Anda di halaman 1dari 11

Hubungan peran ibu dan peran ayah

dengan perkembangan anak balita


diwilayah puskesmas Puuwatu
SULISTIANA
P201901018

Pembimbing 1 Pembimbing 2
H. Achmad Kadarman, Islaeli,
SKM.,M.Kes S.Kep.,Nda.,M.Kes.,PhD
Latar Belakang
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan merupakan masalah yang
banyak dijumpai di masyarakat. Motorik halus pada balita mempunyai
perkembangan yang berbeda–beda, pada gerakan otot indah dalam bentuk
kordinasi, ketangkasan, kecekatan menggunakan tangan dan jari jemari. Anak
yang kurang kasih sayang dan kurang stimulus akan mengalami hambatan
dalam pertumbuhan dan perkembangannya terutama perkembangan motorik
halus serta kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain
Jumlah balita di Indonesia sangat besar yaitu sekitar 10% dari seluruh populasi,
maka sebagai calon generasi penerus bangsa, kualitas tumbuh kembang
balita di Indonesia perlu mendapat perhatian serius yaitu mendapat gizi yang
baik, stimulasi yang memadai serta terjangkau oleh pelayanan kesehatan
berkualitas termasuk deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh
kembang
Latar Belakang
Hasil Deteksi Dini Tumbuh Kembang Pemeriksaan deteksi tumbuh
(DDTK) pada usia balita di Indonesia kembang di Sulawesi tenggara
tahun 2022 sebanyak 18% mengalami pada tahun 2020 telah dilakukan
gangguan perkembangan sosial pada 321.542 anak balita dan pra
(Depkes RI, 2022). Berdasakan sekolah atau 23,48% dari 657.353
Pemeriksaan deteksi tumbuh anak balita. Cakupan tersebut
kembang di Jawa Timur pada tahun menurun dibandingkan tahun 2020
2022 telah dilakukan pada 2.321.542 sebesar 24,03% dan masih dibawah
anak balita dan pra sekolah atau target 51%, perlu inovasi untuk
63,48% dari 3.657.353 anak balita. meningkatkan cakupan agar dapat
Cakupan tersebut menurun segera ditanggulangi apabila terjadi
dibandingkan tahun 2020 sebesar masalah atau keterlambatan
64,03% dan masih dibawah target tumbuh kembang pada anak balita
80%, perlu inovasi untuk (Dinkes Sulawesi Tenggara, 2020).
meningkatkan cakupan agar dapat
segera ditanggulangi apabila terjadi
masalah atau keterlambatan
tumbuh kembang pada anak balita
Latar Belakang
Data Profil Dinas Kesehatan Kota Kendari prevalensi tertinggi kejadian tumbuh
kembang anak tertinggi di Puskesmas Puwatu yaitu sebesar 445 anak (25,72%).
disusul Puskesmas Mekar sebesar 402 anak (22,69%), Puskesmas Nambo
sebesar 394 anak (22,20%), puskesmas Wua-Wua sebesar 382 (21,36%),
Puskesmas Poasia sebesar 381 anak (21,16%), Puskesmas Lepo-Lepo sebesar 379
anak 21,10 %, Puskesmas Labibia sebesar 261 anak (17,24%), Puskesmas
Kemaraya sebesar 260 anak (17,20%), Puskesmas Abeli sebesar 254 anak
(16,22%), Puskesmas Mata sebesar 244 anak (14,36%), Puskesmas Kandai
sebesar, 234 (13,93%), Puskesmas Mokoau sebesar 231 (13,76%), Puskesmas
Benu-Benua sebesar 221 anak (12,94%) (Dinkes Kota Kendari, 2022).
Berdasarkan Data di Puskesmas Puuwatu yang didapat dari Buku Registrasi
Puskesmas angka kejadian tumbuh kembang anak pada tahun 2020 sebanyak
382 orang (8,06 %), ditahun 2021 sebanyak 390 0rang (8,46 %), sedangkan pada
tahun 2022 sebanyak 445 orang (8, 79%) (Data Register Puskesmas Puuwatu,
2023).
Rumusan Masalah

1 2
apakah ada hubungan
Apakah ada hubungan
peran ayah dengan
peran ibu dengan
perkembangan anak balita
perkembangan anak
di wilayah kerja puskesmas
balita di wilayah kerja
Puuwatu
puskesmas Puuwatu

Kerangka konsep
Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 1. Kerangka Konsep


Keterangan :
= Variabel Independen (bebas)
= Variabel Dependen (terikat)
= Pengaruh antara variabel yang diteliti
Definisi Operasional dan Kriteria
Obyektif 2 peran ibu
Jika responden menjawab ya diberi skor 1
1 perkembangan anak balita dan jawaban tidak diberi skor 0. Dihitung
.Yang diteliti adalah tentang dengan menggunakan rumus interval
perkembangan anak balita. Dalam kelas menurut Arikunto, S, 2019 :
penelitian ini akan menggunakan I= R/K
Kuesioner Pra Skrining Dimana :
Perkembangan (KPSP). I = Interval
R = Range atau Kaisaran (100-0)
Kriteria objektifnya :
K = Kategori (2)
Baik : Jika responden mampu
Skor Tertinggi = 1x 12 = 12 (100%)
menjawab ≥ 50 % dari total skor Skor Terendah = 0 x 12 = 0 (0%)
pertanyaan Kriteria Objektif :
Cukup : Jika responden mampu Baik : Jika responden mampu
menjawab sampai < 50 % dari total menjawab ≥ 50%
skor pertanyaan Cukup : Jika responden mampu
menjawab < 50%
3. Peran ayah
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likers, jumlah pertanyaan
sebanyak 16 nomor. Dengan bobot penilaian :
Sangat sering = 5
Definisi Operasional Sering = 4
Sedang = 3
dan Kriteria Obyektif Sedikit = 2
Tidak sama sekali = 1
Jawaban tertinggi berbobot 5 dan terendah berbobot 1
Skor teringgi = jumlah pertanyaan kali bobot tertinggi
16 x 5 = 80 (100%)
Skor terendah = jumlah pertanyaan kali bobot terendah
16 x 1= 16 (25%)
Skor antara = skor tertinggi – skor terendah
= 100% - 25 % = 75%
Kriteria objektif sebanyak 2 kategori baik dan cukup
Interval = skor antara/ kategori
=75%/2
=37,5%
Skor terendah = 100%- 37,5 %
= 62,5 %
Metode penelitian
1 .Jenis dan metode penelitian
3. Tehnik pengambilan sampel

penelitian kuantitatif dengan


Pengambilan responden
desain penelitian Cross
melalui tehnik pengambilan
sectional yang bertujuan
sampel secara purposive
untuk mengetahui
random sampling yang
hubungan peran ibu dan
2. Waktu dan tempat penelitian mewakili populasi. 4. Instrumen penelitian
ayah dengan perkembangan
anak balita di wilayah kerja
Penelitian ini rencana
puskesmas Puuwatu. Penelitian ini menggunakan
dilaksanakan pada bulan

instrumen penelitian dalam
Juni tahun 2023 diwilayah
bentuk kuesioner, baik
kerja puskesmas puuwatu
variabel dependen maupun
independen.

Analisa data
Analisis Bivariat
Analisis Univariat Setelah data terkumpul dianalisis
Analisis Univariat dilakukan untuk
mendapatkan gambaran tentang distribusi
secara analitik dengan menggunakan
frekuensi masing-masing variabel perhitungan uji chi-square dengan
independen dan dependen. rumus (Sugiyono, 2012) :
X2= ∑
Keterangan :
n : Jumlah sampel
a, b, c, d : Sel-sel
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai