Bab 4
Bab 4
Berdasarkan tabel 4.2 status sangat rendah berada pada kemiringan lereng
0-1, 1-3, 3-8, dan 15-25 dengan status sangat rendah paling luas berada pada
kelerengan 0-1 (datar) sebesar 15,518.90 ha. Menurut Mindari (2018) bahwa pada
lahan datar, P-tersedia dapat tererosi akibat fauna dalam tanah yang membuat tanah
menjadi gembur sehingga mudah tererosi. Sedangkan pada kelerengan 15-25
(miring) memiliki P-tersedia dengan status sangat rendah karena pada kelerengan
tersebut P sangat mudah tererosi oleh air hujan ataupun angin. Untuk memudahkan
dalam mengetahui sebaran status P-tersedia lahan sawah di Kabupaten Jember
maka dapat dilihat pada gambar 4.1. Pada gambar terdapat 5 warna. Untuk warna
merah menandakan daerah dengan status P-tersedia sangat rendah, orange
menandakan daerah dengan status P-tersedia rendah, kuning menandakan daerah
dengan statuus P-tersedia sedang, hijau muda menandakan daerah dengan status P-
tersedia tinggi dan hijau tua menandakan daerah dengan status P-tersedia sangat
tinggi.
Gambar 4 2 Peta Sebaran Fosfor Tersedia
4.1.2 pH Tanah
Analisis pH dilakukan untuk mengetahui tingkat kemasaman tanah yang
dimana dilakukan menggunakan pH H2O dengan perbandingan 1:5. Analisis pH
tanah berguna untuk menentukan metode yang digunakan dalam analisis P-Tersedia
tanah. Pada umumnya,pH tanah di Indoensia bersifat masam dengan pH 4,0-5,5
sehingga jika pH tanah berada di 6,0-6,5 seringkali telah dianggap netral walaupun
sebenarnya masih dalam kelas agak masam (Hardjowigeno, 1987).
Nilai pH yang sesuai untuk tanaman padi, jagung, dan kedelai dengan kelas
kesesuaian S1 yaitu berkisar 5,5-7,0 (Wahyunto et al 2016). Akan tetapi untuk
ketersediaan fosfor dalam tanah yang dapat diserap tanaman terdapat pada pH
antara 6,0-7,0 karena pada pH rendah, kandungan Al dan Fe relatif tinggi yang
membuat fosfor tersedia mengalami fiksasi (Firnia, 2018).
4.1.3 C-organik
Pengukuran kandungan C-organik tanah bertujuan untuk mengetahui
kandungan bahan organik pada tanah. Ada tidaknya bahan organik sangat
mempengaruhi ketersediaan unsur hara makro esensial untuk tanaman. Kandungan
C-organik yang dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi,
jagung, kedelai yang optimal yaitu sebesar >1,2%. Menurut Punuindoong et al
(2018) bahwa tingginya kandungan bahan organik tanah dengan kecepatan
mineralisasi yang cukup maka dapat mendukung pelepasan ion P dalam jumlah
yang banyak.
Data yang diperoleh menyebutkan bahwa untuk tekstur tanah lom (L)
terdapat pada 3 titk lokasi sampel, klei (C) terdapat pada 38 titik sampel, lom berklei
(CL) terdapat pada 9 titik sampel, klei lom berdebu (SiCL) terdapat pada 1 titik
sampel, lom berdebu (SiL) terdapat pada 4 titik sampel, clay berpasir (SC) terdapat
pada 7 titik sampel, klei lom berpasir (SCL) terdapat pada 9 titik lokasi sampel, dan
lom berpasir (SL) terdapat pada 4 titik sampel. Untuk tekstur tanah yang
mendominasi pada lahan sawah Kabupaten Jember yaitu clay dengan luas
mencakup 42206,11 ha (50%). Tanah dengan tekstur yang didominasi oleh klei
memiliki ukuran pori lebih kecil dengan luas permukaan sangat tinggi sehingga
kondisi yang demikian dapat mencegah kehilangan air dan unsur hara (Mindari,
Widjajani, & Priyadarsini, 2018).
Berdasarkan boxplot bahwa untuk fraksi pasir berada pada nilai 30,5%
dengan nilai maksimum 70,6% dan nilai minimum 3,6%. Untuk fraksi debu berada
pada nilai 20,4% dengan nilai maksimum 73,6% dan nilai minimum 0,4%.
Sedangkan nilai clay berada pada nilai 46,0% dengan nilai maksimum 90,8% dan
nilai minimum 0,2%.
Rekomendasi Pupuk
Cluster Titik Sampel Luas (Ha) %
SP36 (Kg/ha)
Rekomendasi Pupuk
Cluster Titik Sampel Luas (Ha) %
NPK 15-10-12 (Kg/ha)
Kebutuhan Pupuk P untuk tanaman padi disajikan dalam bentuk peta. Peta
kebutuhan Pupuk P disajikan pada gambar 4.7.
Gambar 4 10 Peta Rekomendasi Kebutuhan Pupuk SP36 pada Tanaman Jagung
Gambar 4 11 Peta Rekomendasi Kebutuhan Pupuk NPK 15-10-12 pada Tanaman Jagung
Gambar 4 12 Peta Rekomendasi Kebutuhan Pupuk NPK 16-16-16 pada Tanaman Jagung
4.4.3 Rekomendasi Pemupukan Tanaman Kedelai
Rekomendasi kebutuhan pupuk fosfor untuk tanaman kedelai pada lahan
sawah Kabupaten Jember terdiri dari SP36, NPK 15-10-12 dan NPK 16-16-16.
Kebutuhan pupuk P pada wilayah penelitian memiliki jumlah yang berbeda-beda
disetiap sampelnya. Kebutuhan pupuk dihitung berdasarkan kandungan P-tersedia
yang ada dalam tanah. Pada tanaman kedelai, kebutuhan pupuk dengan kelas tinggi
lebih dominan dibandingkan dengan kelas rendah dan sedang. Kebutuhan pupuk
SP36 dengan kelas tinggi memiliki luas 37.884,96 ha (45,04%) dari luas total lahan
sawah Kabupaten Jember, untuk pupuk NPK 15-10-12 dan NPK 16-16-16 dengan
kelas tinggi memiliki luas 59327,33 ha (70,53%) .
Rekomendasi Pupuk
Cluster NPK 15-10-12 Titik Sampel Luas (Ha) %
(Kg/ha)
Rekomendasi Pupuk
Cluster NPK 16-16-16 Titik Sampel Luas (Ha) %
(Kg/ha)
3 68,13 s/d 85,94 4, 9, 28, 32, 40, 60 2718.11 3.23
Produktivitas Padi
8
y = -0.0012x + 6.198
Produktivitas (ton/ha)
7
R² = 0.0001
6
5 Produktivitas
4 Padi
3
Linear
2
(Produktivita
1 s Padi)
0
0.00 10.00 20.00 30.00
P-tersedia (ppm)
Produktivitas Jagung
80
Produktivitas (ton/ha) 70 y = 1.0028x + 21.908
R² = 0.0254
60
50 Produktivitas
40 Jagung
30
20 Linear
10 (Produktivitas
Jagung)
0
0.00 10.00 20.00
P-tersedia (ppm)
Produktivitas Kedelai
25
y = 6.1591x - 15.654
Produktivitas (ton/ha)
20 R² = 0.1864
15 Produktivitas
Kedelai
10
5 Linear
(Produktivitas
0 Kedelai)
0 2 4 6
P-tersedia (ppm)