Anda di halaman 1dari 13

PEMPROV

DKI JAKARTA
Di susun oleh : Kelompok 6
Tata Kelola dan Etika sektor Publik A
TEAM

Dhimas M Kautsar Andre Setiawan Jamaludin Ischak Abdanan Djenar


120204210021 120204210007 120204210032 120204210030
PEMBAHASAN

A Profil Entitas

B Pelayanan di Entitas

C Tata Kelola di Entitas

D Kasus Tata Kelolanya

E Rekomendasi
A. Profil Entitas

Provinsi DKI Jakarta diberikan status istimewa sebagai Ibukota


Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan UU Nomor 29
Tahun 2007.
Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi lima wilayah Kota Administrasi
dan satu Kabupaten Administrasi dengan luas keseluruhan wilayah
662,33 km². Kota Administrasi Jakarta Pusat dengan luas 48,13 km²,
Jakarta Utara dengan luas 146,66 km², Jakarta Barat dengan luas
129,54 km², Jakarta Selatan dengan luas 141,37 km², Jakarta Timur
dengan luas 188,03 km², serta Kabupaten Administrasi Kepulauan
Seribu dengan luas area 8,70 km
B. Pelayanannya

1. Pelayanan Administrasi Kependudukan: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta


menyediakan pelayanan administrasi kependudukan, seperti perekaman
data penduduk, penerbitan kartu identitas penduduk, perubahan status, dan
pembuatan akta kelahiran atau kematian.
2. Pelayanan Kesehatan: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyediakan
fasilitas kesehatan, seperti rumah sakit, puskesmas, dan klinik kesehatan.
Masyarakat dapat mengakses layanan kesehatan dasar hingga layanan
spesialis melalui fasilitas tersebut.
3. Pelayanan Transportasi: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bertanggung
jawab dalam menyediakan layanan transportasi yang efisien dan aman bagi
masyarakat. Mereka mengatur angkutan umum seperti bus TransJakarta,
kereta api, dan pengelolaan jalan serta lalu lintas.
B. Pelayanannya

