Anda di halaman 1dari 31

PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG

DINAS KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG

PUSKESMAS MAUK
Jl. R. Mahmud No. 2 Kelurahan Mauk Timur Kecamatan Mauk
Kabupaten Tangerang – 15530
Telp / Fax. (021) 59330159, Email : puskesmasmauk@yahoo.com

KEPUTUSAN
KEPALA PUSKESMAS MAUK
Nomor : 440 / /UKP/PKM-MK/2020

TENTANG

PELAYANAN DAN JENIS-JENIS PEMERIKSAAN LABORATORIUM


PUSKESMAS MAUK
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
KEPALA PUSKESMAS MAUK,

Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan laboratorium kesehatan di


Indonesia diselenggarakan oleh berbagai jenis
laboratorium dan pada berbagai jenjang upaya pelayanan
kesehatan, yang diantaranya diselenggarakan oleh
laboratorium puskesmas;
b. bahwa agar mampu menjawab tuntutan masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan yang tepat, akurat, dan
profesional, laboratorium puskesmas harus
meningkatkan mutu pelayanan serta dapat sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
c. bahwa guna meningkatkan kualitas pelayanan di unit
pelayanan publik di Puskesmas Mauk yang transparan
dan akuntabel serta efektif dan efisien perlu dibuat surat
keputusan dari kepala Puskesmas untuk jenis-jenis
pemeriksaan di laboratorium yang ada di Puskesmas
Mauk;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a, b dan c perlu
menetapkan keputusan kepala puskesmas Mauk tentang
pelayanan dan jenis- jenis pemeriksaan laboratorium
puskesmas Mauk.

Mengingat : 1. UU Nomor 36 Tahun 2009, tentang Kesehatan (Lembaran


Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
657/MENKES/PER/VIII/2009 tentang Pengiriman dan
Penggunaan Spesimen Klinik, Materi Biologik, dan
Muatan Informasinya;
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 37 tahun 2012
tentang Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan
Masyarakat;
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 43 tahun 2019
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 15 tahun 2015
tentang Pelayanan Laboratorium Pemeriksa HIV Dan
Infeksi Oportunistik;
6. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor 63/KEP/MAN/2003, tentang Pedoman Umum
Penyelenggaraan Pelayanan Publik;
7. Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor364/MENKES/SK/III/2003 Tentang Laboratorium
Kesehatan;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1674/MENKES/SK/XII/2005 tentang Pedoman Jejaring
Pelayanan Laboratorium Kesehatan.
MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS MAUK TENTANG


PELAYANAN DAN JENIS-JENIS PEMERIKSAAN
LABORATORIUM PUSKESMAS MAUK

Kesatu : Menentukan pelayanan dan jenis – jenis pemeriksaan


laboratorium yang dapat dilakukan di puskesmas
Mauk sebagaimana tersebut dalam lampiran
keputusan ini merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari surat keputusan ini;

Ketiga : Keputusan berlaku sejak tanggal ditetapkan dan


apabila dikemudian hari terdapat kesalahan dalam
keputusan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan di : MAUK
Pada tanggal : 02 April 2020
KEPALA PUSKESMAS MAUK

dr. Taufit Wirawan


LAMPIRAN
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS MAUK
NOMOR : 440 / /UKP/PKM-MAUK/2020
TENTANG : PELAYANAN DAN JENIS-JENIS
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
PUSKESMAS MAUK

PELAYANAN LABORATORIUM PUSKESMAS MAUK

BAB I
PENDAHULUAN

Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan, disebutkan bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif
secara sosial dan ekonomi dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Puskesmas merupakan ujung tombak terdepan dalam
pembangunan kesehatan dan mempunyai peran besar dalam upaya
mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut di atas. Upaya
kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas terdiri dari pelayanan
kesehatan perseorangan primer dan pelayanan kesehatan masyarakat
primer. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi upaya
kesehatan wajib dan upaya kesehatan pilihan. Oleh karena upaya pelayanan
laboratorium puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan
dari pelaksanaan upaya kesehatan di puskesmas, maka puskesmas
wajib menyelenggarakan laboratorium di Puskesmas.
Adapun rincian kegiatan untuk masing-masing upaya ditetapkan
berdasarkan kondisi dan permasalahan kesehatan masyarakat setempat,
dengan tetap berprinsip pada pelayanan secara holistik, komprehensif dan
terpadu dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.
Saat ini Puskesmas sudah merata di seluruh Indonesia, dan
setiap kecamatan telah memiliki minimal satu Puskesmas. Puskesmas
memberikan kontribusi yang sangat berarti untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, namun demikian belum diikuti dengan
peningkatan mutu pelayanan dan keterjangkauan oleh seluruh
masyarakat.
Dengan makin berkembangnya teknologi kesehatan, meningkatnya
tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas, adanya
transisi epidemiologi penyakit, perubahan struktur demografi, otonomi
daerah, serta masuknya pasar bebas, maka Puskesmas diharapkan
mengembangkan dan meningkatkan mutu layanannya. Untuk
meningkatkan mutu pelayanan yang optimal, maka diperlukan kegiatan
yang dapat menentukan diagnosa penyakit secara pasti yaitu pelayanan
laboratorium yang bermutu
Laboratorium Puskesmas melaksanakan pengukuran, penetapan, dan
pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia untuk penentuan jenis
penyakit, kondisi kesehatan, yang dapatt berpengaruh pada kesehatan
perorangan dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.
BAB II
KETENAGAAN

Untuk dapat melaksanakan fungsinya pelayanan laboratorium


Puskesmas mauk saat ini memiliki pola ketenagaan sebagai berikut :

NO JENIS TENAGA KOMPETENSI JUMLAH


1 Penanggung Jawab Dokter umum 1

2 Tenaga Teknis D3 Analis kesehatan 3

1. PENANGGUNG JAWAB LABORATORIUM PUSKESMAS


Penanggung jawab Laboratorium Puskesmas mempunyai tugas dan
tanggung jawab:
a. Menyusun rencana kerja dan melaksanakan kegiata teknis
laboratorium;
b. Bertanggung jawab terhadap mutu laboratorium, validasi hasil
pemeriksaan laboratorium, mengatasi masalah yang timbul dalam
pelayanan laboratorium;
c. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan evaluasi kegiatan
laboratorium;
d. Merencanakan dan mengawasi kegiatan pemantapan mutu.

2. TENAGA TEKNIS
Tenaga teknis Laboratorium Puskesmas mempunyai tugas dan
tanggung jawab:
a. Melaksanakan kegiatan teknis operasional laboratorium sesuai
kompetensi dan kewenangan berdasarkan pedoman pelayanan dan
standar prosedur operasional;
b. Melaksanakan kegiatan mutu laboratorium;
c. Melaksanakan kegiatan pencatatan dan pelaporan;
d. Melaksanakan kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja
laboratorium;
e. Melakukan konsultasi dengan penanggung jawab laboratorium
atau tenaga kesehatan lain;
f. Menyiapkan bahan rujukan spesimen.

BAB III
JAM BUKA PELAYANAN LABORATORIUM PUSKESMAS MAUK

Jam buka pelayanan Laboratorium Puskesmas mauk adalah sebagai berikut

NO HARI JAM BUKA

1. SENIN – KAMIS 08.00 – 15.00 WIB


15.00 – 21.00 WIB
2. JUM’AT 08.00 – 14.00 WIB
15.00 – 21.00 WIB
3. SABTU 08.00 – 12.30 WIB
15.00 – 21.00 WIB
BAB IV
JAM BUKA PELAYANAN LABORATORIUM PUSKESMAS MAUK DILUAR JAM
KERJA
Pelayanan Laboratorium diluar jam kerja dilakukan oleh tenaga bidan
untuk pelayanan di PONED yang telah dilatih dengan ketentuan :
1. Di hari libur jika ada pemeriksaan laboratorium, maka spesimen dirujuk
untuk pemeriksaan laboratorium di laboratorium klinik luar yang
bekerjasama dengan Puskesmas Mauk dan untuk pemeriksaan Hb dan
protein urin dilakukan oleh bidan PONED yang sudah terlatih.
2. Kepala Puskesmas menginstruksikan adanya pemeriksaan laboratorium
diluar jam kerja;
3. Pemeriksaaan laboratorium jam 08.00 – 21.00 dilakukan oleh D3 Analis
Kesehatan;
4. Hasil pemeriksaan laboratorium dicatat di rekam medis pasien dan di
buku register laboratorium.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada rujukan laboratorium apabila
diperlukan perujukan spesimen:
1. Persyaratan spesimen yang akan dirujuk :
a. Tidak melampaui masa stabilitas spesimen;
b. Tidak terkena sinar matahari langsung;
c. Dikemas dengan baik dan diberi lebel bertuliskan ”Bahan
Pemeriksaan Infeksius” atau ”Bahan Pemeriksaan Berbahaya”;
d. Suhu pengiriman harus memenuhi syarat;
e. Spesimen dikemas dalam coolbox.
2. Spesimen diberi label berisi nomor spesimen, nama, umur, jenis kelamin,
alamat, tanggal pengambilan spesimen pada badan wadah.
3. Spesimen disertai formulir pengiriman yang berisi data sebagai berikut:
a. Nomor spesimen
b. Nama penderita
c. Umur
d. Jenis kelamin
e. Alamat penderita
f. Tanggal dan jam pengambilan spesimen
g. Jenis spesimen dan asal bahan
h. Diagnosa klinik
i. Permintaan pemeriksaan
j. Tanggal pengiriman
4. Nama serta alamat pengirim :
a. Dokter
b. Puskesmas
c. Dan lain – lain
5. Kemudian dikirim langsung oleh petugas

BAB V
SARANA, PRASARANA, PERLENGKAPAN DAN PERALATAN

1. SARANA
Gambaran Sarana laboratorium puskesmas mauk merupakan segala
sesuatu yang berkaitan dengan fisik bangunan/ruangan laboratorium
itu sendiri, dalam lingkup ini adalah ruangan Laboratorium
Puskesmas mauk yang meliputi:
a. Ukuran ruang 8.5 m x 5 m2;
b. Langit-langit berwarna terang dan mudah dibersihkan;
c. Dinding berwarna terang, keras, tidak berpori, kedap air, dan mudah
dibersihkan serta tahan terhadap bahan kimia (keramik);
d. Lantai terbuat dari bahan yang tidak licin, tidak berpori, warna terang,
dan mudah dibersihkan serta tahan terhadap bahan kimia (epoxi,
vinyl);
e. Pintu terdiri dari pintu depan dengan Uk 2 m x 75 cm;
f. Kamar kecil/WC pasien laboratorium berada di luar ruangan
laboratorium dan kamar kecil / WC petugas berada di dalam ruangan
laboratorium.

2. PRASARANA
Prasarana laboratorium merupakan jaringan/instalasi yang membuat
suatu sarana yang ada bisa berfungsi sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Prasarana-prasarana Laboratorium Puskesmas yang perlu
diperhatikan adalah sebagai berikut:
a. Pencahayaan cukup;
b. Ruangan mempunyai sirkulasi udara yang baik;
c. Suhu ruangan antara 22°C s/d 28°C;
d. Pengambilan dahak dilakukan diruang tempat pengambilan dahak
(sputum booth);
e. Tersedia fasilitas air bersih yang mengalir dan debit air yang cukup
pada bak cuci. Air tersebut harus memenuhi syarat kesehatan;
f. Tersedia wadah (tempat sampah) khusus/terpisah yang dilengkapi
dengan penutupnya untuk pembuangan limbah padat medis infeksius
dan non infeksius pada laboratorium. Pengelolaan (pewadahan,
pengangkutan dan pemusnahan) limbah padat dilakukan sesuai
prosedur dan peraturan yang berlaku.

3. PERLENGKAPAN DAN PERALATAN


3.1PERLENGKAPAN
3.1.1. Meja pengambilan sampel darah
a. Meja berukuran 120 cm x 60 cm
b. Meja mempunyai laci
3.1.2. Kursi petugas laboratorium dan kursi pasien
a. Mempunyai sandaran
b. Terbuat dari steinlees
3.1.3. Bak cuci
a. Dilengkapi keran untuk mengalirkan air bersih
b. Ukuran 50 cm x 55 cm dengan kedalaman bak 30 cm dan bak
cuci tangan untuk petugas dengan ukuran 30 cm x 20 cm
dengan kedalaman bak 10 cm
3.1.4. Meja pemeriksaan
a. Luas meja pemeriksaan adalah 600 cm x 60 cm
b. meja terbuat/dilapisi keramik, mudah dibersihkan dan
berwarna terang
3.1.5. Lemari pendingin (refrigerator)
Fungsinya adalah untuk menyimpan reagen dan sampel,
volume sesuai kebutuhan
3.1.6.Lemari alat dan lemari reagen
a. Fungsinya untuk menyimpan alat
b. Ukuran 170 cm x 45 cm x 80 cm
c. Terbuat dari kaca
3.2. PERALATAN
Jenis dan jumlah peralatan Laboratorium Puskesmas tergantung
dari metode pemeriksaan, jenis dan program Puskesmas. Daftar
peralatan utama dan penunjang Laboratorium Puskesmas adalah
sebagai berikut:
3.2.1 Peralatan Utama
a. Fotometer mikrolab 300
b. Hematology Analyzer sysmex poch 100i
c. Mikroskop Olympus
d. Pipet Mikro 10 µl -100 µl, 100 µl -1000 μl
e. Sentrifuge listrik
f. Tabung LED (westergren set)
g. Hb Quik Check
h. Human Sens
i. Accu Check
3.2.2 Peralatan Penunjang
a. Corong Kaca
b. Objek Glass
c. Deck glass / Kaca penutup
d. Tabung EDTA K3
e. Tabung Reaksi ( 10 mm )
f. Termometer ruang ( skala )
g. Termometer Kulkas
h. Lampu Bunsen Kaca
i. Blood Lanset Dengan Autoklik
j. Tissue Lensa
k. Tourniquet
l. Pipet tetes
m.Pot spesimen dahak bertutup ulir
n. Pot spesimen urine bermulut lebar
o. Wadah pengering tabung
p. Wadah pengering slide
q. Wadah pengecatan BTA
r. Wadah pot urine
s. Wadah penampungan dahak
t. Lidi
u. Sikat tabung reaksi
v. Spuit disposible 3cc
w.Spuit disposible 1cc
x. Tip kuning dan tip biru
3.2.2 Reagensia
Jenis–jenis reagensia yang tersedia di Laboratorium Puskesmas
Mauk adalah sebagai berikut:

NO NAMA BARANG BUFFER STOK

1. Strip protein (3 P) 1 box 100 tes

2. Rapid HIV SD 1 box 100 tes

3. Rapid HIV Focus 1 box 25 tes

4. Rapid HIV Vikia 1 box 25 tes


3. Syphilis ab 1 box 25 tes

4. Kartu Golongan darah 1 box 100 tes

5. Strip Cholesterol 1 box 10 tes

6. Strip GDS 1 box 100 tes

7. Strip Asam Urat 1 box 25 tes

8. Strip HCG 1 box 60 tes

9. Rapid HBsAg 1 box 100 tes

10. R/ golongan darah 1 set 4 vial

11. Spritus 1 botol 1 iter

12. Aquabidest 1 botol 1 liter

13. R/ Zielh Nelsen 1 set 4 botol

14. Oil imersi 1 botol 50 ml

15. Eter Alkohol 1 botol 100 ml

BAB VI
PENGELOLAAN REAGEN

Pengelolaan reagen adalah suatu kegiatan yang menjabarkan tentang


prosedur penerimaan, penyimpanan dan kontrol kadaluarsa reagen yang
berfungsi untuk untuk mengawasi operasional laboratorium agar dapat
mendapatkan hasil yang optimal dan berkualitas.
A. Penerimaan Reagensia
1. Memeriksa daftar reagen yang datang;
2. Memeriksa keadaan kemasan reagensia (tersegel, tidak terbuka dan
tidak rusak maupun robek);
3. Memeriksa tanggal kadaluarsa reagen yang datang.
B. Penyimpanan Reagensia
1. Menyimpan reagen sesuai dengan prosedur penyimpanan yang tertera
di dalam kemasan reagen;
2. Mengontrol suhu kulkas agar sesuai dengan syarat penyimpanan
reagen (untuk Reagen yang harus berada didalam kulkas), dengan
cara :
 Letakkan thermometer dalam kulkas;
 Atur suhu kulkas sesuai dengan syarat suhu dalam penyimpanan
reagen;
 Usahakan kulkas agar selalu dalam keadaan hidup;
 Catat suhu setiap hari dalam checklist pemantauan suhu;
 Bersihkan kulkas setiap 2 bulan sekali;
 Reagen yang sudah di buka bisa bertahan dalam keadaan stabil bila
di simpan pada suhu (2-8)0C;
 Jika suhu penyimpanan di lemari pendingin di luar (2- 8) 0C, maka
reagen yang belum terbuka dapat bertahan 1 minggu, sedangkan
reagen yang sudah di buka dapat bertahan 3 hari.
C. Kontrol Kadaluarsa Reagen

