Anda di halaman 1dari 10

Nama:Ananda Ramadhani

Nim:21129007
Prodi:PGSD
Matkul:Dasar-Dasar Mtk SD
Dosen Pengampu:Melva Zainil Spd

KONSEP TRANSFORMASI GEOMETRI DAN PELUANG SERTA


PENERAPANNYA DI DALAM MENYELESAIKAN MASALAH SEHARI -HARI”

A. ATURAN PERKALIAN
a) Aturan Pengisian Tempat
Jika persoalan pertama dapat diselesaikan dengan a cara yang berlainan dan persoalan kedua dapat
diselesaikan dengan b cara yang berlainan, maka persoalan pertama dan kedua dapat diselesaikan
dengan a x b cara.
b) Notasi Faktorial
Faktorial adalah hasil kali bilangan asli berurutan dari 1 sampai dengan n. Untuk setiap bilangan
asli n, didefinisikan:
n ! = 1 x 2 x 3 x ... x (n – 2) x (n – 1) x n atau
n ! = n x (n – 1) x (n – 2) x ... x 3 x 2 x 1
lambang atau notasi n ! dibaca sebagai n faktorial untuk n>2
Contoh:
Hitunglah nilai dari:
1. 6!
2. 3! x 2!
Penyelesaian:
1. 6! = 6 x 5 x 4 x 3 x 2 x 1 = 720
2. 3! x 2! = 3 x 2 x 1 x 2 x 1= 12
B. Faktorial
Perhatikan kalimat matematis dalam bentuk perkalian yang satu ini, 5 x 4 x 3 x 2 x 1, kalimat
matematis ini akan bisa dinyatakan dalam bentuk faktorial menjadi:
5 x 4 x 3 x 2 x 1 = 5!
Artinya ada 5 faktor perkalian yang terdapat pada kalimat matematis tersebut. Contoh lainnya
adalah
Faktorial dari bilangan bulat positif dari n yang dilambangkan dengan n!, adalah produk dari semua
bilangan bulat positif yang kurang dari atau sama dengan n. Sehingga nilai faktorial akan bisa
dirumuskan menjadi :
n! = n x (n-1) x (n-2) x (n-3)...x 1
Atau
n! = n. (n-1)!
Bentuk faktorial dari 0! hingga 10! Adalah seperti berikut ini: 0! = 1
1! = 1
2! = 1 × 2 = 2
3! = 1 × 2 × 3
4! = 1 × 2 × 3
5! = 1 × 2 × 3
6! = 1 × 2 × 3
7! = 1 × 2 × 3
8! = 1 × 2 × 3
9! = 1 × 2 × 3
10! = 1 × 2 × 3 × 4 × 5 × 6 × 7 × 8 × 9 × 10 = 3628800
=6
× 4 = 24
× 4 × 5 = 120
× 4 × 5 × 6 = 720
× 4 × 5 × 6 × 7 = 5040
× 4 × 5 × 6 × 7 × 8 = 40320
× 4 × 5 × 6 × 7 × 8 × 9 = 362880
Mengapa 0! Sama Dengan 1?
Nol faktorial dalam hal ini merupakan pengecualian. Jika kita anggap kalau n = 1, dan
memasukkannya ke dalam rumus faktorial
n! = n. (n-1)!
Maka akan didapat hasil perhitungan yang berbentuk seperti ini: 1! = 1. (1-1)!
1! = 1. (0)!
1 = 0!
Maka kita bisa menarik kesimpulan jika 0! sama dengan 1.
Contoh Soal Mengenai Faktorial
Empat buah contoh baju diberi label A, B, C dan D. Keempat contoh ini akan dipajang berurutan
pada patung yang ada di depan toko. Berapakah jumlah susunan yang dapat dibentuk dari keempat
contoh pakaian tersebut?
Solusi:
Karena jumlah contoh baju adalah 4 buah maka jumlah susunan yang bisa dibentuk adalah 4!
Dengan menggunakan rumus yang satu ini n! = n x (n-1) x (n-2) x (n-3)...x 1 maka bentuk dari
faktorial ini adalah
4! = 4 x 3 x 2 x 1 =24
Jadi jumlah susunan contoh baju yang bisa disusun pada patung adalah 24 susunan. Ke-24 susunan
tersebut akan berbentuk seperti ini:
ABCD, ABDC, ACBD, ACDB, ADBC, ADCB, BACD, BADC, BCAD, BCDA, BDAC, BDCA,
CABD, CADB, CBAD, CBDA, CDAB, CDBA, DABC, DACB, DBAC, DBCA, DCAB, DCBA.

