Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Peningkatan jumlah penduduk di kota akan berpengaruh besar terhadap
kebutuhan pokok yaitu kebutuhan akan air bersih. Air merupakan salah satu
elemen terpenting bagi kehidupan makhluk hidup di bumi. Air memiliki banyak
manfaat bagi keberlangsungannya makhluk hidup. Namun yang ada di alam
bukanlah didapat sebagai air murni, melainkan sebagai air yang mengandung
bermacam-macam zat, baik yang terlarut ataupun tersuspensi. Jenis zat tersebut
tergantung dari kondisi lingkungan sekitar sumbernya (Insiana et al., 2013).
Sampah telah menjadi masalah fundamental lingkungan hidup di Indonesia.
Timbunan sampah terus menumpuk dari waktu ke waktu. Pada tahun 2012,
Kementerian Lingkungan Hidup mencatat rata-rata penduduk Indonesia
menghasilkan sekitar 2,5 liter sampah per hari atau 625 juta liter dari jumlah total
penduduk. Berdasarkan Direktur Perumahan dan Permukiman Bappenas,
Nugroho Tri Utomo, volume sampah di Indonesia sekitar 1 juta meter kubik per
hari, namun baru 42% diantaranya yang terangkut dan diolah dengan baik.
Sampah yang tidak dapat diangkut setiap harinya diperkirakan sekitar 348.000
meter kubik atau sekitar 300.000 ton (Kelvin et al., 2017).
Kelestarian lingkungan biasanya selalu dikaitkan dengan pencemaran,
berbicara mengenai masalah pencemaran tidak akan terlepas dari masalah
kelestarian lingkungan. Hal ini terjadi terutama di kota-kota besar yang
disebabkan oleh adanya sampah yang akan berdampak negatif terhadap
lingkungan sekitarnya seperti pemandangan tidak sedap, bau busuk, tercemarnya
air dan tanah oleh limbah buangan, juga menjadi wadah perkembangan penyakit
menular dan lain-lain. Sampah merupakan bahan buangan dari kegiatan rumah
tangga, komersial, industri atau aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh manusia.
Sampah juga merupakan hasil sampingan dari aktivitas manusia yang sudah tidak
terpakai (Manurung et al., 2016).
Pengelolaan Sanitary adalah cara pengelolaan dimana sampah TPA ditimbun
dengan lapisan tanah setiap hari, pada lokasi yang bercekung atau berlubang, yang

Universitas Sriwijaya
bertujuan untuk mengurangi tingkat pencemaran lingkungan yang tinggi, seperti
polusi udara, tanah dan air. Sampah kota yang ditimbun di tempat pemrosesan
akhir atau TPA, berpotensi menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan baik
pencamaran air permukaan dan air tanah maupun pencemaran tanah karena
adanya air lindi (Insiana et al., 2013).
Pengembangan TPA atau Tempat Pemrosesan Akhir sampah regional, perlu
dilakukan sesegera mungkin, sehingga diharapkan pengelolaan sampah di
Indonesia dapat dilakukan dengan lebih baik dan tersistem, danpemerintah daerah
dapat mengatasi persoalan-persoalan dalam hal mengelola sampahnya.Namun
demikian dalam melaksanakan hal tersebut masih terdapat masalah-masalah yang
dihadapi oleh pemerintah daerah, seperti keterbatasan anggaran yang tersedia
untuk pengelolaan sampah serta ketersediaan lahan yang cukup dan sesuai untuk
pengembangan TPA (Tamod, 2008).
Pengadaan TPA dimaksudkan untuk mengurangi dampak negatif yang
ditimbulkan akibat penimbunan sampah. Permasalahan yang dihadapi adalah
kehadiran TPA seringkali menimbulkan dilema. TPA dibutuhkan tetapi sekaligus
tidak diinginkan kehadirannya di ruang pandang. Kegiatan TPA juga
menimbulkan dampak gangguan antara lain: kebisingan, ceceran sampah, debu,
bau, dan binatangbinatang vector, Sebagian besar wilayah di Indonesia masih
menggunakan TPA open dumping. TPA tipe open dumping sudah tidak tepat
untuk menuju Indonesia sehat (Mahyudin et al., 2011).
Permasalahan yang paling signifikan dari tempat pemrosesan akhir atau TPA
sampah ini adalah lindi. Air Lindi dapat didefinisikan sebagai cairan yang timbul
dari hasil dekomposisi biologis sampah yang telah membusuk yang mengalami
pelarutan akibat masuknya air eksternal ke dalam timbunan sampah. Air lindi
akibat proses degradasi sampah dari TPA merupakan sumber yang mempengaruhi
perubahan sifat fisik, kimia maupun biologi. Air lindi berada di permukaan tanah
dapat menimbulkan polusi pada air tanah dan air permukaan (Insiana et al., 2013).

1.2. Tujuan praktikum


Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui keadaan lingkungan dan ekosistem
lahan basah di TPA Palemraya.

Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Sampah


Sampah adalah istilah umum yang sering digunakan untuk menyatakan
limbah padat. Limbah itu sendiri pada dasarnya adalah suatu bahan yang terbuang
atau dibuang dari suatu hasil aktivitas manusia, maupun proses-proses alam dan
tidak atau belum mempunyai nilai ekonomi, bahkan dapat mempunyai nilai
ekonomi yang negatif. Sampah mempunyai nilai negatif karena penanganan untuk
membuang atau membersihkannya memerlukan biaya yang cukup besar, di
samping itu juga mencemari lingkungan. Sampah adalah material sisa yang tidak
diinginkan setelah berakhirnya suatu proses (Gultom, 2012).

2.2. Tahapan Proses Pengolahan Sampah


Tahapan dari proses kegiatan dalam pengelolaan sampah yaitu pengumpulan,
pengangkutan, dan pembuamgan akhir atau pengolahan. Pengumpulan diartikan
sebagai pengelolaan sampah dari tempat asalnya sampai ketempat pembuangan
sementara menuju tahapan berikutnya. Pada tahapan ini digunakan sarana bantuan
tong sampah, bak sampah, peti kemas sampah, gerobak dorong maupun tempat
pembuangan sementara atau TPS guna melakukan pengumpulan atau tanpa
pemilahan, umumnya melibatkan sejumlah tanaga yang mengumpulkan sampah
setiap periode waktu tertentu (Handono, 2010).

2.3. Tempat Pembuangan Akhir


Tempat Pembuangan Akhir atau TPA berupa tempat pembuangan terakhir
bagi sampah-sampah yang berada pada suatu wilayah tertentu. Tempat
Pembuangan Akhir dapat didefinisikan pula sebagai tempat pengarantinaan
sampah. TPA merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap terakhir dalam
pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber, pengumpulan, pemindahan atau
pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. TPA merupakan tempat dimana
sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap
lingkungan sekitarnya (Prastanti, 2015).

Universitas Sriwijaya
BAB 3
KONDISI EKSISTING

Kabupaten ogan ilir memerlukan TPA atau Tempat Pembuangan Sampah.


Populasi atau jumlah penduduk di kabupaten Ogan Ilir mencapai 419,773 jiwa,
produksi sampah mencapai 850 m³ setara dengan 720 ton/hari, sedangkan
populasi inderalaya mencapai 103.845 jiwa dengan produksi sampah mencapai
208 m³ setara dengan 117 ton/hari, sehingga sangat diperlukan minimal 1 TPA
atau TPS.
Kondisi TPA yang berada di daerah palemraya sangat memperhatikan,
sebab pemandangan utama setelah sampai dilokasi di pintu utama sudah disambut
dengan tumpukan sampah-sampah yang menggunung. Lebih masuk ke bagian
dalam lokasi terlihat bahwa TPA memanfaatkan lahan basah yang bisa saja
mengalami penurunan kondisi tanah. Sepanjang jalan menuju bak-bak lindi, di
kanan dan kiri di kelilingi oleh sampah yang berserakkan yang teratur.

Universitas Sriwijaya
BAB 4
REKOMENDASI

Pada bagian ini akan membahas mengenai rekomendasi yang didapat dari
hasil analisis tata kelola persampahan berkelanjutan di Kawasan TPA Desa Pulau
Negara, Kecamatan Pemulutan Barat, Ogan Ilir ditinjau dari aspek pengurangan
sampah untuk memberikan masukan dalam rencana persampahan guna
mengantisipasi jumlah perkembangan yang akan mempengaruhi jumlah timbulan
sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir sampah/tempat pemrosesan
akhir sampah di TPA . TPA pemulutan masih jauh dari kata baik karena sampah
sampah dibiarkan dan pemulung masih berada diarea TPA serta adanya rumah
warga didalam TPA.
Adapun kesimpulan dan rekomendasi yang dihasilkan minimal 30 meter
dari sungai. Minimal berjarak 50 meter dari permukiman, sekolah, dan taman.
Minimal berjarak 160 meter dari sumur, untuk mencegah sampah di TPSS
berserakan dan memberikan kesan kotor, Dinas Kebersihan menerapkan beberapa
standar TPSS guna mempermudah dalam proses kegiatan pengumpulan dan
pengangkutan sampah ke TPA tanpa mempengaruhi kerusakan lingkungan,
sumber penyakit, dan keindahan kota.

Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Gultom O. 2012. Pengelolaan Sampah Padat Perkotaan Secara Terpadu. Buletin


LIMBAH. 1 (5): 1-13.

Handono, M. 2010. Model Pengelolaan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah


Secara Berkelanjutan di TPA Cipayung Kota Depok-Jawa Barat. Skripsi.
Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Insiana, S, M., Verry, R., Ch, W., Karamoy, L, T. 2013. Analisis Kualitas Air
Disekitar Situs Tpa Sumompo Kota Manado. Jurnal Jurusan Tanah.
5(2): 1-27.

Kelvin, s., Helena J., Kristina., Eric, J. 2016. Perancangan Sistem Value Chain
terhadap Prospek Pengumpulan E-Waste di Bank Sampah. Jurnal Rekayasa
Sistem Industri. 5(1): 39-53.

Mahyudin, R, P., Adrias, M., Fathurrazie, S.,Yusuf, A. 2011. Kajian Perencanaan


Pembentukan TPA Regional Rencana Daerah Layanan Kota Banjarbaru,
Banjarmasin Dan Martapura. Jurnal EnviroScienteae. 7 (1): 113-123.

Manurung, D., Hmh, B., Setia, H,. Iskandar, L. 2016. Analisis Pemilihan Wilayah
Terkait Dengan Tpa Regional Di Tpst Bantargebang Menggunakan Metode
Topsis. Jurnal Teknologi Lingkungan. 17(2): 73-81.

Prastanti, A. N. 2015. Pemanfaatan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sebagai


Objek Wisata Edukatif di Desa Sukoharjo Kecamatan Margorejo Kabupaten
Pati. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Tamod, Z, E.2008. Kandungan Cu,Pb,Cr dan Ba pada Profil Tanah TPA Sampah
Sumompo.

Universitas Sriwijaya
DETAIL ENGINEERING DESAIN

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai