Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH QURDIST

“UJIAN DAN COBAAN ALLAH”

Pembimbing
AFIFAH AZ-ZAHRAH M.Pd

Di susun oleh
RIZWATUL FACHRIYAH
(XII MIPA 2) (25)

MADRASAH ALIYAH NEGERI KOTA PASURUAN


JL ERLANNGA GG BOURGENVILLE NO. 48 67115
Telp/fax. (0343) 421290. Website: manpasuruan.sch.id
Email: manpasuruan@kemenag.go.id
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di dalam kehidupan di dunia ini setiap orang mempunyai permasalahan masing-masaing
tanpa terkecuali. Permasalahan tersebut dapat berupa ujian dan cobaan dalam hidup.
Kita bahkan mengatakan bahwa ujian dan cobaan merupakan teman yang mengiringi kita
dalam memberi suasana yang beragam dalam hidup ini. dan ada juga pepatah yang
mengatakan bahwa jika hidup tak punya ujian maka hidup terasa hampa.
Yang memberikan ujian dan cobaan kepada kita yaitu Allah SWT. Dia memberikan ujian
kepada kita pasti mempunyai tujuan. Salah satu tujuan yang paling jelas adalah untuk menguji
keimanan kita kepada Allah SWT.
Seperti yang kita lihat di masyarakat kita, begitu banyak ujian dan cobaan yang menimpa
pada setiap manusia hanya kadarnya yang berbeda satu sama lain. Banyak manusia yang justru
diuji dengan cobaan malah membuat keimanannya menjadi lemah, tapi ada juga yang diberi
cobaan malah membuat dirinya semakin tinggi keimanannya kepada Allah SWT.
Allah juga telah memberi tahu kepada kita lewat kitab sucinya yaitu Al-Qur’an mengenai
ayat-ayat tentang ujian dan cobaan. Tidak hanya sekedar itu, tapi Allah juga memberi solusi
lewat Al-Qur’an dalam menyikapi masalah ujian dan cobaan.
Oleh karena itu di dalam makalah ini akan ditampilkan dan dijelaskan ayat tentang ujian dan
cobaan baik dari permasalahannya sampai dengan solusinya.

1.2 Rumusan masalah


1. Pengertian ujian dan cobaan allah?
2. Ayat dan Hadist tentang ujian dan Cobaan Allah
3. Bagaimana solusi dari Al-Quran dan hadist dalam menghadapi ujian dan cobaan
Allah?

1.3Tujuan masalah
1.Untuk mengetahui pengertian ujian dan cobaan Allah.
2.Untuk mengetahui Al-Quran dan Hadist tentang ujian dan cobaan Allah.
3.Untuk mengetahui solusi Al-Quran dan hadist dalam menghadapi ujian dan cobaan
Allah.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian ujian dan cobaan Allah


Ujian dan cobaan adalah bagian dari masalah hidup dari Allah SWT atas ketaatan
yang kita lakukan. Dengan adanya masalah yang berupa ujian dan cobaan, Allah ingin
menguji, seberapa kadar ketakwaan dan kepatuhan  kita terhadap-Nya. Jika dalam
keadaan normal kita bersedia patuh, taat ibadah, tekun mengerjakan yang sunah,
sanggup menjauhi yang haram, Tuhan ingin tahu, kalau diberi ujian dan cobaan, apakah
kita tetap bersikap seperti itu. Ketika ekonomi kita cukup, kita begitu rajin datang shalat
berjamaah, puasa tak pernah bolong, senin-kamis dikerjakan, sedekah rutin. Lalu ketika
kita diberi kesulitan berupa ekonomi sulit, masih sanggupkah kita konsisten melakukan
itu semua? Kalau sanggup, kitapun lulus menjadi hamba yang derajatnya lebih tinggi
ketimbang sebelumnya. Kemusliman kita pun naik kelas.
Ada pula ujian dan cobaan itu bisa bermakna sebagai teguran. Kita yang
sebelumnya ibadahnya rajin, tapi beberapa waktu terakhir malah sering meninggalkan
ibadah. Sedekah yang dulunya rutin sekarang sudah tak pernah. Mungkin karena Tuhan
hendak mengembalikan kita kepada ketaatan, Tuhan akhirnya menghadirkan ujian dan
cobaan sebagai teguran. Jika dibiarkan hidup enak tanpa ujian dan cobaan, takutnya
kita lalai.
Ada pula ujian dan cobaan merupakan azab atau siksa Tuhan di muka bumi. Ini
diperuntukkan bagi orang yang sudah berani melanggar larangan Allah, meninggalkan
kewajiban pada-Nya, tak pernah menghadap-Nya, mengabaikan yang halal dan
memakai barang haram. Azab Tuhan dihadirkan sejak di dunia sebelum mendapat azab
nanti di akherat.
2.2 Dalil Al-Qur’an dan Hadist tentang ujian dan cobaan Allah

 QS. Al-Baqarah : 155-157

َّ ٰ ‫ش ِر ٱل‬
َ‫صبِ ِرين‬ ِّ َ‫ت ۗ َوب‬ ِ ُ‫ص ِّمنَ ٱَأْل ْم ٰ َو ِل َوٱَأْلنف‬
ِ ‫س َوٱلثَّ َم ٰ َر‬ ِ ‫ف َوٱ ْل ُج‬
ٍ ‫وع َونَ ْق‬ ِ ‫َولَنَ ْبلُ َونَّ ُكم ِبش َْى ٍء ِّمنَ ٱ ْل َخ ْو‬

"Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan
harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira
kepada orang-orang sabar"

َ‫صيبَةٌ قَالُ ٓو ۟ا ِإنَّا هَّلِل ِ َوِإنَّٓا ِإلَ ْي ِه ٰ َر ِجعُون‬ َ ٰ ‫لَّ ِذينَ ِإ َذٓا َأ‬
ِ ‫صبَ ْت ُهم ُّم‬
"(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan “Innā lillāhi
wa innā ilaihi rāji‘ūn” (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya
kepada-Nya kami akan kembali)."

ٓ ٓ
َ‫صلَ ٰ َوتٌ ِّمن َّربِّ ِه ْم َو َر ْح َمةٌ ۖ َوُأ ۟و ٰلَِئكَ ُه ُم ٱ ْل ُم ْهتَدُون‬
َ ‫ُأ ۟و ٰلَِئ َك َعلَ ْي ِه ْم‬

"Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya dan mereka
itulah orang-orang yang mendapat petunjuk."

 Isi kandungan Qs. Al_Baqarah : 155-157


Pada Surat Al-Baqarah ayat 155 ini menerangkan bahwa Allah Ta’ala bersumpah akan
menguji hamba-hambaNya dengan sedikit ketakutan, yang berasal dari musuh Allah
dan musuh-musuh mereka sendiri. Yaitu orang-orang kafir ketika menyatakan
peperangan kepada orang mukmin.
Ujian yang lain adalah sedikit kelaparan karena kepungan dari musuh dan sebab-sebab
yang lain. Begitu juga ujian dengan berkurangnya harta disebabkan matinya hewan
ternak karena peperangan atau paceklik. Allah menguji juga dengan hilangnya jiwa,
seperti kematian seseorang, juga dengan rusaknya buah-buahan karena hama.
Semua itu demi mengetahui siapakah yang mampu bersabar di atas keimanan dan
ketaatannya kepada Allah, dengan menjalankan perintahNya dan menjauhi
larangannya. Bagi orang yang tidak mampu bersabar tidak akan mendapatkan kasih
sayang dan pahala dariNya. Lantas Allah memerintahkan rasulNya agar memberikan
kabar gembira kepada hamba-hambaNya yang bersabar.
pada Ayat 156 Surat Al-Baqarah ini bahwa orang-orang yang bersabar adalah orang-
orang ketika dihadapkan kepada musibah bisa membuat menderita, mereka akan
berkata: “Sesungguhnya Kami milik Allah, dan hanya kepadaNyalah Kami akan kembali,
atau Sesungguhnya Kami adalah hamba-hamba Allah dan akan kembali kepadaNya
setelah mati”
Pada ayat 157 Surat Al-Baqarah ini Allah Ta’ala memberikan kabar gembira kepada
mereka orang-orang yang bersabar, dengan ampunan terhadap dosa-dosa mereka dan
mendapatkan rahmat dari Rabbnya. Dan merekalah orang-orang yang mendapatkan
petunjuk untuk memperoleh kebahagiaan dan kesempurnaan hidup. Allah Ta’ala
berfirman “Merekalah yang mendapatkan keberkahan yang sempurna dan rahmat dari
Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”

 Bentuk Ujian dan cobaan Allah : Musibah , Bala’, Al Ibtila’ dan Fitnah
 Musibah
Pada mulanya, kata musibah berarti mengenai atau menimpa. Al Qur'an
menggunakan kata mushibah, berarti sesuatu yang tidak menyenangkan yang
menimpa manusia. Al Qur'an mengisyaratkan, "tidak disentuh seseorang oleh
musibah kecuali karena ulahnya sendiri" (Qs.Asy Syura: 30)
 Bala’
Sesuatu yang datang langsung dari Allah tanpa keterlibatan manusia,
kecuali menerimanya. Dengan menurunkan bala, Allah menguji untuk
menampakkan kualitas seseorang. Apa saja yang dilakukan Allah, tanpa
keterlibatan yang diuji dalam menentukan cara dan bentuk ujian itu. Artinya
penentu cara, waktu dan bentuk ujian adalah Allah.

 Al ibtila’
Ibtila adalah musibah yang dikenakan kepada orang baik ketika
melakukan kebaikan sebagai tanda kasih sayang Allah kepada hambaNYA yang
taat. Dengan ibtila' hamba itu akan mendapat ganjaran yang berganda dan
ditinggikan darjatnya disisi Allah.

Dengan ibtila', mereka memperoleh pahala syahid, pahala sabar,pahala redha


dan lain-lain. Contoh : Ibtila' ditimpakan ke atas para Rasul Ulul Azmi, Siddiqin,
Syuhada' dan Solehin.

 Fitnah
Kata fitnah terambil dari akar kata yang berarti membakar. Kata fitnah
dapat berarti ujian atau siksaan, berarti bencana itu datang dari perbuatan
seseorang atau kelompok, tetapi dampaknya mengenai orang yang tidak
bersalah. Terhadap orang yang tidak bersalah

 Qs. Ali Imran : 186

ْ َ‫س ُك ۗ ْم َولَت‬
ْ‫س َم ُعنَّ ِمنَ الَّ ِذيْنَ اُ ْوتُوا ا ْل ِك ٰت َب ِمنْ قَ ْبلِ ُك ْم َو ِمنَ الَّ ِذيْنَ اَش َْر ُك ْٓوا اَ ًذى َكثِ ْي ًرا ۗ َواِن‬ ِ ُ‫لَتُ ْبلَ ُونَّ ِف ْٓي اَ ْم َوالِ ُك ْم َواَ ْنف‬
ٰ
‫َصبِ ُر ْوا َوتَتَّقُ ْوا فَاِنَّ ذلِ َك ِمنْ ع َْز ِم ااْل ُ ُم ْو ِر‬ ْ ‫ت‬
186. “Kamu pasti akan diuji dengan hartamu dan dirimu. Dan pasti kamu akan
mendengar banyak hal yang sangat menyakitkan hati dari orang-orang yang diberi Kitab
sebelum kamu dan dari orang-orang musyrik. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka
sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang (patut) diutamakan.”


Isi Kandungan Qs. Ali Imran : 186
Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa Nabi Muhammad saw dan pengikutnya
akan mendapat ujian sebagaimana mereka telah diuji dengan kesulitan di Perang Uhud.
Mereka akan diuji lagi mengenai harta dan dirinya. "Sesungguhnya kamu akan diuji
mengenai hartamu dan dirimu." Kamu akan berkorban dengan hartamu menghadapi
musuhmu untuk menjunjung tinggi derajat umatmu. Kamu akan meningkatkan
perjuangan yang mengakibatkan hilangnya keluarga, teman-teman seperjuangan yang
dicintai untuk membela yang hak. Kamu akan difitnah oleh orang yang diberi kitab dan
orang yang mempersekutukan Allah. Kamu akan mendengar dari mereka hal-hal yang
menyakitkan hati, mengganggu ketenteraman jiwa seperti fitnah zina yang dilancarkan
oleh mereka terhadap Siti Aisyah. Ia tertinggal dari rombongan Nabi saw ketika kembali
dari satu peperangan, di suatu tempat karena mencari kalungnya yang hilang,
kemudian datang safwan bin Muattal menjemputnya. Orang-orang munafik menuduh
Aisyah berzina dengan safwan. Satu fitnah yang sangat memalukan, dan
menggemparkan masyarakat Medinah pada waktu itu, peristiwa itu dikenal dengan
hadisul ifki (kabar bohong).

Demikian hebat fitnah yang dilancarkan dan demikian banyak gangguan yang
menyakitkan hati yang ditujukan kepadamu. Tetapi jika kamu bersabar menghadapinya
dan menerimanya dengan penuh takwa, maka semuanya itu tidak akan mempunyai arti
dan pengaruh sama sekali, dan sesungguhnya sabar dan takwa itu adalah urusan yang
harus diutamakan.

 Asbabun nuzul Qs. Ali Imran : 186


Diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Munzir dengan sanad yang hasan
dari Ibnu Abbas, bahwa ayat itu turun mengenai sengketa yang terjadi di antara Abu
Bakar dan Fanhas disebabkan ucapan Fanhas bahwa Allah miskin dan mereka kaya.

 Hadist Riwayat Imam Muslim dan Suhaib


‫س َذا َك َأِل َح ٍد ِإاَّل‬
َ ‫سلَّ َم ع ََجبًا َأِل ْم ِر ا ْل ُمْؤ ِم ِن ِإنَّ َأ ْم َرهُ ُكلَّهُ َخ ْي ٌر َولَ ْي‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬َ ِ ‫سو ُل هَّللا‬ ُ ‫ب قَا َل قَا َل َر‬
ٍ ‫ص َه ْي‬
ُ ْ‫عَن‬
‫صبَ َر فَ َكانَ َخ ْي ًرا لَ ُه‬ ‫ء‬ ‫ا‬ ‫ر‬ ‫ض‬
َ ُ َّ َ ُ َ َ ‫ه‬ ْ
‫ت‬ ‫ب‬ ‫ا‬ ‫ص‬ ‫َأ‬ ْ‫ن‬ ‫و‬ ‫ه‬َ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ر‬ ‫ي‬ ‫خ‬ َ ‫ك‬َ َ
‫َ َ ُ َ َّ ُ َ َ انَ ْ ً ُ َ ِإ‬ ‫ف‬ ‫ر‬ َ
‫ك‬ ‫ش‬ ‫ء‬ ‫ا‬ ‫ر‬‫س‬ ‫ه‬ ْ
‫ت‬ ‫ب‬ ‫ا‬ ‫ص‬ ‫َأ‬ ْ‫ن‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ْؤ‬
‫ِ ُ ِ ِ ِإ‬ ‫م‬ ‫ل‬ْ ‫ل‬

“Dari Abi Yahya Suhaib Bin Sinan, Rasulullah SAW bersabda: "Aku kagum kepada
urusan orang mukmin karena semua urusannya memiliki nilai baik, dan itu
terjadi hanya kepada seorang mukmin. Bila ia mendapatkan sesuatu yang
menyenangkan, lalu ia bersyukur, maka ia mendapatkan kebaikan. Dan bila ia
ditimpa sesuatu yangg menyedihkan lalu ia bersabar, maka ia mendapatkan
kebaikan pula"

 Kandungan Hadist
Bersyukur atas segala nikmat Allah merupakan kewajiban bagi setiap hamba
yang beriman yakni dengan cara mengakui dalam hati bahwa nikmat tersebut dari
Allah. mengucapkannya dengan lisan dan menggunakan kenikmatan tersebut untuk
menggapai ridha Allah.

Bersyukur karena mendapat kesenangan adalah watak khas seorang mukmin. Karena
ia menyadari sepenuhnya bahwa tanpa Allah dirinya tidaklah berarti apa-apa. Kalau
pun ia sedang mendapatkan rizki yang melimpah, jelas bukan karena usahanya
semata, tetapi karena Allah-lah yang melapangkan rizkinya melalui usahanya itu.
Tidak patut seorang Muslim berduka berlarut-larut dengan terus meratapi apa yang
dianggapnya menyusahkan dengan mengembalikan itu semua kepada Allah, sehingga
setiap kejadian akan mendorong kita untuk semakin yakin akan kekuasaan Allah.

Orang mukmin itu penyabar. la tidak pernah mengeluh tentang berbagai cobaan hidup
yang dihadapinya. Ia sadar sepenuhnya bahwa kesulitan yang menimpanya
merupakan cobaan Allah.

