Anda di halaman 1dari 4

F5 -

Pemberian Edukasi Pada Masyarakat Mengenai Pencegahan dan


Penatalaksanaan Tinea Korporis

LATAR BELAKANG
Tinea corporis adalah infeksi jamur pada kulit halus (glabrous skin) di daerah wajah,
leher, badan, lengan, tungkai, dan glutea yang disebabkan jamur dermatofita spesies
Trichophyton, Microsporus, Epidermophyton. Jamur penyebab tinea corporis ini bersifat
antropofilik, geofilik, dan zoofilik. Jamur yang bersifat antropofilik hanya mentransmisikan
penyakit antar manusia antara lain adalah Tricophyton violaceum yang banyak ditemukan
pada orang afrika, Tricophyton rubrum, Tricophyton schoeleinii, Tricophyton magninii,
Tricophyton soudanense, Tricophyton youndei, Microsporum audouinii, dan Microsporum
ferrugineum. Jamur geofilik merupakan jamur yang hidup di tanah dan dapat menyebabkan
radang yang moderat pada manusia. Golongan jamur ini antara lain Microsporum gypseum
dan Microsporum fulvum. Jamur zoofilik merupakan jamur yang hidup pada hewan, namun
dapat mentransmisikan penyakit pada manusia. Jamur zoofilik penyebab tinea corporis salah
satunya adalah Microsporum canis yang berasal dari kucing. Dari tiga sifat jamur penyebab
tinea corporis tersebut, dermatofit yang antropofilik adalah sifat yang paling sering
ditemukan sebagai sumber infeksi tinea corporis (Djuanda, 2007 dan NZDSI, 2012).
Infeksi tinea corporis terdapat di seluruh dunia terutama daerah tropis yang
mempunyai kelembapan tinggi seperti Negara Indonesia. Penyakit ini menyerang pria
maupun wanita dan terjadi pada semua umur terutama dewasa. Penyebab tersering penyakit
ini adalah Tricophyton rubrum dengan prevalensi 47% dari semua kasus tinea corporis.
Tricophyton rubrum mempunyai dinding sel sehingga resisten terhadap eradikasi. Barrier
proteksi ini mengandung mannan, yang menghambat organisme ini tahan terhadap
pertahanan lapisan kulit (Jack L Lesher Jr, 2012).
Infeksi dermatofit tidak menyebabkan mortalitas yang signifikan tetapi dapat
berpengaruh besar terhadap kualitas hidup sehingga diagnosis dan terapi infeksi dermatofit
harus dilakukan dengan tepat. Apabila terapi yang digunakan tidak sesuai maka akan
menimbulkan beberapa penyulit seperti reaksi alergi, hiperpigmentasi, kekambuhan, dan
infeksi sekunder yang menyebabkan pasien tidak kunjung sembuh, memungkinkan terjadinya
penurunan imunitas yang dapat memicu terjadinya infeksi sekunder oleh bakteri, virus,
maupun jamur yang lain. Oleh karena itu dibutuhkan terapi yang tepat dan cepat untuk
meminimalisir terjadinya penyulit (Suyono, 2004).

PERMASALAHAN
Identitas Pasien
Nama : Tn. P
Umur : 47 tahun
BB : 56 kg
TB : 156 cm
IMT : 23,0

Anamnesis
- Keluhan Utama : Tubuh gatal-gatal
- Riwayat Penyakit Sekarang : Seorang laki-laki berusia 47 tahun datang ke
Puskesmas Tegalrejo dengan keluhan gatal-gatal pada tubuhnya. Gatal dirasakan pada
bagian leher, dada, punggung dan perut sejak 5 hari yang lalu. Pada bagian tersebut
muncul bercak-bercak bulat dengan tepi kemerahan. Gatal muncul terus-menerus
sepanjang hari, dan semakin parah saat berkeringat. Adanya riwayat terkena suatu
bahan yang bersifat iritan seperti ( deterjen, parfum, sabun mandi, lotion, dll),
riiwayat terkena gigitan serangga dan riwayat alergi disangkal oleh pasien. Dalam
kesehariannya pasien bekerja berjualan di luar ruangan sehingga menjadikannya
sering terpapar sinar matahari dan berkeringat. Dalam sehari pasien mandi dan
mengganti pakaiannya sebanyak 2 kali. Pasien belum minum obat, hanya
memberikan bedak dingin untuk mengurangi gatalnya namun hingga saat ini belum
ada perbaikan.
- Riwayat Alergi : Tidak ada
- Riwayat Penyakit Dahulu : DM (-)
- Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada yang mengalami keluhan serupa

Vital Sign
KU : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
TD : 119/87
HR : 90 x/menit
RR : 22 x/menit
Suhu : 36.5
Pemeriksaan Fisik
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-)
- Leher : Pembesaran KGB (-)
- Pulmo : Simetris, retraksi (-), SDV +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
- COR : BJ I-II normal, murmur (-/-)
- Abdomen : Nyeri (-), bising usus (+) 18 x/menit, perkusi timpani
- Ekstremitas : Akral dingin -/-/-/-, edema -/-/-/-, CRT <2 detik, turgor baik
- Status lokalis : Ditemukan plak eritem berbatas tegas, tepi tak beraturan di regio coli,
thorax abdomen dan scapular bilateral disertai gambaran central healing..

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


- Dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik terhadap pasien di poliklinik umum
Puskesmas Induk Tegalrejo Salatiga. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik
ditegakkan bahwa diagnosis pasien adalah Tinea Korporis.
- Dilakukan upaya pengobatan dengan disertai konseling KIE (komunikasi, informasi,
dan edukasi) kepada pasien mengenai apa itu tinea korporis sebagai suatu infeksi
jamur pada kulit, bagaimana penatalaksanaannya, dan bagaimana upaya pencegahan
untuk mencegah kekambuhan dan kemungkinan terjadi infeksi sekunder.

PELAKSANAAN
Medikamentosa :
- Cetirizine tab 5 mg 2x1 selama 5 hari
- Ketoconazole zalf 2x/hari selama 1 minggu
- Ketoconazole tablet 200 mg 3x1 selama 1 minggu

Konseling KIE :
- Penggunaan obat : Cetirizine diminum untuk mengurangi gatal-gatal, dengan
demikian pasien tidak ada keinginan untuk menggaruk. Akibat menggaruk berlebihan
dapat beresiko terjadi infeksi sekunder pada kulit.
- Ketozonazole salep diberikan kepada pasien ini untuk membasmi infeksi jamur
penyebab tinea pada kulit, sedangkan ketoconazole tablet diberikan kepada pasien
untuk mambantu membasmi jamur penyebab tinea melalui siklus peredaran darah
sampai ke kapiler kulit.
- Pasien disarankan untuk minum obat secara teratur, setelah obat habis pasien wajib
kontrol untuk mengetahui perkembangan kondisi kulit.
- Pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan diri seperti menggunakan pakaian
sendiri, tidak meminjam pakaian orang lain, tidak memakai handuk berbarengan
dengan orang lain, mengganti pakaian sehari sekali/ saat pasien sudah merasa
berkeringat, setelah itu, mencuci pakaiantersebut dengan bersih dan mandi sehari 2x/
rajin membersihkan diri

MONITORING & EVALUASI


Pasien dapat mengerti sepenuhnya penjelasan dokter dan bersedia mematuhi anjuran
pengobatan. Pasien dapat kontrol kembali 5 hari berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai