1. Pengertian Sectio Caesarea Kelahiran caesarea adalah kelahiran janin melalui insisi transabdomen pada uterus (Bobak, 2004). Sectio caesarea adalah operasi untuk melahirkan janin yang variabel melalui insisi abdomen. Sectio caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat badan diatas 500 gram, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (Sarwono, 2006) Berdasarkan kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa sectio caesrea adalah suatu proses persalinan dimulai dari kehidupan di luar rahim dengan tindakan melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh untuk melahirkan bayi dengan berat diatas 500 gram. 2. Indikasi Sectio Caesarea Ada beberapa indikasi pasti kelahiran caesaria, empat kategori diagnostik merupakan alasan terhadap 75% sampai 90% kelahiran Caesaria yakni distosia, sesarea ulang, gawat janin, infeksi virus herpes, prolaps tali pusat, (prolapsed umbilical cold), komplikasi medis hipertensi akibat kehamilan (pregnancy induced hypertention), kelainan plasenta, seperti plasenta previa dan solusio plasenta, malpresentasi misalnya Letak Sungsang dan letak lintang, anomali janin, misalnya hidrosefalus (Bobak, 2004). 3. Jenis-Jenis Operasi Sectio Caesarea Jenis-jenis operasi sectio caesarea menurut (Bobak, 2004) yaitu : a. Sectio klasik yaitu dengan melakukan sayatan vertikal sehingga memungkinkan ruangan yang lebih besar untuk jalan keluar bayi. Sesarea klasik dapat mengurangi terjadinya komplikasi seperti kehilangan darah, infeksi dan ruptur uterus yang lebih tinggi. b. Sayatan mendatar dibagian atas dari kandung kemih, metode ini utnuk meminimalkan resiko terjadinya pendarahan dan cepat penyembuhannya. c. Sesarea segmen bawah dapat dilakukan melalui insisi vertikal, memungkinkan terjadinya kehilangan darah dan ruptur pada kehamilan selanjutnya lebih kecil 4. Komplikasi Sectio Caesarea sesarea bukan tanpa komplikasi baik ibu maupun janin, komplikasi maternal terjadi pada 25% sampai 30% kelahiran, komplikasi yang timbul antara lain : aspirasi, emboli pulmoner, infeksi luka, tromboplebitis, perdarahan, infeksi saluran kemih, cedera pada kandung kemih atau usus, komplikasi yang berhubungan dengan anestesi serta gangguan konsep diri (Bobak, 2004)
Konsep Dasar Pre Eklampsia Berat
A. Definisi Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih. (Nanda, 2012) Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria (Prawirohardjo, 2008). B. Anatomi Fisiologi Perubahan Fisiologi Wanita Hamil Segala perubahan fisik dialami wanita selama hamil berhubungan dengan beberapa sistem yang disebabkan oleh efek khusus dari hormon. Perubahan ini terjadi dalam rangka persiapan perkembangan janin, menyiapkan tubuh ibu untuk bersalin, perkembangan payudara untuk pembentukan/produksi air susu selama masa nifas. (Salmah dkk, 2006, hal.47) 1. Uterus Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah pengaruh estrogen dan progesteron yang kadarnya meningkat. Pembesaran ini pada dasarnya disebabkan oleh hipertrofi otot polos uterus.Pada bulan-bulan pertama kehamilan bentuk uterus seperti buah advokat, agak gepeng.Pada kehamilan 4 bulan uterus berbentuk bulat dan pada akhir kehamilan kembali seperti semula, lonjong seperti telur. (Wiknjosastro, H, 2006, hal. 89) Perkiraan umur kehamilan berdasarkan tinggi fundus uteri : a) Pada kehamilan 4 minggu fundus uteri blum teraba b) Pada kehamilan 8 minggu, uterus membesar seperti telur bebek fundus uteri berada di belakang simfisis. c) Pada kehamilan 12 minggu kira-kira sebesar telur angsa, fundus uteri 1-2 jari di atas simfisis pubis. d) Pada kehamilan 16 minggu fundus uteri kira-kira pertengahan simfisis dengan pusat. e) Kehamilan 20 minggu, fundus uteri 2-3 jari di bawah pusat. f) Kehamilan 24 minggu, fundus uteri kira-kira setinggi pusat. g) Kehamilan 28 minggu, fundus uteri 2-3 jari di atas pusat. h) Kehamilan 32 minggu, fundus uteri pertengahan umbilicus dan prosessus xypoideus. i) Kehamilan 36-38 minggu, fundus uteri kira-kira 1 jari di bawah prosessus xypoideus. j) Kehamilan 40 minggu, fundus uteri turun kembali kira-kira 3 jari di bawah prosessus xypoideus. (Wiknjosastro, H, 2006. Hal. 90-91 dan Mandriwati, G. A. 2008. Hal. 90). 