1 2
Ekawati Mei Handayani , Atika Ulfah Jamal
1,2
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia
Jalan Kaliurang km 14,5, Sleman, Yogyakarta, Indonesia
E-mail: handayani.eka288@gmail.com
ABSTRAK
Perencanaan bangunan struktur bertingkat banyak di daerah rawan gempa harus memegang erat
konsep bangunan tahan gempa. Bangunan tahan gempa yang mampu menahan redaman getaran gempa
memiliki nilai periode struktur yang kecil. Nilai periode struktur bangunan berbanding terbalik terhadap
kekakuan struktur, sedangkan kekakuan struktur bangunan berbanding lurus terhadap momen inersia
bangunan. Maka perlu adanya penelitian untuk menganalisis pengaruh perletakan arah kolom terhadap
perilaku struktur di daerah rawan gempa. Perilaku struktur yang dimaksud yaitu periode struktur bangunan,
berat total bangunan, gaya geser dasar, simpangan antar lantai dan ketidakberaturan horizontal.
Pada penelitian ini terdapat 4 buah model bangunan. Model 1 menggunakan penampang kolom bujur
sangkar. Model 2 menggunakan penampang kolom persegi panjang ditempatkan memanjang pada arah X
sumbu global bangunan. Model 3 menggunakan penampang kolom persegi panjang ditempatkan
memanjang pada arah Y sumbu global bangunan. Model 4 menggunakan penampang kolom persegi
panjang ditempatkan pada arah X dan arah Y sumbu global bangunan. Analisis struktur menggunakan
program bantu ETABS V.13 dan analisis dinamika struktur menggunakan metode respon spektrum.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai periode struktur bangunan terkecil terjadi pada bangunan
model 4. Periode struktur bangunan model 1, 2, dan 3 lebih besar dari model 4, berturut-turut sebesar
1,3915%, 8,777%, dan 7,036%. Simpangan antar lantai terbesar terjadi pada model 2 arah X senilai 48,9
mm dan arah Y senilai 55,55 mm. Ketidakberaturan horizontal yang terjadi berupa torsi tipe 1b arah X pada
model 2 dan arah Y pada model 3.
ABSTRACT
Design of multi storeys structure building in earthquake-prone areas must hold the concept of earthquake
resistant buildings closely. Earthquake resistant buildings that are able to withstand earthquake vibration
attenuation have a small structural period value. The period value of building structure is inversely
proportional to the stiffness of the structure, while the stiffness of the building structure is directly proportional
to the moment of building inertia. Therefore, it is essential to concret a research for analyze the effect of
column direction placement on the behavior of structures in earthquake-prone areas. Structure of behavors
there are the value of period structure, total weight of structure, interstory drift and horizontal structural
irregularities.
In this study the building was modeled into 4 building. Model 1 used a cross section of a square column.
Model 2 used a rectangular column cross section placed lengthwise in the direction of the building's global X
axis. Model 3 used a rectangular column cross section placed lengthwise in the direction of the global axis of
the building. Model 4 used a rectangular column cross section placed in the direction of X and in the
direction of the global axis of the building. Structural analysis used the ETABS V.13 auxiliary program and
structural dynamics analysis using the spectrum response method.
The results showed that the value of the smallest buiding structure period occurred in model 4. The period of
building structure of models 1, 2, and 3 was greater than model 4, respectively 1.3915%, 8.777%, and 7.036%. The
largest intersection occurs at 2-way model X with value 48.9 mm and direction Y with value 55.55 mm.
Horizontal irregularities that occur is torsional irregularities type 1b in model 2 and direction Y in model 3.
1
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan
struktur mengalami deformasi horizontal atau adalah sama. Dimensi untuk balok, dan pelat
simpangan. adalah sama.
Salah satu elemen struktur yang harus Pada penelitian ini bangunan dibagi menjadi 4
diperhatikan dalam perencanaanya adalah kolom buah model bangunan. Model 1 menggunakan
penampang kolom bujur sangkar. Model 2
bangunan. Kolom berfungsi menerima seluruh menggunakan penampang kolom persegi panjang
beban dan meneruskannya ke pondasi. ditempatkan memanjang pada arah X sumbu
Berdasarkan jenis penampangnya kolom biasanya global bangunan. Model 3 menggunakan
terbagi menjadi 3, yaitu penampang kolom persegi penampang kolom persegi panjang ditempatkan
panjang, bujur sangkar, dan lingkaran. Perbedaan memanjang pada arah Y sumbu global bangunan.
bentuk penampang dapat memberikan pengaruh Model 4 menggunakan penampang kolom persegi
yang berbeda terhadap nilai momen inersia. panjang ditempatkan pada arah X dan arah Y
Momen inersia penampang berhubungan dengan sumbu global bangunan. Berikut adalah gambar-
simpangan, jika momen inersia penampang kecil gambar denah bangunan yang digunakan.
maka struktur akan kurang kaku dan simpangan
akan semakin besar (Ertanto, 2015). Menurut
Supit dkk. (2013), orientasi elemen struktur
merupakan faktor desain tentang penempatan
elemen struktur. Orientasi kolom terhadap salah
satu sumbu koordinat pada bangunan bertingkat
banyak sangat berpengaruh pada kekuatan
kolomnya.
Selain struktur kolom serta penempatannya,
dari hasil penyelidikan pasca-gempa telah
mengarahkan pengamatan bahwa bangunan
dengan konfigurasi tidak teratur lebih rentan
mengalami kerusakan dibanding dengan
bangunan yang memiliki konfigurasi bangunan
teratur (Elnashai, 2008). Struktur gedung dengan
ketidakberaturan contohnya bangunan dengan Gambar 1. Denah Bangunan Model 1
denah berbentuk L menjadi pilihan akibat
keterbatasan lahan di perkotaan (Meillia, 2016).
Dari uraian pada latar belakang di atas, maka
perlu adanya penelitian untuk menganalisis
pengaruh perletakan arah kolom terhadap perilaku
struktur di daerah rawan gempa. Perilaku struktur
yang dimaksud yaitu periode struktur, berat total
bangunan, gaya geser dasar, simpangan antar
lantai dan ketidakberaturan horizontal.
Tujuan dari penelitian ini yang ingin dicapai
adalah mengetahui pengaruh penempatan arah
kolom terhadap periode struktur bangunan, berat
total bangunan, gaya geser dasar, simpangan
antar lantai dan ketidakberaturan horizontal
bangunan akibat adanya beban gempa pada
Gambar 2. Denah Bangunan Model 2
bangunan irreguler L menggunakan kolom bujur
sangkar dan persegi panjang.
METODE
Mulai
Gambar 4. Denah Bangunan Model 4
Studi Literatur
Pada penelitian ini akan membandingkan
hasil data dari hasil analisis menggunakan
Preliminary Design
software ETABS V.13 berupa nilai periode struktur
bangunan, berat total bangunan, gaya geser
dasar, simpangan antar lantai, dan Memodelkan Struktur
Memodelkan Struktur
ketidakberaturan horizontal. Pembebanan struktur dengan Kolom Bujur dengan Kolom
direncanakan menggunakan acuan beban mati, Sangkar (Model 1) Persegi Panjang
beban hidup, dan beban gempa. Dalam
menentukan beban mati dan beban hidup dari
suatu gedung telah ditetapkan pada Peraturan Model 2 Model 2 Model
Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (PPIUG
1987). Beban gempa direncanakan sesuai dengan
pedoman dalam SNI 1726:2012. Digunakan Pembebanan Struktur
metode analisis dinamik, yaitu respon spektrum.
Analisis dibantu dengan menggunakan program
bantu, yaitu ETABS V.13. Analisis Struktur Menggunakan
Berdasarkan SNI 1726:2012, penentuan Software
simpangan antar lantai tingkat desain (Δ) harus
dihitung sebagai perbedaan defleksi pada pusat
massa di tingkat teratas dan terbawah yang
ditinjau. Defleksi pusat massa di tingkat x (δx)
(mm) harus ditentukan sesuai dengan rumus:
Kontrol Desain:
1.Simpangan
bangunan
......................................................... (1) dan Antar Lantai
2.Ketidakberaturan
Tidak
Horizontal
dimana:
= faktor amplifikasi defleksi dalam ,
= defleksi pada lokasi yang disyaratkan pada
pasal ini yang ditentukan dengan analisis Ya
elastis, Hasil Penelitian
= faktor keutamaan gempa yang ditentukan
sesuai dengan Pasal 4.1.2 (SNI 03-1726
Pembahasan Hasil Penelitian
2012)
Besar simpangan antar lantai tidak boleh
melebihi simpangan antar lantai ijin sesuai dengan Kesimpulan
Pasal 7.12.1, Tabel 16 pada SNI 03-1726-2012.
Pengaruh simpangan yang dihasilkan dapat
digunakan untuk menghitung perilaku struktur Selesai
terhadap ketidakberaturan horizontal, salah
satunya ialah ketidakberaturan torsional. Gambar 5. Bagan Alir Pelaksanaan Penelitian
Ketidakberaturan horizontal terbagi menjadi 5 yaitu
3
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan
1,51
Ya
Kombinasi Pembebanan
1,46
Model Bangunan
Analisis Struktur ETABS V.13 Gambar 7. Periode Struktur Bangunan
......................................................... (2)
Ya
√ ....................................................... (3)
Selesai
sehingga mencari nilai inersia bangunan Gaya geser dinamik arah Y bangunan model
menggunakan alat bantu AUTOCAD. Hasil yang 2 lebih kecil 1,92 %, dari model 1, model 3 lebih
diperoleh nilai inersia arah y sebesar 1,2338 x kecil 1,92 % dari model 1, dan model 4 lebih besar
17 17
10 mm dan arah X sebesar 2,1393 x 10 mm. 8,16 % dari model 1.
Pada bangunan model 4 kolom ditempatkan
memanjang arah X untuk bentang yang Tabel 5. Gaya Geser Dasar Statik
memanjang arah Y dan penempatan kolom Model Gaya Geser Dasar Statik
memanjang arah Y untuk bentang yang Bangunan FX (kN) FY (kN)
memanjang arah X. Hal tersebut diharapkan agar
Model 1 6042,448 6042,448
bangunan model 4 memiliki kekakuan yang dapat
menahan gaya gempa dari dua arah bangunan. Model 2 6038,607 6038,607
Diketahu nnilai momen inersia kolom pada Model 3 6038,716 6038,716
masing-masing model bangunan sebagai berikut. Model 4 6040,685 6040,685
Dari hasil perhitungan berat total bangunan Apabila digunakan CS2, maka dari Rumus 7
terbesar terjadi pada bangunan model 1 dan yang dapat dilihat semakin besar nilai periode (T), nilai
terkecil pada bangunan model 2. CS2 semakin kecil. Semakin kecil nilai CS2 akan
Periode dan berat total bangunan semakin kecil nilai V karena nilai V berbanding
mempengaruhi nilai gaya geser dasar. Gaya lurus dengan nilai Cs sesuai dengan persamaan 5.
geser dasar dinamik yang diperoleh dari analisis Namun, nilai gaya geser dasar berbanding terbalik
menggunakan program ETABS V.13 dapat dilihat terhadap nilai periode struktur bangunan. Nilai
pada Tabel 4. berat bangunan berbanding lurus terhadap nilai
gaya dasar.
Tabel 4. Gaya Geser Dasar Dinamik Nilai simpangan antar lantai terbesar terjadi
Model Gaya Geser dasar dinamik pada bangunan model 2 arah X dan arah Y
Bangunan masing-masing senilai 48,9 mm dan 55,55 mm,
FX (kN) FY (kN)
sedangkan nilai bangunan simpangan antar lantai
Model 1 4732,0593 4616,2322 yang paling kecil terjadi di bangunan model 4.
Model 2 4236,0497 4529,113 Bangunan dengan model 4, yaitu menggunakan
penampang kolom persegi panjang ditempatkan
Model 3 4605,5763 4484,3984
pada arah X dan arah Y sumbu global bangunan
Model 4 4890,4568 5026,3943 dinyatakan lebih aman dari kerusakan bangunan
akibat simpangan yang berlebih. Posisi kolom
Gaya geser dasar dinamik arah X bangunan persegi panjang yang dikombinasikan
model 2 lebih kecil 11,7 % dari model 1, bangunan menghasilkan momen inersia yang besar. Momen
model 3 lebih kecil 2,74 % dari model 1, dan inersia yang besar menghasilkan kekakuan
bangunan model 4 lebih besar 3,238 % dari model bangunan yang lebih besar, akibatnya nilai
1. periodenya semakin kecil. Nilai periode yang
5
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan
Lantai
5
Tabel 6. Simpangan Antar Lantai Maksimum Arah 4
X
Simpangan Antar Lanatai Arah X 3
Simpangan
(mm)
Lantai Antar Lantai
Model Model Model Model 2
Ijin, Δa (mm)
1 2 3 4
9 28,05 33,55 26,4 22,55 61,5385 1
8
Tabel 7. Simpangan Antar Lantai Maksimum Arah
Y 7
Simpangan Antar Lanatai Arah Y Simpangan
(mm) Antar Lantai 6
Lantai
Model Model Model Model Ijin, Δa
Lantai
1 2 3 4 (mm) 5
9 30,25 31,35 37,4 28,05 61,5385
4
8 34,1 36,85 40,15 30,25 61,5385
3
7 38,5 44 44 33 61,5385
2
6 42,35 49,5 46,75 35,2 61,5385
5 45,65 53,9 48,4 36,3 61,5385 1
4 45,1 55,55 47,3 35,75 61,5385 0
3 41,8 52,25 42,35 31,9 61,5385
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65
Simpangan Antar Lantai (mm)
2 32,45 41,25 31,35 23,65 61,5385 Model 1 Model 2
Simpangan Antar Lantai Ijin Model 3
1 13,2 17,6 12,65 9,9 61,5385
Model 4
Gambar 9. Simpangan Antar Lantai Maksimum Arah
Y
6
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan
Lantai Ke-
5 Model 1
Menurut Nugroho (2015), pada bentuk
Model 2
bangunan yang tidak beraturan dapat 4
mengakibatkan perilaku berbeda pada struktur. Model 3
3
Perilaku tersebut berupa adanya eksentrisitas Model 4
antar pusat massa dan pusat kekakuan pada 2
bangunan sehingga bangunan mengalami torsi. 1
Adanya eksentrisitas antara pusat massa
0
bangunan dengan pusat rotasi bangunan, 0,100
0,300 0,500 0,700
sehingga beban lateral pusat beban tidak tepat Eksentrisitas (m)
dengan pusat kekakuan elemen vertikal beban
Gambar 10. Eksentrisitas Arah X
lateral. Berikut adalah hasil perhitungan
eksentrisitas bangunan.
9
Tabel 10. Eksentrisitas Arah X 8
Lantai Eksentrisitas Arah X (m)
Ke- 7
Model 1 Model 2 Model 3 Model 4
0,604 0,610 0,589 0,605 6
9
Lantai Ke-
Model 1
8 0,364 0,381 0,343 0,362 5
Model 2
7 0,340 0,361 0,320 0,338 4
0,315 0,339 0,294 0,314 Model 3
6 3
0,290 0,315 0,268 0,288 Model 4
5
2
4 0,263 0,289 0,242 0,261
3 0,233 0,258 0,215 0,232 1
2 0,201 0,222 0,187 0,200 0
1 0,164 0,174 0,157 0,163 0,100 0,150 0,200 0,250 0,300 0,350 0,400
Eksentrisistas (m)
Tabel 11. Eksentrisitas Arah Y Gambar 11. Eksentrisitas Arah Y
Lantai Eksentrisitas Arah Y (m)
Ke- Model 1 Model 2 Model 3 Model 4 Dari Gambar 10 dan Gambar 11 dapat dilihat
jika eksentrisitas terbesar bangunan arah X terjadi
9 0,364 0,359 0,364 0,363
pada bangunan model 2 dan untuk arah Y
8 0,219 0,212 0,223 0,218 eksentrisitas terbesar terjadi pada bangunan model
7 0,209 0,202 0,215 0,208 3. Sehingga benar jika eksentrisistas bangunan
6 0,199 0,192 0,206 0,197 dan besarnya simpangan antar lantai bangunanan
5 0,189 0,181 0,197 0,187 dapat menyebabkan terjadinya torsi pada suatu
4 0,178 0,171 0,186 0,177 bangunan.
Selain ketidakberaturan torsional,
3 0,167 0,161 0,175 0,166
ketidakberaturan horizontal yang terjadi pada
2 0,155 0,151 0,161 0,154 semua model bangunan adalah ketidakberaturan
1 0,141 0,140 0,143 0,140
7
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan
sudut dalam. Berdasarkan pedoman FEMA 451B arah Y, sedangkan Lx dan Ly adalah denah sudut
dan SNI 03-1726-2012 sebuah bangunan memiliki dalam luar arah X dan Y. 4 buah bangunan yang
ketidakberaturan sudut dalam apabila nilai Py > digunakan dalam penelitian ini memiliki denah
0,15 Ly dan Px > 0,15 Lx. Dengan Py dan Px struktur yang sama, sehingga semua model
adalah proyeksi denah sudut dalam arah X dan bangunan memiliki ketidakberaturan sudut dalam.
DAFTAR PUSTAKA