Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)


Di Ruang Bougenvil RUMKIT TK. III BALADHIKA HUSADA JEMBER

NAMA : Selvia Fajriyatin Nikmah

NIM 21101090

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER
YAYASAN PENDIDIKAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL (JIS)
2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

A. Definisi
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) merupakan bayi yang lahir dengan
berat badan kurang dari 2500 g. Acuan pengukuran BBLR terdapat dalam
Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) gizi. Dalam pedoman
tersebut BBLR merupakan bayi dengan berat kurang dari 2500 gram diukur
pada saat lahir atau sampai hari ke tujuh setelah lahir. BBLR terjadi pada bayi
yang lahir kurang bulan yaitu kurang dari 37 minggu. Bayi yang dilahirkan
dengan BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan
sehingga dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan dan
perkembangan, bahkan mengganggu kelangsungan hidupnya (Putra, 2017).
Anak dengan riwayat BBLR akan meningkatkan resiko kejadian
kurang gizi 10x lebih besar dibandingkan anak yang tidak memiliki riwayat
BBLR. Bayi dengan berat lahir rendah juga akan memiliki daya tahan tubuh
yang lebih rendah dibandingkan bayi yang lahir normal. Dengan demikian,
maka bayi dengan berat lahir rendah akan mudah terserang penyakit terutama
penyakit infeksius (Septikasari, 2018)

B. Etiologi
Menurut Hanum (2014) beberapa penyebab bayi dengan berat lahir
rendah diantaranya yaitu:
1. Faktor Ibu
a. Penyakit
1) Mengalami komplikasi kehamilan seperti anemia, preeklamsi,
eklamsia, dan infeksi kandung kemih
2) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,
hipertensi, HIV-AIDS, dan penyakit jantung
3) Penyalahgunaan obat, merokok, dan mengkonsumsi alkohol
b. Ibu
1) Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
2) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1
tahun)
3) Mempunyai riwayat BBLR
c. Keadaan Sosial dan Ekonomi
1) Sosial ekonomi rendah
2) Aktivitas fisik yang berlebihan
3) Perkawinan yang tidak sah
2. Faktor Janin
Faktor janin meliputi kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
3. Faktor Plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh hidramnion, plasenta previa, salutio
plasenta, sindrom transfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), dan
ketuban pecah dini.
4. Faktor Lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh yaitu tempat tinggal di dataran tinggi,
terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

C. Klasifikasi
Menurut Astutik & Ertiana (2018), bayi BBLR dapat dikelompokkan
menjadi 2 yaitu:
1. Menurut harapan hidupnya
a. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau low birth weight (LBW)
yaitu bayi dengan berat lahir 1500-2500 g
b. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) atau very low birth weight
(VLBW) yaitu Bayi dengan berat lahir 1000-1500 g
c. Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER) yaitu extremely low
birth weight (ELBW) bayi dengan berat lahir kurang dari 1000 g
2. Menurut masa gestasinya
a. Prematuritas murni/Sesuai Masa Kehamilan (SMK)
Bayi dengan masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badannya
sesuai dengan berat badan masa gestasi. Kepala relatif lebih besar
dari
badannya, kulit tipis, transparan, lemak subkutan kurang, tangisnya
lemah dan jarang.
b. Dismaturitas/Kecil Masa Kehamilan (KMK)
Bayi lahir 37 minggu dan berat badan tidak sesuai dengan berat
badan masa gestasi. Hal ini menunjukkan bayi mengalami retardasi
pertumbuhan intrauterin.

