Anda di halaman 1dari 96

ht

tp
s:
//l
am
pu
ng
.b
ps.
go
.id
ht
tp
s:
//l
am
pu
ng
.b
ps.
go
. id
Analisis Hasil SE2016 Lanjutan
Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil Provinsi
Lampung

ISBN : 978-602-7746-19-0
No. Publikasi: 18000.1901
Katalog: 9102062.18

Ukuran Buku: 18,2 x 25,7 cm


Jumlah Halaman: viii + 86 halaman/pages

o.id
Naskah:

.g
Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Provinsi Lampung

ps
b
g.
Penyunting:
Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Provinsi Lampung
n
pu
am

Desain Kover oleh:


Subdirektorat Publikasi dan Kompilasi Statistik
//l
s:

Penerbit:
tp

@BPS Provinsi Lampung


ht

Pencetak/Printed by:
CV. JAYA WIJAYA

Sumber Ilustrasi:
Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Provinsi Lampung

Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengkomunikasikan, dan/atau


menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersial tanpa izin
tertulis dari Badan Pusat Statistik
Tim Penyusun

Pengarah
Yeane Irmaningrum S

Penanggung Jawab

id
Nurul Andriana

o.
Editor

.g
Yosep

s
bp
Penulis dan Pengolah Data
.
ng
Wike Yulia
Yeni Agustiawati
pu

Hardiyanti
am

Mega Astuti
Andrawina Susanto
//l

Yosep
s:

Desain Cover
tp

Oki Heryanto
ht

Desain dan Tata Letak


Oki Heryanto
Rizal Herwin Wibowo

Foto
Oki Heryanto
Rizal Herwin Wibowo
ht
tp
s:
//l
am
pu
ng
.bp
s.g
o.
id
Kata Pengantar

P
ada tahun 2016, BPS telah melaksanakan
kegiatan pendataan lengkap atau listing
Sensus Ekonomi Tahun 2016 (SE2016). Untuk
memperoleh gambaran yang lebih rinci mengenai
aktivitas Usaha Mikro Kecil (UMK) dan Usaha
Menengah Besar (UMB), pada tahun 2017 dilakukan
SE2016 Lanjutan.

id
Hasil pendataan SE2016 Lanjutan dapat digunakan

o.
sebagai dasar untuk analisis dan perumusan

.g
kebijakan diantaranya untuk mengukur kinerja
Usaha Mikro Kecil (UMK) dengan memberikan

s
bp
gambaran karakteristik/kualitas sumber daya
manusia, kondisi aksesibilitas permodalan, prospek
.
ng
usaha, dan kinerja keuangannya.
Publikasi Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro
pu

Kecil Provinsi Lampung 2016 ditujukan untuk


am

memperoleh gambaran dan informasi potensi Usaha Mikro Kecil Lampung berdasarkan
lapangan usaha. Informasi ini sangat bermanfaat bagi pemerintah dalam mengevaluasi
//l

program-program terkait pengembangan potensi wilayah yang sudah dilakukan selama


s:

ini. Informasi tersebut diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi pemerintah untuk
tp

membantu pengembangan UMK baik melalui pembinaan maupun penyusunan regulasi yang
mampu melindungi dan meningkatkan kinerja UMK. Dengan demikian, peran UMK dalam
ht

kegiatan ekonomi lokal semakin kuat. Lapangan pekerjaan pun makin meningkat.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut berpartisipasi baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam menyukseskan SE2016 Lanjutan hingga penyusunan
publikasi ini dapat terlaksana. Semoga publikasi ini dapat memberikan manfaat kepada segenap
penggunanya.

Bandar Lampung, Maret 2019


Kepala Badan Pusat Statistik
Provinsi Lampung

Yeane Irmaningrum S

Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil v
ht
tp
s:
//l
am
pu
ng
.bp
s.g
o.
id
Daftar Isi

Kata Pengantar v
Daftar Isi vii
Pendahuluan 1

Bab 1 3
UMK sebagai Motor Penggerak Pertumbuhan Ekonomi

id
o.
• UMK sebagai Penggerak Roda Perekonomian 6
• UMK sebagai Penyerap Tenaga Kerja Terbanyak 9

.g
• UMK di Era Globalisasi 10

s
. bp Bab 2 13
ng

Potret Pelaku Usaha UMK


• Sektor Perdagangan Mendominasi Jumlah UMK Provinsi Lampung 16
pu

• Dominasi Kaum Adam Dalam Mengelola UMK Provinsi Lampung 18


am

• Mayoritas pengusaha UMK di Provinsi Lampung didominasi Pendidikan SD 20


//l

Bab 3 23
s:

Aksesibilitas Permodalan UMK


tp

• UMKM Minim Akses Perbankan 26


ht

• Probabilitas UMK Mendapatkan Akses Permodalan dari Lembaga Keuangan 28


Paling Banyak dipegaruhi Faktor Produktivitas Usaha
• Model Regresi 32

Bab 4 33
Kinerja Usaha UMK
• Kondisi Laba UMK 2016 38
• Hubungan Kemitraan dengan Kondisi Perolehan Laba 40
• Hubungan Penggunaan Komputer dengan Kondisi Perolehan Laba 40
• Hubungan Penggunaan Internet dengan Kondisi Perolehan Laba 41
• Faktor yang Paling Berpengaruh Terhadap Perolehan Laba UMK 41

Bab 5 45
Prospek Usaha UMK

Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil vii
Bab 6 55
Analisis Efisiensi Industri Mikro Kecil
• Ukuran Efisiensi 58
• Tingkat Efisiensi Industri Mikro Kecil 60

id
o.
Bab 7 69

.g
Intisari dan Strategi

s
• Intisari 71
. bp • Strategi 73
ng

Daftar Pustaka 75
pu

Lampiran 76
am
//l
s:
tp
ht

viii Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil
Pendahuluan

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) diyakini telah menjadi


kekuatan utama di pasar China. Lebih dari 80% perusahaan
yang terdaftar di China adalah UMKM. Menteri Administrasi
Negara Bidang Industri dan Perdagangan Tiongkok, Zhang Mao
mengungkapkan dari total UMKM sebesar 73,28 Juta, 23,28 juta di
antaranya adalah perusahaan dan 50 juta adalah bisnis perorangan.
Menurutnya, UMKM China merupakan kekuatan utama lantaran

id
telah berkontribusi terhadap dunia kerja. Usaha industri Kecil dan

o.
Menegah (UMKM) dan bisnis swasta daerah yang disebut sebagai

.g
Township and Village Enterprises (TVEs) berkontribusi dalam

s
menopang kekuatan ekspor negara itu (Chinadaily,2017).
bp
Seperti halnya pengembangan UMKM di China, UMK mempunyai
.
ng

peran yang sangat penting dalam menggerakkan roda perekonomian


di Indonesia Khususnya Perekonomian Sang Bumi Ruwa Jurai.
pu

Pengelolaan usaha ini dilakukan secara sederhana sehingga lebih


am

banyak menjadi pilihan sebagai wadah usaha yang menghasilkan


nilai ekonomi. Usaha ini menjadi pilihan utama karena memerlukan
//l

modal yang relatif kecil. Oleh sebab itu aktivitas UMK merupakan
s:

kegiatan ekonomi yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan


tp

masyarakat dalam mencukupi kebutuhan hidup. Dengan kata lain,


ht

UMK berperan sebagai dasar pembangunan ekonomi kerakyatan.

Melihat pentingnya peran usaha mikro kecil (UMK), maka


keberlanjutan dan perkembangannya perlu menjadi perhatian
serius. Hasil SE2016 Lanjutan, jumlah usaha ini mencapai lebih dari
770 ribu usaha atau 99,17 persen dari total usaha nonpertanian di
Lampung. Usaha ini juga mampu menyerap tenaga kerja lebih dari
1,67 juta orang atau sekitar 87,81 persen dari total tenaga kerja
nonpertanian.

Salah satu upaya untuk meningkatkan kinerja UMK adalah menjalin


kemitraan dengan perusahaan yang lebih besar untuk mendapatkan
pembinaan, bantuan modal, bantuan pemasaran, pengadaan
bahan baku, dan lainnya. Upaya tersebut diharapkan dapat
meningkatkan pendapatan UMK sekaligus akan meningkatkan
taraf hidup masyarakat. Keterbatasan informasi menjadi salah
satu kendala untuk menjalin kemitraan dengan perusahaan besar.

Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil 1
Pe dahuluan
Potensi Ekonomi Lokal untuk Pemerataan Pembangunan

Hanya sekitar 5 persen UMK yang menjalin bergerak, 33 persen berbentuk piutang,
kemitraan dengan perusahaan lain. sementara hanya 22 persen yang berbentuk
aset tetap seperti tanah atau bangunan.
Meskipun mempunyai beberapa padahal, lembaga keuangan di Indonesia
keunggulan, UMK juga mempunyai banyak dalam menyalurkan kredit, 73 persen
keterbatasan sehingga usaha ini tidak mensyaratkan harus ada jaminan dalam
mampu untuk berkembang. Keterbatasan- bentuk aset tetap, seperti diungkapkan
keterbatasan tersebut diantaranya oleh Deputi Akses Permodalan Badan
minimnya akses perbankan; kemampuan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Fadjar Hutomo.
dan pengetahuan Sumber Daya Manusia
(SDM) yang masih rendah; dikelola Sebagai salah satu alternatif solusi

id
dengan cara yang sederhana; penggunaan permodalan, keterlibatan Perusahaan

o.
teknologi yang terbatas; dan belum mampu Financial Technology (FinTech) perlu
mengimbangi perubahan selera konsumen ditingkatkan karena dapat memberikan

.g
khususnya yang berorientasi ekspor. dampak postif kepada pelaku UMKM, salah

s
Untuk melihat potensi dan kinerja UMK
saat ini, serta untuk melihat prospeknya di
. bp
satunya fasilitas untuk mengurangi biaya
transaksi. Seperti dijelaskan oleh Menteri
ng
masa mendatang, perlu melakukan analisis Keuangan, Sri Mulyani, yang menyatakan
kinerja UMK. Hal ini juga bersesuaian bahwa perusahaan FinTech di Indonesia
pu

dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor yang mayoritas didirikan oleh anak muda
am

17 Tahun 2013, yang menyatakan bahwa merupakan solusi untuk menjembatani


pengembangan Usaha Mikro, Usaha Kecil, kesenjangan ekonomi yang dirasakan oleh
//l

dan Usaha Menengah dilakukan melalui pelaku usaha mikro dan kecil (UMKM) di
s:

pendataan, identifikasi potensi, dan daerah yang belum terjamah perbankan.


masalah yang dihadapi. Dengan adanya
tp

identifikasi kinerja UMK dan permasalahan Demikian pemantapan ekonomi digital


ht

yang dihadapi, maka akan memberikan juga memegang peranan penting bagi
sumbangsih dalam penyusunan regulasi ekonomi Indonesia khususnya ekonomi
atau kebijakan yang mampu melindungi Lampung agar UKM dapat bertumbuh
dan meningkatkan kinerja UMK. lebih cepat. Hal ini selaras dengan upaya
pencapaian Visi 2020 “The Digital Energy of
Demikian, pemerintah telah berupaya Asia” dengan target transaksi digital secara
memberdayakan sektor riil khusus UMKM nasional dapat mencapai 130 miliar dollar
melalui Bank Indonesia dengan menerbitkan AS. Ini juga didukung program ekonomi
Peraturan BI No.17/12/PBI/2015 yang kerakyatan dan pencapaian target 8 juta
mewajibkan bank umum wajib mencapai UMKM. Hasil kajian Bank Dunia dengan
rasio kredit UMKM dari total kredit yang meningkatkan keterlibatan UKM secara
disalurkan minimal sebesar 20 persen. digital dapat menambah pertumbuhan
Namun, berdasarkan hasil survei ekonomi tahunan indonesia sebesar 2
International Financial Corporation (IFC) persen. Demikian kinerja ekonomi digital
World Bank 2015, dikatakan bahwa total diharapkan memberi dorongan yang sama
aset keseluruhan yang dimiliki UMKM di bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi di
Indonesia 45 persennya berbentuk barang Lampung.

2 Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil
id.
go
s.
p
.b
ng
pu
am
//l
s:
tp
ht

UMK SEBAGAI
MOTOR PENGGERAK
PERTUMBUHAN
EKONOMI
ht
tp
s:
//l
am
pu
ng
.bp
s.g
o.
id
UMK sebagai Motor
Penggerak Pertumbuhan
Ekonomi Energi Nasional

Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya yang


berkesinambungan pada semua aspek kehidupan masyarakat
suatu negara untuk menuju situasi yang lebih baik. Pembangunan
nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan

id
makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

o.
Pembangunan nasional yang mencakup seluruh aspek kehidupan

.g
bangsa diselenggarakan bersama oleh masyarakat dan pemerintah.

s
Masyarakat menjadi pelaku utama pembangunan, dan pemerintah
bp
berkewajiban mengarahkan, membimbing, melindungi, serta
.
ng
menumbuhkan suasana dan iklim yang menunjang.
pu

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan kegiatan usaha


yang mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan
am

pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat, dan dapat


//l

berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan


masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan berperan
s:

dalam mewujudkan stabilitas nasional. Selain itu, Usaha Mikro,


tp

Kecil, dan Menengah adalah salah satu pilar utama ekonomi


ht

nasional yang harus memperoleh kesempatan utama, dukungan,


perlindungan dan pengembangan seluas-luasnya sebagai wujud
keberpihakan yang tegas kepada kelompok usaha ekonomi rakyat,
tanpa mengabaikan peranan Usaha Besar dan Badan Usaha Milik
Negara.

Meskipun Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah telah menunjukkan


peranannya dalam perekonomian nasional, namun masih
menghadapi berbagai hambatan dan kendala, baik yang bersifat
internal maupun eksternal, dalam hal produksi dan pengolahan,
pemasaran, sumber daya manusia, desain dan teknologi,
permodalan, serta iklim usaha.

Untuk meningkatkan kesempatan, kemampuan, dan perlindungan


Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, telah ditetapkan berbagai
kebijakan tentang pencadangan usaha, pendanaan, dan
pengembangannya namun belum optimal. Hal itu dikarenakan

Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil 5
UMK sebagai Motor Penggerak Pertumbuhan Ekonomi Energi
Nasional

kebijakan tersebut belum dapat berbeda. Suatu usaha dikatakan Usaha


memberikan perlindungan, kepastian Mikro jika memiliki kekayaan bersih paling
berusaha, dan fasilitas yang memadai banyak Rp50 juta tidak termasuk tanah
untuk pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan bangunan tempat usaha serta memiliki
dan Menengah. hasil penjualan tahunan paling banyak
Rp300 juta. Kriteria Usaha Kecil adalah
Sebagai upaya untuk meningkatkan usaha yang memiliki kekayaan bersih antara
kemampuan dan peran serta kelembagaan Rp50 juta hingga Rp500 juta tidak termasuk
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah tanah dan bangunan tempat usaha serta
dalam perekonomian nasional, maka memiliki hasil penjualan tahunan antara
pemberdayaan tersebut perlu dilaksanakan Rp300 juta hingga Rp2,5 miliar. Sedangkan

id
oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha Menengah adalah usaha dengan

o.
Usaha, dan masyarakat secara menyeluruh, kekayaan bersih antara Rp500 juta hingga
sinergis, dan berkesinambungan. Rp10 miliar tidak termasuk tanah dan

.g
bangunan tempat usaha serta memiliki

s
A. UMK sebagai Penggerak Roda bp
hasil penjualan tahunan antara Rp2,5 miliar
Perekonomian Pengguna Lahan hingga Rp50 miliar.
.
ng

UMK merupakan suatu usaha yang mampu Selain modal yang relatif kecil, keunggulan
pu

dijalani oleh siapa saja. Mengapa demikian? UMK lainnya adalah mampu berdiri kokoh
Karena usaha ini mampu bergerak dengan
am

saat krisis ekonomi terjadi. Menurut CIDES


modal yang relatif kecil. Berdasarkan (Center for Information and Development
//l

Undang-Undang no. 20 Tahun 2008 pasal Studies) dalam artikel “Dampak Kenaikan
s:

6 tentang Kriteria UMKM, ada 3 kriteria Harga BBM pada sektor UKM di Indonesia”
usaha yaitu Usaha Mikro, Usaha Kecil dan (Meryana, 2012), ada 3 keunggulan UMK,
tp

Usaha Menengah. Ketiga usaha tersebut pertama, umumnya UMK menghasilkan


ht

memiliki ketentuan keuangan yang barang konsumsi dan jasa yang dekat dengan

Gambar 1.1
Sumber Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung, 2014-2018

Sumber: BPS Provinsi Lampung, SE2016-Lanjutan

6 Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil
UMK sebagai Motor Penggerak Pertumbuhan Ekonomi Energi
Nasional

kebutuhan masyarakat. Kedua, UMK tidak dan wirausaha dalam mencapai aspek
mengandalkan bahan baku impor dan lebih ekonomi pembangunan berkelanjutan.
memanfaatkan sumber daya lokal, baik dari Pemerintah Indonesia menilai UKM dan
sisi sumber daya manusia, modal, bahan kewirausahaan berkontribusi besar untuk
baku maupun peralatannya. penciptaan lapangan kerja
Ketiga, umumnya UMK dan pasar tenaga kerja
menggunakan modal sendiri di setiap lini ekonomi.
“Jumlah UMK
atau tidak ditanggung UKM dan kewirausahaan
mencapai 770
pinjaman dari bank. Sehingga juga tidak dibatasi oleh
ribu usaha atau
UMK tidak terlalu merasakan tantangan area geografis
mencapai 99,17
pengaruh krisis global akibat sehingga para pelaku
persen dari

id
penurunan nilai tukar rupiah. usaha di seluruh pelosok
total usaha di

o.
Indonesia dapat menggeluti
Lampung”
Rencana Pembangunan bidang tersebut. UKM dan

.g
Jangka Menengah Nasional kewirausahaan juga menjadi

s
(RPJMN) 2015-2019 telah
menetapkan lima
bp kunci inovasi bisnis, berbeda
kebijakan untuk dari perusahaan besar yang pilihan produksi
.
ng
mendorong penguatan pengelolaan UKM dan teknologinya sangat ketat.
dan kewirausahaan. Pertama, meningkatkan
pu

kualitas sumber daya manusia melalui Dalam 5 tahun terakhir, pertumbuhan


am

promosi kewirausahaan, pelatihan ekonomi Lampung berada pada kisaran


vokasi, dan layanan pengembangan 5 persen dengan tren meningkat setiap
//l

bisnis. Kedua, meningkatkan nilai tambah tahunnya, dari pertumbuhan 5,08 persen
s:

produk dan jangkauan pemasaran melalui pada tahun 2014 hingga 5,25 persen di
penggunaan teknologi, standar kualitas tahun 2018 (c-to-c). Meskipun 30 persen
tp

dan sertifikasi produk, serta perbaikan dari nilai tambah yang dihasilkan masih
ht

promosi, pemasaran, dan fasilitas kerja. dimiliki oleh lapangan usaha pertanian,
Ketiga, meningkatkan akses keuangan bukan berarti pertumbuhan 5 persen
melalui provisi Kredit Usaha Rakyat (KUR), yang dicapai bersumber dari kategori
dana bergulir, juga institusi keuangan tersebut. Terjadi perubahan komposisi
non bank dan layanan keuangan syariah. sumber pertumbuhan dalam 2 tahun
Keempat, memperbaiki skala bisnis dengan terakhir. Kategori pertanian menjadi
promosi kerja sama dan pengembangan sumber pertumbuhan terbesar terakhir
kluster bisnis. Kelima, memperbaiki iklim pada tahun 2016. Sedangkan sumber
bisnis dengan penyederhanaan lisensi dan pertumbuhan tahun 2018 terbesar dicapai
prosedur bisnis. kategori industri pengolahan dan kategori
perdagangan yaitu sebesar 1,63 persen dan
Menurut Kepala Bappenas, Bambang 0,82 persen. Kedua lapangan usaha tersebut
Brodjonegoro dalam artikel “Kepala beserta kategori akomodasi makan minum
Bappenas: UKM Penting untuk merupakan lapangan usaha terbanyak
Pembangunan Berkelanjutan” (Akhdi Martin yang digeluti masyarakat Lampung dalam
Pratama, 2018), menyatakan pentingnya menjalankan usahanya khusus mikro dan
peran usaha kecil dan menengah (UKM) kecil.

Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil 7
UMK sebagai Motor Penggerak Pertumbuhan Ekonomi Energi
Nasional

Gambar 1.2 Dunia usaha Lampung saat ini didominasi


Jumlah UMK dan UMB oleh usaha yang tergolong dalam Usaha
Provinsi Lampung, 2017 Mikro Kecil (UMK). Dari hasil SE2016
Lanjutan, jumlah UMK mencapai 770
ribu usaha atau mencapai 99,17 persen
dari total usaha di Lampung. Hal ini
membuktikan bahwa sebagian besar
penduduk Lampung bekerja pada usaha
mikro dan kecil, di seluruh kabupaten/kota
tanpa terkecuali. Sebagai Ibu Kota Provinsi,
Kota Bandar Lampung menjadi pusat

id
Sumber: BPS Provinsi Lampung, SE2016- pergerakan ekonomi di Provinsi Lampung.
Dari 15 kabupaten/kota, jumlah UMK di

o.
Lanjutan

.g
Tabel 1.1

s
Persentase UMK Menurut Sektor Dominan dan Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung, 2017
Provinsi Lampung, 2017
. bp
ng

Kabupaten/Kota Persentase Persentase Persentase Persentase UMK Persentase


pu

UMK di setiap UMK Menurut UMK Menurut Menurut Sektor UMK Menurut
Kabupaten/ Kabupaten/ Sektor Perda- Akomodasi Sektor Industri
am

Kota Kota gangan Makan Minum Pengolahan


(1) (2) (3) (4) (5) (6)
//l

Lampung Barat 99,40 3,15 3,58 2,18 1,76


s:

Tanggamus 99,69 6,49 7,34 4,11 6,11


tp

Lampung Selatan 99,31 10,64 10,89 10,41 10,51


ht

Lampung Timur 99,61 14,37 14,62 11,07 20,47


Lampung Tengah 99,41 14,85 15,00 13,84 16,51
Lampung Utara 99,45 7,02 7,64 6,73 4,51
Way Kanan 99,72 4,60 5,30 3,77 3,27
Tulang bawang 98,93 4,35 4,51 4,79 3,29
Pesawaran 99,71 5,28 5,80 3,86 4,95
Pringsewu 99,26 5,15 4,67 4,07 10,48
Mesuji 99,36 2,13 2,27 2,42 1,70
Tulang Bawang 99,40 2,70 2,85 2,86 2,29
Barat
Pesisir Barat 99,51 1,37 1,43 1,12 1,13
Bandar Lampung 97,82 14,90 11,64 24,43 9,91
Metro 98,18 3,00 2,46 4,33 3,09
Total 99,17 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber : BPS Provinsi Lampung, SE2016-Lanjutan

8 Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil
UMK sebagai Motor Penggerak Pertumbuhan Ekonomi Energi
Nasional

Kota Bandar Lampung mencapai 14,90 lapangan usaha pertanian. Penduduk yang
persen. Sedangkan posisi kedua dan ketiga bekerja di kategori perdagangan tidak
diperoleh Kabupaten Lampung Tengah dan sampai 20 persen. Sedangkan penduduk
Kabupaten Lampung Timur yaitu masing- yang bekerja pada kategori lainnya tidak
masing sebesar 14,85 persen dan 14,37 sampai 5 persen kecuali pekerja industri dan
persen. Jumlah UMK terkecil berada di konstruksi yang masing-masing mencapai 9
Kabupaten Pesisir Barat yaitu sebesar 1,37 persen dan 6 persen.
persen.
Berdasarkan data Sakernas 2018,
Jika dilihat dari lapangan usahanya, kegiatan pengangguran di Provinsi Lampung
usaha Perdagangan merupakan usaha yang mencapai 4,06 persen, terbanyak pada

id
paling banyak diminati masyarakat dalam lulusan SMA yang mencapai lebih dari 33,48
Usaha Mikro Kecil. Hasil SE2016-Lanjutan persen. Tingginya kontribusi lulusan SMA

o.
diketahui bahwa 57,54 persen UMK di terhadap jumlah pengangguran di Provinsi

.g
Lampung bergerak pada sektor Perdagangan Lampung, salah satu disebabkan rendahnya

s
Besar dan Eceran, Reparasi dan Perawatan keahlian soft skill lulusan SMA khususnya
Mobil dan Sepeda Motor. Bahkan 6 dari 15
. bp
di SMA yang kualitas pendidikannya
ng
kabupaten/kota di Lampung memiliki UMK belum teruji. Sedangkan mereka yang
sektor perdagangan lebih dari 60 persen. berpendidikan rendah cenderung mau
pu

Selain usaha perdagangan, UMK yang menerima pekerjaan apa saja.


dipilih masyarakat dalam mengusahakan
am

pendapatannya adalah usaha akomodasi Pembekalan keterampilan bagi angkatan


//l

makan minum dan industri pengolahan, kerja dengan tingkat pendidikan menengah
yaitu masing-masing 12,25 persen dan akan menjadi aksi yang sangat strategis
s:

11,52 persen dari seluruh UMK di Lampung. agar mereka mampu menciptakan usaha
tp

UMK kategori Akomodasi Makan Minum sendiri. UMK merupakan salah satu wadah
ht

terbanyak terdapat di Kota Bandar Lampung yang paling tepat untuk menampung
yaitu sekitar 20 ribu usaha (24 persen) para tenaga kerja yang tidak memiliki skill
sedangkan Kabupaten Lampung Timur tinggi. Data SE2016-Lanjutan memberikan
memiliki UMK sektor industri pengolahan informasi bahwa UMK telah menyerap
terbanyak di Lampung yaitu sekitar 18 ribu hampir 1,6 juta tenaga kerja, atau sekitar
usaha atau sekitar 20 persen dari seluruh 87 persen tenaga kerja di Lampung. Pada
UMK sektor industri. umumnya, penyerapan tenaga kerja dari
UMK di tingkat nasional dan pada negara-
B. UMK sebagai Penyerap Tenaga negara berkembang di Asia cukup besar
Kerja Terbanyak mencapai sekitar 50 hingga 80 persen
(Tambunan, 2011).
Distribusi PDRB Provinsi Lampung masih
didominasi oleh kategori pertanian. Tak Penyerapan tenaga kerja UMK di Provinsi
heran jika penduduk yang bekerja lebih Lampung lebih banyak terjadi pada
banyak di bidang pertanian. Berdasarkan lapangan usaha perdagangan yaitu
hasil Survei Angkatan Kerja Nasional mencapai 47,62 persen, sejalan dengan
(Sakernas) tahun 2017-2018, sekitar 40 banyaknya UMK sektor Perdagangan.
persen penduduk Lampung bekerja di Sektor ini akan berkembang seiring

Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil 9
UMK sebagai Motor Penggerak Pertumbuhan Ekonomi Energi
Nasional

Gambar 1.3 dari 3 persen. Secara rata-rata per usaha,


Persentase Penyerapan Tenaga Kerja UMK aktivitas Pendidikan memiliki penyerapan
Menurut Kategori di Provinsi Lampung, tenaga kerja tertinggi yaitu sekitar 11
2017 pekerja per usaha. Namun secara umum,
rata-rata penyerapan tenaga kerja UMK di
Provinsi Lampung hanya sebesar 2 pekerja
per usaha.