2. Vagina Vagina dan vulva juga mengalami perubahan akibat hormon estrogen sehingga tampak lebih merah, agak kebiru-biruan (livide).Tanda ini disebut tanda Chadwick. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 95) 3. Ovarium Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum graviditatis sampai terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan 16 minggu.Namun akan mengecil setelah plasenta terbentuk, korpus luteum ini mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron. Lambat laun fungsi ini akan diambil alih oleh plasenta. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal .95) 4. Payudara Payudara akan mengalami perubahan, yaitu mebesar dan tegang akibat hormon somatomammotropin, estrogen, dan progesteron, akan tetapi belum mengeluarkan air susu. Areola mammapun tampak lebih hitam karena hiperpigmentasi. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 95) 5. Sistem Sirkulasi Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-pembuluh darah yang membesar pula.Volume darah ibu dalam kehamilan bertambah secara fisiologik dengan adanya pencairan darah yang disebut hidremia. Volume darah akan bertambah kira-kira 25%, dengan puncak kehamilan 32 minggu, diikuti dengan cardiac output yang meninggi kira-kira 30%. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 96). 6. Sistem Respirasi Wanita hamil pada kelanjutan kehamilannya tidak jarang mengeluh rasa sesak nafas.Hal ini ditemukan pada kehamilan 32 minggu ke atas karena usus tertekan oleh uterus yang membesar ke arah diafragma sehingga diafragma kurang leluasa bergerak. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 96) 7. Traktus Digestivus Pada bulan pertama kehamilan terdapat perasaan enek (nausea) karena hormon estrogen yang meningkat.Tonus otot traktus digestivus juga menurun.Pada bulan-bulan pertama kehamilan tidak jarang dijumpai gejala muntah pada pagi hari yang dikenal sebagai moorning sickness dan bila terlampau sering dan banyak dikeluarkan disebut hiperemesis gravidarum. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 97) 8. Traktus Urinarius Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan oleh uterus yang membesar sehingga ibu lebih sering kencing dan ini akan hilang dengan makin tuanya kehamilan, namun akan timbul lagi pada akhir kehamilan karena bagian terendah janin mulai turun memasuki Pintu Atas Panggul. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 97) 9. Kulit Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena pengaruh hormon Melanophore Stimulating Hormone (MSH) yang dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis. Kadang-kadang terdapat deposit pigmen pada dahi, pipi, dan hidung, dikenal sebagai kloasma gravidarum. Namun Pada kulit perut dijumpai perubahan kulit menjadi kebiru-biruan yang disebut striae livide. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 97) 10. Metabolisme dalam Kehamilan Pada wanita hamil Basal Metabolik Rate (BMR) meningkat hingga 15-20 %.Kelenjar gondok juga tampak lebih jelas, hal ini ditemukan pada kehamilan trimester akhir.Protein yang diperlukan sebanyak 1 gr/kg BB perhari untuk perkembangan badan, alat kandungan, mammae, dan untuk janin, serta disimpan pula untuk laktasi nanti.Janin membutuhkan 30-40 gr kalsium untuk pembentukan tulang terutama pada trimester ketiga.Dengan demikian makanan ibu hamil harus mengandung kalsium, paling tidak 1,5-2,5 gr perharinya sehingga dapat diperkirakan 0,2-0,7 gr kalsium yang tertahan untuk keperluan janin sehingga janin tidak akan mengganggu kalsium ibu. Wanita hamil juga memerlukan tambahan zat besi sebanyak 800 mg untuk pembentukan haemoglobin dalam darah sebagai persiapan agar tidak terjadi perdarahan pada waktu persalinan. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 98) 11. Kenaikan Berat Badan Peningkatan berat badan ibu selama kehamilan menandakan adaptasi ibu terhadap pertumbuhan janin. Perkiraan peningkatan berat badan adalah 4 kg dalam kehamilan 20 minggu, dan 8,5 kg dalam 20 minggu kedua (0,4 kg/minggu dalam trimester akhir) jadi totalnya 12,5 kg. (Salmah, Hajjah.2006. Hal.60-61) C. Etiologi Penyebab preeklamsi sampai sekarang belum di ketahui secara pasti,tapi pada penderita yang meninggal karena preeklamsia terdapat perubahan yang khas pada berbagai alat.Tapi kelainan yang menyertai penyakit ini adalah spasmus arteriole, retensi Na dan air dan coogulasi intravaskulaer. Walaupun vasospasmus mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit ini, akan tetapi vasospasmus ini yang menimbulkan berbagai gejala yang menyertai preeklamsi. Sebab pre eklamasi belum diketahui, a) Vasospasmus menyebabkan : Hypertensi Pada otak (sakit kepala, kejang) Pada placenta (solution placentae, kematian janin) Pada ginjal (oliguri, insuffisiensi) Pada hati (icterus) Pada retina (amourose) b) Ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklamsia yaitu : Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, dan molahidatidosa Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus Timbulnya hipertensi, edema, protein uria, kejang dan koma. c) Factor Perdisposisi Preeklamsi Molahidatidosa Diabetes melitus Kehamilan ganda Hidrocepalus Obesitas Umur yang lebih dari 35 tahun D. Klasifikasi Preeklamsi di bagi menjadi 2 golongan yaitu : a. Preeklamsi Ringan : 1) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang di ukur pada posisi berbaring terlentang, atau kenaikan diastolic 15 mmHg atau lebih, kenaikan sistolik 30 mmHg/lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, dan sebaiknya 6 jam. 2) Edema umum (kaki, jari tangan dan muka atau BB meningkat) 3) Proteinuri kuwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, sedangkan kuwalitatif 1+ & 2+ pada urine kateter atau midstream. b. Preeklamsi Berat 1) TD 160/110 mmHg atau lebih 2) Proteinuria 5gr atau lebih perliter 3) Oliguria (jumlah urine <500cc/24 jam) 4) Adanya gangguan serebri, gangguan visus, dan rasa nyeri pada efigastrium 5) Terdapat edema paru dan sianosis E. Manifestasi Klinis a) penambahan berat badan yang berlebihan, terjadi kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali. b) Edema terjadi peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan dan muka. c) Hipertensi (di ukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit) 1) TD > 140/90 mmHg atau 2) Tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg 3) Diastolik>15 mmHg 4) tekanan diastolic pada trimester ke II yang >85 mmHg patut di curigai sebagai preeklamsi d) Proteinuria 1) Terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam urin 24 jam atau pemeriksaan kuwalitatif +1 / +2. 2) Kadar protein > 1 g/l dalam urine yang di keluarkan dengan kateter atau urine porsi tengah, di ambil 2 kali dalam waktu 6 jam. F. Patofisiologi Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke organ , termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar dari timbulnya proses pre eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi aliran darah dan timbulnya hipertensi arterial.Vasospasme dapat diakibatkan karena adanya peningkatan sensitifitas dari sirculating pressors. Pre eklampsia yang berat dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan perfusi plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardation. G. Pemeriksaan Penunjang a) Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml b) USG : untuk mengetahui keadaan janin c) NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin H. Komplikasi Tergantung derajat pre-eklampsianya, yang termasuk komplikasi antara lain atonia uteri (uterus couvelaire), sindrom HELLP (Haemolysis Elevated Liver Enzymes, Low Platelet Cown), ablasi retina, KID (Koagulasi Intra Vaskular Diseminata), gagal ginjal, perdarahan otal, oedem paru, gagal jantung, syok dan kematian. Komplikasi pada janin berhubungan dengan akut kronisnya insufisiensi uteroplasental, misalnya pertumbuhan janin terhambat dan prematuritas. I. Penatalaksanaan a) Prinsip Penatalaksanaan Pre-Eklampsia 1) Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah 2) Mencegah progresifitas penyakit menjadi eklampsia 3) Mengatasi atau menurunkan risiko janin (solusio plasenta, pertumbuhan janin terhambat, hipoksia sampai kematian janin) 4) Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera mungkin setelah matur, atau imatur jika diketahui bahwa risiko janin atau ibu akan lebih berat jika persalinan ditunda lebih lama. b) Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Ringan 1) Dapat dikatakan tidak mempunyai risiko bagi ibu maupun janin 2) Tidak perlu segera diberikan obat antihipertensi atau obat lainnya, tidak perlu dirawat kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman 140-150/90-100 mmhg). 