Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH HUKUM KOPERASI DAN UMKM

KELOMPOK 4

DISUSUN OLEH

ADIDA PUTRU KARTINI 2010112111

ARIE ALFAREZ RIANTO 2010112071

ANNISA GUSTI MAY LARASATI 2010112093

AJENG PRAMESTI BUWONO 2010112083

SITI HAFIZAH GUSESYA 2010112066

TRIALDO HELMI PUTRA 2010112080

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ANDALAS

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan karunia-Nya kami

selaku penulis makalah dapat menyelesaikan tugas kelompok pembuatan makalah yang menjadi

tugas mata kuliah Hukum Koperasi dan UMKM ini dengan tepat waktu. Makalah ini selain

untuk memenuhi tugas mata kuliah tersebut juga untuk menambah wawasan dan pengetahuan

secara umum. Pembuatan makalah ini tidak terlepas dari kerjasama dan bantuan dari berbagai

pihak, baik dari dosen pengampu, anggota kelompok dan pihak lainnya yang turut membantu

dalam penyelesaian makalah ini. Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, pemakalah

menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Besar harapan kami, makalah

yang disajikan ini berguna dan dapat menginspirasi bagi para pembaca. Oleh karena itu kami

dengan senang hati menerima kritik dan saran dari pembaca agar dapat menyempurnakan

makalah ini menjadi lebih baik.

Padang, 16 Mei 2023

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG........................................................................................................4
A. RUMUSAN MASALAH....................................................................................................5
B. TUJUAN PENULISAN......................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.............................................................................................................................6
A. MANAJEMEN....................................................................................................................6
A. BIROKRASI.....................................................................................................................14
B. KEMITRAAN...................................................................................................................18
C. INFRASTRUKTUR.........................................................................................................25
BAB III PENUTUP......................................................................................................................29
KESIMPULAN.........................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................30

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah sektor bisnis yang
memainkan peran penting dalam perekonomian suatu negara. UMKM umumnya merujuk
pada bisnis yang memiliki skala kecil, jumlah karyawan terbatas, dan kapitalisasi yang
relatif rendah. UMKM merupakan penyedia lapangan kerja utama di banyak negara di
seluruh dunia. Mereka berkontribusi secara signifikan dalam mengurangi angka
pengangguran dan memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat lokal. UMKM sering
kali menjadi pilar ekonomi lokal di daerah pedesaan dan perkotaan UMKM memiliki
potensi besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Dalam banyak negara, sektor
UMKM menyumbang sebagian besar Produk Domestik Bruto (PDB). Pertumbuhan
UMKM dapat menggerakkan sektor lain dalam rantai pasokan dan meningkatkan daya
beli masyarakat, yang pada gilirannya dapat memacu pertumbuhan ekoni secara
keseluruhan.

UMKM dapat menjadi alat untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat. Mereka


memberikan kesempatan kepada individu-individu yang sebelumnya tidak memiliki akses
terhadap lapangan kerja formal untuk menjadi pengusaha dan mandiri secara ekonomi.
UMKM juga sering kali memberikan peluang bagi perempuan, pemuda, dan kelompok
marginal lainnya untuk berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi.

Namun tentunya dalam pengembangnnya akan menemui berbagai kendala


Pemerintah dan lembaga internasional sering kali memberikan perhatian khusus terhadap
sektor UMKM dan mengadopsi kebijakan dan program untuk mendukung pertumbuhan
dan pengembangan UMKM. Hal ini dilakukan melalui penyediaan akses ke pembiayaan,
pelatihan keterampilan, akses pasar, dan pemangkasan regulasi yang berlebihan, guna
membantu UMKM mengatasi kendala yang mereka hadapi dan meraih keberhasilan yang
lebih besar.Berdasarkan latar belakang tersebut kami membahas mengenai kendala dan
hal hal yang berkaitan dengan pengembangan UMKM tersebut.

A. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu manajemen, birokrasi, kemitraan, dan infrastruktur?
B. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apa itu manajemen, birokrasi, kemitraan, dan infrastruktur.
BAB II

PEMBAHASAN
A. MANAJEMEN
Definisi Manajemen menurut Stoner adalah suatu proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan
penggunaan sumberdaya-sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan.1 Kata manajemen merupakan kata serapan dari bahasa Inggris, yakni
management. Menurut Oxford Advanced Dictionary of Current English sebagaimana
dikutip Sudirman bahwa management berakar dari kata manage yang berarti control
(kontrol) dan succed (sukses).2

Secara umum, manajemen dapat diartikan sebagai upaya mengatur sumber daya
yang dimiliki untuk mencapai tujuan organisasi yang sudah ditetapkan.3 Menurut beberapa
ahli, manajemen mempunyai banyak istilah yang berbeda-beda, antara lain:

a. Malayu S.P. Hasibuan


Manajemen adalah ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya
manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu
tujuan tertentu.4
b. George R. Terry
Manajemen adalah management a distinct process consisting of planning,
organizing, objective by the use of human being and other resources. 5
Manajemen
adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan
serta mencapai sasaransasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber daya lainnya.
c. Schoderbek Coser dan Aplin

1
Bambang Agus Sumantri dan Erwin Putera Permana, Manajemen Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM), ( Kediri : Fakultas Ekonomi Universitas Nusantara PGRI Kediri, 2017 ), hlm. 33
2
Sudirman, Zakat Dalam Pusaran Arus Modernitas,(Malang : UIN-Malang Press, 2007), hlm. 71
3
Burhanudin Yusuf, Manajemen Sumber Daya Manusia Di Lembaga Keuangan Syariah, Edisi pertama cetakan
kedua (Jakarta : Rajawali Pers, 2016), hlm. 19-20.
4
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah (Jakarta : Bumi Aksara, 2014), hlm. 2
5
George R. Terry, Principles Of Management (Ontario : Richard D. Irwind ING, Homewood lionis. Irwin-dorsy
limited, 1997), hlm. 4
Manajemen adalah management a process achieving organizational gools through
others. 6
Manajemen adalah proses untuk mencapai tujuan organisasi melalui kerja
sama dengan orang lain
d. Harold Koontz dan Cyril O‟ Donnel
Penjelasan Harold Koontz dan Cyril O‟ Donnel sebagaimana yang dikutip oleh
Malayu S.P Hasibuan menjelaskan manajemen sebagai berikut: Manajemen adalah
usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian
manajer mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi
perencanaan,pengorganisasian, penempatan, pengarahan, dan pengendalian.

Dari beberapa penjelasan tentang manajemen diatas maka dapat kita simpulkan
bahwa manajemen adalah suatu proses sistematis untuk mencapai tujuan bersama dengan
memanfaatkan sumberdaya secara efektif dan efisien. Manajemen baru dapat dilaksanakan
dengan baik jika ada dua orang atau lebih yang melakukan kerja sama dalam suatu
organisasi.