Memasangkan label exp.date pada reagen


D. Pemesanan Reagen
1. Mengecek persediaan yang akan habis (tinggal 1 box atau 20 test);
2. Mencatat reagen yang akan habis dan melaporkan kepada kepala
puskesmas;
3. Memeriksa kembali laporan yang diberikan;
4. Mengajukan pemesanan reagen kebagian pembelanjaan barang.
E. Distribusi Reagensia
1. Membuat permintaan tertulis reagen kepada penanggung jawab
Gudang obat;
2. Menelaah permintaan tertulis dari petugas laboratorium untuk
menilai ketersediaan;
3. Menyiapakan reagen tersedia yang diminta;
4. Membuat pencatatan serah terima reagen kepada petugas
laboratorium;
5. Menandatangani pencatatan serah terima reagen;
6. Reagen diterima petugas laboratorium dan disimpan di ruang
laboratorium.
F. Penyedian dan pelabelan reagen
Pelabelan adalah suatu kegiatan untuk mengetahui informasi
mengenai hal – hal yang berkaitan dengan reagen, agar reagensia yang
ada diketahui jenis dan sifatnya serta ketersediaanya dilaboratorium
sebagia berikut :
1. Membuat kartu stok penggunaan reagen;
2. Membuatkan label pada setiap reagen yang tidak ada labelnya atau
reagen yang dibuat sendiri;
3. Menuliskan tanggal penerimaan reagen pada label;
4. Menuliskan nama reagen pada label;
5. Menuliskan tanggal pertama kali dibuka pada label;
6. Menuliskan Expired Date pada label;
7. Menuliskan konsentrasi reagen pada label;
8. Menuliskan jumlah kandungan isi reagen pada label;
9. Melakukan stok opname reagen disetiap akhir bulan.
10. Menempelkan label berupa kertas warna merah, kuning, hijau, biru,
ungu sesuai dengan urutan warna yang sudah dibuat untuk
pelabelan Expired Date reagen;
11. Memastikan label terpasang benar dan tidak mudah lepas

BAB VII
ALUR PELAYANAN LABORATORIUM PUSKESMAS MAUK

Alur pelayanan laboratorium Puskesmas mauk

LOKET

SEMUA RUANG PELAYANAN


PEMERIKSAAN

LABORATORIUM

KASIR
Keterangan Gambar :
1. Pasien datang mendaftarkan diri di loket pendaftaran Puskesmas;
2. Pasien menuju ruang pemeriksaan dokter untuk diperiksa, dan bila
diperlukan diberi formulir permintaan pemeriksaan laboratorium;
3. Menyerahkan formulir permintaan pemeriksaan Laboratorium kepada
petugas laboratorium;
4. Menyerahkan hasil pemeriksaan laboratorium kepada pasien langsung
dengan catatan hasil normal, jika hasil kritis diserahkan langsung oleh
petugas laboratorium ke Dokter atau petugas yang mengajukan
pemeriksaan laboratorium;
5. Pasien melakukan pembayaran pemeriksaan laboratorium yang sudah
terinci sesuai Perda.

BAB VIII
JENIS-JENIS PEMERIKSAAN LABORATORIUM PUSKESMAS MAUK

Jenis – jenis pemeriksaan pelayanan laboratorium Puskesmas mauk

NO SPESIMEN JENIS PEMERIKSAAN


1. Darah Hematologi :
 Darah Lengkap
 Darah Rutin
 Hb
 Golongan Darah
Kimia Darah :
 Gula Darah
 Asam Urat
 Kolesterol Total
 Trigliserida
 HDL
 LDL
 SGOT
 SGPT
 Ureum
 Creatinin
Imunologi dan serologi
 HIV
 Syphilis
 Hbs Ag
 Widal
 Rapid Antibodi Sars Cov-2 2019
 Rapid Antigen Sars Cov-2 2019
2. Urine  Urine Rutin
 Protein Urine
 HCG Test
3. Dahak  BTA ( Bakteri Tahan Asam )
BAB IX
PERMINTAAN PEMERIKSAAN, PENERIMAAN SPESIMEN, PENGAMBILAN
DAN PENYIMPANAN SPESIMEN

A. PERMINTAAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM


Suatu prosedur pelayanan laboratorium mulai dari permintaan
spesimen, pengambilan, penerimaan spesimen sampai penyimpanan
spesimen agar penatalaksanaan keseluruhan pemeriksaan di laboratorium
sesuai standar prosedur.
1. Menerima rujukan dari ruang pelayanan umum, ruang pelayanan
lansia, ruang pelayanan gigi, ruang pelayanan Ibu, PONED, ruang
pelayanan anak, ruang pelayanan Gizi, ruang pelayanan TB Paru,
UGD, Rawat Inap;
2. Mempersilahkan pasien menunggu antrian;
3. Mencatat permintaan pemeriksaan laboratorium di buku register
Laboratorium;
4. Mempersiapkan peralatan pemeriksaan laboratorium sesuai kebutuhan
pasien.
B. PENERIMAAN SPESIMEN
Prosedur yang dilakukan petugas laboratorium dalam penerimaan
spesimen agar tidak terjadi kesalahan antara spesimen yang akan diperiksa
dengan identitas pasien.
1. Menerima spesimen harus memeriksa dan mencocokan data pasien
antara spesimen yang diterima dengan formulir permintaan
pemeriksaan dan mencatat di buku register laboratorium;
2. Memperhatikan kondisi spesimen yang diterimanya. Jika spesimen yang
diterima tidak sesuai dengan data dan tidak memenuhi persyaratan
hendaknya ditolak.
C. PENGAMBILAN SPESIMEN
Sebelum dilakukan pengambilan spesimen Melakukan pencegahan
terhadap kejadian yang tidak diharapkan dengan melakukan
pengendalian mutu pra analitik, analitik, dan pasca analitik.
1. Untuk melakukan pengambilan spesimen petugas harus menjelaskan
dan memberitahu kepada pasien tentang spesimen yang akan diambil
dan diperiksa;
2. Menggunakan APD;
3. Menyiapkan inform consent untuk ditandatangani pasien. Apabila setuju
untuk dilakukan pemeriksaan pasien menandatangani inform consent
dan Mempersilahkan pasien memasuki ruang sampling;
4. Mengidentifikasi pasien dengan menanyakan nama, umur, alamat
pasien sesuai dengan formulir rujukan laboratorium;
5. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk
pemeriksaan sesuai pemeriksaan yang diperlukan;
6. Melakukan pengambilan spesimen sesuai dengan pemeriksaan yang
akan dilakukan.
D. PENYIMPANAN SPESIMEN
Penyimpanan spesimen dilakukan jika pemeriksaan ditunda atau
spesimen akan dikirim ke laboratorium lain, penyimpanan spesimen di
dalam lemari es dengan suhu 2-8⁰C.

1. Membuat spesimen yang akan disimpan;


2. Memberi label pada spesimen yang akan disimpan sesuai identitas
pasien di formulir permintaan pemeriksaan laboratorium;
3. Meletakkan spesimen pada tempat/rak penyimpanan spesimen dan
memasukkan ke refrigerator sesuai suhu yang dibutuhkan spesimen.

BAB X
PROSEDUR PEMERIKSAAN LABORATORIUM PUSKESMAS MAUK

Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur


pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari penderita,
dapat berupa urine (air kencing), darah, sputum (dahak) dan sebagainya
untuk menunjang diagnosis, pemeriksaan lanjutan ( follow up) dan
peramalan prognosis suatu penyakit.
Pemeriksaan Laboratorium :
1. Pasien mengambil nomor antrian;
2. Memanggil pasien sesuai no. urut antrian;
3. Pasien menyerahakan no antrian dan form rujukan laboratorium dari
Ruang pelayanan umum dan lansia, ruang pelayanan anak, ruang
pelayanan gigi, ruang pelayanan KIA, ruang pelayanan TB paru;
4. Mempersilahkan pasien duduk;
5. Menjelaskan dan memberi tahu kepada pasien tentang sampel yang akan
diambil dan diperiksa lalu menyiapkan inform consent untuk ditanda
tangani jika setuju;
6. Menggunakan APD lalu mempersiapkan alat dan bahan sesuai
permintaan yang diminta;
7. Mengidentifikasi ulang dengan menanyakan nama, umur, alamat sesuai
dengan formulir rujukan laboratorium lalu mencatat dibuku register;
8. Mengambil sampel, melakukan pemeriksaan sesuai dengan permintaan,
menulis hasil diblangko hasil/print hasil dan dibuku register
laboratorium;
9. Sebelum menyerahkan hasil laboratorium, Mengidentifikasi pasien
untuk menyesuaikan identitas (nama, umur, alamat) dari hasil
pemeriksaan laboratoriumnya. Untuk hasil laboratorium normal
langsung diserahkan kepada pasien dan untuk hasil pemeriksaan
laboratorium kritis Mengantarkan langsung hasil pemeriksaan
laboratorium ke dokter yang merujuk.

BAB XI
PEMANTAUAN PELAKSANAAN PROSEDUR PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pemantauan pelaksanaan prosedur pemeriksaan laboratorium adalah


kegiatan memonitor petugas dalam melaksanakan pemeriksaan
laboratorium berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan agar pasien
terjamin keamanan keselamatannya dan pemeriksaan laboratorium sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan antara lain :
1. Tim Audit Klinis melakukan Pemantauan pelaksanaan prosedur
pemeriksaan laboratorium setiap bulan sekali;
2. Tim Audit klinis membuat daftar tilik Pemantauan pelaksanaan prosedur
pemeriksaan laboratorium;
3. Tim Audit Klinis melaksanakan kegiatan Pemantauan pelaksanaan
prosedur pemeriksaan laboratorium sesuai dengan rencana pelaksanaan
dan prosedur pemeriksaan laboratorium yang akan diamati;
4. Tim Audit Klinis mengisi daftar tilik berdasarkan hasil pengamatan;
5. Tim Audit Klinis menyimpulkan hasil Pemantauan pelaksanaan prosedur
pemeriksaan laboratorium;
6. Tim Audit Klinis mendokumentasikan hasil pemantauan;
7. Tim Audit Klinis mengaudit untuk mengetahui hasil, hasil pemeriksaan
harus ada kesesuaian;
8. Hasil audit klinis dilaporkan ke Tim Mutu UKP dan Tim keselamatan
Pasien Puskesmas.

BAB XII
PENILAIAN KETEPATAN WAKTU PENYERAHAN HASIL

Ketepatan waktu penyerahan hasil adalah suatu kegiatan


membandingkan pelaksanaan penyerahan hasil pemeriksaan dengan
standard yang telah ditentukan berdasarkan ketepatan waktu penyerahan
agar hasil pemeriksaan dapat segera ditindak lanjuti sehingga pasien
mendapatkan penanganan sedini mungkin.
Koordinator ruang pelayanan laboratorium melakukan :
1. Penilaian ketepatan waktu penyerahan hasil setiap hari;
2. Membuat buku bantu/register penilaian ketepatan waktu penyerahan
hasil setiap pemeriksaan laboratorium;
3. Melaksanakan kegiatan penilaian ketepatan waktu penyerahan hasil
sesuai dengan rencana pelaksanaan;
4. Koordinator ruang mengisi buku bantu berdasarkan hasil pengamatan
5. Koordinator ruang menyimpulkan hasil penilaian ketepatan waktu
penyerahan hasil;
6. Hasil penilaian ketepatan waktu;
7. Tim Audit Klinis mengaudit untuk mengetahui hasil penilaian ketepatan
waktu, hasil pemeriksaan harus ada kesesuaian;
8. Hasil audit klinis dilaporkan ke tim mutu puskesmas.

BAB XIII
RENTANG NILAI YANG MENJADI RUJUKAN
HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM

HEMATOLOGI NILAI NORMAL


P : 13 – 15 gr/dl
Hemoglobin
W : 12 – 14 gr/dl
Leukosit 5.000-100.000 U/I
Trombosit 150.000-400.000 U/I

Hematokrit P : 40-48 vol%


W : 37-43 vol%

Eritrosit P : 4.5-5.5 jt/ul


W : 4-5 jt/ul

LED P : 0-10 mm/jam


W : 0-20 mm/jam
Hitung Jenis
Basofil 0-1 %
Eosinofil 1-3 %
Batang 2-6 %
Segmen 50-70 %
Limfosit 20-40 %
Monosit 2-8 % %
Golongan darah
KIMIA DARAH NILAI NORMAL
Gula Darah Sewaktu <180 mg/dl
Gula Darah Puasa 70-110 mg/dl
Asam Urat P : 3.7-7.6 mg/dl
W : 2.5-6.0 mg/dl
Kolesterol Total 150-200 mg/dl
Trigliserida 50-150 mg/dl
HDL P : 35-55 mg/dl
W : 45-65 mg/dl
LDL 40-155 mg/dl
SGOT 0-30 U/l
SGPT 0-45 U/l
Ureum 10-50 mg/dl
Creatinin 0.5-1.5 mg/dl

SEROLOGI NILAI NORMAL


HbsAg Negatif
Syphilis Negatif
HIV Non Reaktif
Rapid Antibody Sars Cov-2 2019
Rapid Antigen Sars Cov-2 2019

URINE NILAI NORMAL


Protein Negatif
Glukosa Negatif
HCG Test

MIKROBIOLOGI NILAI NORMAL


BTA Negatif

BAB XIV
RENTANG NILAI KRITIS PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Nilai kritis Pemeriksaan Hematologi

Batas
No Pemeriksaan satuan Batas Atas
Bawah
1 Hemoglobin Dewasa g/dl 5 20
Hemoglobin
2 g/dl 5 25
Bayibarulahir
3 Hematokrit % 20 60
4 Eritrosit /µl 2.000.000 10.000.000
5 Leukosit/WBC /µl 1.000 50.000
6 Trombosit/Platelet /µl 20.000 800.000
7 LED mm/jam - 100

Nilai kritis Pemeriksaan Kimia

Batas Batas
No Pemeriksaan Satuan Sampel
Bawah Atas
1 Glukosa dewasa Mg / dl 30 500 Serum / sampel
2 Glukosa newborn Mg/dl 30 325 Serum /sampel
3 Glukosa anak Mg/dl 46 445 Serum /sampel
4 Asam Urat Mg /dl 1 17 Serum /sampel
5 Kolesterol Mg/dl 50 400 Serum /sampel

BAB XV
EVALUASI TERHADAP RENTANG NILAI

Suatu kegiatan dalam rangka mendapatkan hasil akurat melalui


peningkatan mutu pemeriksaan laboratorium dengan melakukan evaluasi
rentang nilai agar hasil yang didapatkan lebih akurat dan diketahui apakah
rentang nilai masih dapat digunakan atau harus diperbaharui kembali oleh
petugas laboratorium :
1. Mendapatkan alat atau reagen baru;
2. Memahami prinsip kerja alat baru dan reagen baru tersebut;
3. Memahami prosedur kerja alat baru dan reagen baru tersebut;
4. Mempelajari adanya perbedaan rentang nilai antara alat dan reagen baru
tersebut dengan reagen yang lama;
5. Melaporkan kepada Penanggung jawab ruang lab adanya perbedaan
rentang nilai rujukan pada alat dan prosedur baru tersebut;
6. Koordinator ruang laboratorium melaporkan kepada kepala puskesmas
adanya perbedaan rentang nilai rujukan tersebut melalui Penanggung
Jawab UKP;
7. Kepala puskesmas memberikan disposisi kepada Tim mutu untuk
melakukan evaluasi;
8. Tim mutu melakukan evaluasi;
9. Tim mutu melaporkan kepada kepala puskesmas hasil evaluasi tersebut;
10. Kepala puskesmas merubah rentang nilai lama menjadi rentang nilai
baru dengan membuatkan surat keputusan.

BAB XVI
WAKTU PENYERAHAN HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM

1. Waktu penyerahan hasil pemeriksaan pelayanan laboratorium


Puskesmas mauk
 Rapid Test HIV 30 menit
 Rapid Tes Syphilis 20 menit
 Test HbsAg 20 menit
 Darah Rutin 15 menit
 Pemeriksaan Bumil ( hb, prot urine, goldar, 60 menit
pitc, HbsAg )
 GDS/GDP 10 menit
 Kolesterol 30 menit
 Trigliserida 30 menit
 HDL 30 menit
 LDL 30 menit
 Asam Urat 60 menit
 Ureum 30 menit
 Creatinin 30 menit
 SGOT 30 menit
 SGPT 30 menit
 Urine Rutin 20 menit
 Protein Urine 5 menit
 HCG Test 5 menit
 Rapid Antibody Sars Cov-2 2019 20 menit
 Rapid Antigen Sars Cov-2 2019 20 menit
2. Waktu penyerahan hasil laboratorium cito
Penyerahan hasil laboratorium cito (sesuai permintaan dokter)

BAB XVII
PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM YANG KRITIS

Pelaporan hasil laboratorium yang menggambarkan kondisi patofisiologi


pasien yang nilainya diluar batas normal yang telah disepakati bersama,
baik di bawah atau di atas nilai normal, dimana pasien memerlukan
intervensi tindakan medis segera karena dapat membahayakan
keselamatan pasien untuk keselamatan pasien dan agar dokter yang
merawat segera melakukan intervensi tindakan medis segera. Pelaporan
hasil laboratorium kritis :
1. Mendapatkan hasil laboratorium yang kritis dilaporkan petugas kepada
dokter pengirim;

2. Dokter menjelaskan hasil laboratorium kritis kepada pasien;


3. Dokter melakukan penanganan segera untuk mengatasi hasil lab yang
kritis;
4. Dokter mencatat hasil laboratorium kritis di rekam medis.

BAB XVIII
MONITORING PEMERIKSAAN HASIL LABORATORIUM YANG KRITIS

Untuk memonitoring apakah pemeriksaan Laboratorium kritis di


Puskesmas mauk dan dilaporkan sesuai prosedur dilaksanakan sebagai
pedoman monitoring terhadap pelaporan hasil pemeriksaan laboratorium
yang kritis di Puskesmas mauk dengan prosedur dimana tim mutu klinis
melakukan :
1. Pemantauan isi buku pelaporan hasil lab yang kritis kepada petugas lab;
2. Monitorig hasil pemantauan harian pelaporan hasil pemeriksaan
laboratorium yang kritis;
3. Pencatatan hasil monitoring dalam laporan hasil evaluasi laporan
pemeriksaan lab yang kritis;
4. Tim mutu klinis menganalisa hasil monitoring;
5. Tim mutu klinis melakukan crosscheck kepada petugas lab dan peminta
pemeriksaan terhadap hasil lab kritis yang dilaporkan segera;
6. Menyampaikan hasil temuan;
7. Menanyakan permasalahan yang ada sehubungan dengan hasil temuan;
8. Menganalisa penyebab masalah;
9. Menentukan tindak lanjut;
10. Merekondisikan kepada petugas lab segera melaporkan hasil
pemeriksaan lab yang kritis kepada peminta pemeriksaan;
11. Mendokumentasikan hasil rapat untuk menentukan tindak lanjut dari
masalah.

