Anda di halaman 1dari 10

“Perkembangan Islam di Dunia”

D
I
S
U
S
U
N

Oleh:
Nama: Eky Bintari
Kelas: 12 Mipa 12
1. Perkembangan islam di Benua Asia.
A. India:
Di masa lalu, Islam berkembang di India karena terdapat kerajaan-kerajaan yang
bercorak Islam. Berkat penguasa atau raja-raja ini, banyak rakyatnya turut memeluk
Islam. Sebagai misal, kerajaan-kerajaan bercorak Islam di India adalah kerajaan
Sabaktakin, kerajaan Ghazi, kerajaan Mamalik, kerajaan Keturunan Kilji, kerajaan
Taglak, dan lain sebagainya. Salah satu peninggalan kerajaan Islam yang terkenal
adalah menumen Taj Mahal di Agra. Monumen ini dibangun oleh Syah Jihan dari
kerajaan Taglak. Taj Mahal termasuk salah satu dari keajaiban-keajaiban dunia
dalam sejarah. Kendati tergolong berpopulasi besar, umat Islam di India masih
tergolong minoritas. Namun, menurut prediksi Pew Research Center, pada 2060,
umat Islam di India akan meningkat pesat hingga meraih posisi pertama sebagai
negara dengan populasi muslim terbesar sedunia.
B. Pakistan:
Pakistan adalah negara yang memisahkan diri dari India. Islam berkembang amat pesat di
Pakistan, terutama pada abad ke-13 hingga abad 15. Puncaknya, pada tahun 1940-an,
Pakistan dapat dikategorikan sebagai negara Islam. Rancangan UU Pakistan sempat diajukan
ke Liga Muslim, yang memutuskan bahwa aturan negaranya mesti sesuai dengan Alquran
dan hadis. Kendati menuai polemik, Pakistan berhasil mengeluarkan aturan undang-undang
yang kuat corak keislamannya. Bahkan, pada tahun 1950-an, nama negaranya adalah
"Republik Islam Pakistan". Namun, pada tahun 1962, kata "Islam"-nya dihilangkan, yang
kemudian diganti dengan pendirian dua lembaga, yaitu Dewan Penasihat Ideologi Islam dan
Lembaga Penelitian Islam.
C. Afganistan:
Saat ini, nyaris 99 persen penduduk Afganistan beragama Islam. Segala aspek
kehidupan penduduknya pun dipengaruhi oleh ajaran Islam. Awalnya, Islam masuk
pertama kali ke wilayah Afganistan berkat ekspansi yang dilakukan khalifah Umar bin
Khattab. Kemudian, pada pemerintahan Utsman bin Affan, pengaruh Islam mencapai
Kabul, ibukota Afganistan. Berkat pengaruh Islam juga, banyak ulama lahir di negeri
tersebut, mencakup Ibnu Hibban Al-Basti, Abu Bakar Ahmad Al-Baihaqi, dan lain
sebagainya.
D. Cina:
Penyebaran Islam di Cina dimulai dari usaha perniagaan darat dan laut di masa
dinasti Tang. Agama Islam di Cina kemudian berkembang amat pesat hingga
mencapai populasi lebih dari 20 juta muslim. Salah satu peninggalan Islam di Cina
adalah berdirinya Masjid Agung Chin Cheen The She di RRC Tengah. Masjid itu
dibangun 1300 tahun lampau. Arsitekturnya merupakan perpaduan antara arsitektur
Cina dan Islam, serta mampu menampung sekitar 8000 jamaah
E. Malaisya:
Islam di Malaysia berkembang berkat tumbuhnya kerajaan Islam di sana. Ulama
bernama Sidi Abdul Aziz dari Jeddah berhasil mengislamkan beberapa pejabat
kerajaan Malaysia. Di masa pemerintahan Sultan Mansyur Syah (1414-1477 M),
kerajaan Malaysia kemudian menyambung tali persahabatan dengan kerajaan Siam,
Majapahit, hingga Tiongkok. Hubungan kerajaan ini kian mengokohkan kekuatan
Malaysia, serta memberi pengaruh sebagai kerajaan Islam yang kuat di masanya.
Hingga sekarang, pertumbuhan Islam di Malaysia semakin pesat. Bahkan, konstitusi
negaranya menyatakan bahwa Islam merupakan "agama resmi federasi" di Malaysia.
Kendati demikian, pada praktiknya, Malaysia tetap menganut kebebasan beragama
yang ramah terhadap pemeluk-pemeluk agama lain.
F. Brunei Darussalam:
Seperti Islam di Malaysia, Brunei Darussalam menyatakan bahwa Islam merupakan
agama resmi di sana. Untuk pengembangan Islam lebih lanjut, pemerintah Brunei
mendatangkan banyak ulama dari luar negeri untuk memberi pengajaran Islam di
Brunei. Hinggi kini, mayoritas penduduk Brunei beragama Islam.
G. Indonesia:
Sebagaimana masuknya Islam ke Cina, penyebaran Islam di Indonesia juga dilakukan
oleh para pedagang dari Arab, Persia, dan India. Islam berkembang pesat di
Indonesia berkat dakwah sembilan wali atau Wali Songo yang menyebarkan Islam
melalui niaga, pendekatan adat dan budaya, serta pengaruh politik. Saat ini, agama
Islam dianut oleh sebagian besar penduduk Indonesia dan termasuk dalam negara
dengan populasi muslim terbesar di dunia.