1. Fungsi – Fungsi Manajemen

Fungsi manajemen adalah serangkaian kegiatan yang dijalankan dalam


manajemen berdasarkan fungsinya masing-masing dan mengikuti suatu tahapan-
tahapan tertentu dalam pelaksanaannya. Berikut ini adalah fungsi-fungsi manajemen,
ada empat fungsi manajemen yaitu:

a. Planning atau perencanaan

Planning is the first step to any course of action which decides the strategy as
how to attain maximum outcome form such action. 7(Perencanaan adalah langkah
pertama untuk setiap tindakan yang menentukan strategi sebagai cara untuk
mencapai hasil maksimal dari tindakan tersebut).

Perencanaan adalah fungsi manajemen yang telah menentukan secara jelas


pemilihan pola-pola pengarahan untuk para pengambil keputusan sehingga dapat
di koordinasi dengan sebagian banyak keputusan dalam suatu kurun waktu
6
Schoderbek, P.P. Coser, A. R. Dan Aplin J, Management (USA : Harcour Brace Jevanovich Publishers, 1998),
hlm. 8.
7
Erni Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, (Jakarta : Kencana, 2006), hlm. 8
tertentu dan mengarah kepada tujuan-tujuan yang telah ditentukan. ada empat
dasar tahap perencanaan :

1) Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan


2) Merumuskan keadaan saat ini
3) Mengidentifikasikan segala kemudahan dan hambatan.
4) Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian
tujuan.
b. Organizing atau Pengorganisasian

Definisi sederhana pengorganisasian ialah keseluruhan proses pengelompokkan


orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, serta wewenang dan tanggung jawab
sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai
suatu kesatuan yang utuh dan bulat dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya.8

Setelah ditetapkan rencana, maka kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk


mencapai tujuan itu dibagi-bagi antara anggota manajemen dan bawahannya.
Untuk itu diperlukan penggolongan dengan pembagian tugas sendiri-sendiri dan
masing-masing anggota mendapat tugas yang diberikan kepadanya.

c. Actuating atau pengarahan

Pengarahan (actuating=directing) adalah fungsi manajer yang amat penting.


Semua usaha kelompok memerlukan pengarahan kalau menginginkan usaha itu
berhasil dalam mencapai tujuan-tujuan kelompok. Pengarahan adalah kegiatan
memimpin untuk membimbing, menggerakkan, mengatur segala kegiatan yang
telah diberikan dalam melaksanakan kegiatan usaha.

d. Controlling atau pengawasan

Pengawasan adalah penemuan dan penetapan cara dan peralatan untuk menjamin
bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan sesuai
8
Sondang P Siagianm ,Fungsi-fungsi Manajemen, (Jakarta : Bumi Aksar, 1989), hlm. 82
dengan yang telah ditetapkan. Fungsi pengawasan pada dasarnya mencakup empat
unsur yaitu :

1) Penetapan standar pelaksanaan.


2) Penentuan ukuran-ukuran pelaksanaan.
3) Pengukuran pelaksanaan nyata dan membandingkannya dengan standar
yang telah ditetapkan. dan
4) Mengambil tindakan koreksi yang diperlukan bila pelaksanaan
menyimpang dari standar.

Manajer-manajer pada umumnya menganggap perlu untuk melakukan pengawasan


tentang apa yang telah dilakukan guna dapat memastikan apakah pekerjaan
orangorang tersebut berjalan dengan memuaskan dan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan tersebut.

2. Manajemen Koperasi

Manajemen merupakan kebutuhan mutlak dalam setiap organisasi termasuk


koperasi. Sebagaimana diketahui hakikat manajemen adalah mencapai tujuan melalui
tangan orang lain. Pencapaian tersebut dilaksanakan melalui fungsi-fungsi manajemen
yaitu: fungsi perencanaan, fungsi pengorganisasian, fungsi pengarahan dan fungsi
pengawasan. Keberhasilan manajemen sebuah koperasi akan sangat tergantung pada
pelaksanaan fungsi masing-masing tersebut. Walaupun tingkat kerumitan pelaksanaan
fungsi-fungsi tersebut beragam, namun tidak ada organisasi yang dapat mengelak dari
pelaksanaan fungsi tersebut. Hal yang sama berlaku pula pada koperasi, hanya dengan
melaksanakan fungsi-fungsi manajemen itulah sebuah koperasi dapat mencapai tujuan-
tujuan mulianya secara efektif.

Manajemen koperasi mempunyai tiga unsur pokok, yaitu: Rapat Anggota,


Pengurus dan Manajer, dan Badan Pemeriksa. Rapat anggota merupakan unsur dalam
manajemen koperasi, karena koperasi merupakan badan usaha milik para anggotanya. Hal
ini sesuai dengan prinsip demokrasi yang sesuai dengan asas koperasi. Pengurus
merupakan bagian eksekutif dari koperasi, manajer melaksanakan kegiatan sehari-hari
dan bertanggung jawab langsung akan kelancaran jalannya koperasi. Badan pemeriksa
melakukan pengawasan terhadap pengurus dan manajer.

3. Tujuan Manajemen Koperasi

Tujuan dari manajemen koperasi adalah agar dapat mewujudkan hal-hal yang
berkaitan dengan tujuan koperasi yang telah dijelaskan dipembahasan sebelumnya.
Namun tujuan lain dari manajemen koperasi adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan Pendapatan Anggota


Sisa Hasil Usaha (SHU) yang diperoleh koperasi merupakan keuntungan para
anggota. Makin besar jasa seorang anggota terhadap koperasi makin besar pula
penghasilan yang diperoleh anggota itu.
b. Menciptakan Lapangan Pekerjaan
Koperasi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan para anggota dan juga
masyarakat pada umumnya. Dalam mencapai tujuan tersebut, koperasi berusaha
melakukan kegiatan sesuai dengan jenis koperasi, seperti di bidang kerajinan,
pertanian, dan pertokoan. Dibukanya lapangan usaha koperasi berarti memberi
kesempatan kepada tenaga kerja dan menyerap sumber daya manusia pada
umumnya.
c. Meningkatkan Taraf Hidup Masyarakat
Kegiatan koperasi dapat meningkatkan penghasilan para anggota koperasi. Ini
berarti sekaligus meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dengan memperoleh
penghasilan yang tinggi kemungkinan akan lebih mudah memenuhi kebutuhan
hidup yang beraneka ragam.
d. Turut Mencerdaskan Bangsa
Usaha koperasi bukan hanya kegiatan di bidang material, tetapi juga mengadakan
kegiatan pendidikan terhadap para anggota. Pendidikan tersebut antara lain
diberikan dalam bentuk pelatihan keterampilan dan manajemen. Dengan
demikian, koperasi turut berperan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

e. Mempersatukan dan Mengembangkan Daya Usaha


Koperasi merupakan kekuatan yang dapat dipergunakan untuk mencapai tujuan
bersama. Misalnya, koperasi pertanian dalam melakukan kegiatan usahanya dapat
mempersatukan usaha para petani untuk memenuhi kebutuhannya, seperti usaha
pengadaan pupuk, bibit, alat pertanian, dan menjual bersama produksi pertanian.
f. Menyelenggarakan Kehidupan Ekonomi
Pada setiap kegiatan, koperasi bertindak bukan atas kehendak pengurus,
melainkan berdasarkan keinginan para anggota, yaitu terlebih dahulu harus
dimusyawarahkan. Hal ini merupakan pencerminan dari pelaksanaan demokrasi
ekonomi.9

4. Fungsi – Fungsi Manajemen Koperasi


a. Fungsi Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses perumusan program beserta anggaran yang harus
dilakukan oleh sebuah koperasi sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan strategi yang
hendak dilaksanakannya. Sebagai tindak lanjut dari strategi, maka pelaksanaan
fungsi perencanaan harus secara konsisten mengacu pada tujuan dan misi koperasi
tersebut. Dengan kata lain, perencanaan bukanlah sekedar pengungkapan keinginan,
merupakan sebuah tindak lanjut dari strategi yang telah dipertimbangkan secara
cermat. Selain itu, perencanaan juga memiliki fungsi koordinasi antara bagian
dalam koperasi serta fungsi pengendalian terhadap pelaksanaan berbagai kegiatan
koperasi.

Pada dasarnya yang dimaksud dengan strategi adalah cara-cara yang hendak
ditempuh oleh suatu organisasi dalam melaksanakan misi dan mencapai tujuan.
Karena strategi merupakan titik tolak bagi sebuah koperasi dalam melakukan
perencanaan. Maka selain harus mengacu pada tujuan dan misi koperasi, penentuan
strategi harus mempertimbangkan secara cermat halhal sebagai berikut:
1) Kekuatan-kekuatan internal koperasi
2) Kelemahan-kelemahan internal yang dimiliki

9
Novia Widya Utami, Tujuan dan Peran Koperasi Dalam Membangun Perekonomian,(Jakarta: Novia Widya Utami
Book, 2017)
3) Kesempatan atau peluang bisnis yang tersedia untuk dimanfaatkan mencapai
tujuan koperasi
4) Hambatan atau kendala bisnis yang diperkirakan akan menggangu pencapaian
tujuan koperasi.

Adapun jenis strategi yang dapat dipilih oleh koperasi dalam garis besarnya dapat
dibedakan antara strategi pada tingkat korporasi dan strategi pada tingkat unit
usaha. Jenis strategi yang dapat dipilih oleh koperasi pada tingkat korporasi
meliputi: usaha tunggal, diversivikasi usaha terkait, dan diverivikasi usaha tidak
terkait atau konglomerasi.

Sedangkan jenis strategi yang dapat dipilih pada tingkat unit usaha
meliputi:minimisasi biaya, diferensiasi produk, konsentrasi pada pasar tertentu, atau
gabungan antara ketiganya. Setelah memiliki strategi yang jelas, barulah
dirumuskan program-program yang sesuai untuk melaksanakan strategi tersebut.
Akhirnya setelah memiliki program yang jelas, barulah disusun anggaran untuk
melaksanakan masing-masing program yang telah ditentukan.

b. Fungsi Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah pembagian tugas dan wewenang dalam koperasi diantara
para pelaku yang bertanggung jawab atas pelaksanaan rencana-rencana koperasi
tersebut. Walaupun secara umum perangkat koperasi telah terbagi dengan jelas,
yaitu yang meliputi kelengkapan organisasi koperasi, pengelola teknis koperasi,dan
dewan penasihat, namun dalam melaksanakan fungsi kepengurusannya koperasi
memiliki kewajiban untuk menyusun organisasi kepengurusan koperasi secara lebih
rinci.

Pertanyaan pokok yang perlu dijawab oleh pengurus sehubungan pelaksanaan


fungsi pengorganisasian ini adalah: jenis struktur organisasi apakah yang hendak
diselenggarakan oleh koperasi, dalam garis besarnya, struktur organisasi dapat
dibedakan atas struktur fungsional, struktur unit usaha, dan struktur matriks.
Struktur fungsional adalah yang membagi wewenang pengelolaan koperasi
berdasarkan fungsi-fungsinya. Struktur unit usaha adalah yang membagi wewenang
pengelolaan koperasi berdasarkan unitunit usahanya. Sedangkan struktur matriks
adalah gabungan antara struktur fungsional dan struktur unit usaha. Koperasi yang
masih kecil dan hanya menyelenggarakan satu unit usaha, biasanya cukup
diselenggarakan dengan menggunakan struktur fungsional. Demikianlah,
pembahasan yang lebih rinci mengenai organisasi koperasi akan dilakukan pada
bagian berikutnya.

c. Fungsi Pelaksanaan
Fungsi ketiga dari manajemen koperasi adalah fungsi pelaksanaan. Pelaksanaan
adalah proses penerapan rencana-rencana koperasi oleh masingmasing fungsi atau
unsur dalam organisasi koperasi. aspek terpenting dalam tahap pelaksanaan ini
adalah aspek koordinasi dan monitoring.

Dengan melakukan koordinasi maka berbagai unsur-unsur dalam organisasi


diupayakan untuk bekerja saling bahu-membahu dalam mencapai tujuan koperasi.
Dalam garis besarnya, unsur yang terlibat pada tahap pelaksanaan ini terdiri dari
anggota, penasihat,pengawas,pengurus, pengelola,serta karyawan koperasi. dalam
hal ini kiranya perlu dijelaskan hubungan antara pengurus dengan pengelola
kiranya perlu dikemukakan secara ringkas.

Secara keseluruhan, tanggung jawab fungsi pelaksanaan memang merupakan


tanggung jawab pengurus koperasi. Akan tetapi karena dalam kenyataannya
pengurus tidak dapat melaksanakan tugasnya tanpa bantuan orang lain, maka
pengurus memiliki wewenang untuk mengangkat pengelola sebagai pelaksana
sehari-hari manajemen koperasi. sehubungan dengan tugas yang dipikulnya maka
pengelola harus memiliki wawasan dan kemampuan bisnis yang dapat diandalkan,
sehingga ia dapat mengelola bisnis dengan sebaik-baiknya.

Sedangkan dalam kaitannya dengan aspek monitoring, yang terpenting adalah


diselenggarakannya sistem pencatatan yang tertib dan cermat dalam pelaksanaan
seluruh kegiatan koperasi. Baik sistem pencatatan yang menyangkut peristiwa
nonkeuangan maupun pencatatan yang menyangkut transaksi-transaksi keuangan
atau sistem akuntansi koperasi.
d. Fungsi Pengawasan
Pengawasan adalah upaya yang dilakukan oleh kewenangan yang lebih tinggi,
untuk mengukur tingkat kesesuaian antara rencana yang telah ditetapkan dengan
hasil yang telah dicapai, atau upaya untuk memastikan bahwa kebijakan yang telah
dirumuskan telah dilaksanakan dengan semestinya. Dengan demikian pengawas
diharapkan dapat mencegah atau mengurangi kemungkinan terjadinya
penyalahgunaan wewenang serta penggunaan sumbersumber ekonomi yang
dimiliki oleh koperasi secara tidak bertanggung jawab.

Dalam melaksanakan fungsi pengawasannya, pengawas koperasi bisa meminta


bantuan tenaga ahli untuk mengungkap terjadinya penyalahgunaan wewenang atau
penyelewengan yang dilakukan oleh pengurus koperasi. Namun walaupun
pengawas melimpahkan pelaksanaan fungsi pengawasan kepada pihak lain,
tanggung jawab pelaksanaan pengawasan tetap berada ditangan pengawas. Oleh
karena itu, pengawas koperasi harus bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya
itu ketika rapat anggota.

A. BIROKRASI
Pemerintah Indonesia telah membuat suatu gebrakan dengan melakukan perubahan-
perubahan terhadap tatanan pemerintahan yang dikenal dengan istilah reformasi birokrasi.
Menurut pendapat Sedarmayanti (2013:113) bahwa reformasi birokrasi dimaknai sebagai
suatu penataan ulang terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan yang dijalankan
aparatur pemerintah, baik pada level pemerintahan lokal maupun nasional. Pelaksanaan
reformasi birokrasi salah satunya untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik, secara
ontologis perubahan paradigma government menuju governance berwujud pada
pergeseran pola pikir dan orientasi birokrasi yang semula melayani kepentingan
kekuasaan menjadi peningkatan.

Dwiyanto (2012:ix) mengatakan ”reformasi politik yang terjadi belum mampu


menghasilkan perbaikan terhadap kehidupan masyarakat tanpa adanya reformasi
birokrasi”. Reformasi birokrasi terjadi bukan tanpa alasan, namun terdapat faktor-faktor
pendorong sehingga reformasi birokrasi harus dilakukan. Faktor-faktor yang mendorong
reformasi birokrasi (Thoha, 2011:106) adalah sebagai berikut :

1. Adanya kebutuhan melakukan perubahan dan pembaharuan.


2. Memahami perubahan yang terjadi di lingkungan strategis nasional.
3. Memahami perubahan yang terjadi dalam paradigma manjemen pemerintahan.

Berbagai pendapat yang dikemukakan di atas, memberikan pemahaman secara general


bahwa reformasi birokrasi merupakan suatu upaya pemerintah dalam memperbaiki
penyelenggaraan sistem pemerintahan untuk mewujudkan good governance dan clean
government sesuai dengankeinginan masyarakat kualitas pelayanan public. Dalam istilah
sehari-hari birokrasi identik dengan rantai-rantai pemerintahan. Birokrasi berasal dari
kata bureaucracy (bahasa Inggris → bureau yang artinya meja atau kantor dan cracy yang
artinya pemerintah), diartikan sebagai suatu organisasi yang memiliki rantai komando
dengan bentuk piramida, di mana lebih banyak orang berada di tingkat bawah dari pada
tingkat atas, biasanya ditemui pada instansi yang sifatnya administrative. Sementara itu,
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), birokrasi didefinisikan sebagai :

a. Sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah karena telah


berpegang pada hierarki dan jenjang jabatan.
b. Cara bekerja atau susunan pekerjaan yang serba lamban, serta menurut tata aturan
(adat dan sebagainya) yang banyak liku-likunya dan sebagainya. Sedangkan
menurut salah satu ahli, yaitu Weber yang dikutip oleh Widjaja (1994), birokrasi
adalah salah satu sistem otorita yang ditetapkan secara rasional oleh berbagai
peraturan. Birokrasi dimaksudkan untuk mengorganisasikan secara teratur suatu
pekerjaan yang harus dilakukan banyak orang. Reformasi birokrasi merupakan
salah satu upaya pemerintah untuk mencapai good governance. Melalui reformasi
birokrasi, dilakukan penataan terhadap sistem penyelenggaraan pemerintah yang
tidak hanya efektif dan efisien tetapi juga reformasi birokrasi menjadi tulang
punggung dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Reformasi birokrasi pada
hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan
mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut
aspek-aspek pada penerapan pelayanan prima.

a. Ciri-ciri Birokrasi
Mengutip buku Birokrasi Pemerintahan, berikut ciri-ciri birokrasi:
1. Adanya peraturan yang harus ditaati.
2. Pejabat bekerja penuh perhatian sesuai kemampuan masing-masing.
3. Pejabat terikat dan disiplin.
4. Melaksanakan prinsip organisasi
5. Pejabat diangkat sesuai syarat teknis dan peraturan
6. Adanya pemilahan yang tegas antara urusan dinas dan pribadi

b. Permasalahan Birokrasi pada UMKM


Perkembangan ekonomi dan meningkatnya iklim investasi suatudaerah tidak lepas dari
banyaknyaperusahaan baik dari skala mikro maupun yang besar untuk tumbuh di
daerah tersebut terhubung dengan sistem pelayanan perizinan yang diberikan oleh
pemerintah, baik di level pemerintah pusat maupun daerah. Sistem birokrasi dalam
sistem perizinan terntu akan terhubung dari satu bagian ke bagian yang lain. Satu
perusahaan yang berdiri memerlukan izjin yang tidak hanya satu jenis izin saja yang
ada namun memerlukan berbagai izin sesuai dengan jenis dan cakupan usaha dari
perusahaan tersebut, sehingga akan memerlukan jenis izin yang banyak. Sebagai
contoh perusahaan makanan ringan akan memiliki izin yang tidak sedikit, mulai
tempat usaha memerlukan izin bangunan, izin peruntukan penggunaan tanah, izin
gangguan, izin tempat usaha dan izin lainnya kemudian dari produknya tentu juga
akan dikenai berbagai macam izin seperti izin dari dinas kesehatan, izin Pangan
Industri Rumah Tangga (PIRT), bahkan ada dari MUI (Majelis Ulama Indonesia) yang
mengeluarkan sertikat Halal.

Birokrasi seharusnya menempatkan diri sebagai mediating agent, menjadi jembatan


antara kepentingankepentingan masyarakat dan kepentingan-kepentingan pemerintah.
Namun realitanya, masih banyak kendala dalam penerapannya. Salah satunya yaitu
sistem pelayanan perizinan yang berlaku saat ini. Pada kenyataannya masyarakat
masih ada hambatan birokratis. Terkesan dalam kebijakannya pemerintah sangat
dilematis. Terutama perizinan usaha baru untuk UMKM yang banyak jenis
pemungutan, baik yang resmi maupun tidak resmi. Secara lebih detail permasalahan
perizinan adalah sebagai berikut:

1. Prosedur pengurusan izin yang berbelit-belit dan terlalu banyak instansi yang
terlibat.
2. Biaya yang terlalu tinggi.
3. Persyaratan yang tidak relevan, Kompleksnya persyaratan dalam mengajukan
surat Izin Usaha akan berdampak pada pelaku UMK yang kesusahan untuk
memenuhi syarat tersebut dan akhirnya pelaku UMKM tidak semangat untuk
mengurus perizinan usahanya.
4. Waktu penyelesaian izin yang terlalu lama.
5. Kinerja pelayanan yang sangat rendah, Hal ini disebabkan karena kurangnya
profesionalitas dalam bekerja, sehingga diperlukan upaya peningkatan
kualitas SDM yang profesional.

Permasalahan yang lain adalah untuk satu izin akan berkaitan dengan dinas dinas lain
pula yang membidanginya. Dewasa ini jenis dan prosedur perizinan di Indonesia
masih beraneka ragam, rumit, dan sukar ditelusuri, sehingga sering merupakan
hambatan bagi kegiatan dunia usaha. Jenis perizinan di Negara Indonesia sedemikian
banyaknya. Namun, bukan berarti dengan wewenang yang dimiliki oleh pemerintah
pusat atau daerah dapat memberikan izin sebanyak-banyaknya tanpa
mempertimbangkan aspek lain. Permasalahan tentang kewenanganyapun ini sering
menjadi masalah, misalnya suatu izin apakah menjadi kewenangan tingkat kabupaten

tingkat provisi atau tingkat pusat. Permasalahan kewenangan ini biasanya terkait
dengan jenis usaha, kapasitas dan cakupan wilayah usaha yang dilakukan. Peran
birokrasi publik tidak hanya memberi pelayanan kepada masyarakat dalam arti sempit,
tetapi berperan mengelola kebijakan publik. Biokrasi publik sangat berperan dalam
proses formulasi/pembuatan kebijakan publik, pelaksanaan dan penegakkan, serta
evaluasinya. Dari peran brokrasi publik, apa yang dilakukan oleh “pelaksana terdepan”
hanya menjalankan sebagian kecil dari pelaksanaan kebijakan publik.
Untuk mengatasi permasalahan tentang birokrasi perijianan yangberbelit-belit
pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 tahun 2006
tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Peraturan
menteri ini sebagai acuan bagi pemerintah daerah untuk membangun sistem perizinan
satu pintu, artinya dengan sistem yang memangkas sistem birokrasi yang berbelit belit.
Apalagi masyarakat menilai bahwa pelayanan publik yang diselenggarakan oleh
pemerintah lama, berbelit-belit, dengan dengan persyaratan yang rumit dan regulasi
yang tidak fleksibel Perizinan satu pintu memungkinkan proses pelayanan perizinan
yang diberikan sangat singkat dengan harga yang jelas dan menghindari praktek-
praktek pungli, masyarakat dapat memantau perkembangan proses penerbitan izin
yang diajukan, apalagi perkembangan teknologi yang terintegrasi antar satu dinas ke
dinas yang lain mejadikan sistem pelayanan perizinan menjadi lebih baik lagi.

B. KEMITRAAN
1. Pengertian Kemitraan
Dalam PP No.4 tahun 1997 Pasal 1 Kemitraan adalah kerjasama usaha antara Usaha
Kecil dengan Usaha Menengah dan ataudengan Usaha Besar disertai pembinaan dan
pengembangan oleh Usaha Menengah dan atau Usaha Besar dengan memperhatikan
prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.10
Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam
jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling
membutuhkan dan saling membesarkan. Karena merupakan strategi bisnis maka
keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang
bermitra dalam menjalankan etika bisnis. 11Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
kemitraan berasal dari kata mitra, arti kata mitra adalah teman, kawan kerja, pasangan
kerja, atau rekan. Sedangkan Kemitraan memiliki arti perihal hubungan atau jalinan
kerjasama sebagai mitra.12

10
PP No.4 tahun 1997
11
Muhammad Jafar Hafsah, 1999, Kemitraan Usaha, Pustaka Sinar Harapan , Jakarta, Hlm.43.
12
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, 1991,Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.
Tujuan Kemitraan yaitu Untuk meningkatkan pendapatan, kesinambungan usaha,
meningkatkan kualitas sumber daya kelompok mitra, peningkatan skala usaha dalam
rangka menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kelompok mitra. Konsep
kemitraan yang banyak dilakukan di Indonesia terdiri dari dua tipe, yaitu tipe dispersal
dan tipe sinergis.

a. Tipe dispersal
Dispersal berasal dari kata asal disperse yang artinya tersebar. Dalam hal ini tipe
dispersal dapat diartikan sebagai pola hubungan antar pelaku usaha yang satu
sama lain tidak memiliki ikatan formal yang kuat. Tipe dispersal dicirikan tidak
adanya hubungan organisasi fungsional di antara setiap tingkatan usaha pertanian
hulu dan hilir. Jaringan bisnis hanya terikat pada mekanisme pasar, sedangkan
antar pelaku usaha bersifat tidak langsung dan impersonal sehingga setiap pelaku
usaha hanya memikirkan kepentingan sendiri. Dalam kondisi tersebut, pelaku
usaha tidak menyadari bahwa mereka saling membutuhkan.

Pada tipe dispersal, hubungan yang terjalin di antara kedua belah pihak tidak
sinergis dan berkesinambungan karena tidak bersifat kemitraan. Kondisi seperti
itu menimbulkan kesenjangan dalam sistem bisnis hulu dan hilir. Kesenjangan
yang terjadi berupa informasi tentang mutu, harga, teknologi, dan akses
permodalan. Dengan demikian pemodal kuat yang umumnya berwawasan luas,
lebih berpendidikan, dan telah berperan di subsistem hilir menjadi diuntungkan
oleh berbagai kelemahan pengusaha UMKM sebagai produsen.

Mekanisme pasar sebetulnya telah banyak mendorong terciptanya Kemitraan tipe


dispersal. Masing-masing pelaku usaha mencari Keuntungan yang setinggi-
tingginya dengan biaya yang serendah-Rendahnya. Contoh pada sektor pertanian,
adanya praktik Ijon, praktik Dimana informasi tentang harga jual hanya berada
pada pedagang Pengumpul, tidak pada petani. Para pedagang pengumpul
menguasai Akses informasi mutu, harga umum di pasar, dan terutama jaringan
Transportasi ke wilayah-wilayah yang cukup jauh di luar jangkauan Petani.
b. Tipe sinergis
Tipe sinergis berbasis pada kesadaran saling membutuhkan dan Saling
mendukung pada masing-masing pihak bermitra. Sistem jenis ini Mulai banyak
ditemukan di daerah pedalaman (hinterland) kota-kota Besar dan kota menengah.
Contoh dalam sektor pertanian, kemitraan Petani tembakau dengan perusahaan
perkebunan tembakau dan Kemitraan petani sayuran dengan pengusaha eksportir
atau pengusaha Pasar swalayan (retail). Kedua contoh tersebut telah menunjukan
Sinergi kerja sama usaha yang saling menguntungkan dan saling Mempertkuat
serta menjadikan kerja sama bisnis mereka menjadi Berkesinambungan. Sinergi
yang dimaksud di antaranya dalam bentuk Petani menyediakan lahan, sarana, dan
tenaga kerja, sedangkanpengusaha eksportir menyediakan modal, bimbingan
teknis, dan atau penjamin pasar.13

Kemitraan telah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008


tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Kemitraan adalah kerja sama usaha
antara Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah atau dengan Usaha Besar, dengan
memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling
menguntungkan. Melalui peraturan pelaksana yaitu Peraturan Pemerintah Nomor
17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008
Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (PP UMKM) menjelaskan bahwa
kemitraan adalah kerja sama dalam keterkaitan usaha, baik langsung maupun
tidak langsung, atas dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai, memperkuat,
dan menguntungkan yang melibatkan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
dengan Usaha Besar. Kemitraan yang melibatkan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah dengan Usaha Besar dituangkan dalam perjanjian Kemitraan.
Sebagaimana dalam Pasal 29 PP UMKM disebutkan14:
1) Setiap bentuk kemitraan yang dilakukan oleh Usaha Mikro, Usaha Kecil,
dan Usaha Menengah dituangkan dalam perjanjian Kemitraan.

13
Sumardjo, et. al, Teori dan Praktik Kemitraan Agribisnis, Cet. Pertama, Swadaya, Jakarta,2014
14
Pasal 29 Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan UndangUndang Nomor 20 Tahun2008 Tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah
2) Perjanjian Kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat secara
tertulis dalam Bahasa Indonesia.
3) Dalam hal salah satu pihak merupakan orang atau badan hukum asing,
perjanjian Kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dalam
Bahasa Indonesia dan bahasa asing.
4) Perjanjian Kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memuat paling
sedikit:
a. kegiatan usaha;
b. hak dan kewajiban masing-masing pihak;
c. bentuk pengembangan;
d. jangka waktu; dan
e. penyelesaian perselisihan.

2. Bentuk Pola Kemitraan UMKM


a. Inti-Plasma
Kemitraan yang dilakukan dengan cara Usaha Besar sebagai inti Berperan
menyediakan input, membeli hasil produksi plasma, dan Melakukan proses
produksi untuk menghasilkan komoditas tertentu, Dan Usaha Mikro, Usaha
Kecil, dan Usaha Menengah sebagai plasma Memasok / menyediaka n/
menghasilkan /menjual barang atau jasa yang Dibutuhkan oleh inti. Atau Usaha
Menengah berkedudukan sebagai inti, Usaha Mikro dan Usaha Kecil
berkedudukan sebagai plasma.
b. Subkontrak
Kemitraan yang dilakukan antara pihak penerima subkontrak untuk
memproduksi barang dan/atau jasa yang dibutuhkan Usaha Besar sebagai
kontraktor utama disertai dukungan kelancaran dalam mengerjakan sebagian
produksi dan/atau komponen, kelancaran memperoleh bahan baku, pengetahuan
teknis produksi, teknologi, Pembiayaan, dan sistem pembayaran.
c. Waralaba
Hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap
sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau
jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan
oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba.
d. Perdagangan Umum
Kemitraan yang dilakukan dalam bentuk kerjasama pemasaran,penyediaan
lokasi usaha, atau penerimaan pasokan/penyediaan barang atau jasa dari Usaha
Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah oleh Usaha Besar, yang dilakukan
secara terbuka.
e. Distribusi dan Keagenan
Kemitraan yang dilakukan dengan cara Usaha Besar atau Usaha Menengah
memberikan hak khusus untuk memasarkan barang dan/jasa kepada Usaha
Mikro dan Usaha Kecil.
f. Bagi Hasil
Kemitraan yang dilakukan oleh Usaha Besar atau Usaha Menengah dengan
Usaha Mikro dan Usaha Kecil, yang pembagian hasilnya dihitung dari hasil
bersih usaha dan apabila mengalami kerugian ditanggung bersama berdasarkan
perjanjian tertulis.
g. Kerja Sama Operasional
Kemitraan yang dilakukan Usaha Besar atau Usaha Menengah dengancara
bekerjasama dengan Usaha Kecil dan/atau Usaha Mikro untuk melakukan suatu
usaha bersama dengan menggunakan aset dan/atau hak usaha yang dimiliki dan
secara bersama menanggung risiko usaha.
h. Usaha Patungan (Joint Venture)
Kemitraan yang dilakukan dengan cara Usaha Mikro dan Usaha Kecil Indonesia
bekerjasama dengan Usaha Menengah dan Usaha Besar asing untuk
menjalankan aktifitas ekonomi bersama yang masing-masing pihak memberikan
kontribusi modal saham dengan mendirikan badan hukum perseroan terbatas dan
berbagi secara adil terhadap keuntungan dan/atau risiko perusahaan.
i. Penyumberluaran (Outsourcing)
Kemitraan yang dilaksanakan dalam pengadaan/penyediaan jasa
pekerjaan/bagian pekerjaan tertentu yang bukan merupakan pekerjaan pokok
dan/atau bukan komponen pokok pada suatu bidang usaha dari Usaha Besar dan
Usaha Menengah oleh Usaha Mikro dan Usaha Kecil.
j. Bentuk kemitraan lainnya
Kemitraan yang berkembang di masyarakat dan Dunia Usaha seiring dengan
kemajuan dan kebutuhan, atau yang telah terjadi di masyarakat.15

3. Kendala dalam Kemitraan UMKM


Kegagalan kemitraan pada umumnya disebabkan oleh fondasi dari kemitraan yang
kurang kuat dan hanya didasari oleh belas kasihan semata atau atas dasar paksaan
pihak lain, bukan atas kebutuhan untuk maju dan berkembang bersama dari pihak-
pihak yang bermitra. Berikut ini kendala yang dihadapi dari kemitraan UMKM yaitu :

1. Koordinasi
Koordinasi antara stakeholder yang belum berjalan baik karena masih ada
kesalah pahaman selama proses pelaksanaan kegiatan . Kurang adanya
pembagian koordinator tetap tiap kelompok UMKM sehingga berbagai
informasi yang diberikan tidak sepenuhnya diterima oleh para pelaku UMKM
secara jelas.
2. Transparansi
Transparansi yang dimaksud adalah keterbukaan pada segi anggaran yang
terpakai tersebut dimana para stakeholder perlu mengetahui bahwa anggaran
telah terealisasikan sesuai dengan perencanaan. Dengan adanya transparansi
dapat mengurangi konflik yang telah terjadi baik antara anggota mitraan.
3. Modal terbatas:
Salah satu kendala utama bagi UMKM adalah modal yang terbatas. Meskipun
kemitraan dapat membantu dalam pengadaan modal, seringkali modal yang
diperoleh tidak cukup untuk mengembangkan usaha secara signifikan.
Terbatasnya akses ke sumber daya keuangan yang memadai dapat membatasi
kemampuan UMKM untuk melakukan inovasi, memperluas jangkauan pasar,
atau meningkatkan kapasitas produksi.
4. Kesulitan dalam mencari mitra yang cocok

