Anda di halaman 1dari 12

BAB V.

PELUANG

Dalam kehidupan sehari hari kita sering dihadapkan pada persoalan yang berkaitan
dengan peluang. Baik mencari kemungkinan, kesempatan, banyak cara, harapan dan
sebagainya. Dalam Materi peluang ini yang pelajari antara lain adalah sebagai berikut.

I. KAIDAH PENCACAHAN
Kaidah pencacahan adalah cara/aturan untuk menghitung semua kemungkinan yang
dapat terjadi dalam suatu percobaan tertentu. Misalkan tersedia dua celana berwarna merah,
hijau dan tiga baju berwarna putih, kuning, krem. Berapa banyak cara untuk menyusun
pasangan celana dan baju? Masalah tersebut dapat diselesaikan dengan kaidah pencacahan.
Kaidah pencacahan dapat digunakan beberapa cara yaitu:
1. aturan pengisian tempat yang tersedia,
2. permutasi, dan
3. kombinasi.
I. 1. Aturan Pengisian Tempat yang Tersedia
Untuk menyelesaikan masalah dengan aturan tempat ini kita dapat menyusunnya dengan
a. Diagram pohon
Baju Celana Pasangan warna
Putih (merah , biru)
Merah Kuning (merah , kuning)
Krem (merah , krem)
Putih (hijau , putih)
Hijau Kuning (hijau , kuning)
Krem (hijau , krem)
Berdasarkan diagram pohon maka dapat disimpulkan banyak susunan yang dapat dibuat
ada 6 cara.
b. Tabel silang
Celana
Putih Kuning Krem
Baju
Merah (merah, putih) (merah, kuning) (merah, krem)
Hijau (hijau, putih) (hijau, kuning) (hijau,krem)
Tampak pasangan warna baju dan warna celana yang dapat disusun dengan 6 cara.

c. Pasangan Terurut
Dengan pasangan terurut misalkan himpunan baju dengan A = {merah, hijau} dan
himpunan warna celana dengan B = {putih, kuning, krem}. Himpunan pasangan terurut
dari himpunan A dan himpunan B ditulis sebagai
A x B = {((merah, putih) , (merah, kuning) , (hijau,krem) , (merah, krem) , (hijau, putih),
(hijau, kuning) }
Pada pasangan terurut A x B , tampak pasangan warna baju dan warna celana dapat
disusun dengan 6 cara.
Prinsip kaidah pencacahan.
Jika suatu kejadian dalam M cara, dan kejadian tersebut diikuti dengan kejadian lain yang
dapat terjadi dalam N cara , maka kejadian tersebut dapat terjadi dalam M - N cara.
Contoh :
Dalam sebuah pemilihan pengurus kegiatan yang akan dipilih dari anggotanya. Jika
terdapat 5 calon ketua dan 3 calon sekretaris. Banyak pasangan ketua dan sekretaris yang
mungkin dapat dibentuk dengan menggunakan calon calon tersebut adalah ....
Jawab:
Banyak pasangan yang dapat dibentuk adalah = 5 X 3 = 15 cara.

I. 2. Faktorial
Notasi faktorial yang digunakan adalah !. Faktorial adalah penulisan singkat perkalian
sederetan angka yang berurutan.
Definisi:
Untuk setiap n bilangan asli didefinisikan: n! = 1 x 2 x 3 x 4 x … x (n-1) x n

atau

n! = n x (n-1) x … x 4 x 3 x 2 x 1

n! dibaca “n faktorial”

0! = 1 demikian juga 1! = 1

Contoh:
2 ! = 2x1 = 2
3 ! = 3x2x1 = 6
4 ! = 4x3x2x1 = 24
1.3 Permutasi
Definisi:
Permutasi sejumlah unsur adalah penyusunan unsur-unser tersebut dalam suatu urutan
tertentu (urutan diperhatikan.
n
Permutasi r unsur dari n unsur yang tersedia (ditulis nPr atau r P) adalah banyak cara
menyusun adalah banyak cara menyusun r unsur yang berbeda diambil dari sekumpulan
n unsur yang tersedia.
a. Permutasi dari unsur yang berbeda
Permutasi r unsur yang diambil dari n unsur yang tersedia dilambangkan dengan
notasi nPr atau nr P. Untuk unsur unsur r = n (n unsur diambil dari n unsur yang
tersedia) maka permutasinya menjadi nPn maka hasilnya menjadi
n Pn = n.(n -1).(n - 2).....2.1 = n!
Untuk r < n (permutasi r unsur diambil dari n unsur yang tersedia) maka aturannya
adalah
n!
n P r=
( n−r ) !
Contoh:
Di kelas matematika, ada 24 peserta pelatihan. Berturut-turut akan dipilih seorang
Ketua kelas, Sekretaris, dan Bendahara. Ada berapa banyak pasangan Ketua kelas,
Sekretaris, Bendahara) yang dapat dipilih?
Jawab:
24 24 ! 24 ! 24 × 23× 22× 21!
3 P= = = =24 ×23 × 22=12144
( 24−3 ) ! 21 ! 21 !

b. Permutasi dari unsur yang sama


Permutasi dari unsur yang sama setiap unsur pada permutasinya tidak boleh
digunakan lebih dari satu kali, kecuali jika dinyatakan secara khusus. Banyaknya
permutasi dari n unsur yang memuat r unsur yang sama, l unsur yang sama, ..., m unsur
yang sama (k + l + ... + m ≤ n), dapat ditentukan dengan rumus
n!
P=
r !l! … m!
Contoh:
Terdapat 2 bola merah, 1 bola biru, dan 3 bola putih yang sama jenis dan ukurannya. Ada
berapa carakah bola-bola tersebut dapat disusun berdampingan?
Jawab:
6! 6 ×5 × 4 × 3! 6 ×5 × 4
P= = = =60
1 ! 2! 3 ! 1 ×2 ×1× 3 ! 2
Jadi banyaknya cara untuk menyusun bola-bola tersebut berdampingan adalah 60 cara.

c. Susunan Melingkar (permutasi siklis)


Kejadian ini terjadi dalam susunan melingkar. Penentuan susunan melingkar dapat
diperoleh dengan menetapkan satu objek pada satu posisi, kemudian menentukan
kemungkinan posisi objek lain yang tersisa. Perhatikan ilustrasi berikut:
 Ada 2 objek (A dan B) duduk melingkar

A B

Jika ada 2 objek (A dan B) duduk melingkar, maka banyak susunannya = 1


 Ada 3 objek (A, B, dan C) duduk melingkar, maka

C B

A B A C

Jika ada 3 objek (A, B, dan C) duduk melingkar, maka banyak susunannya = 2
 4 objek (A, B, C, dan D) duduk melingkar, maka

C C C C C C

A B A B A B A B A B A B

Jika ada 4 objek (A, B, C, dan D) duduk melingkar, maka banyak susunannya = 6
Dari ilustrasi di atas, maka jika ada n objek duduk melingkar, maka banyak
susunan yang terjadi ada (n – 1)!. Sehingga diperoleh definisi: Jika ada n objek yang
berbeda dan disusun dalam bentuk siklik, maka banyaknya susunan yang terjadi
(permutasi siklis atau P siklis) adalah:
Psiklis = (n – 1)
Contoh:
Dari 8 peserta konferensi akan menempati kursi pada meja bundar, berapa macam susunan
posisi duduk yang dapat terjadi?

Jawab:
Banyak objek n = 8, maka banyak permutasi siklisnya:
P = (8 – 1 )! = 7! = 7 × 6 × 5 × 4 × 3 × 2 × 1 = 5040.
1.4 Kombinasi
Definisi:
Kombinasi adalah suatu pilihan dari unsur-unsur yang ada tanpa memperhatikan
urutannya. Banyaknya kombinasi r unsur dari n unsur dinyatakan dengan C(n, r)
dandirumuskan
n!
C (n , r)=
( n−r ) ! r !
Contoh:
1. Suatu sekolah akan mengirim 3 orang sebagai wakil untuk mengikuti lomba design
grafis. Jika yang bersedia untuk ikut 7 orang maka banyak cara untuk menentukan
ketiga wakil tersebut adalah...
Jawab:
Tiga orang dipilih dari 7 orang sama dengan banyak kombinasi 3 orang dari 7
orang yaitu
7! 7! 7 ×6 × 5× 4 ! 7× 6 ×5 210
C ( 7 , 3) = = = = = =35
( 7−3 ) ! 3! 4 ! 3 ! 3 × 2× 1× 4 ! 6 6

Latihan Soal:
1. Diberikan angka 0, 2, 3, 5, dan 8, akan disusun bilangan yang terdiri dari 3 angka.
Tentukan: a. Bilangan dengan angka tidak boleh berulang
b. Bilangan genap dan boleh berulang
2. Di suatu perumahan akan dilakukan pemilihan ketua RW, ketua RT, dan sekretaris
RW. Terdapat 7 warga mencalonkan diri. Tentukan susunan yang mungkin akan
terpilih dalam pemilihan itu!
3. Berapa banyak susunan huruf yang dapat dibentuk dari huruf-huruf berikut?
a. LINGKARAN
b. TELEVISI
4. Dalam suatu rapat kenaikan kelas ada 9 orang yang akan duduk mengelilingi meja
bundar Kepala sekolah, wakasek kesiswaan, dan wakasek kurikulum harus duduk
bersebelahan. Tentukan banyak susunan yang berbeda untuk duduk!
5. Dari suatu kelas akan dipilih 4 pria dan 6 wanita untuk membentuk sebuah kelompok
yang akan mengikuti lomba gerak jalan. Jika dalam kelas itu ada 9 pria dan 8 wanita,
tentukan banyak cara membentuk kelompok gerak jalan itu!
6. Sebanyak 7 pria dan 3 wanita orang akan mengikuti pertemuan disebuah hotel hanya
4 orang yang diperbolehkan untuk mengikuti pertemuan itu. Tentukan banyak cara
memilih 4 orang tersebut jika paling sedikit satu orang diantaranya harus wanita!
2. Peluang Suatu Kejadian

a. Konsep dasar Peluang


Peluang (Probabilitas) merupakan suatu konsep matematika yang digunakan
untuk melihat kemungkinan terjadinya sebuah kejadian. Beberapa istilah yang
perlu diketahui dalam mempeajari konsep peluang adalah sebagai berikut:
1) Ruang sampel merupakan himpunan semua hasil yang mungkin dari
sebuah percobaan
2) Titik sampel merupakan anggota yang ada pada ruang sampel
3) Kejadian merupakan himpunan bagian dari ruang sampel

Peluang suatu kejadian dapat didefinisikan, Jika N adalah banyaknya titik sampel pada
ruang sampel S suatu percobaan dan E merupakan suatu kejadian dengan banyaknya n

pada percobaan tersebut, maka peluang kejadian E adalah P(E) =


𝑁

b. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peluang suatu kejadian.


1) Peluang suatu kejadian, jika 𝑛 (𝐴) = banyak kejadian 𝐴, maka peluang
kejadian 𝐴 adalah :
(𝑃) = 𝑛 (𝐴)
,𝐴 ⊂𝑆
𝑛 (𝑆)

Contoh soal: Sebuah kartu diambil dari setumpuk kartu remi. Berapa peluang
bahwa yang diambil itu kartu queen?

Penyelesaian: Seluruhnya terdapat 52 kartu, 4 di antaranya adalah kartu queen.

Jadi, n(S) = 52 dan n(K) = 4

Sehingga, P(queen)  1
n(K ) 4  .
 13
n(S)
52

Jadi, peluang terambilnya kartu queen dari setumpuk kartu remi adalah
13
2) Peluang komplemen suatu kejadian
Peluang komplemen dari suatu kejadian adalah peluang dari satu kejadian
yang berlawanan dengan suatu kejadian yang ada. Komplemen dari suatu
kejadian A merupakan himpunana dari seluruh kejadian yang bukan A.
complement dari suatu kejadian dapat ditulis dengan A’. Maka peluang
komplemen dituliskan sebagai berikut:

𝑃 (𝐴′) = 1 − 𝑃 (𝐴)

Contoh soal: Apabila sebuah dadu bermata 6 dilempar, maka peluang untuk
tidak mendapat sisi dadu 4 adalah

Penyelesaian : Ada enam mata dadu, dengan sisi dadu 4 berjumlah satu
maka, n(S) = 6 dan n(K) = 1
n(K ) 1
P(dadu)   , sehingga peluang komplemen dari kejadian
n(S)
6
tersebut adalah

𝑃 (𝑑𝑎𝑑𝑢′) = 1 − 𝑃 (𝑑𝑎𝑑𝑢)
1
𝑃 (𝑑𝑎𝑑𝑢′) = 1 −
6
5
𝑃 (𝑑𝑎𝑑𝑢′) =
6
5

Jadi peluang untuk tidak mendapatkan sisi dadu 4 adalah


6

3) Frekuensi harapan suatu kejadian


Frekuensi harapan suatu kejadian adalah hasil kali munculnya suatu kejadian
dengan banyaknya percobaan yang dilakukan

𝐹ℎ = 𝑃 (𝐴) × 𝑛

Contoh soal: Pada pelemparan sebuah koin, nilai peluang munculnya gambar
1

adalah apabila pelemparan koin dilakukan sebanyak 30 kali


2

maka harapan munculnya gambar adalah…


Penyelesaian: 𝐹 ℎ = 𝑃 ( 𝐴) × 𝑛
1
𝐹ℎ = × 30
2
𝐹ℎ = 15 kali

Jadi harapan munculnya gambar dari 30 kali pelemparan dadu adalah 15 kali.

4) Peluang dua kejadian tidak saling lepas

Dua kejadian dikatakan tidak saling lepas jika kedua kejadian tersebut dapat
terjadi secara bersamaan
𝑃 ( 𝐴 𝖴 𝐵 ) = 𝑃 ( 𝐴) + 𝑃 ( 𝐵 ) − 𝑃 ( 𝐴 ∩ 𝐵 )

Contoh soal: sebuah dadu sisi enam dilemparkan satu kali, berapakah peluang
munculnya mata dadu angka genap dan angka yang habis dibagi
3?
Penyelesaian: Ruang sampel S = {1,2,3,4,5,6}
Misal D merupakan kejadian munculnya angka dadu genap, dan
B munculnya angka dadu yang habis di bagi tiga maka:

𝐷 = {2,4,6} , 𝐵 = {3,6} dan 𝐷 ∩ 𝐵 = {1},

Sehingga n(𝐷) = 3, n(𝐵) = 2, dan (𝐷 ∩ 𝐵) = 1

Maka:

3
𝑃(𝐷) =
6

2
𝑃(𝐵) =
6

1
𝑃 (𝐷 ∩ 𝐵 ) =
6

Jadi peluang kedua kejadian tersebut adalah

𝑃(𝐷 𝖴 𝐵) = 𝑃(𝐷) + 𝑃(𝐵) − 𝑃(𝐷 ∩ 𝐵)

3 2 1
𝑃(𝐷 𝖴 𝐵) = + −
6 6 6
3 2 1
𝑃(𝐷 𝖴 𝐵) = + −
6 6 6
4 2
𝑃(𝐷 𝖴 𝐵) = atau
6 3

5) Peluang dua kejadian saling lepas

Dua kejadian dikatakan saling lepas jika kedua kejadian tersebut tidak dapat
terjadi secara bersamaan

𝑃 (𝐴 𝖴 𝐵) = 𝑃 (𝐴) + 𝑃 (𝐵)

Contoh soal: Misalnya ketika memilih bola secara acak dari keranjang yang
berisi 3 bola biru, 2 bola hijau dan 5 bola merah, peluang
mendapat bola biru atau merah adalah

Penyelesaian: 𝑃(𝐵𝑖𝑟𝑢 ∩ 𝑀𝑒𝑟𝑎ℎ) = 𝑃(𝐵𝑖𝑟𝑢) + 𝑃(𝑀𝑒𝑟𝑎ℎ)

3 5
𝑃(𝐵𝑖𝑟𝑢 ∩ 𝑀𝑒𝑟𝑎ℎ) =
+
10 10

8
𝑃(𝐵𝑖𝑟𝑢 ∩ 𝑀𝑒𝑟𝑎ℎ) =
10

6) Peluang dua kejadian saling bebas

Kejadian A dan Kejadian B dikatakan kejadian saling bebas jika kejadian A


tidak dipengaruhi oleh kejadian B atau sebaliknya maka berlaku:

𝑃 ( 𝐴 ∩ 𝐵 ) = 𝑃 ( 𝐴) × 𝑃 ( 𝐵 )

Contoh soal: Ada dua kotak yang masing – masing memuat bola berwarna
merah dan putih kotak I memuat 5 merah dan 4 putih serta
kotak II memuat 6 merah dan 3 putih. Jika masing - masing
kotak diambil 2 bola sekaligus, tentukan peluang terambilya 1
merah dan 1 putih pada kotak I dan 2 merah pada kotak II!
Penyelesaian: Misal A adalah kejadian pada kotak I yaitu terambil 1M dan 1P,
akan diambil dua bola sekaligus dari kotak I yang terdiri dari 9
bola
9!
𝑛(𝑠) = 𝐶9 = 9 𝑥 8 𝑥 7!
= = 36
2
7! 2! 7! 2!

Misal B adalah kejadian pada kotak II yaitu terambil 2M akan


diambil dua bola sekaligus dari kotak II yang terdiri dari 9 bola
9!
𝑛(𝑠 ) = 𝐶 9 = 9 𝑥 8 𝑥 7!
= = 36
2
7! 2! 7! 2!

Terpilih 2 merah dari 6 merah


6!
𝑛(𝐵) = 𝐶6 =
6 𝑥 5 𝑥 4!
= = 15
2
4!2! 4!2!

15 5
Peluangnya adalah 𝑃(𝐵) = =
36 12

Maka peluang masing - masing kotak diambil 2 bola sekaligus,


tentukan peluang terambilya 1 merah dan 1 putih pada kotak I
dan 2 merah pada kotak II merupakan kejadian saling bebas
sehingga berlaku 𝑃 (𝐴 ∩ 𝐵) = 𝑃 (𝐴) × 𝑃 (𝐵)

5 5
𝑃 (𝐴 ∩ 𝐵 ) =
×
9 12

25
𝑃 (𝐴 ∩ 𝐵) =
108

Jadi peluang kejadian A dan kejadian B 25


adalah
108
7) Peluang dua kejadian tidak saling bebas (disebut juga peluang bersyarat)

Dua kejadian disebut kejadian bersyarat apabila terjadi atau tidak terjadinya
kejadian A akan mempengaruhi terjadi atau tidak terjadinya kejadian B atau
sebaliknya.

𝑃 (𝐴 ∩ 𝐵) = 𝑃 (𝐴) × 𝑃 (𝐵⎹ 𝐴)

Contoh soal: sebuah dadu dilempar sekali tentukan peluang munculnya mata
dadu genap dengan syarat munculnya kejadian mata dadu prima
terlebih dahulu

Penyelesaian: Misal A adalah kejadian munculnya mata dadu prima

Ruang sampel: s = {1,2,3,4,5,6}, sehinga 𝑛(𝑠) = 6

A = {2,3,5}, sehingga 𝑛(𝐴)= 3


3 1
Peluang kejadian A: 𝑃(𝐴) = =
6 2

Misal B adalah kejadian munculnnya mata dadu genap

B = {2,4,6), sehingga irisannya 𝐴 ∩ 𝐵 = {2}, dengan 𝑛(𝐴 ∩ 𝐵) = 1

𝑛(𝐴∩𝐵) 1
Peluang kejadian 𝑃(𝐴 ∩ 𝐵) = =
𝑛(𝑠) 6

Jadi, peluang munculnya mata dadu genap dengan syarat munculnya kejadian
mata dadu prima lebih dahulu
Latihan soal:
1. Sebuah dadu lalu dilempar satu kali, berapa peluang munculnya mata dadu 5?
2. Dua buah dadu dilempar secara bersamaan. Berapakah peluang kejadian muncul jumlah
kedua mata dadu = 6?
3. Sebuah tas berisi 12 kelereng yang terdiri dari 5 kelereng biru, 3 kelereng merah, dan 4
kelereng kuning. Dari tas tersebut akan diambil satu kelereng. Berapa peluang
terambilnya kelereng berwarna merah?
4. Sebuah tas berisi lima buah komik volume 11 sampai 15. Jika buku diambil secara acak
dari tas tersebut. Maka:
a. Tentukanlah peluang terambilnya komik bervolume genap.
b. Jika yang terambil adalah buku bervolume ganjil, lalu tidak dikembalikan lagi.
Tentukanlah peluang terambilnya komik volume ganjil pada pengambilan berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai