Anda di halaman 1dari 13

Kinerja Struktur Gedung Bertingkat Terhadap Beban Gempa

Respon Spektrum
(Studi Kasus : Zona 2 Apartemen Yogyakarta)
Retno Mawarti1,a, Dimas Langga C.G2, M. Afif Shulhan3, Iskandar Yasin4
1,2,3,4 Program Studi Teknik Sipil, Fakuktas Teknik, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa,
Yogyakarta, Indonesia
aretnomawarti2403@gmail.com

Abstrak
Analisis dinamik respon spektrum merupakan salah satu sarana untuk mengetahui persyaratan
parameter bangunan tahan gempa dan untuk melakukan pengecekan kapasitas suatau elemen struktur.
Analisis ini dinilai dapat memberikan hasil perhitungan yang lebih akurat dibandingkan dengan
analisis statik ekuivalen. Oleh karena itu, dipilihlah metode analisis dinamik respon spektrum guna
melakukan upaya penelitian analisis kinerja struktur pada salah satu bangunan gedung bertingkat di
Kota Yogyakarta yaitu Zona 2 Apartemen Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja struktur apartemen tersebut ditinjau
berdasarkan nilai drift, displacement dan base shear serta untuk mengetahui kinerja kapasitas struktur
atas yakni balok, kolom, pelat lantai dan shear wall.
Hasil analisis menunjukkan bahwa gedung ini memenuhi beberapa parameter persyaratan
bangunan tahan gempa. Hal ini dibuktikan bahwa pola ragam getar mode-1 dan mode-2 merupakan
translasi arah X dan Y sedangkan mode-3 merupakan deformasi rotasi. Modal participation mass
ratio menunjukkan struktur mencapai 90% pada mode shape 11 untuk sumbu X dan mode shape 18
untuk sumbu Y. Base shear yang diperoleh telah memenuhi persyaratan yakni Vt harus lebih besar
100% V. Syarat sistem ganda memenuhi persyaratan SNI 1726-2019 karena shear wall hanya
memikul sebesar 9,594% gaya seismik pada arah X dan 69,005% pada arah Y. Gedung ini aman dan
tidak melebihi batas izin terhadap beban gempa rencana ditinjau dari drift, pengaruh P-Delta, kinerja
batas layan dan kinerja batas ultimit. Hasil analisis pengecekan kapasitas elemen struktur atas yaitu
balok, kolom, pelat lantai dan shear wall aman dan tidak perlu didesain ulang ditinjau dari persyaratan
gaya dan geometri serta persyaratan kapasistas lentur, geser dan torsi.

Kata Kunci : Bangunan Tahan Gempa, Kapasitas Struktur, Gedung Bertingkat, Respon Spektrum

