Anda di halaman 1dari 29

PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

DINAS KESEHATAN
UPTD. PUSKESMAS KUTA II
Jalan Sri Rama, Legian, Kuta – Kabupaten Badung (80361)
Email : pkmkuta2@gmail.com Telp. (0361) 750245
Website : http://dikes.badungkab.go.id/puskesmaskutadua

Nomor Dokumen : PED/UKP/PU/……/2023


Tanggal Terbit : Tgl/Bulan/2023
Revisi : 00

PEDOMAN PELAYANAN PEMERIKSAAN


TINDAKAN UGD
UPTD. PUSKESMAS KUTA II

DISAHKAN OLEH :

Kepala UPTD. Puskesmas Kuta II Koodinator pelayanan tindakan UGD

dr. Ni Nyoman K. Kusumayani Ns. Putu Ayu Mas Jayanti Arta


NIP. 197701032006042004 NIP……………………………….

PEDOMAN PELAYANAN PEMERIKSAAN TINDAKAN UGD

KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Unit Gawat Darurat (UGD) pada sebuah Puskesmas merupakan salah satu pintu
masuk utama pasien yang membutuhkan pertolongan di Puskesmas. Sebagian besar
pasien yang masuk ke UGD adalah pasien gawat darurat berdasarkan kondisi
sesungguhnya atau berdasarkan persepsi pasien dan keluarganya. UGD harus
mampu memiah dan memberikan pelayanan dengan respon yang cepat dan
penangan yang tepat pada pasien yang benar benar dalam kondisi gawat darurat
medik. Oleh sebab it, Ugd memerlukan sebuah pedoman pelayanan yang standar
dalam penanganan pasien gawat darurat sehingga tepat dan cepat dalam upaya
penyelamatan jiwa dan menghindarkan resiko keccatan yang mungkin terjadi.
Pedoman pelayanan Unit Gawat Darurat UPTD Puskesmas Kuta II ini disususn
berdasarkan berbagai peraturan dan perundangundangan yang berlaku untuk menjadi
acuan bagi pelayanan UGD dakam berbagai aspek. Pelayanan UGD merupakan
pelayanan yang multidisiplin, multiprofesi dan terintegrasi yang bertanggung jawab
dalam pelayanan pasien gawat darurat di UGD, sehingga mutlak diperlukan sebuah
pedoman untuk memberikan pelayanan yang standard an seragam untuk semua
pasien yang dating ke UGD.
Setiap UGD wajib memiliki kemampuan penanganan lve saving padaanak dan
dewasa, membuka pelayanan selama 24 jam, mempunyai Sumber Daya Manuai
(SDM) yang terlatih dan terampil yang dibuktikan dengan sertivikat yang masih
berlaku.
Berbagai perencanaan dan pemenuhan menuju tercapainya standart yang
diterapkan melalui program kerja UGD UPTD Puskesmas Kuta II setiap tahunnya.
emenuhan standar dari seg SDM, Fasilitas dan mutu pelayanan selslu merupakan
tujuan utama untuk dicapai dalam pelaksanaan pelayanan UGD UPTD Puskesmas
Kuta II.
Adapun petunjuk teknis untuk tiap pelayanan akan di atur khusus pada panduan
pelayanan yang sesuai dan terintegrasi secara menyelurh dengan pelayanan unit unit
lainnya di UPTD Puskesmas Kuta II, serta di tuangkan dalam bentuk standar
Opersionam prosedur yang sesuai untuk UPTD Puskesmas Kuta II sehingga
pelayanan UGD akan berfokus pada pelayanan penyelamatan nyawa dan
pencegahan kecacactan lebih lanjut.

B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan umum
Menjadi acuan pelayanan Unit Gawat Darurat dalam fungsinya untuk usaha
penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut bagi pasien gawat
darurat serta meningkatkan mutu pelayanan kegawatdaruratan yang cepat tepat,
terstandar dan bermutu di UPTD. Puskesmas Kuta II

2. Tujuan khusus
Menjadi acuan pelayanan triase, Skrining, assesmen dan pelayanan, stabilisasi dan
rujukan, elayanan ambulans, administrasi pelayanan, penangan bencana,
discaharge planning bagi pasien gawat darurat baik pasien trauma maupun non
trauma.

C. Sasaran Pedoman
Yang menjadi sasaran pedoman ini adalah dokter, paramedic maupun petugas
lainnya yang diberikan kewenangan melakukan pelayanan di Ruang Tindakan UGD
UPTD Puskesmas Kuta II,.