2. Perkembangan Islam di Benua Eropa


A. Perkembangan Islam di Benua Eropa
Perkembangan Islam di Eropa terbatas pada tiap-tiap negara. Sebagai gambaran
umum, buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti terbitan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan mengulas perkembangan Islam di Spanyol, Rusia,
hingga Inggris.
1. Andalusia atau Spanyol
Penaklukan Andalusia seperti yang dijelaskan sebelumnya, berawal dari penakkukan
pasukan di bawah pimpinan Tariq bin Ziyad. Ditambah lagi, usai peristiwa
keruntuhan Keluarga Kerajaan Umayyah di Damaskus, Suriah.
Salah satu keturunan mereka, Abdur Rahman, berhasil melarikan diri dan menyusup
ke Spanyol. Di sana, ia mendirikan Kerajaan Bani Umayyah yang mampu berdiri dari
193-458 H atau 756-1065 M.
Keberadaan Islam di Spanyol seakan menjadi pemicu perkembangan kebudayaan
dan peradaban di sana. Di masa itu, Spanyol kemudian menjadi pusat kebudayaan
karena berbagai mahasiswa dari belahan dunia menuntut ilmu di sana.
Tepatnya di Kota Granada, Cordova, Seville, dan Toledo. Di kota-kota ini pula
melahirkan para ilmuwan terkemuka seperti, Ibnu Bajjah yang merupakan ahli
filsafat abad ke-12 dan penafsir karya-karya Aristoteles. Kemudian Ibnu Rusyid,
seorang ahli bintang sekaligus dokter dan ahli filsafat.
Setelah kekuasaan Bani Umayyah di Spanyol berakhir, kekuasaan Islam kemudian
digantikan oleh dinasti-dinasti kecil. Seperti, Al Murabithin, Al Muhades, dan
kerajaan Bani Amar.
Di tahun 1975, kelompok pemuda muslim di Spanyol atau Andalusia kemudian
membentuk komunitas masyarakat muslim di Cordova.

2. Rusia
Tidak berbeda jauh dengan Spanyol, Islam masuk Rusia ketika berada di bawah
pemerintahan Khalifah Walid bin Abdul Malik pada masa Dinasti Umayyah. Saat itu,
panglima Qutaibah bin Muslim berhasil menaklukkan Rusia.
Qutaibah juga menyebarkan dakwahnya ke penduduk di sana untuk memeluk
agama Islam. Keberhasilan Qutaibah ini dimulai pada tahun 86 H hingga 91 H,
ditambah lagi usai berhasil menguasai seluruh wilayah bahkan hingga mendekati
perbatasan China.
Tidak hanya menyebarkan agama Islam melalui dakwah, Qutaibah juga mendirikan
masjid besar di Bukhara dengan nama Jami Qutaibah. Bahkan mengirim para ahli
fiqih ke rumah-rumah warga, sekaligus mengizinkan mereka menerjemahkan Al
Quran dengan bahasa yang mudah dipahami.
Umat Islam di Rusia sempat mengalami tekanan selama hampir tiga perempat abad
setelah dikuasai rezim Bolshevik. Meski demikian, Islam kemudian perlahan berhasil
bangkit yang terbukti dari mulai tingginya animo haji dan umrah serta minat
mempelajari Al Quran di sana.

