Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MANAJEMEN KEUANGAN: APA ITU?

Dosen Pengampu :
Adriyana Adevia Amelia Nuryadin, SE., M,AK

OLEH :
KELOMPOK 7
1. ASRIANA (202103056)
2. A. NURUL FADILLAH (202103055)
3. MUH RIJAL (202103070)
4. MUTIANUGRAH L (202103072)
5. NUR FADILLAH (202103078)
6. NUR AZISAH RAHMAN (202103077)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


INSTITUT ILMU KESEHATAN PELAMONIA
MAKASSAR
2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan
kesempatan dan kesehatan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini untuk
memenuhi tugas kelompok dalam mata kuliah Manajemen Keuangan tentang “Manajemen
Keuangan: Apa Itu?”.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Adriyana Adevia Amelia Nuryadin,
SE., M,AK selaku dosen mata kuliah Manajemen Keuangan, atas bimbingan dan materi yang
telah diberikan kepada kami dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi teman-
teman.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, 6 April 2023

Kelompok 7
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Manajemen Keuangan 3
2.2 Tujuan Manajemen Keuangan 4
2.3 Lingkungan Keuangan 5
2.4 Masalah Keagenan 6
2.5 Analisis Privat vs Analisis Sosial 7
2.6 Tanggung Jawab Sosial 10
2.7 Inflasi dan Manajemen Keuangan 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 12
DAFTAR PUSTAKA 13
BAB I
PENDAHULUAN

1.3 Latar Belakang


Mulai tahun 2010 Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kuta Tanjungpinang berubah
status menjadi Badan Layanan Umum (BLU). Denga perubahan status tersebut, maka
RSUD memiliki kewenangan untuk mengelola keuangan sendiri, sesuai Permendagri No
61 tahun 2007.
Kewenangan itu membawa dampak niengurangi pendapatan asli davalt (PAD).
Dampak lainnya, manajemen rumah sakit bisa mengurus rumali tangganya sendiri tanpa
harus terus menerus menunggu persetujuan dari pengelola keuangan daerah kota:
Misalnya, manajemen ingin memperbaiki peralatan medis yang rusak, bisa langsung
memperbaiknya dengan keuangannya sendiri. Termasuk, untuk memberikan insentif
yang layak kepada dokter-dokter ahlinya. Sehingga, mereka betah bekerja di rumah sakit
sepanjang waktu.
Peralihan status itu dampak positifnya sangat besar sekali. Sebab, dapat meningkatkan
pelayanan rumah sakit kepada masyarakat, yang karena kewenangannya bisa mengelola
sendiri keuangan rumah sakit. Sekaligus, dapat meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat
Melalui kewenangannya, manajemen bisa melakukan inovasi di tengah tahun
anggaran, baik untuk menambah pengeluaran atau melakukan perbaikan-perbaikan di
rumah sakit. Seperti menambah ruangan atau fasilitas dan lain-lain. Saat ini jangankan
menambah ruangan, untuk sekedar memperbaiki jaringan kabel listrik atau membeli
reagent darah untuk labor saja, saja tidak bisa. Apalagi untuk memperbaiki mesin CT-
Scan yang harganya sekitar Rp6 miliar dan sudah rusak sejak sekitar April 2009 lalu.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan manajemen keuangan?
2. Apa tujuan dari manajemen keuangan?
3. Apa itu lingkungan keuangan?
4. Apa saja masalah keagenan?
5. Apa itu analisis privat vs analisis sosial?
6. Apa itu tanggung jawab sosial?
7. Apa itu inflasi dan manajemen keuangan ?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan tentang manajemen keuangan
2. Menjelaskan tujuan dari manajemen keuangan
3. Menjelaskan tentang lingkungan keuangan
4. Menjelaskan tentang masalah keagenan
5. Menjelaskan tentang analisis privat vs analisis sosial
6. Menjelaskan tentang tanggung jawab sosial
7. Menjelaskan tentang inflasi dan manajemen keuangan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manajemen Keuangan


Manajemen Keuangan sering disalahartikan sebagai ilmu administrasi keuangan,
sebagai ilmu tentang pencatatan transaksi keuangan atau pembukuan. Bahkan seorang
bendaharapun sering disebut bagian keuangan.
Manajemen Keuangan sesungguhnya adalah salah satu decision science yang
memiliki teori, konsep, dan alat-alat analisis yang dapat digunakan oleh pembuat
keputusan agar keputusannya menjadi lebih rasional dan obyektif. Manajemen keuangan
merupakan salah satu bidang manajemen fungsional yang mempelajari tentang
penggunaan dana, memperoleh dana, dan pembagian hasil operasional rumah sakit.
Rumah sakit memperoleh dana dari hasil pengoperasian aset-asetnya. Sumber dana ini
disebut sebagai sumber dana internal yang dapat diperoleh dari berbagai cara seperti:
 Dengan menyediakan pelayanan medis
 Dengan menyediakan pelayanan non medis
 Melalui investasi
 Dan lain-lain

Sementara sumber dana eksternal adalah sumber dana yang berasal dari luar rumah
sakit seperti donasi dan hibah dari perorangan, yayasan, atau pemerintah.
Setelah dana diperoleh, dana tersebut harus digunakan untuk membelanjai operasional
rumah sakit. Dana akan tertanam pada berbagai kekayaan riil rumah sakit, baik kekayaan
yang berwujud ataupun yang tidak berwujud.
Selain itu, manajemen keuangan dalam rumah sakit juga mencakup pengelolaan dan
pengendalian biaya. Karena biaya merupakan salah satu faktor penting dalam
pengelolaan rumah sakit, maka manajemen keuangan harus dapat mengendalikan biaya
yang terkait dengan operasional rumah sakit, seperti biaya peralatan, bahan medis, obat-
obatan, dan sumber daya manusia.
Manajemen keuangan juga harus dapat mengembangkan strategi dan rencana jangka
panjang untuk meningkatkan pendapatan dan keuntungan rumah sakit, serta
mengantisipasi risiko-risiko yang mungkin terjadi dalam operasional rumah sakit.
Dengan manajemen keuangan yang baik dan efektif, rumah sakit dapat memastikan
keberlangsungan operasional yang berkelanjutan dan meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada pasien.
Apa fungsi keuangan itu? Yaitu mengalokasikan dana (allocation of fund) dan
mencari dana (raising of fund). Allocation of fund sering disebut sebagai keputusan-
keputusan tentang investasi (investment decision). Adalah semua bentuk kebijakan-
kebijakan keuangan yang berkaitan dengan penggunaan dana. Raising of fund sering
disebut sebagai keputusan pembelanjaan (financing decision) adalah fungsi yang
berhubungan dengan semua bentuk kebijakan yang berhubungan dengan pencarian dan
perolehan dana.
Dari kedua fungsi keuangan tersebut jelas kelihatan bahwa manajemen keuangan itu
adalah ilmu tentang pengambilan keputusan dalam hal mendapatkan dan
pengalokasiannya agar nilai organisasi meningkat. Fungsi pengalokasian dana
(allocation of fund) akan tercermin dalam rekening-rekening aktiva, fungsi mendapatkan
dana (raising of fund) akan tercermin pada rekening-rekening pasiva.
Neraca keuangan sering disajikan dalam dua bentuk, pertama berbentuk huruf T,
Aktiva (asset) di sebelah kiri, dan pasiva disebelah kanan. Bentuk yang kedua adalah
Aktiva di sebelah atas, dan pasiva disebelah bawah. Secara matematis sering dituliskan:

ASSET (Aktiva/kekayaan/harta) = HUTANG (liabilities) +


EKUITASS (modal sendiri)
Untuk organisasi yang berkarakter not for profit seperti rumah sakit pada umumnya
persamaan tersebut dimodifikasi menjadi:

ASSET (Aktiva/kekayaan/harta) = HUTANG (liabilities) +


NET ASSET

Dari persamaan tersebut akan terlihat bahwa jumlah dana yang berasal dari
sumbernya (sisi pasiva), yaitu hutang dan ekuitas atau net asset akan selalu sama dengan
penggunaannya (sisi aktiva).

