Makalah Umkm Kelompok 4
Makalah Umkm Kelompok 4
KELOMPOK 4
DISUSUN OLEH
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ANDALAS
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan karunia-Nya kami
selaku penulis makalah dapat menyelesaikan tugas kelompok pembuatan makalah yang menjadi
tugas mata kuliah Hukum Koperasi dan UMKM ini dengan tepat waktu. Makalah ini selain
untuk memenuhi tugas mata kuliah tersebut juga untuk menambah wawasan dan pengetahuan
secara umum. Pembuatan makalah ini tidak terlepas dari kerjasama dan bantuan dari berbagai
pihak, baik dari dosen pengampu, anggota kelompok dan pihak lainnya yang turut membantu
dalam penyelesaian makalah ini. Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, pemakalah
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Besar harapan kami, makalah
yang disajikan ini berguna dan dapat menginspirasi bagi para pembaca. Oleh karena itu kami
dengan senang hati menerima kritik dan saran dari pembaca agar dapat menyempurnakan
Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG........................................................................................................4
A. RUMUSAN MASALAH....................................................................................................5
B. TUJUAN PENULISAN......................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.............................................................................................................................6
A. MANAJEMEN....................................................................................................................6
A. BIROKRASI.....................................................................................................................14
B. KEMITRAAN...................................................................................................................18
C. INFRASTRUKTUR.........................................................................................................25
BAB III PENUTUP......................................................................................................................29
KESIMPULAN.........................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................30
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah sektor bisnis yang
memainkan peran penting dalam perekonomian suatu negara. UMKM umumnya merujuk
pada bisnis yang memiliki skala kecil, jumlah karyawan terbatas, dan kapitalisasi yang
relatif rendah. UMKM merupakan penyedia lapangan kerja utama di banyak negara di
seluruh dunia. Mereka berkontribusi secara signifikan dalam mengurangi angka
pengangguran dan memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat lokal. UMKM sering
kali menjadi pilar ekonomi lokal di daerah pedesaan dan perkotaan UMKM memiliki
potensi besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Dalam banyak negara, sektor
UMKM menyumbang sebagian besar Produk Domestik Bruto (PDB). Pertumbuhan
UMKM dapat menggerakkan sektor lain dalam rantai pasokan dan meningkatkan daya
beli masyarakat, yang pada gilirannya dapat memacu pertumbuhan ekoni secara
keseluruhan.
A. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu manajemen, birokrasi, kemitraan, dan infrastruktur?
B. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apa itu manajemen, birokrasi, kemitraan, dan infrastruktur.
BAB II
PEMBAHASAN
A. MANAJEMEN
Definisi Manajemen menurut Stoner adalah suatu proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan
penggunaan sumberdaya-sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan.1 Kata manajemen merupakan kata serapan dari bahasa Inggris, yakni
management. Menurut Oxford Advanced Dictionary of Current English sebagaimana
dikutip Sudirman bahwa management berakar dari kata manage yang berarti control
(kontrol) dan succed (sukses).2
Secara umum, manajemen dapat diartikan sebagai upaya mengatur sumber daya
yang dimiliki untuk mencapai tujuan organisasi yang sudah ditetapkan.3 Menurut beberapa
ahli, manajemen mempunyai banyak istilah yang berbeda-beda, antara lain:
1
Bambang Agus Sumantri dan Erwin Putera Permana, Manajemen Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM), ( Kediri : Fakultas Ekonomi Universitas Nusantara PGRI Kediri, 2017 ), hlm. 33
2
Sudirman, Zakat Dalam Pusaran Arus Modernitas,(Malang : UIN-Malang Press, 2007), hlm. 71
3
Burhanudin Yusuf, Manajemen Sumber Daya Manusia Di Lembaga Keuangan Syariah, Edisi pertama cetakan
kedua (Jakarta : Rajawali Pers, 2016), hlm. 19-20.
4
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah (Jakarta : Bumi Aksara, 2014), hlm. 2
5
George R. Terry, Principles Of Management (Ontario : Richard D. Irwind ING, Homewood lionis. Irwin-dorsy
limited, 1997), hlm. 4
Manajemen adalah management a process achieving organizational gools through
others. 6
Manajemen adalah proses untuk mencapai tujuan organisasi melalui kerja
sama dengan orang lain
d. Harold Koontz dan Cyril O‟ Donnel
Penjelasan Harold Koontz dan Cyril O‟ Donnel sebagaimana yang dikutip oleh
Malayu S.P Hasibuan menjelaskan manajemen sebagai berikut: Manajemen adalah
usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian
manajer mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi
perencanaan,pengorganisasian, penempatan, pengarahan, dan pengendalian.
Dari beberapa penjelasan tentang manajemen diatas maka dapat kita simpulkan
bahwa manajemen adalah suatu proses sistematis untuk mencapai tujuan bersama dengan
memanfaatkan sumberdaya secara efektif dan efisien. Manajemen baru dapat dilaksanakan
dengan baik jika ada dua orang atau lebih yang melakukan kerja sama dalam suatu
organisasi.
Planning is the first step to any course of action which decides the strategy as
how to attain maximum outcome form such action. 7(Perencanaan adalah langkah
pertama untuk setiap tindakan yang menentukan strategi sebagai cara untuk
mencapai hasil maksimal dari tindakan tersebut).
Pengawasan adalah penemuan dan penetapan cara dan peralatan untuk menjamin
bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan sesuai
8
Sondang P Siagianm ,Fungsi-fungsi Manajemen, (Jakarta : Bumi Aksar, 1989), hlm. 82
dengan yang telah ditetapkan. Fungsi pengawasan pada dasarnya mencakup empat
unsur yaitu :
2. Manajemen Koperasi
Tujuan dari manajemen koperasi adalah agar dapat mewujudkan hal-hal yang
berkaitan dengan tujuan koperasi yang telah dijelaskan dipembahasan sebelumnya.
Namun tujuan lain dari manajemen koperasi adalah sebagai berikut:
Pada dasarnya yang dimaksud dengan strategi adalah cara-cara yang hendak
ditempuh oleh suatu organisasi dalam melaksanakan misi dan mencapai tujuan.
Karena strategi merupakan titik tolak bagi sebuah koperasi dalam melakukan
perencanaan. Maka selain harus mengacu pada tujuan dan misi koperasi, penentuan
strategi harus mempertimbangkan secara cermat halhal sebagai berikut:
1) Kekuatan-kekuatan internal koperasi
2) Kelemahan-kelemahan internal yang dimiliki
9
Novia Widya Utami, Tujuan dan Peran Koperasi Dalam Membangun Perekonomian,(Jakarta: Novia Widya Utami
Book, 2017)
3) Kesempatan atau peluang bisnis yang tersedia untuk dimanfaatkan mencapai
tujuan koperasi
4) Hambatan atau kendala bisnis yang diperkirakan akan menggangu pencapaian
tujuan koperasi.
Adapun jenis strategi yang dapat dipilih oleh koperasi dalam garis besarnya dapat
dibedakan antara strategi pada tingkat korporasi dan strategi pada tingkat unit
usaha. Jenis strategi yang dapat dipilih oleh koperasi pada tingkat korporasi
meliputi: usaha tunggal, diversivikasi usaha terkait, dan diverivikasi usaha tidak
terkait atau konglomerasi.
Sedangkan jenis strategi yang dapat dipilih pada tingkat unit usaha
meliputi:minimisasi biaya, diferensiasi produk, konsentrasi pada pasar tertentu, atau
gabungan antara ketiganya. Setelah memiliki strategi yang jelas, barulah
dirumuskan program-program yang sesuai untuk melaksanakan strategi tersebut.
Akhirnya setelah memiliki program yang jelas, barulah disusun anggaran untuk
melaksanakan masing-masing program yang telah ditentukan.
b. Fungsi Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah pembagian tugas dan wewenang dalam koperasi diantara
para pelaku yang bertanggung jawab atas pelaksanaan rencana-rencana koperasi
tersebut. Walaupun secara umum perangkat koperasi telah terbagi dengan jelas,
yaitu yang meliputi kelengkapan organisasi koperasi, pengelola teknis koperasi,dan
dewan penasihat, namun dalam melaksanakan fungsi kepengurusannya koperasi
memiliki kewajiban untuk menyusun organisasi kepengurusan koperasi secara lebih
rinci.
c. Fungsi Pelaksanaan
Fungsi ketiga dari manajemen koperasi adalah fungsi pelaksanaan. Pelaksanaan
adalah proses penerapan rencana-rencana koperasi oleh masingmasing fungsi atau
unsur dalam organisasi koperasi. aspek terpenting dalam tahap pelaksanaan ini
adalah aspek koordinasi dan monitoring.
A. BIROKRASI
Pemerintah Indonesia telah membuat suatu gebrakan dengan melakukan perubahan-
perubahan terhadap tatanan pemerintahan yang dikenal dengan istilah reformasi birokrasi.
Menurut pendapat Sedarmayanti (2013:113) bahwa reformasi birokrasi dimaknai sebagai
suatu penataan ulang terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan yang dijalankan
aparatur pemerintah, baik pada level pemerintahan lokal maupun nasional. Pelaksanaan
reformasi birokrasi salah satunya untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik, secara
ontologis perubahan paradigma government menuju governance berwujud pada
pergeseran pola pikir dan orientasi birokrasi yang semula melayani kepentingan
kekuasaan menjadi peningkatan.
a. Ciri-ciri Birokrasi
Mengutip buku Birokrasi Pemerintahan, berikut ciri-ciri birokrasi:
1. Adanya peraturan yang harus ditaati.
2. Pejabat bekerja penuh perhatian sesuai kemampuan masing-masing.
3. Pejabat terikat dan disiplin.
4. Melaksanakan prinsip organisasi
5. Pejabat diangkat sesuai syarat teknis dan peraturan
6. Adanya pemilahan yang tegas antara urusan dinas dan pribadi
1. Prosedur pengurusan izin yang berbelit-belit dan terlalu banyak instansi yang
terlibat.
2. Biaya yang terlalu tinggi.
3. Persyaratan yang tidak relevan, Kompleksnya persyaratan dalam mengajukan
surat Izin Usaha akan berdampak pada pelaku UMK yang kesusahan untuk
memenuhi syarat tersebut dan akhirnya pelaku UMKM tidak semangat untuk
mengurus perizinan usahanya.
4. Waktu penyelesaian izin yang terlalu lama.
5. Kinerja pelayanan yang sangat rendah, Hal ini disebabkan karena kurangnya
profesionalitas dalam bekerja, sehingga diperlukan upaya peningkatan
kualitas SDM yang profesional.
Permasalahan yang lain adalah untuk satu izin akan berkaitan dengan dinas dinas lain
pula yang membidanginya. Dewasa ini jenis dan prosedur perizinan di Indonesia
masih beraneka ragam, rumit, dan sukar ditelusuri, sehingga sering merupakan
hambatan bagi kegiatan dunia usaha. Jenis perizinan di Negara Indonesia sedemikian
banyaknya. Namun, bukan berarti dengan wewenang yang dimiliki oleh pemerintah
pusat atau daerah dapat memberikan izin sebanyak-banyaknya tanpa
mempertimbangkan aspek lain. Permasalahan tentang kewenanganyapun ini sering
menjadi masalah, misalnya suatu izin apakah menjadi kewenangan tingkat kabupaten
tingkat provisi atau tingkat pusat. Permasalahan kewenangan ini biasanya terkait
dengan jenis usaha, kapasitas dan cakupan wilayah usaha yang dilakukan. Peran
birokrasi publik tidak hanya memberi pelayanan kepada masyarakat dalam arti sempit,
tetapi berperan mengelola kebijakan publik. Biokrasi publik sangat berperan dalam
proses formulasi/pembuatan kebijakan publik, pelaksanaan dan penegakkan, serta
evaluasinya. Dari peran brokrasi publik, apa yang dilakukan oleh “pelaksana terdepan”
hanya menjalankan sebagian kecil dari pelaksanaan kebijakan publik.
Untuk mengatasi permasalahan tentang birokrasi perijianan yangberbelit-belit
pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 tahun 2006
tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Peraturan
menteri ini sebagai acuan bagi pemerintah daerah untuk membangun sistem perizinan
satu pintu, artinya dengan sistem yang memangkas sistem birokrasi yang berbelit belit.
Apalagi masyarakat menilai bahwa pelayanan publik yang diselenggarakan oleh
pemerintah lama, berbelit-belit, dengan dengan persyaratan yang rumit dan regulasi
yang tidak fleksibel Perizinan satu pintu memungkinkan proses pelayanan perizinan
yang diberikan sangat singkat dengan harga yang jelas dan menghindari praktek-
praktek pungli, masyarakat dapat memantau perkembangan proses penerbitan izin
yang diajukan, apalagi perkembangan teknologi yang terintegrasi antar satu dinas ke
dinas yang lain mejadikan sistem pelayanan perizinan menjadi lebih baik lagi.
B. KEMITRAAN
1. Pengertian Kemitraan
Dalam PP No.4 tahun 1997 Pasal 1 Kemitraan adalah kerjasama usaha antara Usaha
Kecil dengan Usaha Menengah dan ataudengan Usaha Besar disertai pembinaan dan
pengembangan oleh Usaha Menengah dan atau Usaha Besar dengan memperhatikan
prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.10
Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam
jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling
membutuhkan dan saling membesarkan. Karena merupakan strategi bisnis maka
keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang
bermitra dalam menjalankan etika bisnis. 11Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
kemitraan berasal dari kata mitra, arti kata mitra adalah teman, kawan kerja, pasangan
kerja, atau rekan. Sedangkan Kemitraan memiliki arti perihal hubungan atau jalinan
kerjasama sebagai mitra.12
10
PP No.4 tahun 1997
11
Muhammad Jafar Hafsah, 1999, Kemitraan Usaha, Pustaka Sinar Harapan , Jakarta, Hlm.43.
12
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, 1991,Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.
Tujuan Kemitraan yaitu Untuk meningkatkan pendapatan, kesinambungan usaha,
meningkatkan kualitas sumber daya kelompok mitra, peningkatan skala usaha dalam
rangka menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kelompok mitra. Konsep
kemitraan yang banyak dilakukan di Indonesia terdiri dari dua tipe, yaitu tipe dispersal
dan tipe sinergis.
a. Tipe dispersal
Dispersal berasal dari kata asal disperse yang artinya tersebar. Dalam hal ini tipe
dispersal dapat diartikan sebagai pola hubungan antar pelaku usaha yang satu
sama lain tidak memiliki ikatan formal yang kuat. Tipe dispersal dicirikan tidak
adanya hubungan organisasi fungsional di antara setiap tingkatan usaha pertanian
hulu dan hilir. Jaringan bisnis hanya terikat pada mekanisme pasar, sedangkan
antar pelaku usaha bersifat tidak langsung dan impersonal sehingga setiap pelaku
usaha hanya memikirkan kepentingan sendiri. Dalam kondisi tersebut, pelaku
usaha tidak menyadari bahwa mereka saling membutuhkan.
Pada tipe dispersal, hubungan yang terjalin di antara kedua belah pihak tidak
sinergis dan berkesinambungan karena tidak bersifat kemitraan. Kondisi seperti
itu menimbulkan kesenjangan dalam sistem bisnis hulu dan hilir. Kesenjangan
yang terjadi berupa informasi tentang mutu, harga, teknologi, dan akses
permodalan. Dengan demikian pemodal kuat yang umumnya berwawasan luas,
lebih berpendidikan, dan telah berperan di subsistem hilir menjadi diuntungkan
oleh berbagai kelemahan pengusaha UMKM sebagai produsen.
13
Sumardjo, et. al, Teori dan Praktik Kemitraan Agribisnis, Cet. Pertama, Swadaya, Jakarta,2014
14
Pasal 29 Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan UndangUndang Nomor 20 Tahun2008 Tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah
2) Perjanjian Kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat secara
tertulis dalam Bahasa Indonesia.
3) Dalam hal salah satu pihak merupakan orang atau badan hukum asing,
perjanjian Kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dalam
Bahasa Indonesia dan bahasa asing.
4) Perjanjian Kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memuat paling
sedikit:
a. kegiatan usaha;
b. hak dan kewajiban masing-masing pihak;
c. bentuk pengembangan;
d. jangka waktu; dan
e. penyelesaian perselisihan.
1. Koordinasi
Koordinasi antara stakeholder yang belum berjalan baik karena masih ada
kesalah pahaman selama proses pelaksanaan kegiatan . Kurang adanya
pembagian koordinator tetap tiap kelompok UMKM sehingga berbagai
informasi yang diberikan tidak sepenuhnya diterima oleh para pelaku UMKM
secara jelas.
2. Transparansi
Transparansi yang dimaksud adalah keterbukaan pada segi anggaran yang
terpakai tersebut dimana para stakeholder perlu mengetahui bahwa anggaran
telah terealisasikan sesuai dengan perencanaan. Dengan adanya transparansi
dapat mengurangi konflik yang telah terjadi baik antara anggota mitraan.
3. Modal terbatas:
Salah satu kendala utama bagi UMKM adalah modal yang terbatas. Meskipun
kemitraan dapat membantu dalam pengadaan modal, seringkali modal yang
diperoleh tidak cukup untuk mengembangkan usaha secara signifikan.
Terbatasnya akses ke sumber daya keuangan yang memadai dapat membatasi
kemampuan UMKM untuk melakukan inovasi, memperluas jangkauan pasar,
atau meningkatkan kapasitas produksi.
4. Kesulitan dalam mencari mitra yang cocok
15
Bab III Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah
Menemukan mitra yang cocok merupakan tantangan dalam pengembangan
UMKM melalui kemitraan. Memilih mitra yang memiliki visi dan tujuan yang
sejalan, serta memahami kebutuhan dan tantangan UMKM, adalah kunci
keberhasilan dalam kemitraan. Namun, proses mencari mitra yang tepat dan
membangun hubungan kerja yang saling menguntungkan dapat memakan
waktu dan sumber daya.
5. Kesenjangan dalam pengetahuan dan keterampilan
Banyak UMKM menghadapi kesulitan dalam mengakses pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan untuk mengembangkan usaha mereka. Mereka
mungkin tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang manajemen usaha,
pemasaran, keuangan, atau teknologi. Kemitraan yang sukses membutuhkan
adanya transfer pengetahuan dan keterampilan antara mitra yang lebih besar
dan UMKM. Namun, jika kesenjangan ini tidak teratasi, dapat menghambat
kemajuan UMKM dalam kemitraan.
6. Perbedaan budaya dan nilai
Kemitraan sering melibatkan pihak-pihak dengan budaya dan nilai yang
berbeda. Perbedaan ini dapat menyebabkan kesulitan dalam komunikasi,
pengambilan keputusan, dan pemahaman yang saling mendukung. Jika tidak
dikelola dengan baik, perbedaan budaya dan nilai dapat menyebabkan konflik
atau ketegangan dalam kemitraan.16
C. INFRASTRUKTUR
1. Pengertian Infrastruktur
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) infrastruktur di artikan segala
sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya sarana dan prasarana umum17.
Sarana umum dapat berupa fasilitas publik seperti jembatan, sanitasi, jalan, telepon,
air bersih, sekolah, listrik, rumah sakit dan lain sebagainya. Menurut Moteff
infrastruktur didefinisikan tidak hanya terbatas disudut pandang ekonomi saja
melainkan dapat juga pertahanan dan keberlanjutan pemerintah.
16
Nabila Ghasani,Kemitraan Pengembangan UMKM, Universitas Airlangga, 1954
17
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008). h. 554.
Infrastruktur merupakan kebutuhan dasar fisik yang diperlukan seperti jalan,
jembatan, jalur kereta api, jembatan, kelistrikan, pengairan/irigasi, telekomunikasi
dan bandar udara yang bertujuan untk pengorganisasian sehingga dapat terbentuk
sistem terstruktur yang diperlukan agar ekonomi dapat berjalan. Susanto
mengungkapkan bahwa dengan adanya infrastruktur fisik secara memadai, akan
medukung kelancaran aktifitas ekonomi masyarakat, produksi, dan memobilisasi
distribusi barang dan jasa.18 Infrastruktur merupakan salah satu tonggak
perekonomian yang penting untuk dikembangkan di Indonesia. Menurut survei pada
indeks persaingan global pada tahun 2016-2017, Indonesia menduduki peringkat ke-
60 pada pilar infrastruktur (World Ecocnomic Forum, 2017).19
Karakteristik infratsruktur adalah eksternalitas dan juga bersifat non ekslusif
yang artinya baik postif maupun negatif, adanya monopoli alamiah (natural
monopoly) disebabkan oleh tingginya biaya tetap serta tingkat kepentingan dalam
perekonomian dan juga tidak ada orang yang dapat dikesampingkan. Infrastruktur
merupakan elemen struktural ekonomi artinya bersifat rapih dalam penataannya yang
dimana dapat memfasilitasi arus barang dan jasa antara pembeli dan penjual
(Macmillan Distionary of Modern Economics, 1996). 20
2. Jenis-jenis Infrastruktur
a) infrastruktur Ekonomi
Menurut Wahyuni, bahwa Bank dunia mendefinisikan infrastruktur ekonomi,
merupakan aset fisik yang diperlukan untuk menunjang kegiatan dan aktivitas
ekonomi dalam produksi maupun konsumsi final, yang meliputi public utilities
(tenaga, telekomunikasi, air minum, sanitasi dan gas), public work (jalan, kanal,
saluran irigasi, bendungan dandrainase) serta sektor transportasi (jalan, angkutan
pelabuhan, kereta api dan lain sebagainya).21
18
Mega Lestari, Suhadak, “Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan
Pemerataan Ekonomi Indonesia (Studi Pada Badan Pusat Statistik Tahun 2003-2017)”. Jurnal Administrasi Bisnis
(JAB), Vol. 70 No. 1 (Mei 2019), h. 101.
19
Arie Setiadi Moerwanto, Triono Junoasmono, “Strategi Pembangunan Infratruktur Wisata Terintegrasi”. Jurnal
HPJI, Vol. 3 No. 2 (Juli 2017), h. 67.
20
Cut nanda Keusuma dan Suriani, “Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Dasar Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Di Indonesia”, ECOsains: Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Pembangunan, Vol. 4 No. 1, (Mei 2015), h. 3.
21
Eko Fajar Cahyono. “Analisis Pengaruh Infrastruktur Publik Terhadap Produk Domestik Bruto Perkapita Di
Indonesia”. Article, April 2012, h. 3.
b) Jenis Infrastruktur Menurut Peraturan Presiden
Percepatan penyedian infrastruktur prioritas yang tercantum sebagaimana
dimaksud dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 122 Tahun 2016
atas perubahan Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2014. Jenis Infrastruktur
Prioritas mencakup :
1) infrastruktur transportasi;
2) infrastruktur jalan;
3) infrastruktur pengairan;
4) infrastruktur air minum;
5) infrastruktur air limbah;
6) sarana persampahan;
7) infrastruktur telekomunikasi dan informatika;
8) infrastruktur ketenagalistrikan;
9) infrastruktur minyak dan gas bumi;
10) infrastruktur fasilitas Pendidikan;22
22
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan, Pasal 2 ayat (1-2).
