Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KASUS

LBP (LOW BACK PAIN)

Disusun sebagai salah satu syarat mengikuti ujian


Stase Saraf di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Tjitrowardojo Purworejo

Diajukan kepada:
dr. Milasari Dwi Sutadi, Sp.S

Disusun Oleh:
Vella Nurfatimah Ayunilasari
20224010013

SMF SARAF
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. TJITROWARDOJO PURWOREJO
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2023

HALAMAN PENGESAHAN

TUTORIAL KLINIK
LBP (Low Back Pain)

Telah disetujui pada tanggal ………………

Dokter Pembimbing

dr. Milasari Dwi Sutadi, Sp.S


BAB I
LAPORAN KASUS

A. Identitas
Nama : Ny. NH
No. RM : 00109670
Usia : 65 tahun
Alamat : Keseneng, Purworejo
Status Pernikahan : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal Masuk RS : 6 Juli 2023

B. Anamnesis
1. Keluhan Utama : Nyeri punggung bawah
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh nyeri pada bagian punggung bawah. Nyeri dirasakan sudah
sejak lama. Nyeri terasa cekot-cekot dan seperti ditekan. Pasien menyatakan
menjalar ke area pinggul dan pantat kanan dan kiri, namun paling sering terasa
hingga pantat kiri. Nyeri terasa menetap (tidak hilang), namun kadang berkurang
jika istirahat. Nyeri dirasakan semakin memberat apabila pasien beraktivitas
menyiram dan mengangkat cucian. Sebelumnya pasien mencoba membeli obat
anti-nyeri sendiri di apotek, namun keluhan tidak membaik sehingga pasien
memeriksakan diri ke dokter. Keluhan tidak disertai nyeri leher, gemetar,
kesemutan maupun kelemahan otot. Nafsu makan pasien baik. BAB, BAK lancar
(tidak ada keluhan).

3. Riwayat Penyakit Dahulu


a) Hipertensi (+)
b) DM (-)
c) Riwayat penyakit jantung (-)
d) Alergi (-)
e) Trauma (-)
f) Asma (-)
g) Kejang (-)

4. Riwayat Penyakit Keluarga


a) Hipertensi (-)
b) DM (-)
c) Riwayat penyakit jantung (-)
d) Alergi (-)
e) Trauma (-)
f) Asma (-)
g) Kejang (-)
5. Anamnesis Sistemik
Sistem Serebrospinal : Tidak ada keluhan
Sistem Kardiovaskular : Tidak ada keluhan
Sistem Respirasi : Tidak ada keluhan
Sistem Gastrointestinal : Tidak ada keluhan
Sistem Muskuloskeletal : Nyeri punggung bawah
Sistem Intergumen : Tidak ada keluhan
Sistem Urogenital : Tidak ada keluhan

C. Pemeriksaan Status Fisik Generalis


Keadaan Umum : sedang, CM. GCS E4V5M6
Vital Sign : TD 137/63 RR 20x/menit
Nadi 70 Suhu 36.5
Kepala/Leher : Normosefal, Sklera Ikterik (-/-), Konjungtiva Anemis
(-/-), pupil isokor, Reflek Cahaya (+/+)
Cor/Pulmo : Dada simetris, deformitas (-/-), SDV (+/+), Suara S1S2
reguler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-), deformitas (-/-)
Abdomen : Supel, bising usus (+), timpani, nyeri tekan (-)
Ekstremitas Superior : Edema (-/-), Jejas (-/-
Ekstremitas Inferior : Edema (-/-), Jejas (-/-)

D. Pemeriksaan Neurologis

1. Nervus Cranialis
a. Nervus I (Olfaktorius)
Normal
b. Nervus II (Optikus)
Ketajaman penglihatan : Normal
Lapangan penglihatan : Normal
Melihat warna : Tidak dilakukan
Funduskopi : Tidak dilakukan
c. Nervus Okulares (Okulomotorius (III), Trokhlearis (IV), Abdusen (VI)) \

Celah kelopak mata:


Ptosis : (-/-)
Diplopia : (-/-)

Eksoftalmus : (-/-)

Nistagmus : (-/-)

Pupil
Bentuk : bulat/bulat
Ukuran : isokor
Reflek cahaya : Normal

Reflek konsensuil : Normal

Reflek akomodasi : Normal

Gerakan bola mata : Normal


d. Nervus V (Trigeminus)
- Sensibilitas wajah: (+/+)
- Mengigit : Normal
- Mengunyah : Normal
- Membuka mulut : Normal
- Reflek kornea : Tidak dilakukan
e. Nervus VII (Fasialis)
- Kedipan mata : (+/+)
- Lipatan Nasolabial : Normal
- Sudut Mulut : Normal
- Mengerutkan Dahi : (+/+)
- Mengerutkan Alis : (+/+)
- Menutup Mata : (+/+)
- Meringis : Normal
- Mengembungkan Pipi : Normal

- Pengecap 2/3 lidah depan: Tidak dilakukan

f. Nervus VIII (Vestibulotrochlearis)


Mendengar suara / berbisik : normal // normal

Tes Rinne : tidak dilakukan


Tes Weber : tidak dilakukan
Tes Schwabah : tidak dilakukan
g. Nervus IX (Glossopharyngeus)
- Pengecap 1/3 lidah belakang : tidak dilakukan
- Sensibilitas faring : tidak dilakukan
- Refleks muntah : tidak dilakukan
- Sengau : negatif
- Tersedak : negatif
h. Nervus X (Vagus)
- "bicara AAAAA” : Normal
- Arkus faring : Normal
- Menelan : Normal
- Nadi : Normal
i. Nervus XI (Accesorius)
- Memalingkan kepala : Normal
- Mengangkat dagu : Normal
- Mengangkat bahu : Normal
j. Nervus XII (Hipoglossus)
- Menjulurkan lidah : Normal
- Tremor Lidah :-
- Atrofi Lidah :-
- Fasikulasi :-
- Artikulasi : Jelas
2. Pemeriksaan Ekstremitas
a. Gerakan
B B
B B
b. Kekuatan
5 5
5 5
c. Refleks Fisiologis
- Refleks bisep : +2/+2
- Refleks trisep : +2/+2
- Refleks patella : +2/+2
- Refleks achilles : +2/+2
d. Refleks Patologis
- Refleks menggenggam : (-/-)
- Refleks palmomental : (-/-)
- Hoffman : (-/-)
- Tromner : (-/-)
- Rossolimo : (-/-)
- Mendel-Bechterew : (-/-)
- Chaddock : (-/-)
- Babinski : (-/-)
- Oppenheim : (-/-)
- Schaeffer : (-/-)
- Gordon : (-/-)
- Gonda : (-/-)

e. Tonus
N N
N N

f. Klonus
- -
- -

g. Sensibilitas
Normal
h. Vegetasi
BAB (+), BAK (+)
3. Pemeriksaan Meningeal
- Kaku kuduk :-
- Laseque :-
- Kernig :-
- Patrick :-
- Kontra Patrick : -
4. Pemeriksaan Keseimbangan
- Nistagmus : normal
- Rhomberg mata terbuka :+
- Rhomberg mata tertutup :+
- Sharpen Rhomberg : tidak dilakukan
- Jalan Tandem : tidak dilakukan
- Fukuda : tidak dilakukan
- Past Pointing : tidak dilakukan
B. Pemeriksaan Penunjang
Head CT Scan
Temuan :
- Tidak ditemukan adanya kelainan

C. Diagnosis Kerja
Diagnosis Klinis : Pusing berputar, nausea

Diagnosis Topis : Vertigo

Diagnosis Etiologi : BPPV

Diagnosis Tambahan : Hipertensi

D. Tatalaksana
1. Flunarizin 5 mg 1x1
2. Betahistin 24 mg 2x1
3. Amlodipin 10 mg 1x1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Vertigo berasal dari bahasa latin “vertere” yang berarti berputar, dan “igo” yang
berarti kondisi. Vertigo ialah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh seperti
rotasi (memutar) tanpa sensasi perputaran yang sebenarnya, dapat sekelilingnya terasa
berputar (vertigo objektif) atau badan yang berputar (vertigo subjektif). Vertigo termasuk
kedalam gangguan keseimbangan yang dinyatakan sebagai pusing, pening, sempoyangan,
rasa seperti melayang atau dunia seperti berjungkir balik.

Berdasarkan definisinya, vertigo adalah perasaan abnormal dan mengganggu bahwa


seseorang seakan-akan bergerak terhadap lingkungannya (vertigo subjektif), atau
lingkungannya seakan-akan bergerak padahal sebenarnya tidak (vertigo objektif). Vertigo
merupakan bagian dari gangguan keseimbangan (dizziness) bersama dengan presinkop
dan disekuilibrium.

Vertigo dapat disebabkan oleh proses fisiologis (misalnya vertigo saat berada di
“komidi putar”, mabuk perjalanan, adanya gangguan visual) atau oleh karena lesi
patologis (misalnya lesi pada labirin atau nukleus nervus vestibularis). Keduanya akan
menghasilkan gejala dan tanda yang hampir serupa meskipun memiliki dasar
patomekanisme yang berbeda.

B. Patofisiologi
Penyebab sebagian besar kasus vertigo adalah ketidakseimbangan impuls sensorik
yang berhubungan dengan pergerakan yang mencapai otak melalui tiga sistem persepsi
yang berbeda: visual, vestibular, dan somatosensorik.

Berdasarkan lokasi lesi, dibedakan menjadi:

1. Vertigo perifer: lokasi lesi pada telinga dalam dan nervus vestibularis.

2. Vertigo sentral: lokasi lesi pada batang otak, serebelum, dan serebrum.
Sistem vestibular secara umum dibagi menjadi komponen perifer dan sentral.
Komponen perifer terdiri dari kanalis semisirkularis (posterior, horizontal, anterior) dan
organ otolit (sakulus dan utrikulus) bilateral. Kanalis semisirkularis mendeteksi gerakan
berputar, sedangkan utrikulus dan sakulus berespons terhadap akselerasi linear dan
gravitasi. Organ vestibular berada dalam aktivitas tonik simetris, bila tereksitasi akan
menstimulasi sistem vestibular sentral. Bila kepala digerakkan, terjadi aktivitas asimetris
pada nukleus vestibular, yang diinterpretasikan oleh sistem saraf pusat sebagai gerakan
kepala. Adanya proses patologis juga akan diinterpretasikan sebagai aktivitas asimetris
oleh sistem saraf pusat.