D. Patofisiologi
Pada umumnya BBLR terjadi pada kelahiran prematur, selain itu juga
dapat disebabkan karena dismaturitas. Dismaturitas adalah bayi yang lahir
cukup bulan tetapi berat badan lahirnya kecil dari masa kehamilan (<2500
gram). BBLR dapat terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan saat
dikandungan. Hal tersebut antara lain disebabkan oleh penyakit ibu, kelainan
plasenta, keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan dari ibu
ke bayi berkurang. (Proverawati, 2015)

F. Manifestasi Klinis
Menurut Proverawati (2015) tanda dan gejala Berat Bayi Lahir Rendah
yaitu:
1. Berat kurang dari 2500 g
2. Panjang kurang dari 45 cm
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
6. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
7. Kepala lebih besar
8. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
9. Otot hipotonik lemah merupakan otot yang tidak ada gerakan aktif pada
lengan dan siku
10. Pernafasan tidak teratur (apnea)
11. Paha abduksi, sendi lutut fleksi-lurus, tumit mengkilap, dan telapak kaki
halus
12. Pernafasan 40-50x per menit dan nadi 100-140x per menit
13. Pergerakan kurang dan lemah serta tangisan lemah

G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nurarif, dkk (2017) pemeriksaan penunjang pada Berat Bayi
Lahir Rendah antara lain:
1. Periksa jumlah sel darah putih: 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai
23.000 – 24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada
sepsis).
2. Hematokrit (Ht): 43% - 61% (peningkatan sampai 65% atau lebih
menandakan polisetmia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau
hemoragic perinatal.
3. Hemoglobin (Hb): 15-20 gr/dl kadar lebih rendah berhubungan dengan
anemia atau hemolisis berlebih ).
4. Bilirubin total: 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari,
dan 12 mg/dl pada 3-5 hari.
5. Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah
kelahiran rata – rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga
6. Pemeriksaan analisa gas darah.

H. Penatalaksaan
Menurut Suismaya and Artana (2020) penatalaksanaan pada Berat
Bayi Lahir Rendah diantaranya:
1. Medikamentosa
a. Pemberian Vitamin K1 injeksi 1 mg intramuskular satu kali
pemberian
b. Vitamin K oral 2 mg tiga kali pemberian (saat lahir, saat umur 3 – 10
hari, dan umur 4 – 6 minggu)
2. Mempertahankan suhu tubuh normal
a. Gunakan salah satu cara menghangatkan suhu tubuh bayi seperti
kontak dari kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas,
inkubator atau ruangan hangat sesuai yang tersedia di tempat
pelayanan.
b. Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
c. Ukur suhu tubuh sesuai jadwal
3. Pencegahan infeksi
Pencegahan infeksi merupakan penatalaksanaan awal yang harus
dilakukan pada bayi baru lahir karena bayi baru lahir sangat rentan
terhadap infeksi. Risiko infeksi lebih tinggi pada bayi prematur atau bayi
berat lahir rendah (Puopolo et al., 2018). Pada penelitian di Rumah Sakit
Umum Pusat Sanglah tahun 2018, diperoleh hasil bahwa berat lahir
rendah merupakan karakteristik terbanyak dari kejadian sepsis neonatal.

I. Komplikasi
Menurut Setyarini and Suprapti (2019) BBLR sistem fungsi dan
struktur organ tubuh masih sangat muda/imatur/prematur sehingga belum
berfungsi optimal. Hal ini dapat menimbulkan beberapa komplikasi,
diantaranya:
1. Susunan saraf pusat
Aktifitas reflek yang belum maksimal sehingga proses menghisap dan
menelan terganggu.
2. Komplikasi saluran pernafasan
Akibat defisiensi surfaktan dalam alveoli yang berfungsi
mengembangkan alveoli dapat terjadi Idiopathic Respiratory Distress
Syndrome (IRDS).
3. Pusat thermoregulator belum sempurna
Hal ini mengakibatkan BBLR mudah mengalami hipotermia.
4. Metabolisme
Produksi enzim glukoronil transfererase ke sel hati belum sempurna
sehingga mudah terjadi ikterus neonatorum.
5. Imunoglobulin masih rendah
Hal ini mengakibatkan bayi BBLR mudah terkena infeksi
6. Ginjal belum berfungsi sempuna
Filtrasi gromerulus belum sempurna sehingga mudah mengalami
keracunan obat dan menderita asidosis (metabolik).

J. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas: Usia ibu saat hamil, usia kehamilan, kehamilan dengan
penyakit penyerta
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama: PB < 45 cm, LD < 30 cm, LK < 33 cm.
Kesadaran apatis, daya hisap lemah atau bayi tak mau minum,
hipotonia letargi, dan mungkin terjadi kelumpuhan otot
ekstravaskuler
2) Riwayat penyakit sekarang
Bayi dengan ukuran fisik: UK < 37 minggu, BB < 2500 gram,
panjang badan < 45 cm. Gambaran fisik: kepala lebih besar dari
badan, kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak
subkutan tipis, daya hisap lemah atau bayi tak mau minum,
tangis yang melengking.
3) Riwayat penyakit dahulu
Bayi beresiko mengalami BBLR, jika ibu mempunyai riwayat
penyakit seperti hipertensi, plasenta pervia, kehamilan kembar,
malnutrisi, kebiasaan ibu merokok, minum alkohol, ibu yang
memderita penyakit malaria, dan lain-lain.
4) Riwayat kehamilan dan melahirkan
Adanya riwayat melahirkan sebelumnya,dan pada saat partus
siapakah yang berperan dalam proses pertolongan partus
tersebut. Riwayat pemberian ANC terpadu termasuk
didalamnya.
5) Riwayat imunisasi
Pemberian vaksin tetanus diberikan 2 kali pada ibu hamil, yaitu
TT (tetanus) I diberikan setelah bulan ke-3 dan TT II diberikan
dengan interval minimal 1 bulan, serta tidak boleh < 1 bulan
sebelum persalinan agar kadar anti tetanus serum bayi mencapai
kadar optimal. Bila ibu hamil belum mendapatkan polio, berikan
vaksin polio yang aman untuk ibu hamil.
6) Riwayat nutrisi
Masalah pemberian ASI pada BBLR terjadi karena ukuran tubuh
bayi dengan BBLR kecil, kurang energi, lemah, lambungnya
kecil dan tidak dapat menghisap. Bayi dengan BBLR sering
mendapatkan pemberian ASI dalam jumlah yang lebih sedikit
tetapi sering. Bayi BBLR dengan kehamilan lebih dari 35
minggu dan berat lahir lebih dari 2000 gram umumnya bisa
langsung menetek.
c. Kebutuhan dasar
1) Pola Nutrisi: reflek sucking lemah, volume lambung kurang,
daya absorbsi kurang atau lemah sehingga kebutuhan nutrisi
terganggu
2) Pola Personal hygiene: Perawat dan keluarga pasien harus
menjaga kebersihan pasien, terutama saat BAB dan BAK, saat
BAB dan BAK harus diganti popok khusus bayi BBLR yang
kering dan halus.
3) Pola Aktivitas: gerakan kaki dan tangan lemah
4) Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah
mekonium, produksi urin rendah, frekuensi BAB normal pada
neonatus adalah lebih dari 4x dalam sehari sedangkan frekuensi
BAK normal lebih 6x dalam sehari, volume urin normal berkisar
antara 1-2 ml/kg berat badan per jam, jadi bila berat badan bayi
2,5 -5 kg urin yang dihasilkan berkisar 60- 240 ml dalam sehari.
5) Pola Tidur: Bayi cenderung lebih banyak tidur.
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum
a) Pada umumnya pasien dengan BBLR dalam keadaan lemah,
bayi terlihat kecil, pergerakan masih kurang dan lemah, BB
< 2500 gram dan tangisan masih lemah.
b) Nadi: 180 kali per menit, kemudian menurun sampai 120-
140x/menit
c) RR: 80 kali per menit, kemudian menurun sampai
40x/menit
d) Suhu: kurang dari 36,5 C
2) Pemeriksaan ABCD
a) Antropometri pada bayi dengan BBLR terutama berat badan
terbagi menjadi 3 yaitu: BBLR berat antara 1500- 2500
gram, BBLSR berat antara 1000-1500 gram, dan BBLR
berat kurang dari 1000 gram, lingkar dada < 33 cm.
b) Biokimia, pada bayi BBLR sering dijumpai adanya
peningkatan kadar hemogloblin, eritrosit karena imaturitas
dari sel dan belum sempurnanya enzim.
c) Clinical, pada BBLR berat badan bayi belum memenuhi
standar yakni 2500 gram dan pada kasus ini biasanya juga
terjadi kelemahan reflek atau fungsi menghisap.
d) Diet Makanan atau nutrisi yang diberikan biasanya hanya
ASI dan susu formula khusu BBLR jika disarankan oleh
dokter.
e. Pemeriksaan Head to Toe
1) Kepala
Inspeksi: biasanya pada BBLR kepala lebih besar dari badan,
kulit tipis, ubun ubun besar dan kecil belum menutup
Palpasi: pada BBLR rambut tipis dan halus, lingkar kepala < 33
cm.
2) Mata
Inspeksi: mata simetris, pupil isokor, terdapat banyak lanugo
pada area pelipis, konjungtiva anemis
3) Hidung
Inspeksi: terdapat pernafasan cuping hidung akibat gangguan
pola nafas, terpasang selang oksigen 1-2 liter/menit
Palpasi: pada BBLR tulang hidung masih lunak, karena tulang
rawan belum sempurna
4) Mulut
Inspeksi: pucat, sianosis, mukosa bibir kering, terpasang selang
OGT
5) Telinga
Inspeksi: pada BBLR terlihat banyak lanugo, daun telinga
imatur Palpasi: daun telinga pada BBLR lunak
6) Wajah
Inspeksi: warna kulit merah karena hipertermia, bentuk simetris,
lanugo banyak, kriput seperti orang tua
7) Leher
Inspeksi: pada BBLR mudah terjadi gangguan pernafasan akibat
dari inadekuat jumlah surfaktan, jika hal ini terjadi biasanya
didapatkan retraksi suprasternal.
8) Paru-paru
Inspeksi: biasanya pada BBLR pernafasan tidak teratur, otot
bantu pernafasan, lingkar dada <30 cm, retraksi dada ringan.
Palpasi: dinding dada elastis, puting susu belum terbentuk
Perkusi: terdapat suara sonor
Auskultasi: jika bayi mengalami gangguan pernafasan biasanya
bayi mendengkur, jika terjadi aspirasi meconium maka terdapat
suara ronchi
9) Jantung
Inspeksi: biasanya ictus cordis Nampak di ICS mid klavikula
Palpasi: ictus cordis teraba ICS 4 mid klavikula sinistra
Perkusi: area jantung redup
Auskultasi: S1 S2 tunggal, normalnya heat rate 120-160
kali/menit
10) Abdomen
Biasanya pada BBLR tidak terjadi distensi abdomen, kulit perut
tipis, pembuluh darah terlihat
11) Punggung
Inspeksi: keadaan punggung simestris, terdapat lanugo
12) Genetalia
Pada bayi BBLR perempuan, labia minora belum tertutup oleh
labia mayora, klitoris menonjol. Pada bayi laki-laki testis belum
turun dan rague pada skrotum kurang
13) Ekstremitas
Pada BBLR garis plantar sedikit, kadang terjadi oedem,
pergerakan otot terlihat lemah, terdapat lanugo pada lengan,
akral teraba dingin
14) Anus
Biasanya pada BBLR anus bisa berlubang atau tidak

f. Neurologis atau reflek


1) Reflek Morrow
Reflek morrow adalah timbul oleh rangsangan mendadak/
mengejutkan. Bayi akan mengembangkan tangannya ke samping
dan melebarkan jari-jari kemudian tangannya ditarik kembali
dengan cepat. Reflek ini akan mereda 1 atau 2 minggu dan
hilang setelah 6 bulan.
2) Reflek Rooting (reflek mencari)
Kepala bayi akan berpaling memutar kea rah asupan dan
mencari puttng susu dengan bibirnya. Reflek ini berlanjut
sementara bayi masih menyusu dan menghilang setelah 3- 4
bulan.
3) Reflek Menghisap (Sucking)
Ditimbulkan oleh rangsangan pada daerah mulut atau pipi bayi
dengan puting/jari tangan. Bibir bayi akan maju ke depan dan
lidah melingkar kedalam untuk menyedot. Menghilang saat bayi
berusia 2-3 bulan.
4) Reflek Menggenggam
Timbul bila kita menggoreskan jari melalui bagian dalam atau
meletakkan jari kita pada telapak tangan bayi. Jari-jari bayi akan
melingkar ke dalam seolah memegangi suatu benda dengan kuat.
Reflek ini menghilang umur 3-4 bulan.
5) Reflek Tonic Neck
Reflek tonic neck merupakan reflek mempertahankan posisi
leher/kepala. Timbul bila kita membaringkan bayi secara
terlentang. Kepala bayi akan berpaling ke salah satu sisi
sementara ia berbaring terlentang. Lengan pada sisi kemana
kepalanya berpaling akan terlentang lurus keluar, sedangkan
tangan lainnya dilipat. Reflek ini sangat nyata pada 2-3 bulan
dan hilang sekitar 4 bulan.
6) Reflek Gallant
Reflek gallant ditimbulkan dengan menggosok satu sisi
punggung sepanjang garis paravertebratal 2-3 cm dari garis
tengah mulai dari bahu hingga bokong. Reflek ini secara normal
akan hilang setelah 2-3 bulan.
7) Reflek Stepping
Reflek akan timbul ketika kita memegangi bayi pada posisi
berdiri dan sedikit menekan. Bayi akan mengangkat kakinya
secara bergantian seakan-akan berjalan. Reflek ini terlihat
setelah 1 minggu dan akan menghilang setelah 2 bulan.
8) Reflek Swallowing
Gerakan menelan bendabenda yang didekatkan ke mulut,
memungkinkan bayi memasukkan makanan ada secara
permainan tapi berubah sesuai pengalaman. Terjadi mulai : usia
0-3 bulan, penyebab : ada benda yang masuk ke mulutnya, maka
akan segera dia hisap, lalu dia telan. Reflek ini tidak akan hilang,
namun leat usia 3 bulan bayi sudah menghisap secara sadar.
Waspada jika tidak ada reflek, kemungkinan ada kelainan pada
susunan ketika kita memasukkan puting susu atau dot dan bayi
mulai menghisap kemudian menelan.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas (D.0005)
b. Ikterik neonates berhubungan dengan penurunan berat badan
abnormal (D.0024)
c. Hipotermia berhubungan dengan berat badan ekstrem (D.0131)
d. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
nutrisi karena imaturitas (D.0019)
e. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kelembaban (D.0129)
f. Risiko infeksi ditandai dengan ketuban pecah sebelum waktunya
(D.0142)

3. Intervensi Keperawatan
SDKI SLKI SIKI
Pola napas tidak Setelah dilakukan asuhan Manajemen Jalan Napas
efektif berhubungan keperawatan selama 1x24 jam (I.01011)
dengan hambatan masalah pola nafas tidak efektif O:
upaya napas bisa teratasi. 1. Monitor pola napas
(D.0005) (frekuensi, kedalaman, usaha
Pola Napas (L.01004) napas)
2. Monitor bunyi napas
Indikator tambahan (mis. Gurgling,
Dispnea 5 mengi, weezing, ronkhi
Frekuensi napas 5 kering)
Kedalaman napas 5 3. Monitor sputum (jumlah,
Ekskursi dada
Keterangan : 5 warna, aroma)
1: Menurun/membaik T:
2: Cukup menurun/cukup 1. Pertahankan kepatenan jalan
membaik napas dengan head-tilt dan
3: Sedang chin-lift (jaw-thrust jika
4: Cukup meningkat/cukup curiga trauma cervical)
memburuk
5: Meningkat/memburuk 2. Posisikan semi-Fowler atau
Fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada, jika
perlu
5. Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
6. Lakukan hiperoksigenasi
sebelum
7. Penghisapan endotrakeal
8. Keluarkan sumbatan benda
padat dengan forsepMcGill
9. Berikan oksigen, jika perlu
E:
1. Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak
kontraindikasi.
2. Ajarkan teknik batuk efektif
K:
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
Ikterik neonates Setelah dilakukan asuhan Fototerapi Neonatus (I.03091)
berhubungan dengan keperawatan selama 1x24 jam O:
penurunan berat masalah ikterik neonatus bisa 1. Monitor ikterik dan sklera
badan abnormal teratasi. pada kulit bayi
(D.0024) 2. Identifikasi kebutuhan cairan
Integritas Kulit dan Jaringan sesuai dengan gestasi dan
(L.14125) berat badan
Indikator 3. Monitor suhu dan tanda vital
Elastisitas 5 setiap 4 jam sekali
Pigmentasi abnormal 5 T:
Tekstur 5 1. Siapkan lampu fototerapi dan
Keterangan : inkubator atau kotak bayi
1: Menurun/meningkat/memburuk 2. Lepas pakaina kecuali popok
2: Cukup menurun/cukup 3. Ukur jarak antara lampu dan
meningkat/cukup memburuk permukaan kulit bayi
3: Sedang 4. Biarkan tubuh bayi terpapar
4: Cukup meningkat/cukup sinar fototerapi secara
menurun/cukup membaik berkelanjutan
5: Meningkat/menurun/membaik E:
1. Anjurkan ibu menyusui
sekitar 20-30 menit
Hipotermia Setelah dilakukan asuhan Manajemen Hipotermia
berhubungan dengan keperawatan selama 1x24 jam (I.14507)
berat badan ekstrem masalah hipotermia bisa teratasi. O:
(D.0131) 1. Monitor suhu tubuh
Termoregulasi Neonatus 2. Identifikasi penyebab
(L.14135) hipotermia
Indikator 3. Monitor tanda dan gejala
Menggigil 5 akibat hipotermia
Suhu tubuh 5 T:
Suhu kulit 5 1. Sediakan lingkungan yang
Frekuensi nadi 5 hangat
Ventilasi 5 2. Ganti pakaian dan/atau linen

Keterangan : yang basah

1: Menurun/meningkat 3. Lakukan penghangatan pasif

2: Cukup menurun/cukup 4. Lakukan penghangatan aktif

meningkat internal

3: Sedang E:

