Analisis Data - Sinkronisasi RTRW Dan RDTR - 210723
Analisis Data - Sinkronisasi RTRW Dan RDTR - 210723
WALIKOTA SALATIGA
TENTANG
Menimbang :
a. Bahwa penyusunan dan penetapan Rencana Tata Ruang dimaksudkan untuk menciptakan ruang yang aman, serasi dan terpadu sebagai upaya mewujudkan amanat untuk melindungi segenap
bangsa dan memajukan kesejahteraan umum, serta menyeenggarakan Penataan Ruang yang transparan, efektif, dan partisipatif dalam memenuhi kebutuhan ruang masyarakata yang aman,
nyaman, produktif, dan berkelanjutan termasuk memenuhi kebutuhan pencegahan dan penanggulangan bencana di daerah;
b. Bahwa berdasarkan ketentuan Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang – Undang Nomor 11 Tahun
2020 tentang Cipta Kerja, rencanaa tata ruang wilayah kota ditinjau Kembali 1 (satu) kali dalam setiap periode 5 (lima) tahunan;
c. Bahwa Peraturan Daerah NOmor 4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga Tahun 2011 sudah tidak sesuai dengan perkembangan, sehingga perlu diganti;
d. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Peraturan Daerah Kota Salatiga NOmor … Tahun 2021 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Salatiga Tahun 2021 – 2041.
Mengingat :
1. Pasal 18 ayat (6) Undang – Undang Dasar negara republic Indonesia Tahun 1945;
2. Undang – Undang NOmor 13 Ttagun 1954 tentang Perubahan Undang – Undang Nomor 16 dan Nomor 17 Tahun Tahun 1950 tentang Pembentukan Kota – Kota Besar dan Kota – Kota Kecil di
Jawa ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1954 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia NOmor 551);
3. Undang – Undang NOmor 5 Tahun 1960 tentang Pperaturan Dasar Pokok – Pokok Agraria ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 22043);
4. Undang – Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi;
5. Undang – Undang NOmor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas;
6. Undang – Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara;
7. Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
8. Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perenncanaan Pembangunan Nasional;
9. Undang – Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;
10. Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;
11. Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tembahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725)
sebagaimana telah diubah dalam Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6573);
12. Undang – Undang NOmor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah;
13. Undang – Undang NOmor 4 Tahun 2009 tentang Minerba;
14. Undang – Undang NOmor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan;
15. Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
16. Undang – Undang NOmor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
17. Undang – Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pangan Berkelanjutan;
18. Undang – Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan;
19. Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya;
20. Undang – Undang NOmor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman;
21. Undang – Undang NOmor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial;
22. Undang – Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang – Undangan lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234), sebagaimana telah diubah menjadi Undang – Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang – Undang NOmor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang – Undangan ( Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesi Nomor 6398);
23. Undang – Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian;
24. Undang – Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan;
25. Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang – Undang NOmor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja ( lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 NOnor 245,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
26. Undang – Undang Nomor 37 Tahun 2014 tentang Konservasi Tanah dan Air;
27. Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 190, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Momor 6405)
sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia 6573);
28. Undang – Undang Nomor 37 Tahun 2014 tentang Konservasi Tanah dan Air;
29. Undang – Undang NOmor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 190, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Noor 6405)
sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang NOmor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Tahuin 2020 Nomor 245, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
30. Peraturan Pemerintah NOmor 40 Tahun 2006 tenytang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional;
31. Peraturan Pemerintah NOmor 43 Tahun 2021 tentang Penyelesaiaan Ketidaksesuaian Tata Ruang, Kawasan Hutan, dan / atau Hak Atas Tanah;
32. Peraturan Pemerintah Noor 63 Tahun 2020 tentang Hutan Kota;
33. Peraturan Pemerihntah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah;
34. Peraturan Pemerintah NOmor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol;
35. Peraturan Pemerintah NOnor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air MInum;
36. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaaan Undang – Undang Nomor 28 tahun 2002;
37. Peraturan Pemerintrah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan;
38. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana;
39. Peraturan Pemerintah NOmor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4833), sebagaimana telah diubah menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah NOmor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional);
40. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang;
41. Peraturan Pemerintah NOmor 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan ALih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan;
42. Peraturan Pemerintah NOmor 38 Tahun 2011 tentang Sungai;
43. Peraturan Pemerintah Nommor 12 tahun 2012 tentang Insentif Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan;
44. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang;
45. Peraturan Pemerintah NOmor 9 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang – Undang Nomor 4 Tahun 2011;
46. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2017 tentang SInkronisasi Proses Perencanaan dan Pengganggaran Pembangunan Nasional;
47. Peraturan Pemerintah NOmor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraaan Penataan Ruang (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2021 NOmor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2021 NOmor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6633);
48. Peraturan Presiden Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional;
49. Peraturan Presiden NOmor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010 – 2014;
50. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Jawa – Bali;
51. Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden NOmor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional;
52. Peraturan Presiden NOmor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015 – 2019;
53. Peraturan Presiden NOmor … Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020 – 2024;
54. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2017 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Kendal, Demak, Ungaran, Salatiga, Semarang, dan Purwodadi ( Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 81);
55. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah NOmor 5 Tahun 2007 tentang Pengendalian Lingkungan HIdup di Provinsi Jawa Tengah;
56. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana di Provinsi Jawa Tengah;
57. Peraturan daerah Provinsi Jawa Tengah ZNomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 – 2029 ( Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun
2010 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa tengah NOmor 28), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 16 Tahun 2019 tentang
Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah NOmor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 – 2029 ( Lembaran Daerah Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2019 Nomor 16, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa tengah NOmor 121); dan
58. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 11 Tahun 2004 tentang Garis Sempadan.
Dan
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR …. TAHUN 2021 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SALATIGA TAHUN 2021 – 2041
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presidedn dan Menteri sebagaimana
dimaksud dalam Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Provinsi adalah Provinsi Jawa Tengah.
3. Daerah adalah Kota Salatiga.
4. Wali Kota adalah Wali Kota Salatiga.
5. Pemerintah daerah adalah Wali Kota sebagai unsur penyelenggaraan Pemerintah Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
6. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Salatiga.
7. Perangkat Daerah ada;ah unsur pembantu kepala daerah dalam penyelenggaraaan pemerintah daerah yang terdiri dari secretariat daerah, secretariat DPRD, dinas daerah, Lembaga teknis daerah,
kecamatan, dan kelurahan.
8. Pemerintah Daerah Lain adalah Pemerintah Daerah selain Pemerintah Kota Salatiga. Dalam hal ini yang berbatasan langsung dengan Kota Salatiga, yaitu Pemerintah Daerah Kabupaten
Semarang.
9. Batas Daerah adalah batas daerah antar provinsi dan / atau kabupaten / kota.
10. Kawasan Kedungsepur adalah Kawasan regional yang memiliki keterkaitan pengembangan secara ekonomi, sosial, dan / atau budaya dengan cakupan daerah meliputi Kabupaten Kendal,
Kabupaten Semarang, Kabupaten Demak, Kota Semarang, Kota Salatiga, dan Kabupaten Grobogan.
11. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup,
melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
12. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
13. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
14. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang.
15. Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan hukum bagi Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam penataan ruang.
16. Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja penataan ruang yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
17. Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan ruang melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
18. Pengawasan Penataan Ruang adalah upaya agar penyelenggaraan penataan ruang dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangkan.
19. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.
20. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta
pembiayaannya.
21. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang.
22. Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar penyelenggaraan penataan ruang dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
23. Pengaturan zonasi adalah ketentuan tentang persyaratan pemanfaatan ruang sektoral dan ketentuan persyaratan pemanfaatan ruang untuk setiap blok/zona peruntukan yang
penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang.
24. Peraturan zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan yang
penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang.
25. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
26. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
27. Rencana Tata Ruang Wilayah yang selanjutnya disingkat RTRW Kota Salatiga adalah hasill perencanaan tata ruang pada wilayah yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif.
28. Rencana Detail Tata Ruang selanjutnya disingkat RDTR adalah rencana secara terperinci tentang tata ruang wilayah kota yang dilengkapi dengan peraturan zonasi kota.
29. Kondisi Yang Ingin Dicapai dalam 20 tahun ke depan merupakan target dari RPJP yang diturunkan menjadi target RPJMN, RPJPD Provinsi, dan RPJPD Kota.
30. Kebutuhan Ruang dan Lahan Minimum per Kecamatan merupakan implikasi dari target Rencana Pembangunan yang diwujudkan ke Rencana Tata Ruang.
31. Tujuan penataan ruang adalah tujuan yang ditetapkan pemerintah yang merupakan arahan perwujudan visi dan misi pembangunan jangka Panjang kota pada aspek kerungan, yang pada
dasarnya mendukung terwujudnya ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.
32. Kebijakan penataan ruang wilayah kota adalah arahan pengembangan wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kota guna mencapai tujuan penataan ruang wilayah kota dalam kurun
waktu 20 (dua puluh) tahun.
33. Strategi penataan ruang wilayah kota adalah penjabaran kebijakan penataan ruang ke dalam Langkah – Langkah pencapaian Tindakan yang lebih nyata yang menjadi dasar dalam penyusunan
rencana struktur dan polar uang wilayah kota.
34. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara
hierarkis memiliki hubungan fungsional.
35. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.
36. Rencana Struktur Ruang wilayah kota adalah rencana yang mencakup rencana sistem perkotaan wilayah kota dalam wilayah pelayanannya dan jaringan prasarana wilayah kota yang
dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kota selain untuk melayani kegiatan skala kota, meliputi sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan
telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air, dan sistem jaringan lainnya.
37. Rencana Pola Ruang Wilayah Kota adalah rencana distribusi peruntukan ruang wilayah kota yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan budidaya yag dituju sampai dengan masa
akhir masa berlakunya RTRW kota yang memberikan gambaran pemanfaatan ruang wilayah kota hingga 20 ( dua puluh) tahun mendatang.
38. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek
fungsional.
39. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budi daya.
40. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.
41. Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber
daya buatan.
42. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
43. Kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam
tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis.
44. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan
distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
45. Kawasan metropolitan adalah kawasan perkotaan yang terdiri atas sebuah kawasan perkotaan yang berdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti dengan kawasan perkotaan di sekitarnya
yang saling memiliki keterkaitan fungsional yang dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana wilayah yang terintegrasi dengan jumlah penduduk secara keseluruhan paling sedikit
1.000.000 (satu juta) jiwa.
46. Kawasan megapolitan adalah kawasan yang terbentuk dari 2 (dua) atau lebih kawasan metropolitan yang memiliki hubungan fungsional dan membentuk sebuah sistem.
47. Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara,
pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.
48. Kawasan strategis provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial,
budaya, dan/atau lingkungan.
49. Kawasan strategis kabupaten/kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten/kota terhadap
ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.
50. Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disebut PKN adalah Kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi. Dengan kata lain
hubungan antar PKN merupakan Inter Regional Linkages. Dengan pendekatan Vertical Cities.
51. Pusat Pelayanan Kota yang selanjutnya disebut PPK adalah pusat pelayanan ekonomi,, sosial dan / atau administrasi yang melayani seluruh wilayah kota dan / atau regional. Dengan kata lain
hubunguan antar PPK disebut Intra Regional Linkages. Dengan Pendekatan Horizontal Cities.
52. Pusat Lingkungan yang selanjutnya disebut PL adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial dan / atau administrasi lingkungan kota. Dengan kata lain hubungan antar PL bisa dibedakan menjadi kote
linear dan kota circular.
53. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada
permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan / atau air, serta di atas permukaan air, keccuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel.
54. Terminal adalah pangkalan Kendaraan Bermotor Umum yang digunakan untuk mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan orang dan / atau barang serta
perpindahan moda angkutan.
55. Terminal Penumpang adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan menaikkan dan menurunkan penumpang, perpindahan intra dan / atau antar moda transportasi serta pengaturan
kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum.
56. Terminal Barang adalah tempat untuk melakukan kegiatan bongkar muat barang , perpindahan intra moda dan antarmoda angkutan barang , konsolidasi barang / pusat kegiatan logistic, dan .
atau tempat parkir mobil / barang.
57. Rest Area adalah tempat beristirahat sejenak untuk melepaskan kelelahan, ataupun kejenuhan.
58. Jalan Tol merupakan jalan umum atau jalan tertutup di mana para penggunanya dikenakan biaya (atau tol) untuk melintasinya sesuai tarif yang berlaku.
59. Jalan Layang merupakan jalan yang dibangun tidak sebidang melayang menghindari daerah / Kawasan yang selalu menghadapi permasalahan kemacetan lalu lintas, melewati
persilangan kereta api untuk meningkatkan keselamatan lalu lintas dan efisiensi.
60. Angkutan Umum Massal adalah angkutan umum yang dapat mengangkut penumpang berkapasitas tinggi yang beroperasi serba cepat,nyaman, aman, terjadwal, dan berfrekuensi tinggi.
61. Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah.
62. Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapaisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah.
63. Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat Kesehatan dan dapat langsung diminum.
64. Air limbah adalah air buangan yang berasal dari rumah tangga termasuk tuinja manusia dari lingkungan permukiman.
65. Pintu Air adalah perangkat untuk mengendalikan kedalaman alur pelayaran kapal termasuk pada alur pelayaran pedalaman / sungai serta menuju lintasan yang lebih tinggi.
66. Villa adalah tempat tinggal sementara yang sekaligus digunakan sebagai tempat liburan dan umumnya terletak di luar daerah yang menawarkan pemandangan indah, suasana yang
sejuk dan berada di pinggiran kota, tepi pantai, area pegunungan, danau, air terjun, dan lain – lain.
67. Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai objek wisata.
68. Rumah Sakit adalah istitusi pelayanan Kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan Kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan
gawat darurat.
69. Hotel adalah tempat penampungan buat pendatang atau bangunan penyedia pondokan dan makanan untuk umum.
70. Jalan Lingkar adalah jalan yang melingkari pusat kota, yang berfungsi untuk mengalihkan sebagai arus lalu lintas terusan dari pusat kota.
71. Gerbang Tol adalah tempat keluar atau masuk ke dalam jalan tol ( sebagai suatu Kawasan tertutup ruas jalan tol yang dikelilingi pagar pembatas di sisi kiri dan kanan di sepanjang
keseluruhan pada masing – masing penggalan / rute tol.
72. Sumber Mata Air adalah sumber air tanah yang mengalir keluar dari akuifer menuju permukaan tanah yang menjadi sumber air bersih yanhg berguna untuk keperlian kehidupan
manusia.
73. Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur tempat usaha menjual barang, jasa, dann tenaga kerja untuk orang – orang dengan
imbalan uang.
74. Sekolah adalah Lembaga untuk para sisea pengajaran siswa / murid di bawah pengawasan guru.
75. Universitas adalah suatu institusi Pendidikan tinggi dan penelitian, yang memberikan gelar akademis dalam berbagai bidang.
76. Alun – alun merupakan suatu lapangan terbuka yang luas dan berumput yang dikelilingi pleh jalamm dan dapat digunakan untuk kegiatan masyarakat yang beragam.
77. Taman merupakan areal yang berisikan komponen material keras dan lunak yang saling mendukung satu sama lainnya yang sengaja dibuat olej manusia dalam kegunaannya sebagai
tempat penyegar dalam dan luar ruangan.
78. Rumah Makan Atau Restoran adalah istilah umum untuk menyebut usaha gastronomi yang menyajikan hidangan kepada masyarakat dan menyediakan tempat untuk menikmati
hidangan tersebut serta menetapkan tarif tertentu untuk makanan dan pelayanannya.
79. Grosir atau pendistribusian diartikan sebagai penjualan barang atau merchandise kepada pengecer, pengguna bisnis industri, komersial, institusi atau professional, atau kepada
penggrosir lainnya dan jasa terkait.
80. Sawah ialah sebuah ladang tertutup ait yang digunakan untuk menanam padi.
81. Kali atau sungai adalah tempat – tempat atau wadah – wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kiringa serta sepanjang pengalirannya
oleh garis sempadan.
82. Wilayah Sungai yang selanjutnya disebut WS adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai dan / atau pulau – pulau kecil yang luasnya kurang
dari atau sama dengan 2.000 km2.
83. Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disebut DAS adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak – anak sungainya, yang berfungsi menampung,
menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah
perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
84. Bumi Perkemahan adalah tempat di alam terbuka, dimana para pemakai mendirikan kemah – kemah untuk jkeperluan bermalam dan melakukan kegiatan sesuai dengan motivasinya.
85. Kolam Renang adalah suatu kontruksi buatan yang dirancang untuk diisi dengan air dan digunakan untuk berenang, menyelam, atau aktivitas lainnya.
86. Gereja adalah suatu perkumpulan atau Lembaga dari penganut iman Kristiani.
87. Kuil adalah strukyur yang digunakan untuk aktivitas keagamaan atau spiritual.
88. Vihara adalah pondok, tempat tinggal, tempat penginapan bhikkhu / bhikkhuni.
89. Masjid adalah rumah tempat ibadah umat islam atau muslim.
90. Musala adalah ruangan, tenpat atau rumah kecil menyerupai masjid yang digunakan sebagai tempat salat dan mengaji bagi umat Islam.
91. Gua adalah sebuah lubang alami di tanah yang cukup besar dan dalam.
92. Hutan adalah suatu tempat yang dihuni oleh berbagai macam jenis tumbuhan yang lebat.
93. Pesantren adalah sebuah Lembaga Pendidikan islam tradisional yang para siswanya tinggal Bersama dan belajar di bawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutan kiai dan
mempunyai asrama untuk tempat menginap santri.
94. Desa Wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara
dan tradisi yang berlaku.
95. Kafe adalah jenis restoran yang biasanya menyajikan kopi dan the, selain minuman ringam seperti makanan yang dipanggang atau makanan ringan.
96. Rumah Duka merupakan rumah atau tempat yang digunakan untuk menyemayamkan jenazah baik sebelum dikremasi atau dikubur.
97. Taman Kota adalah taman yang berada di lingkungan perkotaan dalam skala yang luas dan dapat mengantisipasi dampak – dampak ynag ditimbulkan oleh perkembangan kota dan
dapat dinikmati oleh seluruh warga kota.
98. Gudang adalah sebuah ruangan yang digunakan untuk menyimpan berbagai macam barang.
99. Kantor adalah sebutan untuk tempat yang digunakan untuk perniagaan atau perusahaan yang dijalankan secara rutin.
100. Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum adlah tempat di mana kendaraan bermotor bisa memperoleh bahan bakar.
101. Perumahan adalah sekelompok rumah atau bangunan lainnya yang dibangun bersamaan sebagai sebuah pengembangan tunggal.
102. House adalah rumah pribadi yang telah dikonversi untuk penggunaan eksklusif akomodasi tamu.
103. Toko atau kedai adalah sebuah tempat tertutup yang di dalamnya terjadi kegiatan perdagangan dengan jenis benda atau barang yang khusus.
104. Wisma merupakan bangunan untuk tempat tinggal, kantor atau kumpulan rumah, kompleks perumahan, permukiman yang diperuntukkan untuk menunjang urusan atau kegiatan
pada bidang tertentu.
105. Stadion adalah sebuah bangunan yang umumnya digunakan untuk menyelenggarakan acara olahraga, di mana di dalamnya terdapat lapangan atau pentas yang dikelilingi tempat
berdiri atau dudu bagi penonton.
106. Warung adalah usaha kecil, toko kecil, atau restoran sederhana.
107. Danau adalah sejumlah air (tawar atau asin) yang terakumulasi di suatu tempat yang cukup luas, yang dapat terjadi karena mencairnya gletser, aliran sungai atau karena adanya mata
air.
108. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut PusKesMas adalah fasilitas pelayanan Kesehatan yang menyelenggarakan upaya Kesehatan masyarakat dan upaya Kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotive dan preventif, untuk mencapai derajat Kesehatan masyarakat yang setinggi – tingginya.
109. Air Terjun adalah formasi geologi dari arur air yang me galir melalui suatu formasi bebatuan yang mengalami erosi dan jatuh ke bawah dari ketinggian.
110. Prasasti adalah piagam atau dokumen yang ditulis pada bahan yang keras dan tahan lama.
111. Resort adalah tempat menginap yang memiliki fasilitas khusus untuk bersantai dan berolahraga seperti tenis, golf, tracking, dan jogging.
112. Pabrik adalah suatu bangunan industri besar dimana para pekerrja mengolah benda atau mengawasi pemrosesan mesin dari suatu produk menjadi produk lain, sehingga
mendapatkan nilai tambah.
113. Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan pemeliharaan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut.
114. Kost adalah sebuah jasa yang menawarkan sebuah kamar atau tempat untuk ditnggali dengan sejumlah pembayaran tertentu untuk setiap periode tertentu.
115. Gedung Olahraga adalah suatu bangunan Gedung yang digunakan berbagai kegiatan olahraga yang biasa dilakukan dalam ruangan tertutup.
116. Lapangan adalah sebagai suatu bentuk ruang terbuka non hijau sebagai suatu pelataran yang berfiungsi sebagai tempat dilangsungkannya aktivitas olahraga.
117. Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian.
118. Jaringan irigasi adalah saluran dan bangunan yang merupakan suatu kesatuan dan diperlukan untuj pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian pemberian dan
penggunaannya.
119. Daerah irigasi adalah kesatuan wilayah yang mendapat air dari satu jaringan irigasi.
120. Telekomunikasi adalah Teknik pengiriman atau penyampaian informasi jarak jauh, dari suatu tempat ke tempat lain. Informasi tersebut bisa berupa tulisan,gambar, ataupun objek lainnya.
121. Jaringan telekomunikasi adalah rangkaian perangkat telekomunikasi dan kelengkapannya yang digunakan dalam melakukan aktivitas telekomunikasi.
122. Jaringan bergerak teristrial adalah penyelenggaraan jaringan yang melayani pelanggan bergerak tertentu meliputi antara lain jasa radio truncking dan jasa radio panggil untuk umum.
123. Jaringan bergerak seluler adalah jaringan yang melayanin telekomunikasi bergerak dengan teknologi selluler di permukaan bumi.
124. Jaringan bergerak satelit adalah jaringan yang melayani telekomunikasi bergerak satelit.
125. Tempat Penampungan Sementara yang selanjutnya disebut TPS adalah tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan dan / atau tempat pengolahan sampah
terpadu.
126. Tempat Pengolahan Sampah 3 R ( reduce, reuse, recycle) yang selanjutnya disebut TPS 3R adalah sistem pengolahan sampah dengan inovasi teknologi mesin pencacah sampah dan pengayak
kompos yang lebih efektif dan efisien.
127. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu yang selanjutnya disebut TPST yaitu tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulangan, pengolahan,
dan pemrosesan akhir sampah.
128. Tempat Pemrosesan Akhir yang selanjurnya disebut TPA adalah tempat untuk memproses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan.
129. Instalasi Pengolahan Air Limbah yang selanjutnya disebut IPAL adalah sistem yang berfungsi untuk mengolah air limbah yang dikumpulkan melalui sistem perpipaan.
130. Prasarana drainase adalah lengkungan atau saluran air permukaan atau di bawah tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia, yang berfungsi menyalurkan kelebihan
air dari suatu Kawasan ke badan air penerima.
131. Saluran drainase adalah bangunan pelengkap yang merupakan bangunan yang ikut mengatur dan mengendalikan sistem aliran air hujan agar aman dan mudah melewati jalan, belokan,
daerah curam. Bangunan tersebut seperti gorong – gorong, pertemuan saluran, bangunan terjunan , jembatan tali – tali air, pompa, dan pintu air.
132. Kawasan peruntukan lindung yang sebelumnya disebut Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
sumber daya alam dan sumber daya buatan.
133. Kawasan peruntukan budidaya yang sebelumnya disebut Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama dengan dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi
sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
134. Garis sempadan sungai adalah garius maya di kiri dan kanan palung sungai yang ditetapkan sebagai batas perlindungan sungai.
135. Waterfront City adalah konsep pembangunan kota dimana mengedepankan revitalisasi sungai, sehingga mengurangi aktivitas negative di sungai, juga potensial untuk dijadikan
objek wisata sungai.
136. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disebut RTH adalah area memanjang / jalur dan / atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat rebuka, tempat tumbuh tanaman baik yang
tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
137. Ruang Terbuka Non Hijau yang selanjutnya disebut RTNH adalah ruang terbuka di bagian wilayah perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori RTH, berupa lahan yang diperkeras atau yang
berupa badan air, maupun kondisi permukaan tertentu yang tidak dapat ditumbuhi tanaman atau berpori.
138. Kawasan cagar budaya adalah satuan ruang geografis yang memliki dua situs cagar budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan / atau memperlihatkan ciri tata ruang yang khas.
139. Kawasan pertanian adalah Kawasan yang dimanfaatkan untuk pengembangan kegiatan pertanian baik tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan.
140. Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Berkelanjutan adalah wilayah budidaya pertanian terutama pada wilayah perdesaan yang memiliki hamparan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan /
atau hamparan Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan serta unsur penunjangnya dengan fungsi utama untuk mendukung kemandirian, ketahanan dan kedaulatan pangan nasional.
141. Kawasan Peruntukan Industri adalah bentangan lahan yang diperuntukkan bagi kegiatan industri berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah dan tata guna tanah yang ditetapkan sesuai
denggan ketentuan peraturan perundang – undangan.
142. Kawasan pariwisata adalah Kawasan yang dimanfaatkan untuk pengembangan kegiatan pariwisata bai kalam, buatan, maupun budaya beserta fasilitas pendukungnya.
143. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkukngan hidup di luar Kawasan lindung, baik berupa Kawasan perkotaan maupun perdesaaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal
atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
144. Kawasan perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil
upaya pemenuhan rumah yang layak huni.
145. Food estate merupakan pendekatan pengembangan wilayah dimana mengutamakan atau memperbesar luasan lahan pertanian di Kawasan permukiman.
146. Holding Zone merupakan kebijakan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dimana untuk provinsi / kabupaten / kota yang megajukan perubahan luasan Kawasan non
hutan harus menunggu persetujuan atau bila tidak disetujui menjadi area dengan fungsi tetap sebagaimana kondisi eksisting.
147. Enclave merupakan kebijakan dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat maupun Kementerian Pertahanan dimana untuk wilayah dengan fungsi strategis tertentu,
dalam hal ini Pertahanan dan Keamanan, penggambarannya disetujui sepenuhnya dan bersifat rahasia.
148. Kawasan Pendidikan adalah Kawasan yang dimanfaatkan untuk pengembangan sarana Pendidikan beserta fasilitas pendukungnya.
149. Kawasan Kesehatan adalah Kawasan yang dimanfaatkan untuk pengembangan sarana Kesehatan beserta fasilitas pendukungnya.
150. Kawasan Pertambangan adalah Kawasan yang diperuntukkan bagi Kawasan pertambangan yang secara ekonomis mempunya potensi bahan tambang.
