Anda di halaman 1dari 8

ANTARA MPKP DAN SP2KP

(by Fritz – Pav. Bogenvile, 2015)

MPKP pertama di cetuskan oleh Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia (RSCM)


pada tahun 1996 (motornya adalah Dr. Ratna Sitorus), tujuannya adalah untuk meningkatkan
mutu asuhan keperawatan dinilai dari kepuasan klien/keluarga, kepatuhan perawat terhadap
standar meningkat, infeksi nosokomial menurun, dan waktu perawatan pasien menjadi lebih
singkat. Kemudian di sosialisakan secara nasional pada tahun 1998.

Macam-Macam Metode MPKP


1. Metode Fungsional, metode ini merupakan metode dimana 1 perawat akan memegang 1
keterampilan tindakan keperawatan. Sebagai contoh, 1 perawat dengan keterampilan
perawatan luka, maka dia akan bertanggung jawab untuk memberikan perawatan luka dalam
1 ruangan.
2. Metode Kasus, metode ini merupakan metode dimana dalam sebuah ruangan atau kelas
seorang perawat memiliki tugas dimana 1 kasus dari pasien, akan dipegang oleh 1 perawat
yang sesuai dengan bidang kasus tersebut. Sebagai contoh jika ada pasien dengan kasus
penyakit dalam, maka akan dibutuhkan 1 perawat dengan ahli di bidang penyakit dalam
untuk memberikan asuhan keperawatan.
3. Metode Tim, dimana dalam 1 ruangan akan ada ketua tim, dan kemudian dari seluruh
jumlah pasien akan dibagi beberapa tim yang memberikan asuhan keperawatan.  Ini yang
di pakai banyak RS, termasuk RSUD. Undata Palu.
4. Metode Primer, metode ini terdapat 1 perawat primer yang akan bertanggung jawab terhadap
maksimal 8 pasien. Perawat primer ini akan memegang pasien dari hari pertama pasien
datang sampai pasien pulang. Dan seluruh pemberian dan pembuatan rencana keperawatan
akan dilakukan oleh 1 perawat primer ini, kemudian dalam memerikan asuhan keperawatan
perawat primer akan dibantu oleh beberapa perawat associate.

Rupanya MPKP banyak kendalanya, Kendala tersebut antara lain: beban kerja perawat yang
tinggi, belum memadainya tenaga perawat profesional yang berkompeten, lemahnya supervisi
klinis, tumpang tindihnya ketrampilan perawat, terbatasnya fasilitas dan dana untuk
pengembangan. Selain itu, perawat juga masih melakukan pekerjaan rumah tangga dan
administrasi pasien.
Menanggapi permasalahan tersebut, Pemerintah Repubilk Indonesia, melalui
Kementerian Kesehatan memperkenalkan pengembangan konsep dari MPKP, yaitu Sistem
Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional (SP2KP) pada tahun 2011.
SP2KP adalah sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional yang merupakan
pengembangan dari MPKP (Model Praktek Keperawatan Profesional) dimana dalam SP2KP ini
terjadi kerjasama profesional antara perawat primer (PP-Ketua Tim) dan perawat asosiate (PA-
Anggota Tim) serta tenaga kesehatan lain. Metode modifikasi Perawat Primer-Tim yaitu seorang
PP bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap asuhan keperawatan yang diberikan pada
sekelompok pasien mulai dari pasien masuk sampai dengan bantuan beberapa orang PA. PP dan
PA selama kurun waktu tertentu bekerjasama sebagai suatu tim yang relative tetap baik dari segi
kelompok pasien yang dikelola, maupun orang-orang yang berada dalam satu tim tersebut . Tim
dapat berperan efektif jika didalam tim itu sendiri terjalin kerjasama yang profesional antara PP
dan PA. Selain itu tentu saja tim tersebut juga harus mampu membangun kerjasama profesional
dengan tim kesehatan lainnya.

Notabene:

Ternyata… jreng-jreng... RSUD. Undata Palu sudah pakai konsep SP2KP (info dari hasil
obrolan dengan om gendut di komite keperawatan), cuman katanya belum di sosialisasikan
ceee… nanti kata bidang keperawatan dan komite keperawatan akan sosialisasikan (mungkin
pelatihan).

