BIMBINGAN TEKNIS

STRATEGI PEMILIHAN ALAT

PENGENDALI EMISI
OLEH
Dr.-Ing. Ir. Anton Irawan, MT, IPM, Asean Eng
(Disampaikan pada Bimbingan Teknis, 01 November 2022)
1
 CURRICULUM VITAE
Nama : Anton Irawan
Tempat/Tanggal lahir : Sawahlunto, 1 Oktober 1975
Status : Menikah (3 anak)
Pekerjaan : Dosen Teknik Kimia-Untirta
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Kompleks Griya Serdang Indah
Blok C2 No 8 Desa Harjatani,
Kramatwatu, Serang-Banten
Telephone : 081394081165
E-mail : anton11975@yahoo.com
antonirawan@untirta.ac.id
2
 OUTLINES
• LATAR BELAKANG PERLUNYA EMISI
DIKENDALIKAN
• PENAPISAN MANDIRI DALAM PENYUSUNAN
PERTEKS
• NERACA MASSA DALAM PEMBAKARAN
• PEMILIHAN ALAT PENGENDALI EMISI
• REKOMENDASI
3
POLUSI UDARA DI JAKARTA

JAKARTA POST, 24 JUNI 2022

4
 PERBANDINGAN PARTIKULAT
UKURAN PM 2.5 DAN PM 10 TERHADAP UKURAN RAMBUT

5
 JENIS PENYAKIT AKIBAT POLUSI UDARA

ISPA

6
DAMPAK EMISI GAS SO2 TERHADAP
LINGKUNGAN DAN MANUSIA

7
KENAPA EMISI HARUS
DIKENDALIKAN

8
PERMEN KLHK NO 5 TAHUN 2021
BAGIAN EMISI PADA BAB III

BAGIAN
BAGIAN
PERSETUJUAN
UMUM
TEKNIS

BAGIAN SURAT
KELAYAKAN
OPERASIONAL
9
10
BAGAN ALIR PENAPISAN MANDIRI

11
 WILAYAH PERLINDUNGAN DAN
PENGELOLAAN MUTU UDARA (WPPMU)
•KELAS 1 UNTUK WILAYAH PELESTARIAN DAN
PERCADANGAN UDARA BERSIH
•KELAS 2 UNTUK WILAYAH KAWASAN
PEMUKIMAN, KOMERSIAL, PERTANIAN,
PERKEBUNAN
•KELAS 3 UNTUK WILAYAH PERINDUSTRIAN

12
 KLASIFIKASI BAKU LAPANGAN USAHA
INDONESIA (KBLI) DENGAN EMISI TINGGI
KLASIFIKASI USAHA KODE KBLI DESKRIPSI
05100 PERTAMBANGAN BATUBARA
06100 PERTAMBANGAN MINYAK BUMI
07101 PERTAMBANGAN PASIR BESI
07101 PERTAMBANGAN BIJIH BESI
07210 PERTAMBANGAN RADIOAKTIF
07291, 07292 PERTAMBANGAN BIJIH TIMAH DAN TIMAH HITAM
PERTAMBANGAN
07293 – 07296, 07299 PERTAMBANGAN BIJIH BAUKSIT, NIKEL,TEMBAGA DAN
DAN PENGGALIAN MANGAN SERTA LAINNYA
07301, 07309 PERTAMBANGAN EMAS DAN PERAK SERTA LOGAM MULIA
LAINNYA
08101-08103 PERTAMBANGAN BATU HIAS, BATU BANGUNAN, BATU
KAPUR/GAMPING, KERIKIL (SIRTU)
08104-08109 PERTAMBANGAN PASIR, TANAH DAN TANAH LIAT, GIPS, TRAS,
BATU APUNG, BATU, PASIR DAN TANAH LIAT LAINNYA
13
 KLASIFIKASI BAKU LAPANGAN USAHA
INDONESIA (KBLI) DENGAN EMISI TINGGI
KLASIFIKASI USAHA KODE KBLI DESKRIPSI
08911 – 08915, 08919 PERTAMBANGAN BELERANG, FOSFAT, NITRAT, YODIUM
PERTAMBANGAN POTASH, BAHAN PUPUK LAINNYA
DAN PENGGALIAN 08991-08995,08999 PERTAMBANGAN BATU MULIA, FELDSPAR DAN KALSIT, ASPAL
ALAM, ASBES, KUARSA/PASIR KUARSA, BATUAN LAINNYA
10422 -10423, 10434- INDUSTRI PENGOLAHAN MINYAK MENTAH KELAPA, MINYAK
10436 GORENG KELAPA, INDUSTRI PEMURNIAN MINYAK MENTAH
KELAPA SAWIT DAN MINYAK MENTAH INTI SAWIT, INDUSTRI
PEMISAHAN/FAKSIONASI MINYAK MURNI KELAPA SAWIT,
INDUSTRI PEMISAHAN/FRAKSIONAL MINYAK MURNI INTI
INDUSTRI KELAPA SAWIT
PENGOLAHAN 17011, 19100, 19211, INDUSTRI BUBUR KERTAS (PULP), PRODUK DARI BATUBARA,
19211, 19212, 19214 BAHAN BAKAR DARI PEMURNIAN DAN PENGILANGAN
MINYAK BUMI, PEMBUATAN MINYAK PELUMAS,
PENGOLAHAN MINYAK PELUMAS BEKAS MENJADI BAHAN
BAKAR,
14
Lampiran X Permen KLHK 05 tahun 2021
 BAKU MUTU EMISI (BME) SPESIFIK
Permen KLHK No
KEPUTUSAN MENTERI LH NOMOR 13 TAHUN 1995
PERATURAN MENTERI LH NOMOR 07 TAHUN 2007
PERATURAN MENTERI LH NOMOR 17 TAHUN 2008
PERATURAN MENTERI LH NOMOR 18 TAHUN 2008
PERATURAN MENTERI LH NOMOR 13 TAHUN 2009
PERATURAN MENTERI LH NOMOR 07 TAHUN 2012
PERATURAN MENTERI LH NOMOR 4 TAHUN 2014
PERATURAN MENTERI LHK NOMOR P.70 TAHUN 2016
PERATURAN MENTERI LHK NOMOR P.19 TAHUN 2017
PERATURAN MENTERI LHK NOMOR P.15 TAHUN 2019
PERATURAN MENTERI LHK NOMOR P.17 TAHUN 2019
PERATURAN MENTERI LHK NOMOR 11 TAHUN 2021
PERATURAN MENTERI LHK NOMOR 12 TAHUN 2021
Tentang
BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK
BAKU MUTU EMISI KETEL UAP (BOILER)
BAKU MUTU EMISI INDUSTRI KERAMIK
BAKU MUTU EMISI INDUSTRI CARBON BLACK
BAKU MUTU EMISI INDUSTRI MINYAK DAN GAS BUMI
BAKU MUTU EMISI INDUTRI RAYON
BAKU MUTU EMISI INDUSTRI PERTAMBANGAN
BAKU MUTU EMISI PENGOLAHAN SAMPAH SECARA TERMAL
BAKU MUTU EMISI INDUSTRI SEMEN
BAKU MUTU EMISI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA TERMAL
PERATURAN MENTERI LHK NOMOR P.17 TAHUN 2019 TENTANG
BAKU MUTU EMISI INDUSTRI PUPUK DAN INDUSTRI AMON...
BAKU MUTU EMISI MESIN DENGAN PEMBAKARAN DALAM
BAKU MUTU EMISI DAUR ULANG BATERAI LITHIUM
15
 MUATAN KAJIAN TEKNIS PEMBUANGAN EMISI
DESKRIPSI KEGIATAN
• Identifikasi Sumber Emisi
• Neraca Massa
• Proses Produksi
• Konsumsi Energi
PRAKIRAAN DAMPAK
• Perhitungan Beban Emisi
• Perhitungan Simulasi Dispersi
• Besaran Dampak Pembuangan Emisi
RONA AWAL LINGKUNGAN DESAIN SARANA
• WPPMU PRASARANA SISTEM
• Informasi Data dan Meteorologi PENGENDALI EMISI
• Informasi Rona Awal Kawasan • Alat Pengendali Emisi
Terdampak • Usulan Nilai Mutu
• Perhitungan Efisiensi Alat
• Rencana Pengelolaan Emisi
INTERNALISASI BIAYA
RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN
LINGKUNGAN
• Biaya Pencegahan Pencemaran Udara
• Rencana Pemantauan Emisi • Biaya Pengembangan Teknologi Terbaik
• Rencana Pemantauan Kualitasi Udara Rendah Emisi
Ambien • Biaya Penggunaan Bahan Bakar Bersih
• Biaya Pengembangan SDM
• Biaya Pemantauan Emisi dan Kualitas
Udara Ambien
• Biaya kegiatan lain
16
 MUATAN STANDAR TEKNIS PEMBUANGAN EMISI
DESKRIPSI KEGIATAN RUJUKAN BAKU MUTU DESAIN SARANA
• Jenis Kegiatan EMISI PRASARANA SISTEM
• Penggunaan Bahan Baku, Bahan • Acuan Baku Mutu Emisi Berdasarkan PENGENDALI EMISI
Penolong, Pengunaan Bahan Bakar Peraturan Menteri • Teknologi Pengendalian Emisi
• Proses Kegiatan (Pembakaran/Non • Acuan Baku Mutu Berdasarkan • Operasional Pengendalian Emisi
Pembakaran) Standar Teknis
• Neraca Massa

INTERNALISASI BIAYA
RENCANA LINGKUNGAN
PEMANTAUAN
Biaya Pencegahan Pencemaran Udara
• Jenis Pemantauan Biaya Pengembangan Teknologi Terbaik Rendah Emisi
• Frekuensi Pemantauan Biaya Penggunaan Bahan Bakar Bersih
• Laboratorium Pengujian Teregristrasi Biaya Pengembangan SDM
dan Terakreditasi Biaya Pemantauan Emisi dan Kualitas Udara Ambien
Biaya kegiatan lain

17
 NERACA MASSA PADA
PEMBAKARAN BAHAN BAKAR

18
 KOMPOSISI GAS ALAM
PARAMETER 28 Juli – 3 Agustus 4-10 Agustus 11-17 Agustus 18 – 24 Agustus
2022 2022 2022 2022
Nitrogen (N2) 7.26 6.33 6.85 6.12
Carbon dioxide (CO2) 6.04 5.62 5.70 5.59
Methane (C1) 82.36 83.41 82.94 83.80
Ethane (C2) 2.10 2.43 2.32 2.28
Propane (C3) 1.15 1.26 1.22 1.20
I-Butane (I-C4) 0.28 0.28 0.28 0.27
N-Butane (n-C4) 0.28 0.27 0.27 0.27
I-Pentane (i-C5) 0.13 0.11 0.12 0.12
N-Pentane (n-C5) 0.08 0.07 0.08 0.07
Hexane+ (C6+) 0.32 0.22 0.22 0.28
Pressure (psi) 183.3 121.1 120.6 120.2
Temperature (oF) 89.4 82.6 82.1 83.9
19
ANALISA ULTIMATE DIESEL OIL

20
ANALISA PROKSIMAT DAN ULTIMAT BATUBARA

21
 PEMBAKARAN BATU BARA
CO2, H2O, SO2, NO2
O2, N2, Abu (fly ash)
C,H,O,N,S, H2O, Abu

BATU BARA
GAS BUANG
TUNGKU
PEMBAKARAN
UDARA
O2, N2
ABU
(bottom Ash)

C(s) + O2(g) → CO2(g) N(s) + O2(g) → NO2(g)

2H(s) + 0.5O2(g) → H2O(v) 2O(s) → O2(g)
S(s) + O2(g) → SO2(g) H2O(l) → H2O(v)
22
 NERACA MASSA PEMBAKARAN BATUBARA DI BOILER
UNTUK BEBAN PEMBANGKIT 100 MW
Kukus

Gas Buang
Batubara
69832 kg/jam

BOILER
Udara

Bottom
Ash Air Umpan Boiler

a. Berapakah Kebutuhan udara (Nm3/jam) dengan excess udara 20 % pada kondisi diatas
b. Bagaimana komposisi dari gas buang (%-mol) basis Kering

23
ANALISA ULTIMATE BATUBARA
(AS RECEIVED)
UNSUR % Berat
C 43,05
H 3,27
N 0,57
O 14,11
S 0,12
Air 35,08
Abu 3,8
HHV (kkal/kg) 4111
24
LAJU ALIR KOMPONEN BATUBARA (KG/JAM)
UNTUK LAJU ALIR BATUBARA 69832 KG/JAM
UNSUR Berat Molekul % Berat Laju Alir Massa Laju alir Mol
(kg/kmol) (kg/jam) (kmol/jam)
C 12 43,05 30063 2505,2
H 1 3,27 2284 2283,5
N 14 0,57 398 28,4
O 16 14,11 9853 615,8
S 32 0,12 84 2,6
Air 18 35,08 24497 1361,0
Abu - 3,8 2654 -
25
 KOMPOSISI GAS BUANG PEMBAKARAN
BATUBARA DI PEMBANGKIT 100 MW
SENYAWA Berat Molekul Laju alir Mol Laju Alir Massa %-mol PPM
(kg/kmol) (kmol/jam) (kg/jam) Basis kering (mg/Nm3)

C02 44 2505 110231 15,92 269854

H2O 18 2503 45049 - 110284
N02 46 28 1308 0,18 3202
SO2 64 2,6 168 0,02 410
O2 32 560 17915 3,56 43858
N2 28 12637 353826 80,32 866195
FLY ASH 1990 4872
TOTAL 18279 530486 100
26
 Pembangkit 100 MW dengan
Efisiensi Termal sebesar 30 % dan
Ekses Udara Pembakaran 20 % 365 Ton jam
HHV batubara = 4111 kkal/kg Kukus
530486 kg/jam
Gas Buang
Batubara
CO2 = 110231 kg/jam
69832 kg/jam H2O = 45049 kg/jam
O2 = 17915 kg/jam
N2 = 353826kg/jam

BOILER NO2
SO2
FA
=
=
1308 kg/jam
168 kg/jam
= 1990 kg/jam
461317 kg/jam

Udara

Abu
663 kg/jam
Air Umpan Boiler
365 Ton jam 27
 NERACA MASSA PEMBAKARAN BATUBARA DI BOILER
UNTUK BEBAN PEMBANGKIT 100 MW
Kukus
530486 kg/jam
Gas Buang (Basis Kering)
Batubara
69832 kg/jam
NO2 = 3202 mg/Nm3
SO2 = 410 mg/Nm3
BOILER Abu = 4872 mg/Nm3
461317 kg/jam
Udara

Abu
663 kg/jam
Air Umpan Boiler

28
 PARAMETER DAN BAKUMUTU EMISI
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA TERMAL

29
30
31
 PRAKIRAAN DAMPAK DARI PM 10 (24 JAM)
DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI DISPERSI APABILA
PEMBAKARAN BATUBARA DI PLTU TANPA ALAT PENGENDALI EMISI

32
 ALAT PENGENDALI EMISI

EMISI GAS
ALAT EMISI GAS
BUANG
KOTOR
PENGENDALI BUANG
BERSIH
PM =
NO2 =
4872 mg/Nm3
3202 mg/Nm3
EMISI PM < 50 mg/Nm3
NO2 < 200 mg/Nm3
SO2 = 410 mg/Nm3 SO2 < 200 mg/Nm3

4872−50
% Penghilangan PM = 𝑥 100% = 98.97%
4872

3202−200
% Penghilangan NO2 = 𝑥 100% = 93.75%
3202

410−200
% Penghilangan SO2 = 𝑥 100% = 51.21%
410
33
 PEMILIHAN
ALAT PENGENDALI EMISI

34
 DASAR DALAM PEMILIHAN
ALAT PENGENDALI EMISI
• Besaran dari Efisiensi yang bisa ditangani oleh alat pengendali emisi
• Batasan emisi yang diminta oleh pemerintah (BME)
• Investasi dari peratalatan tersebut
• Biaya operasional dan perawatan dari alat pengendali emisi
• Besaran energi yang diperlukan dalam pengoperasian alat pengendali
emisi
• Luas area yang diperlukan dalam meletakan alat pengendali emisi
• Bahan dari alat pengendali emisi yang sesuai dengan sifat emisi
• Reputasi dari pembuatan alat termasuk garansi
• Penanganan dari polutan yang direcovery 35
SKEMATIK SISTEM ALAT PENGENDALI EMISI DI
TEKNOLOGI PULVERIZED COAL COMBUSTION

36
KARAKTERISTIK PARTIKEL

37
CYCLONES

38
CYCLONES

Tingkat Efisiensi
1. Seluruh ukuran partikel → 70 – 90 %
2. Ukuran kurang dari 10 m → 30 -90 %
3. Ukuran kurang dari 2.5 m → 0 – 40 %

39
CYCLONES

40
FABRIC FILTER FILTERS

41
FABRIC FILTER FILTERS

42
ELECTROSTATIC PRECIPITATOR

43
ELECTROSTATIC PRECIPITATOR

44
45
46
 EMISI NOx
A). Senyawa NOx sebagai senyawa polutan dalam bentuk senyawa NO, NO2 dan N2 O

B). Terbentuknya senyawa NOx pada reaski pembakaran bahan bakar padat melalui mekanisme:
B.1. NOx termal terjadi pada temperatur di atas 1500 oC antara unsur atau senyawa N dari udara
dengan oksigen mengikuti reaksi Zeldovich seperti berikut:
- N2 + O  NO + N
- N + O2  NO + O
- N + OH  NO + O
B.2. NOx dari reaksi nitrogen dengan radikal hidrokarbon CH membebaskan radikal N melalui
mekanism prompt sebagai berikut:
- N2 + CH  CHN + N
- N + O2  NO + O
- CHN + O2  NO + CHO
B.3. NOx yang terjadi dari jalur senyawa nitrogen (N’s) yang dibebaskan oleh reaksi pirolisa bahan
bakar dalam bentuk senyawa cyanogen (HCN, CN), senyawa oxicyanogen (OCN, HNCO) dan
senyawa amonia (N, NH, NH2 dan NH3) yang dalam bentuk reaksi
- NH2 → NH → N → NO
B.4. N yang ada dalam arang akan teroksida langsung jadi NO
Mekanisma B.2 , B.3 dan B.4 digolongkan pada NOx dari bahan bakar yang tidak sensitif terhadap T

C). Reaksi balik dari reaksi pembentukan NO akan berlangsung sangat lambat dan bahkan berhenti
pada daerah-daerah dingin dalam sistem pembakaran sehingga NO akan teremisi melalui gas buang 47
 NOX CONTROL
• NOx control bertujuan agar NOx diubah ke senyawa
nitrogen yang tidak membahayakan (inert) seperti gas
nitrogen (N2)
• Teknologi Low NOx burner, Selective Catalytic Reaction
(SCR) and Reburning dapat dipergunakan untuk
pengurangan emisi NOx
48
BAHAN BAKAR PADAT BAHAN BAKAR CAIR

BAHAN BAKAR GAS

LOW NOX BURNER 49

SELECTIVE CATALYTIC REDUCTION

50
SCR TECHNOLOGY

51
SELECTIVE CATALYTIC REDUCTION

52
 EMISI GAS ASAM
A). Gas asam yang terjadi dalam pembakaran dalam bentuk senyawa SO2, SO3, HCl dan HF

B). Kadar gas asam yang dihasilkan adalah fungsi dari kandung S, Cl, dan F dalam bahan bakar

C). Mekanisme terbentuknya SO2 dan SO3 adalah

- S + O2 → SO + O
- SO + OH → SO2 + H
- SO2 + O + M → SO3 + M
SO3 yang terbentuk umumnya bereaksi mebentuk SO2 dimana secara keseluruhan kadar SO3
hanya 8 –10 % dari total sulfur oksida terbentuk

D). Gas HCl dam HF terbentuk dari reaksi hidrogen pada fasa gas dengan senya Cl dan F yang
berasal dari bahan bakar

F). Emisi gas asam dapat dikendalikan dengan menggunakan zat penangkap CaO atau CaCO3 dengan
reaksi
CaCO3 + panas → CaO + CO2
CaO + SO2 + O → CaSO4
SO2 + O + M → SO3 + M
CaO + SO3 → Ca SO3
CaO + 2HCl → CaCl2 + H2O
CaO + 2HF → CaF2 + H2O 53
TEKNOLOGI FLUE GAS
DESULFURIZATION

54
 LSFO = Limestone Forces Oxidation
MEL = Magnesium Enhanced Lime
LSD = Lime Spray Drying
Sumber: David Bahrin , 2015 CFB = Circulating Fluidized Bed 55
ADVANCED FLUE GAS DESULFURIZATION
(AFGD)
• Penghilangan SO2 dilakukan dengan mengkontakan gas SO2
dan cairan limestone di dalam kolom scrubber
• Sistem ini mempunyai 3 fungsi yaitu pendinginan mendadak
gas panas SO2, penyerapan gas SO2 dengan limestone dan
proses oksidasi untuk menjadi gypsum
• Unit AFGD mampu menghilangkan gas SO2 hingga 95 %

56
SOx Control

57
 SOx Control

Gypsum (CaSO4.2H2O) yang dihasilkan dapat

dimanfaatkan untuk komersial seperti atap dan
wallboard jadi teknologi AFGD berfungsi untuk
mengurangi kadar SO2 serta menghasilkan produk
yang komersial

58
59
SOx and NOx control (SNOX)

60
 REKOMENDASI
• Tahapan awal untuk pemilihan alat pengendali emisi adalah Identifikasi
yang jelas dari sumber-sumber emisi beserta parameter serta
besaran konsentrasi emisi tersebut
• Pembuatan Neraca Massa sangat diperlukan untuk mengetahui
perbandingan emisi gas buang dengan baku mutu emisi sehingga
keperluan alat pengendali emisi bisa tepat untuk tingkat efisiensinya
• Teknologi alat pengendali emisi sudah sangat mapan untuk berbagai
jenis emisi sehingga perlu dipilih teknologi yang sesuai dengan laju emisi
yang dihasilkan serta target sesuai BME
61
TERIMA KASIH

62