Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR DI

RUANGAN PERAWATAN
RSUD. HAJI MAKASSAR

ANASTASYA DWI SASMITA


PO713201221006

CI LAHAN CI INSITUSI

( ) ( )

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR


PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
TAHUN 2023
DAFTAR ISI

LAPORAN PENDAHULUAN..................................................................1
BAB I..........................................................................................................3
KONSEP TEORI.......................................................................................3
A. DEFINISI..............................................................................................3
B. ETIOLOGI............................................................................................3
C. TANDA DAN GEJALA.......................................................................4
D. PATOFISIOLOGI (PATHWAY)........................................................5
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG.........................................................6
F. KOMPLIKASI......................................................................................7
G. PENATALAKSANAAN.......................................................................7
BAB II.........................................................................................................9
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN..................................................9
DENGAN PASIEN GANGGUAN ISTIRAHAT TIDUR......................9
A. PENGKAJIAN......................................................................................9
1. Data subjektif.........................................................................................9
2. Data objektif.........................................................................................10
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN........................................................10
C. INTERVENSI KEPERAWATAN.....................................................10
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................11
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
melimpahkan rahmat dan berkah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
penulisan makalah individu ini dengan baik dan tanpa kendala apapun.
Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang
telah membantu sekaligus memberi dukungan dalam penyusunan laporan
pendahuluan ini,. Penulis memohon maaf bila masih terdapat kekurangan dalam
penyusunan makalah ini, baik secara materi maupun penyampaian dalam karya
tulis ini. Penulis juga menerima kritik serta saran dari pembaca agar dapat
membuat makalah dengan lebih baik di kesempatan berikutnya.
Penulis berharap laporan pendahuluan ini memberikan manfaat dan dampak besar
sehingga dapat menjadi inspirasi bagi pembaca.

Makassar , 22 Mei 2023

Penulis
BAB 01
KONSEP TEORI DASAR KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR

1. Definisi
Istirahat dan tidur memiliki makna yang berbeda pada setiap individu. Secara
umum, istirahat berarti suatu keadaan tenang, rileks, tanpa tekanan emosional dan bebas
dari perasaan gelisah. Dalam arti lain istirahat bukan berarti tidak melakukan aktivitas
sama sekali. Terkadang, berjalan-jalan di taman juga bisa dikatakan sebagai suatu bentuk
istirahat. Sedangkan pengertian tidur merupakan suatu keadaan tidak sadarkan diri
dimana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun/hilang dan dapat
dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup (Guyton 1981). Tidur
dikarakteristikkan dengan aktivitas fisik yang minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi,
perubahan proses fisiologis tubuh dan penurunan respon terhadap stimulus eksternal.
Hampir sepertiga dari waktu kita, kita gunakan untuk tidur. Hal tersebut didasarkan pada
keyakinan bahwa tidur dapat memulihkan atau mengistirahatkan fisik setelah seharian
beraktivitas, mengurangi stress dan kecemasan, serta dapat meningkatkan kemampuan
dan konsentrasi saat hendak melakukan aktivitas sehari-hari.

2. Etiologi
Etiologi gangguan tidur bersifat multifaktorial dan diperkirakan melibatkan interaksi dari
faktor biologis, sosiodemografik, dan psikologis
 Faktor Risiko
Faktor risiko gangguan tidur dapat dikelompokkan menjadi faktor
biologis, psikologis, dan sosiodemografik.
 Faktor Biologis
Sleep disordered breathing biasanya disebabkan oleh adanya gangguan
pada pengendalian pernapasan, gangguan pergerakan jalan napas, dan dinding
toraks. Hal ini menyebabkan gangguan ventilasi dan hambatan ketika loading
pernapasan. Penyebab biologis hipersomnia dan gangguan irama sirkadian adalah
gangguan pada pusat pengendali tidur-bangun di otak, gangguan medis umum,
penggunaan obat atau zat terlarang, gangguan psikiatri, dan sindrom insufisiensi
tidur. Sleep related movement disorder seringkali disebabkan oleh gangguan
pengendalian eksitasi atau disinhibisi motorik. Etiologi spesifiknya bervariasi dan
berhubungan dengan bentuk gangguan gerakannya. Perubahan jam biologis,
misalnya karena perubahan shift kerja atau bepergian ke zona waktu yang
berbeda, juga bisa memicu timbulnya gangguan tidur. Irama sirkadian fisiologis
juga bisa berubah seiring bertambahnya usia sebagaimana yang terjadi pada
lansia. Selain itu, paparan terhadap blue light yang berlebih dari peralatan
elektronik juga dapat mengganggu irama sirkadian dan pola tidur.
 Faktor Psikologis
Beban pekerjaan dan penggunaan smartphone yang berlebihan juga bisa
menjadi faktor risiko untuk gangguan tidur. Pekerja dengan beban kerja
berlebihan cenderung mengalami gangguan tidur yang pada akhirnya akan
berpengaruh ke kinerja dan menambah beban pekerjaannya seperti lingkaran
setan. Selain itu, pola perilaku atau tipe kepribadian dengan ciri perfeksionisme,
percaya diri yang rendah, dan locus of control (sumber percaya diri) yang bersifat
eksternal juga merupakan faktor risiko gangguan tidur. Gangguan tidur bisa
menimbulkan masalah mental seperti kecemasan dan depresi, dan sebaliknya
riwayat gangguan mental juga bisa membuat orang rentan mengalami gangguan
tidur
 Faktor Sosiodemografik
Faktor sosiodemografik yang bisa memicu timbulnya gangguan tidur
adalah kebiasaan mengkonsumsi kopi, teh, rokok, atau alkohol. Kondisi sosial
ekonomi keluarga dilaporkan juga berhubungan dengan gangguan tidur pada
anggota keluarga. Pendapatan orang tua yang rendah, pendidikan yang rendah,
dan dukungan sosial yang rendah juga merupakan faktor risiko gangguan tidur.

3. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala kebutuhan isitirahat tidur sebagai berikut :
1. Keletihan saat bangun atau letih sepanjang hari
2. Perubahan mood
3. Mengantuk sepanjang hari

4. Patofisiologi
Patofisiologi pasti gangguan tidur masih belum diketahui, namun diperkirakan
melibatkan faktor neurobiologis dan psikologis, yang mencakup faktor perilaku, kognitif,
emosional, dan genetik.
 Model Neurokognitif
Salah satu model yang digunakan untuk menjelaskan patofisiologi
gangguan tidur adalah model neurokognitif. Model ini menerangkan bahwa faktor
predisposisi, presipitasi, perpetuasi, dan neurokognitif adalah faktor-faktor yang
mendasari berkembangnya insomnia dan menjadikannya gangguan kronik.
 Model Psychobiologic Inhibition
Model lain yang bisa digunakan untuk adalah model psychobiologic
inhibition, yang menunjukkan bahwa tidur yang baik membutuhkan otomatisasi
dan plastisitas. Otomatisasi artinya bahwa inisiasi tidur dan maintenance tidur
bersifat involunter, yang dikendalikan oleh homeostasis dan regulasi sirkadian.
Plastisitas adalah kemampuan sistem tubuh untuk mengakomodasi berbagai
kondisi lingkungan.
Pada kondisi normal, tidur terjadi secara pasif (tanpa atensi, niat, atau usaha).
Situasi hidup yang penuh dengan stres bisa memicu berbagai respon arousal
fisiologis dan psikologis, yang menimbulkan inhibisi terhadap de-arousal yang
berhubungan dengan tidur dan menimbulkan gejala gangguan tidur.
 Gangguan Otak atau Neurotransmitter
Gangguan tidur juga bisa terjadi akibat disrupsi pada regio otak yang
mengatur tidur atau pada neurotransmitter otak. Pengaturan tidur bangun
dikendalikan oleh basal forebrain melalui proyeksi kolinergik dan GABAergik.
Regio ini juga mendapatkan input dari berbagai area hipotalamus dan brainstem.
Regio ini juga menjadi relay serabut aferen dari reticular activating system ke area
kortikal.
Sirkuit yang mempertahankan kondisi terjaga adalah reticular activating
system yang terbentuk dari sekelompok neuron di medulla yang memberikan
proyeksi difus ke hipotalamus posterior. Formasi retikular ini menerima input dari
berbagai sistem sensoris dan memberikan proyeksi eksitatorik ke basal forebrain,
thalamus, dan hypothalamus. Gangguan pada jaras ini menyebabkan gangguan
untuk mempertahankan kesadaran, misalnya pada hipersomnia dan narkolepsi.
Neurotransmitter yang terlibat dalam patofisiologi gangguan tidur adalah
serotonin, norepinefrin, histamine, hipokretin/orexin, asetilkolin, dopamine,
glutamate dan GABA