Pendahuluan
Latar Belakang
Semakin terbatasnya lahan di Kota Yogyakarta menyebabkan pembangunan gedung pada kota
tersebut lebih menitikberatkan bangunan bertingkat tinggi guna memenuhi pertumbuhan penduduk.
Salah satu bangunan tinggi di Kota Yogyakarta adalah apartemen dengan ketinggian total mencapai
35,7 meter yang terdiri dari dua basement, delapan lantai dan satu atap dak. Tingginya bangunan akan
menyebabkan bangunan tersebut rawan dalam menahan gaya lateral, terutama gaya gempa. Gaya
gempa ini dapat menyebabkan simpangan horisontal. Jika nilai simpangan ini melebihi batas aman,
tentu saja bangunan akan runtuh. Oleh karena itu pada daerah rawan gempa seperti Kota Yogyakarta
perlu dilakukan perencanaan yang menyeluruh terhadap desain bangunan tahan gempa. Dalam
perencanaan struktur bangunan tahan gempa harus memenuhi standar persyaratan yang menjamin
kekuatan dan keamanan struktur bangunan tersebut. Sehingga nantinya apabila terjadi gempa bumi,
bangunan tersebut tidak mengalami kerobohan dan menelan korban jiwa serta tidak membutuhkan
biaya yang besar untuk merekonstruksi gedung tersebut agar kembali seperti semula. Saat ini
perencanaan bangunan tahan gempa di Indonesia menggunakan Standar Nasional Indonesia (SNI),
yaitu Tata Cara Perencanan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung
(SNI 1726-2019). Dalam SNI tersebut terdapat analisis gempa statik ekuivalen dan analisis gempa
dinamik. Analisis gempa dinamik meliputi metode riwayat waktu (time history) dan metode respon
70
spektrum. Analisis dinamik metode riwayat waktu (time history) merupakan metode paling akurat,
tetapi diperlukan hitungan yang kompleks dan memakan waktu yang lama. Oleh karena itu,
digunakanlah analisis dinamik metode respon spektrum sebagai penyederhanaan dari analisis
dinamik metode riwayat waktu (time history). Analisis dinamik metode respon spektrum
memberikan hasil perhitungan yang lebih teliti dibandingkan dengan analisis statik ekuivalen. Dari
uraian diatas maka penelitian ini akan menggunakan analisis dinamik metode respon spektrum untuk
melakukan analisis kinerja struktur pada salah satu bangunan gedung bertingkat di Kota Yogyakarta
yaitu Apartemen yang ada di Yogyakarta (Zona 2) terhadap beban gempa rencana.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan tugas akhir ini antara lain sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kinerja struktur gedung bertingkat Zona 2 Apartemen Yogyakarta dengan
analisis dinamik ditinjau dari drift, displacement dan base shear.
2. Untuk mengetahui kinerja kapasitas struktur gedung bertingkat Zona 2 Apartemen Yogyakarta
ditinjau berdasarkan kapasitas balok, kolom, pelat lantai dan shear wall.
Tinjauan Pustaka
Wantalangie dkk (2016) mengklaim bahwa proses menganalisa perhitungan struktur analisa
dinamik lebih akurat dibandingkan dengan analisa statis. Wantalangie (2016) mencoba
membandingkan analisis dinamik dan analisis statis dengan melakukan penelitian terhadap struktur
gedung beraturan dengan model jumlah tingkat yang divariasikan yaitu portal 5 tingkat, 10 tingkat
dan 15 tingkat menggunakan bantuan program SAP2000 v.18 untuk mempermudah analisa gempa.
Sebagai hasilnya nilai displacement dan base shear akibat gaya gempa lebih besar analisa statik
dibandingkan dengan analisa dinamik.
Alghuff (2019) memperoleh bahwa nilai gaya geser, nilai momen lentur dan nilai displacement
dari analisis dinamik respon spektrum lebih kecil dibandingkan analisis statik ekuivalen. Hal
tersebut dibuktikan dengan perhitungan struktur terhadap dua model struktur bangunan
bertingkat beraturan. Model struktur pertama dengan ketinggian total 76 m sedangkan model ke dua
dengan total ketinggian 24 m. Kedua model bangunan tersebut akan dianalisis dengan mengunakan
analisis statik ekuivalen dan analisis dinamik respon spektrum berdasarkan ketentuan ASCE7-10 dan
IBC 2015. Adapun hasil dari gaya geser yang diperoleh dengan mengunakan analisis dinamik metode
respon spektrum pada arah X lebih kecil daripada yang diperoleh dengan menggunakan analisis
statik.
Sultan (2015) menunjukkan bahwa bangunan tidak beraturan memiliki nilai deformasi lebih besar
dibandingkan dengan bangunan yang beraturan terutama pada zona seismik tinggi. Sultan (2015)
melakukan analisis perhitungan terhadap sebuah gedung 15 lantai dengan empat bentuk yang
berbeda yakni persegi panjang, bentuk L, bentuk H dan bentuk C. Keempat banggunan tersebut akan
dianalisis dengan analisis statik ekuivalen dan analisis dinamik metode respon spektrum dengan
bantuan program ETABS v.9.7.1. Analisis tersebut dilakukan untuk mengevaluasi deformasi struktur
pada zona gempa tinggi ditinjau dari momen, story drift, displacement dan gaya lateral desain. Hasil
akhirnya bangunan bentuk C lebih rentan terhadap beban seismik dibandingkan dengan bentuk
bangunan lainnya.
Prasetyo (2018) merencanakan gedung apartemen yang tahan gempa di Kota Cirebon
menggunakan struktur beton bertulang 6 lantai dengan tinggi tiap lantai 3,25 m dan luas bangunan
833,28 m2. Prasetyo (2018) melakukan penelitiannya dengan bantuan program SAP2000. Adapun
hasil dari pendimensian elemen struktur atas gedung tersebut telah memenuhi peraturan-peraturan
beton bertulang tahan gempa berdasarkan SNI 2847:2013, SNI 1727:2013 dan SNI 1726:2012.
Samuel, S, dkk (2021) menganalisis perilaku dinamik struktur gedung perkantoran empat
lantai di Yogyakarta terhadap beban gempa SNI 1726:2019. Berdasarkan hasil analisis respon
dinamik diperoleh persyaratan gerak ragam yang sudah sesuai dengan mode 1 menunjukan gerak
translasi arah Y adalah 55,47%, mode 2 menunjukkan gerakan translasi arah X yaitu 57,55% dan
mode 3 menunjukan gerakan struktur dalam rotasi yaitu 49,98%. Gaya geser dasar dinamik, Vtx
3090,856157 KN dan Vty 2892,928284 KN yang telah memenuhi hampir mencapai 100%. Arah
71
gempa yang diterapkan berupa arah orthogonal dengan nilai factor redunansi (ρ) sebesar 1,3.
Simpangan antara tingkat tidak ada yang melebihi batas izin. Efek P-Delta dari struktur
menyimpulkan bahwa struktur tetap stabil.

METODE PENELITIAN
Tahapan penelitian :
1. Pengumpulan data struktur (shop drawing) dan informasi struktur.
2. Perhitungan Pembebanan
a. Beban Gravitasi ( Beban Mati dan beban hidup)
b. Beban gempa rencana (Respon Spektrum)
3. Pemodelan 3D struktur dengan software ETABS
4. Input pembebanan
5. Running
6. Pembacaan hasil running :
a. Drift, displacement dan base shear
b. Gaya dalam elemen struktur
7. Perhitungan parameter-parameter syarat bangunan tahan gempa
8. Cek Kapasitas elemen struktur :
a. Ø Mn (Momen desain) ≥ Mu (Momen terfaktor)
b. Ø Pn (Gaya aksial desain) ≥ Pu (Gaya aksial terfaktor)
c. Ø Vn (Gaya geser dasar) ≥ Vu (Gaya geser terfaktor)
d. Ø Tn (Torsi desain) ≥ Tu (Torsi terfaktor)
Data Umum Bangunan
1. Nama gedung : Zona 2 Apartemen Barsa City Yogyakarta
2. Lokasi : Jl. Laksda Adi Sutjipto KM. 7, Janti, Caturtunggal, Depok, Sleman, D.I.
Yogyakarta
3. Tinggi bangunan : 35,7 m
4. Jumlah lantai : 2 basement + 8 lantai + 1 roof
5. Struktur gedung : Beton bertulang
6. Struktur atap : Dak beton
7. Berat beton : 24 kN/m3
8. Berat baja : 78,5 kN/m3
9. E beton : 4700 √𝑓′𝑐 MPa
10. E baja : 200000 MPa
Tabel 1. Data Elemen Struktur
Elemen Jumlah Fc’
No. Lantai
Struktur (tipe) (MPa)
25
1. Kolom 9 B2-Roof
30
B2-2,Roof 30
2. Balok 80
3-8 25
B2-2,Roof 30
3. Pelat lantai 4
3-8 25
4. Shear wall 1 B2-Roof 30

HASIL DAN PEMBAHASAN


Perhitungan Pembebanan
1. Beban Gravitasi
a. Beban Mati Berat Sendiri (Dead Load)

72
Tabel 2. Dead Load
Lantai Elevasi (h) (m) Berat Sendiri (kN)
Roof 35,7 2.443,356
Lantai 9 32,7 2.484,302
Lantai 8 29,7 2.484,302
Lantai 7 26,7 2.484,302
Lantai 6 23,7 2.484,302
Lantai 5 20,7 2.484,302
Lantai 3 17,7 2.484,313
Lantai 2 14,7 2.486,804
Lantai 1 11,7 3.389,581
Basement 1 7,2 4.030,643
Basement 2 3,2 4.658,068

b. Beban Mati Tambahan (Super Imposed Dead Load)


Beban pada pelat lantai
Tabel 3. Super Imposed Dead Load
Beban
Lantai Beban Luas (m2)
(kN)
Plafond 40,703
Penggantung 407,025 28,492
B2 Waterproofing 427,37
MEP 203,51
Total Beban 700,08
Plafond 38,693
Penggantung 386,925 27,085
B1 Waterproofing 406,27
MEP 193,46
Total Beban 665,51
Spesi 232,15
1 Keramik 386,925 185,72
Plafond 38,693
Penggantung 27,085
MEP 193,46
Total Beban 677,11
Spesi 232,05
Keramik 185,64
Plafond 386,757 38,68
2-9
Penggantung 27,073
MEP 193,37
Total Beban 676,82
Plafond 40,703
Penggantung 28,492
407,025
Roof Waterproofing 203,51
MEP 427,37
Total Beban 700,08
Beban dinding
Tabel 4. Beban dinding
Lantai Beban Tinggi (m) Beban
(kN/m)
1 Pas. Bata 4,5 24,75
2-9 Ringan 3 16,5

73
Beban pada Tangga
Tabel 5. Beban pada Tangga
Lantai Beban Beban (kN/m2)
Pelat Tangga
Anak Tangga 0,426
Spesi 0,63
Keramik 0,48
B2-9
Railing 1
Total Beban 2.536
Bordes
Spesi 0,63
Keramik 0,48
Railing 1
Total Beban 2.11

c. Beban Hujan (Rain Load)


Tabel 6. Rain Load
Lantai Beban Luas (m2) Beban (kN)
Genangan
Roof 407,025 203,513
Air

d. Beban Hidup (Live Load)


Tabel 7. Live Load
Luas
Lantai Beban Beban (kN)
(m2)
Beban hidup 407,025 488,43
Beban tangga
& bordes 4,8
B2
Total Beban 493,23
Beban hidup 386,925 464,31
Beban tangga
& bordes 4,8
B1
Total Beban 469,11
Beban hidup 386,925 557,172
Beban tangga
& bordes 4,8
1
Total Beban 561,972
Beban hidup 386,757 556,93
Beban tangga
& bordes 4,8
2-9
Total Beban 561,73
Beban
Roof 407,025 122,108
Hidup

2. Beban Gempa Rencana


a. Kategori resiko : II
b. Ie : 1,0
c. Klasifikasi situs : SD
d. SS : 1,296
e. S1 : 0,47
f. Fa : 1
74
g. Fv : 1,53
h. SMS : 1,296 g
i. SM1 : 0,719 g
j. SDS : 0,864 g
k. SD1 : 0,479 g
l. T0 : 0,1109 s
m. Ts : 0,555 s
n. TL : 20 s
o. KDS : D
p. Cu : 1,4
q. Ct : 0,0488
r. x : 0,75
s. R : 7
t. Ω0 : 2,5
u. Cd : 5,5
v. Ta : 0,713 s
w. Cs : 0,0961
x. V : 3.299,5 kN
y. Faktor K : 2
z. T ≤ T0 = Sa : 0,346 g aa. TS ≥ T ≥ T0 = Sa : 0,864 g bb. TS ≤ T ≤ TL = Sa : 0,732 g cc. T
≥ TL = Sa : 0,024 g

Gambar 3. Respon Spektra Desain


Pengecekan Syarat Bangunan Tahan Gempa
1. Pola Ragam Getar
Pada penelitian ini, evaluasi deformasi struktur telah memenuhi persyaratan karena mode-1
dan mode-2 berupa deformasi translasi sedangkan pada mode-3 terjadi deformasi rotasi.

a b c
Gambar 4. a.Translasi Arah X Periode 1,916s ; b. Translasi Arah Y Periode 1,426s ; c. Rotasi
Periode 0,968 s

75
2. Modal Participation Mass Ratio
Tabel 8. MPMR dan Perioda
Mode Perioda Sum UX Sum UY
(detik)
1 1,916 0,2582 0,1395
2 1,426 0,6965 0,3227
3 0,968 0,7199 0,6712
… … … …
11 0,163 0,9066 0,8187
12 0,135 0,9067 0,8693
13 0,122 0,9135 0,8711
14 0,119 0,9205 0,8735
15 0,099 0,9478 0,8735
16 0,086 0,9506 0,8742
17 0,084 0,9526 0,899
18 0,084 0,955 0,913
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa rasio partisipasi massa struktur mencapai 90% pada mode
shape 11 untuk sumbu X dengan periode 0,163 detik dan mode shape 18 untuk sumbu Y dengan
periode 0,084 detik.
3. Gaya Geser Dasar (Base Shear)
Tabel 9. Gaya Geser Dasar Koreksi
Gaya Geser Dasar Statik (V)
Load Case FX (kN) FY (kN)
Ex Max 2137,0043 0
Ey Max 0 3148,2328
Gaya Geser Dasar Dinamik (Vt) Koreksi
Load Case FX (kN) FY (kN)
Ex Max 2137,008 0
Ey Max 0 3101,8858
Cek Rasio Vt > 100% V
Arah Ex Ey
Nominal 100% 99%
CEK OK OK
Setelah dilakukan pengkoreksian faktor skala yang dikalikan dengan V/Vt maka dihasilkan base
shear yang telah memenuhi persyaratan SNI 1726-2019 pasal 7.9.1.4.1.
4. Syarat Sistem Ganda
Tabel 10. Syarat Sistem Ganda
Gaya Geser Dasar Dinamik (Vt) Koreksi
Load Case FX (kN) FY (kN)
Ex Max 2137,008 0
Ey Max 0 3101,8858
Total Output Base pada ETABS
Vswx 205,03 0
Vswy 0 2140,45
Cek Presentase ≥ 75%
Arah X Y
Nominal 9,594% 69,005%
CEK OK OK
Pada penelitian ini syarat sistem ganda dapat terpenuhi sesuai SNI 1726-2019 pasal 7.2.5.1 karena
dinding geser hanya memikul sebesar 9,594% gaya seismik pada arah X dan 69,005% pada arah Y.

76
5. Simpangan Antar Lantai (Drift)
12
11
10
9
8
7
6 Arah X
Lantai 5
4 Arah Y
3
2 Izin
1
0
0 5 101520253035404550556065707580859095
Simpangan (mm)

Gambar 5. Story Drift Gempa Arah X dan Y


Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa simpangan pada semua lantai arah X dan arah Y
tidak melebihi batas izin atau dengan kata lain aman apabila terjadi gaya seismik.
6. Pengaruh P-Delta
12
11
10
9
8
Lantai

7
6 Arah X
5
4 Arah Y
3
2 Izin
1
0
0.0000.0100.0200.0300.0400.0500.0600.0700.0800.0900.1000
Teta
Gambar 6. Pengaruh P-Delta Arah X dan Y
Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa struktur aman dan tidak perlu didesain ulang pada
setiap lantainya. Struktur tersebut mengalami kestabilan karena θ tidak melebihi θmaks atau batas
izin.
7. Kinerja Batas Layan (Δs)
Tabel 11. Kinerja Batas Layan Arah X
Lantai Δs Izin CEK
Roof 1,349 12,857 Aman
Lt. 9 2,557 12,857 Aman
Lt. 8 3,354 12,857 Aman
Lt. 7 4,225 12,857 Aman
Lt. 6 5,028 12,857 Aman
Lt. 5 5,72 12,857 Aman
Lt. 3 6,212 12,857 Aman
Lt. 2 9,72 12,857 Aman
Lt. 1 7,341 19,286 Aman
B1 4,093 17,143 Aman
B2 1,081 13,714 Aman

77
Tabel 12. Kinerja Batas Layan Arah Y
Lantai Δs Izin CEK
Roof 3,037 12,857 Aman
Lt. 9 4,347 12,857 Aman
Lt. 8 4,657 12,857 Aman
Lt. 7 5,011 12,857 Aman
Lt. 6 5,291 12,857 Aman
Lt. 5 5,495 12,857 Aman
Lt. 3 5,47 12,857 Aman
Lt. 2 8,079 12,857 Aman
Lt. 1 5,768 19,286 Aman
B1 2,806 17,143 Aman
B2 0,632 13,714 Aman
Dari Tabel 11 dan Tabel 12 kinerja batas layan untuk arah X dan Y pada bangunan studi
kasus penelitian ini aman akibat gempa rencana, sehingga struktur tidak perlu di desain ulang.
8. Kinerja Batas Ultimit (Δm)
Tabel 13. Kinerja Batas Ultimit Arah X
Lantai Δm Izin CEK
Roof 6,6101 60 Aman
Lt. 9 12,5293 60 Aman
Lt. 8 16,4346 60 Aman
Lt. 7 20,7025 60 Aman
Lt. 6 24,6372 60 Aman
Lt. 5 28,028 60 Aman
Lt. 3 30,4388 60 Aman
Lt. 2 47,628 60 Aman
Lt. 1 35,9709 90 Aman
B1 20,0557 80 Aman
B2 5,2969 64 Aman
Tabel 14. Kinerja Batas Ultimit Arah Y
Lantai Δm Izin CEK
Roof 14.8813 60 Aman
Lt. 9 21.3003 60 Aman
Lt. 8 22.8193 60 Aman
Lt. 7 24.5539 60 Aman
Lt. 6 25.9259 60 Aman
Lt. 5 26.9255 60 Aman
Lt. 3 26.803 60 Aman
Lt. 2 39.5871 60 Aman
Lt. 1 28.2632 90 Aman
B1 13.7494 80 Aman
B2 3.0968 64 Aman
Dari Tabel 13 dan Tabel 14 kinerja batas ultimit untuk arah X dan Y pada gedung studi
kasus penelitian ini aman akibat gempa rencana, sehingga struktur tidak perlu di desain ulang.
Pengecekan Kapsitas Elemen Struktur
1. Balok
Spesifikasi dan data material elemen struktur yang ditinjau :
a. Kode : G37-5A
b. L : 6150 mm
c. b : 300 mm
d. h : 700 mm
e. db : D16
f. Torsi : D10
g. ds : D10
78
h. cc : 30 mm
i. fc’ : 30 MPa
j. fy : 520 MPa
k. c1 : 500 mm
l. c2 : 700 mm
Setelah mendapatkan output gaya dalam dari software ETABS maka gaya dalam tersebut diolah
dengan mempertimbangkan data material yang kemudian dilakukan perhitungan cek kapasitas dari
pada balok yang akan ditinjau. Kemudian hasil dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan pada
tabel di bawah ini.
Tabel 15. Kesimpulan Pengecekan Kapasitas Balok G37-5A
Kesimpulan
Syarat gaya dan geometri OK
Kapasitas lentur OK
Kapasitas geser OK
Kapasitas torsi OK
Tulangan Longitudinal
Longitudinal tumpuan atas 5 D16
Longitudinal tumpuan tengah 2 D10
Longitudinal tumpuan bawah 3 D16
Longitudinal lapangan atas 3 D16
Longitudinal lapangan tengah 2 D10
Longitudinal lapangan bawah 3 D16
Tulangan Transversal
Sengkan tumpuan D10-100
Sengkang lapangan D10-200

Gambar 7. Detail Penulangan Balok G37-5A


2. Kolom
Spesifikasi dan data material elemen struktur yang ditinjau :
a. Kode : K4
b. L : 4500 mm
c. b : 500 mm
d. h : 700 mm
e. db : D16
f. ds : D13
g. cc : 40 mm
h. fc’ : 30 MPa
i. fy : 520 MPa
j. hb : 700 mm
Selanjutnya setelah mendapatkan output gaya dalam dari software ETABS maka gaya dalam
tersebut diolah dengan mempertimbangkan data material yang kemudian dilakukan perhitungan cek
kapasitas dari pada kolom yang akan ditinjau. Kemudian hasil dari perhitungan tersebut dapat
79
disimpulkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 16. Kesimpulan Pengecekan Kapasitas Kolom K4
Kesimpulan
Syarat gaya dan geometri OK
Kapasitas lentur OK
Kapasitas geser OK
Tulangan Longitudinal
Longitudinal 18 D16
Tulangan Transversal Tumpuan
Sengkan lemah 3 D13-100
Sengkang kuat 3 D13-100
Tulangan Transversal Lapangan
Sengkan lemah 3 D13-100
Sengkang kuat 3 D13-100

Gambar 8. Detail Penulangan Kolom K4


3. Pelat Lantai
Spesifikasi dan data material elemen struktur yang ditinjau :
a. Kode : S7
b. Lx : 3000 mm
c. Ly : 5800 mm
d. h : 150 mm
e. Koef. momen : 1,93
f. Clx : 83 mm
g. Cly : 40 mm
h. Ctx : 12 mm
i. Cty : 57 mm
j. Diameter tul. : D10
k. cc : 30 mm
l. fc’ : 30 MPa
m. fy : 520 MPa
Kemudian setelah memperhitungkan gaya dalam yang diperoleh dari perhitungan beban rencana
terfaktor (Qu) maka gaya dalam tersebut diolah dengan mempertimbangkan data material yang
kemudian dilakukan perhitungan cek kapasitas dari pada pelat lantai yang akan ditinjau. Selanjutnya
hasil dari pengecekan kapasitas pelat lantai yang memiliki penulangan D10-200 dapat disimpulkan
bahwa faktor tahanan momen (Rn) lebih kecil daripada faktor tahanan momen maksimal (Rmax) atau
dengan kata lain kapasitas dari pelat lantai tersebut aman dan tidak perlu didesain ulang. Lendutan
dari pelat lantai yang ditinjau juga memenuhi syarat lendutan minimum yaitu lendutan total lebih
kecil daripada batasan lendutan maksimal yang diizinkan.

80
Gambar 9. Detail Penulangan Pelat Lantai S7
4. Shear Wall (Dinding Geser)
Spesifikasi dan data material elemen struktur yang ditinjau :
a. Kode : SW 10
b. tw : 300 mm
c. L (as ke as) : 6100 mm
d. h w : 35700 mm
e. dl : D22
f. d t : D13
g. fc’ : 30 MPa
h. fy : 520 MPa
Selanjutnya setelah mendapatkan output gaya dalam dari software ETABS maka gaya dalam
tersebut diolah dengan mempertimbangkan data material yang kemudian dilakukan perhitungan cek
kapasitas dari pada shear wall yang akan ditinjau. Kemudian hasil dari perhitungan tersebut dapat
disimpulkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 17. Kesimpulan Pengecekan Kapasitas SW 10
Kesimpulan
Rasio Tulangan Longitudinal OK
Rasio Tulangan Transversal OK
Kapasitas geser OK
Elemen Batas Khusus (Displacement-Based)
Apakah perlu batas khusus? Tidak perlu
Panjang elemen batas khusus (mm) 567
Tinggi elemen batas khusus (mm) 6100
Elemen Batas Khusus (Strength-Based)
Apakah perlu batas khusus? Perlu
Panjang elemen batas khusus (mm) 567
Tinggi elemen batas khusus (mm) 28000
Tulangan
Longitudinal 2 D22-250
Transversal 2 D13-100
Confinement EBK (Sejajar panjang) 2 D13-100
Confinement EBK (Sejajar lebar) 17 D13-100

81
Gambar 10. Detail Penulangan Dinding Geser SW 10
Kesimpulan
Dari hasil perhitungan analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa struktur bangunan pada
Zona 2 Apartemen Yogyakarta aman terhadap pembebanan rencana dan tidak perlu didesain ulang
ditinjau dari delapan parameter persyaratan bangunan tahan gempa yaitu pola ragam getar, modal
participation mass ratio, base shear, syarat sistem ganda, drift, pengarih P-delta, kinerja batas layan
dan kinerja batas ultimit serta ditinjau dari kinerja kapasitas elemen struktur atas yaitu balok, kolom,
pelat lantai dan shear wall (dinding geser).

DAFTAR PUSTAKA
Alghuff, A. Y. 2019. Comparative Study of Static and Response Spectrum Methods for Seismic
Analysis of Regular RC Buildings. Gaza, Palestine : Islamic University of Gaza.
Bayyinah, D.A.L dan Faimun. 2017. Studi Perbandingan Analisis Respon Spektra dan Time History
untuk Desain Gedung. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Elliza, I.N. 2013. Evaluasi Kinerja Struktur pada Gedung Bertingkat dengan Analisis Respon
Spektrum Menggunakan Software ETABS V 9.50 (Studi Kasus : Gedung Solo Center Point).
Surakarta : Universitas Sebelas Maret.
Hurint, Y.S.R. 2020. Analisis Struktur Gedung DPD PDI Perjuangan Yogyakarta Terhadap Beban
Gempa RSNI 1726:201X. Yogyakarta : Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa.
Islam, Z. and Abu S.M.T. 2016. Earthquake Response Anaysis of Multistoried RC Building Under
Equivalent Static and Dynamic Loading as Per Bangladesh National Building Code 2006.
Dhaka, Bangladesh : Akhsanullah University of Science and Technology.
Prasetyo, A. 2018. Analisis Perencanaan Gedung Tahan Gempa dengan Menggunakan Struktur
Beton Bertulang Berdasarkan Peraturan SNI 2847:2013, SNI 1727:2013, dan SNI 1726:2012.
Cirebon : Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon.
Samuel, S.P, M.Afif, S, Dewi, S,. 2021. Analisis Perilaku Dinamik Struktur Gedung Perkantoran
Empat Lantai di Derah Istimewa Yogyakarta terhadap Beban Gempa SNI 1726 :2019, Jurnal
Renovasi Vol 6, No 1. 2021.
Sultan, M.R. 2015. Dynamic Analysis of Multi-Storey Building for Different Shapes. Anantapura
Department of Civil Engineering.
Wantalangie, R.O.F, dkk. 2016. Analisa Statik dan Dinamik Gedung Bertingkat Banyak Akibat
Gempa Berdasarkan SNI 1726-2012 dengan Variasi Jumlah Tingkat. Manado : Universitas
Sam Ratulangi.

82

Anda mungkin juga menyukai