 Hadist Riwayat Imam Tirmizi dari Mus’ab bin Sa’ad

ُ ‫س ْع ٍد عَنْ َأبِي ِه قَا َل قُ ْلتُ يَا َر‬


ِ ‫سو َل هَّللا‬ َ ‫ب ْب ِن‬ ِ ‫ص َع‬ ْ ‫ص ِم ْب ِن بَ ْه َدلَةَ عَنْ ُم‬ ِ ‫َح َّدثَنَا قُتَ ْيبَةُ َح َّدثَنَا َح َّما ُد بْنُ زَ ْي ٍد عَنْ عَا‬
‫شتَ َّد‬ ُ ُ‫ب ِدينِ ِه فَِإنْ َكانَ ِدينُه‬
ْ ‫ص ْلبًا ا‬ ِ ‫س‬ َ ‫اَأْل ْمثَ ُل فَاَأْل ْمثَ ُل فَيُ ْبتَلَى ال َّر ُج ُل َعلَى َح‬ ‫ش ُّد بَاَل ًء قَا َل اَأْل ْنبِيَا ُء ثُ َّم‬
َ ‫س َأ‬
ِ ‫ي النَّا‬ ُّ ‫َأ‬
ِ ‫شي َعلَى اَأْل ْر‬
‫ض‬ ِ ‫ب ِدينِ ِه فَ َما يَ ْب َر ُح ا ْلبَاَل ُء بِا ْل َع ْب ِد َحتَّى يَ ْت ُر َكهُ يَ ْم‬ َ ‫بَاَل ُؤ هُ َوِإنْ َكانَ فِي ِدينِ ِه ِرقَّةٌ ا ْبتُلِ َي َعلَى َح‬
ِ ‫س‬
ٌ‫َما َعلَ ْي ِه َخ ِطيَئة‬

“Telah menceritakan kepada kami Qutaibah telah menceritakan kepada kami


Hammad bin Zaid dari 'Ashim bin Bahdalah dari Mush'ab bin Sa'ad dari ayahnya
berkata: Aku berkata: Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling berat
ujiannya? Beliau menjawab: "Para nabi, kemudian yang sepertinya, kemudian
yang sepertinya, sungguh seseorang itu diuji berdasarkan agamanya, bila
agamanya kuat, ujiannya pun berat, sebaliknya bila agamanya lemah, ia diuji
berdasarkan agamanya, ujian tidak akan berhenti menimpa seorang hamba
hingga ia berjalan dimuka bumi dengan tidak mempunyai kesalahan."

 Kandungan Hadist
bahwa tidak ada satu manusia pun yang luput dari cobaan dan ujian, termasuk
para nabi dan rasul. Semakin tinggi derajatnya semakin berat ujiannya, dan
sebagaimana kesimpulan dari ayat-ayat diatas bahwa Allah tidak akan memberikan
ujian kepada siapapun di luar batas kemampuannya. Di samping itu hadits ini juga
menekankan kepada sikap husnudz dzann; yakin bahwa banyak hikmah yang ada di
balik musibah dan cobaan itu. Salah satunya yang disebutkan di akhir hadits ini adalah
bahwa ujian Allah berfungsi menghapus dosa-dosa yang telah kita lakukan.

2.3 Solusi dari Al-Qur’an dan hadits dalam menghadapi ujian dan cobaan.
Al-Qur’an telah memberi solusi bagi hamba-Nya dalm menghadapi ujian dan cobaan
yang menimpanya. Di antaranya:
o Muhasabah diri
Lakukan muhasabah (evaluasi diri) mengapa ujian dan cobaan itu terjadi? Adakah hal
tersebut Allah berikan kepada kita sebagai peningkatan kualitas keimanan?.
Muasabah ini juga sangat penting agar kita menyadari titik kesalahan dan kekeliruan
kita. Sehingga kita dapat bertindak lebih baik di masa-masa selanjutnya.
o Menerima dengan ridla.
Terimalah ujian dan cobaan yang kita hadapi dengan hati yang ridla. Jikapun kita
tidak ridla dengan apa yang terjadi, hal itu tidak akan bisa mengubah apa yang telah
berlalu. Dengan keridlaan justru hati menjadi tenang, pikiran menjadi jernih dan
lapang untuk menemukan solusi. Sehingga kita dapat bangkit dengan penuh
ketegaran melewati ujian tersebut. Sikap ridla juga akan mendatangkan keridlaan
serta rahmat Allah atasnya.
o Bersabar
Secara garis besar sebagian ulama mengklasifikasi sabar menjadi tiga macam:
Pertama, sabar untuk selalu taat kepada Allah (al-shabru fi al-tha’ah). Kedua, sabar
dan menahan diri untuk tidak berbuat maksiat (al-shabru `an al-ma`shiyah), dan
ketiga, sabar dan tawakal di dalam menerima cobaan dari Allah (al-shabru `inda al-
mushibah).

Apapun bentuk dan macamnya, Allah senantiasa mengingatkan hambaNya untuk


menjaga dan merawat kesabaran dan ketakwaannya:

َ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اصْ بِرُوا َوصابِرُوا َورابِطُوا َواتَّقُوا هَّللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah


kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah
kepada Allah supaya kamu beruntung”. (QS Ali Imran [03] : 200)
o Bertaubat jika bersalah
Adakalanya ujian dan cobaan itu diberikan oleh Allah SWT untuk mengingatkan kita
atas kesalahan dan kekeliruan yang kita lakukan. Jika kita telah menyadari bahwa
ada kekhilafan yang telah kita lakukan, maka bersegeralah untuk bertaubat, yaitu
dengan menyesali kesalahan tersebut, berjanji untuk tidak mengulanginya dan
berusaha untuk menggantinya dengan amal yang lebih baik.
o Memahami sunnatullah
Boleh jadi ibadah kita sudah mantap, akhlak juga sudah baik, tetapi jika perilaku kita
terhadap lingkungan di sekitar kita tidak sesuai dengan sunnatullah, maka musibah
pun akan tetap datang. Maka kita harus memperbaiki perilaku kita agar tidak
bertentangan dengan sunnatullah.
o Bersyukur
Seorang mukmin yang memiliki kualitas iman yang tinggi bukan saja menerima ujian
dan cobaan yang datang dengan sabar serta ridla, bahkan dia dapat bersyukur. Dia
menyadari bahwa sesungguhnya ujian dan cobaan belum seberapa dibandingkan
dengan yang diterima orang lain. Ini akan menjadikan ia terus bersyukur, karena
merasa Allah SWT masih sayang kepadanya. Ia yakin masih ada nikmat iman dan
Islam yang lebih berharga dari dunia dan seluruh isinya.
o Tetap optimis
Tidak ada alasan untuk berputus asa, harapan hari esok lebih baik akan selalu
terbuka. Kesenangan itu tidak akan terasa jika tidak ada sakit. Harapan yang baik
pasti diberikan Allah SWT kepada setiap orang.
o Mendekatkan diri kepada Allah
Puncak dari semua ikhtiar yang kita lakukan untuk menghindari dan menerima ujian
dan cobaan itu dengan sebaik-baiknya adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Kita sadar bahwa Dia mencintai dan menyayangi kita. Maka apapun yang diberikan,
kita tidak akan menolak-Nya, menaati perintah-Nya serta meninggalkan larangan-
Nya.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Setiap manusia yang hidup di dunia ini pasti akan diberi ujian dan cobaan oleh
Allah SWT. Tentunya Allah mempunyai tujuan dalam memberikan ujian dan cobaan
tersebut,selain sebagai ujian juga sebagai tanda kasih sayang Allah kepada hambanya,
seperti halnya saat manusia diciptakan di dunia ini yaitu untuk beribadah kepada Allah
SWT. Ujian dan cobaan itu juga bisa dijadikan salah satu alat dalam beribadah kepada
Allah SWT. Dan Allah SWT akan menguji seberapa kuat dan sungguh-sungguh dalam
beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Hal itu bisa dilihat dalam penyikapan yang
manusia lakukan terhadap ujian dan cobaan yang menimpanya. Ada beberapa solusi
yang bisa dilakukan oleh manusia dalam menghadapi ujian dan cobaan, antara lain:
muhasabah diri, menerima dengan ridla, bersabar, bertaubat jika bersalah, memahami
sunatullah, bersyukur, tetap optimis, mendekatkan diri kepada Allah SWT.

3.2 Saran
Jangan berputus asa dan jangan bersedih dalam menghadapi ujian dan cobaan
dalam hidupnya karena Allah SWT akan mengangkat derajat hamba-Nya ke tempat
yang lebih tinggi bagi hamba-Nya yang sabar dan bersyukur dalam menghadapi cobaan
dari Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai