Anda di halaman 1dari 10

p-ISSN: 2597-4297

e-ISSN: 2775-5215
Volume 5 No 1, Februari 2022

TERAPI NUTRISI PADA PASIEN ABSES HEPAR LOBUS


SINISTRA DENGAN PLEUROPNEUMONIA DAN GIZI
BURUK

Nevi Dwi Handayani 1, Suryani As’ad2, Mardiana Madjid3, Asrini Safitri4


1
Departemen Gizi Universitas Hasanuddin, Makassar
2
Departemen Gizi Universitas Hasanuddin, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah, Makassar
3
Departemen Gizi Universitas Hasanuddin, Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo, Makassar
4
Departemen Gizi Universitas Hasanuddin, Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia, Makassar
*corresponding author, contact : nevi2111@gmail.com

Abstract

Liver abscess is a form of infection in the liver caused by a bacterial, parasitic, fungal infection,
which is characterized by a suppuration process with the formation of pus in the liver parenchyma.
A liver abscess can adversely affect nutritional status through reduced food intake, malabsorption,
increased catabolism, and absorption of nutrients required for tissue synthesis and growth. A 73-
year-old woman was consulted with a diagnosis of left lobe liver abscess and grade IV ileal
adhesions with pleuropneumonia and severe malnutrition (Subjective Global Assessment Score C).
The patient has had a history of inadequate intake since 3 weeks ago due to abdominal pain.
Nutrition therapy was given 1200 kcal, gradually increased to 1600 kcal according to the ability
and condition of the patient, with a protein composition of 1.2-1.5 g/kg ideal body weight/day,
50% carbohydrates, and 30-34.1% fat followed by supplementation of Zinc, Vitamin B complex,
Vitamins C, Vitamin D, Curcuma and snakehead fish extract capsules. Nutritional therapy in liver
abscess with adequate macronutrient and micronutrient fulfillment and immune nutrients is very
important to prevent the disease from worsening, and the outcome in these patients is improving.

Keywords : liver abscess, malnutrition, hypoalbuminemia

Abstrak
Abses hepar adalah bentuk infeksi pada hepar yang disebabkan karena infeksi bakteri, parasit,
jamur, yang ditandai dengan adanya proses supurasi dengan pembentukan pus di dalam parenkim
hepar. Abses hepar dapat berdampak buruk pada status gizi melalui asupan makanan yang
berkurang, malabsorpsi, peningkatan katabolisme dan penyerapan nutrisi yang diperlukan untuk
sintesis dan pertumbuhan jaringan. Wanita usia 73 tahun dikonsulkan dengan diagnosis abses
hepar lobus sinistra dan adhesi ileum grade IV dengan Pleuropneumonia dan malnutrisi berat
(Subjective Global Assesment Skor C dan Skor MNA 7). Pasien memiliki riwayat asupan yang
kurang sejak 3 minggu terakhir karena nyeri perut. Terapi nutrisi diberikan 1200 kkal, ditingkatkan
bertahap menjadi 1600 kkal sesuai kemampuan dan kondisi pasien, dengan komposisi protein 1.2-
1.5 g/kg BB ideal/hari, karbohidrat 50% dan lemak 30-34.1 % diikuti dengan suplementasi zinc,
Vitamin B kompleks, Vitamin C, Vitamin D, curcuma dan kapsul ekstrak ikan gabus. Terapi
nutrisi pada abses hepar dengan pemenuhan makronutrien dan mikronutrien yang memadai dan
imunonutrisi sangat penting untuk mencegah perburukan penyakit dan luaran pada pasien ini
menjadi lebih baik.

Kata Kunci : abses hepar, malnutrisi, hipoalbuminemia.