3) Istirahat yang cukup (berbaring / tiduran minimal 4 jam pada siang hari dan minimal 8 jam pada malam hari) 4) Pemberian luminal 1-2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur 5) Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg/hari. 6) Bila tekanan darah tidak turun, dianjurkan dirawat dan diberi obat antihipertensi : metildopa 3 x 125 mg/hari (max.1500 mg/hari), atau nifedipin 3-8 x 5-10 mg/hari, atau nifedipin retard 2-3 x 20 mg/hari, atau pindolol 1-3 x 5 mg/hari (max.30 mg/hari). 7) Diet rendah garam dan diuretik tidak perlu 8) Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap 1 minggu 9) Indikasi rawat : jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah 2 minggu rawat jalan, peningkatan berat badan melebihi 1 kg/minggu 2 kali berturut-turut, atau pasien menunjukkan tanda-tanda pre-eklampsia berat. Berikan juga obat antihipertensi. 10) Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai pre- eklampsia berat. Jika perbaikan, lanjutkan rawat jalan 11) Pengakhiran kehamilan : ditunggu sampai usia 40 minggu, kecuali ditemukan pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio plasenta, eklampsia, atau indikasi terminasi lainnya. Minimal usia 38 minggu, janin sudah dinyatakan matur. 12) Persalinan pada pre-eklampsia ringan dapat dilakukan spontan, atau dengan bantuan ekstraksi untuk mempercepat kala ii. c) Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Berat Dapat ditangani secara aktif atau konservatif. Aktif berarti : kehamilan diakhiri / diterminasi bersama dengan pengobatan medisinal. Konservatif berarti : kehamilan dipertahankan bersama dengan pengobatan medisinal. Prinsip : Tetap pemantauan janin dengan klinis, USG, kardiotokografi. 1) Penanganan aktif. Penderita harus segera dirawat, sebaiknya dirawat di ruang khusus di daerah kamar bersalin.Tidak harus ruangan gelap.Penderita ditangani aktif bila ada satu atau lebih kriteria ini. Ada tanda-tanda impending eklampsia Ada hellp syndrome Ada kegagalan penanganan konservatif Ada tanda-tanda gawat janin atau iugr Usia kehamilan 35 minggu atau lebih Pengobatan medisinal : diberikan obat anti kejang MgSO4 dalam infus dextrose 5% sebanyak 500 cc tiap 6 jam. Cara pemberian MgSO4 : dosis awal 2 gram intravena diberikan dalam 10 menit, dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan sebanyak 2 gram per jam drip infus (80 ml/jam atau 15-20 tetes/menit). Syarat pemberian MgSO4 : – frekuensi napas lebih dari 16 kali permenit – tidak ada tanda-tanda gawat napas – diuresis lebih dari 100 ml dalam 4 jam sebelumnya – refleks patella positif. MgSO4 dihentikan bila : – ada tanda-tanda intoksikasi – atau setelah 24 jam pasca persalinan – atau bila baru 6 jam pasca persalinan sudah terdapat perbaikan yang nyata. Siapkan antidotum MgSO4 yaitu Ca-glukonas 10% (1 gram dalam 10 cc NaCl 0.9%, diberikan intravena dalam 3 menit).Obat anti hipertensi diberikan bila tekanan darah sistolik lebih dari 160 mmHg atau tekanan darah diastolik lebih dari 110 mmHg.Obat yang dipakai umumnya nifedipin dengan dosis 3-4 kali 10 mg oral. Bila dalam 2 jam belum turun dapat diberi tambahan 10 mg lagi. Terminasi kehamilan : bila penderita belum in partu, dilakukan induksi persalinan dengan amniotomi, oksitosin drip, kateter Folley, atau prostaglandin E2. Sectio cesarea dilakukan bila syarat induksi tidak terpenuhi atau ada kontraindikasi partus pervaginam.Pada persalinan pervaginam kala 2, bila perlu dibantu ekstraksi vakum atau cunam. 2) Penanganan konservatif Pada kehamilan kurang dari 35 minggu tanpa disertai tanda- tanda impending eclampsia dengan keadaan janin baik, dilakukan penanganan konservatif.Medisinal : sama dengan pada penanganan aktif. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mencapai tanda-tanda pre- eklampsia ringan, selambatnya dalam waktu 24 jam. Bila sesudah 24 jam tidak ada perbaikan maka keadaan ini dianggap sebagai kegagalan pengobatan dan harus segera dilakukan terminasi. jangan lupa : oksigen dengan nasal kanul, 4-6 l / menit, obstetrik : pemantauan ketat keadaan ibu dan janin. bila ada indikasi, langsung terminasi. Menjelaskan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi, dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring.Diet tinggi protein, dan rendah lemak, karbohidat, garam dan penambahan berat badan yang tidak berlebihan perlu dianjurkan. Mengenal secara dini preeklampsia dan segera merawat penderita tanpa memberikan diuretika dan obat anthipertensi, memang merupakan kemajuan yang penting dari pemeriksaan antenatal yang baik. (Wiknjosastro H,2006). KONSEP ASUHAN DASAR KEPERAWATAN PADA PASIEN PRE EKLAMPSIA 1. Pengkajian 1) Data Biografi Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida ,< 20 tahun atau > 35 tahun, Jenis kelamin, 2) Riwayat Kesehatan keluhan Utama : biasanya klirn dengan preeklamsia mengeluh demam, sakit kepala, Riwayat kesehatan sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur Riwayat kesehatan sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya 3) Riwayat Kehamilan Riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan eklamsia sebelumnya. 4) Riwayat KB Perlu ditanyakan pada ibu apakah pernah / tidak megikuti KB jika ibu pernah ikut KB maka yang ditanyakan adalah jenis kontrasepsi, efek samping. Alasan pemberhentian kontrasepsi (bila tidak memakai lagi) serta lamanya menggunakan kontrasepsi. 5) Pola aktivitas sehari-hari Aktivitas Gejala : Biasanya pada pre eklamsi terjadi kelemahan, penambahan berat badan atau penurunan BB, reflek fisiologis +/+, reflek patologis -/-. Tanda : Pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka 6) Sirkulasi Gejala : Biasanya terjadi penurunan oksegen. 7) Abdomen Gejala : Inspeksi : Biasanya Perut membuncit sesuai usia kehamilan aterm, apakah adanya sikatrik bekas operasi atau tidak ( - ) Palpasi : Leopold I : Biasanya teraba fundus uteri 3 jari di bawah proc. Xyphoideus teraba massa besar, lunak, noduler Leopold II : Teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, bagian – bagian kecil janin di sebelah kanan. Leopold III : Biasanya teraba masa keras, terfiksir Leopold IV : Biasanya pada bagian terbawah janin telah masuk pintu atas panggul Auskultasi : Biasanya terdengar BJA 142 x/1’ regular 8) Eliminasi Gejala : Biasanya proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup, oliguria 9) Makanan / cairan Gejala : Biasanya terjadi peningkatan berat badan dan penurunan , muntah- muntah Tanda : Biasanya nyeri epigastrium, 10) Integritas ego Gejala : Perasaan takut. Tanda : Cemas. 11) Neurosensori Gejala : Biasanya terjadi hipertensi Tanda : Biasanya terjadi kejang atau koma 12) Nyeri / kenyamanan Gejala : Biasanya nyeri epigastrium, nyeri kepala, sakit kepala, ikterus, gangguan penglihatan. Tanda : Biasanya klien gelisah, 13) Pernafasan Gejala : Biasanya terjadi suara nafas antara vesikuler, Rhonki, Whezing, sonor Tanda : Biasanya ada irama teratur atau tidak, apakah ada bising atau tidak. 14) Keamanan Gejala : Apakah adanya gangguan pengihatan, perdarahan spontan. 15) Seksualitas Gejala : Status Obstetrikus 16) Pemeriksaan Fisik a. Keadaan Umum : baik, cukup, lemah b. Kesadaran : Composmentis (e = 4, v = 5, m = 6) c. Pemeriksaan Fisik (Persistem) Sistem pernafasan Pemeriksaan pernapasan, biasanya pernapasan mungkin kurang, kurang dari 14x/menit, klien biasanya mengalami sesak sehabis melakukan aktifitas, krekes mungkin ada, adanya edema paru hiper refleksia klonus pada kaki. Sistem cardiovaskuler Inspeksi : Apakah Adanya sianosis, kulit pucat, konjungtiva anemis. Palpasi : - Tekanan darah : Biasanya pada preeklamsia terjadi peningkatan TD, melebihi tingkat dasar setetah 20 minggu kehamilan, - Nadi : Biasanyanadi meningkat atau menurun - Leher : Apakah ada bendungan atau tidak pada Pemeriksaan Vena Jugularis, jika ada bendungan menandakan bahwa jantung ibu mengalami gangguan. Edema periorbital yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam Suhu dingin - Auskultasi : Untuk mendengarkan detak jantung janin untuk mengetahui adanya fotal distress, bunyi jantung janin yang tidak teratur gerakan janin melemah System reproduksi - Dada Payudara : Dikaji apakah ada massa abnormal, nyeri tekan pada payudara. - Genetalia Inspeksi : adakah pengeluaran pervaginam berupa lendir bercampur darah, adakah pembesaran kelenjar bartholini / tidak. - Abdomen Palpasi : untuk mengetahui tinggi fundus uteri, letak janin, lokasi edema, periksa bagian uterus biasanya terdapat kontraksi uterus Sistem integument perkemihan Periksa vitting udem biasanya terdapat edema pada ekstermitas akibat gangguan filtrasi glomelurus yang meretensi garam dan natrium, (Fungsi ginjal menurun). Oliguria Proteinuria Sistem persarafan Biasanya hiperrefleksi, klonus pada kaki Sistem Pencernaan Palpasi : Abdomen adanya nyeri tekan daerah epigastrium (kuadran II kiri atas), anoreksia, mual dan muntah. 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN MENURUT NANDA NIC NOC Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Perfusi jaringan cerebral, renal NOC : NIC :
berhubungan dengan edema Serebral Cerebral, Renal 1) Status sirkulasi : TD 1) Kaji TTV, nistagimus dan 1. Data objektif dalam rentang normal penglihatan kabur 2) Kemampuan kognitif : 2) Observasi adanya sakit kepala a. Nampak kedua ekstremitas menunjukkan perhatian, 3) Pantau hasi laboratorium seperti bawah pasien bengkak konsentrasi, dan orientasi peningkatan BUN, protein 3) Terbebas dari kejang serum dan penurunan b. TTV : TD : 160/110 mmhg 4) Tidak mengalami sakit hematokrit N : 109x/i kepala 4) Kaji tingkat oedema Renal 5) Pertahankan keakuratan S : 36,5 1) Keseimbangan pencatatan asupan dan P : 18 x/i cairan/elektrolit : uji haluaran laboratorium dalam batas 6) Kolaborasi pemberian obat normal, tidak ada distennsi antihipertensi :MgSo4 IM/IV - vena jugularis, tidak ada dengan indikasi bunyi nafas tambahanasupan dan haluaran dalam 24 jam seimbang Plasenta Tidak ada penurunan denyut jantung janin
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri akut berhubungan dengan: NOC : NIC :
Agen injuri (biologi, kimia, fisik, Pain Level, Lakukan pengkajian nyeri secara psikologis), kerusakan jaringan pain control, komprehensif termasuk lokasi, comfort level karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas DS: Setelah dilakukan tinfakan dan faktor presipitasi - Laporan secara verbal keperawatan selama …. Pasien tidak Observasi reaksi nonverbal dari DO: mengalami nyeri, dengan kriteria hasil: ketidaknyamanan - Posisi untuk menahan nyeri Mampu mengontrol nyeri (tahu Bantu pasien dan keluarga untuk mencari - Tingkah laku berhati-hati penyebab nyeri, mampu dan menemukan dukungan - Gangguan tidur (mata sayu, tampak menggunakan tehnik Kontrol lingkungan yang dapat capek, sulit atau gerakan kacau, nonfarmakologi untuk mengurangi mempengaruhi nyeri seperti suhu menyeringai) nyeri, mencari bantuan) ruangan, pencahayaan dan kebisingan - Terfokus pada diri sendiri Melaporkan bahwa nyeri berkurang Kurangi faktor presipitasi nyeri - Fokus menyempit (penurunan dengan menggunakan manajemen Kaji tipe dan sumber nyeri untuk persepsi waktu, kerusakan proses nyeri menentukan intervensi berpikir, penurunan interaksi dengan Mampu mengenali nyeri (skala, Ajarkan tentang teknik non farmakologi: orang dan lingkungan) intensitas, frekuensi dan tanda napas dala, relaksasi, distraksi, kompres - Tingkah laku distraksi, contoh : jalan- nyeri) hangat/ dingin jalan, menemui orang lain dan/atau Menyatakan rasa nyaman setelah Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: aktivitas, aktivitas berulang-ulang) nyeri berkurang ……... - Respon autonom (seperti diaphoresis, Tanda vital dalam rentang normal Tingkatkan istirahat perubahan tekanan darah, perubahan Tidak mengalami gangguan tidur Berikan informasi tentang nyeri seperti nafas, nadi dan dilatasi pupil) penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan - Perubahan autonomic dalam tonus berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan otot (mungkin dalam rentang dari dari prosedur lemah ke kaku) Monitor vital sign sebelum dan sesudah - Tingkah laku ekspresif (contoh : pemberian analgesik pertama kali gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah) - Perubahan dalam nafsu makan dan minum Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Gangguan Pertukaran gas NOC: NIC :
