Anda di halaman 1dari 94

UJIAN TENGAH SEMESTER

STRUKTUR BETON I

Dosen Pengampu : Dr. Ir. H. Sumirin, MS.

Disusun oleh:

Fenny Eka Agustiya (30202100088)

Kelas:
ASBT1

FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2022/2023
UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

BAB I

PENGGUNAAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA


BANGUNAN GEDUNG DAN BANGUNAN SIPIL

1.1 Pengertian

Beton bertulang adalah sebuah material yang menggabungkan dua bahan,


beton dan tulangan baja, di mana beton yang memiliki kekuatan dan elastisitas
rendah dan tulangannya yang memiliki kekuatan dan elastisitas tinggi sehingga
beton menjadi lebih kuat dan lebih elastis. Biasanya tulangan terbuat dari baja dan
ditanam di dalam beton sebelum beton tersebut dipasang. Hal ini umumnya
dilakukan untuk menahan tegangan pada daerah tertentu yang dapat menyebabkan
keretakan atau kegagalan struktural.

Beton bertulang modern mengandung berbagai macam bahan penguat seperti


baja, polimer, atau material lainnya, baik dengan tulang atau tidak. Beton bertulang
juga dapat mengalami tekanan permanen sehingga dapat meningkatkan sifat – sifat
struktur bangunan ketika dikenakan beban. Di Amerika Serikat, cara yang paling
sering digunakan untuk melakukan hal ini disebut dengan pre – tensioning dan post
– tensioning. Agar konstruksi yang dihasilkan kuat, elastis dan tahan lama, material
untuk tulang harus memiliki kekuatan yang tinggi, elastisitas yang tinggi, mampu
menempel beton dengan baik, tahan panas dan tahan korosi dan tekanan yang
berkelanjutan.

Beton bertulang banyak dipakai dalam sebuah konstruksi sebagai pelat,


dinding, balok, pilar, pondasi dan lainnya. Beton bertulang dapat dipasang melalui
2 cara, yaitu dicetak terlebih dahulu baru dipasang dan dicor di tempat. Perancangan
dan penerapan sistem lantai yang paling efisien adalah kunci untuk menciptakan
struktur bangunan yang optimal. Perubahan kecil dalam desain sistem lantai akan
berdampak besar pada biaya bahan, jadwal konstruksi, kekuatan, biaya operasi,
tingkat hunian dan penggunaan dari bangunan. Tanpa penguatan, membangun
struktur modern dengan material beton tidak mungkin dilakukan.

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 1


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

Beton bertulang pertama kali digunakan oleh François Coignet untuk


membangun struktur bangunan. Pada 1853, Coignet membangun struktur besi
beton bertulang pertama, rumah empat lantai di 72 rue Charles Michels di pinggiran
kota Paris. Deskripsi Coignet tentang beton bertulang menunjukkan bahwa dia tidak
melakukannya untuk menambah kekuatan pada beton tetapi untuk menjaga dinding
tetap tegak. Pada 1854, seorang insinyur asal Inggris, William B. Wilkinson,
memperkuat atap dan lantai beton di rumah dua lantai yang sedang dibangunnya.
Posisi penguatannya menunjukkan bahwa, tidak seperti pendahulunya, ia memiliki
pengetahuan tentang daya regang.

1.2 Jenis dan Fungsi Struktur Beton Bertulang


a. Kolom Beton
Kolom merupakan komponen suatu bangunan bertingkat yang berfungsi
sebagai penyalur beban yang berasal dari beban diatas plat, berat plat itu
sendiri, dan balok yang kemudian akan disalurkan ke pondasi. Pada umumnya,
kolom berbentuk bujur sangkar, persegi panjang atau bulat. Posisi penulangan
dapat dibentuk secara simetri atau mengelilingi tiap sisi.

Gambar 1.1 Kolom Beton


b. Tulangan Beton
Tulangan beton dapat berupa baja polos dan berulir. Tulangan harus
memiliki kekuatan yang tinggi, elastis, dapat menyatu dengan beton, tahan
panas serta tahan korosi dan tekanan yang berkelanjutan.

Gambar 1.2 Tulangan Beton

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 2


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

c. Balok Beton
Balok beton berfungsi untuk menyalurkan beban dari pelat ke kolom yang
pada akhirnya disalurkan ke pondasi. Pada umumnya, balok beton dicor secara
monolit dengan plat dan secara struktural bertulang tunggal atau gAnda.
Akibatnya, balok memiliki penampang persegi, berbentuk huruf T dan L.
Balok beton memiliki beberapa jenis penguatan, yaitu balok bertulang tunggal,
bertulang gAnda, kurang bertulang, bertulang lebih dan bertulang seimbang.

Gambar 1.3 Balok Beton


d. Plat Beton
Pelat beton adalah sebuah struktur yang dibuat untuk keperluan seperti
lantai bangunan, atap dan sebagainya dengan bidang permukaan yang arahnya
horizontal. Pada plat, beban akan bekerja secara tegak lurus kemudian
disalurkan ke dinding, balok, kolom, atau tanah karena letaknya yang ditumpu
oleh dinding, balok dan kolom atau bisa juga diletakan langsung di tanah.
Ketebalan bidang untuk plat sangatlah kecil bila dibandingkan dengan panjang
dan lebarnya. Plat dibagi menjadi 2 kategori berdasarkan perbandingan
panjang antara bentang panjang terhadap bentang pendek. Apabila nilai
perbandingan bentang panjang terhadap bentang pendek adalah lebih dari atau
sama dengan 2, maka plat tersebut dikategorikan sebagai plat satu arah. Jika
kurang dari 2, maka dianggap sebagai pelat dua arah.

Gambar 1.4 Plat Beton

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 3


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

1.3 Standarisasi karakteristik beton bertulang yang baik


1. Kepadatan, Beton yang memiliki struktur yang baik juga memiliki kepadatan
yang baik sehingga mampu menopang beban bangunan konstruksi sehingga
tidak mudah retak.
2. Kekuatan, Kekuatan adalah salah satu standarisasi yang harus dipenuhi pada
penggunaan beton untuk bangunan-bangunan konstruksi.
3. Faktor Air Semen, Selain kekuatan dan ketebalan, yang menentukan kualitas
struktur beton adalah penggunaan faktor air semen yang digunakan.
4. Tekstur, Tekstur yang dimiliki beton juga menentukan kualitasnya.
5. Parameter, Parameter adalah salah satu hal yang perlu diperhatikan yang juga
dapat mempengaruhi kualitas beton.

Pada struktur beton, terdapat beberapa komponen di antaranya adalah slab atau plat,
balok, kolom, dinding, serta pondasi untuk pembangunan gedung. Terdapat
berbagai macam beban yang bekerja serta dapat memengaruhi pada struktur beton
itu sendiri, beban tersebut di antaranya:

• Beban berupa beban gravitasi (berarah vertikal)


• Beban angin (berarah horizontal)
• Beban karena susut
• Beban karena perubahan temperatur (menyebabkan adanya lentur dan
deformasi pada elemen struktur).

Hal yang perlu Anda ketahui selanjutnya mengenai beban pada setrutur beton
adalah jika bebannya bertambah, maka pada balok berisiko terjadi deformasi dan
regangan tambahan. Akibatnya akan terjadi bertambahnya retak lentur disepanjang
bentang balok.

Selain itu, jika beban semakin bertambah pada akhirnya dapat terjadi keruntuhan
elemen struktur. Keruntuhan tersebut dapat terjadi pada saat beban luarnya
mencapai kapasitas elemen pada konstruksi bangunan.

Keruntuhan dapat terjadi pada beton secara mendadak. Hal tersebut dikarenakan
material yang satu ini merupakan material yang getas. Oleh sebab itu, nyaris semua
peraturan perencanaan merekomendasikan perencanaan balok dengan tulangan

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 4


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

untuk memberikan peringatan yang cukup. Misalnya, seperti defleksi yang


berlebihan sebelum terjadinya keruntuhan.

Sementara itu, untuk balok sendiri terdapat peraturan ACI yang membatasi tulangan
maksimum baja sampai 75% dari yang diperlukan. Terdapat 3 jenis bentuk
penampang balok, di antaranya:

1. Balok Tulangan Tunggal, yang hanya mempunyai tulangan tarik saja.


2. Balok Tulangan Ganda, mempunyai tulangan tarik dan tulangan ganda. Cara
perhitungan kapasitas momen/lentur balok dari berbagai kondisi dapat dihitung
beberapa cara yaitu, tulangan tarik dan tekan leleh, tulangan tarik leleh,
tulangan tekan tidak, tulangan tarik tidak leleh, tulangan tekan leleh, serta
tulangan tarik dan tekan tidak leleh.
3. Balok T, Jenis balok ini memiliki bentuk penampang balok yang tidak
berbentuk segiempat. Balok ini yang paling sering digunakan,karena slab pada
umumnya dicor secara monolith dengan baloknya.
1.4 Kelebihan dan Kekurangan Beton Bertulang
Dalam penggunaannya, beton bertulang memiliki beberapa kelebihan dan
kekurangan. Berikut:

Kelebihan Kekurangam
Bahan – bahannya mudah didapat Memerlukan penahan ketika proses
pengeringan.
Harganya lebih ekonomis dan biaya Memiliki bobot yang berat.
pemeliharaan yang rendah
Mudah dibentuk sesuai keinginan Membutuhkan cetakan dan tiang acuan
selama proses pengerjaan berlangsung.
Materialnya memiliki daya tahan Ukuran beton yang relatif besar
tekanan yang tinggi sehingga membutuhkan ruang instalasi
yang lebih luas.
Tahan api dan air Sifat beton bervariasi tergantung dari
bahan campuran dan cara
mengaduknya. Apabila pengadukan

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 5


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

tidak sempurna maka kualitasnya akan


berkurang.
Dapat dicetak menjadi berbagai bentuk Proses pembuatan adonan, penuangan
dan perawatan harus dilakukan secara
teliti untuk meminimalisir terjadinya
kesalahan.

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 6


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

BAB II
SIFAT-SIFAT BAHAN BETON, BAJA TULANGAN,
KLASIFIKASI MUTU BETON, MUTU BAJA TULANGAN
2.1 Sifat – Sifat Beton
• Sifat Beton Segar
1. Kemudahan pengerajaan (workability)
Kemudahan pengerjaan dapat dilihat dari nilai slump yang identik
dengan keplastisan beton/kelecakan beton. Semakin plastis beton,
semakin mudah pengerjaannya. Secara umum semakin encer beton segar
maka semakin mudah beton segar dikerjakan
2. Segregation
Kecenderungan butir-butir agregat kasar untuk melepaskan diri dari
campuran beton dinamakan segregasi. Hal ini akan menyebabkan darang
kerikil yang pada akhirnya akan menyebabkan keropos pada beton.
Segregasi ini disebabkan beberapa hal; (1) campuran kurus atau kurang
semen, (2) terlalu banyak air, (3) besar agregat maksimum lebih dari
40mm, (4) permukaan butir agregat kasar (semakin kasar permukaan
butir agregat semakin mudah segregasi)
Kecenderungan segregasi dapat dicegah jika ; (1) tinggi jatuh
diperpendek, (2) penggunaan air sesuai standear, (3) cukup ruangan
antara tulangan dan acuan, (4) ukurran agregat sesauia dengan syarat, (5)
pemadatan baik.
3. Bleeding
Kecenderungan air untuk naik kepermukaan beton yang baru
dipadatkan dinamakan bleeding. Air yang naik ini membawa semen dan
butir-butir halus pasir, yang pada saat beton mengeras nantinya akan
membnetuk selaput (laitance). Bleeding disebabkan; (1) susunan butir
agregat, (2) banyaknya air, (3) kecepatan hidrasi, (4) proses pemadatan.
Bleeding dapat dikurangi dengan cara; (1) member lebih banyak semen,
(2) Penggunakan air sedikit mungkin, (3) menggunakan butir halus lebih
banyak.

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 7


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

• Sifat Campuran Beton


1. Modulus Elastisitas Beton
Modulus elastisitas atau modulus Youngadalah ukuran kekerasan
(stiffness) dari suatu bahan tertentu. Modulus ini dalam aplikasi rekayasa
didefinisikan sebagai perbandingan tegangan yang bekerja pada sebuah
benda dengan regangan yang dihasilkan. Secara lebih rinci, modulus ini
adalah suatu angka limit untuk regangan – regangan kecil yang terjadi
pada bahan yang proporsional dengan pertambahan tegangan. Dan,
secara eksperimental, modulus ini dapat ditentukan dari perhitungan atau
pengukuran slope (kemiringan) kurva tegangan – regangan (stress –
strain) yang dihasilkan dalam uji tekan.
2. Kuat Tekan Beton
Kuat tekan beton mengindentifikasikan mutu dari sebuah struktur.
Semakin tinggi tingkat kekuatan struktur, semakin tinggi pula mutu
betonnya. Beton harus dirancang proporsi campurannya agar
menghasilkan suatu kekuatan rata-rata yang disayaratkan. Pada tahap
pelaksanaan konstruksi, beton telah dirancang campurannya haru
sdiproduksi sedemikan rupa sehingga memeperkecil terjadinya beton
dengan kuat tekan lebih rendah dari fc’ seperti yang telah disyaratkan.
Beberapa factor yang memepengaruhi kekuatan tekan betonn ; (1)
proporsi bahan-bahan penyusunya, (2) metode perancangan, (3)
perawatan, (4) keadaan pada saat pengecorana.
3. Permeabilitas
Beton ringan didapat dari pencampuran bahan-bahan agregat halus
dan kasar yaitu pasir, batu kerikil (batu apung) atau bahan semacam
lainnya, dengan menambahkan secukupnya bahan perekat semen, dan air
sebagai bahan
4. Sifat Panas
Pancaran panas akan sangat potensial, jika suhu sumber panas relatif
tinggi. Kedua secara konveksi yaitu udara panas yang
bertiup/bersinggungan dengan permukaan beton/mortar sehingga beton
menjadi panas. Bila tiupan angin semakin kencang, maka panas yang

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 8


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

dipindahkan dengan cara konveksi semakin banyak. Tjokrodimuljo


(2000) mengatakan bahwa beton pada dasarnya tidak diharapkan mampu
menahan panas sampai di atas 250 oC. Akibat panas, beton akan
mengalami retak, terkelupas (spalling), dan kehilangan kekuatan.
Kehilangan kekuatan terjadi karena perubahan komposisi kimia secara
bertahap pada pasta semennya.
2.2 Sifat – Sifat Baja Tulangan
Baja tulangan beton adalah baja yang berbentuk batang yang digunakan
untuk penulangan beton. Dalam perdagangan disebut juga besi beton.
Berdasarkan atas bentuk, baja tulangan terdiri dari baja tulangan polos dan baja
tulangan sirip (deform). Baja tulangan polos merupakan batang baja yang
permukaannya licin, sedangkan baja tulangan sirip merupakan batang dengan
bentuk permukaan khusus untuk mendapatkan pelekatan (bonding) pada beton
yang lebih baik daripada baja tulangan polos dengan luas penampang yang
sama.
Jenis-jenisnya:
a. Batang baja tulangan bersirip teratur
b. Batang baja tulangan yang dipuntir
Penamaan :
BjTp : baja tulangan polos
BjTd: baja tulangan sirip (deform)... '" ..(PUBI-1982)
Baja beton adalah suatu baja paduan yang terutama terdiri dari
persenyawaan unsur besi (Fe) dan unsur dari logam lain, misalnya : mangan
(Mn), tembaga (Cu), vanadium (V) dan niobium (Nb) serta non logam seperti
karbon (C), silisium (Si), fosfor (P), dan belerang (S). Sifat-sifat dari baja
sangat tergantung dari kadar karbon. Disebabkan kadar karbon yang sedikit
saja telah cukup mengubah besi lunak dan liat menjadi mekanisasi keseluruhan
yang lain. Makin tinggi kadar karbon, semakin kuat, semakin keras serta
semakin kurang liat. (Ahmad Antono)
Karena itu pengerjaannya lebih sukar terutama trntuk baja dengan kadar
karbon 0,3 %. Pengaruh fosfor dari belerang terhadap baja kurang
menguntungkan (kegetasan) dan· hanya boleh mengandung persentase yang

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 9


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

kecil (sampai sekitar 0,6 %). Disamping unsur karbon, baja yang dipadu
dengan mangan, vanadium dan silicium kekuatannya akan meningkat
sedangkan paduan dengan tembaga daya tahan korosi diperbesar. (R.Sagel,
P.Kole, Gideon 1993)
• Sifat Mekanis Baja Tulangan

Gambar 2.1 Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia


(Sumber: PUBI-1982)
Tegangan putus Tegangan leleh Peregangan
Jenis Baja minimum, fu minimum, y f minimum
(MPa) (MPa) (%)
BJ 34 340 210 22
BJ 37 370 240 20
BJ 41 410 250 18
BJ 50 500 290 16
BJ 55 550 410 13
Gambar 2.2 Sifat mekanis baja struktural

(Sumber: Amon dkk, 1996)

Gambar 2.3 Jenis Mutu Baja

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 10


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

Sifat-sifat mekanis lainnya, Sebagai berikut:

• Modulus elastisitas : E = 200.000 Mpa


• Modulus geser : G = 80.000 Mpa
• Nisbah poisson : μ = 0,3
• Koefisien pemuaian : á = 12 x 10 -6 / o C
2.3 KLASIFIKASI MUTU BETON
Mutu beton merupakan pengklasifikasian jenis beton yang digunakan
dalam konstruksi untuk berbagai jenis pengaplikasian. Pengaplikasian beton
untuk berbagai jenis bagian tentu mempunyai mutu atau kualitas yang berbeda.
Perbedaan ini ada pada campuran bahan dalam pembuatan beton yang meliputi
perbandingan agregat di dalamnya.
Untuk pengklasifikasian beton sendiri berdasarkan kelas dan mutunya
dimulai dari K-100 hingga K-500. Kode huruf K disini maksudnya adalah
untuk menunjukan kuat tekan beton dalam setiap cm2. Dan untuk angka yang
ada di belakangnya menunjukkan jumlah beban untuk setiap Kg (Kilogram).
Jadi yang dimaksud dengan jenis beton K-100 adalah beton yang dapat
menahan beban (tekanan) hingga 100 kg/cm2. Dengan semakin besar angka
yang ada di belakang huruf K ini berarti kualitas beton akan semakin bagus.
Hal ini karena kuat tekan beton juga semakin tinggi.
Sedangkan untuk kelasnya, beton dibagi menjadi 3 kelas yaitu I, II, III.
Penjelasan lebih lengkapnya adalah sebagai berikut :
a. Beton Kelas I
Beton yang termasuk dalam kelas I adalah K-100, K125, K-150, K-175,
dan K-200. Beton kelas I diaplikasikan dalam pengecoran non struktural
atau beton yang tidak menggunakan tulangan beton.
b. Beton Kelas II
Beton yang masuk dalam kelas ini adalah K-225, K-250 dan K-275. Jenis
kelas beton ini umumnya diaplikasikan pada pekerjaan struktur, contohnya
adalah pengecoran lantai, jalan, kolom, pondasi, sloof dan lain sebagainya.
c. Beton Kelas III
Beton kelas III ini meliputi K-325, K-350, K-375, K450 dan K-500. Kelas
beton ini merupakan klasifikasi beton khusus. Contohnya adalah jenis beton

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 11


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

yang digunakan untuk balok dan lantai jembatan, landasan pacu, dermaga,
fly over, underpass dan lainnya.
Beton ready mix dengan mutu K-225, K-250 dan K-275 biasa
diaplikasikan pada proyek pembangunan rumah 2 lantai. Jenis mutu tersebut
cocok untuk membangun rumah yang kuat dan kokoh. Sedangkan beton
manual yang biasa kita buat adalah beton setara mutu K-200 dengan campuran
1 semen : 2 pasir : 3 koral. Namun hal ini kembali lagi tergantung dari kualitas
semen dan koral yang digunakan.
2.4 MUTU BAJA TULANGAN
Sesuai dengan PBI 71 N I .2 pasal 3.7 maka setiap baja tulangan maupun
baja yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik baja ,yang terkenal dapat dipakai. Pada
umumnya setiap pabrik baja tulangan mempunyai standard mutu dan jenis baja
sesuai dengan yang berlaku di negara yang bersangkutan. Pada umumnya baja
tulangan yang terdapat di pasaran Indonesia dapat dibagi dalam mutu, lihat
tabel:

Tegangan leleh karakteristik


atau tegangan karakteristik
yang memberikan regangan
Mutu Sebutan tetap 0,2 %

Baja lnkBaja
U-22U-24 lnk 2200-2400

U-32 Baja Sdg 3200

U-39 Baja Krs 3900

U-48 Baja Krs 4800

Keterangan:
Yang dimaksud dengan tegangan leleh karakteristik dan tegangan
karakteristik yang memberikan regangan 0,2% adalah tegangan yang
bersangkutan ,dimana dari sejumlah besar hasil-hasil pemeriksaan

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 12


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

kemungkinan adanya tegangan yang kurang dari tegangan tersebut ,terbatas


sampai 5 % saja.
Apabila baja tulangan dengan mutu yang meragukan (yang dikeluarkan
oleh pabrik yang kurang dikenal), maka baja tulangan tersebut harus diperiksa
oleh lembaga pemeriksaan bahan yang telah diakui.
Baja Tulangan Ada dua Jenis, Yaitu:
1. Baja tulangan polos (BJTP)
2. Baja tulangan deform (BJTD), yaitu baja tulangan yang diprofilkan.
Pengujian Tarik Baja Tulangan adalah suatu pengujian yang bertujuan
untuk mencari nilai-nilai tegangan leleh, tegangan maksimum, regangan leleh,
regangan maksimum , modulud elastisitas baja tulangan. Dari hasli pengujian
tersebut akan diketahui kekuatan dan mutu dari baja tulangan tersebut.
➢ Pengujian Lengkung
Percobaan lengkung adalah pengujian mekanis secara statis dengan
maksud untuk mengetahui sifat mampu lengkung dari logam yang
digunakan sebagai bahan uji.
➢ Pengujian Pukulan (impact Loading Test).
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui sifat bahan
logam yang mengalami beban bentur atau kejut pada berbagai temperatur.

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 13


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

BAB III
TEORI, RUMUS-RUMUS, DAN CONTOH SOAL BALOK
MENAHAN MOMEN LENTUR (Mu) DAN GAMBAR
PENULANGAN
3.1 Teori
Beton merupakan material yang sangat mendominasi bahan untuk
kontruksi. Hal ini disebabkan bahan pembuatanbeton mudah didapat, lebih
murah dan lebih praktis dalam pengerjaan serta mampu menahan beban yang
besar. Beton juga banyak mengalami perkembangan baik dalam teknologi
pembuatan campurannya ataupun dalam pelaksanaannya. Bahan-bahan dasar
pembuatan beton adalah semen, pasir, kerikil dan air. Perkembangan beton
yang telah dikenal luas adalah kombinasi antara material beton dan baja
tulangan yang digabungkan menjadi satu kesatuan konstruksi yang dikenal
dengan beton bertulang.
Beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah
tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum yang direncanakan.
Kekuatan, keawetan dan sifat Beton Bertulang yang lain tergantung dari sifat-
sifat bahan dasar pembentuknya, nilai perbandingan bahanbahannya, serta
jumlah dan luas tulangan yang terdapat pada beton tersebut.
Dalam konstruksi baton bertulang, kadang perlu dilakukan penempatan
tulangan dengan cara bundel. Hal ini diperlukan karena batasan dimensi
elemen struktur. Dengan bundel tulangan akan menghasilkan elemen
struktur yang lebih kecil dan memudahkan dalam proses pemadatan adukan
beton.
Beton bertulang adalah beton struktural yang ditulangi dengan tidak lebih
dari jumlah baja prategang atau tulangan non-prtategang minimum yang
ditetapkan.Beton bertulang merupakan gabungan dari dua jenis bahan, yaitu
beton polos, yangmemiliki kekuatan tekan yang tinggi akan tetapi kekuatan
tariknya rendah. dan batanganbaja yang ditanamkan di dalam beton yang dapat
memberikan kekuatan Tarik yang diperlukan. Misalnya pada baloktulangan
baja diletakkan di daerah tarik.

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 14


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

Baja karbon atau baja paduan yang berbentuk batang berpenampang


bundar dengan permukaan polos atau sirip/ulir dan digunakan untuk
penulangan beton. Baja ini diproduksi dari bahan baku billet dengan cara canai
panas (hot rolling). Berdasarkan bentuknya, baja tulangan beton dibedakan
menjadi 2 (dua) jenis yaitu baja tulangan beton polos (BJTP) dan baja tulangan
beton sirip (BJTS).
Sifat fisik batang tulangan baja yang paling penting untuk digunakan
dalam perhitungan perencanaan beton bertulang ialah tegangan luluh (fy) dan
modulus elastisitas {Es). Tegangan luluh (titik luluh) baja ditentukan melalui
prosedur pengujian standar dengan ketentuan bahwa tegangan luluh adalah
tegangan baja pada saat meningkatnya tegangan tidak disertai lagi dengan
peningkatan regangannya. Di dala perencanaan atau analisis beton bertulang
umumnya nilai tegangan baja tulangan diketahui atau ditentukan pada awal
perhitungan.
Modulus elastisitas baja tulangan ditentukan berdasarkan kemiringan
kurva tegangan-regangan di mana antara mutu baja yang satu dengan yang
lainnya tidak banyak bervariasi. Ketentuan SK. SNI T-15-1991-03.
1993menetapkan bahwa nilai modulus elastisitas baja adalah 200000 Mpa,
sedangkan modulus elastisitas untuk tendon prategang harus dibuktikan dan
ditentukan melalui pengujian atau dipasok oleh pabrik produsen.
➢ Jenis-Jenis Balok Beton Bertulang
Balok adalah elemen struktur yang menyalurkan beban-beban dari
pelat ke kolom penyangga yang vertikal. Dalam kontruksi gedung
biasanya balok dibagi menjadi tiga penampang yaitu balok L, T dan
persegi.
a. Balok persegi

Gambar 3.1 Penampang balok persegi dengan tulangan rangkap

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 15


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

Keterangan :
• H = tinggi balok,
• b = lebar balok,
• d = tinggi balok dari tepi serat yang tertekan ke pusat
tulangan tarik,
• As = luas tulangan tarik dan
• A′s = luas tulangan tekan
Untuk perencanaan lebar efektif dan tebal balok sudah diatur dalam
SNI-03-2847-2002 tentang tata cara perhitungan struktur beton untuk
bangunan gedung. SNI-03-2847-2002 menyajikan tinggi minimum
balok sebagai berikut ini.
a. Balok di atas dua tumpuan h min = L/16.
b. Balok dengan satu ujung penerus hmin = L/18,5.
c. Balok dengan kedua ujung penerus hmin = L/21.
d. Balok kantilever hmin = L/8, dengan L = panjang bentang dari
tumpuan ke tumpuan.
b. Balok L/T

Gambar 3.2 Penampang balok T dan balok L (Priyosulistyo, 2010)


Keterangan :
• hf = Tebal sayap,
• b = lebar balok,
• w = jarak bersih antar balok
• be = lebar sayap

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 16


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

Sedangkan untuk ketentuan lebar balok T dan L, ( SNI-2847-2013)


sebagai berikut ini.
a. Pada konstruksi balok T, sayap dan balok harus dibangun menyatu
atau bila tidak harus dilekatkan bersama secara efektif.
b. Lebar slab efektif sebagai sayap balok T tidak boleh melebihi seper
empat panjang bentang balok, dan lebar efektif sayap yang
menggantung pada masing-masing sisi badan balok tidak boleh
melebihi :
1. Delapan kali tebal slab, dan
2. Setengah jarak bersih ke badan di sebelahnya.
c. Untuk balok dengan slab pada suatu sisi saja, lebar efektif yang
menggantung tidak boleh melebihi :
3. Panjang bentang balok,
4. Enam kali tebal slab, dan
5. Setengah jarak bersih ke badan disebelahnya.
➢ Bundel Tulangan
Bundel tulangan merupakan kumpulan dari tulangan sejajar yang
diikat dalam satu bundel sehingga bekerja dalam satu kesatuan tidak boleh
terdiri lebih dari empat tulangan per bundel. Bundel tulangan harus
dilingkupi oleh sengkang atau sengkang pengikat. Pada balok, tulangan
yang lebih besar dari D-36 tidak boleh dibundel. Masing-masing batang
tulangan yang terdapat dalam satu bundel tulangan yang berakhir dalam
bentang komponen struktur lentur harus diakhiri pada titik-titik yang
berlainan, paling sedikit dengan jarak 40 db secara berselang.

Gambar 3.3 Jenis –jenis bundle tulangan


Sumber: E. Walujodjati, 2021
Adanya persyaratan jarak bersih antartulangan dan persyaratan luas
tulangan menghendaki penggabungan tulangan di dalam beberapa batang
yang sejajar. Batang batang tulangan yang digabungkan menjadi satu
kesatuan disebut bundel tulangan. Bundel tulangan tersebut tidak boleh

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 17


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

lebih dari 4 batang[7].Untuk diameter tulangan yang sama dalam satu


bundel diameter ekuivalennya (de) adalah
de = db √2 untuk 2 tulangan dalam satu berkas (1)
de = db √3 untuk 3 tulangan dalam satu bundel (2)
de = 2.db untuk 4 tulangan dalam satu bundel (3)
➢ Balok Lentur
Tegangan lentur pada balok diakibatkan oleh regangan yang timbul
karena adanya beban luar. Apabila beban bertambah maka pada balok
akan terjadi deformasi dan regangan tambahan yang mengakibatkan retak
lentur disepanjang bentang balok. Bila beban semakin bertambah, pada
akhirnya terjadi keruntuhan elemen struktur. Taraf pembebanan yang
demikian disebut keadaan limit dari keruntuhan pada lentur.Balok
merupakan elemen struktur yang menyalurkan beban-beban pelat lantai
ke kolom penyangga yang vertikal. Dengan menggunakan prinsip
keseimbangan statika ditentukan besar momen lentur dan geser yang
terjadi pada setiap penampang balok yang bekerja menahan beban.
Penampang Balok Bertulangan Kurang (Underreinforced)
penampang ini adalah penampang dengan jumlah tulangan baja tarik
kurang dari jumlah tulangan yang diperlukan untuk mencapai
keseimbangan regangan (As < Asb).Dalam kondisi ini regangan baja tarik
ɛs > ɛy dan tegangan baja tarik fs = fy yang berarti tulangan baja tarik
sudah lebih dulu leleh sebelum beton tekan hancur.
➢ Pembebanan Pada Balok
Buku Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan
Gedung (PPPURG, 1987) beban yang terjadi pada srtuktur bangunan
diakibatkan oleh
a. Beban mati
Beban mati adalah berat dari semua bagian gedung yang bersifat
tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian-penyelesaian,
mesin-mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian tak
terpisahkan dari gedung

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 18


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

b. Beban hidup
Beban hidup adalah beban yang terjadi akibat penghunian atau
penggunaan suatu gedung, dan kedalamnya termasuk beban-beban
pada lantai yang berasal dari barang-barang yang dapat terpindah,
mesin-mesin serta peralatan yang tidak merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari
gedung itu, sehingga mengakibatkan perubahan dalam pembebanan
lantai dan atap tersebut. Khusus pada atap kedalam beban hidup dapat
termasuk beban yang berasal dari air hujan, baik akibat genangan
maupun tekanan jatuh (energi kinetik) butiran air.
c. Beban angin
Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau
bagian dari gedung yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara.
d. Beban gempa
Beban gempa yaitu semua beban statik ekuivalen yang bekerja pada
gedung atau bagian dari gedung yang menirukan pengaruh dari
gerakan tanah akibat gempa itu. Dalam hal pengaruh gempa pada
struktur gedung ditentukan berdasarkan suatu analisa dinamik, maka
yang diartikan beban gempa disini adalah gaya-gaya yang terjadi oleh
gerakan tanah akibat gempa itu.
e. Beban khusus
Beban khusus adalah semua beban yang terjadi pada gedung atau
bagian dari gedung yang terjadi akibat selisih suhu, pengangkutan dan
pemasangan, penurunan fondasi, susut, gaya-gaya tambahan yang
berasal dari beban hidup seperti gaya rem yang berasal dari kran, gaya
setrifugal dan gaya dinamis yang berasal dari mesin-mesin, serta
pengaruh pengaruh khusus lainya.
Acuan yang dipakai dalam analisis pembebanan ini adalah tata cara
perencanaan pembebanan untuk rumah dan gedung (SNI 03-2847-
2002) acuan tersebut memuat kombinasi pembebanan oleh beban mati
(D), beban hidup (L), beban angin(W), beban gempa (E) dan beban

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 19


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

khusus (A = atap dan R = hujan) kombinasi tersebut antara lain


sebagai berikut ini.
1. Beban perlu (terfaktor) = 1,4D atau 1,2D+1,6L+0,6(A atau R)
2. Beban sementara angin = 1,2D+1,0 L ±1,6 W + 0,5(A atau R)
atau = 0,9 D ± 1,6 W (3.4)
3. Beban gempa = 1,2 D + 1,0 L ± 1,0 E
atau = 0,9 D ± 1,0 E
Pembebanan khusus, yaitu beban tekanan tanah (H), tekanan fluida
(F), beban kejut dan beban benturan. Nilai sebesar 1,6 H dapat
ditambahkan dalam persamaan pada butir (1), (2) dan (3) di atas.
Beban 1,4 F dapat ditambahkan dalam persamaan pada butir (2).
Beban kejut harus dihitungkan setiap perhitungan beban hidup (L)
dalam setiap persamaan diatas. Oleh pengaruh beban benturan sebesar
P struktur harus diperhitungkan terhadap gaya statik ekuivalen sebesar
1,2 P.
➢ Analisis Balok Persegi Tulangan Rangkap
Balok merupakan struktur untuk menyalurkan beban dari pelat ke
kolom. Dari beban tersebut mengakibatkan gaya-gaya yang
mengakibatkan kerusakan pada balok. Ada 3 kemungkinan jenis
keruntuhan yang mungkin terjadi yaitu :
1. Keruntuhan tarik (Under- Reinforced)
Keruntuhan tarik terjadi bila jumlah tulangan baja tarik sedikit
sehingga tulangan tersebut akan leleh terlebih dahulu sebelum betonnya
pecah, yaitu apabila regangan baja (s𝑠) lebih besar dari regangan beton
(s𝑦). Penampang seperti itu disebut penampang under-reinforced,
perilakunya sama seperti yang dilakuakan pada pengujian yaitu terjadi
keretakan pada balok tesebut.
2. Keruntuhan tekan (Over-reinforced)
Keruntuhan tekan terjadi bila jumlah tulangan vertikal banyak maka
keruntuhan dimulai dari beton sedangkan tulangan bajanya masih
elastis, yaitu apabila regangan baja (s𝑠) lebih kecil dari regangan beton
(s𝑦). Penampang seperti itu disebut penampang over-reinvorced, sifat

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 20


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

keruntuhannya adalah getas (non-daktail). Suatu kondisi yang


berbahaya karena penggunaan bangunan tidak melihat adanya
deformasi yang besar yang dapat dijadikan petanda bilamana struktur
tersebut mau runtuh, sehingga tidak ada kesempatan untuk
menghindarinya terlebih dahulu.
3. Keruntuhan balance
Keruntuhan balance terjadi jika baja dan beton tepat mencapai
kuat batasnya, yaitu apabila regangan baja (s𝑠) sama besar dengan
regangan beton (s𝑦). Jumlah penulangan yang menyebabkan
keruntuhan balance dapat dijadikan acuan untuk menentukan apakah
tulangan tarik sedikit atau tidak, sehingga sifat keruntuhan daktail atau
sebaliknya.
Kerusakan balok terjadi akibat pengaruh gaya luar dan gaya dalam
sebagai berikut ini:
• Gaya luar
Gaya luar yaitu gaya yang ada di luar suatu konstruksi
biasanya disebut gaya aksi-reaksi. Gaya aksi dapat diartikan gaya
yang menghampiri konstruksi tersebut yang direspon oleh gaya
reaksi.

Gambar 3.3 Reaksi perletakan akibat gaya luar


Beban P merupkan gaya aksi kedua tumpuan menimbulkan
gaya reaksi yang biasa disebut reaksi tumpuan A vertikal (RAV)
dan reaksi tumpuan B vertikal (RBV).

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 21


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

• Gaya dalam
Gaya dalam yaitu gaya yang bekerja didalam suatu
konstruksi. Analisis gaya dalam ada 3 jenis gaya yang bekerja di
suatu balok yaitu :
1. Gaya normal ( Normal Forse Diagaram )
Gaya normal adalah suatu gaya yang garis kerjanya
berhimpit atau sejajar dengan garis batang

Gambar 3.4 Normal Forces Diagram (NFD)


2. Gaya lintang ( Shear Forces Diagram )
Gaya lintang adalah gaya dalam yang bekerja tegak lurus
sumbu balok

Gambar 3.5 Shear Forces Diagram ( SFD)


3. Momen ( Bending Moment Diagram )
Momen adalah sebuah besaran yang menyatakan besarnya
gaya dalam yang bekerja pada sebuah benda sehingga
mengakibatkan benda tersebut berotasi.

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 22


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

Gambar 3.6 Bending Moment Diagram (BMD)

Jenis pembebanan dan momen yang terjadi pada balok diatas


dapat dikatakan bahwa momen luar harus dilawan oleh momen
dalam yang disumbangkan oleh kekuatan dari penampang balok itu
sendiri. Besarnya momen ultimate diatur dalam SNI 03-2847-2002
sebagai hasil kombinasi terfaktor dari momen lentur akibat beban
mati (DL = Dead Load) dan beban hidup (LL = Live Load) serta
pengaruh beban–beban lainya yang berhubungan dengan kondisi
alam. Momen dalam yang harus dimiliki oleh penampang balok
untuk menahan momen luar ultimite (Mu) yang terjadi diyatakan
dalam istilah Momen nominal (Mn). Hubungan Mn dengan Mu
sebagai berikut ØMn ≥ Mu.

Faktor reduksi (Ø) merupakan faktor kekuatan untuk


mengantisipasi terjadinya kekurangan kekuatan nominal yang
direncanakan. Hal ini bisa terjadi akibat pelaksanaan
pencampurran beton yang kurang sesuai spesifikasi, pengecoran
yang kurang baik, cuaca saat pengecoran tidak medukung maupun
hal-hal yang lain yang berkaitan dengan pelaksanaan di lapangan.
Untuk perencanaan terhadap kuat lentur besarnya faktor reduksi
adalah untuk fc′ antara 17-28 MPa 𝛽1 sebesar 0,85, diatas 28 MPa
𝛽1harus direduksi sebesar 0,05 untuk setiap kelebihan kekuatan
sebesar 7 Mpa diatas 28 MPa. Tetapi 𝛽1tidak boleh diambil kurang
dari 0,65. Sesuai dengan pasal 10.2.7.3, (SNI-2847-2013)

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 23


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

Setelah nilai momen nominal sudah diperoleh maka dapat


dihitung banyaknya pembesiaan yang dibutuhkan untuk
perencanaan tulangan lentur pada penampang balok. Besarnya
pembesian yang direncanakan dinyatakan dalam As yang
menyatakan luas total pembesian yang diperlukan.

Dalam konstruksi bangunan hampir semua balok


menggunakan tulangan rangkap. Tulangan rangkap sebenarnya
hanya tulangan tambahan pada daerah tekan, dan memudahkan
untuk pemasang sengkang. Fungsi dari tulangan tekan ini sebagai
berikut ini:

a. Meningkatkan kekakuan penampang sehingga dapat


mengurangi defleksi struktur.
b. Meningkatkan kapasitas rotasi penampang yang berkaitan
dengan peningkatan daktilitas penampang.
c. Dapat menahan kemungkinan adanya momen yang berubah–
ubah.
d. Meningkatkan momen tahanan penampang karena dimensi
penampang.