5. Klasifikasi
Tidur yang normal melibatkan 2 fase yaitu pergerakan mata yang tidak cepat NREM
(Non Rapid Eye Movement) dan pergerakan mata yang cepat REM (Rapid Eye
Movement). Selama NREM, seseorang yang tidur mengalami kemajuan melalui empat
tahap yang memerlukan waktu kira-kira 90 menit selama siklus tidur. Sedangkan tidur
tahapan REM merupakan fase pada akhir tiap siklus tidur 90 menit sebelum tidur
berakhir. Kondisi dari memori dan pemulihan psikologis terjadi pada waktu ini, faktor
yang berbeda dapat meningkatkan atau mengganggu tahapan siklus tidur yang berbeda.

1. Tahapan tidur NREM

Tidur NREM ditandai dengan berkurangnya mimpi, tekanan darah turun, kecepatan
pernafasan turun, metabolisme turun dan Gerakan mata lambat. Masa NREM ini dibagi
menjadi 4 tahap yang memerlukan waktu 90 menit siklus tidur dan masing-masing tahap
ditandai dengan pola gelombang otak.

A) Tahap 1 NREM
 Tahap meliputi tingkat paling dangkal dan tidur
 Tahap berlangsung selama 5 menit, yang membuat orang beralihMdari tahap
sadar menjadi tidur
 Pengurangan aktivitas fisiologis dimulai dengan penurunan secara bertahap tanda-
tanda vital dan metabolisme
 Sesorang dengan mudah terbangun oleh stimulus sensori seperti suara
 Ketika terbangun, seseorang merasa telah melamun.

B) Tahap 2 NREM
 Tahap 2 merupakan tidur ringan
 Kemajuan relaksasi otot, tanda vital dan metabolisme menurun dengan jelas
 Untuk terbangun masih relatif mudah
 Gelombang otak ditandai dengan “sleep spindles” dan gelombang komplek.
 Tahap berakhir 10 hingga 20 menit
C) Tahap 3 NREM

 Tahap 3 meliputi tahap awal tidur yang dalam, yang berlangsung selama 15
sampai 30 menit
 Orang yang tidur sulit dibangunkan dan jarang bergerak
 Otot-otot dalam keadaan santai penuh dan tanda-tanda vital menurun tetapi tetap
teratur.
 Gelombang otak menjadi lebih teratur dan terdapat penambahan gelombang delta
yang lambat

D) Tahap 4 NREM

 Tahap 4 merupakan tahap tidur terdalam/nyenyak


 Sangat sulit untuk membangunkan orang yang tidur
 Jika terjadi kurang tidur, maka orang yang tidur akan menghabiskan porsi malam
yang seimbang pada tahap ini
 Tanda-tanda vital menurun secara bermakna dibandingkan selama jam terjaga
 Ditandai dengan predominasi gelombang delta yang melambat

2) Tahapan tidur REM

Tidur tipe ini disebut “paradoksikal” karena hal ini bersifat “paradoks”, yaitu
seseorang dapat tetap tidur walaupun aktivitas otaknya nyata. Ringkasnya, tidur REM
merupakan pola/tipe tidur dimana otak benar-benar dalam keadaan aktif. Namun,
aktivitas otak tidak disalurkan ke arah yang sesuai agar orang itu tanggap penuh terhadap
keadaan sekelilingnya kemudian terbangun. Tidur ini dapat berlangsung pada tidur
malam yang terjadi selama 5-20 menit, ratarata timbul 90 menit. Periode pertama terjadi
selama 80-100 menit, akan tetapi apabila kondisi orang sangat lelah, maka awal tidur
sangat cepat bahkan jenis tidur ini tidak ada. Ciri-cirinya sebagai berikut :

a. Biasanya disertai dengan mimpi aktif


b. Lebih sulit dibangunkan daripada selama tidur nyenyak gelombang lambat
c. Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan, menunjukkan inhibisi kuat proyeksi
spinal atas sistem pengaktivasi retikularis
d. Frekuensi jantung dan pernafasan menjadi tidak tertidur
e. Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur
f. Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan irregular, tekanan darah meningkat atau
berfluktuasi, sekresi gaster meningkat dan metabolism meningkat
g. Tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga berperan dalam belajar,
memori dan adaptasi.
6. Pathway

Factor lingkungan Factor fisiologis Nyeri akut


Faktor psikologis

Cemas
Merangsang Merangsang Merangsang Gangguan
sistem limbik sensori kortek eliminasi urin
(pengatur perangkat serebral untuk
sistem emosi) untuk meningkatkan
untuk meningkatkan mengeluarkan
meningkatkan mengeluarkan sorotan Hipertermi
pengeluaran serotonin
katekolamin

Merangsang
sistem aktivasi
retikuler ( SAR )
untuk
menurunkan
mengeluarkan
serotonin

Bangun 3 kali atau lebih dimalam


Gangguan hari, insomnia, ketidakpuasan tidur,
pola tidur total waktu kurang, kebiasaan buruk
saat tidur dan keluhan verbal lainnya

7. Pemeriksaan penunjang
a. Pemerisaan fisik
1) Foto rontgen ( untuk menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi, dan
perubahan hubungan tulang )
2) CT Scan tulang ( mengedintifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang di daerah
yang sulit untuk dievaluasi )
3) MRI ( untuk melihat abnormalitas : tumor, penyempitan jalur jaringan lunak
melalui tulang )
b. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah dan urine
2) Pemeriksaan HB
8. Komplikasi
a. Denyut nadi frekuensinya mengalami peningkatan, irama tidak teratur
b. Tekanan darah biasanya terjadi penurunan tekanan sistol/hipotensi orthostatic
c. Pernafasan terjadi peningkatan frekuensi, pernafasan cepat dan dangkal
d. Warna kulit dan suhu tubuh terjadi penurunan
e. Status emosi stabil

9. Penatalaksanaan
a. Pencegahan primer
Pencegahan primer merupakan proses yang berlangsung sepanjang kehidupan dan
episodic. Sebagai suatu proses yang berlangsung sepanjang kehidupan, mobilitas dan
aktivitas tergantung pada sistem musculoskeletal, kardiovaskuler, pulmonal. Sebagai
suatu proses pencegahan primer diarahkan pada pencegahan masalah – masalah yang
dapat timbul akibat mobilitas atau ketidak aktivan :
1) Hambatan terhadap Latihan
2) Pengembangan program Latihan
3) Keamanan
b. Pencegahan sekunder
Spiral menurun yang terjadi akibat eksaserbasi akut dari imobilitas dapat
dikurangi atau dicegah dengan intervensi keperawatan. Keberhasilan intervensi
berasal dari suatu pengertian tentang berbagai factor yang menyebabkan atau turut
berperan imobilitas dan penuaan. Pencegahan skunder memfokuskan pada
pemeliharaan fungsi dan pencegahan komplikasi.

BAB 02
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR

1. Pengkajian data
Mengkaji identitas pasien dan identitas penanggung jawab pasien dengan format
nama, umur jenis kelamin, status, agama, pekerjaan, suku bangsa, alamat, Pendidikan,
diagnose medis, sumber biaya, hubungan antara pasien dengan penggung jawab.
1. Riwayat tidur
a) kuantitas (lama tidur) dan kualitas watu tidur di siang dan malam hari
b) Aktivitas dan rekreasi yang di lakukan sebelumnya
c) Kebiasaan/pun saat tidur
d) Lingkungan tidur
e) Dengan siapa paien tidur
f) Obat yang di konsumsi sebelum tidur
g) Asupan dan stimulan
h) Perasaan pasien mengenai tidurnya
i)Apakah ada kesulitan tidur
j) Apakah ada perubahan tidur

2. Gejala Klinis
 Perasaan Lelah
 Gelisah
 Emosi
 Apetis
 Adanya kehitaman di daerah sekitar mata bengkak
 konjungtin merah dan mata perih
 Perhatian tidak fokus
 Sakit kepala

3. Penyimpangn Tidur
a) Insomnia
Pengertian insomnia mencakup banyak hal. Insomnia dapat berupa kesulitan
untuk tidur ataukesulitan untuk tetap tidur, bahkan seseoranng yang terbangun dari tidur
tapi merasa belumcukup tidur dapat di sebut mengalami insomnia (japardi 2002). Jadi
insomnia merupakanketidak mampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik secara
kualitas maupun kuantitas.Insomnia bukan berarti seseorang tidak dapat tidur/kurang
tidur karena orang yang menderitainsomnia sering dapat tidur lebih lama dari yang
mereka pikirkan, tetapi kualitasnya berkurang.
Jenis insomnia yaitu :
 insomnia insial adalah ketidakmampuan seseorang untuk dapat memulai tidur.
 insomnia intermiten adalah ketidakmampuan seseorang untuk dapat
mempertahankan tiduratau keadaan sering terjaga dari tidur.
 insomnia terminal adalah bangun secara dini dan tidak dapat tidur lagi. Beberapa
factor yang menyebabkan seseorang mengalami insomnia yaitu rasa nyeri,
kecemasan, ketakutan, tekanan jiwa kondisi, dan kondisi yang tidak menunjang
untuk tidur.
b) Somnambulisme
Merupakan gangguan tingkah laku yang sangat kompleks mencakup adanya
otomatis dansemipurposeful aksi motorik, seperti membuka pintu, duduk di tempat tidur,
menabrakkursi,berjalan kaki dan berbicara. Termasuk tingkah laku berjalan dalam
beberapa menit dankembali tidur (Japardi 2002). Lebih banyak terjadi pada anak-anak,
penderita mempunyairesiko terjadinya cidera.
c) Enuresis
Enuresis adalah kencing yang tidak di sengaja (mengompol) terjadi pada anak-
anak, remaja danpaling banyak pada laki-laki, penyebab secara pasti belum jelas, namun
ada bebrapa faktoryang menyebabkan Enuresis seperti gangguan pada bladder, stres, dan
toilet training yang kaku
d) Narkolepsi
Merupakan suatu kondisi yang di cirikan oleh keinginan yang tak terkendali
untuk tidur, dapatdi katakan pula bahwa Narkolepsi serangan mengantuk yang mendadak
sehingga ia dapattertidur pada setiap saat di mana serangn mengantuk tersebut datang.
Penyebabnya secara pasti belum jelas, tetapi di duga terjadi akibat kerusakan
genetikasistemsaraf pusat di mana periode REM tidak dapat di kendalikan. Serangan
narkolepsi dapatmenimbulkan bahaya bila terjadi pada waktu mengendarai kendaraan,
pekerja yanng bekerjapada alat-alat yang berputar-putar atau berada di tepi jurang.
e) Night Terrors
Adalah mimpi buruk, umumnya terjadi pada anak usia 6 tahun atau lebih, setelah
tidurbeberapa jam, anak tersebut langsung terjaga dan berteriak, pucat dan ketakutan.
f) Mendengkur
Disebabkan oleh adanya rintangan terhadap pengaliran udara di hidung dan
mulut. Amandelyang membengkak dan Adenoid dapat menjadi faktor yang turut
menyebabkan mendengkur.Pangkal lidah yang menyumbat saluran nafas pada lansia.
Otot-otot dibagian belakang mulutmengendur lalu bergetar bila di lewati udara
pernafasan.

2. Diagnose keperawatan
 Gangguan pola tidur berhubungan dengan kerusakan transfer oksigen,
gangguanmetabolisme,kerusakan eliminasi,,pengaruh obat,imobilisasi, nyeri pada
kaki, takut operasi,lingkungan yang mengganggu.
 Cemas berhubungan dengan ketidak mampuan untuk. tidur, henti nafas saat
tidur,a(sleepapnea) dan keetidak mampuan mengawasi prilaku.
 Koping individu tidak efektif berhubungan dengan insomnia.
 Gangguan ukaran gas berhubungan henti nafas saat tidur.

3. Intervensi keperawatan
Pereencanan keperawatan berhubungan dengan cara untuk mempertahan kan
kebutuhanistirahat dan tidur dalam batas normal.
Rencana Tindakan :
 Lakukan identifikasi fsktor yang mempengaruhi masalah tidur.
 Lakukan pengurangan distraksi lingkungan dan hal yang dapat mengganggu tidur.
 Tingkatkan aktivitas pada siang hari
 Coba untuk memicu tidur
 kurangi potensial cedera selama tidur
 Berikan pendidikan kesehatan dan lakukan rujukan jika di perlukan.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.alomedika.com/penyakit/psikiatri/gangguan-tidur/
patofisiologi
https://www.alomedika.com/penyakit/psikiatri/gangguan-tidur/
etiologi
http://repository.poltekeskupang.ac.id/1043/1/MENSI
%20WOLA.pdf
https://repository.poltekkes-tjk.ac.id/id/eprint/381/6/6.%20BAB
%20II.pdf
https://www.academia.edu/7000499/
ASKEP_KEBUTUHAN_ISTIRAHAT_dan_TIDUR
https://www.scribd.com/document/317615329/Pathway-Istirahat-
Tidur

Anda mungkin juga menyukai