Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia sebagai negara yang berada di wilayah tropis termasuk negara
yang mempunyai keanekaragaman fauna. Salah satu jenis fauna yang sangat
beranekaragam tersebut adalah burung. Di Indonesia terdapat sekitar 1.500 jenis
burung. Burung merupakan komponen ekosistem yang memiliki peranan penting
dalam mendukung berlangsungnya suatu siklus kehidupan organisme. Keadaan
ini dapat dilihat dari rantai makanan dan jaring-jaring kehidupan yang membentuk
sistem kehidupannya dengan komponen ekosistem lainnya seperti tumbuhan dan
serangga. Manfaat burung antara lain adalah peran ekologisnya yang secara jelas
dapat dilihat dan dirasakan langsung (Jurati et al., 2015).
Aves adalah salah satu kelas yang terdapat dalam hewan vertebrata atau
hewan yang bertulang belakang yang mencakup hewan-hewan unggas yang
ditandai oleh adanya bulu dan adaptasi terbang lainnya. Kelas aves ini diduga
berawal dari reptile terbang. Kelas aves berevolusi selama radiasi reptilia yang
sangat hebat pada masa mesozoikum. Sekitar 150 juta tahun yang lalu, tetrapoda
berbulu telah berevolusi menjadi burung. Bulu menjadi penciri anatomi burung.
Bobot bulu dapat mencapai 4,9% dari total bobot tubuh. Masing-masing jenis
memiliki ukuran dan warna yang berbeda, tetapi mereka semua mempunyai ciri
yang sama yaitu mempunyai bulu, sepasang sayap, walaupun tidak semua burung
dapat terbang (Herwati, 2016).
Di Indonesia 1.539 jenis burung dan 381 jenis diantaranya merupakan
endemik Indonesia. Sekitar 250 jenis burung endemik terbesar di Kawasan
Wallacea. Kawasan Wallacea meliputi Pulau Sulawesi dan pulau-pulau
sekitarnya, termasuk Kepulauan Banggai, Kepulauan Sula, Kepulauan Nusa
Tenggara, dan Kepulauan Maluku. Burung merupakan fauna yang dapat dijumpai
dari dataran rendah sampai dataran tinggi, baik di daerah yang masih alami
maupun yang sudah tidak alami (Malindu et al., 2017).

Universitas Sriwijaya
Sebanyak 9.040 jenis burung tercatat di dunia, 1.531 jenis diantaranya
terdapat di Indonesia dengan 397 jenis atau sekitar 26% endemik. Di Sumatera
terdapat 583 jenis burung dengan 438 jenis atau sekitar 75% merupakan jenis
yang berbiak di Sumatera. Jumlah ini meningkat menjadi 626 dan 450 jika
digabungkan dengan jenis-jenis lain yang mendiami pulau-pulau kecil di
sepanjang pantai Sumatera. Dua belas jenis dari jenis burung di atas merupakan
jenis burung yang endemik di dataran Sumatera.Diantara pulau-pulau lainnya di
Indonesia, pulau Sumatera merupakan pulau dengan tingkat keanekaragaman
burung paling rendah diantara pulau-pulau di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan
sejarageologis pemisahannya dari dataran Asia (Jurati et al., 2015).
Burung memiliki peran penting dalam ekosistem antara lain sebagai
penyerbuk, pemencar biji, pengendali hama, dinikmati suara dan keindahan
bulunya. Bahkan, ada kepercayaan bahwa jenis-jenis burung tertentu dapat
menjadi indikator terhadap adanya kejadian alam. Secara teori, keanekaragaman
jenis burung dapat mencerminkan tingginya keanekaragaman hayati kehidupan
liar lainnya. Habitat burung dapat mencakup berbagai tipe ekosistem, mulai dari
ekosistem alami sampai ekosistem buatan. Penyebaran yang luas tersebut
menjadikan burung sebagai salah satu sumber kekayaan hayati Indonesia yang
potensial (Saputra et al., 2015).
Burung telah memberikan banyak manfaat dalam kehidupan manusia, baik
sebagai sumber protein, peliharaan, perlombaan, maupun olahraga berburu.
Namun, ancaman perburuan liar yang terus meningkat menyebabkan beragam
jenis burung harus dilindungi karena populasinya sudah dalam kondisi hampir
terancam. Hutan mangrove merupakan hutan yang tumbuh pada tanah aluvial di
daerah pantai berlumpur dan sekitar muara sungai yang dipengaruhi pasang surut
air laut. Mangrove memiliki peranan yang penting terhadap kehidupan burung.
Salah satu fungsi hutan mangrove yaitu sebagai habitat burung air dan beberapa
jenis burung daratan (Malindu et al., 2017).

