Anda di halaman 1dari 5

Alhamdulillah, puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT atas kelimpahan nikmatNya;

Pertama, kita masih dikokohkan iman Islam kita. Kedua, kita masih diberikan nikmat hidup dan
sehat, meski di tengah zaman pandemi seperti sekarang ini.
Shalawat serta salam kita haturkan kepada Nabi kita Muhammad SAW, Allahumma shalli
wasallim wabarik ‘alaih, karena dengan ajaran yang ia bawa sebagai rasul, kita bisa mengerti apa
yang harus kita tinggalkan (kejahiliyaan) dan apa yang senantiasa harus kita amalkan, sehingga
kita sebagai manusia, terus berproses (fa yakun) untuk menjadi Al-insan Al-kamil (manusia yang
sempurna), manusia yang senantiasa mengoptimalkan hati dan akalnya untuk melaksanakan
kebaikan, dan kedepan akan meninggalkan dunia fana ini dalam keadaan yang baik pula, khusnul
khotimah. Aamin.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Setiap umat Muslim tentu mengharapkan keridhaan serta kasih sayang dari Allah. Karena,
sejatinya tidak ada kebahagiaan yang dicari setiap hamba selain dicintai Sang Pencipta-Nya.
Untuk mencapai predikat Al-insan Al-kamil kita harus dicintai oleh Allah SWT, lantas apa saja ciri-
ciri manusia yang dicintai oleh Allah SWT, antara lain adalah:
Pertama, manusia yang dibukakan pintu amal saleh sebelum meninggal.
Dalam hadis riwayat Imam Ahmad dan al-Hakim dijelaskan, Nabi bersabda: “Apabila Allah
menginginkan kebaikan (kecintaan) kepada seorang hamba, Allah akan jadikan dia beramal”.
Kemudian salah seorang sahabat bertanya kepada Nabi; apakah maksud dijadikan beramal itu
wahai Nabi?, Nabi kemudian bersabda, “Allah bukakan baginya amalan saleh sebelum
meninggalnya, sehingga masyarakat yang berada disekitarnya ridha kepadanya”.
Dengan artian, ketika seorang hamba yang dicintai oleh Allah tersebut meninggal, maka
yang terkenang dari orang sekitarnya hanyalah kebaikan-kebaikan dari hamba tersebut.
Masyarakat iklhas, remen karena orang tersebut telah melakukan banyak amal shaleh sebelum
meninggal.
Kedua, jika melaksanakan dosa, maka Allah akan langsung memberikan hukumannya
didunia.
Manusia yang dicintai oleh Allah tidak akan dibiarkan oleh Allah untuk mendapatkan
siksaan di Akhirat. Akhirat sebagai tempat yang abadi, kekal adalah saat untuk memetik buah
dari amal saleh, karena dosa yang dilakukan telah mendapatkan hukuman ketika masih hidup di
dunia sehingga orang yang dicintai oleh Allah tersebut tidak akan mendapatkan hukuman di
akherat karena hukumannya sudah Allah berikan didunia.
Dalam hadis riwayat Imam at-Tirmidzi dijelaskan yang artinya: “Apabila Allah
menghendaki kebaikan kepada hamba-Nya, maka Allah menyegerakan hukumanya di dunia”.
Namun sebaliknya, jika Allah membenci seorang hamba, maka Allah akan memberikan
hukuman baginya secara total di akhirat kelak “dan apabila Allah menghendaki keburukan kepada
hamba-Nya, maka Allah menahan dosanya, sehingga ia terima hukuman kelak di hari kiamat”.
Terkadang kita bertanya-tanya ada sekiranya seorang yang tidak pernah beribadah, tidak
pernah beramal sholeh namun segalanya dia miliki. Harta, kekayaan, kebahagiaan. Namun
semua itu bisa saja merupakan azab bagi orang tersebut. Dalam islam, hal ini disebut juga
dengan Istidraj. Istilah ini mengarah pada jebakan / perangkap bagi kita sebagai manusia berupa
kenikmatan, yang dengan kenikmatan itu kita menjadi lalai dan binasa. Istidraj sendiri secara
bahasa bermakna naik dari satu tingkat ke tingkat selanjutnya. Sedangkan secara pengertian,
istidraj ini dapat bermakna sebagai ‘hukuman’ dari Allah kepada hambanya yang diberikan sedikit
demi sedikit, tidak secara langsung. Allah tidak menyegerakan hukumannya
Ketiga, Allah akan memberikan ujian bagi hamba yang Allah cintai.
Ujian adalah cara Allah untuk meningkatkan kualitas iman dan ketaqwaan seorang
hamba, seperti halnya seorang siswa sekolah, ia akan melaksanakan ujian terlebih dahulu untuk
naik ke jenjang kelas selanjutnya.Ujian bermacam-macam ada yang berat, ada yang ringan dan
tentu saja segala ujian yang diberikan oleh Allah sudah diukur sesuai dengan kemampuan
hamba-hambanya. Ujian juga wujud bahwa Allah memberikan perhatiannya kepada kita,
mungkin Allah rindu kepada kita dan meminta kita untuk lebih mendekatkan diri kita kepada Allah
melalui amal sholeh.
Dalam hadis riwayat Imam al-Tirmidzi dijelaskan, Nabi Muhammad saw bersabda;
“sesungguhnya besarnya balasan tergantung besarnya ujian, dan apabila Allah cinta kepada
suatu kaum, Dia akan menguji mereka, barang siapa yang ridla maka baginya keridlaan Allah,
namun barangsiapa yang murka, maka murka Allah baginya”.
Ujian yang dimaksut disini adalah kesusahan atau kesengsaraan, baik itu ujian fisik
dengan sakit, ataupun ujian sosial dengan kemiskinan dan kefakiran dan sebagainya.
Suatu kaum bisa saja ditimpa ujian ataupun azab, bedanya adalah, azab akan ditimpakan
bagi kaum yang ingkar dan mengkufuri nikmat Allah, seperti kaum Ad dan kaum Tsamud, serta
kaum Nabi Lud. Kita ketahui Bersama saat ini sudah banyak bermunculan kaum yang
menyerupai kaum Nabi Luda tau yang disebut LGBT, mereka mulai terbuka tidak malu
menunjukkan eksistensi dirinya. Namun ujian akan ditimpakan bagi kaum yang senantiasa
mensykuri nikmat Allah dan berbuat amal saleh.
Yang bisa membedakan jika kita ditimpa musibah atau azab adalah hati kita masing-
masing. Semoga setiap bencana dan kesusahan yang ditimpakan bagi kita adalah ujian bagi kita,
bukan azab. Aminn Ya Rabbal Alamin.
Keempat, manusia yang dicintai Allah senantiasa diberikan kesabaran.
Kita sering kali mengungkapkan bahwa sabar itu ada batasnya, namun bagi hamba yang
dicintai Allah, sabar itu tidak ada batasnya, karena setiap hal buruk yang menimpa di dunia ini
akan dikembalikan kepada Allah SwT di akherat nanti.
Sudah banyak sekali ayat Al-Quran maupun hadis yang menyatakan bahwa Allah

َ َّ َ ْ َّ ۟ ُ َ ْ ۟ ُ َ َ َ َّ َ ُّ َ َٰٰٓ َ
bersama dengan orang yang sabar (QS 2:153)
َّ َّ
َ‫ٱَّلل‬ ٰ
‫ي أيها ٱل ِذين ءامنوا ٱست ِعينوا ِبٱلص ْ ِب وٱلصلو ِة ۚ ِإن‬
َ ‫ٱلص ٰ ب‬
‫ين‬ َّ ‫َم َع‬
ِ ِْ
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu,
sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.

Allah memerintahkan kaum mukminin untuk meminta pertolongan dalam segala urusan
mereka, baik dunia maupun akhirat “dengan sabar dan shalat.” Kesabaran adalah pengendalian
dan penjagaan diri terhadap hal yang dibenci. Dan kesabaran ada 3 macam, yaitu sabar dalam
ketaatan kepada Allah hingga mampu menunaikannya, sabar dalam kemaksiatan kepada
Allah hingga menjauhinya, dan sabar atas takdir takdir Allah yang memilukan agar tidak
memakinya.
Kesabaran adalah pertolongan yang besar terhadap segala sesuatu, karena sama sekali
tidak ada jalan bagi orang yang tidak bersabar untuk mendapatkan apa yang diinginkannya,
khususnya dalam hal ketaatan yang sangat sulit dan berkesinambungan. Di mana hal itu
sangatlah membutuhkan kesabaran dan keberanian untuk merasakan kepahitan yang
menyakitkan. Namun jika pelakunya itu konsekuen dengan kesabarannya niscaya dia akan
memperoleh kemenangan.
Demikian pula dalam hal kemaksiatan yang mana dorongan nafsu dan godaannya yang
begitu kuat untuk melakukannya, dan dia sendiri mampu melakukannya, dan ini tidaklah mungkin
ditinggalkan kecuali dengan kesabaran yang besar serta menahan dorongan dan godaan
nafsunya karena Allah, lalu dia meminta pertolongan kepadaNya untuk memeliharanya dari
perbuatan tersebut, karena hal itu adalah termasuk fitnah-fitnah yang besar.
Oleh karena itu Allah memerintahkan kepada kita dan mengabarkan bahwasanya dia
“beserta orang-orang yang sabar,” maksudnya, beserta orang yang menjadikan kesabaran
sebagai akhlak, sifat, dan karakternya dengan adanya pertolongan bimbingan dan arahanNya,
hingga kesulitan dan kemalangan itu terasa sepele, segala hal yang besar terasa mudah dan
segala kesusahan yang dirasakan akan lenyap.
Sekiranya orang-orang yang bersabar itu tidak memiliki keutamaan, kecuali mereka
memperoleh kebersamaan dari Allah itu niscaya cukuplah bagi mereka hal itu sebagai keutamaan
dan kemuliaan, dan Allah memerintahkan untuk meminta pertolongan dengan shalat, karena
salat adalah tiang agama dan cahaya kaum Mukminin, dan ia adalah penghubung antara seorang
hamba dengan rabbnya.
Apabila salat seorang hamba itu sempurna, ditambah dengan apa yang diwajibkan dan
yang disunnahkan padanya. Shalat yang terisi oleh kehadiran hati yang merupakan intinya,
hingga seorang hamba bila mulai melaksanakan shalat dia merasa masuk menemui Tuhannya
dan berdiri berhadapan denganNya, maka tidak salah lagi bahwa shalat itu adalah sebesar-besar
penolong dari segala perkara, karena salat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar dan
karena kehadiran hati di dalam shalat itu mengharuskan adanya sebuah karakter dalam hati
seorang hamba yang mengajaknya kepada pelaksanaan perintah rabbnya dan menjauhi
larangan-laranganNya. Inilah shalat yang diperintahkan oleh Allah untuk dijadikan penolong
dalam segala perkara.

Kemudian dalam ayat lain Allah berfirman bahwa, Allah mencintai orang-orang yang sabar (QS
3:146).
ُ َّ ‫ۗ َو‬
َّ ‫ٱَّلل ُيح ُّب‬
َ‫ٱلص ٰ بين‬
ِ ِْ ِ
Allah menyukai orang-orang yang sabar.

َ ْ َ ُ َ ْ َ َ ُ ٰ َّ ََّ َ ُ َ َّ
‫ِإنما يوّف ٱلص ِْبون أجرهم ِبغ ْ ِب ِحساب‬
Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa
batas.

Sesungguhnya hanya Orang-orang yang sabar yang diberi pahala di akhirat tanpa batasan,
hitungan dan kadar. Ini adalah pengagungan terhadap balasan bagi orang-orang yang sabar dan
pahala mereka.
Kelima, Allah akan memberikan pemahaman agama bagi hamba yang Allah cintai.
Dalam sebuah hadis riwayat Imam al-Bukhori dijelaskan “barangsiapa yang dikehendaki Allah
mendapat kebaikan, maka akan dipahamkan baginya dalam masalah agama”.
Bagi seorang ulama yang mempelajari ilmu agama secara mendalam, Allah akan
memberikan kemudahan dalam memahami berbagai cabang disiplin dalam ilmu agama. Akan
tetapi bagi masyarakat awam, Allah akan memberikan petunjuk dan pemahaman agama bagi
hamba yang Allah cintai, sehingga hamba tersebut mengetahui apa yang harus dilaksanakan dari
perintah agama dan apa yang harus ditinggalkan dari berbagai larangan agama.
Keenam, memenuhi segala permintaan hambanya.
Jika Allah sudah mencintai hamba-Nya, maka Allah akan memenuhi semua
permintaannya dan akan melindunginya. Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah berfirman: Barangsiapa yang memusuhi wali- Ku, sungguh Aku
mengumumkan perang kepadanya. Tidaklah Hamba-Ku mendekat kepada- Ku dengan sesuatu
yang lebih Aku cintai dari pada hal-hal yang Aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku tidak henti-
hentinya mendekat kepada-Ku dengan Ibadah-Ibadah Sunnah hingga Aku mencintainya.
Jika Aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk
mendengar, menjadi penglihatannya yang dia gunakan untuk melihat, menjadi tangannya yang
dia gunakan untuk berbuat, dan menjadi kakinya yang dia gunakan untuk berjalan. Jika dia
meminta kepada-Ku, Aku pasti memberinya. Dan jika dia meminta perlindungan kepada-Ku, Aku
pasti melindunginya.” (HR Al Bukhari).

Semoga Allah senantiasa memberikan petunjuk kebenaran bagi kita semua.

Anda mungkin juga menyukai