Anda di halaman 1dari 42

A.

KAIDAH PENCACAHAN
1. Aturan Pengisian Tempat
Andi diundang menghadiri acara ulang tahun temannya. Andi mempunyai tiga buah baju dua buah
celana.
Baju     : Merah, Kuning, Ungu
Celana : Hitam, Biru
Ada berapa cara Andi dapat mamasang-masangkan baju dan celananya?
Penyelesaian:
Banyaknya pasangan celana dan baju  yang dapat dipakai Andi ada 6 yaitu:
{(hitam, kuning), (hitam, merah), (hitam, ungu),(biru, kuning), (biru, merah), (biru, ungu)}
2. Faktorial
Definisi:
n! = 1 × 2 × 3 × …× (n – 2) × (n – 1) × n atau
n! = n × (n – 1) × (n – 2) × … × 3 × 2 × 1
1! = 1 dan 0! = 1
Untuk lebih memahami tentang faktorial, perhatikan contoh berikut.
1. 6! = 6 × 5 × 4 × 3 × 2 × 1 = 720
2. 3! × 2 ! = 3 × 2 × 1 × 2 × 1 = 6 × 2 = 12
       7!       7×6×5×4×3×2×1
3.  —— = ———————— = 7 × 6 × 5 = 210
       4!            4×3×2×1
3. Permutasi
Dari 5 orang calon pengurus akan dipilih 3 orang untuk menempati posisi sebagai ketua, sekretaris,
dan bendahara. Ada berapa banyak cara memilih pengurus ?
Penyelesaian:
Untuk menjawab hal tersebut marilah kita gambarkan 3 tempat kosong yang akan diisi dari 5 calon
pengurus yang tersedia.
5 x 4 x 3
Kotak (a) dapat diisi dengan 5 calon karena calonnya ada 5
Kotak (b) dapat diisi dengan 4 calon karena 1 calon sudah diisikan di kotak (a).

Kotak (c) dapat diisi dengan 3 calon karena 2 calon sudah diisikan di kotak sebelumnya.

Sehingga banyaknya susunan pengurus kelas adalah 5 × 4 × 3 = 60.


Susunan semacam ini disebut permutasi karena urutannya diperhatikan, sebab ketua, sekretaris,
bendahara tidak sama dengan sekretaris, ketua, bendahara.
a. Permutasi r unsur dari n unsur berbeda
Permutasi pada contoh ini disebut permutasi 3 dari 5 unsur dan
dinotasikan dengan  P(5.3) atau 5P3, sehingga:

5P3 = 5 × 4 × 3
      = 5 × (5 – 1) × (5 – 2)
      = 5 × (5 – 1) × …..× (5 – 3 + 1),
Secara umum dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
Banyaknya permutasi dari n unsur diambil r unsur dinotasikan:
nPr = n (n – 1) (n – 2) (n – 3) … (n – r + 1)
Atau dapat juga ditulis:
                                                                       (n – r) (n – r – 1)  … 3.2.1
nPr =n (n – 1) (n – 2) (n – 3) … (n – r + 1) x ——————————
                                                                       (n – r) (n – r – 1)  … 3.2.1
           n (n – 1) (n – 2) (n – 3) … (n – r + 1)(n – r) (n – r – 1)  … 3.2.1
nPr =——————————————————————————
                                 (n – r) (n – r – 1)  … 3.2.1

             n!
nPr =————
        (n – r)!

Contoh:
Akan disusun berjajar bendera  negara-negara: Inggris, Prancis, Jerman, Belanda, Spanyol dan
Yunani. Tentukan banyaknya cara memasang bendera tersebut jika bendera Inggris dan Prancis harus
selalu  berdampingan !
Penyelesaian:
Banyaknya negara ada 6 tetapi Inggris dan Prancis harus berdampingan sehingga Inggris dan Prancis
dihitung 1. Jadi banyaknya negara ada 5,
untuk menyusun benderanya 5P5 = 5!
Inggris dan Prancis dapat bertukar posisi sebanyak 2!
Banyaknya cara = 5! x 2!
                            = 5 x 4 x 3 x 2 x 1 x 2 x 1
                            = 240 
b. Permutasi Jika Ada Unsur yang Sama
Untuk menghitung banyaknya permutasi jika ada unsur yang sama, marilah kita lihat contoh berikut.
Berapakah banyaknya kata yang dapat disusun dari huruf-huruf pembentuk kata: A, D, A, M  ?
Penyelesaian:
Banyaknya kata = {(ADAM), (ADMA), (AMAD), (AMDA), (AAMD), (AADM), (DAAM), (DAMA), (DMAA),
(MAAD), (MADA), (MDAA)}
ternyata banyaknya kata hanya ada 12, hal ini berbeda kalau tidak ada huruf yang sama banyaknya
cara ada 4! = 24

Dari contoh dapat dijabarkan 12 = 4 × 3 atau permutasi 4 unsur dengan 2


                               4!
unsur sama ditulis: ——
                               2!
Secara umum banyaknya permutasi n unsur yang memuat k, l, dan m unsur yang sama dapat
ditentukan dengan rumus:
            n!
 P = ————
         k! l! m!
Perhatikan simulasi berikut!
Contoh 6:
Berapakah banyaknya kata yang dapat dibentuk dari huruf-huruf pembentuk kata MATEMATIKA?
Penyelesaian:
MATEMATIKA
Banyak huruf =10
banyak M = 2
banyak A =3
banyak T = 2
            10!          10 x 9 x 8 x 7 x 6 x  5 x 4 x 3 x 2 x 1
 P = ———— = —————————————————
         2! 3! 2!               2 x 1 x 3 x 2 x 1 x 2 x 1
        3628800
 P = ———— = 151200
           24              
Banyaknya kata yang dapat dibentuk ada 151200 kata

c. Permutasi Siklis
Andi, Budi dan Candra hendak duduk mengelilingi sebuah meja. Berapakah banyak cara mereka 
dapat duduk mengelilingi meja tersebut?
Kalau mereka duduk berjajar banyaknya cara ada 3! = 6 yaitu
{ABC, ACB, BAC, BCA, CAB, CBA}
Bagaimana kalau mereka mengelilingi sebuah meja ?
Kemungkinan 1 diperoleh bahwa ABC = CAB = BCA
Kemungkinan 2 diperoleh bahwa ACB = CBA = BAC
Sehingga banyak cara mereka duduk hanya ada 2 cara
ternyata banyaknya cara 3 orang duduk mengelilingi sebuah meja = (3 - 1)!
Secara umum banyaknya permutasi siklis dapat ditentukan dengan rumus:
         
  P= (n - 1)!
Contoh 7:
Berapakah banyaknya cara 8 orang dapat duduk mengelilingi api unggun jika 2 orang tertentu harus
selalu berdampingan?
Penyelesaian:
Banyaknya orang ada 8 tetapi dua orang tertentu harus berdampingan (dihitung satu) sehingga
banyaknya orang ada 7,
Permutasi siklis 7 orang = (7 - 1)!
Dua orang yang berdampingan dapat bertukar posisi sebanyak 2!
Banyaknya cara = 6! x 2!
                            = 6 x 5 x 4 x 3 x 2 x 1 x 2 x 1
                            = 1440

4. Kombinasi
Ada tiga sahabat yang baru bertemu setelah sekian lama, mereka adalah
Adi, Budi, dan Candra. Saat bertemu mereka saling berjabat tangan, tahukah kamu berapa banyak
jabat tangan yang terjadi?

Adi berjabat tangan dengan Budi ditulis {Adi, Budi}.


Budi berjabat tangan dengan Adi ditulis {Budi, Adi}.
Antara {Adi, Budi} dan {Budi, Adi} menyatakan himpunan yang sama, hal ini disebut kombinasi. Di lain
pihak {Adi, Budi}, {Budi, Adi} menunjukkan urutan yang berbeda yang berarti merupakan permutasi
yang berbeda.
Dari contoh dapat diambil kesimpulan:
Permutasi  = Adi – Budi, Adi – Candra, Budi – Adi,
                     Budi – Candra, Candra – Adi, Candra – Budi
                   = 6 karena urutan diperhatikan
Kombinasi = Adi – Budi, Adi – Candra, Budi – Candra
                   = 3 karena urutan tidak diperhatikan
                           6         permutasi
Kombinasi = 3 =—— = ——————
                           2                2
Jadi kombinasi dari 3 unsur diambil 2 unsur ditulis:
            3P2              3!
3C2 = —— = ————
           2       2! (3 − 2)!

Secara umum dapat disimpulkan bahwa:


Banyaknya kombinasi dari n unsur yang berbeda diambil  r unsur
                             n
ditulis  dengan C  atau C(n. r) atau nCr, sehingga:
                             r

              P                 n!
nCr =———— = ————
            r!           (n - r)! r!

Perhatikan contoh soal berikut untuk lebih memahami tentang kombinasi.


Contoh 8:
1. Hitunglah nilai dari:
    a. 8C4
    b. 6C2 × 4C3
Penyelesaian:
                 8!              8!        8 x 7 x 6 x  5 x 4 x 3 x 2 x 1
a. 8C4 =————  =———  =———————————— = 70
             (8 - 4)! 4!    4! 4!     4 x 3 x 2 x 1 x 4 x 3 x 2 x 1

                          6!                4!        6 x  5 x 4 x 3 x 2 x 1    4 x 3 x 2 x 1

b. 6C2 × 4C3 =————  x ———— =—————————  x —————= 70


                     (6 - 2)! 2!  (4 - 3)! 3!  4 x 3 x 2 x 1 x  2 x 1    1 x 3 x 2 x 1

Penyelesaian:
               10!               
10C3 =—————
         (10 - 3)! 3!

               10!               
           =—————
            7! 3!

          10 x 9 x 8 x 7! 
           =——————
          7! 3 x 2 x 1

           720
           =———
             6 
   
      = 120

Contoh 10:
Dalam pelatihan bulutangkis terdapat 8 orang pemain putra dan 6 orang pemain
putri. Berapakah pasangan ganda yang dapat diperoleh untuk:
a. ganda putra
b. ganda putri
c. ganda campuran
Penyelesaian:
a. Karena banyaknya pemain putra ada 8 dan dipilih 2, maka banyak cara ada:

                 8!          8 . 7 . 6 !     56


     8C2 =———— = ———— = —— = 28
           (8 - 2)! 2!     6! . 2. 1       2

b. Karena banyaknya pemain putri ada 6 dan dipilih 2, maka banyak cara ada:

                 6!          6 . 5 . 4 !     30


     6C2 =———— = ———— = —— = 15
           (6 - 2)! 2!     4! . 2. 1       2

c. Ganda campuran berarti 8 putra diambil satu dan 6 putri diambil 1, maka:

                        8!                 6!           8!        6!


     8C1 x 6C1 =———— x ———— = —— x —— = 8 x 6 = 48
                    (8 - 1)! 1!   (6 - 1)! 1!      7!        5!

Contoh 11:
Dari 7 siswa putra dan 3 siswa putri akan dibentuk tim yang beranggotakan 5 orang. Jika disyaratkan
anggota tim tersebut paling banyak 2 orang putri, berapakah banyaknya cara mambentuk tim tersebut?
Penyelesaian:
Karena anggota tim ada 5 dan paling banyak 2 putri maka kemungkinannya adalah: 5 putra atau 4
putra 1 putri atau 3 putra 2 putri
Banyak cara memilih 5 putra =7C5
Banyak cara  memilih 4 putra 1 putri =7C4  . 3C1
Banyak cara  memilih 3 putra 2 putri =7C3  . 3C2

Banyak cara = 7C5  + 7C4  . 3C1  + 7C3  . 3C2     

                              7!               7!                3!                7!               3!


                      = ———— + ———— x ————  + ———— x ————
                         (7 - 5)! 5!   (7 - 4)! 4!    (3 - 1)! 1!    (7 - 3)! 3!    (3 - 2)! 2!

                
                          7 . 6 . 5!     7 . 6 . 5 . 4!   3 . 2 . 1    7 . 6 . 5 . 4!     3 . 2 . 1
                      = ———— + ————— x ———  + ————— x ————
                         2 . 1 . 5!      3 . 2 . 1 . 4!      2 . 1      4! . 3 . 2 . 1      2 . 1

                      = 105 + 105 + 21 = 231

Jadi banyaknya cara membentuk tim ada 231 cara


B. RUANG SAMPEL DAN KEJADIAN
1. Ruang Sampel
Tahukah kamu, apa saja yang mungkin muncul ketika sebuah dadu dilempar sekali ?
Kemungkinan yang muncul adalah mata dadu 1, 2, 3, 4, 5 atau 6.
Jadi banyaknya himpunan semua kejadian yang mungkin pada pelemparan sebuah dadu sekali ada 6.
Himpunan semua kejadian yang mungkin dari suatu percobaan disebut Ruang Sampel atau Ruang
Contoh biasa diberi lambang huruf S
Bagaimana kalau sebuah koin uang logam  dilemparkan sekali, apa saja yang mungkin muncul?
S = {Angka, gambar}
n(S) = 2

2. Kejadian
Kejadian merupakan himpunan bagian dari ruang sampel.
Contoh 14:
Dua buah dadu dilemparkan bersamaan sekali, tentukan kejadian munculnya
a. jumlah kedua dadu 10
b. selisih kedua dadu 3
c. jumlah kedua dadu 5 dan selisihnya 1
d. jumlah kedua dadu 4 atau selisihnya 5
Penyelesaian:
Untuk mengerjakan soal ini kita lihat jawaban contoh 13.
a. Jumlah kedua dadu 10 ={(4, 6), (5, 5), (6, 4)}
    Jadi banyaknya kejadian ada 3
b. Selisih kedua dadu 3 ={(1, 4), (2, 5), (3, 6), (4, 1), (5, 2), (6, 3)}
    Jadi banyaknya kejadian ada 6
c. Jumlah kedua dadu 5 dan selisihnya 1 ={(2, 3), (3, 2)}
    Jadi banyaknya kejadian ada 2
d. Jumlah kedua dadu 4 atau selisihnya 5 ={(1, 3), (2, 2), (3, 1), (1, 6), (6, 1}
    Jadi banyaknya kejadian ada 5
C. PELUANG SUATU KEJADIAN
1. Peluang Suatu Kejadian
Sebelum mempelajari peluang suatu kejadian, marilah kita ingat kembali mengenai ruang sampel yang
biasanya dilambangkan dengan S. Kejadian adalah himpunan bagian dari ruang sampel, sedangkan
titik sampel adalah setiap hasil yang mungkin terjadi pada suatu percobaan. Jika A adalah suatu
kejadian yang terjadi pada suatu percobaan dengan ruang sampel S, di mana setiap titik sampelnya
mempunyai kemungkinan sama untuk muncul, maka peluang dari suatu kejadian A ditulis sebagai
berikut.

             n(A)
P(A) = ———
             n(S )

Keterangan:
P(A) = peluang kejadian A
n(A) = banyaknya anggota A
n(S) = banyaknya anggota ruang sampel S

Contoh :
Pada pelemparan 3 buah uang sekaligus, tentukan peluang muncul:
a. ketiganya sisi gambar;
b. satu gambar dan dua angka.

Penyelesaian:
a. S = {AAA, AAG, AGA, GAA, AGG, GAG, GGA, GGG}
    Maka n(S) = 8
    Misal kejadian ketiganya sisi gambar adalah A.
    A = {GGG}, maka n(A) = 1
                  n(A)        1
    P(A) =  ——— =——
                  n(S )       8
b. Misal kejadian satu gambar dan dua angka adalah B.
     B = {AAG, AGA, GAA}, maka n(B) = 3
                  n(B)        3
    P(B) =  ——— =——
                  n(S )       8

Contoh:
Andi mengikuti  acara Jalan Santai dengan doorprize 5 buah sepeda motor. Jika jalan santai tersebut
diikuti oleh 1000 orang, berapakah peluang Andi mendapatkan doorprize sepeda motor?

Penyelesaian:
S = semua peserta jalan santai
maka n(S) = 1000
Misal kejadian  Andi mendapatkan motor adalah A.
A = {Motor1, Motor2, Motor3, Motor4, Motor5}
maka n(A) = 5
                  n(A)           5           1
    P(A) =  ——— = ——— = ——
                  n(S )       1000       200                               
                                                                                              1
Jadi peluang Andi mendapatkan doorprize sepeda motor  ——
                                                                                            200
2. Kisaran Nilai Peluang
Untuk mengetahui kisaran nilai peluang, perhatikan soal berikut:
Contoh 18:
Sebuah dadu dilemparkan sekali, tentukan peluang munculnya
a. Mata dadu 8               b. Mata dadu kurang dari 7
Penyelesaian:
a.  S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}, n(S) = 6
     misal kejadian muncul mata dadu 8 adalah A
     A = { }, n(A) = 0
                   n(A)       0       
     P(A) =  ——— = — =  0
                   n(S )      6      
     Kejadian muncul mata dadu 8 adalah kejadian mustahil, P(A) = 0
b.  S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}, n(S) = 6
     misal kejadian muncul mata dadu kurang dari 7 adalah B
     B = {1, 2, 3, 4, 5, 6}, n(B) = 6
                   n(B)       6       
     P(B) =  ——— = — =  1
                   n(S )      6      
    Kejadian muncul mata dadu kurang dari 7  adalah kejadian pasti, P(A) = 1

Jadi kisaran nilai peluang: 0  ≤  P(A) ≤ 1

3. Frekuensi Harapan Suatu Kejadian


Frekuensi harapan dari sejumlah kejadian merupakan banyaknya kejadian dikalikan dengan peluang
kejadian itu. Misalnya pada percobaan A dilakukan n kali, maka frekuensi harapannya ditulis sebagai
berikut.

  Fh = n × P(A)

Contoh 19:
Pada percobaan pelemparan 3 mata uang logam sekaligus sebanyak 240 kali, tentukan frekuensi
harapan munculnya dua gambar dan satu angka.
Penyelesaian:
S = {AAA, AAG, AGA, GAA, AGG, GAG, GGA, GGG} ⇒ n(S) = 8
A = {AGG, GAG, GGA} ⇒ n(A) = 3
                                          n(A)                3
Fh(A) = n × P(A) = 240 × —— = 240 × —— =  90 kali
                                          n(S)                 8

4. Peluang Komplemen Suatu Kejadian


Untuk mempelajari peluang komplemen, perhatikan contoh berikut.
Contoh:
Pada pelemparan sebuah dadu sekali, berapakah peluang munculnya:
a. nomor dadu ganjil,
b. nomor dadu tidak ganjil?
Penyelesaian:
a.  S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}, maka n(S) = 6.
     A adalah kejadian  keluar nomor dadu ganjil
     A = {1, 3, 5}, maka n(A) = 3 sehingga
                  n(A)        3        1
     P(A) =  ——— =—— = —
                  n(S )       6        2

b.  B adalah kejadian  keluar nomor dadu tidak ganjil


     B = {2, 4, 6}, maka n(B) = 3 sehingga
                  n(B)        3        1
     P(B) =  ——— =—— = — , Peluang B adalah Peluang komplemen dari A
                  n(S )       6        2
Dari contoh tersebut kita dapat mengambil kesimpulan bahwa:

                       
 P(A) + P(AC) = 1 atau P(AC) = 1 – P(A)

Contoh:
Pada pelemparan 3 buah uang sekaligus, tentukan peluang munculnya  paling
sedikit satu angka !
Penyelesaian:
Cara biasa
S = {AAA, AAG, AGA, GAA, AGG, GAG, GGA, GGG}, maka n(S) = 8
Misal kejadian paling sedikit satu angka adalah A.
A = {AAA, AAG, AGA, GAA, AGG, GAG, GGA}, maka n(A) = 7
              n(A)        7
P(A) =  ——— =——
              n(S )       8

Cara komplemen
S = {AAA, AAG, AGA, GAA, AGG, GAG, GGA, GGG}, maka n(S) = 8
Misal kejadian paling sedikit satu angka adalah A.
Ac = {GGG}, maka n(Ac) =1

              n(Ac)       1
P(Ac) =  ——— =——
              n(S )        8

                                       1         7
P(A) = 1 – P(Ac) = 1 – —— = ——
                                       8         8

5. Peluang Kejadian Majemuk


a. Peluang Gabungan 2 kejadian
Misal A dan B adalah dua kejadian yang berbeda, maka peluang kejadian
A ∪  B ditentukan dengan aturan:

 P(A ∪ B) = P(A) + P(B) – P(A∩B)

Contoh:
Sebuah dadu dilambungkan sekali, jika A adalah kejadian munculnya bilangan ganjil dan B adalah
kejadian munculnya bilangan prima. Tentukan peluang kejadian munculnya bilangan ganjil atau prima!
Penyelesaian:

S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}
A = bilangan ganjil : {1, 3, 5} → P(A) = 3/6
B = bilangan prima : {2, 3, 5} → P(B) =3/6                                
A∩B = {3, 5} → P{A∩B} = 2/6
P(A∪ B) = P(A) + P(B) – P(A∩B)
               = 3/6 + 3/6  – 2/6 = 4/6 = 2/3
Jadi peluang kejadian munculnya bilangan ganjil atau prima adalah 2/3

Contoh:
Diambil sebuah kartu dari 1 set kartu bridge, tentukan peluang terambilnya kartu As atau kartu Hati!
Penyelesaian:n(S) = 52 (karena banyaknya kartu dalam 1 set kartu bridge 52)
A = kartu As, n(A) = 4 (Banyaknya kartu As dalam1 set kartu bridge 4)
              4
P(A) = ——
             52
B = kartu Hati, n(B) = 13 (Banyaknya kartu Hati dalam1 set kartu bridge 13)
             13
P(B) = ——
             52                          
n(A∩B) = 1 (Banyaknya Kartu As dan  Hati dalam1 set kartu bridge 1)
                   1
P(A∩B) = ——
                  52                                                 
                                                             4       13        1     16
P(A∪ B) = P(A) + P(B) – P(A∩B) = —— + —— – —— =——
                                                            52      52        52   52        
                                                                                                 16        
Jadi peluang kejadian terambilnya kartu As atau Hati  adalah ——
                                                                                                 52

b. Peluang Kejadian Saling Lepas (Saling Asing)


Kejadian A dan B saling asing jika kedua kejadian tersebut tidak mungkin terjadi bersama-sama. Ini
berarti A∩B = 0  atau P(A∩B) = 0
Sehingga: P (A∪ B) = P(A) + P(B) – P(A∩B) = P(A) + P(B) – 0
  P (A∪ B) = P(A) + P(B)

Contoh:
Sebuah dadu dilambungkan sekali, jika A adalah kejadian munculnya bilangan ganjil dan B adalah
kejadian munculnya bilangan genap. Tentukan peluang kejadian munculnya bilangan ganjil atau
genap!
Penyelesaian:

S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}
A = bilangan ganjil : {1, 3, 5} → P(A) = 3/6
B = bilangan genap : {2, 4, 6} → P(B) =3/6                                
A∩B = {} → P(A∩B) = 0 (A dan B kejadian saling lepas)
P(A∪ B) = P(A) + P(B)
               = 3/6 + 3/6 = 1
Jadi peluang kejadian munculnya bilangan ganjil atau genap adalah 1
Contoh:
Sebuah kotak berisi 5 bola merah, 2 bola kuning dan 1 bola biru. Akan diambil sebuah bola secara
acak. Tentukan peluang terambilnya bola merah atau bola kuning!
Penyelesaian:
                         8!               8!              8 . 7!
n(S) = 8C1 = ————  = ————  = ——— =  8
                     1!(8- 1)!        1 . 7!            7!
Misal kejadian terambilnya kelereng merah adalah A, maka:
                              5!             5!                         n(A)         5          
    n(A) = 5C1 = ———— = —— = 5,    P(A) = ——— = ——
                         1!(5 - 1)!       4!                         n(S)         8              
Misal kejadian terambilnya kelereng kuning adalah B, maka:
                              2!             2!                         n(B)         2            
    n(B) = 2C1 = ———— = —— = 2,    P(B) = ——— = ——
                         1!(2 - 1)!       1!                         n(S)         8             
A∩B = {}  (Kejadian saling lepas)
                                           5           2         7
P(A∪ B) = P(A) + P(B) = ——  +  ——  = ——  
                                           8           8         8                    7 
Jadi peluang terambilnya bola merah atau bola kuning ——
                                                                                         8
c. Peluang Kejadian Saling Bebas
Jika kejadian A tidak memengaruhi terjadinya kejadian B dan sebaliknya, atau terjadi atau tidaknya
kejadian A tidak tergantung pada terjadi atau tidaknya kejadian B maka dua kejadian ini disebut
kejadian saling bebas. Hal ini seperti digambarkan pada pelemparan dua buah dadu sekaligus.
A adalah kejadian munculnya dadu pertama angka 3 dan
B adalah kejadian munculnya dadu kedua angka 5
maka kejadian A dan kejadian B merupakan dua kejadian yang saling bebas, dan peluang kejadian ini
dapat dirumuskan:

  P(A∩B) = P(A) × P(B)

Coba kamu pelajari contoh berikut untuk lebih memahami tentang kejadian saling bebas.
Contoh:
Dua buah dadu dilemparkan bersama-sama, tentukan peluang munculnya mata dadu 3 pada dadu
pertama dan mata dadu 5 pada dadu kedua!
Penyelesaian: 
Kejadian munculnya mata dadu 3 pada dadu pertama tidak terpengaruh kejadian munculnya mata
dadu 5 pada dadu kedua jadi ini adalah dua kejadian yang saling bebas
S = {(1, 1), (1, 2), (1, 3), ….., (6, 6)} → n(S) = 36
Misal kejadian munculnya mata dadu 3 pada dadu pertama adalah A, maka:
                                                                                                       6         1
A = {(3, 1), (3, 2), (3, 3), (3, 4), (3, 5), (3, 6)} → n(A) = 6  P(A) = —— = ——
                                                                                                      36        6
Misal kejadian munculnya mata dadu 5 pada dadu kedua adalah B, maka:
                                                                                                        6         1
B = {(1, 5), (2, 5), (3, 5), (4, 5), (5, 5), (6, 5)} → n(B) = 6  P(B) = —— = ——      
                                                                                                       36        6

                                        1           1          1          


P(A∩B) = P(A) × P(B) =  ——  × ——  = —— 
                                        6           6         36         
                     
Jadi peluang munculnya mata dadu 3 pada dadu pertama dan mata dadu 5
                                 1
pada dadu kedua = ——
                                36
Contoh:Kotak A berisi 5 bola merah dan 3 bola kuning sedangkan Kotak B berisi 5 bola merah dan 2
bola kuning. Akan diambil sebuah bola secara acak dari masing-masing kotak. Tentukan peluang
terambilnya bola merah dari kotak A dan terambilnya bola kuning dari kotak B!
Penyelesaian:Kotak A
                          8!               8!              8 . 7!
n(S) = 8C1 = ————  = ————  = ——— =  8
                     1!(8- 1)!        1 . 7!            7!
Misal kejadian terambilnya bola merah dari kotak A adalah A, maka:
                              5!             5!                         n(A)         5          
    n(A) = 5C1 = ———— = —— = 5,    P(A) = ——— = ——
                         1!(5 - 1)!       4!                         n(S)         8  
Kotak B
                         7!               7!              7 . 6!
n(S) = 7C1 = ————  = ————  = ——— =  7
                     1!(7- 1)!        1 . 6!            6!           
Misal kejadian terambilnya bola kuning dari kotak B adalah B, maka:
                              2!             2!                         n(B)         2            
    n(B) = 2C1 = ———— = —— = 2,    P(B) = ——— = ——
                         1!(2 - 1)!       1!                         n(S)         7             
                                        5           2          5          
P(A∩B) = P(A) × P(B) =  ——  × ——  = —— 
                                        8           7         28

6. Peluang Kejadian Bersyarat


Dua kejadian disebut kejadian bersyarat atau kejadian yang saling bergantung apabila terjadi atau tidak
terjadinya kejadian A akan mempengaruhi terjadi atau tidak terjadinya kejadian B. Peluang terjadinya
kejadian A dengan syarat kejadian B telah terjadi adalah:
                  P(A∩B)      
 P(A/B) =  ————  P(B) ≠ 0
                    P(B)      
 
Atau Peluang terjadinya kejadian B dengan syarat kejadian A telah terjadi adalah:
                  P(A∩B)      
 P(B/A) =  ————  P(A) ≠ 0
                    P(A)      

Contoh:
Sebuah kotak berisi 5 bola merah dan 3 bola kuning. Akan diambil sebuah bola secara acak berturut-
turut sebanyak dua kali tanpa pengembalian . Tentukan peluang terambilnya keduanya bola merah!
Penyelesaian:                     
Misal kejadian terambilnya bola merah pada pengambilan pertama adalah A, maka:
                   n(A)        5          
     P(A) = ——— = ——
                   n(S)        8  

Misal kejadian terambilnya bola merah pada pengambilan kedua adalah B, maka:
                    n(B/A)      4          
     P(B/A) = ——— = ——
                     n(S)        7 
                                            5           4          5          
P(A∩B) = P(A) × P(B/A) =  ——  × ——  = —— 
                                            8           7         14       
Demikianlah sedikit uraian materi tentang rumus-rumus peluang. Anda bisa mempelajari sifat-sifat dan
konsep peluang lainnya di sini
Atau jika anda menginginkan rumus-rumus ringkasnya dan ingin mendownload rumus-rumus peluang
di atas, anda bisa menuju ke sini
Untuk peta materi secara keseluruhan silahkan ke halaman ini
Terima kasih sudah berkunjung dan membaca. Semoga ada manfaatnya.

Statistika adalah cabang dari matematika yang mempelajari cara mengumpulkan


data, menyusun data, menyajikan data, mengolah dan menganalisis data, menarik
kesimpulan, dan menafsirkan parameter.
Kegiatan Statistika meliputi:
1. Mengumpulkan data
2. Menyusun data
3. Menyajikan data
4. Mengolah dan Menganalisis data
5. Menarik kesimpulan
6. Menafsirkan

1. Pengertian Datum dan Data


Perhatikan contoh berikut:
Misalkan hasil pengukuran berat badan 5 murid adalah 43 kg, 46 kg, 44 kg, 55 kg,
dan 60 kg. Adapun tingkat kesehatan dari kelima murid itu adalah baik, baik, baik,
buruk, dan buruk. Data pengukuran berat badan, yaitu 43 kg, 46 kg, 44 kg, 55 kg, dan
60 kg disebut fakta dalam bentuk angka. Adapun hasil pemeriksaan kesehatan, yaitu
baik dan buruk disebut fakta dalam bentuk kategori. Selanjutnya, fakta tunggal
dinamakan datum. Adapun kumpulan datum dinamakan data.
 2. Pengertian Populasi dan Sampel 
Misal, seorang peneliti ingin meneliti tinggi badan rata-rata siswa SMA di Kabupaten
Tegal. Kemudian, ia kumpulkan data tentang tinggi badan seluruh siswa SMA di
Kabupaten Tegal. Data tinggi badan seluruh siswa SMA di Kabupaten Tegal disebut
populasi. Namun, karena ada beberapa kendala seperti keterbatasan waktu, dan
biaya, maka data tinggi badan seluruh siswa SMA di Kabupaten Tegal akan sulit
diperoleh. Untuk mengatasinya, dilakukan pengambilan tinggi badan dari beberapa
siswa SMA di Kabupaten Tegal yang dapat mewakili keseluruhan siswa SMA di
Kabupaten Tegal. Data tersebut dinamakan data dengan nilai perkiraan, sedangkan
sebagian siswa SMA yang dijadikan objek penelitian disebut sampel. Agar diperoleh
hasil yang berlaku secara umum maka dalam pengambilan sampel, diusahakan agar
sampel dapat mewakili populasi.
3. Pengumpulan Data
Menurut sifatnya, data dibagi menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut.
1)  Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan. Data kuantitatif
terbagi atas dua bagian, yaitu data cacahan dan data ukuran.

     a) Data cacahan (data diskrit) adalah data yang diperoleh dengan cara
membilang. Misalnya, data tentang
         banyak anak dalam keluarga.
     b) Data ukuran (data kontinu) adalah data yang diperoleh dengan cara mengukur.
Misalnya, data tentang
         ukuran tinggi badan murid.
2)  Data kualitatif adalah data yang bukan berbentuk bilangan.
     Data kualitatif berupa ciri, sifat, atau gambaran dari kualitas objek. Sebagai
contoh, data mengenai kualitas pelayanan, yaitu baik, sedang, dan kurang. Cara
untuk mengumpulkan data, antara lain adalah melakukan wawancara, mengisi
lembar pertanyaan (questionery), melakukan pengamatan (observasi), atau
menggunakan data yang sudah ada, misalnya rataan hitung nilai rapor.
1. Diagram Garis
Penyajian data statistik dengan menggunakan diagram berbentuk garis lurus disebut
diagram garis lurus atau diagram garis. Diagram garis biasanya digunakan untuk
menyajikan data statistik yang diperoleh berdasarkan pengamatan dari waktu ke
waktu secara berurutan.
2. Diagram Batang
Diagram batang umumnya digunakan untuk menggambarkan perkembangan nilai
suatu objek penelitian dalam kurun waktu tertentu. Diagram batang menunjukkan
keterangan-keterangan dengan batang-batang tegak atau mendatar dan sama lebar
dengan batang-batang terpisah
3. Diagram Lingkaran
Diagram lingkaran adalah penyajian data statistik dengan menggunakan gambar
yang berbentuk lingkaran. Bagian-bagian dari daerah lingkaran menunjukkan bagian-
bagian atau persen dari keseluruhan. Untuk membuat diagram lingkaran, terlebih
dahulu ditentukan besarnya persentase tiap objek terhadap keseluruhan data dan
besarnya sudut pusat sektor lingkaran.
 1. Distribusi Frekuensi Tunggal
Data tunggal seringkali dinyatakan dalam bentuk daftar bilangan, namun kadangkala
dinyatakan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Tabel distribusi frekuensi tunggal
merupakan cara untuk menyusun data yang relatif sedikit.
2. Distribusi Frekuensi Kelompok 
Data yang berukuran besar (n > 30) lebih tepat disajikan dalam tabel distribusi
frekuensi kelompok, yaitu cara penyajian data yang datanya disusun dalam kelas-
kelas tertentu. Langkah-langkah penyusunan tabel distribusi frekuensi adalah
sebagai berikut.

 Langkah ke-1 menentukan Jangkauan (J) = Xmax - Xmin


 Langkah ke-2 menentukan banyak interval (K) dengan rumus "Sturgess" yaitu: K= 1
+ 3,3 log n dengan n adalah banyak data. Banyak kelas harus merupakan bilangan bulat
positif hasil pembulatan ke bawah.
 Langkah ke-3 menentukan panjang interval kelas (I) dengan menggunakan rumus:
         J
          I = ––––
                 K

 Langkah ke-4 menentukan batas-batas kelas. Data terkecil harus merupakan batas
bawah interval kelas pertama atau data terbesar adalah batas atas interval kelas terakhir.
 Langkah ke-5 memasukkan data ke dalam kelas-kelas yang sesuai dan menentukan
nilai frekuensi setiap kelas dengan sistem turus.
3. Histogram 
Dari suatu data yang diperoleh dapat disusun dalam tabel distribusi frekuensi dan
disajikan dalam bentuk diagram yang disebut histogram. Jika pada diagram batang,
gambar batang-batangnya terpisah maka pada histogram gambar batang-batangnya
berimpit.
4. Poligon 
Apabila pada titik-titik tengah dari histogram dihubungkan dengan garis dan batang-
batangnya dihapus, maka akan diperoleh poligon frekuensi.
5. Distribusi Frekuensi Kumulatif 
Daftar distribusi kumulatif ada dua macam, yaitu sebagai berikut.
a. Daftar distribusi kumulatif kurang dari (menggunakan tepi atas).
b. Daftar distribusi kumulatif lebih dari (menggunakan tepi bawah).
6. Ogive (Ogif)
Grafik yang menunjukkan frekuensi kumulatif kurang dari atau frekuensi kumulatif
lebih dari disebut poligon kumulatif. Poligon kumulatif dibuat mulus, yang hasilnya
disebut ogif. Ada dua macam ogif, yaitu sebagai berikut.
a. Ogif frekuensi kumulatif kurang dari disebut ogif positif.
b. Ogif frekuensi kumulatif lebih dari disebut ogif negatif.

Pelajaran Statistika di tingkat SMA meliputi mean, modus, median, jangkauan, simpangan, dan ragam
1. Rumus Rataan Hitung (Mean) 
Rata-rata hitung dihitung dengan cara membagi jumlah nilai data dengan banyaknya data. Rata-rata hitung
bisa juga disebut mean.
a) Rumus Rataan Hitung dari Data Tunggal 

b) Rumus Rataan Hitung Untuk Data yang Disajikan Dalam Distribusi Frekuensi
Dengan : fixi = frekuensi untuk nilai xi yang bersesuaian
xi = data ke-i
c) Rumus Rataan Hitung Gabungan

Contoh soal :
1.) Seorang peneliti mencatat banyak bayi yang lahir selama setahun di 20 kecamatan.
Hasil pencatatannya disajikan berikut.

136 140 220 193 130 158 242 127 184 213
200 131 111 160 217 281 242 242 281 192

 Hitunglah rataan hitung (mean) data tersebut.

Penyelesaian :

Perhatikan data berikut.

nilai ujian 3 4 5 6 7 8 9
frekuensi 3 5 12 17 14 6 3

2.) Seorang siswa dinyatakan lulus jika nilai ujiannya lebih tinggi dari nilai rata-rata
dikurangi 1. Dari data di atas, yang lulus adalah :

Penyelesaian :
Siswa dinyatakan lulus jika nilainya lebih dari :

6,07 – 1 = 5,07.

Jadi, jumlah yang lulus adalah :

= 17 + 14 + 6 + 3 = 40 orang.

2. Rumus Modus
a. Data yang belum dikelompokkan
Modus dari data yang belum dikelompokkan adalah ukuran yang memiliki frekuensi tertinggi. Modus
dilambangkan mo.
b. Data yang telah dikelompokkan
Rumus Modus dari data yang telah dikelompokkan dihitung dengan rumus:

Dengan : Mo = Modus
L = Tepi bawah kelas yang memiliki frekuensi tertinggi (kelas modus) i = Interval kelas
b1 = Frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval terdekat sebelumnya
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval terdekat sesudahnya
Contoh soal :

1.)Tentukan modus dari data berikut ini.

a. 45, 50, 50, 64, 69, 70, 70, 70, 75, 80


b. 50, 65, 65, 66, 68, 73, 73, 90
c. 35, 42, 48, 50, 52, 55, 60

Pembahasan :
a. Oleh karena nilai 70 muncul paling banyak (yaitu tiga kali muncul), modusnya adalah
70.
b. Oleh karena nilai 65 dan 73 muncul paling banyak (yaitu dua kali muncul), modusnya
adalah 65 dan 73 (tidak tunggal).
c. Data 35, 42, 48, 50, 52, 55, 60 tidak mempunyai modus 

2.)Tabel 3. menunjukkan hasil ulangan matematika dari 71 siswa Kelas XI SMA Bhinneka.
Tentukan modus dari data tersebut.

Interval Kelas Frekuensi


40 – 44 2
45 – 49 2
50 – 54 6
55 – 59 8
60 – 64 10
65 – 69 11
75 – 79 6
80 – 84 4
85 – 89 4
90 – 94 3

Oleh karena kelas ke-7 mempunyai frekuensi terbesar (frekuensinya 15) maka kelas ke-7
merupakan kelas modus.

i = 44,5 – 39,5 = 5
L = Batas bawah nyata kelas ke-7 = 69,5 (tepi bawah kelas)
d1 = 15 – 11 = 4
d2 = 15 – 6 = 9

Jadi,
3. Rumus Median (Nilai Tengah) 
a) Data yang belum dikelompokkan
Untuk mencari median, data harus dikelompokan terlebih dahulu dari yang terkecil sampai yang terbesar. 

b) Data yang Dikelompokkan

Dengan : Qj = Kuartil ke-j


j = 1, 2, 3
i = Interval kelas
Lj = Tepi bawah kelas Qj
fk = Frekuensi kumulatif sebelum kelas Qj
f = Frekuensi kelas Qj
n = Banyak data
Contoh soal

1.)Tentukan median, kuartil bawah, dan kuartil atas dari data berikut.

67 86 77 92 75 70
63 79 89 72 83 74
75 103 81 95 72 63
66 78 88 87 85 67
72 96 78 93 82 71

Urutkan data dari kecil ke besar hasilnya sebagai berikut.

No. Unit Data (xi) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10


Nilai Data 63 63 66 67 67 70 71 72 72 72

No. Unit Data (xi) 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20


Nilai Data 74 75 75 77 78 78 79 81 82 83

No. Unit Data (xi) 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30


Nilai Data 85 86 87 88 89 92 93 95 96 103
2.)Tentukan median, kuartil bawah, dan kuartil atas dari data pada Tabel. 4.

Interval Kelas Frekuensi


40 – 44 2
45 – 49 2
50 – 54 6
55 – 59 8
60 – 64 10
65 – 69 11
70 – 74 15
75 – 79 6
80 – 84 4
85 – 89 4
90 – 94 3

Kunci Jawaban :

Kelas Frekuensi Frekuensi


Interval Kumulatif
40 – 44 2 2

45 – 49 2 4

50 – 54 6 10

Q1 → 55 – 59 8 18
60 – 64 10 28
Q2 → 65 – 69 11 39
Q3 → 70 – 74 15 54
75 – 79 6 60

80 – 84 4 64

85 – 89 4 68

90 – 94 3 71

Jadi, kelas Q1 ada di kelas ke-4 (kelas 55 – 59)

Jadi, kelas Q2 ada di kelas ke-6 (kelas 65 – 69)

Jadi, kelas Q3 ada di kelas ke-7 (kelas 70 – 74)

Dengan demikian, Q1 , Q2 , Q3 dapat ditentukan sebagai berikut.


4. Rumus Jangkauan ( J )
Selisih antara nilai data terbesar dengan nilai data terkecil.

1.)Tentukan Jangkauan!

Interval Kelas Frekuensi


40 – 44 2
45 – 49 2
50 – 54 6
55 – 59 8
60 – 64 10
65 – 69 11
70 – 74 15
75 – 79 6
80 – 84 4
85 – 89 4
90 – 94 3

Penyelesaian :
Xmax = 92
Xmin = 42
92-42 = 50

5. Rumus Simpangan Quartil 

Contoh Soal :

1.) Tentukan jangkauan interkuartil dan simpangan kuartil dari data


berikut.
20     35     50     45     30     30     25     40     45     30     35

Penyelesaian:
Ingat hal pertama yang Anda lakukan adalah mengurutkan data tersebut
untuk mencari kuartil atas dan kuartil bawahnya, yakni sebagai berikut.

Jadi, kuartil bawah (Q1) dan kuartil atas (Q3) dari data tersebut yakni 30
dan
QR = Q3 – Q1
QR = 45 – 30
QR = 15
Sedangkan simpangan kuartilnya yakni:
Qd = ½QR
Qd = ½.15
Qd = 7,5
Jadi, jangkauan interkuartil dan simpangan kuartil dari data tersebut
adalah 15 dan 7,5.

6. Rumus Simpangan baku ( S ) 


Diketahui sekumpulan data kuantitatif yang tidak dikelompokkan dan dinyatakan oleh x1, x2, …,
xn. Dari data tersebut, dapat diperoleh nilai simpangan baku (S) yang ditentukan oleh rumus berikut.

Contoh Soal 1 :

Dari 40 orang siswa diambil sampel 9 orang untuk diukur tinggi badannya, diperoleh data berikut:

165, 170, 169, 168, 156, 160, 175, 162, 169.

Hitunglah simpangan baku sampel dari data tersebut.

Kunci Jawaban :

Jadi, simpangan bakunya adalah 5,83.

Sekumpulan data kuantitatif yang dikelompokkan, dapat dinyatakan oleh x1, x2, …, xn dan masing-
masing data mempunyai frekuensi f1, f2, …, fn. Simpangan baku (S) dari data tersebut diperoleh
dengan menggunakan rumus :

Contoh Soal 2 :

Hitunglah simpangan baku dari nilai ulangan Fisika dari 71 siswa kelas XI SMA Merdeka sesuai Tabel
1.

Jawaban :

Dari hasil perhitungan sebelumnya diperoleh µ = 65,7.

xi fi xi - µ (xi - µ)2 Σfi (xi - µ)2


42 3 –23,7 561,69 1.685,07
47 4 –18,7 349,69 1.398,76
52 6 –13,7 187,69 1.126,14
57 8 – 8,7 75,69 605,52
62 10 –3,7 13,69 136,9
67 11 1,3 1,69 18,59
72 15 6,3 39,69 595,35
77 6 11,3 127,69 766,14
82 4 16,3 265,69 1.062,76
87 2 21,3 453,69 907,38
92 2 26,3 691,69 1.383,38
Σfi = 60 Σfi (xi - µ)2 = 9.685,99

Jadi, simpangan bakunya σ :

7. Rumus Simpangan rata – rata (SR) 

Contoh Soal 1 :

Hitung simpangan rata-rata dari data kuantitatif berikut :

12, 3, 11, 3, 4, 7, 5, 11

Pembahasan :

Jadi, simpangan rata-ratanya adalah 3,25.

Coba Anda tentukan simpangan rata-rata tersebut dengan menggunakan kalkulator. Apakah hasilnya
sama?
Untuk sekumpulan data yang dinyatakan oleh x1, x2, …, xn dan masing-masing nilai data tersebut
mempunyai frekuensi f1 , f2 , …, fn diperoleh nilai simpangan rata-rata (SR) dengan menggunakan
rumus:

Contoh Soal 2 :

Hitunglah simpangan rata-rata nilai ulangan Fisika dari siswa Kelas XI SMA Merdeka seperti Tabel 1. 

Tabel 1. Nilai ulangan Fisika dari siswa Kelas XI SMA Merdeka

Interval Kelas Frekuensi


40 – 44 3
45 – 49 4
50 – 54 6
55 – 59 8
60 – 64 10
65 – 69 11
70 – 74 15
75 – 79 6
80 – 84 4
85 – 89 2
90 – 94 2

Penyelesaian :

Dari tabel tersebut, diperoleh   = 65,7 (dibulatkan).

Kelas Nilai Tengah (xi) fi |x – x| fi |x – x|


Interval
40 – 44 42 3 23,7 71,1
45 – 49 47 4 18,7 74,8
50 – 54 52 6 13,7 82,2
55 – 59 57 8 8,7 69,6
60 – 64 62 10 3,7 37
65 – 69 67 11 1,3 14,3
70 – 74 72 15 6,3 94,5
75 – 79 77 6 11,3 67,8
80 – 84 82 4 16,3 65,2
85 – 89 87 2 21,3 42,6
90 – 94 92 2 26,3 52,6
Σfi = 71 Σfi |x – x| = 671,7

Jadi, simpangan rata-rata (SR) = 671,7 / 71 = 9,46.

8. Rumus Ragam (R)

Contoh soal :

1.) Dari 40 orang siswa diambil sampel 9 orang untuk diukur tinggi badannya, diperoleh data berikut:

165, 170, 169, 168, 156, 160, 175, 162, 169.

Hitunglah simpangan baku sampel dari data tersebut.

Kunci Jawaban :

v = S2 = (5,83)2 = 33,99.

Statistika adalah cabang dari matematika yang mempelajari cara mengumpulkan data, menyusun data,
menyajikan data, mengolah dan menganalisis data, menarik kesimpulan, dan menafsirkan parameter.
Kegiatan Statistika meliputi:

1. Mengumpulkan data
2. Menyusun data
3. Menyajikan data
4. Mengolah dan Menganalisis data 
5. Menarik kesimpulan
6. Menafsirkan

1. Pengertian Datum dan Data

    Di Kelas IX Anda telah mempelajari pengertian datum dan data. Agar tidak lupa pelajari uraian
berikut.
Misalkan, hasil pengukuran berat badan 5 murid adalah 43 kg, 46 kg, 44 kg, 55 kg, dan 60 kg. Adapun
tingkat kesehatan dari kelima murid itu adalah baik, baik, baik, buruk, dan buruk. Data pengukuran
berat badan, yaitu 43 kg, 46 kg, 44 kg, 55 kg, dan 60 kg disebut fakta dalam bentuk angka. Adapun
hasil pemeriksaan kesehatan, yaitu baik dan buruk disebut fakta dalam bentuk kategori. Selanjutnya,
fakta tunggal dinamakan datum. Adapun kumpulan datum dinamakan data.

2. Pengertian Populasi dan Sampel 


Misal, seorang peneliti ingin meneliti tinggi badan rata-rata siswa SMA di Kabupaten Tegal. Kemudian,
ia kumpulkan data tentang tinggi badan seluruh siswa SMA di Kabupaten Tegal. Data tinggi badan
seluruh siswa SMA di Kabupaten Tegal disebut populasi. Namun, karena ada beberapa kendala
seperti keterbatasan waktu, dan biaya, maka data tinggi badan seluruh siswa SMA di Kabupaten Tegal
akan sulit diperoleh. Untuk mengatasinya, dilakukan pengambilan tinggi badan dari beberapa siswa
SMA di Kabupaten Tegal yang dapat mewakili keseluruhan siswa SMA di Kabupaten Tegal. Data
tersebut dinamakan data dengan nilai perkiraan, sedangkan sebagian siswa SMA yang dijadikan objek
penelitian disebut sampel. Agar diperoleh hasil yang berlaku secara umum maka dalam pengambilan
sampel, diusahakan agar sampel dapat mewakili populasi.

3. Pengumpulan Data

Menurut sifatnya, data dibagi menjadi 2 golongan, yaitu


sebagai berikut.
1)  Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau
     bilangan. Data kuantitatif terbagi atas dua bagian, yaitu
     data cacahan dan data ukuran.
     a) Data cacahan (data diskrit) adalah data yang diperoleh
         dengan cara membilang. Misalnya, data tentang
         banyak anak dalam keluarga.
     b) Data ukuran (data kontinu) adalah data yang diperoleh
         dengan cara mengukur. Misalnya, data tentang
         ukuran tinggi badan murid.
2)  Data kualitatif adalah data yang bukan berbentuk bilangan.
     Data kualitatif berupa ciri, sifat, atau gambaran dari kualitas
     objek. Sebagai contoh, data mengenai kualitas pelayanan, 
     yaitu baik, sedang, dan kurang.
Cara untuk mengumpulkan data, antara lain adalah melakukan
wawancara, mengisi lembar pertanyaan (questionery), melakukan pengamatan (observasi), atau
menggunakan data yang sudah ada, misalnya rataan hitung nilai rapor.

Menyajikan Data dalam Bentuk Diagram


1. Diagram Garis

Penyajian data statistik dengan menggunakan diagram berbentuk garis lurus disebut diagram garis
lurus atau diagram garis. Diagram garis biasanya digunakan untuk menyajikan data statistik yang
diperoleh berdasarkan pengamatan dari waktu ke waktu secara berurutan.
Contoh:

Berikut simulasi diagram garis, kamu dapat mengubah-ubah diagram garis yang ada:
2. Diagram Batang
Diagram batang umumnya digunakan untuk menggambarkan perkembangan nilai suatu objek
penelitian dalam kurun waktu tertentu. Diagram batang menunjukkan keterangan-keterangan dengan
batang-batang tegak atau mendatar dan sama lebar dengan batang-batang terpisah Berikut simulasi
diagram batang, kamu dapat mengubah-ubah diagram batang yang ada
3. Diagram Lingkaran
Diagram lingkaran adalah penyajian data statistik dengan menggunakan gambar yang berbentuk
lingkaran. Bagian-bagian dari daerah lingkaran menunjukkan bagian-bagian atau persen dari
keseluruhan. Untuk membuat diagram lingkaran, terlebih dahulu ditentukan besarnya persentase tiap
objek terhadap keseluruhan data dan besarnya sudut pusat sektor lingkaran. Perhatikan contoh berikut
ini. Berikut simulasi diagram lingkaran, kamu dapat mengubah-ubah diagram lingkaran yang ada

Penyajian Data dalam Bentuk Tabel Distribusi Histogram, Poligon dan Ogive
 1. Distribusi Frekuensi Tunggal
Data tunggal seringkali dinyatakan dalam bentuk daftar bilangan, namun kadangkala dinyatakan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi. Tabel distribusi frekuensi tunggal merupakan cara untuk menyusun
data yang relatif sedikit.

2. Distribusi Frekuensi Kelompok 


Data yang berukuran besar (n > 30) lebih tepat disajikan dalam tabel distribusi frekuensi kelompok,
yaitu cara penyajian data yang datanya disusun dalam kelas-kelas tertentu. Langkah-langkah
penyusunan tabel distribusi frekuensi adalah sebagai berikut.

 Langkah ke-1 menentukan Jangkauan (J) = Xmax - Xmin

 Langkah ke-2 menentukan banyak interval (K) dengan rumus "Sturgess" yaitu: K= 1 + 3,3 log n
dengan n adalah banyak data. Banyak kelas harus merupakan bilangan bulat positif hasil
pembulatan ke bawah.

 Langkah ke-3 menentukan panjang interval kelas (I) dengan menggunakan rumus:

         J
          I = ––––
                 K

 Langkah ke-4 menentukan batas-batas kelas. Data terkecil harus merupakan batas bawah
interval kelas pertama atau data terbesar adalah batas atas interval kelas terakhir.

 Langkah ke-5 memasukkan data ke dalam kelas-kelas yang sesuai dan menentukan nilai
frekuensi setiap kelas dengan sistem turus.

3. Histogram 
Dari suatu data yang diperoleh dapat disusun dalam tabel distribusi frekuensi dan disajikan dalam
bentuk diagram yang disebut histogram. Jika pada diagram batang, gambar batang-batangnya terpisah
maka pada histogram gambar batang-batangnya berimpit.
4. Poligon 
Apabila pada titik-titik tengah dari histogram dihubungkan dengan garis dan batang-batangnya dihapus,
maka akan diperoleh poligon frekuensi. Berdasarkan contoh di atas dapat dibuat poligon frekuensinya
seperti gambar berikut ini.
Berikut simulasi histogram dan poligon 
5. Distribusi Frekuensi Kumulatif 
Daftar distribusi kumulatif ada dua macam, yaitu sebagai berikut.
a. Daftar distribusi kumulatif kurang dari (menggunakan tepi atas).
b. Daftar distribusi kumulatif lebih dari (menggunakan tepi bawah).
Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh data berikut ini.

6. Ogive (Ogif)
Grafik yang menunjukkan frekuensi kumulatif kurang dari atau frekuensi kumulatif lebih dari disebut
poligon kumulatif. Poligon kumulatif dibuat mulus, yang hasilnya disebut ogif. Ada dua macam ogif,
yaitu sebagai berikut.
a. Ogif frekuensi kumulatif kurang dari disebut ogif positif.
b. Ogif frekuensi kumulatif lebih dari disebut ogif negatif.

Median
2. Median

1) Median untuk data tunggal


    Median adalah suatu nilai tengah yang telah diurutkan. Median dilambangkan Me.
    Untuk menentukan nilai  Median  data tunggal dapat dilakukan dengan cara:
    a) mengurutkan data kemudian dicari nilai tengah,
    b) jika banyaknya data besar, setelah data diurutkan, digunakan rumus:

      Untuk n ganjil  : Me = X1/2(n + 1)

                                           Xn/2  + Xn/2 +1


      Untuk n genap: Me =   ––––––––––––
                                                   2

      Keterangan:
      xn/2 = data pada urutan ke-n/2 setelah diurutkan. 

      Contoh:
      Tentukan median dari data: 2, 5, 4, 5, 6, 7, 5, 9, 8, 4, 6, 7, 8
      Jawab:
      Data diurutkan menjadi: 2, 4, 4, 5, 5, 5, 6, 6, 7, 7, 8, 8, 9
      Median = data ke-(13 + 1)/2 = data ke-7
      Jadi mediannya = 6

2) Median untuk data kelompok


Jika data yang tersedia merupakan data kelompok, artinya data itu dikelompokkan ke dalam interval-
interval kelas yang sama panjang. Untuk mengetahui nilai mediannya dapat ditentukan dengan rumus
berikut ini.

Keterangan: 
Kelas median adalah kelas yang terdapat data X1/2 n
L = tepi bawah kelas median
c = lebar kelas
n = banyaknya data
F = frekuensi kumulatif kurang dari sebelum kelas median
f  = frekuensi kelas median

Modus
3. Modus

Modus ialah nilai yang paling sering muncul atau nilai yang mempunyai frekuensi tertinggi. Jika suatu
data hanya mempunyai satu modus disebut unimodal dan bila memiliki dua modus disebut bimodal,
sedangkan jika memiliki modus lebih dari dua disebut multimodal. Modus dilambangkan dengan Mo.

1) Modus data tunggal


    Modus dari data tunggal adalah data yang sering muncul atau data dengan
    frekuensi tertinggi.
    Perhatikan contoh soal berikut ini.
    Contoh:
    Tentukan modus dari data di bawah ini.
    2, 1, 4, 1, 1, 5, 7, 8, 9, 5, 5, 10
    Jawab:
    Data yang sering muncul adalah 1 dan 5. Jadi modusnya adalah 1 dan 5.

2. Modus data kelompok


    Modus data kelompok dirumuskan sebagai berikut:

 Keterangan:
   L   = tepi bawah kelas modus
   c    = lebar kelas
   d1 = selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sebelumnya
   d2 = selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sesudahnya  
  

Kuartil

Kuartil (Q)

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, bahwa median membagi data yang telah diurutkan menjadi
dua bagian yang sama banyak. Adapun kuartil adalah membagi data yang telah diurutkan menjadi
empat bagian yang sama banyak.
1) Kuartil data tunggal
    Urutkan data dari yang kecil ke yang besar, kemudian tentukan kuartil dengan rumus sebagai
berikut:

Contoh:
    Tentukan Q1, Q2, dan Q3 dari data : 3, 4, 7, 8, 7, 4, 8, 4, 6, 9, 10, 8, 3, 7, 12.
     Jawab:
     Langkah 1: urutkan data dari  kecil ke besar sehingga diperoleh 
                      3, 3, 4, 4, 4, 6, 7, 7, 7, 8, 8, 8, 9, 10, 12.
                                                 1(15+1)
     Langkah 2: Letak data Q1=–––––––– = 4
                           4
                      Jadi Q1 terletak pada data ke-empat yaitu 4

                                                 2(15+1)
     Langkah 3: Letak data Q2=–––––––– = 8
                           4
                      Jadi Q2 terletak pada data ke-delapan yaitu 7

                                                 3(15+1)
     Langkah 4: Letak data Q1=–––––––– = 12
                           4
                      Jadi Q3 terletak pada data ke-duabelas yaitu 8

2) Kuartil data kelompok

Nilai kuartil dirumuskan sebagai berikut.

Keterangan:
Qi = kuartil ke-i (1, 2, atau 3)
L  = tepi bawah kelas kuartil ke-i
n = banyaknya data
F = frekuensi kumulatif kelas sebelum kelas kuartil
c = lebar kelas
f = frekuensi kelas kuartil

Ukuran Penyebaran Data


Ukuran pemusatan yaitu mean, median dan modus, merupakan informasi yang memberikan
penjelasan kecenderungan data sebagai wakil dari beberapa data yang ada. Adapun ukuran
penyebaran data memberikan gambaran seberapa besar data menyebar dari titik-titik pemusatan.

1. Jangkauan (Range)

Ukuran penyebaran yang paling sederhana (kasar) adalah jangkauan (range) atau rentangan nilai,
yaitu selisih antara data terbesar dan data terkecil.
1) Range data tunggal
    Untuk range data tunggal dirumuskan dengan:

    R = xmaks – xmin

    Contoh :
    Tentukan range dari data-data di bawah ini.
     6, 7, 3, 4, 8, 3, 7, 6, 10, 15, 20

     Jawab:
     Dari data di atas diperoleh xmaks = 20 dan xmin = 3
     Jadi, R = xmaks – xmin
                 = 20 – 3 = 17
2) Range data kelompok
Untuk data kelompok, nilai tertinggi diambil dari nilai tengah kelas tertinggi dan nilai terendah diambil
dari nilai kelas yang terendah.

2. Simpangan Rata-Rata (Deviasi Rata-Rata)

    Simpangan rata-rata suatu data adalah nilai rata-rata dari selisih setiap data dengan nilai rataan
hitung.

     1) Simpangan rata-rata data tunggal


         Simpangan rata-rata data tunggal dirumuskan sebagai berikut.

   2) Simpangan rata-rata data kelompok 


         Simpangan rata-rata data kelompok dirumuskan:
         

3. Simpangan Baku (Deviasi Standar) dan Ragam

Sebelum membahas simpangan baku atau deviasi standar, perhatikan contoh berikut. Kamu tentu tahu
bahwa setiap orang memakai sepatu yang berbeda ukurannya. Ada yang berukuran 30, 32, 33, ... , 39,
40, dan 41. Perbedaan ini dimanfaatkan oleh ahli-ahli statistika untuk melihat penyebaran data dalam
suatu populasi. Perbedaan ukuran sepatu biasanya berhubungan dengan tinggi badan manusia.
Seorang ahli matematika Jerman, Karl Ganss mempelajari penyebaran dari berbagai macam data. Ia
menemukan istilah deviasi standar untuk menjelaskan penyebaran yang terjadi. Saat ini, ilmuwan
menggunakan deviasi standar atau simpangan baku untuk mengestimasi akurasi pengukuran. Deviasi
standar adalah akar dari jumlah kuadrat deviasi dibagi banyaknya data.

1) Simpangan baku dan ragam data tunggal


    Simpangan baku/deviasi standar data tunggal dirumuskan sebagai berikut. 

2) Ragam dan Simpangan baku data kelompok Ragam () dan Simpangan baku (s) data kelompok 
dirumuskan sebagai berikut.
Halo Sobat Zenius! Di artikel kali ini gue mau ngajak elo semua buat ngebahas materi limit Matematika
fungsi aljabar kelas 11, mulai dari pengertian hingga sifat-sifatnya. Nggak cuman itu, gue juga mau
menjelaskan kepada Sobat Zenius mengenai limit tak hingga.

Pada dasarnya, limit digunakan untuk menyatakan sesuatu yang nilainya mendekati nilai tertentu,
seperti limit tak hingga yang merupakan angka yang sangat besar yang nilainya tidak dapat dipastikan.

Udah bingung belum? Tenang aja, dengan elo menyimak artikel ini sampai habis, elo pasti dapat
memahami konsep dari materi limit Matematika kelas 11 karena gue juga akan memberikan contoh
soal limit fungsi aljabar. 

Supaya lebih lengkap, gue juga akan mengulas contoh soal limit fungsi aljabar agar elo lebih
memahaminya lagi. Yuk, kita simak bersama-sama!

Daftar Isi

 Pengertian Limit Fungsi Aljabar


 Sifat-Sifat Limit Fungsi
 Mencari Nilai Limit Fungsi
 Limit Tak Hingga

Pengertian Limit Fungsi Aljabar

Sebelum mulai memahami konsep dengan lebih mendalam tentang materi limit Matematika dan
mencoba menyelesaikan contoh soal limit fungsi aljabar, elo harus memahami pengertiannya dulu.

Nah, limit adalah suatu nilai yang menggunakan pendekatan fungsi saat mendekati nilai tertentu. Kalau
bahasa sederhananya, limit dapat dikatakan sebagai nilai yang menuju suatu batas, batas yang bisa
dikatakan dekat namun tidak bisa dicapai. 
Illustrasi materi limit
Matematika (Dok. shutterstock.com)
Kok tetep ribet ya? Hehehe… Kalau gitu, coba lihat konsep atau bentuk umum dari limit fungsi di
bawah ini:

Limit f(x) mendekati c sama dengan L, ditulis:

jika untuk setiap x yang cukup dekat dengan c tetapi x≠c, f(x) mendekati L.

Gimana? Sudah ada bayangan belum mengenai pengertian limit fungsi aljabar?

Nah, setelah elo mengetahui pengertian limit fungsi aljabar, selanjutnya yang tak kalah penting adalah
elo harus paham terhadap sifat-sifat limit. Sifat-sifat ini akan berguna saat elo menentukan nilai suatu
limit nantinya. 

Sebelum lanjut ke pembahasan selanjutnya, download dulu aplikasi Zenius yuk, buat dapetin akses ke
ribuan contoh soal dan materi lainnya. Caranya tinggal klik gambar di bawah ini, ya!

Sifat-Sifat Limit Fungsi

Seperti yang gue jelaskan sebelumnya, sifat-sifat limit fungsi dalam materi limit Matematika fungsi
aljabar kelas 11 sangat penting untuk dipahami karena akan berguna sebagai bekal atau dasar saat
elo mencari nilai suatu limit dalam soal-soal.

Jadi, untuk memahami dengan benar setiap sifatnya bisa elo lakukan saat mengerjakan latihan soal. 

Sifat-sifat limit fungsi aljabar ditentukan jika n adalah bilangan bulat positif, k konstanta, f dan g adalah


fungsi-fungsi yang memiliki limit di c, maka selanjutnya berlaku teorema-teorema berikut:
Oke, jadi itu beberapa sifat-sifat limit fungsi dalam materi limit Matematika kelas 11 yang perlu dan
penting banget untuk elo pahami.

Selanjutnya, gue akan menjelaskan mengenai cara mencari nilai limit fungsi.

Mencari Nilai Limit Fungsi

Setelah mengetahui apa saja sifat dari limit, selanjutnya dalam materi limit Matematika, ada cara
mencari nilai limit fungsi yang bisa dilakukan menggunakan 3 metode, yaitu metode substitusi,
pemfaktoran, dan mengalikan dengan faktor sekawan. 

Berikut gue jelaskan dengan lebih lanjut mengenai ketiga metode tersebut lengkap dengan contoh soal
limit fungsi aljabar dan pembahasannya. 

Metode Substitusi

Metode substitusi merupakan cara yang paling dasar untuk mencari nilai limit. Metode ini dilakukan
dengan mensubstitusi langsung nilai kedalam fungsi f(x).

Contoh Soal:

Metode Pemfaktoran

Jika pada metode substitusi menghasilkan suatu nilai bentuk tak tentu seperti:

maka fungsi tersebut harus difaktorkan terlebih dahulu, kemudian baru bisa disubstitusikan.
Contoh Soal:

Metode Mengalikan dengan Faktor Sekawan

Jika pada metode substitusi menghasilkan nilai limit yang irasional, maka fungsi dikalikan dengan akar
sekawannya, kemudian bisa disubstitusikan.

Contoh Soal:

Limit Tak Hingga

Nah, di atas Sobat Zenius udah memahami apa saja sifat-sifat beserta contoh soal limit fungsi aljabar
kelas 11.

Sekarang, gue mau ngajak elo semua buat membahas materi lain, yaitu limit tak hingga.

Fungsi limit tak hingga digunakan untuk menggambarkan keadaan limit x mendekati tak hingga atau
dinotasikan dengan lim x → ∞ f(x). 

Untuk menyelesaikan limit tak hingga dari suatu fungsi aljabar, terdapat dua cara yang umum
digunakan. 

Berikut gue jelaskan lebih lanjut mengenai cara-cara tersebut dan juga contoh soal limit fungsi tak
hingga dan pembahasannya. 
Contoh Soal:

Contoh Soal:

Nah Sobat Zenius, itulah pembahasan materi limit Matematika fungsi aljabar kelas 11 yang mencakup
pengertian, sifat-sifat, cara mencari nilai limit hingga keadaan di mana limit x menuju tak hingga atau
yang biasanya disebut dengan limit tak hingga. 

Pengertian Turunan Fungsi Aljabar


Sebelum kita bahas materi turunan fungsi aljabar kelas 11 lebih lanjut, kamu harus tau dulu
apa itu fungsi aljabar ya, Sobat Pijar. Nah, turunan fungsi aljabar tuh artinya kita menurunkan
pangkat suatu fungsi dengan aturan yang sudah ditetapkan, lalu hasilnya jadi fungsi baru
yang beda. Kalo dilihat dalam grafik, turunan fungsi aljabar akan menghasilkan garis
singgung pada titik tertentu.
Nah, turunan aljabar nggak cuma satu tingkatan aja, bisa dua, tiga, empat, atau lebih banyak
lagi. Tapi konsepnya sama aja di setiap tingkatannya. Bedanya cuma pada fungsi yang
diturunkan saja, yang tentunya beda-beda tergantung hasil turunan sebelumnya.

Jika kamu ingin mempelajari materi fungsi dasar terlebih dahulu, klik di sini ya!

Konsep Turunan Fungsi Aljabar


Setelah kamu paham definisi turunan fungsi aljabar, sekarang kamu perlu tahu konsep
dasarnya nih, Sobat Pijar. Konsep dasar turunan aljabar sebenarnya merupakan bentuk limit
fungsi yang mendekati nilai nol 0/0. Nah, konsep turunan sendiri bisa dirumuskan seperti ini,
nih:

Konsep aturan dalam turunan harus memiliki syarat, f(x) memiliki nilai limit. Sehingga
turunan dapat dinotasikan dengan bentuk sebagai berikut.

Dalam menghitung fungsi aljabar, kamu harus mengikuti metode dan rumus yang berlaku, ya
Sobat Pijar. Kondisi ini penting untuk dipahami karena ada beberapa sifat yang berbeda
antara nilai-nilai dalam fungsi turunan yang bisa diterapkan. Nah, ada beberapa metode yang
bisa dipake buat menyelesaikan turunan aljabar, seperti substitusi, pemfaktoran, dan
pemangkatan. Jangan lupa pahami metode-metode ini biar kamu bisa ngitung turunan aljabar
dengan benar, ya!

Rumus Turunan Fungsi Aljabar


Ketika menyelesaikan soal turunan fungsi aljabar, kamu perlu tahu beberapa cara dan trik
mudah. Kalo ngitung turunan aljabar pakai definisi, bakal buang-buang waktu dan ribet
banget. Nah, berikut ini adalah rumus dasar dari fungsi aljabar yang bisa kamu pelajari:
Jika melihat rumus di atas, panahnya menunjukkan bahwa notasi turunan fungsi aljabar bisa
macem-macem. Misalnya bisa jadi m (gradien garis singgung), bisa juga dydx, atau f’(x).
Rumus di atas itu yang paling dasar buat turunan aljabar, tapi ada juga rumus-rumus lain
yang bisa kamu dapetin kalo menjelaskan definisi turunan secara lebih umum.

Sifat Sifat Turunan Fungsi Aljabar


Nah, buat kamu yang mau belajar tentang turunan fungsi aljabar, kamu juga perlu tahu nih
tentang sifat-sifat turunannya. Misalnya, kalau kamu punya dua fungsi u dan v yang
berbentuk variabel x, maka sifat turunan dari kedua fungsi tersebut bisa beda-beda. 

Beberapa sifat turunannya adalah seperti ini :

Atau dapat juga digambarkan sebagai berikut:

Dengan paham sifat-sifat fungsi aljabar, Sobat Pijar jadi bisa mengambil jalan pintas untuk
menyelesaikan soal turunan yang sulit. Sifat-sifat itu juga bisa disesuaikan dengan perintah
soal yang diberikan.

Aplikasi Turunan Fungsi Aljabar


Berikut beberapa aplikasi dari turunan fungsi aljabar:

1. Persamaan Garis Singgung


Aplikasi dari fungsi aljabar yang pertama adalah buat hitung persamaan garis singgung pada
kurva. Garis yang tegak lurus pada garis singgung kurva disebut y=fx yang berada di titik
(a,b). 

Garis itu juga bisa disebut sebagai garis normal dengan gradien garis normal di titik (a,b)
yaitu 

yang akan dapatkan persamaan garis normal di titik (a,b) pada kurva y=fx yaitu

2. Menggambar Grafik
Sobat Pijar, fungsi turunan aljabar juga bisa dipakai untuk menggambar grafik, lho!
Aplikasinya simpel, bisa buat ngecek kondisi naik atau turunnya grafik. 

Contoh Soal Turunan Fungsi Aljabar


Berikut adalah contoh soal turunan fungsi aljabar beserta rumusnya:

1. Hitunglah turunan fungsi


Rumus turunan fungsi aljabar adalah sebagai berikut:

Dalam hal ini, n adalah pangkat dari variabel x dan na adalah koefisien variabel x. Maka, kita
perlu menghitung koefisien dan pangkat setiap suku dalam fungsi f(x) terlebih dahulu:

Maka, turunan fungsi fx adalah:

1. Hitunglah turunan fungsi

Rumus turunan fungsi aljabar untuk fungsi akar adalah sebagai berikut:

Maka, turunan fungsi gx adalah:

Anda mungkin juga menyukai