Anda di halaman 1dari 317

REVIEW RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA SALATIGA

Destarita Indah Permatasari, S.T., M.E.

Kantor Pertanahan Kota Salatiga

WALIKOTA SALATIGA

PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA

NOMOR ….. TAHUN ….

TENTANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SALATIGA TAHUN 2021 – 2041

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALI KOTA SALATIGA,

Menimbang :

a. Bahwa penyusunan dan penetapan Rencana Tata Ruang dimaksudkan untuk menciptakan ruang yang aman, serasi dan terpadu sebagai upaya mewujudkan amanat untuk melindungi segenap
bangsa dan memajukan kesejahteraan umum, serta menyeenggarakan Penataan Ruang yang transparan, efektif, dan partisipatif dalam memenuhi kebutuhan ruang masyarakata yang aman,
nyaman, produktif, dan berkelanjutan termasuk memenuhi kebutuhan pencegahan dan penanggulangan bencana di daerah;
b. Bahwa berdasarkan ketentuan Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang – Undang Nomor 11 Tahun
2020 tentang Cipta Kerja, rencanaa tata ruang wilayah kota ditinjau Kembali 1 (satu) kali dalam setiap periode 5 (lima) tahunan;
c. Bahwa Peraturan Daerah NOmor 4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga Tahun 2011 sudah tidak sesuai dengan perkembangan, sehingga perlu diganti;
d. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Peraturan Daerah Kota Salatiga NOmor … Tahun 2021 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Salatiga Tahun 2021 – 2041.

Mengingat :

1. Pasal 18 ayat (6) Undang – Undang Dasar negara republic Indonesia Tahun 1945;
2. Undang – Undang NOmor 13 Ttagun 1954 tentang Perubahan Undang – Undang Nomor 16 dan Nomor 17 Tahun Tahun 1950 tentang Pembentukan Kota – Kota Besar dan Kota – Kota Kecil di
Jawa ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1954 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia NOmor 551);
3. Undang – Undang NOmor 5 Tahun 1960 tentang Pperaturan Dasar Pokok – Pokok Agraria ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 22043);
4. Undang – Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi;
5. Undang – Undang NOmor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas;
6. Undang – Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara;
7. Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
8. Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perenncanaan Pembangunan Nasional;
9. Undang – Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;
10. Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;
11. Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tembahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725)
sebagaimana telah diubah dalam Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6573);
12. Undang – Undang NOmor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah;
13. Undang – Undang NOmor 4 Tahun 2009 tentang Minerba;
14. Undang – Undang NOmor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan;
15. Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
16. Undang – Undang NOmor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
17. Undang – Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pangan Berkelanjutan;
18. Undang – Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan;
19. Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya;
20. Undang – Undang NOmor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman;
21. Undang – Undang NOmor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial;
22. Undang – Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang – Undangan lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234), sebagaimana telah diubah menjadi Undang – Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang – Undang NOmor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang – Undangan ( Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesi Nomor 6398);
23. Undang – Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian;
24. Undang – Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan;
25. Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang – Undang NOmor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja ( lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 NOnor 245,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
26. Undang – Undang Nomor 37 Tahun 2014 tentang Konservasi Tanah dan Air;
27. Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 190, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Momor 6405)
sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia 6573);
28. Undang – Undang Nomor 37 Tahun 2014 tentang Konservasi Tanah dan Air;
29. Undang – Undang NOmor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 190, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Noor 6405)
sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang NOmor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Tahuin 2020 Nomor 245, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
30. Peraturan Pemerintah NOmor 40 Tahun 2006 tenytang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional;
31. Peraturan Pemerintah NOmor 43 Tahun 2021 tentang Penyelesaiaan Ketidaksesuaian Tata Ruang, Kawasan Hutan, dan / atau Hak Atas Tanah;
32. Peraturan Pemerintah Noor 63 Tahun 2020 tentang Hutan Kota;
33. Peraturan Pemerihntah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah;
34. Peraturan Pemerintah NOmor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol;
35. Peraturan Pemerintah NOnor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air MInum;
36. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaaan Undang – Undang Nomor 28 tahun 2002;
37. Peraturan Pemerintrah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan;
38. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana;
39. Peraturan Pemerintah NOmor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4833), sebagaimana telah diubah menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah NOmor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional);
40. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang;
41. Peraturan Pemerintah NOmor 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan ALih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan;
42. Peraturan Pemerintah NOmor 38 Tahun 2011 tentang Sungai;
43. Peraturan Pemerintah Nommor 12 tahun 2012 tentang Insentif Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan;
44. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang;
45. Peraturan Pemerintah NOmor 9 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang – Undang Nomor 4 Tahun 2011;
46. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2017 tentang SInkronisasi Proses Perencanaan dan Pengganggaran Pembangunan Nasional;
47. Peraturan Pemerintah NOmor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraaan Penataan Ruang (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2021 NOmor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2021 NOmor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6633);
48. Peraturan Presiden Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional;
49. Peraturan Presiden NOmor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010 – 2014;
50. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Jawa – Bali;
51. Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden NOmor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional;
52. Peraturan Presiden NOmor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015 – 2019;
53. Peraturan Presiden NOmor … Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020 – 2024;
54. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2017 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Kendal, Demak, Ungaran, Salatiga, Semarang, dan Purwodadi ( Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 81);
55. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah NOmor 5 Tahun 2007 tentang Pengendalian Lingkungan HIdup di Provinsi Jawa Tengah;
56. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana di Provinsi Jawa Tengah;
57. Peraturan daerah Provinsi Jawa Tengah ZNomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 – 2029 ( Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun
2010 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa tengah NOmor 28), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 16 Tahun 2019 tentang
Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah NOmor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 – 2029 ( Lembaran Daerah Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2019 Nomor 16, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa tengah NOmor 121); dan
58. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 11 Tahun 2004 tentang Garis Sempadan.

Dengan Persetujuann Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SALATIGA

Dan

WALI KOTA SALATIGA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR …. TAHUN 2021 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SALATIGA TAHUN 2021 – 2041

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presidedn dan Menteri sebagaimana
dimaksud dalam Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Provinsi adalah Provinsi Jawa Tengah.
3. Daerah adalah Kota Salatiga.
4. Wali Kota adalah Wali Kota Salatiga.
5. Pemerintah daerah adalah Wali Kota sebagai unsur penyelenggaraan Pemerintah Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
6. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Salatiga.
7. Perangkat Daerah ada;ah unsur pembantu kepala daerah dalam penyelenggaraaan pemerintah daerah yang terdiri dari secretariat daerah, secretariat DPRD, dinas daerah, Lembaga teknis daerah,
kecamatan, dan kelurahan.
8. Pemerintah Daerah Lain adalah Pemerintah Daerah selain Pemerintah Kota Salatiga. Dalam hal ini yang berbatasan langsung dengan Kota Salatiga, yaitu Pemerintah Daerah Kabupaten
Semarang.
9. Batas Daerah adalah batas daerah antar provinsi dan / atau kabupaten / kota.
10. Kawasan Kedungsepur adalah Kawasan regional yang memiliki keterkaitan pengembangan secara ekonomi, sosial, dan / atau budaya dengan cakupan daerah meliputi Kabupaten Kendal,
Kabupaten Semarang, Kabupaten Demak, Kota Semarang, Kota Salatiga, dan Kabupaten Grobogan.
11. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup,
melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
12. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
13. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
14. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang.
15. Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan hukum bagi Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam penataan ruang.
16. Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja penataan ruang yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
17. Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan ruang melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
18. Pengawasan Penataan Ruang adalah upaya agar penyelenggaraan penataan ruang dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangkan.
19. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.
20. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta
pembiayaannya.
21. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang.
22. Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar penyelenggaraan penataan ruang dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
23. Pengaturan zonasi adalah ketentuan tentang persyaratan pemanfaatan ruang sektoral dan ketentuan persyaratan pemanfaatan ruang untuk setiap blok/zona peruntukan yang
penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang.
24. Peraturan zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan yang
penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang.
25. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
26. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
27. Rencana Tata Ruang Wilayah yang selanjutnya disingkat RTRW Kota Salatiga adalah hasill perencanaan tata ruang pada wilayah yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif.
28. Rencana Detail Tata Ruang selanjutnya disingkat RDTR adalah rencana secara terperinci tentang tata ruang wilayah kota yang dilengkapi dengan peraturan zonasi kota.
29. Kondisi Yang Ingin Dicapai dalam 20 tahun ke depan merupakan target dari RPJP yang diturunkan menjadi target RPJMN, RPJPD Provinsi, dan RPJPD Kota.
30. Kebutuhan Ruang dan Lahan Minimum per Kecamatan merupakan implikasi dari target Rencana Pembangunan yang diwujudkan ke Rencana Tata Ruang.
31. Tujuan penataan ruang adalah tujuan yang ditetapkan pemerintah yang merupakan arahan perwujudan visi dan misi pembangunan jangka Panjang kota pada aspek kerungan, yang pada
dasarnya mendukung terwujudnya ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.
32. Kebijakan penataan ruang wilayah kota adalah arahan pengembangan wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kota guna mencapai tujuan penataan ruang wilayah kota dalam kurun
waktu 20 (dua puluh) tahun.
33. Strategi penataan ruang wilayah kota adalah penjabaran kebijakan penataan ruang ke dalam Langkah – Langkah pencapaian Tindakan yang lebih nyata yang menjadi dasar dalam penyusunan
rencana struktur dan polar uang wilayah kota.
34. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara
hierarkis memiliki hubungan fungsional.
35. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.
36. Rencana Struktur Ruang wilayah kota adalah rencana yang mencakup rencana sistem perkotaan wilayah kota dalam wilayah pelayanannya dan jaringan prasarana wilayah kota yang
dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kota selain untuk melayani kegiatan skala kota, meliputi sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan
telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air, dan sistem jaringan lainnya.
37. Rencana Pola Ruang Wilayah Kota adalah rencana distribusi peruntukan ruang wilayah kota yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan budidaya yag dituju sampai dengan masa
akhir masa berlakunya RTRW kota yang memberikan gambaran pemanfaatan ruang wilayah kota hingga 20 ( dua puluh) tahun mendatang.
38. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek
fungsional.
39. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budi daya.
40. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.
41. Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber
daya buatan.
42. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
43. Kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam
tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis.
44. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan
distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
45. Kawasan metropolitan adalah kawasan perkotaan yang terdiri atas sebuah kawasan perkotaan yang berdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti dengan kawasan perkotaan di sekitarnya
yang saling memiliki keterkaitan fungsional yang dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana wilayah yang terintegrasi dengan jumlah penduduk secara keseluruhan paling sedikit
1.000.000 (satu juta) jiwa.
46. Kawasan megapolitan adalah kawasan yang terbentuk dari 2 (dua) atau lebih kawasan metropolitan yang memiliki hubungan fungsional dan membentuk sebuah sistem.
47. Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara,
pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.
48. Kawasan strategis provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial,
budaya, dan/atau lingkungan.
49. Kawasan strategis kabupaten/kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten/kota terhadap
ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.
50. Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disebut PKN adalah Kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi. Dengan kata lain
hubungan antar PKN merupakan Inter Regional Linkages. Dengan pendekatan Vertical Cities.
51. Pusat Pelayanan Kota yang selanjutnya disebut PPK adalah pusat pelayanan ekonomi,, sosial dan / atau administrasi yang melayani seluruh wilayah kota dan / atau regional. Dengan kata lain
hubunguan antar PPK disebut Intra Regional Linkages. Dengan Pendekatan Horizontal Cities.
52. Pusat Lingkungan yang selanjutnya disebut PL adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial dan / atau administrasi lingkungan kota. Dengan kata lain hubungan antar PL bisa dibedakan menjadi kote
linear dan kota circular.
53. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada
permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan / atau air, serta di atas permukaan air, keccuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel.
54. Terminal adalah pangkalan Kendaraan Bermotor Umum yang digunakan untuk mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan orang dan / atau barang serta
perpindahan moda angkutan.
55. Terminal Penumpang adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan menaikkan dan menurunkan penumpang, perpindahan intra dan / atau antar moda transportasi serta pengaturan
kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum.
56. Terminal Barang adalah tempat untuk melakukan kegiatan bongkar muat barang , perpindahan intra moda dan antarmoda angkutan barang , konsolidasi barang / pusat kegiatan logistic, dan .
atau tempat parkir mobil / barang.
57. Rest Area adalah tempat beristirahat sejenak untuk melepaskan kelelahan, ataupun kejenuhan.
58. Jalan Tol merupakan jalan umum atau jalan tertutup di mana para penggunanya dikenakan biaya (atau tol) untuk melintasinya sesuai tarif yang berlaku.
59. Jalan Layang merupakan jalan yang dibangun tidak sebidang melayang menghindari daerah / Kawasan yang selalu menghadapi permasalahan kemacetan lalu lintas, melewati
persilangan kereta api untuk meningkatkan keselamatan lalu lintas dan efisiensi.
60. Angkutan Umum Massal adalah angkutan umum yang dapat mengangkut penumpang berkapasitas tinggi yang beroperasi serba cepat,nyaman, aman, terjadwal, dan berfrekuensi tinggi.
61. Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah.
62. Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapaisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah.
63. Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat Kesehatan dan dapat langsung diminum.
64. Air limbah adalah air buangan yang berasal dari rumah tangga termasuk tuinja manusia dari lingkungan permukiman.
65. Pintu Air adalah perangkat untuk mengendalikan kedalaman alur pelayaran kapal termasuk pada alur pelayaran pedalaman / sungai serta menuju lintasan yang lebih tinggi.
66. Villa adalah tempat tinggal sementara yang sekaligus digunakan sebagai tempat liburan dan umumnya terletak di luar daerah yang menawarkan pemandangan indah, suasana yang
sejuk dan berada di pinggiran kota, tepi pantai, area pegunungan, danau, air terjun, dan lain – lain.
67. Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai objek wisata.
68. Rumah Sakit adalah istitusi pelayanan Kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan Kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan
gawat darurat.
69. Hotel adalah tempat penampungan buat pendatang atau bangunan penyedia pondokan dan makanan untuk umum.
70. Jalan Lingkar adalah jalan yang melingkari pusat kota, yang berfungsi untuk mengalihkan sebagai arus lalu lintas terusan dari pusat kota.
71. Gerbang Tol adalah tempat keluar atau masuk ke dalam jalan tol ( sebagai suatu Kawasan tertutup ruas jalan tol yang dikelilingi pagar pembatas di sisi kiri dan kanan di sepanjang
keseluruhan pada masing – masing penggalan / rute tol.
72. Sumber Mata Air adalah sumber air tanah yang mengalir keluar dari akuifer menuju permukaan tanah yang menjadi sumber air bersih yanhg berguna untuk keperlian kehidupan
manusia.
73. Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur tempat usaha menjual barang, jasa, dann tenaga kerja untuk orang – orang dengan
imbalan uang.
74. Sekolah adalah Lembaga untuk para sisea pengajaran siswa / murid di bawah pengawasan guru.
75. Universitas adalah suatu institusi Pendidikan tinggi dan penelitian, yang memberikan gelar akademis dalam berbagai bidang.
76. Alun – alun merupakan suatu lapangan terbuka yang luas dan berumput yang dikelilingi pleh jalamm dan dapat digunakan untuk kegiatan masyarakat yang beragam.
77. Taman merupakan areal yang berisikan komponen material keras dan lunak yang saling mendukung satu sama lainnya yang sengaja dibuat olej manusia dalam kegunaannya sebagai
tempat penyegar dalam dan luar ruangan.
78. Rumah Makan Atau Restoran adalah istilah umum untuk menyebut usaha gastronomi yang menyajikan hidangan kepada masyarakat dan menyediakan tempat untuk menikmati
hidangan tersebut serta menetapkan tarif tertentu untuk makanan dan pelayanannya.
79. Grosir atau pendistribusian diartikan sebagai penjualan barang atau merchandise kepada pengecer, pengguna bisnis industri, komersial, institusi atau professional, atau kepada
penggrosir lainnya dan jasa terkait.
80. Sawah ialah sebuah ladang tertutup ait yang digunakan untuk menanam padi.
81. Kali atau sungai adalah tempat – tempat atau wadah – wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kiringa serta sepanjang pengalirannya
oleh garis sempadan.
82. Wilayah Sungai yang selanjutnya disebut WS adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai dan / atau pulau – pulau kecil yang luasnya kurang
dari atau sama dengan 2.000 km2.
83. Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disebut DAS adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak – anak sungainya, yang berfungsi menampung,
menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah
perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
84. Bumi Perkemahan adalah tempat di alam terbuka, dimana para pemakai mendirikan kemah – kemah untuk jkeperluan bermalam dan melakukan kegiatan sesuai dengan motivasinya.
85. Kolam Renang adalah suatu kontruksi buatan yang dirancang untuk diisi dengan air dan digunakan untuk berenang, menyelam, atau aktivitas lainnya.
86. Gereja adalah suatu perkumpulan atau Lembaga dari penganut iman Kristiani.
87. Kuil adalah strukyur yang digunakan untuk aktivitas keagamaan atau spiritual.
88. Vihara adalah pondok, tempat tinggal, tempat penginapan bhikkhu / bhikkhuni.
89. Masjid adalah rumah tempat ibadah umat islam atau muslim.
90. Musala adalah ruangan, tenpat atau rumah kecil menyerupai masjid yang digunakan sebagai tempat salat dan mengaji bagi umat Islam.
91. Gua adalah sebuah lubang alami di tanah yang cukup besar dan dalam.
92. Hutan adalah suatu tempat yang dihuni oleh berbagai macam jenis tumbuhan yang lebat.
93. Pesantren adalah sebuah Lembaga Pendidikan islam tradisional yang para siswanya tinggal Bersama dan belajar di bawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutan kiai dan
mempunyai asrama untuk tempat menginap santri.
94. Desa Wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara
dan tradisi yang berlaku.
95. Kafe adalah jenis restoran yang biasanya menyajikan kopi dan the, selain minuman ringam seperti makanan yang dipanggang atau makanan ringan.
96. Rumah Duka merupakan rumah atau tempat yang digunakan untuk menyemayamkan jenazah baik sebelum dikremasi atau dikubur.
97. Taman Kota adalah taman yang berada di lingkungan perkotaan dalam skala yang luas dan dapat mengantisipasi dampak – dampak ynag ditimbulkan oleh perkembangan kota dan
dapat dinikmati oleh seluruh warga kota.
98. Gudang adalah sebuah ruangan yang digunakan untuk menyimpan berbagai macam barang.
99. Kantor adalah sebutan untuk tempat yang digunakan untuk perniagaan atau perusahaan yang dijalankan secara rutin.
100. Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum adlah tempat di mana kendaraan bermotor bisa memperoleh bahan bakar.
101. Perumahan adalah sekelompok rumah atau bangunan lainnya yang dibangun bersamaan sebagai sebuah pengembangan tunggal.
102. House adalah rumah pribadi yang telah dikonversi untuk penggunaan eksklusif akomodasi tamu.
103. Toko atau kedai adalah sebuah tempat tertutup yang di dalamnya terjadi kegiatan perdagangan dengan jenis benda atau barang yang khusus.
104. Wisma merupakan bangunan untuk tempat tinggal, kantor atau kumpulan rumah, kompleks perumahan, permukiman yang diperuntukkan untuk menunjang urusan atau kegiatan
pada bidang tertentu.
105. Stadion adalah sebuah bangunan yang umumnya digunakan untuk menyelenggarakan acara olahraga, di mana di dalamnya terdapat lapangan atau pentas yang dikelilingi tempat
berdiri atau dudu bagi penonton.
106. Warung adalah usaha kecil, toko kecil, atau restoran sederhana.
107. Danau adalah sejumlah air (tawar atau asin) yang terakumulasi di suatu tempat yang cukup luas, yang dapat terjadi karena mencairnya gletser, aliran sungai atau karena adanya mata
air.
108. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut PusKesMas adalah fasilitas pelayanan Kesehatan yang menyelenggarakan upaya Kesehatan masyarakat dan upaya Kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotive dan preventif, untuk mencapai derajat Kesehatan masyarakat yang setinggi – tingginya.
109. Air Terjun adalah formasi geologi dari arur air yang me galir melalui suatu formasi bebatuan yang mengalami erosi dan jatuh ke bawah dari ketinggian.
110. Prasasti adalah piagam atau dokumen yang ditulis pada bahan yang keras dan tahan lama.
111. Resort adalah tempat menginap yang memiliki fasilitas khusus untuk bersantai dan berolahraga seperti tenis, golf, tracking, dan jogging.
112. Pabrik adalah suatu bangunan industri besar dimana para pekerrja mengolah benda atau mengawasi pemrosesan mesin dari suatu produk menjadi produk lain, sehingga
mendapatkan nilai tambah.
113. Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan pemeliharaan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut.
114. Kost adalah sebuah jasa yang menawarkan sebuah kamar atau tempat untuk ditnggali dengan sejumlah pembayaran tertentu untuk setiap periode tertentu.
115. Gedung Olahraga adalah suatu bangunan Gedung yang digunakan berbagai kegiatan olahraga yang biasa dilakukan dalam ruangan tertutup.
116. Lapangan adalah sebagai suatu bentuk ruang terbuka non hijau sebagai suatu pelataran yang berfiungsi sebagai tempat dilangsungkannya aktivitas olahraga.
117. Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian.
118. Jaringan irigasi adalah saluran dan bangunan yang merupakan suatu kesatuan dan diperlukan untuj pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian pemberian dan
penggunaannya.
119. Daerah irigasi adalah kesatuan wilayah yang mendapat air dari satu jaringan irigasi.
120. Telekomunikasi adalah Teknik pengiriman atau penyampaian informasi jarak jauh, dari suatu tempat ke tempat lain. Informasi tersebut bisa berupa tulisan,gambar, ataupun objek lainnya.
121. Jaringan telekomunikasi adalah rangkaian perangkat telekomunikasi dan kelengkapannya yang digunakan dalam melakukan aktivitas telekomunikasi.
122. Jaringan bergerak teristrial adalah penyelenggaraan jaringan yang melayani pelanggan bergerak tertentu meliputi antara lain jasa radio truncking dan jasa radio panggil untuk umum.
123. Jaringan bergerak seluler adalah jaringan yang melayanin telekomunikasi bergerak dengan teknologi selluler di permukaan bumi.
124. Jaringan bergerak satelit adalah jaringan yang melayani telekomunikasi bergerak satelit.
125. Tempat Penampungan Sementara yang selanjutnya disebut TPS adalah tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan dan / atau tempat pengolahan sampah
terpadu.
126. Tempat Pengolahan Sampah 3 R ( reduce, reuse, recycle) yang selanjutnya disebut TPS 3R adalah sistem pengolahan sampah dengan inovasi teknologi mesin pencacah sampah dan pengayak
kompos yang lebih efektif dan efisien.
127. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu yang selanjutnya disebut TPST yaitu tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulangan, pengolahan,
dan pemrosesan akhir sampah.
128. Tempat Pemrosesan Akhir yang selanjurnya disebut TPA adalah tempat untuk memproses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan.
129. Instalasi Pengolahan Air Limbah yang selanjutnya disebut IPAL adalah sistem yang berfungsi untuk mengolah air limbah yang dikumpulkan melalui sistem perpipaan.
130. Prasarana drainase adalah lengkungan atau saluran air permukaan atau di bawah tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia, yang berfungsi menyalurkan kelebihan
air dari suatu Kawasan ke badan air penerima.
131. Saluran drainase adalah bangunan pelengkap yang merupakan bangunan yang ikut mengatur dan mengendalikan sistem aliran air hujan agar aman dan mudah melewati jalan, belokan,
daerah curam. Bangunan tersebut seperti gorong – gorong, pertemuan saluran, bangunan terjunan , jembatan tali – tali air, pompa, dan pintu air.
132. Kawasan peruntukan lindung yang sebelumnya disebut Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
sumber daya alam dan sumber daya buatan.
133. Kawasan peruntukan budidaya yang sebelumnya disebut Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama dengan dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi
sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
134. Garis sempadan sungai adalah garius maya di kiri dan kanan palung sungai yang ditetapkan sebagai batas perlindungan sungai.
135. Waterfront City adalah konsep pembangunan kota dimana mengedepankan revitalisasi sungai, sehingga mengurangi aktivitas negative di sungai, juga potensial untuk dijadikan
objek wisata sungai.
136. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disebut RTH adalah area memanjang / jalur dan / atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat rebuka, tempat tumbuh tanaman baik yang
tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
137. Ruang Terbuka Non Hijau yang selanjutnya disebut RTNH adalah ruang terbuka di bagian wilayah perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori RTH, berupa lahan yang diperkeras atau yang
berupa badan air, maupun kondisi permukaan tertentu yang tidak dapat ditumbuhi tanaman atau berpori.
138. Kawasan cagar budaya adalah satuan ruang geografis yang memliki dua situs cagar budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan / atau memperlihatkan ciri tata ruang yang khas.
139. Kawasan pertanian adalah Kawasan yang dimanfaatkan untuk pengembangan kegiatan pertanian baik tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan.
140. Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Berkelanjutan adalah wilayah budidaya pertanian terutama pada wilayah perdesaan yang memiliki hamparan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan /
atau hamparan Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan serta unsur penunjangnya dengan fungsi utama untuk mendukung kemandirian, ketahanan dan kedaulatan pangan nasional.
141. Kawasan Peruntukan Industri adalah bentangan lahan yang diperuntukkan bagi kegiatan industri berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah dan tata guna tanah yang ditetapkan sesuai
denggan ketentuan peraturan perundang – undangan.
142. Kawasan pariwisata adalah Kawasan yang dimanfaatkan untuk pengembangan kegiatan pariwisata bai kalam, buatan, maupun budaya beserta fasilitas pendukungnya.
143. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkukngan hidup di luar Kawasan lindung, baik berupa Kawasan perkotaan maupun perdesaaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal
atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
144. Kawasan perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil
upaya pemenuhan rumah yang layak huni.
145. Food estate merupakan pendekatan pengembangan wilayah dimana mengutamakan atau memperbesar luasan lahan pertanian di Kawasan permukiman.
146. Holding Zone merupakan kebijakan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dimana untuk provinsi / kabupaten / kota yang megajukan perubahan luasan Kawasan non
hutan harus menunggu persetujuan atau bila tidak disetujui menjadi area dengan fungsi tetap sebagaimana kondisi eksisting.
147. Enclave merupakan kebijakan dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat maupun Kementerian Pertahanan dimana untuk wilayah dengan fungsi strategis tertentu,
dalam hal ini Pertahanan dan Keamanan, penggambarannya disetujui sepenuhnya dan bersifat rahasia.
148. Kawasan Pendidikan adalah Kawasan yang dimanfaatkan untuk pengembangan sarana Pendidikan beserta fasilitas pendukungnya.
149. Kawasan Kesehatan adalah Kawasan yang dimanfaatkan untuk pengembangan sarana Kesehatan beserta fasilitas pendukungnya.
150. Kawasan Pertambangan adalah Kawasan yang diperuntukkan bagi Kawasan pertambangan yang secara ekonomis mempunya potensi bahan tambang.
151. Kawasan rawan bencana gunung api adalah Kawasan yang pernah terlanda atau diidentifikasikan berpotensi terancam bahaya letusan baik – baik secara langsung maupun tidak
langsung.
152. Wilayah rawan bencana alam adalah suatu Kawasan di permukaan bumi yang rawan bencana alam akibat proses alam maupun nonalam.
153. Kerawanan bencana adalah tingkat kemmungkinan suatu objek bencana untuk mengalami gangguan akilbat bencana alam.
154. Kawasan olahraga adalah Kawasan yang dimanfaatkan untuk pengembangan sarana olahraga baik dalam bentuk terbuka maupun tertutup beserta fasilitas pendukungnya.
155. Kawasan peribadatan adalah Kawasan yang dimanfaatkan untuk pengembangan sarana ibadah dengan hierarki dan skala pelayanan beserta fasilitas pendukungnya.
156. Kawasan transportasi adalah Kawasan yang dimanfaatkan untuk pengembangan fungsi transportasi dalam upaya untuk mendukung kebijakan pengembangan sistem transportaso beserta
fasilitas pendukungnya.
157. Kawasan perkantoran adalah Kawasan yang dimanfaatkan untuk pengembangan kegiatan pelayanan pemerintahan dan non pemerintahan beserta fasilitas pendukungnya.
158. Kawasan perdagangan dan jasa adalah Kawasan yang dimanfaatkan untuk pengembangan kegiatan usaha yang bersifat komersial beserta fasilitas pendukungnya.
159. Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan / atau ditetapkan oleh Pemerintah Pusat untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
160. Sektor informal yang dimaksud adalah Pedagang Kaki Lima yang selanjutnya disebut PKL adalah pelaku usaha yang melakukan usaha perdagangan dengan menggunakan sarana usaha
bergerak maupun tidak bergerak, menggunakan prasarana kotaa, fasilitas sosial, fasilitas umum, lahan, dan bangunan milik pemerintah dan / atau sasta yang bersifat sementara / tidak menetap.
161. Kawasan pertahanan dan keamanan adalah Kawasan yang dimanfaatkan untuk pengembangan kegiatan pertahanan dan keamanan beserta fasilitas pendukungnya.
162. Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang – undang untuk melakukan penyidikan.
163. Penyidikan adalah serangkaian Tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang – undag ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
membuat terang tentang tindak pidana yang terjadia dan guna menemukan tersanagkanya.
164. Aparatur Sipil Negara adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah.
165. Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PPNS adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang – undang yang menjadi dasar
hukumnya masing – masing dan dalam pelaksanaan tugasnya berada di bawah koordinasi dan pengawasan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
166. Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang yang selanjutnya disingkat KKPR adalah kesesuaian antara rencana kegiatan Pemanfaatan Ruanng dengan Rencana Tata Ruang.
167. Konfirmasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang adalah dokumen yang menyatakan kesesuaian antara rencana kegiatan pemanfaatan ruang dengan RDTR.
168. Persetujuan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang adalah dokumen yang menyatakan kesesuaian antara rencana kegiatan pemanfaatan ruang dengan RTR selain RDTR.
169. Rekomendasi kesesuaian kegiatan pemanfatan ruang adalah dokumen yang menyatakan kesesuaian rencana kegiatan pemanfaatan ruang uyang didasaekan pada kebijakan nasional
yang bersifat strategis dan belum diatur dalam RTR dengan mempertimbangkan asas dan tujuan penyelenggaraan penataan ruang.
170. Orang adalah orang perseorangan dan/atau korporasi.
171. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk masyarakat hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan nonpemerintah lain dalam penyelenggaraan
penataan ruang.
172. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam bidang penataan ruang.
173. Peran masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
174. Forum Penataan Ruang Daerah adalah wadah di tingkat daerah yang bertugas untuk membantu Pemerintah Daerah dengan memberikan pertimbangan dalam Penyelenggaraan Penataan
Ruang.
175. Konsultasi Publik adalah partisipasi aktif masyarakat untuk mendapatkan masukan, tanggapan, atau saran perbaikan dalam penyusunan RTR.
176. Badan Bank Tanah yang selanjutnya disebut Bank Tanah adalah badan khusus yang merupakan badan hukum Indonesia yang dibentuk oleh Pemerintah Pusat yang diberi
kewenangan khusus untuk mengelola tanah.
177. Pelaku Usaha adalah orang perorangan atau badan usaha mikro dan usaha kecil sebagaimana dimaksiud dalam Undang – Undang tentang Usaha MIkro, Kecil dan Menengah.
178. Lembaga Pengelola dan Penyelenggara Online Single Submission yang selanjutnya disebut Lembaga OSS adalah Lembaga pemerintah non kementerian yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang penanaman modal.
179. Perizinan berusaha adalah legalitas yang diberikan kepada Pelaku Usaha untuj memulai dan menjalankan usaha dan / atau kegiatannya.
180. Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik atau Online Single Submission yang selanjutnya disingkat OSS adalah Perizinan Berusahas yang diterbitkan oleh Lembaga OSS
untukk dan atas nama Menteri, pimpinan Lembaga, gubernur, atau bupati / wali kota kepada Pelaku Usaha melalui sistem elektronik yang terintegrasi.
181. Hari adalah hari kerja.

ASAS DAN MUATAN

RTRW Kota Salatiga menjadi dasar untuk penerbitan perizinan lokasi pembangunan dan administras pertanahan di daerah.

RTRW Kota Salatiga diselenggarakan berdasarkan asas :

a. Keterpaduan;
b. Keberdayagunaan dan keberhasilangunaan;
c. Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan;
d. Berbudaya;
e. Berkelanjutan;
f. Kebersamaan dan kemitraan;
g. Kepastian hukum dan keadilan;
h. Perlindungan kepentingan umum;
i. Keterbukaan;
j. Akuntabilitas;
k. Ketersediaan;
l. Keterjankauan;
m. Kemudahan akses; dan
n. Penerimaan masyarakat.

RTRW Salatiga menjadi pedoman untuk :

a. Penyusunan RDTR Kota Salatiga;


b. Penyusunan rencana pembangunan jangka Panjang daerah;
c. Pernyusunan rencana pembangunban jangka menengah daerah;
d. Penyusunan rencana strategis organisasi perangkat daerah;Rencana kerja organisasi perangkat daerah;
e. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan runag di wilayah daerah;
f. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan antar sector; dan
g. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi.
Muatan

Muatan RTRW Kota Salatiga meliputi :

a. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang;


b. Kondisi Salatiga yang ingin dicapai 20 tahun mendatang (isu strategis, tinjauan literatur, analisis data dan kesesuaian dengan teori, dan rekomendasi kebijakan;
c. Analisis kebutuhan ruang minimal dan kebutuhan lahan minimal per tipologi bangunan;
d. Analisis kebutuhan RTH ( baik ruang terbuka hijau public dan privat);
e. Analisis kemampuan pendanaan untuk implementasi pembangunan dan penataan agrarian;
f. Penetapan Kawasan Strategis Kota, baik berupa Kawasan Perkotaan ( Wilayah Pengembangan Strategis Kota) dan Kawasan Perdesaan ( Kawasan Budidaya Strategis Kota);
g. Amanat dari Rencana Tata Ruang di atasnya ( RTRWN, RTR Pulau Jawa – Bali, RTRW Provinsi Jawa Tengah, dan RTR KSN Kedungsepur);
h. Hasil evaluasi dan sinkronisasi RTRW Kota Salatiga dengan RPJMD Kota Salatiga;
i. Perubahan atau revisi Peraturan perundang-undangan di atasnya ( UU Cipta Kerja dan PP Penyelenggaraan Penataan Ruang);
j. Konsep dan Pendekatan dalam perencanaan struktur ruang dan polar uang;
k. Telaah komoditas unggulan dalam penyiapan scenario pendapatan daerah dan penyediaan fasilitas umum untuk orang perorangan dan warga / masyarakat;
l. Rencana Struktur Ruang;
m. Rencana Pola Ruang;
n. Arahan Pemanfaatan Ruang;
o. Pengendalian Pemanfaatan Ruang;
p. Indikasi Program Daerah;
q. Ketentuan Peralihan; dan
r. Ketentuan Penutup.

RTRW Kota Salatiga meliputi seluruh wilayah administrasi daerah dengan luas kurang lebih 5.498 (lima ribu empat ratus Sembilan puluh delapan) hektar dengan letak geografis terletak pada
007.17’.00” dan 007.17’23” Lintang Selatan dan antara 110.27’56,81” dan 110.23’4.64” Bujur Timur, dengan batas administrasi meliputi :

Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Pabelan dan Kecamatan Tuntang di Kabupaten Semarang;

Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Pabelan dan Kecamatan Tengaran di Kabupaten Semarang;

Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Getasan dan Kecamatan Tengaran di Kabupaten Semarang;

Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tuntang dan Kecamatan Getasan di Kabupaten Semarang.

Penulis Yohanes Enggar Harususilo | Editor Yohanes Enggar Harususilo KOMPAS.com - Kebudayaan dipandang menjadi kunci masa yang berdampak luas bagi masa depan Indonesia dalam
menghadapi tantangan revolusi industri 4.0. "Kebudayaan menjadi kunci masa depan yang memiliki dampak luas, termasuk dampak ekonomi. Dan budaya bisa menjadi nilai sumber
kehidupan, membangun integritas moral yang berbasis nilai budaya," ujar Gubernur Bali I Wayan Koster saat membuka Rapat Koordinasi (Rakor) Kebudayaan di Bali (18/12/2019). I Wayan
Koster meyakini jika kebudayaan akan menjadi penentu masa depan Indonesia dalam menghadapi arus global revolusi industri 4.0. Kebudayaan juga dinilai sebagai salah satu elemen dasar
dimiliki Indonesia, bilamana dikelola dengan tata yang baik menjadi penentu masa depan. Namun sayangnya, ia melihat kekayaan kebudayaan Indonesia masih belum dikelola secara serius.
Pemerintah Fokus Bangun 19 Kawasan Industri Prioritas Kompas.com - 19/12/2019, 19:34 WIB . Dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi nasional, pemerintah gencar meningkatkan
investasi di sektor industri. Hal ini direalisasikan lewat pembangunaan kawasan industri. Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasismita pada
acara Temu Dialog Pengembangan Industri Prioritas di Jakarta, Selasa (10/12/2019). Saat ini, terdapat 103 kawasan industri yang telah beroperasi dengan cakupan wilayah seluas 55.000
hektare. Sebanyak 58 di antaranya berada di Pulau Jawa, sisanya tersebar di Pulau Sumatera (33 kawasan industri), Kalimantan (8), dan Sulawesi (4). “Terdapat 15 kawasan industri yang masih
dalam proses konstruksi dan 10 kawasan industri pada tahap perencanaan,” ujarnya. Agus menuturkan langkah tersebut diambil sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo kepadanya
untuk menciptakan atau mengembangkan kawasan industri di seluruh wilayah Indonesia. “Sejak tahun 2014, ada peningkatan hingga 20 kawasan industri atau sebesar 28,15 persen,”
ungkapnya. Melihat kawasan industri yang masih terpusat di Pulau Jawa, pemerintah berupaya untuk mengembangkan kawasan-kawasan industri baru di luar Jawa.

Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu. Daftarkan email Hal tersebut adalah upaya pemerintah untuk mendorong pemerataan ekonomi yang inklusif dan mewujudkan
Indonesia sentris. Pemerintah berencana untuk memfokuskan kawasan industri di Pulau Jawa untuk pengembangan industri teknologi tinggi, industri padat karya, dan industri dengan
konsumsi air rendah. Sementara itu, kawasan industri di luar Jawa akan dititikberatkan pada industri berbasis sumber daya alam dan peningkatan efisiensi sistem logistik. Selain itu,
pengembangan kawasan industri ini juga diharapkan dapat mendorong terciptanya pusat ekonomi baru. Agus mengungkapkan pengembangan pusat-pusat ekonomi baru ini perlu
terintegrasi dengan pengembangan perwilayahan, termasuk pembangunan infrastruktur. “Sehingga dapat memberi efek positif yang maksimal dalam pengembangan ekonomi wilayah,”
ujarnya. Kawasan Industri Prioritas dalam RPJMN 2020-2024 Komitmen pemerintah untuk membangun sejumlah kawasan industri prioritas di luar Jawa tertuang di dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Upaya tersebut, menurut Agus, telah dilakukan sejak periode sebelumnya.

Pada RPJMN 2015-2019, pemerintah mendorong pembangunan 14 kawasan industri prioritas di luar Jawa. “Artinya dalam lima tahun ke depan, pemerintah konsisten untuk terus mendorong
pengembangan industri di luar Pulau Jawa,” tambahnya. Pada RPJMN 2020-2024, pemerintah mengusulkan 19 kawasan industri prioritas di luar Jawa. Ke-19 kawasan industri itu meliputi
Kawasan Industri Sei Mangkei (Simalungun, Sumatera Utara), Kawasan Industri Kuala Tanjung (Batubara, Sumatera Utara), Kawasan Industri Galang Batang (Bintan, Kepulauan Riau), Kawasan
Industri Bintan (Bintan, Kepulauan Riau), dan Kawasan Industri Kemingking (Muaro Jambi, Jambi). Kemudian Kawasan Industri Tanjung Enim (Muara Enim, Sumatera Selatan), Kawasan Industri
Pesawaran (Pesawaran, Lampung), Kawasan Industri Way Pisang (Way Pisang, Lampung), Kawasan Industri Sadai (Bangka Selatan, Bangka Belitung), Kawasan Industri Ketapang (Ketapang,
Kalimantan Barat), dan Kawasan Industri Surya Borneo (Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah). Berikutnya, Kawasan Industri Buluminung (Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur), Kawasan
Industri Tanah Kuning (Bulungan, Kalimantan Utara), Kawasan Industri Batulicin (Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan), Kawasan Industri Jorong (Tanah Laut, Kalimantan Selatan), dan Kawasan
Industri Bangkalan (Madura, Jawa Timur). Selanjutnya, Kawasan Industri Weda Bay (Halmahera Tengah, Maluku Utara), Kawasan Industri Palu (Palu, Sulawesi Tengah), dan Kawasan Industri
Bintuni (Teluk Bintuni, Papua Barat). Agus mengutarakan pengembangan kawasan industri prioritas tahun 2020-2024 ini difokuskan pada industri berbasis agro, minyak dan gas bumi, logam
dan batubara serta industri teknologi tinggi dan aerospace.

Pada RPJMN 2015-2019, pemerintah mendorong pembangunan 14 kawasan industri prioritas di luar Jawa. “Artinya dalam lima tahun ke depan, pemerintah konsisten untuk terus mendorong
pengembangan industri di luar Pulau Jawa,” tambahnya. Pada RPJMN 2020-2024, pemerintah mengusulkan 19 kawasan industri prioritas di luar Jawa. Ke-19 kawasan industri itu meliputi
Kawasan Industri Sei Mangkei (Simalungun, Sumatera Utara), Kawasan Industri Kuala Tanjung (Batubara, Sumatera Utara), Kawasan Industri Galang Batang (Bintan, Kepulauan Riau), Kawasan
Industri Bintan (Bintan, Kepulauan Riau), dan Kawasan Industri Kemingking (Muaro Jambi, Jambi). Kemudian Kawasan Industri Tanjung Enim (Muara Enim, Sumatera Selatan), Kawasan Industri
Pesawaran (Pesawaran, Lampung), Kawasan Industri Way Pisang (Way Pisang, Lampung), Kawasan Industri Sadai (Bangka Selatan, Bangka Belitung), Kawasan Industri Ketapang (Ketapang,
Kalimantan Barat), dan Kawasan Industri Surya Borneo (Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah). Berikutnya, Kawasan Industri Buluminung (Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur), Kawasan
Industri Tanah Kuning (Bulungan, Kalimantan Utara), Kawasan Industri Batulicin (Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan), Kawasan Industri Jorong (Tanah Laut, Kalimantan Selatan), dan Kawasan
Industri Bangkalan (Madura, Jawa Timur). Selanjutnya, Kawasan Industri Weda Bay (Halmahera Tengah, Maluku Utara), Kawasan Industri Palu (Palu, Sulawesi Tengah), dan Kawasan Industri
Bintuni (Teluk Bintuni, Papua Barat). Agus mengutarakan pengembangan kawasan industri prioritas tahun 2020-2024 ini difokuskan pada industri berbasis agro, minyak dan gas bumi, logam
dan batubara serta industri teknologi tinggi dan aerospace.

Modal memungkinkan pekerja mendapatkan izin untuk mengeola dan memproses materi menjadi produk. Baca juga: Cita-cita Jokowi: Jadikan Indonesia Pusat Industri Mobil Listrik Dunia 4.
Teknologi Teknologi adalah ilmu pengetahuan terapan untuk penggunaan industri maupun komersil. Ribuan penemuan pada abad ke-19 membantu mekanisasi dan memperbaiki proses
manufaktur. Penemuan-penemuan tersebut membuat lebih efisien dan meningkatkan produktivitas. 5. Koneksi Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu. Daftarkan email
Koneksi adalah elemen kunci dalam perkembangan industrial. Transportasi menghubungan antara materi mentah, produsen dan konsumen. Koneksi adalah infrastruktur yang merupakan
kombinasi jaringan transportasi dan komunikasi. Koneksi adalah pondasi dan bingkai pertumbuhan ekonomi. Baca juga: Dorong Daya Saing UMKM di Era Industri 4.0, Ini Langkah Pemerintah
Halaman Selanjutnya Karakteristik IndustrialisasiIndustrialisasi adalah proses transformasi…

Karakteristik Industrialisasi Industrialisasi adalah proses transformasi ekonomi dari pertanian menjadi berbasis pada produksi barang. Kerja manual individu sering digantikan oleh produksi
massal mekanis dan pengrajin diganti oleh jalur perakitan. Dikutip dari Investopedia, berikut ini adalah karakteristik atau ciri-ciri industrialisasi: Pertumbuhan ekonomi meliputi peningkatan
total pendapatan dan standar hidup dalam masyarakat. Pembagian kerja yang lebih efisien. Penggunaan inovasi teknologi untuk memecahkan masalah dari ketergantungan pada kondisi di
luar kendali manusia. Baca juga: Industri Fashion Penyumbang Devisa Terbesar Ketiga di Indonesia, Capai Rp 122 T Menurut PK O'Brien, proses industrialisasi ditandai dengan: Perubahan
teknologi dan organisasi yang mengarah ke tingkat produktivitas yang lebih tinggi. Peningkatan standar hidup. Pertumbuhan penduduk. Urbanisasi. Perubahan budaya. Pergeseran
keseimbangan di antara negara-negara. Proses industrialisasi Esensi proses industrialisasi pada masyarakat kapitalis dan juga masyarakat yang didominasi negara dengan perencanaan pusat
(seperti bekas Uni Soviet) memiliki kesamaan. Berikut ini bagaimana proses industrialisasi terjadi menurut R Biernacki: Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu. Daftarkan email
Awalnya industrialisasi ditandai dengan transfer besar-besaran tenaga kerja dari pertanian dan ke pabrik-pabrik yang memiliki konsentrasi peralatan modal. Peningkatan produktivitas tenaga
kerja yang dikhususkan untuk manufaktur menjadi seimbang dengan peningkatan permintaan barang. Lapangan kerja di sektor jasa meningkat lebih cepat daripada manufaktur setelah awal
industrialisasi.

Terjadi fluktuasi Pendapatan Domestik Bruto di Indonesia pada kurun waktu 2015 sampai dengan 2018. Titik tertinggi pada 2015 adalah sebesar 4,33 % dan titik terendah pada 2016 yaitu
4,26 %. Sedangkan pada 2016 – 2017 meningkat 3 % dan pada 2017 – 2018 mengalami penurunan 0,02 %. Sebagaimana dikemukakan oleh …. pada…. ( ), menunjukkan bahwa modal tenaga
kerja sebagai salah satu faktor penting dalam pembentukan PDB. Yang dimaksud sini PDB yang diukur berdasarkan nilai tambah. Pada tabel di bawah kita dapat mengetahui bahwa
penyerapan tenaga kerja di sektor industri pada tahun 2015 – 2018 terbanyak pada Industri Makanan, Kayu, diikuti oleh Industri Pakaian Jadi dan Tekstil sebesar masing – masing : 2,89 % –
3,68 % ; 1,22 % – 1,37 % ; 1,89 % - 2,04 % ; dan 1,09 % - 1,11 %. Dilain pihak, dari sisi nilai jual , keluaran dari industri sebagaimana dilihat dari tabel 1.3 terkait dengan Indeks Harga
Perdagangan Besar pada tahun 2016 - 2018, terlihat bahwa harga bahan baku, barang konsumsi dan barang modal untuk sektor industri selalu berada di peringkat ke-2 setelah pertanian dan
lebih tinggi dari pertambangan. Dengan rincian sebagai berikut : 122,54; 129,36;132,21 untuk bahan baku pertambangan. Lebih tinggi adalah bahan baku industri sebesar 136,57; 141,66; dan
142,74. Teringgi 138,82; 143,58; 144,78 tercatat dari bahan baku sektor pertanian. 170,78; 170,25;173,91 untuk barang konsumsi pertambangan. Lebih tinggi adalah barang konsumsi industri
sebesar 148,36; 152,81; dan 154,91. Teringgi 523,47; 524,13; 526,19 tercatat dari barang konsumsi sektor pertanian. 93,07; 104,36;106,73 untuk barang modal pertambangan. Lebih tinggi
adalah barang modal industri sebesar 118,93; Wilayah Laju Pertumbuhan PDB Industri Manufaktur 2015 2016 2017 2018 Indonesia 4.33 4.26 4.29 4.27 3 Direktorat Perencanaan Tata
Ruang.2019 123766; dan 1125174. Teringgi 205,91; 179,33; 154,57 tercatat dari barang modal sektor pertanian

Sumber daya air


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sumber daya air adalah sumber daya berupa air yang berguna atau potensial bagi manusia. Kegunaan air meliputi penggunaan di bidang pertanian, industri, rumah tangga, rekreasi, dan
aktivitas lingkungan. Sangat jelas terlihat bahwa seluruh manusia membutuhkan air tawar.
97% air di bumi adalah air asin, dan hanya 3% berupa air tawar yang lebih dari 2 per tiga bagiannya berada dalam bentuk es di glasier dan es kutub. Air tawar yang tidak membeku dapat
ditemukan terutama di dalam tanah berupa air tanah, dan hanya sebagian kecil berada di atas permukaan tanah dan di udara.
Air tawar adalah sumber daya terbarukan, meski suplai air bersih terus berkurang. Permintaan air telah melebihi suplai di beberapa bagian di dunia dan populasi dunia terus meningkat yang
mengakibatkan peningkatan permintaan terhadap air bersih. Perhatian terhadap kepentingan global dalam mempertahankan air untuk pelayanan ekosistem telah bermunculan, terutama sejak
dunia telah kehilangan lebih dari setengah lahan basah bersama dengan nilai pelayanan ekosistemnya. Ekosistem air tawar yang tinggi biodiversitasnya saat ini terus berkurang lebih cepat
dibandingkan dengan ekosistem laut ataupun darat.

Sumber air tawar


Air permukaan
Air permukaan adalah air yang terdapat di sungai, danau, atau rawa air tawar. Air permukaan secara alami dapat tergantikan dengan presipitasi dan secara alami menghilang
akibat aliran menuju lautan, penguapan, dan penyerapan menuju ke bawah permukaan.
Meski satu-satunya sumber alami bagi perairan permukaan hanya presipitasi dalam area tangkapan air, total kuantitas air dalam sistem dalam suatu waktu bergantung pada banyak faktor. Faktor-
faktor tersebut termasuk kapasitas danau, rawa, dan reservoir buatan, permeabilitas tanah di bawah reservoir, karakteristik aliran pada area tangkapan air, ketepatan waktu presipitasi dan rata-rata
evaporasi setempat. Semua faktor tersebut juga memengaruhi besarnya air yang menghilang dari aliran permukaan.
Aktivitas manusia memiliki dampak yang besar dan kadang-kadang menghancurkan faktor-faktor tersebut. Manusia sering kali meningkatkan kapasitas reservoir total dengan melakukan
pembangunan reservoir buatan, dan menguranginya dengan mengeringkan lahan basah. Manusia juga sering meningkakan kuantitas dan kecepatan aliran permukaan dengan pembuatan sauran-
saluran untuk berbagai keperluan, misalnya irigasi.
Kuantitas total dari air yang tersedia pada suatu waktu adalah hal yang penting. Sebagian manusia membutuhkan air pada saat-saat tertentu saja. Misalnya petani membutuhkan banyak air ketika
akan menanam padi dan membutuhkan lebih sedikit air ketika menanam palawija. Untuk mensuplai petani dengan air, sistem air permukaan membutuhkan kapasitas penyimpanan yang besar
untuk mengumpulkan air sepanjang tahun dan melepaskannya pada suatu waktu tertentu. Sedangkan penggunaan air lainnya membutuhkan air sepanjang waktu, misalnya pembangkit listrik yang
membutuhkan air untuk pendinginan, atau pembangkit listrik tenaga air. Untuk mensuplainya, sistem perairan permukaan harus terisi ketika aliran arus rata-rata lebih rendah dari kebutuhan
pembangkit listrik.
Perairan permukaan alami dapat ditambahkan dengan mengambil air permukaan dari area tangkapan hujan lainnya dengan kanal atau sistem perpipaan. Dapat juga ditambahkan secara buatan
dengan cara lainnya, tetapi biasanya jumlahnya diabaikan karena terlalu kecil.
Manusia dapat menyebabkan hilangnya sumber air permukaan dengan menjadikannya tidak lagi berguna, misalnya dengan cara polusi.
Brasil adalah negara yang diperkirakan memiliki suplai air tawar terbesar di dunia, diikuti oleh Rusia, Kanada, dan Indonesia.
Aliran sungai bawah tanah[sunting | sunting sumber]
Total volum air yang dialirkan dari daratan menuju lautan dapat berupa kombinasi aliran air yang dapat terlihat dan aliran yang cukup besar di bawah permukaan melalui bebatuan dan lapisan
bawah tanah yang disebut dengan zona hiporeik (hyporheic zone). Untuk beberapa sungai di lembah-lembah yang besar, komponen aliran yang "tidak terlihat" mungkin cukup besar dan melebihi
aliran permukaan. Zona hiporeik sering kali membentuk hubungan dinamis antara perairan permukaan dengan perairan subpermukaan dengan saling memberi ketika salah satu bagian kekurangan
air. Hal ini terutama terjadi di area karst di mana lubang tempat terbentuknya hubungan antara sungai bawah tanah dan sungai permukaan cukup banyak.
Air tanah[sunting | sunting sumber]
Air tanah adalah air tawar yang terletak di ruang pori-pori antara tanah dan bebatuan dalam. Air tanah juga berarti air yang mengalir di lapisan aquifer di bawah water table. Terkadang berguna
untuk membuat perbedaan antara perairan di bawah permukaan yang berhubungan erat dengan perairan permukaan dan perairan bawah tanah dalam di aquifer (yang kadang-kadang disebut
dengan "air fosil").
Sistem perairan di bawah permukaan dapat disamakan dengan sistem perairan permukaan dalam hal adanya input, output, dan penyimpanan. Perbedaan yang paling mendasar adalah kecepatan
dan kapasitasnya; air tanah mengalir dengan kecepatan bervariasi, antara beberapa hari hingga ribuan tahun untuk muncul kembali ke perairan permukaan dari wilayah tangkapan hujan, dan air
tanah memiliki kapasitas penyimpanan yang jauh lebih besar dari perairan permukaan.
Input alami dari air tanah adalah serapan dari perairan permukaan, terutama wilayah tangkapan air hujan. Sedangkan output alaminya adalah mata air dan serapan menuju lautan.
Air tanah mengalami ancaman berarti menghadapi penggunaan berlebihan, misalnya untuk mengairi lahan pertanian. Penggunaan secara belebihan di area pantai dapat menyebabkan
mengalirnya air laut menuju sistem air tanah, menyebabkan air tanah dan tanah di atasnya menjadi asin (intrusi air laut. Selain itu, manusia juga dapat menyebabkan air tanah terpolusi, sama
halnya dengan air permukaan yang menyebabkan air tanah tidak dapat digunakan.
Desalinasi[sunting | sunting sumber]
Desalinasi adalah proses buatan untuk mengubah air asin (umumnya air laut) menjadi air tawar. Proses desalinasi yang paling umum adalah destilasi dan osmosis terbalik. Desalinasi saat ini
cukup mahal jika dibandingkan dengan mengambil langsung dari sumber air tawar, hanya sebagian kecil kebutuhan manusia terpenuhi melalui desalinasi. Proses ini terjadi secara ekstensif
di Teluk Persia untuk mensuplai air bagi beberapa wilayah di Timur Tengah dan fasilitas wisata dan perhotelan di wilayah tersebut.
Air beku[sunting | sunting sumber]

Bongkahan es yang terlihat di New Foundland, Canada

Es yang membeku di kutub dan glasier berpotensi untuk dijadikan sumber air tawar karena dua per tiga air tawar dunia berada dalam bentuk es. Beberapa skema telah diajukan untuk
menjadikan gunung es di kutub sebagai sumber air, tetapi hingga saat ini hal itu hanya sekadar rencana. Aliran glasier saat ini dikatakan sebagai salah satu perairan permukaan.
Himalaya, "Atap Dunia" mengandung glasier dan es dalam jumlah besar di luar wilayah kutub, dan menjadi sumber dari sepuluh sungai besar di Asia yang menghidupi miliaran manusia. Masalah
yang terjadi saat ini adalah peningkatan temperatur dunia yang cukup cepat, Nepal saat ini mengalami peningkatan rata-rata sebesar 0,6 derajat Celcius sejak sepuluh tahun lalu, sementara dunia
mengalami peningkatan sebesar 0,7 sejak ratusan tahun yang lalu.

Penggunaan air tawar[sunting | sunting sumber]


Penggunaan air tawar dapat dikategorikan sebagai penggunaan konsumtif dan non-konsumtif. Air dikatakan digunakan secara konsumtif jika air tidak dengan segera tersedia lagi untuk
penggunaan lainnya, misalnya irigasi (di mana penguapan dan penyerapan ke dalam tanah serta penyerapan oleh tanaman dan hewan ternak terjadi dalam jumlah yang cukup besar). Jika air yang
digunakan tidak mengalami kehilangan serta dapat dikembalikan ke dalam sistem perairan permukaan (setelah diolah jika air berbentuk limbah), maka air dikatakan digunakan secara non-
konsumtif dan dapat digunakan kembali untuk keperluan lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pertanian[sunting | sunting sumber]
Diperkirakan 69% penggunaan air di seluruh dunia untuk irigasi. Di beberapa wilayah irigasi dilakukan terhadap semua tanaman pertanian, sedangkan di wilayah lainnya irigasi hanya dilakukan
untuk tanaman pertanian yang menguntungkan, atau untuk meningkatkan hasil. Berbagai metode irigasi melibatkan perhitungan antara hasil pertanian, konsumsi air, biaya produksi, penggunaan
peralatan dan bangunan. Metode irigasi seperti irigasi beralur (furrow) dan sprinkler umumnya tidak terlalu mahal namun kurang efisien karena banyak air yang mengalami evaporasi, mengalir atau
terserap ke area di bawah atau di luar wilayah akar. Metode irigasi lainnya seperti irigasi tetes, irigasi banjir, dan irigasi sistem sprinkler di mana sprinkler dioperasikan dekat dengan tanah,
dikatakan lebih efisien dan meminimalisasikan aliran air dan penguapan meski lebih mahal. Setiap sistem yang tidak diatur dengan benar dapat menyia-nyiakan sumber daya air, sedangkan setiap
metode memiliki potensi untuk efisiensi yang lebih tinggi pada kondisi tertentu di bawah pengaturan waktu dan manajemen yang tepat.
Saat populasi dunia meningkat, dan permintaan terhadap bahan pangan juga meningkat dengan suplai air yang tetap, terdapat dorongan untuk mempelajari bagaimana memproduksi bahan
pangan dengan sedikit air, melalui peningkatan metode dan teknologi irigasi, manajemen air pertanian, tipe tanaman pertanian, dan pemantauan air.
Industri[sunting | sunting sumber]
Diperkirakan bahwa 15% air di seluruh dunia dipergunakan untuk industri. Banyak pengguna industri yang menggunakan air, termasuk pembangkit listrik yang menggunakan air
untuk pendingin atau sumber energi, pemurnian bahan tambang dan minyak bumi yang menggunakan air untuk proses kimia, hingga industri manufaktur yang menggunakan air sebagai pelarut.
Porsi penggunaan air untuk industri bervariasi di setiap negara, tetapi selalu lebih rendah dibandingkan penggunaan untuk pertanian.
Air juga digunakan untuk membangkitkan energi. Pembangkit listrik tenaga air mendapatkan listrik dari air yang menggerakkan turbin air yang dihubungkan dengan generator. Pembangkit listrik
tenaga air adalah pembangkit listrik yang rendah biaya produksi, tidak menghasilkan polusi, dan dapat diperbarui. Energi ini pada dasarnya disuplai oleh matahari; matahari menguapkan air di
permukaan, yang lalu mengalami pengembunan di udara, turun sebagai hujan, dan air hujan mensuplai air bagi sungai yang mengaliri pembangkit listrik tenaga air. Bendungan Three
Gorges merupakan bendungan pembangkit listrik tenaga air terbesar di dunia.
Penggunaan industrial lainnya adalah turbin uap dan penukar panas, juga sebagai pelarut bahan kimia. Keluarnya air dari industri tanpa dilakukan pengolahan terlbih dahulu dapat disebut
sebagai polusi. Polusi meliputi pelepasan larutan kimia (polusi kimia) atau pelepasan air sisa penukaran panas (polusi termal). Industri membutuhkan air murni untuk berbagai aplikasi dan
menggunakan berbagai tehnik pemurnian untuk suplai air maupun limbahnya.
Rumah tangga[sunting | sunting sumber]

Air minum yang umum berada di negara-negara maju

Diperkirakan 15% penggunaan air di seluruh dunia adalah di rumah tangga. Hal ini meliputi air minum, mandi, memasak, sanitasi, dan berkebun. Kebutuhan minimum air yang dibutuhkan dalam
rumah tangga menurut Peter Gleick adalah sekitar 50 liter per individu per hari, belum termasuk kebutuhan berkebun. Air minum haruslah air yang berkualitas tinggi sehingga dapat langsung
dikonsumsi tanpa risiko bahaya. Di sebagian besar negara-negara berkembang, air yang disuplai untuk rumah tangga dan industri adalah air minum standar meski dalam proporsi yang sangat kecil
digunakan untuk dikonsumsi langsung atau pengolahan makanan.
Rekreasi[sunting | sunting sumber]
Penggunaan air untuk rekreasi biasanya sangatlah kecil, namun terus berkembang. Air yang digunakan untuk rekreasi biasanya berupa air yang ditampung dalam bentuk reservoir, dan jika air yang
ditampung melebihi jumlah yang biasa ditampung dalam reservoir tersebut, maka kelebihannya dikatakan digunakan untuk kebutuhan rekreasional. Pelepasan sejumlah air dari reservoir untuk
kebutuhan arung jeram atau kegiatan sejenis juga disebut sebagai kebutuhan rekreasional. Hal lainnya misalnya air yang ditampung dalam reservoir buatan (misalnya kolam renang).
Penggunaan rekreasional umumnya non-konsumtif, karena air yang dilepaskan dapat digunakan kembali. Pengecualian terdapat pada penggunaan air di lapangan golf, yang umumnya sering
menggunakan air dalam jumlah berlebihan terutama di daerah kering. Namun masih belum jelas apakah penggunaan ini dikategorikan sebagai penggunaan rekreasional atau irigasi, tetapi tetap
memberikan efek yang cukup besar bagi sumber daya air setempat.
Sebagai tambahan, penggunaan rekreasional mungkin akan mengurangi ketersediaan air bagi kebutuhan lainnya di suatu tempat pada suatu waktu tertentu.
Lingkungan dan ekologi[sunting | sunting sumber]
Penggunaan bagi lingkungan dan ekologi secara eksplisit juga sangat kecil namun terus berkembang. Penggunaan air untuk lingkungan dan ekologi meliputi lahan basah buatan, danau buatan
yang ditujukan untuk habitat alam liar, konservasi satwa ikan, dan pelepasan air dari reservoir untuk membantu ikan bertelur.
Seperti penggunaan untuk rekreasi, penggunaan untuk lingkungan dan ekologi juga termasuk penggunaan non konsumtif, namun juga mengurangi ketersediaan air untuk kebutuhan lainnya di
suatu tempat pada suatu waktu tertentu.

Stres air[sunting | sunting sumber]


Konsep stres air dan krisis air sesungguhnya sangatlah sederhana. Menurut World Business Council for Sustainable Development, hal ini adalah situasi di mana tidak cukup air untuk semua
kebutuhan, baik itu untuk pertanian, industri, atau yang lainnya. Mendefinisikan masalah ini dalam bentuk per kapita lebih rumit, tetapi mendatangkan asumsi yang lebih baik untuk penggunaan air
dan penghematannya. Namun telah diperkirakan bahwa ketika ketersediaan air yang dapat diperbarui di bawah 1.700 meter kubik per kapita per tahun, maka negara tersebut akan mengalami stres
air secara periodik, di bawah 1.000 maka kelangkaan air akan terjadi dan merintangi pertumbuhan ekonomi dan kesehatan manusia.
Peningkatan populasi[sunting | sunting sumber]
Pada tahun 2000, dunia berpopulasi 6,2 miliar. PBB memperkirakan bahwa pada tahun 2050, dunia akan mendapatkan tambahan penduduk sekitar 3,5 miliar dengan pertumbuhan terbesar ada di
negara-negara berkembang yang telah mengalami stres air. Hal itu akan menyebabkan peningkatan permintaan air kecuali negara melakukan konservasi air dan mendaur ulang sumber daya yang
vital ini.
Peningkatan kesejahteraan[sunting | sunting sumber]
Tingkat kesejahteraan terus meningkat terutama di negara dengan dua populasi terbanyak di dunia, yaitu Cina dan India. Namun, peningkatan kesejahteraan ini berarti juga peningkatan
penggunaan air: air bersih untuk kebutuhan dasar dan sanitasi, berkebun dan membersihkan kendaraan, kolam renang pribadi, dan sebagainya.
Ekspansi bisnis[sunting | sunting sumber]
Aktivitas bisnis berkisar dari industri hingga jasa seperti pariwisata dan hiburan terus berkembang dengan cepat. Ekspansi ini membutuhkan peningkatan pelayanan terhadap kebutuhan air seperti
suplai dan sanitasi, yang memicu tekanan terhadap sumber daya air dan ekosistem alam.
Urbanisasi[sunting | sunting sumber]
Perubahan iklim[sunting | sunting sumber]
Perubahan iklim dapat memberikan efek yang signifikan terhadap sumber daya air di seluruh dunia karena hubungan yang erat antara iklim dan daur hidrologi. Peningkatan temperatur akan
meningkatkan penguapan dan memicu peningkatan presipitasi. Secara keseluruhan akan terjadi peningkatan suplai air tawar dunia. Banjir dan kekeringan akan terjadi lebih sering di beberapa
wilayah dalam waktu yang berbeda-beda, akan terjadi perubahan yang drastis pada hujan salju dan proses pelelehan salju di pegunungan akan meningkat. Temperatur yang meningkat juga akan
memengaruhi kualitas air, tetapi belum dipahami dengan baik. Dampak yang paling mungkin adalah eutrofikasi, yaitu peningkatan populasi tumbuhan air (alga, eceng gondok, dll) secara cepat.
Perubahan iklim juga akan meningkatkan permintaan suplai air untuk irigasi, dan mungkin air untuk kolam renang.
Hilangnya aquifer[sunting | sunting sumber]
Akibat dari meningkatnya populasi manusia, kompetisi untuk mendapatkan air meningkat sehingga banyak aquifer di seluruh dunia menjadi habis. Hal ini terjadi akibat konsumsi langsung manusia
seperti irigasi pertanian menggunakan air tanah. Jutaan pompa di seluruh dunia dalam berbagai ukuran saat ini sedang mengambil air tanah. Irigasi di wilayah kering seperti di utara Cina dan India
disuplai oleh air tanah, dan diambil dalam jumlah yang tidak semestinya. Kota-kota besar juga telah mengalami kehilangan lapisan aquifer dan mengakibatkan lapisan tanahnya turun antara 10
hingga 50 meter seperti yang terjadi di Mexico City, Bangkok, Manila, Beijing, Madras, Jakarta dan Shanghai.
Pencemaran air dan perlindungan sumber daya air[sunting | sunting sumber]
Pencemaran air adalah satu dari sekian kekhawatiran utama dunia saat ini. Pemerintahan di berbagai negara telah berusaha mencari solusi untuk mengurangi masalah ini.
Banyak polutan mengancam suplai air, dan di banyak tempat terutama di negara yang belum berkembang, hal ini disebabkan pembuangan limbah secara langsung ke perairan alam. Metode ini
umum terjadi di negara yang belum berkembang, tetapi juga banyak terjadi di negara yang sedang berkembang seperti Cina, India, dan Iran.
Sampah, limbah, dan bahkan polutan beracun dibuang ke perairan. Meski limbah tersebut diolah terlebih dahulu, masalah tetap ada. Sisa olahan limbah berbentuk lumpur mungkin akan
ditempatkan di lahan pembuangan sampah, dibakar di insinerator, atau dibuang ke laut. Sumber polutan lainnya seperti air sisa irigasi yang mengandung berbagai macam pupuk kimia dan bahan
organik tanaman pertanian juga mengancam ekosistem perairan, bersama dengan aliran air hujan di perkotaan dan limbah kimia yang dibuang oleh industri.
Konflik perebutan air[sunting | sunting sumber]
Satu-satunya konflik yang tercatat terjadi akibat perebutan air terjadi pada tahun 2500 SM antara wilayah Lagash dan Umma di Sumeria. Ketika kelangkaan air menyebabkan ketegangan politik, hal
ini dapat dikatakan sebagai stres air. Stres air telah memicu konflik lokal dan regional.
Stres air juga dapat menyebabkan konflik dan ketegangan politik meski penyebabnya bukan secara langsung disebabkan oleh air. Reduksi secara bertahap terhadap kualitas dan kuantitas air
tawar dapat menambah ketidakstabilan suatu wilayah dengan berkurangnya kesehatan suatu populasi, menghalangi pertumbuhan ekonomi, dan dapat menyebabkan konfik yang lebih besar.
Konflik dan ketegangan terhadap air sering kali terjadi di perbatasan antar negara. Di beberapa area seperti wilayah dataran rendah Sungai Kuning di Cina atau Sungai Chao
Phraya di Thailand telah mengalami stres air dalam beberapa tahun. Dan di beberapa wilayah arid yang bergantung sepenuhnya pada air untuk irigasi seperti Cina bagian barat, India, Iran,
dan Pakistan, memiliki risiko konflik akibat air. Ketegangan politik, protes warga sipil, dan kekerasan juga akan terjadi terhadap reaksi privatisasi air. Perang Air Bolivia tahun 2000 adalah salah satu
contohnya.
Suplai dan distribusi air dunia[sunting | sunting sumber]
Pangan dan air adalah dua kebutuhan dasar manusia. Namun kondisi global pada tahun 2002 mengindikasikan bahwa dari sepuluh orang, lima diantaranya memiliki akses ke suplai air berpipa di
rumah, tiga orang memiliki tipe suplai air lainnya seperti mata air terlindung atau pipa air publik, dua orang tidak sama sekali. Dan sebagai tambahan, empat dari sepuluh orang tersebut hidup
tanpa sanitasi yang berarti.
Dalam Earth Summit 2002, para pemerintahan dari berbagai negara menyetujui Plan of Action untuk:

 Mengurangi hingga setengah dari jumlah rakyat yang tidak mampu mendapatkan air minum yang aman pada tahun 2015. Global Water Supply and Sanitation Assessment 2000
Report (GWSSAR) mendefinisikan bahwa setiap orang harus mendapatkan akses sebesar 20 liter per harinya dari sumber sejauh maksimal satu kilometer dari tempat tinggalnya.
 Mengurangi hingga setengahnya jumlah rakyat yang tidak memiliki akses ke sanitasi dasar. GWSSAR mendefinisikan sanitasi dasar sebagai sistem pembuangan pribadi atau berbagi
namun bukan milik umum yang memisahkan limbah dari kontak dengan manusia.
Pada tahun 2025, kelangkaan air akan lebih terlihat di negara miskin di mana sumber daya terbatas dan perkembangan populasi meningkat, seperti di Afrika, Timur Tengah, dan beberapa bagian
di Asia. Pada tahun 2025, area urbanisasi yang besar akan membutuhkan banyak infrastruktur baru untuk menyediakan air yang aman dan sanitasi yang pantas. Hal ini diperkirakan akan
menimbulkan konflik dengan pengguna air di pertanian, yang saat ini menggunakan sebagian besar air yang digunakan oleh seluruh manusia.
1,6 miliar orang telah mendapatkan akses sumber air yang aman sejak tahun 1990. Proporsi masyarakat di negara-negara berkembang dengan akses air yang aman dikalkulasikan meningkat dari
30 persen hingga 71 persen pada tahun 1990, 79 persen pada tahun 2000, dan 84 persen pada tahun 2004. Kecenderungan ini diperkirakan akan berlanjut.
Tabel 1. Analisis Perhitungan Luas Ruangan per Tipologi Bangunan per Kecamatan di Kota Salatiga berdasarkan SNI Perencanaan Kawasan Permukiman di Perkotaan ( 2007)

Luas Jumlah Jumlah Penduduk kebutuhan sarana dan


kecamatan ( Ha) Penduduk Minimal prasarana
luas
lantai
minimal
stasiun telepon
telepon umum,
otomat bis
dan agen surat, taman
pos kantor pelayanan balai bak Balai pusat dan kuburan /
kantor kantor pemadam pos gangguan nikah sampah parkir Pengobatan perbelanjaan gedung gedung lapangan pemakaman
kecamatan polisi kebakaran pembantu telepon /KUA/BP4 besar umum posyandu warga masjid dan niaga serbaguna bioskop olahraga umum
1000 500 500 250 500 250 0 0 36 420 3600 36000 1500 1000 24000 0
Argomulyo 1.853,00 49295 120000 410,79 205,40 205,40 102,70 205,40 102,70 0,41 0,41 14,79 9,31 1478,85 14788,50 616,19 410,79 9859,00 0,41
Sidomukti 1146 44237 120000 368,64 184,32 184,32 92,16 184,32 92,16 0,37 0,37 13,27 648,48 1327,11 13271,10 552,96 368,64 8847,40 0,37
Tingkir 1055 45971 120000 383,09 191,55 191,55 95,77 191,55 95,77 0,38 0,38 13,79 731,98 1379,13 13791,30 574,64 383,09 9194,20 0,38
Sidorejo 1624 52819 120000 440,16 220,08 220,08 110,04 220,08 110,04 0,44 0,44 15,85 546,34 1584,57 15845,70 660,24 440,16 10563,80 0,44
Salatiga 1602,68 801,34 801,34 400,67 801,34 400,67 1,60 1,60 57,70 1936,10 5769,66 57696,60 2404,03 1602,68 38464,40 1,60

Sumber : analisis penulis, 2022

Tabel 2. Analisis Perhitungan Kebutuhan Lahan per kecamatan di Kota Salatiga sesuai dengan SNI Perencanaan Kawasana Permukiman di Perkotaan (2007)

Luas Jumlah Jumlah Penduduk kebutuhan sarana dan


kecamatan ( Ha) Penduduk Minimal prasarana
luas
lahan
minimal
stasiun telepon
telepon umum,
otomat bis
dan agen surat, taman
pos kantor pelayanan balai bak Balai pusat dan kuburan /
kantor kantor pemadam pos gangguan nikah sampah parkir Pengobatan perbelanjaan gedung gedung lapangan pemakaman
kecamatan polisi kebakaran pembantu telepon /KUA/BP4 besar umum posyandu warga masjid dan niaga serbaguna bioskop olahraga umum
2500 1000 1000 500 1000 750 80 2000 60 1000 5400 36000 3000 2000 24000 0
Argomulyo 1.853,00 49295 120000 1026,98 410,79 410,79 205,40 410,79 308,09 0,41 0,41 24,65 1064,00 2218,275 14788,50 1232,38 821,58 9859,00 0,41
Sidomukti 1146 44237 120000 921,60 368,64 368,64 184,32 368,64 276,48 0,37 0,37 22,12 1544,00 1990,665 13271,10 1105,93 737,28 8847,40 0,37
Tingkir 1055 45971 120000 957,73 383,09 383,09 191,55 383,09 287,32 0,38 0,38 22,99 1742,80 2068,695 13791,30 1149,28 766,18 9194,20 0,38
Sidorejo 1624 52819 120000 1100,40 440,16 440,16 220,08 440,16 330,12 0,44 0,44 26,41 1300,80 2376,855 15845,70 1320,48 880,32 10563,80 0,44
Salatiga 4006,71 1602,68 1602,68 801,34 1602,68 1202,01 1,60 1,60 96,16 5651,60 8654,49 57696,60 4808,05 3205,37 38464,40 1,60

Sumber : analisis penulis, 2022


Tabel 3
Analisis Kebutuhan Ruang Minimal per Kelurahan di Kota Salatiga berdasarkan SNI Perencanaan Kawasan Permukiman di Perkotaan (2007)

Luas
Penduduk Lantai
Luas Penduduk Pendukung Minimum
telepon
umum,
bis Puskesmas Balai
surat, Pembantu Pusat Serbaguna Taman
Pos Agen Loket Loket bak BKIA / dan Balai Masjid Pertokoan / Balai dan
Kantor Pos Pemadam Pelayanan Pembayaran pembayaran sampah Parkir Klinik Pengobatan Lingkungan + Pasar Karang Lapangan
kelurahan Kamtib Kebakaran Pos Air Bersih listrik kecil umum bersalin Apotik Lingkungan ( Kelurahan) Lingkungan Taruna Olahraga
500 62 72 36 21 21 0 0 1500 120 150 1800 13500 250
Kecamatan Sidorejo 1624
Kelurahan Blotongan 423,8 13070 30000 217,83 27,01 31,37 15,68 9,1 9,15 0,00 0,00 653,50 52,28 65,35 784,20 5881,50 108,92 0,00
Kelurahan Sidorejo Lor 271,6 14052 30000 234,20 29,04 33,72 16,86 9,84 9,84 0,00 0,00 702,60 56,21 70,26 843,12 6323,40 117,10 0,00
Kelurahan Salatiga 202 15059 30000 250,98 31,12 36,14 18,07 10,54 10,54 0,00 0,00 752,95 60,24 75,30 903,54 6776,55 125,49 0,00
Kelurahan Bugel 294,37 3351 30000 55,85 6,93 8,04 4,02 2,35 2,35 0,00 0,00 167,55 13,40 16,76 201,06 1507,95 250,00 0,00
Kelurahan Kauman Kidul 195,85 4157 30000 69,28 8,59 9,98 4,99 2,91 2,91 0,00 0,00 207,85 16,63 20,79 249,42 1870,65 34,64 0,00
Kelurahan Pulutan 237,1 14072 30000 234,53 29,08 33,77 16,89 9,85 9,85 0,00 0,00 703,60 56,29 70,36 844,32 6332,40 117,27 0,00

Kecamatan Tingkir 1055


Kutowinangun
Kelurahan Lor 196,57 13242 30000 220,70 27,37 31,78 15,89 9,27 9,27 0,00 0,00 662,10 52,97 66,21 794,52 5958,90 110,35 0,00
Kutowinangun
Kelurahan Kidul 97,18 8409 30000 140,15 17,38 20,18 10,09 5,89 5,89 0,00 0,00 420,45 33,64 42,05 504,54 3784,05 70,08 0,00
Kelurahan Sidorejo Kidul 277,5 5009 30000 83,48 10,35 12,02 6,01 3,51 3,51 0,00 0,00 250,45 20,04 25,05 300,54 2254,05 41,74 0,00
Kelurahan Kalibening 99,6 2064 30000 34,40 4,27 4,95 2,48 1,44 1,44 0,00 0,00 103,20 8,26 10,32 123,84 928,80 17,20 0,00
Kelurahan Tingkir Lor 177,3 5009 30000 83,48 10,35 12,02 6,01 3,51 3,51 0,00 0,00 250,45 20,04 25,05 300,54 2254,05 41,74 0,00
Tingkir
Kelurahan Tengah 137,8 5340 30000 89,00 11,04 12,82 6,41 3,74 3,74 0,00 0,00 267,00 21,36 26,70 320,40 2403,00 44,50 0,00
Kelurahan Gendongan 68,9 5603 30000 93,38 11,58 13,45 6,72 3,92 3,92 0,00 0,00 280,15 22,41 28,02 336,18 2521,35 46,69 0,00

Kecamatan Argomulyo 1853


Kelurahan Noborejo 332,2 6597 30000 109,95 13,63 15,83 7,92 4,62 4,62 0,00 0,00 329,85 26,39 32,99 395,82 2968,65 54,98 0,00
Kelurahan Ledok 187,33 11150 30000 185,83 23,04 26,76 13,38 7,81 7,81 0,00 0,00 557,50 44,60 55,75 669,00 5017,50 92,92 0,00
Kelurahan Tegalrejo 188,43 12433 30000 207,22 25,69 29,84 14,92 8,70 8,70 0,00 0,00 621,65 49,73 62,17 745,98 5594,85 103,61 0,00
Kelurahan Randuacir 377,6 6301 30000 105,02 13,02 15,12 7,56 4,41 4,41 0,00 0,00 315,05 25,20 31,51 378,06 2835,45 52,51 0,00
Kelurahan Cebongan 138,1 5123 30000 85,38 10,59 72,00 6,15 3,59 3,59 0,00 0,00 256,15 20,49 25,62 307,38 2305,35 42,69 0,00
Kelurahan Kumpulrejo 629,03 8168 30000 136,13 16,88 19,60 9,80 1,20 5,72 0,00 0,00 408,40 32,67 40,84 490,08 3675,60 68,07 0,00

Kecamatan Sidomukti 1146


Kelurahan Kecandran 399,2 6659 30000 110,98 13,76 15,98 7,99 4,66 4,66 0,00 0,00 332,95 26,64 33,30 399,54 2996,55 55,49 0,00
Kelurahan Dukuh 377,15 13856 30000 230,93 28,64 33,25 16,63 9,70 9,70 0,00 0,00 692,80 55,42 69,28 831,36 6235,20 115,47 0,00
Kelurahan Mangunsari 290,77 17311 30000 288,52 35,78 41,55 20,77 12,12 12,12 0,00 0,00 865,55 69,24 86,56 1038,66 7789,95 144,26 0,00
Kelurahan Kalicacing 78,73 6197 30000 103,28 12,81 14,87 7,44 4,34 4,34 0,00 0,00 309,85 24,79 30,99 371,82 2788,65 51,64 0,00
Sumber : analisis penulis, 2022

Tabel 4

Analisis Perhitungan Luas Lahan Minimum per Kelurahan di Kota Salatiga Berdasarkan SNI Perencanaan Kawasan Permukiman di Perkotaan (2007)

Pendudu Penduduk Luas lahan

Luas k Pendukung Minimum

Pos Pos Pemadam Agen Pelayanan Loket Pembayaran Air Loket pembayaran telepon umum, bis surat, bak sampah Parkir BKIA / Klinik Puskesmas Pembantu dan Balai Pengobatan

Kantor kelurahan Kamtib Kebakaran Pos aBersih listrik kecil umum bersalin Lingkungan

1000 200 200 72 60 60 80 500 3000 300

Kecamatan Sidorejo 1624

Kelurahan Blotongan 423,8 13070 30000 435,67 87,13 87,13 31,37 26,14 26,14 34,85333 217,8333 1307 130,7

Kelurahan Sidorejo Lor 271,6 14052 30000 468,40 93,68 93,68 33,72 28,104 0,4684 37,472 234,2 1405,2 140,52

Kelurahan Salatiga 202 15059 30000 501,97 100,39 100,39 36,14 30,118 0,501967 40,15733 250,9833 1505,9 150,59

Kelurahan Bugel 294,37 3351 30000 111,70 22,34 22,34 8,04 6,702 0,1117 8,936 55,85 335,1 33,51

Kelurahan Kauman Kidul 195,85 4157 30000 138,57 27,71 27,71 9,98 8,314 0,138567 11,08533 69,28333 415,7 41,57

Kelurahan Pulutan 237,1 14072 30000 469,07 93,81 93,81 33,77 28,144 0,469067 37,52533 234,5333 1407,2 140,72

Kecamatan Tingkir 1055

Kelurahan Kutowinangun Lor 196,57 13242 30000 441,40 88,28 88,28 31,78 26,484 0,4414 35,312 220,7 1324,2 132,42

Kelurahan Kutowinangun Kidul 97,18 8409 30000 280,30 56,06 56,06 20,18 16,818 0,2803 22,424 140,15 840,9 84,09

Kelurahan Sidorejo Kidul 277,5 5009 30000 166,97 33,39 33,39 12,02 10,018 0,166967 13,35733 83,48333 500,9 50,09

Kelurahan Kalibening 99,6 2064 30000 68,80 13,76 13,76 4,95 4,128 0,0688 5,504 34,4 206,4 20,64

Kelurahan Tingkir Lor 177,3 5009 30000 166,97 33,39 33,39 12,02 10,018 0,166967 13,35733 83,48333 500,9 50,09

Kelurahan Tingkir Tengah 137,8 5340 30000 178,00 35,60 35,60 12,82 10,68 0,178 14,24 89 534 53,4

Kelurahan Gendongan 68,9 5603 30000 186,77 37,35 37,35 13,45 11,206 0,186767 14,94133 93,38333 560,3 56,03

Kecamatan Argomulyo 1853

Kelurahan Noborejo 332,2 6597 30000 219,90 43,98 43,98 15,83 13,194 0,2199 17,592 109,95 659,7 65,97

Kelurahan Ledok 187,33 11150 30000 371,67 74,33 74,33 26,76 22,3 0,371667 29,73333 185,8333 1115 111,5

Kelurahan Tegalrejo 188,43 12433 30000 414,43 82,89 82,89 29,84 24,866 0,414433 33,15467 207,2167 1243,3 124,33
Kelurahan Randuacir 377,6 6301 30000 210,03 42,01 42,01 15,12 12,602 0,210033 16,80267 105,0167 630,1 63,01

Kelurahan Cebongan 138,1 5123 30000 170,77 34,15 34,15 12,30 10,246 0,170767 13,66133 85,38333 512,3 51,23

Kelurahan Kumpulrejo 629,03 8168 30000 272,27 54,45 54,45 19,60 16,336 0,272267 21,78133 136,1333 816,8 81,68

Kecamatan Sidomukti 1146

Kelurahan Kecandran 399,2 6659 30000 221,97 44,39 44,39 15,98 13,318 0,221967 17,75733 110,9833 665,9 66,59

Kelurahan Dukuh 377,15 13856 30000 461,87 92,37 92,37 33,25 27,712 0,461867 36,94933 230,9333 1385,6 138,56

Kelurahan Mangunsari 290,77 17311 30000 577,03 115,41 115,41 41,55 34,622 0,577033 46,16267 288,5167 1731,1 173,11

Kelurahan Kalicacing 78,73 6197 30000 206,57 41,31 41,31 14,87 12,394 0,206567 16,52533 103,2833 619,7 61,97

Sumber: analisis penulis, 2022

Tabel 5

Persandingan Antara Kebutuhan Luas Lahan Minimum, Luas Lahan yang direncanakan, dan luas lahan eksisting

Nama Nama Kebutuhan Luas Luas Lahan yang luas lahan


Kecamatan Kelurahan Lahan Minimum direncanakan eksisting

Pusat Kota 643,38 643,28


Salatiga 202
Gendongan 68,90
Kutowinangun 196,57
Lor
Kutowinangun 97,18
Kidul
Kalicacing 78,73
Sidorejo 1422,72 1422,72
Blotongan 423,80
Sidorejo Lor 271,60
Bugel 294,37
Kauman Kidul 195,85
Pulutan 237,10
Tingkir 692,2 692,2
Sidorejo Kidul 277,50
Kalibening 99,60
Tingkir Lor 177,30
Tingkir 137,80
Tengah
Argomulyo 1852,69 1853
Noborejo 332,20
Ledok 187,33
Tegalrejo 188,43
Randuacir 377,60
Cebongan 138,10
Kumpulrejo 629,03
Sidomukti 1067,12 1067,02
Kecandran 399,20
Dukuh 377,15
Mangunsari 290,77

PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KOTA SALATIGA

Berdasarkan BWP Pusat Kota dan 4 BWP lainnya ( 4 Kecamatan yang kelurahan – kelurahannya tidak prioritas untuk dikembangkan).

Dengan rincian sebagai berikut:

Wilayah Pengembangan Strategis Kota Meliputi :

a. Kelurahan Salatiga di Kecamatan Sidorejo Lor;


b. Kelurahan Kutowinangun Lor, Kutowinangun Kidul, dan Gendongan di Kecamatan Tingkir;
c. Kelurahan Kalicacing di Kecamatan Sidomukti.

Sedangkan Kawasan Budidaya Srategis Kota mencakup :

1. Kelurahan Blotongan, Sidorejo Lor, Bugel, Kauman Kidul, dan Pulutan di Kecamatan Sidorejo;
2. Kelurahan Sidorejo Kidul, Kalibening, Tingkir Lor, dan Tingkir Tengah di Kecamatan Tingkir;
3. Kelurahan Noborejo, Ledok, Tegalrejo, Randuacir, Cebongan, dan Kumpulrejo di Kecamatan Argomulyo; serta
4. Kelurahan Kecandran, Dukuh, dan Mangunsari di Kecamatan Sidorejo.
WPS kewenangan nasional menghubungkan Kota Salatiga dengan Kabupaten Semarang di Provinsi Jawa Tengah sebagai bagian dari delineasi Kawasan Kawasan Strategis Nasional Perkotaan Kendal
– Demak- Ungaran- Salatiga- Purwodadi, dengan rincian sebagaip berikut :

1. Jaringan jalan di bagian utara yang menghubungkan kecamatan Sidorejo di Kota Salatiga dengan kecamatan Pabelan dan Kecamatan Tuntang di Kabupaten Semarang;
2. Jaringan jalan di bagian timur yang menghubungkan Kecamatan Tingkir di Kota Salatiga dengan Kecamatan Pabelan dan Tengaran di Kabupaten Semarang;
3. Jaringan jalan di bagian selatan yang menghubungkan Kecamatann Argomulyo di Kota Salatiga dengan Kecamatan Getasan dan Tengaran di Kabupaten Semarang;
4. Jaringan jalan di bagian barat yang menghubungkan Kecamatan Sidomukti di Kota Salatiga dengan Kecamatan Tuntang dan Getasan di Kabupaten Semarang.

Dengan perincian

Sub BWP PK.I Kelurahan kalicacing

Sub BWP PK.II Kelurahan Salatiga

Sub BWP PK.III Kelurahan Kutowinangun Lor

Sub BWP PK.IV Kelurahan Kutowinangun Kidul

Sub BWP PK.V Kelurahan Gendongan

WPS kewenangan provinsi menghubungkan Kecamatan Sidorejo dengan Kecamatan Tingkir dan Kecamatan Sidomukti.

Kelurahan Salatiga di Kecamatan Sidorejo Lor dengan Kelurahan Kutowinangun Lor, Kutowinangun Kidul, dan Gendongan di Kecamatan Tingkir; serta Kelurahan Kalicacing di Kecamatan Sidomukti.

WPS kewenangan kota menghubungkan kelurahan – kelurahan di dalam cakupan wilayah BWP I, II, III, dan IV.

1. BWP I : Kelurahan Blotongan, Sidorejo Lor, Bugel, Kauman Kidul, dan Pulutan di Kecamatan Sidorejo; dengan perincian
Sub BWP I.I. Kelurahan Blotongan
Sub BWP I.II Kelurahan Bugel
Sub BWP I.III Kelurahan Kauman Kidul
Sub BWP I.IV Kelurahan SIdorejo Lor
Sub BWP I.V Kelurahan Pulutan
2. BWP II : Kelurahan Sidorejo Kidul, Kalibening, Tingkir Lor, dan Tingkir Tengah di Kecamatan Tingkir;
Sub BWP II.I Kelurahan Sidorejo Kidul
Sub BWP II.II Kelurahan Kalibening
Sub BWP II.III Kelruahan Tingkir L;or
Sub BWP II.IV Kelurahan Tingkir Tengah
3. BWP III : Kelurahan Noborejo, Kelurahan Ledok, Tegalrejo, Randuacir, Cebongan, dan Kumpulrejo di Kecamatan Argomulyo;
Sub BWP III.I Kelurahan Tegalrejo
Sub BWP III.II Kelurahan Ledok
Sub BWP III.III Kelurahan Cebongan
Sub BWP III.IV Kelurahan Noborejo
Sub BWP III.V Kelurahan Randuacir
Sub BWP III.VIKelurahan Kumpulrejo
4. BWP IV : Kelurahan Kecandran, Dukuh, dan Mangunsari di Kecamatan Sidomukti.

Sub BWP IV.I Kelurahan Mangunsari

Sub BWP IV.II Kelurahan Dukuh

Sub BWP IV.III Kelurahan Kecandran

Rencana Jaringan Pergerakan

Rencana jaringan pergerakan

Jaringan Jalan Bebas Hambatan meliputi :

1. Sub BWK PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan panjang ruas jalan 0,43 ( nol koma empat tiga) kilometer;
2. Sub BWP I.II ( Kelurahan Bugel) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 0,41 ( nol koma empat satu) kilometer;
3. Sub BWP I.III ( Kelurahan Kauman Kidul) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 0,93 (nol koma sembilan tiga) kilometer;
4. Sub BWP II.IV ( Kelurahan Tingkir Tengah) di Kecamatan Tingkir dengan panjang ruas jalan 0,61 ( nol koma enam satu) kilometer.

Jaringan jalan arteri primer meliputi :

1. Ruas Jalan Fatmawati yang melewati Sub BWP I.I. ( Kelurahan Blotongan) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 1,89 ( satu koma nol delapan sembilan) kilometer;
2. Ruas jalan Diponegoro yang melewati sub BWP I.IV ( Kelurahan SIdorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dan Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 3,08
(tiga koma nol delapan) kilometer;
3. Ruas jalan Jenderal Sudirman yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti, Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo, Sub BWP PK.III (Kelurahan
Kutowinangun Lor), Sub BWP PK.IV (Kelurahan Kutowinangun Kidul), Sub BWP PK.V (Kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir, Sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dan
Sub BWP III.III ( Kelurahan Cebongan) di kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 3,11 ( tiga koma nol satu satu) kilometer;
4. Ruas jalan Wahid Hasyim yang melewati Sub BWP I.IV ( Kelurahan SIdorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,34 ( nol koma tiga empat) kilometer;
5. Ruas jalan Osamaliki yang melewati Sub BWP I.IV ( Kelurahan Sidorejo Lor) di Kecamatan SIdorejo dan Sub BWP IV.I ( kelurahan Mangunsari) di Kecamatan SIdomukti dengan Panjang ruas jalan
1,63 ( satu koma enam tiga) kilometer;
6. Ruas jalan Veteran yang melewati sub BWP IV.I (Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan SIdomukti, Sub BWP III.I (Kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo, Sub BWP.PK V
(Kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dan Sub BWP III.IV ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas 1,53 ( satu koma lima tiga) kilometer;
7. Ruas jalan Soekarno – Hatta yang nmelewati Sub BWP III.III ( Kelurahan Cebongan) di Kecamatan Argomulyo dan Sub BWP III.IV ( Kelurahan Noborejo) di Kecamatan Argomulyo denggan Panjang
ruas jalan 3,82 ( tiga koma delapan dua) kilometer.

Jaringan jalan lingkar

Rencana jaringan jalan lingkar dengan Panjang ruas 11,32 ( sebelas koma tiga dua) kilometer berada di :
8. BWP I berada di sub BWP I.I ( Kelurahan Blotongan) di Kecamatan Sidorejo dan Sub BWP I.IV
( Kelurahan Pulutan) di Kecamatan Sidorejo;
9. BWP IV berada di sub BWP IV.III ( Kelurahan Kecandran) di Kecamatan Sidomukti dan Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti;
10. BWP III berada di sub BWP III.IV ( Kelurahan Kumpulrejo) di Kecamatan Argomulyo), Sub BWP III.V ( Kelurahan randuacir) di Kecamatan Argomulyo dan sub BWP III.III ( Kelurahan Cebongan) di
Kecamatan Argomulyo.

Rencana Jaringan jalan kolektor terdiri atas :

Jaringan jalan kolektor primer; dan

Jaringan jalan kolektor sekunder.

Jaringan jalan kolektor primer meliputi :

1. Ruas jalan Hasanudin yang melewati sub BWP IV.I. ( Kelurahan Mangunsari ) di Kecamatan Sidomukti, Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan SIdomukti dan Sub BWP III.VI ( Kelurahan
Kumpulrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 4,17 ( empat koma satu tujuh) kilometer;
2. Ruas jalan Ahmad Yani yang melewati Sub BWP PK.I (Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dan Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan SIdomukti dengan Panjang ruas jalan
0,95 ( nol koma sembilan lima) kilometer;
3. Ruas jalan Pattimura yang melewati Sub BWP PK.II (Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo, Sub BWP I.II ( Kelurahan Bugel) di Kecamatan Sidorejo dan Sub BWP I.III ( Kelurahan Kauman Kidul)
di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 3,94 ( tiga koma Sembilan empat) kilometer;

Jaringan Jalan Kolektor Sekunder meliputi:


4. Ruas jalan Tingkir – Barukan yang melewati Sub BWP II.IV ( Kelurahan Tingkir Tengah) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 2,23 ( dua koma dua tiga) kilometer;
5. Ruas jalan Arjuna yang melewati Sub BWP III.III ( Kelurahan Cebongan) di Kecamatan Argomulyo, Sub BWP III.IV ( Kelurahan Noborejo) di Kecamatan Argomulyo, dan Sub BWP III.V ( Kelurahan
Randuacir) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 3,04 ( tiga koma nol empat) kilometer;
6. Ruas jalan Arimbi melewati Sub BWP III.IV ( Kelurahan Noborejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas 0,88 (nol koma delapan delapan) kilometer;
7. Ruas jalan Nanggulan yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dan Sub BWP II.I ( Kelurahan Sidorejo Kidul) di Kecamatan Tingkirdengan panjang ruas
jalan 2,87 ( dua koma delapan tujuh) kilometer;
8. Ruas jalan Amarta yang melewati Sub BWP III.VI (Kelurahan Kumpulrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas 1,32 ( satu koma tuga dua ) kilometer;
9. Ruas jalan tegalrejo Raya yang melewati Sub BWP III.I ( Kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 1,74 ( satu koma tujuh empat) kilometer;
10. Ruas jalan protocol Kumpulrejo yang melewati Sub BWP III.VI ( Kelurahan Kumpulrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan1,69 ( satu koma enam Sembilan) kilometer;
11. Ruas jalan Argosari yang melewati Sub BWP III.V (Kelurahan Randuacir) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 3,46 ( tiga koma empat enam) kilometer;
12. Ruas jalan Argo Boga yang melewati Sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,71 ( nol koma tujuh satu) kilometer;
13. Ruas jalan Argo Busono yang melewati Sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,32 ( nol koma tiga dua) kilometer;
14. Ruas jalan Argo Rumekso yang melewati sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,36 ( nol koma tiga enam) kilometer;
15. Ruas jalan Argo Luwih yang melewati sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,36 ( nol koma tiga enam) kilometer;
16. Ruas jalan Argo Kartika yang melewati sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,69 ( nol koma enam sembilan) kilometer;
17. Ruas jalan Argotinalang yang melewati Sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan panjang ruas jalan 0,56 ( nol koma lima enam) kilometer;
18. Ruas jalan Argo Tunggal yang melewati Sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,45 ( nol koma empat lima) kilometer;
19. Ruas jalan Tritis Asri yang melewati sub BWP II.I ( kelurahan Sidorejo Kidul) di Kecamatan Tingkir dan Sub BWP II.II ( Kelurahan Kalibening) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,44
( nol koma empat empat) kilometer;
20. Ruas jalan Tritis Rejo yang melewati Sub BWP II.I ( Kelurahan SIdorejo Kidul) di Kecamatan Tingkir, Sub BWP II.II ( Kelurahan Kalibening) di Kelurahan Tingkir, Sub BWP II.III (Kelurahan Tingkir
Lor) di Kecamatan Tingkir, dan Sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan panjang ruas jalan 0,83 ( nol koma delapan tiga) kilometer;
21. Ruas jalan Joko Tingkir yang melewati Sub BWP II.III ( Kelurahan Tingkir Lor) di Kecamatan Tingkir dan Sub BWP II.IV ( Kelurahan Tingkir Tengah) di Kecamatan Tingkir, serta sub BWP III.III
(Kelurahan Cebongan) di Kecamatan Argomulyo dengan panjang ruas jalan 0,99 ( nol koma sembilan Sembilan) kilometer;
22. Ruas jalan Dr. Muwardi yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dan Sub BWP PK.V (Kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang
ruas jalan 1,10 ( satu koma satu nol) kilometer;
23. Ruas jalan Canden yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalam 0,61 ( nol koma enam satu) kilometer;
24. Ruas jalan Setro yang melewati sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir 0,51 ( nol koma lima satu) kilometer;
25. Ruas jalan Ki Penjawi yang melewati BWP I.IV ( Kelurahan SIdorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 1,18 ( satu koma satu delapan) kilometer;
26. Ruas jalan Watu Agung – Sari Rejo yang melewati Sub BWP I.II ( Kelurahan Bugel) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 1,86 ( satu koma delapan enam) kilometer;
27. Ruas jalan Imam Bonjol yang melewati sub BWP I.IV ( Kelurahan SIdorejo Lor) di Kecamatan SIdorejo, Sub BWP I.V ( Kelurahan Pulutan) di Kecamatan Sidorejo dan Sub BWP IV.III ( Kelurahan
Kecandran) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 2,67 ( dua koma enam tujuh) kilometer;
28. Ruas jalan Srikandi yang melewati sub BWP IV.II ( kelurahan Dukuh) di Kecamatan SIdomukti dengan Panjang ruas jalan 0,15 ( nol koma satu lima) kilometer;
29. Ruas jalan Candi Wesi yang melewati Sub BWP I.II ( Kelurahan Bugel) di Kecamatan Sidorejo dan sub BWP I.IV ( Kelurahan Sidorejo Lor ) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 1,33
( satu koma tiga tiga) kilometer;
30. Ruas jalan Batu Tulis yang melewati Sub BWP I.III ( Kelurahan kauman Kidul) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,67 ( nol koma enam tujuh) kilometer;
31. Ruas jalan Cemara yang melewati Sub BWP PK.II (Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dan Sub BWP I.IV ( Kelurahan Sidorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan
1,06 ( satu koma nol enam) kilometer;
32. Ruas jalan Domas yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,43 ( nol koma empat tiga) kilometer;
33. Ruas jalan Turen yang melewati Sub BWP I.IV ( kelurahan SIdorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,23 ( nol koma dua tiga) kilometer;
34. Ruas jalan Yos Sudarso yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,46 ( nol koma empat enam) kilometer;
35. Ruas jalan Atmo Suharjan yang melewati Sub BWP I.IV ( Kelurahan SIdorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,43 ( nol koma empat tiga) kilometer;
36. Ruas jalan Pulutan – Jombor yang melewati Sub BWP I.IV ( Kelurahan Pulutan) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 2,05 ( dua koma nol lima) kilometer;
37. Ruas jalan Abdul Wahid yang melewati Sub BWP I.IV ( Kelurahan Sidorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dan Sub BWP IV.III ( Kelurahan Kecandran) di Kecamatan SIdomukti dengan Panjang ruas
jalan 0,23 ( nol koma dua tiga) kilometer;
38. Ruas jalan Sentana yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,69 ( nol koma enam Sembilan) kilometer;
39. Ruas jalan Abdul Sukur yang melewati Sub BWP IV.I. ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,34 ( nol koma tiga empat) kilometer;
40. Ruas jalan Bangau yang melewati sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,53 ( nol koma lima tiga) kilometer;
41. Ruas jalan Merak yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan SIdomukti dengan Panjang ruas jalan 0,87 ( nol koma delapan tujuh) kilometer;
42. Ruas jalan Nakula – Sadewa yang melewati sub BWP IV.I. (Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dan Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan SIdomukti dengan Panjang ruas
jalan 2,37 ( dua koma tiga tujuh) kilometer;
43. Ruas jalan Yudhistira yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan panjang ruas jalan 0,45 ( nol koma empat lima) kilometer;
44. Ruas jalan Parikesit yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 1,39 ( satu koma tiga sembilan) kilometer;
45. Ruas jalan Bima yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,67 ( nol koma enam tujuh) kilometer;
46. Ruas jalan Dewi Kunti yang melewati Sub BWP IV.II ( kelurahan Dukuh) di Kecamatan SIdomukti dengan Panjang ruas jalan 0,52 (nol koma lima dua) kilometer;
47. Ruas jalan Sidomulyo yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari ) di Kecamatan Sidomukti dengan panjang ruas jalan 0,59 ( nol koma lima Sembilan) kilometer;
48. Ruas jalan Sawo yang melewati Sub BWP III.I ( Kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruasn jalan 0,26 ( nol koma dua enam) kilometer;
49. Ruas jalan Tegal Rejo Raya yang melewati Sub BWP III.I ( Kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 1,74 ( satu koma tujuh empat) kilometer;
50. Ruas jalan Prumasan yang melewati Sub BWP III.VI ( Kelurahan Kumpulrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 1,34 ( satu koma tiga empat) kilometer;
51. Ruas jalan Nggronggo yang melewati Sub BWP III.VI ( Kelurahan Kumpulrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,52 ( nol koma lima dua) kilometer;
52. Ruas jalan Jend A. Yani yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dan Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas
jalan 0,86 ( nol koma delapan enam) kilometer;
53. Ruas jalan Lapangan Pancasila yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dan Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang
ruas jalan 0,48 ( nol koma empat delapan) kilometer;
54. Ruas jalan Brigjend Sudiarto yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dan Sub BWP.IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang
ruas jalan 0,56 ( nol koma lima enam) kilometer;
55. Ruas Jalan Letjend Sukowati yang melewati Sub BWP PK.I (Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,53 ( nol koma lima tiga) kilometer;
56. Ruas jalan Laksda Adi Sucipto yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dan Sub BWP IV.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang
ruas jalan 0,44 ( nol koma empat empat) kilometer;
57. Ruas jalan Tentara Pelajar yang melewati Sub BWp IV.I. ( kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,40 ( nol koma empat nol) kilometer;
58. Ruas jalan Semeru yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,22 ( nol koma dua dua) kilometer;
59. Ruas jalan Kesambi yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,23 ( nol koma dua tiga) kilometer;
60. Ruas jalan Pemotongan yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,58 ( nol koma lima delapan) kilometer;
61. Ruas jalan Kartini yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dan Sub BWP I.IV ( Kelurahan Sidorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,58
( nol koma lima delapan) kilometer;
62. Ruas jalan Prof Moh Yamin yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,35 ( nol koma tiga lima) kilometer;
63. Ruas jalan langensuko yang melewati Sub BWP PK.II ( kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan baru 0,24 ( nol koma dua empat) kilometer;
64. Ruas jalan Monginsidi yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,43 ( nol koma empat tiga) kilometer;
65. Ruas jalan Pemuda yang melewatii Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 010 ( nol koma satu nol) kilometer;
66. Ruas jalan Taman Sari yang melewati Sub BWp PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,11 ( nol koma satu satu) kilometer;
67. Ruas jalan Buk Suling yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan SIdorejo dan Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas
jalan 0,41 ( nol koma empat satu) kilometer;
68. Ruas jalan Nyai Kopek yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di KEcamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,13 ( nol koma satu tiga) kilometer;
69. Ruas jalan Taman Pahlawan yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dan Sub BWP PK.IV (Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir
dengan Panjang ruas jalan 0,16 ( nol koma satu enam) kilometer;
70. Ruas jalan Benoyo yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,70 ( nol koma tujuh nol) kilometer;
71. Ruas jalan Raden Patah yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan SIdorejo dengan panjang ruas jalan 0,82 ( nol koma delapan dua).

Jaringan jalan local meliputi :


Rencana Jaringan Jalan Lokal Sekunder.

Jaringan jalan local sekunder meliputi :

1. Ruas jalan Kalinyamat yang melewati Sub BWP PK.IV (kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,56 ( nol koma lima enam) kilometer;
2. Ruas jalan Senjoyo yang melewati BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dan Sub BWP PK.V ( Kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan
0,32 (nol koma tiga dua) kilometer;
3. Ruas jalan Kalipengging yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,43 ( nol koma empat tiga) kilometer;
4. Ruas jalan Merbabu yang melewati Sub BWP III.IV ( Kelurahan Noborejo) di kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 2,32 ( dua koma tiga dua) kilometer;
5. Ruas jalan Butuh yang melewati sub BWP PK.II ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,33 ( nol koma tiga tiga) kilometer;
6. Ruas jalan Argoyuwono yang melewati sub BWP III.I ( Kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dan Sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,52
( nol koma lima dua) kilometer;
7. Ruas jalan Argobudoyo yang melewati sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dan Sub BWP III.III ( kelurahan Cebongan) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan
1,18 ( satu koma satu delapan) kilometer;
8. Ruas jalan Abimanyu yang melewati Sub BWP III.IV ( Kelurahan Noborejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 1,34 ( satu koma tiga empat) kilometer;
9. Ruas jalan KH.Zubair yang melewati Sub BWP II.III ( kelurahan Tingkir Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,29 ( nol koma dua Sembilan) kilometer;
10. Ruas jalan Pandansari yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,78 ( nol koma tujuh delapan) kilometer;
11. Ruas jalan Karangkepoh I yang melewati Sub BWP III.I ( kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,30 ( nol koma tiga nol) kilometer;
12. Ruas jalan Karangkepoh II yang melewati sub BWP III.I ( Kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,31 ( nol koma tiga satu) kilometer;
13. Ruas jalan Karangkepoh III yang melewati sub BWP III.I ( Kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,49 ( nol koma empat Sembilan) kilometer;
14. Ruas jalan Gumukrejo yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan panjang ruas jalan 0,46 ( nol koma empat puluh enam) kilometer;
15. Ruas jalan Gunungsari Utama yang melewati Sub BWP II.I ( Kelurahan Sidorejo Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 1,61 ( satu koma enam satu) kilometer;
16. Ruas jalan Singosari I yang melwati Sub BWP II.I (Kelurahan Sidorejo Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,26 ( nol koma dua enam) kilometer;
17. Ruas jalan Singosari II yang melewati Sub BWP II.I ( Kelurahan Sidorejo kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,20 ( nol koma dua nol) kilometer;
18. Ruas jalan Tritis Mukti yang melewati Sub BWP II.I ( Kelurahan Sidorejo Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,31 ( nol koma tiga satu) kilometer;
19. Ruas jalan Tritisari yang meewati Sub BWP II.I ( Kelurahan Sidorejo Kidul) di Kecamatan Tingkir dan Sub BWP II.II ( Kelurahan Kalibening) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,56
( nol koma lima enam) kilometer;
20. Ruas jalan Mayang Sari yang melewati Sub BWP PK.III (Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,29 ( nol koma dua Sembilan) kilometer;
21. Ruas jalan Cempaka Sari yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,26 ( nol koma dua enam) kilometer;
22. Ruas jalan Melati Sari yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,29 ( nol koma dua Sembilan) kilometer;
23. Ruas jalan Kenanga Sari yang melewati Sub BWP PK.III ( kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,21 ( nol koma dua satu) kilometer;
24. Ruas jalan Mawar sari yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir 0,20 ( nol koma dua nol) kilometer;
25. Ruas jalan Argotirto yang melewati Sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,21 ( nol koma dua satu) kilometer;
26. Ruas jalan Sidoharjo yang melewatii BWP III.II ( kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan panjang ruas jalan 0,25 ( nol koma dua lima) kilometer;
27. Ruas jalan Kalisawo yang melewati Sub BWP I.IV ( Kelurahan Sidorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,55 ( nol koma lima lima) kilometer;
28. Ruas jalan Candisari yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan SIdorejo dengan Panjang ruas 0,38 ( nol koma tiga delapan) kilometer;
29. Ruas jalan Jayeng Rono yang melewati Sub BWP I.III ( Kelurahan Kauman Kidul) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,66 ( nol koma enam enam) kilometer;
30. Ruas jalan Ki Pitrang yang melewati Sub BWP I.III ( Kelurahan Kauman Kidul) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,45 ( nol koma empat lima) kilometer;
31. Ruas jalan Tanggul Rejo yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,80 ( nol koma delapan nol) kilometer;
32. Ruas jalan Mertani yang melewati Sub BWP III.I ( Kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,34 ( nol koma tiga empat) kilometer;
33. Ruas jalan Pringgondani yang melewati Sub BWP III.I ( Kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,25 ( nol koma dua lima) kilometer;
34. Ruas jalan Cengek Nyamat yang melewati Sub BWP II.III ( Kelurahan Tingkir Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 9,55 ( Sembilan koma lima lima) kilometer;
35. Ruas jalan Merbabu ( Noborejo) yang melewati Sub BWP III.IV ( kelurahan Noborejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 2,32 ( dua koma tiga dua) kilometer;
36. Ruas jalan Pundung yang melewati Sub BWP I.I ( Kelurahan Blotongan) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,38 ( nol koma tiga delapan) kilometer;
37. Ruas jalan Gunung Payung yang melewati Sub BWP I.I ( Kelurahan Blotongan) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,60 ( nol koma enam nol) kilometer;
38. Ruas jalan Sultan Agung yang melewati Sub BWP I.I ( Kelurahan Blotongan) di Kecamatan SIdorejo dengan Panjang ruas jalan 0,98 ( nol koma sembilan delapan) kilometer;
39. Ruas jalan Dumai Indah yang melewati Sub BWP I.I ( Kelurahan Blotongan) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 1,15 (satu koma satu lima) kilometer;
40. Ruas jalan Dliko Sari yang melewati Sub BWP I.I ( Kelurahan Blotongan) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,49 ( nol koma empat sembillan) kilometer;
41. Ruas jalan KH.A.Dahlan yang melewati Sub BWP I.IV ( kelurahan Sidorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,32 ( nol koma tiga dua) kilometer;
42. Ruas jalan PTP Sarirerjo yang melewati Sub BWP I.II ( Kelurahan BugeI Di Kecamatan SIdorejo dengan Panjang ruas jalan 1,13 ( satu koma satu tiga) kilometer;
43. Ruas jalan Baiturohim yang melewati Sub BWP I.III ( Kelurahan Kauman Kidul) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,23 ( nol koma dua tiga) kikometer;
44. Ruas jalan Abdul Hamid yang melewati Sub BWP I.III ( Kelurahan Kauman Kidul) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,45 ( nol koma empat lima) kilometer;
45. Ruas jalan Durian yang melewati Sub BWP I.IV ( Kelurahan SIdorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,34 ( nol koma tiga empat) kilometer;
46. Ruas jalan Darma Bakti yang melewati Sub BWP I.V. ( Kelurahan Pulutan) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 1,26 ( satu koma dua enam) kilometer;
47. Ruas jalan Jambe Wangi yang melewati Sub BWP I.IV ( kelurahan Sidorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,25 ( nol koma dua lima) kilometer;
48. Ruas jalan Delima yang melewati Sub BWP I.IV ( Kelurahan Sidorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,07 ( nol koma nol tujuh) kilometer;
49. Ruas jalan SIsingamangaraja yang melewati Sub BWP I.IV ( Kelurahan SIdorejo Lor) di Kecamatan SIdorejo dengan Panjang ruas jalan 0,36 (nol koma tiga enam) kilometer;
50. Ruas jalan Kemiri yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan SIdorejo dengan Panjang ruas jalam 1,19 ( satu koma satu Sembilan) kilometer;
51. Ruas jalan Menur yang melewati Sub BWP I.IV ( Kelurahan Sidorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,29 ( nol koma dua Sembilan) kilometer;
52. Ruas jalan Kauman yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,29 ( nol koma dua Sembilan) kilometer
53. Ruas jalan Kenanga yeng melewati Sub BWP I.IV (Kelurahan Sidorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,24 ( nol koma dua empat) kilometer;
54. Ruas jalan Sumopuro Kidul yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 0,27 ( nol koma dua tujuh) kilometer;
55. Ruas jalan Sumopuro Lor yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 0,35 ( nol koma tiga lima) kilometer;
56. Ruas jalan Cungkup yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 0,39 ( nol koma tiga Sembilan) kilometer;
57. Ruas jalan R. Patah yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 0,18 ( nol koma delapan belas) kilometer;
58. Ruas jalan Gladangan yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 0,12 ( nol koma dua satu) kilometer;
59. Ruas jalan Karang Taruna yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 0,62 ( nol koma enam dua) kilometer;
60. Ruas jalan Wali Songo yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 0,63 ( nol koma enam tiga) kilometer;
61. Ruas jalan Pereng Sari uang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir) dengan panjang ruas jalan 0,23 ( nol koma dua tiga) kilometer;
62. Ruas jalan Teleng Sari yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir) dengan panjang ruas jalan 1,25 ( satu koma dua lima) kilometer.
63. Ruas jalan Kantil Sari yang melewati Sub BWP PK.III (Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,21 ( nol koma dua satu) kilometer;
64. Ruas jalan Widosari yang melewati Sub BWP PK.III (Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,14 ( nol koma satu empat) kilometer;
65. Ruas jalan Manggar Sari yang melewati Sub BWP PK.III (Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,20 ( nol koma dua nol) kilometer;
66. Ruas jalan Pandan Sari yang melewati Sub BWP PK.III (Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,78 ( nol koma tujuh delapan) kilometer;
67. Ruas jalan Ngentak yang melewati Sub BWP PK.III (Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,14 ( nol koma satu empat) kilometer;
68. Ruas jalan Jambesari yang melewati Sub BWP PK.III (Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,17 ( nol koma satu tujuh) kilometer;
69. Ruas jalan Kalisari yang melewati Sub BWP PK.III (Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,17 ( nol koma satu tujuh) kilometer;
70. Ruas jalan Kalitaman yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,38 ( nol koma tiga delapan) kilometer;
71. Ruas jalan Bau Joyo yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,24 ( nol koma dua empat) kilometer;
72. Ruas jalan Bungur yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,16 ( nol koma satu enam) kiklometer;
73. Ruas jalan Damar yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dan Sub BWP PK.II (Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,13
( nol koma satu tiga) kilometer;
74. Ruas jalan Margosari yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,27 ( nol koma dua tujuh) kilometer;
75. Ruas jalan Pungkur Sari yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,27 ( nol koma dua tujuh) kilometer;
76. Ruas jalan Seruni yang melewati Sub BWP I.IV ( Kelurahan Sidorejo Lor) di Kecamatan SIdorejo dengan Panjang ruas jalan 0,34 ( nol koma tiga empat) kilometer;
77. Ruas jalan Cempaka yang melewati Sub BWP I.IV ( Kelurahan Sidorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,15 ( nol koma satu lima) kilometer;
78. Ruas jalan RSU yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,18 ( nol koma satu delapan) kilometer;
79. Ruas jalan Kridanggo yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,25 ( nol koma dua lima) kilometer;
80. Ruas jalan Kemuning yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,24 ( nol koma dua empat) kilometer;
81. Ruas jalan Tanjung yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,19 ( nol koma satu Sembilan) kilometer;
82. Ruas jalan Johar yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,25 ( nol koma dua lima) kilometer;
83. Ruas jalan Jambu yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,12 ( nol koma satu dua) kilometer;
84. Ruas jalan Bengawan yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,19 ( nol koma satu Sembilan) kilometer;
85. Ruas jalan Progo yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,32 ( nol koma tiga dua) kilometer;
86. Ruas jalan Kalibodri yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,36 ( nol koma tiga ennam) kilometer;
87. Ruas jalan Serayu yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,35 ( nol koma tiga lima) kilometer;
88. Ruas jalan Serang yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,18 ( nol koma satu delapan) kilometer;
89. Ruas jalan Senjoyo yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dan Sub BWP PK.V ( Kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang
ruas jalan 0,32 ( nol koma tiga dua) kilometer;
90. Ruas jalan Tempel Rejo yang melewati Sub BWP PK.V ( kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,11 ( nol koma satu satu) kilometer;
91. Ruas jalan Mangga yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,51 ( nol koma lima satu) kilometer;
92. Ruas jalan Rekesan yang melewati Sub BWP III.I (Kelurahan Tegalrejo) di kecamatan Argomulyo dan Sub BWP IV.I (Kelurahan Mangunsari) di Kelurahan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan
0,35 ( nol koma tiga lima) kilometer;
93. Ruas jalan Sawojajar yang melewati Sub BWP III.I ( kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,23 ( nol koma dua tiga) kilometer;
94. Ruas jalan Manggis yang melewati Sub BWP III.I ( kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,14 ( nol koma satu empat) kilometer;
95. Ruas jalan DR.Sumardi yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 1,02 ( satu koma nol dua) kilometer;
96. Ruas jalan Pramuka yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,69 ( nol koma enam Sembilan) kilometer;
97. Ruas Jalan Margorejo yang melewati Sub BWP PK.V (kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,31 ( nol koma tiga satu) kilometer;
98. Ruas jalan Tanggul Retno yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,29 ( nol koma dua Sembilan) kilometer;
99. Ruas jalan Siti Projo yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,39 ( nol koma tiga Sembilan) kilometer;
100. Ruas jalan Tirtoyoso yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,22 ( nol koma dua dua) kilometer;
101. Ruas jalan Kyai Banteng yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,46 ( nol koma empat enam) kilometer;
102. Ruas jalan Singo Perkoso yang melewati Sub BWP II.I ( Kelurahan Sidorejo Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 1,01 ( satu koma nol satu) kilometer;
103. Ruas jalan Serayu yang melewati Sub BWP II.I ( Kelurahan Sidorejo Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,35 ( nol koma tiga lima) kilometer;
104. Ruas jalan Tritis Langgeng yang melewati Sub BWP II.I ( Kelurahan Sidorejo Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,39 ( nol koma tiga Sembilan) kilometer;
105. Ruas jalan Argo Wilis yang melewati Sub BWP II.II ( Kelurahan Kalibening) di Kecamatan Tingkir dan Sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,21
( nol koma dua satu) kilometer;
106. Ruas jalan Argobusono yang melewati Sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,32 ( nol koma tiga dua) kilometer;
107. Ruas jalan Argo Kartika yang melewati Sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,69 ( nol koma enam Sembilan) kilometer;
108. Ruas jalan Argo Loyo yang melewati Sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dan Sub BWP PK.V (kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan
0,13 ( nol koma satu tiga) kilometer;
109. Ruas jalan Pereng Rejo yang melewati Sub BWP PK.V ( Kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,34 ( nol koma tiga empat) kilometer;
110. Ruas jalan Kumpul Rejo yang melewati Sub BWP PK.V ( Kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,46 ( nol koma empat enam) kilometer;
111. Ruas jalan Langen Rejo yang melewati Sub BWP PK.V ( Kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,10 ( nol koma satu nol) kilometer;
112. Ruas jalan Sadewa yang melewati Sub BWP III.IV ( Kelurahan Noborejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,90 ( nol koma Sembilan no) kilometer;
113. Ruas jalan Sadewa I yang melewati Sub BWP III.IV ( Kelurahan Noborejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,41 ( nol koma empat satu) kilometer;
114. Ruas jalan Argosari yang melewati Sub BWP III.V ( Kelurahan Randuacir) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 3,46 ( tiga koma empat enam) kilometer;
115. Ruas jalan Sunan Kalijaga yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan SIdomukti dengan Panjang ruas jalan 0,13 ( nol koma satu tiga) kilometer;
116. Ruas jalan Argo Boga yang melewati Sub BWP III.IV ( Kelurahan Randuacir) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,72 ( nol koma dua tujuh) kilometer;
117. Ruas jalan Ex AMD yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,20 ( nol koma dua nol) kilometer;
118. Ruas jalan Somba yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,68 ( nol koma enam delapan) kilometer;
119. Ruas jalan Purbaya I yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,42 ( nol koma empat dua) kilometer;
120. Ruas jalan Purbaya II yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,20 ( nol koma dua nol) kilometer;
121. Ruas jalan Purbaya III yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,22 (nol koma dua dua) kilometer;
122. Ruas jalan Purbaya IV yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,24 ( nol koma dua empat) kilometer;
123. Ruas jalan Purbaya V yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,12 ( nol koma satu dua) kilometer;
124. Ruas jalan Wisanggeni yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,37 ( nol koma tiga tujuh) kilometer;
125. Ruas jalan Irawan yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,40 ( nol koma empat nol) kilometer;
126. Ruas jalan Janoko yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,51 ( nol koma lima satu) kilometer;
127. Ruas jalan Kresna yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,34 ( nol koma tiga empat) kilometer;
128. Ruas jalan Wibisono yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,35 ( nol koma tiga lima) kilometer;
129. Ruas jalan Bisma yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 1,18 ( satu koma satu delapan) kilometer;
130. Ruas jalan Wisnu yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,84 ( nol koma delapan empat) kilometer;
131. Ruas jalan Abiyoso yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 1,08 ( satu koma nol delapan) kilometer;
132. Ruas jalan Taruna yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,32 ( nol koma tiga dua) kilometer;
133. Ruas jalan Nakula Sadewa I yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,49 ( nol koma empat Sembilan) kilometer;
134. Ruas jalan Nakula Sadewa II melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,20 ( nol koma dua nol) kilometer;
135. Ruas jalan Nakula Sadewa III melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,20 ( nol koma dua nol) kilometer;
136. Ruas jalan Nakula Sadewa IV melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,51 ( nol koma lima satu) kilometer;
137. Ruas jalan Nakula Sadewa V melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,19 ( nol koma satu sembilan) kilometer;
138. Ruas jalan Surowijaya yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,46 ( nol koma empat enam kilometer);
139. Ruas jalan Nuri yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,20 ( nol koma dua nol) kilometer;
140. Ruas jalan Nyai Jinten yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,49 ( nol koma empat sembilan) kilometer;
141. Ruas jalan Ali Wijayan yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,58 ( nol koma lima delapan) kilometer;
142. Ruas jalan Sri Gunting yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,19 ( nol koma satu sembilan) kilometer;
143. Ruas jalan Cendrawasih yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,22 ( nol koma dua dua) kilometer;
144. Ruas jalan Merpati yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,34 ( nol koma tiga empat) kilometer;
145. Ruas jalan Podang yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,14 ( nol koma satu empat) kilometer;
146. Ruas jalan Kasuari yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,20 ( nol koma dua nol) kilometer;
147. Ruas jalan Joyo Imron yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,23 ( nol koma dua tiga) kilometer;
148. Ruas jalan Kendalisodo yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,32 ( nol koma tiga dua) kilometer;
149. Ruas jalan Tangsi Besar yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,51 ( nol koma lima satu) kilometer;
150. Ruas jalan Karang Rejo yang melewati Sub BWP PK.V ( Kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,26 ( nol koma dua enam) kilometer;
151. Ruas jalan Jodipati yang melewati Sub BWP III.I ( Kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan panjang ruas jalan 0,39 ( nol koma tiga sembilan) kilometer;
152. Ruas jalan Argoluwih yang melewati Sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan panjang ruas jalan 0,36 ( nol koma tiga enam) kilometer;
153. Ruas jalan Damarjati yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 0,19 ( nol koma satu sembilan) kilometer.

Jaringan jalan lingkungan meliputi

Jaringan jalan lingkungan meliputi jaringan jalan sekunder

1. Ruas jalan Damar yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,43 ( nol koma empat tiga) kilometer;
2. Ruas jalan Pereng Tritis yang melewati Sub BWP PK.V ( Kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dengan panjang ruas jalan 0,54 ( nol koma lima empat) kilometer;
3. Ruas jalan Kumpulrejo yang melewati Sub BWP PK.V ( Kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dengan panjang ruas jalan 0,46 ( nol koma empat enam) kilometer;
4. Ruas jalan Perengrejo yang melewati Sub BWP PK.V ( Kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dengan panjang ruas jalan 0,34 ( nol koma tiga empat) kilometer;
5. Ruas jalan Tritis Langgeng yang melewati Sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan panjang ruas jalan 0,39 ( nol koma tiga sembilan) kilometer;
6. Ruas jalan Bengawan yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan panjang ruas jalan 0,19 ( nol koma satu sembilan) kilometer;
7. Ruas jalan Tempelrejo yang melewati Sub BWP PK.V ( Kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dengan panjang ruas jalan 0,11 ( nol koma satu satu) kilometer;
8. Ruas jalan Tanggulrejo yang melewati Sub BWP PK.V ( Kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dengan panjang ruas jalan 0,80 ( nol koma delapan nol) kilometer;
9. Ruas jalan Sadewo yang melewati Sub BWP III.IV ( Kelurahan Noborejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,90 ( nol koma sembilan nol) kilometer;
10. Ruas jalan Amarta yang melewati Sub BWP III.VI ( Kelurahan Kumpulrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 1,32 ( satu koma tiga dua) kilometer;
11. Ruas jalan Sawojajar yang melewati Sub BWP III.I ( Kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,23 ( nol koma dua tiga) kilometer;
12. Ruas jalan Mertani yang melewati Sub BWP III.I ( Kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,18 ( nol koma satu delapan) kilometer;
13. Ruas jalan Kalisari yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,17 ( nol koma satu tujuh) kilometer;
14. Ruas jalan Jambesari yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,17 ( nol koma satu tujuh) kilometer;
15. Ruas jalan Widosari yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,14 ( nol koma satu empat) kilometer;
16. Ruas jalan Tirtoyoso yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,22 ( nol koma dua dua) kilometer;
17. Ruas jalan Serang yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,18 ( nol koma satu delapan) kilometer;

NAMA
NO NAMA RUAS JALAN PANJANG RUAS JALAN NAMA KECAMATAN KELURAHAN TOL ARTERI PRIMER LINGKAR KOLEKTOR PRIMER KOLEKTOR SEKUNDER LOKAL SEKU
254 182,173 4 23 4 7 3 3 67
2,38 Sidorejo dan Tingkir 2,2 4
1 Sub BWP I.II 0,41 Sidorejo Bugel 1
2 Sub BWP I.III 0,93 Sidorejo Kauman Kidul 2
Kutowinangun
3 Sub BWK PK.III 0,43 Tingkir Kidul 3
4 Sub BWP II.IV 0,61 Tingkir Tingkir Tengah 4
Sidorejo, Sidomukti, Tingkir, dan
15,4 Sidomukti 3,2,3,2 7
5 Fatmawati 1,89 Sidorejo Blotongan 1
6 Diponegoro 3,08 SIdorejo Sidorejo Lor 2
Sidorejo Salatiga 2
7 Jenderal Sudirman 3,11 Sidomukti Kalicacing 3
Sidorejo Salatiga 3
Tingkir Kutowinangun Lor 3
Tingkir Kutowinangun Kidul 3
Tingkir Gendongan 3
Argomulyo Cebongan 3
8 Wahid Hasyim 0,34 Sidorejo Sidorejo Lor 4
9 Osamaliki 1,63 Sidorejo Sidorejo Lor 5
Sidomukti Mangunsari 5
10 Veteran 1,53 sidorejo Sidorejo Lor 6
Sidomukti Mangunsari 6
11 Soekarno - Hatta 3,82 Argomulyo Cebongan 7
Argomulyo Noborejo 7
11,32 3 2,2,3 3
12 BWP I Sidorejo Blotongan 1
Sidorejo Pulutan 1
13 BWP III Argomulyo Kumpulrejo 2
Argomulyo Randuacir 2
Argomulyo Cebongan 2
14 BWP IV Sidomukti Kecandran 3
Sidomukti Dukuh 3
9,06 2 2,3 3
15 Pattimura 3,94 Sidorejo Salatiga 1
Sidorejo Bugel 1
Sidorejo Kauman Kidul 1
16 Hasanudin 4,17 Sidomukti Mangunsari 2
17 Ahmad Yani 0,95 Sidomukti Kalicacing 3
58,42 4 23 67
18 Ki Penjawi 1,18 Sidorejo Sidorejo Lor 1
19 Watu Agung - Sari Rejo 1,86 Sidorejo Bugel 2
20 Imam Bonjol 2,67 Sidorejo Sidorejo Lor 3
Sidorejo Pulutan
Sidomukti Kecandran
21 Candi Wesi 1,33 Sidorejo Bugel 4
Sidorejo Sidorejo Lor
22 Batu Tulis 0,67 Sidorejo Kauman Kidul 5
23 Cemara 1,06 Sidorejo Salatiga 6
24 Prof Moh Yamin 0,35 Sidorejo Salatiga 7
25 Domas 0,43 Sidorejo Salatiga 8
26 Turen 0,23 Sidorejo Sidorejo Lor 9
27 Yos Sudarso 0,46 Sidorejo Salatiga 10
28 Atmo Suharjan 0,43 Sidorejo Sidorejo Lor 11
29 Pulutan - Jombor 2,05 Sidorejo Pulutan 12
30 Monginsidi 0,43 Sidorejo Salatiga 13
31 Kartini 0,58 Sidorejo Salatiga 14
Sidorejo Sidorejo Lor
32 Langensuko 0,24 Sidorejo Salatiga 15
33 Taman Sari 0,11 Sidorejo Salatiga 16
34 Raden Patah 0,82 Sidorejo Salatiga 17
35 Buk Suling 0,41 Sidorejo Salatiga 18
Tingkir Kutowinangun Lor
36 Abdul Wahid 0,23 Sidorejo Sidorejo Lor 19
Sidomukti Kecandran
37 Laksda Adi Sucipto 0,44 Sidorejo Salatiga 20
Sidomukti Kalicacing
38 Tingkir - Barukan 2,23 Tingkir Tingkir Tengah 21
39 Nanggulan 2,87 Tingkir Kutowinangun Kidul 22
Tingkir Sidorejo Kidul
40 Tritis Asri 0,44 Tingkir Sidorejo Kidul 23
Tingkir Kalibening
41 Nyai Kopek 0,13 Tingkir Kutowinangun Lor 24
42 Benoyo 0,7 Tingkir Kutowinangun Lor 25
Taman Makam
43 Pahlawan 0,16 Tingkir Kutowinangun Lor 26
Tingkir Kiutowinangun Kidul
44 Tritis Rejo 0,83 Tingkir Sidorejo Kidul 27
Tingkir Kalibening
Tingkir Tingkir Lor
Argomulyo Ledok
45 Joko Tingkir 0,99 Tingkir Tingkir Lor 28
Tingkir Tingkir Tengah
Argomulyo Cebongan
46 DR.Muwardi 1,1 Tingkir Kutowinangun Kidul 29
Tingkir Gendongan
47 Canden 0,61 Tingkir Kutowinangun Lor 30
48 Setro 0,51 Tingkir Kutowinangun Lor 31
49 Amarta 1,32 Argomulyo Kumpulrejo 32
50 Tegalrejo Raya 1,74 Argomulyo Tegalrejo 33
51 Arjuna 3,04 Argomulyo Cebongan 34
Argomulyo Noborejo
Argomulyo Randuacir
52 Arimbi 0,88 Argomulyo Noborejo 35
53 Protokol Kumpulrejo 1,69 Argomulyo Kumpulrejo 36
54 Argosari 3,46 Argomulyo Randuacir 37
55 Argo Boga 0,71 Argomulyo Ledok 38
56 Argo Busono 0,32 Argomulyo Ledok 39
57 Argo Rumekso 0,36 Argomulyo Ledok 40
58 Argo Luwih 0,36 Argomulyo Ledok 41
59 Argo Kartika 0,69 Argomulyo Ledok 42
60 Argotinalang 0,56 Argomulyo Ledok 43
61 Argo Tunggal 0,45 Argomulyo Ledok 44
62 Prumasan 1,34 Argomulyo Kumpulrejo 45
63 Nggronggo 0,52 Argomulyo Kumpulrejo 46
64 Sawo 0,26 Argomulyo Tegalrejo 47
65 Tegalrejo Raya 1,74 Argomulyo Tegalrejo 48
66 A.Yani 0,86 Sidomukti Kalicacing 49
Sidomukti Mangunsari
67 Lapangan Pancasila 0,48 Sidomukti Kalicacing 50
Sidomukti Mangunsari
68 Brigjend Sudiarto 0,56 Sidomukti Kalicacing 51
Sidomukti Mangunsari
69 Letjend Sukowati 0,53 Sidomukti Kalicacing 52
70 Srikandi 0,15 Sidomukti Dukuh 53
71 Sentana 0,69 Sidomukti Mangunsari 54
72 Abdul Sukur 0,34 Sidomukti Mangunsari 55
73 Bangau 0,53 Sidomukti Mangunsari 56
74 Merak 0,87 Sidomukti Mangunsari 57
75 Nakula - Sadewa 2,37 Sidomukti Mangunsari 58
Sidomukti Dukuh
76 Yudhistira 0,45 Sidomukti Dukuh 59
77 Parikesit 1,39 Sidomukti Dukuh 60
78 Bima 0,67 Sidomukti Dukuh 61
79 Dewi Kunti 0,52 Sidomukti Dukuh 62
80 Sidomulyo 0,59 Sidomukti Mangunsari 63
81 Tentara Pelajar 0,4 Sidomukti Mangunsari 64
82 Semeru 0,22 Sidomukti Kalicacing 65
83 Kesambi 0,23 Sidomukti Kalicacing 66
84 Pemotongan 0,58 Sidomukti Kalicacing 67
78,823
85 Kalisawo 0,55 Sidorejo Sidorejo Lor
86 Candisari 0,38 Sidorejo Salatiga
87 Jayeng Rono 0,66 Sidorejo Kauman Kidul
88 Ki Pitrang 0,45 Sidorejo Kauman Kidul
89 Pundung 0,38 Sidorejo Blotongan
90 Gunung Payung 0,6 Sidorejo Blotongan
91 Sultan Agung 0,98 Sidorejo Blotongan
92 Dumai Indah 1,15 Sidorejo Blotongan
93 Dliko Sari 0,49 Sidorejo Blotongan
94 K.H. A. Dahlan 0,32 Sidorejo Sidorejo Lor
95 PTP Sarirejo 1,13 Sidorejo Bugel
96 Baiturohim 0,23 Sidorejo Kauman Kidul
97 Abdul Hamid 0,45 Sidorejo Kauman Kidul
98 Durian 0,34 Sidorejo Sidorejo Lor
99 Darma Bakti 1,26 Sidorejo Pulutan
100 Jambe Wangi 0,25 Sidorejo Sidorejo Lor
101 Delima 0,07 Sidorejo Sidorejo Lor
102 Sisingamangaraja 0,36 Sidorejo Sidorejo Lor
103 Kemiri 1,19 Sidorejo Salatiga
104 Menur 0,29 Sidorejo Sidorejo Lor
105 Kauman 0,29 Sidorejo Salatiga
106 Kenanga 0,24 Sidorejo Sidorejo Lor
107 Sumopuro Kidul 0,27 Sidorejo Salatiga
108 Sumopuro Lor 0,35 Sidorejo Salatiga
109 Cungkup 0,39 Sidorejo Salatiga
110 R. Patah 0,18 Sidorejo Salatiga
111 Gladangan 0,12 Sidorejo Salatiga
112 Karang Taruna 0,62 Sidorejo Salatiga
113 Wali Songo 0,63 Sidorejo Salatiga
114 Kalitaman 0,38 Sidorejo Salatiga
115 Bau Joyo 0,24 Sidorejo Salatiga
116 Bungur 0,16 Sidorejo Salatiga
117 Damar 0,13 Sidomukti Kalicacing
Sidorejo Salatiga
118 Margosari 0,27 Sidorejo Salatiga
119 Pungkur Sari 0,27 Sidorejo Salatiga
120 Seruni 0,343 Sidorejo Sidorejo Lor
121 Cempaka 0,15 Sidoreo Sidorejo Lor
122 DR.Sumardi 1,02 Sidorejo Salatiga
123 Pramuka 0,69 Sidorejo Salatiga
124 Damarjati 0,19 Sidorejo Salatiga
125 Widosari 0,14 Tingkir Kutowinangun Lor
126 Manggar Sari 0,2 Tingkir Kutowinangun Lor
127 Pandan Sari 0,78 Tingkir Kutowinangun Lor
128 Ngentak 0,14 Tingkir Kutowinangun Lor
129 Jambesari 0,17 Tingkir Kutowinangun Lor
130 Kalisari 0,17 Tingkir Kutowinangun Lor
131 Kalinyamat 0,56 Tingkir Kutowinangun Kidul
132 Senjoyo 0,32 Tingkir Kutowinangun Kidul
Tingkir Gendongan
133 Kalipengging 0,43 Tingkir Kutowinangun Kidul
134 Butuh 0,33 Tingkir Kutowinangun Lor
135 KH Zubair 0,29 Tingkir Tingkir Lor
136 Pandansari 0,78 Tingkir Kutowinangun Lor
137 Gumukrejo 0,46 Tingkir Kutowinangun Kidul
138 Gunungsari Utama 1,61 Tingkir Sidorejo Kidul
139 Singosari I 0,26 Tingkir Sidorejo Kidul
140 Singosari II 0,2 Tingkir Sidorejo Kidul
141 Tritis Mukti 0,31 Tingkir Sidorejo Kidul
142 Tritisari 0,56 Tingkir Sidorejo Kidul
Tingkir Kalibening
143 Mayang Sari 0,29 Tingkir Kutowinangun Lor
144 Cempaka Sari 0,26 Tingkir Kutowinangun Lor
145 Melati Sari 0,29 Tingkir Kutowinangun Lor
146 Kenanga Sari 0,21 Tingkir Kutowinangun Lor
147 Mawar Sari 0,2 Tingkir Kutowinangun Lor
Kutowinangunn
148 Tanggul Rejo 0,8 Tingkir Lor
149 Cengek Nyamat 9,55 Tingkir Tingkir Lor
150 Pereng Sari 0,23 Tingkir Kutowinangun Lor
151 Teleng Sari 1,25 Tingkir Kutowinangun Lor
152 Kantil Sari 0,21 Tingkir Kutowinangun Lor
153 Bengawan 0,19 Tingkir Kutowinangun Kidul
154 Progo 0,32 Tingkir Kutowinangun Kidul
155 Kalibodri 0,36 Tingkir Kutowinangun Kidul
156 Serayu 0,35 Tingkir Kutowinangun Kidul
157 Serang 0,18 Tingkir Kutowinangun Kidul
158 Senjoyo 0,32 Tingkir Kutowinangun Kidul
Tingkir Gendongan
159 Tempel Rejo 0,11 Tingkir Gendongan
160 Mangga 0,51 Tingkir Kutowinangun Kidul
161 Margorejo 0,31 Tingkir Gendongan
162 Tanggul Retno 0,29 Tingkir Kutowinangun Kidul
163 Siti Projo 0,39 Tingkir Kutowinangun Lor
164 Tirtoyoso 0,22 Tingkir Kutowinangun Lor
165 Kyai Banteng 0,46 Tingkir Kutowinangun Lor
166 Singo Perkoso 1,01 Tingkir Sidorejo Kidul
167 Serayu 0,35 Tingkir Sidorejo Kidul
168 Tritis Langgeng 0,39 Tingkir Sidorejo Kidul
169 Argo Willis 0,21 Tingkir Kalibening
Argomulyo Ledok
170 Pereng Rejo 0,34 Tingkir Gendongan
171 Kumpul Rejo 0,46 Tingkir Gendongan
172 Langen Rejo 0,1 Tingkir Gendongan
173 Karang Rejo 0,26 Tingkir Gendongan
174 Merbabu 2,32 Argomulyo Noborejo
175 Argoyuwono 0,52 Argomulyo Tegalrejo
Argomulyo Ledok
176 Argobudoyo 1,18 Argomulyo Ledok
Argomulyo Cebongan
177 Abimanyu 1,34 Argomulyo Noborejo
178 Karangkepoh I 0,3 Argomulyo Tegalrejo
179 Karangkepoh II 0,31 Argomulyo Tegalrejo
180 Karangkepoh III 0,49 Argomulyo Tegalrejo
181 Argotirto 0,21 Argomulyo Ledok
182 Sidoharjo 0,25 Argomulyo Ledok
183 Mertani 0,34 Argomulyo Tegalrejo
184 Pringgodani 0,25 Argomulyo Tegalrejo
185 Merbabu 2,32 Argomulyo Noborejo
186 Rekesan 0,35 Argomulyo Tegalrejo
Sidomukti Mangunsari
187 Sawojajar 0,23 Argomulyo Tegalrejo
188 Manggis 0,14 Argomulyo Tegalrejo
189 Argobusono 0,32 Argomulyo Ledok
190 Argo Kartika 0,69 Argomulyo Ledok
191 Argo Loyo 0,13 Argomulyo Ledok
Tingkir Gendongan
192 Sadewa 0,9 Argomulyo Noborejo
193 Sadewa I 0,41 Argomulyo Noborejo
194 Argosari 3,46 Argomulyo Randuacir
195 Argo Boga 0,72 Argomulyo Randuacir
196 Jodipati 0,39 Argomulyo Tegalrejo
197 Argoluwih 0,36 Argomulyo Ledok
198 RSU 0,18 Sidomukti Mangunsari
199 Kridanggo 0,25 Sidomukti Kalicacing
200 Kemuning 0,24 Sidomukti Kalicacing
201 Tanjung 0,19 Sidomukti Kalicacing
202 Johar 0,25 Sidomukti Kalicacing
203 Jambu 0,12 Sidomukti Kalicacing
204 Sunan Kalijaga 0,13 Sidomukti Mangunsari
205 ex AMD 0,2 Sidomukti Dukuh
206 Somba 0,68 Sidomukti Dukuh
207 Purbaya I 0,42 Sidomukti Dukuh
208 Purbaya II 0,2 Sidomukti Dukuh
209 Purbaya III 0,22 Sidomukti Dukuh
210 Purbaya IV 0,24 SIdomukti Dukuh
211 Purbaya V 0,12 Sidomukti Dukuh
212 Wisanggeni 0,37 Sidomukti Dukuh
213 Irawan 0,4 Sidomukti Dukuh
214 Janoko 0,51 Sidomukti Dukuh
215 Kresna 0,34 Sidomukti Dukuh
216 Wibisono 0,35 Sidomukti Dukuh
217 Bisma 1,18 Sidomukti Dukuh
218 Wisnu 0,84 Sidomukti Dukuh
219 Abiyoso 1,08 Sidomukti Dukuh
220 Taruna 0,32 Sidomukti Mangunsari
221 Nakula Sadewa I 0,49 Sidomukti Dukuh
222 Nakula Sadewa II 0,2 Sidomukti Dukuh
223 Nakula Sadewa III 0,2 Sidomukti Dukuh
224 Nakula Sadewa IV 0,51 Sidomukti Dukuh
225 Nakula Sadewa V 0,19 Sidomukti Dukuh
226 Surowijaya 0,46 Sidomukti Mangunsari
227 Nuri 0,2 Sidomukti Mangunsari
228 Nyai Jinten 0,49 Sidomukti Mangunsari
229 Ali Wijayan 0,58 Sidomukti Mangunsari
230 Sri Gunting 0,19 Sidomukti Mangunsari
231 Cendrawasih 0,22 Sidomukti Mangunsari
232 Merpati 0,34 Sidomukti Mangunsari
233 Podang 0,14 Sidomukti Mangunsari
234 Kasuari 0,2 Sidomukti Mangunsari
235 Joyo Imron 0,23 Sidomukti Mangunsari
236 Kendalisodo 0,32 Sidomukti Kalicacing
237 Tangsi Besar 0,51 Sidomukti Kalicacing
6,77
238 Damar 0,43 Sidomukti Salatiga
239 Pereng Tritis 0,54 Tingkir Gendongan
240 Kumpulrejo 0,46 Tingkir Gendongan
241 Perengrejo 0,34 Tingkir Gendongan
242 Tritis Langgeng 0,39 Argomulyo Ledok
243 Bengawan 0,19 Tingkir Kutowinangun Kidul
244 Tempelrejo 0,11 Tingkir Gendongan
245 Tanggulrejo 0,8 Tingkir Gendongan
246 sadewo 0,9 Argomulyo Noborejo
247 Amarta 1,32 Argomulyo Kumpulrejo
248 Sawojajar 0,23 Argomulyo Tegalrejo
249 Mertani 0,18 Argomulyo Tegalrejo
250 Kalisari 0,17 Tingkir Kutowinangun Lor
251 Jambesari 0,17 Tingkir Kutowinangun Lor
252 Widosari 0,14 Tingkir Kutowinangun Lor
253 Tirtoyoso 0,22 Tingkir Kutowinangun Lor
254 Serang 0,18 Tingkir Kutowinangun Kidul

FOKUS POTENSI PENDAPATAN DAERAH adalah dari :

aglomerasi pemusatan kegiatan industri pada suatu lokasi yang dapat meningkatkan dan mendorong pertumbuhan industri-industri lainnya sehingga secara akumulatif akan meningkatkan kegiatan
ekonomi dengan produk yang mengarah spesifik

wisata kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik sasaran tertentu

PENGAMATAN DARI PETA UDARA:


Tingkir
Argomulyo
Sidomukti
Sidorejo
1. Kelurahan Blotongan
2. Sirorejo Lor
3. Pulutan
4. Kecandran
5. Salatiga
6. Bugel
7. Kauman Kidul
8. Kutowinangun
9. Gendongan
10. Sidorejo Kidul
11. Kalibening
12. Tingkir Lor
13. Tingkir TengaH

14. Tingkir Lor


15. Dukuh
16. Mangunsari
17. Kumpulrejo
18. Randuacir
19. Noborejo
20. Cebongan
21. Kalicacing
22. Gendongan
23. Ledok
24. Kumpulrejo
Tingkir
Argomulyo
Sidomukti
Sidorejo
1. Kelurahan Blotongan
2. Sirorejo Lor
3. Pulutan
4. Kecandran
5. Salatiga
6. Bugel
7. Kauman Kidul
8. Kutowinangun
9. Gendongan
10. Sidorejo Kidul
11. Kalibening
12. Tingkir Lor
13. Tingkir TengaH

14. Tingkir Lor


15. Dukuh
16. Mangunsari
17. Kumpulrejo
18. Randuacir
19. Noborejo
20. Cebongan
21. Kalicacing
22. Gendongan
23. Ledok
24. Kumpulrejo
12) Setiap kawasan industri, sesuai dengan luas lahan yang dikelola, harus mengalokasikan lahannya untuk kaveling industri, kaveling perumahan, jalan dan sarana penunjang, dan ruang terbuka
hijau. Alokasi lahan pada Kawasan Industri dapat dilihat pada Tabel 10
Kecamatan Lahan Sawah Pertanian Bukan Jumlah
Bukan Sawah Pertanian
Argomulyo 9 755 1089 1853
Tingkir 295 173 587 1055
SIdomukti 49,7 361 735,3 1146
Sidorejo 273 448 903 1624
Salatiga 626,7 1737 3314,3 5678,0

Kecamatan Tinggi Wilayah Jarak Ke Ibukota


Argomulyo 680 3,5
Tingkir 627 2,7
SIdomukti 626 2,5
Sidorejo 602 3,1
Salatiga 583 0

Sektor Presentase Tenga Kerja


Jasa 64
Manufaktur 31
Pertanian 5
`

Dari tabel di atas, bisa disimpulkan bahwa :

1. Penyerapan tenaga kerja terbesar adalah pada sektor Jasa dengan presentase 64 %, disusul oleh Sektor Manufaktur sebanyak 31 % dan sektor pertanian menjadi terendah dengan hanya 5 %.
2. Mungkin hal ini disebabkan oleh alokasi lahan pertanian yang selalu lebih rendah dibandingkan dengan peruntukan lahan pertanian bukan sawah dan luas lahan eksisting yang diizinkan untuk
kegiatan bukan pertanian.
3. Luas lahan di Kecamatan Argomulyo sebagian besar bukan pertanian dengan sebanyak 1089 Ha, pertanian bukan sawah dengan seluas 755 Ha, dan hanya 9 Ha digunakan untuk lahan
pertanian. Sedangkan Kecamatan Tingkir mengalokasikan 587 Ha untuk lahan non pertanian, 295 Ha untuk sawah dan sisanya seluas 173 Ha untuk lahan pertanian bukan sawah. Kecamata
SIdomukti sama dengan Kecamatan Argomulyo mengalokasikan luas lahan nya untuk lahan non pertanian, pertanian bukan sawah, dan sawah dengan luas lahan masing – masing : 735,3; 361;
49,7. Dengan persentasea terkecil pada lahan sawah sebesar 273 Ha dan terbagi dua sisa lahannya untuk pertanian bukan sawah dan selain pertanian adalah Kecamatan Sidorejo seluas 448 Ha
untuk kedua peruntukan ruang.
4. Jadi Prioritas Lahan Sawah adalah di Kecamatan Tingkir ( 295) Ha, Kecamatan Sidorejo ( 273) Ha, Kecamatan SIdomukti (49,7) Ha, dan Kecamatan Argomulyo ( 9 )Ha.
5. Disediakan luas pertanian non sawah adalah di Kecamatan Argomulyo dengan 755 Ha, SIdorejo 448 Ha, SIdomukti 361 Ha, dan Tingkir 173 Ha.
6. Sedangkan luas bukan pertanian terbesar di Kecamatan Argomulyo ber luas 1.089 Ha, Sidomukti seluas 735,3 Ha, Kecamatan TIngkir dengan 587 Ha, dan terakhir kecamatan SIdorejo dengan
luas 448 Ha.
7. Terdapat kesesuaian antara ketinggian lahan dengan luas lahan non pertanian, dimana untuk Kecamatan Argomulyo dengan posisi yang teringgi ( 680 mdpl) dan SIdorejo dengan ketinggian
terendah (602 mdpl) mempunyai luas non pertanian terbanyak dan tersedikit. Sedangkan 2 kecamatan lainnya mempunyai luas yang tertukar, dalam hal ini seharunya dengan ketinggia 627 mdp
dan 626 mdpl memiliki luas lahan non pertanian terluas ke-2 dan ke-3.
8. Demikian juga jarak ke ibukota. Seharusnya dengan jarak terjauh memiliki luas lahan pertanian non sawah dan sawah terluas dan begitu juga dengan sebaliknya. Terdapat kesesuaian untuk
lahan pertanian bukan sawah di Kecamatan Argomulyo dan SIdorejo dimana untuk jarak Kecamatan Argomulyo sejauh 3,5 km dan Sidorejo 3,1 km, memiliki luas lahan pertanian bukan sawah
lebih luas terluas untuk Kecamatan Argomulyo dan luas lahan pertanian bukan sawah terluas ke-2 untuk Kecamatan SIdorejo seluas 755 Ha dan 448 Ha. Untuk Kecamatan Tingkir dan Sidomukti
berbeda halnya dalam luas pertanian non sawah, dimana Kecamatan Tingkir memliki jarak ke Ibukota yang lebih jauh tetapi memiliki luas pertanian non sawah lebih luas. Sementara itu untuk
kesessuaian antara luas sawah dengan jarak ke ibukota menunjukkan bahwa Kecamatan ARgomulyo dan SIdorejo yang memiliki jarak terjauh pertama dan kedua dari ibukota memiliki luas lahan
sawah yang lebih rendah dari Kecamatan Tingkir, tetapi tidak dengan Kecamatan SIdomukti.

Pertanyaan penelitian:

1. Dengan luas lahan sawah dan pertanian bukan sawah di Kecamatan Sidorejo (712 Ha) yang luasnya lebih besar dari luas bukan pertanian (448 Ha), maka kebutuhan akan ruang untuk kawasan
permukiman, perdagangan dan jasa, pendidikan dan kesehatan, dan ruang terbuka hijau menjadi lebih besar;
2. Dengan luas lahan sawah dan pertanian bukan sawah di Kecamatan Argomulyo (764 Ha), Kecamatan Tingkir (468 Ha), dan Kecamatan SIdomukti (401,7) lebih kecil dari luas bukan pertanian
(1089;587;735,3), maka usulan perubahan kawasan permukiman, perdagangan dan jasa, pendidikan dan kesehatan, dan ruang terbuka hijau menjadi tidak prioritas.

Tabel Rekapitulasi Ruang Terbuka Hijau Publik di Kota Salatiga

Taman dan Perlindungan di Perlindungan Sempadan Sempadan Sempadan Jalur


RTH Publik hutan kota Bawahnya Setempat Sutet Mata Air Waduk/Embung Hijau Pema
6015,65 93,75 87,65 113,64 50,49 43,5 4,64
BWP PK 5,08 11,31 10,48 1,33
Sub BWP PK.I 2,56 0,5
Sub BWP PK.II 1,68 3,8
Sub BWP PK.III 3,16 4,17 1,33
Sub BWP PK.IV 0,83 8,15 2,01
Sub BWP PK.V 0,01

BWP I 10,14 18,56 24,71 13,58 2,77


Sub BWP I.I 0,71 15,58 3,35
Sub BWP I.II 0,38 2,98 4,35 0,64
Sub BWP I.III 0,41 8,58 2,13
Sub BWP I.IV 8,64 3,37
Sub BWP I.V 5,06
BWP II 11,84 25,31 15,79 36,91 0,54
Sub BWP II.I 1,04 25,31 6,87 22,17
Sub BWP II.II 1,34 1,64
Sub BWP II.III 9,39 4,7 6,32
Sub BWP II.IV 0,07 2,58 8,42 0,54

BWP III 41,63 28,17 46,33 V 0


Blok III.I 4,57 1,38
Blok III.II 1,89 25,73
Blok III.III 6,09 5,02
Blok III.IV 6,67 2,52
Blok III.V 2,74 5,75
Blok III.VI 19,67 28,17 5,93

BWP IV 25,06 4,3 16,33 0


Sub BWP IV.I 3,05 0,8 6,32
Sub BWP IV.II 1,52 3,5 4,84
Sub BWP IV.III 20,49 5,17

Sumber : Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 9 Tahun 2018 tentang Rencana Detail Tata Ruang Kota Salatiga Tahun 2017-2036

Menurut PP 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang pasal 21 ayat (1) adalah sebagai berikut :

Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi :

a. Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah uang merata dan berierakhi; dan
b. Peningkatan kualitas dan jangkauan jriangan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadua dan merata di seluruh wilayah nasional.

Strategi untuk peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah meliputi:

a. Menjaga dan mewujudkan keterkaitan antarkawasan perkotaan, antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan, serta anrara kawasan perkotaan dan wilayah di sekitarnya.
b. Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang bellum terlayani oleh pusat pertumbuhan;
c. Mengembangkan pusat perkotaan maritim yang berkelanjutan.
d. Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya.
e. Mengembangkan pelayanan kawasan perkotaan yang mendukung sektor unggulan sebagai kota industri, wisata, dan maritim secara berkelanjutan.
f. Mengembangkan kota dan kawasan perkotaan baru secara holistik dan terintegrasi, inklusif, serta berkelanjutan.

Strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana meliputi:

g. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpadua pelayanan transportasi darat. Laut, dan udara;
h. Mendorong pengembamgan prasarasan telekomunikasi terutama di kawasan terisolasi;
i. Meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbaruka mdan tak terbarukan secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik;
j. Meningkatkan infrastruktur minyak dan gas bumoi nasional yang optimal; dan
k. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumber daya air.

Kebijakan pengembangan, pemanfaatan, dan pengelolaan kawasan lindung meliputi :

Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup;

 Alokasi lahan hutan dan non hutan (bps.go.id)

Tabel Luas lahan sawah di Indonesia pada kurun waktu 2003-2012)

Luas Lahan Sawah


(Hektar) Luas Lahan Sawah (Hektar) Luas Lahan Sawah (Hektar) Luas Lahan Sawah (Hektar)
Provinsi 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
ACEH 348232.00 346305.00 356649.00 315277.00 312803.00 323010.00 359751.00 313649.00 307556.00 308973.00
SUMATERA UTARA 538180.00 502839.00 462767.00 460486.00 453372.00 478521.00 464256.00 468724.00 467138.00 448722.00
SUMATERA BARAT 225369.00 231939.00 228176.00 229469.00 227355.00 225623.00 228176.00 229693.00 231463.00 230775.00
RIAU 128225.00 125966.00 118955.00 124985.00 128242.00 122255.00 122738.00 115961.00 115897.00 109585.00
JAMBI 120552.00 122126.00 117482.00 119242.00 117543.00 116212.00 117336.00 112434.00 113757.00 113379.00
SUMATERA SELATAN 512510.00 474429.00 484207.00 523922.00 530204.00 577821.00 611072.00 611386.00 629355.00 610314.00
BENGKULU 88432.00 85641.00 84164.00 83885.00 93779.00 89244.00 89614.00 92976.00 90217.00 88877.00
LAMPUNG 303380.00 316017.00 313621.00 317413.00 342507.00 348732.00 349144.00 345437.00 350949.00 364111.00
KEP. BANGKA
BELITUNG 3186.00 3773.00 4111.00 4048.00 4176.00 3506.00 5017.00 4056.00 5932.00 6133.00
KEP. RIAU - - 76.00 82.00 124.00 133.00 238.00 442.00 393.00 559.00
DKI JAKARTA 2738.00 2563.00 1866.00 1466.00 1200.00 1200.00 1215.00 1312.00 1098.00 1001.00
JAWA BARAT 934140.00 932337.00 925900.00 926782.00 934845.00 945544.00 937373.00 930268.00 930507.00 923575.00
JAWA TENGAH 995469.00 996197.00 964102.00 963401.00 962942.00 963984.00 960768.00 962471.00 960970.00 962289.00
DI YOGYAKARTA 57612.00 56982.00 57188.00 56218.00 55540.00 55332.00 55325.00 55523.00 55291.00 55023.00
JAWA TIMUR 1115239.00 1108361.00 1100574.00 1096479.00 1096605.00 1108578.00 1100517.00 1107276.00 1106449.00 1105550.00
BANTEN 207530.00 196589.00 194504.00 196538.00 196370.00 195583.00 195809.00 196744.00 197165.00 195951.00
BALI 81870.00 81557.00 80211.00 79252.00 80251.00 80873.00 79185.00 81425.00 80164.00 79399.00
NUSA TENGGARA
BARAT 226627.00 222968.00 225708.00 232851.00 231129.00 230986.00 236420.00 238619.00 240180.00 246569.00
NUSA TENGGARA
TIMUR 103341.00 109070.00 100194.00 112715.00 122649.00 124416.00 139943.00 142479.00 144574.00 148810.00
KALIMANTAN BARAT 253316.00 283021.00 292220.00 321838.00 290392.00 292687.00 300906.00 307016.00 318581.00 322541.00
KALIMANTAN TENGAH 156645.00 167776.00 159516.00 166703.00 159059.00 157406.00 171428.00 175633.00 202237.00 226903.00
KALIMANTAN SELATAN 420086.00 423884.00 435940.00 440720.00 471042.00 477336.00 464581.00 436318.00 457155.00 451869.00
KALIMANTAN TIMUR 92982.00 89769.00 88846.00 90786.00 92934.00 84235.00 88308.00 82796.00 90518.00 90887.00
KALIMANTAN UTARA - - - - - - - - - -
SULAWESI UTARA 64605.00 59393.00 57969.00 60262.00 61098.00 61133.00 61134.00 52789.00 56181.00 56173.00
SULAWESI TENGAH 121670.00 120049.00 113715.00 119463.00 128250.00 129016.00 130879.00 136241.00 137786.00 143475.00
SULAWESI SELATAN 619084.00 626634.00 558935.00 552940.00 560989.00 567520.00 565601.00 572089.00 576559.00 592376.00
SULAWESI TENGGARA 66939.00 69432.00 73646.00 62286.00 65338.00 82806.00 89601.00 83356.00 85585.00 92280.00
GORONTALO 27598.00 25955.00 25561.00 25668.00 27794.00 31327.00 29062.00 29566.00 28707.00 30728.00
SULAWESI BARAT - - 60531.00 48884.00 50800.00 53220.00 56056.00 59476.00 55016.00 59020.00
MALUKU 8401.00 8542.00 8542.00 8657.00 10035.00 11461.00 11281.00 11451.00 14085.00 15972.00
MALUKU UTARA 11867.00 11867.00 11867.00 11867.00 11782.00 13630.00 8890.00 9478.00 9093.00 9359.00
PAPUA BARAT 4719.00 6290.00 7051.00 7735.00 8395.00 9116.00 9249.00 7711.00 7648.00 8330.00
PAPUA 36021.00 36021.00 28970.00 28970.00 26397.00 29018.00 27454.00 27757.00 27756.00 27756.00
INDONESIA 7876565.00 7844292.00 7743764.00 7791290.00 7855941.00 7991464.00 8068327.00 8002552.00 8095962.00 8127264.00
Sumber: BPS.go.id

Tabel Rekapitulasi Luas Penutupan Lahan Hutan dan Non Hutan Menurut Provinsi Tahun 2014-2019 (Ribu Ha)

2014 2015 2016 2017 2018 2019

Hutan Non Hutan Hutan Non Hutan Hutan Non Hutan Hutan Non Hutan Hutan Non Hutan Hutan Non Hutan

N Provins Luas Luas Luas Luas Luas Luas Luas Luas Luas Luas Luas Luas
o i Penut Penut Penut Penut Penut Penut Penut Penut Juml Penut Penut Juml Penut Penut Juml
upan upan Juml upan upan Juml upan upan Juml upan upan upan upan upan upan
% % % % % % % % ah % % ah % % ah
Lahan Lahan ah Lahan Lahan ah Lahan Lahan ah Lahan Lahan Lahan Lahan Lahan Lahan
(Ribu (Ribu (Ribu (Ribu (Ribu (Ribu (Ribu (Ribu (Ribu (Ribu (Ribu (Ribu
Ha) Ha) Ha) Ha) Ha) Ha) Ha) Ha) Ha) Ha) Ha) Ha)
(1
(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23) (24) (25) (26) (27) (23) (24) (25) (26) (27)
)

3 2 5 3 2 5 3 2 5 3 2 5 3 2 5 3 2 5
1 ACEH 55, 44, 56, 44, 57, 42, 55, 44, 55, 44, 55, 44,
156,7 490,6 647,3 161,9 485,4 647,3 270,9 376,4 647,3 120,2 527,1 647,3 110,2 537,1 647,3 155,6 491,7 647,3
9 1 0 0 9 1 3 7 1 9 9 1
SUMATE
1 5 7 1 5 7 1 5 7 1 5 7 1 5 7 1 5 7
2 RA 25, 74, 24, 75, 25, 74, 25, 74, 25, 75, 26, 73,
826,9 275,1 102,0 759,9 342,1 102,0 813,1 288,9 102,0 785,9 316,1 102,0 778,4 323,6 102,0 853,4 248,6 102,0
UTARA 7 3 8 2 5 5 1 9 0 0 1 9
SUMATE
1 2 4 1 2 4 1 2 4 1 2 4 1 2 4 1 2 4
3 RA 46, 53, 46, 53, 46, 54, 46, 53, 46, 53, 45, 54,
927,7 256,2 183,9 934,7 249,2 183,9 924,1 259,8 183,9 936,6 247,3 183,9 931,0 252,9 183,9 907,1 276,8 183,9
BARAT 1 9 2 8 0 0 3 7 2 8 6 4
2 6 8 2 6 8 2 6 8 2 6 8 2 6 8 2 6 8
4 RIAU 28, 71, 26, 73, 29, 70, 25, 74, 25, 74, 27, 72,
562,3 320,6 882,8 350,0 532,9 882,8 617,6 265,2 882,8 304,3 578,6 882,8 260,5 622,3 882,8 459,2 423,6 882,8
8 2 5 5 5 5 9 1 4 6 7 3
1 3 4 1 3 4 1 3 4 1 3 4 1 3 4 1 3 4
5 JAMBI 28, 71, 27, 72, 28, 71, 26, 73, 26, 73, 25, 74,
358,2 474,1 832,3 341,3 491,1 832,3 385,6 446,8 832,3 283,4 549,0 832,3 274,2 558,2 832,3 253,2 579,2 832,3
1 9 8 2 7 3 6 4 4 6 9 1
SUMATE
RA 1 7 8 1 7 8 1 7 8 1 7 8 1 7 8 1 7 8
6 17, 82, 13, 86, 17, 82, 13, 86, 13, 86, 16, 83,
SELATA 523,6 103,3 626,9 200,6 426,3 626,9 536,4 090,5 626,9 144,4 482,5 626,9 141,0 485,9 626,9 445,0 181,9 626,9
7 3 9 1 8 2 3 7 2 8 8 2
N
BENGKU 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
7 34, 65, 34, 65, 34, 66, 34, 65, 33, 66, 33, 66,
LU 693,0 309,9 002,9 688,9 314,0 002,9 681,5 321,4 002,9 685,1 317,9 002,9 677,2 325,7 002,9 674,6 328,3 002,9
6 4 4 6 0 0 2 8 8 2 7 3
LAMPU 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
8 10, 89, 90, 10, 89, 90, 90, 90,
NG 364,5 070,9 435,4 339,1 9,9 096,3 435,4 354,9 080,5 435,4 334,4 9,7 101,0 435,4 333,1 9,7 102,2 435,4 335,9 9,8 099,5 435,4
6 4 1 3 7 3 3 2
KEP.
BANGKA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
9 15, 84, 14, 85, 13, 86, 13, 86, 13, 86, 11, 88,
BELITUN 250,9 408,8 659,7 233,3 426,5 659,7 229,7 430,0 659,7 221,8 437,9 659,7 218,1 441,6 659,7 192,1 467,6 659,7
1 9 1 9 8 2 4 6 1 9 6 4
G
1 KEP.
34, 65, 30, 70, 32, 67, 32, 67, 32, 67, 33, 66,
0 RIAU 282,6 534,4 817,0 245,0 572,0 817,0 268,7 548,3 817,0 268,8 548,2 817,0 269,1 547,9 817,0 271,6 545,4 817,0
6 4 0 0 9 1 9 1 9 1 2 8
DKI
1
JAKART 99, 99, 99, 99, 99, 99,
1 0,3 0,5 65,1 65,3 0,3 0,5 65,0 65,3 0,3 0,5 65,1 65,3 0,3 0,5 65,0 65,3 0,3 0,5 65,0 65,3 0,3 0,5 65,0 65,3
A 5 5 5 5 5 5
1 JAWA 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3
17, 82, 17, 82, 17, 82, 17, 82, 17, 82, 21, 78,
2 BARAT 643,4 055,2 698,6 634,7 063,9 698,6 650,0 048,6 698,6 648,1 050,5 698,6 639,8 058,8 698,6 797,2 901,4 698,6
4 6 2 8 6 4 5 5 3 7 6 4
1 JAWA 2 3 1 2 3 2 3 1 2 3 1 2 3 2 3
22, 77, 29, 70, 22, 77, 29, 70, 29, 70, 19, 80,
3 TENGAH 776,7 679,9 456,6 019,5 437,1 456,6 787,3 669,2 456,6 019,7 436,9 456,6 019,0 437,6 456,6 665,1 791,4 456,6
5 5 5 5 8 2 5 5 5 5 2 8
DI
1 3
YOGYAK 10, 89, 10, 89, 14, 85, 10, 89, 10, 89, 10, 89,
4 34,5 285,0 319,4 34,3 285,2 319,4 45,9 273,5 194,0 34,6 284,8 319,4 34,0 285,4 319,4 32,6 286,8 319,4
ARTA 8 2 7 3 4 6 8 2 7 3 2 8
1 JAWA 1 3 4 1 3 4 1 3 4 1 3 4 1 3 4 1 3 4
28, 71, 28, 71, 29, 70, 28, 71, 28, 72, 25, 75,
5 TIMUR 367,9 469,8 837,7 365,8 471,9 837,7 435,6 402,0 837,7 367,8 469,8 837,7 356,3 481,3 837,7 207,3 630,4 837,7
3 7 2 8 7 3 3 7 0 0 0 0
1
BANTEN 16, 83, 16, 83, 17, 82, 17, 82, 17, 82, 15, 84,
6 154,8 784,4 939,2 151,4 787,8 939,2 167,1 772,1 939,2 162,9 776,3 939,2 163,2 775,9 939,2 147,1 792,1 939,2
5 5 1 9 8 2 3 7 4 6 7 3
1
BALI 18, 81, 18, 82, 16, 83, 16, 83, 16, 83, 17, 82,
7 102,7 464,1 566,9 102,1 464,7 566,9 91,6 475,3 566,9 94,9 472,0 566,9 94,6 472,6 566,9 99,8 467,0 566,9
1 9 0 0 2 8 7 3 7 3 6 4
NUSA
1 TENGGA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
42, 57, 40, 60, 46, 53, 40, 59, 39, 60, 44, 55,
8 RA 842,4 137,7 980,2 791,2 188,9 980,2 920,0 060,2 980,2 793,4 186,8 980,2 783,2 196,9 980,2 878,6 101,6 980,2
5 5 0 0 5 5 1 9 6 4 4 6
BARAT
NUSA
1 TENGGA 1 3 4 1 2 4 1 2 4 1 2 4 1 2 4 1 3 4
26, 73, 41, 58, 37, 62, 41, 58, 41, 58, 36, 63,
9 RA 245,2 477,4 722,5 967,0 755,5 722,5 760,8 961,8 722,5 977,2 745,3 722,5 957,2 765,4 722,5 719,2 003,4 722,5
4 6 7 3 3 7 9 1 4 6 4 6
TIMUR
KALIMA 1 1 1 1 1 1
2 5 8 5 8 5 8 5 8 5 8 5 8
NTAN 39, 60, 4 39, 60, 4 38, 61, 4 38, 61, 4 38, 61, 4 38, 61, 4
0 788,7 784,1 754,9 817,8 583,1 989,7 623,5 949,3 590,8 982,0 587,0 985,7
BARAT 7 3 572,8 5 5 572,8 3 7 572,8 6 4 572,8 4 6 572,8 3 7 572,8
KALIMA 1 1 1 1 1 1
2 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
NTAN 51, 48, 5 51, 48, 5 49, 50, 5 49, 50, 5 49, 50, 5 48, 51, 5
1 866,9 399,3 866,9 399,3 609,1 657,0 544,1 722,1 516,4 749,7 396,6 869,6
TENGAH 5 5 266,2 5 5 266,2 8 2 266,2 4 6 266,2 2 8 266,2 5 5 266,2
KALIMA
2 NTAN 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3
25, 74, 24, 75, 24, 75, 23, 77, 22, 77, 25, 75,
2 SELATA 940,3 773,7 713,9 899,6 814,3 713,9 897,0 817,0 713,9 855,5 858,4 713,9 840,9 873,0 713,9 926,9 787,0 713,9
3 7 2 8 2 8 0 0 6 4 0 0
N
KALIMA 1 1 1 1 1 1
2 13 5 12 6 13 6 12 6 12 6 12 6
NTAN 69, 30, 9 66, 34, 9 67, 32, 9 65, 35, 9 64, 35, 9 65, 34, 9
3 564,8 940,0 873,7 631,1 122,9 381,9 672,1 832,7 615,0 889,8 806,4 698,4
TIMUR 5 5 504,8 0 0 504,8 3 7 504,8 0 0 504,8 7 3 504,8 7 3 504,8
KALIMA
2
NTAN
4
UTARA
SULAWE
2 1 1 1 1 1 1
SI 39, 60, 38, 61, 38, 61, 38, 61, 38, 61, 38, 61,
5 563,8 875,7 439,5 560,1 879,4 439,5 555,3 884,3 439,5 557,1 882,5 439,5 553,2 886,3 439,5 555,4 884,2 439,5
UTARA 2 8 9 1 6 4 7 3 4 6 6 4
SULAWE
2 3 2 6 3 2 6 3 2 6 3 2 6 3 2 6 3 2 6
SI 63, 36, 64, 35, 63, 36, 63, 36, 63, 36, 63, 36,
6 806,6 228,1 034,7 907,9 126,8 034,7 854,3 180,4 034,7 846,5 188,2 034,7 825,1 209,6 034,7 816,3 218,5 034,7
TENGAH 1 9 8 2 9 1 7 3 4 6 2 8
SULAWE
2 SI 1 3 4 1 3 4 1 3 4 1 3 4 1 3 4 1 3 4
32, 67, 31, 68, 31, 68, 31, 68, 31, 68, 32, 67,
7 SELATA 481,3 017,1 498,4 433,6 064,8 498,4 415,4 083,0 498,4 404,4 094,0 498,4 409,8 088,6 498,4 457,8 040,6 498,4
9 1 9 1 5 5 2 8 3 7 4 6
N
SULAWE
2 SI 1 1 3 1 1 3 1 1 3 1 1 3 1 1 3 1 1 3
53, 46, 53, 47, 52, 47, 52, 48, 51, 48, 51, 48,
8 TENGGA 929,4 682,2 611,6 914,4 697,2 611,6 896,8 714,8 611,6 877,0 734,7 611,6 846,6 765,1 611,6 861,4 750,2 611,6
4 6 0 0 5 5 0 0 1 9 5 5
RA
2 GORON 1 1 1 1 1 1
59, 40, 59, 41, 57, 42, 59, 40, 59, 40, 59, 40,
9 TALO 710,8 487,7 198,5 707,5 491,0 198,5 692,7 505,8 198,5 709,9 488,6 198,5 710,3 488,2 198,5 717,6 480,9 198,5
3 7 0 0 8 2 2 8 3 7 9 1
SULAWE
3 1 1 1 1 1 1
SI 49, 50, 48, 51, 49, 51, 48, 51, 48, 51, 49, 51,
0 838,7 841,5 680,2 822,1 858,1 680,2 823,2 857,0 680,2 817,4 862,9 680,2 815,6 864,6 680,2 823,3 856,9 680,2
BARAT 9 1 9 1 0 0 6 4 5 5 0 0
3 MALUK 3 1 4 3 1 4 3 1 4 3 1 4 3 1 4 3 1 4
65, 34, 65, 34, 65, 34, 65, 34, 65, 34, 65, 34,
1 U 030,7 591,4 622,1 016,8 605,3 622,1 030,0 592,1 622,1 011,8 610,3 622,1 007,8 614,3 622,1 012,6 609,5 622,1
6 4 3 7 6 4 2 8 1 9 2 8
MALUK
3 2 1 3 2 1 3 1 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3
U 67, 32, 66, 33, 62, 37, 64, 35, 64, 35, 64, 35,
2 110,1 020,5 130,6 070,9 059,7 130,6 946,8 183,8 130,6 019,0 111,6 130,6 009,3 121,3 130,6 014,1 116,5 130,6
UTARA 4 6 1 9 2 8 5 5 2 8 3 7
3 PAPUA 8 9 8 9 8 9 8 9 8 9 8 9
92, 91, 91, 90, 90, 92,
3 BARAT 864,5 760,4 7,9 624,9 790,0 834,9 8,7 624,9 821,6 803,3 8,3 624,9 750,9 874,0 9,1 624,9 751,1 873,7 9,1 624,9 874,9 750,0 7,8 624,9
1 3 7 9 9 2
3 3 3 3 3 3
3 25 5 25 5 25 5 25 6 24 6 25 5
PAPUA 80, 19, 1 80, 19, 1 80, 19, 1 80, 19, 1 80, 19, 1 81, 19, 1
4 155,5 921,4 088,4 988,5 082,6 994,3 076,9 000,0 993,6 083,3 168,7 908,2
9 1 076,9 7 3 076,9 7 3 076,9 7 3 076,9 4 0 076,9 0 0 076,9
1 1 1 1 1 1
INDONE 95 91 95 92 95 92 93 93 93 94 94 93
51, 49, 87 50, 49, 87 50, 49, 87 50, 50, 87 49, 50, 87 50, 49, 87
SIA 766,4 985,5 028,0 723,9 271,9 480,0 949,7 802,1 526,2 225,7 114,1 637,8
0 0 751,9 6 4 751,9 7 3 751,9 0 0 751,9 8 2 751,9 1 9 751,9
Sumber: Buku Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia 2014-2018,
kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Keterangan: Data provinsi Kalimantan Timur merupakan data gabungan
antara Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara

Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup.

 Pencapaian target penurunan emisi karbon (dephut.go.id)

Strategi untuk pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup, meliputi :

a. Menetapkan kawasan lindung di ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi;
b. Mewujudkan kawasan berfungsi lindung dalam wilayah:

Pulau Jawa – Bali dengan luas palinhh sedikit 30 % dari luas pulau tersebut sesuai dengan kondisi, karakter, dan fungsi ekosistemnya serta tersebar secara proporsional.

c. Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung akibat pengemb angan kegiaitan budi daya dalam rangka mewujudkan ndan memlihara keseimbangan ekosistem wilayah;
d. Mengendalikam pemanfaatan dan penggunaan kawasan uyang berpotensi mengganggu fungsi lindung; dan
e. Mewujudkan, memelihara, dan meningkatkan fungsi kawasan lindung dalam rangka meningkatkan daya dukung daerah aliran sungai.

Strategi untuk pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat mmenimbulkan kerusakan lingkungan hidup meliputi:

a. Menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup;


b. Melindungi dan meningkatkan kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan dan / atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampi mendukung
perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya;
c. Melindungi dan memningkatkan kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan / atau komponen lain yang dibuang ke dalamnya;
d. Mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung menimbulkan perubahan fisik lingkunga yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam
menunjang pembangunan yang berkelanjutan;
e. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan;
f. Mengelola sumber daya alam tak terbarukamm untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan sumber daya alam yang terbarukan untuk menjamin kesinambunugan ketersedianya
dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaregamannya; dan
g. Mengembangkan kegiatan budidaya yang mempunyai daya adaptasi bencana di kawasan rawan bencana dan kawasan risiko perubahan iklim.

Kebijakan pengembangan kawasan budidaya meliputi :

a. Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antarkegiatan budi daya; dan
b. Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan.

Strategi untuk perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antarkegiatan budi daya meliputi:
TEORI DALAM RANGKA PENGEMBANGAN WILAYAH SKALA MIKRO; MESO; DAN MAKRO,
PERENCANAAN TARGET DAN PENCAPAIAN MAKRO DAN MIKRO EKONOMI, SERTA
PERUMUSAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

TEORI DALAM RANGKA PENGEMBANGAN WILAYAH SKALA MIKRO; MESO; DAN MAKRO

• Teori Yang digunakan mencakup 3 indikator - indikator dengan masing – masing indikatornya terdiri dari 2 jenis parameter, sebagai berikut ( Destarita, 2019) :

• A. Indikator Akses dengan 2 macam parameter :

1. linear dengan maksud merupakan jalan utama yang dibangun tanpa ada penambahan lebar jalan dan rute. Dengan contoh : jalan tol; jalan arteri primer;

2. Circular dengan maksud jalan tambahan yang menghubungkan jalan tol dan arteri primer dengan jalan kolektor yang terhubung sebagai persimpangan ( pertigaan atau perempatan), ruas
dan lebarnya menyesuaikan kebutuhan berdasarkan rencana tata ruang dan panjangnya sesuai dengan Panjang jalan tol dan arteri primer yang akan dihubungkan dengan jalan kolektornya;
TEORI DALAM RANGKA PENGEMBANGAN WILAYAH SKALA MIKRO; MESO; DAN MAKRO

• Teori Yang digunakan mencakup 3 indikator - indikator dengan masing – masing indikatornya terdiri dari 2 jenis parameter, sebagai berikut ( Destarita, 2019) :

• B. Indikator Hierarki dengan 2 macam parameter :

1. Horizontal dengan maksud merupakan pola penyebaran tata ruang terpusat, dimana ada 1 kota dikelilingan dengan 1 kabupaten. Dengan contoh : Kota Salatiga dikelilingi oleh Kabupaten
Semarang;
2. Vertikal dengan maksud merupakan pola penyebaran tata ruang searah, dimana ada 1 kabupaten berbatasan dengan 1 kabupaten lainnya. Dengan contoh : Kabupaten Semarang yang
berbatasan dengan Kabupaten Boyolali.
TEORI DALAM RANGKA PENGEMBANGAN WILAYAH SKALA MIKRO; MESO; DAN MAKRO

• Teori Yang digunakan mencakup 3 indikator - indikator dengan masing – masing indikatornya terdiri dari 2 jenis parameter, sebagai berikut ( Destarita, 2019) :

• C. Indikator Keterhubungan dengan 2 macam parameter :


1. Intra Regional Linkage dengan maksud merupakan jalur atau sirip struktur yang menghubungkan antar provinsi dalam satu pulau atau antar kabupaten/kota dalam 1 provinsi atau antar
kecamatan dalam 1 kabupaten / kota. Dengan contoh : Kota Kediri dan Kabupaten Sidoarjo masing – masing dihubungkan dengan bandara dan jalan tol maupun Kota Lamongan dan Gresik
masing – masing dihubungkan dengan Pelabuhan dan jalan tol;

2. Inter Regional Linkage dengan maksud merupakan jalur atau sirip struktur yang menghubungkan antar kabupaten / kota dalam provinsi yang berdekatan atau antar provinsi dalam 2 pulau
yang berdekatan atau antar pulau yang berdekatan. Dengan contoh : Kabupaten Lampung Selatan dengan Kota Cilegon dihubungkan dengan Pelabuhan, Provinsi Bali dan provinsi Nusa
Tenggara Barat dihubungkan dengan bandara, dan Pulau Jawa dengan Pulau Sulawesi dan Pulau Kalimantan yang dihubungkan dengan ALKI ( tol laut) dengan maksud menghubungkan pulau
Jawa dengan negara Singapura, Thailand, Vietnam dan Filiphina.
TEORI DALAM RANGKA PERENCANAAN TARGET DAN PENCAPAIAN MAKRO DAN MIKRO EKONOMI
KONSEP DAN PENGATURAN JALUR DISTRIBUSI BARANG DAN ORANG DI DALAM NEGERI DAN KE LUAR NEGERI

• Berdasarkan pelaksanaan Kebijakan Tol Laut, ALKI yang sudah ada, maka ditentukan sebagai berikut :

a. Radial ( Menyebar) untuk menghubungkan Pusat atau Market Share dan Market Size terbesar ( Pulau Jawa) ke Kepulauan – Kepulauan lainnya di Bagian Baratnya : Sumatera dengan
asal bandara dan pelabuhan dari provinsi Banten; di Utaranya ( Kalimantan) dengan asal bandara dan Pelabuhan di Provinsi Jawa Barat; di Timur lautnya ( Sulawesi) dengan asal Pelabuhan
dan bandaranya dari Jawa Tengah, di timurnya ( Bali) asal Pelabuhan dan bandara dari Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur dengan asal Pelabuhan dan bandara dari
Provinsi Bali; dan Maluku Utara-Maluku-Papua Barat dan Papua dengan asal Pelabuhan dan bandara dari Sulawesi Tenggara) ; Maluku Utara ke Pelabuhan dan bandara di Papua Barat; dan
Maluku ke Pelabuhan dan bandara di Papua.

b. Linear untuk kepulauan – kepulauan yang berbatasan ;

c. Clock wise untuk provinsi- provinsi dalam 1 kepulauan.


TEORI DALAM RANGKA PERUMUSAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

• Merujuk pada Peraturan Presiden tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2020 – 2024; maka diterapkan pola distribusi penduduk dan pendanaan pembangunan dengan
mempertahankan keseimbangan antara daerah maju ( developed regions) dan daerah berkembang ( developing regions). Diperkuat dengan teori Compact City, sehingga semua
wilayah tertutup ( Kawasan Lindung berupa KBSN dan Budidaya berupa WPS)

• Diterapkan dalam penyusunan RTR KSN sudut kepentingan ekonomi baik berupa Kawasan perkotaan (Wilayah Pengembangan Strategis); dan non perkotaan atau Kawasan perdesaan
(Kawasan Budidaya Strategis Nasional) di masing – masing Kepulauan ( Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 2015-2019 dan Rencana Strategis
Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional 2015 – 2024)

• KSN PERKOTAAN EKSISTING DAN PERLUASAN KSN NON PERKOTAAN


• KSN Mebidangro mencakup Provinsi Sumatera Utara dengan perluasan sampai dengan Provinsi Aceh, dan penduduk pulau – pulau terluar dipidahkan ke pulau utama masih di sub – pulau
tersebut ( Sumatera Bagian Utara); dengan konsekuennsi Pulau – pulau terkecil sebagai barrier terhadap tsunami dan wilayah eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam dan teknologi tinggi
juga sebagaimana kegiatan eksisting sebagai Kawasan pertahanan dan keamanan;

• KSN Patunglaya mencakup Provinsi Sumatera Selatan dengan perluasan sampai dengan Provinsi Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Bengkulu, serta Jambi dan penduduk pulau – pulau
terluar dipidahkan ke pulau utama masih di sub – pulau tersebut ( Sumatera Bagian Tengah); dengan konsekuennsi Pulau – pulau terkecil sebagai barrier terhadap tsunami dan wilayah
eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam dan teknologi tinggi juga sebagaimana kegiatan eksisting sebagai Kawasan pertahanan dan keamanan;

• KSN Jabodetabekpunjur dan Cekungan Bandung mencakup Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten dengan perluasan sampai dengan Provinsi Lampung, dan penduduk pulau – pulau
terluar dipidahkan ke pulau utama masih di sub – pulau tersebut ( Jawa bagian Barat); dengan konsekuennsi Pulau – pulau terkecil sebagai barrier terhadap tsunami dan wilayah eksplorasi dan
eksploitasi sumber daya alam dan teknologi tinggi juga sebagaimana kegiatan eksisting sebagai Kawasan pertahanan dan keamanan;

• KSN Kedung Sepur mencakup Provinsi Jawa Tengah dengan perluasan sampai dengan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dan penduduk pulau – pulau terluar dipidahkan ke pulau utama
masih di sub – pulau tersebut ( Jawa Bagian Tengah); dengan konsekuennsi Pulau – pulau terkecil sebagai barrier terhadap tsunami dan wilayah eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam
dan teknologi tinggi juga sebagaimana kegiatan eksisting sebagai Kawasan pertahanan dan keamanan;

• KSN Banjar Bakula mencakup Provinsi Kalimantan Selatan dengan perluasan sampai dengan Provinsi Kalimantan Tengah, juga Kalimantan Barat dan penduduk pulau – pulau terluar
dipidahkan ke pulau utama masih di sub – pulau tersebut ( Kalimantan bagian selatan sampai barat); dengan konsekuennsi Pulau – pulau terkecil sebagai barrier terhadap tsunami dan wilayah
eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam dan teknologi tinggi juga sebagaimana kegiatan eksisting sebagai Kawasan pertahanan dan keamanan;

• KSN Ibu Kota Negara mencakup Provinsi Kalimantan Timur dengan perluasan sampai dengan Provinsi Kalimantan Utara, dan penduduk pulau – pulau terluar dipidahkan ke pulau utama masih
di sub – pulau tersebut ( Kalimantan bagian Timur sampai Utara); dengan konsekuennsi Pulau – pulau terkecil sebagai barrier terhadap tsunami dan wilayah eksplorasi dan eksploitasi sumber
daya alam dan teknologi tinggi juga sebagaimana kegiatan eksisting sebagai Kawasan pertahanan dan keamanan;

• KSN Mamminasata mencakup Provinsi Sulawesi Selatan dengan perluasan sampai dengan Provinsi Sulawesi Barat dan Provinsi Sulawesi Tengah, dan penduduk pulau – pulau terluar
dipidahkan ke pulau utama masih di sub – pulau tersebut ( Sulawesi bagian Selatan sampai Tengah); dengan konsekuennsi Pulau – pulau terkecil sebagai barrier terhadap tsunami dan wilayah
eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam dan teknologi tinggi juga sebagaimana kegiatan eksisting sebagai Kawasan pertahanan dan keamanan;

• KSN Bimindo mencakup Provinsi Sulawesi Utara dengan perluasan sampai dengan Provinsi Gorontalo dan Provinsi Sulawesi Tenggara, dan penduduk pulau – pulau terluar dipidahkan ke pulau
utama masih di sub – pulau tersebut ( Sulawesi bagian Tenggara sampai Utara); dengan konsekuennsi Pulau – pulau terkecil sebagai barrier terhadap tsunami dan wilayah eksplorasi dan
eksploitasi sumber daya alam dan teknologi tinggi juga sebagaimana kegiatan eksisting sebagai Kawasan pertahanan dan keamanan;

• KSN Sarbagita mencakup Provinsi Bali dengan perluasan sampai dengan Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Provinsi Nusa Tenggara Timur, dan penduduk pulau – pulau terluar dipidahkan ke
pulau utama masih di sub – pulau tersebut ( Bali dan Nusa Tenggara); dengan konsekuennsi Pulau – pulau terkecil sebagai barrier terhadap tsunami dan wilayah eksplorasi dan eksploitasi
sumber daya alam dan teknologi tinggi juga sebagaimana kegiatan eksisting sebagai Kawasan pertahanan dan keamanan;

• KSN Gerbangkertosusila mencakup Provinsi Jawa Timur dengan perluasan sampai dengan Provinsi Maluku, Provinsi Maluku Utara, Provinsi Papua, serta Provinsi Papua Barat, dan penduduk
pulau – pulau terluar dipidahkan ke pulau utama masih di sub – pulau tersebut ( Jawa Bagian Timur, seluruh Maluku, dan seluruh Papua); dengan konsekuennsi Pulau – pulau terkecil sebagai
barrier terhadap tsunami dan wilayah eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam dan teknologi tinggi juga sebagaimana kegiatan eksisting sebagai Kawasan pertahanan dan keamanan;
`
Strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota paling sedikit mengacu pada :

a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;


b. RTR Pulau / Kepulauan;
c. RTR KSN; dan
d. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi.
TRADE
KODE SUB PULAU / NAMA GOVERNMENT EDUCATION INDUSTRIAL CENTR HOUSING
KEPULAUAN PROVINSI TAHUN SPENDING SPACES ESTATES ES ESTATES OFFICE BUILDINGS
BUDGET
GROUP OF PROVINCES PROVINCES YEARS IPM EKSPOR IMPOR PENDUDUK INFLATION
1 ACEH 2010 19572175.74 67.09 1 326,3 223,6 4494410 4.64
1 ACEH 2011 22804177.33 67.45 1 406,3 345,7 4494410 3.32
1 ACEH 2012 25153975.63 67.81 1 197,2 546,1 4494410 0.06
1 ACEH 2013 29655933.43 68.30 930,4 483,5 4494410 6.39
1 ACEH 2014 31463525.27 68.81 501,2 459,2 4494410 7.83
1 ACEH 2015 35180034.54 69.45 38,8 1213,1 4494410 1.27
1 ACEH 2016 31802695.62 70.00 0,0 1059,2 4494410 3.13
1 ACEH 2017 34058018.76 70.60 0,0 1106,4 4494410 4.86
1 ACEH 2018 35423023.59 71.19 0,8 1656,7 4494410 1.93
1 ACEH 2019 38121413.50 71.90 4,8 1593,1 4494410 1.93
1 ACEH 2020 35299828.62 71.99 0,3 1569,7 4494410 1.93
1 SUMATERA UTARA 2010 25707619.69 67.09 7 429,0 3296,3 12982204 7.65
1 SUMATERA UTARA 2011 29568520.01 67.34 10 057,7 4606,5 12982204 3.54
1 SUMATERA UTARA 2012 33386620.71 67.74 8 871,9 4775,6 12982204 3.79
1 SUMATERA UTARA 2013 37523215.11 68.36 7 982,3 4826,3 12982204 10.09
1 SUMATERA UTARA 2014 40798560.90 68.87 7 808,1 4777,7 12982204 8.24
1 SUMATERA UTARA 2015 43960453.55 69.51 6 618,1 3771,1 12982204 3.32
1 SUMATERA UTARA 2016 46072715.84 70.00 6 768,8 3669,9 12982204 6.60
1 SUMATERA UTARA 2017 51838128.31 70.57 8 111,6 4392,7 12982204 3.18
1 SUMATERA UTARA 2018 56298765.87 71.18 7 743,3 5206,3 12982204 1.00
1 SUMATERA UTARA 2019 57417178.40 71.74 6 786,8 4256,6 12982204 1.00
1 SUMATERA UTARA 2020 56258272.38 71.77 6 921,4 3786,1 12982204 1.00
2 SUMATERA BARAT 2010 14298111.53 67.25 2 214,6 223,6 4846909 7.84
2 SUMATERA BARAT 2011 15856436.96 67.81 3 030,0 345,7 4846909 5.37
2 SUMATERA BARAT 2012 17675534.77 68.36 2 362,9 546,1 4846909 4.16
2 SUMATERA BARAT 2013 19683675.57 68.91 2 208,6 483,5 4846909 10.87
2 SUMATERA BARAT 2014 21622467.67 69.36 2 105,4 459,2 4846909 11.90
2 SUMATERA BARAT 2015 24255718.84 69.98 1 753,1 1213,1 4846909 0.85
2 SUMATERA BARAT 2016 25511598.02 70.73 1 708,1 1059,2 4846909 5.02
2 SUMATERA BARAT 2017 26894124.14 71.24 2 045,5 1106,4 4846909 2.11
2 SUMATERA BARAT 2018 28994008.80 71.73 1 598,1 1656,7 4846909 2.55
2 SUMATERA BARAT 2019 31103493.49 72.39 1 337,7 1593,1 4846909 2.55
2 SUMATERA BARAT 2020 28852523.81 72.38 1 531,3 1569,7 4846909 2.55
2 RIAU 2010 15917523.93 68.65 11 855,0 504,7 5538367 7.00
2 RIAU 2011 18344814.53 68.90 16 594,6 1175,2 5538367 5.09
2 RIAU 2012 19750383.10 69.15 15 552,0 1084,9 5538367 3.35
2 RIAU 2013 21227801.18 69.91 14 197,8 1064,5 5538367 8.83
2 RIAU 2014 20562897.64 70.33 14 021,3 778,1 5538367 8.53
2 RIAU 2015 23462836.56 70.84 11 416,4 492,5 5538367 2.71
2 RIAU 2016 25547536.97 71.20 10 894,4 332,7 5538367 4.19
2 RIAU 2017 26760715.29 71.79 12 979,7 391,2 5538367 4.07
2 RIAU 2018 27733833.57 72.44 12 506,6 436,9 5538367 2.54
2 RIAU 2019 31529677.36 73.00 8 961,7 502,4 5538367 2.54
2 RIAU 2020 32802658.50 72.71 10 403,9 310,1 5538367 2.54
2 KEP. RIAU 2010 6740477.81 71.13 8 328,1 118,2 1679163 6.17
2 KEP. RIAU 2011 7599014.19 71.61 11 346,3 1728,4 1679163 3.32
2 KEP. RIAU 2012 8661512.44 72.36 10 462,8 2730,5 1679163 3.92
2 KEP. RIAU 2013 9780476.89 73.02 11 618,7 2417,3 1679163 10.09
2 KEP. RIAU 2014 10962687.42 73.40 9 116,8 2296,2 1679163 7.49
2 KEP. RIAU 2015 12384396.32 73.75 7 549,8 6065,7 1679163 2.46
2 KEP. RIAU 2016 13810271.14 73.99 7 411,7 5295,9 1679163 3.06
2 KEP. RIAU 2017 14737145.11 74.45 7 232,2 5531,9 1679163 3.37
2 KEP. RIAU 2018 14732688.97 74.84 7 883,9 8283,3 1679163 2.36
2 KEP. RIAU 2019 15130646.71 75.48 8 323,7 7965,5 1679163 2.36
2 KEP. RIAU 2020 14952633.06 75.59 9 481,8 7848,5 1679163 2.36
3 JAMBI 2010 8024190.02 65.39 4 184,6 223,6 3092265 10.52
3 JAMBI 2011 9417666.96 66.14 5 348,9 345,7 3092265 2.76
3 JAMBI 2012 10881354.28 66.94 5 130,6 546,1 3092265 4.22
3 JAMBI 2013 12000226.23 67.76 4 646,9 483,5 3092265 8.74
3 JAMBI 2014 13000173.13 68.24 5 075,4 459,2 3092265 8.72
3 JAMBI 2015 14353139.19 68.89 4 086,9 1213,1 3092265 1.37
3 JAMBI 2016 14663951.76 69.62 3 683,2 1059,2 3092265 4.54
3 JAMBI 2017 15936632.29 69.99 4 650,0 1106,4 3092265 2.68
3 JAMBI 2018 16968265.43 70.65 5 033,7 1656,7 3092265 3.02
3 JAMBI 2019 18189861.51 71.26 4 331,0 1593,1 3092265 3.02
3 JAMBI 2020 17840939.69 71.29 3 533,6 1569,7 3092265 3.02
SUMATERA
3 SELATAN 2010 15769668.87 64.44 3 513,6 359,3 7450394 6.02
SUMATERA
3 SELATAN 2011 18500923.96 65.12 5057,4 552,2 7450394 3.78
SUMATERA
3 SELATAN 2012 20445006.34 65.79 4 371,7 506,4 7450394 2.72
SUMATERA
3 SELATAN 2013 22542613.64 66.16 3 915,6 551,3 7450394 7.04
SUMATERA
3 SELATAN 2014 24444772.49 66.75 3 083,8 740 7450394 8.38
SUMATERA
3 SELATAN 2015 25889700.37 67.46 2 442,4 1435,5 7450394 3.05
SUMATERA
3 SELATAN 2016 26313943.52 68.24 1 978,6 977,7 7450394 3.68
SUMATERA
3 SELATAN 2017 29902575.60 68.86 3 307,4 398,7 7450394 2.85
SUMATERA
3 SELATAN 2018 32460274.02 69.39 3 734,1 718,7 7450394 2.78
3 SUMATERA 2019 36686874.55 70.02 3 611,9 503,3 7450394 2.78
SELATAN
SUMATERA
3 SELATAN 2020 32465000.46 70.01 3 050,2 936,9 7450394 2.78
3 BENGKULU 2010 5681452.76 65.35 4 184,6 223,6 1715518 9.08
3 BENGKULU 2011 6214001.11 65.96 5 348,9 345,7 1715518 3.96
3 BENGKULU 2012 6867336.72 66.61 5 130,6 546,1 1715518 4.61
3 BENGKULU 2013 7615202.55 67.50 4 646,9 483,5 1715518 9.94
3 BENGKULU 2014 8850671.55 68.06 5 075,4 459,2 1715518 10.85
3 BENGKULU 2015 10231616.83 68.59 4 086,9 1213,1 1715518 3.25
3 BENGKULU 2016 11235134.10 69.33 3 683,2 1059,2 1715518 5.00
3 BENGKULU 2017 12028795.14 69.95 4 650,0 1106,4 1715518 3.56
3 BENGKULU 2018 13051200.00 70.64 5 033,7 1656,7 1715518 2.35
3 BENGKULU 2019 13880337.00 71.21 4 331,0 1593,1 1715518 2.35
3 BENGKULU 2020 14261866.07 71.40 3 533,6 1569,7 1715518 2.35
KEP. BANGKA
3 BELITUNG 2010 3480126.96 66.02 4 184,6 223,6 1223296 9.36
KEP. BANGKA
3 BELITUNG 2011 4035831.92 66.59 5 348,9 345,7 1223296 5.00
KEP. BANGKA
3 BELITUNG 2012 4592183.44 67.21 5 130,6 546,1 1223296 6.57
KEP. BANGKA
3 BELITUNG 2013 5249823.87 67.92 4 646,9 483,5 1223296 8.71
KEP. BANGKA
3 BELITUNG 2014 5768625.90 68.27 5 075,4 459,2 1223296 6.81
KEP. BANGKA
3 BELITUNG 2015 6423805.18 69.05 4 086,9 1213,1 1223296 4.66
KEP. BANGKA
3 BELITUNG 2016 7250911.64 69.55 3 683,2 1059,2 1223296 7.78
KEP. BANGKA
3 BELITUNG 2017 7691271.99 69.99 4 650,0 1106,4 1223296 2.66
KEP. BANGKA
3 BELITUNG 2018 8065844.82 70.67 5 033,7 1656,7 1223296 3.45
KEP. BANGKA
3 BELITUNG 2019 8702146.57 71.30 4 331,0 1593,1 1223296 3.45
KEP. BANGKA
3 BELITUNG 2020 8636405.04 71.47 3 533,6 1569,7 1223296 3.45
4 LAMPUNG 2010 12483702.35 63.71 2 467,4 866,7 7608405 9.95
4 LAMPUNG 2011 14518137.08 64.20 3 222,6 1247,8 7608405 4.24
4 LAMPUNG 2012 16587050.20 64.87 3 698,4 1716,2 7608405 4.30
4 LAMPUNG 2013 18426476.90 65.73 3 892,3 1552,9 7608405 7.56
4 LAMPUNG 2014 20697888.09 66.42 3 856,7 1393,1 7608405 8.36
4 LAMPUNG 2015 23972125.49 66.95 2 315,9 1474 7608405 4.65
4 LAMPUNG 2016 25534195.80 67.65 1 873,6 1535,9 7608405 2.75
4 LAMPUNG 2017 26627970.00 68.25 2 132,2 1489,9 7608405 3.14
4 LAMPUNG 2018 27876520.81 69.02 1 714,2 1365,3 7608405 2.92
4 LAMPUNG 2019 29201111.71 69.57 1 561,2 1087,4 7608405 2.92
4 LAMPUNG 2020 29387687.52 69.69 1 555,9 911,7 7608405 2.92
4 BANTEN 2010 12440201.36 67.54 938,0 7603,7 10632166 6.18
4 BANTEN 2011 14690532.87 68.22 1 106,5 10454,3 10632166 2.78
4 BANTEN 2012 16606262.30 68.92 719,9 10424,7 10632166 4.41
4 BANTEN 2013 18671954.43 69.47 928,4 10690,8 10632166 9.16
4 BANTEN 2014 19237577.65 69.89 895,8 10605,5 10632166 11.27
4 BANTEN 2015 21118167.43 70.27 591,2 7585,6 10632166 4.67
4 BANTEN 2016 22897756.57 70.96 735,3 6555,5 10632166 3.26
4 BANTEN 2017 24616488.96 71.42 1 098,9 8135,2 10632166 5.17
4 BANTEN 2018 27576241.87 71.95 1 249,5 9326 10632166 3.78
4 BANTEN 2019 29744840.99 72.44 1 227,6 8098,4 10632166 3.78
4 BANTEN 2020 27343037.41 72.45 938,7 7350,4 10632166 3.78
5 DKI JAKARTA 2010 136946657.70 76.31 39519,8 67716,9 9607787 6.21
5 DKI JAKARTA 2011 159302046.31 76.98 46349 88308,7 9607787 3.97
5 DKI JAKARTA 2012 183259652.61 77.53 48018,2 96406,5 9607787 4.52
5 DKI JAKARTA 2013 211344789.27 78.08 47288,6 89522,4 9607787 8.00
5 DKI JAKARTA 2014 222659398.25 78.39 48108 84279,6 9607787 8.95
5 DKI JAKARTA 2015 260416641.32 78.99 46355,3 70899,3 9607787 3.30
5 DKI JAKARTA 2016 288981665.15 79.60 45993,2 71070,8 9607787 2.37
5 DKI JAKARTA 2017 306859749.57 80.06 51,675,9 81310,5 9607787 3.72
5 DKI JAKARTA 2018 354471421.51 80.47 54483,9 93573,4 9607787 3.27
5 DKI JAKARTA 2019 360977058.91 80.76 54044,4 88077,8 9607787 3.27
5 DKI JAKARTA 2020 413163767.16 80.77 53655,1 71751,4 9607787 3.27
5 JAWA BARAT 2010 54922081.00 66.15 941,5 3108,2 43053732 4.53
5 JAWA BARAT 2011 59786927.33 66.67 1012,5 5620,4 43053732 2.75
5 JAWA BARAT 2012 68994157.99 67.32 674,1 6168,2 43053732 4.02
5 JAWA BARAT 2013 73717544.96 68.25 442,7 5897,7 43053732 7.97
5 JAWA BARAT 2014 81202692.40 68.80 851,8 5766,6 43053732 7.76
5 JAWA BARAT 2015 98292764.94 69.50 351 4905 43053732 3.93
5 JAWA BARAT 2016 100672816.97 70.05 210,4 4714,9 43053732 2.93
5 JAWA BARAT 2017 107939500.30 70.69 207,1 6570,4 43053732 3.46
5 JAWA BARAT 2018 112935058.42 71.30 230,7 8050,9 43053732 3.76
5 JAWA BARAT 2019 117448944.50 72.03 207,7 6444,3 43053732 3.76
5 JAWA BARAT 2020 118688957.77 72.09 184,3 5043,2 43053732 3.76
6 JAWA TENGAH 2010 49467504.64 66.08 3863,2 9618,8 32382657 7.11
6 JAWA TENGAH 2011 55282980.32 66.64 4678,3 12998,1 32382657 2.87
6 JAWA TENGAH 2012 61581493.37 67.21 4637,1 13972,4 32382657 4.85
6 JAWA TENGAH 2013 69299782.96 68.02 5319,7 15735,8 32382657 8.19
6 JAWA TENGAH 2014 75556448.86 68.78 5626,9 15767,9 32382657 8.53
6 JAWA TENGAH 2015 85225912.08 69.49 5369,8 10717 32382657 2.56
6 JAWA TENGAH 2016 87589147.24 69.98 5384,6 8769,1 32382657 2.32
6 JAWA TENGAH 2017 94261559.47 70.52 5982,3 10457,3 32382657 3.64
6 JAWA TENGAH 2018 98717169.57 71.12 6579 14266,8 32382657 2.76
6 JAWA TENGAH 2019 103209517.34 71.73 6743,6 12355,5 32382657 2.76
6 JAWA TENGAH 2020 98359804.69 71.87 6455,7 8635,6 32382657 2.76
6 DI YOGYAKARTA 2010 9847893.44 75.37 2446,8 3108,2 3457491 7.38
6 DI YOGYAKARTA 2011 11039649.77 75.93 3500,5 5620,4 3457491 3.88
6 DI YOGYAKARTA 2012 11982949.65 76.15 3954,2 6168,2 3457491 4.31
6 DI YOGYAKARTA 2013 13629833.88 76.44 3690 5897,7 3457491 7.32
6 DI YOGYAKARTA 2014 15347428.32 76.81 5299,8 5766,6 3457491 6.59
6 DI YOGYAKARTA 2015 17214154.28 77.59 4776,6 4905 3457491 3.09
6 DI YOGYAKARTA 2016 18321761.49 78.38 6005,7 4714,9 3457491 2.29
6 DI YOGYAKARTA 2017 19508071.64 78.89 5003,4 6570,4 3457491 4.20
6 DI YOGYAKARTA 2018 21382113.04 79.53 4567,7 8050,9 3457491 2.66
6 DI YOGYAKARTA 2019 22434453.68 79.99 4522,8 6444,3 3457491 2.66
6 DI YOGYAKARTA 2020 22889206.61 79.97 3095,1 5043,2 3457491 2.66
7 JAWA TIMUR 2010 59765151.65 65.36 14209,8 12 475,2 37476757 7.33
7 JAWA TIMUR 2011 70530906.42 66.06 16964,4 15 721,7 37476757 4.72
7 JAWA TIMUR 2012 86194972.19 66.74 13557,2 16 430,7 37476757 4.39
7 JAWA TIMUR 2013 93232474.47 67.55 12761,5 17 463,6 37476757 7.52
7 JAWA TIMUR 2014 96944244.35 68.14 14528,7 17 449,7 37476757 7.90
7 JAWA TIMUR 2015 104912333.83 68.95 13156,4 13 841,2 37476757 3.43
7 JAWA TIMUR 2016 100536919.26 69.74 13994,1 13 593,1 37476757 3.22
7 JAWA TIMUR 2017 109444001.07 70.27 15737,7 15 472,2 37476757 4.37
7 JAWA TIMUR 2018 120991067.09 70.77 16985,6 17 652,6 37476757 3.03
7 JAWA TIMUR 2019 131003936.27 71.50 16536,8 16 545,7 37476757 3.03
7 JAWA TIMUR 2020 129886860.99 71.71 16618,7 14 546,3 37476757 3.03
7 BALI 2010 10949789.04 70.10 373,4 949,1 3890757 8.10
7 BALI 2011 12772674.64 70.87 376,033 1 056,5 3890757 3.75
7 BALI 2012 14643132.46 71.62 347,367 191,2 3890757 4.71
7 BALI 2013 16611925.76 72.09 327,57 281,9 3890757 7.35
7 BALI 2014 15985791.10 72.48 297,267 306,0 3890757 8.03
7 BALI 2015 17750679.10 73.27 745,13 140,8 3890757 2.70
7 BALI 2016 19977806.53 73.65 783,87 173,1 3890757 2.94
7 BALI 2017 22603583.30 74.30 646,2 136,0 3890757 3.31
7 BALI 2018 24531443.84 74.77 457,1 314,1 3890757 3.40
7 BALI 2019 26717603.75 75.38 407,03 261,1 3890757 3.40
7 BALI 2020 28068998.65 75.50 327,57 123,3 3890757 3.40
NUSA TENGGARA
7 BARAT 2010 9183330.60 61.16 1995,5 318,2 4500212 11.07
NUSA TENGGARA
7 BARAT 2011 10399526.98 62.14 1136,93 328,9 4500212 6.38
NUSA TENGGARA
7 BARAT 2012 11160516.74 62.98 596,67 283,7 4500212 4.10
NUSA TENGGARA
7 BARAT 2013 11658708.80 63.76 400,867 314,0 4500212 9.27
NUSA TENGGARA
7 BARAT 2014 15387606.46 64.31 307,97 1 158,7 4500212 7.18
NUSA TENGGARA
7 BARAT 2015 16862329.01 65.19 491,13 145,3 4500212 3.25
NUSA TENGGARA
7 BARAT 2016 17766902.48 65.81 525,17 111,6 4500212 2.47
NUSA TENGGARA
7 BARAT 2017 19218414.15 66.58 366,7 81,7 4500212 3.59
NUSA TENGGARA
7 BARAT 2018 19757219.46 67.30 157,8 161,3 4500212 3.15
NUSA TENGGARA
7 BARAT 2019 20238840.55 68.14 64,83 180,7 4500212 3.15
NUSA TENGGARA
7 BARAT 2020 20758268.34 68.25 197,07 193,9 4500212 3.15
NUSA TENGGARA
7 TIMUR 2010 11979590.90 59.21 34,1 36,4 4683827 9.97
NUSA TENGGARA
7 TIMUR 2011 13934970.82 60.24 26,33 34,1 4683827 4.32
NUSA TENGGARA
7 TIMUR 2012 15958534.47 60.81 44,067 61,4 4683827 5.10
NUSA TENGGARA
7 TIMUR 2013 17083005.23 61.68 20,867 161,1 4683827 8.84
NUSA TENGGARA
7 TIMUR 2014 19486122.13 62.26 21,67 63,12 4683827 8.32
NUSA TENGGARA
7 TIMUR 2015 22091092.85 62.67 515,13 20,7 4683827 5.07
NUSA TENGGARA
7 TIMUR 2016 23994706.03 63.13 558,27 63 4683827 2.31
NUSA TENGGARA
7 TIMUR 2017 25754331.57 63.73 389,3 54,2 4683827 2.05
NUSA TENGGARA
7 TIMUR 2018 29098507.51 64.39 167,6 171,1 4683827 3.23
NUSA TENGGARA
7 TIMUR 2019 29845270.42 65.23 81,03 76,1 4683827 3.23
NUSA TENGGARA
7 TIMUR 2020 27542846.60 65.19 212,87 58,5 4683827 3.23
KALIMANTAN
8 BARAT 2010 10912057.82 61.97 580,9 131,1 4395983 8.52
KALIMANTAN
8 BARAT 2011 12278039.14 62.35 1260,8 207,6 4395983 4.91
KALIMANTAN
8 BARAT 2012 12750236.72 63.41 964,1 470,2 4395983 6.62
KALIMANTAN
8 BARAT 2013 14648322.59 64.30 893,5 404,5 4395983 9.48
KALIMANTAN
8 BARAT 2014 17080086.16 64.89 596,5 428,7 4395983 9.38
KALIMANTAN
8 BARAT 2015 19309344.49 65.59 495,8 267,0 4395983 6.17
KALIMANTAN
8 BARAT 2016 18998423.90 65.88 459 255,7 4395983 3.88
8 KALIMANTAN 2017 20593759.26 66.26 431,3 222,0 4395983 3.86
BARAT
KALIMANTAN
8 BARAT 2018 22306179.83 66.98 367,5 281,0 4395983 3.99
KALIMANTAN
8 BARAT 2019 24867885.32 67.65 413,5 107,5 4395983 3.99
KALIMANTAN
8 BARAT 2020 26104494.27 67.66 572,8 101,2 4395983 3.99
KALIMANTAN
9 TENGAH 2010 8217457.86 65.96 3659,7 868,5 2212089 9.49
KALIMANTAN
9 TENGAH 2011 9411470.39 66.38 5715,5 1 238,5 2212089 5.28
KALIMANTAN
9 TENGAH 2012 10761622.42 66.66 5204,6 1 233,6 2212089 6.73
KALIMANTAN
9 TENGAH 2013 11907576.72 67.41 5654,7 1 328,8 2212089 6.45
KALIMANTAN
9 TENGAH 2014 13513158.06 67.77 4493,8 1 192,6 2212089 6.63
KALIMANTAN
9 TENGAH 2015 15744457.12 68.53 8144,9 1 712,0 2212089 4.20
KALIMANTAN
9 TENGAH 2016 16218632.57 69.13 7668,7 992,4 2212089 1.91
KALIMANTAN
9 TENGAH 2017 17283856.20 69.79 10928,2 1 199,2 2212089 3.11
KALIMANTAN
9 TENGAH 2018 18738116.92 70.42 11564,5 2 142,8 2212089 3.68
KALIMANTAN
9 TENGAH 2019 19927038.58 70.91 10499,2 1 641,7 2212089 3.68
KALIMANTAN
9 TENGAH 2020 21754735.17 71.05 8697,3 1 237,3 2212089 3.68
KALIMANTAN
10 SELATAN 2010 10657862.63 65.20 6339,7 1 419,4 3626616 9.06
KALIMANTAN
10 SELATAN 2011 11626595.46 65.89 9617 2 593,7 3626616 3.98
KALIMANTAN
10 SELATAN 2012 13541402.39 66.68 9476,5 2 752,7 3626616 5.96
KALIMANTAN
10 SELATAN 2013 14981234.14 67.17 8481,7 2 478,1 3626616 6.98
KALIMANTAN
10 SELATAN 2014 16030654.93 67.63 7931,2 2 127,9 3626616 7.16
KALIMANTAN
10 SELATAN 2015 18230518.16 68.38 35644,4 1 071,1 3626616 5.03
KALIMANTAN
10 SELATAN 2016 19094318.98 69.05 3327,2 698,2 3626616 3.68
KALIMANTAN
10 SELATAN 2017 19758967.90 69.65 4373,3 1 141,9 3626616 3.82
KALIMANTAN
10 SELATAN 2018 21248561.97 70.17 5054,2 1 143,7 3626616 2.63
KALIMANTAN
10 SELATAN 2019 22162649.33 70.72 4693,4 1 042,4 3626616 2.63
KALIMANTAN
10 SELATAN 2020 21946711.15 70.91 3293,5 485,6 3626616 2.63
KALIMANTAN
10 TIMUR 2010 14013989.57 71.31 21823 5 863,5 3553143 7.00
KALIMANTAN
10 TIMUR 2011 15108733.82 72.02 33030,8 6 828,2 3553143 6.23
KALIMANTAN
10 TIMUR 2012 17342813.74 72.62 28747 7 801,2 3553143 4.81
KALIMANTAN
10 TIMUR 2013 20281615.33 73.21 26109,5 8 765,9 3553143 10.37
KALIMANTAN
10 TIMUR 2014 23523174.00 73.82 21475,2 7 791,3 3553143 6.74
KALIMANTAN
10 TIMUR 2015 25949715.17 74.17 12546 4 567,8 3553143 4.24
KALIMANTAN
10 TIMUR 2016 23578343.61 74.59 9175,5 3 125,5 3553143 2.83
KALIMANTAN
10 TIMUR 2017 21596788.97 75.12 11349,1 2 489,3 3553143 3.69
KALIMANTAN
10 TIMUR 2018 23760619.51 75.83 11576,2 3 418,7 3553143 3.32
KALIMANTAN
10 TIMUR 2019 26298927.52 76.61 9941,9 1 555,8 3553143 3.32
KALIMANTAN
10 TIMUR 2020 26163828.57 76.24 8149,6 1 168,6 3553143 3.32
KALIMANTAN
10 UTARA 2010 3327520.96 - 453,8 44,9 0 7.92
KALIMANTAN
10 UTARA 2011 3470878.56 - 392 68,4 0 6.43
KALIMANTAN
10 UTARA 2012 4000676.90 - 5204,6 70,0 0 5.99
KALIMANTAN
10 UTARA 2013 5123223.18 67.99 5654,7 93,7 0 10.35
KALIMANTAN
10 UTARA 2014 6586508.87 68.64 4493,8 33,0 0 11.91
KALIMANTAN
10 UTARA 2015 6884835.73 68.76 8144,9 11,0 0 3.42
KALIMANTAN
10 UTARA 2016 6722185.09 69.20 7668,7 12,3 0 4.31
KALIMANTAN
10 UTARA 2017 6184828.23 69.84 10928,2 15,3 0 2.77
KALIMANTAN
10 UTARA 2018 6595911.72 70.56 11564,5 37,2 0 5.00
KALIMANTAN
10 UTARA 2019 7184812.63 71.15 10499,2 20,2 0 5.00
10 KALIMANTAN 2020 7103647.47 70.63 8697,3 46,9 0 5.00
UTARA
11 SULAWESI UTARA 2010 8422590.91 67.83 373,6 70,8 2270596 6.28
11 SULAWESI UTARA 2011 10077730.91 68.31 744 144,4 2270596 0.67
11 SULAWESI UTARA 2012 11110270.30 69.04 941,8 122,6 2270596 6.04
11 SULAWESI UTARA 2013 12349804.59 69.49 665,4 106,5 2270596 8.12
11 SULAWESI UTARA 2014 14016073.31 69.96 833,2 117,7 2270596 9.67
11 SULAWESI UTARA 2015 16267833.70 70.39 676,7 68,9 2270596 5.56
11 SULAWESI UTARA 2016 17219164.56 71.05 693,4 122,1 2270596 0.35
11 SULAWESI UTARA 2017 19033744.10 71.66 627,9 65,6 2270596 2.44
11 SULAWESI UTARA 2018 21146537.13 72.20 520,3 98,5 2270596 3.83
11 SULAWESI UTARA 2019 22182004.38 72.99 296,4 133,5 2270596 3.83
11 SULAWESI UTARA 2020 22416894.57 72.93 320,6 87,7 2270596 3.83
11 GORONTALO 2010 3642768.28 62.65 212,1 19,4 1040164 7.43
11 GORONTALO 2011 4277192.00 63.48 584 89,9 1040164 4.08
11 GORONTALO 2012 4843216.78 64.16 805,9 165,7 1040164 5.31
11 GORONTALO 2013 5497584.18 64.70 925,4 279,5 1040164 5.84
11 GORONTALO 2014 6077544.61 65.17 306,3 282,4 1040164 6.14
11 GORONTALO 2015 6809069.25 65.86 1469,5 510,7 1040164 4.30
11 GORONTALO 2016 7215175.33 66.29 2345,3 603,9 1040164 1.30
11 GORONTALO 2017 7804161.78 67.01 3938,8 824,1 1040164 4.34
11 GORONTALO 2018 8245792.68 67.71 6480,5 1 294,9 1040164 2.15
11 GORONTALO 2019 8725060.00 68.49 7554,5 1 590,2 1040164 2.15
11 GORONTALO 2020 8246397.97 68.68 9986,5 1 343,2 1040164 2.15
SULAWESI
11 TENGGARA 2010 7712647.84 65.99 461,9 19,4 2232586 3.87
SULAWESI
11 TENGGARA 2011 9683828.69 66.52 758,4 89,9 2232586 5.09
SULAWESI
11 TENGGARA 2012 10036522.54 67.07 594,2 165,7 2232586 5.25
SULAWESI
11 TENGGARA 2013 10897203.38 67.55 409,2 279,5 2232586 5.92
SULAWESI
11 TENGGARA 2014 11717190.11 68.07 278,3 282,4 2232586 7.40
SULAWESI
11 TENGGARA 2015 13103283.67 68.75 128,9 510,7 2232586 1.64
SULAWESI
11 TENGGARA 2016 14220093.00 69.31 107,1 603,9 2232586 3.07
SULAWESI
11 TENGGARA 2017 15897054.71 69.86 141 824,1 2232586 2.96
SULAWESI
11 TENGGARA 2018 17403784.03 70.61 286,1 1 294,9 2232586 2.55
SULAWESI
11 TENGGARA 2019 18878976.19 71.20 319,1 1 590,2 2232586 2.55
SULAWESI
11 TENGGARA 2020 18887975.66 71.45 119,4 1 343,2 2232586 2.55
SULAWESI
12 TENGAH 2010 8009483.78 63.29 320,4 11,8 2635009 6.40
SULAWESI
12 TENGAH 2011 9169333.77 64.27 147 11,9 2635009 4.47
SULAWESI
12 TENGAH 2012 10425364.46 65.00 85,1 2,7 2635009 5.87
SULAWESI
12 TENGAH 2013 11783906.76 65.79 38,I,8 15,5 2635009 7.57
SULAWESI
12 TENGAH 2014 50558562.97 66.43 118,6 42,1 2635009 8.85
SULAWESI
12 TENGAH 2015 15369757.18 66.76 340,2 28,4 2635009 4.17
SULAWESI
12 TENGAH 2016 16210691.37 67.47 364,4 9,4 2635009 1.49
SULAWESI
12 TENGAH 2017 17545237.69 68.11 404,7 3,1 2635009 4.33
SULAWESI
12 TENGAH 2018 17936010.91 68.88 457,8 4,4 2635009 6.46
SULAWESI
12 TENGAH 2019 19792709.68 69.50 467,7 11,6 2635009 6.46
SULAWESI
12 TENGAH 2020 20086146.18 69.55 507,8 2,9 2635009 6.46
SULAWESI
12 SELATAN 2010 20578073.82 66.00 2312 955,6 8034776 6.82
SULAWESI
12 SELATAN 2011 23491337.09 66.65 1898,6 1 364,5 8034776 2.87
SULAWESI
12 SELATAN 2012 129687947.32 67.26 1516,6 1 180,8 8034776 4.57
SULAWESI
12 SELATAN 2013 28718940.13 67.92 1550,9 1 189,8 8034776 6.24
SULAWESI
12 SELATAN 2014 31774365.70 68.49 1736,1 813,6 8034776 8.51
SULAWESI
12 SELATAN 2015 36396615.59 69.15 568,4 612,1 8034776 5.18
SULAWESI
12 SELATAN 2016 37399191.96 69.76 513,6 665,4 8034776 3.18
SULAWESI
12 SELATAN 2017 39393172.37 70.34 265,1 8 328,6 8034776 4.48
SULAWESI
12 SELATAN 2018 44827507.85 70.90 395,8 1 013,3 8034776 3.48
SULAWESI
12 SELATAN 2019 49429293.61 71.66 828,2 977,6 8034776 3.48
SULAWESI
12 SELATAN 2020 48633679.90 71.93 818,6 747,6 8034776 3.48
12 SULAWESI BARAT 2010 3192723.39 59.74 24 19,4 1158651 5.12
12 SULAWESI BARAT 2011 3732160.42 60.63 2,7 89,9 1158651 4.91
12 SULAWESI BARAT 2012 4267713.89 61.01 0 165,7 1158651 3.28
12 SULAWESI BARAT 2013 4694733.05 61.53 0 279,5 1158651 5.91
12 SULAWESI BARAT 2014 5153208.58 62.24 152 282,4 1158651 7.88
12 SULAWESI BARAT 2015 6026226.40 62.96 0 510,7 1158651 5.07
12 SULAWESI BARAT 2016 6781949.00 63.60 0 603,9 1158651 2.23
12 SULAWESI BARAT 2017 7342269.61 64.30 0,2 824,1 1158651 3.79
12 SULAWESI BARAT 2018 7902508.45 65.10 0 1 294,9 1158651 1.80
12 SULAWESI BARAT 2019 8087420.28 65.73 1,4 1 590,2 1158651 1.80
12 SULAWESI BARAT 2020 7371770.45 66.11 2,1 1 343,2 1158651 1.80
13 MALUKU 2010 7126877.38 64.27 165,3 336,3 1533506 8.78
13 MALUKU 2011 9245920.57 64.75 195 361,2 1533506 2.85
13 MALUKU 2012 16230482.46 65.43 243,8 429,1 1533506 6.73
13 MALUKU 2013 10831192.56 66.09 209,4 357,9 1533506 8.81
13 MALUKU 2014 11825587.55 66.74 152,2 392,1 1533506 6.81
13 MALUKU 2015 13775000.51 67.05 42,8 297,4 1533506 5.92
13 MALUKU 2016 14900712.08 67.60 121,1 307,1 1533506 3.28
13 MALUKU 2017 15638089.97 68.19 95,8 495,2 1533506 -0.05
13 MALUKU 2018 30096578.75 68.87 192,7 642,7 1533506 3.53
13 MALUKU 2019 16456585.84 69.45 245,2 515,8 1533506 3.53
13 MALUKU 2020 16738236.08 69.49 186,3 503,9 1533506 3.53
13 MALUKU UTARA 2010 4215399.12 62.79 309,9 24,0 1038087 5.32
13 MALUKU UTARA 2011 5184808.38 63.19 547,3 20,3 1038087 4.52
13 MALUKU UTARA 2012 6022774.64 63.93 446 5,3 1038087 3.29
13 MALUKU UTARA 2013 6903319.10 64.78 645 3,2 1038087 9.78
13 MALUKU UTARA 2014 7965612.06 65.18 52,4 5,1 1038087 9.34
13 MALUKU UTARA 2015 8856577.32 65.91 40 40,8 1038087 4.52
13 MALUKU UTARA 2016 9222776.71 66.63 36,1 102,9 1038087 1.91
13 MALUKU UTARA 2017 9893536.19 67.20 101,1 100,9 1038087 1.97
13 MALUKU UTARA 2018 19996617.07 67.76 194,5 156,5 1038087 4.12
13 MALUKU UTARA 2019 12158565.81 68.70 245 355,2 1038087 4.12
13 MALUKU UTARA 2020 11668834.91 68.49 286,7 404,6 1038087 4.12
13 PAPUA BARAT 2010 6781745.40 59.60 1690,8 70,7 760422 4.68
13 PAPUA BARAT 2011 7792314.61 59.90 3027,2 60,6 760422 3.64
13 PAPUA BARAT 2012 9037898.58 60.30 3652 19,5 760422 4.88
13 PAPUA BARAT 2013 10296201.40 60.91 3518,3 33,5 760422 4.63
13 PAPUA BARAT 2014 11594723.56 61.28 3894 32,6 760422 5.70
13 PAPUA BARAT 2015 12982662.64 61.73 2768,1 71,6 760422 2.77
13 PAPUA BARAT 2016 14383111.84 62.21 1852,3 105,4 760422 5.75
13 PAPUA BARAT 2017 14893736.70 62.99 2050,6 107,8 760422 1.78
13 PAPUA BARAT 2018 15413561.42 63.74 2986,6 193,5 760422 6.02
13 PAPUA BARAT 2019 17256062.45 64.70 2537,6 399,8 760422 6.02
13 PAPUA BARAT 2020 16704529.27 65.09 2040,7 421,7 760422 6.02
13 PAPUA 2010 18189543.25 54.45 5042 945,7 2833381 4.48
13 PAPUA 2011 20351449.70 55.01 3664,3 1 119,5 2833381 3.40
13 PAPUA 2012 22734799.38 55.55 2146,3 1 025,7 2833381 4.52
13 PAPUA 2013 26176235.14 56.25 2747,7 507,1 2833381 8.27
13 PAPUA 2014 30457008.67 56.75 1493,2 1 016,2 2833381 7.98
13 PAPUA 2015 34069654.56 57.25 1940,7 693,8 2833381 2.79
13 PAPUA 2016 36238896.82 58.05 1988,9 716,9 2833381 4.13
13 PAPUA 2017 38810543.43 59.09 2489 362,0 2833381 2.41
13 PAPUA 2018 40859615.11 60.06 4003,1 398,4 2833381 6.70
13 PAPUA 2019 43898192.85 60.84 1384,4 486,4 2833381 6.70
13 PAPUA 2020 44100358.32 60.44 2128,7 475,5 2833381 6.70
135
14 34 PROVINSI 2010 618177992.00 66.53 157779,1 663,3 237641326 6.96
177
14 34 PROVINSI 2011 709501533.02 67.09 203496,6 435,6 237641326 3.79
191
14 34 PROVINSI 2012 807504505.19 67.70 190020,3 689,5 237641326 4.30
186
14 34 PROVINSI 2013 904046557.38 68.31 182,551,8 628,7 237641326 8.38
178
14 34 PROVINSI 2014 980342235.59 68.90 175980 178,8 237641326 8.36
142
14 34 PROVINSI 2015 1113773453.19 69.55 150366,3 694,8 237641326 3.35
135
14 34 PROVINSI 2016 1166886102.93 70.18 145134 652,8 237641326 3.02
156
14 34 PROVINSI 2017 1248350823.73 70.81 168828,2 985,5 237641326 3.61
188
14 34 PROVINSI 2018 1364688111.84 71.39 180012,7 711,3 237641326 3.13
171
14 34 PROVINSI 2019 1438889391.65 71.92 167683 275,7 237641326 3.13
141
14 34 PROVINSI 2020 1475387803.30 71.94 163191,8 568,8 237641326 3.13
135- 237641
2010-2020 618177992.00 66,53-71,94 >145<203 191 326 >10, >5, <0
4,26470588 3,9705 6989450,
1475387803.30 2 88235 765
5,97058823 5,6176
18181705,65 5 47059
4.000-
43393758,91 66-72 4.000-6.000 6.000 7.000.000
18.000.000-
44.000.000

There are 6 cluster of region ( sub island / islands) categorized as developed areas, while the other 7 classified as developing areas, and none of them is poverty areas.

They are :

a. Developed Areas (inflations minimum once in 10 years more than 10 %): cluster 1 ( Aceh – Sumatera Utara); cluster 2 (Sumatera Barat - Riau – Kepulauan Riau); cluster 3 (Jambi – Sumatera
Selatan – Bengkulu – Kepulauan Bangka Belitung); cluster 4 ( Lampung – Banten); cluster 7 (Jawa Timur – Bali – Nusa Tenggara Barat – Nusa Tenggara Timur); dan cluster 10 ( Kalimantan Selatan –
Kalimantan Timur- Kalimantan Utara);
b. Developing Areas (inflations minimum once in 10 years less than 10 %): : Cluster 5 ( DKI Jarta – Jawa Barat); cluster 6 ( Jawa Tengah – DIY); cluster 8-9 (Kalimantan Barat – Kalimantan Tengah);
cluster 11 (Sulawesi Utara- Gorontalo- Sulawesi Tenggara); cluster 12 ( Sulawesi Tengah – Sulawesi Selatan – Sulawesi Barat); dan cluster 13 ( Maluku- Maluku Utara-Papua Barat-Papua);
c. Poverty areas (inflations minimum once in 10 years more than 5 %): none of 13 cclusters.
1. The attainment of carbon emission targets during 2010-2020 are assumed impacted of the spaces both public and privates
a. Carbon emission : <0 %,0,01-100 %, and > 100,01 %;
b. Household Consumption : 100.000.000-300.000.000;
c. Government Spending : 188.000.000-44.000.000;
d. IPM : 66 % - 72 %;
e. Expor : 4.000-6.000;
f. Impor : 4.000-6.000;
g. Penduduk : >7.000.000;
h. Inflation : <0, >5, >10;
i. Towers : 1.000-2.000;
j. Networks : 4.500 – 7.250.
2. The enlargement and reducing stock of spaces are proposed by the achievement of green shading (upper mean) or yellow shading (below in between bottom and too mean) and pink shading (below
mean).
a. Level of wealth in green zone at Sumatera Utara, Banten, DKI Jakarta, Jawa Tengah,Jawa Timur; yellow zone at Aceh,Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Lampung,Jawa
Barat,Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur ; and pink zone at Jambi, Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung,DIY, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan
Selatan, Kalimantan Utara,Sulawesi Utara, Gorontalo,Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.
b. Govermenment Spending in green zone in Sumatera Utara, DKI Jakarta,Jawa Barat, Jawa Tengah,Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, dan Papua ; yellow zones in Aceh,Sumatera Barat, Riau,
Sumatera Selatan, Lampung, DIY, Bali , Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara,
Sulawesi Tengah and pink zones Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung, Banten, Kalimantan Utara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Papua Barat,;
3. The linkage between each variables as so the row of columns can be grouped as new policies for each provinces.
c. For Green zone : reduce the housing estates, education spaces, industrial and trade centres, and office complex, enlarge the spaces for recreational, forest and wet lands, public infrastructures, green
public free and rent areas; and grey private open spaces;
d. For Yellow zone : maintain all area dan keep existance of the all function spaces;
e. For the pink zone : reverse back from the point a.

NO PROVINSI 2010 2011 2012 2013 2014


1. Nanggroe Aceh Darussalam

2. Sumatera Utara

3. Sumatera Barat

4. Riau

5. Kepulauan Riau

6. Jambi

7. Sumatera Selatan

8. Bengkulu
9. Bangka Belitung

10. Lampung

11. Daerah Khusus Ibukota Jakarta – Jawa Barat -


Banten

12. Banten

13. Jawa Barat

14. Jawa Tengah

15. Daerah Istimewa Yogyakarta

16. Jawa Timur

17. Bali

18. Nusa Tenggara Barat

19. Nusa Tenggara Timur

20. Kalimantan Barat

21. Kalimantan Tengah

22. Kalimantan Selatan

23. Kalimantan Timur

24. Sulawesi Utara

25. Sulawesi Tengah

26. Sulawesi Selatan

27. Sulawesi Barat


28. Sulawesi Tenggara

29. Maluku

30. Maluku Utara

31. Papua Barat

32. Papua

33. Gorontalo

34. Kalimantan Utara

Berdasarkan Tabel 1.12. Indikasi Lokasi Kawasan Andalan Menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan Tabel 1.12. Realisasi Nilai Tambah Sektor Industri Tekstil dan Pakaian Jadi per Provinsi pada
periode 2010 - 2014 menunjukkan bahwa masih terdapat ketidak sesuaian antara indikasi lokasi kawasan andalan dan realisasi nilai tambah per provinsi dalam kurun waktu tersebut. Sebanyak 27 dari 32 provinsi
sesuai (Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Lampung, Daerah Ibukota Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Ibukota Yogyakarta,
Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat),
dan 5 provinsi lainnya tidak sesuai (Bengkulu, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua). Sedangkan terdapat tambahan 1 provinsi (Gorontalo) yang telah berkontribusi dalam pengumpulan nilai tambah yang
belum diakomodir pada dokumen RTRWN.
Dilihat lebih detil lagi, kesesuaian dan ketidaksesuaian tersebut erat kaitannya dengan tingkat survivabilitas pengusaha industri tekstil dan pakaian jadi. Sebagaimana dapat dicermati dari kedua tabel tersebut,
walaupun izin lokasi yang ada di RTRWN berlaku untuk selama periode 2010 – 2014, masih ada provinsi yang menunjukkan ketidak adaaan kontribusi di tahun- tahun tertentu dan ada juga yang menambahkan
perluasan industri tekstil saja menjadi industri pakaian jadi. Ketidakstabilan nilai tambah terdapat di 5 provinsi berikut, yaitu Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Barat.
Sedangkan provinsi – provinsi lainnya menunjukkan kondisi yang stabil.

Lebih lanjut, terkait hilirisasi industri antara industri tekstil dan pakaian jadi, masih belum terealisasi di semua provinsi yang sesuai peruntukan lokasi kawasan andalannya. Sebanyak provinsi memiliki
keduanya dan sebagian provinsi masih bersifat linear ( hanya memiliki industri tekstil / pakaian jadi saja. Sebanyak 20 provinsi (Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Lampung,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Khusus Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Gorontalo) menunjukkan hilirasi industri tekstil dan pakaian jadi dan 7 provinsi lainnya (Riau, Bangka Belitung, Kalimantan Barart, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara,
Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat) menunjukkan lineraritas kedua industri tersebut.
Bagan 4.3. Analisis Teori 3 (Frederica dan Juwita (2013)
NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI HASIL
TAMBAH
1. Aceh 2010
1.300.000 7.399.040
Kesesuaian = 75 % 2011 MENINGKAT BERKURANG,
1.350.000 6.407.616 SESUAI
2012 MENINGKAT BERKURANG,
1.400.000 3.410.552 SESUAI
2013 MENINGKAT BERTAMBAH,
1.550.000 5.316.186 TIDAK SESUAI
2014 MENINGKAT BERKURANG,
1.750.000 4.752.411 SESUAI

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI HASIL


TAMBAH
2. Sumatera Utara 2010
965.000
82.262.551
Kesesuaian = 25 % 2011 MENINGKAT 163.869.526 BERTAMBAH, TIDAK
1.035.500 SESUAI
2012 MENINGKAT BERKURANG,
1.200.000 110.398.452 SESUAI

2013 1.375.000 MENINGKAT 177.184.752 BERTAMBAH, TIDAK


SESUAI
2014 1.505.850 MEBNINGKAT 241.224.219 BERTAMBAH ,TIDAK
SESUAIS

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI HASIL


TAMBAH
3. Sumatera Barat 2010 940.000 15.097.499

Kesesuaian = 0 % 2011 1.055.000 MENINGKAT 15.909.720 BERTAMBAH,


TIDAK SESUAI
2012 1.150.000 MENINGKAT 18.687.223 BERTAMBAH,
TIDAK SESUAI
2013 1.350.000 MENINGKAT 35.469.997 BERTAMBAH,
TIDAK SESUAI
2014 MENINGKAT 43.211.747 BERTAMBAH,
1.490.000 TIDAK SESUAI

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI HASIL


TAMBAH
4. Jambi 2010
900.000 5.190.874
Kesesuaian = 100 % 2011 MENINGKAT BERKURANG,SESUAI
1.028.000
2.862.856
2012 MENINGKAT BERKURANG
1.142.500 1.449.870 SESUAI
NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI HASIL
TAMBAH
5. Sumatera Selatan 2010 927.825 9.792.294

Kesesuaian = 50 % 2011 1.048.440 MENINGKAT 11.072.391 BERTAMBAH, TIDAK


SESUAI
2012 MENINGKAT BERKURANG,
1.195.220 43.065.324 SESUAI
2013 MENINGKAT 7.737.890 BERKURANG,
1.630.000 SESUAI
2014 1.825.000 MENINGKAT 46.924.165 BERTAMBAH, TIDAK
SESUAI

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI HASIL


TAMBAH
6. Lampung 2010
767.500 8.060.702

Kesesuaian = 50 % 2011 855.000 MENINGKAT BERTAMBAH,


11.824.682 TIDAK SESUAI
2012 MENINGKAT 27.547.607 BERTAMBAH,
975.000 TIDAK SESUAI
2013 MENINGKAT BERKURANG,
11.256.544 SESUAI
1.150.000
2014 MENINGKAT BERKURANG,
1.399.03 10.792.021 S SESUAI

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI HASIL


TAMBAH
7. Kepulauan Bangka Belitung 2010 910.000
970.426

Kesesuaian = 25 % 2011 MENINGKAT BERKURANG


1.024.000 SESUAI
852.425
2012 MENINGKAT BERTAMBAH,
949.290 TIDAK SESUAI
1.110.000
2013 MENINGKAT BERTAMBAH,
1.265.000 TIDAK SESUAI
1.178.425
2014 MENINGKAT BERTAMBAH,
1.640.000 TIDAK SESUAI
1.753.267

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI HASIL


TAMBAH
8. Kepulauan Riau 2010
991.268.773
925.000
Kesesuaian = 50 % 2011 MENINGKAT BERKURANG,
944.061.495 SESUAI

975.000
2012 MENINGKAT BERKURANG,
832.271.020 SESUAI
1.015.000
2013 MENINGKAT BERTAMBAH,
1.284.176.397 TIDAK SESUAI

1.365.087
2014 MENINGKAT BERTAMBAH,
1.464.616.430 TIDAK SESUAI

1.665.000

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI HASIL


TAMBAH
9. Daerah Khusus Ibukota Jakarta 2010 1.118.009 5.018.454.098

Kesesuaian = 50 % 2011 MENINGKAT 5.265.528.713 BERTAMBAH,


TIDAK SESUAI
1.290.000
2012 1.529.150 MENINGKAT BERKURANG,
SESUAI
4.859.789.937
2013 2.200.000 MENINGKAT BERKURANG,
1.159.975.582 SESUAI
2014 MENINGKAT BERTAMBAH,
2.441.000 7.942.606.038 TIDAK SESUAI

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI HASIL


TAMBAH
10. Jawa Barat 2010
671.500 36.576.471.833
Kesesuaian = 25 % 2011 MENINGKAT BERTAMBAH,
732.000 45.295.340.271 TIDAK SESUAI
2012 MENINGKAT BERTAMBAH,
780.000 TIDAK SESUAI
45.703.426.022
2013 MENINGKAT BERKURANG,
850.000 SESUAI
63.299.178.601
2014 MENINGKAT BERTAMBAH,
1.000.000 77.362.628.315 TIDAK SESUAI

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI HASIL


TAMBAH
11. Jawa Tengah 2010
14.745.229.129
660.000
Kesesuaian = 25 % 2011 MENINGKAT BERTAMBAH,
TIDAK SESUAI
675.000 15.731.300.230
2012 MENINGKAT BERTAMBAH,
765.000 20.475.791.820 TIDAK SESUAI
2013 MENINGKAT BERTAMBAH,
830.000 36.960.701.423 TIDAK SESUAI
2014 MENINGKAT BERKURANG,
910.000 28.628.820.774 SESUAI

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI HASIL


TAMBAH
12. Daerah Istimewa Yogyakarta 2010 745.694
749.351.764

Kesesuaian = 0 % 2011 MENINGKAT BERTAMBAH,


808.000 872.097.537 TIDAK SESUAI
2012 MENINGKAT BERTAMBAH,
1.026.397.874 TIDAK SESUAI
892.660
2013 MENINGKAT BERTAMBAH,
947.114 1.365.693.054 TIDAK SESUAI
2014 MENINGKAT BERTAMBAH,
988.500 2.325.994.997 TIDAK SESUAI

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI HASIL


TAMBAH
13. Jawa Timur 2010
630.000
3.444.671.166
Kesesuaian = 25 % 2011 MENINGKAT BERTAMBAH,
TIDAK SESUAI
705.000 3.814.104.719
2012 MENINGKAT BERTAMBAH,
8.222.591.823 TIDAK SESUAI
745.000

2013 MENINGKAT BERTAMBAH,


TIDAK SESUAI
866.250 9.817.319.142
2014 MENINGKAT BERKURANG,
6.434.342.522 SESUAI
1.000.000

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI HASIL


TAMBAH
14. Banten 2010

955.300
8.782.646.866

Kesesuaian = 25 % 2011 MENINGKAT BERKURANG,


1.000.000 SESUAI
7.066.832.746
2012 MENINGKAT BERTAMBAH,
7.839.156.369 TIDAK SESUAI
1.042.000
2013 1.170.000 MENINGKAT BERTAMBAH,
10.522.012.966 TIDAK SESUAI
2014 1.325.000 MENINGKAT BERTAMBAH,
12.725.152.087 TIDAK SESUAI

N PROVINSI TAHU UMR KATEGORI NILAI HASIL


O N TAMBAH
15. Bali 2010
829.316 254.802.9
54
Kesesuaian = 50 % 2011 MENINGKAT BERKURANG,
890.000 246.004.6 SESUAI
86
2012 967.500 MENINGKAT BERTAMBAH,
TIDAK SESUAI
2.576.610
.152
2013 1.181.000 MENINGKAT BERKURANG,
196.961.8 SESUAI
87
2014 1.542.600 MENINGKAT BERTAMBAH,
685.167.8 TIDAK SESUAI
39

N PROVINSI TAHU UMR KATEGORI NILAI HASIL


O N TAMBAH
16. Nusa Tenggara Barat 2010
890.775 4.611.582
Kesesuaian = 75 % 2011 MENINGKAT BERKURANG, SESUAI

950.000 3.292.034
2012 MENINGKAT BERKURANG, SESUAI
1.000.000

3.148.543
2013 MENINGKAT BERTAMBAH, TIDAK
1.100.000 10.674.835 SESUAI
2014 MENINGKAT BERKURANG, SESUAI
1.210.000
8.651.984

N PROVINSI TAHU UMR KATEGORI NILAI HASIL


O N TAMBAH
17. Nusa Tenggara Timur 2010
800.000 380.916
Kesesuaian = 25 % 2011 MENINGKAT BERTAMBAH, TIDAK
SESUAI
850.000
1.982.356
2012 MENINGKAT BERTAMBAH, TIDAK
SESUAI
925.000 9.481.880
2013 MENINGKAT 726.513 BERKURANG, SESUAI
1.010.000
2014 MENINGKAT BERTAMBAH, TIDAK
1.150.000 2.257.886 SESUAI

N PROVINSI TAHU UMR KATEGORI NILAI TAMBAH HASIL


O N
18. Kalimantan Selatan 2010 1.024.500 MENINGKAT 2.547.095
Kesesuaian = 50 % 2011 MENINGKAT 4.780.097 BERTAMBAH, TIDAK
1.126.000 SESUAI
2012 MENINGKAT 2.987.965 BERKURANG, SESUAI
1.225.000
2013 1.337.500 MENINGKAT 2.785.882 BERKURANG, SESUAI
2014 MENINGKAT BERTAMBAH, TIDAK
1.620.000 32.412.961 SESUAI
N PROVINSI TAHU UMR KATEGORI NILAI HASIL
O N TAMBAH
19. Kalimantan Timur 2010 1.002.000 MENINGKAT 15.958.389

Kesesuaian = 25 % 2011 MENINGKAT 12.335.614 BERKURANG, SESUAI


1.084.000
2012 MENINGKAT 22.853.737 BERTAMBAH, TIDAK
1.177.000 SESUAI
2013 MENINGKAT 40.367.687 BERTAMBAH, TIDAK
1.752.073 SESUAI
2014 1.886.315 MENINGKAT 72.630.908 BERTAMBAH, TIDAK
SESUAI

N PROVINSI TAHU UMR KATEGORI NILAI HASIL


O N TAMBAH
20. Sulawesi Tengah 2010 MENINGKAT
777.500 1.104.560
Kesesuaian = 50 % 2011 MENINGKAT BERKURANG, SESUAI
58.800
827.500
2012 MENINGKAT BERTAMBAH, TIDAK
1.232.658 SESUAI
885.000
2013 MENINGKAT BERKURANG, SESUAI
995.000 1.104.560
2014 MENINGKAT BERTAMBAH, TIDAK
1.250.000 1.487.360 SESUAI

N PROVINSI TAHU UMR KATEGORI NILAI HASIL


O N TAMBAH
21. Sulawesi Selatan 2010 1.000.000 MENINGKAT 16.612.435

Kesesuaian = 50 % 2011 MENINGKAT 24.352.875 BERTAMBAH, TIDAK


1.100.000 SESUAI
2012 MENINGKAT 16.612.435 BERKURANG, SESUAI
1.200.000
2013 MENINGKAT TETAP, SITUASI
NORMAL
1.440.000 16.612.435
2014 MENINGKAT 115.512.942 BERTAMBAH, TIDAK
1.800.000 SESUAI
N PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI HASIL
O TAMBAH
22. Sulawesi Tenggara 2010 860.000 MENINGKAT 1.011.614

Kesesuaian = 50 % 2011 MENINGKAT 3.967.651 BERTAMBAH, TIDAK


930.000 SESUAI
2012 MENINGKAT BERKURANG, SESUAI
1.032.300 3.903.388
2013 MENINGKAT 3.952.443 BERTAMBAH, TIDAK
1.125.207 SESUAI
2014 MENINGKAT 3.924.951 S BERKURANG, SESUAI
1.400.000

N PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI HASIL


O TAMBAH
23. Gorontalo 2010 710.000 MENINGKAT 1.237.993

Kesesuaian = 50 % 2011 MENINGKAT 805.289 BERKURANG, SESUAI


762.500
2012 837.500 MENINGKAT 2.344.478 BERTAMBAH, TIDAK
SESUAI
2013 1.175.000 MENINGKAT 1.764.417 BERKURANG, SESUAI
2014 MENINGKAT BERTAMBAH, TIDAK
SESUAI
1.325.000 6.904.065

N PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI HASIL


O TAMBAH
24. Sulawesi Barat 2010 944.200 MENINGKAT 977.400

Kesesuaian = 50 % 2011 MENINGKAT 2.885.600 BERTAMBAH, TIDAK


1.006.000 SESUAI
2012 1.127.000 MENINGKAT 379.212 BERKURANG, SESUAI

2013 1.165.000 MENINGKAT 2.931.474 BERTAMBAH, TIDAK


SESUAI
2014 MENINGKAT 1.980.593 BERKURANG, SESUAI
1.400.000

Bila disetarakan dengan data yang tersedia, teori 3 ini bisa diartikan apabila biaya tenaga kerja meningkat, seharusnya nilai tambah industri tekstil dan pakaian jadi di provinsi tersebut juga berkurang. Dari hasil
pengolahan data dan analisis dari teori ke-3 itu dapat dirinci sebagai berikut: 1 provinsi menunjukkan tingkat kesesuaian mencapai 100 %, yaitu Jambi. Provinsi Aceh dan Nusa Tenggara Barat menunjukkan tingkat
kesesuaian 75 %, 11 provinsi menunjukkan tingkat kesesuaian 50 % ( Sumatera Selatan, Lampung, Kepulauan Riau, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Bali, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tenggara, Gorontalo dan Sulawesi Barat. Sumatera Utara, Bangka Belitung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Nusa Tenggara Timur, dan Kalimantan Timur, 8 provinsi dengan nilai kesesuaian
25 %, Sedangkan ke-2 provinsi lainnya menunjukkan tingkat kesesuaian 0 % yaitu Sumatera Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sebagaimana hasil analisis teori di Bab 4 menunjukkan bahwa perubahan nilai tambah dipengaruhi oleh Penetapan Upah Minimum Regional, Pendapatan Domestik Regional Bruto dan Pembangunan Infrastruktur.
Penetapan Upah Minimum Regional di atas atau di bawah rata – rata Upah Minimum Regional di masing – masing Provinsi mempengaruhi rendah atau tingginya nilai tambah sektor industri tekstil dan pakaian jadi
di 24 provinsi (sesuai dengan teori Sichei (2012) dan Marcelia . Sedangkan kenaikan Upah Minimum Regional di masing – masing Provinsi tersebut mempengaruhi berkurangnya penyerapan tenaga kerja di sektor
industri tekstil dan pakaian jadi dan menyebabkan berkurangnya nilai tambah industri tekstil dan pakaian jadi. Kenaikan / Penurunan Pendapatan Domestik Regional Bruto juga dipengaruhi oleh rendah atau tingginya
Upah Minimum Regional. Hal yang serupa ditunjukkan juga dari pembangunan infrastruktur, dimana dengan adanya pembangunan infrastruktur memberikan pengaruh positif terhadap kenaikan nilai tambah sektor
industri tekstil dan pakaian jadi di 24 provinsi.

Untuk provinsi-provinsi, dengan keterkaitan UMR rendah dan nilai tambah tinggi dan UMR tinggi dengan nilai tambah rendah sudah sesuai 100 %, diperbolehkan adanya kenaikan UMR, yaitu Aceh, Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Bangka Belitung, Riau, DKI Jakarta, Banten, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tenggara, Gorontalo, dan Sulawesi Barat. Sedangkan Provinsi – provinsi lainnya, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur disarankan mengurangi UMR sampai berada
di bawah UMR rata-rata per provinsi.

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI HASIL


TAMBAH
1. Aceh 2010 TINGGI RENDAH, SESUAI
1.300.000 7.399.040
Kesesuaian = 100 % 2011 TINGGI RENDAH, SESUAI
1.350.000 6.407.616
2012 TINGGI RENDAH, SESUAI
1.400.000 3.410.552
2013 TINGGI RENDAH, SESUAI
1.550.000 5.316.186
2014 TINGGI RENDAH, SESUAI
1.750.000 4.752.411

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI HASIL


TAMBAH
2. Sumatera Utara 2010 TINGGI RENDAH, SESUAI
965.000
82.262.551
Kesesuaian = 100 %s 2011 1.035.500 TINGGI RENDAH, SESUAI
163.869.526
2012 TINGGI RENDAH, SESUAI
1.200.000 110.398.452
2013 TINGGI 177.184.752 RENDAH, SESUAI
1.375.000
2014 1.505.850 TINGGI 241.224.219 RENDAH, SESUAI

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI HASIL


TAMBAH
3. Sumatera Barat 2010 TINGGI 15.097.499 RENDAH, SESUAI
940.000
Kesesuaian = 100% 2011 1.055.000 TINGGI 15.909.720 RENDAH, SESUAI
2012 1.150.000 TINGGI 18.687.223 RENDAH, SESUAI
2013 TINGGI 35.469.997 RENDAH, SESUAI
1.350.000
2014 TINGGI 43.211.747 RENDAH, SESUAI
1.490.000

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI HASIL


TAMBAH
4. Jambi 2010 TINGGI RENDAH, SESUAI
900.000 5.190.874

Kesesuaian = 100 % 2011 TINGGI RENDAH, SESUAI


1.028.000 2.862.856
2012 TINGGI RENDAH, SESUAI
1.142.500 1.449.870
2013 TINGGI RENDAH, SESUAI
1.300.000 1.048.034
2014 TINGGI 2.994.076 RENDAH, SESUAI
1.502.300

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI HASIL


TAMBAH
5. Sumatera Selatan 2010 927.825 TINGGI 9.792.294 RENDAH, SESUAI

Kesesuaian = 100 % 2011 TINGGI 11.072.391 RENDAH, SESUAI


1.048.440
2012 TINGGI RENDAH, SESUAI
1.195.220 43.065.324
2013 TINGGI 7.737.890 RENDAH, SESUAI
1.630.000
2014 1.825.000 TINGGI RENDAH, SESUAI
46.924.165

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI HASIL


TAMBAH
6. Lampung 2010 TINGGI RENDAH, SESUAI
767.500 8.060.702

Kesesuaian = 100 % 2011 855.000 TINGGI 11.824.682 RENDAH, SESUAI

2012 TINGGI 27.547.607 RENDAH, SESUAI


975.000
2013 1.150.000 TINGGI 11.256.544 RENDAH, SESUAI
2014 TINGGI RENDAH, SESUAI
1.399.03 10.792.021 S
NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI HASIL
TAMBAH
7. Kepulauan Bangka Belitung 2010 910.000 TINGGI 970.426 RENDAH, SESUAI

Kesesuaian= 100 % 2011 TINGGI 852.425 RENDAH, SESUAI


1.024.000
2012 TINGGI RENDAH, SESUAI
1.110.000 949.290
2013 TINGGI 1.178.425 RENDAH, SESUAI
1.265.000
2014 TINGGI 1.753.267 RENDAH, SESUAI
1.640.000

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI HASIL


TAMBAH
8. Kepulauan Riau 2010 925.000 TINGGI RENDAH, SESUAI
991.268.773
Kesesuaian = 100 % 2011 TINGGI RENDAH, SESUAI
975.000 944.061.495
2012 TINGGI RENDAH, SESUAI
1.015.000 832.271.020
2013 TINGGI .284.176.397 RENDAH, SESUAI
1.365.087
2014 TINGGI RENDAH, SESUAI
1.665.000 1.464.616.430
NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI HASIL
TAMBAH
9. Daerah Khusus Ibukota Jakarta 2010 1.118.009 TINGGI 5.018.454.098 RENDAH, SESUAI
Kesesuaian = 100 % 2011 TINGGI 5.265.528.713 RENDAH, SESUAI
1.290.000
2012 1.529.150 TINGGI 4.859.789.937 RENDAH, SESUAI
2013 2.200.000 TINGGI RENDAH, SESUAI
1.159.975.582
2014 TINGGI 7.942.606.038 RENDAH, SESUAI
2.441.000

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI HASIL


TAMBAH
10. Jawa Barat 2010 TINGGI TINGGI, TIDAK
671.500 36.576.471.833 SESUAI
Kesesuaian = 60 % 2011 TINGGI TINGGI, TIDAK
732.000 45.295.340.271 SESUAI
2012 RENDAH TINGGI, SESUAI
780.000
45.703.426.022
2013 RENDAH TINGGI, SESUAI
850.000
63.299.178.601
2014 RENDAH TINGGI, SESUAI
1.000.000 77.362.628.315

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI HASIL


TAMBAH
11. Jawa Tengah 2010 660.000 RENDAH RENDAH, TIDAK
4.745.229.129 SESUAI
Kesesuaian = 20 % 2011 675.000 RENDAH RENDAH, TIDAK
15.731.300.230 SESUAI
2012 RENDAH RENDAH, TIDAK
765.000 20.475.791.820 SESUAI
2013 RENDAH TINGGI, SESUAI
830.000 36.960.701.423
2014 RENDAH RENDAH, TIDAK
910.000 28.628.820.774 SESUAI

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI HASIL


TAMBAH
12. Daerah Istimewa Yogyakarta 2010 745.694 TINGGI RENDAH, SESUAI
749.351.764
Kesesuaian = 60 % 2011 TINGGI RENDAH, SESUAI
808.000 872.097.537
2012 892.660 TINGGI RENDAH, SESUAI
1.026.397.874
2013 RENDAH RENDAH, TIDAK
947.114 1.365.693.054 SESUAI
2014 RENDAH RENDAH, TIDAK
988.500 2.325.994.997 SESUAI

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI HASIL


TAMBAH
13. Jawa Timur 2010 RENDAH RENDAH, TIDAK
630.000 SESUAI
3.444.671.166
Kesesuaian = 20 % 2011 TINGGI RENDAH, SESUAI
705.000 3.814.104.719
2012 745.000 RENDAH RENDAH, TIDAK
8.222.591.823 SESUAI
2013 RENDAH 9.817.319.142 RENDAH, TIDAK
866.250 SESUAI
2014 1.000.000 RENDAH RENDAH, TIDAK
6.434.342.522 SESUAI

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI HASIL


TAMBAH
14. Banten 2010 955.300 TINGGI RENDAH, SESUAI
8.782.646.866
Kesesuaian = 100 % 2011 1.000.000 TINGGI 7.066.832.746 RENDAH, SESUAI

2012 1.042.000 TINGGI RENDAH, SESUAI


7.839.156.369

2013 1.170.000 TINGGI RENDAH, SESUAI


10.522.012.966
2014 1.325.000 TINGGI 12.725.152.087 RENDAH, SESUAI

N PROVINSI TAHU UMR KATEGO NILAI HASIL


O N RI TAMBAH
15. Bali 2010 TINGGI RENDAH, SESUAI
254.802.954
829.316
Kesesuaian = 100 % 2011 TINGGI RENDAH, SESUAI
890.000 246.004.686
2012 967.500 TINGGI 2.576.610.152 RENDAH, SESUAI
2013 1.181.000 TINGGI RENDAH, SESUAI
196.961.887
2014 1.542.600 TINGGI RENDAH, SESUAI
685.167.839

N PROVINSI TAHU UMR KATEGO NILAI HASIL


O N RI TAMBAH
16. Nusa Tenggara Barat 2010 TINGGI 4.611.582 RENDAH SESUAI
890.775
Kesesuaian = 100 % 2011 TINGGI RENDAH, SESUAI
950.000 3.292.034
2012 TINGGI RENDAH, SESUAI
1.000.000 3.148.543
2013 TINGGI RENDAH, SESUAI
1.100.000 10.674.835
2014 TINGGI RENDAH, SESUAI
1.210.000 8.651.984

N PROVINSI TAHU UMR KATEGO NILAI HASIL


O N RI TAMBAH
17. Nusa Tenggara Timur 2010 TINGGI RENDAH, SESUAI
800.000 380.916
Kesesuaian = 80 % 2011 850.000 TINGGI 1.982.356 RENDAH, SESUAI
2012 TINGGI 9.481.880 RENDAH, SESUAI
925.000

2013 1.010.000 TINGGI 726.513 RENDAH, SESUAI


2014 RENDAH 2.257.886 RENDAH, TIDAK
1.150.000 SESUAI
N PROVINSI TAHU UMR KATEGO NILAI HASIL
O N RI TAMBAH
18. Kalimantan Selatan 2010 1.024.500 TINGGI 2.547.095 RENDAH, SESUAI

Kesesuaian = 100 % 2011 1.126.000 TINGGI 4.780.097 RENDAH, SESUAI


2012 1.225.000 TINGGI 2.987.965 RENDAH, SESUAI
2013 1.337.500 TINGGI 2.785.882 RENDAH, SESUAI
2014 TINGGI 32.412.961 RENDAH, SESUAI
1.620.000
N PROVINSI TAHU UMR KATEGO NILAI HASIL
O N RI TAMBAH
19. Kalimantan Timur 2010 1.002.000 TINGGI 15.958.389 RENDAH, SESUAI

Kesesuaian = 100 % 2011 TINGGI 12.335.614 RENDAH, SESUAI


1.084.000
2012 TINGGI 22.853.737 RENDAH, SESUAI
1.177.000
2013 TINGGI 40.367.687 RENDAH, SESUAI
1.752.073
2014 1.886.315 TINGGI 72.630.908 RENDAH, SESUAI

N PROVINSI TAHU UMR KATEGO NILAI HASIL


O N RI TAMBAH
20. Sulawesi Tengah 2010 TINGGI RENDAH, SESUAI
777.500 1.104.560

Kesesuaian = 100 % 2011 TINGGI RENDAH, SESUAI


58.800
827.500
2012 TINGGI RENDAH, SESUAI
1.232.658
885.000
2013 RENDAH RENDAH, SESUAI
995.000 1.104.560
2014 TINGGI RENDAH, SESUAI
1.250.000 1.487.360

N PROVINSI TAHU UMR KATEGO NILAI HASIL


O N RI TAMBAH
21. Sulawesi Selatan 2010 TINGGI 16.612.435 RENDAH,
1.000.000 SESUAI
Kesesuaian = 100 % 2011 TINGGI 24.352.875 RENDAH,
1.100.000 SESUAI
2012 1.200.000 TINGGI 16.612.435 RENDAH,
SESUAI
2013 1.440.000 TINGGI 16.612.435 RENDAH,
SESUAI
2014 TINGGI 115.512.942 RENDAH,
1.800.000 SESUAI

N PROVINSI TAHU UMR KATEGO NILAI HASIL


O N RI TAMBAH
22. Sulawesi Tenggara 2010 860.000 TINGGI 1.011.614 RENDAH, SESUAI
Kesesuaian = 100 % 2011 TINGGI 3.967.651 RENDAH, SESUAI
930.000
2012 1.032.300 TINGGI 3.903.388 RENDAH, SESUAI

2013 TINGGI 3.952.443 RENDAH, SESUAI


1.125.207
2014 TINGGI 3.924.951 S RENDAH, SESUAI
1.400.000

N PROVINSI TAHU UMR KATEGO NILAI HASIL


O N RI TAMBAH
23. Gorontalo 2010 710.000 TINGGI 1.237.993 RENDAH, SESUAI

Kesesuaian = 100 % 2011 TINGGI 805.289 RENDAH, SESUAI


762.500
2012 TINGGI RENDAH, SESUAI
837.500 2.344.478
2013 1.175.000 TINGGI RENDAH, SESUAI
1.764.417
2014 1.325.000 TINGGI 6.904.065 RENDAH, SESUAI

N PROVINSI TAHU UMR KATEGO NILAI HASIL


O N RI TAMBAH
24. Sulawesi Barat 2010 944.200 TINGGI 977.400 RENDAH, SESUAI

Kesesuaian = 100 % 2011 TINGGI 2.885.600 RENDAH, SESUAI


1.006.000
2012 TINGGI 379.212 RENDAH, SESUAI
1.127.000
2013 TINGGI 2.931.474 RENDAH, SESUAI
1.165.000
2014 TINGGIS 1.980.593 RENDAH, SESUAI
1.400.000
Luas Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Sub BWP/Blok Lahan Permukiman RTH Terbangun Rumah Permukiman RTH Terbangun Rumah Permukiman RTH Terbangun Rumah Permukiman RTH Terbangun Rumah Permukiman RTH Terbangun
100 1000 500
Tunggal, unit / Deret, unit / Tunggal, 50 unit Deret, unit / Tunggal,
Tinggi 40% 60% Ha Tinggi 40% 60% Ha Sedang 40% 60% / Ha Sedang 40% 60% Ha Rendah 40% 60%
Sub BWP I.I 423,78 140,76 56,304 84,456
Blok I.I-1 24,47 10,76 4,304 6,456
Blok I.I-2 9,87 6,96 2,784 4,176
Blok I.I-3 36 22,32 8,928 13,392
Blok I.I-4 10,3 7,15 2,86 4,29
Blok I.I-5 28,91 12,48 4,992 7,488
Blok I.I-6 37,41 19,15 7,66 11,49
Blok I.I-7 16,24 11 4,4 6,6
Blok I.I-8 32,29 10,9 4,36 6,54
Blok I.I-9 18,51 8,94 3,576 5,364
Blok I.I-10 33,81 15,47 6,188 9,282
Blok I.I-11 19,52 5,29 2,116 3,174
Blok I.I-12 6,23 3,9 1,56 2,34
Blok I.I-13 10,76 2,9 1,16 1,74
Blok I.I-14 15,03 0,06 0,024 0,036
Blok I.I-15 11,1 2,55 1,02 1,53
Blok I.I-16 113,33 0,93 0,372 0,558

Sub BWP I.II 294,36 66,89 26,756 40,134


Blok I.II-1 27,8 18,39 7,356 11,034
Blok I.II-2 38,73 17,07 6,828 10,242
Blok I.II-3 6,21 4,35 1,74 2,61
Blok I.II-4 51,39 13,5 5,4 8,1
Blok I.II-5 33,49 10,45 4,18 6,27
Blok I.II-6 136,74 3,13 1,252 1,878

Sub BWP I.III 195,8 0,14 0,056 0,084 4,2 65,1 26,04 39,06
Blok I.III-1 48,59 10,15 4,06 6,09
Blok I.III-2 34,59 0,07 0,028 0,042 2,1 20,91 8,364 12,546
Blok I.III-3 6,12 0,07 0,028 0,042 2,1 5,62 2,248 3,372
Blok I.III-4 15,34 7,89 3,156 4,734
Blok I.III-5 27,62 13,31 5,324 7,986
Blok I.III-6 57,51 6,3 2,52 3,78
Blok I.III-7 6,03 0,92 0,368 0,552

Sub BWP I.IV 249,57 118,91 47,564 71,346 3567,3 6,54 6,3048 19,3752 7509,6 0,44 0,176 0,264
Blok I.IV-1 27,15 15,62 6,248 9,372 468,6
Blok I.IV-2 12,59 7,13 2,852 4,278 213,9
Blok I.IV-3 10,91 4,26 1,704 2,556 127,8
Blok I.IV-4 17,59 6,99 2,796 4,194 209,7
Blok I.IV-5 18,34 9,24 3,696 5,544 277,2 0,09 0,036 0,054 27 0,32 0,128 0,192
Blok I.IV-6 22,75 6,07 2,428 3,642 182,1 4,97 1,988 2,982 1491
Blok I.IV-7 56,12 29,19 11,676 17,514 875,7 0,1 0,04 0,06 30
Blok I.IV-8 22.06 8,39 3,356 5,034 251,7
Blok I.IV-9 13,98 0,31 0,124 0,186 9,3
Blok I.IV-10 13,79 6,57 2,628 3,942 197,1
Blok I.IV-11 16,91 9,12 3,648 5,472 273,6
Blok I.IV-12 15,3 7,99 3,196 4,794 239,7 0,12 0,048 0,072
Blok I.IV-13 14,91 4,33 1,732 2,598 129,9
Blok I.IV-14 9,23 3,7 1,48 2,22 111 1,38 0,552 0,828 414

Sub BWP I.V 237,11 57,49 22,996 34,494


Blok I.V-1 31,79 8,43 3,372 5,058
Blok I.V-2 28,88 9,13 3,652 5,478
Blok I.V-3 23,36 6,61 2,644 3,966
Blok I.V-4 86,58 20,05 8,02 12,03
Blok I.V-5 66,5 13,27 5,308 7,962

Sub BWP II.I 277,5 2,98 1,192 1,788 178,8 98,34 39,336 59,004
Blok II.I-1 44,07 0,46 0,184 0,276 27,6 19,29 7,716 11,574
Blok II.I-2 25,66 7,24 2,896 4,344
Blok II.I-3 22,33 11,5 4,6 6,9
Blok II.I-4 63,63 15,37 6,148 9,222
Blok II.I-5 24,37 17,27 6,908 10,362
Blok II.I-6 70,65 22,83 9,132 13,698
Blok II.I-7 23,94 4,82 1,928 2,892
Blok II.I-8 2,85 2,52 1,008 1,512 151,2 0,02 0,008 0,012

Sub BWP II.II 99,61 0,44 0,176 0,264 13,2 23,79 34,08 14,274
Blok II.II-1 7,74 5,36 2,144 3,216
Blok II.II-2 21,53 0,44 0,176 0,264 13,2 9,27 3,708 5,562
Blok II.II-3 13,59 8,07 3,228 4,842
Blok II.II-4 56,75 1,09 0,436 0,654

Sub BWP II.III 177,31 3,9 1,56 2,34 117 0,4 0,16 0,24 120 61,41 24,564 36,846
Blok II.III-1 6,98 4,34 1,736 2,604
Blok II.III-2 44 0,4 0,16 0,24 120 6,29 2,516 3,774
Blok II.III-3 41,76 6,04 2,416 3,624
Blok II.III-4 2,43 1,95 0,78 1,17
Blok II.III-5 9,98 7,19 2,876 4,314
Blok II.III-6 37,23 27,95 11,18 16,77
Blok II.III-7 19,37 3,9 1,56 2,34 117 4,12 1,648 2,472
Blok II.III-8 15,56 3,53 1,412 2,118

Sub BWP II.IV 137,81 52,69 21,076 31,614 1580,7 5,54 0,2324 5,3076 2653,8
Blok II.IV-1 5,29 4,69 1,876 2,814 140,7
Blok II.IV-2 6,9 6,6 2,64 3,96 198
Blok II.IV-3 4,46 2,57 1,028 1,542 77,1
Blok II.IV-4 41,61 3,32 1,328 1,992 99,6
Blok II.IV-5 6,03 2,29 0,916 1,374 68,7
Blok II.IV-6 16,52 9,63 3,852 5,778 288,9 0,03 0,012 0,018 9
Blok II.IV-7 14,79 6,14 2,456 3,684 184,2
Blok II.IV-8 11,26 5,33 2,132 3,198 159,9
Blok II.V-9 14,78 12,12 4,848 7,272 363,6 0,01 0,0004 0,0096 4,8
Blok II.V-10 16,17 5,5 0,22 5,28 2640

Sub BWP III.I 188,44 145,05 58,02 87,03 8703 0,07 0,028 0,042 2,1 0,04 0,016 0,024
Blok III.I-1 19,86 13,01 5,204 7,806 780,6
Blok III.I-2 5,73 5,52 2,208 3,312 331,2
Blok III.I-3 18,73 16,6 6,64 9,96 996
Blok III.I-4 26,44 24,73 9,892 14,838 1483,8 0,07 0,028 0,042 2,1 0,01 0,004 0,006
Blok III.I-5 40,58 37,05 14,82 22,23 2223 0,03 0,012 0,018
Blok III.I-6 19,73 18,36 7,344 11,016 1101,6
Blok III.I-7 20,88 17,75 7,1 10,65 1065
Blok III.I-8 18,66
Blok III.I-9 17,83 12,03 4,812 7,218 721,8

Sub BWP III.II 187,33 142,47 56,988 85,482 8548,2 0,14 0,056 0,084 4,2 0,02 0,008 0,012
Blok III.II-1 30,3 15,79 6,316 9,474 947,4
Blok III.II-2 6,39 3,29 1,316 1,974 197,4
Blok III.II-3 26,25 23,86 9,544 14,316 1431,6 0,13 0,052 0,078 3,9
Blok III.II-4 12,26 1,65 0,66 0,99 99 0,01 0,004 0,006 0,3
Blok III.II-5 23,49 7,29 2,916 4,374 437,4
Blok III.II-6 13,91 7,66 3,064 4,596 459,6
Blok III.II-7 8,39 7,57 3,028 4,542 454,2
Blok III.II-8 12,57 11,64 4,656 6,984 698,4 0,01 0,004 0,006
Blok III.II-9 4,06 3,53 1,412 2,118 211,8
Blok III.II-10 7,59 6,86 2,744 4,116 411,6 0,01 0,004 0,006
Blok III.II-11 26,36 8,49 3,396 5,094 509,4
Blok III.II-12 13,76 43 17,2 25,8 2580
Blok III.II-13 2 1,84 0,736 1,104 110,4

Sub BWP III.III 138,1 0,4 0,16 0,24 24 141,61 56,644 84,966 4248,3 8,7 3,48 5,22
Blok III.III-1 51,77 0,06 0,024 0,036 3,6 32,91 13,164 19,746 987,3 0,03 0,012 0,018
Blok III.III-2 8,5 5,92 2,368 3,552 177,6
Blok III.III-3 14,43 8,35 3,34 5,01 250,5
Blok III.III-4 33,98 0,14 0,056 0,084 8,4 12,63 5,052 7,578 378,9 4,31 1,724 2,586
Blok III.III-5 18,82 0,2 0,08 0,12 12 75,31 30,124 45,186 2259,3 4,35 1,74 2,61
Blok III.III-6 10,6 6,49 2,596 3,894 194,7 0,01 0,004 0,006

Sub BWP III.IV 332,29 0,02 0,008 0,012 0,6 118,07 47,228 70,842
Blok III.IV-1 22,72 12,73 5,092 7,638
Blok III.IV-2 73,91 11,3 4,52 6,78
Blok III.IV.3 57,97 0,02 0,008 0,012 0,6 34,27 13,708 20,562
Blok III.IV-4 41,73 3,22 1,288 1,932
Blok III.IV-5 21,7 10,28 4,112 6,168
Blok III.IV-6 17,75 12,57 5,028 7,542
Blok III.IV-7 38,71 6,95 2,78 4,17
Blok III.IV-8 22,14 9,44 3,776 5,664
Blok III.IV-9 18,57 6,75 2,7 4,05
Blok III.IV-10 17,09 10,56 4,224 6,336

Sub BWP III.V 377,6 0,04 0,016 0,024 2,4 185,09 74,036 111,054
Blok III.V-1 21,6 10,79 4,316 6,474
Blok III.V-2 49,08 16,63 6,652 9,978
Blok III.V-3 85,74 14,05 5,62 8,43
Blok III.V-4 79,5 0,01 0,004 0,006 0,6 61,05 24,42 36,63
Blok III.V-5 66,52 33,71 13,484 20,226
Blok III.V-6 35,79 18,87 7,548 11,322
Blok III.V-7 16,21 8,75 3,5 5,25
Blok III.V-8 23,16 0,03 0,012 0,018 1,8 21,24 8,496 12,744

Sub BWP III.VI 629,05 170,81 68,324 102,486


Blok III.VI-1 92,56 39,54 15,816 23,724
Blok III.VI-2 96,84 28,55 11,42 17,13
Blok III.VI-3 43,9 11,63 4,652 6,978
Blok III.VI-4 85,91 21,25 8,5 12,75
Blok III.VI-5 40,19 18,22 7,288 10,932
Blok III.VI-6 50,99 20,97 8,388 12,582
Blok III.VI-7 10,21 6,42 2,568 3,852
Blok III.VI-8 139,39 0,74 0,296 0,444
Blok III.VI-9 41,08 13,65 5,46 8,19
Blok III.VI-10 27,98 9,84 3,936 5,904

Sub BWP IV.I 290,79 0,04 0,016 0,024 2,4 149,33 59,732 89,598 3,63 1,452 2,178 0,02 0,008 0,012
Blok IV.I-1 17,68 10,51 4,204 6,306 315,3
Blok IV.I-2 13,53 11,77 4,708 7,062 353,1
Blok IV.I-3 17,97 9,84 3,936 5,904 295,2
Blok IV.I-4 17,84 1,97 0,788 1,182 59,1
Blok IV.I-5 7,39 5,24 2,096 3,144 157,2
Blok IV.I-6 57,89 0,04 0,016 0,024 2,4 30,86 12,344 18,516 925,8 0,08 0,032 0,048
Blok IV.I-7 15,04 11,01 4,404 6,606 330,3
Blok IV.I-8 44,19 22,71 9,084 13,626 681,3
Blok IV.I-9 25,21 8,51 3,404 5,106 255,3 0,02 0,008 0,012
Blok IV.I-10 8,8 1,54 0,616 0,924 46,2
Blok IV-I-11 7,2 1,99 0,796 1,194 59,7
Blok IV.I-12 2,43 1,83 0,732 1,098 54,9
Blok IV-I-13 20,63 15,75 6,3 9,45 472,5
Blok IV.I-14 34,99 15,8 6,32 9,48 474 3,55 1,42 2,13

Sub BWP IV.II 375,15 0,52 0,208 0,312 15,6 223,64 89,456 134,184
Blok IV.II-1 78,04 0,52 0,208 0,312 15,6 54,12 21,648 32,472
Blok IV.II-2 41,53 26,63 10,652 15,978
Blok IV.II-3 37,33 29,72 11,888 17,832
Blok IV.II-4 78,52 30,81 12,324 18,486
Blok IV.II-5 26,68 22,93 9,172 13,758
Blok IV.II-6 50,93 9,77 3,908 5,862
Blok IV.II-7 18,4 15,39 6,156 9,234
Blok IV.II-8 29,74 26,98 10,792 16,188
Blok IV.II-9 13,98 7,29 2,916 4,374

Sub BWP IV.III 399,22


Blok IV.III-1 41,64 19,16 54,644 81,966
Blok IV.III-2 35 10,73 4,292 6,438
Blok IV.III-3 40,13 18,57 7,428 11,142
Blok IV.III-4 65,63 30,74 12,296 18,444
Blok IV.III-5 94,28 39,53 15,812 23,718
Blok IV.III-6 122,54 37,04 14,816 22,224
PENGARUH USULAN PERUBAHAN TARIF TOL TRANS JAWA DI PROVINSI JAWA TENGAH DILIHAT DARI PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KOMODITAS PERTANIAN DI KOTA SEMARANG – KABUPATEN KARANGANYAR

NO SEKSI PANJANG STATUS

1. Seksi 1 ( Tembalang - Ungaran) 16.3 km Beroperasi


2. Seksi 2 ( Ungaran – Bawen) 11.3 km Beroperasi

3. Seksi 3 ( Bawen – Salatiga ) 17.6 km Beroperasi

4. Seksi 4 ( Salatiga – Boyolali) 22.4 km Beroperasi

5. Seksi 5 ( Boyolali – Kartusuro) 11.1 km beroperasi

GERBANG ASAL GERBANG TUJUAN GOLONGAN

I II III IV V

Banyumanik Ungaran 8.500 13.000 13.000 17.000 17.000

Bawen 18.000 26.500 26.500 35.500 35.500

Salatiga 38.000 57.000 57.000 76.000 76.000

Boyolali 65.000 98.000 98.000 130.500 130.500

Colomadu 76.000 113.500 1113.500 151.500 151.500

GERBANG ASAL GERBANG


TUJUAN
`I II III IV V

Ungaran Banyumanik

Ke Jalan Tirto 8.500 11.000 11.000 17.000 17.000


Agung
Ke Jalan Tol 14.000 19.000 19.000 27.500 27.500
Semarang

Bawen 9.500 14.000 14.000 18.500 18.500

Salatiga 29.500 44.500 44,500 59.000 59.000

Boyolali 56.500 85.000 85.000 113.500 113.500

Colomadu 67.500 100.500 100.500 134.500 134.500

GERBANG ASAL GERBANG


TUJUAN
`I II III IV V

Bawen Banyumanik

Ke Jalan Tirto 18.000 26.500 26.500 35.500 35.500


Agung

Ke Jalan Tol 13.500 34.500 34.500 45.500 45.500


Semarang

Ungaran 9.500 14.000 14.000 18.500 18.500

Salatiga 20.000 30.500 30.500 40.500 40.500

Boyolali 47.500 71.000 71.000 95.000 95.000

Colomadu 58.000 86.500 86.500 116.000 116.000

GERBANG ASAL GERBANG


TUJUAN `I II III IV V

Salatiga Banyumanik

Ke Jalan Tirto 38.000 57.000 57.000 76.000 76.000


Agung

Ke Jalan Tol 43.500 65.000 65.000 86.500 86.500


Semarang

Ungaran 29.500 44.500 44.500 59000 59.000

Bawen 20.000 30.500 30.500 40.500 40.500

Boyolali 27.000 41.000 41.000 54.500 54.500

Colomadu 38.000 56.500 56.500 77.500 77.500

GERBANG ASAL GERBANG


TUJUAN
`I II III IV V

Boyolali Banyumanik

Ke Jalan Tirto 65.000 98.000 98.000 130.500 130.500


Agung

Ke Jalan Tol 70.500 106.000 106.000 141.000 141.000


Semarang

Ungaran 56.500 85.000 85.000 113.500 113.500

Bawen 47.500 71.000 71.000 95.000 95.000


Salatiga 23.500 41.000 41.000 54.500 54.500

Colomadu 10.500 10.500 15.500 21.000 21.000

GERBANG ASAL GERBANG


TUJUAN
`I II III IV V

Colomadu Banyumanik

Ke Jalan Tirto 76.000 113.500 113.500 134.500 134.500


Agung

Ke Jalan Tol 81.500 121.500 121.500 145.000 145.000


Semarang

Ungaran 67.500 100.500 100.500 134.500 134.500

Bawen 58.000 86.500 86.500 116.000 116.000

Salatiga 38.000 56.500 56.600 75.500 75.500


Sub Luas
BWP/Blok Lahan Tunggal Deret
Pusat Jasa Perdagangan dan Jasa Pusat Toko /
Perbelanjaan Pasar Tradisional Penginapan Hiburan Lainnya Perbelanjaan Pertokoan
Sub BWP PK.I 78,73 0 0 0,61 0 0,26 6,4 13,48
Blok PK.I-1 12,32 0,78
Blok PK.I-2 6,35 3,39 1,36
Blok PK.I-3 8,77 0,15 2,39 2,1
Blok PK.I-4 15,69 0,46 0,02 0,62 3,77
Blok PK.I-5 10,09 0,24 2,08
Blokk PK.I-6 3,95 1,69
Blok PK.I-7 21,56 1,7
Sub BWP
PK.II 201,99 1,22 0,07 0,48 0 0,24 2,09 43,94
Blok PK.II-1 30,38 0,48 7,24
Blok PK.II-2 3,09 0,88
Blok PK.II-3 10,19 0,61 1,72 2,23
Blok PK.II-4 11,1 0,61 0,37 1,31
Blok PK.II-5 7,27 3,47
Blok PK.II-6 17,5 0,24 6,02
Blok PK.II-7 39,75 0,07 4,99
Blok PK.II-8 34,93 9,94
Blok PK.II-9 22,93 4,55
Blok PK.II-10 8,69 0,3
Blok PK.II-11 11,27 1,1
Blok PK.II-12 4,89 1,91

Sub BWP
PK.III 196,58 0,97 0,59 0 0 0 0,61 4,82
Blok PK.III-1 28,47
Blok PK.III-2 23,9
Blok PK.III-3 105,94
Blok PK.III-4 8,91 0,97 0,59 0,61 3,93
Blok PK.III-5 9,1 0,89
Blok PK.III-6 20,26

Sub BWP
PK.IV 89,07 1,11 0 0,12 0 0 2,15 16,26
Blok PK.IV-1 8.11 0,44 3,8
Blok PK.IV-2 9,24 0,12 1,69 2,92
Blok PK.IV-3 13,9 1,11 0,02 5,79
Blok PK.IV-4 3,81
Blok PK.IV-5 10,26
Blok PK.IV-6 15,87 1,34
Blok PK.IV-7 13,14 2,09
Blok PK.IV-8 22,85 0,32

Sub BWP
PK.V 68,9 0 0 0 0 0 0 0
Blok PK.V-1 17,9
Blok PK.V-2 11,7
Blok PK.V-3 18,21
Blok PK.V-4 11,32
Blok PK.V-5 9,77

Sub BWP I.I 423,78 0 0 0 0 0 0 33,81


Blok I.I-1 24,47 0,86
Blok I.I-2 9,87 1,49
Blok I.I-3 36 1,83
Blok I.I-4 10,3 1,95
Blok I.I-5 28,91 3,74
Blok I.I-6 37,41 5,7
Blok I.I-7 16,24 1,74
Blok I.I-8 32,29 8,7
Blok I.I-9 18,51
Blok I.I-10 33,81 6,79
Blok I.I-11 19,52 0,08
Blok I.I-12 6,23 0,93
Blok I.I-13 10,76
Blok I.I-14 15,03
Blok I.I-15 11,1
Blok I.I-16 113,33

Sub BWP I.II 294,36 0 0 0 0 0 0 3,65


Blok I.II-1 27,8
Blok I.II-2 38,73
Blok I.II-3 6,21
Blok I.II-4 51,39 3,65
Blok I.II-5 33,49
Blok I.II-6 136,74

Sub BWP I.III 195,8 0 0 0 0 0 0 9,72


Blok I.III-1 48,59 2,58
Blok I.III-2 34,59 3,63
Blok I.III-3 6,12
Blok I.III-4 15,34
Blok I.III-5 27,62 3,22
Blok I.III-6 57,51
Blok I.III-7 6,03 0,29

Sub BWP I.IV 249,57 0 0,72 1,09 7,67 1,24 0 27,96


Blok I.IV-1 27,15 3,53
Blok I.IV-2 12,59 0,24 2,61
Blok I.IV-3 10,91 2,3
Blok I.IV-4 17,59 1,51
Blok I.IV-5 18,34 1,19
Blok I.IV-6 22,75 0,88
Blok I.IV-7 56,12 1 3,49
Blok I.IV-8 22.06 2,92
Blok I.IV-9 13,98 7,67
Blok I.IV-10 13,79 3,71
Blok I.IV-11 16,91 0,09 0,91
Blok I.IV-12 15,3 2,32
Blok I.IV-13 14,91 0,48 1,24
Blok I.IV-14 9,23 2,59

Sub BWP I.V 237,11 0 0,09 0 0 0 0 10,56


Blok I.V-1 31,79 0,56
Blok I.V-2 28,88 2,42
Blok I.V-3 23,36 2,33
Blok I.V-4 86,58
Blok I.V-5 66,5 0,09 5,25

Sub BWP II.I 277,5 0 0 0 0 0 0 6,31


Blok II.I-1 44,07 3,4
Blok II.I-2 25,66
Blok II.I-3 22,33 0,14
Blok II.I-4 63,63 2,77
Blok II.I-5 24,37
Blok II.I-6 70,65
Blok II.I-7 23,94
Blok II.I-8 2,85

Sub BWP II.II 99,61 0 0 0 0 0 0 2,22


Blok II.II-1 7,74 1,34
Blok II.II-2 21,53
Blok II.II-3 13,59
Blok II.II-4 56,75 0,88

Sub BWP II.III 177,31 0 0,28 0 0 0 0 0,59


Blok II.III-1 6,98 0,28 0,34
Blok II.III-2 44
Blok II.III-3 41,76
Blok II.III-4 2,43
Blok II.III-5 9,98
Blok II.III-6 37,23
Blok II.III-7 19,37 0,25
Blok II.III-8 15,56

Sub BWP II.IV 137,81 0 0 0 0 0,51 0 13,7


Blok II.IV-1 5,29
Blok II.IV-2 6,9
Blok II.IV-3 4,46 1,44
Blok II.IV-4 41,61 0,27 3,32
Blok II.IV-5 6,03 2,46
Blok II.IV-6 16,52 0,09
Blok II.IV-7 14,79 3,94
Blok II.IV-8 11,26 0,24 2,45
Blok II.V-9 14,78
Blok II.V-10 16,17

Sub BWP III.I 188,44 0 0 0,73 0 0,3 0 0,05


Blok III.I-1 19,86 0,3 4,27
Blok III.I-2 5,73
Blok III.I-3 18,73 0,26
Blok III.I-4 26,44 0,12
Blok III.I-5 40,58
Blok III.I-6 19,73
Blok III.I-7 20,88 0,73
Blok III.I-8 18,66
Blok III.I-9 17,83 0,05

Sub BWP III.II 187,33 0 0 3,29 0 0 0 38,17


Blok III.II-1 30,3 1,89 7,89
Blok III.II-2 6,39 2,3
Blok III.II-3 26,25
Blok III.II-4 12,26 2,26
Blok III.II-5 23,49
Blok III.II-6 13,91
Blok III.II-7 8,39
Blok III.II-8 12,57
Blok III.II-9 4,06 0,16
Blok III.II-10 7,59 0,05
Blok III.II-11 26,36 1,4 0,45
Blok III.II-12 13,76 25,06
Blok III.II-13 2

Sub BWP
III.III 138,1 0 0 0,68 0 0 0 59,68
Blok III.III-1 51,77 0,33 11,15
Blok III.III-2 8,5 4,77
Blok III.III-3 14,43 1,17
Blok III.III-4 33,98 7,21
Blok III.III-5 18,82 0,35 34,05
Blok III.III-6 10,6 1,33

Sub BWP
III.IV 332,29 0 0 0 0 0 0 0,93
Blok III.IV-1 22,72
Blok III.IV-2 73,91 0,05
Blok III.IV.3 57,97 0,13
Blok III.IV-4 41,73
Blok III.IV-5 21,7 0,75
Blok III.IV-6 17,75
Blok III.IV-7 38,71
Blok III.IV-8 22,14
Blok III.IV-9 18,57
Blok III.IV-10 17,09

Sub BWP III.V 377,6 0 0 0 0 0 0 20,61


Blok III.V-1 21,6
Blok III.V-2 49,08
Blok III.V-3 85,74 14,65
Blok III.V-4 79,5 5,96
Blok III.V-5 66,52
Blok III.V-6 35,79
Blok III.V-7 16,21
Blok III.V-8 23,16

Sub BWP
III.VI 629,05 0 0 0 0 0 0 19,92
Blok III.VI-1 92,56 0,88
Blok III.VI-2 96,84 11,6
Blok III.VI-3 43,9
Blok III.VI-4 85,91
Blok III.VI-5 40,19 3,58
Blok III.VI-6 50,99 3,86
Blok III.VI-7 10,21
Blok III.VI-8 139,39
Blok III.VI-9 41,08
Blok III.VI-10 27,98

Sub BWP IV.I 290,79 0 0,91 0,45 0 0,25 0 26,5


Blok IV.I-1 17,68
Blok IV.I-2 13,53
Blok IV.I-3 17,97 0,25 5,94
Blok IV.I-4 17,84 3,53
Blok IV.I-5 7,39 0,01 1,21
Blok IV.I-6 57,89 0,45 5,16
Blok IV.I-7 15,04 1,48
Blok IV.I-8 44,19 0,71
Blok IV.I-9 25,21 2,66
Blok IV.I-10 8,8 0,9 1,32
Blok IV-I-11 7,2 3,7
Blok IV.I-12 2,43 0,21
Blok IV-I-13 20,63 0,58
Blok IV.I-14 34,99

Sub BWP IV.II 375,15 0 0 0,36 0 0 0 19,63


Blok IV.II-1 78,04 0,01
Blok IV.II-2 41,53 1,59
Blok IV.II-3 37,33
Blok IV.II-4 78,52 10,36
Blok IV.II-5 26,68 0,36 0,89
Blok IV.II-6 50,93 6,78
Blok IV.II-7 18,4
Blok IV.II-8 29,74
Blok IV.II-9 13,98

Sub BWP
IV.III 399,22 0 0 0 0 0 0 46,45
Blok IV.III-1 41,64 4,18
Blok IV.III-2 35 11,81
Blok IV.III-3 40,13 6,41
Blok IV.III-4 65,63 7,6
Blok IV.III-5 94,28 11,12
Blok IV.III-6 122,54 5,33

Sub Pendidikan Pendidikan Menengah Pendidikan menengah Pendidikan Pra Pendidikan


BWP/Blok Tinggi Atas Pertama Dasar Pendidikan Lainnya

Sub BWP PK.I 0,01 0,08 0 0,3 0,07 0


Blok PK.I-1 0,01 0,08 0,19 0,07
Blok PK.I-2
Blok PK.I-3
Blok PK.I-4 0,11
Blok PK.I-5
Blokk PK.I-6
Blok PK.I-7

Sub BWP
PK.II 11,58 7,66 3,29 3,63 0,01 0
Blok PK.II-1 3,39 5,19 2,14 1,04
Blok PK.II-2 0,01
Blok PK.II-3 0,79
Blok PK.II-4
Blok PK.II-5 0,32
Blok PK.II-6 0,43
Blok PK.II-7
Blok PK.II-8 0,28
Blok PK.II-9 2,46 0,26
Blok PK.II-10
Blok PK.II-11 7,4 0,01 0,46 0,89
Blok PK.II-12 1,1

Sub BWP
PK.III 0 0 0 1,51 0,05 0
Blok PK.III-1 0,87
Blok PK.III-2 0,5 0,02
Blok PK.III-3 0,14 0,03
Blok PK.III-4
Blok PK.III-5
Blok PK.III-6

Sub BWP
PK.IV 0 0 0 1,26 0,09 0
Blok PK.IV-1 0,93 0,07
Blok PK.IV-2
Blok PK.IV-3
Blok PK.IV-4 0,01
Blok PK.IV-5 0,27
Blok PK.IV-6 0,02
Blok PK.IV-7 0,05
Blok PK.IV-8

Sub BWP
PK.V 0 0 0 0 0 0
Blok PK.V-1
Blok PK.V-2
Blok PK.V-3
Blok PK.V-4
Blok PK.V-5

Sub BWP I.I 32,64 0 0 0,75 0 0


Blok I.I-1 8,22
Blok I.I-2
Blok I.I-3 0,79 0,33
Blok I.I-4
Blok I.I-5
Blok I.I-6 0,25
Blok I.I-7
Blok I.I-8 0,17
Blok I.I-9
Blok I.I-10
Blok I.I-11
Blok I.I-12
Blok I.I-13
Blok I.I-14 0,06
Blok I.I-15
Blok I.I-16 23,57

Sub BWP I.II 0 0 0 0,47 0,06 0,08


Blok I.II-1
Blok I.II-2 0,06 0,08
Blok I.II-3
Blok I.II-4 0,2
Blok I.II-5 0,27
Blok I.II-6

Sub BWP I.III 0 0 0 0,64 0,41 0


Blok I.III-1
Blok I.III-2 0,49 0,37
Blok I.III-3 0,04
Blok I.III-4
Blok I.III-5 0,14
Blok I.III-6 0,01
Blok I.III-7
Sub BWP I.IV 7,74 1,62 5,67 2,91 3,12 0,14
Blok I.IV-1 0,47 0,14
Blok I.IV-2 0,51
Blok I.IV-3 2,07 1,94 1,94
Blok I.IV-4 2,37 1,99 0,77
Blok I.IV-5 4,16 0,07
Blok I.IV-6 0,76
Blok I.IV-7 1,11 1,12 0,22 0,03
Blok I.IV-8 0,28
Blok I.IV-9
Blok I.IV-10 0,27 0,04
Blok I.IV-11
Blok I.IV-12 0,45 0,15 0,34
Blok I.IV-13
Blok I.IV-14

Sub BWP I.V 51,49 0 0,02 0,92 0,05 3,02


Blok I.V-1 0,02
Blok I.V-2 9,26 0,37 3,02
Blok I.V-3
Blok I.V-4 32,91 0,55 0,05
Blok I.V-5 9,32

Sub BWP II.I 0 0 0,75 2,15 0,15


Blok II.I-1 0,75 0,66 0,1
Blok II.I-2 1,08
Blok II.I-3
Blok II.I-4
Blok II.I-5
Blok II.I-6 0,38 0,05
Blok II.I-7 0,03
Blok II.I-8

Sub BWP II.II 0 2,74 0,16 0,57 0,11 0,05


Blok II.II-1 0,16 0,04
Blok II.II-2 0,22 0,07 0,05
Blok II.II-3 2,47 0,35
Blok II.II-4 0,27

Sub BWP II.III 0,38 0 0 0,52 0,1 0,68


Blok II.III-1 0,11 0,1
Blok II.III-2
Blok II.III-3 0,15 0,07
Blok II.III-4 0,05
Blok II.III-5 0,21
Blok II.III-6 0,3
Blok II.III-7 0,38 0,31
Blok II.III-8

Sub BWP II.IV 0,23 0 0,54 0,44 0,06 0


Blok II.IV-1
Blok II.IV-2
Blok II.IV-3
Blok II.IV-4 0,54
Blok II.IV-5 0,21
Blok II.IV-6 0,12 0,06
Blok II.IV-7 0,08
Blok II.IV-8 0,03
Blok II.V-9 0,23
Blok II.V-10

Sub BWP III.I 0 2,71 1,85 2,77 0,11 0


Blok III.I-1 0,34 0,06
Blok III.I-2
Blok III.I-3 0,49 0,75 0,01 0,05
Blok III.I-4
Blok III.I-5
Blok III.I-6
Blok III.I-7 0,2
Blok III.I-8
Blok III.I-9 2,22 1,1 2,22

Sub BWP III.II 0 0,38 0,03 0,16 0 0,16


Blok III.II-1 0,38 0,03
Blok III.II-2 0,05
Blok III.II-3 0,16
Blok III.II-4
Blok III.II-5
Blok III.II-6
Blok III.II-7
Blok III.II-8
Blok III.II-9
Blok III.II-10
Blok III.II-11 0,11
Blok III.II-12
Blok III.II-13

Sub BWP
III.III 0 0 0,24 0,9 0,38 1,52
Blok III.III-1 0,13 0,01 0,01
Blok III.III-2 0,12 0,03
Blok III.III-3 0,21 0,03 1,51
Blok III.III-4 0,03
Blok III.III-5 0,12 0,56 0,28
Blok III.III-6
Sub BWP
III.IV 0 0 0 0,27 0,06 0
Blok III.IV-1
Blok III.IV-2 0,06
Blok III.IV.3
Blok III.IV-4
Blok III.IV-5
Blok III.IV-6
Blok III.IV-7
Blok III.IV-8
Blok III.IV-9
Blok III.IV-10 0,27

Sub BWP III.V 0,5 1,15 0,9 0,48 0,1 0


Blok III.V-1
Blok III.V-2 0,1 0,02
Blok III.V-3 1,15 0,22 0,06
Blok III.V-4 0,5 0,02
Blok III.V-5 0,16
Blok III.V-6
Blok III.V-7
Blok III.V-8 0,9

Sub BWP
III.VI 0 0 0,24 1,51 0,13 0
Blok III.VI-1 0,33
Blok III.VI-2 0,13
Blok III.VI-3
Blok III.VI-4
Blok III.VI-5 0,86 0,13
Blok III.VI-6 0,24
Blok III.VI-7
Blok III.VI-8
Blok III.VI-9 0,19
Blok III.VI-10

Sub BWP IV.I 1,37 2,37 3,47 1,56 0,69 0,28


Blok IV.I-1 0,1
Blok IV.I-2 0,03 0,28
Blok IV.I-3 0,07
Blok IV.I-4 0,91 1,4 3,37 0,18
Blok IV.I-5
Blok IV.I-6 0,3 0,29 0,3 0,21
Blok IV.I-7 0,01 0,48 0,06
Blok IV.I-8 0,15
Blok IV.I-9 0,67 0,02
Blok IV.I-10
Blok IV-I-11 0,33
Blok IV.I-12
Blok IV-I-13 0,16
Blok IV.I-14 0,25 0,17

Sub BWP IV.II 2,98 23,88 5,26 1,71 0,11 0


Blok IV.II-1 11,94 0,92 0,63
Blok IV.II-2 3,81 0,23
Blok IV.II-3 2,98 1,5 0,01
Blok IV.II-4 6,29 0,1
Blok IV.II-5 0,1
Blok IV.II-6 0,33 3,47
Blok IV.II-7 0,01 0,42
Blok IV.II-8 0,87 0,15
Blok IV.II-9 0,18

Sub BWP
IV.III 0 0 0 0,38 0 0
Blok IV.III-1
Blok IV.III-2
Blok IV.III-3 0,27
Blok IV.III-4
Blok IV.III-5
Blok IV.III-6 0,11

Pelanggan
Listrik 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Rumah Tangga 42337 42337 42337 62406 64585 67167 69744 72563 75266 77804
Sosial 6989 6989 6989 1921 2041 2140 2196 2272 2339 2407
Bisnis 15360 15360 15360 3120 3687 4103 4403 4486 4569 4716
Industri 44069 44069 44069 72 76 80 82. 87 89 90
Pemerintah 4695 4695 4695 419 439 467 491 508 524 542
Multiguna 264 264 264 0 0 12 30 45 63 76
Salatiga 113.714 113.714 113.714 67938 70828 73969 76946 79961 82850 85635
Nilai Penjualan (Ribu
Rupiah) 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

Rumah Tangga 167.204.077.143 187.962.150.719 41.712.904.338 9.221.942.884 9.221.942.884 36.849.729.725 38.601.235 83.518.028 91.502.950 9.062.843

Sosial 17.437.277.309 21.641.622.193 8.172.041.553 991.067.311 991.067.311 3.454.192.806 4.539.662 9.220.348 8.639.642 94.129.023

Bisnis 58.641.019.266 68.394.124.745 28.204.706.673 3.914.328.557 3.914.328.557 12.545.047.131 14.140.149 24.345.374 24.887.816 26.225.159

Industri 455.702.720.263 540.739.242.085 145.628.220.133 19.221.420.315 19.221.420.315 51.714.251.781 74.893.145 133.075.850 116.521.201 124.640.144

Pemerintah 28.955.516.354 34.177.469.923 14.777.160.965 1.976.061.822 1.976.061.822 5.953.424.493 5.751.513 8.162.870 8.286.660 8.341.519

Multiguna 10.851.312.541 14.783.604.263 7.118.613.806 22.688.705 22.688.705 - 190.197 285.773 215.685 319.759

Salatiga 738.791.922.876 868.698.213.928 245.613.647.470 35.347.509.594 35.347.509.594 110.516.645.936 138.115.901 258.608.243 250.053.954 262.718.447
Jumlah Pelanggan Air
Minum 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
1. Sosial/ Social 640 640 640 648 667 667
707 707 707 707
2. Rumah Tangga/Household 24 187 24 187 24 187 24 837 25 612 25 612
27.778 27.778 27.778 27.778
3. Instansi Pemerintah/
171 171 171 172 140 140
Government 212 212 212 212
4. Niaga/ commerce 1 666 1 666 1 666 1 981 2 081 2 081
2.183 2.183 2.183 2.183
5. Industri/ Industry 41 41 41 43 42 42
42 42 42 42
6. Khusus/ Private 4 4 4 3 461 461
80 80 80 80
7. Susut/hilang dlm.
Penyaluran/ lost in distribution
Nilai Penjualan Air Minum 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
1. Sosial/ Social 883 674910 883 674910 883 674910 860 641350 911 335440 911 335440
1.153.596 1.153.596 1.153.596 1.153.596
14 741 14 741 14 741 16 792
2. Rumah Tangga/Household 16 949 732020 16 792 021869
235820 235820 235820 021869 24.897.119 24.897.119 24.897.119 24.897.119
3. Instansi Pemerintah/ Government 1 063 828770 1 063 828770 1 063 828770 1 058 938015 482 034535 482 034535
1.685.087 1.685.087 1.685.087 1.685.087
4. Niaga/ commerce 2 321 709901 2 321 709910 2 321 709910 2 939 421180 3 230 272455 3 230 272455
4.194.292 4.194.292 4.194.292 4.194.292
5. Industri/ Industry 659 063970 659 063970 659 063970 442 975445 630 150150 630 150150
2.089.890 2.089.890 2.089.890 2.089.890
6. Khusus/ Private 125 326460 125 326460 125 326460 13 248240 1 808 134630 1 808 134630
350.554 350.554 350.554 350.554
7. Susut/hilang dlm. Penyaluran/ lost
in distribution

Salatiga 0

Nilai Penjualan Air Minum 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
1. Sosial/ Social 883 674910 883 674910 883 674910 860 641350 911 335440 911 335440
1.153.596 1.153.596 1.153.596 1.153.596
14 741 14 741 14 741 16 792
2. Rumah Tangga/Household 16 949 732020 16 792 021869
235820 235820 235820 021869 24.897.119 24.897.119 24.897.119 24.897.119
3. Instansi Pemerintah/ Government 1 063 828770 1 063 828770 1 063 828770 1 058 938015 482 034535 482 034535
1.685.087 1.685.087 1.685.087 1.685.087
4. Niaga/ commerce 2 321 709901 2 321 709910 2 321 709910 2 939 421180 3 230 272455 3 230 272455
4.194.292 4.194.292 4.194.292 4.194.292
5. Industri/ Industry 659 063970 659 063970 659 063970 442 975445 630 150150 630 150150
2.089.890 2.089.890 2.089.890 2.089.890
6. Khusus/ Private 125 326460 125 326460 125 326460 13 248240 1 808 134630 1 808 134630
350.554 350.554 350.554 350.554
7. Susut/hilang dlm. Penyaluran/ lost
in distribution

Salatiga 0
Sub
BWP/Blok Terminal

Sub BWP PK.I 0


Blok PK.I-1
Blok PK.I-2
Blok PK.I-3
Blok PK.I-4
Blok PK.I-5
Blokk PK.I-6
Blok PK.I-7

Sub BWP
PK.II 0,28
Blok PK.II-1
Blok PK.II-2
Blok PK.II-3
Blok PK.II-4 0,28
Blok PK.II-5
Blok PK.II-6
Blok PK.II-7
Blok PK.II-8
Blok PK.II-9
Blok PK.II-10
Blok PK.II-11
Blok PK.II-12

Sub BWP
PK.III 0
Blok PK.III-1
Blok PK.III-2
Blok PK.III-3
Blok PK.III-4
Blok PK.III-5
Blok PK.III-6

Sub BWP
PK.IV 0
Blok PK.IV-1
Blok PK.IV-2
Blok PK.IV-3
Blok PK.IV-4
Blok PK.IV-5
Blok PK.IV-6
Blok PK.IV-7
Blok PK.IV-8

Sub BWP 0
PK.V
Blok PK.V-1
Blok PK.V-2
Blok PK.V-3
Blok PK.V-4
Blok PK.V-5

Sub BWP I.I 0


Blok I.I-1
Blok I.I-2
Blok I.I-3
Blok I.I-4
Blok I.I-5
Blok I.I-6
Blok I.I-7
Blok I.I-8
Blok I.I-9
Blok I.I-10
Blok I.I-11
Blok I.I-12
Blok I.I-13
Blok I.I-14
Blok I.I-15
Blok I.I-16

Sub BWP I.II 0,72


Blok I.II-1
Blok I.II-2
Blok I.II-3
Blok I.II-4 0,72
Blok I.II-5
Blok I.II-6

Sub BWP I.III 0


Blok I.III-1
Blok I.III-2
Blok I.III-3
Blok I.III-4
Blok I.III-5
Blok I.III-6
Blok I.III-7

Sub BWP I.IV 0


Blok I.IV-1
Blok I.IV-2
Blok I.IV-3
Blok I.IV-4
Blok I.IV-5
Blok I.IV-6
Blok I.IV-7
Blok I.IV-8
Blok I.IV-9
Blok I.IV-10
Blok I.IV-11
Blok I.IV-12
Blok I.IV-13
Blok I.IV-14

Sub BWP I.V 0


Blok I.V-1
Blok I.V-2
Blok I.V-3
Blok I.V-4
Blok I.V-5

Sub BWP II.I 0


Blok II.I-1
Blok II.I-2
Blok II.I-3
Blok II.I-4
Blok II.I-5
Blok II.I-6
Blok II.I-7
Blok II.I-8

Sub BWP II.II 0


Blok II.II-1
Blok II.II-2
Blok II.II-3
Blok II.II-4

Sub BWP II.III 0


Blok II.III-1
Blok II.III-2
Blok II.III-3
Blok II.III-4
Blok II.III-5
Blok II.III-6
Blok II.III-7
Blok II.III-8

Sub BWP II.IV 1,77


Blok II.IV-1
Blok II.IV-2
Blok II.IV-3
Blok II.IV-4
Blok II.IV-5
Blok II.IV-6
Blok II.IV-7
Blok II.IV-8 1,77
Blok II.V-9
Blok II.V-10

Sub BWP III.I 0


Blok III.I-1
Blok III.I-2
Blok III.I-3
Blok III.I-4
Blok III.I-5
Blok III.I-6
Blok III.I-7
Blok III.I-8
Blok III.I-9

Sub BWP III.II 0


Blok III.II-1
Blok III.II-2
Blok III.II-3
Blok III.II-4
Blok III.II-5
Blok III.II-6
Blok III.II-7
Blok III.II-8
Blok III.II-9
Blok III.II-10
Blok III.II-11
Blok III.II-12
Blok III.II-13

Sub BWP
III.III 1,11
Blok III.III-1 1,11
Blok III.III-2
Blok III.III-3
Blok III.III-4
Blok III.III-5
Blok III.III-6

Sub BWP
III.IV 0
Blok III.IV-1
Blok III.IV-2
Blok III.IV.3
Blok III.IV-4
Blok III.IV-5
Blok III.IV-6
Blok III.IV-7
Blok III.IV-8
Blok III.IV-9
Blok III.IV-10

Sub BWP III.V 0


Blok III.V-1
Blok III.V-2
Blok III.V-3
Blok III.V-4
Blok III.V-5
Blok III.V-6
Blok III.V-7
Blok III.V-8

Sub BWP
III.VI 1,8
Blok III.VI-1
Blok III.VI-2
Blok III.VI-3
Blok III.VI-4
Blok III.VI-5 1,8
Blok III.VI-6
Blok III.VI-7
Blok III.VI-8
Blok III.VI-9
Blok III.VI-10

Sub BWP IV.I 0


Blok IV.I-1
Blok IV.I-2
Blok IV.I-3
Blok IV.I-4
Blok IV.I-5
Blok IV.I-6
Blok IV.I-7
Blok IV.I-8
Blok IV.I-9
Blok IV.I-10
Blok IV-I-11
Blok IV.I-12
Blok IV-I-13
Blok IV.I-14

Sub BWP IV.II 0


Blok IV.II-1
Blok IV.II-2
Blok IV.II-3
Blok IV.II-4
Blok IV.II-5
Blok IV.II-6
Blok IV.II-7
Blok IV.II-8
Blok IV.II-9

Sub BWP
IV.III 0
Blok IV.III-1
Blok IV.III-2
Blok IV.III-3
Blok IV.III-4
Blok IV.III-5
Blok IV.III-6

Sub rumah puskesmas /


BWP/Blok sakit klinik

Sub BWP PK.I 0,7


Blok PK.I-1 0,08
Blok PK.I-2
Blok PK.I-3
Blok PK.I-4
Blok PK.I-5
Blokk PK.I-6 0,59
Blok PK.I-7 0,03

Sub BWP
PK.II 0,17
Blok PK.II-1 0,07
Blok PK.II-2
Blok PK.II-3
Blok PK.II-4
Blok PK.II-5 0,08
Blok PK.II-6
Blok PK.II-7
Blok PK.II-8
Blok PK.II-9
Blok PK.II-10 0,02
Blok PK.II-11
Blok PK.II-12

Sub BWP
PK.III 0
Blok PK.III-1
Blok PK.III-2
Blok PK.III-3
Blok PK.III-4
Blok PK.III-5
Blok PK.III-6

Sub BWP
PK.IV 0
Blok PK.IV-1
Blok PK.IV-2
Blok PK.IV-3
Blok PK.IV-4
Blok PK.IV-5
Blok PK.IV-6 4,76
Blok PK.IV-7
Blok PK.IV-8

Sub BWP
PK.V 0
Blok PK.V-1
Blok PK.V-2
Blok PK.V-3
Blok PK.V-4
Blok PK.V-5

Sub BWP I.I 0


Blok I.I-1
Blok I.I-2
Blok I.I-3
Blok I.I-4
Blok I.I-5
Blok I.I-6
Blok I.I-7
Blok I.I-8
Blok I.I-9
Blok I.I-10
Blok I.I-11
Blok I.I-12
Blok I.I-13
Blok I.I-14
Blok I.I-15
Blok I.I-16

Sub BWP I.II 0


Blok I.II-1
Blok I.II-2
Blok I.II-3
Blok I.II-4
Blok I.II-5
Blok I.II-6

Sub BWP I.III 0


Blok I.III-1
Blok I.III-2
Blok I.III-3
Blok I.III-4
Blok I.III-5
Blok I.III-6
Blok I.III-7

Sub BWP I.IV 0,31


Blok I.IV-1
Blok I.IV-2
Blok I.IV-3
Blok I.IV-4
Blok I.IV-5
Blok I.IV-6 0,18
Blok I.IV-7
Blok I.IV-8 0,08
Blok I.IV-9
Blok I.IV-10 0,05
Blok I.IV-11 0,39
Blok I.IV-12
Blok I.IV-13
Blok I.IV-14

Sub BWP I.V 0


Blok I.V-1
Blok I.V-2
Blok I.V-3
Blok I.V-4
Blok I.V-5

Sub BWP II.I 0,17


Blok II.I-1 0,17
Blok II.I-2
Blok II.I-3
Blok II.I-4
Blok II.I-5
Blok II.I-6
Blok II.I-7
Blok II.I-8

Sub BWP II.II 0,06


Blok II.II-1
Blok II.II-2
Blok II.II-3 0,06
Blok II.II-4

Sub BWP II.III 0


Blok II.III-1
Blok II.III-2
Blok II.III-3
Blok II.III-4
Blok II.III-5
Blok II.III-6
Blok II.III-7
Blok II.III-8

Sub BWP II.IV 0


Blok II.IV-1
Blok II.IV-2
Blok II.IV-3
Blok II.IV-4
Blok II.IV-5
Blok II.IV-6
Blok II.IV-7
Blok II.IV-8
Blok II.V-9
Blok II.V-10

Sub BWP III.I 0


Blok III.I-1
Blok III.I-2
Blok III.I-3
Blok III.I-4
Blok III.I-5
Blok III.I-6
Blok III.I-7 0,52
Blok III.I-8
Blok III.I-9

Sub BWP III.II 0,05


Blok III.II-1
Blok III.II-2
Blok III.II-3
Blok III.II-4
Blok III.II-5
Blok III.II-6
Blok III.II-7
Blok III.II-8
Blok III.II-9
Blok III.II-10
Blok III.II-11 0,05
Blok III.II-12
Blok III.II-13

Sub BWP
III.III 0,57
Blok III.III-1
Blok III.III-2
Blok III.III-3 0,57
Blok III.III-4
Blok III.III-5
Blok III.III-6

Sub BWP
III.IV 0
Blok III.IV-1
Blok III.IV-2
Blok III.IV.3
Blok III.IV-4
Blok III.IV-5
Blok III.IV-6
Blok III.IV-7
Blok III.IV-8
Blok III.IV-9
Blok III.IV-10

Sub BWP III.V 0


Blok III.V-1
Blok III.V-2
Blok III.V-3
Blok III.V-4
Blok III.V-5
Blok III.V-6
Blok III.V-7
Blok III.V-8

Sub BWP
III.VI 0
Blok III.VI-1
Blok III.VI-2
Blok III.VI-3
Blok III.VI-4
Blok III.VI-5
Blok III.VI-6
Blok III.VI-7
Blok III.VI-8
Blok III.VI-9
Blok III.VI-10
Sub BWP IV.I 0,48
Blok IV.I-1
Blok IV.I-2
Blok IV.I-3
Blok IV.I-4 2,93
Blok IV.I-5
Blok IV.I-6
Blok IV.I-7
Blok IV.I-8 11,22
Blok IV.I-9 0,48
Blok IV.I-10
Blok IV-I-11
Blok IV.I-12
Blok IV-I-13
Blok IV.I-14

Sub BWP IV.II 0,02


Blok IV.II-1
Blok IV.II-2
Blok IV.II-3
Blok IV.II-4
Blok IV.II-5 0,02
Blok IV.II-6
Blok IV.II-7
Blok IV.II-8
Blok IV.II-9

Sub BWP
IV.III 0
Blok IV.III-1
Blok IV.III-2
Blok IV.III-3
Blok IV.III-4
Blok IV.III-5
Blok IV.III-6

lapangan
Sub BWP/Blok olahraga gedung olahraga

Sub BWP PK.I 0 0,55


Blok PK.I-1 0,55
Blok PK.I-2
Blok PK.I-3
Blok PK.I-4
Blok PK.I-5
Blokk PK.I-6
Blok PK.I-7
Sub BWP
PK.II 0 0,31
Blok PK.II-1 0,31
Blok PK.II-2
Blok PK.II-3
Blok PK.II-4
Blok PK.II-5
Blok PK.II-6
Blok PK.II-7
Blok PK.II-8
Blok PK.II-9
Blok PK.II-10
Blok PK.II-11
Blok PK.II-12

Sub BWP
PK.III 0 0
Blok PK.III-1
Blok PK.III-2
Blok PK.III-3
Blok PK.III-4
Blok PK.III-5
Blok PK.III-6

Sub BWP
PK.IV 0,13 0
Blok PK.IV-1
Blok PK.IV-2
Blok PK.IV-3
Blok PK.IV-4
Blok PK.IV-5
Blok PK.IV-6 0,13
Blok PK.IV-7
Blok PK.IV-8

Sub BWP
PK.V 0 0
Blok PK.V-1
Blok PK.V-2
Blok PK.V-3
Blok PK.V-4
Blok PK.V-5

Sub BWP I.I 0 0


Blok I.I-1
Blok I.I-2
Blok I.I-3
Blok I.I-4
Blok I.I-5
Blok I.I-6
Blok I.I-7
Blok I.I-8
Blok I.I-9
Blok I.I-10
Blok I.I-11
Blok I.I-12
Blok I.I-13
Blok I.I-14
Blok I.I-15
Blok I.I-16

Sub BWP I.II 0 0


Blok I.II-1
Blok I.II-2
Blok I.II-3
Blok I.II-4
Blok I.II-5
Blok I.II-6

Sub BWP I.III 0 0


Blok I.III-1
Blok I.III-2
Blok I.III-3
Blok I.III-4
Blok I.III-5
Blok I.III-6
Blok I.III-7

Sub BWP I.IV 0 0


Blok I.IV-1
Blok I.IV-2
Blok I.IV-3
Blok I.IV-4
Blok I.IV-5
Blok I.IV-6
Blok I.IV-7
Blok I.IV-8
Blok I.IV-9
Blok I.IV-10
Blok I.IV-11
Blok I.IV-12
Blok I.IV-13
Blok I.IV-14

Sub BWP I.V 0 0


Blok I.V-1
Blok I.V-2
Blok I.V-3
Blok I.V-4
Blok I.V-5

Sub BWP II.I 0 0


Blok II.I-1
Blok II.I-2
Blok II.I-3
Blok II.I-4
Blok II.I-5
Blok II.I-6
Blok II.I-7
Blok II.I-8

Sub BWP II.II 0 0


Blok II.II-1
Blok II.II-2
Blok II.II-3
Blok II.II-4

Sub BWP II.III 0 0


Blok II.III-1
Blok II.III-2
Blok II.III-3
Blok II.III-4
Blok II.III-5
Blok II.III-6
Blok II.III-7
Blok II.III-8

Sub BWP II.IV 0 0


Blok II.IV-1
Blok II.IV-2
Blok II.IV-3
Blok II.IV-4
Blok II.IV-5
Blok II.IV-6
Blok II.IV-7
Blok II.IV-8
Blok II.V-9
Blok II.V-10

Sub BWP III.I 0 0,52


Blok III.I-1 0,25
Blok III.I-2
Blok III.I-3
Blok III.I-4
Blok III.I-5
Blok III.I-6 0,12
Blok III.I-7
Blok III.I-8
Blok III.I-9 0,15

Sub BWP III.II 0 1,11


Blok III.II-1 0,06
Blok III.II-2
Blok III.II-3
Blok III.II-4
Blok III.II-5
Blok III.II-6
Blok III.II-7
Blok III.II-8 0,17
Blok III.II-9
Blok III.II-10
Blok III.II-11 0,88
Blok III.II-12
Blok III.II-13

Sub BWP
III.III 0 1,13
Blok III.III-1 0,05
Blok III.III-2
Blok III.III-3
Blok III.III-4 0,19
Blok III.III-5 0,89
Blok III.III-6

Sub BWP
III.IV 0 0
Blok III.IV-1
Blok III.IV-2
Blok III.IV.3
Blok III.IV-4
Blok III.IV-5
Blok III.IV-6
Blok III.IV-7
Blok III.IV-8
Blok III.IV-9
Blok III.IV-10

Sub BWP III.V 0 0


Blok III.V-1
Blok III.V-2
Blok III.V-3
Blok III.V-4
Blok III.V-5
Blok III.V-6
Blok III.V-7
Blok III.V-8

Sub BWP
III.VI 0 0
Blok III.VI-1
Blok III.VI-2
Blok III.VI-3
Blok III.VI-4
Blok III.VI-5
Blok III.VI-6
Blok III.VI-7
Blok III.VI-8
Blok III.VI-9
Blok III.VI-10

Sub BWP IV.I 0 0,13


Blok IV.I-1
Blok IV.I-2
Blok IV.I-3
Blok IV.I-4 0,13
Blok IV.I-5
Blok IV.I-6
Blok IV.I-7
Blok IV.I-8
Blok IV.I-9
Blok IV.I-10
Blok IV-I-11
Blok IV.I-12
Blok IV-I-13
Blok IV.I-14

Sub BWP IV.II 0 0


Blok IV.II-1
Blok IV.II-2
Blok IV.II-3
Blok IV.II-4
Blok IV.II-5
Blok IV.II-6
Blok IV.II-7
Blok IV.II-8
Blok IV.II-9

Sub BWP
IV.III 0 0
Blok IV.III-1
Blok IV.III-2
Blok IV.III-3
Blok IV.III-4
Blok IV.III-5
Blok IV.III-6

Sub Peribadatan Peribadatan


BWP/Blok Utama Lingkungan

Sub BWP PK.I 1,18 0,02


Blok PK.I-1 0,08
Blok PK.I-2 0,04
Blok PK.I-3 0,59
Blok PK.I-4 0,29 0,02
Blok PK.I-5
Blokk PK.I-6 0,03
Blok PK.I-7 0,15

Sub BWP
PK.II 1,54 0,02
Blok PK.II-1 0,83
Blok PK.II-2
Blok PK.II-3
Blok PK.II-4 0,13
Blok PK.II-5 0,04
Blok PK.II-6 0,01 0,01
Blok PK.II-7 0,14
Blok PK.II-8 0,17 0,01
Blok PK.II-9 0,04
Blok PK.II-10 0,03
Blok PK.II-11
Blok PK.II-12 0,15

Sub BWP
PK.III 0,07 0,07
Blok PK.III-1
Blok PK.III-2
Blok PK.III-3
Blok PK.III-4 0,07
Blok PK.III-5
Blok PK.III-6 0,07

Sub BWP
PK.IV 0,45 0,25
Blok PK.IV-1 0,26 0,07
Blok PK.IV-2 0,07
Blok PK.IV-3 0,19
Blok PK.IV-4
Blok PK.IV-5
Blok PK.IV-6 0,06
Blok PK.IV-7 0,05
Blok PK.IV-8

Sub BWP
PK.V 0 0
Blok PK.V-1
Blok PK.V-2
Blok PK.V-3
Blok PK.V-4
Blok PK.V-5

Sub BWP I.I 0,96 0,12


Blok I.I-1 0,17 0,03
Blok I.I-2 0,05 0,03
Blok I.I-3 0,05
Blok I.I-4 0,02
Blok I.I-5 0,08
Blok I.I-6 0,24
Blok I.I-7 0,04 0,06
Blok I.I-8 0,04
Blok I.I-9
Blok I.I-10 0,09
Blok I.I-11 0,05
Blok I.I-12 0,13
Blok I.I-13
Blok I.I-14
Blok I.I-15
Blok I.I-16

Sub BWP I.II 0,43 0


Blok I.II-1
Blok I.II-2 0,24
Blok I.II-3
Blok I.II-4
Blok I.II-5 0,07
Blok I.II-6 0,12

Sub BWP I.III 0,44 0


Blok I.III-1 0,22
Blok I.III-2 0,1
Blok I.III-3 0,07
Blok I.III-4 0,05
Blok I.III-5
Blok I.III-6
Blok I.III-7
Sub BWP I.IV 1,72 0
Blok I.IV-1 0,1
Blok I.IV-2 0,16
Blok I.IV-3 0,6
Blok I.IV-4 0,09
Blok I.IV-5
Blok I.IV-6
Blok I.IV-7 0,11
Blok I.IV-8
Blok I.IV-9 0,05
Blok I.IV-10 0,11
Blok I.IV-11 0,34
Blok I.IV-12 0,08
Blok I.IV-13 0,08
Blok I.IV-14

Sub BWP I.V 0,28 0,05


Blok I.V-1 0,09
Blok I.V-2 0,05
Blok I.V-3 0,12
Blok I.V-4 0,07
Blok I.V-5

Sub BWP II.I 0,62 0,02


Blok II.I-1 0,18
Blok II.I-2 0,08
Blok II.I-3 0,04
Blok II.I-4 0,1 0,02
Blok II.I-5 0,03
Blok II.I-6 0,19
Blok II.I-7
Blok II.I-8

Sub BWP II.II 0,18 0,01


Blok II.II-1 0,06
Blok II.II-2 0,04 0,01
Blok II.II-3 0,08
Blok II.II-4

Sub BWP II.III 0,26 0,15


Blok II.III-1
Blok II.III-2 0,02
Blok II.III-3
Blok II.III-4 0,02
Blok II.III-5
Blok II.III-6 0,07 0,06
Blok II.III-7 0,11 0,03
Blok II.III-8 0,08 0,02

Sub BWP II.IV 0,28 0,3


Blok II.IV-1 0,03 0,02
Blok II.IV-2
Blok II.IV-3 0,09
Blok II.IV-4 0,02
Blok II.IV-5 0,03
Blok II.IV-6 0,05
Blok II.IV-7 0,02 0,07
Blok II.IV-8 0,04 0,04
Blok II.V-9 0,02 0,03
Blok II.V-10 0,12

Sub BWP III.I 1,02 0


Blok III.I-1 0,05
Blok III.I-2 0,06
Blok III.I-3 0,06
Blok III.I-4 0,11
Blok III.I-5 0,19
Blok III.I-6
Blok III.I-7 0,38
Blok III.I-8
Blok III.I-9 0,17

Sub BWP III.II 6,7 0,02


Blok III.II-1 0,27 0,01
Blok III.II-2 0,08
Blok III.II-3 0,08
Blok III.II-4 0,05
Blok III.II-5 0,06
Blok III.II-6 0,03
Blok III.II-7 0,02
Blok III.II-8 0,01
Blok III.II-9 0,01
Blok III.II-10 0,02
Blok III.II-11 0,06 0,01
Blok III.II-12 6
Blok III.II-13 0,01

Sub BWP
III.III 0,92 0,25
Blok III.III-1 0,15 0,03
Blok III.III-2 0,13 0,02
Blok III.III-3 0,1 0,01
Blok III.III-4 0,06 0,06
Blok III.III-5 0,48 0,13
Blok III.III-6
Sub BWP
III.IV 0,34 0,11
Blok III.IV-1 0,02
Blok III.IV-2 0,08 0,02
Blok III.IV.3 0,07
Blok III.IV-4 0,06
Blok III.IV-5 0,1
Blok III.IV-6 0,04
Blok III.IV-7 0,03
Blok III.IV-8 0,03
Blok III.IV-9
Blok III.IV-10

Sub BWP III.V 0,34 0,01


Blok III.V-1 0,01
Blok III.V-2 0,08
Blok III.V-3 0,07
Blok III.V-4 0,06
Blok III.V-5
Blok III.V-6 0,1
Blok III.V-7
Blok III.V-8 0,03

Sub BWP
III.VI 0,83 0
Blok III.VI-1 0,23
Blok III.VI-2 0,2
Blok III.VI-3 0,03
Blok III.VI-4 0,05
Blok III.VI-5 0,05
Blok III.VI-6 0,1
Blok III.VI-7 0,03
Blok III.VI-8 0,09
Blok III.VI-9 0,05
Blok III.VI-10

Sub BWP IV.I 1,47 0


Blok IV.I-1 0,08
Blok IV.I-2 0,14
Blok IV.I-3 0,07
Blok IV.I-4 0,29
Blok IV.I-5 0,07
Blok IV.I-6 0,07
Blok IV.I-7 0,15
Blok IV.I-8 0,12
Blok IV.I-9 0,19
Blok IV.I-10 0,03
Blok IV-I-11 0,14
Blok IV.I-12
Blok IV-I-13 0,05
Blok IV.I-14 0,07

Sub BWP IV.II 0,88 0


Blok IV.II-1 0,1
Blok IV.II-2 0,02
Blok IV.II-3 0,05
Blok IV.II-4 0,07
Blok IV.II-5 0,24
Blok IV.II-6 0,04
Blok IV.II-7 0,08
Blok IV.II-8 0,28
Blok IV.II-9

Sub BWP
IV.III 0,19 0
Blok IV.III-1 0,02
Blok IV.III-2 0,02
Blok IV.III-3
Blok IV.III-4 0,07
Blok IV.III-5 0,07
Blok IV.III-6 0,01

Sub
BWP/Blok RTNH

Sub BWP PK.I


Blok PK.I-1
Blok PK.I-2
Blok PK.I-3
Blok PK.I-4
Blok PK.I-5
Blokk PK.I-6
Blok PK.I-7

Sub BWP
PK.II
Blok PK.II-1
Blok PK.II-2
Blok PK.II-3
Blok PK.II-4
Blok PK.II-5
Blok PK.II-6
Blok PK.II-7
Blok PK.II-8
Blok PK.II-9
Blok PK.II-10
Blok PK.II-11
Blok PK.II-12

Sub BWP
PK.III
Blok PK.III-1
Blok PK.III-2
Blok PK.III-3
Blok PK.III-4
Blok PK.III-5
Blok PK.III-6

Sub BWP
PK.IV 0,09
Blok PK.IV-1
Blok PK.IV-2 0,09
Blok PK.IV-3
Blok PK.IV-4
Blok PK.IV-5
Blok PK.IV-6
Blok PK.IV-7
Blok PK.IV-8

Sub BWP
PK.V
Blok PK.V-1
Blok PK.V-2
Blok PK.V-3
Blok PK.V-4
Blok PK.V-5

Sub BWP I.I


Blok I.I-1
Blok I.I-2
Blok I.I-3
Blok I.I-4
Blok I.I-5
Blok I.I-6
Blok I.I-7
Blok I.I-8
Blok I.I-9
Blok I.I-10
Blok I.I-11
Blok I.I-12
Blok I.I-13
Blok I.I-14
Blok I.I-15
Blok I.I-16

Sub BWP I.II


Blok I.II-1
Blok I.II-2
Blok I.II-3
Blok I.II-4
Blok I.II-5
Blok I.II-6

Sub BWP I.III


Blok I.III-1
Blok I.III-2
Blok I.III-3
Blok I.III-4
Blok I.III-5
Blok I.III-6
Blok I.III-7

Sub BWP I.IV 7,07


Blok I.IV-1
Blok I.IV-2
Blok I.IV-3
Blok I.IV-4
Blok I.IV-5
Blok I.IV-6
Blok I.IV-7
Blok I.IV-8
Blok I.IV-9
Blok I.IV-10
Blok I.IV-11
Blok I.IV-12
Blok I.IV-13 7,07
Blok I.IV-14

Sub BWP I.V


Blok I.V-1
Blok I.V-2
Blok I.V-3
Blok I.V-4
Blok I.V-5

Sub BWP II.I


Blok II.I-1
Blok II.I-2
Blok II.I-3
Blok II.I-4
Blok II.I-5
Blok II.I-6
Blok II.I-7
Blok II.I-8

Sub BWP II.II


Blok II.II-1
Blok II.II-2
Blok II.II-3
Blok II.II-4

Sub BWP II.III


Blok II.III-1
Blok II.III-2
Blok II.III-3
Blok II.III-4
Blok II.III-5
Blok II.III-6
Blok II.III-7
Blok II.III-8

Sub BWP II.IV


Blok II.IV-1
Blok II.IV-2
Blok II.IV-3
Blok II.IV-4
Blok II.IV-5
Blok II.IV-6
Blok II.IV-7
Blok II.IV-8
Blok II.V-9
Blok II.V-10

Sub BWP III.I


Blok III.I-1
Blok III.I-2
Blok III.I-3
Blok III.I-4
Blok III.I-5
Blok III.I-6
Blok III.I-7
Blok III.I-8
Blok III.I-9

Sub BWP III.II


Blok III.II-1
Blok III.II-2
Blok III.II-3
Blok III.II-4
Blok III.II-5
Blok III.II-6
Blok III.II-7
Blok III.II-8
Blok III.II-9
Blok III.II-10
Blok III.II-11
Blok III.II-12
Blok III.II-13

Sub BWP
III.III
Blok III.III-1
Blok III.III-2
Blok III.III-3
Blok III.III-4
Blok III.III-5
Blok III.III-6

Sub BWP
III.IV
Blok III.IV-1
Blok III.IV-2
Blok III.IV.3
Blok III.IV-4
Blok III.IV-5
Blok III.IV-6
Blok III.IV-7
Blok III.IV-8
Blok III.IV-9
Blok III.IV-10

Sub BWP III.V


Blok III.V-1
Blok III.V-2
Blok III.V-3
Blok III.V-4
Blok III.V-5
Blok III.V-6
Blok III.V-7
Blok III.V-8

Sub BWP
III.VI
Blok III.VI-1
Blok III.VI-2
Blok III.VI-3
Blok III.VI-4
Blok III.VI-5
Blok III.VI-6
Blok III.VI-7
Blok III.VI-8
Blok III.VI-9
Blok III.VI-10

Sub BWP IV.I 0,21


Blok IV.I-1
Blok IV.I-2
Blok IV.I-3
Blok IV.I-4 0,21
Blok IV.I-5
Blok IV.I-6
Blok IV.I-7
Blok IV.I-8
Blok IV.I-9
Blok IV.I-10
Blok IV-I-11
Blok IV.I-12
Blok IV-I-13
Blok IV.I-14

Sub BWP IV.II


Blok IV.II-1
Blok IV.II-2
Blok IV.II-3
Blok IV.II-4
Blok IV.II-5
Blok IV.II-6
Blok IV.II-7
Blok IV.II-8
Blok IV.II-9

Sub BWP
IV.III 4,08
Blok IV.III-1 4,08
Blok IV.III-2
Blok IV.III-3
Blok IV.III-4
Blok IV.III-5
Blok IV.III-6
Sub Perkantoran Perkantoran
BWP/Blok Pemerintah Swasta

Sub BWP PK.I 4,84 0


Blok PK.I-1 0,02
Blok PK.I-2
Blok PK.I-3 2,24
Blok PK.I-4 2,58
Blok PK.I-5
Blokk PK.I-6
Blok PK.I-7

Sub BWP
PK.II 5,41 0
Blok PK.II-1 1,1
Blok PK.II-2 0,27
Blok PK.II-3 1,46
Blok PK.II-4 0,88
Blok PK.II-5 0,22
Blok PK.II-6 1,11
Blok PK.II-7 0,05
Blok PK.II-8
Blok PK.II-9 0,31
Blok PK.II-10
Blok PK.II-11
Blok PK.II-12 0,01

Sub BWP
PK.III 0,31 0
Blok PK.III-1 0,29
Blok PK.III-2
Blok PK.III-3
Blok PK.III-4 0,02
Blok PK.III-5
Blok PK.III-6

Sub BWP
PK.IV 0,16 0
Blok PK.IV-1 0,06
Blok PK.IV-2
Blok PK.IV-3 0,1
Blok PK.IV-4
Blok PK.IV-5
Blok PK.IV-6
Blok PK.IV-7
Blok PK.IV-8

Sub BWP 0 0
PK.V
Blok PK.V-1
Blok PK.V-2
Blok PK.V-3
Blok PK.V-4
Blok PK.V-5

Sub BWP I.I 0,7 0


Blok I.I-1 0,08
Blok I.I-2 0,27
Blok I.I-3
Blok I.I-4
Blok I.I-5
Blok I.I-6
Blok I.I-7 0,34
Blok I.I-8
Blok I.I-9
Blok I.I-10
Blok I.I-11
Blok I.I-12
Blok I.I-13
Blok I.I-14 0,01
Blok I.I-15
Blok I.I-16

Sub BWP I.II 0,87 0


Blok I.II-1
Blok I.II-2
Blok I.II-3
Blok I.II-4 0,87
Blok I.II-5
Blok I.II-6

Sub BWP I.III 0,14 0


Blok I.III-1
Blok I.III-2
Blok I.III-3 0,14
Blok I.III-4
Blok I.III-5
Blok I.III-6
Blok I.III-7

Sub BWP I.IV 4,71 0


Blok I.IV-1 0,93
Blok I.IV-2
Blok I.IV-3
Blok I.IV-4
Blok I.IV-5
Blok I.IV-6 1,04
Blok I.IV-7 0,3
Blok I.IV-8 0,93
Blok I.IV-9
Blok I.IV-10
Blok I.IV-11 0,65
Blok I.IV-12 0,86
Blok I.IV-13
Blok I.IV-14

Sub BWP I.V 0,14 0


Blok I.V-1
Blok I.V-2
Blok I.V-3 0,14
Blok I.V-4
Blok I.V-5

Sub BWP II.I 0,77 0


Blok II.I-1 0,73
Blok II.I-2 0,04
Blok II.I-3
Blok II.I-4
Blok II.I-5
Blok II.I-6
Blok II.I-7
Blok II.I-8

Sub BWP II.II 0,19 0


Blok II.II-1
Blok II.II-2
Blok II.II-3 0,19
Blok II.II-4

Sub BWP II.III 0,75 0


Blok II.III-1 0,19
Blok II.III-2 0,01
Blok II.III-3
Blok II.III-4 0,07
Blok II.III-5
Blok II.III-6
Blok II.III-7 0,48
Blok II.III-8

Sub BWP II.IV 0 0


Blok II.IV-1
Blok II.IV-2
Blok II.IV-3
Blok II.IV-4
Blok II.IV-5
Blok II.IV-6
Blok II.IV-7
Blok II.IV-8
Blok II.V-9
Blok II.V-10

Sub BWP III.I 0 0


Blok III.I-1
Blok III.I-2
Blok III.I-3
Blok III.I-4
Blok III.I-5
Blok III.I-6
Blok III.I-7
Blok III.I-8
Blok III.I-9

Sub BWP III.II 1,34 0


Blok III.II-1 0,34
Blok III.II-2
Blok III.II-3
Blok III.II-4
Blok III.II-5
Blok III.II-6
Blok III.II-7
Blok III.II-8
Blok III.II-9
Blok III.II-10
Blok III.II-11
Blok III.II-12 1
Blok III.II-13

Sub BWP
III.III 1,12 0,19
Blok III.III-1
Blok III.III-2
Blok III.III-3 0,22 0,07
Blok III.III-4
Blok III.III-5 0,9 0,12
Blok III.III-6

Sub BWP
III.IV 0,47 0
Blok III.IV-1
Blok III.IV-2 0,28
Blok III.IV.3
Blok III.IV-4
Blok III.IV-5
Blok III.IV-6 0,19
Blok III.IV-7
Blok III.IV-8
Blok III.IV-9
Blok III.IV-10

Sub BWP III.V 1,26 0


Blok III.V-1
Blok III.V-2
Blok III.V-3 0,53
Blok III.V-4
Blok III.V-5
Blok III.V-6
Blok III.V-7
Blok III.V-8 0,73

Sub BWP
III.VI 0,37 0
Blok III.VI-1
Blok III.VI-2
Blok III.VI-3
Blok III.VI-4
Blok III.VI-5 0,3
Blok III.VI-6 0,07
Blok III.VI-7
Blok III.VI-8
Blok III.VI-9
Blok III.VI-10

Sub BWP IV.I 6,12 0


Blok IV.I-1
Blok IV.I-2
Blok IV.I-3 0,09
Blok IV.I-4 0,31
Blok IV.I-5
Blok IV.I-6 5,4
Blok IV.I-7
Blok IV.I-8
Blok IV.I-9 0,22
Blok IV.I-10
Blok IV-I-11 0,1
Blok IV.I-12
Blok IV-I-13
Blok IV.I-14

Sub BWP IV.II 0,51 0


Blok IV.II-1
Blok IV.II-2
Blok IV.II-3
Blok IV.II-4 0,23
Blok IV.II-5 0,28
Blok IV.II-6
Blok IV.II-7
Blok IV.II-8
Blok IV.II-9

Sub BWP
IV.III 0,99 0
Blok IV.III-1 0,99
Blok IV.III-2
Blok IV.III-3
Blok IV.III-4
Blok IV.III-5
Blok IV.III-6

Sub
BWP/Blok Pertanian Perikanan Pariwisata Khusus
Pertanian Lahan Pertanian
Pertanian Lahan Permukiman Pangan Pertahanan
Lahan Basah Kering Pertanian Perkebunan berkelanjutan dan Keamanan TPS/TPST/TPA
LP2B Basah LP2B Kering
Sub BWP PK.I 0 0 0 0 0 0 0 0 17,91
Blok PK.I-1 2,39
Blok PK.I-2 0,04
Blok PK.I-3
Blok PK.I-4
Blok PK.I-5
Blokk PK.I-6
Blok PK.I-7 15,48

Sub BWP
PK.II 15,82 1,8 0 0 0 0 0 0 48,74
Blok PK.II-1 0,75
Blok PK.II-2
Blok PK.II-3
Blok PK.II-4
Blok PK.II-5
Blok PK.II-6 0,98
Blok PK.II-7 10 1,8
Blok PK.II-8 2,98 0,21
Blok PK.II-9 2,7
Blok PK.II-10 2,84
Blok PK.II-11
Blok PK.II-12

Sub BWP
PK.III 35,57 16,14 0 0 35,68 0 0 0 0
Blok PK.III-1
Blok PK.III-2
Blok PK.III-3 35,57 16,14
Blok PK.III-4
Blok PK.III-5
Blok PK.III-6

Sub BWP
PK.IV 0 0 0 0 0,48 0 0 0 0
Blok PK.IV-1
Blok PK.IV-2
Blok PK.IV-3
Blok PK.IV-4
Blok PK.IV-5
Blok PK.IV-6
Blok PK.IV-7
Blok PK.IV-8

Sub BWP
PK.V 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Blok PK.V-1
Blok PK.V-2
Blok PK.V-3
Blok PK.V-4
Blok PK.V-5

Sub BWP I.I 55,08 78,01 23,39 0,71 0 42,61 0 0 0


Blok I.I-1 0,03 42,61
Blok I.I-2
Blok I.I-3 6,22 2,58
Blok I.I-4
Blok I.I-5 8,77 0,77
Blok I.I-6 0,13 0,16 10,33 0,71
Blok I.I-7 0,24 2,53
Blok I.I-8 9,62 0,44
Blok I.I-9 6,79 2,31
Blok I.I-10 6,98 1,83
Blok I.I-11 9,87
Blok I.I-12 0,48
Blok I.I-13 0,33
Blok I.I-14 5,04
Blok I.I-15 7,07 1,33
Blok I.I-16 64,71 7,92
Sub BWP I.II 19,84 1,21 16,51 151,68 0 0 0,38 13,21 0
Blok I.II-1 0,76 7,62
Blok I.II-2 0,01 0,81 7,98 10,72
Blok I.II-3 0,89
Blok I.II-4 9,07 0,02 4,16 0,34 12,42
Blok I.II-5 9,66 8,55 0,04 0,79
Blok I.II-6 0,34 0,4 128,25

Sub BWP I.III 56,34 11,48 0,42 15,23 43,92 0 0,15 4,95 0
Blok I.III-1 13,96 0,41 15,23 1,22
Blok I.III-2 5,28 0,4 0,15
Blok I.III-3 0,1
Blok I.III-4 2,87 1,86
Blok I.III-5 5,78 1,2 1,87
Blok I.III-6 31,32 6,5 0,42
Blok I.III-7

Sub BWP I.IV 8,75 21,04 13,15 0,08 5,74 0 0 0 2,13


Blok I.IV-1 1,12 0,79
Blok I.IV-2
Blok I.IV-3
Blok I.IV-4 0,05 13,15 2,13
Blok I.IV-5 0,05
Blok I.IV-6
Blok I.IV-7 0,09 14,85
Blok I.IV-8 6,71 0,04
Blok I.IV-9 4,65 0,08
Blok I.IV-10 0,03 0,71
Blok I.IV-11
Blok I.IV-12 0,7
Blok I.IV-13
Blok I.IV-14

Sub BWP I.V


Blok I.V-1 16,6
Blok I.V-2
Blok I.V-3 1,06
Blok I.V-4
Blok I.V-5 14,86 5,52 2,56

Sub BWP II.I 40,75 32,94 0 0 45,14 0 0,29 0 0


Blok II.I-1 0,16
Blok II.I-2 0,01
Blok II.I-3 8,29 0,83
Blok II.I-4 18,89 6,41 0,29
Blok II.I-5 1,71 4,01
Blok II.I-6 5,93 15,87
Blok II.I-7 5,76 5,82
Blok II.I-8

Sub BWP II.II 29,59 11,38 0 0 31,67 7,77 0 0 0


Blok II.II-1 0,07 0,.07
Blok II.II-2 1,83 0,68
Blok II.II-3 0,04 0,41
Blok II.II-4 27,65 10,29

Sub BWP II.III 61,52 0,23 0 0 57,33 0 0 0 0


Blok II.III-1 0,43
Blok II.III-2 27,91
Blok II.III-3 31,6 0,01
Blok II.III-4
Blok II.III-5
Blok II.III-6 1,58 0,21
Blok II.III-7 0,01
Blok II.III-8

Sub BWP II.IV 31,98 3,27 5,6 0 25,37 0 1,41 0,61 0,25
Blok II.IV-1
Blok II.IV-2
Blok II.IV-3
Blok II.IV-4 20,23 1,1 1,41 0,25
Blok II.IV-5 0,32
Blok II.IV-6 1,62 3,27
Blok II.IV-7 3,95
Blok II.IV-8 0,23
Blok II.V-9 6,05
Blok II.V-10 4,08

Sub BWP III.I 0 1,98 0,34 0 10,93 0 0 0 15,97


Blok III.I-1 0,59
Blok III.I-2
Blok III.I-3
Blok III.I-4
Blok III.I-5 1,98 0,34
Blok III.I-6
Blok III.I-7
Blok III.I-8 15,38
Blok III.I-9

Sub BWP III.II 11,87 13,9 0 0 0 0 0 0 0


Blok III.II-1
Blok III.II-2
Blok III.II-3
Blok III.II-4
Blok III.II-5 8,4 5,79
Blok III.II-6 2,65 3,43
Blok III.II-7
Blok III.II-8
Blok III.II-9
Blok III.II-10
Blok III.II-11 0,82 4,68
Blok III.II-12
Blok III.II-13

Sub BWP
III.III 0 0 6,12 0 0 0 0,04 0 0
Blok III.III-1
Blok III.III-2
Blok III.III-3 0,02
Blok III.III-4 3,06
Blok III.III-5 3,06 0,02
Blok III.III-6

Sub BWP
III.IV 0 35,2 12,98 0 0 0 0 0 0
Blok III.IV-1 5,96 0,85
Blok III.IV-2 6,51
Blok III.IV.3
Blok III.IV-4 1,57
Blok III.IV-5 6,13
Blok III.IV-6 1,64 0,99
Blok III.IV-7 1,73 2,25
Blok III.IV-8 3,17 4,34
Blok III.IV-9 4,6 4,42
Blok III.IV-10 3,89 0,13

Sub BWP III.V 0 108,75 19,09 0 0 5,75 0 0 0


Blok III.V-1 11,26
Blok III.V-2 16,2 14,03
Blok III.V-3 15,85 3,26
Blok III.V-4 12,42
Blok III.V-5 29,87 1,8
Blok III.V-6 17,34
Blok III.V-7 5,81
Blok III.V-8

Sub BWP
III.VI 0 195,18 26,3 0 0 80,99 0 72,67 0
Blok III.VI-1 26,67
Blok III.VI-2 30,23 11,01
Blok III.VI-3 16,57 0,24
Blok III.VI-4 40,02 7,82
Blok III.VI-5 0,9
Blok III.VI-6 15,41 2,96
Blok III.VI-7 1,92
Blok III.VI-8 30,98 0,02 72,43
Blok III.VI-9 17,57 4,49
Blok III.VI-10 14,91

Sub BWP IV.I 17,78 10,97 0 0 17,8 0 0 0 3,7


Blok IV.I-1 4,51 0,38
Blok IV.I-2
Blok IV.I-3
Blok IV.I-4
Blok IV.I-5
Blok IV.I-6 6,45
Blok IV.I-7
Blok IV.I-8 1,75
Blok IV.I-9 3,19 0,4
Blok IV.I-10 3,7
Blok IV-I-11
Blok IV.I-12
Blok IV-I-13
Blok IV.I-14 10,08 1,99

Sub BWP IV.II 0 39,57 36,38 0 0 12,44 0 0 0


Blok IV.II-1 4,32 6,71
Blok IV.II-2 9,27
Blok IV.II-3
Blok IV.II-4 4,55 20,4
Blok IV.II-5
Blok IV.II-6 24,49
Blok IV.II-7 0,4
Blok IV.II-8
Blok IV.II-9 5,81

Sub BWP
IV.III 6,05 128,5 10,6 0 0 55,79 0 0 0
Blok IV.III-1 4,36 5,15 0,24
Blok IV.III-2 1,69
Blok IV.III-3
Blok IV.III-4 11,35 10,34
Blok IV.III-5 38,08 0,02
Blok IV.III-6 73,92

Jalur Pejalan
Kaki
Sub BWP I.I.
Sub BWP I.IV
Sub BWP I.V.
Sub BWP II.I
Sub BWP III.V.
Sub BWP IV.I.
Sub BWP IV.4

Transimisi Tenaga Distribusi Tenaga


Listrik Listrik SUTET SUTT SUTM
BWP PK
Sub BWP PK.III
Sub BWP PK.IV
BWP I
Sub BWP I.II.
BWP II
Sub BWP II.I.
Sub BWP II.II.
Sub BWP II.III.
Sub BWP II.IV
BWP III
BWP IV

Sambungan Telepon
Infrastruktur Telekomunikasi Jaringan Telekomunikasi Telepon Nirkabel
Jaringan Primer Jaringan Sekunder Jaringan Tersier
BWP PK.
Sub BWP
PK.II.
Sub BWP
PK.III
Sub BWP
PK.IV.
Sub BWP
PK.V.
BWP I.
Sub BWP I.I.
Sub BWP.I.IV.
BWP.II.
Sub BWP II.I.
Sub BWP II.II.
Sub BWP II.III.
Sub BWP II.IV
BWP.III.
Sub BWP III.II.
Sub BWP
III.III.
Sub BWP III.V.
Sub BWP
III.VI.
BWP.IV.
Sub BWP IV.I.

Hidran
PAM Masyarakat Umum
Sub BWP II.I.
Sub BWP II.II.
Sub BWP
II.III.
Sub BWP III.I.
Sub BWP
III.III.
Sub BWP
III.IV.
Sub BWP
III.V.
Sub BWP
III.VI.
Mu

Primer Sekunder Sekunder


Jalan Kolektor
Arteri Primer Lingkar Primer Lokal Lingkungan
Sub BWP I.I. 1,89 Fatmawati
Sub BWP I.I. dan Sub BWP I.V.
Sub BWP PK.II. Dan Sub BWP I.IV. 3,08 Diponegoro
Sub BWP PK.I, Sub BWP PK.II, Sub
BWP PK.III., Sub BWP PK.IV., Sub
BWP PK.V.m Sub BWP III.II,dan Jenderal
Sub BWP III.III 3,11 Sudirman
Sub BWP I.IV. 0,34 Wahid Hasyim
Sub BWP I.IV. Dan Sub BWP IV.I. 1,63 Osamaliki
Sub BWP IV.I., Sub BWP III.I., Sub
BWP PK.V., dan Sub BWP III.II. 1,53 Veteran
Sub BWP III.III., dan Sub BWP III.IV 3,82 Soekarno Hatta
Sub BWP IV.III dan Sub BWP IV.II.
Sub BWP III.VI, Sub BWP III.V, dan
Sub BWP III.III.
Sub BWP IV.I., Sub BWP IV.II., dan
Sub BWP III.VI. 4,17 Hasanudin
Sub BWP PK I. dan Sub BWP IV.I. 0,95 Ahmad Yani
Sub BWP PK.II,Sub BWP I.II dan
Sub BWP I.III 3,94 Pattimura
Sub BWP II.IV. 2,23 Tingkir - Barukan
Sub BWP III.III., Sub BWP III.IV.,
dan Sub BWP III.V. 3,04 Arjuna
Sub BWP III.IV. 0,88 Arimbi
Sub BWP PK.IV. Dan Sub BWP II.I. 2,87 Nanggulan
Sub BWP III.VI. 1,32 Amarta
Sub BWP III.I. 1,74 Tegalrejo Raya
Sub BWP III.VI. 1,69 Protokol Kumpulrejo
Sub BWP III.V. 3,46 Argosari
Sub BWP III.II. 0,71 Argo Boga
Sub BWP III.II. 0,32 Argo Busono
Sub BWP III.II. 0,36 Argo Rumekso
Sub BWP III.II. 0,69 Argo Kartika
Sub BWP III.II. 0,56 Argotinalang
Sub BWP III.II. 0,45 Argo Tunggal
Sub BWP II.I. dan Sub BWP II.II. 0,44 Tritis Asri
Sub BWP II.I, Sub BWP II.II., Sub
BWP II.III., dan Sub BWP III.II. 0,83 Tritis Rejo
Sub BWP II.III., Sub BWP II.IV,dan
Sub BWP III.III. 0,99 Joko Tingkir
Sub BWP PK.IV dan Sub BWP
PK.V. 1,1 Dr. Muwardi
Sub BWP PK.III. 0,61 Canden
Sub BWP PK.III. 0,51 Setro
Sub BWP I.IV. 1,18 Ki Penjawi
Watu Agung - Sari
Sub BWP I.II. 1,86 Rejo
Sub BWP I.IV., Sub BWP I.V. dan
Sub IV.III. 2,67 Imam Bonjol
Sub BWP IV.II. 0,15 Srikandi
Sub BWP I.II dan Sub BWP I.IV. 1,33 Candi Wesi
Sub BWP I.III. 0,67 Batu Tulis
Sub BWP PK.II. Dan Sub BWP I.IV. 1,06 Cemara
Sub BWP PK.II. 0,43 Domas
Sub BWP I.IV. 0,23 Turen
Sub BWP PK.II. 0,46 Yos Sudarso
Sub BWP I.IV. 0,43 Atmo Suharjan
Sub BWP I.V. 2,05 Pulutan - Jombor
Sub BWP I.IV. Dan Sub BWP IV.III 0,23 Abdul Wahid
Sub BWP IV.I. 0,69 Sentana
Sub BWP IV.I. 0,34 Abdul Sukur
Sub BWP IV.I. 0,53 Bangau
Sub BWP IV.I. 0,87 Merak
Sub BWP IV.I., dan Sub BWP IV.II. 2,37 Nakula - Sadewa
Sub BWP IV.II 0,45 Yudhistira
Sub BWP IV.II. 1,39 Parikesit
Sub BWP IV.II. 0,67 Bima
Sub BWP IV.II. 0,52 Dewi Kunti
Sub BWP IV.I. 0,59 Sidomulyo
Sub BWP III.I. 0,26 Sawo
Sub BWP III.I. 1,74 Tegal Rejo Raya
Sub BWP III.VI. 1,34 Prumasan
Sub BWP III.VI. 0,52 Ngronggo
Sub BWP PK.I. dan Sub BWP IV.I. 0,86 Jend A. Yani
Sub BWP PK.I. dan Sub BWP IV.I. 0,48 Lapangan Pancasila
Sub BWP PK.I. dan Sub BWP IV.I. 0,56 Brigjend Sudiarto
Sub BWP PK.I. dan Sub BWP IV.I. 0,53 Letjend Sukowati
Sub BWP PK.II dan Sub BWP IV.I. 0,44 Laksda Adi Sucipto
Sub BWP IV.I. 0,4 Tentara Pelajar
Sub BWP PK.I. 0,22 Semeru
Sub BWP PK.I. 0,23 Kesambi
Sub BWP PK.I. dan Sub BWP PK.II. 0,58 Pemotongan
Sub BWP PK.II dan Sub BWP I.IV. 0.58 Kartini
Sub BWP PK.II. 0,35 Prof Moh Yamin
Sub BWP PK.II. 0,24 Langensuko
Sub BWP PK.II. 0,43 Monginsidi
Sub BWP PK.II. 0,1 Pemuda
Sub BWP PK.II. 0,11 Taman Sari
Sub BWP PK.II. Dan SUB BWP
PK.III. 0,41 Buk Suling
Sub BWP PK.III. 0,13 Nyai Kopek
Sub BWP PK.III. Dan Sub BWP
PK.IV. 0,16 Taman Pahlawan
Sub BWP PK.III. 0,7 Benoyo
Sub BWP PK.II. 0,82 Raden Patah
Sub BWP PK .IV. 0,56 Kalinyamat
Sub BWP PK.IV. Dan Sub BWP
PK.V. 0,32 Senjoyo
Sub BWP PK.IV. 0,43 Kalipengging
Sub BWP III.IV. 2,32 Merbabu
Sub BWP PK.III. 0,33 Butuh
Sub BWP III.I. dan III.II. 0,52 Argoyuwono
Sub BWP III.II. dan III.III. 1,18 Argobudoyo
Sub BWP III.IV. 1,34 Abimanyu
Sub BWP II.III. 0,29 KH.Zubair
Sub BWP PK.III. 0,78 Pandansari
Sub BWP III.I. 0,3 Karangkepoh I
Sub BWP III.I. 0,31 Karangkepoh II
Sub BWP III.I. 0,49 Karangkepoh III
Sub BWP PK.IV. 0,46 Gumukrejo
Sub BWP II.I. 1,61 Gunungsari Utama
Sub BWP II.I. 0,26 Singosari I
Sub BWP II.I. 0,2 Singosari II
Sub BWP II.I. 0,31 Tritis Mukti
Sub BWP II.I. dan Sub BWP II.II. 0,56 Tritisari
Sub BWP PK.III 0,29 Mayang Sari
Sub BWP PK.III 0,26 Cempaka Sari
Sub BWP PK.III 0,29 Melati Sari
Sub BWP PK.III 0,21 Kenanga Sari
Sub BWP PK.III 0,3 Mawar Sari
Sub BWP III.II. 0,21 Argotirto
Sub BWP III.II. 0,25 Sidoharjo
Sub BWP I.IV. 0,55 Kalisawo
Sub BWP PK.II. 0,38 Candisari
Sub BWP I.III. 0,66 Jayeng Rono
Sub BWP PK.III. 0,8 Ki Pitrang
Sub BWP III.I. 0,34 Mertani
Sub BWP III.I. 0,25 Pringgodani
Sub BWP II.III. 9,55 Cengek Nyamat
Merbabu
Sub BWP III.IV. 2,32 ( Noborejo)
Sub BWP I.I. 0,38 Pundung
Sub BWP I.I. 0,6 Gunung Payung
Sub BWP I.I. 0,98 Sultan Agung
Sub BWP I.I. 1.15 Dumai Indah
Sub BWP I.I. 0,49 Dliko Sari
Sub BWP I.IV. 0,32 KH. A. Dahlan
Sub BWP I.II. 1,13 PTP Sari Rejo
Sub BWP I.III. 0,23 Baiturohim
Sub BWP I.III. 0,45 Abdul Hamid
Sub BWP I.IV. 0,34 Durian
Sub BWP I.V. 1,26 Darma Bakti
Sub BWP I.IV. 0,25 Jambe Wangi
Sub BWP I.IV. 0,07 Delima
Sub BWP I.IV. 0,36 Sisingamangaraja
Sub BWP PK.II. 1,19 Kemiri
Sub BWP I.IV. 0,29 Menur
Sub BWP PK.II. 0,29 Kauman
Sub BWP I.IV. 0,24 Kenanga
Sub BWP PK.II 0,27 Sumopuro Kidul
Sub BWP PK.II 0,35 Sumopuro Lor
Sub BWP PK.II 0,39 Cungkup
Sub BWP PK.II 0,18 Raden Patah
Sub BWP PK.II 0,12 Gladagan
Sub BWP PK.II 0,62 Karang Taruna
Sub BWP PK.II 0,63 Wali Songo
Sub BWP PK.III. 0,23 Perengsari
Sub BWP PK.III. 1,25 Telengsari
Sub BWP PK.III. 0,21 Kantil Sari
Sub BWP PK.III. 0,14 Widosari
Sub BWP PK.III. 0,2 Manggar Sari
Sub BWP PK.III. 0,78 Pandan Sari
Sub BWP PK.III. 0,14 Ngentak
Sub BWP PK.III. 0,17 Jambesari
Sub BWP PK.III. 0,17 Kalisari
Sub BWP PK.II. 0,38 Kalitaman
Sub BWP PK.II. 0,24 Bau Joyo
Sub BWP PK.II. 0,16 Bungur
Sub BWP PK.I dan PK.II. 0,13 Damar
Sub BWP PK.II. 0,27 Margosari
Sub BWP PK.II. 0,27 Puongkur Sari
Sub BWP I.IV. 0,34 Seruni
Sub BWP I.IV. 0,15 Cempaka
Sub BWP IV.I. 0,18 RSU
Sub BWP PK.I. 0,25 Kridanggo
Sub BWP PK.I. 0,24 Kemuning
Sub BWP PK.I. 0,19 Tanjung
Sub BWP PK.I. 0,25 Johar
Sub BWP PK.I. 0,12 Jambu
Sub BWP PK.IV. 0,19 Bengawan
Sub BWP PK.IV. 0,32 Progo
Sub BWP PK.IV. 0,36 Kalibodri
Sub BWP PK.IV. 0,35 Serayu
Sub BWP PK.IV. 0,18 Serang
Sub BWP PK.IV. Dan Sub BWP
PK.V. 0,32 Senjoyo
Sub BWP PK.V. 0,11 Tempel Rejo
Sub BWP PK.IV. 0,51 Mangga
Sub BWP III.I. dan Sub BWP IV.I. 0,35 Rekesan
Sub BWP III.I. 0,23 Sawojajar
Sub BWP III.I. 0,14 Manggis
Sub BWP PK.II. 1,02 DR. Sumardi
Sub BWP PK.II. 0,69 Pramuka
Sub BWP PK.V. 0,31 Margorejo
Sub BWP PK.IV. 0,29 Tanggul Retno
Sub BWP PK.III. 0,39 Siti Projo
Sub BWP PK.III. 0,22 Tirtoyoso
Sub BWP PK.III. 0,46 Kyai Banteng
Sub BWP II.I. 1,01 Singo Prakoso
Sub BWP II.I. 0,35 Serayu
Sub BWP II.I. 0,39 Tritis Langgeng
Sub BWP II.II. 0,21 Argo Wilis
Sub BWP III.II. 0,32 Argobusono
Sub BWP III.II. 0,69 Argo Kartika
Sub BWP III.II. 0,13 Argo Loyo
Sub BWP PK.V. 0,34 Pereng Rejo
Sub BWP PK.V. 0,46 Kumpul Rejo
Sub BWP PK.V. 0,1 Langen Rejo
Sub BWP III.IV. 0,9 Sadewa
Sub BWP III.IV. 0,41 Sadewa I
Sub BWP III.V. 3,46 Argosari
Sub BWP IV.I. 0,13 Sunan Kalijaga
Sub BWP III.V. 0,72 Argo Boga
Sub BWP IV.II. 0,2 Ex AMD
Sub BWP IV.II. 0,68 Somba
Sub BWP IV.II. 0,42 Purbaya I
Sub BWP IV.II. 0,2 Purbaya II
Sub BWP IV.II. 0,22 Purbaya III
Sub BWP IV.II. 0,24 Purbaya IV
Sub BWP IV.II. 0,12 Purbaya V
Sub BWP IV.II. 0,37 Wisanggeni
Sub BWP IV.II. 0,4 Irawan
Sub BWP IV.II. 0,51 Janoko
Sub BWP IV.II. 0,34 Kresna
Sub BWP IV.II. 0,35 Wibisono
Sub BWP IV.II. 1,18 Bisma
Sub BWP IV.II. 0,84 Wisnu
Sub BWP IV.II. 1,08 Abiyoso
Sub BWP IV.I. dan Sub BWP IV.II. 0,32 Taruna
Sub BWP IV.II. 0,49 Nakula Sadewa I
Sub BWP IV.II. 0,2 Nakula Sadewa II
Sub BWP IV.II. 0,2 Nakula Sadewa III
Sub BWP IV.II. 0,51 Nakula Sadewa IV
Sub BWP IV. I. Dan Sub BWP IV.II. 0,19 Nakula Sadewa V
Sub BWP IV.I. 0,46 Surowijaya
Sub BWP IV.I. 0,2 Nuri
Sub BWP IV.I. 0,49 Nyai Jinten
Sub BWP IV.I. 0,58 Ali Wijayan
Sub BWP IV.I. 0,19 Sri Gunting
Sub BWP IV.I. 0,22 Cendrawasih
Sub BWP IV.I. 0,34 Merpati
Sub BWP IV.I. 0,14 Podang
Sub BWP IV.I. 0,2 Kasuari
Sub BWP IV.I. 0,23 Joyo Imron
Sub BWP PK.I. 0,32 Kendalisodo
Sub BWP PK.I. 0,51 Tangsi Besar
Sub BWP PK.V. 0,26 Karang Rejo
Sub BWP III.I. 0,39 Jodipati
Sub BWP III.II. 0,36 Argoluwih
Sub BWP PK.II. 0,19 Damarjati
Sub BWP PK.II. 0,43 Domas
Sub BWP PK.V. 0,54 Pereng Tritis
Sub BWP PK.V. 0,46 Kumpulrejo
Tritis
Sub BWP PK.V. 0,39 Langgeng
Sub BWP PK.IV 0,19 Bengawan
Sub BWP PK.V. 0,11 Tempelrejo
Sub BWP PK.V. 0,8 Tanggulrejo
Sub BWP III.IV. 0,9 Sadewo
Sub BWP III.VI. 1,32 Amarta
Sub BWP III.I. 0,23 Sawojajar
Sub BWP III.I. 0,18 Mertani
SUb BWP PK.III. 0,17 Kalisari
SUb BWP PK.III. 0,17 Jambesari
SUb BWP PK.III. 0,14 Widosari
SUb BWP PK.III. 0,22 Tirtoyoso
Sub BWP PK.IV. 0,18 Serang

Bagian Kedua

Ruang Lingkup Pengaturan

Pasal….

Ruang Lingkup Peraturan Daerah RDTR Kota Salatiga ini meliputi :

a. Peran dan fungsi RDTR Kota Salatiga;


b. Cakupan wilayah RDTR Kota Salatiga;
c. Muatan umum RDTR Kota Salatiga;
d. BWP Kota Salatiga;
e. Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang;
f. Ketentuan Sanksi
g. Kelembagaan;
h. Peninjauan Kembali;
i. Ketentuan Peralihan; dan
j. Ketentuan Penutup.

Bab II

PERAN ADAN FUNGSI RDTR KOTA SALATIGA

Pasal …..

(1) RDTR Kota Salatiga berperan sebagai alat operasionalisasi dan alat koordinasi pelaksanaan dan pengendal;ian pemanfaatan ruang di Kota Salatiga Provinsi Jawa Tengah.
(2) RDTR Kota Salatiga berfungsi sebagai :
a. Kendali mutu pemanfaatan ruang di Kota Salatiga Provinsi Jawa Tengah;
b. Accuan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang lebih rinci dari kegiatan pemanfaatan ruang yang dimanfaatkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga Provinsi Jawa Tengah;
c. Acuan bagi pengendalian pemanfaatan ruang di Kota Salatiga provinsi Jawa Tengah;
d. Acuan bagi penerbitan izin pemanfaatan ruang di Kota Salatiga Provinsi Jawa Tengah; dan
e. Acuan dalam penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.

BAB III
CAKUPAN WILAYAH RDTR KOTA SALATIGA
Pasal….
Cakupan Wilayah RDTR Kota Salatiga sebagaimana dimaksud dalam Pasal …. Huruf …. Mencakup :
BWP PK : Pusat Kota
BWP I : Kecamatan Sidorejo
BWP II : Kecamatan Tingkir
BWP III : Kecamatan Argomulyo
BWP IV : Kecamatan Sidomukti

Wilayah administrasi daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari 4 (empat) kecamatan dan 23 (dua puluh tiga) kelurahan meliputi :

Kecamatan Sidorejo seluas 1.624 Hektar terdiri dari :

1. Kelurahan Blotongan seluas 423,80 Ha;


2. Kelurahan SIdorejo Lor seluas 271,60 Ha;
3. Kelurahan Salatiga seluas 202 Ha;
4. Kelurahan Bugel 294,37 Ha;
5. Kelurahan Kauman Kidul seluas 195,85 Ha; dan
6. Kelurahan Pulutan seluas 237,10 Ha.

Kecamatan Tingkir seluas 1.055 Ha terdiri dari :

1. Kelurahan Kutowinangun Lor seluas 196,57 Ha;


2. Kelurahan Kutowinangun Kidul seluas 97,18 Ha;
3. Kelurahan SIdorejo Kidul seluas 277,50 Ha;
4. Kelurahan Kalibening seluas 99,60 Ha;
5. Kelurahan Tingkir Lor seluas 177,30 Ha;
6. Kelurahan Tingkir Tengah seluas 137,80 Ha; dan
7. Kelurahan Gendongan seluas 68,900 Ha.

Kecamatan Argomulyo seluas 1.853 Ha terdiri dari :

1. Kelurahan Noborejo seluas 332,20 Ha;


2. Kelurahan Ledok seluas 187,33 Ha;
3. Kelurahan Tegalrejo seluas 188,43 Ha;
4. Kelurahan Randuacir seluas 377,60 Ha;
5. Kelurahan Cebongan seluas 138,10 Ha; dan
6. Kelurahan Kumpulrejo seluas 629,03 Ha.

Kecamatan Sidomukti seluas 1.146 Ha terdiri dari :

1. Kelurahan Kecandran seluas 399,20 Ha;


2. Kelurahan Dukuh seluas 377,15 Ha;
3. Kelurahan Mangunsari seluas 290,77 Ha; dan
4. Kelurahan Kalicacing seluas 78,73 Ha.

Pasal ….
(1)BWP Pusat Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal …. Merupakan salah satu Kawasan perkotaan di Kota Salatiga yang ditetapkan berdasarkan fungsi serta daya dukung lahan, karakteristik
permukiman, permukiman jumlah penduduk, kebutuhan lahan, potensi, masalah, dan / atau isu strategis.
(2)Fungsi BWP Pusat Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
a. Pusat Industri yaitu Pusat Aneka Industri
b. Pusat Perdagangan dan Jasa, Baik Tunggal maupun Deret
1) Pusat Perdagangan dan Jasa Tunggal mencakup :
Pusat Perbelanjaan, Pasar Tradisional, Jasa Penginapan, dan Perdagangan dan Jasa lainnya;
2) Pusat perdagangan dan jasa deret mencakup :
Pusat Perbelanjaan dan Toko / Pertokoan.
c. Pusat Pendidikan diantaranya:
3) Pendidikan Tinggi;
4) Pendidikan Menengah Atas;
5) Pendidikan menengah Pertama;
6) Pendidikan Dasar; dan
7) Pra Pendidikan.
d. Pusat Transportasi yaitu terminal.
e. Pusat Kesehatan berupa Rumah Sakit dan Puskesmas.
f. Pusat Olahraga berupa lapangan olahraga dan Gedung olahraga.
g. Pusat Peribadatan yaitu Peribadatan Utama dan Peribadatan Lingkungan.
h. Pusat Ruang Terbuka Non Hijau.
i. Pusat Perkantoran berupa kantor pemerintah.
j. Pusat Pertanian berupa:
8) Pertanian Lahan Basah;
9) Pertanian Lahan Kering;
10) Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Basah;
k. Pusat Pertahanan dan Keamanan.

Pasal ….
(3)BWP I sebagaimana dimaksud dalam Pasal …. Merupakan salah satu Kawasan perkotaan di Kota Salatiga yang ditetapkan berdasarkan fungsi serta daya dukung lahan, karakteristik permukiman,
permukiman jumlah penduduk, kebutuhan lahan, potensi, masalah, dan / atau isu strategis.
(4)Fungsi BWP I sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
l. Pusat Perdagangan dan Jasa, baik tunggal maupun deret:
11) Pusat perdagangan dan jasa tunggal mencakup:
Pasar Tradisional, Jasa Penginapan, hiburan, dan perdagangan dan jasa lainnya.
12) Pusat perdagangan dan jasa deret mencakup :
Toko / pertokoan
m. Pusat Pendidikan diantaranya:
13) Pendidikan Tinggi;
14) Pendidikan Menengah Atas;
15) Pendidikan Menengah Pertama;
16) Pendidikan Dasar;
17) Pra Pendidikan; dan
18) Pendidikan Lainnya.
n. Pusat Transportasi yaitu terminal.
o. Pusat Kesehatan berupa Rumah Sakit dan Puskesmas.
p. Pusat Peribadatan yaitu Peribadatan Utama dan Peribadatan Lingkungan.
q. Pusat Ruang Terbuka Non Hijau.
r. Pusat Perkantoran berupa kantor pemerintah.
s. Pusat Pertanian berupa :
19) Pertanian Lahan Basah;
20) Pertanian Lahan Kering;
21) Permukiman Pertanian;
22) Perkebunan;
23) Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Basah;
24) Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Kering;
t. Pusat Perikanan.
u. Pusat Pariwisata.
v. Pusat pertahanan dan Keamanan.

Pasal ….
(5)BWP II sebagaimana dimaksud dalam Pasal …. Merupakan salah satu Kawasan perkotaan di Kota Salatiga yang ditetapkan berdasarkan fungsi serta daya dukung lahan, karakteristik permukiman,
permukiman jumlah penduduk, kebutuhan lahan, potensi, masalah, dan / atau isu strategis.
(6)Fungsi BWP II sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
w. Pusat Industri yaitu Pusat Aneka Industri
x. Pusat Perdagangan dan jasa baik perdagangan dan jasa tunggal maupun deret
25) Pusat perdagangan dan jasa tunggal mencakup : pasar tradisional dan pusat perdagangan dan jasa lainnya.
26) Pusat perdagangan dan jasa deret mencakup : toko / pertokoan.
y. Pusat Pendidikan mencakup :
27) Pendidikan Tinggi;
28) Pendidikan Menengah Atas;
29) Pendidikan Menengan Pertama;
30) Pendidikan Dasar;
31) Pra Pendidikan;
32) Pendidikan Lainnya.
z. Pusat Transportasi yaitu terminal.
aa. Pusat Kesehatan yaitu puskesmas.
ab. Pusat Peribadatan yaitu Peribadatan Utama dan Peribadatan Lingkungan.
ac. Pusat Perkantoran berupa kantor pemerintah.
ad. Pusat Pertanian berupa :
ae. Pertanian Lahan Basah;
af. Pertanian Lahan Kering;
ag. Permukiman Pertanian;
ah. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Basah;
ai. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Kering;
aj. Pusat Perikanan.
ak. Pusat Pariwisata.
al. Pusat Pertahanan dan Keamanan.
am. Pusat Instalasi Pengolahan Limbah.

Pasal ….
(7)BWP III sebagaimana dimaksud dalam Pasal …. Merupakan salah satu Kawasan perkotaan di Kota Salatiga yang ditetapkan berdasarkan fungsi serta daya dukung lahan, karakteristik permukiman,
permukiman jumlah penduduk, kebutuhan lahan, potensi, masalah, dan / atau isu strategis.
(8)Fungsi BWP III sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
an. Pusat Industri yaitu Pusat Aneka Industri dan Industri Kimia Dasar.
ao. Pusat Perdagangan dan Jasa, baik Tunggal maupun Deret.
33) Pusat Perdagangan dan Jasa Tunggal Mencakup : jasa penginapan dan perdagangan dan jasa lainnya.
34) Pusat perdagangan dan jasa deret yaitu toko / pertokoan.
ap. Pusat Pendidikan mencakup :
35) Pendidikan Tinggi;
36) Pendidikan Menengah Atas;
37) Pendidikan Menenah Pertama;
38) Pendidikan Dasar;
39) Pra Pendidikan;
40) Pendidikan Lainnya.
aq. Pusat Transportasi yaitu terminal.
ar. Pusat Kesehatan berupa Rumah Sakit dan Puskesmas.
as. Pusat Olahraga yaitu Gedung olahraga.
at. Pusat Peribadatan yaitu Peribadatan Utama dan Peribadatan Lingkungan.
au. Pusat Ruang Terbuka Non Hijau.
av. Pusat Perkantoran berupa kantor pemerintah dan kantor swasta.
aw. Pusat Pertanian berupa:
41) Pertanian Lahan Basah;
42) Pertanian Lahan Kering;
43) Permukiman Pertanian;
44) Lahan Pertanian Tanaman Pangan Berkelanjutan Basah;
45) Lahan Pertanian Tanaman Pangan Berkenjutan Kering;
ax. Pusat Perikanan.
ay. Pusat Pariwisata.
az. Pusat pertahanan dan Keamanan.
ba. Pusat Tempat Pembuangan Sampah/ Tempat Pembuangan Sampah Terpadu/ Tempat Pembuangan Akhir.
bb. Pusat Instalasi Pengolahan Limbah.

Pasal ….
(9)BWP IV sebagaimana dimaksud dalam Pasal …. Merupakan salah satu Kawasan perkotaan di Kota Salatiga yang ditetapkan berdasarkan fungsi serta daya dukung lahan, karakteristik permukiman,
permukiman jumlah penduduk, kebutuhan lahan, potensi, masalah, dan / atau isu strategis.
(10) Fungsi BWP IV sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
bc. Pusat perdagangan dan jasa baik tunggal maupun deret.
46) Pusat perdagangan dan jasa tunggal mencakup : pasar tradisional, jasa penginapan, dan perdagangan dan jasa lainnya.
47) Pusat perdagangan dan jasa deret yaitu toko / pertokoan.
bd. Pusat Pendidikan mencakup :
48) Pendidikan Tinggi;
49) Pendidikan Menengah Atas;
50) Pendidikan Menenah Pertama;
51) Pendidikan Dasar;
52) Pra Pendidikan;
53) Pendidikan Lainnya.
be. Pusat Kesehatan berupa Rumah Sakit dan Puskesmas.
bf. Pusat Olahraga yaitu Gedung olahraga.
bg. Pusat Perkantoran berupa kantor pemerintah.
bh. Pusat Pertanian berupa :
54) Pertanian Lahan Basah;
55) Pertanian Lahan Kering;
56) Permukiman Pertanian;
57) Lahan Pertanian Tanaman Pangan Berkelanjutan Basah;
58) Lahan Pertanian Tanaman Pangan Berkelanjutan Kering;
bi. Pusat Pertahanan dan Keamanan.
bj. Pusat Tempat Pembuangan Sampah/ Tempat Pembuangan Sampah Terpadu/ Tempat Pembuangan Akhir.
bk. Pusat Instalasi Pengolahan Limbah.

Cakupan BWP PK sebagaimana dimaksud pada ayat (…) terdiri atas 5 (lima) Sub BWP seluas 643,38 (enam ratus empat puluh tiga koma tiga delapan) hektar.
Cakupan BWP PK sebagaimana dimaksud pada ayat () terdiri atas:
Sub BWP PK.I di seluruh wilayah Kelurahan Kalicacing di Pusat Kota dengan luas 78,73 (tujuh puluh delapan koma tujuh tiga) hektar.
Sub BWP PK.II di seluruh wilayah Kelurahan Salatiga di Pusat Kota dengan luas 202,00 (dua ratus koma nol nol) hektar.
Sub BWP PK.III di seluruh wilayah Kelurahan Kutowinangun Lor di Pusat Kota dengan luas 196,57 (seratus sembilan puluh enam koma lima tujuh) hektar.
Sub BWP PK.IV di seluruh wilayah Kelurahan Kutowinangun Kidul di Pusat Kota dengan luas 97,18 (Sembilan puluh tujuh koma satu delapan) hektar.
Sub BWP PK.V di seluruh wilayah Kelurahan Gendongan di Pusat Kota dengan luas 68,90 (enam puluh delapan koma Sembilan nol) hektar.

Cakupan BWP I sebagaimana dimaksud pada ayat (…) terdiri atas 5 ( lima) Sub BWP seluas 1.422,72 (seribu empat puluh dua koma tujuh dua) hektar.
Cakupan BWP I sebagaimana dimaksud pada ayat () terdiri atas:
Sub BWP I.I di seluruh wilayah Kelurahan Blotongan terletak pada Kecamatan Sidorejo dengan luas 423,80 (empat ratus dua puluh tiga koma delapan nol) hektar.
Sub BWP I.II di seluruh wilayah Kelurahan Bugel terletak pada Kecamatan Sidorejo dengan luas 294,37 (dua ratus Sembilan puluh empat koma tiga tujuh) hektar.
Sub BWP I.III di seluruh wilayah Kelurahan Kauman Kidul terletak pada Kecamatan Sidorejo dengan luas 195,85 (serratus sembilan puluh lima koma delapan lilma) hektar.
Sub BWP I.IV di seluruh wilayah Kelurahan Sidorejo Lor terletak pada Kecamatan Sidorejo dengan luas 271, 60 (dua ratus tujuh puluh satu koma enam nol) hektar.
Sub BWP I.V di seluruh wilayah Kelurahan Pulutan terletak pada Kecamatan Sidorejo dengan luas 237,10 (dua ratus tiga puluh tujuh koma satu nol) hektar.

Cakupan BWP II sebagaimana dimaksud pada ayat (…) terdiri atas 4 (empat ) Sub BWP seluas 692,20 (enam ratus sembilan puluh dua koma dua nol) hektar.
Cakupan BWP II sebagaimana dimaksud pada ayat () terdiri atas:
Sub BWP II.I di seluruh wilayah Kelurahan Sidorejo Kidul terletak pada Kecamatan Tingkir dengan luas 277,50 (dua ratus tujuh puluh tujuh koma lima nol) hektar.
Sub BWP II.II di seluruh wilayah Kelurahan Kalibening terletak pada Kecamatan Tingkir dengan luas 99,60 (Sembilan puluh Sembilan koma enam nol) hektar.
Sub BWP II.III di seluruh wilayah Kelurahan Tingkir Lor terletak pada Kecamatan Tingkir dengan luas 177,30 (seratus tujuh puluh tujuh koma tiga nol ) hektar.
Sub BWP II.IV di seluruh wilayah Kelurahan Tingkir Tengah terletak pada Kecamatan Tingkir dengan luas 137,80 (serratus tiga puluh tujuh koma delapan nol) hektar.

Cakupan BWP III sebagaimana dimaksud pada ayat (…) terdiri atas 6 (enam) Sub BWP seluas 1.852,69 (seribu delapan puluh lima dua koma enam Sembilan) hektar.
Cakupan BWP III sebagaimana dimaksud pada ayat () terdiri atas:
Sub BWP III.I di seluruh wilayah Kelurahan Tegalrejo terletak pada Kecamatan Argomulyo dengan luas 188,43 (seratus delapan puluh delapan koma empat tiga) hektar.
Sub BWP III.II di seluruh wilayah Kelurahan Ledok terletak pada Kecamatan Argomulyo dengan luas 187,33 (serratus delapan puluh tujuh koma tiga tiga) hektar.
Sub BWP III.III di seluruh wilayah Kelurahan Cebongan terletak pada Kecamatan Argomulyo dengan luas 138,10 (seratus tiga puluh delapan koma satu nol) hektar.
Sub BWP III.IV di seluruh wilayah Kelurahan Noborejo terletak pada Kecamatan Argomulyo dengan luas 332,20 (tiga ratus tiga puluh dua koma dua nol) hektar.
Sub BWP III.V di seluruh wilayah Kelurahan Randuacir terletak pada Kecamatan Argomulyo dengan luas 377,60 (tiga ratus tujuh puluh tujuh koma enam nol) hektar.
Sub BWP III.VI di seluruh wilayah Kelurahan Kumpulrejo terletak pada Kecamatan Argomulyo dengan luas 629,03 (enam ratus dua puluh Sembilan koma nol tiga) hektar.

Cakupan BWP IV sebagaimana dimaksud pada ayat (…) terdiri atas 3 ( tiga) seluas 1.067,12 (seribu enam puluh tujuh koma satu dua) hektar.
Cakupan BWP IV sebagaimana dimaksud pada ayat () terdiri atas:
Sub BWP IV.I di seluruh wilayah Kelurahan Mangunsari terletak pada Kecamatan Sidomukti dengan luas 290,77 (dua ratus Sembilan puluh koma tujuh tujuh) hektar.
Sub BWP IV.II di seluruh wilayah Kelurahan Dukuh terletak pada Kecamatan Sidomukti dengan luas 377,15 (tiga ratus tujuh puluh tujuh koma satu lima) hektar.
Sub BWP IV.III di seluruh wilayah Kelurahan Kecandran terletak pada Kecamatan Sidomukti dengan luas 399,20 (tiga ratus Sembilan puluh Sembilan koma dua nol) hektar.

Sub BWP PK.I. ( Kelurahan Kalicacing ) sebagaimana dimaksud pada ayat (…) huruf … terdiri atas 7 ( tujuh) blok meliputi :
Blok PK.I-1 dengan luas kurang lebih 12,32 ( dua belas koma tiga dua) hektar;
Blok PK.I-2 dengan luas kurang lebih 6,35 ( enam koma tiga lima) hektar;
Blok PK.I-3 dengan luas kurang lebih 8,77 ( delapan koma tujuh tujuh) hektar;
Blok PK. I-4 dengan luas kurang lebih 15,69 ( lima belas koma enam sembilan) hektar;
Blok PK.I-5 dengan luas kurang lebih 10,09 (sepuluh koma nol sembilan) hektar;
Blok PK.I-6 dengan luas kurang lebih 3,95 (tiga koma Sembilan lima) hektar; dan
Blok PK.I-7 dengan luas kurang lebih 21,56 (dua puluh satu koma lima enam) hektar.
Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) sebagaimana dimaksud pada ayat (…) huruf … terdiri atas 12 (dua belas) blok meliputi :
Blok PK.II-1 dengan luas kurang lebih 30,38 (tiga puluh koma tiga delapan) hektar;
Blok PK.II-2 dengan luas kurang lebih 3,09 (tiga koma nol sembilan) hektar;
Blok PK.II-3 dengan luas kurang lebih10,19 (sepuluh koma satu sembilan) hektar;
Blok PK.II-4 dengan luas kurang lebih11,10 (sebelas koma satu nol) hektar;
Blok PK.II-5 dengan luas kurang lebih 7,27 (tujuh koma dua tujuh) hektar;
Blok PK.II-6 dengan luas kurang lebih 17,50 (tujuh belas koma lima nol) hektar;
Blok PK.II-7 dengan luas kurang lebih 39,75 (tiga puluh sembilan koma tujuh lima) hektar;
Blok PK.II-8 dengan luas kurang lebih 34,93 (tiga puluh empat koma sembilan tiga) hektar;
Blok PK.II-9 dengan luas kurang lebih 22,93 (dua puluh dua koma sembilan tiga) hektar;
Blok PK.II-10 dengan luas kurang lebih 8,69 (delapan koma enam sembilan) hektar;
Blok PK.II-11 dengan luas kurang lebih 11,27 (sebelas koma dua tujuh) hektar; dan
Blok PK.II-12 dengan luas kurang lebih 4,89 (empat koma delapan sembilan) hektar.

Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) sebagaimana dimaksud pada ayat (…) huruf … terdiri atas 6 (enam) blok meliputi :
Blok PK.III-1 dengan luas kurang lebih 28,47 ( dua puluh delapan koma empat tujuh) hektar;
Blok PK.III-2 dengan luas kurang lebih 23,90 ( dua puluh tiga koma Sembilan nol) hektar;
Blok PK.III-3 dengan luas kurang lebih 105,94 ( seratus lima koma Sembilan empat) hektar;
Blok PK.III-4 dengan luas kurang lebih 8,91 ( delapan koma Sembilan satu) hektar;
Blok PK.III-5 dengan luas kurang lebih 9,10 ( sembilan koma satu nol) hektar; dan
Blok PK.III-6 dengan luas kurang lebih 20,26 ( dua puluh koma dua enam) hektar.

Sub BWP PK.IV (Kelurahan Kutowinangun Kidul) sebagaimana dimaksud pada ayat (…) huruf … terdiri atas 8 (delapan) blok meliputi :
Blok PK.IV-1 dengan luas kurang lebih 8,11 ( delapan koma satu satu) hektar;
Blok PK.IV-2 dengan luas kurang lebih 9,24 ( Sembilan koma dua empat ) hektar;
Blok PK.IV-3 dengan luas kurang lebih 13,90 ( tiga belas koma Sembilan nol) hektar;
Blok PK.IV-4 dengan luas kurang lebih 3,81 ( tiga belas koma delapan satu) hektar;
Blok PK.IV-5 dengan luas kurang lebih 10,26 ( sepuluh koma dua enam) hektar;
Blok PK.IV-6 dengan luas kurang lebih 15,87 ( lima belas koma delapan tujuh) hektar;
Blok PK.IV-7 dengan luas kurang lebih 13,14 ( tiga belass koma satu empat) hektar; dan
Blok PK.IV-8 dengan luas kurang lebih 22,85 ( dua puluh dua koma delapan lima) hektar.

Sub BWP PK.V (Kelurahan Gendongan) sebagaimana dimaksud pada ayat (…) huruf … terdiri atas 5 (lima) blok meliputi :
Blok PK.V-1 dengan luas kurang lebih 17,90 ( tujuh belas koma sembilan nol) hektar;
Blok PK.V-2 dengan luas kurang lebih 11,70 ( sebelas koma tujuh nol) hektar;
Blok PK.V-3 dengan luas kurang lebih 18,21 ( delapan belas koma dua satu) hektar;
Blok PK.V-4 dengan luas kurang lebih 11,32 ( sebelas koma tiga dua) hektar; dan
Blok PK.V-5 dengan luas kurang lebih 9,77 ( Sembilan koma tujuh tujuh) hektar.

Sub BWP I.I ( Kelurahan Blotongan) sebagaimana dimaksud dalam Pasal …. Ayat (…) huruf ….. terdiri atas 16 ( enam belas) blok meliputi :
Blok I.I-1 dengan luas kurang lebih 24,47 ( dua puluh empat koma empat tujuh) hektar;
Blok I.I-2 dengan luas kurang lebih 9,87 ( sembilan koma delapan tujuh) hektar;
Blok I.I-3 dengan luas kurang lebih 36,00 ( tiga puluh enam koma nol nol) hektar;
Blok I.I-4 dengan luas kurang lebih 10,30 ( sepuluh koma tiga nol) hektar;
Blok I.I-5 dengan luas kurang lebih 28,91 ( dua puluh delapan koma Sembilan satu) hektar;
Blok I.I-6 dengan luas kurang lebih 37,41 ( tiga puluh tujuh koma empat satu) hektar;
Blok I.I-7 dengan luas kurang lebih 16,24 ( enam belas koma dua empat) hektar;
Blok I.I-8 dengan luas kurang lebih 32,29 ( tiga puluh dua koma dua sembilan) hektar;
Blok I.I-9 dengan luas kurang lebih 18,51 ( delapan belas koma lima satu) hektar;
Blok I.I-10 dengan luas kurang lebih 33,81 ( tiga puluh tiga koma delapan satu) hektar;
Blok I.I-11 dengan luas kurang lebih 19,52 ( sembilan belas koma lima dua) hektar;
Blok I.I-12 dengan luas kurang lebih 6,23 ( enam koma dua tiga) hektar;
Blok I.I-13 dengan luas kurang lebih 9,87 ( sembilan koma delapan tujuh) hektar;
Blok I.I-14 dengan luas kurang lebih 15,03 ( lima belas koma nol tiga) hektar;
Blok I.I-15 dengan luas kurang lebih 11,10 ( sebelas koma satu nol) hektar; dan
Blok I.I-16 dengan luas kurang lebih 113,33 ( seratus tiga puluh tiga koma tiga tiga) hektar.

Sub BWP I.II ( Kelurahan Bugel) sebagaimana dimaksud dalam Pasal …. Ayat (…) huruf ….. terdiri atas 6 ( enam) blok meliputi :
Blok I.II-1 dengan luas kurang lebih 27,80 ( dua puluh tujuh koma delapan nol) hektar;
Blok I.II-2 dengan luas kurang lebih 38,73 ( tiga puluh delapan koma tujuh tiga) hektar;
Blok I.II-3 dengan luas kurang lebih 6,21 ( enam koma dua satu) hektar;
Blok I.II-4 dengan luas kurang lebih 51,39 ( lima puluh sembilan koma tiga sembilan) hektar;
Blok I.II-5 dengan luas kurang lebih 33,49 ( tiga puluh tiga koma empat sembilan) hektar;
Blok I.II-6 dengan luas kurang lebih 136,74 ( serratus tiga puluh enam koma tujuh empat) hektar;

Sub BWP I.III ( Kelurahan Kauman Kidul) sebagaimana dimaksud dalam Pasal …. Ayat (…) huruf ….. terdiri atas 7 ( tujuh) blok meliputi :
Blok I.III-1 dengan luas kurang lebih 48,59 ( empat puluh delapan koma lima Sembilan) hektar;
Blok I.III-2 dengan luas kurang lebih 34,59 ( tiga puluh empat koma lima Sembilan) hektar;
Blok I.III-3 dengan luas kurang lebih 6,12 ( enam koma satu dua) hektar;
Blok I.III-4 dengan luas kurang lebih 15,34 ( lima belas koma tiga empat) hektar;
Blok I.III-5 dengan luas kurang lebih 27,62 ( dua puluh tujuh koma enam dua) hektar;
Blok I.III-6 dengan luas kurang lebih 57,51 ( lima puluh tujuh koma lima satu) hektar;
Blok I.III-7 dengan luas kurang lebih 6,03 (enam koma nol tiga) hektar.

Sub BWP I.IV ( Kelirahan Sidorejo Lor) sebagaimana dimaksud dalam Pasal … Ayat (…). Huruf ….. terdiri atas 14 ( empat belas) bl;ok meliputi :
Blok I.IV-1 dengan luas kurang lebih 27,15 ( dua puluh tujuh koma satu lima) hektar;
Blok I.IV-2 dengan luas kurang lebih 12, 59 ( dua belas koma lima sembilan) hektar;
Blok I.IV-3 dengan luas kurang lebih 10, 91 ( sepuluh koma Sembilan satu) hektar;
Blok I.IV-4 dengan luas kurang lebih 17, 59 ( tujuh belas koma lima sembilan) hektar;
Blok I.IV-5 dengan luas kurang lebih 18, 34 ( delapan belas koma tiga empat) hektar;
Blok I.IV-6 dengan luas kurang lebih 22, 75 ( dua puluh dua koma tujuh lima hektar;
Blok I.IV-7 dengan luas kurang lebih 56, 12 ( lima puluh enam koma satu dua) hektar;
Blok I.IV-2 dengan luas kurang lebih 12, 59 ( dua belas koma lima sembilan) hektar;

Anda mungkin juga menyukai