Anda di halaman 1dari 8

Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018

Teknik Sipil dan Perencanaan

PERILAKU STRUKTUR BANGUNAN IREGULER L BERTINGKAT


BANYAK AKIBAT PENEMPATAN ARAH KOLOM

1 2
Ekawati Mei Handayani , Atika Ulfah Jamal
1,2
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia
Jalan Kaliurang km 14,5, Sleman, Yogyakarta, Indonesia
E-mail: handayani.eka288@gmail.com

ABSTRAK

Perencanaan bangunan struktur bertingkat banyak di daerah rawan gempa harus memegang erat
konsep bangunan tahan gempa. Bangunan tahan gempa yang mampu menahan redaman getaran gempa
memiliki nilai periode struktur yang kecil. Nilai periode struktur bangunan berbanding terbalik terhadap
kekakuan struktur, sedangkan kekakuan struktur bangunan berbanding lurus terhadap momen inersia
bangunan. Maka perlu adanya penelitian untuk menganalisis pengaruh perletakan arah kolom terhadap
perilaku struktur di daerah rawan gempa. Perilaku struktur yang dimaksud yaitu periode struktur bangunan,
berat total bangunan, gaya geser dasar, simpangan antar lantai dan ketidakberaturan horizontal.
Pada penelitian ini terdapat 4 buah model bangunan. Model 1 menggunakan penampang kolom bujur
sangkar. Model 2 menggunakan penampang kolom persegi panjang ditempatkan memanjang pada arah X
sumbu global bangunan. Model 3 menggunakan penampang kolom persegi panjang ditempatkan
memanjang pada arah Y sumbu global bangunan. Model 4 menggunakan penampang kolom persegi
panjang ditempatkan pada arah X dan arah Y sumbu global bangunan. Analisis struktur menggunakan
program bantu ETABS V.13 dan analisis dinamika struktur menggunakan metode respon spektrum.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai periode struktur bangunan terkecil terjadi pada bangunan
model 4. Periode struktur bangunan model 1, 2, dan 3 lebih besar dari model 4, berturut-turut sebesar
1,3915%, 8,777%, dan 7,036%. Simpangan antar lantai terbesar terjadi pada model 2 arah X senilai 48,9
mm dan arah Y senilai 55,55 mm. Ketidakberaturan horizontal yang terjadi berupa torsi tipe 1b arah X pada
model 2 dan arah Y pada model 3.

Kata kunci: Kolom, Simpangan Horizontal, Ketidakberaturan Horizontal

ABSTRACT

Design of multi storeys structure building in earthquake-prone areas must hold the concept of earthquake
resistant buildings closely. Earthquake resistant buildings that are able to withstand earthquake vibration
attenuation have a small structural period value. The period value of building structure is inversely
proportional to the stiffness of the structure, while the stiffness of the building structure is directly proportional
to the moment of building inertia. Therefore, it is essential to concret a research for analyze the effect of
column direction placement on the behavior of structures in earthquake-prone areas. Structure of behavors
there are the value of period structure, total weight of structure, interstory drift and horizontal structural
irregularities.
In this study the building was modeled into 4 building. Model 1 used a cross section of a square column.
Model 2 used a rectangular column cross section placed lengthwise in the direction of the building's global X
axis. Model 3 used a rectangular column cross section placed lengthwise in the direction of the global axis of
the building. Model 4 used a rectangular column cross section placed in the direction of X and in the
direction of the global axis of the building. Structural analysis used the ETABS V.13 auxiliary program and
structural dynamics analysis using the spectrum response method.
The results showed that the value of the smallest buiding structure period occurred in model 4. The period of
building structure of models 1, 2, and 3 was greater than model 4, respectively 1.3915%, 8.777%, and 7.036%. The
largest intersection occurs at 2-way model X with value 48.9 mm and direction Y with value 55.55 mm.
Horizontal irregularities that occur is torsional irregularities type 1b in model 2 and direction Y in model 3.