BAB XIX
PEMANTAUAN WAKTU PENYAMPAIAN HASIL PEMERIKSAAN
LABORATORIUM PASIEN URGENT ATAU GAWAT DARURAT

Pemantauan waktu penyampaian hasil laboratorium terhadap pasien


urgent dan gawat darurat adalah kegiatan untuk memonitor ketepatan
waktu petugas laboratorium dalam menyampaikan hasil laboratorium dalam
menyampaikan hasil laboratorium pasien urgent atau gawat darurat dan
merupakan sebagai pedoman dalam melakukan pemantauan waktu
penyampaian hasil laboratorium terhadap pasien urgent dan gawat darurat
agar bisa cepat dilakukan penanganan lebih lanjut. Perencanaan
pemantauan waktu penyampaian hasil pemeriksaan laboratorium untuk
pasien gawat darurat dilakukan dengan cara :

1. Tim peningkatan mutu dan tim manajemen resiko dan keselamatan


pasien Puskesmas mauk melakukan perencanaan pemantauan waktu
penyampaian hasil pemeriksaan laboratorium untuk pasien gawat
darurat;
2. Tim peningkatan mutu dan keselamatan pasien Puskesmas mauk
membuat instrumen penilaian pemantauan waktu penyampaian hasil
pemeriksaan laboratorium untuk pasien gawat darurat;
3. Tim peningkatan mutu dan tim manajemen resiko dan keselamatan
pasien Puskesmas maukmerencanakan jadwal pemantauan waktu
penyampaian hasil pemeriksaan laboratorium untuk pasien gawat
darurat setiap 1 bulan sekali;
4. Tim peningkatan mutu dan tim manajemen resiko dan keselamatan
pasien Puskesmas mauk melaksanakan kegiatan pemantauan waktu
penyampaian hasil pemeriksaan laboratorium untuk pasien gawat
darurat;
5. Tim peningkatan mutu dan tim manajemen resiko dan keselamatan
pasien Puskesmas mauk mengisi instrumen penilaian pemantauan
waktu penyampaian hasil pemeriksaan laboratorium untuk pasien gawat
darurat;
6. Tim peningkatan mutu dan tim manajemen resiko dan keselamatan
pasien Puskesmas mauk menyimpulkan hasil pemantauan waktu
penyampaian hasil pemeriksaan laboratorium untuk pasien gawat
darurat;
7. Tim peningkatan mutu dan tim manajemen resiko dan keselamatan
pasien Puskesmas mauk mendokumentasikan hasil pemantauan waktu
penyampaian hasil pemeriksaan laboratorium untuk pasien gawat
darurat;
8. Tim peningkatan mutu dan tim manajemen resiko dan keselamatan
pasien Puskesmas mauk melaporkan hasil pemantauan waktu
penyampaian hasil pemeriksaan laboratorium untuk pasien gawat
darurat kepada ketua tim manajemen mutu Puskesmas mauk yang
selanjutnya melaporkan hasil penilaian kepada Kepala Puskesmas;
9. Kepala puskesmas membahas hasil pemantauan waktu penyampaian
hasil pemantauan waktu penyampaian hasil pemeriksaan laboratorium
untuk pasien gawat darurat pada saat lokakarya bulanan Puskesmas;
10. Kepala Puskesmas dan staff bersama – sama mencari solusi dari
masalah yang ditemukan pada saat hasil pemantauan waktu
penyampaian hasil pemeriksaan laboratorium untuk pasien gawat
darurat.

BAB XX
MUTU LABORATORIUM

1. PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu (quality assurance) laboratorium adalah
keseluruhan proses atau semua tindakan yang dilakukan untuk
menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan. Kegiatan ini
berupa Pengendalian Mutu Internal (PMI), Pengendalian Mutu Eksternal
(PME) dan Peningkatan Mutu.
1.1. PENGENDALIAN MUTU INTERNAL ( PMI/ Internal Quality Control )
Pengendalian Mutu Internal (PMI) adalah kegiatan pencegahan
dan pengawasan yang dilaksanakan oleh setiap laboratorium
secara terus menerus agar tidak terjadi atau mengurangi
kejadian kesalahan atau penyimpangan sehingga diperoleh
hasil pemeriksaan yang tepat. Pengendalian Mutu Internal (PMI)
meliputi tahapan sebagai berikut :
a. Tahap Pra Analitik;
b. Tahap Analitik;
c. Tahap Pasca Analitik;
d. Manfaat;
e. Pemantapan dan penyempurnaan metode pemeriksaan dengan
mempertimbangkan aspek analitik dan klinis;
f. Mempertinggi kesiagaan tenaga, sehingga pengeluaran hasil
yang salah tidak terjadi dan perbaikan penyimpanan dapat
dilakukan segera.
Pengendalian mutu internal (PMI) dilakukan dengan cara :
a. mempersiapkan buku laporan PMI;
b. Melakukan QC dengan serum control;
c. melakukan Pra-analitik, Analitik dan Pasca-analitik dengan benar;
d. melakukan pemeliharaan dan kalibrasi alat secara rutin sesuai SOP;
e. Melakukan uji kualitas reagen;
f. Mencatat semua kegiatan PMI pada buku laporan PMI.

1.2 PENGENDALIAN MUTU EKSTERNAL ( PME / External Quality


Assesment / proficiency test )
Pengendalian Mutu Eksternal ( PME ) Adalah kegiatan Pengendalian
mutu yang diselenggarakan secara periodik untuk pihak lain diluar
laboratorium yang bersangkutan untuk memantau dan menilai
penampilan suatu laboratorium dibidang pemeriksaan tertentu.
Penyelenggaraan PME dilaksanakan oleh pihak pemerintah, swasta
atau international & diikuti oleh semua laboratorium baik
pemerintah maupun swasta dan di kaitkan dengan akreditasi
laboratorium kesehatan serta perizinan laboratorium kesehatan
swasta.
Beberapa kegiatan PME yang ada di laboratorium Puskesmas mauk
antara lain :
a. PME bidang Hematologi yang diselenggarakan oleh BBLK
setahun sekali.
b. PME bidang Kimia Klinik yang diselenggarakan oleh BBLK
setahun sekali.
c. PME bidang Urinalisa yang diselenggarakan oleh BBLK setahun
sekali
d. PME bidang Serologi ( HbsAg, HIV, Syphilis ) setahun sekali
e. Croscheck BTA di Labkesda tiga bulan sekali
Pengendalian mutu eksternal dilakukan dengan cara:
a. Menerima spesimen kontrol dari Kemenkes, BBLK. Mencatat tanggal
penerimaan spesimen;
b. Menulis tanggal pelaksanaan pemeriksaan spesimen;
c. Mencatat kondisi spesimen saat menerima;
d. Melakukan pemeriksaan spesimen sesuai ketentuan Pengendalian
Mutu Eksternal;
e. Melaporkan hasil pemeriksaan PME kepada penanggung jawab
laboratorium;
f. Menuliskan hasil pemeriksaan dalam formulir hasil PNPME yang
telah disediakan dan ditandatangani oleh kepala puskesmas;
g. Mengirim hasil pemeriksaan PME;
h. Mendapat hasil balik dari laboratorium penyelenggara;
i. Mendapatkan bukti berupa sertifikat.

BAB XXI
PENINGKATAN MUTU KLINIS DAN KESELAMATAN PASIEN PELAYANAN
LABORATORIUM DENGAN PROSEDUR PDCA
Dalam peningkatan mutu dan keselamatan pasien di ruang
pelayanan dilakukan melalui prosedur PDCA yang berkesinambungan
antara lain
1. Tim mutu mensosialisasikan ke ruang laboratorium tentang
Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan Pasien;
2. Membuat PDCA berdasarkan hasil kinerja atau keadaan di
Laboratorium;
3. Mensosialisasikan hasil PDCA ke seluruh staff pada saat lokbul
(lokakarya bulanan);
4. Melaksanakan perbaikan mutu dan keselamatan pasien;
5. Tim mutu mengevaluasi dan memonitor pelaksanaan dan perbaikan;
6. Tim mutu menindaklanjuti hasil evaluasi dan monitoring.

BAB XXII
PELAYANAN LABORATORIUM BERESIKO TINGGI

Jenis pelayanan pemeriksaan laboratorium beresiko tinggi antara lain :


a. BTA
b. HIV/AIDS
A. Prosedur kerja
Setiap kegiatan yang dilakukan di Laboratorium Puskesmas dapat
menimbulkan bahaya/resiko terhadap petugas yang berada di dalam
laboratorium maupun lingkungan sekitarnya. Untuk mengurangi/
mencegah bahaya yang terjadi, setiap petugas laboratorium harus
melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kegiatan
tersebut merupakan upaya kesehatan dan keselamatan kerja
laboratorium.
1. Menyiapkan Alat Pelindung Diri;
2. Memakai jas laboratorium;
3. Memakai masker;
4. Memakai sarung tangan;
5. Melakukan desinfektan meja kerja menggunakan alkohol sebelum dan
sesudah kerja (melakukan pemeriksaan);
6. Meletakkan sampel pemeriksaan pada tempat yang telah disiapkan;
7. Melakukan pemeriksaan sesuai dengan jenis pemeriksaannya;
8. Limbah dibuang sesuai dengan jenis limbahnya;
9. Memperlakukan semua sampel sebagai bahan infeksius;
10. Melepaskan sarung tangan, kemudian cuci tangan dengan sabun yang
mengandung anti septik sesuai SOP cuci tangan;
11. Melepaskan masker dan membuangnya pada wadah limbah medis;
12. Melepaskan jas laboratorium dan meletakkannya pada tempatnya;
13. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan laboratorium yang beresiko
tinggi di buku register laboratorium.
Untuk mencegah hal tersebut petugas wajib memakai alat pelindung
diri (jas laboratorium, masker, faceshield, sarung tangan, alas kaki
tertutup) yang sesuai selama bekerja. Jas laboratorium yang bersih
dipakai terus menerus selama bekerja dalam laboratorium dan dilepaskan
serta ditinggalkan di laboratorium.
Mencuci tangan secara higienis dan menyeluruh sebelum dan setelah
selesai melakukan aktifitas laboratorium dan harus melepaskan jas
laboratorium sebelum meninggalkan ruang laboratorium.

B. Pengelolaan spesimen
1. Setiap spesimen diperlakukan sebagai bahan infeksius;
2. Setiap Mengetahui dan melaksanakan cara penerimaan, pengambilan,
pengiriman, pengolahan, dan penyimpanan spesimen dengan benar;
3. Semua spesimen darah dan cairan tubuh disimpan pada wadah yang
memiliki konstruksi yang baik, dengan karet pengaman untuk
mencegah kebocoran ketika dipindahkan;
4. Setiap orang yang memproses spesimen darah dan cairan tubuh
(contoh: membuka tutup tabung vakum) menggunakan sarung
tangan dan masker);
5. Setelah memproses spesimen-spesimen tersebut cuci tangan dan
mengganti sarung tangan;
6. Jarum yang telah digunakan harus diperlakukan sebagai limbah
infeksius dan dikelola sesuai ketentuan yang berlaku;
7. Permukaan meja laboratorium dan alat laboratorium harus
didekontaminasi dengan desinfektan setelah selesai melakukan
kegiatan laboratorium.

C. Pengelolaan limbah
I. Limbah padat medis
1. menggunakan sarung tangan dan sepatu pada saat menangani
dan membawa limbah medis;
2. Membuat label khusus pada bahan kimia berbahaya dan mudah
terbakar;
3. Memberi plastik limbah berlabel biohazard pada wadah limbah
medis;
4. Menggunakan wadah limbah medis yang dilengkapi dengan
tutupnya;
5. Menempatkan wadah limbah padat pada tempat yang sesuai, jauh
dari jangkauan anak-anak dan pasien serta tidak dekat dengan
ruang makan atau ruang tunggu;
6. Cleaning servis mengosongkan wadah setiap hari atau sampai ¾
bagiaannya sudah penuh walau belum 1 hari dan tidak memungut
limbah medis tanpa menggunakan sarung tangan;
7. Mencuci wadah limbah medis dengan larutan desinfektan dan
dibilas dengan air minimal sekali setiap hari atau bila kelihatan
kotoran/kontaminan setelah dipakai;
8. Melepas sarung tangan dan mencuci tangan setelah melakukan
penanganan limbah;
Limbah medis yang disimpan selama 90 hari di TPS limbah medis
diambil oleh pihak ke tiga yang sudah ber MOU dengan Puskesmas
Mauk.
II. Cair
Sebelum darah dibuang Melakukan desinfeksi dengan menggunakan
larutan hipoklorit 0,1 %, tabung darah direndam dalam larutan
hipoklorit selama 24 jam lalu dibuang ke dalam aliran IPAL.

III. Pengelolaan Limbah Non Medis


1. Limbah padat non medis
Limbah padat non medis seperti kertas dll yang tidak terkontaminasi
dengan darah ataupun cairan tubuh lainnya dimasukkan oleh
petugas dalam kantong plastik yang berwarna hitam. Kantong plastik
berwarna hitam dibawa oleh cleaning servis ketempat pengelolaan
limbah.
2. Limbah cair non medis
Membuang limbah cair non medis ketempat cuci khusus yang
berhubungan dengan septic tank.

BAB XXIII
KEWAJIBAN MENGGUNAKAN APD

Untuk menghindari terjadinya penularan penyakit dari pasien ke


petugas, dari spesimen pasien ke petugas dilakukan proteksi diri petugas
laboratorium dengan kewajiban Menggunakan alat pelindung.
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) :
1. Mencuci tangan dengan sabun sebelum melakukan pemeriksaan
laboratorium;
2. Memakai jas laboratorium;
3. Memakai sarung tangan;
4. Memakai face shield;
5. Menggunakan masker saat pemeriksaan;
6. Menggunakan alas kaki/sepatu tertutup;
7. Melakukan pemeriksaan sesuai dengan SOP yang telah dibuat;
8. Mencuci tangan dengan sabun sesuai SOP cuci tangan setelah selesai
melakukan pemeriksaan laboratorium;
9. Melepaskan Alat Pelindung Diri.

BAB XXIV
PEMANTAUAN TERHADAP PENGGUNAAN APD

Sebagai pedoman pemantauan terhadap penggunaan alat pelindung


diri di Puskesmas mauk, pemantauan terhadap penggunaan alat pelindung
diri harus mengikuti yang tertuang dalam prosedur sebagai berikut :
1. Koordinator ruang melakukan pemantauan terhadap penggunaan alat
pelindung diri setiap hari;
2. Koordinator ruang membuat cek list pemantauan terhadap penggunaan
alat pelindung diri;
3. Koordinator ruang melaksanakan kegiatan pemantauan terhadap
penggunaan alat pelindung diri sesuai dengan rencana pelaksanaan;
4. Koordinator mengisi cek list berdasarkan hasil pengamatan;
5. Koordinator menyimpulkan hasil pemantauan terhadap penggunaan alat
pelindung diri;
6. Koordinator mendokumentasikan hasil pemantauan terhadap
penggunaan alat pelindung diri;
7. Tim audit klinis melakukan pemantauan tiap bulan terhadap
penggunaan APD dan mencocokan hasil pemantauan Koordinator ruang
dari hasil pemantauan tim audit;
8. Hasil pemantauan tim audit dilaporkan ke tim mutu UKP dan
keselamatan pasien.

BAB XXV
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu kegiatan untuk


mencegah kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan yang dapat
merugikan petugas dan pasien atau kerugian terhadap proses di lingkungan
kerja dan pencegahan bahaya atau resiko terhadap petugas yang berada di
dalam lab maupun lingkungan sekitarnya merupakan upaya kesehatan
dan keselamatan kerja laboratorium dengan :
1. Mengecek ruangan laboratorium dan peralatan didalamnya sebelum
pelayanan;
2. Selalu memastikan suhu ruangan laboratorium sesuai standar;
3. Menempatkan reagen – reagen di tempat yang telah disediakan;
4. Membersihkan meja dengan alkohol 70% sebelum melakukan
Pemeriksaan;
5. Mencuci tangan sesuai SOP cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan pemeriksaan laboratorium;
6. menggunakan alat pelindung diri sebelum melakukan tindakan;
7. membaca petunjuk penggunaan (KIT Insert) peralatan dan reagen –
reagen sebelum menggunakannya;
8. Tidak boleh mencicipi dan menghirup bahan kimia;
9. Mencuci tabung reaksi sesudah digunakan;
10. Membereskan peralatan dan reagen setelah digunakan;
11. Membuang alat dan bahan habis pakai setelah digunakan ke dalam
sampah medis yang telah disediakan;
12. Membersihkan meja setelah melakukan pemeriksaaan dengan larutan
klorin 0,5 % dan dengan alkohol 70 %;
13. Tidak boleh makan dan minum di dalam ruang laboratorium;
14. Tidak boleh merokok di dalam ruang laboratorium.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan :


1. Di Tempat Kerja dan Lingkungan Kerja;
2. Desain Tempat Kerja Yang Menunjang K3;
3. Ruang kerja dirancang khusus untuk memudahkan proses kerja di
laboratorium;
4. Tempat kerja disesuaikan dengan posisi atau cara kerja;
5. Pencahayaan cukup dan nyaman;
6. Ventilasi cukup dan sesuai;
7. Prosedur kerja tersedia di setiap ruangan dan mudah dijangkau
jika diperlukan;
8. Dipasang tanda peringatan untuk daerah berbahaya;
9. Sanitasi Lingkungan;
10. Semua ruangan bersih, kering dan higienis;
11. Tersedia tempat sampah yang sebelah dalamnya dilapisi dengan
kantong plastik dan diberi tanda khusus;
12. Tata ruang laboratorium baik sehingga tidak dapat dimasuki/ menjadi
sarang serangga atau binatang pengerat;
13. Tersedia tempat cuci tangan dengan air yang mengalir dan dibersihkan
secara teratur;
14. Dilarang makan dan minum dalam laboratorium;
15. Proses Kerja, Bahan dan Peralatan Kerja;
16. Tersedia fasilitas laboratorium untuk kesehatan dan keselamatan kerja,
seperti tempat cuci tangan dengan air yang mengalir dan alat pemadam
kebakaran;
17. Memakai alat pelindung diri (jas laboratorium, masker, face shield,
sarung tangan, alas kaki tertutup) yang sesuai selama bekerja;
18. Jas laboratorium yang bersih dipakai terus menerus selama bekerja
dalam laboratorium dan harus dilepaskan serta ditinggalkan di
laboratorium (hati-hati dengan jas laboratorium yang berpotensi
infeksi);
19. Tempat kerja selalu dalam keadaan bersih. Kaca pecah, jarum atau
benda tajam dan barang sisa laboratorium harus ditempatkan di
bak/peti dalam laboratorium dan diberi keterangan;
20. Sarung tangan bekas pakai ditempatkan dalam bak/ peti kuning
(menjadi limbah medis/ infeksius) yang diberi tanda khusus;
21. Semua tumpahan segera dibersihkan;
22. Dilarang menggunakan mulut pada waktu memipet, gunakan
karet penghisap;
23. Peralatan yang rusak atau pecah harus dilaporkan kepada
penanggung jawab Laboratorium;
24. Tas/kantong/tempat sampah harus ditempatkan di tempat yang
ditentukan;
25. Jarum yang telah digunakan diperlakukan sebagai limbah infeksius
dan dikelola sesuai ketentuan yang berlaku;
26. Permukaan meja laboratorium dan alat laboratorium didekontaminasi
dengan desinfektan setelah selesai melakukan kegiatan
laboratorium;
27. Pengelolaan bahan kimia yang benar;
28. Semua Mengetahui cara pengelolaan bahan kimia yang benar (antara
lain penggolongan bahan kimia, bahan kimia yang tidak boleh
tercampur, efek toksik dan persyaratan penyimpanannya). Setiap
petugas harus mengenal bahaya bahan kimia dan mempunyai
pengetahuan serta keterampilan untuk menangani kecelakaan;
29. Semua bahan kimia yang ada diberi label/etiket dan tanda peringatan
yang sesuai.

BAB XXVI
PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

Proses Pelayanan Laboratorium di Puskesmas mauk menghasilkan


limbah B3. Tujuan pengelolaan limbah B3 untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja laboratorium yang disebabkan oleh bahan berbahaya dan
beracun antara lain reagensia kadaluarsa, bahan kimia yang mudah terbakar,
bahan kimia korosif, bahan kimia yang bersifat asam.

Kecelakaan kerja yang sering terjadi di laboratorium disebabkan oleh


bahan berbahaya dan beracun dan untuk mencegah timbulnya bahaya yang
lebih luas, wajib disediakan informasi mengenai cara penanganan yang
benar mengenai pengelolaan bahan berbahaya dan beracun di laboratorium
untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja laboratorium yang disebabkan
oleh bahan berbahaya dan beracun.
Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun :
1. Menyediakan bahan kimia di ruang laboratorium dalam jumlah
secukupnya;
2. Membuat kartu stok penggunaan bahan berbahaya dan beracun;
3. Membuat label khusus pada bahan kimia berbahaya dan mudah
terbakar;
4. Tidak menyimpan bahan berbahaya sesuai abjad namun berdasarkan
klasifikasinya;
5. Menyediakan alat pelindung diri seperti masker, sarung tangan dll dalam
ruang penyimpanan;
6. Menjauhkan bahan berbahaya dan beracun dari sinar matahari
langsung;
7. Menjauhkan bahan kimia yang berbahaya dan beracun dari sumber
api/panas.

BAB XXVII
PENGELOLAAN LIMBAH HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Limbah dapat dihasilkan dari sebuah layanan kesehatan, umum nya


banyak mengandung bakteri, virus, senyawa kimia dan obat-obatan yang
dapat membahayakan bagi kesehatan masyarakat sekitar layanan
kesehatan, limbah dari laboratorium paling perlu diwaspadai untuk :
a. Melindungi petugas yang menangani limbah dari luka yang tidak sengaja;
b. Mencegah penyebaran infeksi kepada petugas kesehatan yang menangani
limbah;
c. Mencegah penyebaran infeksi kepada masyarakat sekitar;
d. Melenyapkan bahan-bahan berbahaya.
A. JENIS LIMBAH
Limbah medis

B. SUMBER LIMBAH
1. Limbah medis;
2. Padat;
3. Sisa spesimen (sputum);
4. Cair;
5. Reagensia kadaluarsa;
6. Produk sisa proses laboratorium tentang prosedur penanganan limbah
klinik;
7. Sisa spesimen (darah, urine dan cairan tubuh).
Pengelolaan Limbah Medis :
I.I. Padat
1. Menggunakan sarung tangan dan sepatu pada saat menangani dan
membawa limbah medis;
2. Membuat label khusus pada bahan kimia berbahaya dan mudah
terbakar;
3. Memberi plastik limbah berlabel biohazard pada wadah limbah medis;
4. Menggunakan wadah limbah medis yang dilengkapi dengan tutupnya;
5. Menempatkan wadah limbah padat pada tempat yang sesuai, jauh
dari jangkauan anak-anak dan pasien serta tidak dekat dengan ruang
makan atau ruang tunggu;
6. Cleaning servis mengosongkan wadah setiap hari atau sampai ¾
bagiaan nya sudah penuh walau belum 1 hari dan tidak memungut
limbah medis tanpa menggunakan sarung tangan;
7. Mencuci wadah limbah medis dengan larutan desiinfektan dan dibilas
dengan air minimal sekali setiap hari atau bila kelihatan
kotoran/kontaminan setelah dipakai;
8. Melepas sarung tangan dan mencuci tangan setelah melakukan
penanganan limbah.
I.2. Cair
Sebelum darah dibuang Melakukan desinfeksi dengan menggunakan
larutan hipoklorit 0,1 %, tabung darah direndam dalam larutan
hipoklorit selama 24 jam lalu dibuang kedalam aliran limbah cair ke
IPAL.

BAB XXVIII
KALIBRASI DAN VALIDASI INSTRUMEN

Kalibrasi dan validasi adalah kegiatan yang diselenggarakan secara


berkala oleh petugas laboratorium yang bekerja sama dengan petugas
kalibrasi dari sebuah lembaga/perusahaan yang mempunyai kompetensi
dan pernah dilatih untuk mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium
yang bermutu Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium yang
terpercaya guna menjamin alat bekerja sesuai yang diperlukan untuk mutu
hasil pengujian.
Kalibrasi dan validasi instrument dilakukan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi jenis peralatan Laboratorium yang akan di kalibrasi;
2. Membuat surat permintaan untuk kalibrasi sesuai dengan jadwal
kalibrasi kepada bagian logistik;
3. Logistik mengirim surat permintaan harga kepada Lembaga kalibrasi;
4. Logistik menerima harga dari Lembaga kalibrasi;
5. Logistik membuat surat persetujuan dan meminta penjadwalan kepada
Lembaga kalibrasi;
6. Logistik menerima penjadwalan kalibrasi dari Lembaga kalibrasi;
7. Logistik menginformasikan waktu kalibrasi kepada petugas
laboratorium;
8. Logistik menerima sertifikat kalibrasi setelah dilakukan kalibrasi oleh
Lembaga kalibrasi;
9. Meng-copy sertifikat kalibrasi dan mendokumentasikan.
BAB XXIX
PERBAIKAN ALAT PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Suatu tindakan pemeliharaan yang dilakukan apabila ditemukan


kelainan – kelainan baik hasil maupun proses pemeriksaan dalam
penggunaan peralatan laboratorium untuk menanggulangi kegagalan
peralatan dan menjamin alat yang bekerja sesuai yang diperlukan untuk
mutu hasil pengujian dengan langkah sebagai berikut :
PERBAIKAN ALAT LABORATORIUM
1. Mendapatkan alat dengan hasil yang menyimpang ketika dilakukan
kalibrasi/validasi;
2. Menginventaris alat-alat yang menyimpang tersebut (rusak);
3. Memisahkan alat yang rusak untuk segera dilakukan perbaikan;
4. Membuat laporan mengenai alat dan barang yang rusak;
5. Memberikan laporan alat yang rusak kepada pengelola barang;
6. Membuat surat pengajuan perbaikan alat untuk alat-alat yang rusak;
7. Kepala Puskesmas menyetujui rencana perbaikan alat;
8. Meminta kepada pengelola barang untuk dilakukan perbaikan;
9. Menginformasikan kepada koordinator layanan klinis bahwa alat masih
dalam perbaikan;
10. Menerima alat yang sudah diperbaiki dari pengelola barang;
11. Mengajukan alat yang sudah diperbaiki kepada Kepala Puskesmas
untuk dilakukan kalibrasi ulang.