Indonesian Journal of Clinical Nutrition Physician. Hal 21-30 | 21


p-ISSN: 2597-4297
e-ISSN: 2775-5215
Volume 5 No 1, Februari 2022

Pendahuluan epidemiologi di Indonesia penderita abses


Abses hepar adalah bentuk infeksi hepar pada pria memiliki rasio 3,4 – 8,5 kali
pada hepar yang disebabkan karena infeksi lebih besar dibandingkan dengan
bakteri, parasit, jamur, yang ditandai dengan wanita.(3),(4)
adanya proses supurasi dengan pembentukan Infeksi seperti abses hepar dapat
pus di dalam parenkim hepar. Pada berdampak buruk pada status gizi melalui
umumnya abses hepar dibagi dua yaitu abses asupan makanan yang berkurang,
hepar amebik (AHA) dan abses hepar malabsorpsi, peningkatan katabolisme dan
piogenik (AHP). Abses hepar piogenik penyerapan nutrisi yang diperlukan untuk
adalah infeksi bakteri yang berpotensi fatal sintesis dan pertumbuhan jaringan.
pada parenkim hepar, dengan tingkat Sebaliknya, malnutrisi dapat menjadi
kematian 5,6%-23%. Status predisposisi terjadinya infeksi karena
immunocompromised, diabetes melitus, dampak negatifnya pada perlindungan
sirosis hepar, dan usia lanjut merupakan penghalang yang diberikan oleh kulit dan
faktor risiko predisposisi untuk AHP. selaput lendir dan dengan menginduksi
Pleuropneumonia adalah peradangan atau perubahan fungsi kekebalan tubuh.(5),(6),(7)
infeksi yang terjadi di paru-paru dan pleura. Dukungan nutrisi mencakup
Kondisi ini biasanya disebabkan oleh infeksi pemberian makronutrien yang adekuat dan
bakteri atau virus. Pneumonia dianggap mikronutrien sesuai dengan kebutuhan
sebagai penyebab potensial pembentukan pasien melalui oral, enteral dan nutrisi
abses organ distal. Di Taiwan, patogen AHP parenteral serta memberikan edukasi gizi
yang paling umum telah berubah dari pada pasien dan keluarga pasien mengenai
Escherichia coli menjadi Klebsiella pentingnya gizi sesuai penyakit terhadap
pneumoniae sejak tahun 1980-an.(1),(2) kesembuhan pasien bertujuan agar dapat
Abses hepar pyogenik lebih sering terjadi di mencegah perburukan penyakit dan luaran
negara-negara Asia, endemik di beberapa pada pasien ini membaik.
bagian Asia, seperti Taiwan, di mana insiden
Laporan Kasus
tahunannya adalah 17,6 kasus per 100.000
Seorang wanita, 73 tahun,
penduduk. Menurut Perhimpunan Penelitian
dikonsulkan dari Departemen Bedah
Hepar Indonesia (2010), insiden abses hepar
Digestif dengan diagnosa abses hepar lobus
di rumah sakit di indonesia berkisar antara 5
sinistra dan adhesi ileum grade IV dengan
– 15 % pasien pertahun. Dan penelitian

22 | Indonesian Journal of Clinical Nutrition Physician. Hal 21-30


p-ISSN: 2597-4297
e-ISSN: 2775-5215
Volume 5 No 1, Februari 2022

Pleuropneumonia. Asupan makan via oral Histopatologi pada hepar menunjukkan


berkurang sejak 3 minggu yang lalu karena Inflamasi kronik supuratif, tidak ditemukan
selera makan menurun akibat nyeri perut. gambaran malignitas.
Batuk tidak ada. Sesak nafas ada sejak 3 Saat dipulangkan terdapat
minggu lalu. Demam dan riwayatnya tidak perbaikan klinis, berupa pasien sudah
ada. Penurunan berat badan yang tidak dapat duduk walaupun masih dibantu,
diinginkan ada dalam 3 minggu terakhir, tidak sesak napas, peningkatan asupan
namun besarannya tidak diketahui secara oral 100 % kebutuhan energi, peningkatan
pasti. handgrip strength dan perbaikan dalam
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan beberapa pemeriksaan laboratorium.
tanda vital dalam batas normal.
Pembahasan
Antropometri menunjukkan panjang badan
Malnutrisi adalah suatu status gizi
pasien 159 cm, lingkar lengan atas 19 cm,
dimana terjadi defisiensi atau kelebihan
berat badan taksiran berdasarkan lingkar
(imbalans) dari energi, protein dan zat gizi
lengan atas 39,2 kg, berat badan ideal 53.1,2
lainnya yang menyebabkan gangguan pada
kg dan lingkar betis 27 cm. Kekuatan
jaringan/tubuh (bentuk, ukuran, komposisi),
genggaman tangan (handgrip strength 2,9
fungsi tubuh dan luaran/hasil klinis.(8)
kg). Pasien memiliki loss of cutaneous fat
Penilaian status gizi pada pasien ini
pada bagian dada, serta tulang-tulang
berdasarkan pada Subjective Global
tampak prominen dan terdapat wasting pada
Assesment skor C dan skor MNA 7. Pasien
keempat ekstremitas.
ini memiliki riwayat asupan menurun sejak
Saat dikonsul, kondisi metabolik
3 minggu terakhir serta terjadi penurunan
pasien yang bermakna adalah anemia
berat badan. Gejala yang mempengaruhi
normositik normokromik (hemoglobin 11.3
asupan makan adalah nyeri perut bagian
gr/dL), deplesi sedang sistem imun (total
atas. Selain itu terjadi pula penurunan
lymphocyte count 1110/L), trombositosis
kapasitas fungsional dan pasien hanya dapat
(567.000 /mm3), hipokalemia (3,1 mmol/L),
tidur ditempat tidur. Hiperkatabolisme
hipoalbuminemia sedang (2.5 gr/dL).
terjadi pada pasien ini dengan adanya
Keseimbangan nitrogen pasien saat dikonsul
penyakit dasar yaitu abses hepar. Pada
2.03 dengan kadar nitrogen urea urin sebesar
pemeriksaan fisik ditemukan lingkar betis 27
2 gram/24 jam. Pasien menjalani laparatomi
cm, loss of subcutaneus fat dan wasting.
eksplorasi, evakuasi abses dan biopsi.

23 | Indonesian Journal of Clinical Nutrition Physician. Hal 21-30


p-ISSN: 2597-4297
e-ISSN: 2775-5215
Volume 5 No 1, Februari 2022

Malnutrisi dapat menjadi predisposisi berkontribusi pada penurunan kadar


terjadinya infeksi karena dampak negatifnya hemoglobin. Induksi sintesis hepsidin di
pada perlindungan penghalang yang hepar (terutama oleh interleukin-6 (IL-6),
diberikan oleh kulit dan selaput lendir dan bersama dengan endotoksin). Hepsidin pada
dengan menginduksi perubahan fungsi gilirannya mengikat ferroportin, yang
kekebalan tubuh.(5) memungkinkan keluarnya besi dari
Intervensi gizi yang dilakukan pada makrofag retikuloendotelial dan dari sel
pasien ini dengan memberikan diet sesuai epitel usus. Pengikatan hepsidin
dengan kebutuhan energi pasien berdasarkan menyebabkan internalisasi dan degradasi
rumus Harris-Benedict dengan ferroportin; penyerapan zat besi di dalam
memperhitungkan faktor aktivitas dan faktor makrofag membatasi ketersediaan besi
stres. Kebutuhan energi pasien ini 1600 kkal untuk prekursor eritroid. Penghambatan
dengan komposisi makronutrien berupa pelepasan eritropoietin dari ginjal (terutama
protein 1,2- 1,5 g/kgBBI/ hari, karbohidrat oleh interleukin1β (IL-1β) dan tumor
50% KET, dan lemak 30 – 34.1% KET necrosis factor α (TNFα). Proliferasi
(terutana berasal dari MCT dimana yang hematopoietik yang dirangsang oleh
digunakan adalah VCO). Minyak kelapa eritropoietin pada gilirannya akan
mengandung empat MCFAs, antara lain berkurang. Penghambatan langsung
asam laurat (C-12, 48-53%), asam kaproat proliferasi progenitor eritroid (terutama oleh
(C-6, 0,5%). Ketika berada dalam tubuh, TNFα, interferon-γ (IFNγ) dan IL-1β.
mereka berubah menjadi monogliserida Augmentasi eritrofagositosis oleh makrofag
bernama monolaurin, monocaprin, retikuloendotelial (oleh TNFα).(10)
monocaprylin, dan monocaproin, semuanya Penanganan anemia pada pasien ini dimulai
dapat membunuh mikroorganisme patogen, dengan menjamin nutrisi pasien melalui
termasuk bakteri, jamur, ragi, virus, dan nutrisi enteral dan parenteral serta
protozoa.(9) suplementasi vitamin sehingga terjadi
Penyebab anemia pada pasien ini perbaikan asupan makronutrien dan
dapat diakibatkan karena malnutrisi, serta mikronutrien pasien, sehingga kadar
adanya inflamasi kronik. Pada penyakit hemoglobin tidak terjadi penurunan secara
inflamasi seperti infeksi, sitokin yang drastis.
dilepaskan oleh leukosit yang teraktivasi dan Penurunan sistem imunitas tubuh
sel lain memberikan efek ganda yang merupakan salah satu mekanisme tubuh

24 | Indonesian Journal of Clinical Nutrition Physician. Hal 21-30


p-ISSN: 2597-4297
e-ISSN: 2775-5215
Volume 5 No 1, Februari 2022

untuk menurunkan laju inflamasi. Respons imun. Pada pasien ini diberikan Vitamin A
peradangan sistemik, yang terjadi sebagai 10.000 IU, Vitamin B, Vitamin C 500 mg,
akibat dari operasi, trauma atau infeksi, Vitamin D 800 IU dan Zink 30 mg. Selain
dapat memberikan tuntutan metabolisme itu pasien juga diberikan glutamin parenteral
tinggi pada pasien dan menyebabkan yang dapat mempengaruhi peningkatan
defiensi nutrisi penting. Sitokin pro- sistem imun.(13)
inflamasi mengatur respon terhadap cedera Pada pasien ini, leukositosis dialami
dan infeksi dan sangat penting untuk respons saat dikonsul 11.100 oleh teman sejawat
kekebalan normal. Namun, tingginya tingkat bedah diberikan antibiotika Ciprofloxacin
peradangan yang disebabkan oleh produksi intravena namun leukosit masih terus
sitokin pro-inflamasi dapat memberikan efek meningkat hingga 30.100, sehingga oleh
imunosupresif. Deplesi sistem imun pada teman sejawat bedah dilakukan pemeriksaan
pasien ini juga dapat terjadi karena kultur dan sensitivitas didapatkan hasil
malnutrisi. Malnutrisi mempengaruhi sistem bakteri Klebsiella pneumoniae ssp
imun melalui sel dendritik dan monosit, dan pneumoniae resisten terhadap Ciprofloxacin
(11) (12)
merusak efektor fungsi sel T memori. sehingga antibiotik diganti dengan
Pada pasien, didapatkan adanya Meropenem yang sensitif dan didapatkan
deplesi sistem imun namun bersifat sedang, penurunan leukosit menjadi 19.200.
dimana nilai TLC (Total Lymphosit Count) Trombositosis reaktif adalah
adalah 1110/µL dan pada saat pulang komplikasi umum dari proses inflamasi.
2990/µL. Nilai TLC pada pasien dapat Konsentrasi trombopoetin (TPO) yang
dipengaruhi oleh adanya jumlah leukosit bersirkulasi sangat tinggi pada trombositosis
pasien, pada kasus ini didapatkan reaktif, seperti yang telah ditunjukkan pada
peningkatan nilai limfosit namun juga penyakit autoimun, infeksi, atau keganasan.
terdapat peningkatan nilai leukosit, sehingga Bukti in vitro menunjukkan bahwa IL-6
tidak dapat disimpulkan bahwa pada pasien memediasi reaksi ini dengan meningkatkan
ini terjadi perbaikan sistem imun. Namun ekspresi mRNA TPO. IL-6 meningkatkan
jika dinilai dari peningkatan limfosit yang transkripsi beberapa gen protein fase akut di
meningkat dari 10 % menjadi 15.6% dapat hepar. IL-6 dirilis dari makrofag dan,
dikatakan mengalami perbaikan. Pemberian melalui stimulasi TNF-α, dari fibroblast dan
mikronutrien seperti vitamin A, B, C, D dan bersirkulasi ke hepar untuk meningkatkan
Zink dapat merangsang peningkatan sistem produksi trombopoietin. Trombopoetin

25 | Indonesian Journal of Clinical Nutrition Physician. Hal 21-30


p-ISSN: 2597-4297
e-ISSN: 2775-5215
Volume 5 No 1, Februari 2022

mendorong pertumbuhan megakariosit penyakit dasarnya.(16) Penatalaksanaan


sumsum tulang, diferensiasi trombosit dan pada pasien ini dengan memberikan koreksi
produksi trombosit.(14),(15) Terapi nutrisi pada sesuai penyebab yaitu mencukupkan asupan
kondisi ini dengan memberikan nutrisi dan pengembalian defisit kalium
antiinflamasi berupa curcuma, vitamin C, dengan preparat kalium oral.
vitamin D dan zink untuk mengurangi efek
Kesimpulan dan Saran
buruk dari sitokin pro inflamasi serta dengan
Intervensi nutrisi diberikan untuk
pemberian antibiotik untuk mengatasi
memenuhi kebutuhan nutrisi baik kebutuhan
infeksi dari penyakit primer.
energi, makronutrien dan mikronutrien serta
Hipoalbuminemia yang terjadi pada
suplementasi untuk mencegah perburukan
pasien merupakan kombinasi dari
penyakit akibat abses hepar. Infeksi
kurangnya asupan nutrisi, terganggunya
berdampak buruk pada status gizi,
proses sintesis albumin dan tingginya
sebaliknya, malnutrisi dapat memperberat
katabolisme dalam tubuh (terutama protein
infeksi. Dengan pemenuhan makronutrien
sebagai akibat dari penyakit dasar).
dan mikronutrien dapat mendukung
Tatalaksana untuk hipoalbumin pada pasien
perbaikan katabolik dari abses hepar,
ini adalah dengan memperbaiki asupan
sehingga dapat meningkatkan status gizi dan
nutrisi bersamaan dengan pemberian terapi
memperkecil terjadinya komplikasi dan
penyakit yang mendasari, kapsul ekstrak
menurunkan lama rawat inap.
ikan gabus dan Human Albumin 25% 100
Penghargaan
ml. Terapi nutrisi yang diberikan adalah
Terimakasih penulis ucapkan kepada pasien
memberikan energi dan asupan protein yang mengijinkan penulis sehingga bisa
mengambil pembelajaran lebih banyak tentang
sebesar 1,2 gr/kgBBI/hari kemudian abses hepar dan kepada para pembimbing atas
dinaikkan menjadi 1,5 gr/kgBBI/hari. ilmu yang diberikan.

Hipokalemia dapat disebabkan oleh Kepentingan Bersaing


asupan yang berkurang, peningkatan Para penulis mendeklarasikan bahwa tidak
terdapat konflik kepentingan apapun terkait studi
ekskresi, kehilangan dari sistem
pada naskah ini.
gastrointestinal dan perpindahan trans-
Daftar Singkatan
seluler. Pada pasien ini terjadi hipokalemia
AHA : Abses Hepar Amebik
karena menurunnya asupan selama periode AHP : Abses Hepar Piogenik
sakit dan perpindahan trans-seluler akibat IFNγ : Interferon-γ
IL-1β : Interleukin1β
kerusakan jaringan yang diakibatkan oleh KET : Kebutuhan Energi Total

26 | Indonesian Journal of Clinical Nutrition Physician. Hal 21-30


p-ISSN: 2597-4297
e-ISSN: 2775-5215
Volume 5 No 1, Februari 2022

MCFAs : Medium Chain Fatty Acids 1968. J Nutr [Internet]. 2003;133(1):328–


MCT : Medium Chain Triglyceride 32. Available from :
MNA : Mini Nutritional Assesment http://jn.nutrition.org/content/133/1/328S.
TLC : Total Lymphosit Count full.pdf+html
TNFα : Tumor Necrosis Factor α 7. Schaible UE, Kaufmann SHE.
TPO : Trombopoetin Malnutrition and infection: Complex
VCO : Virgin Coconut Oil mechanisms and global impacts. PLoS
Med. 2007;4(5):0806–12.
Kontribusi Penulis 8. Malnutrition Advisory Group (MAG).
Penulis 1 – Melakukan terapi pasien, MAG. The “MUST” explanatory booklet.
mengumpulkan data, analisis 2011. 32 p.
data, dan publikasi manuskrip. 9. Chomchalow N. Health and Economic
Penulis 2 – Melakukan terapi pasien dan Benefits of Coconut Oil Production
publikasi manuskrip. Development in Thailand 1. Au JT.
Penulis 3 – Publikasi manuskrip. 2011;14(3):181–7.
Penulis 4 – Publikasi manuskrip. 10. Zarychanski R, Houston DS. Anemia of
chronic disease: A harmful disorder or an
References adaptive, beneficial response? (Canadian
Medical Association Journal (2008) 179
1. Robbins SL, Kumar V, Cotran RS. Buku (333-337)). Cmaj. 2008;179(5):449.
Ajar Patologi. Edisi 7. Jakarta: ECG; 11. Bourke CD, Berkley JA, Prendergast AJ.
2007. Volume 2. Immune Dysfunction as a Cause and
2. Ho SW, Yeh C Bin, Yang SF, Yeh HW, Consequence of Malnutrition. Trends
Huang JY, Teng YH. Pneumonia is an Immunol [Internet]. 2016;37(6):386–98.
independent risk factor for pyogenic liver Available from:
abscess: A population-based, nested, case- http://dx.doi.org/10.1016/j.it.2016.04.003
control study. PLoS One. 2017;12(6):1– 12. Grimble RF. Basics in clinical nutrition:
12. Immunonutrition - Nutrients which
3. Sudoyo AW, Stiyohadi B, Alwi I, influence immunity: Effect and
Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu mechanism of action. Eur Soc Clin Nutr
Penyakit Dalam Jilid I. Edisi IV. Jakarta: Metab [Internet]. 2009;4(1):e10–3.
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Available from:
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran http://dx.doi.org/10.1016/j.eclnm.2008.07.
Universitas Indonesia; 2007. 015
4. Sharma A, Mukewar S, Mara KC, 13. Cruzat V, Rogero MM, Keane KN, Curi
Dierkhising RA, Kamath PS, Cummins N. R, Newsholme P. Glutamine: Metabolism
Epidemiologic Factors, Clinical and immune function, supplementation
Presentation, Causes, and Outcomes of and clinical translation. Nutrients.
Liver Abscess: A 35-Year Olmsted 2018;10(11):1–31.
County Study. Mayo Clin Proc Innov 14. Wolber EM, Jelkmann W.
Qual Outcomes [Internet]. 2018;2(1):16– Thrombopoietin: The novel hepatic
25. Available from: hormone. News Physiol Sci.
https://doi.org/10.1016/j.mayocpiqo.2018. 2002;17(1):6–10.
01.002 15. Kaushansky K. The molecular
5. Farhadi S, Ovchinnikov R. The mechanisms that control thrombopoiesis. J
relationship between nutrition and Clin Invest. 2005;115(12):3339–47.
infectious diseases: A review. Biomed 16. Viera AJ, Wouk N. Potassium disorders:
Biotechnol Res J. 2018;2(3):168. Hypokalemia and hyperkalemia. Am Fam
6. Keusch GT. Symposium : Nutrition and Physician. 2015;92(6):487–95.
Infection , Prologue and Progress Since

27 | Indonesian Journal of Clinical Nutrition Physician. Hal 21-30


p-ISSN: 2597-4297
e-ISSN: 2775-5215
Volume 5 No 1, Februari 2022

Grafik Monitoring Asupan energi via enteral dan parenteral

Grafik Monitoring Asupan Protein via enteral dan parenteral

28 | Indonesian Journal of Clinical Nutrition Physician. Hal 21-30


p-ISSN: 2597-4297
e-ISSN: 2775-5215
Volume 5 No 1, Februari 2022

Grafik Monitoring Lingkar Lengan Atas dan Handgrip Strength

Grafik Monitoring WBC, Limfosit dan Total Limfosit Count

Grafik Monitoring Albumin Serum

29 | Indonesian Journal of Clinical Nutrition Physician. Hal 21-30


p-ISSN: 2597-4297
e-ISSN: 2775-5215
Volume 5 No 1, Februari 2022

Grafik Monitoring Elektrolit (Natrium dan Kalium)

30 | Indonesian Journal of Clinical Nutrition Physician. Hal 21-30

Anda mungkin juga menyukai