Anda di halaman 1dari 14

FARINGITIS AKUT

(ISPA)

No. Dokumen

No. Revisi
SOP
Tanggal Terbit

Halaman 1 - 14

Puskesmas Loano dr. Gunawan


Purworejo NIP. 19710203 200501 1 010

1.Pengertian Faringitis merupakan peradangan dinding faring


yang disebabkan oleh virus (40-60%), bakteri (5-
40%), alergi, trauma, iritan, dan lain- lain. Anak-
anak dan orang dewasa umumnya mengalami 3-5
kali infeksi virus pada saluran pernafasan atas
termasuk faringitis setiap tahunnya.

2.Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk tata


laksana Diabetes Melitus (DM) tipe 2

3.Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Loano Nomor : 188.4/


/2022 Tentang Kebijakan Pelayanan Klinis

4.Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


HK.01.07/Menkes/1186/2022 Tentang Panduan Praktik
Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Tingkat Pertama
5.Prosedur / Hasil Anamnesis (Subjective)
langkah- Keluhan
langkah a. Nyeri tenggorokan, terutama saat menelan
b. Demam
c. Sekret dari hidung
d. Dapat disertai atau tanpa batuk
e. Nyeri kepala
f. Mual
g. Muntah
FARINGITIS AKUT
(ISPA)

No. Dokumen

No. Revisi
SOP
Tanggal Terbit

Halaman 2 - 14

Puskesmas Loano dr. Gunawan


Purworejo NIP. 19710203 200501 1 010

h. Rasa lemah pada seluruh tubuh


i. Nafsu makan berkurang
Gejala khas berdasarkan jenisnya, yaitu :
1. Faringitis viral (umumnya oleh Rhinovirus):
diawali dengan gejala rhinitis dan beberapa
hari kemudian timbul faringitis. Gejala lain
demam disertai rinorea dan mual
2. Faringitis bakterial: nyeri kepala hebat,
muntah, kadang demam dengan suhu yang
tinggi, jarang disertai batuk, dan seringkali
terdapat pembesaran KGB leher
3. Faringitis fungal:terutama nyeri tenggorok dan
nyeri menelan
4. Faringitis kronik hiperplastik: mula-mula
tenggorok kering, gatal dan akhirnya batuk
yang berdahak
5. Faringitis kronik atrofi: umumnya tenggorokan
kering dan tebal serta mulut berbau
6. Faringitis tuberkulosis: nyeri hebat pada
faring dan tidak berespon dengan pengobatan
bakterial non spesifik
7. Bila dicurigai faringitis gonorea atau
faringitis luetika, ditanyakan riwayat
hubungan seksual, terutama seks oral
Faktor Risiko
FARINGITIS AKUT
(ISPA)

No. Dokumen

No. Revisi
SOP
Tanggal Terbit

Halaman 3 - 14

Puskesmas Loano dr. Gunawan


Purworejo NIP. 19710203 200501 1 010

1. Usia 3 – 14 tahun
2. Menurunnya daya tahan tubuh
3. Konsumsi makanan dapat mengiritasi faring
4. Gizi kurang
5. Iritasi kronik oleh rokok, minum alkohol,
makanan, refluks asam lambung, inhalasi uap
yang merangsang mukosa faring
6. Paparan udara yang dingin

Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang sederhana


(Objective)

Pemeriksaan Fisik
1. Faringitis viral, pada pemeriksaan tampak
faring dan tonsil hiperemis, eksudat (virus
influenza, coxsachievirus, cytomegalovirus tidak
menghasilkan eksudat). Pada coxsachievirus
dapat timbul lesi vesikular di orofaring dan lesi
kulit berupa maculopapular rash
2. Faringitis bakterial, pada pemeriksaan tampak
tonsil membesar, faring dan tonsil hiperemis
dan terdapat eksudat di permukaannya.
Beberapa hari kemudian timbul
bercak petechiaepada palatum dan faring.
Kadang ditemukan kelenjar limfa leher
anterior membesar, kenyal dan nyeri
FARINGITIS AKUT
(ISPA)

No. Dokumen

No. Revisi
SOP
Tanggal Terbit

Halaman 4 - 14

Puskesmas Loano dr. Gunawan


Purworejo NIP. 19710203 200501 1 010

pada penekanan
3. Faringitis fungal, pada pemeriksaan tampak
plak putih di orofaring dan pangkal lidah,
sedangkan mukosa faring lainnya hiperemis
4. Faringitis kronik hiperplastik, pada
pemeriksaan tampak kelenjar limfa di bawah
mukosa faring dan hiperplasia lateral band.
Pada pemeriksaan tampak mukosa dinding
posterior tidak rata dan bergranular (cobble
stone)
5. Faringitis kronik atrofi, pada pemeriksaan
tampak mukosa faring ditutupi oleh lendir
yang kental dan bila diangkat tampak mukosa
kering
6. Faringitis tuberkulosis, pada pemeriksaan
tampak granuloma perkejuan pada mukosa
faring dan laring
7. Faringitis luetika tergantung stadium penyakit
1) Stadium primer
Pada lidah palatum mole, tonsil, dan dinding
posterior faring berbentuk bercak keputihan.
Bila infeksi berlanjut timbul ulkus pada daerah
faring seperti ulkus pada genitalia yaitu tidak
nyeri. Juga didapatkan pembesaran kelenjar
mandibula
FARINGITIS AKUT
(ISPA)

No. Dokumen

No. Revisi
SOP
Tanggal Terbit

Halaman 5 - 14

Puskesmas Loano dr. Gunawan


Purworejo NIP. 19710203 200501 1 010

2) Stadium sekunder
Stadium ini jarang ditemukan. Pada dinding
faring terdapat eritema yang menjalar ke
arah laring
3) Stadium tersier
Terdapat guma. Predileksi pada tonsil dan
palatum

Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap
2. Pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan
Gram
3. Pada dugaan adanya infeksi jamur, dapat
dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopik
swab mukosa faring dengan pewarnaan
KOH

Penegakan diagnose (Assessment)


Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang bila
diperlukan
Klasifikasi faringitis
1. Faringitis akut
a. Faringitis Viral
Dapat disebabkan oleh rinovirus,
FARINGITIS AKUT
(ISPA)

No. Dokumen

No. Revisi
SOP
Tanggal Terbit

Halaman 6 - 14

Puskesmas Loano dr. Gunawan


Purworejo NIP. 19710203 200501 1 010

adenovirus, Epstein Barr Virus (EBV), virus


influenza, coxsachievirus, cytomegalovirus,
dan lain-lain. Pada adenovirus juga
menimbulkan gejala konjungtivitis terutama
pada anak
b. Faringitis Bakterial

Infeksi grup A stereptokokus beta


hemolitikus merupakan penyebab
faringitis akut pada orang dewasa
(15%) dan pada anak (30%).
Faringitis akibat infeksi bakteri streptokokkus
group A dapat diperkirakan dengan
menggunakan Centor criteria, yaitu
1) Demam
2) Anterior Cervical lymphadenopathy
3) Eksudat tonsil
4) Tidak ada batuk

Tiap kriteria ini bila dijumpai di beri skor 1. Bila skor


0-1 maka pasien tidak mengalami faringitis akibat
infeksi streptokokkus group A, bila skor 1-3 maka
pasien memiliki kemungkian 40% terinfeksi
streptokokkus group A dan bila skor 4 pasien
memiliki kemungkinan 50% terinfeksi streptokokkus
group A
FARINGITIS AKUT
(ISPA)

No. Dokumen

No. Revisi
SOP
Tanggal Terbit

Halaman 7 - 14

Puskesmas Loano dr. Gunawan


Purworejo NIP. 19710203 200501 1 010

c. Faringitis Fungal
Candida dapat tumbuh di mukosa rongga
mulut dan faring
d. Faringitis Gonorea
Hanya terdapat pada pasien yang melakukan
kontak orogenital
2. Faringitis Kronik
a. Faringitis Kronik Hiperplastik
b. Faringitis Kronik Atrofi
3. Faringitis Spesifik
a. Faringitis Tuberkulosis
b. Faringitis Luetika

Penatalaksanaan komprehensif (Plan)


Penatalaksanaan
Terapi untuk Diabetes Melitus dilakukan dengan
modifikasi gaya hidup dan pengobatan (algoritma
pengelolaan DM tipe 2)
FARINGITIS AKUT
(ISPA)

No. Dokumen

No. Revisi
SOP
Tanggal Terbit

Halaman 8 - 14

Puskesmas Loano dr. Gunawan


Purworejo NIP. 19710203 200501 1 010
FARINGITIS AKUT
(ISPA)

No. Dokumen

No. Revisi
SOP
Tanggal Terbit

Halaman 9 - 14

Puskesmas Loano dr. Gunawan


Purworejo NIP. 19710203 200501 1 010

Gambar 12.2 Algoritma pengelolaan Diabetes


Melitus tipe 2 tanpa komplikasi
Catatan: Pemilihan jenis Obat Hipoglikemik oral
FARINGITIS AKUT
(ISPA)

No. Dokumen

No. Revisi
SOP
Tanggal Terbit

Halaman 10 - 14

Puskesmas Loano dr. Gunawan


Purworejo NIP. 19710203 200501 1 010

(OHO) dan insulin bersifat individual tergantung kondisi


pasien dan sebaiknya mengkombinasi obat dengan cara
kerja yang berbeda.
Dosis OHO
Cara pemberian OHO , terdiri dari :
1. OHO dimulai dengan dosis kecil dan
ditingkatkan secara bertahap sesuai respon kadar
glukosa darah, dapat diberikan sampai dosis
optimal
2. Sulfonilurea : 15 – 30 menit sebelum makan
3. Metformin : sebelum / pada saat/sesudah makan
4. Penghambat glukosidase (Acarbose):
bersama makan suapanpertama.

Penunjang – penunjang
1. Urinalisis
2. Funduskopi
3. Pemeriksaan fungsi gijal
4. EKG
5. Xray thoraks

Rencana Tindak Lanjut:


Tindak lanjut adalah untuk pengendalian kasus DM
berdasarkan parameter berikut:
Keterangan:

Angka-angka laboratorium di atas adalah hasil


pemeriksaan plasma vena.
Perlu konversi nilai kadar glukosa darah dari
FARINGITIS AKUT
(ISPA)

No. Dokumen

No. Revisi
SOP
Tanggal Terbit

Halaman 11 - 14

Puskesmas Loano dr. Gunawan


Purworejo NIP. 19710203 200501 1 010

darah kapiler darah utuh dan plasma vena


Konseling dan Edukasi
Edukasi meliputi pemahaman tentang:
1. Penyakit DM tipe 2 tidak dapat sembuh tetapi dapat
dikontrol
2. Gaya hidup sehat harus diterapkan pada
penderita misalnya olahraga, menghindari rokok,
dan menjaga pola makan.
3. Pemberian obat jangka panjang dengan kontrol
teratur setiap 2 minggu

Perencanaan Makan

Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan


komposisi:
1. Karbohidrat 45 – 65 %
2. Protein 15 – 20 %
3. Lemak 20 – 25 %

Jumlah kandungan kolesterol disarankan < 300


mg/hari. Diusahakan lemak berasal dari sumber
asam lemak tidak jenuh (MUFA = Mono Unsaturated
Fatty Acid), dan membatasi PUFA (Poly Unsaturated
Fatty Acid) dan asam lemak jenuh. Jumlah
kandungan serat + 25 g/hr, diutamakan serat larut.
Jumlah kalori basal per hari:
1. Laki-laki: 30 kal/kg BB idaman
2. Wanita: 25 kal/kg BB idaman
FARINGITIS AKUT
(ISPA)

No. Dokumen

No. Revisi
SOP
Tanggal Terbit

Halaman 12 - 14

Puskesmas Loano dr. Gunawan


Purworejo NIP. 19710203 200501 1 010

Rumus Broca:*
Berat badan idaman = ( TB – 100 ) – 10 %
*Pria < 160 cm dan wanita < 150 cm, tidak
dikurangi 10 % lagi.
BB kurang : < 90 % BB idaman

BB normal : 90 – 110 % BB idaman BB lebih :


110 – 120 % BB idaman Gemuk : >120 % BB
idaman Penyesuaian (terhadap kalori basal/hari):
1. Status gizi

1) BB gemuk - 20 %
2) BB lebih - 10 %
3) BB kurang + 20 %
Umur > 40 tahun : -5%
2. Stres metabolik (infeksi, operasi,dll): + (10 s/d 30 %)
3. Aktifitas:

1) Ringan + 10 %
2) Sedang + 20 %
3) Berat + 30 %
4. Hamil:

1) trimester I, II + 300 kal


2) trimester III / laktasi + 500 kal
Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan teratur (3-
5 kali seminggu selama kurang lebih 30-60
menit minimal 150 menit/minggu intensitas
FARINGITIS AKUT
(ISPA)

No. Dokumen

No. Revisi
SOP
Tanggal Terbit

Halaman 13 - 14

Puskesmas Loano dr. Gunawan


Purworejo NIP. 19710203 200501 1 010

sedang). Kegiatan sehari-hari seperti berjalan


kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun,
harus tetap dilakukan. Kriteria Rujukan
Untuk penanganan tindak lanjut pada kondisi berikut:
1. DM tipe 2 dengan komplikasi
2. DM tipe 2 dengan kontrol gula buruk
3. DM tipe 2 dengan infeksi berat

Peralatan
1. Laboratorium untuk pemeriksaan gula darah,
darah rutin, urin rutin, ureum, kreatinin
2. lat Pengukur berat dan tinggi badan anak serta
dewasa
3. Monofilamen test

Prognosis
Prognosis umumnya adalah dubia. Karena penyakit
ini adalah penyakit kronis, quo ad vitam umumnya
adalah dubia ad bonam, namun quo ad fungsionam
dan sanationamnya adalah dubia ad malam.

6.Diagram Alir

7.Hal-hal yang
perlu
diperhatikan
8.Unit Terkait 1. Ruang Pemeriksaan Umum
FARINGITIS AKUT
(ISPA)

No. Dokumen

No. Revisi
SOP
Tanggal Terbit

Halaman 14 - 14

Puskesmas Loano dr. Gunawan


Purworejo NIP. 19710203 200501 1 010

2. UGD
3. Rawat inap

9. Dokumen 1. Rekam Medik


terkait
2. Catatan tindakan

Tanggal mulai
10.Rekaman diberlakukan
No Yang Isi
historis diubah Perubahan
perubahan

Anda mungkin juga menyukai