Anda di halaman 1dari 45

PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG

DINAS KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG


PUSKESMAS MAUK
Jl. R. Mahmud No. 2 Kelurahan Mauk Timur Kecamatan Mauk
Kabupaten Tangerang – 15530
Telp / Fax. (021) 59330159, Email : puskesmasmauk@yahoo.com

KEPUTUSAN
KEPALA PUSKESMAS MAUK
Nomor : 440/286/UKP/PKM-MAUK/2020

TENTANG
PELAYANAN LABORATORIUM PUSKESMAS MAUK
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
KEPALA PUSKESMAS MAUK

Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan laboratorium kesehatan di


Indonesia diselenggarakan oleh berbagai jenis
laboratorium dan pada berbagai jenjang upaya
pelayanan kesehatan, yang diantaranya
diselenggarakan oleh laboratorium puskesmas;
b. bahwa agar mampu menjawab tuntutan masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan yang tepat, akurat,
dan profesional, laboratorium puskesmas harus
meningkatkan mutu pelayanan serta dapat sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a & b perlu
menetapkan keputusan kepala puskesmas mauk
tentang pelayanan laboratorium Puskesmas mauk.

Mengingat : 1. Undang-undang RI Nomor 36 Tahun 2009, tentang


Kesehatan (Lembaran Negara Repuplik Indonesia
Tahun 2009 No.144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia No. 5063);
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 657/MENKES
/PER/VIII/2009 tentang pengiriman dan Penggunaan
spesimen klinik, Materi Biologik, dan Muatan
informasinya;
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 37 tahun
2012 tentang Penyelenggaraan Laboratorium Pusat
Kesehatan Masyarakat;
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 43 tahun
2019 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 15 tahun
2015 Tentang Pelayanan Laboratorium Pemeriksa
HIV Dan Infeksi Oportunistik;
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 27 Tahun
2017 tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan;

7. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara


Nomor 63/KEP/MAN/2003, tentang Pedoman Umum
Penyelenggaraan Pelayanan Publik;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
364/MENKES /SK/III/2003 Tentang Laboratorium
Kesehatan
9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1674/MENKES /SK/XII/2005 Tentang Pedoman
Jejaring Pelayanan Laboratorium Kesehatan.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS MAUK TENTANG


PELAYANAN LABORATORIUM PUSKESMAS MAUK

Kesatu : Menentukan Pelayanan Laboratorium Puskesmas Mauk


yang dapat dilakukan di Puskesmas Mauk sebagai
mana tersebut dalam lampiran keputusan ini
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari surat
keputusan ini.

Kedua : Sebagai pedoman petugas Laboratorium dalam


memberikan pelayanan laboratorium kepada publik.

Ketiga : Keputusan berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila


dikemudian hari terdapat kesalahan dalam keputusan
ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Mauk
pada tanggal : 22 Juni 2020
KEPALA PUSKESMAS MAUK

Taufit Wirawan
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 27 Tahun
2017 tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan;
7. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor 63/KEP/MAN/2003, tentang Pedoman Umum
Penyelenggaraan Pelayanan Publik;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
364/MENKES /SK/III/2003 Tentang Laboratorium
Kesehatan
9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1674/MENKES /SK/XII/2005 Tentang Pedoman
Jejaring Pelayanan Laboratorium Kesehatan;
10. KMK No. 413 Tahun 2020 tentang Pedoman
Pencegahan Dan Pengendalian Covid 19 revisi ke 5.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS MAUK TENTANG


PELAYANAN LABORATORIUM PUSKESMAS MAUK

Kesatu : Menentukan Pelayanan Laboratorium Puskesmas Mauk


yang dapat dilakukan di Puskesmas Mauk sebagai
mana tersebut dalam lampiran keputusan ini
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari surat
keputusan ini.

Kedua : Sebagai pedoman petugas Laboratorium dalam


memberikan pelayanan laboratorium kepada publik.

Ketiga : Keputusan berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila


dikemudian hari terdapat kesalahan dalam keputusan
ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Mauk
pada tanggal : 22 Juni 2020
KEPALA PUSKESMAS MAUK

Taufit Wirawan
LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS MAUK
NOMOR : 440/286/UKP/PKM-MAUK/2020
TENTANG : PELAYANAN LABORATORIUM PUSKESMAS
MAUK

PELAYANAN LABORATORIUM PUSKESMAS MAUK

BAB I
PENDAHULUAN

Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan, disebutkan bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomi dalam mencapai derajat kesehatan
yang optimal.
Puskesmas merupakan ujung tombak terdepan dalam
pembangunan kesehatan dan mempunyai peran besar dalam upaya
mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut di atas. Upaya
kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas terdiri dari pelayanan
kesehatan perseorangan primer dan pelayanan kesehatan masyarakat
primer. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi upaya
kesehatan wajib dan upaya kesehatan pilihan. Oleh karena upaya
pelayanan Laboratorium Puskesmas merupakan satu kesatuan yang
tidak terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan di Puskesmas,
maka Puskesmas wajib menyelenggarakan laboratorium di Puskesmas.
Adapun rincian kegiatan untuk masing-masing upaya
ditetapkan berdasarkan kondisi dan permasalahan kesehatan masyarakat
setempat, dengan tetap berprinsip pada pelayanan secara holistik,
komprehensif dan terpadu dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.
Saat ini Puskesmas sudah merata di seluruh Indonesia, dan
setiap kecamatan telah memiliki minimal satu Puskesmas.
Puskesmas memberikan kontribusi yang sangat berarti untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, namun demikian belum
diikuti dengan peningkatan mutu pelayanan dan keterjangkauan oleh
seluruh masyarakat.
Dengan makin berkembangnya teknologi kesehatan,
meningkatnya tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang
berkualitas, adanya transisi epidemiologi penyakit, perubahan struktur
demografi, otonomi daerah, serta masuknya pasar bebas, maka
Puskesmas diharapkan mengembangkan dan meningkatkan mutu
layanannya. Untuk meningkatkan mutu pelayanan yang optimal, maka
diperlukan kegiatan yang dapat menentukan diagnosa penyakit secara
pasti yaitu pelayanan laboratorium yang bermutu.
Laboratorium Puskesmas melaksanakan pengukuran, penetapan,
dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia untuk
penentuan jenis penyakit, kondisi kesehatan, yang dapat berpengaruh
pada kesehatan perorangan dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.
BAB II
KETENAGAAN

Untuk dapat melaksanakan fungsinya pelayanan laboratorium


Puskesmas mauk saat ini memiliki pola ketenagaan sebagai berikut :

NO JENIS TENAGA KOMPETENSI JUMLAH


1 Penanggung Jawab Dokter umum 1

2 Tenaga Teknis D3.Analis kesehatan 3

1. PENANGGUNG JAWAB LABORATORIUM PUSKESMAS


Penanggung jawab Laboratorium Puskesmas mempunyai tugas dan
tanggung jawab:
a. Menyusun rencana kerja dan melaksanakan kegiata teknis
laboratorium;
b. Bertanggung jawab terhadap mutu laboratorium, validasi hasil
pemeriksaan laboratorium, mengatasi masalah yang timbul dalam
pelayanan laboratorium;
c. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan evaluasi kegiatan
laboratorium;
d. Merencanakan dan mengawasi kegiatan pemantapan mutu.

2. TENAGA TEKNIS

Nama : Arini Erridha Amd. A.K


NIP : 198505072011012003
Jabatan : Pranata Lab Pelaksana Lanjutan

Nama : 1. Eva Fathiyah Amd. A.K


2. Riri Oktaviani Amd. A.K
Jabatan : Ahli Teknologi Laboratorium Medik

Tenaga teknis Laboratorium Puskesmas mempunyai tugas dan


tanggung jawab:
a. Melaksanakan kegiatan teknis operasional laboratorium sesuai
kompetensi dan kewenangan berdasarkan pedoman pelayanan
dan standar prosedur operasional;
b. Melaksanakan kegiatan mutu laboratorium;
c. Melaksanakan kegiatan pencatatan dan pelaporan;
d. Melaksanakan kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja
laboratorium;
e. Melakukan konsultasi dengan penanggung jawab laboratorium
atau tenaga kesehatan lain;
f. Menyiapkan bahan rujukan specimen.
BAB III
JAM BUKA PELAYANAN LABORATORIUM PUSKESMAS MAUK

Jam buka pelayanan Laboratorium Puskesmas mauk adalah sebagai


berikut :

NO HARI JAM BUKA

1. SENIN – KAMIS 08.00 – 15.00 WIB


15.00 – 21.00 WIB
2. JUM’AT 08.00 – 14.00 WIB
15.00 – 21.00 WIB
3. SABTU 08.00 – 12.30 WIB
15.00 – 21.00 WIB

BAB IV
JAM BUKA PELAYANAN LABORATORIUM PUSKESMAS MAUK DILUAR
JAM KERJA

Pelayanan Laboratorium diluar jam kerja dilakukan oleh tenaga bidan


untuk pelayanan di PONED yang telah dilatih dengan ketentuan :

1. Di atas pukul 21.00 WIB jika ada pemeriksaan laboratorium, maka


spesimen sampel dirujuk untuk pemeriksaan laboratorium di
laboratorium klinik luar yang bekerjasama dengan Puskesmas Mauk
dan untuk pemeriksaan Hb dan protein urin dilakukan oleh bidan
PONED yang sudah terlatih;
2. Di hari libur jika ada pemeriksaan laboratorium, maka spesimen
dirujuk untuk pemeriksaan laboratorium di laboratorium klinik luar
yang berkerjasama dengan Puskesmas Mauk dan untuk pemeriksaan
Hb dan protein urin dilakukan oleh bidan PONED yang sudah terlatih.

Langkah – langkah sebagai berikut :

1. Kepala Puskesmas menginstruksikan adanya pemeriksaan


laboratorium diluar jam kerja;
2. Pemeriksaan laboratorium diatas Jam 21.00 dirujuk ke Laboratorium
yang sudah ber PKS dengan Puskesmas Mauk dan untuk pemeriksaan
Hb, Protein urine didelegasikan ke bidan PONED;
3. Hasil pemeriksaan laboratorium dicatat di rekam medis pasien dan di
buku register laboratorium.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada rujukan laboratorium apabila
diperlukan perujukan spesimen:

1. Persyaratan spesimen yang akan dirujuk :


a. Tidak melampaui masa stabilitas specimen;
b. Tidak terkena sinar matahari langsung;
c. Dikemas dengan baik dan diberi lebel bertuliskan ”Bahan
Pemeriksaan Infeksius” atau ”Bahan Pemeriksaan Berbahaya”;
d. Suhu pengiriman harus memenuhi syarat;
e. Spesimen dikemas dalam coolbox.

2. Spesimen diberi label berisi nomor spesimen, nama, umur, jenis


kelamin, alamat, tanggal pengambilan spesimen pada badan wadah
3. Spesimen disertai formulir pengiriman yang berisi data sebagai
berikut:
a. Nomor specimen;
b.
c. Nama penderita;
d. Umur;
e. Jenis kelamin;
f. Alamat penderita;
g. Tanggal dan jam pengambilan specimen;
h. Jenis spesimen dan asal bahan;
i. Diagnosa klinik;
j. Permintaan pemeriksaan;
k. Tanggal pengiriman.
3. Nama serta alamat pengirim :
a. Dokter;
b. Puskesmas;
c. Dan lain – lain.
5. Kemudian dikirim langsung oleh petugas
BAB V
SARANA, PRASARANA, PERLENGKAPAN DAN PERALATAN

1. SARANA
Gambaran Sarana laboratorium puskesmas mauk merupakan
segala sesuatu yang berkaitan dengan fisik bangunan/ruangan
laboratorium itu sendiri, dalam lingkup ini adalah ruangan
Laboratorium Puskesmas mauk yang meliputi:

a. Ukuran ruang 6 m x 10 m2;


b. Langit-langit berwarna terang dan mudah dibersihkan;
c. Dinding berwarna terang, keras, tidak berpori, kedap air, dan
mudah dibersihkan serta tahan terhadap bahan kimia (keramik);
d. Lantai terbuat dari bahan yang tidak licin, tidak berpori, warna
terang, dan mudah dibersihkan serta tahan terhadap bahan
kimia (epoxi, vinyl);
e. Pintu terdiri dari pintu depan dengan Uk 150 cm x 70 cm;
f. Kamar kecil/WC pasien laboratorium berada di luar ruangan
laboratorium dan kamar kecil / WC petugas berada di dalam
ruangan laboratorium.

2. PRASARANA
Prasarana laboratorium merupakan jaringan/instalasi yang
membuat suatu sarana yang ada bisa berfungsi sesuai dengan
tujuan yang diharapkan. Prasarana-prasarana Laboratorium
Puskesmas yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

a. Pencahayaan cukup;
b. Ruangan mempunyai sirkulasi udara yang baik;
c. Suhu ruangan antara 22°C s/d 28°C;
d. Pengambilan dahak dilakukan diruang tempat pengambilan
dahak(sputum boat);
e. Tersedia fasilitas air bersih yang mengalir dan debit air yang cukup
pada bak cuci. Air tersebut harus memenuhi syarat kesehatan;
f. Tersedia wadah (tempat sampah) khusus/terpisah yang
dilengkapi dengan penutupnya untuk pembuangan limbah padat
medis infeksius dan non infeksius pada laboratorium. Pengelolaan
(pewadahan, pengangkutan dan pemusnahan) limbah padat
dilakukan sesuai prosedur dan peraturan yang berlaku.

3. PERLENGKAPAN DAN PERALATAN


3.1. PERLENGKAPAN
3.1.1. Meja pengambilan sampel darah
a. Meja berukuran 80 cm x 50 cm;
b. Meja mempunyai laci.
3.1.2. Kursi petugas laboratorium dan kursi pasien
a. Mempunyai sandaran;
b. Terbuat dari steinlees.
3.1.3. Bak cuci
a. Dilengkapi keran untuk mengalirkan air bersih;
b. Ukuran 40 cm x 30 cm dengan kedalaman bak 10 cm
dan bak cuci tangan untuk petugas dengan ukuran 30
cm x 20 cm dengan kedalaman bak 10 cm.
3.1.4. Meja pemeriksaan
a. Luas meja pemeriksaan adalah 800 cm x 80 cm;
b. meja terbuat/dilapisi keramik, mudah dibersihkan dan
berwarna terang.
3.1.5. Lemari pendingin (refrigerator)
Fungsinya adalah untuk menyimpan reagen dan sampel,
volume sesuai kebutuhan
3.1.6.Lemari alat dan lemari reagen
a. Fungsinya untuk menyimpan alat ;
b. Ukuran 150 cm x 45 cm x 60 cm;
c. Terbuat dari kaca.
3.2. PERALATAN
Jenis dan jumlah peralatan Laboratorium Puskesmas tergantung
dari metode pemeriksaan, jenis dan program Puskesmas. Daftar
peralatan utama dan penunjang Laboratorium Puskesmas
adalah sebagai berikut:

3.2.1.Peralatan Utama
a. Fotometer mikrolab 300;
b. Hematology Analyzer sysmex poch 100i;
c. Mikroskop Olympus;
d. Pipet Mikro 10 µl-100 µl, 100 µl-1000 μl;
e. Sentrifuge listrik Makro;
f. Tabung LED (westergren set);
g. Hb Quik Check;
h. Easy touch;
i. Accu Check.
3.2.2 Peralatan Penunjang
a. Corong Kaca;
b. Objek Glass;
c. Deck glass / Kaca penutup;
d. Tabung EDTA K3;
e. Tabung Sentrifuge;
f. Tabung Reaksi ( 10 mm );
g. Termometer ruang (skala);
h. Termometer Kulkas (digital);
i. Lampu Bunsen Kaca;
j. Blood Lanset Dengan Autoklik;
k. Tissue Lensa;
l. Tourniquet;
m. Pipet tetes;
n. Pot spesimen dahak bertutup ulir ;
o. Pot spesimen urine bermulut lebar;
p. Wadah pengering tabung;
q. Wadah klorin tabung reaksi bekas pakai;
r. Wadah pengering slide;
s. Wadah pengecatan BTA;
t. Wadah pot urine;
u. Wadah penampungan dahak;
v. Lidi;
w.Sikat tabung reaksi;
x. Spuit disposible 3cc;
y. Spuit disposible 1cc;
z. Tip kuning dan tip biru.
3.2.3 Reagensia
Jenis–jenis reagensia yang tersedia di Laboratorium
Puskesmas mauk adalah sebagai berikut:

NO NAMA BARANG BUFFER STOK

1. Strip protein 1 box 100 tes

2. Rapid HIV SD 1 box 100 tes

3. Rapid HIV Focus 1 box 25 tes

4. Rapid HIV Vikia 1 box 25 tes

3. Syphilis bioline 1 box 20 tes

4. Kartu golongan darah 1 box 100 tes

5. Strip cholesterol 1 box 10 tes

6. Strip GDS 1 box 100 tes

7. Strip Asam Urat 1 box 25 tes

8. Strip HCG 1 box 60 tes

9. Strip HBs Ag 1 box 100 tes

10. R/ golongan darah 1 set 4 vial

11. Spritus 1 botol

12. Aquabidest 1 botol 500 ml

13. R/ Zielh Nelsen 1 set 3 botol

14. Oil imersi 1 botol 50 ml

15. Eter Alkohol 1 botol 100 ml

16. Rapid Antibodi Sars Cov-2 2019 1 box 40 tes


17 Rapid Antibodi Sars Cov-2 2019 1 box 25 tes

BAB VI
PENGELOLAAN REAGEN

Pengelolaan reagen adalah suatu kegiatan yang menjabarkan


tentang prosedur penerimaan, penyimpanan dan kontrol kadaluarsa
reagen yang berfungsi untuk untuk mengawasi operasional laboratorium
agar dapat mendapatkan hasil yang optimal dan berkualitas.

A. Penerimaan Reagensia
1. Petugas laboratorium memeriksa daftar reagen yang datang ;
2. Petugas memeriksa keadaan kemasan reagensia (tersegel, tidak
terbuka dan tidak rusak maupun robek);
3. Petugas memeriksa tanggal kadaluarsa reagen yang datang.
B. Penyimpanan Reagensia
1. Petugas menyimpan reagen sesuai dengan prosedur penyimpanan
yang tertera di dalam kemasan reagen;
2. Petugas selalu mengontrol suhu kulkas agar sesuai dengan syarat
penyimpanan reagen (untuk Reagen yang harus berada didalam
kulkas), dengan cara :
 Letakkan thermometer dalam kulkas;
 Atur suhu kulkas sesuai dengan syarat suhu dalam
penyimpanan reagen;
 Usahakan kulkas agar selalu dalam keadaan hidup;
 Catat suhu setiap hari dalam checklist pemantauan suhu;
 Bersihkan kulkas setiap 2 bulan sekali;
 Reagen yang sudah di buka bisa bertahan dalam keadaan stabil
bila di simpan pada suhu (2-8)0C;
 Jika suhu penyimpanan di lemari pendingin di luar (2- 8) 0C,
maka reagen yang belum terbuka dapat bertahan 1 minggu,
sedangkan reagen yang sudah di buka dapat bertahan 3 hari.
C. Kontrol Kadaluarsa Reagen
Petugas memasangkan label exp.date pada reagen
D. Pemesanan Reagen
1. Petugas laboratorium mengecek persediaan yang akan habis
(tinggal 1 box atau 20 test);
2. Petugas mencatat reagen yang akan habis dan melaporkan kepada
kepala puskesmas;
3. Petugas laboratorium memeriksa kembali laporan yang diberikan
4. Petugas mengajukan pemesanan reagen kebagian pembelanjaan
barang.
E. Distribusi Reagensia
1. Petugas laboratorium membuat permintaan tertulis reagen kepada
penanggung jawab Gudang obat
2. Penanggung jawab Gudang obat menelaah permintaan tertulis dari
petugas laboratorium untuk menilai ketersediaan
3. Penanggung jawab Gudang obat menyiapakan reagen tersedia yang
diminta
4. Penanggung jawab Gudang obat membuat pencatatan serah terima
reagen kepada petugas laboratorium
5. Petugas laboratorium menandatangani pencatatan serah terima
reagen;
6. Reagen diterima petugas laboratorium dan disimpan di ruang
laboratorium
F. Penyedian dan pelabelan reagen
Pelabelan adalah suatu kegiatan untuk mengetahui informasi
mengenai hal – hal yang berkaitan dengan reagen, agar reagensia
yang ada diketahui jenis dan sifatnya serta ketersediaanya di
laboratorium dengan langkah – langkah sebagai berikut :
1. Petugas membuat kartu stock penggunaan reagen;
2. Petugas membuatkan label pada setiap reagen yang tidak ada
labelnya atau reagen yang dibuat sendiri;
3. Petugas menuliskan tanggal penerimaan reagen pada label;
4. Petugas menuliskan nama reagen pada label;
5. Petugas menuliskan tanggal pertama kali dibuka pada label;
6. Petugas menuliskan Expired Date pada label;
7. Petugas menuliskan konsentrasi reagen pada label;
8. Petugas menuliskan jumlah kandungan isi reagen pada label;
9. Petugas menempelkan label berupa kertas warna merah, kuning,
hijau, biru, ungu sesuai dengan urutan warna yang sudah dibuat
untuk pelabelan Expired Date reagen;
10. Petugas memastikan label terpasang benar dan tidak mudah
lepas;
11. Petugas melakukan stok opname reagen disetiap akhir bulan.
BAB VII
ALUR PELAYANAN LABORATORIUM PUSKESMAS MAUK

Alur pelayanan laboratorium Puskesmas mauk

LOKET

SEMUA RUANG PELAYANAN


PEMERIKSAAN

LABORATORIUM

KASIR

Keterangan Gambar :
1. Pasien datang mendaftarkan diri di loket pendaftaran Puskesmas;
2. Pasien menuju ruang pemeriksaan dokter untuk diperiksa, dan bila
diperlukan diberi formulir permintaan pemeriksaan laboratorium;
3. Menyerahkan formulir permintaan pemeriksaan Laboratorium kepada
petugas laboratorium;
4. Pasien melakukan pembayaran pemeriksaan laboratorium yang sudah
terinci sesuai Perda;
5. Petugas laboratorium menyerahkan hasil pemeriksaan laboratorium
kepada pasien langsung dengan catatan hasil normal, jika hasil kritis
diserahkan langsung oleh petugas laboratorium ke Dokter atau
petugas yang mengajukan pemeriksaan laboratorium.
BAB VIII
JENIS-JENIS PEMERIKSAAN LABORATORIUM PUSKESMAS MAUK

Jenis – jenis pemeriksaan pelayanan laboratorium Puskesmas mauk

NO SPESIMEN JENIS PEMERIKSAAN

1. Darah Hematologi :
 Darah Lengkap
 Darah Rutin
 Hb
 Golongan Darah
Kimia Darah :
 Gula Darah
 Asam Urat
 Kolesterol Total
 Trigliserida
 HDL
 LDL
 SGOT
 SGPT
 Ureum
 Creatinin
Imunologi dan serologi
 HIV
 Syphilis
 Hbs Ag
 Widal
 Rapid Antibodi Sars Cov-2 2019
 Rapid Antigen Sars Cov-2 2019
2. Urine  Urine Rutin
 Protein Urine
 HCG Test
3. Dahak  BTA ( Bakteri Tahan Asam )
BAB IX
PERMINTAAN PEMERIKSAAN, PENERIMAAN SPESIMEN, PENGAMBILAN
DAN PENYIMPANAN SPESIMEN

A. PERMINTAAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM


Suatu prosedur pelayanan laboratorium mulai dari permintaan
spesimen, pengambilan, penerimaan specimen sampai penyimpanan
spesimen agar penatalaksanaan keseluruhan pemeriksaan di
laboratorium sesuai standar prosedur.
Langkah – langkah Permintaan Pemeriksaan Laboratorium :
1. Petugas menerima rujukan dari ruang pelayanan umum lansia,
ruang pelayanan gigi, ruang pelayanan Ibu, PONED, ruang
pelayanan anak dan permintaan sendiri;
2. Petugas mencatat permintaan pemeriksaan laboratorium di buku
register Laboratorium;
3. Petugas mempersilahkan pasien menunggu antrian;
4. Petugas mempersiapkan peralatan pemeriksaan laboratorium sesuai
kebutuhan pasien.

B. PENERIMAAN SPESIMEN
Prosedur yang dilakukan petugas laboratorium dalam penerimaan
spesimen agar tidak terjadi kesalahan antara spesimen yang akan
diperiksa dengan identitas pasien.
Langkah – langkah :
1. Petugas menerima spesimen harus memeriksa dan mencocokan
data pasien antara spesimen yang diterima dengan formulir
permintaan pemeriksaan dan mencatat di buku register
laboratorium;
2. Petugas juga harus memperhatikan kondisi spesimen yang
diterimanya. Jika spesimen yang diterima tidak sesuai dengan data
dan tidak memenuhi persyaratan hendaknya ditolak.

C. PENGAMBILAN SPESIMEN
Sebelum dilakukan pengambilan spesimen petugas laboratorium
melakukan pencegahan terhadap kejadian yang tidak diharapkan
dengan melakukan pengendalian mutu pra analitik, analitik, dan pasca
analitik.
Langkah – langkah :
1. Untuk melakukan pengambilan spesimen petugas harus menjelaskan
dan memberitahu kepada pasien tentang spesimen yang akan diambil
dan diperiksa;
2. Petugas menggunakan APD;
3. Petugas menyiapkan inform consent untuk ditandatangani pasien.
Apabila setuju untuk dilakukan pemeriksaan pasien menandatangani
inform consent dan petugas mempersilahkan pasien memasuki ruang
sampling;
4. Kemudian petugas mengidentifikasi pasien dengan menanyakan
nama, umur, alamat pasien sesuai dengan formulir rujukan
laboratorium;
5. Petugas mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk
pemeriksaan sesuai pemeriksaan yang diperlukan;
6. Petugas melakukan pengambilan specimen sesuai dengan
pemeriksaan yang akan dilakukan.

D. PENYIMPANAN SPESIMEN
Penyimpanan spesimen dilakukan jika pemeriksaan ditunda atau
spesimen akan dikirim ke laboratorium lain, penyimpanan spesimen di
dalam lemari es dengan suhu 2-8⁰C.
Langkah – langkah :
1. Petugas Laboratorium membuat spesimen yang akan disimpan;
2. Memberi label pada spesimen yang akan disimpan sesuai identitas
pasien di formulir permintaan pemeriksaan laboratorium;
3. Meletakkan spesimen pada tempat/rak penyimpanan spesimen dan
memasukkan ke refrigerator sesuai suhu yang dibutuhkan specimen.
BAB X
PROSEDUR PEMERIKSAAN LABORATORIUM
PUSKESMAS MAUK

Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur


pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari
penderita, dapat berupa urine (air kencing), darah, sputum (dahak) dan
sebagainya untuk menunjang diagnosis, pemeriksaan lanjutan (follow up)
dan peramalan prognosis suatu penyakit.
Pemeriksaan Laboratorium :
1. Pasien mengambil Nomor antrian kemudian memberikan nomor
antrian & form rujukan laboratorium ke petugas Laboratorium;
2. Petugas menerima rujukan dari Ruang Pelayanan Umum, Lansia,
Ruang Pelayanan KIA, Ruang Pelayanan Gigi, PONED dan permintaan
sendiri;
3. Petugas mencatat data pasien & jenis pemeriksaan yang akan
dilakukan dibuku register laboratorium;
4. Petugas menggunakan APD;
5. Petugas mempersilahkan pasien masuk;
6. Petugas menjelaskan dan memberitahu kepada pasien tentang sampel
yang akan diambil dan diperiksa lalu menyiapkan inform consent
untuk ditanda tangani pasien jika pasien setuju;
7. Petugas mengidentifikasi pasien dengan menanyakan nama, umur dan
alamat sesuai dengan formulir rujukan laboratorium lalu
mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk
pemeriksaan sesuai Pemeriksaan yang diperlukan / diminta;
8. Petugas mempersilahkan pasien untuk melakukan pembayaran dikasir
apabila tidak mempunyai jaminan BPJS;
9. Petugas mengambil sampel dan melakukan pemeriksaan sesuai
dengan permintaan;
10. Petugas mempersilahkan pasien untuk menunggu hasil lab di luar
ruangan;
11. Petugas mencatat hasil Pemeriksaan di blangko hasil Pemeriksaan
laboratorium & di buku register lab;
12. Sebelum menyerahkan hasil laboratorium petugas mengidentifikasi
pasien untuk menyesuaikan identitas (nama, umur, alamat) dari hasil
pemeriksaan laboratoriumnya;
13. Petugas menyerahkan hasil pemeriksaan laboratorium kepada pasien
untuk hasil laboratorium yang normal untuk dibawa kembali ke
Ruang perujuk, dan untuk hasil laboratorium yang cito petugas harus
mengantar langsung hasil pemeriksaan laboratorium kepada dokter
yang merujuk.
BAB XI
PEMANTAUAN PELAKSANAAN PROSEDUR PEMERIKSAAN
LABORATORIUM

Pemantauan pelaksanaan prosedur pemeriksaan laboratorium


adalah kegiatan memonitor petugas dalam melaksanakan pemeriksaan
laboratorium berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan agar pasien
terjamin keamanan keselamatannya dan pemeriksaan laboratorium
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan antara lain

1. Tim Audit Klinis melakukan Pemantauan pelaksanaan prosedur


pemeriksaan laboratorium setiap bulan sekali;
2. Tim Audit klinis membuat daftar tilik Pemantauan pelaksanaan
prosedur pemeriksaan laboratorium;
3. Tim Audit Klinis melaksanakan kegiatan Pemantauan pelaksanaan
prosedur pemeriksaan laboratorium sesuai dengan rencana
pelaksanaan dan prosedur pemeriksaan laboratorium yang akan
diamati;
4. Tim Audit Klinis mengisi daftar tilik berdasarkan hasil pengamatan;
5. Tim Audit Klinis menyimpulkan hasil Pemantauan pelaksanaan
prosedur pemeriksaan laboratorium;
6. Tim Audit Klinis mendokumentasikan hasil pemantauan;
7. Tim Audit Klinis mengaudit untuk mengetahui hasil, hasil
pemeriksaan harus ada kesesuaian;
8. Hasil audit klinis dilaporkan ke Tim Mutu UKP dan Tim keselamatan
Pasien Puskesmas.
BAB XII
PENILAIAN KETEPATAN WAKTU PENYERAHAN HASIL

Ketepatan waktu penyerahan hasil adalah suatu kegiatan


membandingkan pelaksanaan penyerahan hasil pemeriksaan dengan
standard yang telah ditentukan berdasarkan ketepatan waktu
penyerahan agar hasil pemeriksaan dapat segera ditindak lanjuti
sehingga pasien mendapatkan penanganan sedini mungkin.

Koordinator ruang pelayanan laboratorium melakukan:

1. Penilaian ketepatan waktu penyerahan hasil setiap hari;


2. Membuat buku bantu/register penilaian ketepatan waktu penyerahan
hasil setiap pemeriksaan laboratorium;
3. Melaksanakan kegiatan penilaian ketepatan waktu penyerahan hasil
sesuai dengan rencana pelaksanaan;
4. Koordinator ruang mengisi buku bantu berdasarkan hasil
pengamatan;
5. Koordinator ruang menyimpulkan hasil penilaian ketepatan waktu
penyerahan hasil;
6. Koordinator ruang mendokumentasikan hasil penilaian ketepatan
waktu;
7. Tim Audit Klinis mengaudit untuk mengetahui hasil penilaian
ketepatan waktu, hasil pemeriksaan harus ada kesesuaian;
8. Hasil audit klinis dilaporkan ke tim mutu puskesmas.
BAB XIII
RENTANG NILAI YANG MENJADI RUJUKAN
HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM

HEMATOLOGI NILAI NORMAL


P : 13 – 15 gr/dl
Hemoglobin
W : 12 – 14 gr/dl
Leukosit 5.000-100.000 U/I
Trombosit 150.000-400.000 U/I

Hematokrit P : 40-48 vol%


W : 37-43 vol%

Eritrosit P : 4.5-5.5 jt/ul


W : 4-5 jt/ul

LED P : 0-10 mm/jam


W : 0-20 mm/jam
Hitung Jenis
Basofil 0-1 %
Eosinofil 1-3 %
Batang 2-6 %
Segmen 50-70 %
Limfosit 20-40 %
Monosit 2-8 % %
Golongan darah

KIMIA DARAH NILAI NORMAL


Gula Darah Sewaktu <180 mg/dl
Gula Darah Puasa 70-110 mg/dl
Asam Urat P : 3.7-7.6 mg/dl
W : 2.5-6.0 mg/dl
Kolesterol Total 150-200 mg/dl
Trigliserida 50-150 mg/dl
HDL P : 35-55 mg/dl
W : 45-65 mg/dl
LDL 40-155 mg/dl
SGOT 0-30 U/l
SGPT 0-45 U/l
Ureum 10-50 mg/dl
Creatinin 0.5-1.5 mg/dl

SEROLOGI NILAI NORMAL


HbsAg Negatif
Syphilis Negatif
HIV Non Reaktif
Rapid Antibody Sars Cov-2 2019 Non Reaktif
Rapid Antigen Sars Cov-2 2019 Negatif

URINE NILAI NORMAL


Protein Negatif
Glukosa Negatif
HCG Test

MIKROBIOLOGI NILAI NORMAL


BTA Negatif

BAB XIV
RENTANG NILAI KRITIS PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Nilai kritis Pemeriksaan Hematologi

Batas
No Pemeriksaan satuan Batas Atas
Bawah
1 Hemoglobin Dewasa g/dl 5 20
2 Hemoglobin Bayi baru lahir g/dl 5 25

Nilai kritis Pemeriksaan Kimia


Batas Batas
No Pemeriksaan Satuan Sampel
Bawah Atas
1 Glukosa dewasa Mg / dl 30 500 Serum / sampel
2 Glukosa newborn Mg/dl 30 325 Serum /sampel
3 Glukosa anak Mg/dl 46 445 Serum /sampel
4 Asam Urat Mg /dl 1 17 Serum /sampel
5 Kolesterol Mg/dl 50 400 Serum /sampel

BAB XV
EVALUASI TERHADAP RENTANG NILAI

Suatu kegiatan dalam rangka mendapatkan hasil akurat melalui


peningkatan mutu pemeriksaan laboratorium dengan melakukan evaluasi
rentang nilai agar hasil yang didapatkan lebih akurat dan diketahui
apakah rentang nilai masih dapat digunakan atau harus diperbaharui
kembali dimana petugas laboratorium :

1. Mendapatkan alat atau reagen baru;


2. Memahami prinsip kerja alat baru dan reagen baru tersebut;
3. Memahami prosedur kerja alat baru dan reagen baru tersebut;
4. Petugas laboratorium mempelajari adanya perbedaan rentang nilai
antara alat dan reagen baru tersebut dengan reagen yang lama;
5. Petugas laboratorium melaporkan kepada Penanggung jawab ruang lab
adanya perbedaan rentang nilai rujukan pada alat dan prosedur baru
tersebut;
6. Koordinator ruang laboratorium melaporkan kepada kepala
puskesmas adanya perbedaan rentang nilai rujukan tersebut melalui
Penanggung Jawab UKP;
7. Kepala puskesmas memberikan disposisi kepada Tim mutu untuk
melakukan evaluasi;
8. Tim mutu melakukan evaluasi;
9. Tim mutu melaporkan kepada kepala puskesmas hasil evaluasi
tersebut;
10. Kepala puskesmas merubah rentang nilai lama menjadi rentang nilai
baru dengan membuatkan surat keputusan.
BAB XVI
WAKTU PENYERAHAN HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM

1. Waktu penyerahan hasil pemeriksaan pelayanan laboratorium


Puskesmas mauk
 Rapid Test HIV 15 menit
 Rapid Tes Syphilis 15 menit
 Test HbsAg 15 menit
 Darah Rutin 20 menit
 Pemeriksaan Bumil ( hb, prot urine, goldar,pitc) 30 menit
 GDS/GDP 10 menit
 Kolesterol 30 menit
 Trigliserida 30 menit
 HDL
 LDL
 Asam Urat 45 menit
 Ureum 30 menit
 Creatinin 30 menit
 SGOT 30 menit
 SGPT 30 menit
 Urine Rutin 15 menit
 Protein Urine 5 menit
 HCG Test 5 menit
 Rapid Antibodi Sars Cov-2 2019 20 menit
 Rapid Antigen Sars Cov-2 2019 20 menit

2. Waktu penyerahan hasil laboratorium cito

Penyerahan hasil laboratorium cito ( sesuai permintaan dokter).


BAB XVII
PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM YANG KRITIS

Pelaporan hasil laboratorium yang menggambarkan kondisi


patofisiologi pasien yang nilainya diluar batas normal yang telah
disepakati bersama, baik di bawah atau di atas nilai normal, dimana
pasien memerlukan intervensi tindakan medis segera karena dapat
membahayakan keselamatan pasien untuk keselamatan pasien dan agar
dokter yang merawat segera melakukan intervensi tindakan medis segera.
Prosedur pelaporan hasil laboratorium kritis :

1. Petugas mendapatkan hasil laboratorium yang kritis ;


2. Petugas melaporkan hasil laboratorium yang kritis kepada dokter
pengirim;
3. Dokter menjelaskan hasil laboratorium kritis kepada pasien;
4. Dokter melakukan penenganan segera untuk mengatasi hasil lab yang
kritis;
5. Dokter mencatat hasil laboratorium kritis di rekam medis.

BAB XVIII
MONITORING PEMERIKSAAN HASIL LABORATORIUM YANG KRITIS

Untuk memonitoring apakah pemeriksaan Laboratorium kritis di


Puskesmas mauk dan dilaporkan sesuai prosedur dilaksanakan sebagai
pedoman monitoring terhadap pelaporan hasil pemeriksaan laboratorium
yang kritis di Puskesmas mauk dengan prosedur dimana tim mutu klinis
melakukan :
1. pemantauan isi buku pelaporan hasil lab yang kritis kepada petugas
lab;
2. Monitorig hasil pemantauan harian pelaporan hasil pemeriksaan
laboratorium yang kritis;
3. pencatatanancatat hasil monitoring dalam laporan hasil evaluasi
laporan pemeriksaan lab yang kritis;
4. Tim mutu klinis menganalisa hasil monitoring;
5. Tim mutu klinis melakukan crosscheck kepada petugas lab dan
peminta pemeriksaan terhadap hasil lab kritis yang dilaporkan segera;
6. Menyampaikan hasil temuan;
7. Menanyakan permasalahan yang ada sehubungan dengan hasil
temuan;
8. Menganalisa penyebab masalah;
9. Menentukan tindak lanjut;
10. Merekondisikan kepada petugas lab segera melaporkan hasil
pemeriksaan lab yang kritis kepada peminta pemeriksaan;
11. Mendokumentasikan hasil rapat untuk menentukan tindak lanjut
dari masalah.

BAB XIX
PEMANTAUAN WAKTU PENYAMPAIAN HASIL PEMERIKSAAN
LABORATORIUM PASIEN URGENT ATAU GAWAT DARURAT

Pemantauan waktu penyampaian hasil laboratorium terhadap pasien


urgent dan gawat darurat adalah kegiatan untuk memonitor ketepatan
waktu petugas laboratorium dalam menyampaikan hasil laboratorium
dalam menyampaikan hasil laboratorium pasien urgent atau gawat
darurat dan merupakan sebagai pedoman dalam melakukan pemantauan
waktu penyampaian hasil laboratorium terhadap pasien urgent dan gawat
darurat agar bisa cepat dilakukan penanganan lebih lanjut. Perencanaan
pemantauan waktu penyampaian hasil pemeriksaan laboratorium untuk
pasien gawat darurat.

Langkah – langkah:

1. Tim peningkatan mutu dan tim manajemen resiko dan keselamatan


pasien Puskesmas mauk melakukan perencanaan pemantauan waktu
penyampaian hasil pemeriksaan laboratorium untuk pasien gawat
darurat;
2. Tim peningkatan mutu dan keselamatan pasien Puskesmas mauk
membuat instrumen penilaian pemantauan waktu penyampaian hasil
pemeriksaan laboratorium untuk pasien gawat darurat;
3. Tim peningkatan mutu dan tim manajemen resiko dan keselamatan
pasien Puskesmas maukmerencanakan jadwal pemantauan waktu
penyampaian hasil pemeriksaan laboratorium untuk pasien gawat
darurat setiap 1 bulan sekali;
4. Tim peningkatan mutu dan tim manajemen resiko dan keselamatan
pasien Puskesmas mauk melaksanakan kegiatan pemantauan waktu
penyampaian hasil pemeriksaan laboratorium untuk pasien gawat
darurat;
5. Tim peningkatan mutu dan tim manajemen resiko dan keselamatan
pasien Puskesmas maukmengisi instrumen penilaian pemantauan
waktu penyampaian hasil pemeriksaan laboratorium untuk pasien
gawat darurat;
6. Tim peningkatan mutu dan tim manajemen resiko dan keselamatan
pasien Puskesmas maukmenyimpulkan hasil pemantauan waktu
penyampaian hasil pemeriksaan laboratorium untuk pasien gawat
darurat;
7. Tim peningkatan mutu dan tim manajemen resiko dan keselamatan
pasien Puskesmas maukmendokumentasikan hasil pemantauan
waktu penyampaian hasil pemeriksaan laboratorium untuk pasien
gawat darurat;
8. Tim peningkatan mutu dan tim manajemen resiko dan keselamatan
pasien Puskesmas mauk melaporkan hasil pemantauan waktu
penyampaian hasil pemeriksaan laboratorium untuk pasien gawat
darurat kepada ketua tim manajemen mutu Puskesmas maukyang
selanjutnya melaporkan hasil penilaian kepada Kepala Puskesmas;
9. Kepala puskesmas membahas hasil pemantauan waktu penyampaian
hasil pemantauan waktu penyampaian hasil pemeriksaan
laboratorium untuk pasien gawat darurat pada saat lokakarya bulanan
Puskesmas;
10. Kepala Puskesmas dan staff bersama – sama mencari solusi dari
masalah yang ditemukan pada saat hasil pemantauan waktu
penyampaian hasil pemantauan waktu penyampaian hasil
pemeriksaan laboratorium untuk pasien gawat darurat.

BAB XX
MUTU LABORATORIUM

1. PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu (quality assurance) laboratorium adalah


keseluruhan proses atau semua tindakan yang dilakukan untuk
menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan. Kegiatan ini
berupa Pengendalian Mutu Internal (PMI), Pengendalian Mutu
Eksternal (PME) dan Peningkatan Mutu.

1.1. Pengendalian Mutu Internal (PMI/Internal Quality Control)


Pengendalian Mutu Internal (PMI) adalah kegiatan pencegahan
dan pengawasan yang dilaksanakan oleh setiap laboratorium
secara terus menerus agar tidak terjadi atau mengurangi
kejadian kesalahan atau penyimpangan sehingga diperoleh
hasil pemeriksaan yang tepat. Pengendalian Mutu Internal
(PMI) meliputi tahapan sebagai berikut :
a. Tahap Pra Analitik;
b. Tahap Analitik;
c. Tahap Pasca Analitik;
d. Manfaat:
e. Pemantapan dan penyempurnaan metode
pemeriksaan dengan mempertimbangkan aspek
analitik dan klinis;
f. Mempertinggi kesiagaan tenaga, sehingga
pengeluaran hasil yang salah tidak terjadi dan
perbaikan penyimpanan dapat dilakukan segera.

Pengendalian mutu internal (PMI) dilakukan dengan cara :


a. Petugas mempersiapkan buku laporan PMI;
b. Petugas melakukan QC dengan serum control;
c. Petugas melakukan Pra-analitik, Analitik dan Pasca-analitik
dengan benar;
d. Petugas melakukan pemeliharaan dan kalibrasi alat secara rutin
sesuai SOP;
e. Petugas melakukan uji kualitas reagen;
f. Petugas mencatat semua kegiatan PMI pada buku laporan PMI.

1.2. PENGENDALIAN MUTU EKSTERNAL ( PME / External Quality


Assesment / proficiency test )
Pengendalian Mutu Eksternal ( PME ) Adalah kegiatan Pengendalian
mutu yang diselenggarakan secara periodik untuk pihak lain diluar
laboratorium yang bersangkutan untuk memantau dan menilai
penampilan suatu laboratorium dibidang pemeriksaan tertentu.
Penyelenggaraan PME dilaksanakan oleh pihak pemerintah, swasta
atau international & diikuti oleh semua laboratorium baik
pemerintah maupun swasta dan di kaitkan dengan akreditasi
laboratorium kesehatan serta perizinan laboratorium kesehatan
swasta.

Beberapa kegiatan PME yang ada di laboratorium Puskesmas mauk


antara lain :
a. PME bidang Hematologi yang diselenggarakan oleh Kemenkes
setahun sekali;
b. PME bidang Kimia Klinik yang diselenggarakan oleh Kemenkes
setahun sekali.
Pengendalian mutu eksternal dilakukan dengan cara:
a. Petugas menerima spesimen kontrol dari Kemenkes, BBLK
Petugas mencatat tanggal penerimaan spesimen;
b. Petugas menulis tanggal pelaksanaan pemeriksaan spesimen;
c. Petugas mencatat kondisi spesimen saat menerima;
d. Petugas melakukan pemeriksaan spesimen sesuai ketentuan
Pengendalian Mutu Eksternal;
e. Petugas melaporkan hasil pemeriksaan PME kepada
penanggung jawab laboratorium;
f. Petugas menuliskan hasil pemeriksaan dalam formulir hasil
PNPME yang telah disediakan dan ditandatangani oleh kepala
puskesmas;
g. Petugas mengirim hasil pemeriksaan PME;
h. Petugas mendapat hasil balik dari laboratorium penyelenggara;
i. Petugas mendapatkan bukti berupa sertifikat.

BAB XXI
PENINGKATAN MUTU KLINIS DAN KESELAMATAN PASIEN
PELAYANAN LABORATORIUM DENGAN PROSEDUR PDCA

Dalam peningkatan mutu dan keselamatan pasien di ruang


pelayanan dilakukan melalui prosedur PDCA yang berkesinambungan
antara lain
1. Tim mutu mensosialisasikan ke ruang laboratorium tentang
Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan Pasien;
2. Petugas laboratorium membuat PDCA berdasarkan hasil kinerja
atau keadaan di Laboratorium;
3. Petugas laboratorium mensosialisasikan hasil PDCA ke seluruh
staff pada saat lokbul (lokakarya bulanan);
4. Petugas laboratorium melaksanakan perbaikan mutu dan
keselamatan pasien;
5. Tim mutu mengevaluasi dan memonitor pelaksanaan dan
perbaikan;
6. Tim mutu menindaklanjuti hasil evaluasi dan monitoring.

BAB XXII
PELAYANAN LABORATORIUM BERESIKO TINGGI

Jenis pelayanan pemeriksaan laboratorium beresiko tinggi antara lain :

a. BTA
b. HIV/AIDS

A. Prosedur kerja
Setiap kegiatan yang dilakukan di Laboratorium Puskesmas dapat
menimbulkan bahaya/resiko terhadap petugas yang berada di dalam
laboratorium maupun lingkungan sekitarnya. Untuk mengurangi/
mencegah bahaya yang terjadi, setiap petugas laboratorium harus
melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Kegiatan tersebut merupakan upaya kesehatan dan keselamatan kerja
laboratorium.

1. Petugas menyiapkan Alat Pelindung Diri;


2. Petugas memakai jas laboratorium;
3. Petugas memakai masker;
4. Petugas memakai sarung tangan;
5. Petugas melakukan desinfektan meja kerja menggunakan alkohol
sebelum dan sesudah kerja (melakukan pemeriksaan);
6. Petugas meletakkan sampel pemeriksaan pada tempat yang telah
disiapkan;
7. Petugas melakukan pemeriksaan sesuai dengan jenis
pemeriksaannya;
8. Limbah dibuang sesuai dengan jenis limbahnya;
9. Petugas memperlakukan semua sampel sebagai bahan infeksius;
10. Petugas melepaskan sarung tangan, kemudian cuci tangan dengan
sabun yang mengandung anti septik sesuai SOP cuci tangan;
11. Petugas melepaskan masker, dan membuangnya, pada wadah limbah
medis;
12. Petugas melepaskan jas laboratorium, dan meletakkannya pada
tempatnya;
13. Petugas mendokumentasikan hasil pemeriksaan laboratorium yang
beresiko tinggi di buku register laboratorium;
Untuk mencegah hal tersebut petugas wajib memakai alat
pelindung diri (jas laboratorium, masker, sarung tangan, alas kaki
tertutup) yang sesuai selama bekerja. Jas laboratorium yang bersih
dipakai terus menerus selama bekerja dalam laboratorium dan
dilepaskan serta ditinggalkan di laboratorium.

Petugas mencuci tangan secara hygienis dan menyeluruh sebelum


dan setelah selesai melakukan aktifitas laboratorium dan harus
melepaskan jas laboratorium sebelum meninggalkan ruang
laboratorium.

B. Pengelolaan spesimen
1. Setiap spesimen diperlakukan sebagai bahan infeksius;
2. Setiap petugas mengetahui dan melaksanakan cara penerimaan,
pengambilan, pengiriman, pengolahan, dan penyimpanan spesimen
dengan benar;
3. Semua spesimen darah dan cairan tubuh disimpan pada wadah yang
memiliki konstruksi yang baik, dengan karet pengaman untuk
mencegah kebocoran ketika dipindahkan;
4. Setiap orang yang memproses spesimen darah dan cairan tubuh
(contoh: membuka tutup tabung vakum) menggunakan sarung
tangan dan masker);
5. Setelah memproses spesimen-spesimen tersebut cuci tangan dan
mengganti sarung tangan;
6. Jarum yang telah digunakan harus diperlakukan sebagai limbah
infeksius dan dikelola sesuai ketentuan yang berlaku;
7. Permukaan meja laboratorium dan alat laboratorium harus
didekontaminasi dengan desinfektan setelah selesai melakukan
kegiatan laboratorium.

C. Pengelolaan limbah
I. Limbah padat medis
1. Petugas selalu gunakan sarung tangan dan sepatu pada saat
menangani dan membawa limbah medis;
2. Petugas membuat label khusus pada bahan kimia berbahaya
dan mudah terbakar;
3. Petugas memberi plastik limbah berlabel biohazard pada wadah
limbah medis;
4. Petugas menggunakan wadah limbah medis yang dilengkapi
dengan tutupnya;
5. Petugas menempatkan wadah limbah padat pada tempat yang
sesuai, jauh dari jangkauan anak-anak dan pasien serta tidak
dekat dengan ruang makan atau ruang tunggu;
6. Cleaning servis mengosongkan wadah setiap hari atau sampai ¾
bagiaannya sudah penuh walau belum 1 hari dan tidak
memungut limbah medis tanpa menggunakan sarung tangan;
7. Petugas mencuci wadah limbah medis dengan larutan
desinfektan dan dibilas dengan air minimal sekali setiap hari
atau bila kelihatan kotoran/kontaminan setelah dipakai;
8. Petugas melepas sarung tangan dan mencuci tangan setelah
melakukan penanganan limbah;
Limbah medis yang disimpan selama 90 hari di TPS limbah
medis diambil oleh pihak ke tiga yang sudah berMOU dengan
Puskesmas mauk.
II. Cair
Sebelum darah dibuang petugas melakukan desinfeksi dengan
menggunakan larutan hipoklorit 0,1 %, tabung darah direndam dalam
larutan hipoklorit selama 24 jam lalu dibuang ke dalam aliran limbah.

III. Pengelolaan Limbah Non Medis


1. Limbah padat non medis
Limbah padat non medis seperti kertas dll yang tidak
terkontaminasi dengan darah ataupun cairan tubuh lainnya
dimasukkan oleh petugas dalam kantong plastik yang berwarna
hitam.
Kantong plastik berwarna hitam dibawa oleh cleaning servis ketempat
pengelolaan limbah.
2. Limbah cair non medis
Petugas membuang limbah cair non medis ketempat cuci khusus
yang berhubungan dengan septic tank.

BAB XXIII
PROTEKSI DIRI PADA MASA PANDEMI COVID-19

Untuk menghindari terjadinya penularan penyakit dari pasien ke


petugas, dari spesimen pasien ke petugas dilakukan proteksi diri petugas
laboratorium untuk melindungi seseorang dari potensi bahaya/risiko
penularan infeksi. Pemakaian APD di laboratorium masuk kedalam level
3.

A. Pemakaian APD Level 3


1. Petugas kesehatan menyiapkan baju bersih untuk persiapan baju
ganti di dalam loker di depan kamar mandi;
2. Petugas masuk ke ruang pemakaian APD;
3. Petugas mengecek APD untuk memastikan APD dalam keadaan
baik dan tidak rusak;
4. Petugas mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir dengan
menggunakan 6 langkah;
5. Petugas menggunakan sepatu skats atau sepatu lainnya yang
tertutup maka petugas menggunakan pelindung sepatu atau
shoescover dengan cara pelindung sepatu dipake diluar sepatu
petugas atau jika coverall tertutup sampai sepatu petugas maka
tidak perlu menggunakan pelindung sepatu;
6. Petugas memakai coverall bersih dengan ziper yang dilapisi kain
yang berada dibagian belakang tubuh. Coverall menutupi area
kaki sampai leher dengan baik dengan cara memasukan bagian
kaki terlebih dahulu, psang bagian lengan dan rapatkan coverall
dibagian tubuh dengan menaikan ziper sampai kebagian leher,
hood atau pelindung kepala dari coverall dibiarkan terbuka
dibelakang leher;
7. Petugas memasang masker bedah dengan cara letakan masker
bedah didepan hidung dan mulut dengan memegang kedua sisi
tali kemudian tali diikat ke belakang (masker bedah
direkomendasikan oleh WHO dipakai apabila melakukan
perawatan bagi pasien yang negative maupun yang positife covid
19. Masker N95 oleh WHO di indikasikan hanya apabila petugas
kesehatan akan melakukan prosedur yang menghasilkan aerosol
seperti pemeriksaan gigi, pemeriksaan hidung dan tenggorokan,
pengambilan swab);
8. Petugas memasang pelindung kepala pada baju coverall untuk
menutupi seluruh bagian kepala dan telinga dengan baik;
9. Petugas memasang pelindung mata ( googles) rapat menutupi
mata
(apabila petugas kesehatan akan melakukan tindakan aerosol
maka petugas kesehatan dapat menambahkan pelindung wajah
(faceshiel) setelah pemasangan pelindung kepala dengan
menempatkan faceshiel diatas alis dan pastikan pelindung wajah
menutupi seluruh wajah sampai ke dagu;
10. Petugas memasang sarung tangan pendek terlebih dahulu
setelah itu pasang kembali sarung tangan yang lebih panjang
(steril) dengan menutupi lengan gown;
11. Petugas sudah siap untuk melayani pasien covid 19.

B. Pelepasan APD Level 3


1. Petugas masuk ke ruangan pelepasan APD;
2. Petugas kesehatan memakai handsanitizer;
3. Petugas kesehatan melepaskan sarung tangan panjang dan
membuang sarung ke tempat sampah infeksius (sampah
disposible);
4. Petugas kesehatan memakai handsanitizer;
5. Petugas kesehatan melepaskan sarung tangan pendek dan
membuang ke tempat sampah infeksius (sampah disposible);
6. Petugas kesehatan memakai handsanitizer;
7. Petugas kesehatan melepaskan pelindung wajah (faceshild) dan
meletakan di tempat sampah infeksius (sampah reusable);
8. Petugas kesehatan memakai handsanitizer;
9. Petugas kesehatan melepaskan kacamata Goggle dan meletakan
di tempat sampah infeksius (sampah reusable);
10. Petugas kesehatan memakai handsanitizer;
11. Petugas kesehatan melepaskan coverall dan meletakkan pada
tempat sampah infeksius (sampah disposible);
12. Petugas kesehatan memakai handsanitizer;
13. Petugas kesehatan melepaskan masker dan membuang ke
tempat sampah infeksius (sampah disposible);
14. Petugas kesehatan memakai handsanitizer;
15. Petugas kesehatan melepaskan pelindung kaki (sepatu boot) dan
meletakan di tempat sampah infeksius (sampah reuseable);
16. Petugas mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir dengan
menggunakan 6 langkah.
BAB XXIV
PEMANTAUAN TERHADAP PENGGUNAAN APD
Sebagai pedoman pemantauan terhadap penggunaan alat pelindung
diri di Puskesmas mauk, pemantauan terhadap penggunaan alat
pelindung diri harus mengikuti langkah-langkah yang tertuang dalam
prosedur sebagai berikut :
1. Koordinator ruang melakukan pemantauan terhadap penggunaan alat
pelindung diri setiap hari;
2. Koordinator ruang membuat cek list pemantauan terhadap
penggunaan alat pelindung diri;
3. Koordinator ruang melaksanakan kegiatan pemantauan terhadap
penggunaan alat pelindung diri sesuai dengan rencana pelaksanaan;
4. Koordinator mengisi cek list berdasarkan hasil pengamatan;
5. Koordinator menyimpulkan hasil pemantauan terhadap penggunaan
alat pelindung diri;
6. Koordinator mendokumentasikan hasil pemantauan terhadap
penggunaan alat pelindung diri;
7. Tim audit klinis melakukan pemantauan tiap bulan terhadap
penggunaan APD dan mencocokan hasil pemantaauan Koordinator
ruang dari hasil pemantauan tim audit;
8. Hasil pemantauan tim audit dilaporkan ke tim mutu UKP dan
keselamatan Pasien.

BAB XXV
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu kegiatan untuk


mencegah kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan yang dapat
merugikan petugas dan pasien atau kerugian terhadap proses di
lingkungan kerja dan pencegahan bahaya atau resiko terhadap petugas
yang berada di dalam lab maupun lingkungan sekitarnya merupakan
upaya kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium dengan

1. mengecek ruangan laboratorium dan peralatan didalamnya sebelum


pelayanan;
2. selalu memastikan suhu ruangan laboratorium sesuai standar;
3. menempatkan reagen – reagen di tempat yang telah disediakan;
4. membersihkan meja dengan alkohol 70% sebelum melakukan
Pemeriksaan;
5. mencuci tangan sesuai SOP cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan pemeriksaan laboratorium;
6. Petugas selalu menggunakan alat pelindung diri sebelum melakukan
tindakan;
7. Petugas selalu membaca petunjuk penggunaan (KIT Insert) peralatan
dan reagen – reagen sebelum menggunakannya;
8. Petugas tidak boleh mencicipi dan menghirup bahan kimia;
9. Petugas selalu mencuci tabung reaksi sesudah digunakan;
10. Petugas selalu membereskan peralatan dan reagen setelah digunakan;
11. Petugas membuang alat dan bahan habis pakai setelah digunakan ke
dalam sampah medis yang telah disediakan;
12. Petugas membersihkan meja setelah melakukan pemeriksaaan
dengan larutan klorin 0,5 % dan dengan alkohol 70 %;
13. Petugas tidak boleh makan dan minum di dalam ruang laboratorium;
14. Petugas tidak boleh merokok di dalam ruang laboratorium.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan:


1. Di Tempat Kerja dan Lingkungan Kerja;
2. Desain Tempat Kerja Yang Menunjang K3;
3. Ruang kerja dirancang khusus untuk memudahkan proses kerja di
laboratorium;
4. Tempat kerja disesuaikan dengan posisi atau cara kerja;
5. Pencahayaan cukup dan nyaman;
6. Ventilasi cukup dan sesuai;
7. Prosedur kerja tersedia di setiap ruangan dan mudah dijangkau
jika diperlukan;
8. Dipasang tanda peringatan untuk daerah berbahaya;
9. Sanitasi Lingkungan;
10. Semua ruangan bersih, kering dan higienis;
11. Tersedia tempat sampah yang sebelah dalamnya dilapisi dengan
kantong plastik dan diberi tanda khusus;
12. Tata ruang laboratorium baik sehingga tidak dapat dimasuki/
menjadi sarang serangga atau binatang pengerat;
13. Tersedia tempat cuci tangan dengan air yang mengalir dan
dibersihkan secara teratur;
14. Petugas laboratorium dilarang makan dan minum dalam
laboratorium;
15. Proses Kerja, Bahan dan Peralatan Kerja;
16. Tersedia fasilitas laboratorium untuk kesehatan dan keselamatan kerja,
seperti tempat cuci tangan dengan air yang mengalir dan alat
pemadam kebakaran;
17. Petugas wajib memakai alat pelindung diri (jas laboratorium,
masker, sarung tangan, alas kaki tertutup) yang sesuai selama
bekerja;
18. Jas laboratorium yang bersih dipakai terus menerus selama
bekerja dalam laboratorium dan harus dilepaskan serta ditinggalkan
di laboratorium (hati-hati dengan jas laboratorium yang berpotensi
infeksi);
19. Tempat kerja selalu dalam keadaan bersih. Kaca pecah, jarum atau
benda tajam dan barang sisa laboratorium harus ditempatkan di
bak/peti dalam laboratorium dan diberi keterangan;
20. Sarung tangan bekas pakai ditempatkan dalam bak/ peti kuning
(menjadi limbah medis/ infeksius) yang diberi tanda khusus;
21. Semua tumpahan segera dibersihkan;
22. Dilarang menggunakan mulut pada waktu memipet, gunakan
karet penghisap;
23. Peralatan yang rusak atau pecah harus dilaporkan kepada
penanggung jawab Laboratorium;
24. Tas/kantong/tempat sampah harus ditempatkan di tempat yang
ditentukan;
25. Jarum yang telah digunakan diperlakukan sebagai limbah
infeksius dan dikelola sesuai ketentuan yang berlaku;
26. Permukaan meja laboratorium dan alat laboratorium
didekontaminasi dengan desinfektan setelah selesai melakukan
kegiatan laboratorium;
27. Pengelolaan bahan kimia yang benar;
28. Semua petugas mengetahui cara pengelolaan bahan kimia yang
benar (antara lain penggolongan bahan kimia, bahan kimia yang
tidak boleh tercampur, efek toksik dan persyaratan
penyimpanannya). Setiap petugas harus mengenal bahaya bahan
kimia dan mempunyai pengetahuan serta keterampilan untuk
menangani kecelakaan;
29. Semua bahan kimia yang ada diberi label/etiket dan tanda
peringatan yang sesuai.

BAB XXVI
PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

Proses Pelayanan Laboratorium di Puskesmas mauk menghasilkan


limbah B3. Tujuan pengelolaan limbah B3 untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja laboratorium yang disebabkan oleh bahan berbahaya
dan beracun antara lain reagensia kadaluarsa, bahan kimia yang mudah
terbakar, bahan kimia korosif, bahan kimia yang bersifat asam.

Kecelakaan kerja yang sering terjadi di laboratorium disebabkan oleh


bahan berbahaya dan beracun dan untuk mencegah timbulnya bahaya
yang lebih luas, wajib disediakan informasi mengenai cara penanganan
yang benar mengenai pengelolaan bahan berbahaya dan beracun di
laboratorium untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja laboratorium
yang disebabkan oleh bahan berbahaya dan beracun.

Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun :

1. menyediakan bahan kimia di ruang laboratorium dalam jumlah


secukupnya;
2. membuat kartu stok penggunaan bahan berbahaya dan beracun;
3. membuat label khusus pada bahan kimia berbahaya dan mudah
terbakar;
4. tidak menyimpan bahan berbahaya sesuai abjad namun berdasarkan
klasifikasinya;
5. menyediakan alat pelindung diri seperti masker, sarung tangan, dll
dalam ruang penyimpanan;
6. menjauhkan bahan berbahaya dan beracun dari sinar matahari
langsung;
7. menjauhkan bahan kimia yang berbahaya dan beracun dari sumber
api/panas.

BAB XXVII
PENGELOLAAN LIMBAH HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Limbah dapat dihasilkan dari sebuah layanan kesehatan, umum nya


banyak mengandung bakteri, virus, senyawa kimia dan obat-obatan yang
dapat membahayakan bagi kesehatan masyarakat sekitar layanan
kesehatan, limbah dari laboratorium paling perlu diwaspadai untuk :

a. Melindungi petugas yang menangani limbah dari luka yang tidak


sengaja;
b. Mencegah penyebaran infeksi kepada petugas kesehatan yang
menangani limbah;
c. Mencegah penyebaran infeksi kepada masyarakat sekitar;
d. Melenyapkan bahan-bahan berbahaya.

A. JENIS LIMBAH
Limbah medis

B. SUMBER LIMBAH
1. Limbah medis;
2. Padat;
3. Sisa spesimen (sputum);
4. Cair;
5. Reagensia kadaluarsa;
6. Produk sisa proses laboratorium tentang prosedur penanganan
limbah klinik;
7. Sisa spesimen (darah, urine dan cairan tubuh).

Langkah – langkah:

I. Pengelolaan Limbah Medis.


I.I. Padat

1. gunakan sarung tangan dan sepatu pada saat menangani dan


membawa limbah medis;
2. membuat label khusus pada bahan kimia berbahaya dan mudah
terbakar;
3. member plastik limbah berlabel biohazard pada wadah limbah
medis;
4. menggunakan wadah limbah medis yang dilengkapi dengan
tutupnya;
5. menempatkan wadah limbah padat pada tempat yang sesuai, jauh
dari jangkauan anak-anak dan pasien serta tidak dekat dengan
ruang makan atau ruang tunggu;
6. Cleaning servis mengosongkan wadah setiap hari atau sampai ¾
bagiaan nya sudah penuh walau belum 1 hari dan tidak
memungut limbah medis tanpa menggunakan sarung tangan;
7. mencuci wadah limbah medis dengan larutan desiinfektan dan
dibilas dengan air minimal sekali setiap hari atau bila kelihatan
kotoran/kontaminan setelah dipakai;
8. melepas sarung tangan dan mencuci tangan setelah melakukan
penanganan limbah.

I.2. Cair

Sebelum darah dibuang petugas melakukan desinfeksi dengan


menggunakan larutan hipoklorit 0,1 %, tabung darah direndam dalam
larutan hipoklorit selama 24 jam lalu dibuang kedalam aliran limbah
cair ke septic tank.

BAB XXVIII
KALIBRASI DAN VALIDASI INSTRUMEN

Kalibrasi dan validasi adalah kegiatan yang diselenggarakan secara


berkala oleh petugas laboratorium yang bekerja sama dengan petugas
kalibrasi dari sebuah lembaga/perusahaan yang mempunyai kompetensi
dan pernah dilatih untuk mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium
yang bermutu Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium yang
terpercaya guna menjamin alat bekerja sesuai yang diperlukan untuk
mutu hasil pengujian.

Kalibrasi dan validasi instrument dilakukan sebagai berikut:

1. Petugas laboratorium mengidentifikasi jenis peralatan


Laboratorium yang akan di kalibrasi;
2. Petugas laboratorium membuat surat permintaan untuk
kalibrasi sesuai dengan jadwal kalibrasi kepada bagian logistik;
3. Petugas logistik mengirim surat permintaan harga kepada
Lembaga kalibrasi;
4. Petugas logistik menerima harga dari Lembaga kalibrasi;
5. Petugas logistik membuat surat persetujuan dan meminta
penjadwalan kepada Lembaga kalibrasi;
6. Petugas logistik menerima penjadwalan kalibrasi dari Lembaga
kalibrasi;
7. Petugas logistik menginformasikan waktu kalibrasi kepada
petugas laboratorium;
8. Petugas logistik menerima sertifikat kalibrasi setelah dilakukan
kalibrasi oleh lembaga kalibrasi;
9. Petugas mengcopy sertifikat kalibrasi dan mendokumentasikan.
BAB XXIX
PERBAIKAN ALAT PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Suatu tindakan pemeliharaan yang dilakukan apabila ditemukan


kelainan – kelainan baik hasil maupun proses pemeriksaan dalam
penggunaan peralatan laboratorium untuk menanggulangi kegagalan
peralatan dan menjamin alat yang bekerja sesuai yang diperlukan untuk
mutu hasil pengujian dengan langkah sebagai berikut :

PERBAIKAN ALAT LABORATORIUM

1. Petugas mendapatkan alat dengan hasil yang menyimpang ketika


dilakukan kaliberasi/validasi;
2. Petugas menginventaris alat-alat yang menyimpang tersebut (rusak);
3. Petugas memisahkan alat yang rusa kuntuk segera dilakukan
perbaikan;
4. Petugas membuat laporan mengenai alat dan barang yang rusak;
5. Petugas memberikan laporan alat yang rusak kepada pengelola
barang;
6. Petugas membuat surat pengajuan perbaikan alat untuk alat-alat
yang rusak;
7. Kepala Puskesmas menyetujui rencana perbaikan alat;
8. Petugas meminta kepada pengelola barang untuk dilakukan
perbaikan;
9. Petugas menginformasikan kepada koordinator layanan klinis bahwa
alat masih dalam perbaikan;
10. Petugas menerima alat yang sudah diperbaiki dari pengelola barang;
11. Petugas mengajukan alat yang sudah diperbaiki kepada Kepala
Puskesmas untuk dilakukan kalibrasi ulang.

BAB XXX
RUJUKAN LABORATORIUM

Rujukan laboratorium adalah pelimpahan suatu tanggungjawab atas


permintaan laboratorium ke pelayanan laboratorium lain yang lebih
memadai dimana sebagai pedoman langkah-langkah melimpahkan suatu
pemeriksaan kepelayanan laboratorium yang lebih memadai antara lain

Petugas menerima blangko rujukan pemeriksaan laboratorium:


1. Petugas memberitahukan kepada pasien bahwa pemeriksaan yang
diminta tidak dapat dikerjakan karena pemeriksaan laboratorium
tidak tersedia di puskesmas mauk;
2. Petugas meminta persetujuan pasien apakah mau dibuatkan rujukan
laboratorium atau tidak;
3. Petugas membuatkan surat rujukan laboratorium ke instansi
laboratorium yang sudah ber PKS dengan laboratorium puskesmas
mauk apabila pasien bersedia dirujuk;
4. Jika pasien setuju di rujuk petugas menyerahkan surat rujukan
kepada pasien untuk ditanda tangani;
5. Petugas mendokumentasikan ke rekam medis.

BAB XXXI
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO LABORATORIUM

Penerapan mengenai tata cara penanganan resiko kerja dengan


melakukan identifikasi risiko, analisis, dan tindak lanjut risiko yang bisa
terjadi di laboratorium untuk menjamin keamanan kerja di laboratorium
dan mengetahui cara mengatasi bahaya kerja di laboratorium
MANAJEMEN RESIKO LABORATORIUM dilakukan sebagai berikut :
1. Petugas menggunakan alat suntik sekali pakai;
2. Petugas mematikan sentrifuge dan tidak dibuka selama 5 menit, jika
diduga ada tabung yang pecah saat sentrifugasi;
3. Petugas menggunakan handscoon (sarung tangan yang tebal /
double) untuk mengambil forsep / pecahan untuk mencegah
penularan spesimen yang infeksius;
4. Petugas menggunakan pipet otomatis dan tidak menggunakan
pemipetan mulut karena dapat menyebabkan tertelannya organisme
pathogen;
5. Petugas menggunakan alat masker guna melindungi terhirupnya
partikel mikroorganisme pathogen;
6. Petugas menggunakan jas laboratorium yang telah terstandar;
7. Petugas menggunakan sterilisator pada alat laboratorium berbahan
kaca untuk menghindari kontaminasi mikroorganisme yang pathogen;
8. Petugas melakukan desinfektan sebelum dan sesudah pemeriksaan
laboratorium.

BAB XXXII
ORIENTASI PROSEDUR DAN PRAKTIK KESELAMATAN/KEAMANAN
KERJA
Orientasi prosedur dan praktik keselamatan / keamanan kerja adalah
upaya pelatihan dan pengembangan awal bagi petugas laboratorium
supaya petugas laboratorium dapat mengerti dan melaksanakan upaya
pencegahan terhadap bahaya yang mungkin terjadi serta mengetahui
cara mengatasi apabila terjadi kecelakaan di laboratorium, sehingga
dapat mengurangi dan mencegah terjadinya bahaya dilaboratorium.
Langkah – langkah yang perlu diperhatikan dalam orientasi prosedur dan
praktik keselamatan / keamanan kerja antara lain sebagai berikut :

1. Kepala puskesmas membentuk Tim Mutu UKP dan Tim Mutu


keselamatan pasien di laboratorium;
2. Tim mutu UKP dan keselamatan pasien laboratorium membuat
rencana orientasi prosedur/praktek keselamatan kerja;
3. Timmutu UKP dan keselamatan pasien melaporkan kepada kepala
puskesmas pelaksanaan pelatihan mutu dan keselamatan pasien
laboratorium;
4. Tim mutu UKP dan keselamatan pasien laboratorim memberikan
orientasi prosedur keselamatan kepada petugas laboratorium;
5. Tim mutu UKP dan keselamatan pasien laboratorim memberikan
orientasi praktek keselamatan kerja kepada petugas laboratorium;
6. Timmutu UKP dan keselamatan pasien laboratorium membuat
laporan bukti pelaksanaan orientasi;
7. Tim mutu UKP dan keselamatan pasien laboratorium melaporkan
kepada kepala puskesmas hasil pelaksanaan orientasi pelatihan
prosedur dan praktek keselamatan kerja;
8. Tim mutu UKP dan keselamatan pasien laboratorium memantau
pelaksanaan kaselamatan dan kesehatan kerja di laboratorium;
9. Tim mutu UKP dan keselamatan pasien melakukan evaluasi secara
berkala pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di
laboratorium secara berkala melalui daftar tilik;
10.Tim mutu UKP dan keselamatan pasien menyusun jadwal kegiatan
orientasi secara berkala.

BAB XXXIII
PELATIHAN DAN PENDIDIKAN

Suatu kegiatan Pelatihan dan Pendidikan untuk prosedur baru,


bahan berbahaya, peralatan baru, dan adanya bukti pelaksanaan
Pendidikan dan pelatihan yang bertujuan menginformasikan kepada
petugas laboratorium bagaimana penggunaan prosedur baru, bahan
berbahaya atau peralatan baru dengan langkah – langkah sebagai berikut
:
1. Ka Tu melaporkan kepada Kepala puskesmas bahwa akan ada
pelatihan dan Pendidikan untuk prosedur, bahan yang berbahaya
ataupun alat yang baru bagi petugas laboratorium;
2. Kepala puskesmas menginstruksikan kepada petugas laboratorium
untuk mengikuti pelatihan dan Pendidikan untuk prosedur yang
baru, bahan berbahaya atau alat yang baru;
3. Petugas melaporkan kepada kepala puskesmas bahwa pelatihan dan
Pendidikan untuk prosedur yang baru, bahan berbahaya dan alat
yang baru telah dilaksanakan;
4. Petugas membuat laporan hasil pelatihan Pendidikan untuk
prosedur yang baru, bahan berbahaya dan alat yang baru;
5. Petugas menyampaikan hasil pelatihan dan Pendidikan melalui rapat
lokakarya bulanan puskesmas;
6. Petugas membuat SOP penggunaan prosedur yang baru, bahan
berbahaya atau alat yang baru;
7. Petugas menerapkan pelatihan Pendidikan untuk prosedur yang
baru, bahan berbahaya dan alat yang baru melalui kegiatan
pelayanan di laboratorium;
8. Petugas berusaha meningkatkan kinerja pelayanan laboratorium
di puskesmas sesuai SOP;
9. Koordinator layanan klinis melakukan evaluasi pelaksanaan
penggunaan prosedur yang baru, bahan berbahaya atau alat yang
baru menggunakan daftar tilik;
10. Koordinator layanan klinis melaporkan kepada kepala puskesmas
bahwa telah dilakukan evaluasi.

BAB XXXIV
PENCATATAN DAN PELAPORAN

A. PENCATATAN DAN PELAPORAN PROGRAM KESELAMATAN DAN


KEAMANAN LABORATORIUM
Suatu kegiatan pelaporan kegiatan pelaksanaan program
keselamatan dan kesehatan kerja di laboratorium kepada pengelola
program keselamatan kerja:
1. Petugas membuat format pencatatan laporan hasil pelaksanaan
kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja di laboratorium;
2. Petugas melakukan pencatatan tanda terima bahan berbahaya dan
beracun di laboratorium;
3. Petugas melakukan pencatatan pengelolaan limbah medis;
4. Petugas melakukan pencatatan pembuangan limbah medis dan
limbah berbahaya;
5. Petugas mencatat secara rinci setiap kecelakaan kerja yang terjadi di
laboratorium;
6. Petugas mendokumentasikan hasil pelaksanaan kegiatan K3 kepada
Tim mutu UKP dan kesalamatan pasien di puskesmas;
7. Petugas melaporkan kegiatan pelaksanaan K3 di puskesmas secara
rutin (bulanan);
8. Petugas melaporkan secara khusus pelaksanaan program
keselamatan kepada tim K3 di puskesmas apabila terjadi kecelakaan
kerja di laboratorium;
9. Petugas mencatat hasil verifikasi Tim mutu UKP dan keselamatan
pasien pada saat pelaporan pelaksaan K3 di laboratorium;
10. Petugas menyimpan semua berkas dokumen yang telah diverifikasi
oleh pengelola K3.

B. PELAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN DI LABORATORIUM


Pencatatan selain untuk pemantauan data juga untuk evaluasi.
Pencatatan dan pelaporan hasil lab normal, kritis dan cito dilakukan
pada:
1. Buku Register Pendaftaran
2. Buku Permintaan Pemeriksaan dan Hasil Pemeriksaan
3. Buku Rujukan
4. Formulir hasil laboratorium
5. Rekam medis pasien
Pelaporannya disampaikan secara berkala ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota berupa laporan bulanan yang merupakan hasil
rekapitulasi pencatatan harian. Laporan triwulan, semester, dan
tahunan sesuai ketentuan yang berlaku. Pelaporan hasil
laboratorium untuk penyakit tertentu menggunakan formulir
baku yang sudah ditentukan oleh program.

BAB XXXV
PEMERIKSAAN LABORATORIUM SELAMA PANDEMI COVID

1. Tes Polymerase Chain Reaction (PCR)


Tes PCR adalah jenis pemeriksaan untuk mendeteksi pola
genetik (DNA dan RNA) dari suatu sel, kuman, atau virus,
termasuk virus Corona (SARS-CoV-2). Hingga saat ini, tes PCR
merupakan tes yang direkomendasikan oleh Badan Kesehatan
Dunia (WHO) untuk mendiagnosis COVID-19. Tingkat akurasi tes
PCR cukup tinggi, tetapi pemeriksaan ini membutuhkan waktu
yang cukup lama hingga hasilnya keluar, yaitu sekitar 1–7 hari.
Tes PCR umumnya perlu dilakukan pada orang yang
mengalami gejala COVID-19, seperti batuk, pilek, demam,
terganggunya indra penciuman, serta sesak napas, khususnya jika
orang tersebut memiliki riwayat kontak dengan pasien
terkonfirmasi.

2. Rapid test antigen


Antigen merupakan suatu zat atau benda asing, misalnya
racun, kuman, atau virus, yang dapat masuk ke dalam tubuh.
Sebagian antigen dapat dianggap berbahaya oleh tubuh, sehingga
memicu sistem imunitas untuk membentuk zat kekebalan tubuh
(antibodi). Reaksi ini merupakan bentuk pertahanan alami tubuh
untuk mencegah terjadinya penyakit.Virus Corona yang masuk ke
dalam tubuh akan terdeteksi sebagai antigen oleh system
imunitas. Antigen ini juga dapat dideteksi melalui pemeriksaan
rapid test antigen. Rapid test antigen untuk virus Corona
dilakukan dengan mengambil sampel lendir dari hidung atau
tenggorokan melalui proses swab. Untuk memberikan hasil yang
lebih akurat, pemeriksaan rapid test antigen perlu dilakukan
paling lambat 5 hari setelah munculnya gejala COVID-19.

3. Rapid test antibody


Setelah antigen terdeteksi, sistem imun akan
memproduksi antibodi untuk memusnahkannya. Keberadaan
antibodi untuk membasmi virus Corona bisa dideteksi melalui
rapid test antibodi. Jenis rapid test untuk COVID-19 ini
merupakan jenis rapid test yang paling awal muncul. Sayangnya,
tes ini memiliki tingkat akurasi yang rendah dalam mendeteksi
keberadaan virus Corona di dalam tubuh. Inilah sebabnya rapid
test antibodi tidak layak digunakan sebagai metode pemeriksaan
untuk mendiagnosis penyakit COVID-19. Hasil pemeriksaan rapid
test antibodi untuk COVID-19 dibaca sebagai reaktif (positif) dan
nonreaktif (negatif).
Perbedaan Tes PCR, Rapid Test Antigen, dan Rapid Test Antibodi
Meski saling terkait, pemeriksaan rapid test dan tes PCR
merupakan jenis pemeriksaan yang berbeda. Berikut ini adalah
beberapa perbedaan antara tes PCR, rapid test antigen, dan rapid
test antibodi untuk mendeteksi virus Corona:
a. Lama waktu pemeriksaan
Hasil pemeriksaan rapid test, baik jenis antigen maupun
antibodi, membutuhkan waktu yang cukup singkat, yaitu
sekitar 15-20 menit. Sementara itu, prosedur tes PCR
membutuhkan waktu paling cepat sekitar 1 hari.
b. Tingkat akurasi
Pemeriksaan penunjang untuk mendeteksi keberadaan virus
Corona yang paling akurat adalah tes PCR dengan tingkat
akurasi mencapai 80–90%, sedangkan rapid test antigen
memiliki tingkat akurasi sedikit di bawah tes PCR.
c. Sampel yang digunakan
Tes PCR dan rapid test antigen menggunakan sampel lendir dari
hidung atau tenggorokan yang diambil melalui proses swab.
Sementara itu, pemeriksaan rapid test antibodi menggunakan
sampel darah yang diambil dari ujung jari atau pembuluh
darah.

Pengambilan sampel swab


1. Orofaring
 Pastikan identitas pasien yang hendak dilakukan swab
tenggorok sudah sesuai;
 Meskipun tindakan ini minim resiko, jelaskan pada pasien
bahwa pengambilan sampel akan terasa tidak nyaman dan
dapat memicu gag reflex;
 Cuci tangan hingga bersih dan kenakan alat perlindungan diri
yang sesuai ketentuan;
 Posisikan pasien duduk dengan kepala sedikit menengadah dan
mulut terbuka lebar dengan lidah dijulurkan. Bila swab
dilakukan pada pasien anak, minta orang tua untuk duduk
memangku anak dan merangkul dari belakang;
 Masukan aplikator ke dalam orofaring, kemudian rotasikan
aplikator secara lembut pada permukaan tonsil, dinding
posterior faring, atau keduanya. Apusan perlu difokuskan pada
area yang tampak eritema atau mengandung eksudat;
 Masukan aplikator ke dalam tabung atau vial plastik, kemudian
tutup wadah;
 Pastikan spesimen bersentuhan dengan media transport atau
media kultur;
 Berikan label seperti nama, usia, dan nomor rekam medis
pasien, kemudian segera kirim ke laboratorium.
2. Nasofaring
 Pastikan identitas pasien yang hendak dilakukan swab hidung
sudah sesuai;
 Cuci tangan hingga bersih dan kenakan alat perlindungan diri
yang sesuai ketentuan;
 Posisikan pasien duduk dengan kepala sedikit menengadah.
Bila swab dilakukan pada pasien anak, minta orang tua untuk
duduk memangku anak dan merangkul dari belakang;
 Pastikan tidak ada Obstruksi (hambatan pada lubang hidung)
 Masukan aplikator ke dalam nasofaring, kemudian rotasikan
aplikator secara lembut pada septum bawah hidung;
 Masukan aplikator ke dalam tabung atau vial plastik, kemudian
tutup wadah;
 Berikan label seperti nama, usia, dan nomor rekam medis
pasien, kemudian segera kirim ke laboratorium rujukan.

BAB XXXVI
PENUTUP

Surat keputusan kepala puskesmas tentang Peraturan Menteri


Kesehatan tentang Peyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan
Masyarakat ini digunakan sebagai acuan dalam perencanaan , upaya
pengembangan , dan peningkatan pelayanan serta mutu pelayanan
laboratorium di Puskesmas. Kriteria penyelenggaraan Laboratorium
Puskesmas yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan ini dapat
dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.

Ditetapkan di : Mauk
pada tanggal : 22 Juni 2020
KEPALA PUSKESMAS MAUK

Taufit Wirawan

Anda mungkin juga menyukai