BAB XXX
RUJUKAN LABORATORIUM

Rujukan laboratorium adalah pelimpahan suatu tanggungjawab atas


permintaan laboratorium ke pelayanan laboratorium lain yang lebih
memadai. melimpahkan suatu pemeriksaan ke pelayanan laboratorium yang
lebih memadai antara lain :
Menerima blanko rujukan pemeriksaan laboratorium:
1. Memberitahukan kepada pasien bahwa pemeriksaan yang diminta tidak
dapat dikerjakan karena pemeriksaan laboratorium tidak tersedia di
puskesmas mauk;
2. Meminta persetujuan pasien apakah mau dibuatkan rujukan
laboratorium atau tidak;
3. Membuatkan surat rujukan laboratorium ke instansi laboratorium yang
sudah ber PKS dengan laboratorium puskesmas mauk apabila pasien
bersedia dirujuk;
4. Jika pasien setuju di rujuk Menyerahkan surat rujukan kepada pasien
untuk ditanda tangani;
5. Mendokumentasikan ke rekam medis.
BAB XXXI
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO LABORATORIUM

Penerapan mengenai tata cara penanganan resiko kerja dengan


melakukan identifikasi risiko, analisis, dan tindak lanjut risiko yang bisa
terjadi di laboratorium untuk menjamin keamanan kerja di laboratorium
dan mengetahui cara mengatasi bahaya kerja di laboratorium Manajemen
Resiko Laboratorium dilakukan sebagai berikut :

1. Menggunakan alat suntik sekali pakai;


2. Mematikan sentrifuge dan tidak dibuka selama 5 menit, jika diduga ada
tabung yang pecah saat sentrifugasi;
3. Menggunakan handscoon (sarung tangan yang tebal / double) untuk
mengambil forsep / pecahan untuk mencegah penularan spesimen yang
infeksius;
4. Menggunakan pipet otomatis dan tidak menggunakan pemipetan mulut
karena dapat menyebabkan tertelannya organisme pathogen;
5. Menggunakan alat masker guna melindungi terhirupnya partikel
mikroorganisme pathogen;
6. Menggunakan jas laboratorium yang telah terstandar;
7. Menggunakan sterilisator pada alat laboratorium berbahan kaca untuk
menghindari kontaminasi mikroorganisme yang pathogen;
8. Melakukan desinfektan sebelum dan sesudah pemeriksaan
laboratorium.

BAB XXXII
ORIENTASI PROSEDUR DAN PRAKTIK KESELAMATAN/KEAMANAN KERJA

Orientasi prosedur dan praktik keselamatan / keamanan kerja adalah


upaya pelatihan dan pengembangan awal bagi petugas laboratorium supaya
petugas laboratorium dapat mengerti dan melaksanakan upaya pencegahan
terhadap bahaya yang mungkin terjadi serta mengetahui cara mengatasi
apabila terjadi kecelakaan di laboratorium, sehingga dapat mengurangi dan
mencegah terjadinya bahaya dilaboratorium. yang perlu diperhatikan dalam
orientasi prosedur dan praktik keselamatan / keamanan kerja antara lain
sebagai berikut :
1. Kepala puskesmas membentuk Tim Mutu UKP dan Tim Mutu
keselamatan pasien di laboratorium;
2. Tim mutu UKP dan keselamatan pasien laboratorium membuat rencana
orientasi prosedur/praktek keselamatan kerja;
3. Tim mutu UKP dan keselamatan pasien melaporkan kepada kepala
puskesmas pelaksanaan pelatihan mutu dan keselamatan pasien
laboratorium;
4. Tim mutu UKP dan keselamatan pasien laboratorim memberikan
orientasi prosedur keselamatan kepada petugas laboratorium;
5. Tim mutu UKP dan keselamatan pasien laboratorim memberikan
orientasi praktek keselamatan kerja kepada petugas laboratorium;
6. Tim mutu UKP dan keselamatan pasien laboratorium membuat laporan
bukti pelaksanaan orientasi;
7. Tim mutu UKP dan keselamatan pasien laboratorium melaporkan
kepada kepala puskesmas hasil pelaksanaan orientasi pelatihan
prosedur dan praktek keselamatan kerja;
8. Tim mutu UKP dan keselamatan pasien laboratorium memantau
pelaksanaan kaselamatan dan kesehatan kerja di laboratorium;
9. Tim mutu UKP dan keselamatan pasien melakukan evaluasi secara
berkala pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di laboratorium
secara berkala melalui daftar tilik;
10.Tim mutu UKP dan keselamatan pasien menyusun jadwal kegiatan
orientasi secara berkala.

BAB XXXIII
PELATIHAN DAN PENDIDIKAN

Suatu kegiatan Pelatihan dan Pendidikan untuk prosedur baru, bahan


berbahaya, peralatan baru, dan adanya bukti pelaksanaan Pendidikan dan
pelatihan yang bertujuan menginformasikan kepada petugas laboratorium
bagaimana penggunaan prosedur baru, bahan berbahaya atau peralatan
baru :
1. Kepala TU melaporkan kepada Kepala puskesmas bahwa akan ada
pelatihan dan Pendidikan untuk prosedur, bahan yang berbahaya
ataupun alat yang baru bagi petugas laboratorium;
2. Kepala puskesmas mengintruksikan kepada petugas laboratorium
untuk mengikuti pelatihan dan pendidikan untuk prosedur yang baru,
bahan berbahaya atau alat yang baru;
3. Melaporkan kepada kepala puskesmas bahwa pelatihan dan pendidikan
untuk prosedur yang baru, bahan berbahaya dan alat yang baru telah
dilaksanakan;
4. Membuat laporan hasil pelatihan pendidikan untuk prosedur yang
baru, bahan berbahaya dan alat yang baru;
5. Menyampaikan hasil pelatihan dan pendidikan melalui rapat lokakarya
bulanan puskesmas;
6. Membuat SOP penggunaan prosedur yang baru, bahan berbahaya atau
alat yang baru;
7. Menerapkan pelatihan pendidikan untuk prosedur yang baru, bahan
berbahaya dan alat yang baru melalui kegiatan pelayanan di
laboratorium;
8. Berusaha meningkatkan kinerja pelayanan laboratorium di puskesmas
sesuai SOP;
9. Koordinator layanan klinis melakukan evaluasi pelaksanaan
penggunaan prosedur yang baru, bahan berbahaya atau alat yang baru
menggunakan daftar tilik;
10. Koordinator layanan klinis melaporkan kepada kepala puskesmas bahwa
telah dilakukan evaluasi.

BAB XXXIV
PENCATATAN DAN PELAPORAN

A. PENCATATAN DAN PELAPORAN PROGRAM KESELAMATAN DAN


KEAMANAN LABORATORIUM
Suatu kegiatan pelaporan kegiatan pelaksanaan program keselamatan
dan kesehatan kerja di laboratorium kepada pengelola program
keselamatan kerja :
1. Membuat format pencatatan laporan hasil pelaksanaan kegiatan
keselamatan dan kesehatan kerja di laboratorium;
2. Melakukan pencatatan tanda terima bahan berbahaya dan beracun di
laboratorium;
3. Melakukan pencatatan pengelolaan limbah medis;
4. Melakukan pencatatan pembuangan limbah medis dan limbah
berbahaya;
5. Mencatat secara rinci setiap kecelakaan kerja yang terjadi di
laboratorium;

6. Mendokumentasikan hasil pelaksanaan kegiatan K3 kepada Tim mutu


UKP dan kesalamatan pasien di puskesmas;
7. Melaporkan kegiatan pelaksanaan K3 di puskesmas secara rutin
(bulanan);
8. Melaporkan secara khusus pelaksanaan program keselamatan kepada
tim K3 di puskesmas apabila terjadi kecelakaan kerja di laboratorium;
9. Mencatat hasil verifikasi Tim mutu UKP dan keselamatan pasien pada
saat pelaporan pelaksaan K3 di laboratorium;
10. Menyimpan semua berkas dokumen yang telah diverifikasi oleh
pengelola K3.

B. PELAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN DI LABORATORIUM


Pencatatan selain untuk pemantauan data juga untuk evaluasi.
Pencatatan dan pelaporan hasil lab normal, kritis dan cito dilakukan
pada :
1. Buku Register Pendaftaran;
2. Buku Permintaan Pemeriksaan dan Hasil Pemeriksaan;
3. Buku Rujukan;
4. Formulir hasil laboratorium;
5. Rekam medis pasien.
Pelaporannya disampaikan secara berkala ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota berupa laporan bulanan yang merupakan hasil
rekapitulasi pencatatan harian. Laporan triwulan, semester, dan
tahunan sesuai ketentuan yang berlaku. Pelaporan hasil laboratorium
untuk penyakit tertentu menggunakan formulir baku yang sudah
ditentukan oleh program

BAB XXXV
PENUTUP

Surat keputusan kepala Puskesmas tentang Peraturan Menteri


Kesehatan tentang Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan
Masyarakat ini digunakan sebagai acuan dalam perencanaan , upaya
pengembangan , dan peningkatan pelayanan serta mutu pelayanan
laboratorium di Puskesmas. Kriteria penyelenggaraan Laboratorium
Puskesmas yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan ini dapat
dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.

KEPALA PUSKESMAS MAUK


dr. Taufit Wirawan

Anda mungkin juga menyukai