1.2. Tujuan Praktikum


Praktikum ini bertujuan untuk mengenal ciri-ciri Pisces yang penting untuk
identifikasi dan determinasi serta mengklasifikasikannya.

Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Aves


Burung merupakan hewan yang tubuhnya diselaputi oleh bulu-bulu. Anggota
depannya berubah menjadi sepasang sayap. Burung merupakan hewan yang
paling banyak diketahui dan mudah di kenali, karena burung banyak diketahui
disekitar manusia dan aktif pada siang hari. Burung memiliki ciri yang khas yaitu
memiliki bulu yang menutupi dan melindungi tubuhnya sehingga dapat
mempertahankan suhu tubuh yang berbeda dengan suhu lingkungan disekitarnya
(Kamal et al.,2016).

2.2. Struktur Aves


Struktur eksternal Ayam memiliki kepala yang terpisah, leher panjang yang
fleksibel dan tubuh terbentuk melentung. Dua anggota tubuh bagian depan berupa
sayap, melekat aga tinggi di punggung dilengkapi bulu panjang, sayap terlipat
seperti hurup Z pada saat istirahat, dan membuka jika digunakan untuk terbang,
dan pada setiap kaki bagian bawah terdiri dari sedikit otot denggan tendon dan di
tutupi kulit bersisik yang mengalami kornifikasi, dan dilengkapi empat jari yang
di bagian ujungnya terdapat cakar keras dan pada ekor yang pendek terdapat
sejumlah bulu yang panjang (Campbell et al., 2004).
Mulut berbentuk memanjang dan meruncing dilapisi zat tanduk, pada bagian
atas mandibula terdapat dua lubang hidung, mata berukuran besar berukuran
lateral, masing-masing dilengkapi dengan kelopak atas dan bawah, dibawahnya
terdapat membran nikatin yang dapat bebas digerakan menutupi mata. Belakang
mata kebawah terdapat lubang telinga, yang tersembunyi di balik bulu, dan
struktur khas di kepala yaitu jengger median dan gelambir lateral dan dikaki terap
taji dan taji ini hanya ditemukan pada ayam, merak, dan beberapa burung tertentu,
dan di bagian bawah ekor terdapat anus (Winara, 2015).
Struktur bulu adalah ciri khas kelas aves yang tidak dimiliki oleh vertebrata
lain. Hampir seluruh tubuh aves ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik berasal
dari epidermal tubuh, yang pada reptile serupa dengan sisik. Secara embriologis

Universitas Sriwijaya
bulu aves bermula dari papil dermal yang selanjutnya mencuat menutupi
epidermis. Dasar bulu itu melekuk ke dalam pada tepinya sehingga terbentuk
folikulus yang merupakan lubang bulu pada kulit (Kurniati,2009).

2.3. Fungsi Bulu Aves


Fungsi bulu untuk mencegah hilangnya panas tubuh dengan menggoyang-
goyangkan bulu mereka dalam cuaca dingin.Sementara, saat cuaca panas, burung
mempertahankan kesejukan tubuh dengan melicinkan bulu-bulu dan penutup
tubuh. Bulu dibagian bawah dan bulu yang terletak disepanjang sayap dan ekor
memiliki bentuk yang berbeda. Bulu-bulu ekor yang besar digunakan untuk
mengemudi dan mengerem. Plumae berfungsi agar dapat terbang dan sebagai
isolator. Filoplumae Berfungsi sebagai sensor, mengangkat tubuh burung di udara,
menahan panas sehingga tubuh burung dapat menjaga panas tubuhnya
(Campbell et al., 2004).