D. Ruang Lingkup Pedoman

Ruang lingkup pelayanan Instalasi Gawat Darurat meliputi:


1. Pasien dengan kasus True Emergency 
Yaitu pasien yang tiba – tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau
akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya
(akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolonngan secepatnya
2. Pasien dengan kasus False Emergency
Yaitu pasien dengan:
a. Keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat 
b. Keadaan gawat tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota
badannya
c. Keadaan tidak gawat dan tidak darurat
E. Batasan Operasional

1. Instalasi Gawat Darurat 


Adalah unit pelayanan di puskesmas yang memberikan pelayanan
pertama pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara
terpadu dengan melibatkan berbagai multidisiplin.

2. Triage

a. Pengertian
Triase adalah cara pemilahan penderita untuk menentukan
prioritas penanganan pasien berdasarkan tingkat kegawatanya dan
masalah yang terjadi pada pasien. Triase terutama dilakukan di ruang
tindakan. Pelaksanaan Triase di dalam keadaan sehari hari dilakukan
oleh dokter dan atau perawat yang kompeten di ruang tindakan.
Sedangkan dalam keadaan bencana dilakukan oleh perawat dan
dilakukan di luar atau di depan gedung puskesmas.

Triase dilakukan untuk mengidentifikasi secara cepat korban yang


membutuhkan stabilisasi segera dan mengidentifikasi korban yang
hanya dapat diselamatkan dengan pembedahan darurat (life-saving
surgery). Dalam aktivitasnya, digunakan label stiker pasien merah,
kuning, hijau dan hitam sebagai kode identifikasi korban.

Proses dimulai ketika pasien masuk ke pintu Ruang Tindakan


Puskesmas Kuta II, perawat harus mulai memperkenalkan diri,
kemudian menanyakan riwayat singkat dan melakukan pengkajian serta
pemeriksaan tanda-tanda vital, misalnya melihat sekilas kearah pasien
yang berada di brankar sebelum mengarahkan ke ruang perawatan
yang tepat.

Pengumpulan data subyektif harus dilakukan dengan cepat, tidak


lebih dari 5 menit karena pengkajian ini tidak termasuk pengkajian
perawat penanggung jawab pasien. Perawat dan dokter bertanggung
jawab untuk menempatkan pasien di area pengobatan yang tepat.
Tanpa memikirkan dimana pasien pertamakali ditempatkan setelah
triase, setiap pasien tersebut harus dikaji ulang oleh perawat sedikitnya
setiap 30 menit. Untuk pasien yang dikategorikan sebagai pasien yang
mendesak atau gawat darurat, pengkajian dilakukan setiap 1 menit.
Setiap pengkajian ulang harus didokumentasikan dalam rekam medis.
Informasi baru akan mengubah kategorisasi keakutan dan lokasi pasien
di area pengobatan.
b. Tata laksana
Penatalaksanaan pasien ketika datang sudah menampakkan
tanda-tanda obyektif bahwa pasien mengalami gangguan pada airway,
breathing dan circulation, maka pasien ditangani dahulu. Pengkajian
awal hanya didasarkan atas data obyektif dan data subyektif sekunder
dari pihak keluarga. Setelah keadaan pasien membaik, data pengkajian
kemudian dilengkapi dengan data subyektif yang berasal langsung dari
pasien.

Kegawatan pasien berdasarkan skala triase

Stiker warna Katagori triase keterangan

Segera - Immediate Pasien mengalami cedera


(warna merah) mengancam jiwa yang
kemungkinan besar dapat
hidup bila ditolong segera.

Tunda – Delayed Pasien memerlukan tindakan


(warna kuning) definitive tetapi tidak ada
ancaman jiwa segera

Minimal (warna Hijau) Pasien mendapat cedera


minimal, dapat berjalan dan
menolong diri sendiri atau
mencari pertolongan

Expectant (warna Pasien mengalami cedera


hitam) mematikan dan akan
meninggal meskipun
mendapat pertolongan

1) Stiker waran merah


sebagai penanda korban yang membutuhkan stabilisasi segera dan
korban yang mengalami:
a. Syok oleh berbagai kausa
b. Gangguan pernapasan
c. Trauma kepala dengan pupil anisokor
d. Perdarahan eksternal massif. Pemberian perawatan lapangan
intensif ditujukan bagi korban yang mempunyai kemungkinan hidup
lebih besar, sehingga setelah perawatan di lapangan ini penderita
lebih dapat mentoleransi proses pemindahan ke Rumah Sakit, dan
lebih siap untuk menerima perawatan yang lebih invasif. Triase ini
korban dapat dikategorisasikan kembali dari status “merah” menjadi
“kuning” (misalnya korban dengan tension pneumothorax yang telah
dipasang drain thoraks (WSD).

2) Stiker warna kuning


sebagai penanda korban yang memerlukan pengawasan ketat, tetapi
perawatan dapat ditunda sementara. Termasuk dalam kategori ini:
a. Korban dengan risiko syok (korban dengan gangguan jantung,
trauma abdomen
b. Fraktur multiple
c. Luka bakar luas
d. Gangguan kesadaran / trauma kepala
e. Korban dengan ststus yang tidak jelas
Semua korban dalam katagori ini harus diberikan infus,
pengawasan ketat terhadap kemungkinan timbulnya komplikasi,
dan diberikan perawatan sesegera mangkin

3) Stiker warna hijau


Warna hijau menunjukkan pasien prioritas ketiga yang
memerlukan perawatan di rumah sakit atau puskesmas, tetapi masih
dapat ditunda lebih lama (maksimal 30 menit). Ketika tenaga medis
telah menangani pasien lain yang kondisinya lebih darurat (kategori
warna merah dan kuning), maka mereka akan langsung melakukan
pertolongan pada pasien pioritas ketiga. Pasien yang cedera tetapi
masih sadar dan bisa berjalan biasanya termasuk dalam kategori
triase gawat darurat ini.
Contoh lain dalam kategori adalah pasien dengan patah tulang
ringan, luka bakar derajat rendah, atau luka ringan.

4) Stiker warna hitam


Kode warna hitam menandakan pasien berada dalam kondisi
yang sangat kritis, tetapi sulit untuk diselamatkan nyawanya.
Sekalipun segera ditangani, pasien tetap akan meninggal.
Kondisi ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami cedera
parah yang bisa menyulitkan pernapasan atau kehilangan banyak
darah akibat luka tembak.

c. Alur proses triase


1) Pasien datang diterima petugas Ruang Tindakan
2) Di ruang triase dilakukan anamneses dan pemeriksaan singkat dan
cepat (selintas) untuk menentukan derajat kegawatannya oleh perawat
dan mencatat waktu datang pasien.
3) Bila jumlah penderita/ korban melebihi kapasitas ruangan Ruang
Tindakan, maka triase dapat dilakukan di luar ruang triase (di depan
Ruang Tindakan)
4) Penderita dibedakan menurut kegawatannya dan mendapatkan
prioritas pelayanan dengan urutan warna merah, kuning, hijau, hitam:
5) Pasien kategori triage merah dapat langsung diberikan pengobatan di
Ruang Tindakan. Tetapi bila memerlukan tindakan medis lebih lanjut
pasien dapat dirujuk ke rumah sakit setelah dilakukan stabilisasi.
6) Pasien kategori triage kuning yang memerlukan tindakan medis lebih
lanjut dapat menunggu giliran setelah pasien kategori triage merah
selesai ditangani.
7) Pasien kategori triage hijau dapat dipindahkan ke rawat jalan atau bila
memungkinkan dapat dipulangkan.
8) Pasien kategori triage hitam jika sudah dinyatakan meninggal
dikembalikan keluarga.
3. Kecelakaan (Accident)
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya
mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulkan cedera fisik, mental dan
sosial.
Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut:
a. Tempat kejadian
1) Kecelakaan lalu lintas
2) Kecelakaan di lingkungan rumah tangga
3) Kecelakaan di lingkungan pekerjaan
4) Kecelakaan di sekolah
5) Kecelakaan di tempat – tempat umum lain seperti halnya:
tempat rekreasi, perbelanjaan, di area olah raga, dan lain – lain.
b. Mekanisme kejadian
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat,
terbakar baik karena efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
c. Waktu kejadian
1) Waktu perjalanan ( travelling / transport time )
2) Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain – lain.

4. Cidera

Masalah kesehatan yang didapat / dialami sebagai akibat kecelakaan.

5. Bencana

Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau
manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaaan manusia, kerugian
harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum
serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan masyarakat dan
pembangunan nasional yang memerlukan pertolongan dan bantuan.
Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau
kegagalan dari salah satu system / organ di bawah ini, yaitu:
a. Susunan saraf pusat
b. Pernafasan
c. Kardiovaskuler
d. Hati
e. Ginjal
f. Pancreas
Kegagalan (kerusakan) System / organ tersebut dapat disebabkan oleh:
a. Trauma / cedera
b. Infeksi
c. Keracunan (poisoning)
d. Degerenerasi (failure)
e. Asfiksi
f. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar (excessive loss
of water and electroli)
g. Dan lain-lain.
Kegagalan sistim susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan dan
hipoglikemia. dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat (4 – 6),
sedangkan kegagalan   sistim/organ yang lain dapat menyebabkan
kematian dalam waktu yang lama.
Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat
(PPGD) dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh:
1) Kecepatan menemukan penderita gawat darurat
2) Kecepatan meminta pertolongan 
3) Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan ;
a) Ditempat kejadian
b) Dalam perjalanan ke rumah sakit
c) Pertolongan selanjutnya secara mantap di rumah sakit
BAB II STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Jenis/Kualifikasi dan Jumlah Tenaga Pelaksana di ruang Tindakan UGD
Puskesmas adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Jenis, Kualifikasi dan Jumlah Tenaga di Ruang Tindakan UGD
Puskesmas
No Nama Jabatan Kualifikasi Formal Keterangan
1 Penanggung Jawab layanan Dokter Umum Bersertifikat
Tindakan UGD BLS/BTCLS/PPGD
2 Koordinator layanan Tindakan S.Kep ns/SKM/ Bersertifikat
UGD setingkat BLS/BTCLS/PPGD
3 Dokter UGD Dokter Umum Bersertifikat
BLS/BTCLS/PPGD
5 Perawat Pelaksana UGD S.Kep ns /DIII Bersertifikat
Keperawatan BLS/BTCLS/PPGD
6 Bidan S.Ked/ DIII Poned
kebidanan

Tabel 2. Jenis, Kualifikasi dan Jumlah tenaga Dokter dan Pramedis di layanan
tindakan UGD UPTD. Puskesmas Kuta II
No Jenis Tenaga Kualifikasi Jumlah
1 Penanggung Jawab Dokter Umum 1
2 Dokter Dokter Umum 5
Perawat 20
3 paramedis
Bidan 13

B. Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan ketenagaan layanan Tindakan UGD Puskesmas yaitu:
1. Untuk jaga pagi
yang bertugas sejumlah 3 (orang) orang dengan standar minimal
bersertifikat  BLS/BTCLS/PPGD
katagori
1 dokter umum
1 orang perawat
1 orang bidan
2. Untuk jaga sore
yang bertugas sejumlah 4( orang ) orang  dengan standar minimal
bersertifikat  BLS/BTCLS/PPGD
katagori
1 dokter umum
2 orang perawat
1 orang bidan

3. Untuk jaga malam


yang bertugas sejumlah 4 ( orang ) orang  dengan standar minimal
bersertifikat  BLS/BTCLS/PPGD
katagori
2 orang perawat
2 orang bidan

C. Jadwal Kegiatan

1. Pengaturan jadwal dinas perawat IGD dibuat dan di pertanggung jawabkan


oleh masing-masing koordinator dokter, perawat dan bidan serta disetujui
oleh  Kepala Puskesmas
2. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke
dokter, perawat dan bidan pelaksana IGD setiap satu bulan. 
3. Untuk tenaga dokter, perawat dan bidan yang memiliki keperluan penting pada
hari tertentu, maka perawat tersebut dapat mengajukan permintaan dinas pada
buku permintaan. Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga
yang ada (apa bila tenaga cukup dan berimbang serta tidak mengganggu
pelayanan, maka permintaan disetujui). 
4. Setiap tugas jaga / shift harus ada perawat penanggung jawab shift (PJ Shift)
dengan syarat pendidikan minimal D III Keperawatan dan masa kerja minimal 2
tahun, serta memiliki sertifikat tentang kegawat daruratan.
5. Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas malam,
libur dan cuti.
6. Apabila ada tenaga dokter, perawat dan bidan jaga karena sesuatu hal
sehingga tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan (terencana),
maka paramedis yang bersangkutan harus memberitahu ke masing masing
koordinator : 2 jam sebelum dinas pagi, 4 jam sebelum dinas sore atau dinas
malam. Sebelum memberitahu koordinator, diharapkan yang bersangkutan
sudah mencari pengganti, Apabila yang bersangkutan tidak mendapatkan
pengganti, maka coordinator akan mencari tenaga pengganti yaitu
paramedisyang hari itu libur.
BAB III STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

1 20 21
29
3
2 22
19
23
18

4 24
17
6 16
5
1
5
7 14 25
28 27 26
8 9 10 11 12 13

keterangan :

1. pintu timur
2. kursi
3. meja administrasi
4. kursi
5. kursi
6. meja petugas
7. kursi
8. jendela
9. jendela
10. jendela
11. jendela
12. jendela
13. jendela
14. lemari BHP
15. pembatas
16. meja tindakan
17. oksigen
18. bed tindakan
19. oksigen
20. lemari steril
21. meja persiapan
22. tempat sampah non infeksius
23. tempat sampah infeksius
24. pintu utama UGD
25. watafel
26. kursi roda
27. kursi penunggu
28. timbangan digital
29. oksigen konsentrator

