LP Vomiting
LP Vomiting
VOMITING (MUNTAH)
RSUD dr.HARYOTO LUMAJANG
Disusun Oleh :
Nama Mahasiswa :
Ruang Praktik :
Lumajang, 2023
Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik,
…………………………………..… ………………………………………….
NIK/NIDN. NIK/NIDN.
LAPORAN PENDAHULUAN
VOMITING (MUNTAH)
A. Definisi
Vomiting bila diartikan dalam Bahasa Indonesia adalah mual dan
muntah. Mual dan muntah bukan sebuah penyakit, melainkan gejala yang
menyertai penyakit atau suatu kondisi penyakit. Secara definisi mual
adalah suatu perasaan tidak nyaman pada kerongkongan dan lambung
yang dapat berujung pada muntah di mana muntah adalah proses
mengosongkan lambung dengan seketika berlawanan dengan gerakan
normal peristaltic esofagus sehingga isi lambung di paksa keluar dari
mulut. Kadang-kadang salah diartikan dengan kejadian mengeluarkan
lendir atau dahak dari paru-paru dan tenggorokan. Dalam menangani
vomiting, yang harus dilakukan adalah tetap mengupayakan minum air
agar tidak terjadi dehidrasi. Hal ini berlaku baik untuk anak-anak maupun
orang dewasa (McDermott, A. Healthline.2017).
Vomiting masih merupakan “The Big Little Problem” dalam dunia
anestesi. Disebut “big” karena vomiting dapat menyebabkan perpanjangan
waktu pemulihan, peningkatan biaya perawatan, perpanjangan masa
pengawasan di Post Anesthesia Care Unit (PACU), dan meningkatnya
morbiditas. Muntah adalah pengeluaran isi lambung secara eksklusif
melalui mulut dengan bantuan kontraksi otot- otot perut. Perlu dibedakan
antara regurgitasi, ruminasi, ataupun reflu esophagus. Regurgitasi adalah
makanan yang dikeluarkan kembali kemulut akibat gerakan peristaltic
esophagus, ruminasi adalah pengeluaran makanan secara sadar untuk
dikunyah kemudian ditelan kembali. Sedangkan refluesophagus
merupakan kembalinya isi lambung kedalam esophagusdengan cara pasif
yang dapat disebabkan oleh hipotoni spingter eshopagus bagian bawah,
posisi abnormal sambungan esophagus dengan kardial atau pengosongan
isi lambung yang lambat.Berbeda dari regurgitasi (keluarnya isi lambung
tanpa kontraksi), muntah disertai kontraksi pada lambung dan otot perut.
Muntah sendiri sebenarnya bukan suatu penyakit, tetapi gejala
bahwaseseorang sedang mengalami gangguan kesehatan (Morra, et
al,2017).
Muntah dapat disebabkan oleh beragam kondisi. Konsumsi minuman
beralkohol atau makan terlalu banyak, dapat menyebabkan muntah.
Namun demikian, hal tersebut bukan merupakan kondisi yang perlu
dikhawatirkan (Cherney, K. Healthline,2016). Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, muntah adalah gejala bahwa seseorang sedang
mengalami gangguan kesehatan. Oleh karena itu, diagnosis yang
dilakukan adalah untuk mengetahui kondisi medis yang mendasari
muntah. Langkah ini akan membantu dokter menentukan metode
pengobatan yang tepat bagi pasien. Pada kasus muntah darah, dokter akan
terlebih dulu menstabilkan kondisi pasien, sebelum mendiagnosis
penyebab yang mendasarinya (Cherney, K. Healthline,2016).
B. Etiologi
1. Kolesistisis
Kepala, telapak tangan atau telapak kaki sering teraba hangat, keringat
berlebihan.
Gejala muntah cairan regurgitasi, yaitu cairan dengan arah yang
berlawanan dari normal, aliran kembali isi lambung dan kedalam
esofagus. (Dorland, 2002).
F. Pemeriksaan penunjang
H. Asuhan keperawatan
A. Pengkajian (data subjektif dan objektif)
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data,analisa data dan
penentuan masalah.
Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi,observasi, dan
pemeriksaan fisik . Kaji data menurut Cyndi Smith Greenberg,1992 adalah :
1. Identitas klien.
2. Riwayat keperawatan.
2.1.Awal kejadian: Awalnya suhu tubuh meningkat
2.2.Keluhan utama : muntah,bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi
gejala dehidrasi,berat badan menurun. Turgor kulit berkurang,selaput lendir
mulut dan bibir kering,frekwensi muntah >10x dalam sehari.
3. Riwayat kesehatan masa lalu.
4. Riwayat penyakit keluarga.
5. Diagnosis Medis dan Terapi : vomiting
6. Pengkajian Pola Gordon (Pola Fungsi Kesehatan).
1. Persepsi Kesehatan : pasien tidak mengetahui penyebab penyakitnya,
higienitas pasien sehari-sehari kurang baik.
2. Nutrisi metabolic : diawali dengan mual,muntah,menyebabkan penurunan
berat badan pasien.
3. Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB dan BAK sedikit
atau jarang.
4. Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya
nyeri akibat distensi abdomen yakni dibantu oleh orang lain.
5. Tidur/istirahat : akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman.
6. Kognitif/perceptual : pasien masih dapat menerima informasi namun
kurang berkonsentrasi karena nyeri abdomen.
7. Persepsi diri/konsep diri : pasien mengalami gangguan konsep diri karena
kebutuhan fisiologis nya terganggu sehingga aktualisasi diri tidak tercapai
pada fase sakit.
8. Seksual/reproduksi : mengalami penurunan libido akibat terfokus pada
penyakit.
9. Peran hubungan : pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga
dan peran pasien pada kehidupan sehari-hari mengalami gangguan.
10. Manajemen koping/stress : pasien mengalami kecemasan yang
berangsur-angsur dapat menjadi pencetus stress. Pasien memiliki koping
yang adekuat.
11. Keyakinan/nilai : pasien memiliki kepercayaan, pasien jarang
sembahyang karena gejala penyakit.
6. Pemerikasaan fisik.
- Inspeksi : mata cekung,ubun-ubun besar,selaput lendir,mulut dan bibir
kering,berat badan menurun,anus kemerahan.
- Perkusi : adanya distensi abdomen.
- Palpasi : Turgor kulit kurang elastis
- Auskultasi : terdengarnya bising usus.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipovolemia
2. Nausea
3. Defisit nutrisi
NO Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
1 Nasuea (D.0076) Setelah dilakukan tidakan Manajemen mual
keperawatan selama 1 x 24 I.03117
jam, nausea teratasi. Observasi
Tingkat Nausea L.08065 Identifikasi
indikator SA ST penyebab mual
Keluhan mual 1 5 Monitor mual
Perasaan ingin 1 5 Terapeutik
muntah Kendalikan
Sensasi panas 1 5 factor
Frekuensi 1 5 penyebab mual
menelan Kurangi atau
hilangkan
keadaan
penyebab mual
Berikan
makanan yang
menarik
Edukasi
Anjurkan
istirahat dan
tidur yang
cukup
Anjurkan sering
membersihkan
mulut, kecuali
jika
merangsang
mual
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian
antlametik, jika
perlu
2. Hipovolemia Setelah dilakukan asuhan Manajemen
(D.0023) keperawatan 3x24 jam Hipovolemia (I.03116)
masalah dapat teratasi O:
Kriteria hasil : Periksa tanda dan
Status Cairan (L. 03028) gejala hipovolemia
Indikator S S (mis. Tekanan darah
menyempit turgor
Turgor kulit 2 5 kulit menurun,
Output 2 5 volume urin
urine menurun,
Intake 2 5 hematokrit
cairan meningkat, haus,
Keterangan: lemah)
1. Menurun Monitor intake dan
2. Cukup menurun output cairan
3. Sedang T:
4. Cukup meningkat Hitung kebutuhan
5. Meningkat cairan
Keterangan: Berikan asupan
1. Memburuk cairan oral
2. Cukup memburuk E:
3. Sedang Anjurkan
4. Cukup membaik memperbanyak
Membaik asupan cairan oral
Anjurkan
menghindari
perubahan posisi
mendadak
K:
Kolaborasi
pemberian cairan IV
isotonis (mis. NaCI,
RL)
Kolaborasi
pemberian cairan IV
hipotonis (mis.
Glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)