Full Laporan Aves
Full Laporan Aves
PENDAHULUAN
Universitas Sriwijaya
Sebanyak 9.040 jenis burung tercatat di dunia, 1.531 jenis diantaranya
terdapat di Indonesia dengan 397 jenis atau sekitar 26% endemik. Di Sumatera
terdapat 583 jenis burung dengan 438 jenis atau sekitar 75% merupakan jenis
yang berbiak di Sumatera. Jumlah ini meningkat menjadi 626 dan 450 jika
digabungkan dengan jenis-jenis lain yang mendiami pulau-pulau kecil di
sepanjang pantai Sumatera. Dua belas jenis dari jenis burung di atas merupakan
jenis burung yang endemik di dataran Sumatera.Diantara pulau-pulau lainnya di
Indonesia, pulau Sumatera merupakan pulau dengan tingkat keanekaragaman
burung paling rendah diantara pulau-pulau di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan
sejarageologis pemisahannya dari dataran Asia (Jurati et al., 2015).
Burung memiliki peran penting dalam ekosistem antara lain sebagai
penyerbuk, pemencar biji, pengendali hama, dinikmati suara dan keindahan
bulunya. Bahkan, ada kepercayaan bahwa jenis-jenis burung tertentu dapat
menjadi indikator terhadap adanya kejadian alam. Secara teori, keanekaragaman
jenis burung dapat mencerminkan tingginya keanekaragaman hayati kehidupan
liar lainnya. Habitat burung dapat mencakup berbagai tipe ekosistem, mulai dari
ekosistem alami sampai ekosistem buatan. Penyebaran yang luas tersebut
menjadikan burung sebagai salah satu sumber kekayaan hayati Indonesia yang
potensial (Saputra et al., 2015).
Burung telah memberikan banyak manfaat dalam kehidupan manusia, baik
sebagai sumber protein, peliharaan, perlombaan, maupun olahraga berburu.
Namun, ancaman perburuan liar yang terus meningkat menyebabkan beragam
jenis burung harus dilindungi karena populasinya sudah dalam kondisi hampir
terancam. Hutan mangrove merupakan hutan yang tumbuh pada tanah aluvial di
daerah pantai berlumpur dan sekitar muara sungai yang dipengaruhi pasang surut
air laut. Mangrove memiliki peranan yang penting terhadap kehidupan burung.
Salah satu fungsi hutan mangrove yaitu sebagai habitat burung air dan beberapa
jenis burung daratan (Malindu et al., 2017).
Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Universitas Sriwijaya
bulu aves bermula dari papil dermal yang selanjutnya mencuat menutupi
epidermis. Dasar bulu itu melekuk ke dalam pada tepinya sehingga terbentuk
folikulus yang merupakan lubang bulu pada kulit (Kurniati,2009).
Universitas Sriwijaya
makanan pada burung mulut atau paruh menuju kerongkongan kemudian
tembolok menuju Lambung kelenjar kelambung pengunyah menuju hati menuju
pankreas keusus halus keusus besar menuju usus buntu menuju poros usus atau
rectum menuju kloaka (Radiopoetro, 2008).
Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODE PRAKTIKUM
Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN DESKRIPSI
4.1. Hasil
Tipe Tipe
No Nama Jenis Gambar Keterangan
Kaki Paruh
1. Organon
visus
2. Caput
3. Caudal
Columba
1 4. Dorsal
livia
5. Truncus
6. Femur
7. Digiti
1. Organon
visus
2. Caput
3. Caudal
Orthotormus
2 4. Dorsal
sp
5. Truncus
6. Femur
7. Digiti
3 Turnix 1. Organon
susciator visus
2. Caput
3. Caudal
4. Dorsal
5. Truncus
6. Femur
7. Digiti
Universitas Sriwijaya
Universitas Sriwijaya
4.2. Deskripsi
4.2.1.Columba livia
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Columbiformes
Famili : Columbidae
Genus : Columba
Spesies : Columba livia
Nama Umum : Burung Merpati
Keterangan :
1. Caput 6. Caudal
2. Truncus 7. Digiti
3. Femur
4. Organon Visus
5. Dorsal
Deskripsi :
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, didapatkan bahwa
Columba livia atau yang sering disebut burung merpati memiliki caput, truncuns,
femur, prganon visus, dorsal, caudal, dan digiti. Menurut Kadri et al.(2016),
burung merpati berupa anggota kelompok hewan bertulang belakang atau
vertebrata yang memiliki bulu dan sayap yang mayoritas aktivitasnya adalah
terbang di udara. Burung merpati mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan
dengan jenis burung lainnya yaitu burung merpati mampu mengingat lokasi
dengan baik serta burung merpati mampu terbang hingga sekitar 65-80 km per
jam dan dalam satu hari mampu terbang sejauh sekitar 965 km.
