Abstract
This study aims to determine the total content of triterpenoid in the dichloromethane fraction of S.
foetida steam bark methanolic extract using Uv-Vis Spectrophotometry method and the
antioxidant activity with Ferric Reducing Antioxidant Power (FRAP) method. Result from this
study showed that the methanolic extract of S. foetida contains chemical compounds such as
flavonoid, tannin, triterpenoid and steroid. The total triterpenoid content is 70,22 mg UAE/g dry
fractionand the activity antioxidant is 47,565 ± 2,27 mg AAE/g fraction.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan total kandungan triterpenoid dalam fraksi
diklorometana ekstrak metanol kulit batang S. foetida dengan metode Spektrofotometri Uv-Vis dan
aktivitas antioksidan dengan metode Ferric Reducing Antioxidant Power (FRAP). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ekstrak metanol kulit batang S. foetida mengandung beberapa golongan
senyawa kimia seperti flavonoid, tanin, triterpenoid dan steroid. Total kandungan triterpenoid
sebesar 70,22 mg UAE /g fraksi kering dan akitivitas antioksidannya sebesar 47,565 ± 2,27 AAE/g
fraksi.
Pendahuluan
Preparasi sampel merupakan proses awal penyiapan sampel agar layak untuk
dilakukan pengujian dengan cara meminimalkan pengotor yang dapat mengganggu proses
analisis. Proses pengeringan dilakukan selama ± 7 hari dengan cara dikeringanginkan pada
suhu kamar dengan tujuan agar senyawa-senyawa aktif yang terkandung dalam sampel
kulit batang S. foetida tidak mengalami kerusakan. Proses penghalusan kulit batang S.
foetida bertujuan untuk memperbesar luas permukaan sampel agar mempermudah dalam
proses ekstraksi dimana dapat mengoptimalkan proses kontak antara sampel dan pelarut
sehingga metabolit sekunder yang terkandung dalam sampel dapat terekstrak dengan
sempurna oleh pelarut. Hasil yang diperoleh dari proses penghalusan kulit batang S. foetida
sebesar 900 gram.
Uji Pendahuluan
Uji pendahuluan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jenis pelarut terbaik
yang dapat digunakan dalam proses ektraksi kulit batang S. foetida. Uji pendahuluan ini
dilakukan dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT) karena merupakan salah satu
teknik pemisahan senyawa kimia yang sederhana didasarkan pada perbedaan distribusi
molekul-molekul komponen diantara 2 fase yakni fase gerak (eluen) dan fase diam
(adsorben) yang memiliki perbedaan tingkat kepolaran.
Keterangan gambar:
Eluen metanol 100%
Keterangan gambar:
Eluen metanol 100%
Dari hasil pengujian KLT terlihat bahwa ekstrak metanol mempunyai pemisahan
yang sangat bagus. Hal ini dapat dilihat pada bercak noda yang ditampakkan hingga batas
atas plat KLT paling banyak berasal dari ekstrak metanol, sehingga dapat disimpulkan
bahwa ekstrak metanol mampu menarik semua metabolit sekunder yang terkandung
dalamnya baik yang bersifat polar, semipolar maupun nonpolar. Untuk ekstrak etil asetat,
diklorometana dan n-heksana juga terjadi pemisahan tetapi tidak mampu menarik semua
metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak-ekstrak tersebut. Eluen yang digunakan
bertujuan untuk membantu dalam pemilihan ekstrak dengan pemisahan noda terbaik.
Berdasarkan hasil uji pendahuluan ini maka, diketahui bahwa pelarut terbaik yang
dapat digunakan untuk proses ektraksi kulit batang S. foetida adalah metanol.
Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses penarikan metabolit sekunder atau zat-zat aktif yang
terdapat dalam sampel dengan menggunakan bantuan pelarut. Menurut Harbone, (1987)
metode ektraksi akan berlangsung dengan cepat apabila dilakukan pada suhu yang tinggi
akan tetapi dapat menyebabkan metabolit sekunder atau zat-zat aktif dalam sampel yang
tidak tahan terhadap panas mengalami kerusakan. Dalam proses ekstraksi ini digunakan
metode maserasi. Maserasi merupakan salah satu metode ekstraksi paling sederhana karena
dilakukan dengan cara merendam sampel didalam pelarut organik yang sesuai pada suhu
ruang (Harmita, 2008). Menurut Darwis (2000) keuntungan menggunakan metode
maserasi adalah dinding dan membran sel sampel akan dengan mudah mengalami proses
pemecahan yang disebabkan karena adanya perbedaan tekanan didalam dan diluar sel
sampel yang mengakibatkan senyawa-senyawa yang terdapat dalam sitoplasma dapat larut
dalam pelarut organik. Pelarut yang digunakan untuk mengekstrak kulit batang S. foetida
adalah metanol yang merupakan pelarut hasil uji pendahuluan. Menurut Astarina, dkk
(2009) metanol merupakan pelarut universal yang mampu mengekstrak metabolit sekunder
baik yang bersifat polar, semipolar maupun nonpolar seperti flavonoid, saponin, tanin,
triterpenoid, minyak atsiri serta glikosida. Hal yang sama diungkapkan oleh Thompson,
(1985) dan Suryanto dan Wehantouw (2009) bahwa metanol mampu megekstrak lebih
banyak metabolit sekunder seperti alkaloid, steroid, saponin, flavonoid, dan fenolik. Hal
ini disebabkan karena metanol dalam strukturnya mengandung gugus yang bersifat polar
yakni (-OH) dan yang bersifat non polar (-CH3) sehingga apabila digunakan untuk proses
ekstraksi mampu menarik semua metabolit sekunder baik yang bersifat polar, semipolar
maupun nonpolar (Astarina, dkk 2009).
Proses maserasi dilakukan selama 3x24 jam karena dianggap waktu yang paling
efektif untuk dapat menarik semua metabolit sekunder yang terkandung dalam serbuk kulit
batang S. foetida. Hal ini, dapat dibuktikan dari pemantauan dengan KLT dimana pada 24
jam pertama menunjukkan penampakan noda yang sangat tebal, kemudian menurun
sampai pada 24 jam ketiga penampakan nodanya menjadi tipis.
Keterangan gambar:
Eluen yang digunakan yakni etil asetat :
n-heksana (3:7)
A B C
Gambar 4. Profil KLT pada sinar UV 366 nm
Keterangan gambar:
Eluen yang digunakan yakni etil
asetat : n-heksana (3:7)
A B C
Gambar 5. Hasil KLT proses maserasi
Proses maserasi 900 gram serbuk kulit batang S. foetida menggunakan metanol
sebanyak 3000 mL memberikan hasil ekstrak metanol pekat sebanyak 9,4 gram.
Keterangan gambar:
Eluen yang digunakan yakni etil asetat
: n-heksana (3:7)
(1) Fraksi diklorometana ke-1,
(2) Fraksi diklorometana ke-2,
(3) Fraksi diklorometana ke-3
Gambar 7. Hasil KLT pada sinar UV 366 nm dan setelah disemprotkan pereaksi H2SO4 10%
Keterangan gambar:
(A) Fraksi diklorometana ke-1,
(B) Fraksi diklorometana ke-2,
(C) Fraksi diklorometana ke-3
Skrining Fitokimia
Menurut Kristanti, dkk (2008) skrining fitokimia bertujuan untuk memberikan data
secara kualitatif mengenai ada tidaknya metabolit sekunder dalam ekstrak. Hasil uji
skrining fitokimia dapat dilihat pada tabel 1.1
Tabel 1.1 Hasil skrining fitokimia
Golongan Senyawa Hasil Uji Keterangan
Alkaloid Reagen Wagner: warna larutan merah bata -
Flavonoid Terbentuk buih dan larutan berwarna jingga +
Saponin Tidak terbentuk busa dan warna larutan cokelat -
keemasan
Tanin Warna larutan hitam kehijauan +
Triterpenoid/Steroid Terbentuk cincin berwarna ungu/hijau +
Berdasarkan tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol S. foetida
positif mengandung flavonoid, tanin, triterpenoid dan steroid. Untuk golongan senyawa
alkaloid dan saponin memberikan hasil negatif.
Pada pengujian ini digunakan asam ursolat sebagai standar karena merupakan
triterpenoid pentasiklik sehingga dapat dianggap sebagai analog dari triterpenoid. Menurut
Babalola (2013) asam ursolat merupakan triterpen pentasiklik yang banyak ditemukan
dalam tumbuhan dan mempunyai aktivitas biologi maupun farmakologi. Menurut Kim,
dkk (2020) tujuan digunakannya larutan vanilin dan asam perklorat yakni sebagai reagen
yang akan berinteraksi dengan senyawa-senyawa yang memiliki ikatan tak jenuh salah
satunya triterpenoid.
Konsentrasi Absorbansi
(g/mL) 1 2 3 Rerata
0.1
0.09
0.08
0.07 y = 0.0009x - 0.003
R² = 0.9945
0.06
Absorbansi
0.05
0.04 absorbansi
0.03 Linear (absorbansi )
0.02
0.01
0
0 20 40 60 80 100 120
Konsentrasi ((g/mL)
Berdasarkan tabel 4.2 dan grafik 1 di atas maka dapat diperoleh nilai absorbansi
larutan uji yang diinterpretasikan ke dalam persamaan regresi y = 0.0009x - 0.003 dengan
nilai korelasi R2 sebesar 0,9945. Jika nilai korelasi berkisar antara 0,75-0,99 maka dapat
disimpulkan mempunyai korelasi yang kuat (Sarwono, 2006). Hasil perhitungan
kandungan triterpenoid total dari fraksi diklorometana ekstrak kulit batang S. foetida
sebesar 70,22 ± 0,90 mg UAE/g fraksi. Hal ini berarti bahwa dalam setiap gram fraksi
diklorometana ekstrak kulit batang S. foetida terdapat kandungan triterpenoid yang setara
dengan 70,22 mg asam ursolat. Perhitungan kandungan total triterpenoid dapat dilihat pada
tabel 1.3 dibawah ini:
Tabel 1.3 Nilai Kandungan Triterpenoid Total
Sampel Absorbansi Konsentrasi ((g/mL) TTC (mg UAE/g fraksi)
Fraksi Diklorometana 0,075 86,67
0,076 87,78
70,22 ± 0,90
0,077 88,89
Rata-rata 0,075 87,78
y = 0.0144x + 0.0704
R² = 0.9947
3.5
2.5
Absorbansi
1.5
0.5
0
0 50 100 150 200 250
Konsentrasi (mg/mL)
Berdasarkan tabel 4.3 dan grafik 2 di atas maka dapat diperoleh nilai absorbansi
larutan uji yang diinterpretasikan ke dalam persamaan regresi y = 0.0144x + 0.0704 dengan
nilai korelasi R2 sebesar 0,9947. Hasil perhitungan aktivitas anioksidan dari fraksi
diklorometana ekstrak kulit batang S. foetida sebesar 47,565 ± 2,27 mg AAE/g. Hal ini
berarti bahwa kemampuan fraksi diklorometana ekstrak kulit batang S. foetida untuk
mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+ setara dengan 47,565 mg asam askorbat. Perhitungan
kandungan total triterpenoid dapat dilihat pada tabel 4.5 dibawah ini:
Tabel 4.5 Nilai FRAP
Sampel Absorbansi Konsentrasi (mg/mL) Nilai Frap (mg AAE/g fraksi)
Fraksi Diklorometana 0.796 50.389
0.716 44.833 47,565 ± 2,27
0.754 47.472
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa ekstrak
metanol kulit batang S. foetida mengandung beberapa golongan senyawa kimia seperti
flavonoid, tanin, triterpenoid dan steroid. Total kandungan triterpenoid dalam fraksi
diklorometana ekstrak metanol kulit batang S. foetida sebesar 70,22 ± 0,90 mg UAE/g
fraksi kering. Fraksi diklorometana ekstrak metanol kulit batang S. foetida memiliki
aktivitas biologi sebagai antioksidan sebesar 47,565 ± 2,27 mg AAE/g fraksi.
Daftar Pustaka
Amuthavalli, A., Ramesh, T dan Eswaralakshmi, R. 2020. Anti-termite activity of Sterculia foetida
L. Seed Extracts Against Indian White Termite, Odontotermes obesus Rambur.
International Journal of Research Trends and Innovation Volume 5, Issue 5, ISSN: 2456-
3315
AR, Gohari., Hajimehdipoor H., Saeidnia, A. Y dan Hadjiakhoondi A. 2011. Antioxidant Activity
of some Medicinal Species using FRAP Assay. Journal of medicinal Plants Volume 10,
No. 7, Winter 2011.
Asih, I. A. R., Gunawan, I. W. G dan Ariani, N. M. D. 2010. Isolasi dan Identifikasi Senyawa
Golongan Triterpenoid dari Ekstrak n-Heksana Daun Kepuh (Sterculia foetida L.) serta Uji
Aktivitas Antiradikal Bebas. Jurnal Kimia 4(2): 135-140, ISSN 1907-9850
Darwis, D. 2000. Teknik Dasar Laboratorium dalam Penelitian Senyawa Bahan Alam.
[Workshop] Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Bidang Kimia Organik Bahan
Alam Hayati. Padang: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Universitas Andalas
Djatmiko, S dan Wahyo. 1998. Seminar Nasional Tumbuhan Obat XII. Surabaya: Fakultas
Farmasi Unair
Gunawan, I W. G dan Karda, I. M. 2015. Identifikasi Senyawa Minyak Atsiri dan Uji Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Etanol Kulit Batang Kepuh (Sterculia foetida L.). Chem. Prog Vol.
8. No. 1
Habibi, A. I., Firmansyah, R. A dan Setyawati, S. M. 2018. Skrining Fitokimia Ekstrak n-Heksana
Korteks Batang Salam (Syzygium polyanthum). Indonesia Journal of Chemistry Science
Vol. 7(1)
Harbone, J. 1987. Metode Fitokimia: Penentuan Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Cetakan
Kedua. Penerjemah: Padmawinata, K dan I. Soediro. Bandung: Penerbit ITB
Hariana, H.A. 2004. Tumbuhan obat dan khasiatnya. Seri I. Jakarta: Swadaya
Harmita, M. R. 2008. Buku Ajar Analis Hayati. Jakarta: EGC
Kristianti, A. N., Aminah, N. S., Tanjung, M. dan Kurniadi, B. 2008. Buku Ajar Fittokimia.
Surabaya: Jurusan Kimia Laboratorium Kimia Organik FMIPA Universitas Airlangga.
P.47-48
Manek, M. N., Boro, Th. L dan Ruma, M. T. L. 2019. Identifikasi Jenis-Jenis Tumbuhan
Berkhasiat Obat Di Desa Lookeu Kecamatan Tasifeto Barat Kabupaten Belu. Jurnal
Biotropikal Sains Vol. 16, No. 1: 64-77
Maryanti, A dan Hendrati, R. L. 2014. Budidaya Kepuh (Sterculia foetida L.) Untuk Antisipasi
Kondisi Kering. Bogor: IPB IPP Press.
Pham, N. K. T., Nguyen, T. D., Doan, T. D. C., Ha, T. D., Tran, N. M. A., Tran, T. D., Mai, D. T
dan Nguyen, T. P. 2021. Stercufeotin A, New Oleanane-Type Triterpenoid from The
Leaves of Sterculia foetida L. Formerly Natural product Letters 35(7): 1226-1231
Prabowo, E. 2010. Cara Hidup Sehat Dengan Herbal. Yogyakarta: Surya Media
Rani, P. U dan Rajasekharreddy, P. 2009. Toxic and Antifeedant activities of Sterculia foetida (L.)
Seed Crude Extract Against Spodoptera litura (F.) and Achaea Janata (L.). Journal of
Biopesticides 2(2): 161-164
Rika, K. D. 2009. Isolasi dan Identifikasi Golongan Senyawa Aktif Antiradikal Bebas dari Kulit
Batang Kepuh (Sterculia foetida L.). Skripsi. Jurusan Kimia, FMIPA. Denpasar:
Universitas Udayana
Sambara, J., Yuliani, N. N dan Emerensiana, M. Y. 2016. Pemanfaatan Tanaman Obat Tradisional
Oleh Masyarakat Kelurahan Merdeka Kecamatan Kupang Timur 2016. Jurnal Info
Kesehatan Vol. 14, No. 1
Shamsundar, S. G dan Paramjyothi, S. 2010. Preliminary Pharmacognostical and Phytochemical
Investigation on Sterculia foetida Linn. Seeds. African Journal of Biotechnology Vol.
9(13), pp. 1987-1989
Suganya, J., Vishwanatan, T., Mahendra, R., Rathisre, P. R dan Nihandhini, M. 2017. Comparative
Quantitative Screening of Secondary Phytoconstituents from The Leaves Extract of
Sterculia foetida Linn. Research J. Pharm and Tech 10(9)
Suryanto, E dan Wehantouw, F. 2009. Aktivitas penangkap Radikal Bebas dari Ekstrak Fenolik
Daun Sukun (artocarpus alitis F). Chem. Prog Vol 2(1)
Sutejo, I. R., Rasyada, I dan Yuniar, A. 2017. Aktivitas Antihiperlipidemi dan Ateroprotektif
Ekstrak Etanol Daun Kepuh (Sterculia foetida) pada Tikus yang Diinduksi Diet Tinggi
Lemak. Journal of Agromedicine and Medical Sciences Vol. 3, No. 1
Syarif, S., Kosman, R dan Inayah, N 2015. Uji Aktivitas Antioksidan Terong Belanda (Solanum
betaceum Cav.) Dengan Mtode FRAP. As-Syifaa Vol 07 (01)
Thompson, E. B. 1985. Drug Bioscreening. Inc. America: Graceway Pulishing Company, 40, 118
Waluyo, J. 2016. Perbedaan Daya Hambat Ekstrak Daun Kepuh (Sterculia foetida L.) dan Jarak
Pagar (Jatropha curcas L.) Terhadap Pertumbuhan Propionibacterium acne. Saintifika
Vol. 16, No. 1: 10-17
Wijayakusuma, H. M. 2008. Ramuan Lengkap Herbal Sembuhkan Penyakit. Jakarta: Pustaka
Bunda
Prosedur Kerja
Preparasi sampel
Sampel kulit batang S. foetida dibersihkan dan dicuci dengan air mengalir,
kemudian dipotong kecil-kecil dan dikeringkan dengan tujuan agar kandungan air yang
terdapat dalam sampel tersebut hilang. Setelah itu dihaluskan dengan blender sampai
berbentuk serbuk halus dan diayak dengan menggunakan ayakan 40 mesh.
Uji pendahuluan
2 gram serbuk kering kulit batang S. foetida diekstrak selama 24 jam dengan
beberapa pelarut organik sebanyak 10 mL, yakni n-heksana, diklorometana, etil asetat, dan
metanol. Kemudian hasil yang ada dianalisis dengan KLT dibawah sinar UV. Sebelum
diamati plat KLT tersebut disemprotkan dengan pereaksi H2SO4 10% dan dikeringkan
dalam oven.
Ekstraksi kulit batang S. foetida
900 gram serbuk kulit batang S. foetida diekstraksi dengan cara maserasi
menggunakan pelarut hasil uji pendahuluan sebanyak 3 liter selama 3 x 24 jam. Diambil
hasil ekstraknya setiap 24 jam sekali dan diganti dengan pelarut yang baru, selanjutnya
dilakukan pemantauan dengan KLT. Kemudian dilakukan penyaringan terhadap hasil
ekstrak yang diperoleh untuk mendapatkan filtrat yang terpisah dari residunya. Filtrat yang
telah diperoleh kemudian dipisahkan dari pelarutnya dengan menggunakan rotary vacuum
evaporator sehingga diperoleh ekstrak yang pekat.
Fraksinasi ekstrak kulit batang S. foetida
Ekstrak pekat yang telah diperoleh dari tahapan ekstraksi selanjutnya dilarutkan
dalam metanol dan dipisahkan dengan corong pisah menggunakan pelarut n-heksana dan
diklorometana. Kemudian hasil pemisahannya ditampung dan fraksi diklorometana yang
diperoleh selanjutnya dipekatkan dengan menggunakan rotary vacuum evaporator
sehingga diperoleh fraksi yang pekat.
Skrining fitokimia
Metode yang digunakan dalam skrining fitokimia ini didasarkan pada metode Ciulei,
(1984).
Identifikasi alkaloid
Sampel sebanyak 3 mL dilarutkan dalam 5 mL HCl 2 M lalu
dipanaskan selama 2-3 menit sambil diaduk dan kemudian didinginkan
pada temperatur ruangan. Setelah sampel dingin ditambahkan 0,5 g NaCl
lalu diaduk dan disaring. Filtrat yang diperoleh ditambahkan HCl 2 M
sebanyak 3 tetes, kemudian dipisahkan menjadi 2 bagian A, dan B. Filtrat
A sebagai blanko, filtrat B ditambah pereaksi Wagner. Apabila terbentuk
endapan pada penambahan pereaksi Wagner maka identifikasi
menunjukkan adanya alkaloid.
Identifikasi flavonoid
Ekstrak diuapkan hingga kering, kemudian dilarutkan dalam
metanol panas 50% (12 mL). Setelah itu ditambahkan logam Mg dan HCl
pekat (45 tetes). Larutan berwarna merah atau jingga yang terbentuk
menunjukkan adanya flavonoid.
Identifikasi saponin
Identifikasi tanin