Hukum Jinayat 2023
Hukum Jinayat 2023
1. Unsur-unsur dasar (umum) dalam hukum pidana Islam ada 3 (tiga), sebutkan dan jelaskan!
Jawaban :
1. Unsur Formal (al-Rukn al-Syar’i)
Yang dimaksud dengan unsur formal adalah adanya nash, yang melarang perbuatan-
perbuatan tersebut yang disertai ancaman hukuman atas perbuatan-perbuatan
diatas. Adanya undang-undang atau nash, artinya setiap perbuatan tidak dianggap melawan
hukum dan pelakunya tidak dapat dipidana kecuali adanya nash atau undang-undang yang
mengaturnya.
2. Unsur Material (al-Rukn al-Madi)
Adanya unsur perbuatan yang membentuk jinayah, baik berupa melakukan perbuatan yang
dilarang atau meninggalkan perbuatan yang diharuskan. Unsur ini dikenal dengan istilah
“unsur material”. Yang dimaksud unsur material adalah adanya perilaku yang
membentuk jarimah, baik berupa perbuatan ataupun tidak berbuat atau adanya perbuatan
yang bersifat melawan hukum.
3. Unsur Moral (al-Rukn al-Adabi)
Unsur moral yaitu adanya niat pelaku untuk berbuat jarimah. Unsur ini menyangkut
tanggung jawab pidana yang hanya dikenakan atas orang yang telah baligh, sehat akal dan
ikhtiar (berkebebasan berbuat). Unsur ini juga disebut dengan al-mas’uliyyah al jiniyyah
atau pertanggung jawaban pidana. Maksudnya adalah pembuat jarimah atau pembuat
tindak pidana atau delik haruslah orang yang dapat mempertanggung jawabkan
perbuatannya.
2. Ruang lingkup hukum pidana Islam meliputi hudud dan takzir, jelaskan pengertian
keduanya, dan sebutkan 9 (sembilan) jenis tindak pidana yang masuk kategori hudud!
Jawaban :
Hudud adalah : hudud adalah hukuman kejahatan yang telah ditetapkan oleh hukum syara’
untuk mencegah terjerumusnya seseorang kpada kejahatan yang sama dan menghapus dosa
pelakunya.
5. Hukum pidana Islam juga mengenal adanya alasan pembenar dan alasan pemaaf, jelaskan!
Jawaban :
Alasan pembenar adalah alasan yang meniadakan sifat melawan hukum suatu perbuatan.
a. daya paksa (Pasal 48 KUHP);
b. pembelaan terpaksa (Pasal 49 Ayat (1) KUHP);
c. sebab menjalankan perintah undang-undang (Pasal 50 KUHP); dan
d. sebab menjalankan perintah jabatan yang sah (Pasal 51 Ayat (1) KUHP)
Sedangkan alasan pemaaf adalah alasan yang meniadakan unsur kesalahan dalam diri
pelaku. Pada umumnya, pakar hukum mengkategorikan suatu hal sebagai alasan pemaaf,
yaitu:
a. ketidakmampuan bertanggung jawab (Pasal 44 KUHP);
b. daya paksa (Pasal 48 KUHP);
c. pembelaaan terpaksa yang melampaui batas (Pasal 49 Ayat (2) KUHP); dan
d. menjalankan perintah jabatan tanpa wewenang (Pasal 51 Ayat (2) KUHP)