B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas dn sarana
Ruang tindakan UGD UPTD Puskesmas KUta II berlokasi di lantai 1 gedung
utama yang terdiri dari ruang ruang triase/ruang resusistsi/ruang tindakan
bedah/ ruangan tindakan non bedah sekaligus ruangan observasi. Ruang
tersebut terdiri dari 1 (satu) tempat tidur.
2. Peralatan

Peralatan yang tersedia di IGD mengacu kepada buku pedoman pelayanan


Gawat Darurat Departermen Kesehatan RI untuk penunjang kegiatan
pelayanan terhadap pasien Gawat darurat.
Alat yang harus tersedia adalah bersifat life saving untuk kasus kegawatan
jantung seperti monitor dan defribrilator
a. Alat – alat dalam resusitasi set :
1) sarung tangan steril 2 buah
2) beging dewasa 1 buah
3) begging anak 1 buah
4) konektor beging 1 buah
5) neck color1 buah
6) orofaringeal tub disposable 4 buah
7) anafilatik syok
a) Dexamethasone InJ 5 mg 1 buah
b) Dipenhidramin InJ 10 mg 1 buah
c) Epineprin 1 mg 1 buah
d) alcohol swab 5 buah
e) Abocath 18 1 buah
f) Abocath 20 1 buah
g) Abocath 22 1 buah
h) Spuite 1 cc 2 buah
i) Spuite 5 cc 1 buah
j) tourniquet 1buah
k) plester 1 gulung
b. Alat – alat dalam emergancy set
1) Stetoscop anak 1 buah
2) stetoscopdewasa 1 buah
3) tensimeter 1 buah
4) thermometer 1 buah
5) oksimetri anak 1 buah
6) oksimetri dewasa 1 buah
7) nasal kanul dewasa 1 buah
8) nasal kanul anak 1 buah
9) sungkup anak 1 buah
10) sugkup dewasa 1 buah
11) infusion anak 1 buah
12) infusion dewasa 1 buah
13) blood set 1 buah
14) alcohol swab 1 buah
15) abbocat 22 1 buah
16) abbocat 20 1 buah
17) abbocat 18 1 buah
18) alcohol 70% 1 botol
19) Nacl 0,9% 1 flas
20) handscoond 5 pasang
21) spalek 1 set
22) betadine 1 botol
23) kasa steril 20 buah
24) kasa gulung 5 buah
25) plester 1 gulung
26) gunting 1buah
c. Alat – alat untuk ruang tindakan non bedah :
1) Mesin suction ( 1 set )
2) mesin nebulizer 1 set
3) oksigen lengkap dengan flometer ( 4 set)
4) Spuit semua ukuran ( masing – masing 10 buah )
5) Oropharingeal air way ( sesuai kebutuhan )
6) Brandcard fungsional diatur posisi trendelenberg, ada gantungan
infus & penghalang ( 1 buah )
7) Gunting besar (1 buah )
8) Monitor EKG ( 1 buah )
9) Trolly Emergency yang berisi alat – alat untuk melakukan resusitasi
( 1 buah )
10) Ambu bag ( 1 buah )
11) Stetoskop ( 1 buah )
12) Tensi meter ( 1 buah )
13) Thermometer ( 1 buah )
14) Tiang Infus ( 1 buah )
15) Bidai segala ukuran untuk tungkai, lengan, leher, tulang punggung
(1 set )
16) Verban segala ukuran :
- 4 x 5 em ( 5 buah )
- 4 x10 em ( 5 buah )
17) Extraksi kuku set ( 2 set )
18) Hecting set ( 5 set )
19) Benang – benang / jarum segala jenis dan ukuran:
- Cat gut 2/0 dan 3/0 ( 1 buah )
- Silk Black 2/0 ( 1 buah ), 3/0 ( 1 buah )
- Jarum ( 1 set )
20) Lampu sorot ( 1 buah )
21) Kassa ( 1 tromel )
22) Ganti verban set ( 3 set )
23) Stomach tube / NGT
- Nomer 12 ( 3 buah )
- Nomer 16 ( 3 buah )
- Nomer 18 ( 2 buah )
24) Spekulum hidung ( 2 buah )
25) Infus set ( 3 buah )
26) Dower Catheter segala ukuran
- Nomer 16 ( 2 buah )
- Nomer 18 ( 2 buah )
27) Emergency lamp ( 1 buah )
28) )
29) Tiang infus ( 2 buah )
3. Ambulance
Untuk menunjang pelayanan terhadap pasien saat ini memiliki 4 ( dua )
unit ambulance yang kegiatannya berada dalam koordinasi IGD dan bagian
umum.
Fasilitas & Sarana untuk Ambulance
A. Perlengkapan Ambulance
1. Ac
2. Sirine
3. Lampu rotater
4. Sabuk pengaman
5. Sumber listrik / stop kontak
6. Lemari untuk alat medis
7. Lampu ruangan
8. Wastafel
9. Tabung Oksigen ( 1 buah )
10. Tas Emergency yang berisi :
a. Cairan infus : RL, NaCL 0,9 % ( 5 / 10 kolf )
b. Senter ( 2 buah )
c. Stetoskop ( 3 buah )
d. Tensimeter ( 1 buah )
e. Piala ginjal ( 5 buah )
f. Oropharingeal air way
g. Gunting verban ( 2 buah )
h. Tongue Spatel ( 1 buah )
i. Reflex hummer ( 2 buah )
j. Infus set ( 1 buah )
k. IV chateter ( Nomer 20 , 18 : 2 : 2 )
l. Spuit semua ukuran ( masing- masing 2 buah )
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
1. Kegiatan di Dalam Gedung
2. Kegiatan di luar gedung
3. Dokumentasi

B. Metode
Metode pemeriksaan layanan tindakan UGD di Puskesmas menggunakan
metode pemeriksaan fisik dan penunjang diagnostik jika diperlukan.

C. Langkah Kegiatan
1. Pendaftaran pasien yang datang ke IGD dilakukan oleh pasien / keluarga

dibagian admission

2. Bila keluarga tidak ada petugas IGD bekerja sama dengan securiti untuk

mencari identitas pasien

3. Sebagai bukti pasien sudah mendaftar di bagian admission akan memberikan

status untuk diisi oleh dokter IGD yang bertugas.

4. Bila pasien dalam keadaan gawat darurat, maka akan langsung diberikan

pertolongan di IGD, sementara keluarga / penanggung jawab melakukan

pendaftaran di bagian admission


BAB V LOGISTIK

Untuk menunjang terselenggaranya pelayanan klinis yang bermutu, maka perlu


didukung oleh penyediaan logistik yang memadai dan optimal, melalui perencanaan
yang baik dan berdasarkan kebutuhan pasien dan usulan petugas rawat darurat atas
dasar kebutuhan pasien dan demi kelancaran dari pelayanan di rawat darurat.
Ketersediaan logistik harus dijamin kecukupannya dan pemeliharaan yang sudah
dianggarkan dan dijadwalkan. Pengadaan alat dan bahan dalam pelaksanaan upaya
klinis Puskesmas diselenggarakan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
BAB VI KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM

A. Pengertian
Keselamatan Pasien (Patient Safety)
Adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi:
1. Asesmen resiko
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
5. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh:
1. Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
2. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )

C. Standar Keselamatan Pasien


Ada enam sasaran keselamatan pasien, yaitu:
1. Tidak terjadinya kesalahan identifikasi pasien
2. Komunikasi efektif
3. Tidak terjadinya kesalahan pemberian obat
4. Tidak terjadinya kesalahan prosedur tindakan medis dan keperawatan
5. Pengurangan terjadinya resiko infeksi di Puskesmas
6. Tidak Terjadinya pasien jatuh
Upaya Puskesmas untuk mencapai enam sasaran keselamatan pasien tersebut adalah
:
1. IDENTIFIKASI PASIEN SECARA BENAR
Indikator melakukan identifikasi pasien secara benar adalah:
a. Pasien diidentifikasi menggunakan minimal dua identitas pasien, seperti nama
pasien dan tanggal lahir pasien.
b. Pasien diidentifikasi sebelum melakukan pemberian obat, tranfusi darah atau
produk lainnya.
c. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah, dan specimen lain untuk
keperluan pemeriksaan.
d. Pasien diidentifikasi sebelum memberikan perawatan atau prosedur lainnya.
Prosedur dalam Identifikasi Pasien
Ada 2 identitas yaitu menggunakan NAMA dan TANGGAL LAHIR yang
disesuaikan dengan tanda pengenal resmi. Pengecualian prosedur identifikasi
dapat dilakukan pada kondisi kegawatdaruratan pasien di UGD.
Beberapa hal yang dapat dilakukan petugas adalah:

1) Petugas meminta pasien untuk menyebutkan nama dan tanggal lahir


sebelum melakukan prosedur, dengan pertanyaan terbuka, contoh :” Nama
bapak siapa?” “Tolong sebutkan tanggal lahir Bapak”.
2) Bila pasien tidak dapat menyebutkan nama, identitas pasien dapat
ditanyakan kepada penunggu/ pengantar pasien.