151. Kawasan rawan bencana gunung api adalah Kawasan yang pernah terlanda atau diidentifikasikan berpotensi terancam bahaya letusan baik – baik secara langsung maupun tidak
langsung.
152. Wilayah rawan bencana alam adalah suatu Kawasan di permukaan bumi yang rawan bencana alam akibat proses alam maupun nonalam.
153. Kerawanan bencana adalah tingkat kemmungkinan suatu objek bencana untuk mengalami gangguan akilbat bencana alam.
154. Kawasan olahraga adalah Kawasan yang dimanfaatkan untuk pengembangan sarana olahraga baik dalam bentuk terbuka maupun tertutup beserta fasilitas pendukungnya.
155. Kawasan peribadatan adalah Kawasan yang dimanfaatkan untuk pengembangan sarana ibadah dengan hierarki dan skala pelayanan beserta fasilitas pendukungnya.
156. Kawasan transportasi adalah Kawasan yang dimanfaatkan untuk pengembangan fungsi transportasi dalam upaya untuk mendukung kebijakan pengembangan sistem transportaso beserta
fasilitas pendukungnya.
157. Kawasan perkantoran adalah Kawasan yang dimanfaatkan untuk pengembangan kegiatan pelayanan pemerintahan dan non pemerintahan beserta fasilitas pendukungnya.
158. Kawasan perdagangan dan jasa adalah Kawasan yang dimanfaatkan untuk pengembangan kegiatan usaha yang bersifat komersial beserta fasilitas pendukungnya.
159. Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan / atau ditetapkan oleh Pemerintah Pusat untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
160. Sektor informal yang dimaksud adalah Pedagang Kaki Lima yang selanjutnya disebut PKL adalah pelaku usaha yang melakukan usaha perdagangan dengan menggunakan sarana usaha
bergerak maupun tidak bergerak, menggunakan prasarana kotaa, fasilitas sosial, fasilitas umum, lahan, dan bangunan milik pemerintah dan / atau sasta yang bersifat sementara / tidak menetap.
161. Kawasan pertahanan dan keamanan adalah Kawasan yang dimanfaatkan untuk pengembangan kegiatan pertahanan dan keamanan beserta fasilitas pendukungnya.
162. Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang – undang untuk melakukan penyidikan.
163. Penyidikan adalah serangkaian Tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang – undag ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
membuat terang tentang tindak pidana yang terjadia dan guna menemukan tersanagkanya.
164. Aparatur Sipil Negara adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah.
165. Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PPNS adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang – undang yang menjadi dasar
hukumnya masing – masing dan dalam pelaksanaan tugasnya berada di bawah koordinasi dan pengawasan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
166. Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang yang selanjutnya disingkat KKPR adalah kesesuaian antara rencana kegiatan Pemanfaatan Ruanng dengan Rencana Tata Ruang.
167. Konfirmasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang adalah dokumen yang menyatakan kesesuaian antara rencana kegiatan pemanfaatan ruang dengan RDTR.
168. Persetujuan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang adalah dokumen yang menyatakan kesesuaian antara rencana kegiatan pemanfaatan ruang dengan RTR selain RDTR.
169. Rekomendasi kesesuaian kegiatan pemanfatan ruang adalah dokumen yang menyatakan kesesuaian rencana kegiatan pemanfaatan ruang uyang didasaekan pada kebijakan nasional
yang bersifat strategis dan belum diatur dalam RTR dengan mempertimbangkan asas dan tujuan penyelenggaraan penataan ruang.
170. Orang adalah orang perseorangan dan/atau korporasi.
171. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk masyarakat hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan nonpemerintah lain dalam penyelenggaraan
penataan ruang.
172. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam bidang penataan ruang.
173. Peran masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
174. Forum Penataan Ruang Daerah adalah wadah di tingkat daerah yang bertugas untuk membantu Pemerintah Daerah dengan memberikan pertimbangan dalam Penyelenggaraan Penataan
Ruang.
175. Konsultasi Publik adalah partisipasi aktif masyarakat untuk mendapatkan masukan, tanggapan, atau saran perbaikan dalam penyusunan RTR.
176. Badan Bank Tanah yang selanjutnya disebut Bank Tanah adalah badan khusus yang merupakan badan hukum Indonesia yang dibentuk oleh Pemerintah Pusat yang diberi
kewenangan khusus untuk mengelola tanah.
177. Pelaku Usaha adalah orang perorangan atau badan usaha mikro dan usaha kecil sebagaimana dimaksiud dalam Undang – Undang tentang Usaha MIkro, Kecil dan Menengah.
178. Lembaga Pengelola dan Penyelenggara Online Single Submission yang selanjutnya disebut Lembaga OSS adalah Lembaga pemerintah non kementerian yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang penanaman modal.
179. Perizinan berusaha adalah legalitas yang diberikan kepada Pelaku Usaha untuj memulai dan menjalankan usaha dan / atau kegiatannya.
180. Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik atau Online Single Submission yang selanjutnya disingkat OSS adalah Perizinan Berusahas yang diterbitkan oleh Lembaga OSS
untukk dan atas nama Menteri, pimpinan Lembaga, gubernur, atau bupati / wali kota kepada Pelaku Usaha melalui sistem elektronik yang terintegrasi.
181. Hari adalah hari kerja.
RTRW Kota Salatiga menjadi dasar untuk penerbitan perizinan lokasi pembangunan dan administras pertanahan di daerah.
a. Keterpaduan;
b. Keberdayagunaan dan keberhasilangunaan;
c. Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan;
d. Berbudaya;
e. Berkelanjutan;
f. Kebersamaan dan kemitraan;
g. Kepastian hukum dan keadilan;
h. Perlindungan kepentingan umum;
i. Keterbukaan;
j. Akuntabilitas;
k. Ketersediaan;
l. Keterjankauan;
m. Kemudahan akses; dan
n. Penerimaan masyarakat.
RTRW Kota Salatiga meliputi seluruh wilayah administrasi daerah dengan luas kurang lebih 5.498 (lima ribu empat ratus Sembilan puluh delapan) hektar dengan letak geografis terletak pada
007.17’.00” dan 007.17’23” Lintang Selatan dan antara 110.27’56,81” dan 110.23’4.64” Bujur Timur, dengan batas administrasi meliputi :
Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Pabelan dan Kecamatan Tuntang di Kabupaten Semarang;
Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Pabelan dan Kecamatan Tengaran di Kabupaten Semarang;
Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Getasan dan Kecamatan Tengaran di Kabupaten Semarang;
Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tuntang dan Kecamatan Getasan di Kabupaten Semarang.
Penulis Yohanes Enggar Harususilo | Editor Yohanes Enggar Harususilo KOMPAS.com - Kebudayaan dipandang menjadi kunci masa yang berdampak luas bagi masa depan Indonesia dalam
menghadapi tantangan revolusi industri 4.0. "Kebudayaan menjadi kunci masa depan yang memiliki dampak luas, termasuk dampak ekonomi. Dan budaya bisa menjadi nilai sumber
kehidupan, membangun integritas moral yang berbasis nilai budaya," ujar Gubernur Bali I Wayan Koster saat membuka Rapat Koordinasi (Rakor) Kebudayaan di Bali (18/12/2019). I Wayan
Koster meyakini jika kebudayaan akan menjadi penentu masa depan Indonesia dalam menghadapi arus global revolusi industri 4.0. Kebudayaan juga dinilai sebagai salah satu elemen dasar
dimiliki Indonesia, bilamana dikelola dengan tata yang baik menjadi penentu masa depan. Namun sayangnya, ia melihat kekayaan kebudayaan Indonesia masih belum dikelola secara serius.
Pemerintah Fokus Bangun 19 Kawasan Industri Prioritas Kompas.com - 19/12/2019, 19:34 WIB . Dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi nasional, pemerintah gencar meningkatkan
investasi di sektor industri. Hal ini direalisasikan lewat pembangunaan kawasan industri. Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasismita pada
acara Temu Dialog Pengembangan Industri Prioritas di Jakarta, Selasa (10/12/2019). Saat ini, terdapat 103 kawasan industri yang telah beroperasi dengan cakupan wilayah seluas 55.000
hektare. Sebanyak 58 di antaranya berada di Pulau Jawa, sisanya tersebar di Pulau Sumatera (33 kawasan industri), Kalimantan (8), dan Sulawesi (4). “Terdapat 15 kawasan industri yang masih
dalam proses konstruksi dan 10 kawasan industri pada tahap perencanaan,” ujarnya. Agus menuturkan langkah tersebut diambil sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo kepadanya
untuk menciptakan atau mengembangkan kawasan industri di seluruh wilayah Indonesia. “Sejak tahun 2014, ada peningkatan hingga 20 kawasan industri atau sebesar 28,15 persen,”
ungkapnya. Melihat kawasan industri yang masih terpusat di Pulau Jawa, pemerintah berupaya untuk mengembangkan kawasan-kawasan industri baru di luar Jawa.
Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu. Daftarkan email Hal tersebut adalah upaya pemerintah untuk mendorong pemerataan ekonomi yang inklusif dan mewujudkan
Indonesia sentris. Pemerintah berencana untuk memfokuskan kawasan industri di Pulau Jawa untuk pengembangan industri teknologi tinggi, industri padat karya, dan industri dengan
konsumsi air rendah. Sementara itu, kawasan industri di luar Jawa akan dititikberatkan pada industri berbasis sumber daya alam dan peningkatan efisiensi sistem logistik. Selain itu,
pengembangan kawasan industri ini juga diharapkan dapat mendorong terciptanya pusat ekonomi baru. Agus mengungkapkan pengembangan pusat-pusat ekonomi baru ini perlu
terintegrasi dengan pengembangan perwilayahan, termasuk pembangunan infrastruktur. “Sehingga dapat memberi efek positif yang maksimal dalam pengembangan ekonomi wilayah,”
ujarnya. Kawasan Industri Prioritas dalam RPJMN 2020-2024 Komitmen pemerintah untuk membangun sejumlah kawasan industri prioritas di luar Jawa tertuang di dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Upaya tersebut, menurut Agus, telah dilakukan sejak periode sebelumnya.
Pada RPJMN 2015-2019, pemerintah mendorong pembangunan 14 kawasan industri prioritas di luar Jawa. “Artinya dalam lima tahun ke depan, pemerintah konsisten untuk terus mendorong
pengembangan industri di luar Pulau Jawa,” tambahnya. Pada RPJMN 2020-2024, pemerintah mengusulkan 19 kawasan industri prioritas di luar Jawa. Ke-19 kawasan industri itu meliputi
Kawasan Industri Sei Mangkei (Simalungun, Sumatera Utara), Kawasan Industri Kuala Tanjung (Batubara, Sumatera Utara), Kawasan Industri Galang Batang (Bintan, Kepulauan Riau), Kawasan
Industri Bintan (Bintan, Kepulauan Riau), dan Kawasan Industri Kemingking (Muaro Jambi, Jambi). Kemudian Kawasan Industri Tanjung Enim (Muara Enim, Sumatera Selatan), Kawasan Industri
Pesawaran (Pesawaran, Lampung), Kawasan Industri Way Pisang (Way Pisang, Lampung), Kawasan Industri Sadai (Bangka Selatan, Bangka Belitung), Kawasan Industri Ketapang (Ketapang,
Kalimantan Barat), dan Kawasan Industri Surya Borneo (Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah). Berikutnya, Kawasan Industri Buluminung (Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur), Kawasan
Industri Tanah Kuning (Bulungan, Kalimantan Utara), Kawasan Industri Batulicin (Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan), Kawasan Industri Jorong (Tanah Laut, Kalimantan Selatan), dan Kawasan
Industri Bangkalan (Madura, Jawa Timur). Selanjutnya, Kawasan Industri Weda Bay (Halmahera Tengah, Maluku Utara), Kawasan Industri Palu (Palu, Sulawesi Tengah), dan Kawasan Industri
Bintuni (Teluk Bintuni, Papua Barat). Agus mengutarakan pengembangan kawasan industri prioritas tahun 2020-2024 ini difokuskan pada industri berbasis agro, minyak dan gas bumi, logam
dan batubara serta industri teknologi tinggi dan aerospace.
Pada RPJMN 2015-2019, pemerintah mendorong pembangunan 14 kawasan industri prioritas di luar Jawa. “Artinya dalam lima tahun ke depan, pemerintah konsisten untuk terus mendorong
pengembangan industri di luar Pulau Jawa,” tambahnya. Pada RPJMN 2020-2024, pemerintah mengusulkan 19 kawasan industri prioritas di luar Jawa. Ke-19 kawasan industri itu meliputi
Kawasan Industri Sei Mangkei (Simalungun, Sumatera Utara), Kawasan Industri Kuala Tanjung (Batubara, Sumatera Utara), Kawasan Industri Galang Batang (Bintan, Kepulauan Riau), Kawasan
Industri Bintan (Bintan, Kepulauan Riau), dan Kawasan Industri Kemingking (Muaro Jambi, Jambi). Kemudian Kawasan Industri Tanjung Enim (Muara Enim, Sumatera Selatan), Kawasan Industri
Pesawaran (Pesawaran, Lampung), Kawasan Industri Way Pisang (Way Pisang, Lampung), Kawasan Industri Sadai (Bangka Selatan, Bangka Belitung), Kawasan Industri Ketapang (Ketapang,
Kalimantan Barat), dan Kawasan Industri Surya Borneo (Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah). Berikutnya, Kawasan Industri Buluminung (Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur), Kawasan
Industri Tanah Kuning (Bulungan, Kalimantan Utara), Kawasan Industri Batulicin (Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan), Kawasan Industri Jorong (Tanah Laut, Kalimantan Selatan), dan Kawasan
Industri Bangkalan (Madura, Jawa Timur). Selanjutnya, Kawasan Industri Weda Bay (Halmahera Tengah, Maluku Utara), Kawasan Industri Palu (Palu, Sulawesi Tengah), dan Kawasan Industri
Bintuni (Teluk Bintuni, Papua Barat). Agus mengutarakan pengembangan kawasan industri prioritas tahun 2020-2024 ini difokuskan pada industri berbasis agro, minyak dan gas bumi, logam
dan batubara serta industri teknologi tinggi dan aerospace.
Modal memungkinkan pekerja mendapatkan izin untuk mengeola dan memproses materi menjadi produk. Baca juga: Cita-cita Jokowi: Jadikan Indonesia Pusat Industri Mobil Listrik Dunia 4.
Teknologi Teknologi adalah ilmu pengetahuan terapan untuk penggunaan industri maupun komersil. Ribuan penemuan pada abad ke-19 membantu mekanisasi dan memperbaiki proses
manufaktur. Penemuan-penemuan tersebut membuat lebih efisien dan meningkatkan produktivitas. 5. Koneksi Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu. Daftarkan email
Koneksi adalah elemen kunci dalam perkembangan industrial. Transportasi menghubungan antara materi mentah, produsen dan konsumen. Koneksi adalah infrastruktur yang merupakan
kombinasi jaringan transportasi dan komunikasi. Koneksi adalah pondasi dan bingkai pertumbuhan ekonomi. Baca juga: Dorong Daya Saing UMKM di Era Industri 4.0, Ini Langkah Pemerintah
Halaman Selanjutnya Karakteristik IndustrialisasiIndustrialisasi adalah proses transformasi…
Karakteristik Industrialisasi Industrialisasi adalah proses transformasi ekonomi dari pertanian menjadi berbasis pada produksi barang. Kerja manual individu sering digantikan oleh produksi
massal mekanis dan pengrajin diganti oleh jalur perakitan. Dikutip dari Investopedia, berikut ini adalah karakteristik atau ciri-ciri industrialisasi: Pertumbuhan ekonomi meliputi peningkatan
total pendapatan dan standar hidup dalam masyarakat. Pembagian kerja yang lebih efisien. Penggunaan inovasi teknologi untuk memecahkan masalah dari ketergantungan pada kondisi di
luar kendali manusia. Baca juga: Industri Fashion Penyumbang Devisa Terbesar Ketiga di Indonesia, Capai Rp 122 T Menurut PK O'Brien, proses industrialisasi ditandai dengan: Perubahan
teknologi dan organisasi yang mengarah ke tingkat produktivitas yang lebih tinggi. Peningkatan standar hidup. Pertumbuhan penduduk. Urbanisasi. Perubahan budaya. Pergeseran
keseimbangan di antara negara-negara. Proses industrialisasi Esensi proses industrialisasi pada masyarakat kapitalis dan juga masyarakat yang didominasi negara dengan perencanaan pusat
(seperti bekas Uni Soviet) memiliki kesamaan. Berikut ini bagaimana proses industrialisasi terjadi menurut R Biernacki: Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu. Daftarkan email
Awalnya industrialisasi ditandai dengan transfer besar-besaran tenaga kerja dari pertanian dan ke pabrik-pabrik yang memiliki konsentrasi peralatan modal. Peningkatan produktivitas tenaga
kerja yang dikhususkan untuk manufaktur menjadi seimbang dengan peningkatan permintaan barang. Lapangan kerja di sektor jasa meningkat lebih cepat daripada manufaktur setelah awal
industrialisasi.
Terjadi fluktuasi Pendapatan Domestik Bruto di Indonesia pada kurun waktu 2015 sampai dengan 2018. Titik tertinggi pada 2015 adalah sebesar 4,33 % dan titik terendah pada 2016 yaitu
4,26 %. Sedangkan pada 2016 – 2017 meningkat 3 % dan pada 2017 – 2018 mengalami penurunan 0,02 %. Sebagaimana dikemukakan oleh …. pada…. ( ), menunjukkan bahwa modal tenaga
kerja sebagai salah satu faktor penting dalam pembentukan PDB. Yang dimaksud sini PDB yang diukur berdasarkan nilai tambah. Pada tabel di bawah kita dapat mengetahui bahwa
penyerapan tenaga kerja di sektor industri pada tahun 2015 – 2018 terbanyak pada Industri Makanan, Kayu, diikuti oleh Industri Pakaian Jadi dan Tekstil sebesar masing – masing : 2,89 % –
3,68 % ; 1,22 % – 1,37 % ; 1,89 % - 2,04 % ; dan 1,09 % - 1,11 %. Dilain pihak, dari sisi nilai jual , keluaran dari industri sebagaimana dilihat dari tabel 1.3 terkait dengan Indeks Harga
Perdagangan Besar pada tahun 2016 - 2018, terlihat bahwa harga bahan baku, barang konsumsi dan barang modal untuk sektor industri selalu berada di peringkat ke-2 setelah pertanian dan
lebih tinggi dari pertambangan. Dengan rincian sebagai berikut : 122,54; 129,36;132,21 untuk bahan baku pertambangan. Lebih tinggi adalah bahan baku industri sebesar 136,57; 141,66; dan
142,74. Teringgi 138,82; 143,58; 144,78 tercatat dari bahan baku sektor pertanian. 170,78; 170,25;173,91 untuk barang konsumsi pertambangan. Lebih tinggi adalah barang konsumsi industri
sebesar 148,36; 152,81; dan 154,91. Teringgi 523,47; 524,13; 526,19 tercatat dari barang konsumsi sektor pertanian. 93,07; 104,36;106,73 untuk barang modal pertambangan. Lebih tinggi
adalah barang modal industri sebesar 118,93; Wilayah Laju Pertumbuhan PDB Industri Manufaktur 2015 2016 2017 2018 Indonesia 4.33 4.26 4.29 4.27 3 Direktorat Perencanaan Tata
Ruang.2019 123766; dan 1125174. Teringgi 205,91; 179,33; 154,57 tercatat dari barang modal sektor pertanian
Es yang membeku di kutub dan glasier berpotensi untuk dijadikan sumber air tawar karena dua per tiga air tawar dunia berada dalam bentuk es. Beberapa skema telah diajukan untuk
menjadikan gunung es di kutub sebagai sumber air, tetapi hingga saat ini hal itu hanya sekadar rencana. Aliran glasier saat ini dikatakan sebagai salah satu perairan permukaan.
Himalaya, "Atap Dunia" mengandung glasier dan es dalam jumlah besar di luar wilayah kutub, dan menjadi sumber dari sepuluh sungai besar di Asia yang menghidupi miliaran manusia. Masalah
yang terjadi saat ini adalah peningkatan temperatur dunia yang cukup cepat, Nepal saat ini mengalami peningkatan rata-rata sebesar 0,6 derajat Celcius sejak sepuluh tahun lalu, sementara dunia
mengalami peningkatan sebesar 0,7 sejak ratusan tahun yang lalu.
Diperkirakan 15% penggunaan air di seluruh dunia adalah di rumah tangga. Hal ini meliputi air minum, mandi, memasak, sanitasi, dan berkebun. Kebutuhan minimum air yang dibutuhkan dalam
rumah tangga menurut Peter Gleick adalah sekitar 50 liter per individu per hari, belum termasuk kebutuhan berkebun. Air minum haruslah air yang berkualitas tinggi sehingga dapat langsung
dikonsumsi tanpa risiko bahaya. Di sebagian besar negara-negara berkembang, air yang disuplai untuk rumah tangga dan industri adalah air minum standar meski dalam proporsi yang sangat kecil
digunakan untuk dikonsumsi langsung atau pengolahan makanan.
Rekreasi[sunting | sunting sumber]
Penggunaan air untuk rekreasi biasanya sangatlah kecil, namun terus berkembang. Air yang digunakan untuk rekreasi biasanya berupa air yang ditampung dalam bentuk reservoir, dan jika air yang
ditampung melebihi jumlah yang biasa ditampung dalam reservoir tersebut, maka kelebihannya dikatakan digunakan untuk kebutuhan rekreasional. Pelepasan sejumlah air dari reservoir untuk
kebutuhan arung jeram atau kegiatan sejenis juga disebut sebagai kebutuhan rekreasional. Hal lainnya misalnya air yang ditampung dalam reservoir buatan (misalnya kolam renang).
Penggunaan rekreasional umumnya non-konsumtif, karena air yang dilepaskan dapat digunakan kembali. Pengecualian terdapat pada penggunaan air di lapangan golf, yang umumnya sering
menggunakan air dalam jumlah berlebihan terutama di daerah kering. Namun masih belum jelas apakah penggunaan ini dikategorikan sebagai penggunaan rekreasional atau irigasi, tetapi tetap
memberikan efek yang cukup besar bagi sumber daya air setempat.
Sebagai tambahan, penggunaan rekreasional mungkin akan mengurangi ketersediaan air bagi kebutuhan lainnya di suatu tempat pada suatu waktu tertentu.
Lingkungan dan ekologi[sunting | sunting sumber]
Penggunaan bagi lingkungan dan ekologi secara eksplisit juga sangat kecil namun terus berkembang. Penggunaan air untuk lingkungan dan ekologi meliputi lahan basah buatan, danau buatan
yang ditujukan untuk habitat alam liar, konservasi satwa ikan, dan pelepasan air dari reservoir untuk membantu ikan bertelur.
Seperti penggunaan untuk rekreasi, penggunaan untuk lingkungan dan ekologi juga termasuk penggunaan non konsumtif, namun juga mengurangi ketersediaan air untuk kebutuhan lainnya di
suatu tempat pada suatu waktu tertentu.
Mengurangi hingga setengah dari jumlah rakyat yang tidak mampu mendapatkan air minum yang aman pada tahun 2015. Global Water Supply and Sanitation Assessment 2000
Report (GWSSAR) mendefinisikan bahwa setiap orang harus mendapatkan akses sebesar 20 liter per harinya dari sumber sejauh maksimal satu kilometer dari tempat tinggalnya.
Mengurangi hingga setengahnya jumlah rakyat yang tidak memiliki akses ke sanitasi dasar. GWSSAR mendefinisikan sanitasi dasar sebagai sistem pembuangan pribadi atau berbagi
namun bukan milik umum yang memisahkan limbah dari kontak dengan manusia.
Pada tahun 2025, kelangkaan air akan lebih terlihat di negara miskin di mana sumber daya terbatas dan perkembangan populasi meningkat, seperti di Afrika, Timur Tengah, dan beberapa bagian
di Asia. Pada tahun 2025, area urbanisasi yang besar akan membutuhkan banyak infrastruktur baru untuk menyediakan air yang aman dan sanitasi yang pantas. Hal ini diperkirakan akan
menimbulkan konflik dengan pengguna air di pertanian, yang saat ini menggunakan sebagian besar air yang digunakan oleh seluruh manusia.
1,6 miliar orang telah mendapatkan akses sumber air yang aman sejak tahun 1990. Proporsi masyarakat di negara-negara berkembang dengan akses air yang aman dikalkulasikan meningkat dari
30 persen hingga 71 persen pada tahun 1990, 79 persen pada tahun 2000, dan 84 persen pada tahun 2004. Kecenderungan ini diperkirakan akan berlanjut.
Tabel 1. Analisis Perhitungan Luas Ruangan per Tipologi Bangunan per Kecamatan di Kota Salatiga berdasarkan SNI Perencanaan Kawasan Permukiman di Perkotaan ( 2007)
Tabel 2. Analisis Perhitungan Kebutuhan Lahan per kecamatan di Kota Salatiga sesuai dengan SNI Perencanaan Kawasana Permukiman di Perkotaan (2007)
Luas
Penduduk Lantai
Luas Penduduk Pendukung Minimum
telepon
umum,
bis Puskesmas Balai
surat, Pembantu Pusat Serbaguna Taman
Pos Agen Loket Loket bak BKIA / dan Balai Masjid Pertokoan / Balai dan
Kantor Pos Pemadam Pelayanan Pembayaran pembayaran sampah Parkir Klinik Pengobatan Lingkungan + Pasar Karang Lapangan
kelurahan Kamtib Kebakaran Pos Air Bersih listrik kecil umum bersalin Apotik Lingkungan ( Kelurahan) Lingkungan Taruna Olahraga
500 62 72 36 21 21 0 0 1500 120 150 1800 13500 250
Kecamatan Sidorejo 1624
Kelurahan Blotongan 423,8 13070 30000 217,83 27,01 31,37 15,68 9,1 9,15 0,00 0,00 653,50 52,28 65,35 784,20 5881,50 108,92 0,00
Kelurahan Sidorejo Lor 271,6 14052 30000 234,20 29,04 33,72 16,86 9,84 9,84 0,00 0,00 702,60 56,21 70,26 843,12 6323,40 117,10 0,00
Kelurahan Salatiga 202 15059 30000 250,98 31,12 36,14 18,07 10,54 10,54 0,00 0,00 752,95 60,24 75,30 903,54 6776,55 125,49 0,00
Kelurahan Bugel 294,37 3351 30000 55,85 6,93 8,04 4,02 2,35 2,35 0,00 0,00 167,55 13,40 16,76 201,06 1507,95 250,00 0,00
Kelurahan Kauman Kidul 195,85 4157 30000 69,28 8,59 9,98 4,99 2,91 2,91 0,00 0,00 207,85 16,63 20,79 249,42 1870,65 34,64 0,00
Kelurahan Pulutan 237,1 14072 30000 234,53 29,08 33,77 16,89 9,85 9,85 0,00 0,00 703,60 56,29 70,36 844,32 6332,40 117,27 0,00
Tabel 4
Analisis Perhitungan Luas Lahan Minimum per Kelurahan di Kota Salatiga Berdasarkan SNI Perencanaan Kawasan Permukiman di Perkotaan (2007)
Pos Pos Pemadam Agen Pelayanan Loket Pembayaran Air Loket pembayaran telepon umum, bis surat, bak sampah Parkir BKIA / Klinik Puskesmas Pembantu dan Balai Pengobatan
Kantor kelurahan Kamtib Kebakaran Pos aBersih listrik kecil umum bersalin Lingkungan
Kelurahan Blotongan 423,8 13070 30000 435,67 87,13 87,13 31,37 26,14 26,14 34,85333 217,8333 1307 130,7
Kelurahan Sidorejo Lor 271,6 14052 30000 468,40 93,68 93,68 33,72 28,104 0,4684 37,472 234,2 1405,2 140,52
Kelurahan Salatiga 202 15059 30000 501,97 100,39 100,39 36,14 30,118 0,501967 40,15733 250,9833 1505,9 150,59
Kelurahan Bugel 294,37 3351 30000 111,70 22,34 22,34 8,04 6,702 0,1117 8,936 55,85 335,1 33,51
Kelurahan Kauman Kidul 195,85 4157 30000 138,57 27,71 27,71 9,98 8,314 0,138567 11,08533 69,28333 415,7 41,57
Kelurahan Pulutan 237,1 14072 30000 469,07 93,81 93,81 33,77 28,144 0,469067 37,52533 234,5333 1407,2 140,72
Kelurahan Kutowinangun Lor 196,57 13242 30000 441,40 88,28 88,28 31,78 26,484 0,4414 35,312 220,7 1324,2 132,42
Kelurahan Kutowinangun Kidul 97,18 8409 30000 280,30 56,06 56,06 20,18 16,818 0,2803 22,424 140,15 840,9 84,09
Kelurahan Sidorejo Kidul 277,5 5009 30000 166,97 33,39 33,39 12,02 10,018 0,166967 13,35733 83,48333 500,9 50,09
Kelurahan Kalibening 99,6 2064 30000 68,80 13,76 13,76 4,95 4,128 0,0688 5,504 34,4 206,4 20,64
Kelurahan Tingkir Lor 177,3 5009 30000 166,97 33,39 33,39 12,02 10,018 0,166967 13,35733 83,48333 500,9 50,09
Kelurahan Tingkir Tengah 137,8 5340 30000 178,00 35,60 35,60 12,82 10,68 0,178 14,24 89 534 53,4
Kelurahan Gendongan 68,9 5603 30000 186,77 37,35 37,35 13,45 11,206 0,186767 14,94133 93,38333 560,3 56,03
Kelurahan Noborejo 332,2 6597 30000 219,90 43,98 43,98 15,83 13,194 0,2199 17,592 109,95 659,7 65,97
Kelurahan Ledok 187,33 11150 30000 371,67 74,33 74,33 26,76 22,3 0,371667 29,73333 185,8333 1115 111,5
Kelurahan Tegalrejo 188,43 12433 30000 414,43 82,89 82,89 29,84 24,866 0,414433 33,15467 207,2167 1243,3 124,33
Kelurahan Randuacir 377,6 6301 30000 210,03 42,01 42,01 15,12 12,602 0,210033 16,80267 105,0167 630,1 63,01
Kelurahan Cebongan 138,1 5123 30000 170,77 34,15 34,15 12,30 10,246 0,170767 13,66133 85,38333 512,3 51,23
Kelurahan Kumpulrejo 629,03 8168 30000 272,27 54,45 54,45 19,60 16,336 0,272267 21,78133 136,1333 816,8 81,68
Kelurahan Kecandran 399,2 6659 30000 221,97 44,39 44,39 15,98 13,318 0,221967 17,75733 110,9833 665,9 66,59
Kelurahan Dukuh 377,15 13856 30000 461,87 92,37 92,37 33,25 27,712 0,461867 36,94933 230,9333 1385,6 138,56
Kelurahan Mangunsari 290,77 17311 30000 577,03 115,41 115,41 41,55 34,622 0,577033 46,16267 288,5167 1731,1 173,11
Kelurahan Kalicacing 78,73 6197 30000 206,57 41,31 41,31 14,87 12,394 0,206567 16,52533 103,2833 619,7 61,97
Tabel 5
Persandingan Antara Kebutuhan Luas Lahan Minimum, Luas Lahan yang direncanakan, dan luas lahan eksisting
Berdasarkan BWP Pusat Kota dan 4 BWP lainnya ( 4 Kecamatan yang kelurahan – kelurahannya tidak prioritas untuk dikembangkan).
1. Kelurahan Blotongan, Sidorejo Lor, Bugel, Kauman Kidul, dan Pulutan di Kecamatan Sidorejo;
2. Kelurahan Sidorejo Kidul, Kalibening, Tingkir Lor, dan Tingkir Tengah di Kecamatan Tingkir;
3. Kelurahan Noborejo, Ledok, Tegalrejo, Randuacir, Cebongan, dan Kumpulrejo di Kecamatan Argomulyo; serta
4. Kelurahan Kecandran, Dukuh, dan Mangunsari di Kecamatan Sidorejo.
WPS kewenangan nasional menghubungkan Kota Salatiga dengan Kabupaten Semarang di Provinsi Jawa Tengah sebagai bagian dari delineasi Kawasan Kawasan Strategis Nasional Perkotaan Kendal
– Demak- Ungaran- Salatiga- Purwodadi, dengan rincian sebagaip berikut :
1. Jaringan jalan di bagian utara yang menghubungkan kecamatan Sidorejo di Kota Salatiga dengan kecamatan Pabelan dan Kecamatan Tuntang di Kabupaten Semarang;
2. Jaringan jalan di bagian timur yang menghubungkan Kecamatan Tingkir di Kota Salatiga dengan Kecamatan Pabelan dan Tengaran di Kabupaten Semarang;
3. Jaringan jalan di bagian selatan yang menghubungkan Kecamatann Argomulyo di Kota Salatiga dengan Kecamatan Getasan dan Tengaran di Kabupaten Semarang;
4. Jaringan jalan di bagian barat yang menghubungkan Kecamatan Sidomukti di Kota Salatiga dengan Kecamatan Tuntang dan Getasan di Kabupaten Semarang.
Dengan perincian
WPS kewenangan provinsi menghubungkan Kecamatan Sidorejo dengan Kecamatan Tingkir dan Kecamatan Sidomukti.
Kelurahan Salatiga di Kecamatan Sidorejo Lor dengan Kelurahan Kutowinangun Lor, Kutowinangun Kidul, dan Gendongan di Kecamatan Tingkir; serta Kelurahan Kalicacing di Kecamatan Sidomukti.
WPS kewenangan kota menghubungkan kelurahan – kelurahan di dalam cakupan wilayah BWP I, II, III, dan IV.
1. BWP I : Kelurahan Blotongan, Sidorejo Lor, Bugel, Kauman Kidul, dan Pulutan di Kecamatan Sidorejo; dengan perincian
Sub BWP I.I. Kelurahan Blotongan
Sub BWP I.II Kelurahan Bugel
Sub BWP I.III Kelurahan Kauman Kidul
Sub BWP I.IV Kelurahan SIdorejo Lor
Sub BWP I.V Kelurahan Pulutan
2. BWP II : Kelurahan Sidorejo Kidul, Kalibening, Tingkir Lor, dan Tingkir Tengah di Kecamatan Tingkir;
Sub BWP II.I Kelurahan Sidorejo Kidul
Sub BWP II.II Kelurahan Kalibening
Sub BWP II.III Kelruahan Tingkir L;or
Sub BWP II.IV Kelurahan Tingkir Tengah
3. BWP III : Kelurahan Noborejo, Kelurahan Ledok, Tegalrejo, Randuacir, Cebongan, dan Kumpulrejo di Kecamatan Argomulyo;
Sub BWP III.I Kelurahan Tegalrejo
Sub BWP III.II Kelurahan Ledok
Sub BWP III.III Kelurahan Cebongan
Sub BWP III.IV Kelurahan Noborejo
Sub BWP III.V Kelurahan Randuacir
Sub BWP III.VIKelurahan Kumpulrejo
4. BWP IV : Kelurahan Kecandran, Dukuh, dan Mangunsari di Kecamatan Sidomukti.
1. Sub BWK PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan panjang ruas jalan 0,43 ( nol koma empat tiga) kilometer;
2. Sub BWP I.II ( Kelurahan Bugel) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 0,41 ( nol koma empat satu) kilometer;
3. Sub BWP I.III ( Kelurahan Kauman Kidul) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 0,93 (nol koma sembilan tiga) kilometer;
4. Sub BWP II.IV ( Kelurahan Tingkir Tengah) di Kecamatan Tingkir dengan panjang ruas jalan 0,61 ( nol koma enam satu) kilometer.
1. Ruas Jalan Fatmawati yang melewati Sub BWP I.I. ( Kelurahan Blotongan) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 1,89 ( satu koma nol delapan sembilan) kilometer;
2. Ruas jalan Diponegoro yang melewati sub BWP I.IV ( Kelurahan SIdorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dan Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 3,08
(tiga koma nol delapan) kilometer;
3. Ruas jalan Jenderal Sudirman yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti, Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo, Sub BWP PK.III (Kelurahan
Kutowinangun Lor), Sub BWP PK.IV (Kelurahan Kutowinangun Kidul), Sub BWP PK.V (Kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir, Sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dan
Sub BWP III.III ( Kelurahan Cebongan) di kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 3,11 ( tiga koma nol satu satu) kilometer;
4. Ruas jalan Wahid Hasyim yang melewati Sub BWP I.IV ( Kelurahan SIdorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,34 ( nol koma tiga empat) kilometer;
5. Ruas jalan Osamaliki yang melewati Sub BWP I.IV ( Kelurahan Sidorejo Lor) di Kecamatan SIdorejo dan Sub BWP IV.I ( kelurahan Mangunsari) di Kecamatan SIdomukti dengan Panjang ruas jalan
1,63 ( satu koma enam tiga) kilometer;
6. Ruas jalan Veteran yang melewati sub BWP IV.I (Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan SIdomukti, Sub BWP III.I (Kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo, Sub BWP.PK V
(Kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dan Sub BWP III.IV ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas 1,53 ( satu koma lima tiga) kilometer;
7. Ruas jalan Soekarno – Hatta yang nmelewati Sub BWP III.III ( Kelurahan Cebongan) di Kecamatan Argomulyo dan Sub BWP III.IV ( Kelurahan Noborejo) di Kecamatan Argomulyo denggan Panjang
ruas jalan 3,82 ( tiga koma delapan dua) kilometer.
Rencana jaringan jalan lingkar dengan Panjang ruas 11,32 ( sebelas koma tiga dua) kilometer berada di :
8. BWP I berada di sub BWP I.I ( Kelurahan Blotongan) di Kecamatan Sidorejo dan Sub BWP I.IV
( Kelurahan Pulutan) di Kecamatan Sidorejo;
9. BWP IV berada di sub BWP IV.III ( Kelurahan Kecandran) di Kecamatan Sidomukti dan Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti;
10. BWP III berada di sub BWP III.IV ( Kelurahan Kumpulrejo) di Kecamatan Argomulyo), Sub BWP III.V ( Kelurahan randuacir) di Kecamatan Argomulyo dan sub BWP III.III ( Kelurahan Cebongan) di
Kecamatan Argomulyo.
1. Ruas jalan Hasanudin yang melewati sub BWP IV.I. ( Kelurahan Mangunsari ) di Kecamatan Sidomukti, Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan SIdomukti dan Sub BWP III.VI ( Kelurahan
Kumpulrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 4,17 ( empat koma satu tujuh) kilometer;
2. Ruas jalan Ahmad Yani yang melewati Sub BWP PK.I (Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dan Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan SIdomukti dengan Panjang ruas jalan
0,95 ( nol koma sembilan lima) kilometer;
3. Ruas jalan Pattimura yang melewati Sub BWP PK.II (Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo, Sub BWP I.II ( Kelurahan Bugel) di Kecamatan Sidorejo dan Sub BWP I.III ( Kelurahan Kauman Kidul)
di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 3,94 ( tiga koma Sembilan empat) kilometer;
1. Ruas jalan Kalinyamat yang melewati Sub BWP PK.IV (kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,56 ( nol koma lima enam) kilometer;
2. Ruas jalan Senjoyo yang melewati BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dan Sub BWP PK.V ( Kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan
0,32 (nol koma tiga dua) kilometer;
3. Ruas jalan Kalipengging yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,43 ( nol koma empat tiga) kilometer;
4. Ruas jalan Merbabu yang melewati Sub BWP III.IV ( Kelurahan Noborejo) di kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 2,32 ( dua koma tiga dua) kilometer;
5. Ruas jalan Butuh yang melewati sub BWP PK.II ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,33 ( nol koma tiga tiga) kilometer;
6. Ruas jalan Argoyuwono yang melewati sub BWP III.I ( Kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dan Sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,52
( nol koma lima dua) kilometer;
7. Ruas jalan Argobudoyo yang melewati sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dan Sub BWP III.III ( kelurahan Cebongan) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan
1,18 ( satu koma satu delapan) kilometer;
8. Ruas jalan Abimanyu yang melewati Sub BWP III.IV ( Kelurahan Noborejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 1,34 ( satu koma tiga empat) kilometer;
9. Ruas jalan KH.Zubair yang melewati Sub BWP II.III ( kelurahan Tingkir Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,29 ( nol koma dua Sembilan) kilometer;
10. Ruas jalan Pandansari yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,78 ( nol koma tujuh delapan) kilometer;
11. Ruas jalan Karangkepoh I yang melewati Sub BWP III.I ( kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,30 ( nol koma tiga nol) kilometer;
12. Ruas jalan Karangkepoh II yang melewati sub BWP III.I ( Kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,31 ( nol koma tiga satu) kilometer;
13. Ruas jalan Karangkepoh III yang melewati sub BWP III.I ( Kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,49 ( nol koma empat Sembilan) kilometer;
14. Ruas jalan Gumukrejo yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan panjang ruas jalan 0,46 ( nol koma empat puluh enam) kilometer;
15. Ruas jalan Gunungsari Utama yang melewati Sub BWP II.I ( Kelurahan Sidorejo Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 1,61 ( satu koma enam satu) kilometer;
16. Ruas jalan Singosari I yang melwati Sub BWP II.I (Kelurahan Sidorejo Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,26 ( nol koma dua enam) kilometer;
17. Ruas jalan Singosari II yang melewati Sub BWP II.I ( Kelurahan Sidorejo kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,20 ( nol koma dua nol) kilometer;
18. Ruas jalan Tritis Mukti yang melewati Sub BWP II.I ( Kelurahan Sidorejo Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,31 ( nol koma tiga satu) kilometer;
19. Ruas jalan Tritisari yang meewati Sub BWP II.I ( Kelurahan Sidorejo Kidul) di Kecamatan Tingkir dan Sub BWP II.II ( Kelurahan Kalibening) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,56
( nol koma lima enam) kilometer;
20. Ruas jalan Mayang Sari yang melewati Sub BWP PK.III (Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,29 ( nol koma dua Sembilan) kilometer;
21. Ruas jalan Cempaka Sari yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,26 ( nol koma dua enam) kilometer;
22. Ruas jalan Melati Sari yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,29 ( nol koma dua Sembilan) kilometer;
23. Ruas jalan Kenanga Sari yang melewati Sub BWP PK.III ( kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,21 ( nol koma dua satu) kilometer;
24. Ruas jalan Mawar sari yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir 0,20 ( nol koma dua nol) kilometer;
25. Ruas jalan Argotirto yang melewati Sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,21 ( nol koma dua satu) kilometer;
26. Ruas jalan Sidoharjo yang melewatii BWP III.II ( kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan panjang ruas jalan 0,25 ( nol koma dua lima) kilometer;
27. Ruas jalan Kalisawo yang melewati Sub BWP I.IV ( Kelurahan Sidorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,55 ( nol koma lima lima) kilometer;
28. Ruas jalan Candisari yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan SIdorejo dengan Panjang ruas 0,38 ( nol koma tiga delapan) kilometer;
29. Ruas jalan Jayeng Rono yang melewati Sub BWP I.III ( Kelurahan Kauman Kidul) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,66 ( nol koma enam enam) kilometer;
30. Ruas jalan Ki Pitrang yang melewati Sub BWP I.III ( Kelurahan Kauman Kidul) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,45 ( nol koma empat lima) kilometer;
31. Ruas jalan Tanggul Rejo yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,80 ( nol koma delapan nol) kilometer;
32. Ruas jalan Mertani yang melewati Sub BWP III.I ( Kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,34 ( nol koma tiga empat) kilometer;
33. Ruas jalan Pringgondani yang melewati Sub BWP III.I ( Kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,25 ( nol koma dua lima) kilometer;
34. Ruas jalan Cengek Nyamat yang melewati Sub BWP II.III ( Kelurahan Tingkir Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 9,55 ( Sembilan koma lima lima) kilometer;
35. Ruas jalan Merbabu ( Noborejo) yang melewati Sub BWP III.IV ( kelurahan Noborejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 2,32 ( dua koma tiga dua) kilometer;
36. Ruas jalan Pundung yang melewati Sub BWP I.I ( Kelurahan Blotongan) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,38 ( nol koma tiga delapan) kilometer;
37. Ruas jalan Gunung Payung yang melewati Sub BWP I.I ( Kelurahan Blotongan) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,60 ( nol koma enam nol) kilometer;
38. Ruas jalan Sultan Agung yang melewati Sub BWP I.I ( Kelurahan Blotongan) di Kecamatan SIdorejo dengan Panjang ruas jalan 0,98 ( nol koma sembilan delapan) kilometer;
39. Ruas jalan Dumai Indah yang melewati Sub BWP I.I ( Kelurahan Blotongan) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 1,15 (satu koma satu lima) kilometer;
40. Ruas jalan Dliko Sari yang melewati Sub BWP I.I ( Kelurahan Blotongan) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,49 ( nol koma empat sembillan) kilometer;
41. Ruas jalan KH.A.Dahlan yang melewati Sub BWP I.IV ( kelurahan Sidorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,32 ( nol koma tiga dua) kilometer;
42. Ruas jalan PTP Sarirerjo yang melewati Sub BWP I.II ( Kelurahan BugeI Di Kecamatan SIdorejo dengan Panjang ruas jalan 1,13 ( satu koma satu tiga) kilometer;
43. Ruas jalan Baiturohim yang melewati Sub BWP I.III ( Kelurahan Kauman Kidul) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,23 ( nol koma dua tiga) kikometer;
44. Ruas jalan Abdul Hamid yang melewati Sub BWP I.III ( Kelurahan Kauman Kidul) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,45 ( nol koma empat lima) kilometer;
45. Ruas jalan Durian yang melewati Sub BWP I.IV ( Kelurahan SIdorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,34 ( nol koma tiga empat) kilometer;
46. Ruas jalan Darma Bakti yang melewati Sub BWP I.V. ( Kelurahan Pulutan) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 1,26 ( satu koma dua enam) kilometer;
47. Ruas jalan Jambe Wangi yang melewati Sub BWP I.IV ( kelurahan Sidorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,25 ( nol koma dua lima) kilometer;
48. Ruas jalan Delima yang melewati Sub BWP I.IV ( Kelurahan Sidorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,07 ( nol koma nol tujuh) kilometer;
49. Ruas jalan SIsingamangaraja yang melewati Sub BWP I.IV ( Kelurahan SIdorejo Lor) di Kecamatan SIdorejo dengan Panjang ruas jalan 0,36 (nol koma tiga enam) kilometer;
50. Ruas jalan Kemiri yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan SIdorejo dengan Panjang ruas jalam 1,19 ( satu koma satu Sembilan) kilometer;
51. Ruas jalan Menur yang melewati Sub BWP I.IV ( Kelurahan Sidorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,29 ( nol koma dua Sembilan) kilometer;
52. Ruas jalan Kauman yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,29 ( nol koma dua Sembilan) kilometer
53. Ruas jalan Kenanga yeng melewati Sub BWP I.IV (Kelurahan Sidorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,24 ( nol koma dua empat) kilometer;
54. Ruas jalan Sumopuro Kidul yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 0,27 ( nol koma dua tujuh) kilometer;
55. Ruas jalan Sumopuro Lor yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 0,35 ( nol koma tiga lima) kilometer;
56. Ruas jalan Cungkup yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 0,39 ( nol koma tiga Sembilan) kilometer;
57. Ruas jalan R. Patah yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 0,18 ( nol koma delapan belas) kilometer;
58. Ruas jalan Gladangan yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 0,12 ( nol koma dua satu) kilometer;
59. Ruas jalan Karang Taruna yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 0,62 ( nol koma enam dua) kilometer;
60. Ruas jalan Wali Songo yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 0,63 ( nol koma enam tiga) kilometer;
61. Ruas jalan Pereng Sari uang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir) dengan panjang ruas jalan 0,23 ( nol koma dua tiga) kilometer;
62. Ruas jalan Teleng Sari yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir) dengan panjang ruas jalan 1,25 ( satu koma dua lima) kilometer.
63. Ruas jalan Kantil Sari yang melewati Sub BWP PK.III (Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,21 ( nol koma dua satu) kilometer;
64. Ruas jalan Widosari yang melewati Sub BWP PK.III (Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,14 ( nol koma satu empat) kilometer;
65. Ruas jalan Manggar Sari yang melewati Sub BWP PK.III (Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,20 ( nol koma dua nol) kilometer;
66. Ruas jalan Pandan Sari yang melewati Sub BWP PK.III (Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,78 ( nol koma tujuh delapan) kilometer;
67. Ruas jalan Ngentak yang melewati Sub BWP PK.III (Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,14 ( nol koma satu empat) kilometer;
68. Ruas jalan Jambesari yang melewati Sub BWP PK.III (Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,17 ( nol koma satu tujuh) kilometer;
69. Ruas jalan Kalisari yang melewati Sub BWP PK.III (Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,17 ( nol koma satu tujuh) kilometer;
70. Ruas jalan Kalitaman yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,38 ( nol koma tiga delapan) kilometer;
71. Ruas jalan Bau Joyo yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,24 ( nol koma dua empat) kilometer;
72. Ruas jalan Bungur yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,16 ( nol koma satu enam) kiklometer;
73. Ruas jalan Damar yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dan Sub BWP PK.II (Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,13
( nol koma satu tiga) kilometer;
74. Ruas jalan Margosari yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,27 ( nol koma dua tujuh) kilometer;
75. Ruas jalan Pungkur Sari yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,27 ( nol koma dua tujuh) kilometer;
76. Ruas jalan Seruni yang melewati Sub BWP I.IV ( Kelurahan Sidorejo Lor) di Kecamatan SIdorejo dengan Panjang ruas jalan 0,34 ( nol koma tiga empat) kilometer;
77. Ruas jalan Cempaka yang melewati Sub BWP I.IV ( Kelurahan Sidorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,15 ( nol koma satu lima) kilometer;
78. Ruas jalan RSU yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,18 ( nol koma satu delapan) kilometer;
79. Ruas jalan Kridanggo yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,25 ( nol koma dua lima) kilometer;
80. Ruas jalan Kemuning yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,24 ( nol koma dua empat) kilometer;
81. Ruas jalan Tanjung yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,19 ( nol koma satu Sembilan) kilometer;
82. Ruas jalan Johar yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,25 ( nol koma dua lima) kilometer;
83. Ruas jalan Jambu yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,12 ( nol koma satu dua) kilometer;
84. Ruas jalan Bengawan yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,19 ( nol koma satu Sembilan) kilometer;
85. Ruas jalan Progo yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,32 ( nol koma tiga dua) kilometer;
86. Ruas jalan Kalibodri yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,36 ( nol koma tiga ennam) kilometer;
87. Ruas jalan Serayu yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,35 ( nol koma tiga lima) kilometer;
88. Ruas jalan Serang yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,18 ( nol koma satu delapan) kilometer;
89. Ruas jalan Senjoyo yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dan Sub BWP PK.V ( Kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang
ruas jalan 0,32 ( nol koma tiga dua) kilometer;
90. Ruas jalan Tempel Rejo yang melewati Sub BWP PK.V ( kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,11 ( nol koma satu satu) kilometer;
91. Ruas jalan Mangga yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,51 ( nol koma lima satu) kilometer;
92. Ruas jalan Rekesan yang melewati Sub BWP III.I (Kelurahan Tegalrejo) di kecamatan Argomulyo dan Sub BWP IV.I (Kelurahan Mangunsari) di Kelurahan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan
0,35 ( nol koma tiga lima) kilometer;
93. Ruas jalan Sawojajar yang melewati Sub BWP III.I ( kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,23 ( nol koma dua tiga) kilometer;
94. Ruas jalan Manggis yang melewati Sub BWP III.I ( kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,14 ( nol koma satu empat) kilometer;
95. Ruas jalan DR.Sumardi yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 1,02 ( satu koma nol dua) kilometer;
96. Ruas jalan Pramuka yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,69 ( nol koma enam Sembilan) kilometer;
97. Ruas Jalan Margorejo yang melewati Sub BWP PK.V (kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,31 ( nol koma tiga satu) kilometer;
98. Ruas jalan Tanggul Retno yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,29 ( nol koma dua Sembilan) kilometer;
99. Ruas jalan Siti Projo yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,39 ( nol koma tiga Sembilan) kilometer;
100. Ruas jalan Tirtoyoso yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,22 ( nol koma dua dua) kilometer;
101. Ruas jalan Kyai Banteng yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,46 ( nol koma empat enam) kilometer;
102. Ruas jalan Singo Perkoso yang melewati Sub BWP II.I ( Kelurahan Sidorejo Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 1,01 ( satu koma nol satu) kilometer;
103. Ruas jalan Serayu yang melewati Sub BWP II.I ( Kelurahan Sidorejo Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,35 ( nol koma tiga lima) kilometer;
104. Ruas jalan Tritis Langgeng yang melewati Sub BWP II.I ( Kelurahan Sidorejo Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,39 ( nol koma tiga Sembilan) kilometer;
105. Ruas jalan Argo Wilis yang melewati Sub BWP II.II ( Kelurahan Kalibening) di Kecamatan Tingkir dan Sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,21
( nol koma dua satu) kilometer;
106. Ruas jalan Argobusono yang melewati Sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,32 ( nol koma tiga dua) kilometer;
107. Ruas jalan Argo Kartika yang melewati Sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,69 ( nol koma enam Sembilan) kilometer;
108. Ruas jalan Argo Loyo yang melewati Sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dan Sub BWP PK.V (kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan
0,13 ( nol koma satu tiga) kilometer;
109. Ruas jalan Pereng Rejo yang melewati Sub BWP PK.V ( Kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,34 ( nol koma tiga empat) kilometer;
110. Ruas jalan Kumpul Rejo yang melewati Sub BWP PK.V ( Kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,46 ( nol koma empat enam) kilometer;
111. Ruas jalan Langen Rejo yang melewati Sub BWP PK.V ( Kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,10 ( nol koma satu nol) kilometer;
112. Ruas jalan Sadewa yang melewati Sub BWP III.IV ( Kelurahan Noborejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,90 ( nol koma Sembilan no) kilometer;
113. Ruas jalan Sadewa I yang melewati Sub BWP III.IV ( Kelurahan Noborejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,41 ( nol koma empat satu) kilometer;
114. Ruas jalan Argosari yang melewati Sub BWP III.V ( Kelurahan Randuacir) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 3,46 ( tiga koma empat enam) kilometer;
115. Ruas jalan Sunan Kalijaga yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan SIdomukti dengan Panjang ruas jalan 0,13 ( nol koma satu tiga) kilometer;
116. Ruas jalan Argo Boga yang melewati Sub BWP III.IV ( Kelurahan Randuacir) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,72 ( nol koma dua tujuh) kilometer;
117. Ruas jalan Ex AMD yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,20 ( nol koma dua nol) kilometer;
118. Ruas jalan Somba yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,68 ( nol koma enam delapan) kilometer;
119. Ruas jalan Purbaya I yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,42 ( nol koma empat dua) kilometer;
120. Ruas jalan Purbaya II yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,20 ( nol koma dua nol) kilometer;
121. Ruas jalan Purbaya III yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,22 (nol koma dua dua) kilometer;
122. Ruas jalan Purbaya IV yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,24 ( nol koma dua empat) kilometer;
123. Ruas jalan Purbaya V yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,12 ( nol koma satu dua) kilometer;
124. Ruas jalan Wisanggeni yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,37 ( nol koma tiga tujuh) kilometer;
125. Ruas jalan Irawan yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,40 ( nol koma empat nol) kilometer;
126. Ruas jalan Janoko yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,51 ( nol koma lima satu) kilometer;
127. Ruas jalan Kresna yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,34 ( nol koma tiga empat) kilometer;
128. Ruas jalan Wibisono yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,35 ( nol koma tiga lima) kilometer;
129. Ruas jalan Bisma yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 1,18 ( satu koma satu delapan) kilometer;
130. Ruas jalan Wisnu yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,84 ( nol koma delapan empat) kilometer;
131. Ruas jalan Abiyoso yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 1,08 ( satu koma nol delapan) kilometer;
132. Ruas jalan Taruna yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,32 ( nol koma tiga dua) kilometer;
133. Ruas jalan Nakula Sadewa I yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,49 ( nol koma empat Sembilan) kilometer;
134. Ruas jalan Nakula Sadewa II melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,20 ( nol koma dua nol) kilometer;
135. Ruas jalan Nakula Sadewa III melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,20 ( nol koma dua nol) kilometer;
136. Ruas jalan Nakula Sadewa IV melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,51 ( nol koma lima satu) kilometer;
137. Ruas jalan Nakula Sadewa V melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,19 ( nol koma satu sembilan) kilometer;
138. Ruas jalan Surowijaya yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,46 ( nol koma empat enam kilometer);
139. Ruas jalan Nuri yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,20 ( nol koma dua nol) kilometer;
140. Ruas jalan Nyai Jinten yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,49 ( nol koma empat sembilan) kilometer;
141. Ruas jalan Ali Wijayan yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,58 ( nol koma lima delapan) kilometer;
142. Ruas jalan Sri Gunting yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,19 ( nol koma satu sembilan) kilometer;
143. Ruas jalan Cendrawasih yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,22 ( nol koma dua dua) kilometer;
144. Ruas jalan Merpati yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,34 ( nol koma tiga empat) kilometer;
145. Ruas jalan Podang yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,14 ( nol koma satu empat) kilometer;
146. Ruas jalan Kasuari yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,20 ( nol koma dua nol) kilometer;
147. Ruas jalan Joyo Imron yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,23 ( nol koma dua tiga) kilometer;
148. Ruas jalan Kendalisodo yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,32 ( nol koma tiga dua) kilometer;
149. Ruas jalan Tangsi Besar yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,51 ( nol koma lima satu) kilometer;
150. Ruas jalan Karang Rejo yang melewati Sub BWP PK.V ( Kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,26 ( nol koma dua enam) kilometer;
151. Ruas jalan Jodipati yang melewati Sub BWP III.I ( Kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan panjang ruas jalan 0,39 ( nol koma tiga sembilan) kilometer;
152. Ruas jalan Argoluwih yang melewati Sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan panjang ruas jalan 0,36 ( nol koma tiga enam) kilometer;
153. Ruas jalan Damarjati yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 0,19 ( nol koma satu sembilan) kilometer.
1. Ruas jalan Damar yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,43 ( nol koma empat tiga) kilometer;
2. Ruas jalan Pereng Tritis yang melewati Sub BWP PK.V ( Kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dengan panjang ruas jalan 0,54 ( nol koma lima empat) kilometer;
3. Ruas jalan Kumpulrejo yang melewati Sub BWP PK.V ( Kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dengan panjang ruas jalan 0,46 ( nol koma empat enam) kilometer;
4. Ruas jalan Perengrejo yang melewati Sub BWP PK.V ( Kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dengan panjang ruas jalan 0,34 ( nol koma tiga empat) kilometer;
5. Ruas jalan Tritis Langgeng yang melewati Sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan panjang ruas jalan 0,39 ( nol koma tiga sembilan) kilometer;
6. Ruas jalan Bengawan yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan panjang ruas jalan 0,19 ( nol koma satu sembilan) kilometer;
7. Ruas jalan Tempelrejo yang melewati Sub BWP PK.V ( Kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dengan panjang ruas jalan 0,11 ( nol koma satu satu) kilometer;
8. Ruas jalan Tanggulrejo yang melewati Sub BWP PK.V ( Kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dengan panjang ruas jalan 0,80 ( nol koma delapan nol) kilometer;
9. Ruas jalan Sadewo yang melewati Sub BWP III.IV ( Kelurahan Noborejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,90 ( nol koma sembilan nol) kilometer;
10. Ruas jalan Amarta yang melewati Sub BWP III.VI ( Kelurahan Kumpulrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 1,32 ( satu koma tiga dua) kilometer;
11. Ruas jalan Sawojajar yang melewati Sub BWP III.I ( Kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,23 ( nol koma dua tiga) kilometer;
12. Ruas jalan Mertani yang melewati Sub BWP III.I ( Kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,18 ( nol koma satu delapan) kilometer;
13. Ruas jalan Kalisari yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,17 ( nol koma satu tujuh) kilometer;
14. Ruas jalan Jambesari yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,17 ( nol koma satu tujuh) kilometer;
15. Ruas jalan Widosari yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,14 ( nol koma satu empat) kilometer;
16. Ruas jalan Tirtoyoso yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,22 ( nol koma dua dua) kilometer;
17. Ruas jalan Serang yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,18 ( nol koma satu delapan) kilometer;
NAMA
NO NAMA RUAS JALAN PANJANG RUAS JALAN NAMA KECAMATAN KELURAHAN TOL ARTERI PRIMER LINGKAR KOLEKTOR PRIMER KOLEKTOR SEKUNDER LOKAL SEKU
254 182,173 4 23 4 7 3 3 67
2,38 Sidorejo dan Tingkir 2,2 4
1 Sub BWP I.II 0,41 Sidorejo Bugel 1
2 Sub BWP I.III 0,93 Sidorejo Kauman Kidul 2
Kutowinangun
3 Sub BWK PK.III 0,43 Tingkir Kidul 3
4 Sub BWP II.IV 0,61 Tingkir Tingkir Tengah 4
Sidorejo, Sidomukti, Tingkir, dan
15,4 Sidomukti 3,2,3,2 7
5 Fatmawati 1,89 Sidorejo Blotongan 1
6 Diponegoro 3,08 SIdorejo Sidorejo Lor 2
Sidorejo Salatiga 2
7 Jenderal Sudirman 3,11 Sidomukti Kalicacing 3
Sidorejo Salatiga 3
Tingkir Kutowinangun Lor 3
Tingkir Kutowinangun Kidul 3
Tingkir Gendongan 3
Argomulyo Cebongan 3
8 Wahid Hasyim 0,34 Sidorejo Sidorejo Lor 4
9 Osamaliki 1,63 Sidorejo Sidorejo Lor 5
Sidomukti Mangunsari 5
10 Veteran 1,53 sidorejo Sidorejo Lor 6
Sidomukti Mangunsari 6
11 Soekarno - Hatta 3,82 Argomulyo Cebongan 7
Argomulyo Noborejo 7
11,32 3 2,2,3 3
12 BWP I Sidorejo Blotongan 1
Sidorejo Pulutan 1
13 BWP III Argomulyo Kumpulrejo 2
Argomulyo Randuacir 2
Argomulyo Cebongan 2
14 BWP IV Sidomukti Kecandran 3
Sidomukti Dukuh 3
9,06 2 2,3 3
15 Pattimura 3,94 Sidorejo Salatiga 1
Sidorejo Bugel 1
Sidorejo Kauman Kidul 1
16 Hasanudin 4,17 Sidomukti Mangunsari 2
17 Ahmad Yani 0,95 Sidomukti Kalicacing 3
58,42 4 23 67
18 Ki Penjawi 1,18 Sidorejo Sidorejo Lor 1
19 Watu Agung - Sari Rejo 1,86 Sidorejo Bugel 2
20 Imam Bonjol 2,67 Sidorejo Sidorejo Lor 3
Sidorejo Pulutan
Sidomukti Kecandran
21 Candi Wesi 1,33 Sidorejo Bugel 4
Sidorejo Sidorejo Lor
22 Batu Tulis 0,67 Sidorejo Kauman Kidul 5
23 Cemara 1,06 Sidorejo Salatiga 6
24 Prof Moh Yamin 0,35 Sidorejo Salatiga 7
25 Domas 0,43 Sidorejo Salatiga 8
26 Turen 0,23 Sidorejo Sidorejo Lor 9
27 Yos Sudarso 0,46 Sidorejo Salatiga 10
28 Atmo Suharjan 0,43 Sidorejo Sidorejo Lor 11
29 Pulutan - Jombor 2,05 Sidorejo Pulutan 12
30 Monginsidi 0,43 Sidorejo Salatiga 13
31 Kartini 0,58 Sidorejo Salatiga 14
Sidorejo Sidorejo Lor
32 Langensuko 0,24 Sidorejo Salatiga 15
33 Taman Sari 0,11 Sidorejo Salatiga 16
34 Raden Patah 0,82 Sidorejo Salatiga 17
35 Buk Suling 0,41 Sidorejo Salatiga 18
Tingkir Kutowinangun Lor
36 Abdul Wahid 0,23 Sidorejo Sidorejo Lor 19
Sidomukti Kecandran
37 Laksda Adi Sucipto 0,44 Sidorejo Salatiga 20
Sidomukti Kalicacing
38 Tingkir - Barukan 2,23 Tingkir Tingkir Tengah 21
39 Nanggulan 2,87 Tingkir Kutowinangun Kidul 22
Tingkir Sidorejo Kidul
40 Tritis Asri 0,44 Tingkir Sidorejo Kidul 23
Tingkir Kalibening
41 Nyai Kopek 0,13 Tingkir Kutowinangun Lor 24
42 Benoyo 0,7 Tingkir Kutowinangun Lor 25
Taman Makam
43 Pahlawan 0,16 Tingkir Kutowinangun Lor 26
Tingkir Kiutowinangun Kidul
44 Tritis Rejo 0,83 Tingkir Sidorejo Kidul 27
Tingkir Kalibening
Tingkir Tingkir Lor
Argomulyo Ledok
45 Joko Tingkir 0,99 Tingkir Tingkir Lor 28
Tingkir Tingkir Tengah
Argomulyo Cebongan
46 DR.Muwardi 1,1 Tingkir Kutowinangun Kidul 29
Tingkir Gendongan
47 Canden 0,61 Tingkir Kutowinangun Lor 30
48 Setro 0,51 Tingkir Kutowinangun Lor 31
49 Amarta 1,32 Argomulyo Kumpulrejo 32
50 Tegalrejo Raya 1,74 Argomulyo Tegalrejo 33
51 Arjuna 3,04 Argomulyo Cebongan 34
Argomulyo Noborejo
Argomulyo Randuacir
52 Arimbi 0,88 Argomulyo Noborejo 35
53 Protokol Kumpulrejo 1,69 Argomulyo Kumpulrejo 36
54 Argosari 3,46 Argomulyo Randuacir 37
55 Argo Boga 0,71 Argomulyo Ledok 38
56 Argo Busono 0,32 Argomulyo Ledok 39
57 Argo Rumekso 0,36 Argomulyo Ledok 40
58 Argo Luwih 0,36 Argomulyo Ledok 41
59 Argo Kartika 0,69 Argomulyo Ledok 42
60 Argotinalang 0,56 Argomulyo Ledok 43
61 Argo Tunggal 0,45 Argomulyo Ledok 44
62 Prumasan 1,34 Argomulyo Kumpulrejo 45
63 Nggronggo 0,52 Argomulyo Kumpulrejo 46
64 Sawo 0,26 Argomulyo Tegalrejo 47
65 Tegalrejo Raya 1,74 Argomulyo Tegalrejo 48
66 A.Yani 0,86 Sidomukti Kalicacing 49
Sidomukti Mangunsari
67 Lapangan Pancasila 0,48 Sidomukti Kalicacing 50
Sidomukti Mangunsari
68 Brigjend Sudiarto 0,56 Sidomukti Kalicacing 51
Sidomukti Mangunsari
69 Letjend Sukowati 0,53 Sidomukti Kalicacing 52
70 Srikandi 0,15 Sidomukti Dukuh 53
71 Sentana 0,69 Sidomukti Mangunsari 54
72 Abdul Sukur 0,34 Sidomukti Mangunsari 55
73 Bangau 0,53 Sidomukti Mangunsari 56
74 Merak 0,87 Sidomukti Mangunsari 57
75 Nakula - Sadewa 2,37 Sidomukti Mangunsari 58
Sidomukti Dukuh
76 Yudhistira 0,45 Sidomukti Dukuh 59
77 Parikesit 1,39 Sidomukti Dukuh 60
78 Bima 0,67 Sidomukti Dukuh 61
79 Dewi Kunti 0,52 Sidomukti Dukuh 62
80 Sidomulyo 0,59 Sidomukti Mangunsari 63
81 Tentara Pelajar 0,4 Sidomukti Mangunsari 64
82 Semeru 0,22 Sidomukti Kalicacing 65
83 Kesambi 0,23 Sidomukti Kalicacing 66
84 Pemotongan 0,58 Sidomukti Kalicacing 67
78,823
85 Kalisawo 0,55 Sidorejo Sidorejo Lor
86 Candisari 0,38 Sidorejo Salatiga
87 Jayeng Rono 0,66 Sidorejo Kauman Kidul
88 Ki Pitrang 0,45 Sidorejo Kauman Kidul
89 Pundung 0,38 Sidorejo Blotongan
90 Gunung Payung 0,6 Sidorejo Blotongan
91 Sultan Agung 0,98 Sidorejo Blotongan
92 Dumai Indah 1,15 Sidorejo Blotongan
93 Dliko Sari 0,49 Sidorejo Blotongan
94 K.H. A. Dahlan 0,32 Sidorejo Sidorejo Lor
95 PTP Sarirejo 1,13 Sidorejo Bugel
96 Baiturohim 0,23 Sidorejo Kauman Kidul
97 Abdul Hamid 0,45 Sidorejo Kauman Kidul
98 Durian 0,34 Sidorejo Sidorejo Lor
99 Darma Bakti 1,26 Sidorejo Pulutan
100 Jambe Wangi 0,25 Sidorejo Sidorejo Lor
101 Delima 0,07 Sidorejo Sidorejo Lor
102 Sisingamangaraja 0,36 Sidorejo Sidorejo Lor
103 Kemiri 1,19 Sidorejo Salatiga
104 Menur 0,29 Sidorejo Sidorejo Lor
105 Kauman 0,29 Sidorejo Salatiga
106 Kenanga 0,24 Sidorejo Sidorejo Lor
107 Sumopuro Kidul 0,27 Sidorejo Salatiga
108 Sumopuro Lor 0,35 Sidorejo Salatiga
109 Cungkup 0,39 Sidorejo Salatiga
110 R. Patah 0,18 Sidorejo Salatiga
111 Gladangan 0,12 Sidorejo Salatiga
112 Karang Taruna 0,62 Sidorejo Salatiga
113 Wali Songo 0,63 Sidorejo Salatiga
114 Kalitaman 0,38 Sidorejo Salatiga
115 Bau Joyo 0,24 Sidorejo Salatiga
116 Bungur 0,16 Sidorejo Salatiga
117 Damar 0,13 Sidomukti Kalicacing
Sidorejo Salatiga
118 Margosari 0,27 Sidorejo Salatiga
119 Pungkur Sari 0,27 Sidorejo Salatiga
120 Seruni 0,343 Sidorejo Sidorejo Lor
121 Cempaka 0,15 Sidoreo Sidorejo Lor
122 DR.Sumardi 1,02 Sidorejo Salatiga
123 Pramuka 0,69 Sidorejo Salatiga
124 Damarjati 0,19 Sidorejo Salatiga
125 Widosari 0,14 Tingkir Kutowinangun Lor
126 Manggar Sari 0,2 Tingkir Kutowinangun Lor
127 Pandan Sari 0,78 Tingkir Kutowinangun Lor
128 Ngentak 0,14 Tingkir Kutowinangun Lor
129 Jambesari 0,17 Tingkir Kutowinangun Lor
130 Kalisari 0,17 Tingkir Kutowinangun Lor
131 Kalinyamat 0,56 Tingkir Kutowinangun Kidul
132 Senjoyo 0,32 Tingkir Kutowinangun Kidul
Tingkir Gendongan
133 Kalipengging 0,43 Tingkir Kutowinangun Kidul
134 Butuh 0,33 Tingkir Kutowinangun Lor
135 KH Zubair 0,29 Tingkir Tingkir Lor
136 Pandansari 0,78 Tingkir Kutowinangun Lor
137 Gumukrejo 0,46 Tingkir Kutowinangun Kidul
138 Gunungsari Utama 1,61 Tingkir Sidorejo Kidul
139 Singosari I 0,26 Tingkir Sidorejo Kidul
140 Singosari II 0,2 Tingkir Sidorejo Kidul
141 Tritis Mukti 0,31 Tingkir Sidorejo Kidul
142 Tritisari 0,56 Tingkir Sidorejo Kidul
Tingkir Kalibening
143 Mayang Sari 0,29 Tingkir Kutowinangun Lor
144 Cempaka Sari 0,26 Tingkir Kutowinangun Lor
145 Melati Sari 0,29 Tingkir Kutowinangun Lor
146 Kenanga Sari 0,21 Tingkir Kutowinangun Lor
147 Mawar Sari 0,2 Tingkir Kutowinangun Lor
Kutowinangunn
148 Tanggul Rejo 0,8 Tingkir Lor
149 Cengek Nyamat 9,55 Tingkir Tingkir Lor
150 Pereng Sari 0,23 Tingkir Kutowinangun Lor
151 Teleng Sari 1,25 Tingkir Kutowinangun Lor
152 Kantil Sari 0,21 Tingkir Kutowinangun Lor
153 Bengawan 0,19 Tingkir Kutowinangun Kidul
154 Progo 0,32 Tingkir Kutowinangun Kidul
155 Kalibodri 0,36 Tingkir Kutowinangun Kidul
156 Serayu 0,35 Tingkir Kutowinangun Kidul
157 Serang 0,18 Tingkir Kutowinangun Kidul
158 Senjoyo 0,32 Tingkir Kutowinangun Kidul
Tingkir Gendongan
159 Tempel Rejo 0,11 Tingkir Gendongan
160 Mangga 0,51 Tingkir Kutowinangun Kidul
161 Margorejo 0,31 Tingkir Gendongan
162 Tanggul Retno 0,29 Tingkir Kutowinangun Kidul
163 Siti Projo 0,39 Tingkir Kutowinangun Lor
164 Tirtoyoso 0,22 Tingkir Kutowinangun Lor
165 Kyai Banteng 0,46 Tingkir Kutowinangun Lor
166 Singo Perkoso 1,01 Tingkir Sidorejo Kidul
167 Serayu 0,35 Tingkir Sidorejo Kidul
168 Tritis Langgeng 0,39 Tingkir Sidorejo Kidul
169 Argo Willis 0,21 Tingkir Kalibening
Argomulyo Ledok
170 Pereng Rejo 0,34 Tingkir Gendongan
171 Kumpul Rejo 0,46 Tingkir Gendongan
172 Langen Rejo 0,1 Tingkir Gendongan
173 Karang Rejo 0,26 Tingkir Gendongan
174 Merbabu 2,32 Argomulyo Noborejo
175 Argoyuwono 0,52 Argomulyo Tegalrejo
Argomulyo Ledok
176 Argobudoyo 1,18 Argomulyo Ledok
Argomulyo Cebongan
177 Abimanyu 1,34 Argomulyo Noborejo
178 Karangkepoh I 0,3 Argomulyo Tegalrejo
179 Karangkepoh II 0,31 Argomulyo Tegalrejo
180 Karangkepoh III 0,49 Argomulyo Tegalrejo
181 Argotirto 0,21 Argomulyo Ledok
182 Sidoharjo 0,25 Argomulyo Ledok
183 Mertani 0,34 Argomulyo Tegalrejo
184 Pringgodani 0,25 Argomulyo Tegalrejo
185 Merbabu 2,32 Argomulyo Noborejo
186 Rekesan 0,35 Argomulyo Tegalrejo
Sidomukti Mangunsari
187 Sawojajar 0,23 Argomulyo Tegalrejo
188 Manggis 0,14 Argomulyo Tegalrejo
189 Argobusono 0,32 Argomulyo Ledok
190 Argo Kartika 0,69 Argomulyo Ledok
191 Argo Loyo 0,13 Argomulyo Ledok
Tingkir Gendongan
192 Sadewa 0,9 Argomulyo Noborejo
193 Sadewa I 0,41 Argomulyo Noborejo
194 Argosari 3,46 Argomulyo Randuacir
195 Argo Boga 0,72 Argomulyo Randuacir
196 Jodipati 0,39 Argomulyo Tegalrejo
197 Argoluwih 0,36 Argomulyo Ledok
198 RSU 0,18 Sidomukti Mangunsari
199 Kridanggo 0,25 Sidomukti Kalicacing
200 Kemuning 0,24 Sidomukti Kalicacing
201 Tanjung 0,19 Sidomukti Kalicacing
202 Johar 0,25 Sidomukti Kalicacing
203 Jambu 0,12 Sidomukti Kalicacing
204 Sunan Kalijaga 0,13 Sidomukti Mangunsari
205 ex AMD 0,2 Sidomukti Dukuh
206 Somba 0,68 Sidomukti Dukuh
207 Purbaya I 0,42 Sidomukti Dukuh
208 Purbaya II 0,2 Sidomukti Dukuh
209 Purbaya III 0,22 Sidomukti Dukuh
210 Purbaya IV 0,24 SIdomukti Dukuh
211 Purbaya V 0,12 Sidomukti Dukuh
212 Wisanggeni 0,37 Sidomukti Dukuh
213 Irawan 0,4 Sidomukti Dukuh
214 Janoko 0,51 Sidomukti Dukuh
215 Kresna 0,34 Sidomukti Dukuh
216 Wibisono 0,35 Sidomukti Dukuh
217 Bisma 1,18 Sidomukti Dukuh
218 Wisnu 0,84 Sidomukti Dukuh
219 Abiyoso 1,08 Sidomukti Dukuh
220 Taruna 0,32 Sidomukti Mangunsari
221 Nakula Sadewa I 0,49 Sidomukti Dukuh
222 Nakula Sadewa II 0,2 Sidomukti Dukuh
223 Nakula Sadewa III 0,2 Sidomukti Dukuh
224 Nakula Sadewa IV 0,51 Sidomukti Dukuh
225 Nakula Sadewa V 0,19 Sidomukti Dukuh
226 Surowijaya 0,46 Sidomukti Mangunsari
227 Nuri 0,2 Sidomukti Mangunsari
228 Nyai Jinten 0,49 Sidomukti Mangunsari
229 Ali Wijayan 0,58 Sidomukti Mangunsari
230 Sri Gunting 0,19 Sidomukti Mangunsari
231 Cendrawasih 0,22 Sidomukti Mangunsari
232 Merpati 0,34 Sidomukti Mangunsari
233 Podang 0,14 Sidomukti Mangunsari
234 Kasuari 0,2 Sidomukti Mangunsari
235 Joyo Imron 0,23 Sidomukti Mangunsari
236 Kendalisodo 0,32 Sidomukti Kalicacing
237 Tangsi Besar 0,51 Sidomukti Kalicacing
6,77
238 Damar 0,43 Sidomukti Salatiga
239 Pereng Tritis 0,54 Tingkir Gendongan
240 Kumpulrejo 0,46 Tingkir Gendongan
241 Perengrejo 0,34 Tingkir Gendongan
242 Tritis Langgeng 0,39 Argomulyo Ledok
243 Bengawan 0,19 Tingkir Kutowinangun Kidul
244 Tempelrejo 0,11 Tingkir Gendongan
245 Tanggulrejo 0,8 Tingkir Gendongan
246 sadewo 0,9 Argomulyo Noborejo
247 Amarta 1,32 Argomulyo Kumpulrejo
248 Sawojajar 0,23 Argomulyo Tegalrejo
249 Mertani 0,18 Argomulyo Tegalrejo
250 Kalisari 0,17 Tingkir Kutowinangun Lor
251 Jambesari 0,17 Tingkir Kutowinangun Lor
252 Widosari 0,14 Tingkir Kutowinangun Lor
253 Tirtoyoso 0,22 Tingkir Kutowinangun Lor
254 Serang 0,18 Tingkir Kutowinangun Kidul
aglomerasi pemusatan kegiatan industri pada suatu lokasi yang dapat meningkatkan dan mendorong pertumbuhan industri-industri lainnya sehingga secara akumulatif akan meningkatkan kegiatan
ekonomi dengan produk yang mengarah spesifik
wisata kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik sasaran tertentu
1. Penyerapan tenaga kerja terbesar adalah pada sektor Jasa dengan presentase 64 %, disusul oleh Sektor Manufaktur sebanyak 31 % dan sektor pertanian menjadi terendah dengan hanya 5 %.
2. Mungkin hal ini disebabkan oleh alokasi lahan pertanian yang selalu lebih rendah dibandingkan dengan peruntukan lahan pertanian bukan sawah dan luas lahan eksisting yang diizinkan untuk
kegiatan bukan pertanian.
3. Luas lahan di Kecamatan Argomulyo sebagian besar bukan pertanian dengan sebanyak 1089 Ha, pertanian bukan sawah dengan seluas 755 Ha, dan hanya 9 Ha digunakan untuk lahan
pertanian. Sedangkan Kecamatan Tingkir mengalokasikan 587 Ha untuk lahan non pertanian, 295 Ha untuk sawah dan sisanya seluas 173 Ha untuk lahan pertanian bukan sawah. Kecamata
SIdomukti sama dengan Kecamatan Argomulyo mengalokasikan luas lahan nya untuk lahan non pertanian, pertanian bukan sawah, dan sawah dengan luas lahan masing – masing : 735,3; 361;
49,7. Dengan persentasea terkecil pada lahan sawah sebesar 273 Ha dan terbagi dua sisa lahannya untuk pertanian bukan sawah dan selain pertanian adalah Kecamatan Sidorejo seluas 448 Ha
untuk kedua peruntukan ruang.
4. Jadi Prioritas Lahan Sawah adalah di Kecamatan Tingkir ( 295) Ha, Kecamatan Sidorejo ( 273) Ha, Kecamatan SIdomukti (49,7) Ha, dan Kecamatan Argomulyo ( 9 )Ha.
5. Disediakan luas pertanian non sawah adalah di Kecamatan Argomulyo dengan 755 Ha, SIdorejo 448 Ha, SIdomukti 361 Ha, dan Tingkir 173 Ha.
6. Sedangkan luas bukan pertanian terbesar di Kecamatan Argomulyo ber luas 1.089 Ha, Sidomukti seluas 735,3 Ha, Kecamatan TIngkir dengan 587 Ha, dan terakhir kecamatan SIdorejo dengan
luas 448 Ha.
7. Terdapat kesesuaian antara ketinggian lahan dengan luas lahan non pertanian, dimana untuk Kecamatan Argomulyo dengan posisi yang teringgi ( 680 mdpl) dan SIdorejo dengan ketinggian
terendah (602 mdpl) mempunyai luas non pertanian terbanyak dan tersedikit. Sedangkan 2 kecamatan lainnya mempunyai luas yang tertukar, dalam hal ini seharunya dengan ketinggia 627 mdp
dan 626 mdpl memiliki luas lahan non pertanian terluas ke-2 dan ke-3.
8. Demikian juga jarak ke ibukota. Seharusnya dengan jarak terjauh memiliki luas lahan pertanian non sawah dan sawah terluas dan begitu juga dengan sebaliknya. Terdapat kesesuaian untuk
lahan pertanian bukan sawah di Kecamatan Argomulyo dan SIdorejo dimana untuk jarak Kecamatan Argomulyo sejauh 3,5 km dan Sidorejo 3,1 km, memiliki luas lahan pertanian bukan sawah
lebih luas terluas untuk Kecamatan Argomulyo dan luas lahan pertanian bukan sawah terluas ke-2 untuk Kecamatan SIdorejo seluas 755 Ha dan 448 Ha. Untuk Kecamatan Tingkir dan Sidomukti
berbeda halnya dalam luas pertanian non sawah, dimana Kecamatan Tingkir memliki jarak ke Ibukota yang lebih jauh tetapi memiliki luas pertanian non sawah lebih luas. Sementara itu untuk
kesessuaian antara luas sawah dengan jarak ke ibukota menunjukkan bahwa Kecamatan ARgomulyo dan SIdorejo yang memiliki jarak terjauh pertama dan kedua dari ibukota memiliki luas lahan
sawah yang lebih rendah dari Kecamatan Tingkir, tetapi tidak dengan Kecamatan SIdomukti.
Pertanyaan penelitian:
1. Dengan luas lahan sawah dan pertanian bukan sawah di Kecamatan Sidorejo (712 Ha) yang luasnya lebih besar dari luas bukan pertanian (448 Ha), maka kebutuhan akan ruang untuk kawasan
permukiman, perdagangan dan jasa, pendidikan dan kesehatan, dan ruang terbuka hijau menjadi lebih besar;
2. Dengan luas lahan sawah dan pertanian bukan sawah di Kecamatan Argomulyo (764 Ha), Kecamatan Tingkir (468 Ha), dan Kecamatan SIdomukti (401,7) lebih kecil dari luas bukan pertanian
(1089;587;735,3), maka usulan perubahan kawasan permukiman, perdagangan dan jasa, pendidikan dan kesehatan, dan ruang terbuka hijau menjadi tidak prioritas.
Sumber : Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 9 Tahun 2018 tentang Rencana Detail Tata Ruang Kota Salatiga Tahun 2017-2036
Menurut PP 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang pasal 21 ayat (1) adalah sebagai berikut :
a. Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah uang merata dan berierakhi; dan
b. Peningkatan kualitas dan jangkauan jriangan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadua dan merata di seluruh wilayah nasional.
Strategi untuk peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah meliputi:
a. Menjaga dan mewujudkan keterkaitan antarkawasan perkotaan, antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan, serta anrara kawasan perkotaan dan wilayah di sekitarnya.
b. Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang bellum terlayani oleh pusat pertumbuhan;
c. Mengembangkan pusat perkotaan maritim yang berkelanjutan.
d. Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya.
e. Mengembangkan pelayanan kawasan perkotaan yang mendukung sektor unggulan sebagai kota industri, wisata, dan maritim secara berkelanjutan.
f. Mengembangkan kota dan kawasan perkotaan baru secara holistik dan terintegrasi, inklusif, serta berkelanjutan.
Strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana meliputi:
g. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpadua pelayanan transportasi darat. Laut, dan udara;
h. Mendorong pengembamgan prasarasan telekomunikasi terutama di kawasan terisolasi;
i. Meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbaruka mdan tak terbarukan secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik;
j. Meningkatkan infrastruktur minyak dan gas bumoi nasional yang optimal; dan
k. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumber daya air.
Tabel Rekapitulasi Luas Penutupan Lahan Hutan dan Non Hutan Menurut Provinsi Tahun 2014-2019 (Ribu Ha)
Hutan Non Hutan Hutan Non Hutan Hutan Non Hutan Hutan Non Hutan Hutan Non Hutan Hutan Non Hutan
N Provins Luas Luas Luas Luas Luas Luas Luas Luas Luas Luas Luas Luas
o i Penut Penut Penut Penut Penut Penut Penut Penut Juml Penut Penut Juml Penut Penut Juml
upan upan Juml upan upan Juml upan upan Juml upan upan upan upan upan upan
% % % % % % % % ah % % ah % % ah
Lahan Lahan ah Lahan Lahan ah Lahan Lahan ah Lahan Lahan Lahan Lahan Lahan Lahan
(Ribu (Ribu (Ribu (Ribu (Ribu (Ribu (Ribu (Ribu (Ribu (Ribu (Ribu (Ribu
Ha) Ha) Ha) Ha) Ha) Ha) Ha) Ha) Ha) Ha) Ha) Ha)
(1
(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23) (24) (25) (26) (27) (23) (24) (25) (26) (27)
)
3 2 5 3 2 5 3 2 5 3 2 5 3 2 5 3 2 5
1 ACEH 55, 44, 56, 44, 57, 42, 55, 44, 55, 44, 55, 44,
156,7 490,6 647,3 161,9 485,4 647,3 270,9 376,4 647,3 120,2 527,1 647,3 110,2 537,1 647,3 155,6 491,7 647,3
9 1 0 0 9 1 3 7 1 9 9 1
SUMATE
1 5 7 1 5 7 1 5 7 1 5 7 1 5 7 1 5 7
2 RA 25, 74, 24, 75, 25, 74, 25, 74, 25, 75, 26, 73,
826,9 275,1 102,0 759,9 342,1 102,0 813,1 288,9 102,0 785,9 316,1 102,0 778,4 323,6 102,0 853,4 248,6 102,0
UTARA 7 3 8 2 5 5 1 9 0 0 1 9
SUMATE
1 2 4 1 2 4 1 2 4 1 2 4 1 2 4 1 2 4
3 RA 46, 53, 46, 53, 46, 54, 46, 53, 46, 53, 45, 54,
927,7 256,2 183,9 934,7 249,2 183,9 924,1 259,8 183,9 936,6 247,3 183,9 931,0 252,9 183,9 907,1 276,8 183,9
BARAT 1 9 2 8 0 0 3 7 2 8 6 4
2 6 8 2 6 8 2 6 8 2 6 8 2 6 8 2 6 8
4 RIAU 28, 71, 26, 73, 29, 70, 25, 74, 25, 74, 27, 72,
562,3 320,6 882,8 350,0 532,9 882,8 617,6 265,2 882,8 304,3 578,6 882,8 260,5 622,3 882,8 459,2 423,6 882,8
8 2 5 5 5 5 9 1 4 6 7 3
1 3 4 1 3 4 1 3 4 1 3 4 1 3 4 1 3 4
5 JAMBI 28, 71, 27, 72, 28, 71, 26, 73, 26, 73, 25, 74,
358,2 474,1 832,3 341,3 491,1 832,3 385,6 446,8 832,3 283,4 549,0 832,3 274,2 558,2 832,3 253,2 579,2 832,3
1 9 8 2 7 3 6 4 4 6 9 1
SUMATE
RA 1 7 8 1 7 8 1 7 8 1 7 8 1 7 8 1 7 8
6 17, 82, 13, 86, 17, 82, 13, 86, 13, 86, 16, 83,
SELATA 523,6 103,3 626,9 200,6 426,3 626,9 536,4 090,5 626,9 144,4 482,5 626,9 141,0 485,9 626,9 445,0 181,9 626,9
7 3 9 1 8 2 3 7 2 8 8 2
N
BENGKU 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
7 34, 65, 34, 65, 34, 66, 34, 65, 33, 66, 33, 66,
LU 693,0 309,9 002,9 688,9 314,0 002,9 681,5 321,4 002,9 685,1 317,9 002,9 677,2 325,7 002,9 674,6 328,3 002,9
6 4 4 6 0 0 2 8 8 2 7 3
LAMPU 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
8 10, 89, 90, 10, 89, 90, 90, 90,
NG 364,5 070,9 435,4 339,1 9,9 096,3 435,4 354,9 080,5 435,4 334,4 9,7 101,0 435,4 333,1 9,7 102,2 435,4 335,9 9,8 099,5 435,4
6 4 1 3 7 3 3 2
KEP.
BANGKA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
9 15, 84, 14, 85, 13, 86, 13, 86, 13, 86, 11, 88,
BELITUN 250,9 408,8 659,7 233,3 426,5 659,7 229,7 430,0 659,7 221,8 437,9 659,7 218,1 441,6 659,7 192,1 467,6 659,7
1 9 1 9 8 2 4 6 1 9 6 4
G
1 KEP.
34, 65, 30, 70, 32, 67, 32, 67, 32, 67, 33, 66,
0 RIAU 282,6 534,4 817,0 245,0 572,0 817,0 268,7 548,3 817,0 268,8 548,2 817,0 269,1 547,9 817,0 271,6 545,4 817,0
6 4 0 0 9 1 9 1 9 1 2 8
DKI
1
JAKART 99, 99, 99, 99, 99, 99,
1 0,3 0,5 65,1 65,3 0,3 0,5 65,0 65,3 0,3 0,5 65,1 65,3 0,3 0,5 65,0 65,3 0,3 0,5 65,0 65,3 0,3 0,5 65,0 65,3
A 5 5 5 5 5 5
1 JAWA 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3
17, 82, 17, 82, 17, 82, 17, 82, 17, 82, 21, 78,
2 BARAT 643,4 055,2 698,6 634,7 063,9 698,6 650,0 048,6 698,6 648,1 050,5 698,6 639,8 058,8 698,6 797,2 901,4 698,6
4 6 2 8 6 4 5 5 3 7 6 4
1 JAWA 2 3 1 2 3 2 3 1 2 3 1 2 3 2 3
22, 77, 29, 70, 22, 77, 29, 70, 29, 70, 19, 80,
3 TENGAH 776,7 679,9 456,6 019,5 437,1 456,6 787,3 669,2 456,6 019,7 436,9 456,6 019,0 437,6 456,6 665,1 791,4 456,6
5 5 5 5 8 2 5 5 5 5 2 8
DI
1 3
YOGYAK 10, 89, 10, 89, 14, 85, 10, 89, 10, 89, 10, 89,
4 34,5 285,0 319,4 34,3 285,2 319,4 45,9 273,5 194,0 34,6 284,8 319,4 34,0 285,4 319,4 32,6 286,8 319,4
ARTA 8 2 7 3 4 6 8 2 7 3 2 8
1 JAWA 1 3 4 1 3 4 1 3 4 1 3 4 1 3 4 1 3 4
28, 71, 28, 71, 29, 70, 28, 71, 28, 72, 25, 75,
5 TIMUR 367,9 469,8 837,7 365,8 471,9 837,7 435,6 402,0 837,7 367,8 469,8 837,7 356,3 481,3 837,7 207,3 630,4 837,7
3 7 2 8 7 3 3 7 0 0 0 0
1
BANTEN 16, 83, 16, 83, 17, 82, 17, 82, 17, 82, 15, 84,
6 154,8 784,4 939,2 151,4 787,8 939,2 167,1 772,1 939,2 162,9 776,3 939,2 163,2 775,9 939,2 147,1 792,1 939,2
5 5 1 9 8 2 3 7 4 6 7 3
1
BALI 18, 81, 18, 82, 16, 83, 16, 83, 16, 83, 17, 82,
7 102,7 464,1 566,9 102,1 464,7 566,9 91,6 475,3 566,9 94,9 472,0 566,9 94,6 472,6 566,9 99,8 467,0 566,9
1 9 0 0 2 8 7 3 7 3 6 4
NUSA
1 TENGGA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
42, 57, 40, 60, 46, 53, 40, 59, 39, 60, 44, 55,
8 RA 842,4 137,7 980,2 791,2 188,9 980,2 920,0 060,2 980,2 793,4 186,8 980,2 783,2 196,9 980,2 878,6 101,6 980,2
5 5 0 0 5 5 1 9 6 4 4 6
BARAT
NUSA
1 TENGGA 1 3 4 1 2 4 1 2 4 1 2 4 1 2 4 1 3 4
26, 73, 41, 58, 37, 62, 41, 58, 41, 58, 36, 63,
9 RA 245,2 477,4 722,5 967,0 755,5 722,5 760,8 961,8 722,5 977,2 745,3 722,5 957,2 765,4 722,5 719,2 003,4 722,5
4 6 7 3 3 7 9 1 4 6 4 6
TIMUR
KALIMA 1 1 1 1 1 1
2 5 8 5 8 5 8 5 8 5 8 5 8
NTAN 39, 60, 4 39, 60, 4 38, 61, 4 38, 61, 4 38, 61, 4 38, 61, 4
0 788,7 784,1 754,9 817,8 583,1 989,7 623,5 949,3 590,8 982,0 587,0 985,7
BARAT 7 3 572,8 5 5 572,8 3 7 572,8 6 4 572,8 4 6 572,8 3 7 572,8
KALIMA 1 1 1 1 1 1
2 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
NTAN 51, 48, 5 51, 48, 5 49, 50, 5 49, 50, 5 49, 50, 5 48, 51, 5
1 866,9 399,3 866,9 399,3 609,1 657,0 544,1 722,1 516,4 749,7 396,6 869,6
TENGAH 5 5 266,2 5 5 266,2 8 2 266,2 4 6 266,2 2 8 266,2 5 5 266,2
KALIMA
2 NTAN 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3
25, 74, 24, 75, 24, 75, 23, 77, 22, 77, 25, 75,
2 SELATA 940,3 773,7 713,9 899,6 814,3 713,9 897,0 817,0 713,9 855,5 858,4 713,9 840,9 873,0 713,9 926,9 787,0 713,9
3 7 2 8 2 8 0 0 6 4 0 0
N
KALIMA 1 1 1 1 1 1
2 13 5 12 6 13 6 12 6 12 6 12 6
NTAN 69, 30, 9 66, 34, 9 67, 32, 9 65, 35, 9 64, 35, 9 65, 34, 9
3 564,8 940,0 873,7 631,1 122,9 381,9 672,1 832,7 615,0 889,8 806,4 698,4
TIMUR 5 5 504,8 0 0 504,8 3 7 504,8 0 0 504,8 7 3 504,8 7 3 504,8
KALIMA
2
NTAN
4
UTARA
SULAWE
2 1 1 1 1 1 1
SI 39, 60, 38, 61, 38, 61, 38, 61, 38, 61, 38, 61,
5 563,8 875,7 439,5 560,1 879,4 439,5 555,3 884,3 439,5 557,1 882,5 439,5 553,2 886,3 439,5 555,4 884,2 439,5
UTARA 2 8 9 1 6 4 7 3 4 6 6 4
SULAWE
2 3 2 6 3 2 6 3 2 6 3 2 6 3 2 6 3 2 6
SI 63, 36, 64, 35, 63, 36, 63, 36, 63, 36, 63, 36,
6 806,6 228,1 034,7 907,9 126,8 034,7 854,3 180,4 034,7 846,5 188,2 034,7 825,1 209,6 034,7 816,3 218,5 034,7
TENGAH 1 9 8 2 9 1 7 3 4 6 2 8
SULAWE
2 SI 1 3 4 1 3 4 1 3 4 1 3 4 1 3 4 1 3 4
32, 67, 31, 68, 31, 68, 31, 68, 31, 68, 32, 67,
7 SELATA 481,3 017,1 498,4 433,6 064,8 498,4 415,4 083,0 498,4 404,4 094,0 498,4 409,8 088,6 498,4 457,8 040,6 498,4
9 1 9 1 5 5 2 8 3 7 4 6
N
SULAWE
2 SI 1 1 3 1 1 3 1 1 3 1 1 3 1 1 3 1 1 3
53, 46, 53, 47, 52, 47, 52, 48, 51, 48, 51, 48,
8 TENGGA 929,4 682,2 611,6 914,4 697,2 611,6 896,8 714,8 611,6 877,0 734,7 611,6 846,6 765,1 611,6 861,4 750,2 611,6
4 6 0 0 5 5 0 0 1 9 5 5
RA
2 GORON 1 1 1 1 1 1
59, 40, 59, 41, 57, 42, 59, 40, 59, 40, 59, 40,
9 TALO 710,8 487,7 198,5 707,5 491,0 198,5 692,7 505,8 198,5 709,9 488,6 198,5 710,3 488,2 198,5 717,6 480,9 198,5
3 7 0 0 8 2 2 8 3 7 9 1
SULAWE
3 1 1 1 1 1 1
SI 49, 50, 48, 51, 49, 51, 48, 51, 48, 51, 49, 51,
0 838,7 841,5 680,2 822,1 858,1 680,2 823,2 857,0 680,2 817,4 862,9 680,2 815,6 864,6 680,2 823,3 856,9 680,2
BARAT 9 1 9 1 0 0 6 4 5 5 0 0
3 MALUK 3 1 4 3 1 4 3 1 4 3 1 4 3 1 4 3 1 4
65, 34, 65, 34, 65, 34, 65, 34, 65, 34, 65, 34,
1 U 030,7 591,4 622,1 016,8 605,3 622,1 030,0 592,1 622,1 011,8 610,3 622,1 007,8 614,3 622,1 012,6 609,5 622,1
6 4 3 7 6 4 2 8 1 9 2 8
MALUK
3 2 1 3 2 1 3 1 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3
U 67, 32, 66, 33, 62, 37, 64, 35, 64, 35, 64, 35,
2 110,1 020,5 130,6 070,9 059,7 130,6 946,8 183,8 130,6 019,0 111,6 130,6 009,3 121,3 130,6 014,1 116,5 130,6
UTARA 4 6 1 9 2 8 5 5 2 8 3 7
3 PAPUA 8 9 8 9 8 9 8 9 8 9 8 9
92, 91, 91, 90, 90, 92,
3 BARAT 864,5 760,4 7,9 624,9 790,0 834,9 8,7 624,9 821,6 803,3 8,3 624,9 750,9 874,0 9,1 624,9 751,1 873,7 9,1 624,9 874,9 750,0 7,8 624,9
1 3 7 9 9 2
3 3 3 3 3 3
3 25 5 25 5 25 5 25 6 24 6 25 5
PAPUA 80, 19, 1 80, 19, 1 80, 19, 1 80, 19, 1 80, 19, 1 81, 19, 1
4 155,5 921,4 088,4 988,5 082,6 994,3 076,9 000,0 993,6 083,3 168,7 908,2
9 1 076,9 7 3 076,9 7 3 076,9 7 3 076,9 4 0 076,9 0 0 076,9
1 1 1 1 1 1
INDONE 95 91 95 92 95 92 93 93 93 94 94 93
51, 49, 87 50, 49, 87 50, 49, 87 50, 50, 87 49, 50, 87 50, 49, 87
SIA 766,4 985,5 028,0 723,9 271,9 480,0 949,7 802,1 526,2 225,7 114,1 637,8
0 0 751,9 6 4 751,9 7 3 751,9 0 0 751,9 8 2 751,9 1 9 751,9
Sumber: Buku Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia 2014-2018,
kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Keterangan: Data provinsi Kalimantan Timur merupakan data gabungan
antara Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara
Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup.
Strategi untuk pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup, meliputi :
a. Menetapkan kawasan lindung di ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi;
b. Mewujudkan kawasan berfungsi lindung dalam wilayah:
Pulau Jawa – Bali dengan luas palinhh sedikit 30 % dari luas pulau tersebut sesuai dengan kondisi, karakter, dan fungsi ekosistemnya serta tersebar secara proporsional.
c. Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung akibat pengemb angan kegiaitan budi daya dalam rangka mewujudkan ndan memlihara keseimbangan ekosistem wilayah;
d. Mengendalikam pemanfaatan dan penggunaan kawasan uyang berpotensi mengganggu fungsi lindung; dan
e. Mewujudkan, memelihara, dan meningkatkan fungsi kawasan lindung dalam rangka meningkatkan daya dukung daerah aliran sungai.
Strategi untuk pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat mmenimbulkan kerusakan lingkungan hidup meliputi:
a. Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antarkegiatan budi daya; dan
b. Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan.
Strategi untuk perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antarkegiatan budi daya meliputi:
TEORI DALAM RANGKA PENGEMBANGAN WILAYAH SKALA MIKRO; MESO; DAN MAKRO,
PERENCANAAN TARGET DAN PENCAPAIAN MAKRO DAN MIKRO EKONOMI, SERTA
PERUMUSAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
TEORI DALAM RANGKA PENGEMBANGAN WILAYAH SKALA MIKRO; MESO; DAN MAKRO
• Teori Yang digunakan mencakup 3 indikator - indikator dengan masing – masing indikatornya terdiri dari 2 jenis parameter, sebagai berikut ( Destarita, 2019) :
1. linear dengan maksud merupakan jalan utama yang dibangun tanpa ada penambahan lebar jalan dan rute. Dengan contoh : jalan tol; jalan arteri primer;
2. Circular dengan maksud jalan tambahan yang menghubungkan jalan tol dan arteri primer dengan jalan kolektor yang terhubung sebagai persimpangan ( pertigaan atau perempatan), ruas
dan lebarnya menyesuaikan kebutuhan berdasarkan rencana tata ruang dan panjangnya sesuai dengan Panjang jalan tol dan arteri primer yang akan dihubungkan dengan jalan kolektornya;
TEORI DALAM RANGKA PENGEMBANGAN WILAYAH SKALA MIKRO; MESO; DAN MAKRO
• Teori Yang digunakan mencakup 3 indikator - indikator dengan masing – masing indikatornya terdiri dari 2 jenis parameter, sebagai berikut ( Destarita, 2019) :
1. Horizontal dengan maksud merupakan pola penyebaran tata ruang terpusat, dimana ada 1 kota dikelilingan dengan 1 kabupaten. Dengan contoh : Kota Salatiga dikelilingi oleh Kabupaten
Semarang;
2. Vertikal dengan maksud merupakan pola penyebaran tata ruang searah, dimana ada 1 kabupaten berbatasan dengan 1 kabupaten lainnya. Dengan contoh : Kabupaten Semarang yang
berbatasan dengan Kabupaten Boyolali.
TEORI DALAM RANGKA PENGEMBANGAN WILAYAH SKALA MIKRO; MESO; DAN MAKRO
• Teori Yang digunakan mencakup 3 indikator - indikator dengan masing – masing indikatornya terdiri dari 2 jenis parameter, sebagai berikut ( Destarita, 2019) :
2. Inter Regional Linkage dengan maksud merupakan jalur atau sirip struktur yang menghubungkan antar kabupaten / kota dalam provinsi yang berdekatan atau antar provinsi dalam 2 pulau
yang berdekatan atau antar pulau yang berdekatan. Dengan contoh : Kabupaten Lampung Selatan dengan Kota Cilegon dihubungkan dengan Pelabuhan, Provinsi Bali dan provinsi Nusa
Tenggara Barat dihubungkan dengan bandara, dan Pulau Jawa dengan Pulau Sulawesi dan Pulau Kalimantan yang dihubungkan dengan ALKI ( tol laut) dengan maksud menghubungkan pulau
Jawa dengan negara Singapura, Thailand, Vietnam dan Filiphina.
TEORI DALAM RANGKA PERENCANAAN TARGET DAN PENCAPAIAN MAKRO DAN MIKRO EKONOMI
KONSEP DAN PENGATURAN JALUR DISTRIBUSI BARANG DAN ORANG DI DALAM NEGERI DAN KE LUAR NEGERI
• Berdasarkan pelaksanaan Kebijakan Tol Laut, ALKI yang sudah ada, maka ditentukan sebagai berikut :
a. Radial ( Menyebar) untuk menghubungkan Pusat atau Market Share dan Market Size terbesar ( Pulau Jawa) ke Kepulauan – Kepulauan lainnya di Bagian Baratnya : Sumatera dengan
asal bandara dan pelabuhan dari provinsi Banten; di Utaranya ( Kalimantan) dengan asal bandara dan Pelabuhan di Provinsi Jawa Barat; di Timur lautnya ( Sulawesi) dengan asal Pelabuhan
dan bandaranya dari Jawa Tengah, di timurnya ( Bali) asal Pelabuhan dan bandara dari Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur dengan asal Pelabuhan dan bandara dari
Provinsi Bali; dan Maluku Utara-Maluku-Papua Barat dan Papua dengan asal Pelabuhan dan bandara dari Sulawesi Tenggara) ; Maluku Utara ke Pelabuhan dan bandara di Papua Barat; dan
Maluku ke Pelabuhan dan bandara di Papua.
• Merujuk pada Peraturan Presiden tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2020 – 2024; maka diterapkan pola distribusi penduduk dan pendanaan pembangunan dengan
mempertahankan keseimbangan antara daerah maju ( developed regions) dan daerah berkembang ( developing regions). Diperkuat dengan teori Compact City, sehingga semua
wilayah tertutup ( Kawasan Lindung berupa KBSN dan Budidaya berupa WPS)
• Diterapkan dalam penyusunan RTR KSN sudut kepentingan ekonomi baik berupa Kawasan perkotaan (Wilayah Pengembangan Strategis); dan non perkotaan atau Kawasan perdesaan
(Kawasan Budidaya Strategis Nasional) di masing – masing Kepulauan ( Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 2015-2019 dan Rencana Strategis
Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional 2015 – 2024)
• KSN Patunglaya mencakup Provinsi Sumatera Selatan dengan perluasan sampai dengan Provinsi Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Bengkulu, serta Jambi dan penduduk pulau – pulau
terluar dipidahkan ke pulau utama masih di sub – pulau tersebut ( Sumatera Bagian Tengah); dengan konsekuennsi Pulau – pulau terkecil sebagai barrier terhadap tsunami dan wilayah
eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam dan teknologi tinggi juga sebagaimana kegiatan eksisting sebagai Kawasan pertahanan dan keamanan;
• KSN Jabodetabekpunjur dan Cekungan Bandung mencakup Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten dengan perluasan sampai dengan Provinsi Lampung, dan penduduk pulau – pulau
terluar dipidahkan ke pulau utama masih di sub – pulau tersebut ( Jawa bagian Barat); dengan konsekuennsi Pulau – pulau terkecil sebagai barrier terhadap tsunami dan wilayah eksplorasi dan
eksploitasi sumber daya alam dan teknologi tinggi juga sebagaimana kegiatan eksisting sebagai Kawasan pertahanan dan keamanan;
• KSN Kedung Sepur mencakup Provinsi Jawa Tengah dengan perluasan sampai dengan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dan penduduk pulau – pulau terluar dipidahkan ke pulau utama
masih di sub – pulau tersebut ( Jawa Bagian Tengah); dengan konsekuennsi Pulau – pulau terkecil sebagai barrier terhadap tsunami dan wilayah eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam
dan teknologi tinggi juga sebagaimana kegiatan eksisting sebagai Kawasan pertahanan dan keamanan;
• KSN Banjar Bakula mencakup Provinsi Kalimantan Selatan dengan perluasan sampai dengan Provinsi Kalimantan Tengah, juga Kalimantan Barat dan penduduk pulau – pulau terluar
dipidahkan ke pulau utama masih di sub – pulau tersebut ( Kalimantan bagian selatan sampai barat); dengan konsekuennsi Pulau – pulau terkecil sebagai barrier terhadap tsunami dan wilayah
eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam dan teknologi tinggi juga sebagaimana kegiatan eksisting sebagai Kawasan pertahanan dan keamanan;
• KSN Ibu Kota Negara mencakup Provinsi Kalimantan Timur dengan perluasan sampai dengan Provinsi Kalimantan Utara, dan penduduk pulau – pulau terluar dipidahkan ke pulau utama masih
di sub – pulau tersebut ( Kalimantan bagian Timur sampai Utara); dengan konsekuennsi Pulau – pulau terkecil sebagai barrier terhadap tsunami dan wilayah eksplorasi dan eksploitasi sumber
daya alam dan teknologi tinggi juga sebagaimana kegiatan eksisting sebagai Kawasan pertahanan dan keamanan;
• KSN Mamminasata mencakup Provinsi Sulawesi Selatan dengan perluasan sampai dengan Provinsi Sulawesi Barat dan Provinsi Sulawesi Tengah, dan penduduk pulau – pulau terluar
dipidahkan ke pulau utama masih di sub – pulau tersebut ( Sulawesi bagian Selatan sampai Tengah); dengan konsekuennsi Pulau – pulau terkecil sebagai barrier terhadap tsunami dan wilayah
eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam dan teknologi tinggi juga sebagaimana kegiatan eksisting sebagai Kawasan pertahanan dan keamanan;
• KSN Bimindo mencakup Provinsi Sulawesi Utara dengan perluasan sampai dengan Provinsi Gorontalo dan Provinsi Sulawesi Tenggara, dan penduduk pulau – pulau terluar dipidahkan ke pulau
utama masih di sub – pulau tersebut ( Sulawesi bagian Tenggara sampai Utara); dengan konsekuennsi Pulau – pulau terkecil sebagai barrier terhadap tsunami dan wilayah eksplorasi dan
eksploitasi sumber daya alam dan teknologi tinggi juga sebagaimana kegiatan eksisting sebagai Kawasan pertahanan dan keamanan;
• KSN Sarbagita mencakup Provinsi Bali dengan perluasan sampai dengan Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Provinsi Nusa Tenggara Timur, dan penduduk pulau – pulau terluar dipidahkan ke
pulau utama masih di sub – pulau tersebut ( Bali dan Nusa Tenggara); dengan konsekuennsi Pulau – pulau terkecil sebagai barrier terhadap tsunami dan wilayah eksplorasi dan eksploitasi
sumber daya alam dan teknologi tinggi juga sebagaimana kegiatan eksisting sebagai Kawasan pertahanan dan keamanan;
• KSN Gerbangkertosusila mencakup Provinsi Jawa Timur dengan perluasan sampai dengan Provinsi Maluku, Provinsi Maluku Utara, Provinsi Papua, serta Provinsi Papua Barat, dan penduduk
pulau – pulau terluar dipidahkan ke pulau utama masih di sub – pulau tersebut ( Jawa Bagian Timur, seluruh Maluku, dan seluruh Papua); dengan konsekuennsi Pulau – pulau terkecil sebagai
barrier terhadap tsunami dan wilayah eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam dan teknologi tinggi juga sebagaimana kegiatan eksisting sebagai Kawasan pertahanan dan keamanan;
`
Strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan
There are 6 cluster of region ( sub island / islands) categorized as developed areas, while the other 7 classified as developing areas, and none of them is poverty areas.
They are :
a. Developed Areas (inflations minimum once in 10 years more than 10 %): cluster 1 ( Aceh – Sumatera Utara); cluster 2 (Sumatera Barat - Riau – Kepulauan Riau); cluster 3 (Jambi – Sumatera
Selatan – Bengkulu – Kepulauan Bangka Belitung); cluster 4 ( Lampung – Banten); cluster 7 (Jawa Timur – Bali – Nusa Tenggara Barat – Nusa Tenggara Timur); dan cluster 10 ( Kalimantan Selatan –
Kalimantan Timur- Kalimantan Utara);
b. Developing Areas (inflations minimum once in 10 years less than 10 %): : Cluster 5 ( DKI Jarta – Jawa Barat); cluster 6 ( Jawa Tengah – DIY); cluster 8-9 (Kalimantan Barat – Kalimantan Tengah);
cluster 11 (Sulawesi Utara- Gorontalo- Sulawesi Tenggara); cluster 12 ( Sulawesi Tengah – Sulawesi Selatan – Sulawesi Barat); dan cluster 13 ( Maluku- Maluku Utara-Papua Barat-Papua);
c. Poverty areas (inflations minimum once in 10 years more than 5 %): none of 13 cclusters.
1. The attainment of carbon emission targets during 2010-2020 are assumed impacted of the spaces both public and privates
a. Carbon emission : <0 %,0,01-100 %, and > 100,01 %;
b. Household Consumption : 100.000.000-300.000.000;
c. Government Spending : 188.000.000-44.000.000;
d. IPM : 66 % - 72 %;
e. Expor : 4.000-6.000;
f. Impor : 4.000-6.000;
g. Penduduk : >7.000.000;
h. Inflation : <0, >5, >10;
i. Towers : 1.000-2.000;
j. Networks : 4.500 – 7.250.
2. The enlargement and reducing stock of spaces are proposed by the achievement of green shading (upper mean) or yellow shading (below in between bottom and too mean) and pink shading (below
mean).
a. Level of wealth in green zone at Sumatera Utara, Banten, DKI Jakarta, Jawa Tengah,Jawa Timur; yellow zone at Aceh,Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Lampung,Jawa
Barat,Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur ; and pink zone at Jambi, Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung,DIY, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan
Selatan, Kalimantan Utara,Sulawesi Utara, Gorontalo,Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.
b. Govermenment Spending in green zone in Sumatera Utara, DKI Jakarta,Jawa Barat, Jawa Tengah,Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, dan Papua ; yellow zones in Aceh,Sumatera Barat, Riau,
Sumatera Selatan, Lampung, DIY, Bali , Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara,
Sulawesi Tengah and pink zones Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung, Banten, Kalimantan Utara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Papua Barat,;
3. The linkage between each variables as so the row of columns can be grouped as new policies for each provinces.
c. For Green zone : reduce the housing estates, education spaces, industrial and trade centres, and office complex, enlarge the spaces for recreational, forest and wet lands, public infrastructures, green
public free and rent areas; and grey private open spaces;
d. For Yellow zone : maintain all area dan keep existance of the all function spaces;
e. For the pink zone : reverse back from the point a.
2. Sumatera Utara
3. Sumatera Barat
4. Riau
5. Kepulauan Riau
6. Jambi
7. Sumatera Selatan
8. Bengkulu
9. Bangka Belitung
10. Lampung
12. Banten
17. Bali
29. Maluku
32. Papua
33. Gorontalo
Berdasarkan Tabel 1.12. Indikasi Lokasi Kawasan Andalan Menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan Tabel 1.12. Realisasi Nilai Tambah Sektor Industri Tekstil dan Pakaian Jadi per Provinsi pada
periode 2010 - 2014 menunjukkan bahwa masih terdapat ketidak sesuaian antara indikasi lokasi kawasan andalan dan realisasi nilai tambah per provinsi dalam kurun waktu tersebut. Sebanyak 27 dari 32 provinsi
sesuai (Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Lampung, Daerah Ibukota Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Ibukota Yogyakarta,
Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat),
dan 5 provinsi lainnya tidak sesuai (Bengkulu, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua). Sedangkan terdapat tambahan 1 provinsi (Gorontalo) yang telah berkontribusi dalam pengumpulan nilai tambah yang
belum diakomodir pada dokumen RTRWN.
Dilihat lebih detil lagi, kesesuaian dan ketidaksesuaian tersebut erat kaitannya dengan tingkat survivabilitas pengusaha industri tekstil dan pakaian jadi. Sebagaimana dapat dicermati dari kedua tabel tersebut,
walaupun izin lokasi yang ada di RTRWN berlaku untuk selama periode 2010 – 2014, masih ada provinsi yang menunjukkan ketidak adaaan kontribusi di tahun- tahun tertentu dan ada juga yang menambahkan
perluasan industri tekstil saja menjadi industri pakaian jadi. Ketidakstabilan nilai tambah terdapat di 5 provinsi berikut, yaitu Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Barat.
Sedangkan provinsi – provinsi lainnya menunjukkan kondisi yang stabil.
Lebih lanjut, terkait hilirisasi industri antara industri tekstil dan pakaian jadi, masih belum terealisasi di semua provinsi yang sesuai peruntukan lokasi kawasan andalannya. Sebanyak provinsi memiliki
keduanya dan sebagian provinsi masih bersifat linear ( hanya memiliki industri tekstil / pakaian jadi saja. Sebanyak 20 provinsi (Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Lampung,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Khusus Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Gorontalo) menunjukkan hilirasi industri tekstil dan pakaian jadi dan 7 provinsi lainnya (Riau, Bangka Belitung, Kalimantan Barart, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara,
Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat) menunjukkan lineraritas kedua industri tersebut.
Bagan 4.3. Analisis Teori 3 (Frederica dan Juwita (2013)
NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI HASIL
TAMBAH
1. Aceh 2010
1.300.000 7.399.040
Kesesuaian = 75 % 2011 MENINGKAT BERKURANG,
1.350.000 6.407.616 SESUAI
2012 MENINGKAT BERKURANG,
1.400.000 3.410.552 SESUAI
2013 MENINGKAT BERTAMBAH,
1.550.000 5.316.186 TIDAK SESUAI
2014 MENINGKAT BERKURANG,
1.750.000 4.752.411 SESUAI
975.000
2012 MENINGKAT BERKURANG,
832.271.020 SESUAI
1.015.000
2013 MENINGKAT BERTAMBAH,
1.284.176.397 TIDAK SESUAI
1.365.087
2014 MENINGKAT BERTAMBAH,
1.464.616.430 TIDAK SESUAI
1.665.000
955.300
8.782.646.866
950.000 3.292.034
2012 MENINGKAT BERKURANG, SESUAI
1.000.000
3.148.543
2013 MENINGKAT BERTAMBAH, TIDAK
1.100.000 10.674.835 SESUAI
2014 MENINGKAT BERKURANG, SESUAI
1.210.000
8.651.984
Bila disetarakan dengan data yang tersedia, teori 3 ini bisa diartikan apabila biaya tenaga kerja meningkat, seharusnya nilai tambah industri tekstil dan pakaian jadi di provinsi tersebut juga berkurang. Dari hasil
pengolahan data dan analisis dari teori ke-3 itu dapat dirinci sebagai berikut: 1 provinsi menunjukkan tingkat kesesuaian mencapai 100 %, yaitu Jambi. Provinsi Aceh dan Nusa Tenggara Barat menunjukkan tingkat
kesesuaian 75 %, 11 provinsi menunjukkan tingkat kesesuaian 50 % ( Sumatera Selatan, Lampung, Kepulauan Riau, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Bali, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tenggara, Gorontalo dan Sulawesi Barat. Sumatera Utara, Bangka Belitung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Nusa Tenggara Timur, dan Kalimantan Timur, 8 provinsi dengan nilai kesesuaian
25 %, Sedangkan ke-2 provinsi lainnya menunjukkan tingkat kesesuaian 0 % yaitu Sumatera Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sebagaimana hasil analisis teori di Bab 4 menunjukkan bahwa perubahan nilai tambah dipengaruhi oleh Penetapan Upah Minimum Regional, Pendapatan Domestik Regional Bruto dan Pembangunan Infrastruktur.
Penetapan Upah Minimum Regional di atas atau di bawah rata – rata Upah Minimum Regional di masing – masing Provinsi mempengaruhi rendah atau tingginya nilai tambah sektor industri tekstil dan pakaian jadi
di 24 provinsi (sesuai dengan teori Sichei (2012) dan Marcelia . Sedangkan kenaikan Upah Minimum Regional di masing – masing Provinsi tersebut mempengaruhi berkurangnya penyerapan tenaga kerja di sektor
industri tekstil dan pakaian jadi dan menyebabkan berkurangnya nilai tambah industri tekstil dan pakaian jadi. Kenaikan / Penurunan Pendapatan Domestik Regional Bruto juga dipengaruhi oleh rendah atau tingginya
Upah Minimum Regional. Hal yang serupa ditunjukkan juga dari pembangunan infrastruktur, dimana dengan adanya pembangunan infrastruktur memberikan pengaruh positif terhadap kenaikan nilai tambah sektor
industri tekstil dan pakaian jadi di 24 provinsi.
Untuk provinsi-provinsi, dengan keterkaitan UMR rendah dan nilai tambah tinggi dan UMR tinggi dengan nilai tambah rendah sudah sesuai 100 %, diperbolehkan adanya kenaikan UMR, yaitu Aceh, Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Bangka Belitung, Riau, DKI Jakarta, Banten, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tenggara, Gorontalo, dan Sulawesi Barat. Sedangkan Provinsi – provinsi lainnya, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur disarankan mengurangi UMR sampai berada
di bawah UMR rata-rata per provinsi.
Sub BWP I.III 195,8 0,14 0,056 0,084 4,2 65,1 26,04 39,06
Blok I.III-1 48,59 10,15 4,06 6,09
Blok I.III-2 34,59 0,07 0,028 0,042 2,1 20,91 8,364 12,546
Blok I.III-3 6,12 0,07 0,028 0,042 2,1 5,62 2,248 3,372
Blok I.III-4 15,34 7,89 3,156 4,734
Blok I.III-5 27,62 13,31 5,324 7,986
Blok I.III-6 57,51 6,3 2,52 3,78
Blok I.III-7 6,03 0,92 0,368 0,552
Sub BWP I.IV 249,57 118,91 47,564 71,346 3567,3 6,54 6,3048 19,3752 7509,6 0,44 0,176 0,264
Blok I.IV-1 27,15 15,62 6,248 9,372 468,6
Blok I.IV-2 12,59 7,13 2,852 4,278 213,9
Blok I.IV-3 10,91 4,26 1,704 2,556 127,8
Blok I.IV-4 17,59 6,99 2,796 4,194 209,7
Blok I.IV-5 18,34 9,24 3,696 5,544 277,2 0,09 0,036 0,054 27 0,32 0,128 0,192
Blok I.IV-6 22,75 6,07 2,428 3,642 182,1 4,97 1,988 2,982 1491
Blok I.IV-7 56,12 29,19 11,676 17,514 875,7 0,1 0,04 0,06 30
Blok I.IV-8 22.06 8,39 3,356 5,034 251,7
Blok I.IV-9 13,98 0,31 0,124 0,186 9,3
Blok I.IV-10 13,79 6,57 2,628 3,942 197,1
Blok I.IV-11 16,91 9,12 3,648 5,472 273,6
Blok I.IV-12 15,3 7,99 3,196 4,794 239,7 0,12 0,048 0,072
Blok I.IV-13 14,91 4,33 1,732 2,598 129,9
Blok I.IV-14 9,23 3,7 1,48 2,22 111 1,38 0,552 0,828 414
Sub BWP II.I 277,5 2,98 1,192 1,788 178,8 98,34 39,336 59,004
Blok II.I-1 44,07 0,46 0,184 0,276 27,6 19,29 7,716 11,574
Blok II.I-2 25,66 7,24 2,896 4,344
Blok II.I-3 22,33 11,5 4,6 6,9
Blok II.I-4 63,63 15,37 6,148 9,222
Blok II.I-5 24,37 17,27 6,908 10,362
Blok II.I-6 70,65 22,83 9,132 13,698
Blok II.I-7 23,94 4,82 1,928 2,892
Blok II.I-8 2,85 2,52 1,008 1,512 151,2 0,02 0,008 0,012
Sub BWP II.II 99,61 0,44 0,176 0,264 13,2 23,79 34,08 14,274
Blok II.II-1 7,74 5,36 2,144 3,216
Blok II.II-2 21,53 0,44 0,176 0,264 13,2 9,27 3,708 5,562
Blok II.II-3 13,59 8,07 3,228 4,842
Blok II.II-4 56,75 1,09 0,436 0,654
Sub BWP II.III 177,31 3,9 1,56 2,34 117 0,4 0,16 0,24 120 61,41 24,564 36,846
Blok II.III-1 6,98 4,34 1,736 2,604
Blok II.III-2 44 0,4 0,16 0,24 120 6,29 2,516 3,774
Blok II.III-3 41,76 6,04 2,416 3,624
Blok II.III-4 2,43 1,95 0,78 1,17
Blok II.III-5 9,98 7,19 2,876 4,314
Blok II.III-6 37,23 27,95 11,18 16,77
Blok II.III-7 19,37 3,9 1,56 2,34 117 4,12 1,648 2,472
Blok II.III-8 15,56 3,53 1,412 2,118
Sub BWP II.IV 137,81 52,69 21,076 31,614 1580,7 5,54 0,2324 5,3076 2653,8
Blok II.IV-1 5,29 4,69 1,876 2,814 140,7
Blok II.IV-2 6,9 6,6 2,64 3,96 198
Blok II.IV-3 4,46 2,57 1,028 1,542 77,1
Blok II.IV-4 41,61 3,32 1,328 1,992 99,6
Blok II.IV-5 6,03 2,29 0,916 1,374 68,7
Blok II.IV-6 16,52 9,63 3,852 5,778 288,9 0,03 0,012 0,018 9
Blok II.IV-7 14,79 6,14 2,456 3,684 184,2
Blok II.IV-8 11,26 5,33 2,132 3,198 159,9
Blok II.V-9 14,78 12,12 4,848 7,272 363,6 0,01 0,0004 0,0096 4,8
Blok II.V-10 16,17 5,5 0,22 5,28 2640
Sub BWP III.I 188,44 145,05 58,02 87,03 8703 0,07 0,028 0,042 2,1 0,04 0,016 0,024
Blok III.I-1 19,86 13,01 5,204 7,806 780,6
Blok III.I-2 5,73 5,52 2,208 3,312 331,2
Blok III.I-3 18,73 16,6 6,64 9,96 996
Blok III.I-4 26,44 24,73 9,892 14,838 1483,8 0,07 0,028 0,042 2,1 0,01 0,004 0,006
Blok III.I-5 40,58 37,05 14,82 22,23 2223 0,03 0,012 0,018
Blok III.I-6 19,73 18,36 7,344 11,016 1101,6
Blok III.I-7 20,88 17,75 7,1 10,65 1065
Blok III.I-8 18,66
Blok III.I-9 17,83 12,03 4,812 7,218 721,8
Sub BWP III.II 187,33 142,47 56,988 85,482 8548,2 0,14 0,056 0,084 4,2 0,02 0,008 0,012
Blok III.II-1 30,3 15,79 6,316 9,474 947,4
Blok III.II-2 6,39 3,29 1,316 1,974 197,4
Blok III.II-3 26,25 23,86 9,544 14,316 1431,6 0,13 0,052 0,078 3,9
Blok III.II-4 12,26 1,65 0,66 0,99 99 0,01 0,004 0,006 0,3
Blok III.II-5 23,49 7,29 2,916 4,374 437,4
Blok III.II-6 13,91 7,66 3,064 4,596 459,6
Blok III.II-7 8,39 7,57 3,028 4,542 454,2
Blok III.II-8 12,57 11,64 4,656 6,984 698,4 0,01 0,004 0,006
Blok III.II-9 4,06 3,53 1,412 2,118 211,8
Blok III.II-10 7,59 6,86 2,744 4,116 411,6 0,01 0,004 0,006
Blok III.II-11 26,36 8,49 3,396 5,094 509,4
Blok III.II-12 13,76 43 17,2 25,8 2580
Blok III.II-13 2 1,84 0,736 1,104 110,4
Sub BWP III.III 138,1 0,4 0,16 0,24 24 141,61 56,644 84,966 4248,3 8,7 3,48 5,22
Blok III.III-1 51,77 0,06 0,024 0,036 3,6 32,91 13,164 19,746 987,3 0,03 0,012 0,018
Blok III.III-2 8,5 5,92 2,368 3,552 177,6
Blok III.III-3 14,43 8,35 3,34 5,01 250,5
Blok III.III-4 33,98 0,14 0,056 0,084 8,4 12,63 5,052 7,578 378,9 4,31 1,724 2,586
Blok III.III-5 18,82 0,2 0,08 0,12 12 75,31 30,124 45,186 2259,3 4,35 1,74 2,61
Blok III.III-6 10,6 6,49 2,596 3,894 194,7 0,01 0,004 0,006
Sub BWP III.IV 332,29 0,02 0,008 0,012 0,6 118,07 47,228 70,842
Blok III.IV-1 22,72 12,73 5,092 7,638
Blok III.IV-2 73,91 11,3 4,52 6,78
Blok III.IV.3 57,97 0,02 0,008 0,012 0,6 34,27 13,708 20,562
Blok III.IV-4 41,73 3,22 1,288 1,932
Blok III.IV-5 21,7 10,28 4,112 6,168
Blok III.IV-6 17,75 12,57 5,028 7,542
Blok III.IV-7 38,71 6,95 2,78 4,17
Blok III.IV-8 22,14 9,44 3,776 5,664
Blok III.IV-9 18,57 6,75 2,7 4,05
Blok III.IV-10 17,09 10,56 4,224 6,336
Sub BWP III.V 377,6 0,04 0,016 0,024 2,4 185,09 74,036 111,054
Blok III.V-1 21,6 10,79 4,316 6,474
Blok III.V-2 49,08 16,63 6,652 9,978
Blok III.V-3 85,74 14,05 5,62 8,43
Blok III.V-4 79,5 0,01 0,004 0,006 0,6 61,05 24,42 36,63
Blok III.V-5 66,52 33,71 13,484 20,226
Blok III.V-6 35,79 18,87 7,548 11,322
Blok III.V-7 16,21 8,75 3,5 5,25
Blok III.V-8 23,16 0,03 0,012 0,018 1,8 21,24 8,496 12,744
Sub BWP IV.I 290,79 0,04 0,016 0,024 2,4 149,33 59,732 89,598 3,63 1,452 2,178 0,02 0,008 0,012
Blok IV.I-1 17,68 10,51 4,204 6,306 315,3
Blok IV.I-2 13,53 11,77 4,708 7,062 353,1
Blok IV.I-3 17,97 9,84 3,936 5,904 295,2
Blok IV.I-4 17,84 1,97 0,788 1,182 59,1
Blok IV.I-5 7,39 5,24 2,096 3,144 157,2
Blok IV.I-6 57,89 0,04 0,016 0,024 2,4 30,86 12,344 18,516 925,8 0,08 0,032 0,048
Blok IV.I-7 15,04 11,01 4,404 6,606 330,3
Blok IV.I-8 44,19 22,71 9,084 13,626 681,3
Blok IV.I-9 25,21 8,51 3,404 5,106 255,3 0,02 0,008 0,012
Blok IV.I-10 8,8 1,54 0,616 0,924 46,2
Blok IV-I-11 7,2 1,99 0,796 1,194 59,7
Blok IV.I-12 2,43 1,83 0,732 1,098 54,9
Blok IV-I-13 20,63 15,75 6,3 9,45 472,5
Blok IV.I-14 34,99 15,8 6,32 9,48 474 3,55 1,42 2,13
Sub BWP IV.II 375,15 0,52 0,208 0,312 15,6 223,64 89,456 134,184
Blok IV.II-1 78,04 0,52 0,208 0,312 15,6 54,12 21,648 32,472
Blok IV.II-2 41,53 26,63 10,652 15,978
Blok IV.II-3 37,33 29,72 11,888 17,832
Blok IV.II-4 78,52 30,81 12,324 18,486
Blok IV.II-5 26,68 22,93 9,172 13,758
Blok IV.II-6 50,93 9,77 3,908 5,862
Blok IV.II-7 18,4 15,39 6,156 9,234
Blok IV.II-8 29,74 26,98 10,792 16,188
Blok IV.II-9 13,98 7,29 2,916 4,374
I II III IV V
Ungaran Banyumanik
Bawen Banyumanik
Salatiga Banyumanik
Boyolali Banyumanik
Colomadu Banyumanik
Sub BWP
PK.III 196,58 0,97 0,59 0 0 0 0,61 4,82
Blok PK.III-1 28,47
Blok PK.III-2 23,9
Blok PK.III-3 105,94
Blok PK.III-4 8,91 0,97 0,59 0,61 3,93
Blok PK.III-5 9,1 0,89
Blok PK.III-6 20,26
Sub BWP
PK.IV 89,07 1,11 0 0,12 0 0 2,15 16,26
Blok PK.IV-1 8.11 0,44 3,8
Blok PK.IV-2 9,24 0,12 1,69 2,92
Blok PK.IV-3 13,9 1,11 0,02 5,79
Blok PK.IV-4 3,81
Blok PK.IV-5 10,26
Blok PK.IV-6 15,87 1,34
Blok PK.IV-7 13,14 2,09
Blok PK.IV-8 22,85 0,32
Sub BWP
PK.V 68,9 0 0 0 0 0 0 0
Blok PK.V-1 17,9
Blok PK.V-2 11,7
Blok PK.V-3 18,21
Blok PK.V-4 11,32
Blok PK.V-5 9,77
Sub BWP
III.III 138,1 0 0 0,68 0 0 0 59,68
Blok III.III-1 51,77 0,33 11,15
Blok III.III-2 8,5 4,77
Blok III.III-3 14,43 1,17
Blok III.III-4 33,98 7,21
Blok III.III-5 18,82 0,35 34,05
Blok III.III-6 10,6 1,33
Sub BWP
III.IV 332,29 0 0 0 0 0 0 0,93
Blok III.IV-1 22,72
Blok III.IV-2 73,91 0,05
Blok III.IV.3 57,97 0,13
Blok III.IV-4 41,73
Blok III.IV-5 21,7 0,75
Blok III.IV-6 17,75
Blok III.IV-7 38,71
Blok III.IV-8 22,14
Blok III.IV-9 18,57
Blok III.IV-10 17,09
Sub BWP
III.VI 629,05 0 0 0 0 0 0 19,92
Blok III.VI-1 92,56 0,88
Blok III.VI-2 96,84 11,6
Blok III.VI-3 43,9
Blok III.VI-4 85,91
Blok III.VI-5 40,19 3,58
Blok III.VI-6 50,99 3,86
Blok III.VI-7 10,21
Blok III.VI-8 139,39
Blok III.VI-9 41,08
Blok III.VI-10 27,98
Sub BWP
IV.III 399,22 0 0 0 0 0 0 46,45
Blok IV.III-1 41,64 4,18
Blok IV.III-2 35 11,81
Blok IV.III-3 40,13 6,41
Blok IV.III-4 65,63 7,6
Blok IV.III-5 94,28 11,12
Blok IV.III-6 122,54 5,33
Sub BWP
PK.II 11,58 7,66 3,29 3,63 0,01 0
Blok PK.II-1 3,39 5,19 2,14 1,04
Blok PK.II-2 0,01
Blok PK.II-3 0,79
Blok PK.II-4
Blok PK.II-5 0,32
Blok PK.II-6 0,43
Blok PK.II-7
Blok PK.II-8 0,28
Blok PK.II-9 2,46 0,26
Blok PK.II-10
Blok PK.II-11 7,4 0,01 0,46 0,89
Blok PK.II-12 1,1
Sub BWP
PK.III 0 0 0 1,51 0,05 0
Blok PK.III-1 0,87
Blok PK.III-2 0,5 0,02
Blok PK.III-3 0,14 0,03
Blok PK.III-4
Blok PK.III-5
Blok PK.III-6
Sub BWP
PK.IV 0 0 0 1,26 0,09 0
Blok PK.IV-1 0,93 0,07
Blok PK.IV-2
Blok PK.IV-3
Blok PK.IV-4 0,01
Blok PK.IV-5 0,27
Blok PK.IV-6 0,02
Blok PK.IV-7 0,05
Blok PK.IV-8
Sub BWP
PK.V 0 0 0 0 0 0
Blok PK.V-1
Blok PK.V-2
Blok PK.V-3
Blok PK.V-4
Blok PK.V-5
Sub BWP
III.III 0 0 0,24 0,9 0,38 1,52
Blok III.III-1 0,13 0,01 0,01
Blok III.III-2 0,12 0,03
Blok III.III-3 0,21 0,03 1,51
Blok III.III-4 0,03
Blok III.III-5 0,12 0,56 0,28
Blok III.III-6
Sub BWP
III.IV 0 0 0 0,27 0,06 0
Blok III.IV-1
Blok III.IV-2 0,06
Blok III.IV.3
Blok III.IV-4
Blok III.IV-5
Blok III.IV-6
Blok III.IV-7
Blok III.IV-8
Blok III.IV-9
Blok III.IV-10 0,27
Sub BWP
III.VI 0 0 0,24 1,51 0,13 0
Blok III.VI-1 0,33
Blok III.VI-2 0,13
Blok III.VI-3
Blok III.VI-4
Blok III.VI-5 0,86 0,13
Blok III.VI-6 0,24
Blok III.VI-7
Blok III.VI-8
Blok III.VI-9 0,19
Blok III.VI-10
Sub BWP
IV.III 0 0 0 0,38 0 0
Blok IV.III-1
Blok IV.III-2
Blok IV.III-3 0,27
Blok IV.III-4
Blok IV.III-5
Blok IV.III-6 0,11
Pelanggan
Listrik 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Rumah Tangga 42337 42337 42337 62406 64585 67167 69744 72563 75266 77804
Sosial 6989 6989 6989 1921 2041 2140 2196 2272 2339 2407
Bisnis 15360 15360 15360 3120 3687 4103 4403 4486 4569 4716
Industri 44069 44069 44069 72 76 80 82. 87 89 90
Pemerintah 4695 4695 4695 419 439 467 491 508 524 542
Multiguna 264 264 264 0 0 12 30 45 63 76
Salatiga 113.714 113.714 113.714 67938 70828 73969 76946 79961 82850 85635
Nilai Penjualan (Ribu
Rupiah) 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Rumah Tangga 167.204.077.143 187.962.150.719 41.712.904.338 9.221.942.884 9.221.942.884 36.849.729.725 38.601.235 83.518.028 91.502.950 9.062.843
Sosial 17.437.277.309 21.641.622.193 8.172.041.553 991.067.311 991.067.311 3.454.192.806 4.539.662 9.220.348 8.639.642 94.129.023
Bisnis 58.641.019.266 68.394.124.745 28.204.706.673 3.914.328.557 3.914.328.557 12.545.047.131 14.140.149 24.345.374 24.887.816 26.225.159
Industri 455.702.720.263 540.739.242.085 145.628.220.133 19.221.420.315 19.221.420.315 51.714.251.781 74.893.145 133.075.850 116.521.201 124.640.144
Pemerintah 28.955.516.354 34.177.469.923 14.777.160.965 1.976.061.822 1.976.061.822 5.953.424.493 5.751.513 8.162.870 8.286.660 8.341.519
Multiguna 10.851.312.541 14.783.604.263 7.118.613.806 22.688.705 22.688.705 - 190.197 285.773 215.685 319.759
Salatiga 738.791.922.876 868.698.213.928 245.613.647.470 35.347.509.594 35.347.509.594 110.516.645.936 138.115.901 258.608.243 250.053.954 262.718.447
Jumlah Pelanggan Air
Minum 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
1. Sosial/ Social 640 640 640 648 667 667
707 707 707 707
2. Rumah Tangga/Household 24 187 24 187 24 187 24 837 25 612 25 612
27.778 27.778 27.778 27.778
3. Instansi Pemerintah/
171 171 171 172 140 140
Government 212 212 212 212
4. Niaga/ commerce 1 666 1 666 1 666 1 981 2 081 2 081
2.183 2.183 2.183 2.183
5. Industri/ Industry 41 41 41 43 42 42
42 42 42 42
6. Khusus/ Private 4 4 4 3 461 461
80 80 80 80
7. Susut/hilang dlm.
Penyaluran/ lost in distribution
Nilai Penjualan Air Minum 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
1. Sosial/ Social 883 674910 883 674910 883 674910 860 641350 911 335440 911 335440
1.153.596 1.153.596 1.153.596 1.153.596
14 741 14 741 14 741 16 792
2. Rumah Tangga/Household 16 949 732020 16 792 021869
235820 235820 235820 021869 24.897.119 24.897.119 24.897.119 24.897.119
3. Instansi Pemerintah/ Government 1 063 828770 1 063 828770 1 063 828770 1 058 938015 482 034535 482 034535
1.685.087 1.685.087 1.685.087 1.685.087
4. Niaga/ commerce 2 321 709901 2 321 709910 2 321 709910 2 939 421180 3 230 272455 3 230 272455
4.194.292 4.194.292 4.194.292 4.194.292
5. Industri/ Industry 659 063970 659 063970 659 063970 442 975445 630 150150 630 150150
2.089.890 2.089.890 2.089.890 2.089.890
6. Khusus/ Private 125 326460 125 326460 125 326460 13 248240 1 808 134630 1 808 134630
350.554 350.554 350.554 350.554
7. Susut/hilang dlm. Penyaluran/ lost
in distribution
Salatiga 0
Nilai Penjualan Air Minum 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
1. Sosial/ Social 883 674910 883 674910 883 674910 860 641350 911 335440 911 335440
1.153.596 1.153.596 1.153.596 1.153.596
14 741 14 741 14 741 16 792
2. Rumah Tangga/Household 16 949 732020 16 792 021869
235820 235820 235820 021869 24.897.119 24.897.119 24.897.119 24.897.119
3. Instansi Pemerintah/ Government 1 063 828770 1 063 828770 1 063 828770 1 058 938015 482 034535 482 034535
1.685.087 1.685.087 1.685.087 1.685.087
4. Niaga/ commerce 2 321 709901 2 321 709910 2 321 709910 2 939 421180 3 230 272455 3 230 272455
4.194.292 4.194.292 4.194.292 4.194.292
5. Industri/ Industry 659 063970 659 063970 659 063970 442 975445 630 150150 630 150150
2.089.890 2.089.890 2.089.890 2.089.890
6. Khusus/ Private 125 326460 125 326460 125 326460 13 248240 1 808 134630 1 808 134630
350.554 350.554 350.554 350.554
7. Susut/hilang dlm. Penyaluran/ lost
in distribution
Salatiga 0
Sub
BWP/Blok Terminal
Sub BWP
PK.II 0,28
Blok PK.II-1
Blok PK.II-2
Blok PK.II-3
Blok PK.II-4 0,28
Blok PK.II-5
Blok PK.II-6
Blok PK.II-7
Blok PK.II-8
Blok PK.II-9
Blok PK.II-10
Blok PK.II-11
Blok PK.II-12
Sub BWP
PK.III 0
Blok PK.III-1
Blok PK.III-2
Blok PK.III-3
Blok PK.III-4
Blok PK.III-5
Blok PK.III-6
Sub BWP
PK.IV 0
Blok PK.IV-1
Blok PK.IV-2
Blok PK.IV-3
Blok PK.IV-4
Blok PK.IV-5
Blok PK.IV-6
Blok PK.IV-7
Blok PK.IV-8
Sub BWP 0
PK.V
Blok PK.V-1
Blok PK.V-2
Blok PK.V-3
Blok PK.V-4
Blok PK.V-5
Sub BWP
III.III 1,11
Blok III.III-1 1,11
Blok III.III-2
Blok III.III-3
Blok III.III-4
Blok III.III-5
Blok III.III-6
Sub BWP
III.IV 0
Blok III.IV-1
Blok III.IV-2
Blok III.IV.3
Blok III.IV-4
Blok III.IV-5
Blok III.IV-6
Blok III.IV-7
Blok III.IV-8
Blok III.IV-9
Blok III.IV-10
Sub BWP
III.VI 1,8
Blok III.VI-1
Blok III.VI-2
Blok III.VI-3
Blok III.VI-4
Blok III.VI-5 1,8
Blok III.VI-6
Blok III.VI-7
Blok III.VI-8
Blok III.VI-9
Blok III.VI-10
Sub BWP
IV.III 0
Blok IV.III-1
Blok IV.III-2
Blok IV.III-3
Blok IV.III-4
Blok IV.III-5
Blok IV.III-6
Sub BWP
PK.II 0,17
Blok PK.II-1 0,07
Blok PK.II-2
Blok PK.II-3
Blok PK.II-4
Blok PK.II-5 0,08
Blok PK.II-6
Blok PK.II-7
Blok PK.II-8
Blok PK.II-9
Blok PK.II-10 0,02
Blok PK.II-11
Blok PK.II-12
Sub BWP
PK.III 0
Blok PK.III-1
Blok PK.III-2
Blok PK.III-3
Blok PK.III-4
Blok PK.III-5
Blok PK.III-6
Sub BWP
PK.IV 0
Blok PK.IV-1
Blok PK.IV-2
Blok PK.IV-3
Blok PK.IV-4
Blok PK.IV-5
Blok PK.IV-6 4,76
Blok PK.IV-7
Blok PK.IV-8
Sub BWP
PK.V 0
Blok PK.V-1
Blok PK.V-2
Blok PK.V-3
Blok PK.V-4
Blok PK.V-5
Sub BWP
III.III 0,57
Blok III.III-1
Blok III.III-2
Blok III.III-3 0,57
Blok III.III-4
Blok III.III-5
Blok III.III-6
Sub BWP
III.IV 0
Blok III.IV-1
Blok III.IV-2
Blok III.IV.3
Blok III.IV-4
Blok III.IV-5
Blok III.IV-6
Blok III.IV-7
Blok III.IV-8
Blok III.IV-9
Blok III.IV-10
Sub BWP
III.VI 0
Blok III.VI-1
Blok III.VI-2
Blok III.VI-3
Blok III.VI-4
Blok III.VI-5
Blok III.VI-6
Blok III.VI-7
Blok III.VI-8
Blok III.VI-9
Blok III.VI-10
Sub BWP IV.I 0,48
Blok IV.I-1
Blok IV.I-2
Blok IV.I-3
Blok IV.I-4 2,93
Blok IV.I-5
Blok IV.I-6
Blok IV.I-7
Blok IV.I-8 11,22
Blok IV.I-9 0,48
Blok IV.I-10
Blok IV-I-11
Blok IV.I-12
Blok IV-I-13
Blok IV.I-14
Sub BWP
IV.III 0
Blok IV.III-1
Blok IV.III-2
Blok IV.III-3
Blok IV.III-4
Blok IV.III-5
Blok IV.III-6
lapangan
Sub BWP/Blok olahraga gedung olahraga
Sub BWP
PK.III 0 0
Blok PK.III-1
Blok PK.III-2
Blok PK.III-3
Blok PK.III-4
Blok PK.III-5
Blok PK.III-6
Sub BWP
PK.IV 0,13 0
Blok PK.IV-1
Blok PK.IV-2
Blok PK.IV-3
Blok PK.IV-4
Blok PK.IV-5
Blok PK.IV-6 0,13
Blok PK.IV-7
Blok PK.IV-8
Sub BWP
PK.V 0 0
Blok PK.V-1
Blok PK.V-2
Blok PK.V-3
Blok PK.V-4
Blok PK.V-5
Sub BWP
III.III 0 1,13
Blok III.III-1 0,05
Blok III.III-2
Blok III.III-3
Blok III.III-4 0,19
Blok III.III-5 0,89
Blok III.III-6
Sub BWP
III.IV 0 0
Blok III.IV-1
Blok III.IV-2
Blok III.IV.3
Blok III.IV-4
Blok III.IV-5
Blok III.IV-6
Blok III.IV-7
Blok III.IV-8
Blok III.IV-9
Blok III.IV-10
Sub BWP
III.VI 0 0
Blok III.VI-1
Blok III.VI-2
Blok III.VI-3
Blok III.VI-4
Blok III.VI-5
Blok III.VI-6
Blok III.VI-7
Blok III.VI-8
Blok III.VI-9
Blok III.VI-10
Sub BWP
IV.III 0 0
Blok IV.III-1
Blok IV.III-2
Blok IV.III-3
Blok IV.III-4
Blok IV.III-5
Blok IV.III-6
Sub BWP
PK.II 1,54 0,02
Blok PK.II-1 0,83
Blok PK.II-2
Blok PK.II-3
Blok PK.II-4 0,13
Blok PK.II-5 0,04
Blok PK.II-6 0,01 0,01
Blok PK.II-7 0,14
Blok PK.II-8 0,17 0,01
Blok PK.II-9 0,04
Blok PK.II-10 0,03
Blok PK.II-11
Blok PK.II-12 0,15
Sub BWP
PK.III 0,07 0,07
Blok PK.III-1
Blok PK.III-2
Blok PK.III-3
Blok PK.III-4 0,07
Blok PK.III-5
Blok PK.III-6 0,07
Sub BWP
PK.IV 0,45 0,25
Blok PK.IV-1 0,26 0,07
Blok PK.IV-2 0,07
Blok PK.IV-3 0,19
Blok PK.IV-4
Blok PK.IV-5
Blok PK.IV-6 0,06
Blok PK.IV-7 0,05
Blok PK.IV-8
Sub BWP
PK.V 0 0
Blok PK.V-1
Blok PK.V-2
Blok PK.V-3
Blok PK.V-4
Blok PK.V-5
Sub BWP
III.III 0,92 0,25
Blok III.III-1 0,15 0,03
Blok III.III-2 0,13 0,02
Blok III.III-3 0,1 0,01
Blok III.III-4 0,06 0,06
Blok III.III-5 0,48 0,13
Blok III.III-6
Sub BWP
III.IV 0,34 0,11
Blok III.IV-1 0,02
Blok III.IV-2 0,08 0,02
Blok III.IV.3 0,07
Blok III.IV-4 0,06
Blok III.IV-5 0,1
Blok III.IV-6 0,04
Blok III.IV-7 0,03
Blok III.IV-8 0,03
Blok III.IV-9
Blok III.IV-10
Sub BWP
III.VI 0,83 0
Blok III.VI-1 0,23
Blok III.VI-2 0,2
Blok III.VI-3 0,03
Blok III.VI-4 0,05
Blok III.VI-5 0,05
Blok III.VI-6 0,1
Blok III.VI-7 0,03
Blok III.VI-8 0,09
Blok III.VI-9 0,05
Blok III.VI-10
Sub BWP
IV.III 0,19 0
Blok IV.III-1 0,02
Blok IV.III-2 0,02
Blok IV.III-3
Blok IV.III-4 0,07
Blok IV.III-5 0,07
Blok IV.III-6 0,01
Sub
BWP/Blok RTNH
Sub BWP
PK.II
Blok PK.II-1
Blok PK.II-2
Blok PK.II-3
Blok PK.II-4
Blok PK.II-5
Blok PK.II-6
Blok PK.II-7
Blok PK.II-8
Blok PK.II-9
Blok PK.II-10
Blok PK.II-11
Blok PK.II-12
Sub BWP
PK.III
Blok PK.III-1
Blok PK.III-2
Blok PK.III-3
Blok PK.III-4
Blok PK.III-5
Blok PK.III-6
Sub BWP
PK.IV 0,09
Blok PK.IV-1
Blok PK.IV-2 0,09
Blok PK.IV-3
Blok PK.IV-4
Blok PK.IV-5
Blok PK.IV-6
Blok PK.IV-7
Blok PK.IV-8
Sub BWP
PK.V
Blok PK.V-1
Blok PK.V-2
Blok PK.V-3
Blok PK.V-4
Blok PK.V-5
Sub BWP
III.III
Blok III.III-1
Blok III.III-2
Blok III.III-3
Blok III.III-4
Blok III.III-5
Blok III.III-6
Sub BWP
III.IV
Blok III.IV-1
Blok III.IV-2
Blok III.IV.3
Blok III.IV-4
Blok III.IV-5
Blok III.IV-6
Blok III.IV-7
Blok III.IV-8
Blok III.IV-9
Blok III.IV-10
Sub BWP
III.VI
Blok III.VI-1
Blok III.VI-2
Blok III.VI-3
Blok III.VI-4
Blok III.VI-5
Blok III.VI-6
Blok III.VI-7
Blok III.VI-8
Blok III.VI-9
Blok III.VI-10
Sub BWP
IV.III 4,08
Blok IV.III-1 4,08
Blok IV.III-2
Blok IV.III-3
Blok IV.III-4
Blok IV.III-5
Blok IV.III-6
Sub Perkantoran Perkantoran
BWP/Blok Pemerintah Swasta
Sub BWP
PK.II 5,41 0
Blok PK.II-1 1,1
Blok PK.II-2 0,27
Blok PK.II-3 1,46
Blok PK.II-4 0,88
Blok PK.II-5 0,22
Blok PK.II-6 1,11
Blok PK.II-7 0,05
Blok PK.II-8
Blok PK.II-9 0,31
Blok PK.II-10
Blok PK.II-11
Blok PK.II-12 0,01
Sub BWP
PK.III 0,31 0
Blok PK.III-1 0,29
Blok PK.III-2
Blok PK.III-3
Blok PK.III-4 0,02
Blok PK.III-5
Blok PK.III-6
Sub BWP
PK.IV 0,16 0
Blok PK.IV-1 0,06
Blok PK.IV-2
Blok PK.IV-3 0,1
Blok PK.IV-4
Blok PK.IV-5
Blok PK.IV-6
Blok PK.IV-7
Blok PK.IV-8
Sub BWP 0 0
PK.V
Blok PK.V-1
Blok PK.V-2
Blok PK.V-3
Blok PK.V-4
Blok PK.V-5
Sub BWP
III.III 1,12 0,19
Blok III.III-1
Blok III.III-2
Blok III.III-3 0,22 0,07
Blok III.III-4
Blok III.III-5 0,9 0,12
Blok III.III-6
Sub BWP
III.IV 0,47 0
Blok III.IV-1
Blok III.IV-2 0,28
Blok III.IV.3
Blok III.IV-4
Blok III.IV-5
Blok III.IV-6 0,19
Blok III.IV-7
Blok III.IV-8
Blok III.IV-9
Blok III.IV-10
Sub BWP
III.VI 0,37 0
Blok III.VI-1
Blok III.VI-2
Blok III.VI-3
Blok III.VI-4
Blok III.VI-5 0,3
Blok III.VI-6 0,07
Blok III.VI-7
Blok III.VI-8
Blok III.VI-9
Blok III.VI-10
Sub BWP
IV.III 0,99 0
Blok IV.III-1 0,99
Blok IV.III-2
Blok IV.III-3
Blok IV.III-4
Blok IV.III-5
Blok IV.III-6
Sub
BWP/Blok Pertanian Perikanan Pariwisata Khusus
Pertanian Lahan Pertanian
Pertanian Lahan Permukiman Pangan Pertahanan
Lahan Basah Kering Pertanian Perkebunan berkelanjutan dan Keamanan TPS/TPST/TPA
LP2B Basah LP2B Kering
Sub BWP PK.I 0 0 0 0 0 0 0 0 17,91
Blok PK.I-1 2,39
Blok PK.I-2 0,04
Blok PK.I-3
Blok PK.I-4
Blok PK.I-5
Blokk PK.I-6
Blok PK.I-7 15,48
Sub BWP
PK.II 15,82 1,8 0 0 0 0 0 0 48,74
Blok PK.II-1 0,75
Blok PK.II-2
Blok PK.II-3
Blok PK.II-4
Blok PK.II-5
Blok PK.II-6 0,98
Blok PK.II-7 10 1,8
Blok PK.II-8 2,98 0,21
Blok PK.II-9 2,7
Blok PK.II-10 2,84
Blok PK.II-11
Blok PK.II-12
Sub BWP
PK.III 35,57 16,14 0 0 35,68 0 0 0 0
Blok PK.III-1
Blok PK.III-2
Blok PK.III-3 35,57 16,14
Blok PK.III-4
Blok PK.III-5
Blok PK.III-6
Sub BWP
PK.IV 0 0 0 0 0,48 0 0 0 0
Blok PK.IV-1
Blok PK.IV-2
Blok PK.IV-3
Blok PK.IV-4
Blok PK.IV-5
Blok PK.IV-6
Blok PK.IV-7
Blok PK.IV-8
Sub BWP
PK.V 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Blok PK.V-1
Blok PK.V-2
Blok PK.V-3
Blok PK.V-4
Blok PK.V-5
Sub BWP I.III 56,34 11,48 0,42 15,23 43,92 0 0,15 4,95 0
Blok I.III-1 13,96 0,41 15,23 1,22
Blok I.III-2 5,28 0,4 0,15
Blok I.III-3 0,1
Blok I.III-4 2,87 1,86
Blok I.III-5 5,78 1,2 1,87
Blok I.III-6 31,32 6,5 0,42
Blok I.III-7
Sub BWP II.IV 31,98 3,27 5,6 0 25,37 0 1,41 0,61 0,25
Blok II.IV-1
Blok II.IV-2
Blok II.IV-3
Blok II.IV-4 20,23 1,1 1,41 0,25
Blok II.IV-5 0,32
Blok II.IV-6 1,62 3,27
Blok II.IV-7 3,95
Blok II.IV-8 0,23
Blok II.V-9 6,05
Blok II.V-10 4,08
Sub BWP
III.III 0 0 6,12 0 0 0 0,04 0 0
Blok III.III-1
Blok III.III-2
Blok III.III-3 0,02
Blok III.III-4 3,06
Blok III.III-5 3,06 0,02
Blok III.III-6
Sub BWP
III.IV 0 35,2 12,98 0 0 0 0 0 0
Blok III.IV-1 5,96 0,85
Blok III.IV-2 6,51
Blok III.IV.3
Blok III.IV-4 1,57
Blok III.IV-5 6,13
Blok III.IV-6 1,64 0,99
Blok III.IV-7 1,73 2,25
Blok III.IV-8 3,17 4,34
Blok III.IV-9 4,6 4,42
Blok III.IV-10 3,89 0,13
Sub BWP
III.VI 0 195,18 26,3 0 0 80,99 0 72,67 0
Blok III.VI-1 26,67
Blok III.VI-2 30,23 11,01
Blok III.VI-3 16,57 0,24
Blok III.VI-4 40,02 7,82
Blok III.VI-5 0,9
Blok III.VI-6 15,41 2,96
Blok III.VI-7 1,92
Blok III.VI-8 30,98 0,02 72,43
Blok III.VI-9 17,57 4,49
Blok III.VI-10 14,91
Sub BWP
IV.III 6,05 128,5 10,6 0 0 55,79 0 0 0
Blok IV.III-1 4,36 5,15 0,24
Blok IV.III-2 1,69
Blok IV.III-3
Blok IV.III-4 11,35 10,34
Blok IV.III-5 38,08 0,02
Blok IV.III-6 73,92
Jalur Pejalan
Kaki
Sub BWP I.I.
Sub BWP I.IV
Sub BWP I.V.
Sub BWP II.I
Sub BWP III.V.
Sub BWP IV.I.
Sub BWP IV.4
Sambungan Telepon
Infrastruktur Telekomunikasi Jaringan Telekomunikasi Telepon Nirkabel
Jaringan Primer Jaringan Sekunder Jaringan Tersier
BWP PK.
Sub BWP
PK.II.
Sub BWP
PK.III
Sub BWP
PK.IV.
Sub BWP
PK.V.
BWP I.
Sub BWP I.I.
Sub BWP.I.IV.
BWP.II.
Sub BWP II.I.
Sub BWP II.II.
Sub BWP II.III.
Sub BWP II.IV
BWP.III.
Sub BWP III.II.
Sub BWP
III.III.
Sub BWP III.V.
Sub BWP
III.VI.
BWP.IV.
Sub BWP IV.I.
Hidran
PAM Masyarakat Umum
Sub BWP II.I.
Sub BWP II.II.
Sub BWP
II.III.
Sub BWP III.I.
Sub BWP
III.III.
Sub BWP
III.IV.
Sub BWP
III.V.
Sub BWP
III.VI.
Mu
Bagian Kedua
Pasal….
Bab II
Pasal …..
(1) RDTR Kota Salatiga berperan sebagai alat operasionalisasi dan alat koordinasi pelaksanaan dan pengendal;ian pemanfaatan ruang di Kota Salatiga Provinsi Jawa Tengah.
(2) RDTR Kota Salatiga berfungsi sebagai :
a. Kendali mutu pemanfaatan ruang di Kota Salatiga Provinsi Jawa Tengah;
b. Accuan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang lebih rinci dari kegiatan pemanfaatan ruang yang dimanfaatkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga Provinsi Jawa Tengah;
c. Acuan bagi pengendalian pemanfaatan ruang di Kota Salatiga provinsi Jawa Tengah;
d. Acuan bagi penerbitan izin pemanfaatan ruang di Kota Salatiga Provinsi Jawa Tengah; dan
e. Acuan dalam penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.
BAB III
CAKUPAN WILAYAH RDTR KOTA SALATIGA
Pasal….
Cakupan Wilayah RDTR Kota Salatiga sebagaimana dimaksud dalam Pasal …. Huruf …. Mencakup :
BWP PK : Pusat Kota
BWP I : Kecamatan Sidorejo
BWP II : Kecamatan Tingkir
BWP III : Kecamatan Argomulyo
BWP IV : Kecamatan Sidomukti
Wilayah administrasi daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari 4 (empat) kecamatan dan 23 (dua puluh tiga) kelurahan meliputi :
Pasal ….
(1)BWP Pusat Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal …. Merupakan salah satu Kawasan perkotaan di Kota Salatiga yang ditetapkan berdasarkan fungsi serta daya dukung lahan, karakteristik
permukiman, permukiman jumlah penduduk, kebutuhan lahan, potensi, masalah, dan / atau isu strategis.
(2)Fungsi BWP Pusat Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
a. Pusat Industri yaitu Pusat Aneka Industri
b. Pusat Perdagangan dan Jasa, Baik Tunggal maupun Deret
1) Pusat Perdagangan dan Jasa Tunggal mencakup :
Pusat Perbelanjaan, Pasar Tradisional, Jasa Penginapan, dan Perdagangan dan Jasa lainnya;
2) Pusat perdagangan dan jasa deret mencakup :
Pusat Perbelanjaan dan Toko / Pertokoan.
c. Pusat Pendidikan diantaranya:
3) Pendidikan Tinggi;
4) Pendidikan Menengah Atas;
5) Pendidikan menengah Pertama;
6) Pendidikan Dasar; dan
7) Pra Pendidikan.
d. Pusat Transportasi yaitu terminal.
e. Pusat Kesehatan berupa Rumah Sakit dan Puskesmas.
f. Pusat Olahraga berupa lapangan olahraga dan Gedung olahraga.
g. Pusat Peribadatan yaitu Peribadatan Utama dan Peribadatan Lingkungan.
h. Pusat Ruang Terbuka Non Hijau.
i. Pusat Perkantoran berupa kantor pemerintah.
j. Pusat Pertanian berupa:
8) Pertanian Lahan Basah;
9) Pertanian Lahan Kering;
10) Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Basah;
k. Pusat Pertahanan dan Keamanan.
Pasal ….
(3)BWP I sebagaimana dimaksud dalam Pasal …. Merupakan salah satu Kawasan perkotaan di Kota Salatiga yang ditetapkan berdasarkan fungsi serta daya dukung lahan, karakteristik permukiman,
permukiman jumlah penduduk, kebutuhan lahan, potensi, masalah, dan / atau isu strategis.
(4)Fungsi BWP I sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
l. Pusat Perdagangan dan Jasa, baik tunggal maupun deret:
11) Pusat perdagangan dan jasa tunggal mencakup:
Pasar Tradisional, Jasa Penginapan, hiburan, dan perdagangan dan jasa lainnya.
12) Pusat perdagangan dan jasa deret mencakup :
Toko / pertokoan
m. Pusat Pendidikan diantaranya:
13) Pendidikan Tinggi;
14) Pendidikan Menengah Atas;
15) Pendidikan Menengah Pertama;
16) Pendidikan Dasar;
17) Pra Pendidikan; dan
18) Pendidikan Lainnya.
n. Pusat Transportasi yaitu terminal.
o. Pusat Kesehatan berupa Rumah Sakit dan Puskesmas.
p. Pusat Peribadatan yaitu Peribadatan Utama dan Peribadatan Lingkungan.
q. Pusat Ruang Terbuka Non Hijau.
r. Pusat Perkantoran berupa kantor pemerintah.
s. Pusat Pertanian berupa :
19) Pertanian Lahan Basah;
20) Pertanian Lahan Kering;
21) Permukiman Pertanian;
22) Perkebunan;
23) Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Basah;
24) Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Kering;
t. Pusat Perikanan.
u. Pusat Pariwisata.
v. Pusat pertahanan dan Keamanan.
Pasal ….
(5)BWP II sebagaimana dimaksud dalam Pasal …. Merupakan salah satu Kawasan perkotaan di Kota Salatiga yang ditetapkan berdasarkan fungsi serta daya dukung lahan, karakteristik permukiman,
permukiman jumlah penduduk, kebutuhan lahan, potensi, masalah, dan / atau isu strategis.
(6)Fungsi BWP II sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
w. Pusat Industri yaitu Pusat Aneka Industri
x. Pusat Perdagangan dan jasa baik perdagangan dan jasa tunggal maupun deret
25) Pusat perdagangan dan jasa tunggal mencakup : pasar tradisional dan pusat perdagangan dan jasa lainnya.
26) Pusat perdagangan dan jasa deret mencakup : toko / pertokoan.
y. Pusat Pendidikan mencakup :
27) Pendidikan Tinggi;
28) Pendidikan Menengah Atas;
29) Pendidikan Menengan Pertama;
30) Pendidikan Dasar;
31) Pra Pendidikan;
32) Pendidikan Lainnya.
z. Pusat Transportasi yaitu terminal.
aa. Pusat Kesehatan yaitu puskesmas.
ab. Pusat Peribadatan yaitu Peribadatan Utama dan Peribadatan Lingkungan.
ac. Pusat Perkantoran berupa kantor pemerintah.
ad. Pusat Pertanian berupa :
ae. Pertanian Lahan Basah;
af. Pertanian Lahan Kering;
ag. Permukiman Pertanian;
ah. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Basah;
ai. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Kering;
aj. Pusat Perikanan.
ak. Pusat Pariwisata.
al. Pusat Pertahanan dan Keamanan.
am. Pusat Instalasi Pengolahan Limbah.
Pasal ….
(7)BWP III sebagaimana dimaksud dalam Pasal …. Merupakan salah satu Kawasan perkotaan di Kota Salatiga yang ditetapkan berdasarkan fungsi serta daya dukung lahan, karakteristik permukiman,
permukiman jumlah penduduk, kebutuhan lahan, potensi, masalah, dan / atau isu strategis.
(8)Fungsi BWP III sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
an. Pusat Industri yaitu Pusat Aneka Industri dan Industri Kimia Dasar.
ao. Pusat Perdagangan dan Jasa, baik Tunggal maupun Deret.
33) Pusat Perdagangan dan Jasa Tunggal Mencakup : jasa penginapan dan perdagangan dan jasa lainnya.
34) Pusat perdagangan dan jasa deret yaitu toko / pertokoan.
ap. Pusat Pendidikan mencakup :
35) Pendidikan Tinggi;
36) Pendidikan Menengah Atas;
37) Pendidikan Menenah Pertama;
38) Pendidikan Dasar;
39) Pra Pendidikan;
40) Pendidikan Lainnya.
aq. Pusat Transportasi yaitu terminal.
ar. Pusat Kesehatan berupa Rumah Sakit dan Puskesmas.
as. Pusat Olahraga yaitu Gedung olahraga.
at. Pusat Peribadatan yaitu Peribadatan Utama dan Peribadatan Lingkungan.
au. Pusat Ruang Terbuka Non Hijau.
av. Pusat Perkantoran berupa kantor pemerintah dan kantor swasta.
aw. Pusat Pertanian berupa:
41) Pertanian Lahan Basah;
42) Pertanian Lahan Kering;
43) Permukiman Pertanian;
44) Lahan Pertanian Tanaman Pangan Berkelanjutan Basah;
45) Lahan Pertanian Tanaman Pangan Berkenjutan Kering;
ax. Pusat Perikanan.
ay. Pusat Pariwisata.
az. Pusat pertahanan dan Keamanan.
ba. Pusat Tempat Pembuangan Sampah/ Tempat Pembuangan Sampah Terpadu/ Tempat Pembuangan Akhir.
bb. Pusat Instalasi Pengolahan Limbah.
Pasal ….
(9)BWP IV sebagaimana dimaksud dalam Pasal …. Merupakan salah satu Kawasan perkotaan di Kota Salatiga yang ditetapkan berdasarkan fungsi serta daya dukung lahan, karakteristik permukiman,
permukiman jumlah penduduk, kebutuhan lahan, potensi, masalah, dan / atau isu strategis.
(10) Fungsi BWP IV sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
bc. Pusat perdagangan dan jasa baik tunggal maupun deret.
46) Pusat perdagangan dan jasa tunggal mencakup : pasar tradisional, jasa penginapan, dan perdagangan dan jasa lainnya.
47) Pusat perdagangan dan jasa deret yaitu toko / pertokoan.
bd. Pusat Pendidikan mencakup :
48) Pendidikan Tinggi;
49) Pendidikan Menengah Atas;
50) Pendidikan Menenah Pertama;
51) Pendidikan Dasar;
52) Pra Pendidikan;
53) Pendidikan Lainnya.
be. Pusat Kesehatan berupa Rumah Sakit dan Puskesmas.
bf. Pusat Olahraga yaitu Gedung olahraga.
bg. Pusat Perkantoran berupa kantor pemerintah.
bh. Pusat Pertanian berupa :
54) Pertanian Lahan Basah;
55) Pertanian Lahan Kering;
56) Permukiman Pertanian;
57) Lahan Pertanian Tanaman Pangan Berkelanjutan Basah;
58) Lahan Pertanian Tanaman Pangan Berkelanjutan Kering;
bi. Pusat Pertahanan dan Keamanan.
bj. Pusat Tempat Pembuangan Sampah/ Tempat Pembuangan Sampah Terpadu/ Tempat Pembuangan Akhir.
bk. Pusat Instalasi Pengolahan Limbah.
Cakupan BWP PK sebagaimana dimaksud pada ayat (…) terdiri atas 5 (lima) Sub BWP seluas 643,38 (enam ratus empat puluh tiga koma tiga delapan) hektar.
Cakupan BWP PK sebagaimana dimaksud pada ayat () terdiri atas:
Sub BWP PK.I di seluruh wilayah Kelurahan Kalicacing di Pusat Kota dengan luas 78,73 (tujuh puluh delapan koma tujuh tiga) hektar.
Sub BWP PK.II di seluruh wilayah Kelurahan Salatiga di Pusat Kota dengan luas 202,00 (dua ratus koma nol nol) hektar.
Sub BWP PK.III di seluruh wilayah Kelurahan Kutowinangun Lor di Pusat Kota dengan luas 196,57 (seratus sembilan puluh enam koma lima tujuh) hektar.
Sub BWP PK.IV di seluruh wilayah Kelurahan Kutowinangun Kidul di Pusat Kota dengan luas 97,18 (Sembilan puluh tujuh koma satu delapan) hektar.
Sub BWP PK.V di seluruh wilayah Kelurahan Gendongan di Pusat Kota dengan luas 68,90 (enam puluh delapan koma Sembilan nol) hektar.
Cakupan BWP I sebagaimana dimaksud pada ayat (…) terdiri atas 5 ( lima) Sub BWP seluas 1.422,72 (seribu empat puluh dua koma tujuh dua) hektar.
Cakupan BWP I sebagaimana dimaksud pada ayat () terdiri atas:
Sub BWP I.I di seluruh wilayah Kelurahan Blotongan terletak pada Kecamatan Sidorejo dengan luas 423,80 (empat ratus dua puluh tiga koma delapan nol) hektar.
Sub BWP I.II di seluruh wilayah Kelurahan Bugel terletak pada Kecamatan Sidorejo dengan luas 294,37 (dua ratus Sembilan puluh empat koma tiga tujuh) hektar.
Sub BWP I.III di seluruh wilayah Kelurahan Kauman Kidul terletak pada Kecamatan Sidorejo dengan luas 195,85 (serratus sembilan puluh lima koma delapan lilma) hektar.
Sub BWP I.IV di seluruh wilayah Kelurahan Sidorejo Lor terletak pada Kecamatan Sidorejo dengan luas 271, 60 (dua ratus tujuh puluh satu koma enam nol) hektar.
Sub BWP I.V di seluruh wilayah Kelurahan Pulutan terletak pada Kecamatan Sidorejo dengan luas 237,10 (dua ratus tiga puluh tujuh koma satu nol) hektar.
Cakupan BWP II sebagaimana dimaksud pada ayat (…) terdiri atas 4 (empat ) Sub BWP seluas 692,20 (enam ratus sembilan puluh dua koma dua nol) hektar.
Cakupan BWP II sebagaimana dimaksud pada ayat () terdiri atas:
Sub BWP II.I di seluruh wilayah Kelurahan Sidorejo Kidul terletak pada Kecamatan Tingkir dengan luas 277,50 (dua ratus tujuh puluh tujuh koma lima nol) hektar.
Sub BWP II.II di seluruh wilayah Kelurahan Kalibening terletak pada Kecamatan Tingkir dengan luas 99,60 (Sembilan puluh Sembilan koma enam nol) hektar.
Sub BWP II.III di seluruh wilayah Kelurahan Tingkir Lor terletak pada Kecamatan Tingkir dengan luas 177,30 (seratus tujuh puluh tujuh koma tiga nol ) hektar.
Sub BWP II.IV di seluruh wilayah Kelurahan Tingkir Tengah terletak pada Kecamatan Tingkir dengan luas 137,80 (serratus tiga puluh tujuh koma delapan nol) hektar.
Cakupan BWP III sebagaimana dimaksud pada ayat (…) terdiri atas 6 (enam) Sub BWP seluas 1.852,69 (seribu delapan puluh lima dua koma enam Sembilan) hektar.
Cakupan BWP III sebagaimana dimaksud pada ayat () terdiri atas:
Sub BWP III.I di seluruh wilayah Kelurahan Tegalrejo terletak pada Kecamatan Argomulyo dengan luas 188,43 (seratus delapan puluh delapan koma empat tiga) hektar.
Sub BWP III.II di seluruh wilayah Kelurahan Ledok terletak pada Kecamatan Argomulyo dengan luas 187,33 (serratus delapan puluh tujuh koma tiga tiga) hektar.
Sub BWP III.III di seluruh wilayah Kelurahan Cebongan terletak pada Kecamatan Argomulyo dengan luas 138,10 (seratus tiga puluh delapan koma satu nol) hektar.
Sub BWP III.IV di seluruh wilayah Kelurahan Noborejo terletak pada Kecamatan Argomulyo dengan luas 332,20 (tiga ratus tiga puluh dua koma dua nol) hektar.
Sub BWP III.V di seluruh wilayah Kelurahan Randuacir terletak pada Kecamatan Argomulyo dengan luas 377,60 (tiga ratus tujuh puluh tujuh koma enam nol) hektar.
Sub BWP III.VI di seluruh wilayah Kelurahan Kumpulrejo terletak pada Kecamatan Argomulyo dengan luas 629,03 (enam ratus dua puluh Sembilan koma nol tiga) hektar.
Cakupan BWP IV sebagaimana dimaksud pada ayat (…) terdiri atas 3 ( tiga) seluas 1.067,12 (seribu enam puluh tujuh koma satu dua) hektar.
Cakupan BWP IV sebagaimana dimaksud pada ayat () terdiri atas:
Sub BWP IV.I di seluruh wilayah Kelurahan Mangunsari terletak pada Kecamatan Sidomukti dengan luas 290,77 (dua ratus Sembilan puluh koma tujuh tujuh) hektar.
Sub BWP IV.II di seluruh wilayah Kelurahan Dukuh terletak pada Kecamatan Sidomukti dengan luas 377,15 (tiga ratus tujuh puluh tujuh koma satu lima) hektar.
Sub BWP IV.III di seluruh wilayah Kelurahan Kecandran terletak pada Kecamatan Sidomukti dengan luas 399,20 (tiga ratus Sembilan puluh Sembilan koma dua nol) hektar.
Sub BWP PK.I. ( Kelurahan Kalicacing ) sebagaimana dimaksud pada ayat (…) huruf … terdiri atas 7 ( tujuh) blok meliputi :
Blok PK.I-1 dengan luas kurang lebih 12,32 ( dua belas koma tiga dua) hektar;
Blok PK.I-2 dengan luas kurang lebih 6,35 ( enam koma tiga lima) hektar;
Blok PK.I-3 dengan luas kurang lebih 8,77 ( delapan koma tujuh tujuh) hektar;
Blok PK. I-4 dengan luas kurang lebih 15,69 ( lima belas koma enam sembilan) hektar;
Blok PK.I-5 dengan luas kurang lebih 10,09 (sepuluh koma nol sembilan) hektar;
Blok PK.I-6 dengan luas kurang lebih 3,95 (tiga koma Sembilan lima) hektar; dan
Blok PK.I-7 dengan luas kurang lebih 21,56 (dua puluh satu koma lima enam) hektar.
Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) sebagaimana dimaksud pada ayat (…) huruf … terdiri atas 12 (dua belas) blok meliputi :
Blok PK.II-1 dengan luas kurang lebih 30,38 (tiga puluh koma tiga delapan) hektar;
Blok PK.II-2 dengan luas kurang lebih 3,09 (tiga koma nol sembilan) hektar;
Blok PK.II-3 dengan luas kurang lebih10,19 (sepuluh koma satu sembilan) hektar;
Blok PK.II-4 dengan luas kurang lebih11,10 (sebelas koma satu nol) hektar;
Blok PK.II-5 dengan luas kurang lebih 7,27 (tujuh koma dua tujuh) hektar;
Blok PK.II-6 dengan luas kurang lebih 17,50 (tujuh belas koma lima nol) hektar;
Blok PK.II-7 dengan luas kurang lebih 39,75 (tiga puluh sembilan koma tujuh lima) hektar;
Blok PK.II-8 dengan luas kurang lebih 34,93 (tiga puluh empat koma sembilan tiga) hektar;
Blok PK.II-9 dengan luas kurang lebih 22,93 (dua puluh dua koma sembilan tiga) hektar;
Blok PK.II-10 dengan luas kurang lebih 8,69 (delapan koma enam sembilan) hektar;
Blok PK.II-11 dengan luas kurang lebih 11,27 (sebelas koma dua tujuh) hektar; dan
Blok PK.II-12 dengan luas kurang lebih 4,89 (empat koma delapan sembilan) hektar.
Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) sebagaimana dimaksud pada ayat (…) huruf … terdiri atas 6 (enam) blok meliputi :
Blok PK.III-1 dengan luas kurang lebih 28,47 ( dua puluh delapan koma empat tujuh) hektar;
Blok PK.III-2 dengan luas kurang lebih 23,90 ( dua puluh tiga koma Sembilan nol) hektar;
Blok PK.III-3 dengan luas kurang lebih 105,94 ( seratus lima koma Sembilan empat) hektar;
Blok PK.III-4 dengan luas kurang lebih 8,91 ( delapan koma Sembilan satu) hektar;
Blok PK.III-5 dengan luas kurang lebih 9,10 ( sembilan koma satu nol) hektar; dan
Blok PK.III-6 dengan luas kurang lebih 20,26 ( dua puluh koma dua enam) hektar.
Sub BWP PK.IV (Kelurahan Kutowinangun Kidul) sebagaimana dimaksud pada ayat (…) huruf … terdiri atas 8 (delapan) blok meliputi :
Blok PK.IV-1 dengan luas kurang lebih 8,11 ( delapan koma satu satu) hektar;
Blok PK.IV-2 dengan luas kurang lebih 9,24 ( Sembilan koma dua empat ) hektar;
Blok PK.IV-3 dengan luas kurang lebih 13,90 ( tiga belas koma Sembilan nol) hektar;
Blok PK.IV-4 dengan luas kurang lebih 3,81 ( tiga belas koma delapan satu) hektar;
Blok PK.IV-5 dengan luas kurang lebih 10,26 ( sepuluh koma dua enam) hektar;
Blok PK.IV-6 dengan luas kurang lebih 15,87 ( lima belas koma delapan tujuh) hektar;
Blok PK.IV-7 dengan luas kurang lebih 13,14 ( tiga belass koma satu empat) hektar; dan
Blok PK.IV-8 dengan luas kurang lebih 22,85 ( dua puluh dua koma delapan lima) hektar.
Sub BWP PK.V (Kelurahan Gendongan) sebagaimana dimaksud pada ayat (…) huruf … terdiri atas 5 (lima) blok meliputi :
Blok PK.V-1 dengan luas kurang lebih 17,90 ( tujuh belas koma sembilan nol) hektar;
Blok PK.V-2 dengan luas kurang lebih 11,70 ( sebelas koma tujuh nol) hektar;
Blok PK.V-3 dengan luas kurang lebih 18,21 ( delapan belas koma dua satu) hektar;
Blok PK.V-4 dengan luas kurang lebih 11,32 ( sebelas koma tiga dua) hektar; dan
Blok PK.V-5 dengan luas kurang lebih 9,77 ( Sembilan koma tujuh tujuh) hektar.
Sub BWP I.I ( Kelurahan Blotongan) sebagaimana dimaksud dalam Pasal …. Ayat (…) huruf ….. terdiri atas 16 ( enam belas) blok meliputi :
Blok I.I-1 dengan luas kurang lebih 24,47 ( dua puluh empat koma empat tujuh) hektar;
Blok I.I-2 dengan luas kurang lebih 9,87 ( sembilan koma delapan tujuh) hektar;
Blok I.I-3 dengan luas kurang lebih 36,00 ( tiga puluh enam koma nol nol) hektar;
Blok I.I-4 dengan luas kurang lebih 10,30 ( sepuluh koma tiga nol) hektar;
Blok I.I-5 dengan luas kurang lebih 28,91 ( dua puluh delapan koma Sembilan satu) hektar;
Blok I.I-6 dengan luas kurang lebih 37,41 ( tiga puluh tujuh koma empat satu) hektar;
Blok I.I-7 dengan luas kurang lebih 16,24 ( enam belas koma dua empat) hektar;
Blok I.I-8 dengan luas kurang lebih 32,29 ( tiga puluh dua koma dua sembilan) hektar;
Blok I.I-9 dengan luas kurang lebih 18,51 ( delapan belas koma lima satu) hektar;
Blok I.I-10 dengan luas kurang lebih 33,81 ( tiga puluh tiga koma delapan satu) hektar;
Blok I.I-11 dengan luas kurang lebih 19,52 ( sembilan belas koma lima dua) hektar;
Blok I.I-12 dengan luas kurang lebih 6,23 ( enam koma dua tiga) hektar;
Blok I.I-13 dengan luas kurang lebih 9,87 ( sembilan koma delapan tujuh) hektar;
Blok I.I-14 dengan luas kurang lebih 15,03 ( lima belas koma nol tiga) hektar;
Blok I.I-15 dengan luas kurang lebih 11,10 ( sebelas koma satu nol) hektar; dan
Blok I.I-16 dengan luas kurang lebih 113,33 ( seratus tiga puluh tiga koma tiga tiga) hektar.
Sub BWP I.II ( Kelurahan Bugel) sebagaimana dimaksud dalam Pasal …. Ayat (…) huruf ….. terdiri atas 6 ( enam) blok meliputi :
Blok I.II-1 dengan luas kurang lebih 27,80 ( dua puluh tujuh koma delapan nol) hektar;
Blok I.II-2 dengan luas kurang lebih 38,73 ( tiga puluh delapan koma tujuh tiga) hektar;
Blok I.II-3 dengan luas kurang lebih 6,21 ( enam koma dua satu) hektar;
Blok I.II-4 dengan luas kurang lebih 51,39 ( lima puluh sembilan koma tiga sembilan) hektar;
Blok I.II-5 dengan luas kurang lebih 33,49 ( tiga puluh tiga koma empat sembilan) hektar;
Blok I.II-6 dengan luas kurang lebih 136,74 ( serratus tiga puluh enam koma tujuh empat) hektar;
Sub BWP I.III ( Kelurahan Kauman Kidul) sebagaimana dimaksud dalam Pasal …. Ayat (…) huruf ….. terdiri atas 7 ( tujuh) blok meliputi :
Blok I.III-1 dengan luas kurang lebih 48,59 ( empat puluh delapan koma lima Sembilan) hektar;
Blok I.III-2 dengan luas kurang lebih 34,59 ( tiga puluh empat koma lima Sembilan) hektar;
Blok I.III-3 dengan luas kurang lebih 6,12 ( enam koma satu dua) hektar;
Blok I.III-4 dengan luas kurang lebih 15,34 ( lima belas koma tiga empat) hektar;
Blok I.III-5 dengan luas kurang lebih 27,62 ( dua puluh tujuh koma enam dua) hektar;
Blok I.III-6 dengan luas kurang lebih 57,51 ( lima puluh tujuh koma lima satu) hektar;
Blok I.III-7 dengan luas kurang lebih 6,03 (enam koma nol tiga) hektar.
Sub BWP I.IV ( Kelirahan Sidorejo Lor) sebagaimana dimaksud dalam Pasal … Ayat (…). Huruf ….. terdiri atas 14 ( empat belas) bl;ok meliputi :
Blok I.IV-1 dengan luas kurang lebih 27,15 ( dua puluh tujuh koma satu lima) hektar;
Blok I.IV-2 dengan luas kurang lebih 12, 59 ( dua belas koma lima sembilan) hektar;
Blok I.IV-3 dengan luas kurang lebih 10, 91 ( sepuluh koma Sembilan satu) hektar;
Blok I.IV-4 dengan luas kurang lebih 17, 59 ( tujuh belas koma lima sembilan) hektar;
Blok I.IV-5 dengan luas kurang lebih 18, 34 ( delapan belas koma tiga empat) hektar;
Blok I.IV-6 dengan luas kurang lebih 22, 75 ( dua puluh dua koma tujuh lima hektar;
Blok I.IV-7 dengan luas kurang lebih 56, 12 ( lima puluh enam koma satu dua) hektar;
Blok I.IV-2 dengan luas kurang lebih 12, 59 ( dua belas koma lima sembilan) hektar;