15
Bab III Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah
Menemukan mitra yang cocok merupakan tantangan dalam pengembangan
UMKM melalui kemitraan. Memilih mitra yang memiliki visi dan tujuan yang
sejalan, serta memahami kebutuhan dan tantangan UMKM, adalah kunci
keberhasilan dalam kemitraan. Namun, proses mencari mitra yang tepat dan
membangun hubungan kerja yang saling menguntungkan dapat memakan
waktu dan sumber daya.
5. Kesenjangan dalam pengetahuan dan keterampilan
Banyak UMKM menghadapi kesulitan dalam mengakses pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan untuk mengembangkan usaha mereka. Mereka
mungkin tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang manajemen usaha,
pemasaran, keuangan, atau teknologi. Kemitraan yang sukses membutuhkan
adanya transfer pengetahuan dan keterampilan antara mitra yang lebih besar
dan UMKM. Namun, jika kesenjangan ini tidak teratasi, dapat menghambat
kemajuan UMKM dalam kemitraan.
6. Perbedaan budaya dan nilai
Kemitraan sering melibatkan pihak-pihak dengan budaya dan nilai yang
berbeda. Perbedaan ini dapat menyebabkan kesulitan dalam komunikasi,
pengambilan keputusan, dan pemahaman yang saling mendukung. Jika tidak
dikelola dengan baik, perbedaan budaya dan nilai dapat menyebabkan konflik
atau ketegangan dalam kemitraan.16

C. INFRASTRUKTUR
1. Pengertian Infrastruktur
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) infrastruktur di artikan segala
sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya sarana dan prasarana umum17.
Sarana umum dapat berupa fasilitas publik seperti jembatan, sanitasi, jalan, telepon,
air bersih, sekolah, listrik, rumah sakit dan lain sebagainya. Menurut Moteff
infrastruktur didefinisikan tidak hanya terbatas disudut pandang ekonomi saja
melainkan dapat juga pertahanan dan keberlanjutan pemerintah.
16
Nabila Ghasani,Kemitraan Pengembangan UMKM, Universitas Airlangga, 1954

17
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008). h. 554.
Infrastruktur merupakan kebutuhan dasar fisik yang diperlukan seperti jalan,
jembatan, jalur kereta api, jembatan, kelistrikan, pengairan/irigasi, telekomunikasi
dan bandar udara yang bertujuan untk pengorganisasian sehingga dapat terbentuk
sistem terstruktur yang diperlukan agar ekonomi dapat berjalan. Susanto
mengungkapkan bahwa dengan adanya infrastruktur fisik secara memadai, akan
medukung kelancaran aktifitas ekonomi masyarakat, produksi, dan memobilisasi
distribusi barang dan jasa.18 Infrastruktur merupakan salah satu tonggak
perekonomian yang penting untuk dikembangkan di Indonesia. Menurut survei pada
indeks persaingan global pada tahun 2016-2017, Indonesia menduduki peringkat ke-
60 pada pilar infrastruktur (World Ecocnomic Forum, 2017).19
Karakteristik infratsruktur adalah eksternalitas dan juga bersifat non ekslusif
yang artinya baik postif maupun negatif, adanya monopoli alamiah (natural
monopoly) disebabkan oleh tingginya biaya tetap serta tingkat kepentingan dalam
perekonomian dan juga tidak ada orang yang dapat dikesampingkan. Infrastruktur
merupakan elemen struktural ekonomi artinya bersifat rapih dalam penataannya yang
dimana dapat memfasilitasi arus barang dan jasa antara pembeli dan penjual
(Macmillan Distionary of Modern Economics, 1996). 20
2. Jenis-jenis Infrastruktur
a) infrastruktur Ekonomi
Menurut Wahyuni, bahwa Bank dunia mendefinisikan infrastruktur ekonomi,
merupakan aset fisik yang diperlukan untuk menunjang kegiatan dan aktivitas
ekonomi dalam produksi maupun konsumsi final, yang meliputi public utilities
(tenaga, telekomunikasi, air minum, sanitasi dan gas), public work (jalan, kanal,
saluran irigasi, bendungan dandrainase) serta sektor transportasi (jalan, angkutan
pelabuhan, kereta api dan lain sebagainya).21

18
Mega Lestari, Suhadak, “Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan
Pemerataan Ekonomi Indonesia (Studi Pada Badan Pusat Statistik Tahun 2003-2017)”. Jurnal Administrasi Bisnis
(JAB), Vol. 70 No. 1 (Mei 2019), h. 101.
19
Arie Setiadi Moerwanto, Triono Junoasmono, “Strategi Pembangunan Infratruktur Wisata Terintegrasi”. Jurnal
HPJI, Vol. 3 No. 2 (Juli 2017), h. 67.
20
Cut nanda Keusuma dan Suriani, “Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Dasar Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Di Indonesia”, ECOsains: Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Pembangunan, Vol. 4 No. 1, (Mei 2015), h. 3.
21
Eko Fajar Cahyono. “Analisis Pengaruh Infrastruktur Publik Terhadap Produk Domestik Bruto Perkapita Di
Indonesia”. Article, April 2012, h. 3.
b) Jenis Infrastruktur Menurut Peraturan Presiden
Percepatan penyedian infrastruktur prioritas yang tercantum sebagaimana
dimaksud dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 122 Tahun 2016
atas perubahan Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2014. Jenis Infrastruktur
Prioritas mencakup :
1) infrastruktur transportasi;
2) infrastruktur jalan;
3) infrastruktur pengairan;
4) infrastruktur air minum;
5) infrastruktur air limbah;
6) sarana persampahan;
7) infrastruktur telekomunikasi dan informatika;
8) infrastruktur ketenagalistrikan;
9) infrastruktur minyak dan gas bumi;
10) infrastruktur fasilitas Pendidikan;22

3. Peranan Infrastruktur Pembangunan Ekonomi


Secara strategis peranan penyediaan infrastruktur bagi UMKM diantaranya yaitu
a) mempercepat dalam penyediaan barang-barang yang dibutuhkan olah masyarakat
dengan biaya yang lebih murah sehingga berdampak terhadap harga barang dan jasa
yang murah dengan kualitas yang baik oleh UMKM.
b) 2) infrastruktur yang baik dapat memperlancar transportasi yang pada gilirannya
merangsang adanya stabilisasi dan mengurangi disparitas harga antar daerah
(penyamaan harga). Dengan adanya kemudahan transportasi, maka barang barang
dapat dialirkan atau didistribusi ketempat-tempat yang kekurangan (defisit)akan
suatu barang sehingga akan tercapai kestabilan harga-harga.
c) 3) insfrastruktur yang memperlancar transfortasi berfungsi meningkatkan nilai
tambah barang dan jasa, karena banyaknya daerah yang letaknya jauh dari pasar,
sehingga berdampak terhadap ongkos angkut yang mahal bagi pelaku UMKM.
Dengan tersedianya transfortasi yang baik dan murah memungkinkan hasil

22
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan, Pasal 2 ayat (1-2).
produksi daerah tersebut dapat diangkut dan dijual kepasar atau dengan kata lain
pelaku UMKM dapat menjangkau konsumen.
d) nfrastruktur yang memperlancar transportasi turut memengaruhi terbentuknya harga
yang efisien. Transportasi yang baik dan murah akan menurunkan biaya transaksi.
e) infrastruktur yang memperlancar transportasi dapat menimbulkan spesialisasi antar
daerah. Transportasi murah dan mudah akan mendorong pembagian kerja dan
spesialisasi secara geografis antar daerah. Infrastruktur merupakan instrumen untuk
memperlancar berputarnya roda perekonomian sehingga bisa mempercepat
akselerasi pembangunan. 23

Semakin tersedianya infrastruktut akan merangsang pembangunan di suatu daerah.


Sebaliknya, pembangunan yang berjalan cepat akan menuntut tersedianya infrastruktrur
agar pembangunan tidak tersendat. Dengan demikian, infrastruktur berguna untuk
memudahkan mobilitas faktor produksi, terutama penduduk, memperlancar mobilitas
barang dan jasa, juga memperlancar perdagangan antar daerah. Ini berarti
pengembangan infrastruktur akan berdampak secara multiflayier effect terhadap
pertumbuhan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM)

4. Kendala Utama dalam pengadaan Infrastruktur


Ada dua kendala utama dalam pengadaan infrastruktur bagi UMKM diantaranya yaitu:
1) kemungkinan terjadinya kegagalan pasar bagi UMKM, karena dengan adanya
infrastruktur akan memberikan keterbukaan bagi para pelaku ekonomi secara
global sehingga akan berdampak terhadap kegagalan pasar bagi UMKM setempat.
2) menyangkut aspek pembiayaan yaitu memerlukan dana investasi sangat besar dan
merupakan investasi jangka panjang. Dari kondisi tersebut, beberapa jenis
infrastruktur bisa mengalami kegagalan pasar seperti jalan raya atau jalan tol yang
diperkirakan masyarakat pemakai jalan tersebut kurang perhatiannya terhadap
pasar. Kecuali di sepanjang jalan raya atau tol tersebut dipersiapkan adanya rest
area atau tempat istirahat yang sekaligus ditempat tersebut disiapkan pasar
tradisional maupun pasar modern.

23
Fredrik Benu, 2002. Ekonomi Rakyat dan Pemberdayaan: Suatu Kajian Konseptual. Jurnal Ekonomi
Rakyat. Th I (10), h. 17.
Dengan pembangunan infrastruktur tersebut diharapkan terjadi konstelasi atau
terhubungnya satu daerah dengan daerah lainnya. Sehingga UMKM dapat
mengembangkan dan meningkatkan usahanya sekaligus dapat memanfaatkan potensi
lokal dengan sebesar-besarnya. Sejalan dengan itu pembangunan infrastruktur di desa-
desa sangat memberikan dampak terhadap pertumbuhan dan peningkatan pendapatan
masyarakat desa maupun para pelaku UMKM di desa. Ini berarti program Nawa Cita
pemerintah yaitu membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-
daerah dan desa-desa dalam kerangka negara kesatuan dapat terwujud, sekaligus mampu
menjadi tonggak kekuatan perekonomian nasional. Dengan pembangunan infrastruktur
dalam arti luas akan dapat mendorong terwujudnya swasembada pangan, swasembada
energi, swasembada air dan swasembada teknologi maupun swasembada lainnya yang
sangat diperlukan oleh sebesar-besarnya rakyat Indonesia.24

BAB III
PENUTUP

24
Ibid, hlm. 24.
Kesimpulan
Manajemen adalah suatu proses sistematis untuk mencapai tujuan bersama dengan
memanfaatkan sumberdaya secara efektif dan efisien. Manajemen baru dapat dilaksanakan
dengan baik jika ada dua orang atau lebih yang melakukan kerja sama dalam suatu organisasi.

Birokrasi adalah sistem organisasi pemerintahan atau perusahaan yang terdiri dari aturan,
prosedur,, dan hierarki yang kompleks untuk mengatur tugas dan aktivitas.

Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam
jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan
dan saling membesarkan. Karena merupakan strategi bisnis maka keberhasilan kemitraan sangat
ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis.

Infrastruktur merupakan kebutuhan dasar fisik yang diperlukan seperti jalan, jembatan,
jalur kereta api, jembatan, kelistrikan, pengairan/irigasi, telekomunikasi dan bandar udara yang
bertujuan untk pengorganisasian sehingga dapat terbentuk sistem terstruktur yang diperlukan
agar ekonomi dapat berjalan.

DAFTAR PUSTAKA

Sedarmayanti, 2009, Reformasi Administrasi Publik, Reformasi Birokrasi, dan Kepemimpinan


Masa Depan, Refika Aditama, Bandung
Mia Chitra Dinisari (editor), Pemerintah Luncurkan Paket Kebijakan Ekonomi Percepatan
Pelaksanaan Berusaha, http://finansial.bisnis.com/read/20170831/9/685850/pemerintah-
luncurkan-paketkebijakan-ekonomi-percepatanpelaksanaan-berusaha, diakses pada
tanggal 9 Juni 2018 pukul 10.52 WIB.

Suwari Akhmaddhian, 2012, Pengaruh Reformasi Birokrasi Terhadap Perizinan Penanaman


Modal Di Daerah (Studi KasusDi Pemerintahan Kota Bekasi), Jurnal Dinamika Hukum
FH Universitas Jendral Soedirman, Vol. 12 No. 3, September, hlm. 469
Nabila Ghasani,Kemitraan Pengembangan UMKM, Universitas Airlangga, 1954
Kementerian Negara Usaha Mikro Kecil dan Koperasi. Pemberdayaan Usaha Mikro
Kecil Dan Koperasi .
PP No.4 tahun 1997 tentang tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia
Ke Dalam Modal Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT Bio Parma.
Bab III Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Arie Setiadi Moerwanto, Triono Junoasmono, “Strategi Pembangunan Infratruktur Wisata
Terintegrasi”. Jurnal HPJI, Vol. 3 No. 2 Juli 2017.

Cut nanda Keusuma dan Suriani, “Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Dasar Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia”, ECOsains: Jurnal Ilmiah Ekonomi dan
Pembangunan, Vol. 4 No. 1, .Mei 2015

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Pusat Bahasa,
2008.

Eko Fajar Cahyono. “Analisis Pengaruh Infrastruktur Publik Terhadap Produk Domestik Bruto
Perkapita Di Indonesia”. Article, April 2012.

Fredrik Benu, 2002. Ekonomi Rakyat dan Pemberdayaan: Suatu Kajian Konseptual. Jurnal
Ekonomi Rakyat. Th I (10).

Mega Lestari, Suhadak, “Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan


Ekonomi Dan Pemerataan Ekonomi Indonesia (Studi Pada Badan Pusat Statistik Tahun
2003-2017)”. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Vol. 70 No. 1 Mei 2019.

Anda mungkin juga menyukai