produksi daerah tersebut dapat diangkut dan dijual kepasar atau dengan kata lain
pelaku UMKM dapat menjangkau konsumen.
d) nfrastruktur yang memperlancar transportasi turut memengaruhi terbentuknya harga
yang efisien. Transportasi yang baik dan murah akan menurunkan biaya transaksi.
e) infrastruktur yang memperlancar transportasi dapat menimbulkan spesialisasi antar
daerah. Transportasi murah dan mudah akan mendorong pembagian kerja dan
spesialisasi secara geografis antar daerah. Infrastruktur merupakan instrumen untuk
memperlancar berputarnya roda perekonomian sehingga bisa mempercepat
akselerasi pembangunan. 23
23
Fredrik Benu, 2002. Ekonomi Rakyat dan Pemberdayaan: Suatu Kajian Konseptual. Jurnal Ekonomi
Rakyat. Th I (10), h. 17.
Dengan pembangunan infrastruktur tersebut diharapkan terjadi konstelasi atau
terhubungnya satu daerah dengan daerah lainnya. Sehingga UMKM dapat
mengembangkan dan meningkatkan usahanya sekaligus dapat memanfaatkan potensi
lokal dengan sebesar-besarnya. Sejalan dengan itu pembangunan infrastruktur di desa-
desa sangat memberikan dampak terhadap pertumbuhan dan peningkatan pendapatan
masyarakat desa maupun para pelaku UMKM di desa. Ini berarti program Nawa Cita
pemerintah yaitu membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-
daerah dan desa-desa dalam kerangka negara kesatuan dapat terwujud, sekaligus mampu
menjadi tonggak kekuatan perekonomian nasional. Dengan pembangunan infrastruktur
dalam arti luas akan dapat mendorong terwujudnya swasembada pangan, swasembada
energi, swasembada air dan swasembada teknologi maupun swasembada lainnya yang
sangat diperlukan oleh sebesar-besarnya rakyat Indonesia.24
BAB III
PENUTUP
24
Ibid, hlm. 24.
Kesimpulan
Manajemen adalah suatu proses sistematis untuk mencapai tujuan bersama dengan
memanfaatkan sumberdaya secara efektif dan efisien. Manajemen baru dapat dilaksanakan
dengan baik jika ada dua orang atau lebih yang melakukan kerja sama dalam suatu organisasi.
Birokrasi adalah sistem organisasi pemerintahan atau perusahaan yang terdiri dari aturan,
prosedur,, dan hierarki yang kompleks untuk mengatur tugas dan aktivitas.
Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam
jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan
dan saling membesarkan. Karena merupakan strategi bisnis maka keberhasilan kemitraan sangat
ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis.
Infrastruktur merupakan kebutuhan dasar fisik yang diperlukan seperti jalan, jembatan,
jalur kereta api, jembatan, kelistrikan, pengairan/irigasi, telekomunikasi dan bandar udara yang
bertujuan untk pengorganisasian sehingga dapat terbentuk sistem terstruktur yang diperlukan
agar ekonomi dapat berjalan.
DAFTAR PUSTAKA
Cut nanda Keusuma dan Suriani, “Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Dasar Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia”, ECOsains: Jurnal Ilmiah Ekonomi dan
Pembangunan, Vol. 4 No. 1, .Mei 2015
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Pusat Bahasa,
2008.
Eko Fajar Cahyono. “Analisis Pengaruh Infrastruktur Publik Terhadap Produk Domestik Bruto
Perkapita Di Indonesia”. Article, April 2012.
Fredrik Benu, 2002. Ekonomi Rakyat dan Pemberdayaan: Suatu Kajian Konseptual. Jurnal
Ekonomi Rakyat. Th I (10).