CASE STUDY IFRS Kelompok 4
CASE STUDY IFRS Kelompok 4
INSTALASI FARMASI
“MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) DI INSTALASI
FARMASI RSOMH BUKITTINGGI”
Disusun oleh :
PENDAHULUAN
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Permenkes, 2020). Standar pelayanan
kefarmasian adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga
pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil
yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Permenkes RI, 2016).
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
(Kemenkes,2014)
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu unit di rumah sakit
untuk keperluan rumah sakit dan pasien. Pekerjaan kefarmasian yang dimaksud
IFRS merupakan suatu organisasi pelayanan di rumah sakit yang habis pakai serta
pelayanan jasa yaitu farmasi klinik (PIO, Konseling, Meso, Monitoring Terapi
Obat, Reaksi Merugikan Obat) bagi pasien atau keluarga pasien (Rusli, 2016).
Perencanaan sumber daya manusia adalah suatu proses sistematis yang
dan jenis tenaga kerja yang dibutuhkan pada setiap periode tertentu sehingga
kesehatan berdasarkan pada beban pekerjaan nyata yang dilaksanakan oleh tiap
kategori SDM kesehatan pada tiap unit kerja di fasilitas pelayanan kesehatan.
TINJAUAN PUSTAKA
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Rumah Sakit Khusus adalah
rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis
penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit
1. Pelayanan
3. Peralatan
1. Tenaga medis
2. Tenaga kefarmasian
3. Tenaga keperawatan
4. Tenaga kesehatan
5. Tenaga nonkesehatan
2. 4 (empat) apoteker yang bertugas di rawat jalan yang dibantu oleh paling
3. 4 (empat) orang apoteker di rawat inap yang dibantu oleh paling sedikit 8
5. 1 (satu) orang apoteker di ruang ICU yang dibantu oleh paling sedikit 2
atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang
Sakit; dan
Instalasi Farmasi Rumah Sakit secara umum dapat diartikan sebagai suatu
departemen atau unit atau bagian dari suatu rumah sakit dibawah pimpinan
seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi
sediaan farmasi, dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita saat tinggal
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu unit di rumah sakit
untuk keperluan rumah sakit dan pasien. Pekerjaan kefarmasian yang dimaksud
pelayanan produk yaitu sediaan farmasi, perbekalan kesehatan dan bahan medis
habis pakai serta pelayanan jasa yaitu farmasi klinik (PIO, Konseling, Meso,
Monitoring Terapi Obat, Reaksi Merugikan Obat) bagi pasien atau keluarga
2016)
Habis Pakai
Rumah Sakit
- Menerima Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
memungkinkan)
Pakai
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang sudah tidak dapat
digunakan
Obat
- Melaksanakan penelusuran riwayat penggunaan Obat
pasien/keluarga pasien
Pakai
lain:
stabil
Rumah Sakit
- Melaksanakan Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
untuk:
a) Pemilihan
b) Perencanaan kebutuhan
c) Penerimaan
d) Pendistribusian
f) Pengendalian
g) Administrasi
c) Rekonsiliasi Obat
f) Visite
Kemenkes No. 129 tahun 2008 tentang standar minimal pelayanan rumah sakit,
ketepatan waktu.
Pelayanan rawat inap merupakan pelayanan terhadap pasien masuk rumah
rawat inap merupakan sub unit Instalasi Farmasi yang melaksanakan pelayanan
Pakai berdasarkan Resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis tunggal atau
ganda, untuk penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit dosis ini digunakan
Adalah suatu sistem distribusi obat kepada pasien rawat inap disiapkan
dalam bentuk dosis satu kali pemakaian. Sistem distribusi obat UDD merupakan
tanggung jawab farmasis, juga terkait dengan staf medis, perawat, dan
dalam bentuk satuan unit dosis yang terdiri dari obat-obatan dalam jumlah yang
telah ditentukan atau penyediaan yang efisien untuk satu kali penggunaan untuk
pesanan obat yang asli dari dokter sebelum pemberian obat; dan bagi perawat
4. Meniadakan duplikasi pesanan obat dan kertas kerja yang berlebihan dibagian
perawatan farmasi.
lebih efisien.
dari saat dokter menulis pesanan obat sampai saat pasien menerima dosis
unit/UDD.
9. Kemasan dosis unit masing-masing diberi label, dengan nama obat, kekuatan
daya obat, nomor kontrol, dan kemasan tetap utuh sampai obat tersebut siap
peredaran.
11. Farmasis dapat keluar dari apotek dan mengunjungi pos-pos perawatan untuk
Individual dose dispensing adalah resep yang ditulis dokter untuk tiap
pasien untuk beberapa hari. Dimana setiap pasien langsung bisa menebus
Keuntungan :
dan pasien.
Kerugian :
Pasien yang berada di rawat inap, terbagi menjadi dua kelompok, yaitu :
1. Pasien BPJS
dengan one day dose dispensing yaitu ada pasien yang mendapatkan obat
langsung untuk sekali pakai, dan dikombinasikan dengan obat-obat yang bisa
dipakai untuk sehari. Sehingga pasien BPJS selalu mendapatkan obat langsung
individual dose dispensing, yaitu pasien non BPJS diberikan obat untuk
pemakaian beberapa hari sekaligus, namun pemberian obat untuk dimakan ada
yang langsung diberikan untuk beberapa hari, dan ada juga yang pemberiannya
dibantu oleh petugas dengan memberikannya per unit atau pemberian sekali
pakai.
Dibuat konsultasi
Keluarga pasien
pembayaran oleh petugas
memberikan Keluarga pasien di
rawat rawat inap
kwitansi ke kasir informasikan untuk
dan perawat mengambil obat
Petugas apotek rawat inap membagi
obat dalam kemasan 1 x hari
Obat diambil ke apotek, diserahkan ke pemakaian sesuai dengan KIO
petugas rawat inap
2.5 Alur Pelayanan Resep di Apotek Rawat Jalan
Apotek Rawat jalan adalah sub unit dari instalasi farmasi yang merupakan
b. Mencatat obat dan alkes habis pakai yang hampir habis dalam buku
tersendiri.
c. Merapikan penyimpanan obat dan alkes habis pakai sebelum dan sesudah
pelayanan.
e. Menerima dan memeriksa obat dan alkes habis pakai askes rumah sakit
f. Mencatat pemakaian obat dan alkes habis pakai umum dan BPJS dari
3. Resep akan dientri oleh petugas sekaligus diverifikasi dan diberi nomor urut.
5. AA memeriksa ulang nama obat, jumlah obat, jenis obat, aturan pakai, dan
biaya obat.
Setelah obat selesai disiapkan dan dicek ulang, obat diserahkan kepada
pasien disertai dengan penjelasan cara pakai, cara penyimpanan dan informasi
lainnya
Sumber Daya Manusia merupakan aset rumah sakit yang penting dan
merupakan sumber daya yang berperan besar dalam pelayanan rumah sakit.
Penanganan Sumber Daya Manusia Penting karena mutu pelayanan rumah sakit
sangat tergantung dari perilaku Sumber Daya Manusia, kemajuan ilmu dan
perencanaan, pendidikan dan pelatihan serta terpadu dan saling mendukung, guna
menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
(Adisasmito, 2007)
yang sesuai dengan beban kerja dan petugas penunjang lain agar tercapai sasaran
dan tujuan Instalasi Farmasi. Ketersediaan jumlah tenaga Apoteker dan Tenaga
dan perizinan Rumah Sakit yang ditetapkan oleh Menteri. (Permenkes RI,2016).
- Apoteker
- Tenaga Administrasi
- Pekarya/Pembantu pelaksana
Untuk menghasilkan mutu pelayanan yang baik dan aman, maka dalam
jawabnya.
- Mempunyai SK penempatan
a. Beban Kerja
jumlah dan jenis kegiatan farmasi yang dilakukan (manajemen, klinik dan
produksi)
jumlah Resep atau formulir permintaan Obat (floor stock) per hari
volume Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
rawat jalan, maka kebutuhan tenaga Apoteker juga diperlukan untuk pelayanan
pada jenis aktivitas dan tingkat cakupan pelayanan yang dilakukan oleh
Instalasi Farmasi.
dan rawat jalan, diperlukan juga masing-masing 1 (satu) orang Apoteker untuk
Kefarmasian pada unit rawat intensif dan unit rawat darurat yang akan diatur
yang diperlukan.
dengan kompetensinya.
mentaati prinsip dan prosedur yang ditetapkan dan sesuai dengan kaidah-
kaidah penelitian yang berlaku. Instalasi Farmasi harus melakukan
kefarmasian terkini.
Apoteker juga dapat berperan dalam Uji Klinik Obat yang dilakukan di
oleh subyek penelitian dan mencatat Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki
rawat inap
apoteker madya
Jalan
3. Memantau Persediaan Obat dan Alat kesehatan Habis Pakai Umum dan
Rawat Jalan
apoteker muda
2. Mengawasi Kegiatan Produksi Obat Steril dan Non Steril dan Bahan
Habis Pakai
3. Menetapkan formula obat dan teknik pembuatan sediaan obat jadi yang
akan diproduksi
ruangan.
7. Menyiapkan data Obat dan Alat Kesehatan Habis Pakai BPJS dan
apoteker madya
Sakit. Metode WISN adalah alat manajemen sumber daya manusia yang
digunakan untuk menentukan berapa banyak tenaga kesehatan jenis tertentu yang
diperlukan untuk mengatasi beban kerja yang diberikan, dan menilai tekanan
jumlah staf yang dibutuhkan berdasarkan beban kerja mereka. Terdapat langkah
dalam penerapan metode WISN, yaitu menentukan kader yang prioritaskan dan
menetapkan waktu tersedia, menetapkan unit kerja tersedia, dan kategori SDM,
menyusun standar beban kerja, menyusun standar kelonggaran, dan melakukan
perhitungan kebutuhan tenaga per unit kerja (Shipp, 1998) (Depkes RI,2004).
kategori SDM yang bekerja di RS selama satu tahun. Data yang diperlukan adalah
sebagai berikut:
atau lokakarya.
e. Ketidak hadiran kerja sesuai data rata – rata ketidak hadiran kerja
Data informasi yang diperlukan untuk penetapan unit kerja dan kategri
SDM adalah :
fungsinal.
c. Data pegawai berdasar pendidikan yang bekerja pada tiap unit kerja di
RS.
kesehatan.
Beban kerja adalah kuantitas beban kerja selama 1 tahun setiap kategori
SDM. Standar beban kerja disusun berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan (rata-rata waktu) dan waktu yang tersedia per tahun yang
dimiliki oleh setiap kategori tenaga menyelesaikan tiap kegiatan pokok oleh
kebutuhan SDM per unit kerja meliputi: Data yang diperleh dari
b) Kuantitas kegiatan pokok tiap unit kerja selama kurun waktu satu
kurun waktu satu tahun. Kebutuhan jumlah SDM disetiap unit kerja
Shipp (1998) langkah terakhir dalam perhitungan WISN dan berhubungan dengan
pengambilan keputusan yaitu rasio. Rasio antara kenyataan dan kebutuhan, inilah
ketentuan:
b) Rasio WISN < 1 berarti jumlah SDM yang ada belum sesuai dengan
beban kerja.
DISKUSI KASUS
Waktu kerja adalah jumlah jam kerja dalam satu hari yang disediakan oleh
pihak rumah sakit kepada setiap pegawainya untuk dapat bekerja atau melakukan
untuk pembagian masing-masing waktu kerja tiap shift, tidak diatur secara
spesifik mengenai berapa jam seharusnya satu shift itu dilakukan. Namun,
pengaturan itu harus disesuaikan dengan ketentuan 8 jam/hari dengan 5 hari kerja
dan 6 jam/hari dengan 6 hari kerja. Setiap pekerja yang bekerja melebihi waktu
jam kerja baik melalui Peraturan Perusahaan, Perjanjian Kerja, maupun Perjanjian
Kerja Bersama.
Depo farmasi rawat inap merupakan sub unit instalasi farmasi rumah sakit
inap memberikan pelayanan rawat inap bagi pasien yang sedang menderita sakit
dan diharuskan menjalani rawat inap di RS OTAK DR. Drs. M. Hatta Bukittinggi
pelayanan rawat inap bagi pasien yang sedang menderita sakit dan diharuskan
pasien, yang meliputi ruang kelas I, II, III dan ruang kelas utama (VIP).
pendistribusian obat pada pasien rawat inap, baik pasien umum maupun pasien
BPJS. Apotek rawat inap mempunyai satu orang apoteker penanggung jawab dan
dan 1 orang tenaga administrasi. Sehingga, jumlah apoteker dan asisten apoteker
sudah sesuai dengan perhitungan analisis WISN. Tugas seorang apoteker instalasi
rawat jalan yaitu pelayanan farmasi manajerial dan klinik dengan aktivitas
terutama dalam pelayanan farmasi klinik. Dimana tujuan pelayanan farmasi klinik
adalah untuk penggunaan obat yang benar dan rasional, meningkatkan outcome
terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena obat (medication
error). Selain itu, juga efektif untuk mengurangi biaya pelayanan kesehatan dan
gudang farmasi sudah sesuai dengan ketersediaan SDM yang ada di RSOMH.
obat, aturan pemakaian, cara pemberian obat dan mengatur sistem manajerial
apotek rawat inap. Asisten apoteker bertugas sebagai penanggung jawab bangsal
neurologi yang dibagi tiga orang bertanggung jawab pada shift pagi dan satu
orang bertanggung jawab pada shift sore. Asisten apoteker merangkap sebagai
petugas entry data yang tertulis dalam Kartu Instruksi Obat (KIO). KIO
Rumah Sakit
Untuk menghitung tenaga kerja yang dibutuhkan, kita terlebih dahulu harus
mengetahui :
1. Menentukan jabatan
Beban
No Uraian Kegiatan SKR WPT
Tugas
1. Mengawasi dan melaksanakan 17 pasien / 1 menit / 17 menit
pelayanan Farmasi di Apotik hari pasien
Rawat Jalan
2. Mengawasi Kegiatan Pencatatan 17 pasien 1 menit 17 menit
dan Pelaporan Apotik Rawat Jalan / hari
3. Memantau Persediaan Obat dan 30 menit
Alat kesehatan Habis Pakai Umum
dan BPJS Rawat Jalan setiap hari
melalui SIM RS.
4. Membuat daftar dinas petugas 20 menit
Apotek Rawat Jalan.
5. Menyusun laporan bulanan 30 menit
persediaan dan kegiatan pelayanan
di apotek rawat jalan
6. Mengkaji resep dimulai dari seleksi 17 4 menit /
persyaratan administrasi, farmasetik pasien/hari pasien 58 menit
dan klinis
7. Menyerahkan perbekalan farmasi 17 3 51
kepada pasien disertai dengan pasien/hari menit/pasien menit
pemberian informasi pasif
8. Memberikan solusi atas keluhan 3 pasien 5 menit 15 menit
yang berkaitan dengan penggunaan
Kebutuhan
x 1 Orang
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓/ℎ𝑎𝑟𝑖
255 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
x 1 orang = 0,85 orang
300 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
(Dibulatkan menjadi 1 orang)
= 0,85 orang
b. Perhitungan Jumlah Kebutuhan SDM Asisten Apoteker BPJS dan Umum Rawat
Jalan
Tabel 2. Perhitungan Jumlah Kebutuhan SDM Asisten Apoteker BPJS dan Umum
Rawat Jalan
Beban
No Uraian tugas SKR WPT
tugas
1 Melaksanakan pelayanan 17 resep 5 menit/ resep Resep non
farmasi untuk pasien BPJS non racikan dan racikan 14 x
poliklinik pada pagi hari, 41 menit untuk 5 menit =
IGD sesuai dengan protap resep racikan 70 menit
pelayanan sedangkan
resep racikan 3
x 41
2 Mengawasi stok harian serta 30 menit 30 menit
menyusun permintaan obat
umum dan BPJS habis pakai
ke gudang farmasi
3 Merapikan penyimpanan 30 menit 30 menit
Obat dan Alkes habis pakai
sebelum dan setelah
pelayanan
Kebutuhan :
x 1 Orang
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓/ℎ𝑎𝑟𝑖
=
0,63 orang
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis kebutuhan tenaga kefarmasian dengan metode WISN
di Instalasi Farmasi di Rumah Sakit Otak DR.Drs. M.Hatta Bukittinggi diketahui
data sebagai berikut:
Dari data pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa kebutuhan SDM di
Rumah Sakit Otak DR.Drs. M.Hatta Bukittinggi sebagian besar telah sesuai.
5.2 Saran
Dari perhitungan metode WISN Rumah Sakit Otak DR.Drs. M.Hatta
untuk menambah Apoteker pada posisi tersebut. Hal ini, sesuai dengan Permenkes
Rumah Sakit.
DAFTAR PUSTAKA