2.4. Sistem Pencernaan Aves


Sistem Pencernaan burung mulut terdapat paruh yang sangat kuat dan
berfungsi untuk mengambil makanan.Makanan yang diambil oleh paruh
kemudian masuk kedalam rongga mulut lalu menuju kerongkongan.Bagian bawah
kerongkongan membesar berupa kantong yang disebut tembolok.Kemudian
masuk ke lambung kelenjar. Lambung kelenjar karena dindingnya mengandung
kelenjar yang menghasilkan getah lambung yang berfungsi untuk mencerna
makan secara kimiawi. Lambung pengunyah karena dindingnya mengandung
otot-otot kuat yang berguna untuk menghancurkan makanan. Hati, empedal sering
terdapat batu kecil atau pasir untuk membantu mencerna makanan secara mekanis
(Kamal et al.,2016).
Enzim yang dihasilkan oleh pankreas dan empedu dialirkan kedalam usus
halus. Hasil pencernaan berupa sari-sari makanan diserap oleh kapiler darah pada
dinding usus halus. Burung mempunyai dua usus buntu yang terletak antara
lambung dan usus. Usus buntu berguna untuk memperluas daerah penyerapan sari
makanan. Sisa makanan didorong ke usus besar kemudian kedalam poros usus
atau rektum dan akhirnya dikeluarkan melalui kloaka. Sistematis pencernaan

Universitas Sriwijaya
makanan pada burung mulut atau paruh menuju kerongkongan kemudian
tembolok menuju Lambung kelenjar kelambung pengunyah menuju hati menuju
pankreas keusus halus keusus besar menuju usus buntu menuju poros usus atau
rectum menuju kloaka (Radiopoetro, 2008).

2.5. Sistem Sirkulasi Aves


Sistem sirkulasi burung adalah dari paru-paru mengangkut oksigen masuk ke
serambi kiri,kemudian ke bilik kiri. Bilik kiri darah di pompa keseluruh tubuh
melalui aorta. Disel-sel tubuh darah melepaskan O2 dan mengikat CO2. Darah
yang mengandung banyak CO2 ini masuk serambi kanan melalui pembuluh balik.
Selanjutnya darah masuk bilik kanan,kemudian dipompa masuk ke paru-paru.
Paru-paru didalam darah melepaskan CO2 dan mengikat O2. Bagan sirkulasi pada
burung. Paru-paru menuju serambi kiri kebilik kiri terus keseluruh tubuh menuju
serambi kanan kemudian kebilik kanan menuju paru-paru sistem (Kurniati,2009).
Sistem respirasi lubang hidung yang terdapat pada paruh menghubungkan
rongga hidung di atas rongga mulut. Glottis pada bagian bawah faring
menghubungkan saluran trakea yang di perkuat denga kartilago. Trakea berlanjut
ke bawah arah leher yaitu syring atau kotak suara, tempat terdapatnya otot vocal,
dari syring dilanjutkan ke bronkhos paru-paru berukuran kecil melekat pada rusuk
dan vertebrata di bagian dorsal dari trax dengan jaringan ikat, paru-paru dimasuki
sejumlah broncheolus yang saling berhubungan dan sejulah dara dari pulmonary
(Campbell et al., 2004).

2.6. Reproduksi Aves


Reproduksi burung berkembang biak dengan cara bertelur dan
pembuahannya terjadi di dalam tubuh. Contoh avesantar lain burung elang,
burung merati burung merak,, burung hantu, burung gagak, ayam dan jenis
burung lainnya. Sebagian besar burung membangun sarangnya untuk menyimpan
telur dan mengeraminya, jumlah telur yang di letakan dalam sarangnya yang
bervariasi tergantung spesiesnya, ada yang hanya 1,3, atau ada yang sampai 14
butir. Masa inkubasi atau pengeraman pada burung berbeda-beda
(Kamal et al., 2016).

Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu pukul 08.00 WIB. sampai dengan
pukul 10.00 WIB. Pelaksanaan praktikum Taksonomi Hewan bertempat di
Laboratorium Fisiologi Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini berupa bak preparat. Sedangkan
bahan yang digunakan pada praktikum ini berupa Columba livia, Orthotormus sp.,
dan Turnix suscicator.

3.3. Cara Kerja


Digambar morfologi dan di deskripsikan sampel spesies. Di identifikasi
spesies dan ditentukan klasifikasinya.

Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN DESKRIPSI

4.1. Hasil
Tipe Tipe
No Nama Jenis Gambar Keterangan
Kaki Paruh
1. Organon
visus
2. Caput
3. Caudal
Columba
1 4. Dorsal
livia
5. Truncus
6. Femur
7. Digiti

1. Organon
visus
2. Caput
3. Caudal
Orthotormus
2 4. Dorsal
sp
5. Truncus
6. Femur
7. Digiti

3 Turnix 1. Organon
susciator visus
2. Caput
3. Caudal
4. Dorsal
5. Truncus
6. Femur
7. Digiti

Universitas Sriwijaya
Universitas Sriwijaya
4.2. Deskripsi
4.2.1.Columba livia
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Columbiformes
Famili : Columbidae
Genus : Columba
Spesies : Columba livia
Nama Umum : Burung Merpati

Keterangan :
1. Caput 6. Caudal
2. Truncus 7. Digiti
3. Femur
4. Organon Visus
5. Dorsal

Deskripsi :
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, didapatkan bahwa
Columba livia atau yang sering disebut burung merpati memiliki caput, truncuns,
femur, prganon visus, dorsal, caudal, dan digiti. Menurut Kadri et al.(2016),
burung merpati berupa anggota kelompok hewan bertulang belakang atau
vertebrata yang memiliki bulu dan sayap yang mayoritas aktivitasnya adalah
terbang di udara. Burung merpati mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan
dengan jenis burung lainnya yaitu burung merpati mampu mengingat lokasi
dengan baik serta burung merpati mampu terbang hingga sekitar 65-80 km per
jam dan dalam satu hari mampu terbang sejauh sekitar 965 km.

Universitas Sriwijaya
4.2.2. Orthotormus sp.
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Fasseriformes
Famili : Estrildidae
Genus : Orthotormus
Spesies : Orthotormus sp.
Nama Umum : Burung Pipit

Keterangan :
1. Caput 6. Caudal
2. Truncus 7. Digiti
3. Femur
4. Organon Visus
5. Dorsal

Deskripsi :
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, didapatkan bahwa
Orthotormus sp. atau yang sering disebut juga burung pipit memiliki caput,
truncuns, femur, organon visus, dorsal, caudal, dan digiti. Menurut
Kamal et al. (2016), burung ini berupa burung kecil berparuh pendek pemakan
biji-bijian. Sekilas nampak kemiripan fisik antara burung pipit dengan burung
gereja atau house sparrow, karena burung gereja atau Passer domesticus dan
burung pipit tergabung dalam satu ordo yang sama Passeriformes, meskipun
berbeda family nama lain burung pipit di Indonesia adalah Emprit atau Bondol.
Sedangkan di luar negeri, burung pipit dikenal dengan nama Munia spesies
burung pipit dari Asia.

Universitas Sriwijaya
4.2.3.Turnix susciator
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Galliformes
Famili : Phasianidae
Genus : Turnix
Spesies : Turnix susciator
Nama Umum : Burung Puyuh

Keterangan :
1. Caput 6. Caudal
2. Truncus 7. Digiti
3. Femur
4. Organon Visus
5. Dorsal

Deskripsi :
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, didapatkan bahwa
Turnix susciator atau yang sering disebut juga burung puyuh memiliki caput,
truncuns, femur, organon visus, dorsal, caudal, dan digiti. Menurut
Hutagalung et al. (2013), puyuh biasa dikenal dengan nama gemak, gemak ini masih
bisa ditemukan di sawah atau ladang yang ditanami palawija sehingga sering juga
diburu oleh pemburu liar untuk diambil telur atau dagingnya. Seiring dengan
perkembangan jaman, burung puyuh telah mengalami domestikasi dan telah
diternakkan oleh manusia secara komersil untuk menghasilkan daging dan telurnya.

Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, didapatkan kesimpulan


sebagai berikut.
1. Morfologi aves tubuh dibedakan atas caput atau kepala, truncus atau
badan dan caudal atau ekor.
2. Turnix Susciacator bernapas dengan paru-paru dan pundi-pundi hawa.
3. Columba livia memiliki caput relatif kecil dan organon visus dikelilingi oleh
kulit yang berbulu.
4.Orthotormus sp. atau sering disebut burung kecil berparuh pendek pemakan
biji-bijian.

Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neli, Jane, Reece, dan Lawrence. 2004. Biologi Edisi KeV Jilid III.
Jakarta: Erlangga.
Herwati. 2016.Pengembangan Modul Keanekaragaman Aves Sebagai Sumber
Belajar Biologi. Jurnal Lentera Pendidikan Lppm Um Metro. 1(1): 28-36.

Hutagalung, R. P., Hamdan, Dan Zulfikar S. 2013. Analisis Morfometrik Dan


Sifat Kualitatif Warna Bulu Pada Puyuh Liar (Turnix Suscitator Atrogularis)
Dan Puyuh Domestikasi (Coturnix-Coturnix Japonica). J. Peternakan
Integratif. 1(2): 200-214.

Jurati, Filza Y. A., dan Dahlia. 2015. Jenis-Jenis Burung (Aves) Di Persawahan
Desa Pasir Baru Kabupaten Rokan Hulu Riau. E-jurnal Mahasiswa prodi
biologi.1(1): 1-4.

Kadri, M. H. M., Dian S., Dan Riyanti. 2016. Karakteristik dan Perilaku Merpati
Tinggi Lokal Jantan dan Betina. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu.
4(2): 156-160.

Kamal, S., Elita, A dan Zahratun, R. 2016. Spesies Burung Pada Beberapa Tipe
Habitat Di Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Biotik.
1(4): 15-32.

Kurniati, T. 2009. Zoologi Vertebrata. UIN SGD Bandung: Bandung.

Radiopoetro.2008. Zoologi. Erlangga: Jakarta.

Malindu1, F. D., Elhayat L., dan Sitti R. 2016. Asosiasi Jenis Burung Dengan
Vegetasi Hutan Mangrove Di Wilayah Pesisir Pantai Kecamatan Tinombo
Selatan Kabupaten Parigi Moutong. Jurnal Warta Rimba. 4(1): 112-118.

Saputra, R., Arief A. P., dan Riki R. L. 2015.Jenis-Jenis Burung Di Perkebunan


Kelapa Sawit Pondok Pesantren Hasanatul Barokah Rokan Hulu. E-Jurnal
Mahasiswa Prodi Biologi.1(1): 1-3.

Tambunan, F,M., Bachrun, N. D. dan Sarma, S. 2016. Identifikasi Jenis-Jenis


Burung Pantai Yang Berimigrasi Di Tanjung Bunga Kecamatan Teluk
Pakedai Kabupaten Kubu raya. Jurnal Hutan Lestari. 4(4): 394-400.

Winara, A. 2015. Keragaman Jenis Burung Air Di Tanah Nasional Wasur


Marauke. Jurnal Hutan Tropis. 1(4): 85-95.

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN

Columba livia Orthotormus sp.

Sumber: (dokumen pribadi, 2018). Sumber: (dokumen pribadi, 2018).

Turnix suscicator

Sumber: (dokumen pribadi, 2018).

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai