8.+Hieronymus+Rayi+Prasetya STIKES+Guna+Bangsa+Yogyakarta Prosiding+BAMS-Co+2022
8.+Hieronymus+Rayi+Prasetya STIKES+Guna+Bangsa+Yogyakarta Prosiding+BAMS-Co+2022
rayi.prasetya@gmail.com
+62 856-4359-6450
ABSTRACT
Internal Quality Control is a preventive and supervisory activity carried out by the laboratory continuously and is
useful in detecting so as to improve quality and guarantee inspection results. Platelet examination using a hematology
analyzer can provide fast and precise results, but platelets that are easy to stick or clump will form smaller fragments
so they are not counted as platelets. This study aims to determine the internal quality control of the analytic stage of
the hematology analyzer on the examination of the platelet count based on Westgard and Six Sigma analysis. This
research method is descriptive. The sample in this study is the data on the value of the platelet count for 16 days. The
data were analyzed using the Westgard and Six Sigma rules. Results Based on research on the Levey Jenning's chart
normal level obtained deviations of 13S (random error) and 12S (warning). At a high rate of deviation 13S (random
error). At normal and high levels, deviations of 22S (systematic error) and R4S (random error) were found. The sigma
scale of the control level shows a scale above 6 for the examination of platelets indicating the quality of the laboratory
word class.
INTISARI
Pemantapan Mutu Internal adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang dilaksanakan oleh laboratorium
secara terus menerus serta berguna dalam mendeteksi kesalahan sehingga dapat meningkatkan kualitas dan
menjamin hasil pemeriksaan. Pemeriksaan trombosit menggunakan alat hematology analyzer dapat memberikan
hasil secara cepat dan tepat namun trombosit yang mudah melekat atau menggumpal akan membentuk fragmen
yang lebih kecil sehingga tidak terhitung sebagai trombosit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pemantapan mutu internal tahap analitik alat hematology analyzer terhadap pemeriksaan jumlah trombosit
berdasarkan analisis westgard dan six sigma. Metode penelitian ini merupakan deskriptif. Sampel dalam penelitian
ini adalah data nilai kontrol pemeriksaan jumlah trombosit selama 16 hari. Data tersebut dianalisis menggunakan
aturan westgard dan six sigma. Berdasarkan hasil penelitian pada grafik levey jenning’s level normal diperoleh
penyimpangan 13S (kesalahan acak) dan 12S (peringatan). Pada level tinggi diperoleh penyimpangan 13S (kesalahan
acak). Pada level normal dan tinggi di temukan penyimpangan 22S (kesalahan sistematik) dan R4S (kesalahan acak).
Skala sigma kedua level kontrol menunjukan skala di atas 6 untuk pemeriksaan trombosit menunjukkan kualitas
laboratorium word class.
57
Prasetya, dkk. Prosiding BAMS-Co (2022), 57-61
ISBN: 978-602-73631-1-3
58
Prasetya, dkk. Prosiding BAMS-Co (2022), 57-61
ISBN: 978-602-73631-1-3
7.0
6.0
5.0
4.0
3.0
SD
2.0
1.0
0.0
-1.0
-2.0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Hari
Gambar 1 | Grafik levely Jennings pemeriksaan trombosit dengan level kontrol normal dan patologis
Nilai true value bahan kontrol didapatkan menunjukkan bahwa titik data tersebar pada
pada kit yaitu pada level normal 242 dan tinggi rentang nilai yang luas (Har dkk., 2013). Nilai
568. True value merupakan nilai sebenarnya dari Nilai SD dalam penelitian ini adalah 5,5 pada level
bahan kontrol sedangkan mean range adalah normal dan 10,4 pada level tinggi hasil tersebut
kisaran rata-rata dari nilai sebenarnya. Nilai menunjukan bahwa sebaran data menjauhi nilai
tersebut digunakan sebagai acuan ketika mean.
melakukan pengukuran dengan alat hematology Nilai koefisien variasi menggambarkan
analyzer untuk menentukan in control atau out of perbedaaan hasil yang diperoleh setiap kali kita
control melakukan pengulangan pemeriksaan pada
Nilai standar deviasi adalah pengukuran sampel yang sama (Siregar dkk., 2018). Semakin
variasi dalam serangkaian hasil pemeriksaan. SD kecil nilai KV (%) semakin teliti sistem/metode
menggambarkan distribusi data. SD yang kecil tersebut dan sebaliknya. Idealnya, nilai CV harus
menunjukkan bahwa titik data cenderung sangat kurang dari 5% (Siregar dkk., 2018). Data
dekat dengan mean, sedangkan SD yang besar koefisien variasi pada penelitian ini (tabel 1) pada
59
Prasetya, dkk. Prosiding BAMS-Co (2022), 57-61
ISBN: 978-602-73631-1-3
level normal 2,3 dan level tinggi 1,8 hasil tersebut oleh setiap parameter (Tabel 1). Jika CV dan bias
menunjukan tingkat ketelitian alat tinggi > 5%. rendah, sigma metric akan tinggi dan hanya
Ketelitian (presisi) dipengaruhi kesalahahan acak dibutuhkan prosedur QC minimal. Sebalikanya CV
yang tidak dapat dihindarkan Kesalahan acak dan bias besar, penampilan metode buruk dan
merupakan kesalahan dengan pola yang tidak membutuhkan lebih banyak prosedur QC
teratur diantaranya stabilitas instrumen yang (Westgard, 2019). Nilai sigma metric
kurang baik, variasi suhu, variasi reagen dan pemeriksaan trombosit adalah 10 untuk level
kalibrasi serta variasi teknik pada prosedur normal dan 13 untuk level tinggi dengan rata-rata
pemeriksaan (pipetasi, pencampuran dan waktu 11. Menurut aturan nilai ini tergolong dalam
inkubasi) (Permenkes RI No 43, 2013). kategori word class.