Jaras yang berperan pada refleks vestibulookular (VOR) memegang peranan


sangat penting pada vertigo sentral. Jaras ini dimulai dari labirin, kemudian menuju ke
nukleus vestibularis, nukleus N III, IV, VI, pusat integrasi di pons dan mesensefalon,
serta serebelum. Pusat integrasi di pons dan serebelum berperan pada gerakan mata
horizontal, sedangkan pusat integrasi di mesensefalon berperan pada gerakan mata
vertikal.

1. Benign Paroxysmal Positional Vertigo

BPPV terjadi saat otokonia, suatu kalsium karbonat yang terbentuk di makula
utrikulus, terlepas dan masuk ke dalam kanalis semisirkularis. Hal ini
menyebabkan sensasi berputar ketika terjadi perubahan posisi kepala. Lokasi
tersering BPPV ialah pada kanalis semisirkularis posterior, yaitu kanal yang paling
dipengaruhi oleh perbedaan gravitasi. Lepasnya otokonia juga cukup sering terjadi
pada kanalis semisirkularis horizontal, namun keluhan umumnya akan spontan
membaik dibandingkan dengan kanalis semisirkularis posterior. BPPV jarang
terjadi pada kanalis semisirkularis anterior, dapat disebabkan karena posisi kanal
yang paling atas, sehingga otokonia jarang masuk ke dalamnya.

2. Neuritis Vestibular

Neuritis vestibular merupakan kondisi inflamasi pada nervus vestibularis yang


kemungkinan disebabkan oleh virus. Biasanya diawali gejala prodromal infeksi
menyerupai viral-like illness. Riwayat infeksi saluran napas ditemukan sebanyak
23-100% mendahului gejala neuritis vestibular. Gambaran klinis neuritis
vestibular merupakan gejala keterlibatan nervus vestibularis cabang superior, yaitu
kanalis semisirkularis horizontal, anterior, serta utrikulus. Hal ini disebabkan oleh
karena cabang superior dari nervus vestibularis melewati celah yang lebih panjang
dan sempit pada os petrosum dibandingkan cabang inferior, sehingga lebih rentan
mengalami edema dan kompresi. Bila disertai dengan gangguan pendengaran
telinga, lesi telinga dalam seperti labirintitis, infark labirin, dan fistula perilimfe
harus dipertimbangkan.

3. Penyakit Meniere

Penyakit Meniere merupakan penyakit multifaktorial yang menyebabkan


kelainan di telinga dalam dan bermanifestasi sebagai sindrom vertigo episodik
disertai dengan gangguan pendengaran yang fluktuatif. Terdapat beberapa
pendapat mengenai patofisiologi penyakit Meniere, namun yang paling banyak
dikenal ialah teori hidrops endolimfatik. Cairan endolimfatik diproduksi di koklea
dan kanalis semisirkular, dan diabsorbsi di kantong endolimfatik (endolymphatic
sac). Terjadinya hidrops endolimfatik diperkirakan akibat peningkatan volume
endolimfe atau gangguan mekanisme absorpsi. Salah satu pencetus gangguan ini
ialah infeksi atau inflamasi pada kantung endolimfatik, sehingga menyebabkan
gangguan absorbsi cairan endolimfatik.

Hipotesis lain menyebutkan adanya korelasi dengan kondisi metabolik,


hormon, alergi, genetik, atau stres. Hingga saat ini belum ditemukan etiologi pasti
terjadinya hidrops endolimfatik pada penyakit Meniere. Teori ini masih dalam
perdebatan, karena tidak semua pasien dengan gejala penyakit Meniere memilki
hidrops.
C. Tanda dan Gejala

D. Diagnosis
Sangat penting untuk menentukan vertigo berasal dari gangguan organ vestibular
perifer atau sentral. Anamnesis merupakan kunci utama untuk membedakan keduanya.
Pokok-pokok yang perlu digali meliputi onset dan durasi vertigo, faktor pencetus atau
memperberat, dan gejala lain yang menyertai, khususnya defisit neurologis dan gangguan
pendengaran.
E. Tatalaksana
Tatalaksana vertigo vestibular sentral dibagi menjadi:

1. Terapi kasual: sesuai dengan etiologi

2. Terapi simtomatik: betahistin, flunarizin, cinarizin

3. Vestibular rehabilitation therapy


DAFTAR PUSTAKA

Anindhita, T. dan Wiratman, W. 2017. Buku Ajar Neurologi, Buku I. Jakarta:


Departemen Neurologi FKUI.

Baehr, M., Frotscher, M. 2007. Diagnosis Topik Neurologi DUUS. Jakarta:


EGC

Anda mungkin juga menyukai