Nomor : C-VII/../II/2018
SOP Terbit ke :1
No.Revisi :
DinKes Kab. Tgl : 1 februari 2018
Halmahera Selatan Dibelakukan
Halaman :1/2
Kepala UPTD Puskesmas
ttd
UPTD Puskesmas
Loleojaya
Suprianto Andartomo, S. Kep
NIP. 19870310 201001 1 001
4. Patofisiologi Pada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus dapat secara
langsung menginvasi mukosa faring dan akan menyebabkan respon
inflamasi lokal. Kuman akan menginfiltrasi lapisan epitel, lalu akan
mengikis epitel sehingga jaringan limfoid superfisial bereaksi dan akan
terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear.
Pada stadium awal terdapat hiperemis, kemudian edema dan sekresi yang
meningkat. Pada awalnya eksudat bersifat serosa tapi menjadi menebal dan
kemudian cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding
faring. Dengan keadaan hiperemis, pembuluh darah dinding faring akan
melebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih atau abu-abu akan
didapatkan di dalam folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel
limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior atau yang terletak
lebih ke lateral akan menjadi meradang dan membengkak. Virus -virus
seperti Rhinovirus dan Coronavirusdapat menyebabkan iritasi sekunder
pada mukosa faring akibat sekresi nasal (Bailey, 2006; Adam, 2009).
Infeksi streptococcal memiliki karakteristik khusus yaitu invasi lokal dan
pelepasan extracelullar toxins dan protease yang dapat menyebabkan
kerusakan jaringan yang hebat karena fragmen Mprotein dari Streptococcus
ß hemolytic us group A memiliki struktur
yang sama dengan sarkolema pada miokard dan dihubungkan dengan
demam reumatik dan kerusakan katub jantung. Selain itu juga dapat
menyebabkan glomerulonefritis akut karena fungsi glomerulus terganggu
akibat terbentuknya kompleks antigen n-antibodi (Bailey, 2006; Adam,
2009)
5. Gejala Klinis anda dan gejala yang ditimbulkan faringitis tergantung pada
mikroorganisme yang menginfeksi. Secara garis besar faringitis
menunjukkan tanda dan gejala umum seperti lemas, anorexia, demam,
suara serak, kaku dan sakit pada otot leher.
Gejala khas berdasarkan jenisnya, yaitu:
a. Faringitis viral (umumnya oleh rhinovirus): diawali dengan gejala
rhinitis dan beberapa hari kemudian timbul faringitis. Gejala lain
demam disertai rinorea dan mual.
b. Faringitis bakterial: nyeri kepala hebat ,
muntah, kadang disertai demam dengan suhu yang tinggi, jarang disertai
batuk.
c. Faringitis fungal: terutama nyeri tenggorok dan nyeri menelan.
d. Faringitis kronik hiperplastik: mula-mula tenggorok kering, gatal
dan akhirnya batuk yang berdahak.
e. Faringitis atrofi: umumnya tenggorokan kering dan tebal serta
mulut berbau.
f. Faringitis tuberkulosis: nyeri hebat pada faring dan tidak berespon
dengan pengobatan bakterial non spesifik.
g. Bila dicurigai faringitis gonorea atau faringitis luetika, ditanyakan
riwayat hubungan seksual (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2014)
6. Prosedur 1. Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut
2. Petugas melakukan anamnesa/keluhan utama pada pasien apakah ada
nyeri pada tenggorokan, sakit waktu menelan, suara serak dan apakah
disertai pilek.
3. Petugas menanyakan pada pasien apakah ada nyeri sampai ke telinga
4. Petugas melakukan pemeriksaan tekanan darah
5. Petugas mengukur suhu tubuh pasien
6. Perugas mengukur nadi pasien
7. Petugas melakukan pemeriksaan fisik pasien.
8. Petugas memeriksa jaringan pada dinding belakang faring dengan
menyuruh pasien membuka mulut lebar dan melihat apakah faring
berwarna merah tua dan amandel membesar.
9. Petugas menegakan diagnose berdasarkan hasil pemeriksa
10. Petugas menginstruksikan pasien untuk istirahat dan banyak minum
air hangat dan menghindari minuman yang dingin.
11. Petugas menulis resep untuk pengobatan simptomatis berupa
Demam; parasetamol 3 x 500 mg (dosis anak : 10 mg/kgbb/kali)
Ingus yang berlebuhan : efedrin 3 x 10 mg (dosis anak : 0,5
mg/kgbb/kali)
Batuk kering : dextrometorfan 3 x 10-15 mg
Nyeri telan : asam mefenamat 3 x 500 mg
Peradangan hebat : dexamethasone 3 x 0,5 mg
12. Bila ada infeksi sekunder berikan antibiotik
Eritromisin 4 x 250 mg
Amoxycillin 3 x 500 mg
Penicillin.V 3x 500.
13. Petugas menulis hasi pemeriksaan, diagnose dan terapi pada rekam
medic pasien
14. Petugas menulis hasil diagnose pada buku register.
7. Diagram Alur
melakukan anamnesa melakukan pemeriksaan fisik
memanggil pasien
pada pasien
sesuai nomor urut
menyerahkan resep ke
pasien
menulis hasil anamnesa, menulis diagnose
pemeriksaan dan diagnose pasien ke buku
ke rekam medic register.
CR: …………………………………………%.
………………………………
Pelaksana/ Auditor
(………………………………)