Keywords: Column, Drift, Horizontal Irregularities

PENDAHULUAN bangungan bertingkat mengalami gempa, maka


bangunan tersebut akan mengalami gerakan ke
Perencanaan bangunan struktur tahan gempa arah vertikal maupun horizontal secara bolak-balik.
harus memenuhi persyaratan yang ada pada SNI Gerakan yang paling membahayakan adalah
1726-2012 Tata Cara Perencanaan Untuk Struktur gerak arah horizontal, karena dapat menyebabkan
Bangunan Gedung dan Non Gedung. Bila suatu

1
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan

struktur mengalami deformasi horizontal atau adalah sama. Dimensi untuk balok, dan pelat
simpangan. adalah sama.
Salah satu elemen struktur yang harus Pada penelitian ini bangunan dibagi menjadi 4
diperhatikan dalam perencanaanya adalah kolom buah model bangunan. Model 1 menggunakan
penampang kolom bujur sangkar. Model 2
bangunan. Kolom berfungsi menerima seluruh menggunakan penampang kolom persegi panjang
beban dan meneruskannya ke pondasi. ditempatkan memanjang pada arah X sumbu
Berdasarkan jenis penampangnya kolom biasanya global bangunan. Model 3 menggunakan
terbagi menjadi 3, yaitu penampang kolom persegi penampang kolom persegi panjang ditempatkan
panjang, bujur sangkar, dan lingkaran. Perbedaan memanjang pada arah Y sumbu global bangunan.
bentuk penampang dapat memberikan pengaruh Model 4 menggunakan penampang kolom persegi
yang berbeda terhadap nilai momen inersia. panjang ditempatkan pada arah X dan arah Y
Momen inersia penampang berhubungan dengan sumbu global bangunan. Berikut adalah gambar-
simpangan, jika momen inersia penampang kecil gambar denah bangunan yang digunakan.
maka struktur akan kurang kaku dan simpangan
akan semakin besar (Ertanto, 2015). Menurut
Supit dkk. (2013), orientasi elemen struktur
merupakan faktor desain tentang penempatan
elemen struktur. Orientasi kolom terhadap salah
satu sumbu koordinat pada bangunan bertingkat
banyak sangat berpengaruh pada kekuatan
kolomnya.
Selain struktur kolom serta penempatannya,
dari hasil penyelidikan pasca-gempa telah
mengarahkan pengamatan bahwa bangunan
dengan konfigurasi tidak teratur lebih rentan
mengalami kerusakan dibanding dengan
bangunan yang memiliki konfigurasi bangunan
teratur (Elnashai, 2008). Struktur gedung dengan
ketidakberaturan contohnya bangunan dengan Gambar 1. Denah Bangunan Model 1
denah berbentuk L menjadi pilihan akibat
keterbatasan lahan di perkotaan (Meillia, 2016).
Dari uraian pada latar belakang di atas, maka
perlu adanya penelitian untuk menganalisis
pengaruh perletakan arah kolom terhadap perilaku
struktur di daerah rawan gempa. Perilaku struktur
yang dimaksud yaitu periode struktur, berat total
bangunan, gaya geser dasar, simpangan antar
lantai dan ketidakberaturan horizontal.
Tujuan dari penelitian ini yang ingin dicapai
adalah mengetahui pengaruh penempatan arah
kolom terhadap periode struktur bangunan, berat
total bangunan, gaya geser dasar, simpangan
antar lantai dan ketidakberaturan horizontal
bangunan akibat adanya beban gempa pada
Gambar 2. Denah Bangunan Model 2
bangunan irreguler L menggunakan kolom bujur
sangkar dan persegi panjang.