2.2 Tujuan Manajemen Keuangan


Tujuan dari manajemen keuangan adalah memaksimumkan nilai rumah sakit atau
organisasi. Samakah artinya antara memaksimumkan nilai dengan memaksimumkan
laba? Jawabannya; tidak sama. Laba hanyalah merupakan tujuan jangka pendek,
sedangkan memaksimumkan nilai memiliki arti yang lebih luas daripada
“memaksimumkan laba” karena;
1. Memaksimumkan nilai berarti mempertimbangkan pengaruh waktu terhadap uang.
Nilai tidak hanya diciptakan dari laba.
2. Memaksimumkan nilai berarti mempertimbangkan berbagai risiko terhadap arus
pendapatan dalam jangka panjang.
3. Memaksimumkan kemakmuran pemegang saham/pemilik rumah sakit tidak
mengingkari adanya social objectives dan kewajiban social. Tanggung jawab social
adalah satu aspek penting dari tujuan rumah sakit, maksudnya:
 Keberhasilan memaksimumkan nilai rumah sakit akan memberikan sumbangan
yang berarti kepada lingkungan social secara keseluruhan
 Pengaruh lingkungan eksternal seperti polusi, keselamatan kerja, keamanan
produk atau jasa juga harus diperhitungkan.
 Kepekaan terhadap faktor eksternal merupakan salah satu syarat penting agar
rumah sakit tetap dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.
 Rumah sakit harus dapat memaksimumkan kemakmuran pemilik dalam kendala
legal dan sosial dan bertanggung jawab terhadap perubahan lingkungan.

2.3 Lingkungan Keuangan


Aspek lingkungan yang penting dipahami para manajer keuangan adalah sektor
keuangan di bidang perekonomian, yang terdiri dari pasar keuangan (financial markets),
lembaga keuangan (financial institutions) dan instrument keuangan (financial
instruments).
a. Pasar keuangan, menunjukka pertemuan antara permintaan dan penawaran akan
aktiva finansial (financial asset) atau sering disebut sebagai sekurities. Sekurities
adalah secarik kertas (surat) yang mempunyai nilai pasar karena surat tersebut
menunjukkan klaim atas aktiva riil rumah sakit (misalnya mesin-mesin, pabrik, bahan
baku, barang dagangan, merek dagang, dan lain-lain).
b. Lembaga keuangan yaitu lembaga yang berperan sebagai lembaga perantara yang
mempertemukan unit surplus dengan unit deficit. Contohnya lembaga keuangan
dalam system moneter adalah Banak sentral, Bank pencipta uang giral/bank umum
atau bank komersial. Lembaga keuangan dan di luar system moneter (bank bukan
pencipta uang giral/BPR), lembaga pembiyaan asuransi, dana pension, lembga di
bidang pasar modal, dan lain-lain.
c. Instrument Keuangan, contohnya adalah uang, saham, hutang, dn surat berharga di
pasar uang dan pasar modal lainnya.

2.4 Masalah Keagenan


Yang disebut masalah keagenan atau Agency Problem adalah konflik yang timbul
antara pemilik, karyawan, dan manajer dimana ada kecenderungan manajer lebih
mementingkan tujuan individu daripada tujuan rumah sakit.
Masalah keagenan antara pemilik, karyawan, dan manajer di rumah sakit dapat
muncul karena adanya perbedaan kepentingan di antara mereka. Pemilik rumah sakit
mungkin mengutamakan keuntungan, sementara karyawan dan manajer mungkin lebih
memprioritaskan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Hal ini dapat menyebabkan
konflik dan ketidakseimbangan dalam sistem organisasi rumah sakit.
Beberapa contoh masalah keagenan yang dapat terjadi di rumah sakit antara lain:
1. Konflik kepentingan antara pemilik dan karyawan: Pemilik rumah sakit mungkin
mengurangi biaya dengan cara memangkas jumlah karyawan atau mengurangi
fasilitas kesehatan yang disediakan. Hal ini dapat mempengaruhi pelayanan
kesehatan yang diberikan dan menimbulkan ketidakpuasan di kalangan karyawan.
2. Ketidakpuasan karyawan terhadap manajer: Karyawan mungkin merasa bahwa
manajer tidak memberikan dukungan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
mereka, baik dalam hal fasilitas atau insentif. Hal ini dapat mengakibatkan karyawan
merasa tidak dihargai dan mempengaruhi kinerja mereka di rumah sakit.
3. Konflik antara manajer dan pemilik: Manajer mungkin ingin meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan dan memastikan kepuasan pasien, sementara pemilik cenderung
memfokuskan pada pengurangan biaya dan peningkatan keuntungan. Hal ini dapat
menghambat manajer dalam menjalankan tugas mereka dengan efektif.

