Anda di halaman 1dari 4

KETIKA UJIAN MENERPA

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh,

Alhamdulillahi rabbil’aalamiin, wash-sholaatu wassalaamu ‘ala isyrofil anbiyaa i


walmursaliin, wa’alaa alihi washohbihii ajma’iin ammaba’adu

Selamat sore kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia. Bagaimana kabarnya
hari ini? Semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah SWT.

Pada kesempatan yang luar biasa ini marilah kita panjatkan segala puja dan syukur
kita kepada Allah SWT yang telah mencurahkan segala rahmat dan nikmat yang tak
terhingga ini kepada kita. Tak lupa sholawat serta salam untuk Nabi besar kita Nabi
Muhammad SAW, beliau telah memperjuangkan agama islam yang hak ini sehingga
bisa sampai kepada kita.

Pada kesempatan kali ini, saya ingin menyampaikan sebuah kultum dengan topik
“ketika ujian menerpa”

Ujian menyerang siapa saja tidak pandang bulu. Setiap yang bernyawa pasti diuji
sebelum maut menjemputnya. Siapapun juga orangnya. Entah diuji dengan kesulitan
atau diuji dengan kelapangan, kemudian ia akan dikembalikan kepada Allah untuk
dimintai pertanggungjawaban terhadap sikap ia menghadapi ujian tersebut. Allah
SWT berfirman dalam (QS. Al-Anbiyaa' : 35)
Artinya: Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu
dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan hanya
kepada kamilah kamu dikembalikan

Renungan pada saat ujian menimpa kita?

Pertama : Yakinlah bahwa selain Andapun juga diuji. Ada yang diuji dengan
kemiskinan. Ada yang diuji dengan harta, jabatan, dan kekuasaan. Ada yang diuji
dengan orangtua yang tidak mau taat. Ada yang diuji dengan pengkhiatan sahabat.
Sungguh, terlalu banyak model ujian yang menimpa manusia. Maka poisis Anda
adalah sebagaimana manusia-manusia yang lain yang juga ditimpa musibah/ujian
yang beraneka ragam.

Kedua : Sabarlah dengan ujian yang sedang Anda hadapi. Alhamdulillah Anda masih
bisa memikulnya. Bisa jadi jika Anda diuji dengan ujian yang lain maka Anda tidak
akan mampu menghadapinya. Yakinlah bahwa tidaklah Allah menguji kecuali
dengan ujian yang mampu dihadapi oleh seorang hamba. Allah berfirman dalam
Surah Al-Baqarah ayat 286
Laa yukalliful-laahu nafsan illaa wus'ahaa; lahaa maa kasabat wa 'alaihaa
maktasabat; Rabbanaa la tu'aakhiznaa in nasiinaaa aw akhtaanaa; Rabbanaa wa laa
tahmil-'alainaaa isran kamaa hamaltahuu 'alal-laziina min qablinaa; Rabbanaa wa
laa tuhammilnaa maa

Artinya: "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan


kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan
ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.
(Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa
atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban
yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya
Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami
memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah
Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir".

Ketiga: Bukankah ujian jika dihadapi dengan kesabaran maka akan menghapus dosa-
dosa dan meninggikan derajat kita. Selain Allah memberikan ganjaran yang lebih baik
dari amalannya kepada orang yang sabar, Allah juga memberikan ampunan kepada
mereka. Sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya QS Hud 11:

Artinya:
͟ Kecuali orang-orang yang sabar (terhadap ujian), dan mengerjakan amal-amal saleh;
mereka itu peroleh ampunan dan pahala yang besar.

Keempat : Ingatlah, dengan ujian terkadang kita baru sadar bahwasanya kita ini
sangatlah lemah dan selalu butuh kepada Allah Yang Maha Kuasa.Terkadang kita
baru mengenal yang namanya khusyu' dalam shalat. Kita baru bisa merasakan
kerendahan yang disertai deraian air mata. Kita baru bisa merasakan nikmatnya
ibadah. Kita baru merasakan ketinggian tawakkal kepada Allah SWT. Tatkala ujian
datang, tatkala musibah menerpa.

Kelimat: Ujian yang ada terkadang menghilangkan sifat ujub pada diri kita. Karena
tatkala kita rajin beribadah dan selalu mendapatkan kenikmatan terkadang timbul ujub
dalam diri kita dengan merasa bahwa diri kita hebat dan selalu beruntung. Jangan
sampai kita salah persepsi dengan menganggap tanda kecintaan Allah SWT kepada
seorang hamba adalah tidak ditimpanya sang hamba dengan musibah.

Berdasarkah hadits yang dishahihkan oleh Al-Albani dalam As-Shahihah no. 146

Hadirin yang dirahmati Allah, Sekian uraian yang saya sampaikan mudah-mudahan
ada manfaatnya bagi kita semua, Mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang
berkenan. Marilah kita tutup kultum pada kesempatan hari ini dengan doa penutup
majelis.

Subhaabakallahumma wabihamdika ashadu anlaa ilaaha ilaaha illa anta astagfiruka


wa atuubu ilaik

Artinya :
"Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada
Tuhan melainkan Engkau. aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu".

Anda mungkin juga menyukai