LP Istirahat Tidur
LP Istirahat Tidur
OLEH:
NIM: 91221013
1
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
2
DAFTAR ISI
3
LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN
ISTIRAHAT TIDUR
B. EPIDEMIOLOGI
C. ANATOMI FISIOLOGI
Gambar 2: skematis lokasi anatomi area-area diotak yang berperan saat tidur
6
a. Ascending Reticular Activating System (ARAS)
c. Locus Coeruleus
Bagian ini terletak pada pons bagian atas dan dorsal serta bersifat
Noradrenergik. Locus coeruleus aktif pada saat bangun dan tersupresi
parsial pada fase NREM serta inaktif pada fase REM. Bagian ini memiliki
fungsi untuk menginhibisi aktivitas dari LDT/PPT, juga aktivitas dari
bagian ini pula terinhibisi oleh neuron GABA-ergik (Carney, 2005,
Posner, 2007, Shneerson, 2005).
d. Nucleus Raphe
f. Sistem Mesolimbik
h. Nuklei Perifornical
8
Terletak di lateral dari hipothalamus, berfungsi mensekresi orexin
(hipokretin). Nukleus –nukleus ini memiliki fungsi eksitatorik pada pusat
aminergik di batang otak yakni locus coeruleus dan nuklei raphe serta
inhibisi terhadap LDT/PPT. Nuklei ini aktif pada saat fase wakefulness
dimana juga berfungsi melimitasi durasi fase REM (Posner, 2007,
Shneerson, 2005).
Nuklei ini terletak di inferior dari SCN dan di lateral dari ventrikel
III, dekat dengan nukleus VMPO. Nukleus-nukleus ini menghasilkan
GABA dan galanin yang berfungsi sebagai neurotransmitter penginhibisi
nukleus yang mengatur keterjagaan di batang otak yang bersifat aminergik
meliputi locus coeruleus, nukleus raphe, sistem mesolimbik dan nukleus
tuberomamilary. sehubungan dengan fungsinya yang mempengaruhi
banyak kinerja nukleus, maka VLPO berpotensi untuk menyebabkan
reaktivasi dari pusat pencetus tidur. Sebaliknya pula fungsi dari nukleus ini
di inhibisi oleh sistem Keterjagaan yang bersifat aminergik (Posner, 2007,
Shneerson, 2005, Chiong, 2008, Smith, 2008).
Nukleus ini berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan modifikasi fungsi
tidur-bangun (Shneerson, 2005).
n. Zona Subparaventrikuler
o. Nukleus Dorsomedial
10
perifornical. Neuron dari meynert ini bersifat kolinergik dan dapat di
inhibisi oleh akumulasi dari adenosin(Shneerson, 2005, Chiong, 2008)
s. Sistem Limbik
t. Thalamus
11
Thalamus merupakan stasiun relay yang terahkir yang
menghubungkan jaras informasi dari reseptor ke korteks serebri, kecuali
input yang berasal dari regio olfaktorius, sebaliknya pula aktivitas dari
thalamus ini sendiri diatur oleh korteks serebri. Thalamus memiliki
beberapa kumpulan nukleus yakni nukleus retikuler dari thalamus yang
memegang peranan penting dalam proses keterjagaan, bagian ini terdiri
atas kelompok neuron eksitatorik yang berfungsi menghasilkan glutamat
serta kelompok neuron inibitorik yang menghasilkan GABA,Neuron
intratalamikus yang berfungsi memodifkasi aktivitas dari thalamus
sedangkan nukleus-nukleus thalamus yang lainnya membentuk jaras
proyeksi thalamokortikal (Carney, 2005, Posner, 2007, Shneerson, 2005,
Chiong, 2008, Aminoff, 2008)
D. ETIOLOGI
Tidur terjadi dalam siklus yang diselingi periode terjaga. Siklus
tidur/terjaga umumnya mengikuti irama circadian atau 24 jam dalam siklus
siang/malam. Selain siklus tidur/terjaga, tidur terjadi dalam tahapan yang
12
berlangsung dalam suatu kondisi siklis. Ada lima tahapan tidur. Tahap 1 hingga
tahap 4 mengacu pada tidur dengan gerakan mata tidak cepat (NREM- Non Rapid
Eye Movement) dan berkisar dari kedaan tidur sangat ringan di tahap 1 hingga
keadaan tidur nyenyak di tahap 3 dan 4. Selama tidur NREM, seseorang biasanya
mengalami penurunan suhu, denyut, tekanan darah, pernapasan, dan ketegangan
otot. Penurunan tuntutan fungsi tubuh dianggap melakukan tindakan responsif,
baik secara fisiologi maupun psikologi. Tahap 5 disebut tidur dengan gerak mata
cepat (REM- Rapid Eye Movement). Tahap tidur REM dikarakterisasikan dengan
meningkatnya level aktivitas dibandingkan pada tahap NREM. Manfaat tidur
REM berkaitan dengan perbaikan dalam proses mental dan kesehatan emosi.
(Tarwoto dan Wartonah, 2010)
Terjadi kurang lebih 90 menit pertama setelah tertidur. Terbagi menjadi empat
tahapan yaitu:
1) Tahap I
Merupakan tahap transisi dari keadaan sadar menjadi tidur. Berlangsung beberapa
menit saja, dan gelombang otak menjadi lambat. Tahap I ini ditandai dengan :
a) Mata menjadi kabur dan rileks.
b) Seluruh otot menjadi lemas.
c) Kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke kanan.
d) Tanda-tanda vital dan metabolisme menurun.
e) EEG: penurunan Voltasi gelombang-gelombang Alfa.
f) Dapat terbangun dengan mudah.
g) Bila terbangun terasa sedang bermimpi.
2) Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. Berlangsung 10-
20 menit, semakin rileks, mudah terjaga, dan gelombang otak menjadi lebih
lambat. Tahap II ini ditandai dengan :
13
a) Kedua Bola mata berhenti bergerak.
b) Suhu tubuh menurun.
c) Tonus otot perlahan-lahan berkurang.
d) Tanda-tanda vital turun dengan jelas.
e) EEG: Timbul gelombang beta Frekuensi 15-18 siklus / detik yang disebut
gelombang tidur.
3) Tahap III
Merupakan awal tahap tidur nyenyak. Tahap ini berlangsung 15-30 menit. Tahap
III ini ditandai dengan:
a) Relaksasi otot menyeluruh.
b) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur.
c) EEG: perubahan gelombang Beta menjadi 1-2 siklus / detik.
d) Sulit dibangunkan dan digerakkan.
4) Tahap IV
Tahap Tidur Nyenyak, berlangsung sekitar 15-30 menit. Tahap ini ditandai
dengan :
a) Jarang bergerak dan sangat sulit dibangunkan.
b) Tanda-tanda vital secara signifikan lebih rendah dari pada jam bangun
pagi.
c) Tonus Otot menurun (relaksasi total).
d) Denyut jantung dan pernapasan menurun sekitar 20-30 %.
e) EEG: hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan frekwensi 1-2
siklus/detik.
f) Gerak bola mata mulai meningkat.
g) Terjadi mimpi dan terkadang tidur sambil berjalan serta enuresis
(mengompol).
b. Rapid Eye Movement (REM)
Tahap tidur yang sangat nyenyak. Pada orang dewasa REM terjadi 20-25 % dari
tidurnya.
14
1) Tahap REM ditandai dengan:
a) Bola mata bergerak dengan kecepatan lebih tinggi dari tahap-tahap
sebelumnya.
b) Mimpi yang berwarna dan nyata muncul.
c) Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah tidur dimulai.
d) Terjadi kejang otot kecil, otot besar imobilisasi.
e) Ditandai oleh respons otonom yaitu denyut jantung dan pernapasan yang
berfluktuasi, serta peningkatan tekanan darah yang berfluktuasi.
f) Metabolisme meningkat.
g) Lebih sulit dibangunkan.
h) Sekresi ambung meningkat.
i) Durasi tidur REM meningkat dengan setiap siklus dan rata-rata 20 menit.
2) Karakteristik tidur REM
a) Mata : Cepat tertutup dan terbuka.
b) Otot-otot : Kejang otot kecil, otot besar immobilisasi.
c) Pernapasan : tidur teratur, kadang dengan apnea.
d) Nadi : Cepat dan ireguler.
e) Tekanan darah : Meningkat atau fluktuasi.
f) Sekresi gaster : Meningkat.
g) Metabolisme : Meningkat, temperatur tubuh naik.
h) Gelombang otak : EEG aktif.
i) Siklus tidur : Sulit dibangunkan.
Gangguan Tidur
Ganguan tidur adalah suatu kondisi yang jika tidak diobati, umunya
menyebabkan tidur terganggu yang menghasilkan salah satu dari tiga masalah
insomnia yaitu : gerakan abnormal atau sensasi saat tidur atau ketika terbangun di
malam hari, atau kantuk yang berlebihan di siang hari (Tarwoto dan Wartonah,
2010)
a. Insomnia
Insomnia adalah gejala yang dialami klien ketika mereka mengalami
kesulitan tidur kronis, sering terbangun dari tidur, dan atau tidur pendek atau tidur
15
non retoratif. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara kualitas
maupun kuantitas. Umumnya ditemui pada individu dewasa. Penyebabnya bisa
karena gangguan fisik atau karena faktor mental seperti perasaan gundah dan
gelisah. Ada tiga jenis insomnia yaitu Initial insomnia adalah kesulitan untuk
memulai tidur, Intermitten insomnia adalah kesulitan untuk tetap tertidur karena
seringnya terjaga, terminal insomnia adalah bangun terlalu dini dan sulit untuk
tidur kembali.
b. Parasomnia
Adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat seseorang
tidur, dan bisanya terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa. Misalnya tidur
berjalan, mengigau, teror malam, mimpi buruk, nokturnal, enuresis (mengompol),
badan goyang, dan bruksisme (gigi bergemeretak).
c. Hipersomnia
Adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berlebihan terutama pada
siang hari.
d. Narkolepsi
Gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara tiba-tiba
pada siang hari. Seseorang dengan narkolepsi sering mengalami mimpi seperti
nyata yang terjadi ketika seseorang tertidur. Mimpi-mimpi ini sulit dibedakan dari
kenyataan. Kelumpuhan tidur, perasaan tidak mampu bergerak, atau berbicara
sesaat sebelum bagun atau tidur adalah gejala lainnya (Guilleminault dan Bassiri,
2005).
e. Apnea saat Tidur dan Mendengkur
Merupakan gangguan yang ditandai oleh kurangnya aliran udara melalui
hidung dan mulut untuk periode 10 detik atau lebih pada saat tidur. Ada tiga jenis
tidur apnea yaitu : apnea sentral, obstruktif, dan campuran. Bentuk yang paling
umum adalah apnea obstruktif atau Obstruktif Sleep Apnea (OSA). OSA
mempengaruhi 10-15% dari dewasa menengah. OSA terjadi ketika otot atau
struktur dari rongga mulut atau tenggorakan mengalami relaksasi saat tidur.
Saluran napas tersumbat sebagian atau seluruhnya, mengurangi aliran udara
hidung (hiponea) atau menghentikannya (apnea) selama 30 detik (Guilleminault
dan Bassiri, 2005). Seseorang masih mencoba untuk bernapas karena dada dan
16
perut terus bergerak, sehingga sering menghasilkan dengkuran keras dan suara
mendengus atau mendengkur. Ketika pernapasan menjadi sebagian atau
seluruhnya berkurang, setiap gerakan diafragma berturut-turut menjadi kuat
sampai penyumbatan terbuka. Mendengkur bukan dianggap sebagai gangguan
tidur, namun bila disertai apnea maka bisa menjadi masalah.
f. Mengigau
Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum tidur REM.
E. TANDA GEJALA
1. Dewasa
a. Data Mayor : Kesulitan untuk tertidur atau tetap tidur
b. Data Minor
1) Keletihan saat bangun atau letih sepanjang hari
2) Perubahan mood
3) Agitasi
4) Mengantuk sepanjang hari
2. Anak
a. Gangguan pada anak sering kali dihubungkan dengan ketakutan, enuresis,
atau respons tidak konsisten dari orang tua terhadap permintaan anak
untuk mengubah peraturan dalam tidur seperti permintaan untuk tidur
larut malam.
b. Keengganan untuk istirahat, keinginan untuk tidur bersama orang tua.
c. Sering bangun saat malam hari.
17
atau tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien dengan gangguan
pernapasan seperti asma, bronkhitis, penyakit kardiovaskuler, dan
penyakit persarafan.
b. Lingkungan
Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman,
kemungkinan terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan
menghambat tidurnya.
c. Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan
keinginan untuk tetap bangun dan waspada menahan kantuk.
d. Kelelahan
Dapat memperpendek periode pertama dari
tahap REM. e. Kecemasan
Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf
simpatis sehingga mengganggu tidurnya.
f. Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan
minum alkohol dapat mengakibatkan insomnia dan cepat marah.
g. Obat-obatan
Beberapa obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain
Diuretik (menyebabkan insomnia), Anti depresan (supresi REM),
Kaffein (Meningkatkan saraf simpatis), Beta Bloker (Menimbulkan
insomnia), dan Narkotika (Mensupresi REM).
18
PATHWAY
Hormon Endorphin
Tubuh rileks
Kualitas tidur
meningkat
19
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Terapi Non Farmakologi
Menurut Remelda, (2008) Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-
obatan karena penggunaan obat-obatan dapat memberikan efek ketergantungan.
Ada pun cara yang dapat dilakukan antara lain :
a. Terapi relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang dapat
mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa pekerjaan kantor
ke rumah, teknik pengaturan pernapasan, aromaterapi, peningkatan spiritual
dan pengendalian emosi.
b. Terapi tidur yang bersih
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan nyaman.
Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat tidur dan suasana
kamar yang dibuat nyaman untuk tidur.
c. Terapi pengaturan tidur
Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita mengikuti irama
sirkardian tidur normal penderita. Jadi penderita harus disiplin menjalankan
waktu-waktu tidurnya.
d. Terapi psikologi/psikiatri
Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress berat yang
menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh tenaga ahli atau
dokter psikiatri.
e. CBT (Cognitive Behavioral Therapy)
CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif si penderita dalam
memandang dirinya, lingkungannya, masa depannya, dan untuk
meningkatkan rasa percaya dirinya sehingga si penderita merasa berdaya atau
merasa bahwa dirinya masih berharga.
f. Sleep Restriction Therapy
Sleep restriction therapy digunakan untuk memperbaiki efisiensi tidur si
penderita gangguan tidur.
g. Stimulus Control Therapy
20
Stimulus control therapy berguna untuk mempertahankan waktu bangun pagi
si penderita secara reguler dengan memperhatikan waktu tidur malam dan
melarang si penderita untuk tidur pada siang hari meski hanya sesaat.
h. Cognitive Therapy
Cognitive Therapy berguna untuk mengidentifikasi sikap dan kepercayaan si
penderita yang salah mengenai tidur.
i. Imagery Training
Imagery Training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran si penderita yang
tidak menyenangkan menjadi pikiran-pikiran yang menyenangkan.
j. Mengubah gaya hidup
Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari rokok dan
alkohol, mengontrol berat badan dan meluangkan waktu untuk berekreasi ke
tempat-tempat terbuka seperti pantai dan gunung.
2. Terapi Farmakologi
Menurut Remelda, (2008) Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan
dari obat-obatan seperti ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan
oleh dokter yang kompeten di bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan
gangguan tidur antara lain:
a. Golongan obat hipnotik
b. Golongan obat antidepresan
c. Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin.
d. Golongan obat antihistamin.
Untuk tindakan medis pada pasien gangguan tidur yaitu dengan cara pemberian
obat golongan hipnotik-sedatif misalnya: Benzodiazepin (Diazepam, Lorazepam,
Triazolam, Klordiazepoksid) tetapi efek samping dari obat tersebut
mengakibatkan Inkoordinsi motorik, gangguan fungsi mental dan psikomotor,
gangguan koordinasi berpikir, mulut kering, dsb ( Remelda, 2008).
21
H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
23
e. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Keadaan umum klien lansia yang mengalami gangguan
istirahat tidur biasanya lemah.
2) Kesadaran
Kesadaran klien composmentis
3) Tanda-tanda vital
Pada umumnya, lansia dengan gangguan tidur
mengalami peningkatan tekanan darah.
4) Pemeriksaan Review of System (ROS)
a) Sistem pernafasan (B1: Breathing)
Dapat ditemukan peningkatan frekuensi nafas atau masih
dalam batas normal.
b) System sirkulasi (B2: Bleeding)
Kaji adanya penyakit jantung, frekuensi nadi, sirkulasi perifer,
warna dan kehangatan
c) System persyarafan (B3: Brain)
Kaji adanya hilang gerakan/sensasi, spasme otot, terlihat
kelemahan/hilang fungsi. Pergerakan mata/kejelasan melihat,
dilatasi pupil. Agitasi (mungkin berhubungan dengan
nyeri/ansietas.
d) System perkemihan (B4: Bladder)
Perubahan pola berkemih, seperti inkontinensia urin, disuria,
distensi kandung kemih, warna dan bau urin, dan kebersihannya.
e) System pencernaan (B5: Bowel)
Konstipasi, konsistensi feses, frekuensi eliminasi, auskultasi
bising usus, anoreksia, adanya distensi abdomen, nyeri tekan
abdomen.
f) System musculoskeletal (B6: Bone)
Kaji adanya nyeri berat tiba-tiba/mungkin terlokalisasi pada
area jaringan ringan, dapat berkurang pada imobilisasi, kekuatan
otot, kontraktur, atrofi otot, laserasi kulit dan perubahan warna.
24
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut SDKI 2016 diagnosa yang sering muncul dalam gangguan
tidur adalah
a. Gangguan pola tidur
1) Definisi
Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor
eksternal.
2) Batasan karakteristik
a) Kesulitan tidur
b) Ketidakpuasan tidur
c) Pola tidur berubah
d) Istirahat tidak cukup
3) Faktor yang berhubungan
a) Hambatan lingkungan
b) Kurang privasi
c) Kurang kontrol tidur
b. Kesiapan peningkatan tidur
1) Definisi
Pola penurunan kesadaran alamiah dan periodic yang
memungkinkan istirahat adekuat, mempertahankan gaya hidup
yang diinginkandan dapat ditingkatkan.
2) Batasan karakteristik
a) Keinginan untuk meningkatkan tidur
b) Perasaan cukup istirahat setelah
tidur
3) Faktor yang berhubungan
a) Nyeri kronis
b) Pemulihan pasca operasi
c) kehamilan
d) Sleep apnea
3. Perencanaan Keperawatan
Menurut SIKI (2018) dan SLKI (2019) rencana keperawatan dari diagnosa
keperawatan gangguan pola tidur dan kesiapan peningkatan tidur adalah sebagai
berikut: 25
Perencanaan Keperawatan
TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
26
4. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan adalah realisasi rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pada tahap ini perawat harus
mengetahui berbagai hal, diantaranya bahaya-bahaya fisik dan
perlindungan pada lansia, teknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur
tindakan, pemahaman tentang hak-hak dari lansia dan memahami tingkat
perkembangan lansia. Pelaksanaan tindakan keperawatan diarahkan untuk
mengoptimalkan kondisi agar lansia mampu mandiri dan produktif
(Kholifah, 2016).
5. Evaluasi Keperawatan
Menurut Kholifah (2016) evaluasi keperawatan adalah penilaian
keberhasilan rencana dan pelaksanaan keperawatan gerontik untuk
memenuhi kebutuhan lansia. Beberapa kegiatan yang harus dilakukan oleh
perawat dalam evaluasi keperawatan gerontik yaitu :
a. Mengkaji ulang tujuan klien dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
b. Mengumpulkan data yang berhubungan dengan hasil yang
diharapkan. c. Mengukur pencapaian tujuan.
d. Mencatat keputusan atau hasil pencapaian tujuan.
e. Melakukan revisi atau modifikasi terhadap rencana keperawatan bila
perlu.
27
DAFTAR PUSTAKA
Posner.J, Plum And Posner Diagnosis Of Stupor And Coma 4th Edition,
2007,Oxford University Press, New York P;11-25
29
Shneerson.J, Sleep Medicine 2nd Edition,2005,
Blackwell,Massachusets,Usa,P;22-51
Smith.H, Sleep Medicine , 2008, Cambridge University Press , New York ,P;61-
67
Remelda, (2008). Insomnia dan gangguan tidur lainnya. Jakarta : Elex media
komputindo
29