4: Cukup meningkat/cukup 1. Anjurkan makan/minum

menurun hangar

5: Meningkat/menurun
Defisit nutrisi Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nutrisi (I.03139)
berhubungan dengan keperawatan selama 1x24 jam O:
ketidakmampuan masalah difisit nutrisi bisa 4. Identifikasi status nutrisi
mencerna nutrisi teratasi. 5. Identifikasi alergi dan
karena imaturitas intoleransi makanan
(D.0019) Status Nutrisi (L.03030) 6. Identifikasi makanan yang
Indikator disukai
Porsi makanan yang 5 7. Identifikasi kebutuhan kalori
dihabiskan dan jenis nutrient
Kekuatan otot menelan 5 8. Identifikasi perlunya
Indeks massa tubuh 5 penggunaan selang
Keterangan : nasogastrik
1: Menurun/memburuk 9. Monitor asupan makanan
2: Cukup menurun/cukup 10. Monitor berat badan
memburuk 11. Monitor hasil
3: Sedang pemeriksaan laboratorium
4: Cukup meningkat/cukup T:
membaik 10. Lakukan oral hygiene
5: Meningkat/membaik sebelum makan, jika perlu
11. Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis. Piramida
makanan)
12. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
13. Berikan makan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
14. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
15. Berikan suplemen
makanan, jika perlu
16. Hentikan pemberian
makan melalui selang
nasigastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
E:
3. Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
4. Ajarkan diet yang
diprogramkan
K:
2. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
3. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
Gangguan Setelah dilakukan asuhan Perawatan Integritas Kulit
integritas kulit keperawatan selama 1x24 jam (I.11353)
berhubungan dengan masalah risiko gangguan O:
kelembaban integritas kulit/jaringan bisa 1. Identifikasi penyebab
(D.0129) teratasi. gangguan integritas kulit
(mis. Perubahan sirkulasi,
Integritas Kulit dan Jaringan perubahan status nutrisi,
(L.14125) peneurunan kelembaban,
Indikator suhu lingkungan ekstrem,
Kerusakan jaringan 5 penurunan mobilitas
Kerusakan lapisan kulit 5 T:
Nyeri 5 1. Ubah posisi setiap 2 jam jika
Keterangan : tirah baring
1: Meningkat
2: Cukup Meningkat 2. Lakukan pemijatan pada area
3: Sedang penonjolan tulang, jika perlu
4: Cukup menurun 3. Bersihkan perineal dengan
5: Menurun air hangat, terutama selama
periode diare
4. Gunakan produk berbahan
petrolium atau minyak pada
kulit kering
5. Gunakan produk berbahan
ringan/alami dan hipoalergik
pada kulit sensitif
6. Hindari produk berbahan
dasar alkohol pada kulit
kering
E:
1. Anjurkan menggunakan
pelembab (mis. Lotin, serum)
2. Anjurkan minum air yang
cukup
3. Anjurkan menghindari
terpapar suhu ektrime
4. Anjurkan menggunakan tabir
surya SPF minimal 30 saat
berada diluar rumah
Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan Pencegahan Infeksi (I.14539)
ditandai dengan keperawatan selama 1x24 jam O:
ketuban pecah masalah risiko infeksi bisa 1. Identifikasi riwayat
sebelum waktunya teratasi. kesehatan dan riwayat alergi
(D.0142) 2. Identifikasi kontraindikasi
Tingkat Infeksi (L.08066) pemberian imunisasi
Indikator
Demam 5
Kemerahan 5 3. Identifikasi status imunisasi
Bengkak 5 setiap kunjungan ke
Kadar sel darah putih 5 pelayanan kesehatan
Keterangan : T:
1. Meningkat/memburuk 1. Berikan suntikan pada pada
2. Cukup meningkat/cukup bayi dibagian paha
memburuk anterolateral
3. Sedang 2. Dokumentasikan informasi
4. Cukup menurun/cukup vaksinasi
membaik 3. Jadwalkan imunisasi pada
5. Menurun/membaik interval waktu yang tepat
E:
1. Jelaskan tujuan, manfaat,
resiko yang terjadi, jadwal
dan efek samping
2. Informasikan imunisasi yang
diwajibkan pemerintah
3. Informasikan imunisasi yang
melindungiterhadap penyakit
namun saat ini tidak
diwajibkan pemerintah
4. Informasikan vaksinasi untuk
kejadian khusus
5. Informasikan penundaan
pemberian imunisasi tidak
berarti mengulang jadwal
imunisasi kembali
6. Informasikan penyedia
layanan pekan imunisasi
nasional yang menyediakan
vaksin gratis
DAFTAR PUSTAKA

Astutik, R. Y., & Ertiana, D. (2018). Anemia dalam Kehamilan. Jawa Timur: CV.
Pustaka Abadi.
Hanum. (2014). Gambaran Morbiditas Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah
(BBRL) di Ruang Perinatologi RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Jom
Psik Universitas Riau, 1, 1–8
Nurarif, A. H. (2017). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 1. Yogyakarta: MediAction.
PPNI DPP SDKI Tim Pokja. 2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Edisi
1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI DPP SIKI Tim Pokja. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi
1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI DPP SLKI Tim Pokja. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI.
Proverawati, A. (2015). BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah). Yogyakarta: Nuha
Medika
Putra, S.R (2017). Asuhan Neonatus Bayi dan Balita Untuk Keperawatan dan
Kebidanan. Yogyakarta: D-Medika.
Septikasari, M. (2018). Status Gizi Anak dan Faktor yang Mempengaruhi.
Yogyakarta: UNY Press
Setyarini & Suprapti. (2019). Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal
Neonatal. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai