Anda di halaman 1dari 14

SIM-RS

PERGERAKAN PELAYANAN KESEHATAN


DI RUMAH SAKIT

OLEH :
KELOMPOK 11

ERNA ERAWATI (202103061)


HUSNAWATI (202103065)
NURSYAMSI (202103086)
NURUL RESKI AULIA (202103088)
NURHIKMA KAMARUDDIN (202103085)

INSTITUT ILMU KESEHATAN PELAMONIA MAKASSAR


T.A 2022/2023
PERGERAKAN PELAYANAN KESEHATAN
DI RUMAH SAKIT

A.Pelayanan Kesehatan
Pelayanan Kesehatan ialah upaya yang di selenggarakan sendiri atau bersama-sama dalam suatu
organisasi guna memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit
serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat (Depkes RI,
2009)
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2018 disebutkan
bahwa Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat. Tugas rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan adalah memberikan pelayanan
kesehatan yang bermutu, dan bertanggung jawab terhadap masyarakat terutama di wilayah
cakupannya.
Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan, beberapa kewajiban Rumah Sakit sebagaimana yang
diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2018 yakni memberikan pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan
pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit, dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang
bermutu dengan melaksanakan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit
sebagai bagian dari tata kelola klinis yang baik (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2018).

Tingkat pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan
pada masyarakat. Melalui tingkat pelayanan kesehatan akan dapat diketahui kebutuhan dasar manusia
tentang kesehatan. Diantara pelayanan kesehatan dalam sistem pelayanan kesehatan adalah sebagai
berikut:

a. Health  promotion
Tingkat pelayanan kesehatan ini merupakan tingkat pertama dalam memberikan pelayanan
melalui peningkatan kesehatan. Pelaksanaan ini bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan
agar masyarakat atau sasarannya tidak terjadi gangguan kesehatan.

 b. Specific protection (Perlindungan khusus)


Perlindungan khusus ini dilakukan dalam melindungi masyarakat dari bahaya yang akan
menyebabkan penurunan status kesehatan, atau bentuk perlindungan terhadap penyakit-
penyakit tertentu, ancaman kesehatan, yang termasuk dalam tingkat pelayanan kesehatan ini
adalah pemberian imunisasi yang digunakan untuk perlindungan pada penyakit tertentu seperti
imunisasi BCG, DPT, Hepatirtis, campak, dan lain-lain.

c. Early diagnosis and promt treatment (diagnosis dini dan pengobatan segera)
Tingkat pelayanan kesehatan ini sudah masuk kedalam tingkat dimulainya atau ditimbulnya
gejala dari suatu penyakit. Tingkat pelayanan ini dilaksanakan dalam mencegah meluasnya
penyakit yang lebih lanjut serta dampak dari timbulnya penyakit shingga tidak terjadi
penyebaran. Bentuk tingkat pelayanan kesehatan ini dapat berupa kegiatan dalam rangka survey
pencarian kasus baik secara individu maupun masyarakat, survey penyaringan kasus serta
pencegahan terhadap meluasnya kasus.

d. Disability limitation (pembatasan cacat)


Pembatasan kecacatan ini dilakukan untuk mencegah agar pasien atau masyarakat tidak
mengalami dampak kecacatan akibat penyakit yang ditimbulkan. Tingkat ini dilaksanakan pada
kasus atau penyakit yang memiliki potensi kecacatan. Bentuk kegiatan yang dapat di lakukan
dapat berupa perawatam untuk menghentikan  penyakit, mencegah komplikasi lebih lanjut,
pemberian segala fasilitas untuk mengatasi kecacatan dan mencegah kematian.

e. Rehabilitation (rehabilitasi)
Tingkat pelayanan ini di laksanakan setelah pasien didiagnosis sembuh. Sering pada tahap
ini dijumpai pada fase pemulihan terhadap kecacatan sebagaimana program latihan-latihan yang
diberikan pada pasien., kemudian memberikan fasilitas agar pasien memiliki keyakinan kembali
atau gairah hidup kembali ke masyarakat dan masyarakat mau menerima dengan senang hati
karina kesadaran yang dimilikinya.