Universitas Sriwijaya
4.2.2. Orthotormus sp.
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Fasseriformes
Famili : Estrildidae
Genus : Orthotormus
Spesies : Orthotormus sp.
Nama Umum : Burung Pipit
Keterangan :
1. Caput 6. Caudal
2. Truncus 7. Digiti
3. Femur
4. Organon Visus
5. Dorsal
Deskripsi :
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, didapatkan bahwa
Orthotormus sp. atau yang sering disebut juga burung pipit memiliki caput,
truncuns, femur, organon visus, dorsal, caudal, dan digiti. Menurut
Kamal et al. (2016), burung ini berupa burung kecil berparuh pendek pemakan
biji-bijian. Sekilas nampak kemiripan fisik antara burung pipit dengan burung
gereja atau house sparrow, karena burung gereja atau Passer domesticus dan
burung pipit tergabung dalam satu ordo yang sama Passeriformes, meskipun
berbeda family nama lain burung pipit di Indonesia adalah Emprit atau Bondol.
Sedangkan di luar negeri, burung pipit dikenal dengan nama Munia spesies
burung pipit dari Asia.
Universitas Sriwijaya
4.2.3.Turnix susciator
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Galliformes
Famili : Phasianidae
Genus : Turnix
Spesies : Turnix susciator
Nama Umum : Burung Puyuh
Keterangan :
1. Caput 6. Caudal
2. Truncus 7. Digiti
3. Femur
4. Organon Visus
5. Dorsal
Deskripsi :
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, didapatkan bahwa
Turnix susciator atau yang sering disebut juga burung puyuh memiliki caput,
truncuns, femur, organon visus, dorsal, caudal, dan digiti. Menurut
Hutagalung et al. (2013), puyuh biasa dikenal dengan nama gemak, gemak ini masih
bisa ditemukan di sawah atau ladang yang ditanami palawija sehingga sering juga
diburu oleh pemburu liar untuk diambil telur atau dagingnya. Seiring dengan
perkembangan jaman, burung puyuh telah mengalami domestikasi dan telah
diternakkan oleh manusia secara komersil untuk menghasilkan daging dan telurnya.
Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN
Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neli, Jane, Reece, dan Lawrence. 2004. Biologi Edisi KeV Jilid III.
Jakarta: Erlangga.
Herwati. 2016.Pengembangan Modul Keanekaragaman Aves Sebagai Sumber
Belajar Biologi. Jurnal Lentera Pendidikan Lppm Um Metro. 1(1): 28-36.
Jurati, Filza Y. A., dan Dahlia. 2015. Jenis-Jenis Burung (Aves) Di Persawahan
Desa Pasir Baru Kabupaten Rokan Hulu Riau. E-jurnal Mahasiswa prodi
biologi.1(1): 1-4.
Kadri, M. H. M., Dian S., Dan Riyanti. 2016. Karakteristik dan Perilaku Merpati
Tinggi Lokal Jantan dan Betina. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu.
4(2): 156-160.
Kamal, S., Elita, A dan Zahratun, R. 2016. Spesies Burung Pada Beberapa Tipe
Habitat Di Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Biotik.
1(4): 15-32.
Malindu1, F. D., Elhayat L., dan Sitti R. 2016. Asosiasi Jenis Burung Dengan
Vegetasi Hutan Mangrove Di Wilayah Pesisir Pantai Kecamatan Tinombo
Selatan Kabupaten Parigi Moutong. Jurnal Warta Rimba. 4(1): 112-118.
Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN
Turnix suscicator
Universitas Sriwijaya