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini


adalah metode analisis komperatif. Pada penelitian
ini digunakan satu jenis model gedung berbentuk L
yang tidak diberi dilatasi pada struktur. Fungsi
bangunan adalah hotel yang memiliki 9 lantai
dengan masing-masing tingkat memiliki tinggi yang
sama. Bangunan berada di wilayah Bandung
dengan jenis tanah sedang.
Dimensi elemen-elemen struktur awal
didesain sesuai dengan ketentuan yang ada di
dalam SNI 2847:2013. Luas penampang kolom
Gambar 3. Denah Bangunan Model 3
persegi panjang model 2, model 3, dan model 4
2
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan

ketidakberaturan torsional, ketidakberaturan sudut


dalam, ketidakberaturan diskontinuitas diafragma,
ketidakberaturan pergeseran melintang terhadap
bidang, dan ketidakberaturan sistem non paralel.
Pada penelitian ini dilakukan dengan
beberapa tahap, yaitu studi literatur, preliminary
design, pembebanan struktur, analisis struktur
menggunakan software, analisis hasil penelitian,
pembahasan hasil penelitian, dan penarikan
kesimpulan. Bagan alir pelaksanaan penelitian
dapat dilihat pada Gambar 5 dan bagan alir
analisis struktur gedung tahan gempa pada
Gambar 6.

Mulai
Gambar 4. Denah Bangunan Model 4
Studi Literatur
Pada penelitian ini akan membandingkan
hasil data dari hasil analisis menggunakan
Preliminary Design
software ETABS V.13 berupa nilai periode struktur
bangunan, berat total bangunan, gaya geser
dasar, simpangan antar lantai, dan Memodelkan Struktur
Memodelkan Struktur
ketidakberaturan horizontal. Pembebanan struktur dengan Kolom Bujur dengan Kolom
direncanakan menggunakan acuan beban mati, Sangkar (Model 1) Persegi Panjang
beban hidup, dan beban gempa. Dalam
menentukan beban mati dan beban hidup dari
suatu gedung telah ditetapkan pada Peraturan Model 2 Model 2 Model
Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (PPIUG
1987). Beban gempa direncanakan sesuai dengan
pedoman dalam SNI 1726:2012. Digunakan Pembebanan Struktur
metode analisis dinamik, yaitu respon spektrum.
Analisis dibantu dengan menggunakan program
bantu, yaitu ETABS V.13. Analisis Struktur Menggunakan
Berdasarkan SNI 1726:2012, penentuan Software
simpangan antar lantai tingkat desain (Δ) harus
dihitung sebagai perbedaan defleksi pada pusat
massa di tingkat teratas dan terbawah yang
ditinjau. Defleksi pusat massa di tingkat x (δx)
(mm) harus ditentukan sesuai dengan rumus:
Kontrol Desain:
1.Simpangan
bangunan
......................................................... (1) dan Antar Lantai
2.Ketidakberaturan
Tidak
Horizontal

dimana:
= faktor amplifikasi defleksi dalam ,
= defleksi pada lokasi yang disyaratkan pada
pasal ini yang ditentukan dengan analisis Ya
elastis, Hasil Penelitian
= faktor keutamaan gempa yang ditentukan
sesuai dengan Pasal 4.1.2 (SNI 03-1726
Pembahasan Hasil Penelitian
2012)
Besar simpangan antar lantai tidak boleh
melebihi simpangan antar lantai ijin sesuai dengan Kesimpulan
Pasal 7.12.1, Tabel 16 pada SNI 03-1726-2012.
Pengaruh simpangan yang dihasilkan dapat
digunakan untuk menghitung perilaku struktur Selesai
terhadap ketidakberaturan horizontal, salah
satunya ialah ketidakberaturan torsional. Gambar 5. Bagan Alir Pelaksanaan Penelitian
Ketidakberaturan horizontal terbagi menjadi 5 yaitu
3
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan

struktur bangunan dapat dilihat pada Tabel 1


Mulai berikut.

Tabel 1. Periode Struktur Bangunan


Perencanaan Fungsi Bangunan
Periode Struktur
Model Bangunan Bangunan Hasil
Perhitungan Pembebanan Struktur ETABS V.13
Model 1 1,581
Estimasi Dimensi Struktur Model 2 1,709
Model 3 1,677
Analisis Beban Gempa Model 4 1,559
Dengan Respon Spektrum
1,71

Perbandingan Vsatik dengan


Vdinamik (0,85Vsta/Vd)

Periode Struktur Bangunan (s)


1,66
MODEL 1
Memasukan Faktor Pengali
Respon Baru ke ETABS V.13 MODEL 2
1,61
MODEL 3
MODEL 4
Tidak 1,56
Kontrol Vd
≥ 0,85 Vs

1,51
Ya

Kombinasi Pembebanan
1,46
Model Bangunan
Analisis Struktur ETABS V.13 Gambar 7. Periode Struktur Bangunan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai


periode struktur bangunan terkecil terjadi pada
bangunan model 4. Periode struktur bangunan
model 1, 2, dan 3 lebih besar dari model 4,
Tidak
Kontrol Desain:
1.Simpangan
berturut-turut sebesar 1,3915%, 8,777%, dan
bangunan dan 7,036%. Dapat dikatakan jika bangunan model 4
Antar Lantai
2.Ketidakberaturan memiliki kekakuan struktur bangunan yang lebih
Horizontal kecil. Hal tersebut sesuai dengan rumus sebagai
berikut.

......................................................... (2)
Ya
√ ....................................................... (3)
Selesai

Gambar 6. Bagan Alir Analisis Struktur Gedung ....................................................... (4)


Tahan Gempa
Dengan T adalah Periode getar struktur (s),
HASIL DAN PEMBAHASAN adalah Frekuensi sudut dalam (rad/s), k adalah
Kekakuan struktur (kg/cm), m adalah Massa
Dari hasil penelitian, bangunan yang didesain struktur (kg), E adalah Modulus Elastisitas, I
4
ditempatkan dengan arah kolom yang berbeda adalah Momen Inersia (cm ), dan L adalah
mengahasilkan perilaku struktur yang berbeda- Panjang Bentang (cm).
beda dari parameter yang telah ditetapkan pada Dari Rumus 2, 3, dan 4 dapat dikatakan, apabila
penelitian ini. Dari empat jenis model bangunan, nilai momen inersia besar maka periode getar
model 4 menghasilkan analisis yang lebih aman. akan semakin kecil, karena besar nilai momen
Nilai periode struktur bangunan pada setiap model inersia berbanding lurus dengan kekakuan. Pada
memiliki nilai yang berbeda-beda. Nilai periode penelitian ini digunakan bangunan ireguler
4
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan

sehingga mencari nilai inersia bangunan Gaya geser dinamik arah Y bangunan model
menggunakan alat bantu AUTOCAD. Hasil yang 2 lebih kecil 1,92 %, dari model 1, model 3 lebih
diperoleh nilai inersia arah y sebesar 1,2338 x kecil 1,92 % dari model 1, dan model 4 lebih besar
17 17
10 mm dan arah X sebesar 2,1393 x 10 mm. 8,16 % dari model 1.
Pada bangunan model 4 kolom ditempatkan
memanjang arah X untuk bentang yang Tabel 5. Gaya Geser Dasar Statik
memanjang arah Y dan penempatan kolom Model Gaya Geser Dasar Statik
memanjang arah Y untuk bentang yang Bangunan FX (kN) FY (kN)
memanjang arah X. Hal tersebut diharapkan agar
Model 1 6042,448 6042,448
bangunan model 4 memiliki kekakuan yang dapat
menahan gaya gempa dari dua arah bangunan. Model 2 6038,607 6038,607
Diketahu nnilai momen inersia kolom pada Model 3 6038,716 6038,716
masing-masing model bangunan sebagai berikut. Model 4 6040,685 6040,685

