Laporan Arthropoda
Laporan Arthropoda
PENDAHULUAN
Universitas Sriwijaya
oleh faktor alam dan manusia. Iklim merupakan sebagai faktor alam, seringkali
mempengaruhi jenis dan keberadaan arthropoda tanah (Ardillah et al., 2014).
Kelimpahan arthropoda tanah pada setiap lahan ditentukan oleh dua faktor
yaitu faktor dari dalam (intrinsik) yaitu kecenderungan arthropoda tanah untuk
menyukai lingkungan dengan kondisi tertentu dan faktor luar (ekstrinsik) yang
terdiri dari faktor biotik dan abiotik. Arthropoda tanah akan melimpah jika kondisi
lingkungannya mendukung, kandungan oksigen dan adanya tempat berlindung
dari gangguan maupun predator (Indahwati et al., 2013).
Arthropoda tanah sebagai bioindikator yang sensitif terhadap perubahan
lahan karena faktor alamiah maupun lingkungan. Arthropoda tanah merupakan
metode yang cepat, mudah dan murah sebagai indikator yang sangat efektif dan
efisien serta mengurangi dampak dari fragmentasi habitat. Arthropoda tanah
berperan sebagai parasitoid di lokasi tahun pertama dan tahun kedua hanya
ditemukan satu famili yaitu Larva Noctuidae dalam jumlah yang sedikit
(Ardillah et al., 2014).
Arthropoda tanah merupakan kelompok terbesar diantara fauna tanah.
Perdebatan mengenai jumlah jenis Arthropoda tanah masih terus berlangsung
apakah 30 juta atau 50 juta spesies. Insect, Arachnida dan Arthropoda tanah
menurut perkiraanjumlahnya sekitar 75% dari satu juta spesies binatang yang
sudah dikenal dunia saat ini. Arthropoda tanah mempunyai tingkat
keanakaragaman takson yang tidak kalah dibandingkan dengan kelompok fauna
yang hidup di atas permukaan tanah dan perairan (Rohyani dan Farista, 2013).
Arthropoda tanah berperan dalam membantu merombak bahan organikyang
keberadaanya sudah tidak diragukan lagi. Arthropoda tanah juga berperan sebagai
pemakan detritus serangga dan pendaur ulang nutrisi yang terkandung di dalam
bahan organikmati. Proses dekomposisi dipengaruhi secara langsung dan tidak
langsung oleh keberadaan Artropoda tanah. Mobilitas fauna di dalam tanah
dipengaruhi oleh adanya perubahan suhu dan kelembaban di atas permukaan
tanah, serta karbon dioksida di dalam pori-pori tanah (Indahwati et al., 2013).
Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Universitas Sriwijaya
agroekosistem di temperata dan tropis. Komunitas Arthropoda sangat rentan
terhadap gangguan aktivitas manusia (Leksono, 2017).
Universitas Sriwijaya
ukuran yang relatif sama, masing-masing memiliki sepasang kaki (Nurhadi dan
Febri, 2018).
Kelas Insekta atau serangga merupakan kelas yang memilki anggota spesies
paling banyak, tidak saja untuk filum Arthropoda, namun untuk seluruh hewan
yang ada di alam ini, belalang, lalat, kutu, kupu–kupu, kumbang dan hewan kecil
lainnya termasuk ke dalam kelas Insekta ini. Diperkirakan ada kira–kira satu juta
spesies termasuk ke dalam kelas ini (Leksono, 2017).
Insekta merupakan hewan darat, sebagian kecil ada di air tawar dan sangat
jarang hidup di laut, tubuhnya biasanya terbagi atas tiga bagian yaitu gabian
kepala, bagian dada, dan bagian perut. Kepala berisikan enam buah segmen yang
dipadukan dan dilengkapi dengan sepasang mata campuran, sepasang antena dan
mulut yang diadaptasikan untuk mengunyah makanannya, menjadi alat yang
tajam untuk melumpuhkan lawan-lawannnya, untuk menembus benda-benda yang
keras, menjadi alat hisap, atau beradaptasi menjadi berbentuk seperti pipa
(Hasan et al., 2014).
Subkelas Diplopoda adalah hewan dari kelas Myriapoda yang sering disebut
sebagai salah satunya kaki seribu (millipedes), karena memiliki jumlh kaki yang
sangat banyak. Diplopoda umumnya memiliki 30 pasang kaki atau lebih dengan
tubuhnya yang bulat memanjang (silinder), beberapa segmen menyatu dan pada
setiap segmen terdapat dua pasang kaki. Hidupnya sebagai herbivore dan banyak
dijumpai di bawah serasah, bebatuan, atau di dalam tanah, serta selalu menghindr
dari cahaya (Nurhadi dan Febri, 2018).
Subkelas Apterygota merupakan serangga yang tidak bersayap, tipe
mulutnya menggigit, antena panjang tidak beruas–ruas dan terdiri dari empat
ordo, yaitu Protura, Diplura, Collembola, dan Thysanura. Ordo-ordo tersebut
merupakan kelompok serangga yang tidak mengalami metamorphosis
(ametabola), contohnya Lepisma sp. Subkelas Pterygota merupakan kelompok
Insekta yang memiliki sayap. Kelompok bersayap ini bisa dibagi-bagi
berdasarkan proses metamofosisnya, yaitu hemimetabola yang merupakan
kelompok serangga bersayap yang mengalami metamrfosis tidak sempurna.
Holometabola merupakan kelompok serangga bersayap yang mengalami
metamorphosis sempurna (Hasan et al., 2014).
Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODE PRAKTIKUM
Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN DESKRIPSI
Keterangan :
1. Antenna 5. Pereiopods
2. Rostum 6. Kaliped
3. Somite 7. Rima Oris
4. Telson 8. Uropods
Deskripsi:
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat diketahui bahwa
Penaeus monodon atau udang memiliki capit yang berfungsi untuk melindungi
diri dari mangsa dan mencari makan. Udang kepala dan tubuh yang menyatu dan
pada kaki dalam satu ruasnya terdapat satu pasang kaki. Menurut Murtidjo (2007),
tubuh udang terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kepala hingga dada dan
abdomen yang meliputi bagian perut dan ekor. Bagian kepala hingga dada disebut
cephalothorax, dibungkus kulit kitin yang tebal atau carapace. Bagian ini terdiri
dari kepala dengan lima segmen dan dada dengan delapan segmen. Bagian
abdomen terdiri atas enam segmen dan satu telson.
Universitas Sriwijaya
4.2. Valanga sp.
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Fylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo :Orthoptera
Family : Acrididae
Genus : Valanga
Spesies : Valanga sp.
Nama Umum : Belalang
Keterangan :
1. Thorax 4. Abdomen
2. Dorsal valve 5. Pronotum
3. Opipositor 6. Legmen
Deskripsi :
Tubuh Valanga sp dibagi atas 3 bagian diantaranya kepala, dada dan
abdomen. Belalang memiliki thorax, thorax pada belalang terdiri dari 3 segmen.
Menurut Rokhmah (2016), tiga segmen thorax terdiri dari anterior, prothorax,
mempunyai dorsal lebar atau pronotum. Pada segmen yang tengah, mesothorax
dan posterior, berukuran kecil. Pada mesothorax dan metathorax masing-maasing
terdapat sayap. Belalang memiliki dua antena, mempunya abdomen, dan
mempunyai kaki yang panjang pada bagian belakang, kaki belakang ini fungsinya
untuk melompat dan pada kaki belakang ini mempunyai duri untuk perlindungan
diri.
Universitas Sriwijaya
4.3. Scolopendra sp.
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Fylum : Arthropoda
Class : Myriapoda
Ordo :Centipedes
Family : Scolopendridae
Genus : Scolopendra
Spesies : Scolopendra sp
Nama Umum : Kelabang
Keterangan :
1. Antenna
2. Rahang beracun
3. Oselus
4. Segmen tubuh
5. Legmen
6. Tergum
7. Intertergite
Deskripsi:
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat diketahui bahwa
kelabang merupakan salah satu hewan karnivora yang beracun dengan memiliki
bentuk tubuh yang pipih. Kelabang memiliki sepasang kaki dalam setiap ruasnya.
Menurut Susanto (2009), lipan dan kelabang merupakan hewan karnivora
terrestrial. Anggota badan kelabang terdapat kelenjar racun yang berujung pada
kaki tersebut. kaki-kakinya sebagai anggota gerak pada ruas pertama sangat kuat,
pada ujungnya terdapat kuku yang berbentuk kait. Batas anatara badan dan kepala
pada kelabang tidak kelihatan nyata. Kepalanya memiliki sepasang antena dan
tiga pasang anggota badan yang dimodifikasi sebagai bagian mulut, yang meliputi
mandibula yang mirip rahang.
Universitas Sriwijaya
4.4. Julus virgatus
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Fylum : Arthropoda
Class : Myriapoda
Ordo :Diplopoda
Family : Juluidae
Genus : Julus
Spesies : Julus virgatus
Nama Umum : Kaki seribu
.
Keterangan :
1. Antenna 5. Pereiopods
2. Rostum 6. Kaliped
3. Somite 7. Rima Oris
4. Telson 8. Uropods
Deksripsi :
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil
Julus virgatus ini memiliki panjang sekitar 55 mm dengan warna kecoklatan.
Memiliki tubuh yang tersegmentasi, kepalanya pendek dan memiliki banyak
pasang kaki, khasnya anggota ini memiliki dua pasang kaki pada setiap ruasnya.
Menurut Prasetiyo (2014), satu segmen terdapat dua pasang tungkai pada
tubuhnya. Melingkarkan tubuh jika dirinyadalam bahaya. Ordo Spirobolida
berbeda dengan ordo Julida karena mempunyai stipit gnatokilarium terpisah. Ordo
ini dapat mencapai panjang100 mm.
Universitas Sriwijaya
4.5. Blaberus giganteus
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Fylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo :Orthoptera
Family : Blattidae
Genus : Blaberus
Spesies : Blaberus giganteus
Nma Umum : Kecoak
Keterangan :
1. Antenna 5. Tergum
2. Protharax 6. Abdomen
3. Elytron 7. Homoecoel
4. Cercus
Deskripsi:
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat diketahui bahwa
Blaberus giganteus atau kecoa memiliki bentuk tubuh yang pipih dan memiliki
antena pada bagian kepalanya. Tubuh kecoa pada umumnya berwarna cokelat
hingga coklat kehitaman dan memiliki sayap. Kecoa sering ditemukan pada
tempat yang gelap. Menurut Surono et al. (2016), kecoa adalah insekta yang
umumnya menyukai habitat yang gelap dan lembap. Kecoa merupakan jenis
serangga yang sayap dan tubuhnya berwarna cokelat. Kecoa umunya akan aktif
pada malam hari atau siang hari di tempat-tempat yang gelap. Satu ekor kecoa
betina dalam satu siklus hidupnya dapat menghasilkan 300-400 anak kecoa.
Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN
Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN
Universitas Sriwijaya