Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan Arthropoda di alam dipengaruhi oleh faktor internal tubuh
serangga itu sendiri dan faktor lingkungan sekitarnya. Faktor dalam diantaranya
kemampuan berkembang biak, perbandingan kelamin, sifatnya mempertahankan
diri, siklus hidup, dan umur imago. Sedangkan faktor luar meliputi faktor fisik,
makanan, dan hayati. Faktor hayati merupakan faktor yang ada di lingkungan
yang dapat berupa serangga dan binatang lainnya bakteri, jamur, virus. Beberapa
faktor hayati ini dapat dimanfaatkan sebagai pengendalian hayati yang dapat
memberantas hama dengan memanfaatkan musuh alami (Kirana, 2015).
Arthropoda pada umumnya mempunyai peran penting bagi ekosistem, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Tanpa kehadiran suatu serangga, maka
kehidupan suatu ekosistem akan terganggu dan tidak akan mencapai suatu
keseimbangan. Peranan serangga dalam ekosistem diantaranya adalah sebagai
polinator, dekomposer, predator (pengendali hayati), parasitoid (pengendali
hayati), hingga sebagai bioindikator bagi suatu ekosisitem. Pada umumnya
Arthropoda tanah memiliki peran penting dalam perombakan bahan organik serta
berperan penting sebagai daur ulang di unsur hara tanah (Ardillah et al., 2014).
Gua yang terbentuk di dalam batuan gamping menciptakan sebuah habitat
bagi makhluk hidup khususnya Arthropoda. Kondisi gua yang gelap total, iklim
lokal yang stabil dan sumber bahan organik yang terbatas menciptakan habitat
unik dan menarik untuk dipelajari. Kehidupan fauna di dalamnya pun menjadi
obyek penelitian yang menarik karena kemampuan adaptasi yang berbedabeda
(Rahmadi dan Yayuk, 2014).
Intensitas cahaya merupakan cahaya matahari yang berpengaruh terhadap
kehidupan organisme khususnya pada Arthropoda. Cahaya matahari bermanfaat
sebagai suatu penanda aktifitas tertentu oleh Arthropoda untuk memanfaatkan
sinar matahari sebagai proses mencari makan ataupun reproduksi. Arthropoda
memberikan peran penting dalam suatu ekosistem dalam program restorasi hutan,
namun dengan demikian keanekaragaman dan strukturnya sangat dipengaruhi

Universitas Sriwijaya
oleh faktor alam dan manusia. Iklim merupakan sebagai faktor alam, seringkali
mempengaruhi jenis dan keberadaan arthropoda tanah (Ardillah et al., 2014).
Kelimpahan arthropoda tanah pada setiap lahan ditentukan oleh dua faktor
yaitu faktor dari dalam (intrinsik) yaitu kecenderungan arthropoda tanah untuk
menyukai lingkungan dengan kondisi tertentu dan faktor luar (ekstrinsik) yang
terdiri dari faktor biotik dan abiotik. Arthropoda tanah akan melimpah jika kondisi
lingkungannya mendukung, kandungan oksigen dan adanya tempat berlindung
dari gangguan maupun predator (Indahwati et al., 2013).
Arthropoda tanah sebagai bioindikator yang sensitif terhadap perubahan
lahan karena faktor alamiah maupun lingkungan. Arthropoda tanah merupakan
metode yang cepat, mudah dan murah sebagai indikator yang sangat efektif dan
efisien serta mengurangi dampak dari fragmentasi habitat. Arthropoda tanah
berperan sebagai parasitoid di lokasi tahun pertama dan tahun kedua hanya
ditemukan satu famili yaitu Larva Noctuidae dalam jumlah yang sedikit
(Ardillah et al., 2014).
Arthropoda tanah merupakan kelompok terbesar diantara fauna tanah.
Perdebatan mengenai jumlah jenis Arthropoda tanah masih terus berlangsung
apakah 30 juta atau 50 juta spesies. Insect, Arachnida dan Arthropoda tanah
menurut perkiraanjumlahnya sekitar 75% dari satu juta spesies binatang yang
sudah dikenal dunia saat ini. Arthropoda tanah mempunyai tingkat
keanakaragaman takson yang tidak kalah dibandingkan dengan kelompok fauna
yang hidup di atas permukaan tanah dan perairan (Rohyani dan Farista, 2013).
Arthropoda tanah berperan dalam membantu merombak bahan organikyang
keberadaanya sudah tidak diragukan lagi. Arthropoda tanah juga berperan sebagai
pemakan detritus serangga dan pendaur ulang nutrisi yang terkandung di dalam
bahan organikmati. Proses dekomposisi dipengaruhi secara langsung dan tidak
langsung oleh keberadaan Artropoda tanah. Mobilitas fauna di dalam tanah
dipengaruhi oleh adanya perubahan suhu dan kelembaban di atas permukaan
tanah, serta karbon dioksida di dalam pori-pori tanah (Indahwati et al., 2013).

1.2. Tujuan Praktikum


Praktikum ini bertujuan untuk mengamati hewan dari filum Arthropoda
serta bagian-bagian dari kelasnya dan mengklasifikasikannya.

Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Arthropoda


Arthropoda merupakan filum yang memiliki anggota spesies terbesar dalam
kerajaan Animalia. Sebagian besar Arthropoda banyak dikenal dalam kehidupan
sehari-hari karena manusia berinteraksi dengan Arthropoda. Arthropoda
dikelompokkan menjadi dua golongan besar, yaitu Subfilum Chelicerata dan
Subfilum Mandibulata. Belangkas dan laba-laba tergolong dalam kelompok
Subfilum Chelicerata, sedangkan udang, kepiting, kaki seribu, dan serangga
tergolong dalam kelompok Subfilum Mandibulata (Leksono, 2017).
Kemampuan berkembang biak suatu jenis Arthropoda dipengaruhi oleh
kepribadian dan frekunditas serta waktu perkembangan
(kecepatan berkembangbiak). Perbandingan kelamin adalah perbandingan antara
jumlah individu jantan dan betina yang diturunkan. Seperti halnya hewan lain,
Arthropoda dapat diserang oleh berbagai musuh. Arthropoda dalam
mempertahankan hidup, Arthropoda memiliki alat atau kemampuan untuk
mempertahankan diri dan melindungi dirinya dari serangan musuh. Kebanyakan
Arthropoda akan berusaha lari bila serangan musuhnya dengan cara terbang, lari,
meloncat, berenang, dan menyelam (Hasan et al., 2014).
Arthropoda merupakan kelompok takson yang penting dalam gua karena
kontribusi yang besar baik keanekaragaman maupun kelimpahan individu di
dalam gua. Banyak Arthropoda yang menarik karena telah mengalami proses
adaptasi sehingga dimungkinkan ditemukan jenis baru. Perannya dalam
lingkungan gua pun cukup penting karena sumbangan yang sangat besar bagi
jaring-jaring makanan dalam gua (Rahmadi dan Yayuk, 2014).
Spesies Arthropoda saat ini diperkirakan terdiri dari 940,017 spesies yang
telah diidentifikasi di seluruh dunia. Di antara spesies-spesies tersebut, kelas
Insekta (serangga) memiliki komposisi jumlah terbesar yaitu sekitar 86,5%,
Arachnida 7,4%, Malocostraca 3%, dan lainnya 3%. Jumlah tersebut diperkirakan
262 sampai 1000 spesies serangga dan arachnida hidup dalam satu hektar

Universitas Sriwijaya
agroekosistem di temperata dan tropis. Komunitas Arthropoda sangat rentan
terhadap gangguan aktivitas manusia (Leksono, 2017).

2.2. Ciri-ciri Arthropoda


Arthropoda berasal dari kata Arthres yang berarti bersendi-sendi dan
podos/poda berarti kaki. Arthropoda merupakan filum terbesar dalam kingdom
Animalia. Ciri-ciri umum arthropoda antara lain memiliki appendage yang
beruas, tubuh simetris bilateral, tubuh beruas-ruas dan terbungkus oleh kitin yang
merupakan eksoskeleton. Terdapat bagian-bagian tubuh yang tidak berkitin
sehingga ruas-ruas itu mudah digerakkan. Sistem saraf berupa tangga tali dan
coelom berukuran kecil serta berisi darah atau homocoloem
(Nurhadi dan Febri, 2018).
Arthropoda memiliki kisaran suhu tertentu dimana dia dapat hidup.Diluar
kisaran suhu tersebut Artrhopoda akan mati kedinginan atau kepanasan.
Umumnya kisaran suhu yang efektif adalah suhu minimum 15°C, suhu optimum
25°C dan suhu maksimum 45°C. Beberapa aktifitas Arthropoda dipengaruhi oleh
responnya terhadap cahaya, sehingga timbul jenis Arthropoda yang aktif pada
pagi, siang, sore, atau malam hari. Cahaya matahari dapat mempengaruhi aktifitas
dan distribusi lokalnya. Angin berperan dalam membantu penyebaran Arthropoda
terutama bagi Arthropoda yang berukuran kecil (Hasan et al., 2014).

2.3. Jenis-jenis Arthropoda


Laba-laba merupakan hewan pemangsa (karnivora), bahkan kadang-kadang
kanibal. Mangsa utamanya adalah serangga. Hampir semua jenis laba-laba,
dengan perkecualian sekitar 150 spesies dari suku Uloboridae dan Holarchaeidae,
dan subordo Mesothelae, mampu menginjeksikan bisa melalui sepasang taringnya
kepada musuh atau mangsanya (Nurhadi dan Febri, 2018).
Crustaceae merupakan organisme multiseluler yang memiliki kulit keras,
organisme ini tumbuh dalam sistem yang cukup stabil, yang menggunakan
organisme yang lebih kecil sebagai sumber makanan utamanya. Kelas Myriapoda
dibagi menjadi dua subkelas, yaitu diplopoda dan Chilopoda. Ciri-ciri dari kelas
Myriapoda adalah semua anggotanya hidup di darat, tubuhnya terdiri dari caput
(kepala) yang memiliki sepasang antenna, sepasang mata, dan dua atau tiga
pasang rahan. Kelas Myriapoda badannya terbagi ke dalam ruas-ruas dengan

Universitas Sriwijaya
ukuran yang relatif sama, masing-masing memiliki sepasang kaki (Nurhadi dan
Febri, 2018).
Kelas Insekta atau serangga merupakan kelas yang memilki anggota spesies
paling banyak, tidak saja untuk filum Arthropoda, namun untuk seluruh hewan
yang ada di alam ini, belalang, lalat, kutu, kupu–kupu, kumbang dan hewan kecil
lainnya termasuk ke dalam kelas Insekta ini. Diperkirakan ada kira–kira satu juta
spesies termasuk ke dalam kelas ini (Leksono, 2017).
Insekta merupakan hewan darat, sebagian kecil ada di air tawar dan sangat
jarang hidup di laut, tubuhnya biasanya terbagi atas tiga bagian yaitu gabian
kepala, bagian dada, dan bagian perut. Kepala berisikan enam buah segmen yang
dipadukan dan dilengkapi dengan sepasang mata campuran, sepasang antena dan
mulut yang diadaptasikan untuk mengunyah makanannya, menjadi alat yang
tajam untuk melumpuhkan lawan-lawannnya, untuk menembus benda-benda yang
keras, menjadi alat hisap, atau beradaptasi menjadi berbentuk seperti pipa
(Hasan et al., 2014).
Subkelas Diplopoda adalah hewan dari kelas Myriapoda yang sering disebut
sebagai salah satunya kaki seribu (millipedes), karena memiliki jumlh kaki yang
sangat banyak. Diplopoda umumnya memiliki 30 pasang kaki atau lebih dengan
tubuhnya yang bulat memanjang (silinder), beberapa segmen menyatu dan pada
setiap segmen terdapat dua pasang kaki. Hidupnya sebagai herbivore dan banyak
dijumpai di bawah serasah, bebatuan, atau di dalam tanah, serta selalu menghindr
dari cahaya (Nurhadi dan Febri, 2018).
Subkelas Apterygota merupakan serangga yang tidak bersayap, tipe
mulutnya menggigit, antena panjang tidak beruas–ruas dan terdiri dari empat
ordo, yaitu Protura, Diplura, Collembola, dan Thysanura. Ordo-ordo tersebut
merupakan kelompok serangga yang tidak mengalami metamorphosis
(ametabola), contohnya Lepisma sp. Subkelas Pterygota merupakan kelompok
Insekta yang memiliki sayap. Kelompok bersayap ini bisa dibagi-bagi
berdasarkan proses metamofosisnya, yaitu hemimetabola yang merupakan
kelompok serangga bersayap yang mengalami metamrfosis tidak sempurna.
Holometabola merupakan kelompok serangga bersayap yang mengalami
metamorphosis sempurna (Hasan et al., 2014).

Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 4 April 2018, bertempat di
Laboratorium Fisiologi Hewan Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya, Indralaya.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan yaitu bak preparat dan pinset. Bahan yang digunakan
adalah udang, kepiting, belalang, kalajengking,laba-laba, kelabang, dan kecoa.

3.3 Cara Kerja


Diambil objek atau preparat dengan hati-hati, terutama preparat awetan.
Diletakkan objek atau preparat tersebut diatas bak preparat. Diamati bagian-
bagiannya secara seksama. Digambar dan diberi keterangan objek atau preparat
tersebut, serta dideskripsikan dan ditulis klasifikasinya.

Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN DESKRIPSI

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, didapatkan hasil sebagai


berikut.
4.1. Penaeus monodon
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Fylum : Arthropoda
Class : Crustaceae
Ordo :.Decapoda
Family : Penaeidae
Genus : Panaeus
Spesies : Penaeus monodon
Nama Umum : Udang

Keterangan :
1. Antenna 5. Pereiopods
2. Rostum 6. Kaliped
3. Somite 7. Rima Oris
4. Telson 8. Uropods

Deskripsi:
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat diketahui bahwa
Penaeus monodon atau udang memiliki capit yang berfungsi untuk melindungi
diri dari mangsa dan mencari makan. Udang kepala dan tubuh yang menyatu dan
pada kaki dalam satu ruasnya terdapat satu pasang kaki. Menurut Murtidjo (2007),
tubuh udang terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kepala hingga dada dan
abdomen yang meliputi bagian perut dan ekor. Bagian kepala hingga dada disebut
cephalothorax, dibungkus kulit kitin yang tebal atau carapace. Bagian ini terdiri
dari kepala dengan lima segmen dan dada dengan delapan segmen. Bagian
abdomen terdiri atas enam segmen dan satu telson.

Universitas Sriwijaya
4.2. Valanga sp.
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Fylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo :Orthoptera
Family : Acrididae
Genus : Valanga
Spesies : Valanga sp.
Nama Umum : Belalang
Keterangan :
1. Thorax 4. Abdomen
2. Dorsal valve 5. Pronotum
3. Opipositor 6. Legmen

Deskripsi :
Tubuh Valanga sp dibagi atas 3 bagian diantaranya kepala, dada dan
abdomen. Belalang memiliki thorax, thorax pada belalang terdiri dari 3 segmen.
Menurut Rokhmah (2016), tiga segmen thorax terdiri dari anterior, prothorax,
mempunyai dorsal lebar atau pronotum. Pada segmen yang tengah, mesothorax
dan posterior, berukuran kecil. Pada mesothorax dan metathorax masing-maasing
terdapat sayap. Belalang memiliki dua antena, mempunya abdomen, dan
mempunyai kaki yang panjang pada bagian belakang, kaki belakang ini fungsinya
untuk melompat dan pada kaki belakang ini mempunyai duri untuk perlindungan
diri.

Universitas Sriwijaya
4.3. Scolopendra sp.
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Fylum : Arthropoda
Class : Myriapoda
Ordo :Centipedes
Family : Scolopendridae
Genus : Scolopendra
Spesies : Scolopendra sp
Nama Umum : Kelabang
Keterangan :
1. Antenna
2. Rahang beracun
3. Oselus
4. Segmen tubuh
5. Legmen
6. Tergum
7. Intertergite

Deskripsi:
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat diketahui bahwa
kelabang merupakan salah satu hewan karnivora yang beracun dengan memiliki
bentuk tubuh yang pipih. Kelabang memiliki sepasang kaki dalam setiap ruasnya.
Menurut Susanto (2009), lipan dan kelabang merupakan hewan karnivora
terrestrial. Anggota badan kelabang terdapat kelenjar racun yang berujung pada
kaki tersebut. kaki-kakinya sebagai anggota gerak pada ruas pertama sangat kuat,
pada ujungnya terdapat kuku yang berbentuk kait. Batas anatara badan dan kepala
pada kelabang tidak kelihatan nyata. Kepalanya memiliki sepasang antena dan
tiga pasang anggota badan yang dimodifikasi sebagai bagian mulut, yang meliputi
mandibula yang mirip rahang.

Universitas Sriwijaya
4.4. Julus virgatus
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Fylum : Arthropoda
Class : Myriapoda
Ordo :Diplopoda
Family : Juluidae
Genus : Julus
Spesies : Julus virgatus
Nama Umum : Kaki seribu
.
Keterangan :
1. Antenna 5. Pereiopods
2. Rostum 6. Kaliped
3. Somite 7. Rima Oris
4. Telson 8. Uropods

Deksripsi :
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil
Julus virgatus ini memiliki panjang sekitar 55 mm dengan warna kecoklatan.
Memiliki tubuh yang tersegmentasi, kepalanya pendek dan memiliki banyak
pasang kaki, khasnya anggota ini memiliki dua pasang kaki pada setiap ruasnya.
Menurut Prasetiyo (2014), satu segmen terdapat dua pasang tungkai pada
tubuhnya. Melingkarkan tubuh jika dirinyadalam bahaya. Ordo Spirobolida
berbeda dengan ordo Julida karena mempunyai stipit gnatokilarium terpisah. Ordo
ini dapat mencapai panjang100 mm.

Universitas Sriwijaya
4.5. Blaberus giganteus
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Fylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo :Orthoptera
Family : Blattidae
Genus : Blaberus
Spesies : Blaberus giganteus
Nma Umum : Kecoak

Keterangan :
1. Antenna 5. Tergum
2. Protharax 6. Abdomen
3. Elytron 7. Homoecoel
4. Cercus

Deskripsi:
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat diketahui bahwa
Blaberus giganteus atau kecoa memiliki bentuk tubuh yang pipih dan memiliki
antena pada bagian kepalanya. Tubuh kecoa pada umumnya berwarna cokelat
hingga coklat kehitaman dan memiliki sayap. Kecoa sering ditemukan pada
tempat yang gelap. Menurut Surono et al. (2016), kecoa adalah insekta yang
umumnya menyukai habitat yang gelap dan lembap. Kecoa merupakan jenis
serangga yang sayap dan tubuhnya berwarna cokelat. Kecoa umunya akan aktif
pada malam hari atau siang hari di tempat-tempat yang gelap. Satu ekor kecoa
betina dalam satu siklus hidupnya dapat menghasilkan 300-400 anak kecoa.

Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat diperoleh kesimpulan


sebagai berikut:
1. Kecoa memiliki tubuh pipih berwarna cokelat dan biasa berada ditempat
yang gelap dan lembap.
2. Udang memiliki kepala dan tubuh yang menyatu atau cephalothorax.
3. Kelabang memiliki kelenjar racun dan dalam satu ruas tubuhnya terdapat
sepasang kaki.
4. Kaki seribu termasuk dalam hewan herbivora dan memiliki dua pasang kaki
dalam setiap ruas tubuhnya.
5. Valanga sp mampu melakukan reproduksi secara cepat dan migrasi secara
besar-besaran.

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN

Sumber: (dokumen pribadi, 2018) Sumber: (dokumen pribadi, 2018)

Sumber: (dokumen pribadi, 2018) Sumber: (dokumen pribadi, 2018)

Sumber: (dokumen pribadi, 2018)

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai