Anda di halaman 1dari 12

HASIL MONITORING SINGLE USE YANG DI RE-USE

TRIWULAN I (JANUARI –MARET 2022)

A. Pendahuluan
Peralatan medis adalah alat yang digunakan untuk tujuan medis pada pasien,
diagnosis, terapi serta tindakan pembedahan. Peralatan medis di rumah sakit merupakan
alat penunjang dalam pelayanan yang sangat vital. Peralatan medis dirumah sakit dapat
berupa peralatan sekali pakai (single-use) atau peralatan yang dapat digunakan kembali
(re-use). Ada dua risiko terkait single-use dan re-use peralatan habis pakai : ada risiko
meningkatnya infeksi dan ada risiko bahwa kekuatan peralatan habis pakai tersebut
mungkin tidak adekuat atau tidak memuaskan setelah diproses kembali. Pada waktu alat
single use menjadi re-use maka rumah sakit harus membuat kebijakan yang menjadi
panduan untuk re-use. Kebijakan konsisten dengan peraturan dan perundangan nasional
dan standar profesi dan termasuk mengidentifikasi dari :
 Peralatan dan peralatan habis pakai yang tidak bisa di re-use.
 Jumlah maksimum untuk melakukan re-use pada setiap peralatan dan peralatan yang
di re-use.
 Tipe pemakaian dan kelayakan, dan indikasi bahwa peralatan habis pakai tidak bisa di
re-use.
 Proses pembersihan untuk setiap peralatan yang mulai dengan segera sesudah
digunakan dan diikuti dengan protokol yang jelas.
 Proses untuk pengumpulan, analisa dan data yang berhubungan dengan pencegahan
dan pengendalian infeksi peralatan dan material yang digunakan dan re-use.
Alat single use yang di reuse adalah alat medis single use yang akan digunakan
kembali oleh karena pertimbangan pengadaan sulit di dapat dan harga yang mahal yang
diatur dalam kebijakan.
Alat re-use yang akan digunakan kembali harus di nilai oleh user (operator), apakah
masih memenuhi syarat, tidak berubah bentuk, tidak berubah warna, tidak cacat dan
mudah di gunakan kembali.
 Proses dekontaminasi, pembersihan, pengemasan, pelabelan sesuai SPO yang
berlaku.
 Dalam kemasan harus dicantumkan catatan penggunaan alat yang berisi : kode,
nama alat, nama penilai, tanggal sterilisasi, penggunaan, nama dan tanda tangan
petugas yang melakukan sterilisasi.
 Alat re-useable harus disimpan dalam tempat tersendiri
 Dilakukan pencatatan untuk evaluasi.
B. Tujuan
 Menyediakan prosedur untuk desain danpelaksanaanpendekatan sistematisuntuk
perencanaan, ketepatan penggunaan, ketepatan pengolahan, dan pemeliharaan
semua peralatanmedis yang dapat digunakan kembali atau peralatan medis re-use
(PMR) di rumah sakit.
 Melindungi pasien dan petugas kesehatan dari kemungkinan terkena infeksi
silang karena penggunaan alat yang seharusnya sekali pakai namun digunakan
kembali tanpa prosedur yang benar
C. Teknik Pelaksanaan
Kegiatan memonitor/pengamatan dilakukan oleh IPCN dengan mengisi instrumen
penilaian monitoring pemrosesan alat singe use yang di reuse.
D. Waktu dan Tempat
Monitoring telah dilakukan setiap 3 (tiga) bulan di Instalasi Sterilisasi dan Unit kerja
terkait penerapan penggunaan alat single use yang di reuse oleh IPCN.
E. Sasaran
Petugas yang berada di instalasi CSSD.
F. Hasil Monitoring
Monitoring di lakukan setiap bulan dengan mengisi checklists lembar monitoring yang di
lakukan oleh petugas CSSD, IBS, HD dan Peristis kemudain setiap triwulan di chek oleh
IPCN, dan didapatkan data bahwa:
1. Pemrosesan alat single use yang di reuse mulai dari dekontaminasi, pembersihan,
pengemasan, pelabelan sesuai SPO yang berlaku
2. Penggunaan alat single use yang di reuse sebagian belum tercatat dengan baik di
dokumen rekam medik
G. Kesimpulan
Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi di atas dapat disimpulkan bahwa alat single
use yang direuse sesuai kebijakan dan SPO masih dalam kondisi baik.
H. Rencana Tindak Lanjut
Re-edukasi kembali terutama pencatatan di rekam medik pasien mengenai penggunaan
alat single use yang di reuse.

Palu, 3 April 2022


Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Ketua

dr. Eva Yunita, Sp. PD


Infection Prevention Control Doctor
HASIL MONITORING SINGLE USE YANG DI RE-USE
TRIWULAN II (APRIL –JUNI 2022)

A. Pendahuluan
Peralatan medis adalah alat yang digunakan untuk tujuan medis pada pasien,
diagnosis, terapi serta tindakan pembedahan. Peralatan medis di rumah sakit merupakan
alat penunjang dalam pelayanan yang sangat vital. Peralatan medis dirumah sakit dapat
berupa peralatan sekali pakai (single-use) atau peralatan yang dapat digunakan kembali
(re-use). Ada dua risiko terkait single-use dan re-use peralatan habis pakai : ada risiko
meningkatnya infeksi dan ada risiko bahwa kekuatan peralatan habis pakai tersebut
mungkin tidak adekuat atau tidak memuaskan setelah diproses kembali. Pada waktu alat
single use menjadi re-use maka rumah sakit harus membuat kebijakan yang menjadi
panduan untuk re-use. Kebijakan konsisten dengan peraturan dan perundangan nasional
dan standar profesi dan termasuk mengidentifikasi dari :
 Peralatan dan peralatan habis pakai yang tidak bisa di re-use.
 Jumlah maksimum untuk melakukan re-use pada setiap peralatan dan peralatan yang
di re-use.
 Tipe pemakaian dan kelayakan, dan indikasi bahwa peralatan habis pakai tidak bisa di
re-use.
 Proses pembersihan untuk setiap peralatan yang mulai dengan segera sesudah
digunakan dan diikuti dengan protokol yang jelas.
 Proses untuk pengumpulan, analisa dan data yang berhubungan dengan pencegahan
dan pengendalian infeksi peralatan dan material yang digunakan dan re-use.
Alat single use yang di reuse adalah alat medis single use yang akan digunakan
kembali oleh karena pertimbangan pengadaan sulit di dapat dan harga yang mahal yang
diatur dalam kebijakan.
Alat re-use yang akan digunakan kembali harus di nilai oleh user (operator), apakah
masih memenuhi syarat, tidak berubah bentuk, tidak berubah warna, tidak cacat dan
mudah di gunakan kembali.
 Proses dekontaminasi, pembersihan, pengemasan, pelabelan sesuai SPO yang
berlaku.
 Dalam kemasan harus dicantumkan catatan penggunaan alat yang berisi : kode,
nama alat, nama penilai, tanggal sterilisasi, penggunaan, nama dan tanda tangan
petugas yang melakukan sterilisasi.
 Alat re-useable harus disimpan dalam tempat tersendiri
 Dilakukan pencatatan untuk evaluasi.
B. Tujuan
 Menyediakan prosedur untuk desain danpelaksanaanpendekatan sistematisuntuk
perencanaan, ketepatan penggunaan, ketepatan pengolahan, dan pemeliharaan
semua peralatanmedis yang dapat digunakan kembali atau peralatan medis re-use
(PMR) di rumah sakit.
 Melindungi pasien dan petugas kesehatan dari kemungkinan terkena infeksi
silang karena penggunaan alat yang seharusnya sekali pakai namun digunakan
kembali tanpa prosedur yang benar
C. Teknik Pelaksanaan
Kegiatan memonitor/pengamatan dilakukan oleh IPCN dengan mengisi instrumen
penilaian monitoring pemrosesan alat singe use yang di reuse.
D. Waktu dan Tempat
Monitoring telah dilakukan setiap 3 (tiga) bulan di Instalasi Sterilisasi dan Unit kerja
terkait penerapan penggunaan alat single use yang di reuse oleh IPCN.
E. Sasaran
Petugas yang berada di instalasi CSSD.
F. Hasil Monitoring
Monitoring di lakukan setiap bulan dengan mengisi checklists lembar monitoring yang di
lakukan oleh petugas CSSD, IBS, HD dan Peristis kemudain setiap triwulan di chek oleh
IPCN, dan didapatkan data bahwa:
1. Pemrosesan alat single use yang di reuse mulai dari dekontaminasi, pembersihan,
pengemasan, pelabelan sesuai SPO yang berlaku
2. Penggunaan alat single use yang di reuse sebagian belum tercatat dengan baik di
dokumen rekam medik
G. Kesimpulan
Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi di atas dapat disimpulkan bahwa alat single
use yang direuse sesuai kebijakan dan SPO masih dalam kondisi baik namun pencatatan
di RM belum seluruhnay terlaksana dengan baik.
H. Rencana Tindak Lanjut
Re-edukasi kembali terutama pencatatan di rekam medik pasien mengenai penggunaan
alat single use yang di reuse.

Palu, 5 Juli 2022


Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Ketua

dr. Eva Yunita, Sp. PD


Infection Prevention Control Doctor
HASIL MONITORING SINGLE USE YANG DI RE-USE
TRIWULAN III (JULI –SEPTEMBER 2022)

A. Pendahuluan
Peralatan medis adalah alat yang digunakan untuk tujuan medis pada pasien,
diagnosis, terapi serta tindakan pembedahan. Peralatan medis di rumah sakit merupakan
alat penunjang dalam pelayanan yang sangat vital. Peralatan medis dirumah sakit dapat
berupa peralatan sekali pakai (single-use) atau peralatan yang dapat digunakan kembali
(re-use). Ada dua risiko terkait single-use dan re-use peralatan habis pakai : ada risiko
meningkatnya infeksi dan ada risiko bahwa kekuatan peralatan habis pakai tersebut
mungkin tidak adekuat atau tidak memuaskan setelah diproses kembali. Pada waktu alat
single use menjadi re-use maka rumah sakit harus membuat kebijakan yang menjadi
panduan untuk re-use. Kebijakan konsisten dengan peraturan dan perundangan nasional
dan standar profesi dan termasuk mengidentifikasi dari :
 Peralatan dan peralatan habis pakai yang tidak bisa di re-use.
 Jumlah maksimum untuk melakukan re-use pada setiap peralatan dan peralatan yang
di re-use.
 Tipe pemakaian dan kelayakan, dan indikasi bahwa peralatan habis pakai tidak bisa di
re-use.
 Proses pembersihan untuk setiap peralatan yang mulai dengan segera sesudah
digunakan dan diikuti dengan protokol yang jelas.
 Proses untuk pengumpulan, analisa dan data yang berhubungan dengan pencegahan
dan pengendalian infeksi peralatan dan material yang digunakan dan re-use.
Alat single use yang di reuse adalah alat medis single use yang akan digunakan
kembali oleh karena pertimbangan pengadaan sulit di dapat dan harga yang mahal yang
diatur dalam kebijakan.
Alat re-use yang akan digunakan kembali harus di nilai oleh user (operator), apakah
masih memenuhi syarat, tidak berubah bentuk, tidak berubah warna, tidak cacat dan
mudah di gunakan kembali.
 Proses dekontaminasi, pembersihan, pengemasan, pelabelan sesuai SPO yang
berlaku.
 Dalam kemasan harus dicantumkan catatan penggunaan alat yang berisi : kode,
nama alat, nama penilai, tanggal sterilisasi, penggunaan, nama dan tanda tangan
petugas yang melakukan sterilisasi.
 Alat re-useable harus disimpan dalam tempat tersendiri
 Dilakukan pencatatan untuk evaluasi.
B. Tujuan
 Menyediakan prosedur untuk desain danpelaksanaanpendekatan sistematisuntuk
perencanaan, ketepatan penggunaan, ketepatan pengolahan, dan pemeliharaan
semua peralatanmedis yang dapat digunakan kembali atau peralatan medis re-use
(PMR) di rumah sakit.
 Melindungi pasien dan petugas kesehatan dari kemungkinan terkena infeksi
silang karena penggunaan alat yang seharusnya sekali pakai namun digunakan
kembali tanpa prosedur yang benar
C. Teknik Pelaksanaan
Kegiatan memonitor/pengamatan dilakukan oleh IPCN dengan mengisi instrumen
penilaian monitoring pemrosesan alat singe use yang di reuse.
D. Waktu dan Tempat
Monitoring telah dilakukan setiap 3 (tiga) bulan di Instalasi Sterilisasi dan Unit kerja
terkait penerapan penggunaan alat single use yang di reuse oleh IPCN.
E. Sasaran
Petugas yang berada di instalasi CSSD.
F. Hasil Monitoring
Monitoring di lakukan setiap bulan dengan mengisi checklists lembar monitoring yang di
lakukan oleh petugas CSSD, IBS, HD dan Peristis kemudain setiap triwulan di chek oleh
IPCN, dan didapatkan data bahwa:
1. Pemrosesan alat single use yang di reuse mulai dari dekontaminasi, pembersihan,
pengemasan, pelabelan sesuai SPO yang berlaku
2. Penggunaan alat single use yang di reuse sebagian belum tercatat dengan baik di
dokumen rekam medik
G. Kesimpulan
Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi di atas dapat disimpulkan bahwa alat single
use yang direuse sesuai kebijakan dan SPO masih dalam kondisi baik.
H. Rencana Tindak Lanjut
Re-edukasi kembali terutama pencatatan di rekam medik pasien mengenai penggunaan
alat single use yang di reuse.

Palu, 13 Oktober 2022


Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Ketua

dr. Eva Yunita, Sp. PD


Infection Prevention Control Doctor
HASIL MONITORING SINGLE USE YANG DI RE-USE
TRIWULAN III (OKTOBER - DESEMBER 2022)

A. Pendahuluan
Peralatan medis adalah alat yang digunakan untuk tujuan medis pada pasien,
diagnosis, terapi serta tindakan pembedahan. Peralatan medis di rumah sakit merupakan
alat penunjang dalam pelayanan yang sangat vital. Peralatan medis dirumah sakit dapat
berupa peralatan sekali pakai (single-use) atau peralatan yang dapat digunakan kembali
(re-use). Ada dua risiko terkait single-use dan re-use peralatan habis pakai : ada risiko
meningkatnya infeksi dan ada risiko bahwa kekuatan peralatan habis pakai tersebut
mungkin tidak adekuat atau tidak memuaskan setelah diproses kembali. Pada waktu alat
single use menjadi re-use maka rumah sakit harus membuat kebijakan yang menjadi
panduan untuk re-use. Kebijakan konsisten dengan peraturan dan perundangan nasional
dan standar profesi dan termasuk mengidentifikasi dari :
 Peralatan dan peralatan habis pakai yang tidak bisa di re-use.
 Jumlah maksimum untuk melakukan re-use pada setiap peralatan dan peralatan yang
di re-use.
 Tipe pemakaian dan kelayakan, dan indikasi bahwa peralatan habis pakai tidak bisa di
re-use.
 Proses pembersihan untuk setiap peralatan yang mulai dengan segera sesudah
digunakan dan diikuti dengan protokol yang jelas.
 Proses untuk pengumpulan, analisa dan data yang berhubungan dengan pencegahan
dan pengendalian infeksi peralatan dan material yang digunakan dan re-use.
Alat single use yang di reuse adalah alat medis single use yang akan digunakan
kembali oleh karena pertimbangan pengadaan sulit di dapat dan harga yang mahal yang
diatur dalam kebijakan.
Alat re-use yang akan digunakan kembali harus di nilai oleh user (operator), apakah
masih memenuhi syarat, tidak berubah bentuk, tidak berubah warna, tidak cacat dan
mudah di gunakan kembali.
 Proses dekontaminasi, pembersihan, pengemasan, pelabelan sesuai SPO yang
berlaku.
 Dalam kemasan harus dicantumkan catatan penggunaan alat yang berisi : kode,
nama alat, nama penilai, tanggal sterilisasi, penggunaan, nama dan tanda tangan
petugas yang melakukan sterilisasi.
 Alat re-useable harus disimpan dalam tempat tersendiri
 Dilakukan pencatatan untuk evaluasi.
B. Tujuan
 Menyediakan prosedur untuk desain danpelaksanaanpendekatan sistematisuntuk
perencanaan, ketepatan penggunaan, ketepatan pengolahan, dan pemeliharaan
semua peralatanmedis yang dapat digunakan kembali atau peralatan medis re-use
(PMR) di rumah sakit.
 Melindungi pasien dan petugas kesehatan dari kemungkinan terkena infeksi
silang karena penggunaan alat yang seharusnya sekali pakai namun digunakan
kembali tanpa prosedur yang benar
C. Teknik Pelaksanaan
Kegiatan memonitor/pengamatan dilakukan oleh IPCN dengan mengisi instrumen
penilaian monitoring pemrosesan alat singe use yang di reuse.
D. Waktu dan Tempat
Monitoring telah dilakukan setiap 3 (tiga) bulan di Instalasi Sterilisasi dan Unit kerja
terkait penerapan penggunaan alat single use yang di reuse oleh IPCN.
E. Sasaran
Petugas yang berada di instalasi CSSD.
F. Hasil Monitoring
Monitoring di lakukan setiap bulan dengan mengisi checklists lembar monitoring yang di
lakukan oleh petugas CSSD, IBS, HD dan Peristis kemudain setiap triwulan di chek oleh
IPCN, dan didapatkan data bahwa:
1. Pemrosesan alat single use yang di reuse mulai dari dekontaminasi, pembersihan,
pengemasan, pelabelan sesuai SPO yang berlaku
2. Penggunaan alat single use yang di reuse sebagian belum tercatat dengan baik di
dokumen rekam medik
G. Kesimpulan
Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi di atas dapat disimpulkan bahwa alat single
use yang direuse sesuai kebijakan dan SPO masih dalam kondisi baik.
H. Rencana Tindak Lanjut
Re-edukasi kembali terutama pencatatan di rekam medik pasien mengenai penggunaan
alat single use yang di reuse.

Palu, 10 Januari 2023


Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Ketua

dr. Eva Yunita, Sp. PD


Infection Prevention Control Doctor

Anda mungkin juga menyukai