Anda di halaman 1dari 2

Nama : Christyan budi saputra

Ibnu surady jafar sidiq

Si Kancil dan Siput yang Penuh Makna


Pada suatu hari, ada seekor kancil yang berlari-lari di hutan. Si kancil memang terkenal angkuh
karena ia mampu berlari sangat cepat. Bahkan, mungkin ia adalah salah satu hewan paling
cepat di dalam hutan.

Lalu pada suatu hari, seekor siput yang sangat lamban berjalan melewati kancil. Si kancil pun
merasa ia harus menunjukkan kemampuannya di depan siput dan mengolok-oloknya. “Siput!
Kamu lamban sekali! Apakah kamu ingin berlomba lari denganku?” Tanya kancil sambil
tersenyum jahat. Si kancil awalnya sangat yakin si siput akan menolak penawarannya karena
tidak mungkin siput bisa mengalahkan kancil. Namun, ternyata siput justru menerima
tantangan dari kancil!

Merasa sedikit terkejut, kancil sangat tidak menyangka dengan respons siput itu. Namun, kancil
tidak merasa khawatir sama sekali karena ia yakin ia bisa mengalahkan siput dengan sangat
mudah. Memang, siput jauh lebih lamban dari kancil, tetapi siput tidak menerima tantangan
dari kancil tanpa strategi yang matang. Tanpa kancil sadari, siput merencanakan bagaimana
cara ia bisa memenangkan perlombaan ini dengan bantuan para siput lainnya di hutan.

Seluruh siput yang ada di hutan akan bekerja sama dan berbaris di sepanjang tepi sungai. Ketika
si kancil memanggil siput untuk meledeknya, siput di depannya harus menjawab si kancil agar ia
merasa kalah karena berada di belakang.

Di hari perlombaan, kancil merasa sangat percaya diri ia bisa memenangkan perlombaan. Saat
pemandu perlombaan memberikan mereka aba-aba untuk mulai berlari, kedua hewan ini
berlari sekuat tenaga mereka. Tentu saja kancil berada lebih di depan dibandingkan siput yang
berada di garis start bersamanya. Namun, ia tetap berada di belakang siput-siput yang berbaris
rapi di tepi sungai, bukan?

Setelah beberapa saat, si kancil pun siap menyombongkan dirinya dengan memanggil-manggil
siput. Ia berpikir bahwa siput tidak akan bisa mendengarnya karena siput berada jauh di
belakang.

“Hei, siput! Apakah kamu sudah lelah? Hahaha,” ucap kancil dengan rasa puas.

“Tidak, aku belum lelah,” jawab siput yang berada di depannya. Kancil pun terkejut dan merasa
panik. Ia kembali berlari sekuat tenaga.
Setelah beberapa saat, kancil bertanya lagi pada siput. Lagi-lagi, ia berharap siput tidak
menjawabnya.

“Sepertinya kamu akan kalah, siput,” ucap kancil dengan rasa sombong.

“Sepertinya tidak,” jawab siput dengan nada yang lembut.

Kancil pun merasa lebih terkejut dari sebelumnya dan ia kembali berlari lebih kencang. Namun,
sekarang kancil mulai kehabisan tenaga dan ia kehausan. Kancil merasa lemas

dan kakinya menjadi sangat pegal. Akhirnya, kancil pun mengundurkan diri dari perlombaan
karena ia sudah tidak kuat untuk berlari lagi—atau bahkan hanya untuk berjalan.

Anda mungkin juga menyukai