Berhubungan dengan : Respiratory Status : Gas exchange Posisikan pasien untuk memaksimalkan è ketidakseimbangan perfusi ventilasi Keseimbangan asam Basa, ventilasi è perubahan membran kapiler-alveolar Elektrolit Pasang mayo bila perlu DS: Respiratory Status : ventilation Lakukan fisioterapi dada jika perlu è sakit kepala ketika bangun Vital Sign Status Keluarkan sekret dengan batuk atau è Dyspnoe Setelah dilakukan tindakan suction è Gangguan penglihatan keperawatan selama …. Gangguan Auskultasi suara nafas, catat adanya DO: pertukaran pasien teratasi dengan suara tambahan è Penurunan CO2 kriteria hasi: Berikan bronkodilator ; Mendemonstrasikan peningkatan -…………………. è Takikardi ventilasi dan oksigenasi yang -…………………. è Hiperkapnia adekuat è Keletihan Barikan pelembab udara Memelihara kebersihan paru paru è Iritabilitas Atur intake untuk cairan mengoptimalkan dan bebas dari tanda tanda è Hypoxia keseimbangan. distress pernafasan è kebingungan Mendemonstrasikan batuk efektif Monitor respirasi dan status O2 è sianosis dan suara nafas yang bersih, tidak Catat pergerakan dada,amati è warna kulit abnormal (pucat, kehitaman) ada sianosis dan dyspneu (mampu kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, mengeluarkan sputum, mampu retraksi otot supraclavicular dan è Hipoksemia bernafas dengan mudah, tidak ada intercostal è hiperkarbia pursed lips) Monitor suara nafas, seperti dengkur è AGD abnormal Tanda tanda vital dalam rentang Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, è pH arteri abnormal kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, normal èfrekuensi dan kedalaman nafas biot AGD dalam batas normal abnormal Auskultasi suara nafas, catat area Status neurologis dalam batas normal penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara tambahan Monitor TTV, AGD, elektrolit dan ststus mental Observasi sianosis khususnya membran mukosa Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang persiapan tindakan dan tujuan penggunaan alat tambahan (O2, Suction, Inhalasi) Auskultasi bunyi jantung, jumlah, irama dan denyut jantung
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kelebihan Volume Cairan NOC : NIC :
Berhubungan dengan : Electrolit and acid base Pertahankan catatan intake dan - Mekanisme pengaturan melemah balance output yang akurat - Asupan cairan berlebihan Fluid balance DO/DS : Hydration Pasang urin kateter jika diperlukan - Berat badan meningkat pada Setelah dilakukan tindakan Monitor hasil lab yang sesuai dengan waktu yang singkat keperawatan selama …. Kelebihan retensi cairan (BUN , Hmt , - Asupan berlebihan dibanding volume cairan teratasi dengan kriteria: osmolalitas urin ) output Terbebas dari edema, efusi, Monitor vital sign - Distensi vena jugularis anaskara - Perubahan pada pola nafas, Bunyi nafas bersih, tidak ada Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles, CVP , edema, dyspnoe/sesak nafas, dyspneu/ortopneu distensi vena leher, asites) orthopnoe, suara nafas Terbebas dari distensi vena abnormal (Rales atau crakles), jugularis, Kaji lokasi dan luas edema , pleural effusion Memelihara tekanan vena Monitor masukan makanan / cairan - Oliguria, azotemia sentral, tekanan kapiler paru, Monitor status nutrisi - Perubahan status mental, output jantung dan vital sign kegelisahan, kecemasan DBN Berikan diuretik sesuai interuksi Terbebas dari kelelahan, Kolaborasi pemberian obat: kecemasan atau bingung .................................... Monitor berat badan Monitor elektrolit Monitor tanda dan gejala dari odema PATHWAY PRE EKLAMPSIA