Diskusi 13
Diskusi 13
Monopoli Carrefour
Seiring dengan perkembangan, persaingan usaha , khususnya pada bidang ritel diantara pelaku
usaha semakin keras. Untuk mengantisipasinya, Pemerintah dan DPR menerbitkan Undang
Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Praktek Antimonopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Dengan hadirnya undang-undang tersebut dan lembaga yang mengawasi pelaksanaannya, yaitu
KPPU, diharapkan para pelaku usaha dapat bersaing secara sehat sehingga seluruh kegiatan
ekonomi dapat berlangsung lebih efisien dan memberi manfaat bagi konsumen.
Di dalam kenyataan yang terjadi, penegakan hukum UU praktek monopoli dan persaingan usaha
tidak sehat ini masih lemah. Dan kelemahan tersebut ”dimanfaatkan” oleh pihak
CARREFOUR Indonesia untuk melakukan ekspansi bisnis dengan mengakuisisi PT Alfa
Retailindo Tbk. Dengan mengakuisisi 75 persen saham PT Alfa Retailindo Tbk dari Prime
Horizon Pte Ltd dan PT Sigmantara Alfindo. Berdasarkan laporan yang masuk ke KPPU, pangsa
pasar Carrefour untuk sektor ritel dinilai telah melebihi batas yang dianggap wajar, sehingga
berpotensi menimbulkan persaingan usaha yang tidak sehat. Kasus PT Carrefour sebagai
Pelanggaran UU No. 5 Tahun 1999. Salah satu aksi perusahaan yang cukup sering dilakukan
adalah pengambil alihan atau akuisisi. Dalam UU No.40/2007 tentang Perseroan terbatas
disebutkan bahwa hanya saham yang dapat diambil alih. Jadi, asset dan yang lainnya tidak dapat
di akuisisi
Akuisisi biasanya menjadi salah satu jalan untuk meningkatkan efisiensi dan kinerja perusahaan.
Dalam bahasa inggrisnya dikenal dengan istilah acquisition atau take over .
pengertian acquisition atau take over adalah pengambilalihan suatu kepentingan pengendalian
perusahaan oleh suatu perusahaan lain. Istilah Take over sendiri memiliki 2 ungkapan ,
1.Friendly take over (akuisisi biasa) 2. hostile take over (akuisisi yang bersifat “mencaplok”)
Pengambilalihan tersebut ditempuh dengan cara membeli saham dari perusahaan tersebut.
Dalam sidang KPPU tanggal 4 november 2009, Majelis Komisi menyatakan Carrefour terbukti
secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 17 (1) dan Pasal 25 (1) huruf a UU No.5/1999
tentang larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.. Pasal 17 UU No. 5/1999,
yang memuat ketentuan mengenai larangan bagi pelaku usaha untuk melakukan penguasaan
pasar, sedangkan Pasal 25 (1) UU No.5/1999 memuat ketentuan terkait dengan posisi dominan.
Majelis Komisi menyebutkan berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh selama pemeriksaan
perusahaan itu pangsa pasar perusahaan ritel itu meningkat menjadi 57,99% (2008) pasca
mengakuisisi Alfa Retailindo. Pada 2007, pangsa pasar perusahaan ini sebesar 46,30%. sehingga
secara hukum memenuhi kualifikasi menguasai pasar dan mempunyai posisi dominan,
sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 17 Ayat 2 UU No.5 Tahun 1999.
Berdasarkan pemeriksaan, menurut Majelis KPPU, penguasaan pasar dan posisi dominan ini
disalahgunakan kepada para pemasok dengan meningkatkan dan memaksakan potongan-
potongan harga pembelian barang-barang pemasok melalui skema trading terms. Pasca akuisisi
Alfa Retailindo, sambungnya, potongan trading terms kepada pemasok meningkat dalam kisaran
13%-20%. Pemasok, menurut majelis Komisi, tidak berdaya menolak kenaikan tersebut
karena nilai penjualan pemasok di Carrefour cukup signifikan.
Pada kasus Temasek, jelas terlihat sebagai pemegang saham tentunya menginginkan keuntungan
yang sebesar-besarnya. Policy ‘mengeruk’ keuntungan ini tentunya dituangkan di seluruh aspek
yang menjadi unit bisnis usahanya, termasuk didalamnya adalah PT Telkomsel dan PT Indosat,
Tbk. Sehingga dengan status kepemilikan di dua perusahaan tersebut akan dapat
mengoptimalkan maksud dan tujuan Temasek tersebut. Caranya memaksimumkan keuntungan
tersebut adalah kolusi antara PT Telkomsel dan PT Indosat, Tbk., dengan mempertimbangkan
saling ketergantungan mereka, sehingga mereka menghasilkan output dan harga monopoli serta
mendapatkan keuntungan monopoli. Hal ini dapat terlihat dari penentuan tarif pulsa GSM antara
PT Telkomsel dan PT Indosat, Tbk., dimana boleh dikatakan tarif harga pulsa GSM di Indonesia
adalah salah satu yang termahal di dunia. Padahal, negara-negara tetangga sekitar sudah dapat
menerapkan harga unit pulsa yang sangat murah dan menguntungkan masyarakat serta tidak
mematikan persaingan usaha. Apalagi notabene-nya, di negara Temasek sendiri harga unit pulsa
boleh dikatakan sangat murah. Lantas, kenapa di Indonesia harga pulsa menjadi sangat mahal?.
Padahal secara konsep teknologi, dimungkinkan penggunaan untuk menekan harga unit pulsa
menjadi sangat murah, contohnya adalah pada teknologi CDMA Flexi dan Esia yang sering
dihambat perkembangan oleh “pihak-pihak tertentu” yang tidak menginginkan perkembangan
bisnis usaha ini. Padahal jelas-jelas menguntungkan masyarakat.