B.Mutu Kualitas Pelayanan Kesehatan


Kualitas pelayanan kesehatan adalah persepsi pelanggan mengenai superioritas jasa pelayanan
kesehatan yang merupakan akumulasi kepuasan bagi banyak pelanggan atau banyak pengalaman jasa.
Penyedia pelayanan jasa kesehatan yang berkualitas adalah penyedia jasa yang mampu secara terus
menerus menyediakan pengalaman jasa yang memuaskan selama periode waktu yang lama ( Menurut
Hart et al. 1990.
Kualitas pelayanan kesehatan merupakan suatu proses pemenuhan kebutuhan dan harapan
konsumen, baik internal maupun ekternal. Kualitas [ juga dapat dikaitkan sebagai suatu proses perbaikan
yang bertahap dan terus menerus. Pada umumnya kualitas pelayanan kesehatan berfokus pada konsep
bahwa pelayanan kesehatan memiliki tiga landasan utama yaitu kualitas, akses dan biaya. Kualitas dapat
dicapai jika layanan yang terjangkau dapat diberikan dengan cara yang pantas, efisien dan hemat biaya.
Layanan yang berkualitas adalah layanan yang berorientasi pada pelanggan (Customer-oriented),
tersedia (available), mudah didapat (accesible), memadai (acceptable), terjangkau (afforable), dan
mudah dikelola (controllable). Kualitas tercapai ketika kebutuhan dan harapan pelanggan terpenuhi
(Assaf, 2009).

Jadi yang dimaksud dengan kualitas pelayanan kesehatan adalah menunjuk pada tingkat
kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada pada diri setiap pasien/
pelanggan. Makin sempurna kepuasaan tersebut, makin baik pula kualitas pelayanan kesehatan
(Satrianegara, 2009).
C. SEJARAH PERKEMBANGAN SISTEM PELAYANAN KESEHATAN

Perkembangan pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia tidak terlepas dari sejarah


kehidupan bangsa. Setelah Indonesia merdeka pelayanan kesehatan masyarakat dikembangkan sejalan
dengan tanggung jawab Pemerintah “ Melindungi masyarakat Indonesia dari gangguan kesehatan.
Kesehatan adalah hak asasi manusia yang tercantum dalam UUD 1945, beberapa catatan penting
dibawah ini baik sebelum maupun sesudah Indonesia merdeka dapat dijadikan tonggak sejarah
perkembangan program kesehatan masyarakat Indonesia.
Tahun 1924 pengembangan program pendidikan kesehatan masyarakat mulai dirintis untuk
peningkatan sanitasi lingkungan di wilayah pedesaan.
Tahun 1952 pengembangan balai ibu dan anak mulai dirintis didirikannya Direktorat KIA
dilingkungan kemenkes RI
Tahun 1956 proyek UKS mulai diperkenalkan di wilayah Jakarta
Tahun 1959 program pemberantasan penyakit malaria dimulai dengan adanya bantuan WHO
Tahun 1960 UU pokok kesehatan dirumuskan
Tahun 1969 – 1971 rencana pembangunan lima tahunan (Repelita) Indonesia mulai dibahas Depkes
dengan menata kembali strategi pembangunan kesehatan jangka panjang melalui :
1. Rakernas 1 Dilangsungkan untuk merumuskan rencana pembangunan kesehatan jangka
panjang sebagai repelita awal 1
2. Konsep Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) mulai diperkenalkan

D. Pelayanan Kesehatan Di Indonesia Saat Ini

Pelayanan Kesehatan yang Masih Jauh Dari Layak

Dugaan malpraktek yang dilakukan petugas pelayanan kesehatan yang mengakibatkan pasien
mengalami kerugian mulai dari materi, cacat fisik bahkan sampai meninggal dunia memperlihatkan
masih rendahnya mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Patient safety (keselamatan pasien) belum menjadi budaya yang harus diperhatikan oleh rumah
sakit di Indonesia. Perubahan paradigma dalam lembaga pelayanan kesehatan yang saat ini beralih pada
patient centered care belum benar-benar dijalankan dengan baik.
Ahmad Ahid Mudayana,SKM.,MPH, dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat mengatakan, masih
ada rumah sakit yang berorientasi pada kepentingann manajemen yang pada akhirnya melupakan
keselamatan pasien di rumah sakit.
Menurutnya, UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan sudah dengan jelas menyatakan
bahwa rumah sakit saat ini harus mengutamakan keselamatan pasien di atas kepentingan yang lain.
Jadi, kata dia, sudah seharusnya rumah sakit berkewajiban menerapkan budaya keselamatan pasien.
Tidak ada lagi alasan bagi setiap rumah sakit untuk tidak menerapkan budaya keselamatan pasien
karena bukan hanya kerugian secara materi yang didapat tetapi juga ancaman terhadap hilangnya
nyawa pasien.
"Keluhan masyarakat soal dokter, yang paling banyak soal pemberian informasi yang tidak
lengkap, diagnosis penyakit yang kurang tepat, dan tidak sedikit juga yang mengadukan sikap dokter
yang tidak ramah. Bahkan ada juga dokter yang ngambek kepada pasien," katanya.
Apabila masih ada rumah sakit yang mengabaikan keselamatan pasien sudah seharusnya diberi
sanksi yang berat baik untuk rumah sakit maupun petugas pelayanan kesehatan. Beberapa kasus yang
terjadi di Indonesia, pihak rumah sakit bahkan petugas pelayanan kesehatan tidak mendapat sanksi
apapun sehingga menjadikan penegakan hukum kesehatan di Indonesia masih sangat lemah.
Sudah seharusnya apabila terjadi kelalaian bahkan kesengajaan dari pihak rumah sakit yang
mengakibatkan terancamnya keselamatan pasien maka tidak hanya sanksi internal tetapi juga sudah
masuk ke ranah pidana. Inilah yang sampai saat ini belum berjalan sehingga masyarakat yang dirugikan
karena lemahnya penegakan hukum yang pada akhirnya kasusnya menguap begitu saja.
Beberapa kendala yang Membuat Pelayanan Kesehatan di Indonesia Tak Maksimal :
1. Konektivitas, Kendala konektifitas menjadi penyebab utama sistem kesehatan digital (E-
Health) di Indonesia tidak berkembang, terutama di daerah-daerah terpencil yang
seharusnya butuh akses kesehatan yang sama dengan masyarakat kota.
2. Kejelasan Regulasi, Menurut sebuah survei dari Deloitte Indonesia, Bahar, dan Chapter,
sebesar 15,6 persen pengguna masih merasa tidak puas dengan adanya layanan kesehatan
digital. Ketidakpuasaan ini terjadi karena pengguna mengkhawatirkan keamanan data yang
diinput ke dalam layanan kesehatan digital tersebut. Pun belum adanya aturan tentang tata
cara pengantaran obat agar tidak terkontaminasi benda lain hingga sampai kepada pasien.
3. Bonus Demografi, Populasi Indonesia merupakan populasi ke-4 terbesar di dunia, yang
banyak didominasi oleh usia muda dan masyarakat ekonomi kelas menengah. Bonus
demografi ini menjadi kekuatan untuk Indonesia untuk bersaing di kancah global.
Sayangnya, bonus demografi ini tak dibarengi dengan pelayanan kesehatan yang baik. Anak
muda dan masyarakat yang dianggap mampu memajukan Indonesia justru jadi tak
terlindungi karena tidak ada pelayanan kesehatan yang baik.
4. Negara Kepulauan, Menjadi negara kepulauan, memang sangat berpengaruh besar
terhadap potensi ekspor Sumber Daya Alam (SDA) Indonesia. Indonesia terkenal dengan
beragam SDA dan keindahan alam yang mampu menarik wisatawan berkunjung. Di sisi lain,
distribusi pangan dan distribusi kesehatan banyak terkendala karena tidak bisa ditempuh
hanya dengan jalur darat.
5. Pelayanan Rendah, Luthfi menilai, tingkat pelayanan rumah sakit di Indonesia relatif rendah.
Ini tercermin dari kendala masyarakat dalam mendapatkan layanan kesehatan di beberapa
rumah sakit. Pasien yang menderita penyakit berat diminta menanti pelayanan hingga 1
bulan lamanya di rumah.
6. Teknologi Tak Dimanfaatkan dengan Baik, Teknologi yang ada tak dimanfaatkan dengan baik
untuk pelayanan kesehatan. Padahal, penggima internet di Indonesia paling tinggi
ketimbang negara lain.
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab kenapa budaya keselamatan pasien belum benar-
benar diterapkan di berbagai rumah sakit. Pertama, rendahnya tingkat kepedulian petugas kesehatan
terhadap pasien, hal ini bisa dilihat dengan masih ditemukannya kejadian diskriminasi yang dialami oleh
pasien terutama dari masyarakat yang tidak mampu.
Kedua, beban kerja petugas kesehatan yang masih terlampaui berat terutama perawat.
Perawatlah yang bertanggung jawab terkait asuhan keperawatan kepada pasien, sedangkan disisi lain
masih ada rumah sakit yang memiliki keterbatasan jumlah perawat yang menjadikan beban kerja
mereka meningkat.
Selain perawat, saat ini di Indonesia juga masih kekurangan dokter terutama dokter spesialis
serta distribusi yang tidak merata. Ini berdampak pada mutu pelayanan yang tidak sama di setiap rumah
sakit. ketiga, orientasi pragmatisme para petugas kesehatan yang saat ini masih melekat disebagian
petugas kesehatan. Masih ditemukan para petugas kesehatan yang hanya berorientasi untuk mencari
materi/keuntungan semata tanpa mempedulikan keselamatan pasien.
Keempat, lemahnya pengawasan yang dilakukan oleh dinas kesehatan terhadap para petugas
kesehatan. Lemahnya pengawasan sendiri dikarenakan beberapa faktor mulai dari terbatasnya personel
yang dimiliki dinas kesehatan sampai rendahnya bargaining position dinas kesehatan.
Keempat hal tersebut di atas setidaknya menjadi penghalang terwujudnya budaya keselamatan
pasien di setiap rumah sakit. Jika hal ini tidak segera diselesaikan, kata Ahid, kasus-kasus yang
mengancam keselamatan pasien akan terus terjadi sehingga perlu upaya yang maksimal untuk
mewujudkan budaya keselamatan pasien.

"Karena itu, mulai diterapkannya aturan baru terkait akreditasi rumah sakit versi 2012 menjadi
sebuah harapan baru agar budaya keselamatan pasien bisa diterapkan di seluruh rumah sakit di
Indonesia," ujarnya. Selain itu, harus ada upaya untuk meningkatkan kesadaran para pemberi pelayanan
kesehatan tentang pentingnya menerapkan budaya keselamatan pasien dalam setiap tindakan
pelayanan kesehatan.
Menurut Ahid, diperlukan sosialisasi yang masif kepada masyarakat terutama yang akan
menggunakan jasa pelayanan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan serta memperbaiki perilaku
mereka dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan.
Upaya-upaya ini harus segera dilakukan agar tidak ada lagi kasus dugaan malpraktik yang dapat
merugikan masyarakat sehingga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit bisa meningkat. Dengan
meningkatkan kepedulian terhadap pasien, maka dengan mudah budaya keselamatan pasien bisa
dijalankan. "Jangan sampai hanya karena kesalahan sedikit yang dilakukan oleh rumah sakit bisa
berakibat pada rusaknya citra dunia perumah sakitan di Indonesia dimata internasional," 

E.Meningkatkan Dan Memperkuat Layanan Pelanggan Di Rumah Sakit

Kepuasan pasien dan reputasi rumah sakit Anda berjalan seiring. Komponen utama dalam
mencapai peringkat kepuasan yang lebih tinggi adalah layanan pelanggan. Cara Anda
berinteraksi dengan pasien dan anggota keluarga mereka akan membuat semua perbedaan
dalam cara dunia memandang layanan Anda.

1. Berkomunikasi secara efektif

Hal ini dimulai di rumah sakit tempat para profesional kesehatan dapat melakukan
kontak mata, menjelaskan apa yang terjadi, menjawab pertanyaan, dan meyakinkan
pasien mereka.

Administrator dan pemasar juga dapat mengambil langkah-langkah untuk


memastikan perawatan yang berkualitas. Misalnya, mereka dapat mengirimkan survei
email dan pesan promosi kepada pasien mereka untuk meminta umpan balik dan
menawarkan diskon. Mereka juga dapat membuat blog yang mengkomunikasikan
informasi tentang penyakit umum atau pertanyaan umum lainnya. Jenis komunikasi di
atas dan di luar ini adalah apa yang membuat fasilitas Anda menonjol dibanding
pesaing.
2. Tanggapi Keluhan dan Kekhawatiran dengan Serius

Jika seorang pasien terus-menerus mengeluh tentang sesuatu, Anda harus


menganggapnya serius. Mungkin ternyata Anda sudah melakukan yang terbaik yang
Anda bisa, tetapi pasien lebih dapat merasa tenang karena Anda mau melihat ke dalam
masalah mereka.

3. Buat Sistem

Sistem menjaga penyedia layanan kesehatan tetap aman dan membantu pasien
merasa seperti di rumah. Algoritma penjadwalan dan rutinitas dapat membantu Anda
dalam menghindari keterlambatan dan menyediakan cukup waktu untuk dihabiskan
bersama pasien. Sistem penagihan membantu Anda dan pasien tetap pada halaman
yang sama, dan ketika peraturan dilanggar, ada standar untuk meninjau kembali dan
memperbaiki kerusakan.