Beberapa strategi yang dapat membantu mengatasi masalah keagenan antara pemilik,
karyawan, dan manajer di rumah sakit adalah:
1. Menerapkan sistem insentif yang tepat: Sistem insentif yang adil dan seimbang dapat
memotivasi karyawan untuk bekerja dengan lebih baik dan meningkatkan kinerja
mereka. Hal ini juga dapat membantu mengurangi konflik kepentingan antara pemilik,
karyawan, dan manajer.
2. Menyediakan pelatihan dan pengembangan yang memadai: Pelatihan dan
pengembangan yang berkualitas dapat membantu karyawan meningkatkan
keterampilan dan pengetahuan mereka, sehingga dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang lebih baik. Hal ini juga dapat meningkatkan kepuasan karyawan dan
mendorong mereka untuk bekerja dengan lebih baik.
3. Memperkuat budaya organisasi: Budaya organisasi yang kuat dan positif dapat
membantu mengurangi konflik di antara pemilik, karyawan, dan manajer. Hal ini
dapat dicapai dengan memperkuat nilai-nilai yang dianut oleh organisasi, seperti
integritas, kejujuran, kerjasama, dan kepedulian.
4. Menyediakan sarana dan prasarana yang memadai: Sarana dan prasarana yang
memadai, seperti fasilitas kesehatan yang lengkap, peralatan medis yang canggih, dan
lingkungan kerja yang nyaman dan aman dapat meningkatkan kinerja karyawan dan
memastikan kualitas pelayanan kesehatan yang baik.
5. Memperkuat hubungan dengan masyarakat: Rumah sakit harus memperkuat
hubungan dengan masyarakat dan membangun kepercayaan di antara pasien dan
keluarga pasien. Hal ini dapat membantu mengurangi konflik di antara pemilik,
karyawan, dan manajer serta meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga pasien.

Secara keseluruhan, untuk mengatasi masalah keagenan di rumah sakit, diperlukan


upaya yang berkelanjutan dan kolaboratif di antara pemilik, karyawan, dan manajer. Hal
ini dapat membantu memastikan bahwa pelayanan kesehatan yang diberikan berkualitas
tinggi, efektif, dan efisien, serta memberikan manfaat yang optimal bagi semua pihak
yang terlibat.

2.5 Analisis Privat vs Analisis Sosial


Suatu perhitungan dikatakan perhitungan privat, bila yang berkepentingan langsung
dalam benefit dan biaya adalah swasta (orang atau badan hukum). Dalam hal ini, yang
dihitung sebagai benefit adalah apa yang diperoleh orang-orang atau badan-badan swasta
yang menanamkan modalnya dalam proyek tersebut. Sebaliknya suatu perhitungan
dikatakan perhitungan sosial atau ekonomi, bila yang berkepentingan langsung dalam
benefit dan biaya proyek adalah pemerintah atau masyarakat secara keseluruhan.
Dalam hal ini, yang dihitung adalah seluruh benefit yang terjadi dalam masyarakat
sebagai hasil dari proyek dan semua biaya yang terpakai terlepas dari siapa saja yang
menikmati benefit dan siapa yang mengorbankan sumber-sumber tersebut. Paling tidak
terdapat tujuh hal yang membedakan analisis privat dan analisis sosial, yaitu:
1) Harga. Pada umumnya harga pasar tidak menggambarkan nilai ekonomi yang
sebenarnya karena adanya perubahan-perubahan yang cepat dalam perekonomian;
penyimpangan-penyimpangan terhadap kondisi persaingan sempurna, seperti adanya
monopoll; penentuan harga oleh pemerintah: larangan-larangan atau pembatasan
tarif; maupun pajak, subsidi, dan sebagainya. Dalam analisis privat, penyimpangan-
penyimpangan seperti itu tidak diperdulikan, akan tetapi dalam analisis sosial, faktor-
faktor tersebut harus diperhitungkan. Artinya, dalam analisis privat, kita
menggunakan harga pasar sebagai ukuran harga (nilai) sumber-sumber yang
dipergunakan dalam proses operasional. maupun pendapatan. Sedangkan dalam
analisis sosial, kita menggunakan shadow prices atau accounting prices, yaitu harga-
harga yang disesuaikan sedemikian rupa untuk menggambarkan nilai ekonomi yang
sebenarnya dari barang dan jasa tersebut.
2) Pajak. Bagi rumah sakit swasta, pajak merupakan arus kas keluar yang harus
dibayarkan rumah sakit kepada instansi pemerintah. Dengan kata lain, pajak akan
mengurangi profit. Sebaliknya, dalam analisis sosial, pajak merupakan transfer, yaitu
bagian dari benefit yang diserahkan kepada pemerintah, jadi tidak akan mengurangi
benefit sesungguhnya. Dengan kata lain, dalam analisis sosial, pajak tidak termasuk
dalam sumber-sumber rill yang penggunaannya dalam proyek menyebabkan
timbulnya social opportunity cost dari segi masyarakat.
3) Subsidi. Bagi rumah sakit swasta, penerimaan subsidi berarti pengurangan sumber-
sumber yang dialihkan dari masyarakat untuk digunakan dalam proyek. Oleh sebab
itu, subsidi yang diterima adalah beban masyarakat, sehingga tidak mengurangi biaya
proyek. Misalnya, rumah sakit swasta XYZ diberi subsidi melalui pembebasan pajak,
maka subsidi akan mengurangi beban investasi, akan tetapi bagi rumah sakit
pemerintah biaya tersebut haruslah diperhitungkan sebagai salah satu sumber yang
dipergunakan dalam memproduksi jasa tersebut, dan masuk dalam kalkulasi tarif.
4) Bunga Pinjaman. Seperti halnya pelunasan pinjaman tadi, dalam analisis privat
bunga atas pinjaman, dari dalam atau luar negeri, merupakan biaya proyek. (Bunga
atas modal sendiri berarti modal bukan pinjaman yang ditanamkan dalam proyek
dianggap sebagai bagian dari benefit yang diterima si penanam modal atas investasi
modal tersebut.) Dalam analisis sosial, bunga atas pinjaman dalam negeri tidak
dimasukkan sebagai biaya, karena modal tersebut dapat dianggap sebagai modal
masyarakat dan oleh sebab itu, bunganyapun dianggap sebagai bagian dari benefit
ekonomi. Dalam analisis sosial, biaya yang dihitung adalah biaya investasi pada
waktu investasi itu dilaksanakan. Pembayaran bunga dari pendapatan yang timbul
karena adanya kegiatan operasi hanyalah merupakan transfer payments dari satu
pihak kepada pihak lain. Jadi, tak ada kaitannya dengan pembayaran bunga atas
pinjaman luar negeri yang berasal dari suatu pool yang alokasinya ditentukan atau
paling tidak dipengaruhi oleh keinginan pemerintah sehingga, seperti halnya
pembayaran bunga atas pinjaman dalam negeri, tidak dihitung sebagai biaya proyek.
Akan tetapi, bunga atas pinjaman luar negeri yang terikat dan tersedia hanya untuk
proyek tertentu diperhitungkan sebagai biaya proyek pada saat (tahun) pembayaran.
5) Biaya Investasi dan Pinjaman dalam Negeri. Dalam analisis privat, yang tergolong
biaya investasi pada tahap permulaan proyek hanyalah yang dibiayai dengan modal
saham si penanam modal sendiri. Bagian investasi yang dibiayai dengan modal
pinjaman, baik dari dalam maupun luar negeri, tidak dianggap sebagai biaya pada
saat dikeluarkannya, sebab pengeluaran modal milik pihak lain tidak merupakan
beban dari segi penanam modal swasta. Di lain pihak, yang menjadi beban penanam
modal adalah arus pelunasan pinjaman tersebut beserta bunganya pada tahap
operasional nantinya. Dalam analisis sosial, dengan satu pengecualian, seluruh biaya
investasi, apakah dibiayai dengan modal yang dihimpun dari dalam ataupun luar
negeri, dengan modal saham atau pinjaman, dianggap sebagai biaya proyek pada saat
dikeluarkannya. Jadi, pelunasan pinjaman yang digunakan untuk membiayai sebagian
investasi itu diabaikan dalam perhitungan biaya ekonomi, demi menghindari
perhitungan ganda (double-counting).
6) Biaya Investasi dan Pelunasan Pinjaman Luar Negeri. Bagi rumah sakit
pemerintah, bila sebagian investasi (initial investment) dibiayai dengan pinjaman luar
negeri, yang diperuntukkan hanya untuk proyek itu sendiri, perlakuannya sama
dengan perhitungan privat. Karena pinjaman luar negeri diperuntukkan hanya untuk
proyek dimaksud, maka dana pinjaman tidak boleh dipakai untuk proyek lain
andaikata proyek tersebut tidak jadi dilaksanakan. Pada jenis pinjaman ini,
penerimaan pinjaman harus dianggap sebagai cash inflow atau benefit dan kemudian
diikuti dengan cash outflow atau biaya, yaitu bahwa besarnya investasi baru
dimasukkan sebagai arus pengeluaran untuk angsuran ditambah bunganya pada
tahun-tahun berikutnya. Dalam analisis sosial, hal ini perlu benar-benar diingat
karena biasanya pinjaman seperti itu diterima negara dalam bentuk valuta asing yang
kemudian ditukar dengan mata uang domestik. Sedangkan valuta asing disimpan oleh
pemerintah, dan pembelian barang-barang investasi dilakukan dengan mata uang
Rupiah.
Apabila shadow price atau economic cost dari barang-barang investasi lebih
rendah daripada harga finansial maka ada tambahan economic benefit bagi proyek
yang mungkin tidak ter hitung besarnya.
7) Bunga Pinjaman. Seperti halnya pelunasan pinjaman, dalam analisis privat bunga
atas pinjaman, dari dalam atau luar negeri, merupakan biaya proyek. (Bunga atas
modal sendiri berarti modal bukan pinjaman yang ditanamkan dalam proyek
dianggap sebagai bagian dari benefit yang diterima si penanam modal atas investasi
modal tersebut.)
Dalam analisis sosial, bunga atas pinjaman dalam negeri tidak dimasukkan
sebagai biaya, karena modal tersebut dapat dianggap sebagai modal masyarakat dan
oleh sebab itu, bunganyapun dianggap sebagai bagian dari benefit ekonomi.
Pembayaran: bunga dari pendapatan yang timbul karena adanya kegiatan operasi
hanyalah merupakan transfer payments dari satu pihak kepada pihak lain. Jadi, tak
ada kaitannya dengan pembayaran bunga atas pinjaman luar negeri yang berasal dari
suatu pool yang alokasinya ditentukan atau paling tidak dipengaruhi oleh keinginan
pemerintah sehingga, seperti halnya pembayaran bunga atas pinjaman dalam negeri,
tidak dihitung sebagai biaya proyek. Akan tetapi, bunga atas pinjaman luar negeri
yang terikat dan tersedia hanya untuk proyek tertentu diperhitungkan sebagai blaya
proyek pada saat (tahun) pembayaran.

2.6 Tanggung Jawab Sosial


Selain bertanggung jawab dalam memaksimalkan kesejahteraan pemilik, manajer juga
harus bertanggung jawab terhadap stakeholder lainnya antara lain dalam hal:
perlindungan konsumen, gaji karyawan yang memadai, kondisi kerja yang aman,
dukungan terhadap kemiskinan dan keterlibatan terhadap masalah-masalah lingkungan
sosial lainnya. Hal ini disebabkan antara lain karena;
 Manajemen keuangan menuju pada maksimisasi nilai, maka diperlukan manajemen
pengoperasian yang baik dan efisien sesuai dengan pola permintaan konsumen.
 Organisasi yang berhasil selalu menempatkan efisiensi dan inovasi sebagai prioritas,
sehingga maksimalisasi nilai berarti menghasilkan produk/jasa baru, penemuan
teknologi baru dan perluasan lapangan kerja, oleh karena itu organisasi semakin
penting dari luar.
 Harapan para pekerja; konsumen dan berbagai kelompok kepentingan (interest
groups) yang menciptakan dimensi lain dari lingkungan luar yang memerlukan
tanggapan dari organisasi agar ter capai maksimalisasi kesejahteraan jangka panjang.

2.7 Inflasi dan Manajemen Keuangan


Inflasi dapat diartikan sebagai suatu kondisi dimana terjadi kenaikan harga-harga
secara menyeluruh. Dengan demikian inflasi telah menyatu dengan lingkungan ekonomi
dan harus dipandang sebagai sesuatu pertimbangan penting dalam pengambilan
keputusan- keputusan keuangan. Inflasi umumnya akan mempengaruhi;
a) Suku bunga. Bila laju inflasi tinggi, suku bunga juga akan tinggi. Perubahan suku
bunga akan mempengaruhi biaya modal. Perubahan pada biaya modal akan secara
langsung mempengaruhi keputusan keuangan. Sehingga sulit membuat perencanaan.
b) Permintaan terhadap modal. Inflasi menyebabkan naiknya biaya-biaya yang
dibutuhkan untuk menjalankan kegiatan operasional dalam volume tertentu. Dalam
usaha menghindari kerugian karena turunnya nilai modal, pemberi pinjaman akan
mulai (1) meminjamkan lebih banyak dana dalam jangka pendek ketimbang dalam
bentuk hutang jangka panjang dan (2) memaksa suku bunga obligasi bergerak sesuai
dengan "suku bunga umum" yang diukur dengan indeks suku bunga,
c) Masalah akuntansi. Jika laju inflasi cukup tinggi, maka laba yang dilaporkan pada
perhitungan rugi-laba akan terlalu tinggi. Penjualan, persediaan obat-obatan yang
biaya pengadaannya rendah akan menghasilkan laba yang dilaporkan lebih tinggi.
akan tetapi arus kas akan berkurang ketika organisasi harus mengisi kembali
persediaan obat-obatan tersebut dengan biaya pengadaan kembali yang lebih mahal.
Laba yang dilaporkan lebih tinggi karena ketidak sesuaian nilai persediaan dan beban
penyusutan akan berakibat pada pajak yang lebih tinggi dan arus kas menjadi
berkurang. Pada rumah sakit swasta, jika rumah sakit merencanakan pembayaran
deviden dan penambahan peralatan medis berdasarkan apa yang tertulis dalam
laporan keuangan, maka hal ini bisa menimbulkan masalah keuangan yang pelik. Jika
inflasi tersebut terus berulang, maka praktek dan kebijakan manajemen keuangan
akan tetap mengalami modifikasi yang lebih jauh.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa, Manajemen Keuangan
sesungguhnya adalah salah satu decision science yang memiliki teori, konsep, dan alat-
alat analisis yang dapat digunakan oleh pembuat keputusan agar keputusannya menjadi
lebih rasional dan obyektif. Manajemen keuangan merupakan salah satu bidang
manajemen fungsional yang mempelajari tentang penggunaan dana, memperoleh dana,
dan pembagian hasil operasional rumah sakit. Dimana tujuan dari manajemen keuangan
adalah memaksimumkan nilai rumah sakit atau organisasi. Dapat dilihat juga aspek
lingkungan yang penting dipahami para manajer keuangan adalah sektor keuangan di
bidang perekonomian, yang terdiri dari pasar keuangan (financial markets), lembaga
keuangan (financial institutions) dan instrument keuangan (financial instruments).
Masalah keagenan juga adalah konflik yang timbul antara pemilik, karyawan, dan
manajer dimana ada kecenderungan manajer lebih mementingkan tujuan individu
daripada tujuan rumah sakit. Dengan demikian Inflasi juga dapat diartikan sebagai suatu
kondisi dimana terjadi kenaikan harga-harga secara menyeluruh.
DAFTAR PUSTAKA

Fakhni Armen, Viviyanti Azwar. DASAR-DASAR MANAJEMEN KEUANGAN RUMAH


SAKIT. Yogyakarta: Gosyen Publishing, 2012.

Marquis, C., & Huston, C. J. (2015). Leadership roles and management functions in nursing:
Theory and application. Lippincott Williams & Wilkins.

Robinson, J. C., & Luft, H. S. (2012). The role of public reporting in improving hospital
quality. The Milbank Quarterly, 90(2), 275-309.

Berry, L. L., & Seltman, K. D. (2018). Management lessons from Mayo Clinic: Inside one of
the world’s most admired service organizations. McGraw Hill Professional.

Schoenfelder, T., & Klewer, J. (2010). Governance and organizational culture in hospitals: A
systematic literature review. International Journal of Public Administration, 33(11),
611-632.

Lega, F., & DePietro, C. (2005). Converging patterns in hospital organization: Beyond the
professional bureaucracy. Health Policy, 74(3), 261-281.

Anda mungkin juga menyukai