Gambar 3.7 Diagram regangan dan tegangan balok tulangan


rangkap (Adam, 2016)

Untuk meyakinkan kondisi itu maka perlu dilihat apakah


nilai kedalaman blok beton a yang didapat dari keseimbangan
tulangan terpasang masih lebih kecil atau lebih besar dari ab. Bila
a < ab maka tulangan terpasang akan menghasilkan penulangan
liat, tetapi apabila a > ab maka tulangan dipasang akan

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 24


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

menghasilkan penulangan getas/brittle. Untuk menghindari


penulangan getas peraturan mensyaratkan agar kemampuan balok
hanya dibatasi sampai pada a = ab. Langkah penyelesaian:

1. Menetapkan nilai 𝛽1 = untuk fc′ antara 17-28 MPa, 𝛽1 sebesar


0,85, diatas 28 MPa 𝛽1harus direduksi sebesar 0,05 untuk setiap
kelebihan kekuatan sebesar 7 MPa diatas 28 MPa, tetapi 𝛽1tidak
boleh diambil kurang dari 0,65. Sesuai dengan pasal 10.2.7.3,
(SNI-2847-2013)
2. Memasukan variabel d, fy dan 𝛽1 ke dalam pesamaan 3.8 : 𝑎𝑏
= 𝛽1 . 600. d( 600fy)………………………………………(3.8)
3. Melalui persamaan keseimbangan gaya Cs + Cc = Ts dan
melalui beberapa anggapan terlebih dahulu maka akan didapat
nilai kedalaman garis netral (c) atau kedalaman blok beton tekan
(a). Bila hasil kontrol tersebut didapat kesesuaian dengan
anggapan semula maka anggapan-anggapan itu benar, tetapi bila
tidak berarti anggapan itu harus diubah berdasarkan hasil dari
kontrol tersebut.
4. Anggapan-anggapan tersebut sebagai berikut ini.
• Letak garis/sumbu netral, letak garis sumbu netral dapat
dianggap terletak di daerah selimut beton/penutup beton
atau diantara tulangan tarik dan tekan. Posisi ini dapat
diperkirakan dari perbandingan antara luas tulangan tarik
dan tulangan tekan, bila tulangan tarik cukup banyak
sehingga mendekati kondisi berimbang maka letak garis
netral di antara tulangan tarik dan tulangan tekan dan bila
sebaliknya letak garis netral berada didaerah selimut beton
• Kondisi regangan tulangan tarik dan tekan (leleh atau
tidaknya) bila anggapan regangan itu leleh maka gaya tarik
atau tekan yang digunakan didapat dari perkalian luasan (A)
dan tegangan leleh (fy) tetap bila tidak leleh maka gaya
tarik atau tekan didapatkan dari perkalian antara luasan (A)

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 25


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

dan tegangan kerja (regangan x modulus elastisitas beton =


s . 𝐸 ) (Priyosulistyo, 2010).
5. Kedalaman garis netral c atau kedalaman blok beton a, dari
persamaan Cs + Cc = Ts . hasil yang didapat harus digunakan
untuk menggontrol ulang anggapan terhadap posisi garis netral
dan regangan.
a. Tulangan tekan tarik :
έ = m ( c-d^F)/c 0,003…………………………………(3.9)
b. Tulangan tarik : Cs
ℇ_s = (d-c)/c 0,003……………………………………(3.10)
dengan :
d′= penutup beton tulangan tekan.
d = kedalaman efektif tulangan arik ( h – ds)
6. Kapasitas nominal penampang dapat dihitung sebagai jumlah
antara komponen momen kopel pertama dan kedua,
sebagaimana diyatakan dalam formula berikut ini.
Mn = Mn1 +Mn2………………………………………...(3.11)
Mn1 = ( As − A′s). fy. (d − a⁄2)………………………….(3.12)
Dimana
ɑ = ((As-A^F s)fy)/F …………………………………….(3.13)
(0,85.fc.b)
Mn1 = A′s. fy( d − d′)…………………………………….(3.14)
Sehingga kapasitas nominal penampang juga dapat
diyatakan dalam persamaan berikut ;
Mn = ( As − A′s). fy. (d − a⁄2)+. fy(d − d′)………………(3.15)
Atau
Mn = As1. fy. (d − a⁄2)+. fy(d − d′)………………………(3.16)
Untuk menjamin keamanan struktur ditinjau dari aspek
kekuatan maka dipersyaratkan kapasitas momen rencana ( MR
= Ø. Mn) harus lebih besar dari kombinasi terbesar momen luar
yang bekerja (Mu), jadi :
Mu ≤ Ø. Mn………………………………………………(3.17)

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 26


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

7. Persamaan (3.17) hanya dapat diberlakukan apabila tulangan


(A′s) telah meleleh, jika tegangan leleh belum tercapai maka
balok harus dianggap sebagai balok bertulang tunggal dan akan
lebih tepat jika tegangan aktual (fc′) pada tulangan tekan dan
menggunakan gaya aktual untuk keseimbangan momenya.
Syarat agar tulangan tekan (A′s) meleleh dapat diturunkan
dengan bantuan segitiga sebangun:

Hingga dapat diperoleh:

Apabila baja tulangan tekan leleh maka dicapai suatu kondisi


dimana

Atau

Jika tulangan tekan (A’s) belum leleh maka tegangan aktualnya


dapat dihitung sebesar fs′ = 𝜀s. Es atau

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 27


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

Atau

8. Jika tulangan tekan (A′s) belum leleh maka tinggi blok tegangan
tekan ekuivalen harus dihitung menggunakan tegangan aktual
pada tulangan yang diperoleh dari regangan tulangan tekan (s𝑠
) sehingga ;

Dengan demikian kapasitas momen nominal berubah menjadi:

9. Pembatasan baja tulangan- balok persegi SNI 2002 menetapkan


bahwa jumlah tulangan baja tarik tidak boleh melebihi 0,75 dari
jumlah tulangan baja tarik yang diperlukan. Sehingga SNI-2002
menetapkan batasan untuk 𝜌 sebesar :

➢ Analisis Balok T Tulangan Rangkap


Analisis balok penampang T pada dasarnya adalah proses
menentukan dimensi tebal lebar flens dan tebal, lebar dan tinggi efektif
pada balok juga luas tulangan pada baja tarik. Penentuan tebal flens
biasanya tidak lepas dari perencanaan struktur pelat, sedangkan dimensi
balok terkait dengan kebutuhan menahan gaya geser dan momen lentur
yang timbul.
Balok T adalah balok pada bagian interior sedangkan balok
L terletak pada bagian eksterior. Prinsip-prisip dasar yang digunakan

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 28


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

dalam perhitungan balok persegi juga berlaku untuk balok T maupun balok
L. Perbedaan pokok terletak pada perhitungan gaya tekan blok beton (C)
yang tergantung dari tinggi garis netral (c), sebagai berikut:
1. Balok T Palsu
Kasus ini dijumpai pada balok T atau L dimana garis netral berada
didalam flens ( c < hf ), seperti ditunjukan pada gambar dibawah . kasus
ini juga berlaku jika c > hf dan a < hf sehingga parameter desain yang
diuraikan juga masih dapat digunakan.

Gambar 3.8 Balok T dengan c < hf, (Adam, 2016)


Agar kondisi c < hf dapat terjadi, maka luas tulangan tarik As harus
memenuhi :

Dalam kondisi ini dijumpai keseimbangan gaya-gaya dalam:

Sehingga diperoleh

Sedangkan kekuatan lentur nominal dapat dihitung:

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 29


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

Jika dicermati persamaan diatas sama dengan persamaan – persamaan


yang digunakan untuk analisis balok persegi, dengan lebar balok
selebar flens (b).

2. Balok T (Murni)
Kasus ini dijumpai pada balok T atau L dimana garis netral berada
di dalam flens (c > hf) dan tinggi blok tegangan segi-empat ekuivalen
juga lebih besar dari tinggi flens (a > hf).

Gambar 3.9 Analogi balok T (Adam, 2016)

Gambar 3.10 Distribusi tegangan dan regangan Balok(Adam, 2016)


Kasus ini dapat diberlakukan serupa dengan balok persegi
bertulangan rangkap, dengan menggantikan bagian pelat dari “flens”
menjadi suatu penulangan imajiner yang luasnya:

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 30


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

Untuk balok yang dipandang sebagai balok T “murni”, gaya tarik


sebesar As. fy dari tulangan harus lebih besar daripada kapasitas gaya.
Luas flens total sebesar 0,85.fc′.b.h sehingga:

Atau

Dimana

𝜔 adalah indeks tulangan untuk penampang yang mempunyai flens,


dan jika digunakan blok tegangan parabola maka persamaan ℎf < 1,18.
𝜔. 𝑑 ≤ 𝑎 dapat ditulis :
Untuk menjamin perilaku daktail maka diberikan batasan penulangan:

sedangkan untuk persyaratan tulangan minimum:

Seperti halnya balok bertulangan rangkap, tulangan tarik dipandang

menjadidua bagian yaitu As1 yang harus mengimbangi gaya tekan


segi empat seluas 𝑏w.a dan As2 untuk mengimbangi luas tulangan
imajiner Asf , sehinggamomen nominal dapat dihitung :

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 31


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

➢ Analisis Tulangan Geser


Tulangan geser berfungsi untuk menahan gaya geser yang pada
umumya terjadi bersamaan dengan gaya – gaya lain seperti gaya lentur,
gaya normal dan torsi. Gaya geser lentur pada balok dapat dilakukan
dengan aturan yang sama dengan perencanaan. Perbedaannya terletak pada
ukuran balok, diameter tulangan sengkang, jarak sengkang, kualitas beton
dan kualitas baja yang sudah diketahui. Ketidak sesuaian yang berlaku
dapat menimbulkan kerusakan getas karena kemampuan geser lentur pada
balok yang lebih rendah dari pada gaya geser lentur yang terjadi pada saat
momen mencapai ultimit. Langkah-langkah hitungan sebagai berikut ini.
a. Menghitung luasan tulangan sengkang.

b. Menghitung kemampuan geser lentur tulangan.

c. Menghitung kemampuan geser lentur tulangan sengkang (Vs)

3.2 Rumus-Rumus Balok Menahan Momen Lentur (Mu)

Pengecekan rasio tulangan terhadap penampang balok dan momen.


• Mn = Mu/φlentur
𝑀𝑛
• Rn = 𝑏.𝑑2

0.85∗𝑓 ′ 𝑐 2.𝑅𝑛
• p = (1 − √1 − )
𝑓𝑦 0.85.𝑓′ 𝑐

√𝑓𝑐′
• p.min = 4.𝑓𝑦
1.4
• p.min-2 = 𝑓𝑦

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 32


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

0,85.𝑓 ′ 𝑐.𝐵1 600


• p.maks = 0,75.( . )
𝑓𝑦 600+𝑓𝑦

• p > p.min
• p< p.maks
• As = p.b.d
√𝑓𝑐 ′
• As min = . b. d
4.𝑓𝑦
1.4
• As min2 = 𝑓𝑦 .b.d

• As > As.min
• p = As/b.d
(SNI Beton 2847-2013 Pasal 10.5. Tulangan minimum pada komponen
struktur l lentur)
3.3 Contoh Soal Balok Menahan Momen Lentur (Mu) Dan Gambar
Penulangan
1. Contoh Soal 1 (Soal 6)
Diketahui:

Mu = 50 ton.m = 5.000.000 kg/cm2


h = 60 cm
b = 25 cm
Ø = 19 mm = 1,9 cm
d = 96 cm
fc' = 35 Mpa = 350 kg/cm2
fy = 280 Mpa = 2800 kg/cm2

Penyelesaian:
1.) Menghitung Koefisien Penampang
Rn = Mu
(0,90*0,85*fc'*b*d^2)
= 5.000.000
(0,90*0,85*350*25*96^2)
= 0,081
2.) Indeks Tulangan
Wn = 1 - (1-2*Rn)^0,5
= 1 - (1-2*0,081)^0,5

= 0,085

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 33


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

3.) Rasio Tulangan


p = wn*0.85*fc'
fy
= 0,085*0,85*350
2.800
= 0,009
p min = 1,4
fy
= 1,4
2.800
= 0,00050
p
max = 0.75*0.85*0.85*fc'
fy * 6000
(6000 + fy)
= 0,75*0,85*0,85*200
2800*6000
(6000 + 2800)
= 0,046
4.) Luas Tulangan
As = P*b*d
= 0,009*25*96
= 21,581
5.) Jumlah Tulangan
As.db = 0,25*3,14*ز
= 0,25*3,14*1,9^2
= 2,834
m = As
As.db
= 21,581
2,834
= 7,616
Jadi, 8 D 19

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 34


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

2. Contoh Soal 2 (Soal 9)


Diketahui:

Mu = 24 ton.m = 2.400.000 kg/cm2


h = 50 cm
b = 30 cm
Ø = 19 mm = 1,9 cm
d = 56 cm
fc' = 20 Mpa = 200 kg/cm2
fy = 280 Mpa = 2800 kg/cm2

Penyelesaian:
1.) Menghitung Koefisien Penampang
Rn = Mu
(0,90*0,85*fc'*b*d^2)
= 2.400.000
(0,90*0,85*200*30*56^2)

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 35


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

= 0,167
2.) Indeks Tulangan
Wn = 1 - (1-2*Rn)^0,5
= 1 - (1-2*0,167)^0,5
= 0,184
3.) Rasio Tulangan
p = wn*0.85*fc'
fy
= 0,184*0,85*200
2.800
= 0,011
p min = 1,4
fy
= 1,4
2.800
= 0,00050
p
max = 0.75*0.85*0.85*fc'
fy * 6000
(6000 + fy)
= 0,75*0,85*0,85*200
2800*6000
(6000 + 2800)
= 0,026
4.) Luas Tulangan
As = P*b*d
= 0,011*30*56
= 18,726
5.) Jumlah Tulangan
As.db = 0,25*3,14*ز
= 0,25*3,14*1,9^2
= 2,834
m = As
As.db
= 18,726
2,834
= 6,608
Jadi, 8 D 19

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 36


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

3. Contoh Soal 3 (Soal 13)


Diketahui:

Mu = 36 ton.m = 3.600.000 kg/cm2


h = 60 cm
b = 35 cm
Ø = 22 mm = 2,2 cm
d = 50 cm
fc' = 20 Mpa = 200 kg/cm2
fy = 280 Mpa = 2800 kg/cm2

Penyelesaian:
1.) Menghitung Koefisien Penampang
Rn = Mu
(0,90*0,85*fc'*b*d^2)
= 3.600.000
(0,90*0,85*200*35*50^2)

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 37


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

= 0,269
2.) Indeks Tulangan
Wn = 1 - (1-2*Rn)^0,5
= 1 - (1-2*0,269)^0,5
= 0,320
3.) Rasio Tulangan
p = wn*0.85*fc'
fy
= 0,320*0,85*200
2.800
= 0,019
p min = 1,4
fy
= 1,4
2.800
= 0,00050
p
max = 0.75*0.85*0.85*fc'
fy * 6000
(6000 + fy)
= 0,75*0,85*0,85*200
2800*6000
(6000 + 2800)
= 0,026
4.) Luas Tulangan
As = P*b*d
= 0,019*35*50
= 34,017
5.) Jumlah Tulangan
As.db = 0,25*3,14*ز
= 0,25*3,14*2,2^2
= 3,799
m = As
As.db
= 34,017
3,799
= 8,953
Jadi, 9 D 22

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 38


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

4. Contoh Soal 4 (Soal 18)


Diketahui:

Mu = 39 ton.m = 3.900.000 kg/cm2


h = 60 cm
b = 40 cm
Ø = 22 mm = 2,2 cm
d = 45 cm
fc' = 20 Mpa = 200 kg/cm2
fy = 280 Mpa = 2800 kg/cm2

Penyelesaian:
1.) Menghitung Koefisien Penampang
Rn = Mu
(0,90*0,85*fc'*b*d^2)
= 3.900.000
(0,90*0,85*200*40*2,2^2)

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 39


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

= 0,315
2.) Indeks Tulangan
Wn = 1 - (1-2*Rn)^0,5
= 1 - (1-2*0,315)^0,5
= 0,391
3.) Rasio Tulangan
p = wn*0.85*fc'
fy
= 0,391*0,85*200
2.800
= 0,024
p min = 1,4
fy
= 1,4
2.800
= 0,00050
p
max = 0.75*0.85*0.85*fc'
fy * 6000
(6000 + fy)
= 0,75*0,85*0,85*200
2800*6000
(6000 + 2800)
= 0,026
4.) Luas Tulangan
As = P*b*d
= 0,024*40*45
= 42,755
5.) Jumlah Tulangan
As.db = 0,25*3,14*ز
= 0,25*3,17*2,2^2
= 3,799
m = As
As.db
= 42,755
3,799
= 11,253
Jadi, 12 D 22

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 40


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

5. Contoh Soal 5 (Soal 22)


Diketahui:

Mu = 39 ton.m = 3.900.000 kg/cm2


h = 70 cm
b = 45 cm
Ø = 22 mm = 2,2 cm
d = 45 cm
fc' = 20 Mpa = 200 kg/cm2
fy = 280 Mpa = 2800 kg/cm2

Penyelesaian:
1.) Menghitung Koefisien Penampang
Rn = Mu
(0,90*0,85*fc'*b*d^2)
= 3.900.000
(0,90*0,85*200*45*45^2)

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 41


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

= 0,280
2.) Indeks Tulangan
Wn = 1 - (1-2*Rn)^0,5
= 1 - (1-2*0,280)^0,5
= 0,336
3.) Rasio Tulangan
p = wn*0.85*fc'
fy
= 0,336*0,85*200
2.800
= 0,020
p min = 1,4
fy
= 1,4
2.800
= 0,00050
p
max = 0.75*0.85*0.85*fc'
fy * 6000
(6000 + fy)
= 0,75*0,85*0,85*200
2800*6000
(6000 + 2800)
= 0,026
4.) Luas Tulangan
As = P*b*d
= 0,020*60*45
= 41,343
5.) Jumlah Tulangan
As.db = 0,25*3,14*ز
= 0,25*3,14*2,2^2
= 3,799
m = As
As.db
= 41,343
3,799
= 10,881
Jadi, 12 D 22

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 42


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 43


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

BAB IV
TEORI, RUMUS-RUMUS DAN CONTOH SOAL BALOK
MENAHAN GAYA GESER VU DAN GAMBAR
PENULANGAN
4.1 Teori
Beton banyak mengalami perkembangan, baik dalam pembuatan
campuran maupun dalam pelaksanaan konstruksinya. Salah satu
perkembangan beton yaitu pembuatan kombinasi antara material beton dan
baja tulangan menjadi satu kesatuan konstruksi yang dikenal sebagai beton
bertulang.
Beton bertulang sebagai elemen balok harus diberi penulangan yang
berupa penulangan lentur dan penulangan geser (sengkang). Ada beberapa
macam tulangan geser pada balok, yaitu tulangan sengkang vertikal, sengkang
spiral, sengkang miring. Ketiga macam tulangan ini sudah sangat lazim
diterapkan dan sudah sangat dikenal dalam dunia konstruksi, sehingga dapat
dikenal sebagai tulangan sengkang konvensional.
Tulangan sengkang konvensional yang telah dikenal selama ini dalam
konsep perhitungannya dengan memperhitungkan bahwa bagian tulangan
sengkang yang berfungsi menahan beban geser adalah bagian tulangan
sengkang pada arah vertikal (tegak lurus terhadap sumbu batang balok). Hal
ini dikarenakan perilaku beban geser balok akan menyebabkan terjadinya
keretakan geser. Keretakan geser akan menyebabkan terbelahnya balok
menjadi dua bagian yang dipisahkan oleh garis keretakan geser tersebut, yaitu
bagian bawah retak geser dan bagian atas retak geser.
4.2 Beton Bertulang
Beton bertulang merupakan material komposit yang terdiri dari beton dan
baja tulangan yang ditanam didalam beton. Sifat utama beton adalah sangat
kuat di dalam menahan beban tekan (kuat tekan tinggi) tetapi lemah dalam
menahan gaya tarik. Baja tulangan di dalam beton berfungsi menahan gaya
tarik yang bekerja.
4.3 Kuat Geser Balok

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 44


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

Komposisi tegangan-tegangan tersebut di suatu tempat akan


menyesuaikan diri secara alami dengan membentuk keseimbangan tegangan
geser dan tegangan normal maksimum dalam suatu bidang yang membentuk
sudut kemiringan terhadap sumbu balok. Dengan menggunakan lingkaran
Mohr dapat ditunjukkan bahwa tegangan normal maksimum dan minimum
akan bekerja pada dua bidang yang saling tegak lurus satu sama lainnya.
Bidang-bidang tersebut dinamakan bidang utama dan tegangan-tegangan yang
bekerja disebut tegangan-tegangan utama (lihat Gambar 1.).

Gambar 4.1 Tegangan pada balok terlentur


(Sumber: Dipohusodo, 1994)

Kejadian geser pada beton tulangan, kerusakan umumnya terjadi di daerah


sepanjang kurang lebih tiga kali tinggi efektif balok, dan dinamakan bentang
geser. Retak miring akibat geser di badan balok beton bertulang dapat terjadi
tanpa disertai retak akibat lentur di sekitarnya, atau dapat juga sebagai
kelanjutan proses retak lentur yang telah mendahuluinya.

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 45


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

Gambar 4.2 Retak miring pada balok beton bertulang


(Sumber: Dipohusodo, 1994)
4.4 Perencanaan Penulangan Geser

Perencanaan geser untuk komponenkomponen struktur terlentur


didasarkan pada anggapan bahwa beton menahan sebagian dari gaya geser,
sedangkan kelebihannya atau kekuatan geser di atas kemampuan beton untuk
menahannya dilimpahkan kepada tulangan baja geser. Untuk komponen-
komponen struktur yang menahan geser dan lentur saja (SNI-03-2847-2002),
memberikan kapasitas kemampuan beton (tanpa penulangan geser) untuk
menahan gaya geser adalah Vc,
𝑉𝑐 = 1 6 𝑓 ′𝑐 𝑏𝑤 𝑑 .............................................................................. (1)
atau dengan menggunakan Persamaan yang lebih terperinci sebagai berikut:
𝑉𝑐 = 𝑓 ′𝑐 + 120 𝜌𝑤 𝑉𝑢 𝑑 𝑀𝑢 𝑏𝑤 𝑑 7 ................................................ (2)
dimana Mu adalah momen terfaktor yang tejadi bersamaan dengan gaya geser
terfaktor maksimum Vu pada penampang kritis, sedangkan batas atas faktor
pengali dan Vu adalah sebagai berikut:
𝑉𝑢 𝑑 𝑀𝑢 ≤ 1,0................................................................................... (3)
𝑉𝑐 ≤ 0,3 𝑓 ′𝑐 𝑏𝑤 𝑑 .............................................................................. (4)
dengan:
Vc = kuat geset beton (N)
f’c = kuat tekan beton (N/mm2)
bw = lebar efektif penampang balok (mm)
ρw = rasio luas tulangan lentur dengan luad penampang balok
Mu = momen akibat beban luar yang bekerja (Nmm)

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 46


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

Berdasarkan SNI 03-2847-2002, dasar perencanaan tulangan geser adalah:


φVn ≥ Vu ........................................................................................... (5)
Vn = Vc + Vs ..................................................................................... (6)
Sehingga: Vu ≤ φVc + φVs................................................................ (7)
dengan:
Vu = beban geser terfaktor (N)
φ = faktor reduksi kuat geser
Vc = kuat geser beton (N)
Vn = kuat geser ideal atau nominal (N)
Vs = kuat geser nominal yang dapat disediakan oleh tulangan geser (N)
Untuk sengkang vertikal, Vs dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
(58) SNI 03- 2847-2002.
𝑉𝑠 = 𝐴𝑠 𝑓𝑦 𝑑 𝑆 ................................................................................... (8)
Kuat tulangan geser nominal yang diperlukan (Vs) dapat ditentukan dari
diagram gaya geser terfaktor
Vu. Vu ≤ φVc + φVs .......................................................................... (9)
Selanjutnya diperoleh:
Vs perlu = 𝑉𝑠 ≤ 𝑉𝑢− 𝜑 𝑉𝑐 𝜑 ........................................................... (10)
Vs perlu = 𝑉𝑠 ≤ 𝑉𝑢 𝜑 – 𝑉𝑐 .............................................................. (11)
4.5 Rumus-Rumus

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 47


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 48


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

4.6 Contoh Soal dan Gambar Penulangan


1. Contoh Soal 1 (Soal 2)
Diketahui :
Tinggi balok h= 40 cm
d=0.9*h 36 cm
Lebar balok b= 20 cm
Mutu baja fyv= 2800 kg/cm2
Mutu beton fc'= 350
Gaya Geser Vu= 18.300 kg

Ditanyakan :
Tulangan Geser Sengkang

Jawaban :
Kekuatan geser beton, vc = 0.53*(fc)^0.5 ----> fc' dalam kg/cm2, vc dalam kg/cm2
vc= 9,92 kg/cm2
Tegangan geser beton,
vu=(Vu)/(b*d) 25,42 kg/cm2
vu/f=(Vu/ b)/(b*d)/f 36,31 kg/cm2
f=0.70 ( SNI 2847-2019 )
Kontrol : (vu/f)/vc = ? (vu/f)/vc = 3,66 ->Ke-No. 3
1 Bila : (vu/ f)/vc < 1.0
Dipakai tulangan praktis, misalnya D8-200 atau sesuai pernsyaratan SNI
2 Bila : (vu/f )/vc > 1.0
dan : (vu/f )/vc < 3.0
Dipakai tulangan geser sengkang, jarak s
Jarang sengkang dipilih yang terkecil :
s=(Av*fyv)/(vu/f-vc)/b 8,33 cm
s=d/2 18 cm
3 Bila : (vu/f )/vc > 3.0
dan : (vu/f )/vc < 5.0
Dipakai tulangan geser sengkang, jarak s
Jarang sengkang dipilih yang terkecil :
s=(Av*fyv/(vu/f-vc)/b 8,33 cm
s=d/4 9 cm
4 Bila : (vu/f )/vc > 5.0
Penampang balok (b dan/atau h) kurang besar
Perbesar b atau h dan hitung kembali dari awal

ds= diameter sengkang 1,0 cm


Av=luas penampanga sengkang
Av = 2*0.25*3.14*ds^2 (sengkang 2 kali, 1 persegi panjang) 1,57 cm2
Av = 4*0.25*3.14*ds^2 (sengkang 2 kali, 1 persegi panjang) 3,14 cm2
s= jarak sengkang D8 dipakai : s= 8,33 cm
Sengkang D8, jarak s=5.388 cm dibulatkan 5 cm (50mm): D8-500 (sengkang 2 kaki)
atau
s= jarak sengkang 2D8 dipakai : s= 16,66 cm
Sengkang 2D8, jarak s=10.78 cm dibulatkan 10.0 cm (100 mm): 2D8-100 (sengkang 4 kaki)
atau
s= jarak sengkang D10 dipakai : s= 8,33 cm
Sengkang D10, jarak s=8.419 cm dibulatkan 7.5 cm (75 mm): D10-75 (sengkang 2 kaki)

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 49


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

➢ Gambar Penulangan Kolom Melintang

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 50


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

2. Contoh Soal 2 (Soal 6)


Diketahui :
Tinggi balok h= 60 cm
d=0.9*h 54 cm
Lebar balok b= 25 cm
Mutu baja fyv= 2800 kg/cm2
Mutu beton fc'= 350
Gaya Geser Vu= 34.800 kg

Ditanyakan :
Tulangan Geser Sengkang

Jawaban :
Kekuatan geser beton, vc = 0.53*(fc)^0.5 ----> fc' dalam kg/cm2, vc dalam kg/cm2
vc= 9,92 kg/cm2
Tegangan geser beton,
vu=(Vu)/(b*d) 25,78 kg/cm2
vu/f=(Vu/ b)/(b*d)/f 36,83 kg/cm2
f=0.70 ( SNI 2847-2019 )
Kontrol : (vu/f)/vc = ? (vu/f)/vc = 3,71 ->Ke-No. 3
1 Bila : (vu/ f)/vc < 1.0
Dipakai tulangan praktis, misalnya D8-200 atau sesuai pernsyaratan SNI
2 Bila : (vu/f )/vc > 1.0
dan : (vu/f )/vc < 3.0
Dipakai tulangan geser sengkang, jarak s
Jarang sengkang dipilih yang terkecil :
s=(Av*fyv)/(vu/f-vc)/b 6,53 cm
s=d/2 27 cm
3 Bila : (vu/f )/vc > 3.0
dan : (vu/f )/vc < 5.0
Dipakai tulangan geser sengkang, jarak s
Jarang sengkang dipilih yang terkecil :
s=(Av*fyv/(vu/f-vc)/b 6,53 cm
s=d/4 13,5 cm
4 Bila : (vu/f )/vc > 5.0
Penampang balok (b dan/atau h) kurang besar
Perbesar b atau h dan hitung kembali dari awal

ds= diameter sengkang 1,0 cm


Av=luas penampanga sengkang
Av = 2*0.25*3.14*ds^2 (sengkang 2 kali, 1 persegi panjang) 1,57 cm2
Av = 4*0.25*3.14*ds^2 (sengkang 2 kali, 1 persegi panjang) 3,14 cm2
s= jarak sengkang D8 dipakai : s= 6,53 cm
Sengkang D8, jarak s=5.388 cm dibulatkan 5 cm (50mm): D8-500 (sengkang 2 kaki)
atau
s= jarak sengkang 2D8 dipakai : s= 13,07 cm
Sengkang 2D8, jarak s=10.78 cm dibulatkan 10.0 cm (100 mm): 2D8-100 (sengkang 4 kaki)
atau
s= jarak sengkang D10 dipakai : s= 6,53 cm
Sengkang D10, jarak s=8.419 cm dibulatkan 7.5 cm (75 mm): D10-75 (sengkang 2 kaki)

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 51


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

➢ Gambar Penulangan Kolom Melintang

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 52


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

3. Contoh Soal 3 (Soal 12)


Diketahui :
Tinggi balok h= 70,00 cm
d=0.9*h 63,00 cm
Lebar balok b= 30,00 cm
Mutu baja fyv= 2800,00 kg/cm2
Mutu beton fc'= 350,00 kg/cm2
Gaya Geser Vu= 48600,00 kg

Ditanyakan :
Tulangan Geser Sengkang

Jawaban :
Kekuatan geser beton, vc = 0.53*(fc)^0.5 ----> fc' dalam kg/cm2, vc dalam kg/cm2
vc= 9,92 kg/cm2
Tegangan geser beton,
vu=(Vu)/(b*d) 25,71 kg/cm2
vu/f=(Vu/ b)/(b*d)/f 36,73 kg/cm2
f=0.70 ( SNI 2847-2019 )
Kontrol : (vu/f)/vc = ? (vu/f)/vc = 3,70 ->Ke-No. 3
1 Bila : (vu/ f)/vc < 1.0
Dipakai tulangan praktis, misalnya D8-200 atau sesuai pernsyaratan SNI
2 Bila : (vu/f )/vc > 1.0
dan : (vu/f )/vc < 3.0
Dipakai tulangan geser sengkang, jarak s
Jarang sengkang dipilih yang terkecil :
s=(Av*fyv)/(vu/f-vc)/b 5,46 cm
s=d/2 31,50 cm
3 Bila : (vu/f )/vc > 3.0
dan : (vu/f )/vc < 5.0
Dipakai tulangan geser sengkang, jarak s
Jarang sengkang dipilih yang terkecil :
s=(Av*fyv/(vu/f-vc)/b 5,46 cm
s=d/4 15,75 cm
4 Bila : (vu/f )/vc > 5.0
Penampang balok (b dan/atau h) kurang besar
Perbesar b atau h dan hitung kembali dari awal

ds= diameter sengkang 1,00 cm


Av=luas penampanga sengkang
Av = 2*0.25*3.14*ds^2 (sengkang 2 kali, 1 persegi panjang) 1,57 cm2
Av = 4*0.25*3.14*ds^2 (sengkang 2 kali, 1 persegi panjang) 3,14 cm2
s= jarak sengkang D8 dipakai : s= 5,46 cm
Sengkang D8, jarak s=5.388 cm dibulatkan 5 cm (50mm): D8-500 (sengkang 2 kaki)
atau cm
s= jarak sengkang 2D8 dipakai : s= 10,93
Sengkang 2D8, jarak s=10.78 cm dibulatkan 10.0 cm (100 mm): 2D8-100 (sengkang 4 kaki)
atau cm
s= jarak sengkang D10 dipakai : s= 5,46
Sengkang D10, jarak s=8.419 cm dibulatkan 7.5 cm (75 mm): D10-75 (sengkang 2 kaki)

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 53


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

➢ Gambar Penulangan Kolom Melintang

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 54


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

4. Contoh Soal 4 (Soal 17)


Diketahui :
Tinggi balok h= 80 cm
d=0.9*h 72 cm
Lebar balok b= 35 cm
Mutu baja fyv= 2800 kg/cm2
Mutu beton fc'= 350 kg/cm2
Gaya Geser Vu= 65.200 kg

Ditanyakan :
Tulangan Geser Sengkang

Jawaban :
Kekuatan geser beton, vc = 0.53*(fc)^0.5 ----> fc' dalam kg/cm2, vc dalam kg/cm2
vc= 9,92 kg/cm2
Tegangan geser beton,
vu=(Vu)/(b*d) 25,87 kg/cm2
vu/f=(Vu/ b)/(b*d)/f 36,96 kg/cm2
f=0.70 ( SNI 2847-2019 )
Kontrol : (vu/f)/vc = ? (vu/f)/vc = 3,73 ->Ke-No. 3
1 Bila : (vu/ f)/vc < 1.0
Dipakai tulangan praktis, misalnya D8-200 atau sesuai pernsyaratan SNI
2 Bila : (vu/f )/vc > 1.0
dan : (vu/f )/vc < 3.0
Dipakai tulangan geser sengkang, jarak s
Jarang sengkang dipilih yang terkecil :
s=(Av*fyv)/(vu/f-vc)/b 4,64 cm
s=d/2 36,00 cm
3 Bila : (vu/f )/vc > 3.0
dan : (vu/f )/vc < 5.0
Dipakai tulangan geser sengkang, jarak s
Jarang sengkang dipilih yang terkecil :
s=(Av*fyv/(vu/f-vc)/b 4,64 cm
s=d/4 18,00 cm
4 Bila : (vu/f )/vc > 5.0
Penampang balok (b dan/atau h) kurang besar
Perbesar b atau h dan hitung kembali dari awal

ds= diameter sengkang 1,00 cm


Av=luas penampanga sengkang
Av = 2*0.25*3.14*ds^2 (sengkang 2 kali, 1 persegi panjang) 1,57 cm2
Av = 4*0.25*3.14*ds^2 (sengkang 2 kali, 1 persegi panjang) 3,14 cm2
s= jarak sengkang D8 dipakai : s= 4,64 cm
Sengkang D8, jarak s=5.388 cm dibulatkan 5 cm (50mm): D8-500 (sengkang 2 kaki)
atau
s= jarak sengkang 2D8 dipakai : s= 9,29 cm
Sengkang 2D8, jarak s=10.78 cm dibulatkan 10.0 cm (100 mm): 2D8-100 (sengkang 4 kaki)
atau
s= jarak sengkang D10 dipakai : s= 4,64 cm
Sengkang D10, jarak s=8.419 cm dibulatkan 7.5 cm (75 mm): D10-75 (sengkang 2 kaki)

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 55


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

➢ Gambar Penulangan Kolom Melintang

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 56


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

5. Contoh Soal 5 (Soal 21)


Diketahui :
Tinggi balok h= 90 cm
d=0.9*h 81 cm
Lebar balok b= 40 cm
Mutu baja fyv= 2800 kg/cm2
Mutu beton fc'= 350 kg/cm2
Gaya Geser Vu= 84.400 kg

Ditanyakan :
Tulangan Geser Sengkang

Jawaban :
Kekuatan geser beton, vc = 0.53*(fc)^0.5 ----> fc' dalam kg/cm2, vc dalam kg/cm2
vc= 9,92 kg/cm2
Tegangan geser beton,
vu=(Vu)/(b*d) 26,05 kg/cm2
vu/f=(Vu/ b)/(b*d)/f 37,21 kg/cm2
f=0.70 ( SNI 2847-2019 )
Kontrol : (vu/f)/vc = ? (vu/f)/vc = 3,75 ->Ke-No. 3
1 Bila : (vu/ f)/vc < 1.0
Dipakai tulangan praktis, misalnya D8-200 atau sesuai pernsyaratan SNI
2 Bila : (vu/f )/vc > 1.0
dan : (vu/f )/vc < 3.0
Dipakai tulangan geser sengkang, jarak s
Jarang sengkang dipilih yang terkecil :
s=(Av*fyv)/(vu/f-vc)/b 4,03 cm
s=d/2 40,50 cm
3 Bila : (vu/f )/vc > 3.0
dan : (vu/f )/vc < 5.0
Dipakai tulangan geser sengkang, jarak s
Jarang sengkang dipilih yang terkecil :
s=(Av*fyv/(vu/f-vc)/b 4,03 cm
s=d/4 20,25 cm
4 Bila : (vu/f )/vc > 5.0
Penampang balok (b dan/atau h) kurang besar
Perbesar b atau h dan hitung kembali dari awal

ds= diameter sengkang 1,00 cm


Av=luas penampanga sengkang
Av = 2*0.25*3.14*ds^2 (sengkang 2 kali, 1 persegi panjang) 1,57 cm2
Av = 4*0.25*3.14*ds^2 (sengkang 2 kali, 1 persegi panjang) 3,14 cm2
s= jarak sengkang D8 dipakai : s= 4,03 cm
Sengkang D8, jarak s=5.388 cm dibulatkan 5 cm (50mm): D8-500 (sengkang 2 kaki)
atau
s= jarak sengkang 2D8 dipakai : s= 8,05 cm
Sengkang 2D8, jarak s=10.78 cm dibulatkan 10.0 cm (100 mm):2D8-100 (sengkang 4 kaki)
atau
s= jarak sengkang D10 dipakai : s= 4,03 cm
Sengkang D10, jarak s=8.419 cm dibulatkan 7.5 cm (75 mm): D10-75 (sengkang 2 kaki)

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 57


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

➢ Gambar Penulangan Kolom Melintang

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 58


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

BAB V
TEORI, RUMUS-RUMUS DAN CONTOH SOAL
KOLOM MENAHAN (Pu) DAN (Mu) DAN GAMBAR
PENULANGAN
5.1 Teori
Kolom adalah salah satu komponen struktur vertikal yang secara khusus
difungsikan untuk memikul beban aksial tekan (dengan atau tanpa adanya
momen lentur) dan memiliki rasio tinggi panjang terhadap dimensi terkecilnya
sebesar 3 atau lebih. Pada umumnya selain beban aksial tekan, kolom pada saat
yang bersamaan juga memikul momen lentur. Momen lentur dapat timbul pada
elemen kolom yang merupakan bagian dari portal gedung, karena harus
memikul momen lentur yang berasal dari balok, atau juga momen lentur yang
timbul akibat gaya-gaya lateral. Pada struktur bangunan gedung beton
bertulang, balok, pelat dan kolom umumnya dicor secara monolit, sehingga
akan menimbulkan momen lentur pada kolom akibat kondisi tumpuan ujung.
Dapat dilihat pada Gambar 5.1.

Gambar 5.1 Kolom dengan (a)Beban Aksial dan (b)Momen Lentur


Eksentrisitas, e, merepresentasikan jarak dari titik berat plastis penampang
ke lokasi beban bekerja. Titik berat plastis dapat diperoleh dengan menentukan
lokasi

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 59


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

gaya resultan yang dihasilkan oleh tulangan baja dan beton yang keduanya
mengalami tegangan tekan sebesar fy dan 0,85f / c .

1. Kolom dengan beban eksentris sudah dipelajari dalam bahasan


sebelumnya.
2. Apabila Pn bekerja pada sumbu y dengan eksentrisitas sebesar ey (Gambar
a), akan menghasilkan momen terhadap sumbu x, yang besarnya adalah
Mnx = Pn ey .
3. Atau Pn dapat pula bekerja pada sumbu x dengan eksentrisitas ex (Gambar
b), yang menghasilkan momen Mny = Pn ex .
4. Namun beban Pn dapat juga bekerja pada suatu titik yang berjarak ey
terhadap sumbu x, dan berjarak ex terhadap sumbu y (Gambar c)

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 60


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

5. Pada kasus yang terakhir ini, akan timbul beban kombinasi antara Pn , Mnx
= Pn ey dan Mny = Pn ex . Kolom pada kondisi ini dikatakan mengalami
lentur dua arah (biaxial bending).

Asumsi Desain dan Faktor Reduksi Kekuatan


1. Regangan pada beton dan baja dianggap proporsional terhadap jarak ke
sumbu netral
2. Kesetimbangan gaya dan kompatibilitas regangan harus dipenuhi
3. Regangan tekan maksimum pada beton dibatasi sebesar 0,003
4. Kekuatan beton di daerah tarik dapat diabaikan
5. Tegangan pada tulangan baja adalah fs = eEs < f y
6. Blok tegangan beton dianggap berbentuk persegi sebesar 0,85f / c=β1c yang
terdistribusi merata dari serat tekan terluar hingga setinggi α = β1 c.
Dengan c adalah jarak dari serat tekan terluar ke sumbu netral penampang.
Nilai β1 adalah 0,85, jika f / c < 30 MPa. Nilai β1 akan berkurang 0,05
setiap kenaikan 7 MPa, namun tidak boleh diambil kurang dari 0,65.
7. Faktor reduksi kekuatan, φ,

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 61


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

Penampang Kolom Dengan Keruntuhan Seimbang

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 62


UJIAN TENGAH SEMESTER STRUKTUR BETON I

5.2 Rumus- Rumus

Beban kolom maksimum, Pu :

dimana :

f=0.65; Ag=b*h = luas penampang kolom (cm2)

Ast=m*0.25*3.14*db^2 = luas tulangan total

(cm2) m=jumlah tulangan total

fy=kuat leleh baja rencana (kg/cm2)

Kolom bertulangan simetri 2 sisi dapat didekati dengan rumus :

dimana : e=Mu/Pu; d=0.85*h; d'=0.15*

Fenny Eka Agustiya (30202100088) 63


5.1 Contoh Soal Kolom Menahan (Pu) Dan (Mu) Dan Gambar Penulangan
1. Contoh Soal 1 (Soal 2)
 Dimensi kolom b x h = 200 x 300 mm
 Mutu tulangan, fy’ = 280 Mpa
 Mutu beton, fc’ = 35 Mpa
 Tebal selimut beton, sb = 40 mm
 Diameter tulangan pokok, D = 19 mm
 Gaya Aksial, Pu = 97, 293, 489 kN
 Momen, Mu = 19, 43, 48 kN.m

Kesimpulan :
Dengan melakukan analisa penampang kolom 200 x 300, 8D19
hasil analisa hasil spColumn tersebut diluar kurva, yang artinya kolom
200 x 300, 8D19 tidak aman untuk menahan Mu 19 kN.m dan Pu 97 Kn,
tidak aman untuk menahan Mu 43 kN.m dan Pu 293 Kn, dan aman untuk
menahan Mu 48 kN.m dan Pu 489 Kn,
spColumn v6.00
Computer program for the Strength Design of Reinforced Concrete Sections
Copyright - 1988-2023, STRUCTUREPOINT, LLC.
All rights reserved

y
x

Licensee stated below acknowledges that STRUCTUREPOINT (SP) is not and cannot be responsible for either the accuracy or adequacy of the material supplied
as input for processing by the spColumn computer program. Furthermore, STRUCTUREPOINT neither makes any warranty expressed nor implied with respect to
the correctness of the output prepared by the spColumn program. Although STRUCTUREPOINT has endeavored to produce spColumn error free the program is
not and cannot be certified infallible. The final and only responsibility for analysis, design and engineering documents is the licensee's. Accordingly,
STRUCTUREPOINT disclaims all responsibility in contract, negligence or other tort for any analysis, design or engineering documents prepared in connection with
the use of the spColumn program. Licensed to: Gaming3, gaming3. License ID: -XXXXX
STRUCTUREPOINT - spColumn v6.00 Page | 2
Licensed to: Gaming3, gaming3. License ID: -XXXXX 5/17/2023
untitled.col 1:07 AM

Contents
1. General Information ............................................................................................................................................... 3
2. Material Properties................................................................................................................................................. 3
2.1. Concrete ......................................................................................................................................................... 3
2.2. Steel ............................................................................................................................................................... 3
3. Section................................................................................................................................................................... 3
3.1. Shape and Properties..................................................................................................................................... 3
3.2. Section Figure ................................................................................................................................................ 4
4. Reinforcement ....................................................................................................................................................... 4
4.1. Bar Set: ASTM 615M ..................................................................................................................................... 4
4.2. Confinement and Factors ............................................................................................................................... 4
4.3. Arrangement................................................................................................................................................... 4
5. Factored Loads and Moments with Corresponding Capacities ............................................................................. 5

List of Figures
Figure 1: Column section........................................................................................................................................... 4
STRUCTUREPOINT - spColumn v6.00 Page | 3
Licensed to: Gaming3, gaming3. License ID: -XXXXX 5/17/2023
untitled.col 1:07 AM

1. General Information
File Name untitled.col
Project BAB V
Column K1
Engineer Fenny
Code ACI 318-14
Bar Set ASTM 615M
Units Metric
Run Option Investigation
Run Axis X - axis
Slenderness Not Considered
Column Type Structural

2. Material Properties
2.1. Concrete
Type Standard
f'c 30 MPa
Ec 25743 MPa
fc 25.5 MPa
εu 0.003 mm/mm
β1 0.83245

2.2. Steel
Type Standard
fy 280 MPa
Es 200000 MPa
εyt 0.0014 mm/mm

3. Section
3.1. Shape and Properties
Type Rectangular
Width 200 mm
Depth 300 mm
Ag 60000 mm2
Ix 4.5e+008 mm4
Iy 2e+008 mm4
rx 86.6025 mm
ry 57.735 mm
Xo 0 mm
Yo 0 mm
STRUCTUREPOINT - spColumn v6.00 Page | 4
Licensed to: Gaming3, gaming3. License ID: -XXXXX 5/17/2023
untitled.col 1:07 AM

3.2. Section Figure

y
x

Rectangular 200 x 300 10.92% reinf.


mm

Figure 1: Column section

4. Reinforcement
4.1. Bar Set: ASTM 615M
Bar Diameter Area Bar Diameter Area Bar Diameter Area
mm mm2 mm mm2 mm mm2
#10 9.50 71.00 #13 12.70 129.00 #16 15.90 199.00
#19 19.10 284.00 #22 22.20 387.00 #25 25.40 510.00
#29 28.70 645.00 #32 32.30 819.00 #36 35.80 1006.00
#43 43.00 1452.00 #57 57.30 2581.00

4.2. Confinement and Factors


Confinement type Tied
For #32 bars or less #10 ties
For larger bars #13 ties

Capacity Reduction Factors


Axial compression, (a) 0.8
Tension controlled ɸ, (b) 0.9
Compression controlled ɸ, (c) 0.65

4.3. Arrangement
Pattern All sides equal
Bar layout Rectangular
Cover to Longitudal bars
Clear cover 40 mm
Bars 8 #32
STRUCTUREPOINT - spColumn v6.00 Page | 5
Licensed to: Gaming3, gaming3. License ID: -XXXXX 5/17/2023
untitled.col 1:07 AM

Total steel area, As 6552 mm2


Rho 10.92 %
Minimum clear spacing 12 mm
(Note: Rho > 8.0%)

5. Factored Loads and Moments with Corresponding Capacities


No Pu Mux ɸMnx ɸMn/Mu NA Depth dt Depth εt ɸ
kN kNm kNm mm mm
1 97.00 19.00 136.20 7.169 115 244 0.00337 0.787
2 293.00 43.00 127.40 2.963 135 244 0.00240 0.719
3 489.00 48.00 116.75 2.432 167 244 0.00138 0.650
2. Contoh Soal 2 (Soal 6)
 Dimensi kolom b x h = 300 x 600 mm
 Mutu tulangan, fy’ = 280 Mpa
 Mutu beton, fc’ = 35 Mpa
 Tebal selimut beton, sb = 40 mm
 Diameter tulangan pokok, D = 19 mm
 Gaya Aksial, Pu = 293, 880, 1468 kN
 Momen, Mu = 58, 132, 146 kN.m

Kesimpulan :
Dengan melakukan analisa penampang kolom 200 x 300, 8D19
hasil analisa hasil spColumn tersebut diluar kurva, yang artinya kolom
200 x 300, 8D19 tidak aman untuk menahan Mu 293 kN.m dan Pu 58
Kn, tidak aman untuk menahan Mu 880 kN.m dan Pu 132 Kn, dan aman
untuk menahan Mu 1468 kN.m dan Pu 146 Kn,
spColumn v6.00
Computer program for the Strength Design of Reinforced Concrete Sections
Copyright - 1988-2023, STRUCTUREPOINT, LLC.
All rights reserved

y
x

Licensee stated below acknowledges that STRUCTUREPOINT (SP) is not and cannot be responsible for either the accuracy or adequacy of the material supplied
as input for processing by the spColumn computer program. Furthermore, STRUCTUREPOINT neither makes any warranty expressed nor implied with respect to
the correctness of the output prepared by the spColumn program. Although STRUCTUREPOINT has endeavored to produce spColumn error free the program is
not and cannot be certified infallible. The final and only responsibility for analysis, design and engineering documents is the licensee's. Accordingly,
STRUCTUREPOINT disclaims all responsibility in contract, negligence or other tort for any analysis, design or engineering documents prepared in connection with
the use of the spColumn program. Licensed to: Gaming3, gaming3. License ID: -XXXXX
STRUCTUREPOINT - spColumn v6.00 Page | 2
Licensed to: Gaming3, gaming3. License ID: -XXXXX 5/17/2023
untitled.col 1:21 AM

Contents
1. General Information ............................................................................................................................................... 3
2. Material Properties................................................................................................................................................. 3
2.1. Concrete ......................................................................................................................................................... 3
2.2. Steel ............................................................................................................................................................... 3
3. Section................................................................................................................................................................... 3
3.1. Shape and Properties..................................................................................................................................... 3
3.2. Section Figure ................................................................................................................................................ 4
4. Reinforcement ....................................................................................................................................................... 4
4.1. Bar Set: ASTM 615M ..................................................................................................................................... 4
4.2. Confinement and Factors ............................................................................................................................... 4
4.3. Arrangement................................................................................................................................................... 4
5. Factored Loads and Moments with Corresponding Capacities ............................................................................. 5

List of Figures
Figure 1: Column section........................................................................................................................................... 4
STRUCTUREPOINT - spColumn v6.00 Page | 3
Licensed to: Gaming3, gaming3. License ID: -XXXXX 5/17/2023
untitled.col 1:21 AM

1. General Information
File Name untitled.col
Project BAB V
Column K2
Engineer FENNY
Code ACI 318-14
Bar Set ASTM 615M
Units Metric
Run Option Investigation
Run Axis X - axis
Slenderness Not Considered
Column Type Structural

2. Material Properties
2.1. Concrete
Type Standard
f'c 35 MPa
Ec 27805.6 MPa
fc 29.75 MPa
εu 0.003 mm/mm
β1 0.796192

2.2. Steel
Type Standard
fy 280 MPa
Es 200000 MPa
εyt 0.0014 mm/mm

3. Section
3.1. Shape and Properties
Type Rectangular
Width 300 mm
Depth 600 mm
Ag 180000 mm2
Ix 5.4e+009 mm4
Iy 1.35e+009 mm4
rx 173.205 mm
ry 86.6025 mm
Xo 0 mm
Yo 0 mm
STRUCTUREPOINT - spColumn v6.00 Page | 4
Licensed to: Gaming3, gaming3. License ID: -XXXXX 5/17/2023
untitled.col 1:21 AM

3.2. Section Figure

y
x

Rectangular 300 x 1.33% reinf.


600 mm

Figure 1: Column section

4. Reinforcement
4.1. Bar Set: ASTM 615M
Bar Diameter Area Bar Diameter Area Bar Diameter Area
mm mm2 mm mm2 mm mm2
#10 9.50 71.00 #13 12.70 129.00 #16 15.90 199.00
#19 19.10 284.00 #22 22.20 387.00 #25 25.40 510.00
#29 28.70 645.00 #32 32.30 819.00 #36 35.80 1006.00
#43 43.00 1452.00 #57 57.30 2581.00

4.2. Confinement and Factors


Confinement type Tied
For #32 bars or less #10 ties
For larger bars #13 ties

Capacity Reduction Factors


Axial compression, (a) 0.8
Tension controlled ɸ, (b) 0.9
Compression controlled ɸ, (c) 0.65

4.3. Arrangement
Pattern All sides equal
Bar layout Rectangular
Cover to Longitudal bars
Clear cover 40 mm
Bars 12 #16
STRUCTUREPOINT - spColumn v6.00 Page | 5
Licensed to: Gaming3, gaming3. License ID: -XXXXX 5/17/2023
untitled.col 1:21 AM

Total steel area, As 2388 mm2


Rho 1.33 %
Minimum clear spacing 52 mm

5. Factored Loads and Moments with Corresponding Capacities


No Pu Mux ɸMnx ɸMn/Mu NA Depth dt Depth εt ɸ
kN kNm kNm mm mm
1 293.00 58.00 233.41 4.024 83 552 0.01687 0.900
2 880.00 132.00 347.77 2.635 167 552 0.00694 0.900
3 1464.00 146.00 370.74 2.539 284 552 0.00284 0.750
3. Contoh Soal 3 (Soal 11)
 Dimensi kolom b x h = 400 x 800 mm
 Mutu tulangan, fy’ = 280 Mpa
 Mutu beton, fc’ = 35 Mpa
 Tebal selimut beton, sb = 40 mm
 Diameter tulangan pokok, D = 19 mm
 Gaya Aksial, Pu = 522, 1566, 2611 kN
 Momen, Mu = 104, 234, 261 kN.m

Kesimpulan :
Dengan melakukan analisa penampang kolom 200 x 300, 8D19
hasil analisa hasil spColumn tersebut diluar kurva, yang artinya kolom
200 x 300, 8D19 tidak aman untuk menahan Mu 522 kN.m dan Pu 104
Kn, aman untuk menahan Mu 1566 kN.m dan Pu 234 Kn, dan aman
untuk menahan Mu 2611 kN.m dan Pu 261 Kn,
spColumn v6.00
Computer program for the Strength Design of Reinforced Concrete Sections
Copyright - 1988-2023, STRUCTUREPOINT, LLC.
All rights reserved

y
x

Licensee stated below acknowledges that STRUCTUREPOINT (SP) is not and cannot be responsible for either the accuracy or adequacy of the material supplied
as input for processing by the spColumn computer program. Furthermore, STRUCTUREPOINT neither makes any warranty expressed nor implied with respect to
the correctness of the output prepared by the spColumn program. Although STRUCTUREPOINT has endeavored to produce spColumn error free the program is
not and cannot be certified infallible. The final and only responsibility for analysis, design and engineering documents is the licensee's. Accordingly,
STRUCTUREPOINT disclaims all responsibility in contract, negligence or other tort for any analysis, design or engineering documents prepared in connection with
the use of the spColumn program. Licensed to: Gaming3, gaming3. License ID: -XXXXX
STRUCTUREPOINT - spColumn v6.00 Page | 2
Licensed to: Gaming3, gaming3. License ID: -XXXXX 5/17/2023
untitled.col 1:26 AM

Contents
1. General Information ............................................................................................................................................... 3
2. Material Properties................................................................................................................................................. 3
2.1. Concrete ......................................................................................................................................................... 3
2.2. Steel ............................................................................................................................................................... 3
3. Section................................................................................................................................................................... 3
3.1. Shape and Properties..................................................................................................................................... 3
3.2. Section Figure ................................................................................................................................................ 4
4. Reinforcement ....................................................................................................................................................... 4
4.1. Bar Set: ASTM 615M ..................................................................................................................................... 4
4.2. Confinement and Factors ............................................................................................................................... 4
4.3. Arrangement................................................................................................................................................... 4
5. Factored Loads and Moments with Corresponding Capacities ............................................................................. 5

List of Figures
Figure 1: Column section........................................................................................................................................... 4
STRUCTUREPOINT - spColumn v6.00 Page | 3
Licensed to: Gaming3, gaming3. License ID: -XXXXX 5/17/2023
untitled.col 1:26 AM

1. General Information
File Name untitled.col
Project BAB V
Column K3
Engineer FENNY
Code ACI 318-14
Bar Set ASTM 615M
Units Metric
Run Option Investigation
Run Axis X - axis
Slenderness Not Considered
Column Type Structural

2. Material Properties
2.1. Concrete
Type Standard
f'c 35 MPa
Ec 27805.6 MPa
fc 29.75 MPa
εu 0.003 mm/mm
β1 0.796192

2.2. Steel
Type Standard
fy 280 MPa
Es 200000 MPa
εyt 0.0014 mm/mm

3. Section
3.1. Shape and Properties
Type Rectangular
Width 400 mm
Depth 800 mm
Ag 320000 mm2
Ix 1.70667e+010 mm4
Iy 4.26667e+009 mm4
rx 230.94 mm
ry 115.47 mm
Xo 0 mm
Yo 0 mm
STRUCTUREPOINT - spColumn v6.00 Page | 4
Licensed to: Gaming3, gaming3. License ID: -XXXXX 5/17/2023
untitled.col 1:26 AM

3.2. Section Figure

y
x

Rectangular 400 x 1.42% reinf.


800 mm

Figure 1: Column section

4. Reinforcement
4.1. Bar Set: ASTM 615M
Bar Diameter Area Bar Diameter Area Bar Diameter Area
mm mm2 mm mm2 mm mm2
#10 9.50 71.00 #13 12.70 129.00 #16 15.90 199.00
#19 19.10 284.00 #22 22.20 387.00 #25 25.40 510.00
#29 28.70 645.00 #32 32.30 819.00 #36 35.80 1006.00
#43 43.00 1452.00 #57 57.30 2581.00

4.2. Confinement and Factors


Confinement type Tied
For #32 bars or less #10 ties
For larger bars #13 ties

Capacity Reduction Factors


Axial compression, (a) 0.8
Tension controlled ɸ, (b) 0.9
Compression controlled ɸ, (c) 0.65

4.3. Arrangement
Pattern All sides equal
Bar layout Rectangular
Cover to Longitudal bars
Clear cover 14 mm
Bars 16 #19
STRUCTUREPOINT - spColumn v6.00 Page | 5
Licensed to: Gaming3, gaming3. License ID: -XXXXX 5/17/2023
untitled.col 1:26 AM

Total steel area, As 4544 mm2


Rho 1.42 %
Minimum clear spacing 69 mm

5. Factored Loads and Moments with Corresponding Capacities


No Pu Mux ɸMnx ɸMn/Mu NA Depth dt Depth εt ɸ
kN kNm kNm mm mm
1 522.00 104.00 605.17 5.819 116 776 0.01708 0.900
2 1566.00 234.00 870.92 3.722 220 776 0.00757 0.900
3 2611.00 261.00 962.73 3.689 359 776 0.00349 0.795
4. Contoh Soal 4 (Soal 14)
 Dimensi kolom b x h = 500 x 700 mm
 Mutu tulangan, fy’ = 280 Mpa
 Mutu beton, fc’ = 35 Mpa
 Tebal selimut beton, sb = 40 mm
 Diameter tulangan pokok, D = 19 mm
 Gaya Aksial, Pu = 571, 1713, 2856 kN
 Momen, Mu = 114, 256, 285 kN.m

Kesimpulan :
Dengan melakukan analisa penampang kolom 200 x 300, 8D19
hasil analisa hasil spColumn tersebut diluar kurva, yang artinya kolom
200 x 300, 8D19 tidak aman untuk menahan Mu 571 kN.m dan Pu 114
Kn, tidak aman untuk menahan Mu 1713 kN.m dan Pu 256 Kn, dan aman
untuk menahan Mu 2856 kN.m dan Pu 285 Kn,
spColumn v6.00
Computer program for the Strength Design of Reinforced Concrete Sections
Copyright - 1988-2023, STRUCTUREPOINT, LLC.
All rights reserved

y
x

Licensee stated below acknowledges that STRUCTUREPOINT (SP) is not and cannot be responsible for either the accuracy or adequacy of the material supplied
as input for processing by the spColumn computer program. Furthermore, STRUCTUREPOINT neither makes any warranty expressed nor implied with respect to
the correctness of the output prepared by the spColumn program. Although STRUCTUREPOINT has endeavored to produce spColumn error free the program is
not and cannot be certified infallible. The final and only responsibility for analysis, design and engineering documents is the licensee's. Accordingly,
STRUCTUREPOINT disclaims all responsibility in contract, negligence or other tort for any analysis, design or engineering documents prepared in connection with
the use of the spColumn program. Licensed to: Gaming3, gaming3. License ID: -XXXXX
STRUCTUREPOINT - spColumn v6.00 Page | 2
Licensed to: Gaming3, gaming3. License ID: -XXXXX 5/17/2023
untitled.col 1:34 AM

Contents
1. General Information ............................................................................................................................................... 3
2. Material Properties................................................................................................................................................. 3
2.1. Concrete ......................................................................................................................................................... 3
2.2. Steel ............................................................................................................................................................... 3
3. Section................................................................................................................................................................... 3
3.1. Shape and Properties..................................................................................................................................... 3
3.2. Section Figure ................................................................................................................................................ 4
4. Reinforcement ....................................................................................................................................................... 4
4.1. Bar Set: ASTM 615M ..................................................................................................................................... 4
4.2. Confinement and Factors ............................................................................................................................... 4
4.3. Arrangement................................................................................................................................................... 4
5. Factored Loads and Moments with Corresponding Capacities ............................................................................. 5

List of Figures
Figure 1: Column section........................................................................................................................................... 4
STRUCTUREPOINT - spColumn v6.00 Page | 3
Licensed to: Gaming3, gaming3. License ID: -XXXXX 5/17/2023
untitled.col 1:34 AM

1. General Information
File Name untitled.col
Project BAB V
Column K4
Engineer FENNY
Code ACI 318-14
Bar Set ASTM 615M
Units Metric
Run Option Investigation
Run Axis X - axis
Slenderness Not Considered
Column Type Structural

2. Material Properties
2.1. Concrete
Type Standard
f'c 35 MPa
Ec 27805.6 MPa
fc 29.75 MPa
εu 0.003 mm/mm
β1 0.796192

2.2. Steel
Type Standard
fy 280 MPa
Es 200000 MPa
εyt 0.0014 mm/mm

3. Section
3.1. Shape and Properties
Type Rectangular
Width 500 mm
Depth 700 mm
Ag 350000 mm2
Ix 1.42917e+010 mm4
Iy 7.29167e+009 mm4
rx 202.073 mm
ry 144.338 mm
Xo 0 mm
Yo 0 mm
STRUCTUREPOINT - spColumn v6.00 Page | 4
Licensed to: Gaming3, gaming3. License ID: -XXXXX 5/17/2023
untitled.col 1:34 AM

3.2. Section Figure

y
x

Rectangular 500 x 700 1.30% reinf.


mm

Figure 1: Column section

4. Reinforcement
4.1. Bar Set: ASTM 615M
Bar Diameter Area Bar Diameter Area Bar Diameter Area
mm mm2 mm mm2 mm mm2
#10 9.50 71.00 #13 12.70 129.00 #16 15.90 199.00
#19 19.10 284.00 #22 22.20 387.00 #25 25.40 510.00
#29 28.70 645.00 #32 32.30 819.00 #36 35.80 1006.00
#43 43.00 1452.00 #57 57.30 2581.00

4.2. Confinement and Factors


Confinement type Tied
For #32 bars or less #10 ties
For larger bars #13 ties

Capacity Reduction Factors


Axial compression, (a) 0.8
Tension controlled ɸ, (b) 0.9
Compression controlled ɸ, (c) 0.65

4.3. Arrangement
Pattern All sides equal
Bar layout Rectangular
Cover to Longitudal bars
Clear cover 40 mm
Bars 16 #19
STRUCTUREPOINT - spColumn v6.00 Page | 5
Licensed to: Gaming3, gaming3. License ID: -XXXXX 5/17/2023
untitled.col 1:34 AM

Total steel area, As 4544 mm2


Rho 1.30 %
Minimum clear spacing 81 mm

5. Factored Loads and Moments with Corresponding Capacities


No Pu Mux ɸMnx ɸMn/Mu NA Depth dt Depth εt ɸ
kN kNm kNm mm mm
1 571.00 114.00 526.79 4.621 97 650 0.01703 0.900
2 1713.00 256.00 783.71 3.061 192 650 0.00715 0.900
3 2856.00 285.00 848.99 2.979 327 650 0.00297 0.759
5. Contoh Soal 5 (Soal 2)
 Dimensi kolom b x h = 600 x 800 mm
 Mutu tulangan, fy’ = 280 Mpa
 Mutu beton, fc’ = 35 Mpa
 Tebal selimut beton, sb = 40 mm
 Diameter tulangan pokok, D = 22 mm
 Gaya Aksial, Pu = 783, 2349, 3916 kN
 Momen, Mu = 156, 352, 391 kN.m

Kesimpulan :
Dengan melakukan analisa penampang kolom 200 x 300, 8D19
hasil analisa hasil spColumn tersebut diluar kurva, yang artinya kolom
200 x 300, 8D19 tidak aman untuk menahan Mu 783 kN.m dan Pu 156
Kn, aman untuk menahan Mu 2349 kN.m dan Pu 352 Kn, dan aman
untuk menahan Mu 3916 kN.m dan Pu 391 Kn,
spColumn v6.00
Computer program for the Strength Design of Reinforced Concrete Sections
Copyright - 1988-2023, STRUCTUREPOINT, LLC.
All rights reserved

y
x

Licensee stated below acknowledges that STRUCTUREPOINT (SP) is not and cannot be responsible for either the accuracy or adequacy of the material supplied
as input for processing by the spColumn computer program. Furthermore, STRUCTUREPOINT neither makes any warranty expressed nor implied with respect to
the correctness of the output prepared by the spColumn program. Although STRUCTUREPOINT has endeavored to produce spColumn error free the program is
not and cannot be certified infallible. The final and only responsibility for analysis, design and engineering documents is the licensee's. Accordingly,
STRUCTUREPOINT disclaims all responsibility in contract, negligence or other tort for any analysis, design or engineering documents prepared in connection with
the use of the spColumn program. Licensed to: Gaming3, gaming3. License ID: -XXXXX
STRUCTUREPOINT - spColumn v6.00 Page | 2
Licensed to: Gaming3, gaming3. License ID: -XXXXX 5/17/2023
untitled.col 1:47 AM

Contents
1. General Information ............................................................................................................................................... 3
2. Material Properties................................................................................................................................................. 3
2.1. Concrete ......................................................................................................................................................... 3
2.2. Steel ............................................................................................................................................................... 3
3. Section................................................................................................................................................................... 3
3.1. Shape and Properties..................................................................................................................................... 3
3.2. Section Figure ................................................................................................................................................ 4
4. Reinforcement ....................................................................................................................................................... 4
4.1. Bar Set: ASTM 615M ..................................................................................................................................... 4
4.2. Confinement and Factors ............................................................................................................................... 4
4.3. Arrangement................................................................................................................................................... 4
5. Factored Loads and Moments with Corresponding Capacities ............................................................................. 5

List of Figures
Figure 1: Column section........................................................................................................................................... 4
STRUCTUREPOINT - spColumn v6.00 Page | 3
Licensed to: Gaming3, gaming3. License ID: -XXXXX 5/17/2023
untitled.col 1:47 AM

1. General Information
File Name untitled.col
Project BAB V
Column K5
Engineer FENNY
Code ACI 318-14
Bar Set ASTM 615M
Units Metric
Run Option Investigation
Run Axis X - axis
Slenderness Not Considered
Column Type Structural

2. Material Properties
2.1. Concrete
Type Standard
f'c 35 MPa
Ec 27805.6 MPa
fc 29.75 MPa
εu 0.003 mm/mm
β1 0.796192

2.2. Steel
Type Standard
fy 280 MPa
Es 200000 MPa
εyt 0.0014 mm/mm

3. Section
3.1. Shape and Properties
Type Rectangular
Width 600 mm
Depth 800 mm
Ag 480000 mm2
Ix 2.56e+010 mm4
Iy 1.44e+010 mm4
rx 230.94 mm
ry 173.205 mm
Xo 0 mm
Yo 0 mm
STRUCTUREPOINT - spColumn v6.00 Page | 4
Licensed to: Gaming3, gaming3. License ID: -XXXXX 5/17/2023
untitled.col 1:47 AM

3.2. Section Figure

y
x

Rectangular 600 x 800 mm 1.29% reinf.

Figure 1: Column section

4. Reinforcement
4.1. Bar Set: ASTM 615M
Bar Diameter Area Bar Diameter Area Bar Diameter Area
mm mm2 mm mm2 mm mm2
#10 9.50 71.00 #13 12.70 129.00 #16 15.90 199.00
#19 19.10 284.00 #22 22.20 387.00 #25 25.40 510.00
#29 28.70 645.00 #32 32.30 819.00 #36 35.80 1006.00
#43 43.00 1452.00 #57 57.30 2581.00

4.2. Confinement and Factors


Confinement type Tied
For #32 bars or less #10 ties
For larger bars #13 ties

Capacity Reduction Factors


Axial compression, (a) 0.8
Tension controlled ɸ, (b) 0.9
Compression controlled ɸ, (c) 0.65

4.3. Arrangement
Pattern All sides equal
Bar layout Rectangular
Cover to Longitudal bars
Clear cover 40 mm
Bars 16 #22
STRUCTUREPOINT - spColumn v6.00 Page | 5
Licensed to: Gaming3, gaming3. License ID: -XXXXX 5/17/2023
untitled.col 1:47 AM

Total steel area, As 6192 mm2


Rho 1.29 %
Minimum clear spacing 102 mm

5. Factored Loads and Moments with Corresponding Capacities


No Pu Mux ɸMnx ɸMn/Mu NA Depth dt Depth εt ɸ
kN kNm kNm mm mm
1 783.00 156.00 827.43 5.304 111 749 0.01724 0.900
2 2349.00 352.00 1230.78 3.497 219 749 0.00725 0.900
3 3916.00 391.00 1341.85 3.432 371 749 0.00306 0.765

Anda mungkin juga menyukai