Otomatiskan sebanyak mungkin proses. Anda tidak akan ingin mengambil elemen
manusia dari interaksi Anda dengan pasien, tetapi proses otomasi ini dapat membuat
semuanya berjalan lancar.

4. Lakukan Panggilan Tindak Lanjut

memonitor staf Anda ketika mereka bekerja di dalam klinik/rumah sakit. Ini
membuat tindak lanjut menjadi sangat penting. Hanya perlu panggilan telepon atau
survei surel untuk mengetahui apakah kunjungan itu sesuai dengan standar pasien dan
jika ada bidang-bidang perbaikan yang diperlukan, baik bagi staf tersebut atau pun
sistem secara keseluruhan. Ini menciptakan standar kontrol kualitas untuk
pemeliharaan reputasi dan perawatan berkualitas tinggi bagi semua pasien.

5. Ukur Kepuasan Pasien

Setelah menerima umpan balik dari setiap kunjungan, catat informasi tersebut.
Manajemen kepuasan sangat penting untuk layanan pasien yang kuat. Pertahankan
sistem yang akan memonitor 'serangan' terhadap karyawan tertentu dan terhadap
sistem tertentu dalam organisasi Anda. Tak lama, Anda dapat mengidentifikasi pola
yang akan mengarahkan upaya dan sumber daya pelatihan Anda di masa mendatang.

6. Pekerjakan Staf yang Tepat

Sebagian besar kesuksesan suatu perusahaan tergantung pada keterampilan dan


kepribadian staf . Kepribadian sangat penting.selalu dapat mengajarkan keterampilan
baru, tetapi jauh lebih sulit untuk membujuk kepribadian yang ramah dan ceria yang
tidak alami di sana.

Cari anggota staf yang menyukai apa yang mereka lakukan. Mereka harus suka
merawat manula dan orang cacat agar mereka dapat mempertahankan sikap positif.
Staf yang tepat akan mengurangi turnover dan meningkatkan kepuasan pelanggan.

7. Ikuti Buku Panduan


Meskipun selalu ada ruang untuk empati dan kasih sayang, pastikan penyedia
layanan kesehatan Anda memahami pentingnya mematuhi aturan dan peraturan
perundang-undangan. Anda tahu lebih baik daripada siapa pun seberapa ketat Dinas
Kesehatan, Kementerian Kesehatan, dan lembaga pemerintah lainnya. Demi kesehatan
dan keselamatan pasien Anda, buat peraturan yang telah ditentukan menjadi standar
umum.

8. Ciptakan Lingkungan Bebas Saling Menyalahkan

Kesalahan akan terjadi, tetapi tidak perlu mengarahkan jari dan meningkatkan
drama. Sebagai aturan umum, jika kesalahan terjadi sekali, kemungkinan kesalahan
karyawan atau keadaan. Jika itu terjadi dua kali, itu masalah dengan sistem. Cobalah
untuk memberi staf Anda manfaat dari keraguan dan bekerja untuk memperbaiki
kesalahan tersebut.

Kepuasan pasien datang secara alami ketika anggota staf Anda melakukan pekerjaan
mereka dan memberikan layanan tingkat tinggi. Saat keterampilan layanan pelanggan
tim Anda menguat, Anda akan mengembangkan atmosfer yang lebih sehat, lebih
bahagia untuk pasien dan staf Anda.

F.Meningkatkan Citra Rumah Sakit Dengan Memantapkan Pelayanan Perawatan


Yang Profesional
Rumah Sakit merupakan unit pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang berfungsi untuk
meningkatkan derajat kesehatan manusia. Kualitas pelayanan kesehatan yang bermutu pada dasarnya
tidak terlepas dengan bagaimana seorang pasien puas dengan pelayanan yang diberikan oleh  tenaga
kesehatan, termasuk perawat. 
Perawat yang profesional akan menentukan seberapa besar keberhasilan rumah sakit itu sendiri,
karena seorang perawat hampir 24 jam melakukan kontak komunikasi dengan pasien. Oleh karena itu,
pentingnya kehadiran seorang perawat yang profesional dapat meningkatkan kualitas pelayanan dan
citra dari sebuah rumah sakit.
Perawat yang profesional memiliki komitmen untuk berpegang teguh dengan standar pelayanan
Rumah Sakit termasuk standar asuhan keperawatan. Dalam  UU No.38 tahun 2014 tentang
Keperawatan Pasal 1 ayat (3), Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan
yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat baik sehat maupun sakit. Dalam
hal ini perawat merupakan sebuah profesi yang memberikan asuhan keperawatan yang didasarkan
pada ilmu serta kemampuan yang dimilikinya.
Selanjutnya, kepuasaan pasien dapat dijadikan indikator kualitas pelayanan kesehatan dan
keperawatan dengan dilakukan proses pelayanan dan hubungan komunikasi antara perawat dengan
pasien. Oleh karenanya, nilai-nilai profesionalisme dalam keperawatan penting untuk membangun
persepsi pasien yang baik terhadap perawat. Dalam American Association of College of Nursing (2008)
disebutkan bahwa ada lima nilai profesionalisme yang dapat membuat perawat dipandang sebagai
perawat yang caring dan professional, yaitu;
a) Altruisme atau sifat yang lebih memperhatikan dan mengutamakan kesejahteraan orang
lain. Contohnya, perawat yang mengimplementasikan caring, compassion (kasih sayang),
generosity (murah hati), dan tabah kepada pasiennya.

b) Otonomi atau hak untuk menentukan nasib sendiri. Dalam praktik professional perawat
dapat menunjukan nilai ini dengan cara menghormati hak pasien dalam membuat suatu
keputusan mengenai kesehatan mereka.

c) Menghargai martabat manusia seperti menghormati nilai yang sudah melekat dan
keunikan setiap pasien. Contoh yang dapat diterapkan adalah dengan berempati, seperti
saat ada klien dengan masalah yang besar maka perawat mampu melindungi privasi dari
klien tersebut

d) Nilai kejujuran atau nilai integritas dimana perawat mampu mengsinkronisasi antara fakta
dan realita dari seorang klien. Contohnya adalah seorang perawat dapat
mendokumentasikan hasil dari asuhan keperawatan yang dilakukannya dengan benar,
akurat, dan juga jujur

e) Bertindak adil kepada semua klien atau pasien karena perawat diharapkan mampu
menjaga semua aspek etik dan kelegalan dalam keperawatan. Contohnya seperti, perawat
harus dapat berlaku adil terlepas dari status ekonomi, usia, suku, ras, kewanegaraan, cacat,
atau orientasi seksual yang dimiliki oleh pasien. Jika saja perawat memandang status
ekonomi dari suatu pasien, perawat sudah menyalahi kode etik, UU dan lain sebagainya.

G.Penting nya SIM-RS Dalam Pelayanan Rumah Sakit

SIMRS adalah proses pengumpulan, penyajian, serta pengolahan data pada rumah sakit sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Dalam pengelolaan data yang privat hingga publik akan terjamin secara
khusus melalui ketentuan yang sesuai dengan badan hukum negara Republik Indonesia (RI). Maka dari itu,
negara akan menjamin data aman secara optimal.

1. Pengelolaan rumah sakit yang efektif dan efisien

Data medis yang banyak sudah pasti merepotkan karena harus crosscheck satu persatu data
itu. Belum lagi data yang telah ada bisa menjadi double sehingga kapasitas penyimpanan rumah
sakit bertambah tidak sesuai dengan ketentuan awal. Maka, dengan adanya sistem informasi rumah
sakit tentu pengelolaan data akan bisa lebih teratur dalam satu sistem.
2. Penyajian data yang real time

Manfaat kedua adalah membantu dalam penyajian data secara real time dengan memakai
sistem informasi yang akurat. Dalam hal ini lebih memudahkan karyawan rumah sakit untuk
mengelola serta mengatasi kendala sistem lebih cepat. Sistem antrian yang sering menumpuk juga
bisa lebih tertata karena data dipantau secara real time

3. Sistem manajemen rumah sakit yang terintegrasi

Rumah sakit yang memiliki berbagai cabang yang banyak membuat pengelolaan
manajemen harus bisa saling koordinasikan semuanya. Pasalnya, sistem manajemen yang tidak baik
akan menimbulkan banyaknya masalah yang mengganggu kinerja rumah sakit. Untuk menanggapi
hal itu para pengusaha rumah sakit wajib mencoba sistem informasi untuk mencegah hal itu untuk
berkepanjangan.

4. Pelaporan data jadi lebih mudah

Laporan serta arsip rumah sakit yang banyak pasti cukup merepotkan tenaga kesehatan.
Proses pelaporan arsip yang banyak dengan cara manual akan memakan waktu yang lama, maka
dari itu solusinya dengan memakai komputer untuk kemudahan mengelola hal itu. Alhasil
semuanya akan lebih mudah terutama dalam menganalisa data. Tenaga kesehatan yang melakukan
pekerjaannya juga dapat menangani pasien secara cepat dan profesional.

5. Pelayanan pasien jadi lebih cepat

Segala bentuk pelayanan serta akses informasi bisa melalui platform aplikasi online. Hal ini
tentu akan berdampak kepada kegiatan pelayanan, para pasien yang akan mendapatkan perawatan
dan penanganan jauh lebih cepat. Sistem informasi pada rawat inap juga memudahkan pasien,
sehingga pihak rumah sakit tidak akan memerlukan waktu yang lama untuk menyelesaikan
keperluan administrasinya.

6. Hasil Pasien Lebih Cepat

Peningkatan layanan dengan hasil diagnosa dengan pasien adalah tolak ukur kepercayaan
masyarakat terhadap reputasi rumah sakit. Hasil diagnosa yang lama bisa menjadi masalah utama
pasien mengeluhkan hal ini. Hadirnya sistem informasi bisa mempermudah hasil diagnosa yang ada
pada pasien. Dengan begitu, masyarakat akan lebih percaya dengan pelayanan rumah sakit yang
akurat

7. Data cepat dan akurat

Berbicara data pasti semua akan setuju bahwa inilah faktor penting setiap transaksi
keuangan yang ada pada rumah sakit. Bila data yang masuk banyak namun pihak rumah sakit
mengelola dengan sistem yang manual pasti akan berdampak kepada lambatnya proses
pengelolaan data itu. Sistem informasi rumah sakit bisa membantu pengelolaan akurasi yang
cepat serta terhindar dari duplikasi data.

H. Dampak Negatif dan Positif SIM-RS Dalam Pelayanan Di Rumah Sakit

A. Dampak Postif Sistem Informasi Rumah Sakit

1) Menjadi menghemat tempat Penggunaan sistem informasi kesehatan pada rumah sakit
dapat menghemat tempat atau ruang lingkup kerja petugas medis. Bila biasanya petugas
memerlukan banyak tempat untuk menulis berbagai macam jenis dokumen, dengan
menggunakan komputer, yang didalamnya sudah terdapat simkes, petugas bisa langsung
melakukannya dalam ruang lingkup yang kecil atau terbatas sekalipun, hal tersebut dikarenakan
sistem informasi kesehatan yang digunakan sudah mencantumkan berbagai jenis form dokumen
yang diperlukan untuk diisi petugas medis.

2) Mempercepat pelayanan kepada pasien Sistem komputerisasi rumah sakit akan


memepercepat dan mem-permudah pelayanan kepada pasien. Petugas tidak perlu lagi repot-
repot menulis identitas pasien dan dapat langsung me-input data yang diperlukan ke komputer.
Hal ini juga dapat memudahkanpetugas untuk mengatur antrian pasien dengan menggunakan
tiket dan sistem pemanggilan antrian secara elektronik.

3) Data mudah diakses Data yang tersimpan dalam sistem akan mudah diakses oleh para
petugas medis di rumah sakit tersebut. Data yang diperlukan akan mudah untuk ditelusuri
dengan mengetikan keyword yang diperlukan pada kolom pencarian pada sistem informasi yang
digunakan, otomatis data akan mudah dan cepat untuk ditemukan.

4) Mempermudah komunikasi antara petugas medis Petugas medis di rumah sakit yang
sudah menerapakan sistem informasi kesehatan tidak perlu lagi kerepotan untuk menyerahkan
dokumen yang diperlukan petugas lain di tempat kerja yang saling berjauhan. Hal tersebut
dikarenakan semua data yang di-input oleh tiap-tiap petugas medis pada sistem informasi
kesehatan rumah sakit bisa langsung dilihat dan diakses oleh semua petugas medis lain
dimanapun dan kapanpun, sehingga hal ini bisa mempermudah dan mempercepat komunikasi
antara petugas medis. Selain itu, hal tersebut juga menghemat waktu dan tenaga para petugas
medis.

5) Mempermudah pengecekan data Tiap-tiap data yang di-input oleh petugas medis akan
mudah untuk ditelusuri dan diperiksa. Pada umumnya, sistem informasi kesehatan yang
digunakan akan mendeteksi apabila ada kesalahan ataupun kekurangan dalam pengisiian data
yang di-input-kan oleh petugas medis, sehingga hal ini akan meminimalisir kesalahan (human
eror) yang dapat ditimbulkan. Pencarian data pun akan mudah dan cepat, karena petugas bisa
dengan mudah memasukan keyword ke kolom pencarian/search pada sistem dansimkes akan
otomatis mencari dan menampilkan data atau dokumen yang akurat sesuai dengan keyword
yang telah diisikan.

6) Mempermudah dalam mengolah data menjadi informasi Penggunaan sistem informasi


kesehatan akan mempermudah petugas medis dalam memproses/mengolah data yang ada
menjadi informasi atau laporan yang diperlukan. Petugas akan mudah mengakses data apa saja
yang diperlukan untuk membuat laporan. Petugas tidak perlu repot-repot lagi mengaudit data
satu persatu serta mengurutkannya secara manual, karena hal tersebut sudah otomatis
dilakukan oleh sistem informasi kesehatan yang sudah ter-install. Petugas bisa langsung
memproses dan menampilkan laporan yang diinginkan.

B. Dampak Negatif Sistem Informasi Rumah Sakit Dalam Pelayanan Di Rumah Sakit

1) Bergantung kepada sumber listrik Komputer yang digunakan untuk melakukan pelayanan
medis otomatis sangat tergantung pada sumber tenaga listrik yang tersedia. Apabila suatu saat
listrik padam dan rumah sakit tidak memiliki sumber listrik cadangan, hal ini tentu akan sangat
mengganggu proses pelayanan medis yang sedang berjalan. Data yang belum sempat tersimpan
pun memiliki kemungkinan untuk hilang saat komputer dinyalakan kembali. Proses pelayanan
akan terganggu apabila rumah sakit tidak memiliki prosedur antisipasi terhadap hal ter-sebut.
Oleh karena itu, ada baiknya tiap-tiap rumah sakit membuat prosedur antisipasi tertentu
terhadap hal-hal yang dapat menganggu proses pelayanan di rumah sakit, hal ini diperlukan
untuk meminimalisir kerugian/dampak yang dapat ditimbulkan.

2) Bergantung kepada aplikasi yang digunakan Pemilihan serta penggunaan aplikasi/


software simkes juga menjadi hal yang sangat penting. Petugas akan sangat bergantung kepada
sistem tersebut, sehingga apabila sistem mengalami gangguan atau kerusakan otomatis akan
mengganggu proses pelayanan yang sedang berlangsung. Oleh karena itu , perlunya rumah sakit
untuk menggunakan sistem informasi kesehatan / software simkes yang asli/berlisensi yang
berasal dari sumber atau pengembang (developer) software yang terpercaya. Sistem tersebut
juga harus senantiasa mendapatkan pembaruan dan pengembangan terbaru dari developer
yang membuat software tersebut, hal ini diperlukan agar software yang dimiliki rumah sakit
selalu up to datedan bebas dari permasalahan yang sebelumnya pernah terjadi.

3) Perlu pelatihan khusus dalam penggunaannya

Kita perlu menyadari bahwa tidak semua petugas medis di rumah sakit akrab dan familiar
dengan sistem informasi kesehatan atau bahkan dengan komputer. Hal tersebut tentu saja akan
membuat penerapan simkes di rumah sakit menjadi sia-sia atau malah bisa menjadi halangan
karena akan menyulitkan para petugas medis yang masih belum siap dalam menerapkan simkes.
Pemberian pelatihan perlu dilakukan agar tiap petugas medis dapat menggunakan sistem
informasi kesehat-an yang ada secara efektif, efisien, dan maksimal. Petugas medis juga perlu
diberi pelatihan mengenai cara penanganan dan antisipasi apabila sistem mengalami gangguan
atau tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Selain itu petugas medis juga dapat didorong
untuk selalu memberikan kritik dan saran terhadap sistem yang digunakan agar sistem tersebut
dapat semakin berkembang dan memiliki kinerja yang maksimal yang sesuai dengan kebutuhan
rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Manajemen Kesehatan Yayasan RS. Dr. Soetomo Vol.5 No.2 Oktober 2019
Print ISSN 2477-0140 Online ISSN 2581-219X www.jurnal.stikes-yrses.ac.id
https://kebijakankesehatanindonesia.net/25-berita/berita/1281-pelayanan-
kesehatan-yang-masih-jauh-dari-layak
https://www.hashmicro.com/id/blog/mengenal-pentingnya-sirs-bagi-pelayanan-
rumah-sakit/
http://pengantarilkom-hilda.blogspot.com/2016/12/dampak-negatif-dan-positif-
simrs-sistem.html
https://www.exaque.com/8-tips-untuk-memperkuat-layanan-pelanggan-di-rumah-
sakit.html

Anda mungkin juga menyukai