C. PERMUTASI
Macam dan Formula atau Rumus Permutasi
a. Permutasi dari n elemen, masing-masing permutasi terdiri atas n elemen Apabila terdapat unsur
yang berbeda dan diambil n unsur, maka banyaknya susunan atau permutasi yang berbeda dari n
unsur tersebut merupakan P(n,n) = n! atau nPn = n!
Sebagai contoh:
Untuk menyambut suatu pertemuan delegasi negara yang dihadiri oleh lima negara. Panitia
kemudian akan memasang kelima bendera yang merupakan bendera dari lima negara yang hadir.
Banyak cara untuk panitia menyusun kelima bendera tersebut yaitu?
Jawab:
Dari kelima bendera yang ada, berarti kita peroleh n = 5, sehingga banyak susunan bendera yang
mungkin yakni: 5! = 5.4.3.2.1 = 120 cara.
b. Permutasi n elemen, masing-masing permutasi terdiri atas r unsur dari n elemen dengan r ≤ n
Untuk semua bilangan positif n dan r, dengan r≤n, banyaknya permutasi dari n objek yang diambil r
objek pada satu waktu adalah:
Catatan:
Syarat: urutan harus diperhatikan.
Sebagai contoh:
Banyak cara untuk memilih seorang ketua, sekertaris dan juga bendahara dari 8 siswa yang tersedia
yaitu...
Jawab:
Banyak siswa, n = 8
Ketua, sekretaris serta bendahara (banyak pilihan objek), r = 3
Sehingga

3. Permutasi dari n unsur yang mengandung p.q dan r unsur yang sama
Keterangan:
n = menunjukan banyaknya elemen seluruhnya
k1 = menunjukan banyaknya elemen kelompok 1 yang sama
k2 = menunjukan banyaknya elemen kelompok 2 yang sama ... kt = menunjukan banyaknya elemen
kelompok kt yang sama
t = 1,2,3,...
Sebagai contoh:
Banyaknya cara penyusunan untuk kata ”BASSABASSI” yaitu... Jawab:
Dari kata ”BASSABASSI”, banyak huruf adalah (n) = 10
k1 = huruf B = 2
k2 = huruf A = 3
k3 = huruf S = 4
k4 = huruf I = 1

4. Permutasi Siklis
Permutasi siklis merupakan suatu permutasi melingkar (urutan melingkar). Atau sebuah cara atau
metode guna menentukan susunan unsur yang disusun secara siklis atau melingkar dengan cara
memperhatikan urutannya. Banyaknya permutasi siklis dari n unsur berbeda yaitu:
nPsiklis = (n-1)!
Sebagai contoh:
Dari 5 orang anggota keluarga akan segera duduk mengelilingi satu meja bundar, banyaknya cara
penyusunan yang bisa dibikin dari 5 orang tersebut yaitu...
Jawab:
Banyak orang (n) = 5, sehingga:
5Psiklis = (5 – 1)! = 4! = 4.3.2.1 = 24 cara.
5. Permutasi berulang dari n unsur, tipe permutasi terdiri dari k unsur
Pn = nk
Contoh:
Banyak susunan dari 3 bilangan angka-angka 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 yaitu... Jawab:
• Banyaknya susunan 3 bilangan, yang artinya bilangan ratusan, k = 3
• Banyak angka yang akan disusun adalah n = 6
• Banyak susunan 3 bilangan dari angka 1, 2, 3, 4, 5, serta 6, sehingga:
P6 = 63 = 216 susunan.

D. KOMBINASI
Kombinasi merupakan suatu pengelompokan dari sebagaian atau seluruh elemen dari suatu
himpunan tanpa memperhatikan urutan susunan pemilihannya. Cara untuk menentukan banyaknya
kombinasi yaitu dengan menggunakan rumus di bawah ini:
Sebagai contoh:
Kombinasi dari 2 elemen dari 3 huruf a,b,c yaitu ab, ac, bc . Sementara ba, ca, cb tidak termasuk ke
dalam hitungan sebab dalam kombinasi ab=ba, ac=ca, bc=cb. Banyak kombinasi yaitu ...
Binom Newton
Binom Newton berkaitan dengan bentuk dari (a + b)2 a. Di mana suku ke-r dari bentuk tersebut
yaitu:
Suku ke – r = nCr-1 × an-r+1 × br-1
Sebagai ilustrasi:
koefisien dari x27 dari (x2 +2x)15 adalah:
nCr-1xan-r+1xbr-1 = 15 Cr-1x(x2)15-r+1x(2x)r-1
=15 Cr-1x(x30-2r+2)x(2x)r-1
Supaya x berpangkat 27 maka dibikin:
27 = (30 – 2r – 2) + (r – 1) → r = 4
Sehingga:
suku ke – 4 = 15Cr-1x(x30-2r+2)x(2x)r-1 = 15C3x(x30-8+2)x(2x)4-1

E. PELUANG
Asal mula teori peluang adalah dari pertanyaan seorang bangsawan penjudi besar Chevalier De
Mere kepada Blaise Pascal pada abad ke-16 mengenai kemungkinan mata-mata dadu yang keluar
jika dadu-dadu dilemparkan. Pertanyaan ini kemudian menjadi bahan diskusi antara Blaise Pascal
dan Piere Fermat. Pascal bekerja sama dengan Fermat dalam mengatasi masalah ini dan mereka
masing-masing mencari solusi atau penyelesaian dengan cara berbeda. Perhatian mereka dalam
masalah ini merupakan kebangkitan tersebar luasnya ilmu peluang.
Pelajaran yang dapat diambil dari peristiwa sejarah ini bahwa penemuan setiap pengetahuan
diawali oleh munculnya suatu pertanyaan. Pengetahuan berkembang karena ada keinginan antara
sesama ilmuwan untuk saling bertukar pikiran. Juga dapat dikatakan walaupun teori peluang lahir
di meja judi, dan cara menjelaskan permasalahan sering menggunakan dadu atau perkembangan
ilmu dan teknologi, serta melatih daya pikir orang yang mempelajarinya.
PERCOBAAN DAN HASIL DARI SUATU PERCOBAAN
Peluang merupakan bagian matematika yang membahas pengukuran tingkat keyakinan orang akan
muncul atau tidak munculnya suatu kejadian atau peristiwa. Oleh karena itu, untuk
mendiskusikannya dimulai dengan suatu pengamatan. Proses pengamatan tersebut dinamakan suatu
percobaan. Hasil dari suatu percobaan dinamakan hasil (outcomes) atau titik sampel. Contoh
1. Percobaan melempar satu mata logam (Rp 500,00 an).
Hasil yang mungkin:
a. Tampak sisi belakang (B),yaitu nilai Rp500,00 dan b. Tampak sisi depan (D),yaitu gambar
burung garuda.
2. Percobaan melempar satu mata dadu
Hasil yang mungkin: sisi-sisi dadu yang menunjukkan jumlah bulatan
1,2,3,4,5, atau 6.
3. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari,secara sengaja atau tidak, manusia juga melakukan
percobaan. Nenek yang menunggu kelahiran cucunya tanpa sadar melakukan percobaan. Nenek
tersebut melakukan suatu pengamatan,cucunya akan lahir laki-laki atau perempuan.
E. RUANG SAMPEL
Suatu percobaan akan menghasilkan suatu hasil (outcomes) atau titik sampel. Himpunan yang
berisi semua hasil yang mungkin dari suatu percobaan dinamakan ruang sampel. Ruang sampel
biasa dikonotasikan dengan S.
Contoh

1. Suatu percobaan melempar satu mata uang logam. Ruang sampelnya adalah S= {B,D}
2. Suatu percobaan mengambil satu buah kartu dari enam buah kartu yang diberi nomor 1 sampai
dengan 6, dan diperhatikan nomor dari kartu yang diambil, ruang sampelnya adalah S=
{1,2,3,4,5,6}.
3. Misalnya, kita mempunyai lempengan dengan jarum pemutaran yang akan berhenti pada suatu
tempat jika jarum tersebut diputar. Lempengan dibagi dalam empat daerah yang sama dan diberi
warna merah (M), hijau (H), biru (B),da putih (P). Suatu percobaan memutar jarum lempengan,lalu
amati warna daerah/bagian lempengan di mana jarum itu berhenti (jika jarum berhenti pada garis
pemisah dua daerah, maka dikatakan jarum berhenti pada daerah setelah garis pemisah tersebut
dengan aturan searah jarum jam). Himpunan hasil yang mungkin dari percobaan tersebut atau
ruang sampelnya adalah S={merah,hijau,biru,putih}.
PELUANG SUATU KEJADIAN
Kejadian adalah himpunan bagian dari ruang sampel, sedangkan titik sampel adalah setiap hasil
yang mungkin terjadi pada suatu percobaan. Jika A adalah suatu kejadian yang terjadi pada suatu
percobaan dengan ruang sampel S, di mana setiap titik sampelnya mempunyai kemungkinan sama
untuk muncul, maka peluang dari suatu kejadian A ditulis sebagai berikut.
P(A)=() ()
Keterangan:
P(A) = peluang kejadian A
n(A) = banyaknya anggota A
n(S) = banyaknya anggota ruang sampel S
Contoh :
Pada pelemparan 3 buah uang sekaligus, tentukan peluang muncul:
a. ketiganya sisi gambar;
b. satu gambar dan dua angka.
Penyelesaian:
a. S = {AAA, AAG, AGA, GAA, AGG, GAG, GGA, GGG} Maka n(S) = 8 Misal kejadian
ketiganya sisi gambar adalah A. A = {GGG}, maka n(A) = 1 p(A)= () () = 1 8
b. Misal kejadian satu gambar dan dua angka adalah B.
B = {AAG, AGA, GAA}, maka n(B) = 3
p(B)=() () = 3 8 Contoh:
Andi mengikuti acara Jalan Santai dengan doorprize 5 buah sepeda motor. Jika jalan santai tersebut
diikuti oleh 1000 orang, berapakah peluang Andi mendapatkan doorprize sepeda motor?

Penyelesaian:
S = semua peserta jalan santai
maka n(S) = 1000
Misal kejadian Andi mendapatkan motor adalah A.
A = {Motor1, Motor2, Motor3, Motor4, Motor5}
maka n(A) = 5
p(A)=() () = 5 1000 = 1 200
Jadi peluang Andi mendapatkan doorprize sepeda motor 1/200 Kisaran Nilai Peluang
Untuk mengetahui kisaran nilai peluang,perhatikan soal berikut: Contoh:
Sebuah dadu dilemparkan sekali,tentukan peluang munculnya
a. Mata dadu 8
b. Mata dadu kurang dari 7
Penyelesaian:
a. S={1,2,3,4,5,6}, n(S)=6 Misal kejadian muncul mata dadu 8 adalah A A={},n(A)=0
p(A)=()/() = 0/6 =0
kejadian muncul mata dadu 8 adalah kejadian mustahil,p(A)=0
b. S={1,2,3,4,5,6},n(S)=6
Misal kejadian muncul mata dadu kurang dari 7 adalah B B={1,2,3,4,5,6}
p(B)=()/() = 6/6 =1
kejadian muncul mata dadu kurang dari 7 adalah kejadian pasti, p(B)=1 jadi kisaran peluang: 0≤p(A)
≤1
Frekuensi Harapan Suatu Kejadian
Merupakan banyaknya kejadian dikalikan dengan peluang kejadian itu. Misalnya pada percobaan A
dilakukan n kali, maka frekuensi harapannya ditulis sebagai berikut.
Fh = n × P(A) Contoh :
Pada percobaan pelemparan 3 mata uang logam sekaligus sebanyak 240 kali, tentukan frekuensi
harapan munculnya dua gambar dan satu angka.
Penyelesaian:
S = {AAA, AAG, AGA, GAA, AGG, GAG, GGA, GGG} n(S) = 8 A = {AGG, GAG, GGA}=
n(A) = 3
Fh=n×p(A)= 240× ()/() =240× 3/8 = 90 kali
Peluang Komplemen Suatu Kejadian
Untuk mempelajari peluang komplemen, perhatikan contoh berikut.

Contoh:
Pada pelemparan sebuah dadu sekali, berapakah peluang munculnya: a. nomor dadu ganjil,
b. nomor dadu tidak ganjil?
Penyelesaian:
a. S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}, maka n(S) = 6.
A adalah kejadian keluar nomor dadu ganjil A = {1, 3, 5}, maka n(A) = 3 sehingga p(A)()/() = 3/6 =
1/2
b. B adalah kejadian keluar nomor dadu tidak ganjil
B = {2, 4, 6}, maka n(B) = 3 sehingga
p(B)=() () = 3 6 = 1 2 , peluang B adalah peluang komplemendari A
Dari contoh tersebut kita dapat mengambil kesimpulan bahwa:
P(A) + P(AC) = 1 atau P(AC) = 1 – P(A)
Contoh:
Pada pelemparan 3 buah uang sekaligus, tentukan peluang munculnya paling sedikit satu angka !
Penyelesaian:
Cara biasa
S = {AAA, AAG, AGA, GAA, AGG, GAG, GGA, GGG}, maka n(S) = 8 Misal kejadian paling
sedikit satu angka adalah A.
A = {AAA, AAG, AGA, GAA, AGG, GAG, GGA}, maka n(A) = 7 p(A)=()/() = 7/8
Cara komplemen
S = {AAA, AAG, AGA, GAA, AGG, GAG, GGA, GGG}, maka n(S) = 8 Misal kejadian paling
sedikit satu angka adalah A.
Ac = {GGG}, maka n(Ac)=1
P(Ac)=()/() = 1/8
p(A)=1−p(Ac)=1- 1/8 = 7/8
PELUANG KEJADIAN MAJEMUK a. Peluang Gabungan 2 kejadian
Misal A dan B adalah dua kejadian yang berbeda, maka peluang kejadian A ∪ B ditentukan
dengan aturan: P(A ∪ B) = P(A) +
P(B) – P(A∩B)
Contoh:
Sebuah dadu dilambungkan sekali, jika A adalah kejadian munculnya
bilangan ganjil dan B adalah kejadian munculnya bilangan prima. Tentukan peluang kejadian
munculnya bilangan ganjil atau prima!
Penyelesaian:
S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}

A = bilangan ganjil : {1, 3, 5} → P(A) = 3/6 B = bilangan prima : {2, 3, 5} → P(B) =3/6 A∩B =
{3, 5} → P{A∩B} = 2/6
P(A∪ B) = P(A) + P(B) – P(A∩B)
= 3/6 + 3/6 – 2/6 = 4/6 = 2/3
Jadi peluang kejadian munculnya bilangan ganjil atau prima adalah 2/3 Contoh:
Diambil sebuah kartu dari 1 set kartu bridge, tentukan peluang terambilnya kartu As atau kartu
Hati!
Penyelesaian:
n(S) = 52 (karena banyaknya kartu dalam 1 set kartu bridge 52)
A = kartu As, n(A) = 4 (Banyaknya kartu As dalam1 set kartu bridge 4) p(A)= 4/52
B = kartu Hati, n(B) = 13 (Banyaknya kartu Hati dalam1 set kartu bridge 13) p(B)=13/52
n(A∩B) = 1 (Banyaknya Kartu As dan Hati dalam1 set kartu bridge 1)
p(A∩ )= 1/52
p(A∪ B)=P(A)+P(B)-P(A∩B)= 4/52 + 13/52 – 1/52 = 16/52
Jadi, peluang kejadian terambilnya kartu As atau hati adalah16/52
b. Peluang Kejadian Saling Lepas (Saling Asing)
Kejadian A dan B saling asing jika kedua kejadian tersebut tidak mungkin terjadi bersama-sama.
Ini berarti A∩B = 0 atau P(A∩B) = 0
Sehingga: P (A∪ B) = P(A) + P(B) – P(A∩B) = P(A) + P(B) – 0 P (A∪ B) =
P(A) + P(B)
Contoh:
Sebuah dadu dilambungkan sekali, jika A adalah kejadian munculnya bilangan ganjil dan B adalah
kejadian munculnya bilangan genap. Tentukan peluang kejadian munculnya bilangan ganjil atau
genap!
Penyelesaian:
S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}
A = bilangan ganjil : {1, 3, 5} → P(A) = 3/6
B = bilangan genap : {2, 4, 6} → P(B) =3/6
A∩B = {} → P(A∩B) = 0 (A dan B kejadian saling lepas)
P(A∪ B) = P(A) + P(B) = 3/6 + 3/6 = 1
Jadi peluang kejadian munculnya bilangan ganjil atau genap adalah 1 Contoh:
Sebuah kotak berisi 5 bola merah, 2 bola kuning dan 1 bola biru. Akan diambil sebuah bola secara
acak. Tentukan peluang terambilnya bola merah atau bola kuning!

Penyelesaian:
n(S)=8c1= 8!/1!(8−1)! = 8!/1.7! = 8.7!/7! =8
Misal kejadian terambilnya bola merah adalah A, maka: n(A)= 5C1= 5!/1!(5−1)! = 5!/4! =5, p(A)=
()/() = 5 8
Misal kejadian terambilnya kelereng kuning adalah B, maka: n(B)=2C1= 2!/1!(2− 1)! = 2!/1! =2,
p(B)=()/() = 2/8
A∩B = {} (Kejadian saling lepas)
p(A∪ )=p(A)=P(B)=5/8 + 2/8 = 7/8
Jadi peluang terambilnya bola merah atau bola kuning 7/8
c. Peluang Kejadian Saling Bebas
Jika kejadian A tidak memengaruhi terjadinya kejadian B dan sebaliknya, atau terjadi atau tidaknya
kejadian A tidak tergantung pada terjadi atau tidaknya kejadian B maka dua kejadian ini disebut
kejadian saling bebas. Hal ini seperti digambarkan pada pelemparan dua buah dadu sekaligus.
A adalah kejadian munculnya dadu pertama angka 3 dan
B adalah kejadian munculnya dadu kedua angka 5
maka kejadian A dan kejadian B merupakan dua kejadian yang saling bebas, dan peluang kejadian
ini dapat dirumuskan:
P(A∩B) = P(A) × P(B)
Contoh:
Dua buah dadu dilemparkan bersama-sama, tentukan peluang munculnya mata dadu 3 pada dadu
pertama dan mata dadu 5 pada dadu kedua!
Penyelesaian:
Kejadian munculnya mata dadu 3 pada dadu pertama tidak terpengaruh kejadian munculnya mata
dadu 5 pada dadu kedua jadi ini adalah dua kejadian yang saling bebas
S = {(1, 1), (1, 2), (1, 3), ....., (6, 6)} → n(S) = 36
Misal kejadian munculnya mata dadu 3 pada dadu pertama adalah A, maka:
A={(3,1),(3,2),(3,3),(3,4),(3,5),(3,6)}→n(A)=6 P(A)= 6/36 = 1/36
Misal kejadian munculnya mata dadu 5 pada dadu kedua adalah B, maka:
B={(1,5),(2,5),(3,5),(4,5),(5,5),(6,5)→n(B)=6 P(B)= 6/36 = 1/6 P(A∩B)=P(A)×P(B)=1/6 × 1/6 =
1/36
Jadi peluang munculnya mata dadu 3 pada dadu pertama dan mata dadu
5 pada dadu kedua= 1/36
Contoh:
Kotak A berisi 5 bola merah dan 3 bola kuning sedangkan Kotak B
berisi 5 bola merah dan 2 bola kuning. Akan diambil sebuah bola secara

acak dari masing-masing kotak. Tentukan peluang terambilnya bola


merah dari kotak A dan terambilnya bola kuning dari kotak B! Penyelesaian:
Kotak A
n(S)=8C1= 8!/1!(8−1)! = 8!/1.7! = 8.7!/7! =8
Misal kejadian terambilnya bola merah dari kotak A adalah A, maka: n(A)=5C1 = 5!/1!(5−1)! = 5!/4!
=5,
P(A)=()/() = 5/8
Kotak B
n(S)=7C1= 7!/1!(7−1)! = 7!/1.6! = 7.6!/6! =7
Misal kejadian terambilnya bola kuning dari kotak B adalah B, maka: n(B)=2C1= 2!/1!(2−1)! = 2!/1!
=2, p(B)=()/() = 2/7
P(A∩ )=P(A)×P(B)=5/8 × 2/7 = 5/28
d. Peluang Kejadian Bersyarat
Dua kejadian disebut kejadian bersyarat atau kejadian yang saling bergantung apabila terjadi atau
tidak terjadinya kejadian A akan mempengaruhi terjadi atau tidak terjadinya kejadian B. Peluang
terjadinya kejadian A dengan syarat kejadian B telah terjadi adalah:
P(A/B)=(∩)/() P(B)≠ 0
Atau Peluang terjadinya kejadian B dengan syarat kejadian A telah terjadi adalah:
P(B/A)=(∩)/() P(A)≠ 0
Contoh:
Sebuah kotak berisi 5 bola merah dan 3 bola kuning. Akan diambil
sebuah bola secara acak berturut-turut sebanyak dua kali tanpa pengembalian . Tentukan peluang
terambilnya keduanya bola merah!
Penyelesaian:
Misal kejadian terambilnya bola merah pada pengambilan pertama adalah A, maka: P(A)=()/() =
5/8 Misal kejadian terambilnya bola merah pada pengambilan kedua adalah B, maka: P(B/A) ( ) () =
4 7 P(A∩B)=P(A)×P(B/A)=5 8 × 4 7 = 5 14
Sifat-sifat Peluang Misal, S suatu ruang sampel dan A suatu kejadian pada ruang sampel S. 1. Jika
A=θ maka p(A) = 0 2. Nilai peluang kejadia A, yaitu
p(A) berkisar dari 0 sampai 1 (0  p(A)  1). 3. Jumlah nilai peluang semua

Anda mungkin juga menyukai