Bias (inaccuracy) adalah perbedaan antara Grafik levey Jennings menandakan adanya
hasil pengukuran alat dengan nilai bahan kontrol beberapa kesalahan dan peringatan. Deteksi
yang sudah diketahui (Har dkk., 2013). Semakin kesalahan dan peringatan tersebut dapat
kecil d (%), maka semakin tinggi akurasi digunakan dalam memperkirakan suatu
pemeriksaan yang dilakukan. Akurasi pemeriksaan dapat dilakukan atau tidak pada hari
(ketepatan) atau inakurasi (ketidaktepatan) tertentu. Terdapat beberapa hari yang berpotensi
dipakai untuk menilai adanya kesalahan acak atau mengalami kesalahan pemeriksaan terkait
sistematik atau keduanya (total) (Permenkes RI permasalahan sistematik dan malfungsi
No 43, 2013) Kesalahan sistematik disebabkan instrumen (Pratama dkk., 2021) pada kontrol
oleh berbagai faktor mempengaruhi hasil level tnormal dan tinggi ditemukan
pengukuran separti disebabkan oleh standar penyimpangan pada hari ke 1 yaitu R4S (adanya
kalibrasi atau instrumentasi yang tidak baik. Data kesalahan acak) pada hari tersebut. Pada Level
nilai bias adalah 1,0 untuk level normal dan 0,3 normal menunjukkan penyimpangan pada hari ke
untuk level tinggi. Standar nilai bias pada 2 dan 5 yaitu 12s (menandakan aturan
pemeriksaan trombosit adaalh 6,4% (Vis & peringatan). Pada level normal dan tinggi
Huisman, 2016) berdasarkan data tersebut nliai ditemukan penyimpangan pada hari 6 yaitu 22S
bias pada kedua level berada dalam batas (adanya kesalahan sistematik). Pada level normal
toleransi hal ini menunjukan bahwa alat bekerja dan ditemukan penyimpangan pada hari ke
dengan akurat 7,8,9,10,11 yaitu 13S (adanya kesalahan acak).
TE adalah JumLah kesalahan acak
(ketidaktepatan) dan kesalahan sistematis (bias KESIMPULAN
atau ketidakakuratan). Batas toleransi total error Analisis Sigma Metrik pada pemeriksaan
allowable parameter pemeriksaan trombosit trombosit menggunakan hematology analyzer di
menurut CLIA yaitu 25%. Berdasarkan (Tabel 1) salah satu laboratorium Puskesmas di Sleman,
nilai bias 1,0 untuk level normal dan 0,3 untuk DIY diperoleh hasil nilai sigma rata-rata 11 atau
level tinggi hasil ini tidak menunjukan nilai TE
dikatakan word class.
yang melebihi batas nilai total error allowable.
Nilai %TE berperan dalam menghitung nilai
sigma sehingga dapat menentukan keputusan
DAFTAR PUSTAKA
yang diambil berdasarkan metode metrik sigma Har, K., B, F., MB, N., & KP, F. (2013). ASVCP
(Har dkk., 2013). Guidelines Allowable Total Error. In
Nilai sigma menunjukkan Nilai sigma yang Biochemistry (Nomor March).
didapat berguna untuk menentukan prosedur
kontrol kualitas yang harus dijalankan. Sigma Menteri Kesehatan RI No 37. (2012). Peraturan
matric akan memberikan gambaran jumlah Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
prosedur quality control (QC) yang dibutuhkan 37 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan
Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat.
60
Prasetya, dkk. Prosiding BAMS-Co (2022), 57-61
ISBN: 978-602-73631-1-3
Menteri Kesehatan RI. Siregar, M. T., Wulan, W. S., Setiawan, D., &
Nuryati, A. (2018). Kementrian Kesehatan
Permenkes RI No 43. (2013). Peraturan Menteri Republik Indonesia. In Bahan Ajar Teknologi
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Labooratorium Medik (TLM).
Tahun 2013 Tentang Cara Penyelenggaraan
Laboratorium Klinik Yang Baik. Vis, J. Y., & Huisman, A. (2016). Verification and
quality control of routine hematology
Pratama, R. A., Yulianti, D. K., & Setiawan, D. analyzers. International Journal of
(2021). Aplikasi Metrik Sigma Dalam Laboratory Hematology, 38, 100–109.
Pemantapan Mutu Internal Ureum Disalah https://doi.org/10.1111/ijlh.12503.
Satu Laboratorium Rumah Sakit Kabupaten
Pangandaran. Journal of Indonesian Medical Westgard, J. (2019). CLIA Requirements for
Laboartory and Sciense, 2(2), 175–184. Analytical Quality. Westgard QC.
https://www.westgard.com/clia.htm.
61