Proposal - Ami.
Proposal - Ami.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pernapasan yang sering terjadi dan merupakan penyakit yang masih dianggap
remeh oleh masyarakat Indonesia (Zhafirah & Susanna, 2020). ISPA jika tidak
pada paru, infeksi pada selaput otak, penurunan kesadaran, gagal napas,
memiliki imunitas yang kuat (Widoyono, 2011, Aryani & Syapitri, 2018).
organ pernapasan bagian atas dan bawah yang penyebabnya adalah virus,
jamur dan bakteri. Diperkirakan tiap anak terkena ISPA 3-6 kali setiap
WHO melaporkan pada tahun 2015 angka kematian anak balita hampir 6 juta,
1
Rate (UFMR) ISPA sebesar 41 per 1.000 anak, sedangkan Infant Mortality Rate
(IMR) ISPA sebesar 45 per 1.000 anak. Kejadian ISPA dinegara maju diakibatkan
Dalam setahun kematian akibat ISPA pada anak ada 2.200 anak setiap
hari, 100 anak setiap jam, dan 1 anak per detik. Hal ini menjadi angka
penyebab kematian anak tertinggi dari pada infeksi yang lainnya di seluruh
(WHO, 2018).
Nusa Tenggara Timur (NTT) sebesar 15,4%, di ikuti dengan Provinsi Papua
13,1%, Papua Barat sebesar 12,3% dan Sumatera Utara berada di peringkat
tiga puluh dengan prevalensi sebesar 6,8%. Sementara, penderita ISPA paling
ISPA pada tahun 2019 berjumlah 57,138 tahun 2020 berjumlah 46,891 (Dinas
Konawe berjumlah 2.043 kasus ISPA pada tahun 2020, kemudian pada tahun
kasus ISPA pada tahun 2021 sebanyak 2152 kasus (Dinas Kesehatan
2
Jumlah data Puskesmas Kecamatan Wawotobi, pada pasien anak usia 1-4
tahun yang menderita ISPA pada tahun 2020 sebanyak 84 anak, tahun 2021
sebanyak 94 anak dan tahun 2022 sebanyak 107 anak. (Puskesmas Wawotobi
2022).
udara dalam rumah, kondisi fisik rumah, dan kepadatan hunian rumah, faktor
menyerap nikotin dua kali lebih banyak dibandingkan orang dewasa (Basuki
dan febriani 2017). ISPA dapat menghambat suatu perkembangan anak jika
tidak ditangani. ISPA yang menyerang saluran pernafasan atas dan jarang
nutrisi asupan makan anak pasti turun setiap sakit (Atika, 2017). Dalam
penelitian menyebutkan bahwa infeksi berat dan kronik pada ISPA berisiko
pada anak yang kronik berujung pada kondisi yang lebih serius.(Anika ardian,
2019).
Polusi udara sekitar juga mempengaruhi kejadian Ispa pada balita dan
anak, udara yang sudah tercemar baik dari asap pembakaran, rokok,
3
berbahaya yang terdapat pada oksigen, sehingga apa bila balita atau anak
tersebut menghirup udara yang sudah tercemar akan lebih mudah terkena Ispa.
Asap rokok dari orang tua yang merokok dapat menyebabkan pencemaran
adalah tar, nikotin, dan CO (Carbon Monoksida). Paparan asap rokok pada
kesehatan termasuk Ispa serta gangguan pernapasan pada balita. Hal ini
disebakan karena bahan toksik yang terkandung pada asap rokok diketahui
bersifat karsinogen. Tidak ada tingkat paparan yang aman dari paparan asap
menjadi perokok pasif, dan mereka selalu terpapar asap rokok. WHO
menyatakan bahwa efek buruk asap rokok lebih besar bagi perokok pasif
rokok dan menghirupnya, asap yang dihisap si perokok disebut asap utama,
dan asap yang keluar dari ujung (bagian pembakaran) rokok disebut asap
5 kali lipat, tar dan nikotin 3 kali lipat, monia 46 kali lipat, nikel 3 kali lipat,
4
dan nitrosamin sebagai konsentrasi karsinogenik. Paparan asap rokok di
bahaya asap rokok yang dapat memicu kejadian Ispa pada balita dan
Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa keingin tahuan melalui proses
sensoris, terutama pada mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan
Pengetahuan akan suatu objek mengandung dua aspek yaitu positif dan
negatir. Kedua aspek ini akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak
aspek positif dan objek yang di ketahui, maka akan menimbulkan sikap
Sikap merupakan reaksi evaluatif yang disukai atau tidak disukai terhadap
5
kecenderungan perilaku seseorang. Sikap ibu yang kurang dalam penanganan
Ispa dapat menyebabkan anak lebih banyak mengalami episode Ispa berulang.
Hal ini disebabkan karena kurangnya perhatian terhadap upaya untuk hidup
(Harahap, 2018).
Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Bahaya Asap Rokok Yang Dapat
Memicu Kejadian Ispa pada Anak. Hasil penelitian ini menunjukan sebagian
Hubungan Perilaku Merokok orang Tua dengan Kejadian Ispa pada Balita di
menunjukan 70% perilaku orang tua cukup baik dan 30% kurang baik.
orang responden memiliki pengetahuan, sikap dan perilaku yang kurang baik
Tentang Bahaya Asap Rokok Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Usia 1-
6
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ada hubungan pengetahuan orang tua tentang bahaya asap rokok
2. Apakah ada hubungan sikap orang tua tentang bahaya asap rokok dengan
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
tentang bahaya asap rokok dengan kejadian ISPA pada anak usia 1-4
tahun.
2. Tujuan Khusus
ISPA pada anak usia 1-4 tahun di wilayah kerja Puskesmas Wawotobi
kabupaten konawe.
Konawe.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari peneliti ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Praktis
7
Bagi peneliti sendiri pengalaman yang sangat berharga dalam
b. Bagi masyarakat
2. Manfaat Teoritis
8
E. Keaslian Penelitian
9
Perilaku merokok
keluarga diluar rumah
(OR=5,12 : 95%CI
1,24 21,19).
2 Pencegahan Farida Jenis penelitian Pencegahan Berdasarkan table Variabel Variabel
kejadian ISPA Heriyani, Lia ini menggunakan kejadian ISPA diketahui bahwa independen dan dependennya
pada anak di Yulia Budiarti desain studi cross- (independen) sebagain besar variabel hanya satu yaitu
daerah (2019). sectional pada anak (78,33%) peserta dependen, ada anak.
pendulangan (dependen) kegiatan mempunyai desain penelitian
pengetahuan jelek
intan cempaka cross-sectiona
tentang pencegahan
banjar baru ISPA, hanya 18,33%
peserta mempunyai
pengetahuan cu up dan
hanya 3,33% atau 2
orang yang
mempunyai
pengetahuan baik. Hal
ini menunjukkan
bahwa masih
rendahnya
pengetahuan para
siswa siswi tentang
pencegahan
ISPA. Sehingga
berdasarkan data
Ini sangat diperlukan
adanya pemberian
promosi kesehatan
kepada anak-anak
10
sekolah dasar yang ada
di
daerah Pendulangan
Intan Kecamata
Cempaka Banjarbaru
mengenai Polusi udara
akibat pertambangan /
pendulangan di daerah
tersebut dan akibatnya
bagi saluran
pernapasan serta
encegahan ISPA pada
anak.
3 Pengaruh Amir Jenis penelitian Kejadian Hasil penelitian ini Variabel Jenis penelitian
paparan asap Patintingan, ini adalah metode penyakit ISPA menunjukkan bahwa independen dan
rokok dengan Henni Observasional (independen) ada hubungan antara variabel
kejadian Kumaladewi Analitik dengan paparan paparan asap rokok dependen,
penyakit ISPA Hengky, desain penelitian asap dengan kejadian ISPA desain penelitian
pada balita Sarina Jamal Cross-sectional rokok dan pada balita dengan cross-sectional
(2022). pada balita
dipuskesmas nilai p. value 0,003.
(dependen)
aslompoe kota Orang tua sebaiknya
parepare menghindari rokok di
dalam uangan dan
perlu memperhatikan
ventilasi rumah tangga
untuk mengedarkan
udara kotor, seperti
asap rokok.
11
4 Hubungan Niken Ayu Desain penelitian Perilaku Hasil penelitian Variabel Variabel
perilaku Merna Eka yang digunakan merokok orang didapatkan dari 68 dependennya independen dan
merokok orang Sari, Ni Ketut adalah analitik tua responden, sebesar jenis penelitian
tua dengan Ayu Mirayanti, korelasi (independen) 75% orang tua
kejadian infeksi Ni Made Heni dengan kejadian merokok dan kejadian
saluran Wahyuni1, Pendekatan cross- infeksi saluran ISPA pada balita
sectional
pernapasan (2020). pernapasan Sebesar 63,2%. Hasil
akut pada balita akut pada analisis menunjukkan
di UPTD balita adanya hubungan
puskesmas (dependen) antara perilaku
tabanan III merokok orang tua
dengan kejadian ISPA
pada balita di UPTD
Puskesmas tabanan III.
5 Hubungan Vandri D. Desain penelitian Hubungan Hasil penelitian uji Variabel Variabel
kebiasaan Kallo, A. Yudi yang digunakan kebiasaan statistik menggunakan dependen dan independen
merokok di Ismanto, adalah desain merokok di uji chi square pada jenis penelitian
dalam rumah Salma Milo, cross-Sectional dalam rumah tingkat kemaknaan
dengan (2015). dan data (independen). 95% (α ≤ 0,05), maka
kejadian ISPA dikumpulkan dari Kejadian ISPA didapatkan nilai p=
responden pada anak 0,002. Ini berarti
pada anak umur 1-5 bahwa nilai p< α
umur 1-5 tahun menggunakan
tahun (0,05).
di puskesmas lembar kuisioner
sario kota
manado.
12
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi ISPA
menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas, mulai dari
banyak dijumpai pada balita dan anak-anak mulai dari ISPA ringan
sampai berat. ISPA yang berat jika masuk kedalam jaringan paru-paru
ISPA sering terjadi pada anak-anak. Penyakit batuk pilek pada balita
di Indonesia diperkirakan 3-6 kali per tahun (rata-rata 4 kali per tahun),
salah satu penyebab kesakitan dan kematian pada balita. Angka kejadian
penyakit ISPA pada balita di Indonesia adalah 6 per 1000 balita. Ini
13
tahun. Jika dihitung, jumlah balita yang meninggal akibat ISPA di
indonesia dapat mencapai 150.000 balita per tahun, 12.500 perbulan, 416
per hari, 17 per jam atau 1 orang balita setiap detik (Maryunani, 2014).
2. Klasifikasi ISPA
paruparu (alveoli).
(otomatis media).
kali permenit untuk usia 2-11 bulan dan kurang dari 40 kali
permenit untuk usia 12-59 bulan, serta tidak ada tarikan pada
dinding dada.
14
kali permenit untuk usia 12-59 bulan), serta tidak ada tarikan
dada.
3. Etiologi
Etiologi ISPA terdiri dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri
RI, 2004). Virus penyebab ISPA antara lain group mixovirus (virus
15
juga ISPA dapat disebabkan oleh karena inspirasi asap rokok, asap
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan riketsia
(Depkes RI, 2004). ISPA juga dapat disebabkan oleh jamur dan ispirasi
2008).
1. Umur
gambaran klinik yang lebih besar dan jelek, hal ini disebabkan
secara alamiah.
16
2. Jenis kelamin
3. Status gizi
Jika keadaan gizi menjadi buruk maka reaksi kekebalan tubuh akan
2013).
17
c. Faktor environment (lingkungan)
1. Ventilasi
aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti
2017).
18
minimal 8 m² dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari dua orang
3. Keberadaan perokok
pasif. Asap rokok terdiri dari 4.000 bahan kimia. 200 diantaranya
(Kusumawati, 2010).
pada anak usia dibawah 2 tahun sama mempunyai resiko untuk terserang
infeksi saluran pernapasan akut, karena keadaan pada anak dibawah umur
19
2 tahun imunitasnya belum sempurna dan lumen saluran napasannya
relatif sempit. Balita adalah individu atau sekelompok individu dari suatu
penduduk yang berada dalam rentang usia tertentu. Balita juga merupakan
salah satu periode usia manusia setelah bayi. Rentang usia balita dimulai
dari dua tahun sampai lima tahun, atau biasa digunakan perhitungan bulan
hidup bangsa, balita amat peka terhadap penyakit, tingkat kematian sangat
jasmani, sosial dan bukan hanya bebas dari penyakit dan kelemahan.
kesakitan dan angka kematian pada balita masih cukup tinggi. Angka
1. Definisi Rokok
dibakar dan dihisap atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek, rokok
putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana
20
tabacum, nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang
asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan.
tembakau adalah tar, nikotin dan CO. Selain itu, dalam sebatang
beracun. Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam
menempel pada paru-paru. Nikotin adalah suatu zat yang memiliki efek
sempurna dari unsur zat arang atau karbon. Selain itu juga terdapat zat-zat
Nitrosamine.
21
3. Bahaya merokok bagi kesehatan
rokok orang lain, sedangkan perokok aktif adalah orang yang melakukan
angina 20 kali lebih besar. Angina adalah rasa sakit didada pada saat
polip yang menutupi usus besar, Menderita crohn, yaitu sejenis penyakit
peradangan.
22
Beresiko terkena katarak 2 kali lebih besar, Mengalami osteoporosis
penyakit yang menyerang pembuluh darah yang terdapat pada lengan dan
yaitu rasa sakit menyeluruh yang melumpuhkan tangan, kaki dan pinggul.
Ini terjadi pada perokok berat, Terjadi luka-luka pada urat, Mengalami
1. Pengertian
2011).
23
Pengetahuan adalah sejumlah informasi yang dikumpulkan yang
pernah di alami dan yang diperoleh dari hasil belajar secara formal,
2. Manfaat pengetahuan
(overt behavior)
tersebut dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
3. Tingkat pengetahuan
tingkat, yaitu :
24
a. Tahu (Know)
dipelajari sebelumnya.
b. Memahami (Comprehension)
c. Aplikasi (Aplication)
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang riil
(sebenarnya).
d. Analisa (Analysis)
struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Synthesis)
25
Sintesis menujukkan keadaan suatu kemampuan untuk meletakkan
yang baru.
f. Evaluasi (Evaluation)
1. Pengertian
26
di anggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga
E. Kajian Empiris
anggota keluarga.
Banjarbaru.
27
3. Berdasarkan penelitian dari Amir Patintingan, ddk: (2022) “ Pengaruh
antara paparan asap rokok dengan kejadian ISPA pada balita dengan nilai
4. Berdasarkan penelitian dari Nike Ayu Merna Eka Sari, dkk: (2020) “
hubungan antara perilaku merokok orang tua dengan kejadian ISPA pada
28
dapat ditarik kesimpulan ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan
BAB 3
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah infeksi yang dimulai dari
saluran pernapasan atas hingga paru yang berlangsung sampai 14 hari. Infeksi
saluran napas bagian atas adalah infeksi saluran pernapasan yang terletak
diatas laring sedangkan bila mengenai organ dibawah laring disebut infeksi
anak tersebut hanya menghirup udara yang terkontaminasi dengan asap rokok.
Kejadian seperti ini sudah sering dan tidak asing lagi di kehidupan sehari
hari, karena kurangnya pengetahuan orang tua mengenai dampak dan bahaya
29
B. Kerangka Konsep Penelitan
Kejadian Ispa
Sikap Orang Tua Tentang
Keterangan :
C. Variabel Penelitian
30
2017). Variabel independen pada penelitian ini yaitu pengetahuan dan sikap
1. Pengetahuan
rokok yang mengakibatkan terjadinya Ispa pada anak usia 1-4 tahun.
nilai 1 dan jawaban salah diberi nilai 0. Untuk menghitung interval skala
a. Rata-rata ideal:
31
Nilai ideal tertinggi didapat dari nilai tertinggi yaitu 1 , dikali jumlah
soal pertanyaan pengetahuan yaitu 10. Nilai ideal terendah didapat dari
= (10 + 0) = 10 = 5
2 2
Kriteria objektif
a. Baik : jika skor total x > 5 jumlah kuesioner
2. Sikap
Sikap orang tua yang di maksud dalam penelitian ini adalah respon
tertutup seseorang bila ada orang yang merokok di sekitar anak balita.
jawaban dengan skor nilai : Sangat Setuju skor 4, Setuju skor 3, Tidak
setuju skor 2 Sangat tidak setuju skor 1 sehingga diperoleh skor nilai :
32
R
= (Sugiyono, 2012).
K
Keterangan :
= Interval kelas
75 %
= = 37,5 %
Kriteria objektif
E. Hipotesis
1. Pengetahuan
33
Ho : Tidak ada hubungan pengetahuan dengan kejadian Ispa pada anak
2. Sikap
Ha : Ada hubungan sikap dengan kejadian Ispa pada anak usia 1-4 tahun
Ho : Tidak ada hubungan sikap dengan kejadian Ispa pada anak usia 1-4
34
BAB 4
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap orang tua tentang bahaya
asap rokok dengan kejadian ISPA pada anak usia 1-4 tahun di wilayah kerja
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April – Mei tahun 2023.
2. Tempat Penelitian
Kabupaten Konawe.
1. Populasi
2012), Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah pasien berumur 1-4
35
2. Sampel
a. Jumlah sampel
Keterangan:
= 85 Responden
36
b. Tekning sampling
c. Kriteria sampel
1) Kriteria inkusi
2) Kriteria eksklusi
adalah:
37
b) Responden yang tidak bersedia untuk di jadikan responden
D. Instrument Penelitian
1. Kuesioner pengetahuan
pengetahuan orang tua tentang bahaya asap rokok yang dapat memicu
kejadian ispa pada anak” dengan hasil r table = 0,312 keterangan valid.
sangat reliable.
2. Kuesioner Sikap
Kuesioner sikap pada penelitian ini sudah di uji validasi dengan 6 item
merokok orang tua dengan kejadian Ispa pada balita di wilayah kerja
valid. Sedangkan uji reabilitas nilai alpha cronbach = 0,8 dan dinyatakan
reliable.
E. Pengumpulan Data
1. Data primer
38
obyektif. Cara pengumpulan data dilakukan setelah responden
kuisioner dan diberikan kesempatan untuk bertanya jika ada hal yang
tidak dimengerti. Setelah pengisian, kuisioner yang telah diisi hari itu
2. Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari Kepala Bagian Tata
Usaha (KTU) Puskesmas Wawotobi yakni jumlah pasien anak usia 1-4
1. Pengolahan data
a. Editing
b. Coding
jenisnya.
39
c. Tabulating
2. Analisis data
kuisioner.
a. Analisis univariat
n : jumlah sampel k :
Konstanta (100)
b. Analisis bivariat
40
Setelah data terkumpul dianalisa secara Analitik dengan
2012):
n (ad-bc) 2
X2 = ∑ --------------------------------
(a+b)(c+d)(a+c)(b+d)
Keterangan :
n : jumlah sampel
a,b,c,d : sel-sel
yang bermakna.
Tetapi bila uji Chi Square tidak memenuhi syarat maka dilakukan uji
P = (a+b)!(c+d)!(a+c)!(b+d)!
n!a!b!c!d!
Keterangan :
41
a,b,c,d = Nilai Sel n
= Jumlah sampel
! = Faktorial
1) Jika nilai P < α maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada
2) Jika nilai P > α maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak
Tabel 1: Tabel 2 x 2
Objek I Objek II
sampel a A B a+b
42
sampel b C D c+d
Keterangan :
n = besar sampel
3. Penyajian data
Penyajian data yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk tabel disertai
dengan penjelasan.
43
G. Etika Penelitian
berikut:
responden pada lembar alat ukur, hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data.
44