2. MENINGKATKAN KOMUNIKASI EFEKTIF


  Cara komunikasi yang efektif di puskesmas:

a. Menggunakan teknik SBAR (Situation – Background – Assessment –


Recomendation) dalam melaporkan kondisi pasien untuk meningkatkan
efektivitas komunikasi antar pemberi layanan.
1) Situation: Kondisi terkini yang terjadi pada pasien.
2) Background: Informasi penting apa yang berhubungan dengan   kondisi
pasien terkini.
3) Assessment : Hasil pengkajian kondisi pasien terkini
4) Recommendation: Apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah
pasien saat ini.
b. Komunikasi Verbal (Write down/tulis, Read back/baca kembali)
1) Intruksi/ laporan hasil tes secara verbal dan telepon ditulis oleh penerima
instruksi/ laporan.
2) Intruksi/ laporan hasil tes secara verbal dan telepon dibacakan kembali
oleh penerima instruksi/ laporan.
3) Instruksi/ laporan yang dibacakan tersebut, dikonfirmasikan oleh individu
pemberi instruksi/ laporan.
4) Untuk istilah yang sulit atau obat – obatan kategori LASA (Look Alike
Sound Alike) diminta penerima pesan mengeja kata tersebut perhurup 
misalnya : UBRETID

S Situasi
Saya menelepon tentang (nama pasien, umur,
dan lokasi)………….
Masalah yang ingin disampaikan…..
Tanda- tanda vital :
B Background/ latar belakang
Status mental pasien :
Kulit:…
Alat Bantu…
A Assesment/ Penilaian
Sampaikan masalah yang sedang terjadi dan
katakan penilaian anda.
R Rekomendasi
Apakah (katakan apa yang ingin disarankan)
Apakah diperlukan pemeriksaan tambahan?
Jika ada perubahan tatalaksana, tanyakan…

3. MENINGKATKAN KESELAMATAN PENGGUNAAN OBAT YANG PERLU


DIWASPADAI (HIGH ALERT)
Obat- obatan yang perlu diwaspadai adalah : NORUM (Nama Obat Rupa Ucapan
Mirip) / LASA (Look Alike Sound Alike) yaitu obat-obat yang terlihat mirip dan 
kedengarannya mirip.
Pengelolaan obat yang perlu diwaspadai:
1. Penyimpanan di lokasi khusus dengan akses terbatas dan diberi penandaan
yang jelas berupa stiker berwarna merah bertuliskan “High Alert”
2. Pisahkan atau beri jarak penyimpanan obat dengan kategori LASA.
3. Tidak menyimpan obat kategori kewaspadaan tinggi di meja dekat pasien tanpa
pengawasan.
4. Biasakan mengeja nama obat dengan kategori LASA saat menerima / memberi
instruksi
Obat-obatan yang memerlukan kewaspadaan tinggi yang ada di Puskesmas:

a. Golongan Opioid
1) Fentanil
2) Kodein HCL
3) Morfin HCl
4) Morfin Sulfat
5) Petidin HCl
6) Sufentanil
b. Antiaritmia
1) Lidokain
2) Amiodaron
c. Obat antagonis adrenergik
1) Efinefrin
2) Norefineprin
d. Sound Alike Look Alike Drugs
4. PENERAPAN 7 BENAR DALAM PEMBERIAN OBAT
5. PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN
Indikator Usaha Menurunkan Infeksi Nosokomial:
a. Menggunakan panduan hand hygiene terbaru yang diakui umum.
b. Mengimplementasikan program kebersihan tangan yang efektif.
Semua petugas di rumah sakit termasuk dokter melakukan kebersihan tangan
pada 5 MOMEN yang telah ditentukan, yakni:
1) Sebelum kontak dengan pasien
2) Sesudah kontak dengan pasien
3) Sebelum tindakan asepsis
4) Sesudah terkena cairan tubuh pasien
5) Sesudah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
Ada 2 cara cuci tangan yaitu :
1) HANDWASH – dengan air mengalir, waktunya : 40 – 60 detik
2) HANDRUB – dengan gel berbasis alcohol, waktunya : 20 – 30 detik
c. Alat Pelindung Diri
Alat yang digunakan untuk melindungi petugas dari pajanan darah, cairan
tubuh, ekskreta, dan selaput lendir pasien seperti sarung tangan, masker, tutup
kepala, kacamata pelindung, apron/ jas, dan sepatu pelindung.

6. PENGURANGAN RISIKO CEDERA AKIBAT PASIEN JATUH


Indikator usaha menurunkan risiko cedera karena jatuh :
a. Semua pasien baru dinilai rIsiko jatuhnya dan penilaian diulang jika diindikasikan
oleh perubahan kondisi pasien atau pengobatan, dan lainnya.
b. Hasil pengukuran dimonitor dan ditindak lanjuti sesuai derajat rIsiko jatuh pasien
guna mencegah pasien jatuh serta akibat tak terduga lainnya.

BAB VII KESELAMATAN KERJA


Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh pasien
dan keluarga pasien maka tuntutan pengelolaan program Keselamatan Kerja di
fasilitas pelayanan kesehatan semakin tinggi, karena Sumber Daya Manusia (SDM)
puskesmas, pengunjung/pengantar pasien, pasien sekitar puskesmas ingin
mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja, baik
sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan maupun karena kondisi sarana
dan prasarana yang ada di puskesmas yang tidak memenuhi standar.

Puskesmas sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan


karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan
kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus
tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya pasal


165 :”Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui
upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja”.
Berdasarkan pasal di atas maka pengelola tempat kerja di puskesmas mempunyai
kewajiban untuk menyehatkan para tenaga kerjanya. Salah satunya adalah melalui
upaya kesehatan kerja disamping keselamatan kerja. Puskesmas harus menjamin
kesehatan dan keselamatan baik terhadap pasien, penyedia layanan atau pekerja
maupun masyarakat sekitar dari berbagai potensi bahaya di puskesmas.

Program keselamatan kerja di Layanan Umum merupakan salah satu upaya


untuk meningkatkan mutu pelayanan puskesmas, khususnya dalam hal kesehatan dan
keselamatan bagi SDM puskesmas, pasien, keluarga pasien, masyarakat sekitar.

1. Tujuan umum

Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk SDM
puskesmas, aman dan sehat bagi pasien, pengunjung/pengantar pasien,
masyarakat dan lingkungan sekitar sehingga proses pelayanan puskesmas
berjalan baik dan lancar.
2. Tujuan khusus
a. Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK (Penyakit Akibat Kerja)
dan KAK (Kecelakaan Akibat Kerja).
b. Peningkatan mutu, citra dan pelayanan rawat jalan puskesmas.

Alat Keselamatan Kerja

1. Pemadam kebakaran (hidrant)


2. APD (alat Pelindung Diri)
3. Peralatan pembersih
4. Obat-obatan
5. Kapas
6. Plaster pembalut
7. Pembersih tangan di depan tiap-tiap ruangan pasien.

Aturan umum dalam tata tertib keselamatan kerja adalah sebagai berikut:

a. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk


memudahkan pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja,
b. Pakailah APD saat bekerja,
c. Orientasi pada petugas baru,
d. Harus mengetahui cara pemakaian alat darurat seperti pemadam kebakaran,
e. Harus mengetahui cara mencuci tangan dengan benar,
f. Buanglah sampah pada tempatnya,
g. Lakukan latihan keselamatan kerja secara periodik,
h. Dilarang merokok
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu  (quality control) dalam manajemen mutu merupakan suatu sistem
kegiatan  teknis yang bersifat rutin yang dirancang  untuk mengukur dan menilai mutu produk
atau jasa yang diberikan kepada pelanggan.  Pengendalian mutu pada pelayanan klinis
diperlukan agar produk layanan klinis terjaga kualitasnya sehingga memuaskan masyarakat
sebagai pelanggan.
Ishikawa (1995) menyatakan bahwa pengendalian mutu adalah pelaksanaan langkah-
langkah yang telah direncanakan secara terkendali agar semuanya berlangsung sebagaimana
mestinya, sehingga mutu produk yang direncanakan dapat tercapai dan terjamin. Dalam
pengertian Ishikawa tersirat pula bahwa pengendalian mutu itu dilakukan dengan orientasi pada
kepuasan konsumen. Dalam bahasa layanan kesehatan keseluruhan proses yang
diselenggarakan oleh puskesmas ditujukan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat sebagai
konsumen.
Pada unit Layanan tindakan UGD Puskesmas Kuta II selalu dilakukan survey kepuasan
pelanggan untuk mengetahui tingkat kepuasan penerima layanan di Puskesmas Kuta II. Hasil
dari survey pelanggan di analisa sehingga dapat merumuskan follow up dari permasalahan
yang ada. .
Jika ada KTD, KTD, KPC dan KNC segera melaporkan pada Ketua Tim Mutu dan
Keselamatan Pasien untuk segera di follow up bersama-sama dengan Anggota Tim Mutu dan
keselamatan pasien Puskesmas Kuta II

BAB IX PENUTUP
Penanggung jawab penyelenggaraan pelayanan klinis di Rawat darurat Puskesmas Kuta
II adalah Kepala Puskesmas Kuta II. Sedangkan penanggungjawab utama penyelenggaraan
seluruh upaya pembangunan kesehatan di wilayah kabupaten Badung adalah dinas kesehatan
kabupaten Badung. Puskesmas bertanggungjawab hanya untuk sebagian upaya pembangunan
kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan kabupaten Badung sesuai dengan
kemampuannya.

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah


mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional. Yakni meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di
wilayah kerja Puskesmas, agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Anda mungkin juga menyukai