4. Pelayanan Pendidikan: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berperan dalam


penyediaan pendidikan formal bagi masyarakatnya. Mereka mengelola sekolah-
sekolah negeri dan memberikan dukungan dalam hal infrastruktur, sumber daya
manusia, dan kegiatan pendidikan.
5. Pelayanan Pendidikan: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berperan dalam
penyediaan pendidikan formal bagi masyarakatnya. Mereka mengelola sekolah-
sekolah negeri dan memberikan dukungan dalam hal infrastruktur, sumber daya
manusia, dan kegiatan pendidikan.
6. Pelayanan Sosial dan Kesejahteraan: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
memberikan pelayanan sosial dan kesejahteraan bagi masyarakat yang
membutuhkan. Ini termasuk bantuan sosial, program pengentasan kemiskinan,
dan dukungan bagi penyandang disabilitas.
C. Tata Kelolanya
Pencapaian indikator-indikator tata kelola pemerintahan daerah yang baik oleh
Pemprov DKI Jakarta pada tahun 2020 menurun dibandingkan tahun lalu, yakni
dari 91% di 2019 menjadi 76% di 2020. Terdapat tujuh indikator yang menjadi
area intervensi dalam tata kelola pemerintahan daerah di DKI Jakarta, yakni:
Perencanaan dan Penganggaran APBD,
Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ),
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP),
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP),
Manajemen ASN,
Optimalisasi Pajak Daerah,
Manajemen Aset atau Barang Milik Daerah (BMD).
D. Kasus Tata Kelolanya
Penurunan Indikator Tata Kelola DKI Jakarta
Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Alexander Marwata
menyebutkan indikator tata kelola pemerintahan daerah yang baik oleh Pemerintah
Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta pada tahun 2020 menurun dibanding tahun 2019.
Turunnya drastis hingga 15 persen. Yakni turun dari 91 persen di tahun 2019
menjadi 76 persen di tahun 2020,
Ada tujuh indikator yang menjadi area intervensi dalam tata kelola pemerintahan
daerah di DKI Jakarta. Yakni, Perencanaan dan Penganggaran APBD, Pengadaan
Barang dan Jasa (PBJ), Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah (APIP), Manajemen ASN, Optimalisasi Pajak Daerah, dan
Manajemen Aset atau Barang Milik Daerah (BMD). Ketujuh fokus area ini tercakup
dalam aplikasi Monitoring Centre for Prevention (MCP).
D. Kasus Tata Kelolanya
Terdapat tiga area intervensi yang perlu mendapatkan perhatian Pemprov DKI, yakni
PBJ, optimalisasi pajak daerah, dan manajemen aset daerah. Pemprov DKI Jakarta
perlu memberikan perhatian serius.
1). Mayoritas kasus korupsi di pemerintah daerah berkaitan erat dengan PBJ.
Temuan Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
Provinsi DKI Jakarta atas dugaan penyimpangan dalam pengadaan Digital Velvet
System Tahun Anggaran 2013 oleh Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta,
contohnya, menunjukkan potensi kemahalan harga sebesar Rp12,23 Miliar.
Atas kondisi itu, Putusan PK (Peninjauan Kembali) tanggal 2 Desember 2019
memerintahkan Pemprov DKI Jakarta membayar nilai kontrak pengadan sebesar
Rp47,8 Miliar ditambah bunga sebesar 1,08 persen setiap bulannya, dan membayar
kerugian atas kehilangan potensi keuntungan akibat keterlambatan pembayaran
kontrak sebesar Rp2 Miliar
D. Kasus Tata Kelolanya
2). Terkait optimalisasi pajak daerah, Wakil KPK, meminta Pemprov DKI Jakarta
mendorong penagihan piutang pajak secara intensif.
3). Terkait manajemen aset, KPK menyoroti rendahnya upaya sertifikasi aset di DKI
Jakarta dibandingkan jumlah tanah yang dimilikinya.
Data KPK pertahun 2020 menunjukkan, total aset tanah Pemprov DKI Jakarta
mencapai 6.890 bidang, di mana jumlah tanah yang telah bersertifikat di awal 2020
sebanyak 3.368 bidang atau baru 48,88 persen
Oleh karena itu, Wakil KPK, mendorong Pemprov DKI Jakarta meningkatkan upaya
sertifikasi aset secara signifikan. KPK, sangat berharap kejadian penyimpangan
terkait masalah tanah tidak terjadi lagi di DKI Jakarta, seperti tanah di wilayah
Cengkareng dan tanah milik Perusahaan Daerah (PD) Sarana Jaya.
E. Rekomendasi KPK
Pertama, Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) , Alexander Marwata
mengapresiasi atas pencapaian Pemprov DKI dalam penagihan Prasarana,
Sarana, dan Utilitas (PSU) sebesar Rp23,5 Triliun. Pencapaian ini merupakan
pencapaian tertinggi secara nasional dan berkontribusi sebesar 77,37 persen
kepada total penagihan PSU secara nasional

Kedua, mendorong agar rencana perpanjangan Perjanjian Kerja Sama (PKS)


antara PAM Jaya dan PT Aetra yang berakhir di tahun 2023 tidak jadi
dilaksanakan. KPK mendorong pengelolaan air tersebut dapat dilaksanakan oleh
PAM Jaya.
E. Rekomendasi KPK
Ketiga, KPK mendorong agar penyimpangan dalam pemeriksaan pajak yang
dilakukan tim pemeriksa pajak Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) DKI Jakarta
dapat diselesaikan sesuai dengan ketentuan dan pihak-pihak yang melakukan
penyimpangan diberikan sanksi sesuai aturan.

Kempat, KPK mendorong digitalisasi pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor


(PKB) guna mempermudah masyarakat membayar kewajibannya.

Kelima, KPK meminta Pemprov DKI Jakarta menuntaskan permasalahan


pemotongan insentif tenaga kesehatan (nakes) di sejumlah RSUD, lalu
memberikan sanksi berat bagi pihak yang terlibat dan melindungi para tenaga
kesehatan yang menjadi korban.
Terima Kasih
Kawanku :)

Anda mungkin juga menyukai