Bila dilihat dari sisi gender, kaum pria


masih mendominasi dalam Usaha Mikro
Kecil, yaitu mencapai 60 persen. Meskipun
demikian, proporsi pengusaha wanita

id
tidak dapat dipandang sebelah mata.

o.
Bahkan di kabupaten Pesawaran, proporsi

.g
wanita yang mengusahakan UMK hampir

s
mencapai 46 persen.
. bp
ng

Sumber: BPS Provinsi Lampung, SE2016- C. UMK di Era Globalisasi


Lanjutan
pu

peningkatan pendapatan masyarakat dan Seperti yang kita ketahui, era globalisasi
am

jumlah penduduk. Peningkatan daya beli dimulai pada akhir abad 20 hingga awal
//l

masyarakat akan mendorong pertumbuhan abad 21. Tidak ada satu negara di dunia
yang mampu menahan laju pergerakan
s:

konsumsi dan permintaan akan barang,


sehingga sektor ini yang pertama kali akan globalisasi, dengan kata lain semua
tp

tumbuh. Selain itu, Sektor Perdagangan negara harus mampu bertahan dalam
ht

termasuk sektor yang mudah diusahakan arus globalisasi. Dalam persaingan di era
karena dapat dilakukan dengan modal yang globalisasi, kita dituntut untuk menciptakan
relatif kecil, sederhana, tidak memerlukan produk yang menunjukkan kualitas dan
keahlian khusus dan dapat dilakukan kreativitas tinggi agar dapat bersaing di
dalam skala usaha rumahan. Berpijak dari pasar global. Persaingan semakin ketat,
pendapat tersebut, usaha pada Sektor dan pasar di dalam maupun luar negeri
Perdagangan paling banyak dilakukan oleh juga semakin terbuka, dukungan terhadap
pelaku usaha yang baru memulai usaha. usaha atau industri lokal harus diberikan
secara maksimal.
Kategori Industri Pengolahan menjadi
penyerap tenaga kerja UMK tertinggi kedua Berdasarkan data dari Pemerintah Provinsi
di Lampung, yaitu mencapai 12,98 persen. Lampung Dinas Koperasi, Usaha Kecil
Diikuti kategori Pendidikan dan Akomodasi dan Menengah di tahun 2017, jumlah
Makan dan Minum yaitu mencapai masing- UMKM per 31 Desember 2017 sebanyak
masing 12,26 persen dan 10,59 persen. 99.307 unit, secara kuantitas mengalami
Untuk lapangan usaha lainnya tidak ada peningkatan sebesar 4.149 unit. Namun
yang mampu menyerap tenaga kerja lebih rasio kewirausahaan baru mencapai 1,92

10 Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil
UMK sebagai Motor Penggerak Pertumbuhan Ekonomi Energi
Nasional

persen dari total penduduk Lampung, masih Lampung mampu bersaing pada tingkat
berada dibawah standar internasional yaitu domestik maupun global. Pada akhirnya
2 persen, padahal perdagangan menjadi UMKM mampu menjadi penyangga bagi
salah satu penggerak perekonomian di perekonomian sekaligus meningkatkan
Lampung dengan kontribusi sebesar 11,42 kesejahteraan masyarakat.
persen.

Pemerintah telah memberikan fasilitas


kemudahan ekspor bagi UMKM dari KPP
Bea Cukai yaitu program Kemudahan
Impor Tujuan Ekspor bagi UKM (KITE UKM)

id
yang baru diterapkan di beberapa daerah,
dan akan segera dapat diterapkan juga di

o.
Lampung. Program ini dibuat agar kuantitas

.g
dan kualitas produk yang dihasilkan UKM

s
semakin meningkat. . bp
ng
Tidak hanya itu, berbagai pelatihan dan
program seperti Gerakan Kewirausahaan
pu

Nasional (GKN) dan Gerakan Mahasiswa


Pengusaha (GMP) di 59 Perguruan
am

Tinggi seluruh Indonesia telah dilakukan.


//l

Koperasi sebagai penyalur KUR juga terus


ditingkatkan jumlahnya. Pemerintah yakin
s:

tingkat rasio kewirausahaan Indonesia


tp

tahun 2018 akan setara dan selevel dengan


ht

negara-negara tetangga seperti Singapura


(7 persen), Malaysia (5 persen), dan
Thailand (4 persen).

Kewirausahaan sangat penting untuk


menumbuhkan budaya ekonomi
mandiri sehingga semangat masyarakat
bukan sebagai pencari kerja melainkan
pencipta lapangan kerja. Oleh sebab
itu penanganan yang terpadu harus
dilakukan oleh Pemerintah dan berbagai
pihak yang berkepentingan. Mulai dari
integrasi penyediaan modal sampai
dengan pengembangan UMKM (Usaha
Mikro Kecil dan Menengah) harus menjadi
prioritas, dengan demikian komoditas-
komoditas Indonesia khususnya di Provinsi

Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil 11
ht
tp
s:
//l
am
pu
ng
.bp
s.g
o.
id
2
ht
tp
s:
//l
am
pu
ng

USAHA UMK
.b
ps.
go
. id

POTRET PELAKU
ht
tp
s:
//l
am
pu
ng
.bp
s.g
o.
id
Potret Pelaku Usaha UMK

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) tidak diragukan lagi


perannya sebagai tonggak ekonomi Indonesia. Hanya saja, di tengah
perkembangan era digitalisasi kian melesat, UMKM Indonesia
belum mampu memaksimalkan peluang dan potensi itu sebagai alat
mengembangkan usahanya. Pengamat Ekonomi Digital Yudi Candra
menilai, ada beberapa faktor yang menyebabkan UMKM Indonesia

id
mengalami perlambatan pertumbuhan usaha yaitu: permodalan,

o.
sumber daya manusia (SDM), dan kemampuan menembus pasar.

.g
Berdasarkan datanya, hingga akhir 2018 jumlah usaha mikro

s
sebanyak 58,91 juta unit, usaha kecil 59.260 unit dan usaha besar
bp
4.987 unit. Namun begitu yang sudah go digital baru 5% saja, relatif
tertinggal dibanding dengan Amerika yang sudah 90 persen,” ujar
.
ng

Yudi.
pu

Sebagai catatan tambahan usaha mikro, kecil dan menengah


am

(UMKM) merupakan salah satu usaha yang bisa bertahan dalam


kondisi ekonomi yang krisis. Tentunya disebabkan UMKM
//l

pasarnya yang begitu luas; menghasilkan barang konsumsi dan


s:

jasa yang dekat dengan kebutuhan masyarakat sehingga walaupun


tp

pendapatan masyarakat yang merosot ketika krisis ekonomi terjadi


tidak berpengaruh banyak terhadap permintaan barang dan jasa
ht

yang dihasilkan UMKM. Hal Ini berbeda dengan kondisi usaha skala
besar yang justru bertumbangan saat krisis terjadi. UMKM malah
bisa tetap mampu bergerak dan menyerap tenaga kerja meski
jumlahnya terbatas. “Seperti itu pulalah yang terjadi di Jepang pasca
luluh lantak oleh bom atom di Hiroshima dan Nagasaki. Jepang
mengawali kebangkitannya dengan memperkuat sektor riil yang
digerakkan oleh usaha kecil dan menengah,” tambah Rohmad. Ketua
Dewan Direktur CIDES (Center for Information and Development
Studies) Rohmad Hadiwijoyo 2012. Pelaku usaha UMKM umumnya
memanfaatkan sumber daya lokal, baik itu untuk sumber daya
manusia, modal, bahan baku, hingga peralatan. Artinya, sebagian
besar kebutuhan UMKM tidak mengandalkan barang impor. Bisnis
UMKM tidak ditopang dana pinjaman dari bank, sehingga walaupun
lambat berkembang tetapi mampu bertahan dengan mengandalkan
dana sendiri.

Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil 15
Potret Pelaku Usaha UMK

Namun demikian dalam menghadapi pasar A.


Sektor perdagangan men-
global dengan persaingan perekonomian
dominasi jumlah UMK Provinsi
yang ketat, para pelaku Usaha Kecil
Menengah (UMK) dituntut kreatif agar Lampung
dapat bersaing dengan para pelaku Berdasarkan hasil SE-2016 Lanjutan, sektor
pengusaha industri besar. RPJMN 2005- perdagangan mendominasi jumlah UMK
2019 secara jelas menegaskan strategi Provinsi Lampung, tercatat 57,54 persen
yang dapat dilaksanakan peningkatan daya atau dapat dikatakan lebih dari separuh
saing UMK yaitu: peningkatan kualitas UMK di Provinsi Lampung bergerak di sektor
sumber daya manusia berupa penguatan perdagangan. Perdagangan menjadi sektor
kewirausahaan yang mencakup pola favorit para pelaku ekonomi diantaranya

id
pengembangan kewirausahaan, penataan disebabkan karena kemampuan daya
kurikulum kewirausahaan di lembaga beli masyarakat Lampung yang sangat

o.
pendidikan formal, serta perluasan besar dan cenderung konsumtif, sehingga

.g
dukungan khususnya bagi wirausaha sektor perdagangan bisa tumbuh subur di

s
berbasis teknologi (technopreneurs); dan Provinsi Lampung. Sektor perdagangan
peningkatan akses ke pelatihan dan layanan
. bp
juga merupakan sektor ketiga yang
ng
usaha terpadu. memberikan kontribusi terbesar dalam
pembentukan PDRB Provinsi Lampung
pu

Menghadapi persaingan di abad ke-21, tahun 2016, tercatat 11,02 persen. Setelah
UMK dituntut melakukan restrukturisasi perdagangan, sektor penyediaan dan
am

dan reorganisasi dengan tujuan permintaan akomodasi makan minum merupakan


//l

konsumen yang makin beragam, spesifik, sektor yang turut mendominasi UMK
produk yang berkualitas tinggi dan harga Provinsi Lampung, tercatat 12,25 persen.
s:

yang murah. Sehingga, kemitraan antara


tp

UMK dan pelaku usaha menengah dan Gambar 2.1


ht

besar, mutlak perlu dilakukan dalam Persentase UMK Non Pertanian Menurut
rangka mewujudkan pengembangan dan Kategori, 2016
pemberdayaan UMKM.

Kementerian Koperasi dan UKM RI


melaporkan bahwa secara jumlah unit,
UMKM memiliki pangsa sekitar 99,99%
(57,9 juta unit) dari total keseluruhan pelaku
usaha di Indonesia (2013), sementara usaha
besar hanya sebanyak 0,01% atau sekitar
5000 unit. UMKM ini menyerap sekitar
104,6 juta tenaga kerja (88,9%), Usaha Kecil
5,57 juta (4,73%), dan Usaha Menengah
3,95 juta (3,36%); sementara Usaha Besar
menyerap sekitar 3,54 juta jiwa. Artinya
secara gabungan UMKM menyerap sekitar
97% tenaga kerja nasional. Sumber: BPS Provinsi Lampung, SE2016-Lanjutan

16 Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil
Potret Pelaku Usaha UMK

Sektor industri pengolahan menempati Gambar 2.2


tempat ketiga yang mendominasi jumlah Persentase UMK Non Pertanian Menurut
UMK Provinsi Lampung, tercatat sebesar Skala Usaha, 2016
11,52 persen.

UMK sektor perdagangan banyak dijumpai


di Kabupaten Lampung Tengah dengan
persentase sebesar 15 persen dari seluruh
UMK yang ada di Provinsi Lampung,
tempat kedua ditempati oleh Kabupaten
Lampung Timur dengan persentase

id
sebesar 14,62 persen. Sementara itu,
Kota Bandar Lampung sebagai ibukota

o.
provinsi, menempati posisi ketiga dengan

.g
persentase sebesar 11,64 persen. Hal ini

s
bisa disebabkan karena di Kota Bandar
bp
Lampung lebih banyak UMB dibandingkan Sumber: BPS Provinsi Lampung, SE2016-Lanjutan
.
ng
UMK.
Selain Kota Bandar Lampung, usaha mikro
pu

Dari jumlah UMK yang ada di Provinsi juga banyak disumbang oleh Kabupaten
Lampung, Usaha Mikro mendominasi Lampung Tengah dengan persentase
am

sebesar 91,17 persen sedangkan sisanya sebesar 14,76 persen dari total usaha mikro
//l

sebesar 8,83 persen merupakan usaha di Lampung. Sama halnya dengan Kota
kecil. Dari persentase usaha mikro tersebut, Bandar Lampung, usaha mikro di Lampung
s:

sebanyak 57,37 persen ada di sektor Tengah didominasi sektor perdagangan


tp

perdagangan; 12,62 persen ada di sektor dengan persentase sebesar 58,17 persen.
ht

penyediaan dan akomodasi makan minum;


dan industri pengolahan sebesar 11,51 Sebagian besar UMK di Provinsi Lampung
persen. Dengan demikian, dapat dikatakan tidak berbadan hukum, tercatat 92,86
lebih dari lima puluh persen usaha mikro di persen. Sementara yang memiliki ijin khusus
Lampung bergerak di sektor perdagangan. sebesar 5,57 persen dan badan hukum
lainnya sebesar 1,56 persen. Memang jika
Persentase usaha mikro banyak dijumpai di dilihat dari sifat UMK, kegiatan UMK dapat
Kota Bandar Lampung, dengan persentase berjalan meskipun tanpa badan hukum,
sebesar 14,88 persen dari keseluruhan namun jika pelaku usaha memiliki visi yang
usaha mikro di Lampung. Adapun sektor jelas sehingga potensi di masa mendatang
yang mendominasi usaha mikro di Kota UMK tersebut akan berubah menjadi
Bandar Lampung yakni sektor perdagangan perusahaan yang besar maka peran dari
dengan persentase sebesar 44,93 persen badan hukum sangat diperlukan. Badan
atau dapat dikatakan hampir lima puluh usaha akan sangat bermanfaat dalam
persen usaha mikro di Kota Bandar perkembangan UMK, misalnya saja dalam
Lampung merupakan usaha yang bergerak pengajuan kredit kepada perbankan. Pihak
di sektor perdagangan. bank akan lebih mudah untuk memberikan

Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil 17
Potret Pelaku Usaha UMK

kredit apabila UMK tersebut telah memiliki dan yang memiliki ijin khusus tersebut
badan usaha . tidak memiliki laporan keuangan, tercatat
sebesar 96,28 persen.
Masih banyaknya UMK yang tidak berbadan
hukum bisa diakibatkan karena para pelaku Kota Bandar Lampung merupakan wilayah
usaha belum atau tidak mendaftarkan yang memiliki persentase UMK tidak
usahanya itu untuk menghindari pajak berbadan hukum terbesar, disusul oleh
karena seperti yang kita ketahui apabila Kabupaten Lampung Tengah, Lampung
suatu usaha sudah memiliki badan hukum Timur, dan Lampung Selatan. Adapun
maka memiliki kewajiban untuk membayar persentase tersebut terhadap total UMK
pajak usaha. Selain itu, masih sulitnya tidak berbadan hukum di Lampung yakni

id
perijinan dan birokrasi dalam pengurusan 15,25 persen untuk Kota Bandar Lampung;

o.
badan usaha. 14,72 persen untuk Lampung Tengah;
14,46 persen untuk Lampung Timur; dan

.g
Dari keseluruhan UMK yang tidak berbadan 10,70 persen untuk Lampung Tengah.

s
hukum tersebut, sebanyak 59,11 persen
merupakan UMK yang bergerak di sekor
. bp
Kedepannya perlu adanya sosialisasi
pentingnya suatu usaha untuk memiliki
ng
perdagangan. Sama halnya dengan UMK payung hukum karena untuk kemudahan
yang tidak berbadan hukum, UMK yang mengakses kredit guna peningkatan usaha,
pu

memiliki ijin khusus pun didominasi oleh disamping manfaat lainnya.


am

sektor perdagangan, tercatat 41,65 persen


dari keseluruhan UMK yang memiliki ijin
B. Dominasi kaum adam dalam
//l

khusus. Berdasarkan hasil SE2016, sebagian


mengelola UMK Provinsi
s:

besar dari UMK yang tidak berbadan hukum


Lampung
tp

Gambar 2.3
ht

Persentase UMK Non Pertanian Menurut


Jenis Badan Hukum, 2016 Kesepakatan SDGs yang tertuang dalam
Tujuan 5.5 “Menjamin partisipasi penuh
dan efektif, dan kesempatan yang sama
bagi perempuan untuk memimpin di
semua tingkat pengambilan keputusan
dalam kehidupan politik, ekonomi, dan
masyarakat” Namun demikian Berbagai
tantangan bahkan lebih besar dihadapi
oleh perempuan pelaku usaha. Meskipun
adanya laporan tentang peningkatan
perempuan pelaku usaha secara global,
pertumbuhan mereka belum menunjukkan
tren yang menjanjikan. Studi World Bank
tentang “Gender at Work” (2012) juga
melaporkan bahwa perempuan lebih
mengalami pengecualian ekonomi dalam
Sumber: BPS Provinsi Lampung, SE2016-Lanjutan setiap lingkup global dibanding laki-laki.

18 Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil
Potret Pelaku Usaha UMK

Salah satu tantangan utama yang dihadapi di lembaga keuangan formal dan hanya
oleh UMKM, termasuk perempuan pelaku 8,15 persen yang menerima pinjaman dari
usaha mikro dan kecil adalah rendahnya lembaga keuangan.
akses keuangan, sebagaimana dibahas
dalam studi World Bank Lebih dari separuh jumlah
tentang “Improving Access to UMK di Lampung dikelola
Finance in Indonesia” (2011). oleh laki-laki, tercatat 59,09
“Sektor
persen dan sisanya sebesar
perdagangan
Perempuan pelaku usaha 40,91 persen dikelola oleh
mendominasi
mempunyai kecenderungan perempuan. Hampir di
jumlah UMK
yang rendah untuk mencari setiap sektor, pengelola
Provinsi Lampung

id
dana eksternal karena banyak usaha adalah laki-laki kecuali
tercatat 57,54

o.
dari mereka yang beroperasi di sektor akomodasi dan
persen”
pada sektor-sektor yang penyediaan makan minum

.g
membutuhkan intensitas serta sektor jasa kesehatan

s
modal rendah dan pada skala
bp dan kegiatan sosial, dengan
yang lebih rendah (OECD, 2014). Selain itu, persentase perempuan masing-masing
.
ng
perempuan dianggap kurang berpendidikan sebesar 58,37 persen dan 65,98 persen.
dibanding laki-laki dan mempunyai literasi
pu

keuangan yang rendah. Perempuan pelaku Persentase pengelola usaha laki-laki


am

usaha juga cenderung mempunyai akses terbesar ada di Kabupaten Pesisir Barat,
jasa bank yang lebih rendah dibanding yakni 70,98 persen. Sedangkan persentase
//l

laki-laki seperti rekening giro dan rekening pengelola usaha perempuan terbesar
s:

tabungan. Global Findex menyatakan ada di Kabupaten Pesawaran, yakni 45,79


bahwa hanya 19,21 persen perempuan persen.
tp

di Indonesia yang mempunyai rekening


ht

Gambar 2.4
Persentase Pengusaha UMK Non Pertanian Menurut Jenis
Kelamin, 2016

Sumber: BPS Provinsi Lampung, SE2016-Lanjutan

Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil 19
Potret Pelaku Usaha UMK

Usia produktif adalah usia ketika seseorang Gambar 2.5


mampu bekerja dan menghasilkan Persentase Pengusaha UMK Menurut Usia
sesuatu. BPS mendefinisikan kelompok Pengusaha/Pengelola, 2016
usia produktif adalah mereka yang berada
dalam rentang usia 15 sampai dengan 64
tahun. Persentase penduduk Lampung
yang masuk kategori usia produktif di tahun
2016 sebesar 66,96 persen. Besarnya usia
produktif ini merupakan peluang bagi
Provinsi Lampung untuk tumbuh menjadi
daerah dengan ekonomi yang kuat.

id
o.
Berdasarkan hasil SE2016, rata-rata
pengelola usaha UMK di Provinsi Lampung

.g
berada di rentang umur 35-44 tahun (35,74

s
persen), rentang 45-54 tahun sebesar
28,09 persen, dan 55 tahun ke atas sebesar
. bp
ng
17,56 persen. Persentase laki-laki untuk Sumber: BPS Provinsi Lampung, SE2016-Lanjutan
tiap rentang umur tersebut rata-rata diatas
C. Mayoritas pengusaha UMK di
pu

55 persen kecuali di rentang umur kurang


Provinsi Lampung didominasi
am

dari 24 tahun, persentase laki-laki hanya


47,31 persen. Untuk sektor perdagangan, pendidikan SD
//l

pengelola UMK yang berada di rentang Sejarah mencatat bahwa ketersediaan


s:

umur 35-44 tahun sebesar 37,58 persen, sumber daya manusia yang terdidik
rentang umur 45-54 tahun sebesar 27,08
tp

merupakan kunci utama keberhasilan


persen, rentang umur 25-34 tahun sebesar pembangunan negara-negara maju.
ht

17,56 persen, rentang umur 55 tahun ke Pendidikan menjadi sebuah tolok ukur
atas sebesar 16,15 persen dan rentang suatu daerah dalam menciptakan Sumber
umur kurang dari 24 tahun sebesar 1,63 Daya Manusia (SDM) yang mampu
persen. Persentase pengusaha UMK untuk bersaing secara global. Karena itu, tidaklah
kelompok umur 35-44 tahun terbesar ada mengherankan hampir semua negara
di Kabupaten Pesisir Barat sebesar 41,08 menempatkan pembangunan pendidikan
persen, kelompok umur 45-54 tahun sebagai prioritas pembangunan nasional
terbesar ada di Kabupaten Tulang Bawang mereka (Syamsudin, 2009).
Barat yaitu 31,87 persen, kelompok umur
25-34 tahun terbesar ada di Kabupaten Semakin tinggi tingkat pendidikan
Mesuji yaitu 22,68 persen, kelompok seseorang, maka hal itu juga semakin tidak
umur lebih dari 55 tahun terbesar ada di begitu berpengaruh terhadap keinginan
Kota Bandar Lampung yaitu 22,12 persen, dirinya untuk memilih jalan hidup sebagai
dan kelompok umur kurang dari 24 tahun wirausahawan. Rata-rata, justru tingkat
terbesar ada di Kabupaten Tulang Bawang pendidikan yang tidak terlalu tinggi yang
yaitu 2,63 persen. menstimulus seseorang untuk memilih
kariernya menjadi seorang pengusaha.

20 Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil
Potret Pelaku Usaha UMK

Gambar 2.6 Kesehatan dan Kegiatan Sosial yakni 78,10


Persentase Pengusaha UMK Non persen.
Pertanian Menurut Jenis Kelamin, 2016
Persentase pengusaha UMK dengan tingkat
pendidikan SD dan SMP tertinggi ada di
Kabupaten Mesuji dengan besaran 41,82
persen untuk tingkat pendidikan SD dan
30,03 persen untuk tingkat pendidikan
SMP. Sedangkan persentase untuk tingkat
pendidikan SMA dan Perguruan Tinggi
terbesar ada di Kota Metro dengan besaran

id
45,20 persen untuk tingkat pendidikan SMA

o.
dan 15,41 persen untuk tingkat Perguruan
Tinggi. Hal ini sesuai dengan motto Kota

.g
Metro sebagai kota pendidikan di Provinsi

s
. bp
Lampung.
ng
Sumber: BPS Provinsi Lampung, SE2016-Lanjutan Demikian dapat disimpulkan bahwa
Sumber daya manusia merupakan
pu

Berdasarkan hasil SE2016-Lanjutan, komponen penting dalam meningkatkan


am

mayoritas pengusaha UMK di Provinsi perekonomian. Tepat sekali sebuah


Lampung memiliki tingkat pendidikan SD ungkapan berikut ini “Manusia bukan
//l

dengan persentase sebesar 33,71 persen, sebagai alat pembangunan tetapi tujuan
s:

tingkat pendidikan SMP sebesar 25,60 akhir pembangunan” (BPS, Bappenas dan
persen dan tingkat pendidikan SMA sebesar UNDP, 2004)
tp

32,50 persen. Hanya sekitar 8,20 persen


ht

saja pengusaha UMK di Provinsi Lampung Jika generasi muda tidak dioptimalkan
yang memiliki tingkat pendidikan sampai potensi (window of opportunity) akan
perguruan tinggi. menjadi bencana (window disaster) apabila
kualitas yang dimiliki oleh penduduk
Persentase pendidikan pengusaha UMK kelompok usia produktif tersebut tidak
sampai tingkat SD tertinggi ada di sektor memadai. Potensi tersebut justru dapat
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, menjadi bencana akibat terjadi “ledakan
Limbah dan Daur Ulang yakni 60,03 pengangguran” usia produktif. Setelah
persen. Untuk tingkat pendidikan tertinggi tahun 2030, Indonesia kemudian akan
SMP, persentase terbesar ada di sektor menghadapi peningkatan pesat pada
Transportasi dan Pergudangan yakni 55,71 kelompok penduduk usia lanjut (65+).
persen. Sedangkan untuk tingkat pendidikan
tertinggi SMA, persentase terbesar ada Pada momen Windows of Opportunity inilah
di sektor Informasi dan Komunikasi yakni keuntungan ekonomis diperoleh. Supply
55,71 persen. Sementara itu, untuk tingkat tenaga kerja yang besar meningkatkan
pendidikan tertinggi Perguruan Tinggi pendapatan per kapita. Penurunan
persentase terbesar ada di sektor Jasa proporsi penduduk usia anak-anak juga

Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil 21
Potret Pelaku Usaha UMK

bakal mengurangi besarnya biaya investasi 91,83 persen, sedangkan yang sudah
untuk pemenuhan kebutuhannya, karena menggunakan internet dalam menjalankan
dapat dialihkan kegunaannya untuk saving usahanya baru 8,17 persen. Jika dirinci
dan investasi, yaitu berupa tabungan, menurut jenis kelamin terlihat persentase
pendidikan berkualitas, kursus, asuransi laki-laki yang menggunakan internet lebih
kesehatan, asuransi hari tua, saham dan besar dibandingkan dengan perempuan,
pengembangan bisnis lain, dan lain-lain yakni 65,55 persen untuk laki-laki dan 34,45
(human capital investment). Dan peranan persen untuk perempuan.
perempuan dengan jumlah anak sedikit
memungkinkan perempuan memasuki Persentase penggunaan internet dalam
pasar kerja, membantu peningkatan menjalankan usaha terbanyak ada di Kota

id
pendapatan. Selain itu, untuk menjadikan Bandar Lampung sebesar 18,16 persen,

o.
pertumbuhan penduduk usia muda sebagai Kabupaten Lampung Tengah sebesar
window opportunity, penduduk perlu 16,44 persen, dan Kabupaten Lampung

.g
mendapatkan pendidikan yang memadai, Selatan sebesar 12,79 persen. Sementara

s
kualitas pekerja yang lebih ditingkatkan, dan
penyediaan lapangan kerja yang optimal.
. bp
itu Kabupaten Mesuji merupakan daerah
dengan persentase penggunaan internet
ng
Menurut Moertiningsih (2005), fenomena terkecil yakni 1,52 persen, disusul
kependudukan ini akan optimal jika tersedia Kabupaten Pesisir Barat dengan persentase
pu

tenaga kerja berkualitas, tabungan tinggi, sebesar 1,86 persen.


am

serta meningkatnya partisipasi perempuan,


dan pengangguran rendah dan produktif. Gambar 2.7
//l

Persentase Pengusaha UMK Menurut


s:

Dalam dunia kerja, internet memiliki Penggunaan Internet, 2016


banyak sekali manfaat dalam mendukung
tp

kegiatan proses bisnis untuk mencapai


ht

tujuan perusahaan. Perusahaan yang


menolak untuk menggunakan teknologi
internet akan terlihat ketinggalan jaman
serta menolak efisiensi. Dengan internet,
semua akan terasa lebih mudah, disamping
juga ada resiko-resikonya.

Beberapa manfaat dari penggunaan internet


dalam dunia usaha yakni memudahkan
telekomunikasi dengan biaya yang lebih
murah, mudah melakukan pemasaran,
bisa menjual barang secara online, mudah
berhubungan dagang dengan banyak
klien, serta beragam manfaat lainnya. Sumber: BPS Provinsi Lampung, SE2016-Lanjutan
Berdasarkan Hasil SE 2016, masih banyak
UMK yang belum menggunakan internet
dalam menjalankan usahanya, tercatat

22 Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil
id.
go
3
s.
p
.b
ng
pu
am
//l
s:
tp
ht

AKSESIBILITAS
PERMODALAN
UMK
ht
tp
s:
//l
am
pu
ng
.bp
s.g
o.
id
Aksesibilitas
Permodalan UMK

Permodalan masih menjadi kendala utama bagi pelaku usaha mikro


kecil dan menengah (UMKM). Dengan kapasitas usaha yang relatif
kecil, usaha ini masih bergantung dengan modal sendiri. Padahal
seperti tertuang dalam RPJKMN 2015-2019, peningkatan akses

id
pembiayaan dan perluasan skema pembiayaan bagi UMKM adalah
salah satu arah pembangunan untuk meningkatkan daya saing UMK.

o.
.g
Demikian, pemerintah berupaya memberdayakan sektor riil khusus

s
UMKM melalui Bank Indonesia dengan menerbitkan Peraturan BI
bp
No.17/12/PBI/2015 yang mewajibkan bank umum wajib mencapai
.
ng
rasio kredit UMKM dari total kredit yang disalurkan minimal sebesar
20 persen.
pu

Selain itu, Pemerintah juga telah menggelontorkan dana permodalan


am

ini ke berbagai perbankan melalui permodalan kredit usaha rakyat


//l

(KUR). Berdasarkan catatan resmi pemerintah pada tahun 2018,


pemerintah menyiapkan dana KUR senilai Rp120 triliun untuk
s:

disalurkan kepada pelaku UMKM. Angka ini meningkat dibanding


tp

tahun sebelumnya senilai Rp110 triliun namun realisasinya


ht

hanya 87,9% atau Rp96,72 trilliun. Langkah pemerintah dalam


meningkatkan akses modal diantaranya juga menurunkan suku
bunga KUR yang awalnya 9% menjadi 7%.

Deputi Bidang Pembiayaan Kementerian Koperasi UKM, Yuana


Setyowati (2018) mengungkapkan saat ini ada sekitar 62,9 juta
pelaku usaha UMKM. Akan tetapi dengan jumlah yang besar itu
ternyata kelasnya jauh di bawah UMKM di negara lain. “Dari jumlah
itu, hanya ada sekitar 20 persen yang sudah menggunakan jasa
perbankan.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, salah satu kendala


berkembangnya Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
adalah sulitnya mengakses pembiayaan dari perbankan. Hal ini
diantaranya disebabkan oleh kendala agunan dalam bentuk fisik
dan status legalitas usahanya. Pelaku UMKM kadang kesulitan
membuat pencatatan keuangan atau pembukaan yang baik.

Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil 25
Aksesibilitas Permodalan UMK

Sehingga tidak mudah bagi perbankan untuk A. UMKM Minim Akses Perbankan
melakukan penilaian risiko dan kelayakan
pemberian kredit. Para pelaku bisnis Data SE2016-Lanjutan menunjukan bahwa
UMKM juga tidak memiliki jaminan yang mayoritas UMK tidak mempunyai akses
bisa meyakinkan bank untuk menyalurkan terhadap Bank atau Lembaga Keuangan
pinjaman. Non Bank. Informasi ini sangat berguna bagi
pemerintah untuk berupaya meningkatkan
Berdasarkan survei International Financial penyediaan akses modal terhadap UMK.
Corporation (IFC) World Bank 2015, total Gambar 3.1
aset keseluruhan yang dimiliki UMKM Persentase UMK yang Tidak Mempunyai
di Indonesia 45 persennya berbentuk Akses ke Bank dan Lembaga Keuangan Non
Bank menurut Akses Terhadap Permodalan

id
barang bergerak, 33 persen berbentuk
(persen), 2016

o.
piutang, sementara hanya 22 persen yang
berbentuk aset tetap seperti tanah atau

.g
bangunan. Padahal, lembaga keuangan di

s
Indonesia dalam menyalurkan kredit, 73
persen mensyaratkan harus ada jaminan
. bp
ng
dalam bentuk aset tetap, menurut Deputi
Akses Permodalan Badan Ekonomi Kreatif
pu

(Bekraf) Fadjar Hutomo.


am

Dengan demikian, analisis aksesibilitas


//l

permodalan ini menjadi sangat penting Sumber: BPS Provinsi Lampung, SE2016-Lanjutan
s:

untuk dilakukan sebagai upaya untuk


mengidentifikasi apakah program dan a. Akses UMK terhadap Bank dan Lembaga
tp

kebijakan pemerintah telah memberikan Non Bank


ht

hasil yang menggembirakan. Jika belum, b. Alasan UMK tidak menjadikan Bank dan
faktor-faktor yang mempengaruhi Lembaga Keuangan Non Bank sebagai
rendahnya akses terhadap sumber daya Sumber Pemberi Modal/Usaha
modal perlu diidentifikasi. Bab ini akan
membahas informasi mengenai akses Berdasarkan gambar diatas terlihat
permodalan terhadap Bank atau Lembaga alasan paling banyak mengapa usaha
Keuangan Non Bank seperti Koperasi atau mikro dan kecil tidak mempunyai
modal ventura. Pada bab ini, outline dibagi akses ke bank dan lembaga keuangan
menjadi dua. Pertama merupakan analisis non bank adalah karena faktor lainnya
deskriptif mengenai akses perbankan yaitu sebesar 48,35 persen, selanjutnya
UMK. Kedua adalah analisis faktor-faktor ada faktor suku bunga yang dirasakan
yang mempengaruhi probabilitas UMK masih cukup tinggi oleh pengusaha
mempunyai akses terhadap lembaga di peringkat kedua yaitu sebesar
keuangan. Pada bagian ini menggunakan 16,27 persen. Sedangkan faktor
model logistik untuk mendapatkan faktor- terkecil adalah usulan ditolak, ini
faktor dominannya. memperlihatkan kemungkinan besar
baik bank maupun lembaga keuangan
bukan bank memberikan kemudahan
dalam mengakses pinjaman namun
26 Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil
Aksesibilitas Permodalan UMK

Gambar 3.2
Presentase alasan UMK tidak menjadikan Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank
sebagai Sumber Pemberi Modal/Usaha (persen)

id
o.
s .g
Sumber: BPS Provinsi Lampung, SE2016-Lanjutan

para pelaku usaha mikro dan kecil


. bp Sektor Aktivitas Keuangan dan
ng
mempertimbangkan faktor-faktor lain Asuransi (Sektor K) sebesar 15,48
sebelum melakukan pinjaman. persen. Selanjutnya Sektor Aktivitas
pu

Profesional, Ilmiah dan Teknis dan


c. Sektor Usaha yang Paling Banyak Sektor Aktivitas Penyewaan dan
am

Mengakses Modal Perbankan Sewa Guna Usaha tanpa Hak Opsi


//l

Ketenagakerjaan, Agen Perjalanan


Pada Gambar 3.3 terlihat bahwa (Sektor M dan N) diperingkat kedua
s:

persentase UMK yang mempunyai sebesar 15,05 persen. Sektor terendah


tp

akses ke lambaga keuangan tertinggi yang mempunyai akses ke Lembaga


ht

terhadap sektor bersangkutan adalah Keuangan adalah Sektor Pendidikan


sebesar 2,26 persen.
Gambar 3.3
Persentase UMK yang Mempunyai Akses ke Lembaga Keuangan Terhadap Jumlah UMK pada
Sektor Bersangkutan (Persen)

Sumber : BPS Provinsi, SE2016-Lanjutan

Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil 27
Aksesibilitas Permodalan UMK

B. Probabilitas UMK Mendapatkan 2. Calon penerima KUR Mikro telah


Akses Permodalan dari Lembaga mengikuti pelatihan kewirausahaan
3. Calon penerima KUR Mikro dapat
Keuangan Paling Banyak
sedang menerima kredit/pembiayaan
dipengaruhi Faktor Produktivitas lainnya antara lain berupa kredit
Usaha kepemilikan rumah, kredit kendaraan
Kesempatan usaha mikro dan kecil (UMK) bermotor, dan kartu kredit serta KUR
untuk mendapatkan akses permodalan dengan kolektabilitas lancar.
dari lembaga keuangan saat ini sudah 4. Calon penerima KUR Mikro
sangat luas. Hal ini disebabkan lembaga sebagaimana dimaksud memiliki surat
keuangan saat ini telah banyak memberikan izin Usaha Mikro Kecil yang diterbitkan

id
berbagai jenis kredit yang meringankan. pemerintah daerah setempat dan/atau

o.
Bank Indonesia telah mewajibkan Bank surat izin lainnya.

.g
Umum untuk memberikan kredit atau
Dengan merangkum berbagai informasi,

s
pembiayaan kepada UMKM (Peraturan
Bank Indonesia Nomor 17/12/PBI/2015).
Menurut peraturan tersebut, persentase
. bp
maka untuk keperluan analisis regresi
logistik, variabel penentu dan pembeda
ng

pembiayaan/pemberian kredit untuk aksesibilitas permodalan seperti pada Tabel


UMKM terhadap total pemberian kredit 3.1.
pu

umum pada tahun 2015 yang ditetapkan


am

paling rendah sebesar 5 persen, dan Berdasarkan informasi-informasi pada


tahun 2016 paling rendah sebesar 10 Tabel 3.1 maka ditentukanlah lima
//l

persen. Dengan demikian, dari sisi belas variabel yang diperkirakan akan
s:

eksternal (perbankan) seharusnya tidak mempengaruhi UMK mendapatkan akses


terhadap lembaga keuangan. Analisis data
tp

ada hambatan dalam akses permodalan


dilakukan dengan analisis regresi logistik
ht

tersebut karena persyaratan kredit yang


dibuat seringan mungkin. Oleh karena itu, dimana variabel terikat Y bernilai satu jika
perlu identifikasi faktor internal (kondisi memiliki sumber permodalan dari lembaga
usaha) yang diduga mempengaruhi akses keuangan dan nol jika tidak. Kelima belas
permodalan. variabel bebas tersebut ditampilkan pada
Tabel 3.2.
Jenis kredit yang diberikan kepada UMKM
adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR), yaitu Tahap pertama dilakukan beberapa uji
kredit/pembiayaan modal kerja dan/ signifikansi asumsi model apakah metode
atau investasi kepada debitur usaha yang analisis regresi logistik baik digunakan
produktif dan layak namun belum memiliki untuk menjelaskan variabel sumber
agunan tambahan atau agunan tambahan permodalan. Uji dilakukan dengan program
belum cukup. Menurut Peraturan Menteri SPSS, sebagai berikut:
Koordinator Bidang Perekonomian RI • Omnimbus test : Nilai uji omnimbus
Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pedoman test bernilai 0,00 berada dibawah 0,05
Pelaksaan KUR antara lain : dengan taraf kepercayaan 95%. Hal ini
1. Calon penerima KUR Mikro memiliki menunjukan bahwa terdapat pengaruh
usaha produktif dan layak yang telah signifikan dari variabel bebas X secara
berjalan minimum 6 (enam) bulan. simultan terhadap variabel tidak bebas Y.

28 Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil
Aksesibilitas Permodalan UMK

Tabel 3.1
Variabel penentu dan pembeda aksesibilitas permodalan dan alasan pemilihan

No Variabel Alasan Pemilihan Variabel


(1) (2) (3)
1. Lokasi Usaha pemerintah saat ini memperluas akses permodalan baik di perkotaan
maupun pedesaan. Dalam RPJMN 2015-2019 pemerintah memprogram
pembangunan Bank khusus UMKM dan Koperasi untuk mempermudah
akses usaha di pedesaan
2. Anggota koperasi, dalam RPJMN 2015-2019 peningkatan kinerja kelembagaan dan usaha

id
anggota asosiasi dan koperasi menjadi target dalam peningkatan daya saing UMKM melalui pen-

o.
kemitraan usaha guatan permodalan. Dalam hal ini target pemerintah adalah peningkatan

.g
partisipasi anggota koperasi dalam permodalan dari sebesar 52,5 persen
menjadi 55 persen dalam lima tahun

s
3. Penerimaan (pengala- bp
Pemen Kemenko Perekonomian Nomor 8 Tahun 2015, mempersyaratkan
.
man) kredit sebel- calon penerima KUR adalah mereka yang bisa saja masih memiliki kredit
ng

umnya pembiayaan lainnya namun memiliki kolektabilitas lancar.


pu

Pengalaman pinjaman sebelumnya menentukan akses permodalan saat


am

ini. Pengusaha yang sudah sering berhubungan dengan bank umumnya


memiliki akses yang lebih baik untuk mendapatkan pinjaman dari lembaga
//l

pembiayaan, terutama mereka yang memiliki rekam jejak yang baik dalam
s:

pembayarannya. Berbeda dengan pengusaha yang memiliki rekam jejak


tp

yang buruk, cendrung tidak mendapatkan kepercayaan atau pinjaman dari


ht

lembaga pembiayaan yang ada.


4. Skala Usaha Usaha skala yang lebih besar memiliki peluang yang paling besar untuk
mengakses pembiayaan perbankan. Usaha skala kecil memungkinkan
memiliki prioritas yang lebih besar dibandingkan usaha mikro, karena telah
memiliki jumlah aset dan omzet lebih besar yang dapat dijadikan sebagai
collateral bagi pihak perbankan
5. Lama Usaha Dalam Permen Kemenko Perekonomian No 8 Tahun 2015, calon penerima
KUR diantaranya adalah mereka yang usahanya telah berjalan minimum 6
(enam) bulan.

Selain itu, UMK dengan umur usaha lebih panjang (misalnya lebih dari 10
tahun) akan lebih mudah mengakses pembiayaan ke perbankan. Hal ini
dimungkinkan terjadi karena semakin lama perusahaan beroperasi, maka
usaha yang berjalan akan dianggap lebih persisten terhadap perubahan
negatif yang mempengaruhi operasional perusahaan

Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil 29
Aksesibilitas Permodalan UMK

No Variabel Alasan Pemilihan Variabel


(1) (2) (3)
6. Status badan usaha UMK yang memiliki badan hukum memiliki probabilitas lebih besar untuk
dan kepemilikan memperoleh pembiayaan usaha dari perbankan dibandingkan usaha
sertifikasi perorangan. Karena pihak perbankan biasanya mengidentifikasi profil
perusahaan termasuk badan hukum dan identitas lainnya yang mendukung
termasuk kepemilikan sertifikat usaha.

Dalam Permen Kemenko Perekonomian No 8 Tahun 2015, penyalur KUR


menyalurkan kredit/pembiayaan kepada calon debitur yang memenuhi
persyaratan kelayakan kredit oleh penyalur KUR Profil perusahaan yang legal

id
(memiliki izin usaha) tentunya akan mendapatkan prioritas.

o.
7. Pengguna Internet
Akses internet memungkinkan pengusaha untuk mengakses sendiri berbagai

.g
sumber informasi mengenai prosedur pengajuan kredit. UMKM dapat me-

s
manfaatkan sejumlah perusahaan pembiayaan berbasis teknologi (financial
technology/fintech) yang menyediakan layanan keuangan tanpa agunan
. bp
dengan proses daring (online) yang mudah dan cepat.
ng

Sumber: BPS Provinsi Lampung, SE2016-Lanjutan


pu

Tabel 3.2
am

Kode variabel bebas yang digunakan


//l

Kode Keterangan Kode Keterangan


s:

(1) (2) (3) (4)


tp

x1 lokasi usaha X9 penggunaan internet


ht

x2 status badan usaha X10 penyusunan laporan keuangan


X3 keanggotaan dalam asosiasi X11 sistem usaha
X4 pernah menerima kredit X12 keanggotaan koperasi
X5 kepemilikan sertifikat nasional X13 upah diatas umr
X6 kemitraan usaha X14 skala usaha
X7 tenaga kerja bersertifikat X15 produktivitas
X8 lama operasi
Sumber: BPS Provinsi Lampung, SE2016-Lanjutan

Tidak semua variabel yang • Nilai dari Negelkerke R Square


mempengaruhi, setelah dilakukan menunjukan bahwa 64,40 persen
lima kali iterasi dengan menggunakan tujuh variabel bebas X mempengaruhi
metode backwald didapatkan enam komposisi permodalan UKM di Provinsi
variabel yang mempengaruhi yaitu Lampung. Sedangkan 35,60 persen
status badan usaha, keanggotaan dalam lainnya dipengaruhi oleh faktor
asosiasi, pernah menerima kredit, Usia lainnya diluar model. Sehingga model
UMKM kepemilikan sertifikat usaha, regresi logistik yang dihasilkan cukup
Kemitraan dan produktivitas. menggambarkan.

30 Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil
Aksesibilitas Permodalan UMK

Tabel 3.3
Hasil tabel klasifikasi
Classification Tablea
Observed Predicted
(Y) Komposisi sumber
permodalan (lembaga
keuangan=1,bukan lembaga
keuangan=0) Percentage
0 1 Correct
(1) (2) (3) (4)
Step 1 (Y) Komposisi sumber 0 36492 1176 96.9

id
permodalan (lembaga 1

o.
keuangan=1,bukan 750 1759 70.1
lembaga keuangan=0)

.g
Overall Percentage 95.2

s
a. The cut value is .500
Sumber: BPS Provinsi Lampung, SE2016-Lanjutan . bp
Dari Tabel 3.3 model regresi telah cukup bisa dimanfaatkan untuk kondisi secara
ng

baik digunakan karena hasil tabel klasifikasi umum. Sebagai bahan pertimbangan akan
pu

menunjukan ketepatan klasifikasi benar dibandingkan dengan ketepatan klasifikasi


sebanyak 95,20 persen. Statistik Hosmer data.
am

and Lemeshow Test bernilai 0,000 berada • Tidak semua variabel signifikan
dibawah 0,05 sehingga model regresi dalam model, dari lima belas variabel
//l

logistik belum mampu menjelaskan data bebas yang diprediksi mempengaruhi


s:

dan tidak terdapat perbedaan antara komposisi sumber permodalan hanya


tp

model dan nilai observasinya. Namun ada 6 variabel terpilih yang signifikan.
ht

mengingat kepentingan permodelan Model fit dapat dilihat pada Tabel 3.4.
disini adalah untuk mengetahui faktor
dominan yang mempengaruhi laba usaha, Dari analisa pada Tabel 3.4 maka diperoleh
dan bukan sebagai model perkiraan yang hasil bahwa terdapat 6 variabel yang
Tabel 3.4
Kode variabel bebas yang digunakan
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)


a
Step 1 status .241 .091 6.968 1 .008 1.273
mitra .209 .102 4.205 1 .040 1.233
zproduktivitas .645 .068 90.794 1 .000 1.907
kredit 5.423 .081 4464.310 1 .000 226.533
skala .367 .091 16.223 1 .000 1.443
umr .430 .143 9.065 1 .003 1.537
Constant -9.665 .456 450.205 1 .000 .000
a. Variable(s) entered on step 1: status, mitra, zproduktivitas, kredit, skala, umr.
Sumber: BPS Provinsi Lampung, SE2016-Lanjutan
Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil 31
Aksesibilitas Permodalan UMK

paling berpengaruh terhadap komposisi dibandingkan usaha mikro sebesar


permodalan usaha UMK, yaitu: 1.443 kali lipat;
Seperti diketahui bahwa, pada reg log 5. Semakin lama usia UMKM
koefisiennya akan sulit diinterpretasi secara (X5) memiliki peluang untuk
langsung. Kita akan menginterpretasi lewat mendapatkan akses permodalan
angka odds rasio. dari Lembaga keuangan sebesar
1. Kecenderungan perusahaan yang 1,537 kali lipat;
berstatus badan usaha (X1), sebesar 6. semakin tinggi tingkat produktifitas
1,273 kali lipat untuk mengakses (X6) sebuah usaha UMK maka
permodalan lembaga keuangan kecenderungan usaha UMKM untuk
dibanding UMKM yang tidak memiliki menerima akses permodalan dari

id
badan usaha; lembaga keuangan sebesar 1,907 kali

o.
2. Kecenderungan UMKM yang memiliki lipat.

.g
Keanggotaan asosiasi (X2), dimana
usaha yang bukan anggota asosiasi

s
C. Model Regresi
berpeluang 1,223 kali lipat untuk
mengakses permodalan dari lembaga
. bp
Berdasarkan nilai koefisien β diketahui
ng
keuangan; bahwa keenam variabel penjelas
3. UMKM yang pernah mendapatkan mempunyai pengaruh yang signifikan
pu

kredit (X3) memiliki kecenderungan terhadap variabel respon sehingga empat


am

untuk mendapatkan akses permodalan variabel ini dimasukkan dalam regresi


dari Lembaga keuangan sebesar 227 logistik, seperti pada Tabel 3.4 didapatkan
//l

kali lipat dibanding yang tidak memiliki model regresi logistik yang diperoleh
s:

kredit; dengan variabel respon Y = π(x) adalah


tp

4. Skala usaha (X4), usaha kecil berpeluang Jurusan dengan variabel penjelas X1, X2,
lebih besar untuk mengakses X3, X4, X5 dan X6. Sehingga di dapat model
ht

permodalan di lembaga keuangan regresi logistik seperti pada persamaan (1).

𝑌𝑌 (𝑥𝑥) = −9.665 + 0,241𝑋𝑋1 + 0,209𝑋𝑋2 + 0,645𝑋𝑋3 + 5,423𝑋𝑋4 + 0.367𝑋𝑋5 + 0,430𝑋𝑋6 (1)


(0,091) (0,102) (0,068) (0,081) (0,091) (0,143)

32 Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil
4

UMK
ht
tp
s:
//l
am
pu
ng
.b
ps.
go
. id

KINERJA USAHA
ht
tp
s:
//l
am
pu
ng
.bp
s.g
o.
id
Kinerja Usaha UMK

Menghadapi era globalisasi, khususnya masyarakat ekonomi Asean


tahun 2015, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai
peranan penting dalam ekonomi Indonesia khususnya Lampung,
baik ditinjau dari segi jumlah usaha maupun dari segi penciptaan

id
lapangan kerja. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh BPS
dan Kantor Menteri Negara untuk Koperasi dan Usaha Kecil dan

o.
Menengah (Menegkop & UKM; 2006), usaha-usaha kecil termasuk

.g
usaha-usaha rumah tangga atau mikro (yaitu usaha dengan jumlah

s
total penjualan (turn over) setahun yang kurang dari Rp. 1 milyar).
. bp
ng
Pembinaan UMKM harus lebih diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan pengusaha, namun dalam pengembangan usaha
pu

kecil menghadapi beberapa kendala seperti tingkat kemampuan,


keterampilan, keahlian, manajemen sumber daya manusia,
am

kewirausahaan, pemasaran dan keuangan. Lemahnya kemampuan


//l

manajerial perusahaan, mengakibatkan pengusaha kecil tidak


mampu menjalankan usahanya dengan baik.
s:
tp

Kuncoro, 2003 menjelaskan secara spesifik 6 masalah dasar


ht

yang dihadapi pengusaha kecil adalah: pertama, kelemahan


dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar peluang
pasar. Kedua, kelemahan dalam struktur modal dan keterbatasan
untuk memperoleh jalur terhadap sumber-sumber permodalan.
Ketiga, kelemahan dalam bidang organisasi dan manajemen
SDM. Keempat, keterbatasan jaringan usaha kerjasama antar
pengusaha kecil (sistem informasi pemasaran). Kelima, iklim usaha
yang kurang kondusif, karena persaingan yang saling mematikan.
Keenam, pembinaan yang telah dilakukan masih kurang terpadu
dan kurangnya kepercayaan serta kepedulian masyarakat terhadap
usaha kecil.

Kebanyakan pemilik UMKM tidak memiliki pandangan dan


pengetahuan yang luas, sehingga kurang berorientasi jangka
panjang. Upaya untuk meningkatkan kinerjanya cenderung
bersifat konvensional karena kurangnya pengetahuan dalam
bidang manajemen. Dalam penentuan harga produk sering hanya
berorientasi pada kondisi umum di lingkungan industrinya dan
tenaga kerja jarang diperhitungkan. Dengan demikian, mereka
Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil 35
Kinerja Usaha UMK

sering keliru dalam mengukur produktivitas residual dengan prinsip keuangan modern.
usaha yang pada akhirnya bermuara pada EVA merupakan laba operasi bersih (setelah
kinerja usaha (Yusni, et al, 2009). Masalah dikurangi pajak) dikurangi dengan modal
yang sering dihadapi oleh para pelaku yang diinvestasikan, lalu dikalikan biaya
UMKM antara lain mengenai pemasaran rata-rata tertimbang modal. Tujuannya
produk, teknologi, pengelolaan keuangan, adalah untuk menciptakan nilai yang
kualitas SDM, dan permodalan (Dharma, tinggi bagi pemegang saham. Selain dari
2010). margin EVA, kinerja usaha dapat diukur
menggunakan rasio keuangan seperti R/C
Kompetensi SDM merupakan salah satu (Revenue Cost) rasio yaitu rasio pendapatan
faktor yang juga mempengaruhi kinerja terhadap pengeluaran, atau dengan kinerja

id
UMKM. Faktor SDM menjadi modal utama yang lebih kompleks seperti efisiensi.

o.
untuk membuat UMKM menjadi lebih
profesional. Hal ini dikarenakan sebuah unit Variabel yang digunakan sebagai pengukur

.g
bisnis ditentukan oleh bagaimana individu- kinerja harus memperhatikan referensi

s
individu yang terlibat di dalamnya mengelola
bisnis tersebut. Kinerja UMKM harus
bp
yang tersedia dan kondisi data. Selain itu
juga harus dikembalikan terhadap tujuan
.
ng
disertai dengan pengembangan usahanya, penulisannya. Pada analisis ini adalah
namun demikian pengembangan UMKM untuk mengukur determinan dari kinerja
pu

harus disertai dengan pengembangan UMK, sehingga digunakan variabel laba.


SDM dalam berbagai aspek. Kualitas SDM Sementara untuk variabel EVA sulit
am

diperlukan terutama di bidang kompetensi mengukurnya karena ketersediaan data


//l

SDM seperti knowledge, skill, dan ability yang terbatas.


s:

dalam berwirausaha (Ardiana, et al, 2010).


Berdasarkan Peraturan Pemerintah Rl
tp

Penilaian kinerja menjadi faktor kunci Nomor 17 Tahun 2013, pengelolaan UMKM
ht

keberhasilan usaha. Ini menjadi dasar berjalan dengan melakukan pengembangan


evaluasi apakah usaha ataupun perusahaan usaha. Ukuran pengembangan usaha
sudah berjalan efektif dan efisien, sebagai dapat dilihat dari “tingkat perkembangan
dasar bagi pengembangan usaha ke depan. usaha”, yang didefinisikan sebagai tingkat
Kinerja sebuah usaha/perusahaan dapat perubahan UMKM berdasarkan kekayaan
diukur dari berbagai macam perspektif. bersih dan/atau hasil penjualan. Atau juga
Secara sederhana dapat dinilai dari besaran berdasarkan siklus/daur hidup usaha.
laba usaha, karena pada dasarnya tujuan Oleh sebab itu, dalam kajian ini ukuran
usaha/perusahaan dibangun adalah untuk perkembangan kinerja usaha didekati
mencapai keuntungan atau laba yang dengan kekayaan bersih dan hasil penjualan
maksimal, dengan memanfaatkan modal atau laba. PP di atas juga menjelaskan
yang minimal (Harjito dan Martono, 2011). tentang cara-cara yang dilakukan dalam
rangka pengembangan usaha UMK, antara
Variabel lainnya adalah menggunakan nilai lain sebagai berikut:
tambah ekonomi (Economic Value Added/ 1. Mengembangkan jaringan usaha dan
EVA). Menurut Paul A. Dierks (2000), EVA kemitraan;
merupakan ukuran kinerja keuangan yang 2. Melakukan usaha secara efisien;
menggabungkan konsep pendapatan 3. Mengembangkan inovasi dan peluang

36 Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil
Kinerja Usaha UMK

pasar; ini ke depan. Dalam RPJMN 2015-2019


4. Memperluas akses pemasaran; dijelaskan cara peningkatan daya saing
5. Memanfaatkan teknologi; UMKM yaitu:
6. Meningkatkan kualitas 1. Meningkatkan kualitas
produk; dan sumber daya manusia;
7. Mencari sumber “Kinerja usaha 2. Meningkatkan akses
pendanaan usaha yang dipengaruhi oleh pembiayaan dan perluasan
lebih luas. faktor produktivitas skema pembiayaan;
Keberadaan usaha UMKM tenaga kerja, 3. Meningkatkan nilai tam-
tersebar di seluruh provinsi kepemilikan sertifikasi, bah produk dan jangkauan
di Indonesia. Oleh sebab itu keanggotaan asosiasi, pemasaran;
penjualan online dan

id
peningkatan kinerja usaha 4. M e m p e r k u a t
UMKM ini menjadi potensial laporan keuangan” kelembagaan usaha;

o.
untuk dikembangkan bagi 5. M e n i n g k a t k a n

.g
kemajuan perekonomian perlindungan.

s
daerah. Mensejahterakan UMK akan Berdasarkan peraturan tersebut,
berdampak pada perekonomian negara bp
ditetapkan variabel X yang menjadi
.
ng
Indonesia, sehingga perlu ditentukan penentu berkembangnya daya saing
strategi pengembangan daya saing usaha usaha UMK, seperti pada Tabel 4.1.
pu

Tabel 4.1
am

Variabel X yang menjadi penentu berkembangnya daya saing usaha UMK

No Aspek Variabel
//l

(1) (2) (3)


s:

Pendidikan Pekerja
tp

1 Kualitas SDM
Proporsi Tenaga Kerja Ahli
ht

Jaringan Usaha/Kelembagaan Anggota Asosiasi


Kemitraan Usaha
2
Anggota Koperasi
Sistem Usaha
Akses pembiayaan Penerimaan Kredit
3
Anggota Koperasi
4 Peningkatan produk Kepemilikan Sertifikasi
Teknologi/inovasi Penjualan online
5 Penggunaan komputer
Akses internet
Laporan Keuangan
6 Efisiensi usaha
Lama berusaha
7 Perluasan akses pemasaran Penjualan online
Perlindungan usaha (kerjasama dengan pemerintah, swas- Anggota Asosiasi
8
ta dan masyarakat secara umum) Kemitraan Usaha
Sumber: BPS Provinsi Lampung, SE2016-Lanjutan

Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil 37
Sumatera sebagai Sentra Produksi dan Pengolahan Hasil
Kinerja
Bumi danUsaha UMK Energi Nasional
Lumbung

Sementara itu, variabel X lainnya yang Perlu diingat bahwa untuk kebutuhan
dapat digunakan adalah variabel lokasi analisis ini bagaimana kinerja perusahaan
usaha (perkotaan/pedesaan). Hal ini dilihat dari laba usaha yang diperoleh,
perlu dianalisis untuk melihat apakah ada dalam hal ini digunakan nilai pendapatan
perbedaan kinerja usaha di perkotaan dikurangi nilai pengeluaran sebagai
dan di pedesaan. Hal ini dilatarbelakangi pendekatannya.
oleh program/kebijakan pemerintah,
salah satunya adalah pembangunan desa A. Kondisi Laba UMK tahun 2016
dan kawasan pedesaan. Usaha berbasis
kerakyatan di daerah pedesaan menjadi Dari data SE 2016-Lanjutan diperoleh
salah satu objek dalam program yang informasi bahwa secara umum perusahaan

id
ditetapkan oleh pemerintah. Penyediaan atau usaha di tahun tersebut kebanyakan

o.
Bank Khusus UMKM dan koperasi adalah mengaku tidak mampu mencapai
salah satu upaya mendorong usaha berbasis peningkatan nilai laba/keuntungan yang

.g
kerakyatan tersebut. diperoleh. Tercatat dari keseluruhan usaha

s
Sementara itu, di perkotaan pemerintah
. bp
UMK di Provinsi Lampung, 41,04 persen
menyatakan laba usahanya relatif sama
ng
menetapkan program Percepatan dengan kondisi tahun sebelumnya. Hanya
Pemenuhan Standar Pelayanan Perkotaan. seperempat UMK saja yang menyatakan
pu

Dalam program tersebut, pemerintah labanya mengalami kenaikan dengan


am

terus mengupayakan penyediaan dan persentase sebesar 26,50 persen.


peningkatan sarana ekonomi untuk Usaha Gambar 4.1
//l

Mikro Kecil Menengah (UMKM). Oleh sebab Persentase Persentase UMK Menurut
s:

itu, perlu diidentifikasi apakah kinerja Perolehan Laba, 2016


usaha di perkotaan dan pedesaan memiliki
tp

peluang yang sama dalam peningkatan


ht

kinerja usahanya.
Pada bab ini outline dibagi menjadi dua
atau lebih menyesuaikan dengan hasil
dari running data atau pendekatan yang
dilakukan. Misalnya determinan antar
beberapa sektor atau antar wilayah,
sehingga berpengaruh terhadap jumlah
subbabnya. Outline dibagi menjadi dua.
Pertama merupakan analisis deskriptif
mengenai kondisi umum laba UMK pada Sumber: BPS Provinsi Lampung, SE2016-Lanjutan
tahun 2016. Analisis menggunakan grafik
atau tabulasi silang antara laba dengan Sehingga secara kumulatif pada tahun ini
variabel lainnya. Kedua adalah analisis persentase UMK yang menghasilkan laba
faktor-faktor yang mempengaruhi laba meningkat ataupun minimal memperoleh
UMK. Pada bagian ini menggunakan model laba relatif sama dengan tahun sebelumnya
regresi untuk memperoleh faktor yang terhitung mencapai 67,54 persen.
mempengaruhi. Sedangkan sekitar seperempatnya lagi

38 Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil
Kinerja Usaha UMK

justru mengaku laba/keuntungannya relatif makan dan minum, konstruksi dan industri
berkurang dibanding tahun 2015. pengolahan.

Jika dilihat menurut kategori lapangan Sementara untuk usaha/perusahaan yang


usaha, persentase usaha/perusahaan turun labanya persentasenya berkisar
yang mengalami peningkatan laba pada antara 15-36 persen, dengan terbanyak
tahun 2016 bervariasi antara 15-40 persen. pada kategori transportasi dan komunikasi.
Persentase terbanyak terdapat pada Selain itu sebagian kecil usaha/perusahaan
kategori jasa keuangan, jasa kesehatan menyatakan bahwa perolehan labanya
dan kegiatan sosial, pengadaan listrik dan tidak dapat dibandingkan karena usaha
gas, serta jasa lainnya dengan persentase tersebut baru berdiri, belum berjalan secara

id
berkisar 30-40 persen yang labanya komersial, ataupun sementara sedang tidak

o.
meningkat. Sedangkan kategori dengan beroperasi. Persentasenya sebesar 6,47
persentase terkecil yaitu real estate serta persen.

.g
transportasi dan keuangan. Sedangkan

s
usaha/perusahaan UMK yang labanya tetap
berkisar antara 25-62 persen. Persentase
. bp
ng
dominan adalah pada kategori real estate
(61,70 persen). Berikutnya adalah kategori
pu

pengadaan air, penyediaan akomodasi


am

Tabel 4.2
Persentase UMK per Kategori Menurut Perolehan Laba, 2016
//l

Kondisi perolehan laba


s:

Tidak dapat
tp

Kategori
Meningkat Tetap Menurun dibanding-
ht

kan
(1) (2) (3) (4) (5)
Pertambangan dan Penggalian 25,56 36,48 26,43 11,53
Industri Pengolahan 28,65 41,13 24,82 5,39
Pengadaan Listrik, Gas 35,93 37,35 18,52 8,20
Pengadaan Air 21,13 48,35 25,99 4,54
Konstruksi 20,24 43,07 27,05 9,64
Perdagangan, Reparasi Mobil/Sepeda
26,79 40,03 27,26 5,92
Motor
Transportasi dan Pergudangan 17,04 39,92 36,14 6,89
Penyediaan Akomodasi, Makan Minum 24,15 45,16 22,99 7,70
Informasi dan Komunikasi 28,30 40,21 21,93 9,55
Jasa Keuangan 40,62 25,53 24,01 9,84
Real Estate 15,10 61,70 15,49 7,71
Jasa Perusahaan 29,68 35,10 28,64 6,57
Jasa Pendidikan 29,15 36,64 28,03 6,17
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 37,38 38,84 15,18 8,60
Jasa lainnya 32,48 39,62 18,93 8,97
Total 26,50 41,04 25,98 6,47
Sumber: BPS Provinsi Lampung, SE2016-Lanjutan

Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil 39
Kinerja Usaha UMK

B. Hubungan kemitraan dengan kondisi C. Hubungan penggunaan komputer


perolehan laba dengan kondisi perolehan laba
Data SE2016-Lanjutan menyajikan status Data SE2016-Lanjutan menunjukkan
UMK yang menjalin kemitraan dan yang tidak jumlah UMK yang menggunakan komputer
dalam menjalankan usahanya. Kemitraan dalam menjalankan usahanya. Penggunaan
usaha merupakan kerjasama dengan usaha komputer dalam usaha diharapkan akan
lain yang disertai dengan pembinaan mempermudah pekerjaan dan memperluas
untuk pengembangan usaha. Kerjasama komunikasi dan informasi yang bermanfaat
ini berprinsip saling memerlukan, saling untuk pengembangan usahanya. Kondisi
memperkuat dan saling menguntungkan. laba usaha pada tahun 2016 mendukung
Hubungan kemitraan dilakukan para pelaku harapan ini. Porsi usaha yang beroperasi

id
Gambar 4.2 menggunakan komputer lebih banyak

o.
Persentase UMK Menurut Status Kemitraan yang mengalami peningkatan laba usaha

.g
dan Perolehan Laba, 2016 mencapai 37,66 persen, dibanding yang

s
tidak memakai komputer yang sebesar
bp
25,94 persen. Persentase kumulatif usaha/
perusahaan yang meningkat labanya, atau
.
ng

minimal sama dengan tahun sebelumnya


pu

lebih besar bagi usaha yang menggunakan


komputer. Persentasenya mencapai 71,00
am

persen, lebih besar dibanding usaha yang


tidak menggunakan komputer sebesar
//l

67,37 persen. Sementara jumlah UMK yang


s:

Sumber: BPS Provinsi Lampung, SE2016-Lanjutan


turun labanya juga cenderung lebih besar
tp

usaha sebagai upaya memperluas jaringan pada usaha yang tidak menggunakannya.
ht

usaha atau kelembagaan.


Gambar 4.3
Gambar di atas menginformasikan bahwa
Persentase UMK Menurut Penggunaan
secara umum manfaat kemitraan usaha Komputer dan Perolehan Laba, 2016
cukup berperan dalam pengembangan
usaha. Terlihat dari porsi usaha yang
menyatakan labanya meningkat atau
minimal sama dengan tahun sebelumnya.
Porsinya lebih banyak pada usaha dengan
jaringan kemitraan (68,61 persen). Usaha
yang labanya meningkat lebih besar pada
usaha yang menjalin kemitraan dengan
persentase mencapai 33,15 persen,
sedangkan pada usaha yang tidak menjalin
kemitraan hanya sebesar 26,17 persen.
Pada usaha/perusahaan yang labanya
Sumber: BPS Provinsi Lampung, SE2016-Lanjutan
relatif menurun, persentasenya juga
nampak lebih besar pada usaha yang tidak
menjalin kemitraan usaha.

40 Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil
Kinerja Usaha UMK

D. Hubungan penggunaan internet lebih besar bagi usaha yang menggunakan


dengan kondisi perolehan laba internet. Persentasenya mencapai 69,28
persen, lebih besar dibanding usaha yang
Sejalan dengan penggunaan komputer
tidak menggunakan internet sebesar 67,39
untuk menjalankan usaha/perusahaan,
persen. Sementara jumlah UMK yang turun
fasilitas internet juga diharapkan
labanya juga cenderung lebih besar pada
mendukung perluasan informasi,
usaha yang tidak menggunakannya.
komunikasi dan pemasaran.
Gambar 4.4 E. Faktor yang paling berpengaruh
Persentase UMK Menurut Penggunaan terhadap perolehan laba UMK
Internet dan Perolehan Laba, 2016
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

id
suatu usaha/perusahaan UMK dilihat dari

o.
sisi perolehan laba menggunakan metode

.g
regresi linear berganda. Sebagai dasar

s
analisis adalah laba usaha yang merupakan
. bp pengurangan biaya yang dikeluarkan dari
total nilai pendapatan yang diterima.
ng

Digunakan 12 variabel bebas yang


pu

diperkirakan mempengaruhi perolehan


Sumber: BPS Provinsi Lampung, SE2016-Lanjutan
laba seperti pada Tabel 4.3.
am

Data SE2016-Lajutan menunjukkan jumlah


UMK yang menggunakan fasilitas internet Tahap pertama dilakukan beberapa uji
//l

dalam menjalankan usahanya. Terlihat signifikansi asumsi model apakah metode


s:

bahwa perolehan laba usaha/perusahaan analisis regresi linear baik digunakan


tp

UMK yang memanfaatkan internet untuk menjelaskan variabel laba usaha.


ht

cenderung lebih banyak yang meningkat Mengingat penggunaan variabel dummy


yaitu mencapai 36,04 persen, dibanding sebagai variabel bebas, maka uji asumsi
yang tidak dengan persentase sebesar yang dipakai tidak mengikuti kaidah uji
25,65 persen. Persentase kumulatif usaha/ asumsi klasik. Uji dilakukan dengan program
perusahaan yang meningkat labanya, atau SPSS, sebagai berikut:
minimal sama dengan tahun sebelumnya • Uji linearitas, menguji hubungan

Tabel 4.3
Daftar variabel bebas yang diperkirakan mempengaruhi perolehan laba
Kode Keterangan Kode Keterangan
(1) (2) (3) (4)
x1 lokasi usaha X7 lama operasi
x2 tingkat pendidikan pekerja X8 penjualan secara online
X3 keanggotaan dalam asosiasi X9 penyusunan laporan keuangan
X4 pernah menerima kredit X10 sistem usaha
X5 kepemilikan sertifikat nasional X11 produktifitas
X6 kemitraan usaha X12 proporsi tenaga kerja ahli
Sumber: BPS Provinsi Lampung, SE2016-Lanjutan
Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil 41
Kinerja Usaha UMK

linear antara variabel bebas X dan sama mempengaruhi dan mampu


variabel tidak bebas Y. Menggunakan menjelaskan perubahan laba usaha
uji perbandingan means to means H1 : Variabel dalam model terbentuk
antara 12 variabel bebas terhadap laba signifikan secara bersama-sama
usaha memberikan hasil bahwa seluruh mempengaruhi dan mampu
variabel signifikan memiliki hubungan menjelaskan perubahan laba usaha.
linear dengan variabel laba usaha. Ini Nilai uji F sebesar 10.777,07 sangat
berarti model regresi linear berganda signifikan, yang berarti hipotesa H0
dapat digunakan. ditolak. Dengan kata lain, seluruh
• Uji multikolineritas, untuk memastikan variabel dalam model di atas secara
bahwa antar variabel bebas tidak bersama-sama mempengaruhi dan

id
saling berkorelasi sehingga diharapkan mampu menjelaskan dengan baik

o.
optimal menjelaskan variabel tidak variasi data perolehan laba usaha.
bebas Y. Menggunakan uji VIF dari • Disisi lain nilai R squared yang

.g
model memiliki nilai >1. Berdasarkan menjelaskan seberapa besar variasi

s
nilai VIF<10 dengan toleransi >0,01
dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
. bp
nilai Y yang mampu dijelaskan oleh
variabel bebas X, nilainya sangat kecil
ng
multikolineritas. 0,08. Keterbatasan pemakaian data
• Uji hipotesa yang bersifat dummy variabel dapat
pu

Ho : Variabel dalam model terbentuk mengkondisikan hubungan korelasi


am

tidak signifikan secara bersama- yang lemah dari semua variabel bebas
//l

Gambar 4.5
s:

Hasil regresi linier berganda stepwise


tp
ht

Sumber: BPS Provinsi Lampung, SE2016-Lanjutan

42 Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil
Kinerja Usaha UMK

Yi = -130.001 + 0,333X11 + 13.941.902X5 + 6.173.086X3 + 1.281.039X1 + 3.471.503X8 + 2.181.989X9 (2)


t ( -4,9) (225,25) (73,06) (37,08) (31,39) (28,78) (20,93)
Sign (0,00) (0,00) (0,00) (0,00) (0,00) (0,00) (0,00)

terhadap variabel yang dipengaruhi, model, namun berdasarkan peranan


meskipun variabel yang dipakai sudah dalam menjelaskan karakteristik laba
mewakili untuk digunakan. Sebagai usaha yang dilihat dari perubahan
akibatnya, akan dihasilkan output R R-square, 6 variabel terpilih sebagai
Square yang rendah. Namun mengingat yang paling mempengaruhi laba
kepentingan permodelan disini adalah usaha. Model fit pada persamaan (2).

id
untuk mengetahui faktor dominan Dari analisa di atas maka diperoleh
yang mempengaruhi laba usaha, dan hasil bahwa terdapat 6 variabel yang

o.
bukan sebagai model perkiraan yang paling berpengaruh positif terhadap

.g
bisa dimanfaatkan untuk kondisi secara perolehan laba usaha UMK, yaitu:

s
umum. Oleh karena itu output di atas 1. Produktifitas tenaga kerja, semakin
masih memungkinkan untuk digunakan,
. bp tinggi produktifitas tenaga kerja UMK
karena model yang terbentuk signifikan. maka akan semakin meningkatkan laba
ng

• Analisis regresi linear berganda metode usaha.


pu

stepwise secara otomatis memasukkan 2. Kepemilikan sertifikasi skala nasional


variabel yang berpengaruh dan yang berpengaruh positif terhadap laba
am

mengeluarkan variabel yang tidak usaha.


signifikan berpengaruh terhadap laba 3. Keanggotaan dalam asosiasi yang
//l

usaha. Peran variabel bebas dijelaskan mendukung usaha.


s:

pada gambar di bawah, dimana 4. Lokasi usaha daerah perkotaan


tp

penambahan variabel lain ke dalam memperbesar peluang peningkatan


ht

model tidak signifikan menjelaskan laba usaha.


variasi data Y. 5. Penjualan secara online.
• Seluruh variabel bebas signifikan dalam 6. Laporan keuangan perusahaan.

Tabel 4.4
Hasil model fit metode stepwise

Model Fit Metode Stepwise Output


(1) (2)
6 variabel bebas mempengaruhi Y
Seluruh variabel pada taraf keyakinan 0 persen
Means to means semua variabel bebas
(Sign = 0)
Kolinearitas VIF >1dengan toleransi 0,99
R (korelasi bivariat) < 0,25
R Squares 0,08
Uji F 10.777,07 (Sig = 0,000)
Sumber: BPS Provinsi Lampung, SE2016-Lanjutan

Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil 43
ht
tp
s:
//l
am
pu
ng
.bp
s.g
o.
id
5

UMK
ht
tp
s:
//l
am
pu
ng
.b
ps.
go
. id

PROSPEK USAHA
ht
tp
s:
//l
am
pu
ng
.bp
s.g
o.
id
Prospek Usaha UMK

Sang Naga Asia telah melampaui Amerika Serikat untuk menjadi


negara dagang terbesar di dunia diukur dari nilai ekspor dan impor
yang dicatat, Ekspor Cina ke Amerika 2018 Capai Rp 4.600 Triliun.
Menariknya dari pengalaman China selain karena aliran modal asing

id
dan teknologi modern yang tinggi, juga fungsi Little dan juga Tool
Enterprises (UKM) dan juga bisnis swasta regional yang disebut

o.
Kawasan serta Desa Usaha.

s .g
Usaha industri Kecil dan Menegah (UKM) dan bisnis swasta daerah
bp
yang disebut sebagai Township and Village Enterprises (TVEs) dalam
.
ng
menopang kekuatan ekspornya. Seperti dilansir dari chinadaily.
com.cn, lebih dari 80% perusahaan yang terdaftar di China adalah
pu

UMKM. Bahkan, Menteri Administrasi Negara Bidang Industri dan


Perdagangan Tiongkok, Zhang Mao, mencatat hingga Juli 2017
am

jumlah UMKM di China mencapai 73,28 juta.


//l

Seperti pengembangan UMKM di China, ada banyak ragam bisnis


s:

UMKM yang bisa dijalankan ditanah air. Mulai dari bisnis dalam
tp

skala kecil, menengah, hingga skala nasional dan internasional.


ht

Bisnis skala kecil bukan berarti tidak menjanjikan. Jika peluang yang
diambil tepat dan cara mengolahnya pun benar, maka bisnis skala
kecil tetap mampu mendatangkan keuntungan yang besar. Prospek
selalu lekat kaitannya dengan bisnis. Sebelum memutuskan untuk
membangun sebuah bisnis, seorang pebisnis harus melihat prospek
dari rancangannya tersebut. Jangan sampai modal dan usaha yang
dikeluarkan untuk membangun sebuah bisnis menjadi sia-sia karena
kesalahan dalam mengolah peluang dan ancaman dalam prospek
bisnis.

Menurut Paul R. Krugman, prospek adalah peluang yang terjadi


karena adanya usaha seseorang dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya juga untuk mendapatkan profit atau keuntungan. Dalam
pengertian ini, prospek dihubungkan dengan dua hal, yakni “peluang”
dan “keuntungan”. Sederhananya, prospek dapat dipahami sebagai
sebuah peluang yang memperbesar kemungkinan seseorang untuk
mendapatkan keuntungan. Akan tetapi, keuntungan tidak melulu

Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil 47
Prospek Usaha UMK

tergantung kepada prospek. Sebagus Gambar 5.1


apapun sebuah prospek tetap akan tidak Persentase UMK Menurut Prospek UMK
mampu mendatangkan keuntungan jika Provinsi Lampung
prospek tersebut tidak diolah secara baik. Tahun 2018

Latar belakang pendidikan para pengusaha


Usaha Mikro dan Kecil sebagian besar
juga masih rendah, sehingga kemampuan
yang dimiliki pun juga terbatas. Mereka
menjalankan usaha hanya berdasarkan
naluri saja. Tanpa kemampuan pengelolaan

id
yang memadahi sulit sekali bagi usaha
tersebut memenangi persaingan, sehingga

o.
kecenderungan mengalami kegagalan

.g
sangatlah besar. Dalam pemilihan lokasi

s
usaha belum semua pengelola Usaha Sumber: BPS Provinsi Lampung, SE2016-Lanjutan
Mikro dan Kecil melakukan dengan
. bp
harapan atau kemungkinan, dalam hal
ng
berbagai pertimbangan secara ekonomis ini prospek berkaitan dengan kondisi
dan strategis, apalagi melakukan analisa usaha atau tendensi bisnis ke depan baik
pu

kelayakan. Pada kenyataannya banyak usaha dari sisi perolehan keuntungan, atau
yang pendiriannya tanpa perencanaan omset. Pengusaha UMK yang menyatakan
am

lokasi yang tepat sehingga banyak diantara bahwa usaha mereka akan lebih baik
//l

usaha tersebut yang berpotensi tidak di masa mendatang ada sekitar 45


efisien, sebagai akibatnya usaha yang
s:

persen. Sedangkan pengusaha UMK yang


dilakukan sulit mendapat keuntungan dan menyatakan usaha mereka tidak mengalami
tp

akhirnya ditutup sama sekali karena selalu perubahan di masa mendatang sekitar 30
ht

merugi. persen. Dan sekitar 3 persen menyatakan


prospek usaha mereka lebih buruk di masa
Dalam SE2016-Lanjutan, prospek adalah yang akan datang.
Tabel 5.1
Persentase UMK Menurut Prospek Usaha dan Kategori Provinsi Lampung, 2018

Prospek Usaha
Kategori Tidak dapat Total
Meningkat Tetap Menurun
dibandingkan
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
B 0,32 0,56 1,01 0,45 0,44
C 17,69 16,08 15,72 16,52 17,27
G 39,69 39,48 36,63 40,26 39,14
I 12,73 12,49 9,89 12,00 12,70
L 1,57 2,42 2,28 1,49 2,02
R&S 6,50 6,98 8,23 7,12 6,79
Lainnya 21,50 21,99 26,24 22,16 21,64
Sumber: BPS Provinsi Lampung, SE2016-Lanjutan
48 Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil
Prospek Usaha UMK

Perkembangan UMK yang cukup diminati di usaha. Pada gambar diatas, pengusaha
Provinsi Lampung tahun 2018 yaitu sektor UMK yang menerima kredit dari lembaga
perdagangan dan reparasi kendaraan keuangan yang menyatakan prospek
bermotor sebesar 39 persen. Pengusaha usahanya lebih baik di masa mendatang ada
di sektor ini yang menyatakan bahwa sekitar 12 persen. Sedangkan pengusaha
usaha mereka lebih berkembang di masa UMK yang menyatakan usaha mereka tidak
datang sebesar 39 persen. Sedangkan mengalami perubahan di masa mendatang

Gambar 5.2
Persentase UMK Menurut Prospek Usaha dan Akses ke Lembaga Keuangan Provinsi
Lampung, 2018

id
o.
s .g
. bp
ng
pu
am
//l
s:
tp
ht

Sumber: BPS Provinsi Lampung, SE2016-Lanjutan

pengusaha yang menyatakan bahwa sekitar 8 persen.


usaha mereka lebih buruk di masa datang Sekitar 9 persen menyatakan prospek
sebesar 40 persen. Selebihnya pengusaha usaha mereka lebih buruk di masa yang
yang menyatakan usaha di sektor ini tidak akan datang. Selain itu, pengusaha UMK
berkembang prospeknya di masa datang yang tidak menerima kredit dari lembaga
sekitar 39 persen. keuangan yang menyatakan prospek
usahanya lebih baik di masa mendatang ada
Keberlangsungan UMK tidak terlepas dari
sekitar 88 persen. Sedangkan pengusaha
peran penerimaan kredit dari lembaga
UMK yang menyatakan usaha mereka tidak
keuangan seperti bank, koperasi, dan
mengalami perubahan di masa mendatang
lembaga keuangan lainnya. Persentase
sekitar 91 persen. Dan sekitar 91 persen
UMK yang menggunakan kredit usaha
menyatakan prospek usaha mereka lebih
yang menyatakan prospeknya positif lebih
buruk di masa yang akan datang.
rendah dari yang tidak menggunakan kredit

Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil 49
Prospek Usaha UMK

Gambar 5.3 Gambar 5.4


Persentase UMK Menurut Prospek Usaha Persentase UMK Menurut Prospek Usaha
dan Hubungan Kemitraan Provinsi dan Penggunaan Komputer Provinsi
Lampung, 2018 Lampung, 2018

id
o.
s .g
. bp
ng

Sumber: BPS Provinsi Lampung, SE2016-Lanjutan


pu

Persentase UMK yang menggunakan


am

Sumber: BPS Provinsi Lampung, SE2016-Lanjutan


komputer dalam usahanya yang
Persentase UMK yang menjalankan menyatakan prospeknya positif lebih tinggi
//l

kemitraan yang menyatakan prospeknya dibandingkan dengan UMK yang tidak


s:

positif lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan komputer dalam usahanya.


tp

UMK yang tidak menjalankan kemitraan. Pada gambar diatas, pengusaha UMK yang
ht

Pada gambar di atas, pengusaha UMK menggunakan komputer dalam usahanya


yang menjalankan kemitraan yang yang menyatakan prospek usahanya lebih
menyatakan prospek usahanya lebih baik di masa mendatang ada sekitar 56
baik di masa mendatang ada sekitar 55 persen. Sedangkan pengusaha UMK yang
persen. Sedangkan pengusaha UMK yang menyatakan usaha mereka tidak mengalami
menyatakan usaha mereka tidak mengalami perubahan di masa mendatang sekitar 26
perubahan di masa mendatang sekitar 26 persen. Dan sekitar 3 persen menyatakan
persen. Dan sekitar 3 persen menyatakan prospek usaha mereka lebih buruk di masa
prospek usaha mereka lebih buruk di masa yang akan datang. Selain itu, pengusaha
yang akan datang. Selain itu, pengusaha UMK yang tidak menggunakan komputer
UMK yang tidak menjalankan kemitraan dalam usahanya yang menyatakan prospek
yang menyatakan prospek usahanya lebih usahanya lebih baik di masa mendatang ada
baik di masa mendatang ada sekitar 45 sekitar 45 persen. Sedangkan pengusaha
persen. Sedangkan pengusaha UMK yang UMK yang menyatakan usaha mereka tidak
menyatakan usaha mereka tidak mengalami mengalami perubahan di masa mendatang
perubahan di masa mendatang sekitar 30 sekitar 30 persen. Dan sekitar 4 persen
persen. Dan sekitar 4 persen menyatakan menyatakan prospek usaha mereka lebih
prospek usaha mereka lebih buruk di masa buruk di masa yang akan datang.
yang akan datang.

50 Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil
Prospek Usaha UMK

Gambar 5.5
Persentase UMK Menurut Prospek Usaha dan Penggunaan Internet Provinsi Lampung,
2018

id
o.
s .g
. bp
ng
pu

Sumber: BPS Provinsi Lampung, SE2016-Lanjutan


am

Di era digital sekarang ini, penggunaan mengalami perubahan di masa mendatang


internet menjadi hal yang cukup penting sekitar 31 persen. Dan sekitar 4 persen
//l

bagi keberlangsungan usaha baik itu usaha menyatakan prospek usaha mereka lebih
s:

makro maupun mikro. Persentase UMK yang buruk di masa yang akan datang.
menggunakan internet untuk usahanya
tp

yang menyatakan prospeknya positif lebih Tabel 5.2


ht

tinggi dibandingkan dengan UMK yang tidak Tabel Omnibus Tests dari Koefisien Model
menggunakan internet untuk usahanya.
Pada gambar di atas, pengusaha UMK yang Omnibus Tests of Model Coefficients
menggunakan internet untuk usahanya Chi-square df Sig.
yang menyatakan prospek usahanya lebih (1) (2) (3) (4) (5)
baik di masa mendatang ada sekitar 56 Step 1 Step 180.864 7 .000
persen. Sedangkan pengusaha UMK yang
Block 180.864 7 .000
menyatakan usaha mereka tidak mengalami
Model 180.864 7 .000
perubahan di masa mendatang sekitar 24
Sumber: BPS Provinsi Lampung, SE2016-Lanjutan
persen. Dan sekitar 3 persen menyatakan
prospek usaha mereka lebih buruk di masa Nilai signifikansi 0,000 < 0,05 sehingga
yang akan datang. Selain itu, pengusaha menolak H0, yang menunjukkan variabel
UMK yang tidak menggunakan internet independen DAPAT memberikan pengaruh
untuk usahanya yang menyatakan prospek nyata terhadap model, atau dengan kata
usahanya lebih baik di masa mendatang ada lain model dinyatakan FIT.
sekitar 44 persen. Sedangkan pengusaha
UMK yang menyatakan usaha mereka tidak

Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil 51
Prospek Usaha UMK

Tabel 5.3 Nilai signifikansi sebesar 0,975 (> 0,05)


Tabel Ringkasan Model sehingga meerima H0, yang menunjukkan
Model Summary bahwa model dapat diterima dan pengujian
Step -2 Log likeli- Cox & Snell Nagelkerke hipotesis dapat dilakukan sebab tidak ada
hood R Square R Square perbedaan signifikan antara model dengan
(1) (2) (3) (4) nilai observasinya.
1 44839.732 a
.004 .007
a. Estimation terminated at iteration number 4 Berdasarkan tabel Classification Table di bawah,
because parameter estimates changed by less jumlah sampel yang menyatakan usahanya
than ,001. tidak prospek ditahun 2018 adalah 9902 usaha.
Sumber: BPS Provinsi Lampung, SE2016-Lanjutan Yang seharusnya tidak prospek usahanya di

id
tahun 2018 namun ternyata usahanya prospek
Nilai Nagelkerke R Square sebesar 0,007 sebanyak 9902 usaha. Jumlah sampel usaha

o.
dan Cox & Snell R Square 0,004, yang yang prospek di tahun 2018 sebanyak 30541

.g
menunjukkan bahwa kemampuan variabel usaha.

s
independen dalam menjelaskan variabel
dependen adalah sebesar 0,007 atau
. bp
Dalam Interprestasi regresi logistik dengan
SPSS: Tabel di atas memberikan nilai overall
0,7 % dan terdapat 100% – 0,7% = 93,3%
ng
percentage sebesar 75,5% yang berarti
faktor lain di luar model yang menjelaskan ketepatan model penelitian ini adalah sebesar
pu

variabel dependen. 75,5%.


am

Tabel 5.4
Tabel Hasil Tes Hosmer and Lemeshow
//l

Hosmer and Lemeshow Test


s:

Step Chi-square df Sig.


tp

(1) (2) (3) (4)


ht

1 2.178 8 .975
Sumber: BPS Provinsi Lampung, SE2016-Lanjutan
Tabel 5.5
Tabel Klasifikasi
Classification Tablea
Observed Predicted
(Y2) prospek usaha ini pada 2018 Percentage
dibandingkan dengan 2017 prospek Correct
usaha (prospek)
Tidak prospektif Prospek
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Step 1 (Y2) prospek usa- Tidak prospektif 0 9902 .0
ha ini pada 2018
dibandingkan den- Prospek 0 30541 100.0
gan 2017 prospek
usaha (prospek)
Overall Percentage 75.5
a. The cut value is ,500
Sumber: BPS Provinsi Lampung, SE2016-Lanjutan
52 Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil
Prospek Usaha UMK

Tabel 5.6
Variables in Equation

Variables in the Equation


95% C.I.for EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Step 1 a
status .189 .047 16.385 1 .000 1.208 1.102 1.324
kredit .167 .040 17.394 1 .000 1.182 1.093 1.279
mitra .164 .055 8.926 1 .003 1.179 1.058 1.313
lama -.004 .001 8.236 1 .004 .996 .994 .999

id
internet .169 .042 16.218 1 .000 1.184 1.090 1.285

o.
laporan .177 .065 7.527 1 .006 1.194 1.052 1.355

.g
skala .223 .044 25.602 1 .000 1.250 1.146 1.362

s
Constant 1.074 .018 3708.389 1 .000 2.928
bp
a. Variable(s) entered on step 1: status, kredit, mitra, lama, internet, laporan, skala.
.
ng
Sumber: BPS Provinsi Lampung, SE2016-Lanjutan

Lihat tabel Variable in the equation di atas, Lama operasional usaha mempunyai nilai
pu

semua variabel independen nilai P value uji Sig Wald 0,004< 0,05 sehingga menolak
am

wald (Sig) < 0,05, artinya masing-masing H0 atau yang berarti lama operasional
variabel mempunyai pengaruh parsial yang usaha memberikan pengaruh parsial
//l

signifikan terhadap Y di dalam model. Status yang signifikan terhadap prospek usaha.
s:

badan usaha mempunyai nilai Sig Wald Penggunaan internet pada perusahaan
tp

0,000 < 0,05 sehingga menolak H0 atau yang mempunyai nilai Sig Wald 0,000< 0,05
ht

berarti status badan usaha memberikan sehingga menolak H0 atau yang berarti
pengaruh parsial yang signifikan terhadap penggunaan internet pada perusahaan
prospek usaha. Penggunaan kredit usaha memberikan pengaruh parsial yang
mempunyai nilai Sig Wald 0,000< 0,05 signifikan terhadap prospek usaha. Laporan
sehingga menolak H0 atau yang berarti keuangan perusahaan mempunyai nilai Sig
penggunaan kredit usaha memberikan Wald 0,006< 0,05 sehingga menolak H0 atau
pengaruh parsial yang signifikan terhadap yang berarti laporan keuangan perusahaan
prospek usaha. Hubungan kemitraan juga memberikan pengaruh parsial yang
mempunyai nilai sig wald 0,003 < 0,05 signifikan terhadap prospek usaha. Skala
sehingga menolak H0 atau berarti hubungan usaha mempunyai nilai Sig Wald 0,000<
kemitraan mempunyai pengaruh parsial 0,05 sehingga menolak H0 atau yang berarti
yang signifikan terhadap prospek usaha. skala usaha memberikan pengaruh parsial
yang signifikan terhadap prospek usaha.
Model persamaan yang dibentuk sebagai berikut :

ln (P/(1-P)) = 1,074+0,189 status usaha+0,167 kredit usaha+0,164 kemitraan-0,004 lama


usaha+0,169 penggunaan internet+0,177 laporan usaha+0,223 skala usaha

Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil 53
Prospek Usaha UMK

Seperti pada bab sebelumnya dikatakan


bahwa , pada regresi logistik koefisiennya
akan sulit diinterpretasi secara langsung.
Kita akan menginterpretasi lewat angka
odds rasio.
1. Kecenderungan perusahaan yang
berstatus badan usaha (X1), sebesar
1,208 kali lipat untuk untuk memiliki
prospek usaha dibanding UMK yang
tidak memiliki badan usaha;
2. UMK yang pernah mendapatkan

id
kredit(X2) memiliki kecenderungan

o.
untuk mendapatkan akses permodalan
dari Lembaga keuangan sebesar 1,093

.g
kali lipat dibanding yang tidak pernah

s
memiliki kredit;
3. Kecenderungan UMK yang memiliki
. bp
ng
kemitraan Usaha (X3), memiliki peluang
sebesar 1,058 kali dibanding tanpa
pu

kemitraan dalam memiliki prospek


usaha;
am

4. Semakin lama usia UMK (X4) memiliki


//l

peluang untuk memiliki posepek usaha


s:

sebesar 0,994 kali lipat;


5. Kecenderungan UMK yang memiliki
tp

akses Internet (X5) prospek usaha


ht

sebesar 1.090 kali lipat;


6. Kecenderungan UMK yang memiliki
laporan keuangan (X6) memiliki
prospek usaha sebesar 1.250 kali lipat
dibanding yang tidak memiliki laporan
keuangan;
7. Skala usaha (X7), usaha kecil berpeluang
lebih besar untuk memiliki prospek
usaha dibandingkan usaha mikro
sebesar 1.146 kali lipat.

54 Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil
id.
go
6
s.
p
.b
ng
pu
am
//l
s:
tp
ht

ANALISIS EFISIENSI
INDUSTRI MIKRO
KECIL
ht
tp
s:
//l
am
pu
ng
.bp
s.g
o.
id
Analisis Efisiensi Industri
Mikro Kecil

Amerika telah mencapai kinerja ekonomi yang sudah mendekati


full employment. Kondisi ini digambarkan sebagai kondisi ketika
perekonomian telah menggunakan sumber daya yang ada
secara maksimal. Salah satunya dengan mengembangkan dan

id
mempromosikan aktivitas entrepreneurial. Beribu-ribu usaha kecil
telah didirikan, dan memberikan kontribusi ekonomi yang sangat

o.
besar ketika banyak usaha menggaji satu atau dua pekerja untuk

.g
menciptakan lebih dari satu juta pekerjaan baru selama decade

s
90an. Sementara itu, dalam perekonomian Uni Eropa (EU) peranan
bp
Industri Kecil Menengah (IKM) cukup besar dengan memperkerjakan
.
ng
dua pertiga angkatan kerja (Kuratko, 2004).
pu

Demikian halnya dengan kajian Wing dan Yiu (1996) yang


mengungkapkan bahwa ekonomi China yang dapat memperoleh
am

benefit yang lebih dinamis ditopang oleh industri kecil. Hal ini
//l

disebabkan oleh peranan industri kecil yang dapat menciptakan


lebih banyak pekerjaan dan mengatasi persoalan pengangguran.
s:
tp

Melihat pentingnya peran industri kecil, maka keberlajutan dan


ht

perkembangannya perlu menjadi perhatian serius. Berdasarkan hasil


Sensus Ekonomi 2016, dari jumlah tenaga untuk keseluruhan sektor
industri yang ada di Indonesia yaitu sebanyak 15,99 juta orang,
usaha industri mikro kecil merupakan penyumbang terbesar yaitu
58,44 persen diikuti oleh industri menegah besar sisanya sebesar
42,56. Bila dibandingkan dengan provinsi Lampung, menurut skala
usaha, Jumlah tenaga kerja Industri, yaitu 302,61 ribu tenaga kerja
(71,77 persen) berskala Usaha Mikro Kecil (UMK) dan 85,43 ribu
merupakan tenaga kerja berskala Usaha Menengah Besar (UMB).

Proporsi ekspor IKM dari total ekspor non migas setelah resesi
ekonomi Asia bervariasi antara 4.6 sampai 7.5 persen, meskipun
penelitian ADB menaksir kontribusi total ekspor barang IKM adalah
lebih tinggi, hampir 11 persen (Asian Development Bank, 2004).

IMK mempunyai peran yang sangat penting dalam menggerakkan


roda perekonomian Lampung Pengelolaan usaha ini dilakukan

Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil 57
Analisis Efisiensi Industri Mikro Kecil

secara sederhana sehingga lebih banyak masih jauh tertinggal dibanding negara-
menjadi pilihan sebagai wadah usaha yang negara sekawasan Asia Tenggara lainnya.
menghasilkan nilai ekonomi. Usaha ini Misal, Thailand mencapai kontribusi ekspor
menjadi pilihan utama karena memerlukan sebesar 29,5 persen, dan Filipina capai 20
modal yang relatif kecil. Oleh sebab itu persen.
aktivitas IMK merupakan kegiatan ekonomi
yang tidak dapat dipisahkan dalam Demikian halnya dengan Industri kecil,
kehidupan masyarakat dalam mencukupi bertentangan dengan kemampuan
kebutuhan hidup. Dengan kata lain, IMK penyerapan tenaga kerja yang tinggi,
berperan sebagai basik pembangunan kemampuan ekspor industri kecil
ekonomi kerakyatan. dalam negeri masih sangat rendah bila

id
dibandingkan dengan industri menengah
Dari hasil SE2016 Lanjutan, Usaha Mikro dan industri besar. Sebagian besar

o.
Kecil (UMK) yang berdomisili di Provinsi produk industri kecil masih dipasarkan

.g
Lampung pada saat ini mencapai lebih dari untuk pasar domestik. Industri kecil hanya

s
770 ribu usaha atau 99,17 persen dari total mampu mengekspor sebesar 1% dari nilai
usaha nonpertanian. Usaha ini juga mampu
. bp
outputnya, sedangkan industri menengah
ng
menyerap tenaga kerja lebih dari 1,67 juta dan industri besar mampu mengekspor
orang atau sekitar 87,81 persen dari total sebesar 11.4% dan 24.8% dari nilai output
pu

tenaga kerja nonpertanian. Sedangkan, masing-masing (DEPERINDAG, 2004).


usaha industri pengolahan besarnya 11, 52
am

persen dari jumlah total usaha UMK dan A. Ukuran Efisiensi


//l

menyerap 12,98 persen dari Penyerapan Dari kertas kerja Coelli (1996) dicatat bahwa
Tenaga Kerja UMK.
s:

pengukuran efisiensi modern dapat dibagi


ke efisiensi teknis (technical efficiency),
tp

Pemerintah Indonesia telah melakukan yaitu kemampuan perusahaan untuk


ht

berbagai upaya untuk mengembangkan menghasilkan output yang optimal dengan


industri kecil guna memperkokoh ekonomi input yang ada, dan efisiensi (allocative
rakyat. Bantuan modal dan insentif efficiency), yaitu kemampuan perusahaan
sudah banyak dilakukan pemerintah, untuk menggunakan input dengan proporsi
namun semua belum memberikan seoptimal mungkin berdasarkan harga
dampak yang berarti kepada industri input. Gabungan dari efisiensi teknis
kecil. Namun permasalahannya adalah dan efisiensi alokatif ini adalah efisiensi
dengan persaingan yang semakin ketat ekonomi. Penelitian industri kecil dipilih
bisakah peran penting industri kecil menggunakan efisiensi teknis, karena itu
mempertahankan kepentingannya. dipandang lebih sesuai dengan alasan
pada umumnya industri kecil kesulitan
Dari sisi ekspor, Satu hal yang harus digenjot memperoleh sejumlah faktor input.
kembali adalah kontribusi produk UMKM
termasuk industry kecil dalam pangsa Farrell (1957) berpendapat bahwa total
ekspor. Kontribusi produk UMKM terhadap efisiensi sebuah Unit Kegiatan Ekonomi
total ekpor Indonesia pada tahun 2015 (UKE) terdiri dari dua komponen, yaitu
sekitar 15,8 persen. Bahkan angka tersebut efisiensi teknis dan efisiensi biaya. Efisiensi

58 Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil
Analisis Efisiensi Industri Mikro Kecil

teknis meliputi Output-Orientated keterbatasan. Kelebihan metode DEA,


Measures (OOM) dan Input-Orientated antara lain:
Measures (IOM). Namun, analisis pada 1. Dapat menangani banyak input dan
publikasi ini menggunakan IOM yang output.
mencerminkan kemampuan sebuah UKE 2. Tidak membutuhkan asumsi hubungan
untuk memproduksi sejumlah output fungsional antara variabel input dan
tertentu dengan menggunakan input output.
dengan jumlah yang minimal. 3. Suatu UKE dibandingkan secara
langsung dengan UKE lainnya
Untuk mengukur efisiensi teknis, data 4. Dapat membentuk garis frontier fungsi
yang diperlukan hanya data kuantitas efisiensi terbaik atas variabel input-

id
output dan input yang tercermin dari nilai output dari setiap sampelnya.
output dan input. Sementara efisiensi biaya 5. Input dan output dapat memiliki satuan

o.
menggambarkan kemampuan sebuah pengukuran yang berbeda.

.g
UKE untuk mengkombinasikan output

s
dan input dalam proporsi yang optimal Sedangkan keterbatasan metode DEA,
dengan memperhitungkan faktor harga.
. bp
antara lain:
ng
Karena pada efisiensi biaya memerlukan 1. DEA mensyaratkan semua input dan
faktor harga, maka analisis pada publikasi output harus spesifik dan dapat diukur.
pu

ini hanya dilakukan penghitungan efisiensi 2. DEA berasumsi bahwa setiap unit input
teknis saja, karena harga output dan atau output identik dengan unit lain
am

input dari SE2016- Lanjutan tidak lengkap. dalam tipe yang sama.
//l

Secara matematis, pengukuran efisiensi 3. Dalam bentuk dasarnya, DEA berasumsi


dengan IOM dapat dinyatakan dalam adanya Constrant Return to Scale (CRS).
s:

“input distance function” (Fare et al., 1994 4. Bobot input dan output yang dihasilkan
tp

dan Coelli et al.,1998). Untuk menghitung oleh DEA tidak dapat diinterpretasikan
ht

tingkat efisiensi, salah satu metode yang dalam nilai ekonomi.


bisa digunakan adalah Data Envelopment
Analysis (DEA). Efisiensi merupakan salah satu aspek kinerja
suatu UKE dari segi operasional. Efisiensi
Sebagai gambaran, jika suatu UKE merupakan menggambarkan kemampuan suatu UKE
usaha/perusahaan yang berorientasi pada dalam memanfaatkan input yang tersedia
keuntungan (profit maximizing firm), dan untuk menghasilkan output secara optimal.
setiap input dan output-nya memiliki biaya Suatu UKE dikatakan efisien apabila
per unit serta harga jual per unit, maka dengan sejumlah input tertentu dapat
usaha/perusahaan tersebut akan berusaha menghasilkan output yang maksimum,
menggunakan sedikit mungkin input yang atau meminimumkan penggunakan input
biaya per unitnya termahal dan berusaha untuk menghasilkan sejumlah output
memproduksi sebanyak mungkin output tertentu. Nilai efisiensi berada di antara 0
yang harga jualnya tertinggi. dan 1. Semakin mendekati nilai 1, semakin
efisien suatu perusahaan. Sebaliknya,
Dalam perkembangannya, metode DEA semakin mendekati angka 0, maka suatu
telah memiliki beberapa kelebihan dan perusahaan semakin tidak efisien.

Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil 59
Analisis Efisiensi Industri Mikro Kecil

Dalam analisis ini, efisiensi suatu usaha/ dalam industri kecil dan menengah (IKM)
perusahaan digolongkan menjadi tiga diantaranya adalah skala produksi yang
kategori, yakni efisiensi rendah. Jika nilai tidak optimal dan faktor input yang
efisiensinya kurang dari 0,50, sedang berlebihan (Zulridah dan Rahmah, 2007).
(0,50 s.d.0,75), dan tinggi (lebih dari0,75 Sebagai faktor output pada kajian efisiensi
s.d.1,00). Perusahaan dengan nilai efisiensi adalah pendapatan, sedangkan faktor
1 dikatakan memiliki efisiensi sempurna. inputnya terdiri dari produktivitas, balas
B. Tingkat efisiensi Industri Mikro jasa, bahan baku, pengeluaran umum dan
Kecil asset.
Pettigrew et al, (1992) mengungkapkan
bahwa pengusaha industri kecil pada Terdapat beberapa faktor yang dapat

id
umumnya masih belum mampu memenuhi mempengaruhi kinerja usaha industri kecil
permintaan pasar yang menuntut kestabilan antara lain tingkat Pendidikan formal,

o.
mutu, pengiriman produk yang cepat dan usia, pengalaman kerja, dan jenis kelamin.

.g
tepat waktu, serta jumlah pesanan dalam Demikian pada kajian ini akan diuraikan

s
jumlah besar. Disamping teknologi produksi tingkat efisiensi Usaha berdasarkan
yang digunakan kebanyakan masih
. bp
beberapa variabel yang berhubungan
ng
tradisional, pengusaha kurang kemampuan dengan pelaku usaha maupun faktor luar.
dan kurang usaha untuk memasuki pasar a. Tingkat Efisiensi UMK menurut
pu

baru. Berkaitan dengan pengukuran kinerja


Jenjang pendidikan Pengusaha
usaha, dari berbagai kajian yang telah
am

dijalankan diketahui terdapat berbagai Tingkat Pendidikan merupakan investasi


//l

aspek pengukuran kinerja. Dalam masalah dalam bidang pendidikan mempunyai


kinerja, pertumbuhan dan ketahanan pengaruh langsung terhadap produktivitas
s:

industri kecil dipengaruhi oleh berbagai individu dan penghasilan (Baum, 1988,
tp

faktor yang cakupannya luas, kompleks dan pp 178). Adanya hubungan antara tingkat
ht

sering terkait dengan masalah lainnya yang pendidikan dengan tingkat pendapatan
sukar dipisahkan pengaruhnya. dimana sumber daya manusia mampu
meningkatkan kualitas hidupnya melalui
Mengkaji kinerja bagi industri kecil dan suatu proses pendidikan, latihan,
menengah tidak dapat menggunakan dan pengembangan yang menjamin
metode ukuran ekonomi yang secara produktivitas kerja yang semakin meningkat.
rutin digunakan untuk usaha besar.
Sebagaimana disarankan Murphy, et al. Secara teori bahwa semakin tinggi
(1996) bahwa akurasi pengukuran kinerja pendidikan seorang usahawan semakin
merupakan masalah yang kritis bagi tinggi juga penghasilan yang diperoleh.
memahami kesuksesan dan kegagalan dari Pendidikan berdampak kepada
usaha baru dan enterprise kecil. Beliau produktivitas usaha seperti hasil kajian di
menyatakan bahwa efisiensi, merupakan Negara Afrika selatan. Pendidikan yang
salah satu pengukuran yang terbaik, yang semakin rendah sejak tahun 2006 ke
disebutkannya sebagai dimensi pengukuran tahun 2011 berdampak kepada semakin
ekonomi yang keras (hard economic rendahnya aktivitas kegiatan usaha
measures of performance). Beberapa di Negara Afrika Selatan (GEM 2011).
faktor yang menjadi ketidak efisienan Penelitian tahun 2012 di Mdatsane daerah

60 Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil
Analisis Efisiensi Industri Mikro Kecil

Afrika Selatan dengan Objek penelitian tinggi atau rendahnya tingkat pendidikan
dibagi atas Usia pemilik usaha, tingkat pemilik UMKM tidak berpengaruh
pendidikan dan lamanya usaha. Sampel data terhadap penghasilan yang diperoleh.
sebanyak 36 responden yang merupakan Menurutnya, tingkat pendidikan tidak
pemilik usaha tersebut. Ditemukan bahwa berdampak nyata kepada pendapatan.
pengalaman bekerja, tingkat pendidikan Tabel 6.1
dan lamanya bisnis secara bersama-sama Tingkat Efisiensi dan Persentase Usaha
berdampak signifikan terhadap penghasilan lndustri UMK menurut Jenjang
usaha tersebut (Chiliya, N, 2012). Pendidikan Pengusaha Provinsi Lampung,
2016
Rendahnya kualitas sumber daya manusia
NO Jenjang Pendidikan Efisiensi Persentase

id
terlihat dari jenjang tingkat pendidikan
(1) (2) (3) (4)

o.
pemilik industri mikro kecil yang masih
cenderung rendah. Tingkat pendidikan yang 1. Dibawah dan 0,40 71,1

.g
setingkat SMP/
rendah mempengaruhi produktivitas usaha.

s
Sederajat
Hal ini disebabkan kurangnya keterampilan,
pengalaman dan pengetahuan pemilik
. bp
2. Diatas SMP 0,37 28,9
Sumber: BPS Provinsi Lampung, SE2016-Lanjutan
ng
IMK mereka memajukan usaha
maupun meningkatkan produktivitas. Hal ini berarti agar tingkat pendidikan
pu

berpengaruh terhadap tingkat penghasilan,


Berdasarkan hasil Sensus Ekonomi Lanjutan maka harus terdapat pilihan atas jenis
am

2016, pemilik IMK umumnya memiliki pekerjaan dan di dalam masing-masing


//l

latar belakang pendidikan yang secara jenis pekerjaan terdapat penjenjangan


s:

relative masih rendah. Tingkat Pendidikan jabatan. Hal ini tidak mengejutkan
berdasarkan ijazah yang ditamatkan karena jenis dari pekerjaan wirausahawan
tp

Pengusaha IKM yaitu didominasi oleh sebagian besar adalah pedagang.


ht

para pelaku usaha berpendidikan Sekolah Usaha dagang yang masih didominasi
Menengah Pertama sebanyak 71,1 persen oleh usaha mikro kecil menengah.
dan sisanya diatas SMP sebanyak 21,8
persen. Namun yang menarik tingkat Penelitian ini juga didukung oleh penelitian
Pendidikan tidak berhubungan dengan Putra (2005) yang menemukan bahwa
tingkat efisiensi industri, berdasarkan hasil tingkat pendidikan tidak berpengaruh
SE Lanjutan 2016 tingkat Pendidikan SMP terhadap besar kecilnya penghasilan
ke bawah memiliki tingkat efisiensi yang pelaku pedagang kaki lima di kota Medan.
secara relatif lebih tinggi yaitu sebesar Kesamaan penelitian ini terletak pada
0,40 persen dibandingkan dengan tingkat letak usaha dari para pelaku UMKM yang
SMP ke atas yaitu sebesar 0,37 persen berada di kota besar. Membuka usaha
walaupun tingkat efisiensi industri Kecil di kota besar tidak dipengaruhi oleh
dan menengah menurut pendidikan tingkat pendidikan karena disebabkan
di Provinsi Lampung masih tergolong persaingan usaha yang besar serta kecilnya
rendah karena tidak melebihi 0,5 persen. modal usaha yang membuat pelaku
UMKM sulit untuk berkembang. Pada
Penelitian ini sejalan, dengan kajian penelitian ini rata-rata tingkat pendidikan
Tarigan (2006) yang menunjukkan bahwa responden yang masih SMA dan sederajat

Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil 61
Analisis Efisiensi Industri Mikro Kecil

menunjukkan bahwa pendidikan SMA tidak modal besar (Tundui, 2011). Adanya
mampu untuk memberikan bekal ilmu ketidaksetaraan gender dalam pasar
pengetahuan bagi para pelaku usaha yang tenaga kerja dan fleksibilitas waktu dan
cukup dalam menjalankan bisnis mereka. peluang ekonomi dalam bisnis (Dumas,
b. Tingkat Efisiensi Menurut Jenis 1999). Alasan karena tidak memiliki jumlah
modal awal yang besar, wanita sebagai
Kelamin Pengusaha jaringan lemah dan sumber daya yang
Disamping rendahnya pendidikan pemilik dihargai lebih murah atau rendah dan tidak
UMKM ini ada faktor lain yang dihadapi memiliki keterampilan kewirausahaan serta
yaitu kemampuan yang berbeda dari pengalaman bisnis yang luas menjadi pilihan
pemilik UMKM dari segi gender dimana wanita membuka usaha mikro. Wanita

id
sebagian pemilik adalah lelaki dan bekerja dan membuka usaha mikro pada

o.
sebagian wanita. Terdapat stereotipe umumnya juga di pengaruhi oleh faktor
dimana perempuan dianggap lebih rendahnya tingkat pendapatan keluarga dan

.g
rendah daripada laki-laki. Sebagian ahli harus mengingkatkan kelangsungan hidup.

s
beranggapan bahwa produktivitas wanita
lebih rendah dibandingkan produktivitas
. bp
Namun, kegiatan ini memiliki tingkat
ng
yang dilakukan oleh laki-laki (Seon kelangsungan hidup yang cukup memadai
M.K, 2014). Hal tersebut dipengaruhi walaupun pertumbuhannya masih rendah
pu

oleh faktor-faktor yang dimiliki oleh karena persaingan pasar dan potensi
am

perempuan seperti fisik yang kurang kuat, penghasilan lebih rendah. Di seluruh dunia,
dalam bekerja cenderung menggunakan tingkat pengusaha laki-laki lebih tinggi dari
//l

perasaan atau faktor biologis seperti harus perempuan, misalnya di Amerika Serikat,
s:

cuti ketika melahirkan (Amron, 2009). 14% laki-laki pemilik usaha sedangkan
8% perempuan dan di Eropa angka
tp

Hal ini sejalan dengan tingkat partisipasi pengusaha laki laki 19% dan pengusaha
ht

kerja laki-laki selalu lebih tinggi dari tingkat wanita 10% (Bengtsson et al, 2012).
partisipasi kerja perempuan karena laki-
laki dianggap pencari nafkah yang utama Tabel 6.2
bagi keluarga, sehingga pekerja laki-laki Tingkat Efisiensi dan Persentase Usaha
biasanya lebih selektif dalam memilih lndustri Mikro Kecil menurut Jenis Kelamin
pekerjaan yang sesuai dengan aspirasinya Pengusaha Provinsi Lampung, 2016
baik dari segi pendapatan maupun NO Jenis Kelamin Efisiensi Persentase
kedudukan dibanding pekerja perempuan. (1) (2) (3) (4)
Hampir semua laki-laki yang telah 1. Laki-Laki 0,40 79,1
mencapai usia kerja terlibat dalam kegiatan 2. Perempuan 0,38 20,9
ekonomi karena laki-laki merupakan Sumber: BPS Provinsi Lampung, SE2016-Lanjutan
pencari nafkah utama dalam keluarga
Hasil SE-Lanjutan 2016 menunjukkan
Oleh karena itu partisipasi perempuan bahwa hampir 80 persen pelaku usaha
dalam usaha mikro meningkat secara industri mikro kecil berjenis kelamin laki-
signifikan, baik di perkotaan maupun di laki dan sisanya perempuan. Adapun
pedesaan. Wanita lebih memilih usaha tingkat efisiensi antara keduanya berbeda
mikro dikarenakan usaha ini tidak perlu namun tidak begitu berarti. Tingkat

62 Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil
Analisis Efisiensi Industri Mikro Kecil

efisiensi pelaku usaha laki laki sebesar 0,40 Produktivitas tenaga kerja merupakan
persen sedangkan perempuan sebesar barometer seberapa jauh pekerja
0,38 persen. Keduanya masih berada pada dipergunakan dengan efektif dalam suatu
kategori efisiensi rendah (< 0,50 persen). proses produksi untuk mencapai output
yang diharapkan. Umur tenaga kerja yang
Demikan untuk meningkatkan berada dalam usia produktif memiliki
kesejahteraan masyarakat peran berhubungan positif dengan produktivitas
wanita dalam pembangunan perlu tenaga kerja. Artinya jika umur tenaga kerja
ditingkatkan. Berdasarkan hasil kajian pada kategori produktif maka produktivitas
Mansur Amin, 1992 dikatakan bahwa kerjanya akan meningkat. Hasanah dan
masyarakat Indonesia sedang mengalami Widowati (2011) mengemukakan adanya

id
perkembangan dari masyarakat yang pengaruh usia tenaga kerja terhadap

o.
agraris ke masyarakatan industri. Dalam produktivitas tenaga kerja. Salah satu unsur
proses tersebut pemberdayaan perempuan penunjangnya yaitu tingkat usia tenaga kerja.

.g
dalam pembangunan, terutama yang Pekerja dengan tingkat usia produktif yaitu

s
berasal dari golongan ekonomi lemah, yang
berpenghasilan rendah perlu ditingkatkan,
. bp
15-64 tahun dapat beradaptasi dengan
cepat dengan tugas yang baru serta
ng
melalui peningkatan kemampuan dan mudah memahami dan menggunakan
ketrampilan untuk melakukan kegiatan- teknologi. Usia muda mencerminkan fisik
pu

kegiatan ekonomi produktif, dalam yang kuat sehingga mampu bekerja cepat
am

rangka memperluas kesempatan kerja sehingga output yang dihasilkan juga


dan menciptakan usaha bagi diri sendiri. meningkat, dan sebaliknya. Umur sangat
//l

Hal ini sangat perlu sebab wanita dari berpengaruh terhadap kemampuan fisik
s:

golongan masyarakat yang berpenghasilan tenaga kerja. Pada tingkat usia produktif
rendah, umumnya melakukan peran tenaga kerja memiliki kreatifitas yang
tp

ganda karena tuntutan kebutuhan untuk tinggi terhadap pekerjaan sebab didukung
ht

mempertahankan kelangsungan hidup oleh pengetahuan dan wawasan yang


bangsa. lebih baik serta mempunyai tanggung
c. Tingkat efisiensi menurut usia jawab yang tinggi terhadap tugas yang
diberikan. (Suyono dan Hermawan, 2013).
pengusaha
Umur seseorang merupakan menjadi Berdasarkan tabel 6.3 dapat diketahui
salah satu faktor pendorong keberhasilan responden dikelompokkan berdasarkan
dalam menjalankan usaha apabila seorang rentangan umur yang paling muda yaitu
pengusaha dalam memulai usahanya pada kelompok umur 15 – 34 tahun, dan
pada usia yang tidak produktif maka akan kelompok umur paling tua yaitu > 65
menghambat proses dalam menjalankan tahun. Kelompok umur responden dengan
usahanya sebab semakin tua umur jumlah tertinggi terdapat pada rentangan
seseorang maka kesehatan tubuhnya kelompok umur 34 – 64 tahun sebesar
akan menurun. kemampuan fisik yang 80,8 persen, diikuti pada posisi kedua
tentunya semakin berkurang dan sulit kelompok umur responden pada rentangan
beradaptasi dengan teknologi, sehingga kelompok umur 15 - 34 tahun sebesar 13,4
produktivitas kerjanya pun akan menurun. persen. Sisanya pada usia 65 tahun ke atas.

Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil 63
Analisis Efisiensi Industri Mikro Kecil

Tabel 6.3 perilaku konsumen (Wicaksono, 2011).


Tingkat Efisiensi dan Persentase Usaha
lndustri UMK menurut Usia Pengusaha dan Kelompok usaha menurut lama usaha
Provinsi Lampung, 2016 dibedakan kedalam kategori lebih kecil
dari lima tahun dan diatas lima tahun.
NO Usia pengusaha Efisiensi Persentase Berdasarkan kajian hasil SE-2016, sebagian
(1) (2) (3) (4) besar responden, baru menjalankan usaha
1. 15 - 34 0,39 13,4 kurang dari 5 tahun sebesar 93,9 persen
2. 35 - 64 0,39 80,8 sebagai start up bisnis sisanya sebesar 6,1
3. > 65 0,42 5,8 persen sudah menjalankan usaha industri
Sumber: BPS Provinsi Lampung, SE2016-Lanjutan mikro kecil lebih dari 5 tahun. Walaupun

id
hanya sebagian kecil dari populasi, namun
Demikian dari hasil kajian SE 2016 Lanjutan tingkat efisiensi usaha yang berusia lebih

o.
umur pengusaha industri didominasi dari 5 tahun lebih tinggi dibanding usaha

.g
oleh kelompok umur usia produktif yang kurang dari 5 tahun masing-masing

s
yaitu pada usia produktif (15 - 64 tahun) sebesar 0,40 persen dan 0,38 persen.
sebesar 94,2 persen. Namun menariknya
. bp
tingkat efisiensi pengusaha berusia non Tabel 6.4
ng

produktif diatas 65 tahun ternyata memiliki Tingkat Efisiensi dan Persentase Usaha
pu

tingkat efisiensi yang relatif lebih baik lndustri UMK menurut Usia Industri
yaitu sebesar 0,42 dibanding Tingkat Provinsi Lampung, 2016
am

efisiensi penduduk usia produktif 0,39.


NO Lamanya Usaha Efisiensi Persentase
//l

(1) (2) (3) (4)


s:

d. Tingkat efisiensi menurut Lama


1. 5 0,38 93,9
tp

Usaha 2. >5 0,40 6,1


ht

Lama usaha adalah lamanya seorang Sumber: BPS Provinsi Lampung, SE2016-Lanjutan
pengusaha atau pedagang menjalankan e. Tingkat Efisiensi Menurut faktor
usahanya. Lama pembukaan usaha dapat
lainnya
mempengaruhi tingkat pendapatan karena
lamanya seorang pelaku usaha atau Selain dari faktor yang berkaitan dengan
bisnis menekuni bidang usahanya akan pelaku usaha, beberapa faktor lainnya
mempengaruhi produktivitasnya atau seperti lokasi usaha urban-rural, kemitraan
keahliannya, sehingga dapat menambah dan keanggotaan asosiasi, jenis usaha
efisiensi dan mampu menekan biaya industri akan dikaji dalam publikasi ini.
produksi lebih kecil dari pada hasil
penjualan. Selain itu, keterampilan 1. Tingkat efisiensi menurut Lokasi usaha
berdagang makin bertambah dan semakin
banyak pula relasi bisnis maupun pelanggan Masyarakat perkotaan sering disebut urban
yang berhasil di jaring (Asmie, 2008). community.  Pengertian masyarakat kota
Semakin lama menekuni bidang usaha lebih ditekankan pada sifat kehidupannya
perdagangan akan makin meningkatkan serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda
pengetahuan tentang selera ataupun dengan masyarakat pedesaan. Menurut

64 Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil
Analisis Efisiensi Industri Mikro Kecil

Rahardjo (1999), masyarakat pedesaan produktif. Bagi usaha kecil kemitraan


ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan jelas menguntungkan karena dapat
batin yang kuat sesama warga desa, yaitu turut mengambil manfaat meningkatkan
perasaan setiap warga/anggota masyarakat perubahan teknologi, memperluas
yang sangat kuat yang hakekatnya. pasar, mengurangi biaya, mengatasi
Desa atau lingkungan pedesaan adalah kekhawatiran tentang daya saing
sebuah komunitas yang selalu dikaitkan internasional, menyebarkan praktik terbaik
dengan kebersahajaan (simplicity), dan meningkatkan aliran pendanaan,
keterbelakangan, tradisionalisme, manajemen, dan kewirausahaan yang
subsistensi, dan keterisolasian. dikuasai oleh usaha besar.
Sebagai suatu strategi pengembangan

id
Namun dari hasil kajian SE 2016 Lanjutan usaha kecil, kemitraan telah terbukti
usaha industri kecil menengah didominasi berhasil diterapkan di banyak negara,

o.
oleh di lokasi perdesaan (rural) sebesar antara lain di Jepang dan empat negara

.g
73,2 Persen, dan sisanya daerah urban macan Asia, yaitu Korea Selatan, Taiwan,

s
sebesar 26,8 persen. Adapun tingkat Jepang, dan sebagainya. Di negara-negara
efisiensi rural sebesar 0,40 lebih
. bp
tersebut kemitraan umumnya dilakukan
ng
tinggi dari daerah Urban sebesar 0,39. melalui pola sub kontrak yang memberikan
peran kepada industri kecil dan menengah
pu

Tabel 6.5 sebagai pemasok bahan baku dan


Tingkat Efisiensi dan Persentase Usaha komponen industri besar.
am

lndustri UMK menurut klasifikasi Urban rural


Provinsi Lampung, 2016
//l

Tabel 6.6
NO Klasifikasi lokasi Efisiensi Persentase Tingkat Efisiensi dan Persentase Usaha
s:

(1) (2) (3) (4) lndustri UMK menurut Status Kemitraan


tp

1. Rural 0,40 73,2 Provinsi Lampung, 2016


ht

2. Urban 0,39 26,8 NO Status Kemitraan Efisiensi Persentase


Sumber: BPS Provinsi Lampung, SE2016-Lanjutan (1) (2) (3) (4)
1. Tidak ada kemi- 0,39 94,2
2. Tingkat efisiensi menurut klasifikasi traan
kemitraan usaha 2. Pernah menjalank- 0,41 5,8
an kemitraan
Salah satu upaya untuk meningkatkan Sumber: BPS Provinsi Lampung, SE2016-Lanjutan
kinerja Industri Mikro Kecil adalah menjalin
kemitraan dengan perusahaan yang lebih Berdasarkan tabel 6.6 hampir seluruh
besar. usaha industri UMKM tidak memiliki
Kemitraan usaha akan menghasilkan kemitraan sebesar 94,2 persen dengan
efisiensi dan sinergi sumber daya yang tingkat efisiensi yang lebih kecil sebesar
dimiliki oleh pihak-pihak yang bermitra 0,39. Sedangkan sisa usaha sebesar
dan karenanya menguntungkan semua 5,8 persen pernah menjalankan
pihak yang bermitra. Selain itu, Kemitraan kemitraan dengan tingkat efisiensi yang
juga memperkuat mekanisme pasar lebih tinggi yaitu sebesar 0,41 persen
dan persaingan usaha yang efisien dan

Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil 65
Analisis Efisiensi Industri Mikro Kecil

3. Tingkat efisiensi menurut klasifikasi partisipan, yang pada akhirnya menentukan


status usaha tingkat efisiensi, pemerataan dan
keberlanjutan produksi yang dilaksanakan
Menurut Badan Pusat Statistik, perusahaan (Anwar,1995: 5). Dalam konteks perubahan
yang termasuk ke dalam Industri Mikro kelembagaan, beberapa ekonom percaya
Kecil adalah perusahaan industri yang bahwa kelembagaan hanya akan eksis dalam
mempunyai tenaga kerja 1-19 orang. bidang ekonomi apabila keberadaannya
Dengan tenaga kerja sebesar 1 – 4 orang, efisien, karena merupakan hasil kompetisi
usaha mikro mendominasi IKM Provinsi potensial dan aktual di antara beberapa
Lampung sebesar 91,1 persen dan sisanya kesepakatan kelembagaan alternatif
Usaha kecil yang menggunakan tenaga kerja (Yustika, 2004:26).

id
6 – 9 sebesar 8,9 persen. Adapun Tingkat
efisiensi usaha meningkat sejalan dengan Tabel 6.8

o.
jumlah tenaga kerja yang meningkat. Usaha Tingkat Efisiensi dan Persentase Usaha

.g
Kecil memiliki tingkat efisiensi sebesar 0,40 lndustri UMK menurut Status keanggotaan

s
sedangkan usaha mikro memiliki tingkat asosiasi dan Klasifikasi Efisiensi Provinsi
efisiensi sebesar 0,39.
. bp Lampung, 2016
NO Keanggotaan Efisiensi Persentase
ng

asosiasi
Tabel 6.7
pu

Tingkat Efisiensi dan Persentase Usaha (1) (2) (3) (4)


lndustri UMK menurut Status Skala Usaha 1. Bukan anggota 0,39 99,4
am

Provinsi Lampung, 2016 asosiasi


2. Anggota asosiasi 0,41 0,6
//l

NO Skala Usaha Efisiensi Persentase Sumber: BPS Provinsi Lampung, SE2016-Lanjutan


s:

(1) (2) (3) (4)


tp

Walaupun jumlah usaha industri mikro


1. Mikro 0,39 91,1 kecil yang tergabung dalam asosiasi hanya
ht

2. Kecil 0,40 8,9 kurang dari 10 persen tapi memiliki tingkat


Sumber: BPS Provinsi Lampung, SE2016-Lanjutan efisiensi yang lebih baik. Perusahaan yang
tergabung dalam asosiasi memiliki tingkat
4. Tingkat efisiensi menurut Keanggotaan efisiensi sebesar 0,41 sedikit lebih baik
Asosiasi dibanding yang tidak memiliki keanggotaan
asosiasi dengan nilai efisiensi sebesar 0,39.
Keberadaan asosiasi pelaku usaha atau
trade association bukanlah merupakan 5. Tingkat efisiensi menurut Keanggotaan
suatu fenomena baru dalam dunia usaha. Asosiasi
Bila dikaji lebih mendalam maka asosiasi
pelaku usaha sebenarnya merupakan Pertumbuhan usaha  waralaba  (non-
tempat berkumpulnya para pesaing dalam konvensional) pada beberapa negara
suatu industri yang sama. berkembang sangat pesat. Waralaba
dijadikan sebagai alternatif pengembangan
Peranan kelembagaan dalam kegiatan usaha. Data International Franchise
produksi adalah mengorganisasikan Association melansir pada 2014
sumber-sumber interdependensi antar jumlah  waralaba  di dunia berjumlah

66 Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil
Analisis Efisiensi Industri Mikro Kecil

770.368  waralaba. Sedangkan data WFC dari seluruh usaha industri mikro kecil
Meeting 2013, jumlah  waralaba  di 3 di Provinsi Lampung. Demikian usaha
negara ASEAN (Malaysia, Filipina, dan konvensional masih mendominasi usaha
Singapura) telah mencapai angka 2.522 industri sebesar 96 persen dengan tingkat
usaha  waralaba. Di Indonesia, tercatat efisiensi sebesar 0,39.
sekitar 698  waralaba  dengan jumlah
gerai sebanyak 24.400 yang terdiri dari
63%  waralaba  dan Business Opportunity
(BO) lokal serta 37%  waralaba asing,
dengan omzet mencapai nominal Rp 172
triliun. (tribunnews, 2016)

id
Tabel 6.9

o.
Tingkat Efisiensi dan Persentase Usaha

.g
lndustri UMK menurut Jenis Usaha

s
Provinsi Lampung, 2016
NO Jenis Usaha Efisiensi Persentase
. bp
ng
(1) (2) (3) (4)
1. Non konvensional 0,42 4,00
pu

2. Konvensional 0,39 96,00


am

Sumber: BPS Provinsi Lampung, SE2016-Lanjutan


//l

Usaha  waralaba  dan usaha mikro, kecil


s:

dan menengah sangat berperan dalam


perekonomian Indonesia khususnya
tp

Provinsi Lampung. Bisnis  waralaba  dinilai


ht

cocok untuk diterapkan di Indonesia.


Pasalnya, masyarakat sudah terbiasa
dengan membuka usaha sendiri seperti
toko, warung maupun restoran. Lewat
skema  waralaba  pengusaha akan naik
kelas dengan kualitas yang lebih terstandar
dan biaya yang harus dikeluarkan oleh
pengusaha menjadi lebih murah.

Berdasarkan tabel 6.9 Usaha Non


Konvensional yang terdiri dari (Waralaba,
Multilevel dan Konsinyasi) lebih efisien
dibanding usaha konvensional. Usaha non
konvensional memiliki tingkat efisiensi
sebesar 0,42, Namun sayangnya usaha
non konvensional belum berkembang di
Provinsi Lampung hanya sebesar 4 persen

Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil 67
ht
tp
s:
//l
am
pu
ng
.bp
s.g
o.
id
7
ht
tp
s:
//l
am

STRATEGI
pu
ng
.b
p

INTISARI DAN
s.
go
. id
ht
tp
s:
//l
am
pu
ng
.bp
s.g
o.
id
Intisari dan Strategi

A. Intisari

Dunia usaha di Provinsi Lampung pada saat ini masih didominasi


oleh Usaha Mikro Kecil (UMK). Dari hasil SE2016 Lanjutan, jumlah
usaha ini mencapai lebih dari 770 ribu usaha atau 99,17 persen
dari total usaha nonpertanian di Lampung. Usaha ini juga mampu

id
menyerap tenaga kerja lebih dari 1,67 juta orang atau sekitar 87,81

o.
persen dari total tenaga kerja nonpertanian.

s .g
UMK mempunyai peran yang sangat penting dalam menggerakkan
bp
roda perekonomian Lampung. Pengelolaan usaha ini dilakukan
secara sederhana sehingga lebih banyak menjadi pilihan sebagai
.
ng

wadah usaha yang menghasilkan nilai ekonomi. Usaha ini menjadi


pilihan utama karena memerlukan modal yang relatif kecil. Oleh
pu

sebab itu aktivitas UMK merupakan kegiatan ekonomi yang tidak


am

dapat dipisahkan dalam kehidupan masyarakat dalam mencukupi


kebutuhan hidup. Dengan kata lain, UMK berperan sebagai basic
//l

pembangunan ekonomi kerakyatan.


s:
tp

Demikian, pemerintah berupaya memberdayakan sektor riil khusus


ht

UMKM melalui Bank Indonesia dengan menerbitkan Peraturan BI


No.17/12/PBI/2015 yang mewajibkan bank umum wajib mencapai
rasio kredit UMKM dari total kredit yang disalurkan minimal sebesar
20 persen.

Persentase UMK di Provinsi Lampung mencapai 99,17 persen dari


total jumlah usaha nonpertanian yang tercatat. Jumlah UMK tersebar
pada semua kategori nonpertanian. Usaha Perdagangan Besar dan
Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor (Kategori
G) mendominasi jumlah UMK dengan jumlah sekitar lebih dari 443
ribu usaha atau mencapai lebih dari 50 persen. Usaha Penyediaan
Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum (Kategori I) dan usaha
Industri Pengolahan (Kategori C) juga mempunyai kontribusi yang
besar, masing-masing berkontribusi lebih dari 10 persen.

Sebagai Ibu Kota Provinsi, Kota Bandar Lampung menjadi pusat


pergerakan ekonomi di Lampung. Dari 15 kabupaten/kota, jumlah
UMK di Kota Bandar Lampung mencapai 14,90 persen. Posisi
kedua dan ketiga ditempati oleh Kabupaten Lampung Tengah dan

Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil 71
Intisari dan Strategi

Kabupaten Lampung Timur masing-masing Provinsi Lampung mampu menghasilkan


sebesar 14,85 dan 14,37. omset/pendapatan mencapai lebih dari
Rp141,69 triliun.
Dari data SE2016-Lanjutan menunjukkan
bahwa pengelolaan UMK dilakukan secara Selain laba usaha, rasio pengeluaran
sederhana tercermin dari status badan terhadap pendapatan (cost to income) juga
hukum dan penggunaan teknologi. Di digunakan untuk melihat tingkat efisiensi
Provinsi Lampung, jumlah UMK yang tidak suatu usaha. Semakin rendah rasio suatu
berbadan usaha masih sangat mendominasi usaha maka semakin baik atau semakin
yaitu mencapai lebih dari 90 persen. menguntungkan usaha tersebut. Pada
Mayoritas UMK juga belum menggunakan infografis dapat terlihat bahwa UMK di

id
komputer dan memanfaatkan internet. Kabupaten Lampung Barat adalah yang
paling profitable di Provinsi Lampung

o.
Komputer dan internet tidak hanya
bermanfaat untuk melakukan laporan dengan rasio 0,50. Sektor UMK di provinsi

.g
keuangan, juga bermanfaat untuk ini mampu mengais keuntungan hingga

s
mendesain produk, pemasaran dan lain-
lain. Sayangnya, kurang dari 10 persen
bp
nyaris dua kali lipat biaya yang dikeluarkan.
Sebaliknya, rasio pengeluaran tertinggi ada
.
ng
UMK yang menggunakan komputer dan di Kabupaten Pringsewu dengan rasio 0,69.
memanfaatkan internet. Jika dicermati lebih jauh menggunakan
pu

kategori lapangan usaha, kategori L (Real


Untuk meningkatkan pendapatan UMK Estat) dan G (Perdagangan Besar dan
am

sekaligus meningkatkan daya saing Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil


//l

produknya, kemitraan menjadi salah satu dan Sepeda Motor) merupakan kategori
s:

cara yang tepat. Namun demikian, usaha lapangan usaha yang paling menguntungkan
ini masih belum menjadi pilihan bagi UMK. dengan rasio sebesar 0,20 dan 0,31. UMK
tp

Keterbatasan informasi menjadi salah satu pada kategori-kategori tersebut mampu


ht

kendala untuk menjalin kemitraan dengan mendulang pendapatan hingga sekitar tiga
perusahaan besar. Hanya sekitar 5 persen kali lipat biaya yang dikeluarkan. Sedangkan
UMK yang menjalin kemitraan dengan rasio pengeluaran terhadap pendapatan
perusahaan lain. tertinggi ada pada Kategori Pendidikan
dengan rasio mencapai 0,89.
Kinerja usaha merupakan hasil dari
kegiatan pemanfaatan sumber daya suatu Namun demikian, Kategori, L, dan G
usaha yang dapat diukur dengan beragam bukanlah usaha yang memberikan rata-
cara, salah satunya dilihat dari ukuran laba rata balas jasa pekerja yang tertinggi.
usaha. Berdasarkan data hasil SE2016- Aktivitas Kesehatan Manusia dan Aktivitas
Lanjutan, perolehan laba Usaha Mikro Sosial memiliki nilai balas jasa pekerja
dan Kecil (UMK) menunjukkan capaian tertinggi, yaitu sekitar 21 juta per pekerja.
yang positif meskipun beberapa usaha Selanjutnya, Kategori P (Pendidikan)
dipandang mengalami penurunan. Lebih memberikan balas jasa lebih dari 20 juta per
dari seperempat pengusaha UMK di Provinsi pekerja. Sementara Kategori F (Konstruksi)
Lampung menyatakan bahwa keuntungan dan K Aktivitas Keuangan dan Ansuransi
mereka di tahun 2016 menurun jika juga memberikan sumbangan balas jasa
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. tinggi sekitar 18 juta per pekerja.
Meski demikian, sektor UMK di wilayah
72 Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil
Intisari dan Strategi

Alasan paling banyak mengapa usaha lembaga keuangan sebesar 1,907 kali lipat.
mikro dan kecil tidak mempunyai akses
ke bank dan lembaga keuangan non bank Berdasarkan hasil Sensus Ekonomi Lanjutan
adalah karena faktor lainnya yaitu sebesar 2016, pemilik IMK umumnya memiliki latar
48,35 persen, selanjutnya belakang pendidikan yang secara relatif
ada faktor suku bunga yang masih rendah. Tingkat
dirasakan masih cukup tinggi Pendidikan berdasarkan
“UMK mempunyai
oleh pengusaha di peringkat ijazah yang ditamatkan
peranan
kedua yaitu sebesar 16,27 Pengusaha IKM yaitu
penting dalam
persen. Sedangkan faktor didominasi oleh para pelaku
menggerakkan
terkecil adalah usulan usaha berpendidikan
roda

id
ditolak, ini memperlihatkan Sekolah Menengah
perekonomian
kemungkinan besar baik bank Pertama sebanyak 71,1

o.
Lampung”
maupun lembaga keuangan persen dan sisanya diatas

.g
bukan bank memberikan SMP sebanyak 21,8 persen.

s
kemudahan dalam mengakses Namun yang menarik
bp
pinjaman namun para pelaku usaha mikro tingkat Pendidikan tidak berhubungan
.
ng
dan kecil mempertimbangkan faktor-faktor dengan tingkat efisiensi industri,
lain sebelum melakukan pinjaman. berdasarkan hasil SE Lanjutan 2016 tingkat
pu

Pendidikan SMP ke bawah memiliki tingkat


Kecenderungan perusahaan yang berstatus efisiensi yang secara relatif lebih tinggi yaitu
am

badan usaha (X1), sebesar 1,273 kali lipat sebesar 0,40 persen dibandingkan dengan
//l

untuk mengakses permodalan lembaga tingkat SMP ke atas yaitu sebesar 0,37
keuangan dibanding UMKM yang tidak persen walaupun tingkat efisiensi industri
s:

memiliki badan usaha; Kecenderungan Kecil dan menengah menurut Pendidikan di


tp

UMKM yang memiliki Keanggotaan Provinsi Lampung masih tergolong rendah


ht

asosiasi (X2), dimana usaha yang bukan karena tidak melebihi 0,5 persen.
anggota asosiasi berpeluang 1,223 kali
lipat untuk mengakses permodalan
B. Strategi
dari lembaga keuangan; UMKM yang
pernah mendapatkan kredit(X3) memiliki
Modelling logistik untuk prospek usaha
kecenderungan untuk mendapatkan akses
menunjukan hasil output tidak optimal
permodalan dari Lembaga keuangan
dengan R kuadrat yang relatif rendah
sebesar 227 kali lipat dibanding yang tidak
sehingga masih terdapat variabel lain yang
memiliki kredit, Skala usaha (X4), usaha kecil
dapat menjelaskan model.
berpeluang lebih besar untuk mengakses
permodalan di lembaga keuangan
Pembekalan keterampilan bagi angkatan
dibandingkan usaha mikro sebesar 1.443
kerja dengan tingkat pendidikan akan
kali lipat; Semakin lama usia UMKM (X5)
menjadi aksi yang sangat strategis agar
memiliki peluang untuk mendapatkan
mereka mampu menciptakan usaha
akses permodalan dari Lembaga keuangan
sendiri. Industri mikro kecil merupakan
sebesar 1,537 kali lipat dan semakin tinggi
salah satu wadah yang paling tepat untuk
tingkat produktifitas (X6) sebuah usaha
menampung para tenaga kerja yang tidak
UMK maka kecenderungan usaha UMKM
memiliki skill tinggi.
untuk menerima akses permodalan dari
Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil 73
Intisari dan Strategi

Dalam proses tersebut pengintegrasian


wanita dalam pembangunan, terutama
wanita dari golongan ekonomi lemah, yang
berpenghasilan rendah perlu digalakkan,
melalui peningkatan kemampuan dan
ketrampilan untuk melakukan kegiatan-
kegiatan ekonomi produktif, dalam
rangka memperluas kesempatan kerja
dan menciptakan usaha bagi diri sendiri.
Hal ini sangat perlu sebab wanita dari
golongan masyarakat yang berpenghasilan

id
rendah, umumnya melakukan peran

o.
ganda karena tuntutan kebutuhan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup

.g
bangsa (mansyur Amin, 1992)

s
Peningkatan dalam kinerja industri kecil
. bp
ng
khususnya dalam aspek efisiensi teknikal
setiap perusahaan dalam industri kecil
pu

diharapkan dapat meningkatkan keunggulan


am

daya saing dan keberlanjutan industri kecil,


dan selanjutnya akan memperkokohkan
//l

ekonomi Indonesia khususnya ekonomi


s:

Lampung melalui peningkatan peluang


pekerjaan dan kesempatan berusaha baik
tp

pada peringkat nasional maupun daerah.


ht

Oleh karena itu perlu dilakukan kajian yang


dapat digunakan sebagai landasan yang
tepat sebagai dasar pembangunan industri
mikro kecil khususnya berkaitan dengan
aspek peningkatan efisiensi.

74 Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil
Daftar Pustaka

Ardiana, Brahmayanti dan Subaedi. (2010). “Kompetensi SDM UMKM dan Pengaruhnya
Terhadap Kinerja UKM di Surabaya”. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Universitas
17 Agustus 1945.
Asmie, 2008. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pedagang
Pasar Tradisional Di Kota Yogyakarta. Jurnal NeO-Bis. Universitas Bhayangkara. Vol. 2,
No. 2, pp: 197-210.

id
Baum, W. C., Tolbert, S.M., 1998. Investasi dalam Pembangunan. Terjemahan Bassilius

o.
BengoTeku, Jakarta, Universitas Indonesia

.g
Bengtsson, O, Sanandaji, T. & Johannesson, M., 2012. Do women have a less entrepreneurial

s
personality?. Research Institute of Industrial economics Working paper, No: 944, 1-31
bp
Chiliya, N., 2012. Impact of level of Education and Experience on Profitability of Small
Grocery Shops inSouth Africa. Journal of Management Economic, p. 462-470
.
ng

Dharma, Surya. (2010). Manajemen Kinerja. Yogyakarta: Pustaka Pelajar


Farrell, M. 1957. The measurement of productive efficiency, Journal of the Royal Statistical
pu

society. Series A. General, 120(3), 253-81.


am

Hasanah, Erni Ummi dan Widowati, Puri. 2011. Analisis Produktivitas Tenaga Kerja pada
Industri Rumah Tangga Krecek di Kelurahan Segoroyoso. Efektif Jurnal Bisnis dan
//l

Ekonomi, vol.2, no.2, hal. 169-182.


s:

Kompas 2019. Mengapa Masih Banyak UMKM Indonesia yang Belum “Go Digital”? https://
tp

ekonomi.kompas.com/read/2019/02/12/152246426/mengapa-masih-banyak-umkm-
indonesia-yang-belum-go-digital.
ht

Kompas. 2018. UKM Penting untuk Pembangunan Berkelanjutan https://ekonomi.


kompas.com/read/2018/10/25/200800726/kepala-bappenas--ukm-penting-untuk-
pembangunan-berkelanjutan (26/01/2019)
Kompas.2011. Tiga Hal yang Buat UMKM tahan https://ekonomi.kompas.com/
read/2012/03/28/11093274/Tiga.Hal.yang.Buat.UMKM.Tahan.Krisis.
Kumparan bisnis.2017.UMKM Menjadi Kekuatan Utama di Pasar China,https://kumparan.
com/@kumparanbisnis/umkm-menjadi-kekuatan-utama-di-pasar-china (26/01/2019)
Kuratko,Donald F. 2004. Entrepreneurship Education: Emerging Trends and Challenges
For The 21st Century 2003 Coleman Foundation White Paper Series For The U.S.
Association of Small Business & Entrepreneurship, The Entrepreneurship Program
College of Business Ball State University Muncie,
Mansyhur Amin M, Wanita dalam Percakapan Antara Agama Aktualisasi Dalam
Pembangunan, LKPSM NU DIY, Yogyakarta, 1992.
Murphy, G. B., J. W. Trailer & R. C. Hill 1996, ‘Measuring performance in entrepreneurship
research’, Journal of Business Research, 36 (1): 15-23.
Peraturan Bank Indonesia No 17 tahun 2015
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013

Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil 75
Daftar Pustaka

Pettigrew, A., Ferlie, E. and Mckee, L., 1992, Shaping Strategic Change, Sage, London.
Seon M.K., 2014. The Impact of Gender and Social Networks on Microenterprise
Business Performance. New Jersey: School of Social Science and Human Services.
Suyono, Bambang dan Hermawan, Hery. 2013. Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja pada Industri Kerajinan Kulit di
Kabupaten Magetan. Jurnal Ekomaks, vol.2, no.2.
Tarigan, R., 2004.Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta, P.T. Bumi Aksara.
The World Bank. 2010. “Improving Access to Financial Services in Indonesia.” The
World Bank, Jakarta
Tribunnews. 2016. Waralaba Bikin Pengusaha Naik Kelas Tribunnews.com dengan
judul Waralaba Bikin Pengusaha Naik Kelas, http://www.tribunnews.com/

id
bisnis/2016/11/25/waralaba-bikin-pengusaha-naik-kelas.

o.
Tundui, C., dan Tundui, H., 2011.Survival, Growth Strategies and Performance of
Women Owned Micro and Small Business in Tanzania. International Journal of

.g
Business & Management, 7(8)

s
Wirastuti, Yusni, Agustine Eva M.S, Widuri Kurniasari. (2009). “Produktivitas Usaha
Kecil Menengah di Bidang Manufaktur di Semarang : Tinjauan dari Sisi Gender”.
. bp
ng
Dinamika Sosial Ekonomi Vol.3 No. 1
World bank 2012. Gender at work. A Companion to the World Development Report
pu

on Jobs
am

Worldbank 2011. Improving Access to Financial Services in Indonesia; This executive


summary is for discussion during the conference “Enhancing Access to Formal
//l

Financial Services in Indonesia”, 9-10 December 2009 in Jakarta, Indonesia


s:
tp
ht

76 Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil
LL
ht
tp
s:
//l
am

LAMPIRAN
pu
ng
.b
ps.
go
. id
ht
tp
s:
//l
am
pu
ng
.bp
s.g
o.
id

77
Lampiran

Lampiran 1.
Jumlah UMK Menurut Kabupaten/Kotadi Provinsi Lampung, 2017
Kabupaten/Kota Jumlah Persentase (%)
(1) (2) (3)

[01] Lampung Barat 24 266 3,15


[02] Tanggamus 50 012 6,49
[03] Lampung Selatan 81 981 10,64
[04] Lampung Timur 110 709 14,37
[05] Lampung Tengah 114 403 14,85
[06] Lampung Utara 54 102 7,02

id
[07] Way Kanan 35 454 4,60

o.
[08] Tulangbawang 33 529 4,35

.g
[09] Pesawaran 40 686 5,28

s
[10] Pringsewu 39 715 5,15
[11] Mesuji
. bp
16 417 2,13
[12] Tulang Bawang Barat 20 836 2,70
ng

[13] Pesisir Barat 10 575 1,37


pu

[71] Bandar Lampung 114 809 14,90


[72] Metro 23 138 3,00
am

Sumber: BPS Provinsi Lampung, SE2016-Lanjutan


//l
s:
tp
ht

Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil 79
Lampiran

Lampiran 2.
Jumlah Usaha, Tenaga Kerja, dan Rata-rata Penyerapan Tenaga Kerja UMK
Nonpertanian Menurut Kategori, 2017
Rata-rata
Jumlah Jumlah
Kategori Penyerapan
Usaha Tenaga Kerja
Tenaga Kerja
(1) (2) (3) (4)
B. Pertambangan dan Penggalian 1 154 3 985 3
C. Industri Pengolahan 88 799 217 186 2
D. Pengadaan Listrik Gas/Uap Air Panas dan Udara Dingin 988 1 438 1

id
E. Pengelolaan Air, Pengelolaan Air Limbah, Pengelolaan
1 874 3 011 2
dan Daur Ulang Sampah, dan Aktivitas Remediasi

o.
F. Konstruksi 7 894 49 955 6

.g
G. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan Per-

s
443 460 796 454 2
awatan Mobil dan Sepeda Motor
H. Pengangkutan dan Pergudangan
. bp
28 648 39 817 1
ng
I. Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum 94 429 177 177 2
J. Informasi dan Komunikasi 22 600 34 786 2
pu

K. Aktivitas Keuangan dan Asuransi 2 378 8 186 3


am

L. Real Estat 7 887 9 816 1


M, N. Jasa Perusahaan 11 140 32 318 3
//l

P. Pendidikan 18 369 205 096 11


s:

Q. Aktivitas Kesehatan Manusia dan Aktivitas Sosial 7 892 31 151 4


tp

R,S. Aktivitas Jasa Lainnya 33 120 62 276 2


ht

Total 770 632 1 672 652 2


Sumber: BPS, SE2016-Lanjutan

80 Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil
Lampiran

Lampiran 3.
Persentase UMK yang Berbadan Usaha, Menggunakan Komputer,
Menggunakan Internet dan Menjalin Kemitraan, 2016
Berbadan Menggunakan Menggunakan Menjalin
Kategori
Usaha 1 Komputer Internet Kemitraan
(1) (2) (3) (4) (5)
B. Pertambangan dan Penggalian 0,52 0,00 3,90 0,69
C. Industri Pengolahan 0,75 2,16 5,72 5,81
D. Pengadaan Listrik Gas/Uap Air
0,30 33,20 40,38 8,50
Panas dan Udara Dingin

id
E. Pengelolaan Air, Pengelolaan Air

o.
Limbah, Pengelolaan dan Daur Ulang 1,44 0,00 1,23 4,48
Sampah, dan Aktivitas Remediasi

s .g
F. Konstruksi 5,89 7,37 10,51 6,88

G. Perdagangan Besar dan Eceran,


Reparasi dan Perawatan Mobil dan 0,57
. bp 1,81 5,56 4,59
ng
Sepeda Motor
pu

H. Pengangkutan dan Pergudangan 1,07 1,75 5,92 3,44


I. Penyediaan Akomodasi dan Penye-
am

0,54 0,92 2,68 1,75


diaan Makan Minum
J. Informasi dan Komunikasi 0,89 18,12 28,50 7,42
//l

K. Aktivitas Keuangan dan Asuransi 30,70 47,73 44,83 22,20


s:

L. Real Estat 0,57 1,19 3,58 0,18


tp

M, N. Jasa Perusahaan 3,23 30,36 26,19 10.64


ht

P. Pendidikan 31,52 63,93 57,72 11,29


Q. Aktivitas Kesehatan Manusia dan
1,63 22,21 32,10 13,52
Aktivitas Sosial
R,S. Aktivitas Jasa Lainnya 0,85 7,11 11,65 3,35
Total 1,56 4,77 8,17 4,74
Sumber: BPS Provinsi Lampung, SE2016-Lanjutan

Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil 81
Lampiran

Lampiran 4.
Persentase UMK Nonpertanian menurut
Status Pekerja per Kategori, 2016
Tidak Tetap/
Tetap dan Tidak
Kategori Harian/Out- Total
Kontrak Dibayar
sourcing
(1) (2) (3) (4) (5)
B. Pertambangan dan Penggalian 51,44 44,29 4,27 100
C. Industri Pengolahan 54,3 21,51 24,19 100
D. Pengadaan Listrik Gas/Uap Air Panas dan
76,15 2,5 21,35 100
Udara Dingin

id
E. Pengelolaan Air, Pengelolaan Air Limbah,

o.
Pengelolaan dan Daur Ulang Sampah, dan 70,81 12,79 16,41 100

.g
Aktivitas Remediasi

s
F. Konstruksi 27,41 72,59 - 100
G. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi
.
63,36
bp 7,68 28,96 100
dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor
ng

H. Pengangkutan dan Pergudangan 81,27 14,08 4,66 100


pu

I. Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan


65,22 7 27,78 100
am

Makan Minum
J. Informasi dan Komunikasi 70,09 2,08 27,84 100
//l

K. Aktivitas Keuangan dan Asuransi 91,5 2,99 5,51 100


s:

L. Real Estat 81,59 2,52 15,89 100


tp

M, N. Jasa Perusahaan 59,61 29,53 10,86 100


ht

P. Pendidikan 89,6 6,88 3,51 100


Q. Aktivitas Kesehatan Manusia dan Aktivitas
89,85 2,79 7,36 100
Sosial
R,S. Aktivitas Jasa Lainnya 69,43 20,43 10,14 100
Sumber: BPS Provinsi Lampung, SE2016-Lanjutan

82 Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil
Lampiran

Lampiran 5.
Peta Sebaran Usaha UMK menurut Kinerja Keuangan
di Kabupaten/Kota Provinsi Lampung, 2017
Rasio Pengeluaran
Provinsi Jumlah Usaha UMK
Terhadap Pendapatan
(1) (2) (3)
[01] Lampung Barat 24 266 0,50
[02] Tanggamus 50 012 0,56
[03] Lampung Selatan 81 981 0,60
[04] Lampung Timur 110 709 0,59

id
[05] Lampung Tengah 114 403 0,56

o.
[06] Lampung Utara 54 102 0,56

.g
[07] Way Kanan 35 454 0,52
[08] Tulangbawang 33 529 0,54

s
[09] Pesawaran
[10] Pringsewu
. bp
40 686
39 715
0,56
0,69
ng

[11] Mesuji 16 417 0,59


pu

[12] Tulang Bawang Barat 20 836 0,57


[13] Pesisir Barat 10 575 0,58
am

[71] Bandar Lampung 114 809 0,53


[72] Metro 23 138 0,60
//l

770 632 0,57


s:

[1800] LAMPUNG
Sumber: BPS Provinsi Lampung, SE2016-Lanjutan
tp
ht

Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil 83
Lampiran

Lampiran 6.
Rata-rata Balas Jasa dan Upah Pekerja UMK Nonpertanian
menurut Kategori (Ribu Rupiah), 2017

Kategori Balas Jasa


B. Pertambangan dan Penggalian 14 949
C. Industri Pengolahan 11 426
D. Pengadaan Listrik Gas/Uap Air Panas dan Udara Dingin 10 962
E. Pengelolaan Air, Pengelolaan Air Limbah, Pengelolaan dan Daur Ulang
13 586
Sampah, dan Aktivitas Remediasi

id
F. Konstruksi 18 551

o.
G. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil dan
10 810
Sepeda Motor

.g
H. Pengangkutan dan Pergudangan 15 459

s
I. Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum
J. Informasi dan Komunikasi
. bp 12 103
8 868
ng

K. Aktivitas Keuangan dan Asuransi 18 304


pu

L. Real Estat 5 708


M, N. Jasa Perusahaan 9 832
am

P. Pendidikan 20 797
Q. Aktivitas Kesehatan Manusia dan Sosial 21 362
//l

R,S. Aktivitas Jasa Lainnya 9 735


s:

Total 14 820
tp

Sumber: BPS Provinsi Lampung, SE2016-Lanjutan


ht

84 Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil
Lampiran

Lampiran 7.
Hasil Pengolahan SE Lanjutan 2016 Menggunakan SPSS
Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N


(Y) Laba usaha 3 340 703,93 1 753 7064,92 770 632
(X11) Produktivitas 7 908 744,25 13 000 340,87
(X5) sertifikat skala nasional/internasional
0,01 0,10
(ada=1, tidak=0)
(X3) anggota asosiasi (ya=1, tidak=0) 0,01 0,11

id
(X1) Lokasi usaha berada di daerah urban atau
0,33 0,47
rural (urban=1, rural=0)

o.
(X8) Penjualan online 0,03 0,16

.g
(X9) laporan keuangan perusahaan (ada=1, tidak=0) 0,04 0,19

s
Korelasi Pearson Antar Variabel
. bp
ng
Variabel Laba usaha
Produktivitas 0,25
pu

Sertifikat skala nasional/internasional 0,10


am

Anggota asosiasi 0,06


Lokasi usaha urban/ rural 0,05
//l

Penjualan online 0,57


s:

Laporan keuangan 0,05


tp

ANOVAa
ht

Model Fix Sum of Squares df Mean Square F Sig.


Regression 18 347 472 131 091 714 000 6 30 5791 2021 848 619 000 10 777,068 ,000
Residual 218 659 048 528 414 400 000 770 625 28 3742 479 842 224
Total 237 006 520 659 506 140 000 770 631
a. Dependent Variable: (Y) laba usaha
b. Predictors: (Constant), Produktivitas
c. Predictors: (Constant), Produktivitas, (X5) sertifikat skala nasional/internasional (ada=1, tidak=0)
d. Predictors: (Constant), Produktivitas, (X5) sertifikat skala nasional/internasional (ada=1, tidak=0), (X3)
anggota asosiasi (ya=1, tidak=0)
e. Predictors: (Constant), Produktivitas, (X5) sertifikat skala nasional/internasional (ada=1, tidak=0), (X3)
anggota asosiasi (ya=1, tidak=0), (X1) Lokasi usaha berada di daerah urban atau rural (urban=1, rural=0)
f. Predictors: (Constant), Produktivitas, (X5) sertifikat skala nasional/internasional (ada=1, tidak=0), (X3)
anggota asosiasi (ya=1, tidak=0), (X1) Lokasi usaha berada di daerah urban atau rural (urban=1, rural=0),
(X8) Penjualan online
g. Predictors: (Constant), Produktivitas, (X5) sertifikat skala nasional/internasional (ada=1, tidak=0), (X3)
anggota asosiasi (ya=1, tidak=0), (X1) Lokasi usaha berada di daerah urban atau rural (urban=1, rural=0),
(X8) Penjualan online, (X9) laporan keuangan perusahaan (ada=1, tidak=0)

Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil 85
Lampiran

Lanjutan Lampiran 7.

Model Summaryg

Change Statistics
Adjust-
Mod- R Std. Error of R Durbin-
R ed R Sig. F Watson
el Square the Estimate Square F Change df1 df2
Square Change
Change
1 0,251a 0,063 0,063 16 977 184,618 0,063 51 667,466 1 770 630 0,000
2 0,269b 0,072 0,072 16 890 478,415 0,010 7 933,269 1 770 629 0,000
3 0,273 c
0,074 0,074 16 871 914,962 0,002 1 697,714 1 770 628 0,000
4 0,275d 0,076 0,076 16 859 865,028 0,001 1 102,947 1 770 627 0,000

id
5 0,277 e
0,077 0,077 16 849 433,416 0,001 955,497 1 770 626 0,000

o.
6 0,278f 0,077 0,077 16 844 657,309 0,001 438,066 1 770 625 0,000 0,362

.g
a. Predictors: (Constant), Produktivitas

s
bp
b. Predictors: (Constant), Produktivitas, (X5) sertifikat skala nasional/internasional (ada=1, tidak=0)
c. Predictors: (Constant), Produktivitas, (X5) sertifikat skala nasional/internasional (ada=1, tidak=0), (X3) anggo-
.
ta asosiasi (ya=1, tidak=0)
ng

d. Predictors: (Constant), Produktivitas, (X5) sertifikat skala nasional/internasional (ada=1, tidak=0), (X3) ang-
pu

gota asosiasi (ya=1, tidak=0), (X1) Lokasi usaha berada di daerah urban atau rural (urban=1, rural=0)
e. Predictors: (Constant), Produktivitas, (X5) sertifikat skala nasional/internasional (ada=1, tidak=0), (X3)
am

anggota asosiasi (ya=1, tidak=0), (X1) Lokasi usaha berada di daerah urban atau rural (urban=1, rural=0), (X8)
Penjualan online
//l

f. Predictors: (Constant), Produktivitas, (X5) sertifikat skala nasional/internasional (ada=1, tidak=0), (X3) anggota
asosiasi (ya=1, tidak=0), (X1) Lokasi usaha berada di daerah urban atau rural (urban=1, rural=0), (X8) Penjualan
s:

online, (X9) laporan keuangan perusahaan (ada=1, tidak=0)


tp

g. Dependent Variable: (Y) laba usaha


ht

Coefficientsa
Standardized Collinearity Sta-
Unstandardized Coefficients
Model Coefficients t Sig. tistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
(Constant) -130 001,543 26 346,870 - -4,934 ,000
Produktivitas 0,333 0 ,001 ,247 225,250 ,000 ,997 1,003
(X5) Sertifikat skala
13 941 902,132 190 818,147 ,082 73,064 ,000 ,941 1,063
nasional/internasional
(X3) Anggota asosiasi 6 173 086,344 166 464,780 ,041 37,083 ,000 ,959 1,042
(X1) Lokasi usaha
1 281 038,851 40 807,976 ,034 31,392 ,000 ,996 1,004
urban/ rural
(X8) Penjualan online 3 471 503,209 120 629,152 ,032 28,778 ,000 ,967 1,034
(X9) Laporan keuan-
2 181 989,008 104 251,598 ,023 20,930 ,000 ,959 1,043
gan
a. Dependent Variable: (Y) laba usaha

86 Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil
. id
go
p s.
.b
ng
pu
am
//l
s:
tp
ht

BADAN PUSAT STATISTIK


PROVINSI LAMPUNG
Jl. Basuki Rahmat no. 54 Teluk Betung, Bandar Lampung 35215
Telp.: 0721 482909, Fax: 0721 484329
Homepage: http://lampung.bps.go.id E-mail: bps1800@bps.go.id

Anda mungkin juga menyukai