Tabel 2. Momen Inersia Kolom


Untuk gaya geser statik nilai gaya geser
Model Ukuran Dimensi 4
terbesar pada bangunan model 1 dengan nilai
I (m ) 6042,45 kN dan terkecil pada bangunan 2 dengan
Bangunan b (m) h (m)
nilai 6038,607 kN.
Model 1 1,25 1,25 0,2543
Periode getar berpengaruh pada besarnya
Model 2 0,958 1,631 0,5649 gaya geser dasar dinamik dan statik. Gaya geser
Model 3 1,631 0,958 0,1145 dasar bedasarkan SNI 03-1726-2012, gaya geser
K1 0,958 1,631 0,5649 dasar statik dihitung berdasarkan rumus:
Model 4
K2 1,631 0,958 0,1145
V= CSW ........................................................ (5)
Berat bangunan dihitung menggunakan
program bantu ETABS V.13 masing-masing model Koefisien Cs ditentukan dengan menggunakan
dapat dilihat pada Tabel 3. persamaan-persamaan berikut

Tabel 3. Berat Total Bangunan ................................................... (6)


Model Bangunan Berat Total Bangunan (kN)

Model 1 160617,96 .................................................... (7)


( )
Model 2 160515,86
Model 3 160518,77
........................................................ (8)
Model 4 160571,12

Dari hasil perhitungan berat total bangunan Apabila digunakan CS2, maka dari Rumus 7
terbesar terjadi pada bangunan model 1 dan yang dapat dilihat semakin besar nilai periode (T), nilai
terkecil pada bangunan model 2. CS2 semakin kecil. Semakin kecil nilai CS2 akan
Periode dan berat total bangunan semakin kecil nilai V karena nilai V berbanding
mempengaruhi nilai gaya geser dasar. Gaya lurus dengan nilai Cs sesuai dengan persamaan 5.
geser dasar dinamik yang diperoleh dari analisis Namun, nilai gaya geser dasar berbanding terbalik
menggunakan program ETABS V.13 dapat dilihat terhadap nilai periode struktur bangunan. Nilai
pada Tabel 4. berat bangunan berbanding lurus terhadap nilai
gaya dasar.
Tabel 4. Gaya Geser Dasar Dinamik Nilai simpangan antar lantai terbesar terjadi
Model Gaya Geser dasar dinamik pada bangunan model 2 arah X dan arah Y
Bangunan masing-masing senilai 48,9 mm dan 55,55 mm,
FX (kN) FY (kN)
sedangkan nilai bangunan simpangan antar lantai
Model 1 4732,0593 4616,2322 yang paling kecil terjadi di bangunan model 4.
Model 2 4236,0497 4529,113 Bangunan dengan model 4, yaitu menggunakan
penampang kolom persegi panjang ditempatkan
Model 3 4605,5763 4484,3984
pada arah X dan arah Y sumbu global bangunan
Model 4 4890,4568 5026,3943 dinyatakan lebih aman dari kerusakan bangunan
akibat simpangan yang berlebih. Posisi kolom
Gaya geser dasar dinamik arah X bangunan persegi panjang yang dikombinasikan
model 2 lebih kecil 11,7 % dari model 1, bangunan menghasilkan momen inersia yang besar. Momen
model 3 lebih kecil 2,74 % dari model 1, dan inersia yang besar menghasilkan kekakuan
bangunan model 4 lebih besar 3,238 % dari model bangunan yang lebih besar, akibatnya nilai
1. periodenya semakin kecil. Nilai periode yang
5
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan

semakin kecil mengakibatkan besarnya gaya 9


geser dasar, sehingga nilai skala gaya yang
8
dihasilkan akan lebih kecil dari bangunan model
yang lain. Jika nilai skala gaya kecil maka nilai 7
simpangan bangunan yang dihasilkan juga kecil.
Karena faktor pengali gempa pada analisis metode 6
respon spektrum semakin kecil.

Lantai
5
Tabel 6. Simpangan Antar Lantai Maksimum Arah 4
X
Simpangan Antar Lanatai Arah X 3
Simpangan
(mm)
Lantai Antar Lantai
Model Model Model Model 2
Ijin, Δa (mm)
1 2 3 4
9 28,05 33,55 26,4 22,55 61,5385 1

8 31,35 37,95 30,8 24,75 61,5385 0


0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65
7 35,75 42,9 36,3 27,5 61,5385
Simpangan Antar Lantai (mm)
6 39,6 46,2 40,7 30,8 61,5385
Model 1 Model 2
5 42,35 48,95 45,1 31,9 61,5385 Model 3 Model 4
Simpangan Antar Lantai Ijin
4 42,35 47,85 47,3 31,9 61,5385
Gambar 8. Simpangan Antar Lantai Maksimum Arah
3 39,05 42,9 44 29,15 61,5385 X
2 30,25 31,9 35,75 22,55 61,5385
1 12,65 13,2 15,4 9,35 61,5385 9

8
Tabel 7. Simpangan Antar Lantai Maksimum Arah
Y 7
Simpangan Antar Lanatai Arah Y Simpangan
(mm) Antar Lantai 6
Lantai
Model Model Model Model Ijin, Δa
Lantai

1 2 3 4 (mm) 5
9 30,25 31,35 37,4 28,05 61,5385
4
8 34,1 36,85 40,15 30,25 61,5385
3
7 38,5 44 44 33 61,5385
2
6 42,35 49,5 46,75 35,2 61,5385
5 45,65 53,9 48,4 36,3 61,5385 1
4 45,1 55,55 47,3 35,75 61,5385 0
3 41,8 52,25 42,35 31,9 61,5385
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65
Simpangan Antar Lantai (mm)
2 32,45 41,25 31,35 23,65 61,5385 Model 1 Model 2
Simpangan Antar Lantai Ijin Model 3
1 13,2 17,6 12,65 9,9 61,5385
Model 4
Gambar 9. Simpangan Antar Lantai Maksimum Arah
Y

Tabel 8. Perhitungan Torsi Arah X

Lantai δB(mm) δg(mm) δavarg(mm) δMax 1.2δAvarg 1.4δAvarg ket δMax/1.2δAvarg

9 62,8 39,1 50,95 62,8 61,14 71,33 Torsi 1b 1,0550


8 56,7 35,1 45,9 56,7 55,08 64,26 Torsi 1b 1,0597
7 49,8 30,7 40,25 49,8 48,3 56,35 Torsi 1b 1,0631
6 42 25,9 33,95 42 40,74 47,53 Torsi 1b 1,0628
5 33,6 20,8 27,2 33,6 32,64 38,08 Torsi 1b 1,0597
4 24,7 15,4 20,05 24,7 24,06 28,07 Torsi 1b 1,0539
3 16 10,1 13,05 16 15,66 18,27 Torsi 1b 1,0439
2 8,2 5,2 6,7 8,2 8,04 9,38 Torsi 1b 1,0402
1 2,4 1,5 1,95 2,4 2,34 2,73 Torsi 1b 1,0519

6
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan

Tabel 9. Perhitungan Torsi Arah Y

Lantai δA(mm) δD(mm) δavarg(mm) δMax 1.2δAvarg 1.4δAvarg ket δMax/1.2δAvarg

9 32,4 63,7 48,05 63,7 57,66 67,27 Torsi 1b 1,2205


8 28,8 56,9 42,85 56,9 51,42 59,99 Torsi 1b 1,2245
7 24,9 49,6 37,25 49,6 44,7 52,15 Torsi 1b 1,2313
6 20,8 41,6 31,2 41,6 37,44 43,68 Torsi 1b 1,2346
5 16,5 33,1 24,8 33,1 29,76 34,72 Torsi 1b 1,2371
4 12,1 24,3 18,2 24,3 21,84 25,48 Torsi 1b 1,2380
3 7,9 15,7 11,8 15,7 14,16 16,52 Torsi 1b 1,2293
2 4,1 8 6,05 8 7,26 8,47 Torsi 1b 1,2142
1 1,2 2,3 1,75 2,3 2,1 2,45 Torsi 1b 1,1995

Dari hasil perhitungan torsi diketahui jika


bangunan model 2 pada arah X dan model 3 pada 9
arah Y terjadi torsi tipe 1b. Faktor terjadinya torsi
8
diakibatkan dari perbedaan yang signifikan antara
simpangan antar lantai tingkat maksimum pada 7
sebuah ujung struktur dengan simpangan antar 6
lantai tingkat rata-rata di kedua ujung struktur.

Lantai Ke-
5 Model 1
Menurut Nugroho (2015), pada bentuk
Model 2
bangunan yang tidak beraturan dapat 4
mengakibatkan perilaku berbeda pada struktur. Model 3
3
Perilaku tersebut berupa adanya eksentrisitas Model 4
antar pusat massa dan pusat kekakuan pada 2
bangunan sehingga bangunan mengalami torsi. 1
Adanya eksentrisitas antara pusat massa
0
bangunan dengan pusat rotasi bangunan, 0,100
0,300 0,500 0,700
sehingga beban lateral pusat beban tidak tepat Eksentrisitas (m)
dengan pusat kekakuan elemen vertikal beban
Gambar 10. Eksentrisitas Arah X
lateral. Berikut adalah hasil perhitungan
eksentrisitas bangunan.
9
Tabel 10. Eksentrisitas Arah X 8
Lantai Eksentrisitas Arah X (m)
Ke- 7
Model 1 Model 2 Model 3 Model 4
0,604 0,610 0,589 0,605 6
9
Lantai Ke-

Model 1
8 0,364 0,381 0,343 0,362 5
Model 2
7 0,340 0,361 0,320 0,338 4
0,315 0,339 0,294 0,314 Model 3
6 3
0,290 0,315 0,268 0,288 Model 4
5
2
4 0,263 0,289 0,242 0,261
3 0,233 0,258 0,215 0,232 1
2 0,201 0,222 0,187 0,200 0
1 0,164 0,174 0,157 0,163 0,100 0,150 0,200 0,250 0,300 0,350 0,400
Eksentrisistas (m)
Tabel 11. Eksentrisitas Arah Y Gambar 11. Eksentrisitas Arah Y
Lantai Eksentrisitas Arah Y (m)
Ke- Model 1 Model 2 Model 3 Model 4 Dari Gambar 10 dan Gambar 11 dapat dilihat
jika eksentrisitas terbesar bangunan arah X terjadi
9 0,364 0,359 0,364 0,363
pada bangunan model 2 dan untuk arah Y
8 0,219 0,212 0,223 0,218 eksentrisitas terbesar terjadi pada bangunan model
7 0,209 0,202 0,215 0,208 3. Sehingga benar jika eksentrisistas bangunan
6 0,199 0,192 0,206 0,197 dan besarnya simpangan antar lantai bangunanan
5 0,189 0,181 0,197 0,187 dapat menyebabkan terjadinya torsi pada suatu
4 0,178 0,171 0,186 0,177 bangunan.
Selain ketidakberaturan torsional,
3 0,167 0,161 0,175 0,166
ketidakberaturan horizontal yang terjadi pada
2 0,155 0,151 0,161 0,154 semua model bangunan adalah ketidakberaturan
1 0,141 0,140 0,143 0,140
7
Seminar Nasional Infrastruktur Berkelanjutan 2018
Teknik Sipil dan Perencanaan

sudut dalam. Berdasarkan pedoman FEMA 451B arah Y, sedangkan Lx dan Ly adalah denah sudut
dan SNI 03-1726-2012 sebuah bangunan memiliki dalam luar arah X dan Y. 4 buah bangunan yang
ketidakberaturan sudut dalam apabila nilai Py > digunakan dalam penelitian ini memiliki denah
0,15 Ly dan Px > 0,15 Lx. Dengan Py dan Px struktur yang sama, sehingga semua model
adalah proyeksi denah sudut dalam arah X dan bangunan memiliki ketidakberaturan sudut dalam.

Tabel 12. Rekapitulasi Perhitungan Ketidakberaturan Sudut Dalam


Model Px Py Lx Ly 0,15 Lx 0,15 Ly Ketidakberaturan Sudut Dalam
Bangunan (m) (m) (m) (m) (m) (m) Arah X Arah Y
Model 1 28,8 21,6 54 47 8,1 7,02 ADA ADA
Model 2 28,8 21,6 54 47 8,1 7,02 ADA ADA
Model 3 28,8 21,6 54 47 8,1 7,02 ADA ADA
Model 4 28,8 21,6 54 47 8,1 7,02 ADA ADA

KESIMPULAN Departemen Pekerjaan Umum. (1987). PPPURG 1987


Pedoman Perencanaan Pembebanan Indonesia
Berdasarkan hasil analisis terhadap struktur untuk Rumah dan Gedung. Yayasan Badan
bangunan akibat beban gempa menggunakan Pekerjaan Umum. Jakarta.
metode respon spektrum terhadap bangunan Elnashai, S.A. dan Sarno, D.L. (2008). Fundamental of
dengan penempatan arah yang berbeda dapat Earthquake Engineering. Willey. Hongkong.
diambil kesimpulan, yaitu nilai periode getar Ertanto, R., Giri, D., Putra, D. (2015). Analisa
struktur hasil ETABS V.13 terbesar terjadi pada Perbandingan Perilaku Struktur pada Gedung
bangunan model 2 dan yang terkecil terjadi pada dengan Variasi Bentuk Penampang Kolom Beton
bangunan model 4. Nilai tersebut mempengaruhi Bertulang. Jurnal Ilmiah Elektronik Infrastruktur
nilai koefisien respon seismik, gaya geser dasar Teknik Sipil. Denpasar.
dinamik, gaya geser dasar statik, skala gaya, dan Gosh, S.K. and Fanella, D.A. (2003). Seismic and Wind
nilai eksponen statik ekivalen per lantai. Design of Concrete Buildings. International Code
Simpangan terbesar terjadi pada bangunan Council. United States.
model 2 pada arah X maupun arah Y bangunan.
Meillia, D. (2016). Studi Performa Struktur Gedung
Akibat simpangan yang cukup besar, maka terjadi
Bertingkat Ketidakberaturan Torsi
torsi arah X pada bangunan model 2, sedangkan
Berdasarkan Perencanaan Urutan Sendi
untuk arah Y terjadi pada bangunan model 3.
Plastis dengan Pushover Analysis. Skripsi.
Terjadi ketidakberaturan torsi 1b pada bangunan
Jakarta : Fakultas Teknik Universitas Mercu
model 2 dan model 3. Selain akibat besarnya
Buana.
simpangan, torsi terjadi karena besarnya Nugroho, F. (2015). Evaluasi Kinerja Bangunan Renana
eksentrisitas yang dihasilkan antara pusat massa
Gedung Hotel A.N.S dengan Dilatasi (Model B2) di
dan pusat rotasi bangunan. Terjadi
Daerah Rawan Gempa. Jurnal Momentum. Vol. 17
ketidakberaturan sudut dalam.
No.2. Padang.
Berdasarkan dari analisis terhadap variabel
terikat, bangunan model 4 lebih aman menahan Supit, N. W. A., Sumajouw, M. D. J., Tamboto, W.
simpangan berlebihan yang dapat mengakibatkan J., Dapas, S. O. (2013). Respon Dinamis
kerusakan struktur bangunan. Struktur Bangunan Beton Bertulang
Bertingkat Banyak Dengan Variasi Orientasi
UCAPAN TERIMA KASIH Sumbu Kolom. Jurnal Sipil Statik. Vol. 1
No.11. Manado.
Diucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu penelitian ini hingga selesai.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional. (2012). SNI 03-1726-2012


Tata Cara Perencanaan Untuk Struktur Bangunan
Gedung dan Non Gedung. Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. (2013). SNI 03-2847-2013
Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk
Bangunan Gedung. Jakarta.
Building Seismic Safety Council. (2006). NEHRP
Recommended Seismic Provisions: Design
Examples (FEMA 451). Federal Emergency
Management Agency. Washington, D. C.
8

Anda mungkin juga menyukai