Sambil menunggu sosialisasi.. ndak apa-apa kan kalo kita cari info soal SP2KP ini termasuk
penerapannya.. dunia itu luas cee, banyak akses untuk mencari informasi dan data..
LALU BAGAIMANA PENGAMPLIKASIANNYA DI RS / RUANGAN?
(saya coba jabarkan dalam bahasa keseharian kita dengan menggunakan berbagai
sumber/journal dari konsep manajemen asuhan keperawatan dan sistem pendokumentasian
asuhan keperawatan)
AN AN
GG
GG
A
OT OT
TI
A
TI
M M
(PA
(P)A )

KETUA TIM
(PP)

AN AN
GG
GG
OT OT
A
A
M
TI TI
(P)A
M
(P)A

Dalam sebuah ruang perawatan (katakanlah Pav. Bogenvile), jumlah pasien ada 10 bidji dengan
berbagai diagnosa medis... 5 bidji untuk Tim 1 dan 5 bidji lagi untuk Tim 2.
Ketua tim bertugas memanage anggotanya salah satunya adalah membagi jumlah pasien dengan
anggota tim yang ada.
Catatan: di harapkan semua anggota tim (PP/PA) bisa memahami apa itu asuhan keperawatan.

Secara Umum:
Tanggung jawab utama ketua tim adalah; Mengenal kondisi pasien dan tingkat kebutuhan
pasien, Membuat perencanaan, membuat penugasan, membuat evaluasi.
Tanggung jawab utama anggota tim adalah; Mengenal kondisi pasien dan tingkat kebutuhan
pasien, Membuat asuhan keperawatan berdasarkan tanggung jawabnya, membuat laporan
kondisi pasien.

Dalam Keseharian:
Ketua tim; Mengidentifikasi pemeriksaan diagnostic pasien, mengidenditifikasi kebutuhan
konsul pasien (konsul lintas profesi), diskusi dengan profesi lain tentang perkembangan kondisi
pasien, memonitoring tindakan (asuhan) yang di lakukan oleh anggota tim, membuat laporan
evaluasi dalam bentuk soap, melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien/keluarga.
Anggota tim: Melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan rencana perawatan harian,
melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien/keluarga.

Karena SP2KP ini adalah pengembangan dari MPKP… jadi secara garis besar, konsep yang ada
dalam MPKP di pakai dalam SP2KP. (tapi menurut saya, antara SP2KP dan MPKP te ada
bedanya, Cuma rubah nama saja dengan menambah-nambah kalimat seolah-olah SP2KP ini
penemuan / konsep baru.. toh pelaksanaan di ruangan tetap pakai metode Teamwork yang dulu
ada dalam MPKP.. auhh ahh.. hadijah bingung bang).
TERUS… Apa yang harus di lakukan setiap hari… toh sama saja dengan dulu-dulu.. datang
dinas, ba injeksi, bagi obat, kalo dokter bilang foto thorax/usg/konsul yah lakukan, ba tensi, tulis
laporan, pulang.. selesai!!!
Kong itu lembar-lembar Askep dang??... Behh.. Cuma hanu-hanu saja itu, ada pasien baru,
terima, tulis ini itu, kong kase masuk itu lembar askep di paling belakang status pasien..
selesai!!!

This is failed.. we must change our mind.. no mercy...!!!

APA UNTUNGNYA KITA PAKE BEGINIAN (SP2KP)??


1. Benar-benar ada proses dalam asuhan keperawatan (di bangku kuliah dang dulu so di
ajarkan, so cape-cape ba hafal/pelajari waktu kuliah, masa di lapangan kerja ndak di
pake).
2. Terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga, masyarakat (karena perawat benar-benar
merawat dan memahami kondisi pasien).
3. Efektif dan efisien (berdasarkan penelitian, jika proses keperawatan benar-benar di
jalankan, waktu perawatan lebih singkat, infeksi noso menurun).
4. Ada motivasi untuk perawat selalu up to date.

KONG SKARANG KITA MO BEMANA DANG DALAM MENJALANKAN SP2KP??

Pertama dan Utama = Pamahi apa itu Asuhan Keperawatan.. yakinkan diri kita bahwa kita adalah
perawat (bukan tenaga medis lainnya atau tenaga administratif), kita melakukan pekerjaan ini
untuk membantu orang lain, kita hidup dan mencari makan dari pekerjaan ini..
Tetapi jika kita memposisikan diri kita sebagai “buruh”, yang penting pegawai, yang penting gaji
lancar, yang penting bisa cicil ini itu karena ada tambahan penghasilan di luar gaji utama..
STOP.. simpan saja lembar bacaan ini, jangan di teruskan membacanya…!! 

Kedua = Punya kemauan untuk merubah/berubah, punya kemauan untuk mengembalikan dunia
keperawatan pada statusnya.. perawat adalah perawat.. 

Ketiga = Harus ada instrumen/perangkat dalam menjalankan asuhan keperawatan, ada standar
pelayanan keperawatan (kalo bicara standart, nanti pihak RS lah yang buat)
 Nah untuk yang ketiga ini, saya coba mengumpulan beberapa perangkat yang di butuhkan
dalam me-manage pekerjaan keperawatan dan gambaran seperti apa dan bagaimana keseharian
saat datang dinas hingga pulang dinas.. 
CONTOH JADWAL KEGIATAN DINAS PAGI
(di adopsi dari salah satu RS yang menjalankan SP2KP)

JAM PERAWAT PRIMER (PP) JAM PERAWAT ASOSIET (PA)

 MENGECEK JADWAL DINAS PAGI PA


DALAM TIM
 OVORAN PASIEN  OVORAN PASIEN
 MERAPIKAN TEMPAT TIDUR  MERAPIKAN TEMPAT TIDUR
 DOA DAN CONFERENCE  DOA DAN CONFERENCE

 MENGIDENTIFIKASI PEMERIKSAAN  MELAKSANAKAN TINDAKAN


DIAGNOSTIK PASIEN KEPERAWATAN
 MENGIDENTIFIKASI/MENGKONSUL
PASIEN -
 MEMBUAT RENCANA KEPERAWATAN -
HARIAN -
 DISKUSI DENGAN DOKTER MENGENAI -
PERKEMBANGAN PASIEN -
 ISTIRAHAT -
 MONITORING PELAKSANAAN TINDAKAN -
KEPERAWATAN YANG DI LAKUKAN PA -
 MEMBUAT LAPORAN PERKEMBANGAN -
PASIEN DALAM BENTUK SOAP -
 MELAKUKAN PENDIDIKAN KESEHATAN -
KEPADA PASIEN DAN KELUARGA
 OVORAN KE DINAS SORE  OVORAN KE DINAS SORE

Keterangan:
Saat ovoran ke pasien, ada diskusi singkat di hadapan pasien dan keluarga mengenai
kondisi/permasalahannya.
Saat conference, permasalahan yang di dapat saat ovoran tadi di beri penekanan (disini
ada dua kali conf. setelah selesai berdoa, ada conf dalam masing-masing tim.. di pimpin
oleh ketua tim.. membahas rencana tindakan yang akan dan sudah di lakukan tapi tetap di
lanjutkan, mendelegasikan tindakan-tindakan keperawatan lainnya ke PA). Cat: Di dalam
conference ini ada namanya Timbang Terima Pasien dari dinas sebelumnya ke dinas
berikutnya.
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan
dengan keadaan klien (Nursalam, 2002)
Alur Timbang Terima

Cat: Cara pelaporannya per status, berdasarkan lembar implementasi harian yang lalu saya
buat itu dang..
Terkadang ada masalah keperawatan yang sudah dilakukan tapi belum teratasi walaupun
sudah di lakukan tindakan keperawatan atau masalah keperawatan dengan muncul kasus
baru..
Disinilah di lakukan re-view kembali oleh PP dalam tahap monitoring yang di konsep
dalam Ronde Keperawatan.
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang
dilaksanakan oleh perawat dengan melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan
keperawatan (Nursalam, 2002).
PP (ketua Tim) melibatkan perawat konselor. (kayaknya perawat konselor blom ada di
Undata, atau konsul ke bagian komite keperawatan... entahlah).. pernah dulu ka Ir bilang,
dalam penerapan MPKP, harusnya bagian atas juga selalu melakukan evaluasi/kontroling
atas pelaksanaan MPKP ini.. (entah bagian atas mana yang ka Ir maksud hehehe)

NEXT….

Masih ingat management patient safety???

Salah satu unsur dalam patient safety adalah safety dalam pemberian obat.. ingat?? Kalo ndak,
prinsip 12 B pemberian obat masih ngat ndak?? (Benar pasien, Benar obat, Benar dosis, Benar
waktu, Benar cara, Benar dokumentasi, Benar pendidikan kesehatan perihal medikasi, Benar
hak pasien untuk menerima/menolak pemberian obat, Benar pengkajian sebelum pemberian
obat, Benar evaluasi, Benar reaksi terhadap nutrisi, Benar reaksi terhadap obat lain… benar
benar deh…) 

Catatan sederhana yang pernah saya baca/lihat/dengar:

ada beberapa jenis obat tablet jika di campur untuk di puyerkan, kemudian di bagi sekian,
dosisnya yang di konsumsi per sekian jam menjadi tidak tepat (tidak sama dosisnya
antara pemberian pertama dan berikutnya), karena belum tentu obat ke 1, obat ke 2, dan
seterusnya tercampur rata saat di satukan dalam bentuk bubuk/serbuk/puyer.
Astaga, so salah kase obat tadi saya.. Astaga, so salah pasien tadi le.. Astaga, so salah
barangkali lea, IV to atau IM, adohh..
Pemberian obat harusnya jam sekian, tapi karena mo suka cepat klar pekerjaan, kase joh
jam sekian dang (interaksi/kandungan obat dalam darah punya waktu, makanya ada
pemberian 1x1, 2x1, 3x1.. jangan sampai kurang atau tumpang tindih karena pembagian
waktunya tidak tepat).
Mintol dang skin test akan ini obat.. Ok kaka.. hasilnya alergi kaka..* padahal*
Mintol dang kase obat injeksi akan pasien A.. Ok.. *eehh rupanya kemasan obatnya
mirip, maaf le so salah*
Perawat: Ibu, saya kase masuk injeksi ini dulu ekh.. Ibunya berkata: ohh so itu tadi pagi
yg bikin saya gelisah galau merana waktu di kase maso.. ndak usah jo.. Perawat: ahh
masa sih bu? Padahal ini so ke sekian kalinya di kase ekh.. ndak apa-apa bu, dokter yang
suruh le.. *ooppsss*
Ada beberapa obat dengan cara pemberian IV jika lebih dari satu jenis, tidak boleh
langsung berurutan, harus di selingi dengan cairan normal saline.

Catatan sederhana di atas merupakan prinsip dari 12 B yang masuk dalam protap Patient Safety.
Kong bemana dang??

Ada yang namanya Sentralisasi Obat

Kontroling atau pengawasan terhadap penggunaan dan konsumsi obat merupakan salah satu peran perawat
sehingga perlu dilakukan dalam suatu pola yang sistematis sehingga penggunaan obat benar-benar dapat dikontrol
oleh perawat sehingga resiko kerugian secara materiil maupun non materiil dapat dieliminir. (Apriyani Puji Astuti,
2012).

Di buat dalam bentuk format-formatan.. Obat masuk dari apotik apa saja, sesuai dengan
advice dokter kah, obat yang keluar (terpakai) berapa, lalu sisanya berapa.. setiap hari ada
kontroling. Yang selama ini kita lakukan hanya menulis jumlah obat sisa oleh yang dinas
malam. Akhirnya kadang kita baku tuduh, tadi yang trima obat siapakah? Mana kata
obatnya? Kenapa te ada ini? Obat so di stop kenapa masih di tempatnya ini ekh? Perasaan
saya so tulis di stop itu, kenapa masih di kase dang? Ini dinas malam juga, ba tulis obat te
dia cek status catatan dokter, Cuma main tulis yang ada di keranjang…!! *aaiisshh, mati
kaka dek*
Persiapan pemberian obat di lakukan di hadapan pasien/keluarga (jika injeksi, di isap atau
di oplos di hadapan pasien, dan jika obat oral, di bagikan ke dalam tempat obat di
hadapan pasien/keluarga).. dan saat pemberian obat, di jelaskan jenis, cara, reaksi serta
persetujuan… (catatan: ada beberapa jenis obat oral/injeksi yang jika sudah di buka dari
kemasannya dan terpapar udara bebas dalam waktu lama, memiliki reaksi samping yang
tidak terdeteksi, begitu juga injeksi yang di oplos terlalu lama)

Format kontroling obat ada, cuman malas saya edit-edit lagi..banyak tabel-tabel nya lea.. 

Secara garis besar, MPKP atau SP2KP ini bertujuan:

1. Menumbuhkan cara berfikir yang kritis


2. Meningkatkan cara berfikir yang sistematis
3. Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
4. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
5. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada masalah
klien.
BAHAN BACAAN RINGAN MENGENAI

MPKP DAN SP2KP

by Fritz – Pav. Bogenvile

2015

Anda mungkin juga menyukai