3. Inggris
Masuknya Islam di Inggris juga terlahir dari dampak perkembangan Islam di Spanyol.
Khususnya, sejak pemindahan Universitas Islam Toledo di Spanyol ke Inggris.
Di Inggris ada tokoh yang disebut sangat berjasa dalam menyebarkan ilmu
pengetahuan agama Islam. Ia adalah Mozarabes yang kemudian mengganti
namanya menjadi Petrus Al Ponsi
Pada masa itu, perkembangan Islam di Inggris dilakukan setiap hari libur seperti
Sabtu dan Minggu. Bahkan, mulai banyak berkembang organisasi-organisasi Islam di
sana yakni,
1. The Islamic Council of Europe (Majlis Islam Eropa) berfungsi sebagai pengawas
kebudayaan Eropa
2. The Union of Moslem Organization (Persatuan Organisasi Islam Inggris)
3. The Asociation of British Moslems (Perhimpunan Muslim Inggris)
4. Islamic Fondation dan Moslem Institute. Keduanya bergerak di bidang penelitian,
beranggotakan orang-orang Inggris dan imigran.

3. Perkembangan Islam di Benua Amerika


Sejarah Islam di Amerika Serikat bermula sejak sekitar abad ke 16, di mana Estevánico
dari Azamor adalah Muslim pertama yang tercatat dalam sejarah Amerika Utara. Walau
begitu, kebanyakan para peneliti dalam mempelajari kedatangan Muslim di AS lebih
memfokuskan pada kedatangan para imigran yang datang dari Timur Tengah pada akhir
abad ke 19. Migrasi Muslim ke AS ini berlangsung dalam periode yang berbeda, yang
sering disebut “gelombang”, sekalipun para ahli tidak selalu sepakat dengan apa yang
menyebabkan gelombang ini.

Populasi penduduk Muslim di AS telah meningkat dalam seratus tahun terakhir, di mana
sebagian besar pertumbuhan ini didorong oleh adanya imigran. Pada 2005, banyak
orang dari negara-negara Islam menjadi penduduk AS – hampir 96.000 – setiap tahun
dibanding dua dekade sebelumnya. Estevánico dari Azamor mungkin telah menjadi
Muslim pertama yang tercatat dalam sejarah Amerika Utara. Estevanico adalah orang
Berber dari Afrika Utara yang menjelajahi Arizona dan New Mexico untuk Kerajaan
Spanyol. Estevanico datang ke Amerika sebagai seorang budak penjelajah Spanyol pada
abad ke 16.

Sejak tahun 1520-an telah didatangkan budak ke Amerika Utara dari Afrika. Diperkirakan
sekitar 500 ribu jiwa dikirim ke daerah ini atau sekitar 4,4% dari total 11.328.000 jiwa
budak yang ada. Diperkirakan sekitar 50% budak atau tidak kurang dari 200 ribu jiwa
budak yang didatangkan berasal dari daerah-daerah yang sudah dipengaruhi oleh Islam.

Menurut sumber lain, kedatangan paling awal imigran Muslim adalah antara tahun 1875
dan 1912 dari kawasan pedesaan, yang sekarang menjadi Suriah, Yordania, Palestina,
dan Israel. Daerah ini dulunya dikenal sebagai Suriah Raya yang diperintah oleh
Kekaisaran Ottoman. Setelah Kekaisaran Ottoman runtuh pada Perang Dunia I (PD I),
terjadi gelombang kedua imigrasi kaum Muslim dari Timur Tengah, di mana dalam
periode ini pula dimulainya kolonialisme Barat di Timur Tengah.

Pada tahun 1924, aturan keimigrasian AS disahkan, yang segera membatasi gelombang
kedua imigrasi ini dengan memberlakukan “sistem kuota negara asal”. Periode imigrasi
ketiga terjadi pada 1947 sampai 1960, dimana terjadi peningkatan jumlah Muslim yang
datang ke AS, yang kini berasal dari negara-negara di luar Timur Tengah.

Gelombang keempat kemudian terjadi pada tahun 1965 saat Presiden Lyndon Johnson
menyokong rancangan undang-undang keimigrasian yang menghapuskan sistem kuota
negara asal yang sudah bertaha lama. Komunitas Muslim pertama berada di Midwest. Di
Dakota Utara, kaum Muslim berkumpul untuk shalat berjamaah pada tahun-tahun
pertama era 1900-an.

4. Perkembangan Islam di Australia


Pelaut-pelaut Makassar adalah yang pertama kali melakukan kontak dengan bangsa asli
Australia yaitu Aborigin. Mereka mendarat di Australia bagian utara sekitar tahun
1700an. Kala itu mereka datang dengan sangat sopan dan meminta izin kepada
penduduk asli," kata Education Director Islamic Museum Australia, Sherene Hassan saat
ditemui detikcom bersama dua media lain yang difasilitasi Australia Plus ABC
International pada Juni 2016.

Para pelaut dari Makassar itu datang untuk mencari teripang di pantai utara Australia,
salah satunya di daerah Arnhemland. Mereka datang pada bulan Desember dan
menetap beberapa lama di Australia untuk membeli teripang dari penduduk asli.
Interaksi antara pelaut Makassar dan para warga abrigin pun tak bisa dihindarkan.

"Sebagian besar pelaut dari Makassar beragama Islam dan karena mereka berinteraksi
dengan suku asli, sehingga secara spiritual suku Aborigin di sebelah utara Australia
terpengaruh agama Islam yang dipeluk para pelaut," jelas Sherene.

Setelah itu, pengaruh Islam juga datang ke Australia dengan dibawa oleh para
penunggang unta yang datang dari Pakistan dan Afghanistan sekitar tahun 1870-1920.
Para penunggang unta yang berjumlah lebih dari 2.000 orang itu datang untuk bekerja
di proyek pembangunan jalur kereta yang tengah dikerjakan pemerintah Inggris. Kala itu
unta dianggap sebagai hewan yang sangat berguna untuk dijadikan alat angkut material.
Para penunggang onta yang dalam sejarah Australia disebut dengan kata 'Camellers'
berada cukup lama di daratan Australia. Sehingga, sedikit banyak mereka juga
membawa pengaruh spiritual. Bahkan, masjid pertama di Australia didirikan pada masa
itu.

Setelah itu, masuk ke tahun 1900an, Australia mulai didatangi buruh migran dari
berbagai negara di timur tengah dan Afrika. Para imigran itu kebanyakan berasal dari
Turki, Albania, Bosnia, Libanon dan beberapa negara lain di Afrika.

Jumlah imigran yang terus bertambah seiring berjalannya waktu membawa pengaruh
Islam di Australia. Hingga, Islam terus berkembang di negeri kanguru tersebut.

Hingga saat ini, Islam merupakan agama yang perkembangannya cukup pesat di
Australia. Jumlah pemeluk agama Islam terus bertambah dan jumlah masjid dan sekolah
Islam pun terus meningkat.

5. Perkembangan Islam di Benua Afrika


pada sekitar tahun ke-6 Hijrah, Nabi SAW mengutus sahabatnya Hatib bin Abi Balta’ah
untuk menyampaikan surat dakwah (seruan masuk Islam) kepada Muqauqis (penguasa
Mesir, Gubernur Romawi Timur). Islam akhirnya mulai menyebar ke negara-negara
Afrika Utara serta terjadi proses Islamisasi. Hal ini terjadi sekitar abad 7 – 8 M.

Adapun di Afrika Timur, faktor Islamisasi tampak jelas dengan kedatangan dan ekspansi
Islam ke Afrika Selatan, antara lain dilakukan oleh para budak Melayu yang dibawa oleh
orang-orang Eropa ke wilayah itu. Setelah dibebaskan dari Pulau Robben, tak jauh dari
Cape Town, pada tahun 1793, Imam Abdullah membuat petisi pertamanya untuk
pembangunan masjid. Saat itu, petisi tersebut sempat mendapat penolakan meski
akhirnya memperoleh izin dari Pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan masjid.

Ia pun menulis sebuah buku tentang yurisprudensi Islam pada 1781 dalam bahasa
Melayu dan Arab. Judul buku itu adalah Ma’rifa alIslam wa alIman. Buku ini memberi
pengaruh sosial dan keagamaan yang besar di kalangan komunitas Muslim di Cape
Town. Pada 1793, Imam Abdullah membangun sekolah Muslim pertama.

Lokasinya di Dorp Street, Bokaap, yang akhirnya menjadi bagian dari Masjid Auwal,
masjid pertama di Cape Town. Pada 1825, sekolah ini memiliki 491 siswa, sebagian
besar dari kalangan budak negro. Di kemudian hari, sekolah inilah yang melahirkan
orang-orang Afrika Arab yang memahami bahasa Arab. Setelah Imam Abdullah wafat,
kepemimpinan sekolah ini dilanjutkan oleh Imam Achmat van Bengalen.

Pada masa awal kedatangannya di Cape Town, Islam adalah agama yang diawasi secara
ketat oleh penguasa. Pemerintah Hindia Belanda secara tegas melarang aktivitas Islam
di tempat umum, meski ibadah pribadi diperbolehkan. Tak ada komunitas Muslim yang
diizinkan untuk melakukan perkumpulan.

Mengingat kondisi itu, ulama seperti Imam Abdullah, Syaikh Yusuf, dan juga lainnya
menggunakan rumah mereka sebagai tempat untuk belajar Islam. Mereka berusaha
keras mempertahankan keberadaan Islam di Cape Town. Beruntung, pembatasan ini
kian lama kian surut. Pada 1770, di rumah seorang budak yang dibebaskan bernama
Mohammodan, secara rutin diselenggarakan pertemuan. Dalam pertemuan itu, mereka
yang hadir membaca, shalat, dan mempelajari ayat-ayat al-Quran.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemajuan Islam di Dunia


1. Terjadinya Asimilas
Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dan bangsa lain telah mendorong kemajuan
peradaban Islam. Keberhasilan penyebaran Islam di berbagai wilayah baru telah
mengenalkan Islam pada kebudayaan baru, yang mendorong lahirnya ilmu
pengetahuan. Di masa Bani Abbasiyah, banyak masyarakat non-Arab yang ikut memeluk
Islam, membuat Islam lebih berwarna dan lebih berkembang.Sebagai contoh, asimilasi
dengan bangsa Persia berpengaruh besar di bidang pemerintahan. Asimilasi dengan
India yang terlihat pada bidang kedokteran, matematika, dan astronomi. Selain itu,
pengaruh bangsa Yunani pada ilmu filsafat. Terjemahan manuskrip di berbagai bidang
inilah yang bisa mendorong kemajuan peradaban Islam.

2. Kemajemukan dalam Pemerintahan dan Politik


Demi mengokohkan pemerintahannya, Kekhalifahan Abbasiyah mengambil strategi yang
berbeda dengan Kekhalifahan Umayyah. Abbasiyah meninggalkan corak Umayyah yang
ke-arab-araban dengan menerapkan sistem administrasi pemerintahan Persia, sekaligus
memasukkan orang-orang Persia dalam struktur pemerintahan.Abbasiyah juga
melakukan nikah silang antara pria Islam dengan wanita-wanita Persia, yang bahkan
melahirkan kekhalifahan baru, yaitu al - Makmum. Bukan hanya itu, pada periode ini,
tatanan pemerintahan Islam juga tak lagi dimonopoli orang Arab. Kekhalifahan
Abbasiyah terbuka dengan bangsa asing untuk ikut duduk di kursi pemerintahan.
3. Stabilitas Politik dan Ekonomi

Salah satu khalifah Abbasiyah yang termashyur dan berhasil mencapai kejayaan, Harun
Al Rasyid memiliki strategi dalam memajukan peradaban Islam. Selain politik yang
teratur, kestabilan di bidang ekonomi dimanfaatkan oleh Harun al-Rasyid untuk
membangun sektor sosial dan pendidikan. Misalnya dengan pengadaan infrastruktur
dan fasilitas umum yang menunjang proses belajar masyarakat. Stabilitas politik dan
ekonomi telah mendorong kemajuan sains dan teknologi umat Islam di masa itu.

4. Maraknya Gerakan Penerjemah


Gerakan penerjemahan ambil andil sangat besar dalam membantu penyebaran ilmu
pengetahuan bukan hanya di kalangan penguasa dan intelektual, tapi juga awam.
Gerakan penerjemahan manuskrip-manuskrip kuno ke dalam bahasa Arab pada
Kekhalifahan Abbasiyah dibagi menjadi tiga fase.
Pertama, pada masa al-Mansur hingga Harun al-Rasyid yang banyak menerjemahkan
karya di bidang astronomi dan logika. Fase kedua, berlangsung sejak periode al-Ma’mun
hingga tahun 30 H. Buku-buku yang banyak diterjemahkan adalah bidang filsafat dan
kedokteran. Sementara fase ketiga, setelah tahun 300 H, karya yang diterjemahkan
meluas, yakni di seluruh bidang keilmuan. Hal ini semakin dimudahkan setelah adanya
pembuatan kertas di masa itu.

5. Tingginya Semangat Belajar dan Menggali Ilmu Pengetahuan


Faktor lain yang mendorong kemajuan peradaban Islam, yakni dengan didirikannya
banyak perpustakaan sebagai pusat kajian ilmu pengetahuan dan penerjemahan.
Perpustakaan yang sangat tenar di masa Bani Abbasiyah bernama Bayt Al-Hikmah.
Selain itu, para khalifah juga mendirikan sekolah-sekolah, lembaga pendidikan tinggi,
serta observatorium. Para ilmuwan juga terus melakukan penelitian di berbagai bidang.
Itulah beberapa faktor yang mempengaruhi kemajuan pesat peradaban Islam di masa
lalu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemunduran Islam di Dunia


A. Tidak adanya ideologi pemersatu
Saat itu kelompok etnis non-Arab sering merusak perdamaian karena salah dalam
pemberian dan penggunaan istilah kepada para mukalaf.
B. Permasalahan ekonomi
Saat itu ilmu pengetahuan lebih gencar dikembangkan dibandingkan bidang
perekonomian. Sehingga saat itu terjadilah kesulitan ekonomi yang akhirnya
berpengaruh pada bidang politik dan militer.
C. Sistem peralihan kekuasaan tidak jelas
Salah satu alasannya karena ada perebutan kekuasaan oleh para ahli waris. Sehingga
kepemimpinan menjadi tidak jelas.

Faktor lain mempengaruhi kemunduran islam


Selain tiga faktor tersebut, masih ada beberapa faktor lainnya yang menjadi penyebab
mundurnya peradaban Islam, yakni:

1. Adanya Perang Salib dan serangan dari Mongolia sebagai faktor eksternal Perang Salib
yang terjadi sekitar 1096 hingga 1270 dan serangan Mongolia pada 1220 hingga 1300 an
juga menjadi salah satu penyebab kemunduran peradaban Islam.
2. Faktor ekologis di negara Islam yang cenderung gersang Hal ini menyebabkan penduduk
negara tersebut tidak hanya terfokus di satu kawasan saja.
3. Perdagangan Islam internasional mengalami kemunduran Saat perdagangan Islam
internasional sedang tidak berlangsung dengan baik, kekuatan barat mulai muncul.
Sehingga pos perdagangan di negara Islam mayoritas dikuasai oleh negara barat.

Anda mungkin juga menyukai