan belum
direncanakan ada peningkatan jumlah Puskesmas PONED.

RENJA Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 30


26) Cakupan pelayanan kesehatan ibu bersalin
Pelayanan kesehatan ibu bersalin adalah merupakan upaya
penyelamatan ibu dan anak serta pemeliharaan status kesehatan
anak dan ibu, pelayanan kesehatan ini dilakukan diseluruh tempat
pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional, di Kota Semarang
pelayanan ibu bersalin ini pada tahun 2018 telah mencapai 100 %
dan diharapkan pada tahun 2018 bisa mencapai sedikitnya 99,5 %.
27) Cakupan pelayanan kesehatan bayi baru lahir
Pelayanan kesehatan bayi baru lahir perlu menjadi perhatian
khusus, untuk menjaga kesehatan bayi agar dapat tumbuh dan
berkembang secara normal, dan mengurangi angka kesakitan dan
angka kematian bayi, di Kota Semarang pelayanan kesehatan bayi
baru lahir tahun 2018 telah mencapai 100 %, melebihi dari yang
diharapkan. Karena target pada tahun 2018 adalah paling
sedikitnya sebanyak 99 %.

2. Meningkatnya Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular


dan Tidak Menular
Tabel. 2.5.
Indikator Kinerja Pada Sasaran Strategis Meningkatnya Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit Menular dan Tidak Menular
Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2018
TARGET REALISASI
No INDIKATOR KINERJA SATUAN
2018 2018
Incident Rate (IR) Demam /100.00
1. 23 18,10
Berdarah Dengue (DBD) Pdnduduk
Penemuan dan
2. penanganan penderita % 100 100
DBD
Kasus Demam Berdarah
3. yang dilakukan PE < 48 % 66 92,01
jam
Kasus Demam Berdarah
4. difogging sesuai standart % 82 100
< 5 hari
Case Fatality Rate (CFR)
5. % < 1,5 0,97
Demam Berdarah
Penderita Demam
6. % 100 100
Berdarah yang ditangani
Angka keberhasilan
7. % 88 83,50
pengobatan TB
Penemuan dan
8. penangnan penyakit TBC % 79 107,3
BTA

RENJA Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 31


TARGET REALISASI
No INDIKATOR KINERJA SATUAN
2018 2018
Cakupan pelayanan
9. kesehatan orang dengan % 100 104,5
TB
Persentase ODHA yang
10. % 55 52,80
aktif minum ARV
Penemuan penderita
11. pneumonia balita % 93 106
(cakupan)
/ 1000
12. Angka kematian diare <1 0,35
Penduduk
Proporsi kasus TB yang
13. berhasil diobati dengan % 90 83,7
DOTS (Sukses Rate)
Cakupan pelayanan
14. kesehatan orang dengan % 100 103
risiko terinfeksi HIV
Cakupan ibu hamil yang
15. % 60 67,6
dites sifilis
Prosentase kasus IMS
16. % 87 93,45
yang dites HIV
Penderita yang selesai
17. % 80 92,9
pengobatan Kusta (RFT)
Cakupan kelurahan UCI
18. (Universal Child % 100 100
Imunizatiton)
AFP rate per 100.000 /100.000
19. 2 2,9
penduduk usia < 15 tahun Penduduk
Kelurahan mengalami KLB
PD3I & keracunan
20. % 100 100
makanan yang ditangani <
24 jam
Ketepatan laporan
21. % 80 85
penyakit tidak menular
Kelengkapan laporan
22. % 90 100
penyakit tidak menular
23. Cakupan BIAS % 98 98,6
24. Cakupan imusasi CJH % 100 100
25. Cakupan pelacakan K3JH % 100 100
Cakupan pelayanan
26. kesehatan pada penderita % 100 95,41
hipertensi
Cakupan pelayanan
27. kesehatan pada penderita % 100 164,23
diabetes melitus (DM)
Pelayanan kesehatan
28. pada orang gangguan jiwa % 100 100
berat (ODGJ)
Cakupan pelayanan
29. kesehatan pada usia % 100 100,95
produktif
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2018

RENJA Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 32


Pada sasaran program yang kedua, cakupan kinerja dilaksanakan
kedalam program dengan hasil kegiatan yang terdiri dari;
1) Incident Rate (IR) Demam Berdarah Dengue (DBD)
IR DBD adalah perbandingan antara suatu kejadian dengan
jumlah penduduk yang mempunyai risiko kejadian DBD, menyangkut
interval waktu tertentu. Rate ini digunakan untuk menyatakan dinamika
dan kecepatan kejadian dalam suatu populasi masyarakat tertentu. Jadi
secara umum IR DBD ini adalah merupakan frekuensi penyakit atau
kasus baru yang berjangkit dalam masyarakat di suatu tempat atau
wilayah atau negara pada waktu tertentu dibandingkan dengan jumlah
penduduk yang mungkin terkena penyakit baru tersebut.
Nilai IR DBD di Kota Semarang tahun 2018 adalah sebanyak
18,10 per 1000 penduduk (18,10/1000 pddk), dengan angka cut of poin
pada tahun 2018 adalah sebesar 23/1000 pddk.
2) Penemuan dan penanganan penderita DBD
Upaya yang dilakukan untuk penemuan kasus DBD ini adalah
dengan upaya deteksi dini diagnostik, yang merupakan sistem deeteksi
yang bersifat rapid dapat diketahui hasilnya dalam hitungan menit atau
biada disebut dengan early diasnogtic dan akan lebih efektif apabila
diikuti dengan pengobatan (prompt treatment), sebagai penanganan
penderita DBD, upaya ini telah dilakukan dan menghasilkan cakupan
pada tahun 2018 hingga 100 %, sesuai target yang direncanakan pada
tahun 2018 adalah sebesar 100 %.
3) Kasus Demam Berdarah yang dilakukan PE < 48 jam
Setiap terjadi kasus DBD di Kota Semarang telah dilakukan upaya
penyeledikan epidemiologi dalam waktu tidak lebih dari 48 jam setelah
kasus dilaporkan, upaya ini telah dilakukan dan dengan cakupan pada
tahun 2018 telah mencapai 92,01 %, dan ditargetkan pada tahun 2018
dapat mencakup tidak kurang dari 66 %.
4) Kasus Demam Berdarah difogging sesuai standart < 5 hari
Fogging di Kota Semarang diperlukan ketika ditemukan kasus
transmisi lokal atau penularan DBD setempat. Kegiatan ini diperlukan
untuk membasmi nyamuk dewasa. Fogging dilakukan bukan dengan
keputusan masyarakat, namun jika terjadi kasus penyebaran DBD dan
telah dilaporkan ke petugas kesehatan, maka dilakukan fogging
sebelum sampai atau lebih dari lima hari setelah kejadian. Kegiatan
fogging pada tahun 2018 di daerah yang terjadi penyebaran kasus DBD
RENJA Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 33
ini dilakukan hingga 100 %, dan ditargetkan pada tahun 2018 sebesar
82 %.
5) Case Fatality Rate (CFR) Demam Berdarah
Angka kematian akibat infeksi demam berdarah (CFR) di Kota
Semarang jika sudah mencapai satu persen (1 %) maka sudah
dikatakan tinggi, dan sudah menjadi masalah yang serius harus segera
tertangani, pada tahun 2018 CFR di Kota Semarang telah mencapai
0,97 %, dengan target pada tahun 2018 adalah < 1,5 %.
6) Penderita Demam Berdarah yang ditangani
Penderita DBD di Kota Semarang setiap ada kejadian harus
segera ditangani oleh pertugas kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan, cakupan kasus DBD yang sudah ditangani oleh tenaga
kesehatan pada tahun 2018 di Kota Semarang ini telah mencapai 100
% dan dengan target pada tahun 2018 adalah sebesar 100 %.
7) Angka keberhasilan pengobatan TB
Angka keberhasilan pengobatan TB adalah merupakan angka
kesembuhan yang menunjukkan prosentase pasien baru TB paru BTA
positif yang sembuh setelah selesai masa pengobatan, diantara pasien
baru TB paru BTA positif yang tercatat.
Angka kesembuhan dihitung juga untuk pasien BTA positif
pengobatan ulang dengan tujuan; (1) untuk mengetahui seberapa besar
kemungkinan kekebalan terhadap obat terjadi di komunitas, hal ini
harus dipastikan dengan surveilans kekebalan obat, (2) untuk
mengambil keputusan program pada pengobatan menggunakan obat
baris kedua (second-line drugs), (3) menunjukan prevalensi HIV, karena
biasanya kasus pengobatan ulang terjadi pada pasien dengan HIV.
Angka keberhasilan pengobatan TB di Kota Semarang tahun
2018 telah mencapai cakupan sebesar 83,50 %, masih belum sesuai
dengan yang ditargetkan pada tahun 2018 adalah sebesar 88 %.
8) Penemuan dan penanganan penyakit TBC BTA
Upaya penemuan dan penyembuhan pasien dan prioritas
diberikan kepada pasien TBC tipe menular. Strategi ini akan
memutuskan penularan TBC, dengan demikian menurunkan insiden
TBC di masyarakat. Menemukan dan menyembuhkan pasien
merupakan cara terbaik dalam upaya pencegahan penularan TBC.
Kasus yang banyak terjadi di kota Semarang adalah masyarakat masih
belum aware dengan gejala TBC dan enggan untuk memeriksakan diri
RENJA Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 34
jika terjadi batuk berkepanjangan. Selain itu, beberapa pasien yang
positif TBC juga banyak yang menghentikan pengobatannya. Kegiatan
monitoring dan evaluasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan
kooordinasi antara kader kesehatan, puskesmas dan dokter prakter
mandiri dalam penanganan pasien TBC dan menuntaskan
pengobatannya.
Cakupan kegiatan penemuan dan penanganan penyakit TBC BTA
di Kota Semarang pada tahun 2018 telah mencapai 107,3 % dan
ditargetkan pada tahun 2018 sedikitnya dapat mencapai 79 %.
9) Cakupan pelayanan kesehatan orang dengan TB
Cakupan pelayanan kesehatan bagi penderita TB di Kota
Semarang tidak terlepas dari metode pengobatan dengan strategi
strategi DOTS (Directly Observe Treatment Shortcourse) strategi ini
dapat mengurangi kemungkinan timbulnya kekebalan kuman TB atau
multi drug resistance (MDR) terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
secara meluas.
Oleh karena penderita TB dapat sembuh bila melakukan
pengobatan dengan OAT secara lengkap dan teratur selama 6 - 8 bulan.
Di Kota Semarang, Program Pengendalian TB disesuaikan engan
Strategi Stop TB Global. Cakupan pelayanan kesehatan bagi penderita
TB di Kota Semarang tahun 2018 telah mencapai cakupan sebesar
104,5 % dengan target pada tahun 2018 adalah sebesar 100 %.
10) Persentase ODHA yang aktif minum ARV
Antiretroviral (ARV) adalah jenis obat yang dapat memperlambat
perkembangan virus HIV, obat ini bekerja dengan menghilangkan unsur
yang dibutuhkan virus HIV untuk menggandakan diri, dan mencegah
virus HIV menghancurkan sel CD4.
Bagi penderita HIV di Kota Semarang yang sudah tercatat
sebagai ODHA telah diberikan ARV dari beberapa jenis obat ARV,
antara lain: Efavirenz, Etravirine, Nevirapine, Lamivudin dan atau
Zidovudin. Selama mengonsumsi obat antiretroviral, dokter akan
memonitor jumlah virus dan sel CD4 untuk menilai respons pasien
terhadap pengobatan. Hitung sel CD4 akan dilakukan tiap 3 - 6 bulan.
Sedangkan pemeriksaan HIV RNA dilakukan sejak awal pengobatan,
dilanjutkan tiap 3 - 4 bulan selama masa pengobatan.
Kegiatan intervensian pemberian ARV secara aktif terhadap
ODHA di Kota Semarang tahun 2018 ini telah mencapai cakupan
RENJA Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 35
sebesar 52,80 % dengan target yang direncanakan pada tahun 2018
adalah sebesar 55 %.
11) Penemuan penderita pneumonia balita (cakupan)
Penemuan penderita pneumonia balita perlu dilakukan secara dini
dan pendekatan yang lebih sistematik, oleh karena sampai saat ini
penumonia balita masih merupakan pembunuh utama balita, untuk itu
cakupan angka penemuan kasus peneumonia ini harus mendapat
perhatian khusus, di Kota Semarang pada tahun 2018 cakupan
penemuan penuomonia telah mencapai 106 % dengan target yang
direncakan pada tahun 2018 adalah sebesar 93 %.
12) Angka kematian diare
Kematian akibat diare dapat terjadi apabila diare berlangsung
terlalu lama tanpa ditangani, diare dapat menjadi pertanda gangguan
serius dan bisa membahayakan nyawa, pasalnya diare parah dapat
menyebabkan dehidrasi serius, yang merupakan suatu keadaan di
mana tubuh penderitanya kekurangan cairan, akibatnya kadar air dalam
tubuh berkurang, hingga menyebabkan keseimbangan mineral-mineral
dalam tubuh juga terganggu sehingga mengakibatkan fungsi organ dan
jaringan tubuh tidak bisa bekerja optimal, hingga akhirnya
menyebabkan kematian.
Oleh karena keadaan yang serius ini maka di Kota Semarang
telah dilakukan berbagai upaya untuk menekan angka kematian akibat
diare ini, pada tahun 2018 kejadian kematian akibat diare di Kota
Semarag hanya mencapai 0,35 / 1000 penduduk, dengan target
kejadian pada tahun 2018 hanya sampai < 1 per 1000 penduduk.
13) Proporsi kasus TB yang berhasil diobati dengan DOTS (Sukses Rate)
Sukses rate pengobatan TB sangat tergantung dengan jumlah
penemuan kasus baru dan keberhasilan pengobatan, di kota semarang
keberhasilan pengobatan pada tahun 2018 sudah mencapai 83,7 %
dan target yang direncanakan pada tahun 2018 adalah sebanyak 90 %
14) Cakupan pelayanan kesehatan orang dengan risiko terinfeksi HIV
Setiap orang yang di diagnosa memililiki risiko terinfeksi HIV
maka segera dilakukan tindakan layanan kesehatan yang intensif oleh
tenaga kesehatan, cakupan kegiatan layanan kesehatan bagi orang
dengan risiko terinfeksi HIV di Kota Semarang tahun 2018 telah
mencapai 103 % dengan target tahun 2018 adalah sebesar 100 %.
15) Cakupan ibu hamil yang dites sifilis
RENJA Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 36
Ibu hamil yang memiliki riwayat dengan perilaku seks berisiko
atau memiliki tanda gejala penyakit menular seksual disarankan untuk
melakukan tes sifilis, oleh karena sifilis yang tidak ditangani dapat
menyebabkan cacat berat pada bayi, bahkan pada kasus yang lebih
fatal, bayi bisa lahir dalam keadaan meninggal. Bila ibu hamil
didiagnosis memiliki sifilis, dokter akan memberikan antibiotik penisilin
untuk mengobati penyakit tersebut dan mencegah penularan sifilis pada
janin.
Sejumlah ibu hamil di Kota Semarang yang diperiksan telah
dilakukan ters sifilis ini dengan cakupan hasil jumlah yang dites pada
tahun 2018 adalah sebanyak 67,6 % dengan rencana target pada tahun
2018 adalah sebesar 60 %.
16) Prosentase kasus IMS yang dites HIV
Setiap kasus IMS yang ditemukan ditempat-tempat pelayanan
kesehatan di Kota Semarang, senantiasa dilakukan test HIV untuk
memastikan potensi terinfeksinya terhadap HIV, dan pada tahun 2018
telah dilakukan test HIV pada penderita IMS dengan cakupan sebesar
93,45 % dan direncanakan target cakupannya pada tahun 2018
sebesar 87 %.
17) Penderita yang selesai pengobatan Kusta (RFT)
Setiap penderita kusta dilakukan perawatan dan pengobatan
dengan menggunakan RFT (release from treatment), dengan intervensi
obat MDT sampai dinyatakan betul-betul sembuh, dan dinyatakan telah
selesai pengobatan RTF nya. Cakupan kegiatan ini pada tahun 2018
adalah sebesar 92,9 % dan rencana target pada tahun 2018 adalah
sebesar 80 %.
18) Cakupan kelurahan UCI (Universal Child Imunizatiton)
UCI adalah gambaran suatu desa/kelurahan dimana ≥ 80% dari
jumlah bayi (0-12 bulan) yang ada di desa/kelurahan tersebut sudah
mendapat imunisasi dasar lengkap. Cakupan kelurahan UCI di Kota
Semarang tahun 2018 sudah mencapai 100 % dan ditargetkan
cakupannya pada tahun 2018 sebesar 100 %.
19) AFP rate per 100.000 penduduk usia < 15 tahun
Surveilans AFP di Kota Semarang dilakukan dengan bertujuan
untuk memantau adanya transmisi virus-polio liar yang ada
dimasyarakat, sehingga dapat dilakukan upaya-upaya pemberantasan
yang lebih terfokus dan efisien. Data surveilans kasus AFP yang
RENJA Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 37
dilaporkan adalah semua anak berusia kurang dari 15 tahun dengan
kelumpuhan yang sifatnya flaccid (layuh), terjadi secara akut
(mendadak), bukan disebabkan oleh ruda paksa.
Tujuan Surveilans AFP di Kota Semarang adalah dilakukan untuk
mengidentifikasi daerah risiko tinggi dan memantau kemajuan program
eradikasi polio dan membuktikan Kota Semarang bebas polio.
Hasil surveilans AFP di Kota Semarang tahun 2018 adalah
ditemukannya 2,9 anak per 100.000 penduduk, dan ditargetkan pada
tahun 2018 hanya terdapat 2 per 100.000 penduduk.
20) Kelurahan mengalami KLB PD3I dan keracunan makanan yang
ditangani < 24 jam
Setiap terjadi KLB akibat PD3I dan keracunan makanan di Kota
Semarang segera dilakukan tindakan pelayanan kesehatan dalam
kurang dari 24 jam (< 24 jam), sehingga secara dini dapat ditangani dan
dilakukan upayanan penanganan medis yang kompeten, upaya ini telah
dilakukan pada tahun 2018 dan mencapai cakupan sebesar 100 % dan
direncanakan cakupan tahun 2018 dapat pula tercapai hingga 100 %.
21) Ketepatan laporan penyakit tidak menular
Sistem pelaporan dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan terkait
data penyakit tidak menular telah ditetapkan waktunya, setiap bulan
berjalan, demikian pula laporan Dinas Kesehatan ke Dinas Kesehatan
Provinsi, maupun ke institusi lain yang berkewenangan disampaikannya
laporan penyakit tidak menular ini, cakupan ketepatan laporan pada
tahun 2018 telah mencapai 85 %, dengan rencana target pencapaian
tahun 2018 adalah sebesar 80 %.
22) Kelengkapan laporan penyakit tidak menular
Kelengkapan laporan merupakan variabel penting dalam didtem
pelaporan program pemberantasan dan penanggulangan penyakit tidak
menular, dengan lengkapnya data variabel laporan maka dapat
menghasilkan pengambilan keputusan yang lebih baik dan lebih tepat,
pada tahun 2018 kelengkapan laporan cakupannya sudah dapat
mencapai 100 % dan dengan target tahun 2018 direncanakan sebesar
90 %.
23) Cakupan BIAS
BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) dilaksanakan setiap bulan
November yang melibatkan sektor-sektor terkait seperti; Dinas
Pendidikan, Tim Penggerak PKK, IBI Kota Semarang dan Aisyiyah kota
RENJA Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 38
Semarang. BIAS adalah salah satu upaya untuk eliminasi Tetanus
Neonaturum, pengendalian penyakit Difteri dan penyakit Campak dalam
jangka panjang melalui imunisasi Dt (diphteria tetanus), Td (Tetanus
Diphteria) dan TT. Imunisasi yang diberikan pada BIAS dilakukan dalam
dua jenis kegiatan yaitu: Vaksin Dt pada anak kelas I dan vaksin Td
untuk kelas II dan III. Sasaran kegiatan BIAS adalah seluruh anak
Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) negeri dan swasta,
Institusi pendidikan setara SD lainnya baik laki-laki ataupun perempuan.
Capaian BIAS pada tahun 2018 mencapai target hingga 98,6 %, dan
target untuk tahun 2018 adalah sebesar 98 %.
24) Cakupan imusasi CJH
Persiapan kesehatan calon jamaah haji perlu diperhatikan,
terutama terkait risiko penularan penyakit lebih besar mengingat faktor
cuaca dan jemaah haji berjumlah jutaan. Salah satu cara
pencegahannya adalah dengan vaksinasi. Vaksin yang wajib diberikan
bagi calon jemaah haji adalah vaksin Meningitis.
Cakupan hasil vaksinasi bagi calon jamaah haji di Kota Semarang
tahun 2018 telah mencapai 100 %, demikian pula direncanakan
cakupan tahun 2018 adalah sebesar 100 %.
25) Cakupan pelacakan K3JH
Pelacakan Kartu Kewaspadaan Kesehatan Jemaah Haji (K3JH)
adalah merupakan upaya identifikasi status kesehatan sebagai
landasan, karakterisasi, prediksi dan penentuan cara eliminasi faktor
risiko kesehatan yang terbawa oleh jamaah haji tidak menyebar dan
menjadi penyakit yang mungkin akan menimbulkan KLB daerah tempat
jamaah haji kembali.
Cakupan hasil pelacakan K3JH di Kota Semarang tahun 2018
telah mencapai 100 %, demikian pula terget yang direncanakan pada
tahun 2018 adalah sebesar 100 %.
26) Cakupan pelayanan kesehatan pada penderita hipertensi
Pelayanan penyakit degeneratif perlu menjadi bagian perhatian
masalah kesehatan masyarakat, termasuk bagi penderita hipertensi
mengingat cukup banyaknya kasus ini, cakupan hasil pelayanan
masalah penyakit hipertensi ini pada tahun 2018 telah mencapai 95,41
% dengan target yang direncanakan pada tahun 2018 adalah sebesar
100 %.

RENJA Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 39


27) Cakupan pelayanan kesehatan pada penderita diabetes melitus (DM)
Berdasarkan hasil Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) diperoleh
bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45 -
54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking kedua yaitu 14,7 %.
Dan daerah pedesaan, DM menduduki ranking keenam yaitu 5,8%.
Diabetes Melitus terdiri dari dua tipe yaitu tipe pertama DM yang
disebabkan keturunan dan tipe kedua disebabkan life style atau gaya
hidup. Secara umum, hampir 80 % prevalensi diabetes melitus adalah
DM tipe 2. Ini berarti gaya hidup/life style yang tidak sehat menjadi
pemicu utama meningkatnya prevalensi DM. Bila dicermati, penduduk
dengan obes mempunyai risiko terkena DM lebih besar dari penduduk
yang tidak obes.
WHO merekomendasikan bahwa strategi yang efektif perlu
dilakukan secara terintegrasi, berbasis masyarakat melalui kerjasama
lintas program dan lintas sektor termasuk swasta. Dengan demikian
pengembangan kemitraan dengan berbagai unsur di masyarakat dan
lintas sektor yang terkait dengan DM di setiap wilayah merupakan
kegiatan yang penting dilakukan. Oleh karena itu, pemahaman faktor
risiko DM sangat penting diketahui, dimengerti dan dapat dikendalikan
oleh para pemegang program, pendidik, edukator maupun kader
kesehatan di masyarakat sekitarnya.
Tujuan program pengendalian DM di Indonesia adalah
terselenggaranya pengendalian faktor risiko untuk menurunkan angka
kesakitan, kecacatan dan kematian yang disebabkan DM.
Diabetes Melitus merupakan ancaman global dan serius sebagai
salah satu penyakit tidak menular yang menitik-beratkan pada
pencegahan dan pelayanan diabetes di seluruh dunia. Sidang ini juga
menetapkan tanggal 14 Nopember sebagai Hari Diabetes Se-Dunia
(World Diabetes Day) yang dimulai tahun 2007.
Oleh karena itu, program Pengendalian Diabetes Melitus
dilaksanakan dengan prioritas upaya preventif dan promotif, dengan
tidak mengabaikan upaya kuratif. Serta dilaksanakan secara
terintegrasi dan menyeluruh antara Pemerintah, Masyarakat dan
Swasta. Cakupan penanganan masalah penyakit DM ini di Kota
Semarang tahun 2018 telah mencapai 164,23 %, dan pada tahun 2018
target direncanakan sebesar 100 %.
28) Pelayanan kesehatan pada orang gangguan jiwa berat (ODGJ)
RENJA Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 40
Pelayanan ODGJ diamanhkan melalui Undang-undang Nomor 18
tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa, yang ditujukan untuk menjamin
setiap orang agar dapat mencapai kualitas hidup yang baik, serta
memberikan pelayanan kesehatan secara terintegrasi, komprehensif,
dan berkesinambungan melalui upaya promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif.
Secara garis besar, Undang-undang tersebut mengamanatkan
tentang: (1) Perlunya peran serta masyarakat dalam melindungi dan
memberdayakan ODGJ dalam bentuk bantuan berupa: tenaga, dana,
fasilitas, pengobatan bagi ODGJ; (2) Perlindungan terhadap tindakan
kekerasan, menciptakan lingkungan yang kondusif, memberikan
pelatihan keterampilan; dan (3) Mengawasi penyelenggaran pelayanan
di fasilitas yang melayani ODGJ.
Cakupan pelayanan ODGJ di Kota Semarang tahun 2018 telah
mencapai 100 %, dengan target yang direncanakan pada tahun 2018
adalah sebesar 100 %.
29) Cakupan pelayanan kesehatan pada usia produktif
Setiap warga negara Indonesia usia 15 – 59 tahun
mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar. Pemerintah Kota
Semarang memberikan skrining kesehatan sesuai standar pada warga negara usia
15 – 59 tahun di wilayahnya dalam kurun waktu satu tahun, dengan hasil cakupan
kegiatan tahun 2018 adalah sebesar 100,95 % dengan target tahun 2018 adalah
sebesar 100 %.

3. Meningkatnya Pelayanan Kesehatan Primer, Rujukan dan Jaminan


Kesehatan

Tabel. 2.6.
Indikator Kinerja Pada Sasaran Strategis Meningkatnya Pelayanan
Kesehatan Primer, Rujukan dan Jaminan Kesehatan
Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2018
TARGET REALISASI
No INDIKATOR KINERJA SATUAN
2018 2018
Persentase Response
Time unit reaksi cepat
1. layanan kesehatan % 60 100
(Ambulan Hebat/si Cepat)
sesuai SOP

RENJA Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 41


Persentase puskesmas
2. % 60 40
branding
Persentase puskesmas
3. % 60 100
yang telah terakreditasi
Pendampingan pasca
4. % 90 100
akreditasi
Persentase puskesmas
5. sesuai standar Permenkes Unit 20 32
No 75 Th 2014
Persentase puskesmas
6. % 50 51,00
perspektif gender
Pengembangan
7. puskesmas persfektif Unit 20 54,05
gender
Rasio puskesmas,
8. poliklinik, pustu persatuan Rasio 0,28 0,201
penduduk x 1000
Rasio fasilitas kesehatan
9. Rasio 28 20,08
dasar /100.000 penduduk
Rasio dokter persatuan
10. Rasio 1,99 1,653
penduduk
Rasio tenaga medis
11. persatuan penduduk x Rasio 2,35 2,594
1000
12. Cakupan puskesmas % 243,8 231,25
Cakupan pembantu
13. % 22,6 20,9
puskesmas
Proporsi puskesmas yang
14. telah melakukan kegiatan % 20 94,59
kesehatan tradisional
Persentase nilai kinerja
15. % 81 81,15
BLUD Puskesmas
Persentase FKTP yang
16. dibina dan memenuhi % 93 100
standar
Persentase penerapan
17. % 84,50 85
penggunaan obat rasional
Proporsi pelayanan
18. kefarmasian di puskesmas % 86 86
sesuai standar
Perentase industri rumah
19. tangga pangan yang telah % 88 86
menerapkan CPP BIRT
Persentase kelulusan
20. peserta penyuluhan % 91 100
keamanan pangan
Ketersediaan obat &
21. pembekalan kesehatan % 100 100
sesuai kebutuhan
Penerapan pelayanan
22. informasi obat di % 92 90
puskesmas

RENJA Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 42


Persentase pelayanan
23. kefarmasian di apotik yang % 76 72
sesuai standar
Cakupan masyarakat
24. miskin yang terlayani % 100 100
jaminan kesehatan
Cakupan masyarakat
25. miskin yang terdaftar % 100 100
dalam JKN KIS
Persentase pemanfaatan
26. layanan sistem jaminan % 100 95,47
kesehatan
Jumlah pembangunan
27. Unit 1 1
RSUD Kelas D
Rasio rumah sakit
28. persatuan penduduk x Rasio 0,02 0,02
1000
Rasio jumlah tempat tidur
29. rumah sakit /1000 Rasio 2,24 3,10
penduduk
Prosentase rumah sakit
yang memenuhi standar
30. % 62,07 92,6
Permenkes No 56 Tahun
2014
Presentase klinik utama
31. % 83 86,04
yang memenuhi standar
Persentase laboratorium
32. klinik swasta yang % 83 85,71
memenuhi standar
Jumlah UPT Public Safety
33. Centre 119 (Ambulan Unit 1 1
Hebat)
Pendataan penduduk
dalam program Indonesia
34. % 90 72
sehat dengan pendekatan
keluarga
Pelatihan program
Indonesia sehat dengan
35. pendekatan keluarga pada Unit 24 31
stakeholder maupun
puskesmas
Monitoring dan evaluasi
36. pendataan progran Kali/thn 1 1
Indonesia sehat
Pemetaan (mapping) hasil
37. Kali/thn 1 1
pendataan
Intervensi sesuai hasil
38. Kali/thn 1 1
pendataan
Monitoring dan evaluasi
39. terhadap intervensi yang Kali/thn 1 1
telah dilakukan
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2018

RENJA Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 43


Pada sasaran program yang ketiga, cakupan kinerja dilaksanakan
kedalam program dengan hasil kegiatan yang terdiri dari;
1) Persentase Response Time unit reaksi cepat layanan kesehatan
(Ambulan Hebat/si Cepat) sesuai SOP
Pelayanan Ambulance Hebat dengan response time yang cepat
merupakan hal harus terpenuhi, sebagai tindakan penyelamatan yang
lebih baik, sehingga tidak terjadi korban akibat terlambatnya pelayanan
pada kasus-kasus darurat, cakupan rensponse time yang cepat dan
telah sesuai kebutuhan kedaruratan pada tahun 2018 telah mencapai
100 %, dengan target cakupan pada tahun 2018 sebesar 60 %.
2) Persentase puskesmas branding
Puskesmas dengan konsep branding dapat meningkatkan minat
masyarakat untuk berkunjung ke Puskesmas, karena berkunjung ke
Puskesmas branding masyarakat dapat merasakan tidak saja dengan
tujuan berobat, namun dapat merasakan tujuan lain seperti berwisata,
cakupan puskesmas branding di Kota Semarang tahun 2018 adalah
sebesar 40 %, masih kurang dari yang direncanakan mencapai target
sebesar 60 % pada tahun 2018.
3) Persentase puskesmas yang telah terakreditasi
Agar Puskesmas dapat menjalankan fungsinya secara optimal
diperlukan adanya pengelolaan organisasi puskesmas secara baik
yang meliputi kinerja pelayanan, proses pelayanan, serta sumber daya
yang digunakan. Hal ini perlu dilakukan dalam rangka upaya
peningkatan mutu, manajemen risiko dan keselamatan pasien di
puskesmas serta menjawab kebutuhan masyarakat akan pelayanan
kesehatan yang aman dan bermutu. Agar Puskesmas dapat
menjalankan fungsinya secara optimal diperlukan adanya pengelolaan
organisasi puskesmas secara baik yang meliputi kinerja pelayanan,
proses pelayanan, serta sumber daya yang digunakan. Hal ini perlu
dilakukan dalam rangka upaya peningkatan mutu, manajemen risiko
dan keselamatan pasien di puskesmas serta menjawab kebutuhan
masyarakat akan pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu.
4) Pendampingan pasca akreditasi
Puskesmas yang telah diakreditasi perlu dilakukan pendampingan
untuk menjaga kwalitas manajemen dan layanan puskesmas, sehingga
bisa terjaga kontinyuitasnya tidak mengalami menurunan kualitas dan
kemunduran layanan, sejumlah puskesmas yang telah diakreditasi dan
RENJA Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 44
dilakukan pendampingan tahun 2018 telah mencapai 100 %, diatas dari
yang direncanakan pada tahun 2018 bisa mencapai 90 %.
5) Persentase puskesmas sesuai standar Permenkes No 75 Th 2014
Sesuai standar Permenkes No 75 Th 2014, Puskesmas harus
didirikan pada setiap kecamatan, dengan pertimbangan kebutuhan
pelayanan, jumlah penduduk dan aksesibilitas, maka puskesmas dapat
didirikan lebih dari satu disetiap kecamatan serta pendirian puskesmas
harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, peralatan
kesehatan, ketenagaan, kefarmasian dan laboratorium.
Puskesmas juga harus memperhatikan ketentuan teknis
pembangunan bangunan gedung negara. Bangunan Puskesmas harus
memenuhi persyaratan yang meliputi:
(1) Persyaratan administratif, persyaratan keselamatan dan kesehatan
kerja, serta persyaratan teknis bangunan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
(2) Bersifat permanen dan terpisah dengan bangunan lain
(3) Menyediakan fungsi keamanan, kenyamanan, perlindungan
keselamatan dan kesehatan serta kemudahan dalam memberi
pelayanan bagi semua orang termasuk yang berkebutuhan khusus,
anak-anak dan lanjut usia.
Prasarana yang perlu ada dalam mendirikan puskesmas
sedikitnya harus memliki sistem penghawaan (ventilasi), sistem
pencahayaan, sistem sanitasi, sistem kelistrikan, sistem komunikasi,
sistem gas medic, sistem proteksi petir, sistem proteksi kebakaran,
sistem pengendalian kebisingan, sistem transportasi vertikal untuk
bangunan lebih dari 1 (satu) Lantai, kendaraan Puskesmas keliling dan
kendaraan ambulans.
Sumber daya manusia Puskesmas terdiri atas Tenaga Kesehatan
dan tenaga non kesehatan diantaranya dokter atau dokter layanan
primer; dokter gigi; perawat; bidan; tenaga kesehatan masyarakat;
tenaga kesehatan lingkungan; ahli teknologi laboratorium medik; tenaga
gizi; dan tenaga kefarmasian. Tenaga Kesehatan di Puskesmas harus
bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan, standar
prosedur operasional, etika profesi, menghormati hak pasien, serta
mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien dengan
memperhatikan keselamatan dan kesehatan dirinya dalam bekerja

RENJA Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 45


Kota Semarang memili 37 unit puskesmas, dan yang telah
memenuhi syarat dan ketentuan sesuai Permenkes No 75 Th 2014
pada tahun 2018 ada sebanyak 32 unit, yang rencana pada tahun 2018
ditarget sebanyak 20 unit.
6) Persentase puskesmas perspektif gender
Pengarus Utamaan Gender (PUG) perlu terintegrasi pada setiap
program yang terpilah antara kepentingan dan kebutuhan berdasarkan
jenis kelamin guna dapat meningkatkan kedudukan, peran, dan kualitas
perempuan, serta upaya mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender
dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, dipandang sesuai Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000
tentang Pengarus Utamaan Gender dalam pembangunan Nasional. Di
Kota Semarang Puskesmas yang dalam kegiatan layanannnya sudah
melakukan dengan mengintegrasikan dengan PUG tahun 2018 ada
sebanyak 51,00 %, dari yang ditargetkan pada tahun 2018 sebesar
50,00 %.
7) Pengembangan puskesmas perspektif gender
Demikian halnya dengan pengembangan puskesmas sudah
harus terintegrasi dengan pengarus utamaan gender, mengikuti
instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000, pengembangan Puskesmas yang
sudah dilakukan dengan mengintegrasikan kepentingan PUG ini pada
tahun 2018 telah mencapai 54,05 % dari yang direncanakan tahun
2018 bertambah sebanyak 20 %.

4. Meningkatnya Sumber Daya dan Informasi Kesehatan

Tabel. 2.7.
Indikator Kinerja Pada Sasaran Strategis
Meningkatnya Sumber Daya dan Informasi Kesehatan
Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2018
TARGET REALISASI
No INDIKATOR KINERJA SATUAN
2018 2018
Jumlah rumah sakit
1. Unit 10 10
terkoneksi
Database pelayanan
2. Data 5 5
kesehatan terpadu
Persentase ketersediaan
data/informasi bidang
3. % 85 85
kesehatan akurat dan tepat
waktu (profil)

RENJA Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 46


TARGET REALISASI
No INDIKATOR KINERJA SATUAN
2018 2018
Persentase puskesmas
yang mengisi data/informasi
4. % 100 100
yang lengkap dan valid
bank data kesehatan
Pengembangan sistem
5. Buah 4 4
informasi kesehatan
Persentase permasalahan
6. sistem informasi kesehatan % 90 90
yang selesai ditangani
Jumlah masyarakat yang
7. pengunjung 4000 167.626
mendapatkan informasi
Persentase tenaga
8. % 96
kesehatan yang memiliki ijin
Rehabilitasi puskesmas /
9. laboratorium kesehatan dan Paket 17 17
instalasi farmasi
Rehabilitasi puskesmas /
10. Unit 3 3
Pustu
Pengadaan srana
11. Paket 3
prasarana puskesmas
12. Pembangunan gedung DKK Unit 0
13. Diklat tehnis fungsional Orang 80
Ketersediaan tenaga medis
14. Orang 934
/ tenaga kesehatan
Pelayanan ijin belajar
15. Orang 30
pendidikan formal
Persentase tenaga medis
16. % 93
spesialitik yang memiliki ijin
Cakupan pelayanan
17. % 100
administrasi perkantoran
Cakupan pelayanan sarana
18. % 100
dan prasarana aparatur
Cakupan peningkatan
19. kapasitas sumber daya % 100
aparatur
Tertib pelaporan capaian
20. % 100
kinerja dan keuangan
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2018

B. Analisis Kinerja Pelayanan Dinas Kesehatan tahun 2018

Pemerintah Kota Semarang melalui Dinas Kesehatan berupaya untuk


meningkatkan derajat kesehatan masyrakat sesuai dengan tujuan pembangunan
yaitu meningkatkan produktifitas dan dalam mencapai kesejahteraan
masyarakat. Untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, pemerintah
melakukan berbagai program baik yang bersifat promotif,preventif maupun
kuratif antara lain melalui pendidikan kesehatan,imunisasi,pemberantasan
penyakit menular, penyediaan air bersih dan sanitasi,dan pelayanan kesehatan.
RENJA Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 47
Pemerintah memprioritaskan pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh
masyarakat umum, dengan perhatian khusus kepada warga miskin.
Penelaahan Usulan Program dan Kegiatan Masyarakat. Berdasarkan visi, misi,
tujuan dan sasaran maka disusunlah program dan kegiatan Dinas Kesehatan
Kota Semarang untuk kurun waktu 2018, yaitu sebagai berikut;
1. Obat dan Perbekalan Kesehatan
a. Pengadaan Obat & Perbekalan Kesehatan
b. Peningkatan Mutu Pelayanan Farmasi Komunitas & RS
c. Peningkatan Mutu Penggunaan Obat & Perbekalan Kesehatan
d. Monitoring, Evaluasi & Pelaporan
e. Pengadaan Alat Laboratorium/Kesehatan
f. Pengawasan terhadap Penggunaan Obat & Bahan Berbahaya
g. Pengelolaan & Distribusi Obat
2. Upaya Kesehatan Masyarakat
a. Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin di Puskesmas & Jaringannya
b. Pemeliharaan & Pemulihan Kesehatan
c. Revitalisasi Sistem Kesehatan
d. Peningkatan Pelayanan & Penanggulangan Masalah Kesehatan
e. Desiminasi Informasi & Sosialisasi Kesehatan
f. Penyediaan Dana untuk Kegiatan Puskesmas
g. Penyediaan Dana untuk Kegiatan Laboratorium Kesehatan
3. Promosi Kesehatan & Pemberdayaan Masyarakat
a. Pengembangan Media Promosi & Informasi Sadar Hidup Sehat
b. Penyuluhan Masyarakat Pola Hidup Sehat
c. Peningkatan Pendidikan Tenaga Penyuluh Kesehatan
d. Monitoring, Evaluasi & Pelaporan
e. Peningkatan Pelayanan Kesehatan di Posyandu
4. Perbaikan Gizi Masyarakat
a. Penyusunan Peta Informasi Masyarakat Kurang Gizi
b. Pemberian Tambahan Makanan & Vitamin
c. Penanggulangan Kurang Energi Protein, Anemi, Gangguan Akibat
Kurang Iodium
d. Pemberdayaan Masyarakat untuk Pencapaian Keluarga Sadar Gizi
e. Monitoring, Evaluasi & Pelaporan
5. Pengembangan Lingkungan Sehat
a. Penyuluhan Menciptakan Lingkungan Sehat
b. Sosialisasi Kebijakan Lingkungan Sehat
RENJA Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 48
c. Pengendalian Vektor Lalat
d. Pengawasan Kualitas Air
6. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular
a. Penyemprotan/fogging Sarang Nyamuk
b. Pelayanan Vaksinasi bagi Balita & Anak Sekolah
c. Pelayanan Pencegahan & Penanggulangan Penyakit Menular
d. Pencegahan Penularan Penyakit Endemik/epidemic
e. Peningkatan Imunisasi
f. Peningkatan Surveilans Epid & Penanggulangan Wabah
g. Peningkatan Komunikasi, Informasi, Edukasi Pencegahan
Pemberantasan Penyakit
h. Monitoring, Evaluasi & Pelaporan
7. Standarisasi Pelayanan Kesehatan
a. Penyusunan Standar Kesehatan
b. Evaluasi Pengembangan Standar Pelayanan Kesehatan
c. Pembangunan & Pemutakhiran Data Dasar Standar Pelayanan
Kesehatan
d. Penyusunan Naskah Akademis Standar Pelayanan Kesehatan
e. Penyusunan Standar Analisis Belanja Pelayanan Kesehatan
f. Monitoring, Evaluasi & Pelaporan
8. Peningkatan Perbaikan Sarana Prasarana Puskesmas
a. Pembangunan puskesmas pembantu
b. Pengadaan sarana prasarana puskesmas
c. Peningkatan puskesmas menjadi rawat inap
d. Rehab Sedang/Berat Puskesmas pembantu
e. Rehab Sedang/berat Puskesmas
9. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak Balita
a. Pelatihan Pendidikan Perawatan Anak Balita
b. Monitoring, Evaluasi & Pelaporan
c. Pelatihan Konselor Sebaya Siswa Sekolah
d. Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Remaja
10. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia
a. Pelayanan Pemeliharaan Kesehatan
b. Pendidikan Pelatihan Perawatan Kesehatan
c. Monitoring, Evaluasi, Pelaporan
11. Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan
a. Stimulan Papsmear
RENJA Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 49
b. Pembentukan Puskesmas Pelayanaan Kesehatan Reproduksi Esensial
c. Pertemuan Konsultasi Ahli
12. Informasi Kesehatan
a. Manajemen informasi kesehatan.
13. Pengawasan dan Pengendalian Kesehatan Makanan
a. Pengawasan dan Pengendalian keamanan dan kesehatan makanan
hasil produksi rumah tangga.

Disamping dirumuskan berbagai program utama seperti diatas, terdapat


pula program penunjang yang membantu pencapaian berbagai sasaran
pembangunan. Program penunjang ini sebelum diberlakukannya Permendagri
59/2007 banyak dikenal sebagai kegiatan rutin bagi operasionalisasi sehari-hari
organisasi. Adapun program penunjang adalah sebagai berikut :
1. Pelayanan Administrasi Perkantoran
a. Penyediaan jasa surat menyurat
b. Penyediaan jasa komunikasi sumber daya air, listrik
c. Penyediaan jasa peralatan perlengkapan
d. Penyediaan jasa administrasi keuangan
e. Penyediaan jasa kebersihan kantor
f. Penyediaan alat tulis kantor
g. Penyediaan barang cetakan penggandan
h. Penyediaan komponen listrik
i. Penyediaan bhn bacaan & peraturan
j. Penyediaan makanan minuman
k. Rakor & konsultasi luar daerah
l. Rakor & konsultasi dalam daerah
m. Penyelesaian pengelolaan administrasi
2. Peningkatan Sarana Prasarana Aparatur
a. Pengadaan perlengkapan gedung
b. Pengadaan peralatan gedung
c. Pengadaan mebelair
d. Pemelihraan rutin/berkala gedung
e. Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas
f. Pemeliharaan rutin/berkala perlengkapan gedung
g. Pemeliharaan rutin/berkala peralatan gedung
h. Pemeliharaan rutin/berkala mebelair
3. Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
RENJA Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 50
a. Pendidikan pelatihan formal
b. Sosialisasi peraturan
c. Kegiatan rapat, koord bintek & penyuluhan
4. Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja Keuangan
a. Penyusunan laporan capaian realisasi kinerja SKPD
b. Penyusunn laporan keuangan semester
c. Penyusunan laporan prognosis realisasi anggaran

RENJA Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 51


BAB III
TUJUAN, SASARAN PROGRAM & KEGIATAN

A. Telaahan terhadap kebijakan Nasional dan Provinsi


Dengan adanya kesepakatan pembangunan global tentang Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) Tahun 2015 – 2030 menggantikan Tujuan
Pembangunan Millennium (MDGs) 2000 – 2015, maka disepakati Tujuan SDGs berisi
17 tujuan dan 169 sasaran pembangunan yang diharapkan dapat menjawab
ketertinggalan pembangunan negara-negara di seluruh dunia, baik di negara maju
dan negara berkembang, dan dari 17 tujuan ini terdapat empat tujuan, 19 target dan
31 Indikator untuk sektor kesehatan, dan dari keempat tujuan masing-masing terdapat
pada program gizi masyarakat, program sistem kesehatan nasional, program akses
kesehatan reproduksi dan keluarga berencana dan program sanitasi dan air bersih.
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) Tahun 2015 – 2030 sektor
kesehatan di Kota Semarang ditetapkan sebanyak 30 indikator SDGs, sebagaimana
disajikan pada tabel 3.1. berikut;

Tabel 3.1.
Indikator SDGs Sektor Kesehatan Di Kota Semarang
Tahun 2015 – 2030
Capaian
No Indikator SDGs Tujuan Capaian Indikator
Tahun 2019
1. Jumlah Kasus Filariasis Agar dapat tad
mempertahankan status
Kota Semarang sebagai
bukan daerah endemis
filariasis
2. Angka keberhasilan Dapat mencapai 99 %
pengobatan TB+ keberhasilan pengobatan
sebesar 90%
3. Cakupan pelayanan kesehatan Meningkatkan pelayanan TB 101,74 %
orang dengan TB menjadi 70% dari estimasi
4. Prevalensi Tuberculosis (TB) Menurunkan hingga menjadi 338/100.00
per 100.000 penduduk 317 per 100.000 penduduk pddk
5. Kelurahan UCI (IKD) Meningkatkan cakupan UCI 100 %
menjadi 95%
6. Persentase keluarga yang Dapat mengurangi keluarga Tad
memiliki anggota merokok di yang memiliki anggoata
dalam rumah keluarga merokok didalam
rumah
7. Cakupan Pelayanan kesehatan Dapat menurunkan 97,51 %
pada penderita hipertensi penderita hipertensi menjadi
24,3%
8. Prevalensi/ Prosentase Menurunkan prevalensi Tad
obesitas pada penduduk usia obesitas penduduk usia 18+
18+ tahun (persen) tahun

Renja Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 58


Capaian
No Indikator SDGs Tujuan Capaian Indikator
Tahun 2019
9. Cakupan Pelayanan kesehatan Meningkatkan cakupan 100 %
orang dengan gangguan jiwa pelayanan kesehatan
berat gangguan jiwa menjadi 280
10. Proporsi kematian akibat Menurunkan kejadian 0%
keracunan kematian akibat keracunan
11. Persentase persalinan di Meningkatkan persalinan di 100%
fasilitas pelayanan kesehatan fasilitas pelayanan
(PF) kesehatan menjadi 85 %
12. Pertolongan persalinan oleh Meningkatkan pertolongan 100%
tenaga kesehatan (IKD) persalinan oleh tenaga
kesehatan menjadi 95%
13. Jumlah Kasus kematian ibu per Menurun kasus kematian ibu 18/100.00
100.000 kelahiran hidup menjadi 306 per 100.000 lahir hidup
kelahiran hidup
14. Angka kematian ibu per Menurunkan angka 88,28/100.000
100.000 kelahiran hidup kematian ibu menjadi 306 lahir hidup
dari 100.000 kelahiran hidup
15. Persentase persalinan di Meningkatkan jumlah 100%
fasilitas pelayanan kesehatan persalinan di fasilitas
(PF) pelayanan kesehatan
menjadi 85 %
16. Angka Kematian Balita (AKBa) Menurunkan angka 7,29/1000
per 1000 kelahiran hidup. kematian balita menjadi 8 lahir hidup
per 1000 kelahiran hidup
17. Cakupan Pelayanan Meningkatkan cakupan 99,98 %
kesehatan bayi baru lahir (IKD) pelayanan kesehatan bayi
baru lahir
18. Angka Kematian Neonatal Menurunkan angka 5,76%
(AKN) per 1000 kelahiran kematian neonatal
hidup
19. Angka Kematian Bayi (AKB) Menurunkan angka 7,56%
per 1000 kelahiran hidup. kematian bayi menjadi 24
per 1000 kelahiran hidup
20. Cakupan penduduk yang Mencapai cakupan 100 %
memiliki jaminan pemeliharaan penduduk yang memiliki
kesehatan jaminan pemeliharaan
kesehatan menjadi minimal
95%
21. Proporsi Pelayanan Mencapai pelayanan 89,19 %
kefarmasian di puskesmas kefarmasian sesuai standar
sesuai Standar diseluruh Puskesmas
22. Persentase penggunaan obat Meningkatkan penggunaan 87 %
rasional di Puskesmas obat rasional diseluruh
Puskesmas
23. Persentase rumah tangga Meningkatkan rumah tangga 100%
bersanitasi bersanitasi menjadi 100%
24. Persentase Kelurahan yang Meningkatkan jumlah 100 %
melaksanakan Sanitasi Total kelurahan yang telah
Berbasis Masyarakat (STBM) melaksanakan Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat
(STBM)
25. Persentase desa/kelurahan Meningkatkan jumlah kelurahan 95%
yang Open Defecation Free ODF/SBS (Stop Buang Air
(ODF)/ Stop Buang Air Besar Besar Sembarangan)

Renja Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 59


Sembarangan (SBS)
26. Persentase puskesmas yang Meningkatkan jumlah 100%
memiliki tenaga kesehatan puskesmas yang memiliki
sesuai permenkes 75/ 2014 tenaga kesehatan sesuai
permenkes 75/ 2014
27. Prevalensi balita gizi buruk Menurunkan prevalensi 0,33 %
(BB/U ) balita gizi buruk (BB/U)
menjadi 17%
28. % kasus stunting anak umur Menurunkan prosentase 2, 57 %
dibawah dua tahun (Baduta) kasus stunting anak umur
dibawah dua tahun
(Baduta)menjadi 28%
29. Pavelensi Ibu hamil anemia Menurunkan prevalensi Ibu 15, 05 %
hamil anemia menjadi 28%
30. Bayi usia kurang dari 6 bulan Meningkatkan bayi usia 69, 39 %
yang medapatkan ASI eksklusif kurang dari 6 bulan yang
medapatkan ASI eksklusif
menjadi 50%
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2019

Untuk menjamin tercapainya tujuan kesepakatan global pada SDgs ini maka
Kementerian Kesehatan telah menetapkan sasaran kegiatan secara Nasional yang
dapat mencakup seluruh kegiatan layanan dan program kesehatan yang dapat
menuju ke pencapaian sasaran SDGs, untuk itu telah ditetapkan Perjanjian Kinerja
Kemeterian Kesehatan Republik Indonesia seperti pada Tabel 3.2. berikut;

Tabel 3.2
Perjanjian Kinerja Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2019

No Sasaran Strategis Satuan Indikator Kinerja Target


1. Meningkatnya % 1. Persentase persalinan di 77
Kesehatan fasilitas kesehatan
Masyarakat % 2. Persentase ibu hamil 22,7
kurang energi kronik
% 3. Persentase 50
Kabpaten/Kota yang
memiliki Kebijakan
Prilaku Hidup Sehat dan
Bersih
% 4. Persentase 25
Kabupaten/Kota yang
memenuhi kualitas
kesehatan lingkungan
2. Meningkatnya % 1. Persentase penurunanan 10
Pengendalian Kasus Penyakit yang
Penyakit dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I) tertentu
% 2. Persentase 46
Kabupaten/Kota yang
mempunyai kebijakan
kesiapsiagaan dalam
penanggulangan

Renja Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 60


No Sasaran Strategis Satuan Indikator Kinerja Target
kedaruratan kesehatan
masyarakat yang
berpoetnsi wabah
% 3. Persentase penurunan 6,4
prevalensi merokok pada
usia < 18 Tahun
3. Meningkatnya Puskemas 1. Jumlah kecamatan 700
akases dan mutu memiliki minimal satu
fasilitas pelayanan Puskesmas yang
kesehatan terakreditasi
RS 2. Jumlah Kabupaten/Kota 190
yang memiliki minimal
satu RSUD yang
terakreditasi
4. Meningkatnya akses % 1. Persentase ketersediaan 80
kemandirian , dan obat dan vaksin di
mutu sediaan Puskesmas
farmasi dan alat Jenis 2. Jumlah bahan baku obat 14
kesehatan dan obat tradisional serta
alat kesehatan yang
diproduksi di dalam
negeri
% 3. Persentase produk alat 77
kesehatan dan PKRT di
peredaran yang
memenuhi syarat
5. Meningkatnya Puskesmas 1. Jumlah Puskesmas yang 2000
jumlah, Jenis, minimal memiliki lima
Kualitas dan jenis tenaga kesehatan
Pemerataan Tenaga % 2. Persentase RS 35
Kesehatan Kabupaten/Kota Kelas C
yang memiliki empat
dokter spesialis dasar dan
tiga dokter spesialis
penunjang
Orang 3. Jumlah SDM Kesehatan 21.510
yang ditingkatkan
kompetensinya
(Kumulatif)
6. Meningkatnya % 1. Jumlah Kementerian lain 40
sinergitas antar yang mendukung
Kementerian/ pembangunan kesehatan
Lembaga % 2. Persentase 45
Kabupaten/Kota yang
mendapat predikat baik
dalam pelaksanaan SPM
7. Meningkatnya daya Perusahaan 1. Jumlah dunia usaha yang 8
guna kemitraan memanfaatkan CSR
dalam dan luar untuk program kesehatan
negeri Ormas 2. Jumlah organisasi 6
kemasyarakatan yang
memanfaatkan sumber
daya-nya untuk
mendukung kesehatan

Renja Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 61


No Sasaran Strategis Satuan Indikator Kinerja Target
MoU 3. Jumlah kesepatan 9
kerjasama luar negeri
dibidang kesehatan yang
diimplementasikan
8. Meningkatnya Provinsi 1. Jumlah provinsi yang 16
integrasi memiliki rencana lima
perencanaan. tahun dan anggaran
bimbingan tehnis kesehatan terintegrasi dari
dan pemantauan berbagai sumber
evaluasi Rekomenda 2. Jumlah rekomendasi 34
si evaluasi terpadu
9. Meningkatnya Judul 1. Jumlah hasil penelitian 8
efektivitas penelitian yang didaftarkan HKI
dan pengembangan Rekomenda 2. Jumlah rekomendasi dan 24
kesehatan si kebijakan berbasis
penelitian dan
pengembangan
kesehatan yang
diadvokasikan ke
pengelola program
kesehatan dan atau
pemangku kepentingan
Laporan 3. Jumlah laporan Riset 3
Kesehatan Nasional
(Riskesnas) dibidang
kesehatan dan gizi
masyarakat
10. Meningkatnya tata % Persentase satuan kerja yang 91
kelola dilakukan audit memiliki
kepemerintahan temuan kerugian Negara < 1
yang baik dan bersih %
11. Meningkatnya % 1. Persentase Pejabat 70
kompetensi dan structural di lingkungan
kinerja aparatur Kementerian Kesehatan
Kementerian yang kompetensinya
Kesehatan sesuai persyaratan
jabatan
% 2. Persentase pegawai 85
Kementerian Kesehatan
dengan nilai kinerja
minimal Baik
12. Meningkatnya % 1. Persentase 40
sistem informasi Kabupaten/Kota yang
kesehatan integrase melaporkan data
kesehatan prioritas
secara lengkap dan tepat
waktu
% 2. Persentase tersedianya 20
jaringan komunikasi data
yang diperlukan untuk
akses pelayanan e-health
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2019

Renja Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 62


Demikian pula kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, untuk
menindaklanjuti tujuan SDGs dan Kebijakan Kementerian Kesehatan dan
berpedoman pada Visi dan Misi Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah, maka
ditetapkan program kegiatan Pembangunan Bidang Kesehatan yang mengacu pada
Visi dan Misi Dinas Kesehatan, maka Tahun 2019 ini ditetapkan program kegiatan
sebagai strategi pembangunan sektor kesehatan seperti berikut;
1. Upaya peningkatan kesehatan ibu, bayi dan anak, melalui upaya;
a. Penyelenggaraan pelayanan KIA
b. Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KIA
c. Peningkatan upaya pebaikan gizi keluarga
2. Pengendalian penyakit menular dan tidak menular, melalui upaya;
a. Manajemen P2 berbasis wilayah
b. Optimalisasi penemuan kasus
c. Penguatan tatalaksana kasus
d. Peningkatatan kualitas SDM
e. Penguatan sistem informasi dan recording & reporting (R/R)
f. Pengendalian logistik dan perbekalan kesehatan
g. Pengendalian faktor risioko Penyakit Tidak Menular (PTM)
h. Pelaksanaan penanggulangan KLB dan bencana atau krisi kesehatan
i. Pelaksanaan program imunisasi
3. Peningkatan koordinasi pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang memenuhi
standar, melalui upaya;
a. Fasilitasi puskesmas PONED;
b. Fasilitasi pembinaan akreditasi puskesmas (Program dasar dan
pengembangan);
c. Pendampingan TPKJM;
d. Peningkatan pelayanan kesehatan wanita pekerja (WUS dan Bumil) bagi
perusahaan/tempat kerja;
e. Penerapan standar pelayanan fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes)
rujukan;
f. Standarisasi PONEK Rumah Sakit;
g. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan rujukan;
h. Pengembangan sistem informasi dalam pelaporan RS;
i. Pelayanan kesehatan komunitas.
4. Peningkatan kuantitas dan kualitas pemukiman, tempat-tempat umum dan tempat
pengolahan makanan melalui upaya;
a. Pengawasan kualitas air dan sanitasi dasar
b. Pengawasan Hygiene Sanitasi (HS), TTU dan TPM

Renja Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 63


5. Peningkatan mutu sediaan farmasi, makanan minuman, alat kesehatan dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT);
6. Mewujudkan SDM Kesehatan yang berdaya saing
7. Mewujudkan peran serta masyarakat dan pemangku kepentingan dalam
pembangunan kesehatan
8. Melaksanakan pelayanan publik yang bermutu

B. Kebijakan Kegiatan Program Kesehatan Tahun 2020


Dengan mempertimbangkan kebijakan global, nasional dan provinsi, maka
sesuai dengan visi dan misi Walikota dan Wakil Walikota Semarang, Dinas Kesehatan
Kota Semarang menyelenggarakan kegiatan program pembangunan sektor
kesehatan yang mengacu pada stratgei pembangunan kesehatan, maka berdasarkan
visi dan misi Dinas Kesehatan Kota Semarang menyelenggarakan kegiatan program
kesehatan Tahun 2019, sebagaimana disajikan pada Tabel 3.3. berikut;

Tabel 3.3.
Tujuan,Sasaran Program Dan Kegiatan
Program Pembangunan Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020
No Program Kegiatan Tujuan Sasaran
1. Program pelayanan Memenuhi kebutuhan Cakupan
administrasi Pelayanan Administrasi Pelayanan
perkantoran Perkantoran Administrasi
Perkantoran
2. Program peningkatan Memenuhi kebutuhan Cakupan
sarana dan prasarana pelayanan sarana dan Pelayanan Sarana
aparatur prasarana aparatur dan Prasarana
Aparatur
3. Program peningkatan Mendukung terjadinya Cakupan
kapasitas sumber daya peningkatan kapasitas sumber peningkatan
aparatur daya aparatur kapasitas sumber
daya aparatur
4. Program peningkatan Mewujudkan tertibnya Tertib pelaporan
pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan capaian kinerja dan
pelaporan capaian keuangan keuangan
kinerja dan keuangan
5. Program obat dan Mendukung terjadinya Presentase
perbekalan kesehatan peningkatan penerapan penerapan
penggunaan obat rasional penggunaan obat
rasional
6. Program upaya Mendukung kelancaran Persentase
kesehatan masyarakat operasional Ambulan Hebat/ Response Time
Si Cepat sesuai SOP Unit Reaksi Cepat
Layanan
Kesehatan
(Ambulan Hebat/ Si
Cepat) sesuai SOP
7. Program promosi Mendunkung upaya Prosentase
kesehatan dan peningkatan promosi promosi kesehatan

Renja Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 64


No Program Kegiatan Tujuan Sasaran
pemberdayaan kesehatan melalui media melalui media
masyarakat
8. Program perbaikan gizi Mendukung upaya Prosentase
masyarakat pencegahan terjadinya prevalensi balita
masalah gizi kurang pada gizi kurang
balita
9. Program Mendukung upaya pencapaian Angka bebas jentik
pengembangan angka bebas jentik (ABJ) (ABJ)
lingkungan sehat dilingkungan hidup
masyarakat
10. Program standarisasi Mendukung upaya Persentase
pelayanan kesehatan peningkatan jumlah Puskesmas yang
Puskesmas yang telah telah terakreditasi
terakreditasi
11. Program pelayanan Mengupayakan tercakupnya Cakupan
kesehatan penduduk seluruh masyarakat miskin masyarakat miskin
miskin yang terlayani jaminan yang terlayani
kesehatan jaminan kesehatan
12. Program pengadaan, Meningkatkan jumlah Persentase
peningkatan dan puskesmas dengan prespektif puskesmas
perbaikan sarana dan gender prespektif Gender
prasarana puskesmas /
puskesmas pembantu
dan jaringannya
13. Program peningkatan Mendukung upaya penurunan Angka kematian
pelayanan kesehatan angka kematian balita (Akaba) balita (akaba)
anak balita
14. Program peningkatan Mendukung terlaksananya Kelompok usia
pelayanan kesehatan pelayanan kesehatan pada lanjut aktif
lansia kelompok usia lanjut aktif
15. Program pengawasan Meningkatkan jumlah Industri Persentase Industri
dan pengendalian Rumah Tangga pangan yang Rumah Tangga
kesehatan makanan menerapkan CPP BIRT pangan yang
menerapkan CPP
BIRT
16. Program peningkatan Mendukung upaya penekanan Jumlah kematian
keselamatan ibu angka kematian ibu maternal ibu maternal
melahirkan dan anak
17. Program informasi Meningkatkan jumlah Rumah Jumlah Rumah
kesehatan Sakit yang terkoneksi Sakit yang
terkoneksi
18. Program peningkatan Meningkatkan kinerja layanan Persentase nilai
pelayanan BLU kesehatan melalaui sistem kinerja blud
BLUD puskesmas puskesmas
19. Program pencegahan Mendukung upaya Angka keberhasilan
dan penanggulangan peningkatan keberhasilan pengobatan TB+
penyakit menular / tidak pengobatan TB+
menular
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2019

Renja Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 65


BAB IV
PROGRAM DAN KEGIATAN

Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No 32 Tahun 2017 Tentang


Penyusunan Rencana Kerja Daerah Tahun 2017, maka disusunlah Program dan Kegiatan
Utama Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 yang menjadi acuan Pencapaian
Sasaran Pembangunan Bidang Kesehatan di Kota Semarang, dengan program kegiatan
terdiri dari;
1. Program pelayanan administrasi perkantoran
a. Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik
b. Penyediaan jasa kebersihan kantor
c. Penyediaan alat tulis kantor
d. Penyediaan barang cetakan dan penggandaan
e. Penyediaan komponen instalasi listrik / penerangan bangunan kantor
f. Penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundang-undangan
g. Penyediaan makanan dan minuman
h. Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi ke luar daerah
i. Penyelesaian pengelolaan administrasi kepegawaian
j. Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi dalam daerah
k. Belanja Jasa Penunjang Administrasi Perkantoran
2. Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur
a. Pengadaan perlengkapan gedung kantor
b. Pengadaan peralatan gedung kantor
c. Pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor
d. Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas / operasional
e. Pemeliharaan rutin/berkala perlengkapan gedung kantor
f. Pemeliharaan rutin/berkala peralatan gedung kantor
g. Sewa Gedung/Kantor
3. Program peningkatan disiplin aparatur
4. Program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur
a. Pendidikan dan pelatihan formal
b. Penilaian Tenaga Kesehatan Teladan
5. Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan
keuangan
a. Penunjang kinerja pa, ppk, bendahara dan pembantu
b. Penyusunan LKPJ SKPD
c. Penyusunan LAKIP

Renja Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 58


d. Penyusunan pelaporan keuangan akhir tahun
e. Penyusunan pelaporan keuangan semesteran
f. Penyusunan pelaporan prognosis realisasi anggaran
g. Penyusunan renja SKPD
h. Penyusunan renstra SKPD
i. Penyusunan RKA Perubahan & DPA Perubahan
j. Penyusunan RKA SKPD dan DPA SKPD
6. Program obat dan perbekalan kesehatan
a. Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan
b. Peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan rumah sakit
c. Pengadaan alat alat kesehatan
7. Program upaya kesehatan masyarakat
a. Revitalisasi sistem kesehatan
b. Peningkatan pelayanan dan penanggulangan masalah kesehatan
c. Peningkatan pelayanan dan penanggulangan masalah kesehatan
d. Penyediaan dana kegiatan Puskesmas Poncol
e. Penyediaan dana kegiatan Puskesmas Miroto
f. Penyediaan dana kegiatan Puskesmas Bululor
g. Penyediaan dana kegiatan Puskesmas Halmahera
h. Penyediaan dana kegiatan Puskesmas Bugangan
i. Penyediaan dana kegiatan Puskesmas Karangdoro
j. Penyediaan dana kegiatan Puskesmas Pandanaran
k. Penyediaan dana kegiatan Puskesmas Lamper Tengah
l. Penyediaan dana kegiatan Puskesmas Karang Ayu
m. Penyediaan dana kegiatan Puskesmas Lebdosari
8. Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur
a. Pengadaan perlengkapan gedung kantor
b. Pengadaan peralatan gedung kantor
c. Pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor
d. Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas / operasional
e. Pemeliharaan rutin/berkala perlengkapan gedung kantor
f. Pemeliharaan rutin/berkala peralatan gedung kantor
g. Pemeliharaan rutin/berkala mebeluer
h. Sewa gedung/kantor
9. Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur | program peningkatan sarana
dan prasarana aparatur
10. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan
Tujuan :

Renja Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 59


­ menjamin ketersediaan dan keterjangkauan obat sesuai dengan kebutuhan medis
­ meningkatkan keamanan dan kemanfaatan penggunaan obat
­ mengamankan masyarakat dari penyalahgunaan obat dan NAPZA
Kegiatan dari program ini meliputi :
1. Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan
2. Peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan rumah sakit
3. Pengadaan alat-alat kesehatan
11. Program Informasi Kesehatan
Tujuan : mengembangkan sistem informasi kesehatan guna mewujudkan suatu
sistem informasi kesehatan yang komprehensif berhasil guna dan berdaya guna
dalam mendukung pembangunan kesehatan. Dengan kegiatan dari program ini
meliputi; Manajemen informasi Kesehatan

Renja Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 60


BAB V
PENUTUP

Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, maka rencana kerja Dinas Kesehatan
Kota Semarang tahun 2020 dapat disusun.
Rencana kerja Dinas Kesehatan Kota Semarang ini diharapkan dapat dipakai
sebagai acuan dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian upaya pembangunan
kesehatan oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang dalam tahun 2020. Rencana kerja ini
selanjutnya dipergunakan dalam acuan penyusunan rencana kerja operasional (POA)
berbagai kegiatan dan rencana anggaran Dinas Kesehatan Kota Semarang. Hasil
pencapaian berbagai indikator sasaran di dalam rencana kerja ini dapat diukur dan
dipergunakan sebagai bahan penyusunan laporan kinerja akhir tahun .
Untuk mencapai berbagai indikator sasaran pembangunan kesehatan yang telah
termuat di dalam renja ini dibutuhkan kontribusi, dukungan, kerjasama serta komitmen
yang kuat dari para pelaku pemangku kepentingan pembangunan kesehatan lainnya
(stake holder). Oleh karenanya renja ini perlu disosialisasikan kepada stake holder agar
dapat diwujudkan keserasian, sinkronisasi dan sinergisme pelaksanaan renja ini.
Meskipun dalam renja ini telah memperhatikan semua segi dan faktor yang terkait,
namun tidak tertutup kemungkinan masih ada kekurangannya mengingat perubahan
lingkungan baik eksternal maupun internal yang sangat cepat, kompleks dan tidak
menentu. Oleh karena itu selama kurun waktu berlakunya renja ini dapat dilakukan
berbagai upaya kajian dan bila perlu dilakukan penyesuaian dan penyempurnaan
seperlunya.
Keberhasilan pelaksanaan renja dapat dicapai melalui semangat, pengabdian dan
kerja keras dari kita semua. Tanpa itu semua masyarakat Kota Semarang yang sehat
yang kita cita-citakan bersama hanya akan menjadi impian semata. Dengan semangat
pengabdian yang tinggi dan kerja keras dari kita semua, Insya Allah masyarakat yang
sehat secara fisik, mental maupun sosial dapat kita capai bersama.
Kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan renja Dinas Kesehatan ini
diucapkan penghargaan yang setinggi-tingginya dan Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa
senantiasa memberikan petunjukNya dan memberikan kekuatan kepada kita semua
dalam melaksanakan tugas pembangunan kesehatan ini.

semarang, 2019
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang,

dr. MOCHAMAD ABDUL HAKAM, Sp, PD

Renja Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2020 58

Anda mungkin juga menyukai