Anda di halaman 1dari 87

Laporan Tugas Besar Irigasi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Daerah Irigasi Sragi adalah Daerah Irigasi Kewenangan Pusat yang
terletak di Kabupaten Pekalongan, tepatnya berlokasi di Desa Brondong, Desa
Gembiro, Desa Podosari dan Kecamatan Kesesi. Luas Baku Daerah Irigasi
Sragi menurut Permen PUPR No.14/PRT/M/2015 adalah 3.212 Ha. Pada
musim kemarau kebutuhan air irigasi di Desa Brondong, Gembiro dan
Podosari masih belum mencukupi. Dengan permasalahan seperti itu
diperlukan pengembangan potensi air serta sumber air yang ada, yaitu dengan
perencanaan bendung tetap di Sungai Sragi di Desa Brondong, Desa Gembiro
dan Desa Pondosari fungsi bendung tetap ini untuk menaikkan elevasi muka
air, dan meningkatkan tampungan air hujan pada tubuh sungai yang
dibendung, yang airnya dapat dimanfaatkan saat musim kemarau dan dapat
memberikan solusi untuk mengairi sawah seluas 3.212 Ha di Desa Brondong,
Desa Gembiro dan Desa Podosari.
Dikarenakan elevasi sungai lebih rendah dari elevasi areal sawah, sehingga
diperlukan pompa dan reservoar. Pompa ini berfungsi untuk menaikkan air
yang di bendung ke reservoar yang berada di sebelah sungai yang dibendung.
Reservoar ini akan dibangun dengan volume tampungan yang harus
mencukupi untuk suplisi irigasi. Setelah bendung tetap, pompa dan reservoar
yang direncanakan dapat mengairi lahan pertanian seluas 3.212 Ha. Dalam
pelaksanaan pembangunan bendung tetap ini diperlukan perencanaan yang
baik, dan dalam perencanaannya diperlukan desain yang kuat dengan
memperhitungkan kondisi daerah dan letak topografis.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, maka didapat rumusan
masalahnya yang ada diantaranya:
• Berapa dimensi bendung tetap yang diperlukan
• Bagaimana kestabilan bendung terhadap tekanan yang timbul

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


1
Laporan Tugas Besar Irigasi

1.3 Tujuan
Dengan rumusan masalah di atas, dapat disimpulkan tujuan yang ada
diantaranya:
 Menghitung besar debit rencana.
 Merencanakan dimensi bendung tetap.
 Menghitung kestabilan bendung.
1.4 Manfaat
Terwujudnya pembangunan bendung di Desa Brondong, Desa Gembiro, Desa
Podosari dan Kecamatan Kesesi. Diharapkan bisa menyediakan air untuk
tanaman padi pada daerah irigasi seluas 3,212 Ha saat musim kemarau.
1.5 Ruang Lingkup
Berdasarkan pembahasan dalam proposal tugas besar ini, ruang lingkup yang
dibahas adalah:
 Analisa Hidrologi
 Analisa Hidrolika
 Merencanakan bendung tetap
 Stabilitas konstruksi Bendung
1.6 Lokasi
Lokasi bendung terletak di Desa Brondong, Desa Gembiro, Desa Podosari
dan Kecamatan Kesesi. Untuk mencapai ke lokasi pekerjaan dapat dicapai
dari Kantor Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana dengan menggunakan
kendaraan roda empat (mobil) dengan jarak tempuh ± 128 Km dengan waktu
tempuh ± 2 jam 8 menit. Perjalanan ditempuh dari Kantor Balai Besar
Wilayah Sungai Pemali – Juana dengan melewati arah Tol Tanjung Mas –
Srondol dengan waktu tempuh ± 1 jam 7 menit. Diteruskan menuju ke lokasi
pekerjaan di Daerah Irigasi Sragi, Kabupaten Pekalongan dengan kondisi
jalan beraspal cukup baik.

Berikut ini adalah rincian perjalanan : (± 128 Menit)

1. Kantor Balai Besar Wilayah Sungai Pemali – Juana kearah Jalan Tol
Tanjungmas – Srondol sepanjang (3.7 Km / ± 8 Menit).

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


2
Laporan Tugas Besar Irigasi

2. Tol Semarang – Batang ke Jalan Tol Pemalang – Batang sepanjang


(93.4 Km / ± 67 Menit).
3. Tol Pemalang – Batang kearah Bendung Brondong sepanjang (30.5 Km
/ ± 58 Menit)

Gambar 1.1 DAS dan Sung


Gambar 1.2 Lokasi Bendung dan Lahan Irigasi

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


3
Laporan Tugas Besar Irigasi

1.7 Sistematika Penulisan

Pelaksanaan penulisan tugas “Perencanaan Bendung Tonggauna,


Kabupaten Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara” terdiri atas 5 bab dengan
sistematika sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang, maksud dan tujuan, lokasi perencanaan, lingkup
pembahasan dan sistematika penulisan.

BAB II : Studi Pustaka

Bab ini berisi tentang teori-teori dan dasar-dasar perhitungan yang akan
digunakan untuk pemecahan masalah yang ada baik untuk menganalisis
faktor-faktor dan data-data pendukung maupun perhitungan teknis
perencanaan bendung.

BAB III : Metodologi

Bab ini berisi tentang bagaimana alur penyusunan tugas. Dengan pengolahan
data dan analisis yang sesuai akan diperoleh variabel-variabel yang nantinya
akan digunakan untuk perencanaan bendung.

BAB IV : Analisis Data

Bab ini berisi tentang analisis data hidrologi yang digunakan untuk mencari
debit banjir rencana, debit andalan, kebutuhan air dan neraca air sehingga
dapat digunakan dalam perhitungan perencanaan bendung. Analisis data yang
dilakukan meliputi peta topografi, data curah hujan, dan data klimatologi.
Selain itu, terdapat analisis elevasi muka air dari saluran primer sampai
elevasi muka air di bangunan pengambilan utama (intake) yang bertujuan
untuk menentukan elevasi mercu bendung, desain bangunan pelengkap
meliputi desain saluran primer, kantong lumpur dan bangunan pembilas. Dan
analisis stabilitas gaya-gaya yang bekerja pada bendung baik kondisi air
normal maupun kondisi air banjir.

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


4
Laporan Tugas Besar Irigasi

BAB V : Perencanaan Skema Jaringan Irigasi

Memuat tentang dasar teori tentang perencanaan skema jaringan irigasi,


gambar perencanaan, dan perhitungan debit petak sekunder serta ruas-ruas
saluran primer.

BAB VI : Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis
perencanaan juga saran yang bisa diberikan.

BAB VII : Penutup

Bab ini memuat tentang penutup dalam seuatu laporan.

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


5
Laporan Tugas Besar Irigasi

BAB II
STUDI PUSTAKA

2.1 Uraian Umum


Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum N0.30/PRT/M/2007 Pasal
1 ayat 3, irigasi adalah penyediaan, pengaturan, pembuangan air irigasi untuk
meunjang pertanian, yang sejenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi
rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa dan irigasi tambak.
Di dalam irigasi, ada 3 komponen terpenting yang tidak dapat
dipisahkan, yaitu sumber air irigasi, daerah irigasi, dan sistem jaringan irigasi.
Daerah irigasi merupakan kesatuan lahan yang mendapat air dari suatu
jaringan irigasi. Sedangkan sistem jaringan irigasi adalah saluran, bangunan
dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan
untuk penyediaan, pembagian, pemberian penggunaan, dan pembuangan
irigasi.
Pengembangan sumber daya air dapat dikelompokkan dalam dua
kegiatan yaitu pemanfaatan air dan pengaturan air. Untuk dapat
melaksanakan kedua kegiatan tersebut diperlukan konsep, perancangan,
perencanaan, pembangunan dan pengoperasian fasilitas-fasilitas
pendukungnya. Pemanfaatan sumber daya air meliputi penyediaan air untuk
kebutuhan air bersih, irigasi, pembangkit listrik tenaga air, perikanan,
peternakan, pemeliharaan sungai dan lalu lintas air. Kegiatan pengendalian
banjir, drainase dan pembuangan limbah termasuk dalam pengaturan sumber
daya air sehingga kelebihan air tersebut tidak menimbulkan bencana.
(Bambang Triatmodjo,2013).
Yang dimaksud dengan perencanaan adalah suatu proses kegiatan untuk
menentukan tindakan yang akan dilakukan secara terkoordinasi dan terarah
dalam rangka mencapai tujuan pengelolaan sumber daya air yaitu
mewujudkan kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.
Perencanaan Bendung Gemarang termasuk dalam kegiatan
pemanfaatan sumber daya air untuk meningkatkan produksi pertanian

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


6
Laporan Tugas Besar Irigasi

khususnnya padi untuk memantapkan ketersediaan pangan, meningkatkan


pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan petani dan meminimalisasi
konflik pengaturan air irigasi.
Sudah ada studi yang direncanakan pada lokasi ini, perencana tidak
mendapatkan data debit di lokasi tersebut karena tidak ada pengukuran di sungai
Soko Bawah, karenanya perencana menggunakan metode FJ mok untuk acuan
pendekatan data debit, perencana telah merencanakan bendung tetap dengan
ketentuan dimensi bendung seperti berikut :
Ketinggian bendung : 1,59 m
Lebar efektif bendung : 14,3 m
Tipe mercu bendung : Bulat
Jari- jari Mercu Bendung : 0,5 m
Tipe Kolam Olak : Bak Tenggelam
Jari-jari Kolam Olak : 2m
Perencanaan bendung tetap diatas tidak dilengkapi dengan pintu intake
karena elevasi sawah tertinggi berada di atas elevasi muka air sungai, nantinya
bendung tetap ini akan menggunakan pompa sebagai media yang
menghantarkan air ke elevasi sawah tertinggi.
Untuk perhitungan lain seperti perhitungan hidrologi dan hidrolika untuk
mencapai perencanaan bendung tidak diberikan oleh perencana, hanya data –
data diatas yang diberikan.
2.2 Tujuan dan Manfaat Irigasi
Irigasi merupakan suatu komponen terpenting dalam usaha pertanian.
Tujuan irigasi pada suatu daerah adalah upaya untuk penyediaan dan
pengaturan air untuk menunjang pertanian, dari sumber air ke daerah yang
memerlukan dan mendistribusikan secara teknis dan sistematis.
Berikut ini merupakan uraian dari manfaat suatu sistem irigasi, adalah
sebagai berikut :
1. Membasahi tanah
Pada tanah yang basah, tanaman mampu menghisap air dari tanah
tersebut. Selain itu, air merupakan suatu kebutuhan pokok bagi tanaman.
Bagi tanaman, air dapat berfungsi sebagai berikut :

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


7
Laporan Tugas Besar Irigasi

 Pelarut dan medium reaksi biokimia


 Penyusun tubuh tanaman (70%-90%)
 Medium transpor senyawa

 Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan sel dan


pembelahan sel)
 Bahan baku fotosintesis
 Menjaga suhu tanaman tetap konstan
2. Untuk mengatur pembasahan tanah, yang dimaksudkan adalah agar daerah
pertanian dapat diairi sepanjang waktu, baik pada musim kemarau maupun
pada musim hujan.
3. Untuk menyuburkan tanah, yaitu dengan mengalirkan air yang
mengandung unsur lumpur pada darah pertanian sehingga tanah dapat
menerima unur-unsur penyubur.
4. Untuk kolmatase, yaitu meninggikan tanah yang rendah (rawa) dengan
endapan lupur yang dikandung oleh air irigasi.

2.3 Jaringan Irigasi


2.3.1. Klasifikasi Jaringan Irigasi
Dalam suatu jaringan irigasi dapat dibedakan adanya empat unsur
fungsional pokok (KP – 01 Perencanaan Jaringan Irigasi, 1986), yaitu:
1. Bangunan-bangunan utama (headworks), di mana air diambil dari
sumbernya, umumnya sungai atau waduk,
2. Jaringan pembawa berupa saluran yang mengalirkan air irigasi ke
petak-petak tersier,
3. Petak-petak tersier dengan sistem pembagian air dan sistem
pembuangan kolektif, air irigasi dibagi-bagi dan dialirkan
kesawahsawah dan kelebihan air ditampung di dalam suatu sistem
pembuangan di dalam petak tersier;
4. Sistem pembuang berupa saluran dan bangunan bertujuan untuk
membuang kelebihan air dari sawah ke sungai atau saluran-saluran

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


8
Laporan Tugas Besar Irigasi

alamiah.
Berdasarkan Standar Perencanaan Irigasi pada Kriteria
Perencanaan Jaringan lrigasi dari Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
(KP-01 Perencanaan Jaringan Irigasi, 1986), klasifikasi sistem jaringan
irigasi berdasarkan cara pengaturan pengukuran aliran dan kelengkapan
fasilitasnya, dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian, antara lain :

1. Jaringan irigasi Sederhana


Di dalam jaringan irigasi sederhana, pembagian air tidak diukur
atau diatur sehingga air akan lebih mengalir ke selarun pembuang.
Persediaan air biasanya berlimpah dengan kemiringan berkisar antara
sedang sampai curam. Oleh karena itu hampir-hampir tidak diperlukan
teknik yang sulit untuk sistem pembagian airnya (lihat gambar 2.1).

Gambar 2.1. Jaringan Irigasi Sederhana


Sumber : KP – 01 Perencanaan Jaringan Irigasi

Jaringan irigasi yang masih sederhana itu mudah diorganisasi


tetapi memiliki kelemahan-kelemahan yang serius. Berikut ini
merupkan kelemahan-kelemahan jaringan irigasi sederhana :
a. Ada pemborosan air dan, karena pada umumnya jaringan ini terletak di

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


9
Laporan Tugas Besar Irigasi

daerah yang tinggi, air yang terbuang itu tidak selalu dapat mencapai
daerah rendah yang lebih subur.
b. Terdapat banyak penyadapan yang memerlukan lebih banyak biaya lagi
dari penduduk karena setiap desa membuat jaringan dan pengambilan
sendiri-sendiri.
c. Karena bangunan pengelaknya bukan bangunan tetap/permanen, maka
umurnya mungkin pendek.

2. Jaringan Irigasi Semi Teknis


Perbedaan satu-satunya antara jaringan irigasi sederhana dan
jaringan semiteknis adalah bahwa jaringan semiteknis ini bendungnya
terletak di sungai lengkap dengan bangunan pengambilan dan bangunan
pengukur di bagian hilirnya. Mungkin juga dibangun beberapa
bangunan permanen di jaringan saluran.
Sistem pembagian air biasanya serupa dengan jaringan sederhana
(lihat Gambar 2.2). Adalah mungkin bahwa pengambilan dipakai untuk
melayani/mengairi daerah yang lebih luas dari daerah layanan pada
jaringan sederhana. Oleh karena itu biayanya ditanggung oleh lebih
banyak daerah layanan. Organisasinya akan lebih rumit jika bangunan
tetapnya berupa bangunan pengambilan dari sungai, karena diperlukan
lebih banyak keterlibatan dari pemerintah, dalam hal ini Departemen
Pekerjaan Umum.

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


10
Laporan Tugas Besar Irigasi

Gambar 2.2. Jaringan Irigasi Semi Teknis


Sumber : KP – 01 Perencanaan Jaringan Irigasi

3. Jaringan Irigasi Teknis


Salah satu prinsip dalam perencanaan jaringan teknis adalah
pemisahan antara jaringan irigasi dan jaringan pembuang/pematus. Hal
ini berarti bahwa baik saluran irigasi maupun pembuang tetap bekerja
sesuai dengan fungsinya masing-masing, dari pangkal hingga ujung.
Saluran irigasi mengalirkan air irigasi ke sawah-sawah dan saluran
pembuang mengalirkan air lebih dari sawah-sawah ke saluran
pembuang alamiah yang kemudian akan diteruskan ke laut (lihat
Gambar 2.3). Cara pembagian air yang paling efisien dengan
mempertimbangkan waktu merosotnya persediaan air serta kebutuhan
pertanian merupakan prinsip dari jaringan irigasi teknis. Jaringan irigasi
teknis memungkinkan dilakukannya pengukuran aliran, pembagian air
irigasi dan pembuangan air lebih secara efisien.

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


11
Laporan Tugas Besar Irigasi

Gambar 2.3. Jaringan Irigasi Semi Teknis


Sumber : KP – 01 Perencanaan Jaringan Irigasi

Secara umum klasifikasi jaringan irigasi berdasarkan cara


pengaturan pengukuran aliran dan kelengkapan fasilitasnya, dapat
dilihat pada tabel berikut ini :

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


12
Laporan Tugas Besar Irigasi

Tabel 2.1. Klasifikasi Jaringan Irigasi


Klasifikasi Jaringan Irigasi
No. Parameter
Teknis Semiteknis Sederhana

Bangunan Bangunan permanen Bangunan


1 Bangunan Utama
permanen atau semi permanen Sementara

Kemampuan
bangunan dalam
2 Baik Sedang Jelek
mengukur dan
mengaturdebit

Saluran Irigasi dan Saluran Irigasi dan Saluran Irigasi


3 Jaringan saluran pembuang pembuang tidak dan pembuang
terpisah sepenuhnya terpisah jadi satu

Dikembangkan Belum dikembangkan Belum ada


sepenuhnya atau densitas bangunan jaringan terpisah
4 Petak Tersier
tersier jarang yang
dikembangkan

Efisiensi secara Tinggi (50-60%) Sedang (40-50%) Kurang (<40%)


5
keseluruhan

6 Ukuran Tidak ada batasan Sampai 2000 ha Tidak ada 500 ha

Ada keseluruh Hanya sebagian areal Cenderung tidak


7 Jalan Usaha Tani
areal ada

Kondisi Ada instansi yang Belum teratur Tidak ada O & P


Operasiona& menangani dan
8
Pemeliharaan (O & dilaksanakan
P) dengan teratur

Sumber : KP – 01 Perencanaan Jaringan Irigasi

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


13
Laporan Tugas Besar Irigasi

pengaturan tata letak dan memungkinkan pembagian air secara efisien.


Petak tersier harus terletak berbatasan langsung dengan saluran
sekunder atau saluran primer, kecuali apabila petak-petak tersier tidak
secara langsung terletak disepanjang jaringan saluran irigasi utama.
Petak tersier mempunyai batas-batas yang jelas misalnya : parit, jalan,
dan batas desa.
2.4 Analisis Hidrologi
Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik
mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannnya, sifat-sifatnya dan
hubungan dengan lingkungannya terutama dengan makhluk hidup. Penerapan
ilmu hidrologi dapat dijumpai dalam beberapa kegiatan seperti perencanaan
dan operasi bangunan air, penyediaan air untuk berbagai keperluan (air
bersih, irigasi, perikanan, peternakan), pembangkit listrik tenaga air,
pengendalian banjir, pengendalian erosi dan sedimentasi, transportasi air,
drainase, pengendali polusi, dan sebagainya.
Pada perencanaan bendung, analisis hidrologi yang dilakukan adalah
menentukan debit banjir rencana, analisis debit andalan serta analisis
kebutuhan dan ketersediaan air.

2.5 Penentuan Debit Banjir Rencana


Banjir mempengaruhi bangunan-bangunan air seperti bendung,
bendungan, tanggul, jembatan dan sebagainya. Bangunan-bangunan tersebut
harus direncanakan untuk dapat melewatkan debit banjir maksimum yang
mungkin terjadi.
Berdasarkan Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan Utama, banjir
rencana maksimum untuk bangunan bendung diambil sebagai debit banjir
dengan periode ulang 100 tahun. Banjir dengan periode ulang 1000 tahun
diperlukan untuk mengetahui tinggi tanggul banjir dan mengontrol keamanan
bangunan utama. Analisa perhitungan bentuk mercu dan permukaan tubuh
bendung bagian hilir didasarkan atas debit yang paling dominan terhadap
daya gerus dan daya hisap, yang ditetapkan debit dengan periode ulang 5-25
tahun.

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


14
Laporan Tugas Besar Irigasi

Sedangkan analisa perhitungan kolam olak didasarkan atas debit


dominan yang mengakibatkan efek degradasi dasar sungai di hilir kolam olak.
Debit dominan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan formasi material dasar
sungai terhadap gerusan, yang ditetapkan debit dengan periode ulang 25-100
tahun.
Debit rencana dapat dihitung dengan menggunakan beberapa metode
antara lain metode Rasional, Hasper, Hidrograf Satuan Sintetik Gama I,
Passing Capacity dan sebagainya. Data yang digunakan pada metode tersebut
di atas dapat berupa data hujan atau data debit tergantung metodenya. Untuk
itu berikut akan diuraikan secara singkat mengenai dasar- dasar teori yang
akan digunakan dalam penentuan debit banjir rencana.

2.5.1 Curah Hujan Daerah


Hujan merupakan sumber dari semua air yang mengalir di sungai
dan di dalam tampungan baik di atas maupun di bawah permukaan tanah.
Jumlah dan variasi debit sungai tergantung pada jumlah, intensitas dan
distribusi hujan. Terdapat hubungan antara debit sungai dan curah hujan
yang jatuh di DAS yang bersangkutan. Apabila data pencatatan debit tidak
ada, data pencatatan hujan dapat digunakan untuk memperkirakan debit
aliran. Pengukuran dapat dilakukan secara langsung dengan menampung
air hujan yang jatuh. Namun tidak mungkin menampung hujan di seluruh
daerah tangkapan air. Hujan di suatu daerah hanya dapat diukur di
beberapa titik yang ditetapkan dengan menggunakan alat pengukur hujan.
Hujan yang terukur oleh alat tersebut mewakili suatu luasan daerah
disekitarnya.
Data hujan yang diperoleh dapat digunakan untuk analisis banjir,
penentuan banjir rencana, analisis ketersediaan air di sungai dan
sebagainya.
2.5.2 Daerah Aliran Sungai (DAS)
Konsep daerah aliran sungai atau yang sering disingkat dengan DAS
merupakan dasar dari semua perencanaan hidrologi. Mengingat DAS yang
besar pada dasarnya tersusun dari DAS-DAS kecil, dan DAS kecil ini juga
tersusun dari DAS-DAS yang lebih kecil lagi. Secara umum DAS dapat

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


15
Laporan Tugas Besar Irigasi

didefinisikan sebagai suatu wilayah yang dibatasi oleh batas alam seperti
punggung bukit-bukit atau gunung, maupun batas buatan seperti jalan atau
tanggul, dimana air hujan yang turun di wilayah tersebut memberi
konstribusi aliran ketitik control (outlet). DAS ditentukan dengan
menggunakan peta topografi yang dilengkapi dengan garis-garis kontur.
Untuk maksud tersebut dapat digunakan peta topografi dengan skala
1 : 50.000. luas DAS dapat diperkirakan dengan mengukur daerah itu pada
peta topografi. Luas DAS sangat berpengaruh terhadap debit sungai. Pada
umumnya semakin besar DAS semakin besar jumlah limpasan permukaan
sehingga semakin besar pula aliran permukaan atau debit sungai.
2.5.3 Analisis Curah Hujan Rencana
Stasiun penakar hujan hanya memberikan kedalaman hujan di titik di
mana stasiun termasuk berada, sehingga hujan pada suatu luasan harus
diperkirakan dari titik pengukuran tersebut. Apabila pada suatu daerah
terdapat lebih dari suatu stasiun pengukuran yang ditempatkan secara
terpencar, hujan yang tercatat dimasing-masing stasiun dapat tidak sama.
Dalam analisis hidrologi sering diperlukan untuk menentukan hujan rerata
pada daerah tersebut, yang dapat dilakukan dengan tiga metode, salah
satunya menggunakan metode polygon thiessen.

2.5.3.1 Metode Polygon Thiessen

Metode ini memperhitungkan bobot dari masing-masing


stasiun yang mewakili luasan disekitarnya. Pada suatu luasan di dalam
DAS dianggap bahwa hujan adalah sama dengan yang terjadi pada
stasiun yang terdekat, sehingga hujan yang tercatat pada suatu stasiun
mewakili luasan tersebut. Metode ini digunakan apabila penyebaran
stasiun hujan di daerah yang ditinjau tidak merata. Hitungan hujan
rerata dilakukan dengan memperhitungkan daerah perngaruh dari tiap
stasiun.
a. Stasiun pencatat hujan digambarkan pada peta DAS yang ditinjau,
termasuk stasiun hujan di luar DAS yang berdekatan, seperti
ditunjukkan dalam gambar 2.2.

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


16
Laporan Tugas Besar Irigasi

b. Stasiun-stasiun dihubungkan dengan garis lurus (garis terputus)


sehingga membentuk segitiga-segitiga, yang sebaiknya mempunyai
sisi dengan panjang yang kira-kira sama.
c. Dibuat garis berat pada sisi-sisi segitiga seperti ditunjukkan dengan
garis penuh pada gambar 2.2.
d. Garis-garis berat tersebut membentuk poligon yang mengelilingi
tiap stasiun. Tiap stasiun mewakili luasan yang dibentuk oleh
poligon. Untuk stasiun yang berada di dekat batas DAS, garis batas
DAS membentuk batas tertutup dari poligon.
e. Luas tiap poligon diukur dan kemudian dikalikan dengan
kedalaman hujan di stasiun yang berada di dalam poligon.
f. Jumlah dari hitungan pada butir e untuk semua stasiun dibagi
dengan luas daerah yang ditinjau menghasilkan hujan rerata daerah
tersebut, yang dalam matematik mempunyai bentuk berikut:

Dimana:

R̅ : Hujan rerata kawasan (mm)

R1,R2, …., Rn : Hujan di stasiun 1, 2, 3, …., n (mm)

A1, A2,…An : Luas daerah yang mewakili stasiun 1, 2, 3.., n


Sta.1

A1 Batas
DAS

Sta.2 A3 Sta.3

Sta.6
A2

A6

A5
A4
Sta.4

Sta.5

Gambar 2.1 Poligon Thiessen


(Sumber: Bambang Triatmojo, 2013)

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


17
Laporan Tugas Besar Irigasi

2.5.4 Analisis Frekuensi


Tujuan dari analisis frekuensi data hidrologi adalah mencari
hubungan antara besarnya kejadian ekstrim terhadap frekuensi kejadian
dengan menggunakan distribusi probabilitas. Besarnya kejadian ekstrim
mempunyai hubungan terbalik dengan probabilitas kejadian, misalnya
frekuensi kejadian debit banjir besar adalah lebih kecil dibanding dengan
frekuensi debit-debit sedang atau kecil. Dengan analisis frekuensi akan
diperkirakan besarnya banjir dengan interval kejadian tertentu seperti 10
tahunan, 100 tahunan atau 1000 tahunan, dan juga berapakah frekuensi
banjir dengan besar tertentu yang mungkin terjadi selama suatu periode
waktu, misalnya 100 tahun.
Analisis frekuensi dapat diterapkan untuk data debit sungai atau
debit hujan. Data yang digunakan adalah data debit atau hujan maksimum
tahunan, yaitu data terbesar yang terjadi selama satu tahun, yang terukur
selama beberapa tahun. Dalam analisis frekuensi banyak digunakan
beberapa notasi dan teori statistik.
2.5.5 Intensitas Curah Hujan
Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan per satuan
waktu. Sifat umum hujan adalah makin singkat hujan berlangsung
intensitasnya cenderung makin tingggi dan makin besar periode ulangnya
makin tinggi pula intensitasnya. Analisis intensitas curah hujan ini dapat
diproses dari data curah hujan yang telah terjadi pada masa lampau.
2.5.6 Analisis Debit Banjir Rencana
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menghitung debit
banjir rencana sebagai dasar perencanaan konstruksi bendung adalah
metode haspers.
2.5.6.1. Metode Haspers
Untuk menghitung besarnya debit dengan metode Haspers
digunakan persamaan sebagai berikut :

Qt = α. β. qn. f

Dimana :

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


18
Laporan Tugas Besar Irigasi

Intensitas Hujan

Untuk t < 2 jam

t. R24
Rt =
t + 1 − 0,0008 x (260 − R 24 )(2 − t)2

Untuk 2 jam < t ≤ 19 jam

t. R24
R =
t
t+1

Untuk 19 jam < t < 30 jam

Rt = 0,707. R24. √(t + 1)

dengan t dalam jam dan Rt, R24 dalam mm

Hujan maksimum (qn)

Rt
qn =
3,6 x t

dengan t dalam jam dan qn dalam m3/det /km2

Dimana :

f : Luas DAS (km2)

t : Waktu konsentrasi (jam)

L : Panjang sungai (km)

i : Kemiringan rata-rata sungai

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


19
Laporan Tugas Besar Irigasi

Qt : Debit banjir rencana (m3/det)

Rt : Curah hujan maksimum (mm/hari)

qn : Debit persatuan luas (m3/det/km2

2.6. Analisis Kebutuhan Air

2.6.1 Kebutuhan Air Tanaman

Kebutuhan air untuk tanaman yaitu banyaknya air yang dibutuhkan


tanaman untuk membuat jaring tanaman (batang dan daun) untuk diuapkan
(evapotranspirasi), perkolasi, curah hujan, pengolahan lahan, dan
pertumbuhan tanaman.

Rumus :

Ir = S + Et + P − R

Dimana :
Ir : Kebutuhan air untuk irigasi (mm/hari)
Et : Evapotranspirasi (crop consumptive) (mm/hari)
S : Kebutuhan air untuk pengolahan tanah atau penggenangan (mm)
P : Perkolasi (mm)
Re : Hujan efektif (mm/hari)

2.6.2 Kebutuhan Air Untuk Irigasi

Kebutuhan air untuk irigasi yaitu kebutuhan air yang digunakan


untuk menentukan pola tanaman untuk menentukan tingkat efisiensi
saluran irigasi sehingga didapat kebutuhan air untuk masing-masing
jaringan. Perhitungan kebutuhan air irigasi dimaksudkan untuk
menentukan besarnya debit yang akan dipakai untuk mengairi daerah
irigasi. Setelah sebelumnya diketahui besarnya efisiensi irigasi.
Besarnya efisiensi irigasi tergantung dari besarnya kehilangan air yang
terjadi pada saluran pembawa, mulai dari bendung sampai pada petak
sawah. Kehilangan air tersebut disebabkan karena penguapan,

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


20
Laporan Tugas Besar Irigasi

perkolasi, kebocoran dan sadap liar.

2.6.3 Analisis Debit Andalan

Perhitungan debit andalan bertujuan untuk menentukan areal


persawahan yang dapat diairi. Perhitungan ini menggunakan cara analisis
water balance dari Dr. F.J. Mock berdasarkan data curah hujan bulanan,
jumlah evapotranspirasi dan karakteristik hidrologi daerah pengaliran.

Prinsip perhitungan ini adalah hujan yang jatuh di atas tanah


(presipitasi) sebagian akan hilang karena penguapan (evaporasi), sebagian
akan menjadi aliran permukaan (direct run off) dan sebagian akan masuk
tanah (infiltrasi). Infiltrasi mula-mula menjenuhkan permukaan (top soil)
yang kemudian menjadi perkolasi dan akhirnya keluar ke sungai sebagai
base flow. Pada saat itu terjadi water balance antara presipitasi,
evapotranspirasi, direct run off dan ground water discharge. Oleh karena
itu aliran yang terdapat di sungai disebut direct run off dan base flow.
2.6.4 Perhitungan Neraca Air

Perhitungan neraca air dilakukan untuk mengecek apakah air yang


tersedia cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan air irigasi atau tidak.
Dari hasil perhitungan neraca air, kebutuhan pengambilan yang
dihasilkannya untuk pola tanam yang dipakai akan dibandingkan dengan
debit andalan untuk tiap setengah bulan dan luas daerah yang bisa diairi,
luas daerah irigasi, jatah debit air dan pola pengaturan rotasi. Apabila debit
sangat melimpah, maka luas daerah irigasi adalah tetap karena luas
maksimum daerah layanan dan proyek yang akan direncanakan sesuai
dengan pola tanam yang dipakai.
2.7 Analisis Hidrolis Bendung dan Bangunan Pelengkap

Analisis hidrolis bendung meliputi tubuh bendung itu sendiri dan


bangunan-bangunan pelengkap sesuai dengan tujuan bendung. Perhitungan
struktur bendung dimulai dengan analisis saluran yaitu saluran
induk/primer, pintu Romijn, saluran kantong lumpur, saluran penguras
kantong lumpur dan saluran intake. Dari saluran intake ini dapat diketahui

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


21
Laporan Tugas Besar Irigasi

elevasi muka air pengambilan, di mana elevasi ini digunakan sebagai acuan
dalam menentukan tinggi mercu bendung. Setelah elevasi mercu diketahui
maka analisis struktur bendung dapat dihitung, yaitu menentukan lebar
bendung, kolam olak, lantai muka, bangunan pembilas.

2.8 Tinjauan Gerusan di Hilir Bendung


Tinjauan terhadap gerusan bendung digunakan untuk menentukan
kedalaman gerusan di hilir bendung. Untuk menghitung kedalaman gerusan
digunakan metode Lacey sebagai berikut:

Dimana :

Q : Kedalaman gerusan di bawah

R : permukaan banjr (m)

Dm : Diameter rata-rata material dasar sungai (mm)


Q : Debit yang melimpah di atas mercu (m3/det)

f : Faktor lumpur Lacey

Menurut Lacey, kedalaman gerusan bersifat empiris, maka dalam


penggunaannya dikalikan dengan angka keamanan sebesar 1,5.

2.9 Analisis Stabilitas Bendung

Analisis tersebut bertujuan untuk meninjau stabilitas bendung pada


saat sungai kondisi normal, normal dan banjir rencana. Analisisnya meliputi
:
1. Analisis gaya-gaya vertikal, meliputi :

a. Akibat berat bendung

b. Gaya gempa

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


22
Laporan Tugas Besar Irigasi

c. Gaya angkat (uplift pressure)

2. Analisis gaya-gaya horizontal, meliputi :

a. Tekanan tanah aktif dan pasif

b. Tekanan hidrostatis

c. Gaya akibat tekanan lumpur

3. Analisis stabilitas bendung, meliputi :

a. Terhadap guling

b. Terhadap geser

c. Terhadap daya dukung tanah

d. Terhadap erosi bawah tanah (piping)


2.9 Perhitungan Dimensi Saluran
Berdasarkan rumus Strickler :
1. V = k . R2/3 . I1/2
2. Q =V.A
3. A = b . h + m . h2
4. P = b + 2h √ m 2+1
5. R = A/ P

d1 d2

h m
1
b

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


23
Laporan Tugas Besar Irigasi

BAB III

METODOLOGI
Metode perencanaan disusun untuk mempermudah pelaksanaan
perencanaan, dan untuk memperoleh penyelesaian masalah yang sesuai dengan
tujuan perencanaan yang ditetapkan melalui prosedur kerja yang sistematis,
teratur, dan tertib, sehingga dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Berikut
adalah metode perencanaanya.
3.1 Persiapan
Dalam tahap persiapan ini yang harus dilakukan adalah :
1. Membuat surat ijin untuk Dinas pengairan dan pertambangan kota
Ngawi untuk pengambilan data – data yang diperlukan dalam Tugas
Besar ini.
3.2 Survey Lapangan
Survey lapangan meliputi :
1. Kondisi lokasi
2. Kondisi sungai yang ada saat ini.
3. Kondisi wilayah daerah pengaliran.
4. Kendala dan masalah yang sering terjadi pada daerah study.
3.3 Study Literatur
Beberapa literature atau buku referensi yang dipakai untuk Tugas Besar
ini antara lain:
3.3.1 Analisa Hidrologi
3.3.1.1 Curah Hujan Rata-rata
Tinggi curah hujan terjadi di suatu wilayah yang di batasi
oleh suatu Das, berdasarkan data hujan yang diperoleh dari
beberapa stasiun hujan. Poligon Thiesen ini cocok untuk daerah
dengan tingkat persebaran stasiun hujan tidak merata dalam satu 
Das. Cara ini didapatkan dengan megambil nilai rata- rata hitung
tinggi curah hujan dari beberapa stasiun hujan yang mempunyai
pengaruh terhadap DAS itu sendiri

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


24
Laporan Tugas Besar Irigasi

Formula matematika perhitungan curah hujan rata rata daerah

dirumuskan sebagai berikut :   


R 1. A 1+ R 2. A 2+ R 3. A 3+ … Rn . An
R= A 1+ A 2+ A 3+… . An

Keterangan :
R = Hujan rata – rata (mm).
R1, R2, ... Rn = curah hujan pada stasiun 1,2,3,
....., n.
A1, A2, ... An =  luas  poligon stasiun 1,2,3, ,
n.\ (Soemarto, 1999 hal 10)
3.3.1.2 Deviasi Standar (S)


2
∑ ( Xi−X )
S=
n−1
Dimana :
S = Deviasi standart
Xi = Nilai varian ke i
X = Nilai rata-rata varian
N = Jumlah data
3.3.1.3 Koefisien Skewness (CS)
Kemencengan (skewness) adalah suatu nilai
yang menunjukkan derajat ketidak simestrisan dari
suatu bentuk distribusi :
Rumus :
n n 3
Σ i=1 ( x −x )
CS = ( n−1 ) ( n−2 )
3
s

Dimana :
CS = Koefesien Skewness
Xi = Nilai varian ke i
X = Nilai rata-rata varian
N = Jumlah data

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


25
Laporan Tugas Besar Irigasi

S = Deviasi standar
3.3.1.4 Koefisien Kurtosis (CK)
Pengukuran kurtosis dimaksud untuk mengukur
keruncingan dari bentuk kurva distribusi, yang
umumnya dibandingkan dengan distribusi normal.
Rumus :
2 n 4
n Σ i=1 ( Xi−X )
Ck =
( n−1 ) ( n−2 )( n−3 ) s 4
Dimana :
CK = Koefisien Kurtosis
Xi = Nilai varian ke i
X = Nilai rata-rata varian
N = Jumlah data
S = Deviasi standar
3.3.1.5 Curah Hujan Rencana
Curah hujan rencana adalah prediksi terjadinya curah
hujan ekstrem yang terjadi pada periode ulang tertentu.
metode yang dipakai
 Metode Distribusi Normal
Rumusan yang dipakai adalah

X =   X + k . S
Dimana:
X = nilai varian yang diharapkan terjadi
X = Nilai rata-rata hitung varian
S = Standart deviasi
K = Faktor frekuensi, merupakan fungsi dari pada
peluang atau periode ulang dan tipe model matematik
dari distribusi peluang yang digunakan untuk analisis
peluang (Soewarno, 1995. Hal 116).
 Metode Distribusi Gumbel
Rumusan yang dipakai adalah :

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


26
Laporan Tugas Besar Irigasi

s
X = X + sn ( y t − y n )
Dimana:
X = nilai varian yang di harapkan terjadi
X = nilai rata-rata hitung varian
S = Standar deviasi
Yt = nilai reduksi varian dari variable yang diharapkan terjadi
pada pariode ulang tertentu (hubungan antara periode ulang T
dan Y dapat dilihat pada tabel)
Yn = nilai rata-rata dari reduksi varian, nilainya tergantung dari
jumlah data (n) dan dapat dilihat pada tabel.
Sn = deviasi standart dari reduksi varian nilainya tergantung
dari jumlah data (n) dan dapat dilihat pada table
Untuk mencari nilai besaran Yn dan Sn dapat dilihat pada Tabel
berikut :
Tabel 3.1 Hubungan Reduksi Variat Rata-Rata
(Yn) dan Deviasi Standar (Sn) Terhadap Jumlah
Data (N)
N Yn Sn
1 0,4592 0,9496
0
1 0,4996 0,9676
1
1 0,5053 0,9933
2
1 0,5070 0,9971
3
1 0,5100 1,0095
4
1 0,5128 1,0206
5

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


27
Laporan Tugas Besar Irigasi

1 0,5157 1,0316
6
1 0,5181 1,0411
7
1 0,5202 1,0493
8
1 0,5220 1,0565
9
2 0,5236 1,0628
0
2 0,5252 1,0696
1

n Yn Sn
22 0,5268 1,0754
23 0,5283 1,0811
24 0,5296 1,0864
25 0,5309 1,0915
26 0,5320 1,1961
27 0,5332 1,1004
28 0,5343 1,1047
29 0,5353 1,1086
30 0,5362 1,1124
(Soewarno, 1995. Hal 127;128;129)

 Metode Distribusi Log Person Type III


Untuk menghitung curah hujan rencana dalam periode
ulang tertentu dengan metode distribusi log person type
III dapat dipakai perumusan sebagai berikut:
logX =log X + k ( S log X )

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


28
Laporan Tugas Besar Irigasi

∑logX
logX =
n


2
∑ ( logX −log X )
S logX =
n−1
3
nΣ ( logX −logX )
s= 3
( n−1 )( n−2 ) ( S log X )
Keterangan :
Log X = perkiraan nilai logaritma yang diharapkan
terjadi dengan periode ulang tertentu
logX = nilai rata-rata,dengan rumus :    

n = jumlah data
S logX = nilai deviasi standar dari log X   

Cs = nilai kemencengan
Untuk mendapatkan nilai X yang diharapkan terjadi
pada periode tertentu, hitung anti log dari log X sesuai
dengan nilai CS nya.
(Soewarno, 1995. Hal 143)
Dari ketiga metode diatas akan diambil satu metode
yang akan digunakan dalam perhitungan selanjutnya
dengan ketentuan sebagai berikut :
Tabel 3.2 Syarat-syarat Jenis Distribusi
Distribusi Syarat Nilai
Distribusi Normal Cs ≈ 0
Ck ≈ 3
Distribusi Gumbel Cs ≤ 1,1396
Ck ≤ 5,4002
Distribusi Log Person Type Cs ± 0
III Ck ± 0
 Chi-Kuadrat

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


29
Laporan Tugas Besar Irigasi

Tujuan dari uji chi-kuadrat adalah untuk menentukan


apakah persamaan distribusi peluang yang telah dipilih
dapat mewakili dari distribusi statistik sampel data yang
dianalisis.
Rumus :
G
(Oi−Eⅈ )2
X h =∑
2

i=1 Ei
Dimana :
Xh 2 = Parameter chi-kuadrat terhitung
G = Jumlah sub kelompok
Oi = Jumlah nilai  pengamatan pada sub kelompok  ke i
Ei = Jumlah nilai teoritis pada sub kelompok ke i

 Uji Smirnov-Kolmogorov
Uji kecocokan Smirnov-Kolmogorov sering disebut juga
uji kecocokan non parametrik (non parametric test),
karena pengujiannya tidak menggunakan fungsi
distribusi tertentu.
Prosedurnya adalah sebagai berikut :
1. Urutkan data (dari besar ke kecil atau sebaliknya) dan
tentukan besarnya peluang dari masing- masing data
tersebut.
X1 P( X1)
X2 P ( X2)
X n P ( Xn)
X m P ( Xm )

2. Tentukan nilai masing-masing peluang teoritis dari hasil


penggambaran data (persamaan distribusinya).
X 1 P' ( X 1 )
X 2 P' ( X 2 )
X m P ' ( X m)

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


30
Laporan Tugas Besar Irigasi

X n P ' ( Xn)
3. Dari kedua nilai peluang tersebut tentukan selisih
terbesarnya antara peluang pengamatan dengan peluang
teoritis.
D=maksimum [ P ( X m ) −P' ( X m ) ]

4. Berdasarkan tabel nilai kritis (Smirnov-


Kolmogorov) tentukan harga Do (lihat table 2.3).
Apabila  D  lebih kecil dari Do maka distribusi
teoritis yang digunakan untuk menentukan
persamaan distribusi dapat diterima, apabila D lebih
besar Do maka distribusi yang digunakan.
Untuk menentukan persamaan distribusi tidak dapat
diterima
Tabel 3.3 Nilai Kritis Do Untuk Uji Smirnov-Kolmogorov
N Α
0,20 0,10 0,05 0,01
5 0,45 0,51 0,56 0,67
10 0,32 0,37 0,41 0,49
15 0,27 0,30 0,34 0,40
20 0,23 0,26 0,29 0,36
25 0,21 0,24 0,27 0,32
30 0,19 0,22 0,24 0,29
35 0,18 0,20 0,23 0,27
40 0,17 0,19 0,21 0,25
45 0,16 0,18 0,20 0,24
50 0,15 0,17 0,19 0,23
N > 50 1,07 1,22 1,36 1,63
0,5 0,5 0,5 0,5
N N N N
Catatan : α = Derajat Kepercayaan (Soewarno, 1995. Hal
198;199

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


31
Laporan Tugas Besar Irigasi

3.3.1.6 Banjir Rencana


Perhitungan debit banjir rencana sangat diperlukan
untuk memperkirakan besarnya debit maksimum yang
terjadi pada periode tertentu. Cara yang digunakan untuk
menghitung debit rencana adalah metode rasional.
 Hidrograf Satuan Nakayasu
Untuk memprediksi unit hidrograf dari suatu DAS
berdasarkan data-data karakteristik fisik DAS sungai
yang bersangkutan, dapat digunakan metode unit
hidrograf sintetik. Salah satu metode yang umum dipakai
adalah metode Nakayasu.
Rumus dari hidrograf satuan sintetik Nakayasu  adalah
sebagai berikut:
Q C ⋅ A ⋅ R0
p=
3,6 ( 0.3 T p+T 0,3)

Dimana:
Q p = debit puncak banjir (m3/det)
R0 = hujan satuan (mm)
T p = tenggang waktu dari permulaan hujan sampai
puncak banjir (jam)
T 0,3 = waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari

puncak sampai 30% dari debit puncak


A = luas daerah pengaliran sampai outlet
C = koefisien pengaliran
Untuk menentukan T p dan T 0,3 digunakan
pendekatan rumus sebagai berikut :
T p=tg+0,8 tr
T 0,3=α tg
t r=0,5tg sampai tg

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


32
Laporan Tugas Besar Irigasi

tg adalah time lag yaitu waktu antara hujan sampai debit


puncak banjir dimana tg dihitung dengan ketentuan
sebagai berikut:
- Sungai dengan panjang alur L > 15 km :
tg = 0,4 + 0,058 L

- Sungai dengan panjang alur L < 15 km :


tg = 0,21 L0,7
Dimana:
Tr = satuan waktu hujan (jam)
α = parameter hidrograf, untuk :
α = 2 → pada daerah pengaliran biasa
α = 1,5 → pada bagian naik hidrograf lambat dan turun cepat
α = 3 → pada bagian naik hidrograf cepat, dan turun lambat
3.3.2 Analisa Hidrolika
3.3.2.1 Panjang Mercu Bendung
Panjang mercu bendung yaitu jarak antara pangkal-
pangkalnya (abutment), sebaiknya sama dengan lebar
rata-rata sungai pada bagian yang stabil. Panjang mercu
bendung efektif dapat dihitung  dengan rumus sebagai
berikut :
Be = Bb - 20% ∑b - ∑t
Be = Bb – 2 (n kp + ka )H                       
Keterangan :
Be = panjang mercu efektif (m)
Bb = panjang mercu bruto (m)
Ʃb = jumlah lebar pembilas
Ʃt = jumalh pilar-pilar pembilas
n = jumlah pilar pembilas dan pilar jembatan
kp = koefesien kontraksi pilar
ka = koefesien kontraksi pangkal bendung
H = tinggi energy (m), yaitu h+k; h = tinggi air;

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


33
Laporan Tugas Besar Irigasi

K = v2/2g
(Mawardi, 2006. Hal 44)
3.3.2.2 Tinggi Muka Air di atas Mercu Bendung
Tinggi muka air di atas mercu dapat dihitung dengan
persamaan tinggi energi-debit, untuk ambang bulat dan
pengontrol segi empat, yaitu :
2
Qd =C d x x beff √ 2/3 g+ H
3 /2
3
Keterangan :
Qd = debit (m3/det)
Cd = koefisien debit (Cd = C0.C1.C2)
g = percepatan gravitasi (m/det2)
beff = panjang mercu efektif (m)
H = tinggi energi di atas mercu (m)
(KP 02. Hal 41)
3.3.3 Stabilitas Konstruksi Bendung
3.3.3.1 Perhitungan Gaya Tekanan Uplift
Gaya tekanan uplift disetiap titik untuk keadaan air
normal dan banjir dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :

(
U x = hx +
Lx
∑L )
ΔH γw

Keterangan :
Ux = gaya tekanan ke atas di titik x (ton/m2)
Hx = tinggi air upstream bendung sampai titik x (m)
Lx = jarak sepanjang bidang kontak dari  elevasi  muka air
upstream sampai titik x (m)
L = panjang total bidang kontak (m)
∆H = beda tinggi energi (m)
Lv  = panjang bidang vertikal (m)
LH = panjang bidang horizontal (m)
(Mawardi, 2006. Hal 128)

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


34
Laporan Tugas Besar Irigasi

3.3.3.2 Syarat Stabilitas Bangunan


Syarat stabilitas bangunan untuk keadaan air
normal dan keadaan air banjir harus stabil terhadap
guling dan geser.

 Guling
∑ Mt
faktor keamanan ( FK )= ≥1,5−2
∑ Mg
Keterangan :
ƩMt = jumlah momen tahan (ton.m)
ƩMg = jumlah momen guling (ton.m)
(Mawardi, 2006. Hal 128)
 Geser
f ∑V
faktor keamanan ( FK )= ≥ 1,3
∑H
koefesien geser (f) = tg

φ
Keterangan
ƩV = jumlah gaya-gaya vertikal
(ton)
ƩH = jumlah gaya-gaya horizontal (ton)
φ = sudut geser dalam sedalam pondasi
bendung (Mawardi, 2006. Hal 128)
 Turun
Syarat terhadap daya dukung tanah pada keadaan
air normal dan keadaan air banjir dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :

σ 1,2=
∑V
B(1±
6e
B )
Keterangan :
σ1,2 = tegangan tanah (kN/m2)
ƩV = jumlah gaya-gaya vertikal (ton)
B = lebar dasar (m)

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


35
Laporan Tugas Besar Irigasi

E = eksentrisitas
persyaratannya yaitu bila σ1 <  ̅σ dan σ2 > 0
(Mawardi, 2006. Hal 129)

 Rembesan

∑ LV +1/3∑ L H
C L=
ΔH

Keterangan :
CL = angka rembesan lane
ƩLV = jumlah panjang vertical (m)
ƩLH = jumlah panjang horizontal (m)
H = beda tinggi muka air (m)
(Mawardi, 2006. Hal 128)
3.4 Pengumpulan Data
Data – data yang dikumpulkan untuk Tugas Akhir ini antara lain :
1. Peta Topografi
Untuk mengetahui lokasi yang akan ditinjau serta untuk
mengetahui kondisi topografi disekitar lokasi tersebut.
2. Data Curah Hujan
Melakukan perhitungan curah hujan rata – rata daerah, hujan
harian maksimum, intensitas hujan dan pemilihan rumus
intensita serta pemilihan metode intensitas hujan.
3. Data Eksisting sungai
Melakukan perhitungan long section sungai dan cross
section penampang saluran sungai sehingga mendapat
data – data yang diperlukan untuk membuat Tugas Akhir.
4. Data Mekanika Tanah
Untuk mengetahui karakteristik tanah di sekitar lokasi
yang ditinjau.
3.5 Pengolahan Data

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


36
Laporan Tugas Besar Irigasi

Data yang telah didapatkan kemudian diolah dengan


menggunakan metode – metode yang telah diajarkan, yaitu
3.5.1 Analisa Hidrologi
3.5.1.1 Curah Hujan Rata-rata
 Metode Poligon Thiesen
3.5.1.2 Curah Hujan Rencana
 Metode Distribusi Normal
 Metode Distribusi Gumbel
 Metode Distribusi Log Person Type III
3.5.1.3 Uji Kecocokan
 Uji Chi-Kuadrat
 Uji Smirnov-Kolmogorov
3.5.1.4 Banjir Rencana
 Rumus Rasional
 Intensitas Hujan
 Koefesien Pengaliran
3.5.2 Analisa Hidrolika
 Panjang Mercu Bendung
 Tinggi Muka Air di atas Mercu Bendung
 Perhitungan Gaya Tekanan Uplift
3.5.3 Stabilotas Konstruksi Bendung
 Syarat Stabilitas Bangunan
3.5.4 Analisa Pompa
3.5.5 Analisa Reservoar

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


37
Laporan Tugas Besar Irigasi

MULAI

STUDY LITERATUR

PENGUMPULAN DATA

DATA DATA
PETA DATA DATA
CURAH CATCHMEN
TOPOGRAFI SUNGAI MEKTAN
HUJAN AREA

ANALISA ANALISA
HIDROLOGI HDROLOGI

CURAH HUJAN RATA-RATA


CURAH HUJAN RENCANA
UJI KECOCOKAN
BANJIR RENCANA (Qr)

PERENCANAAN DIMENSI
BENDUNG CEK DIMENSI
BENDUNG

TIDAK
KONTROL KESTABILAN STABIL?

YA

HASIL

KESIMPULAN

SELESAI

Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


38
Laporan Tugas Besar Irigasi

BAB IV

ANALISA HIDROLOGI

4.1 Ketersediaan Data


Dalam memenuhi kewajiban pekerjaan sesuai dengan yang tercantum
dalam KAK, diperlukan berbagai jenis data untuk menyelesaikan seluruh
pekerjaan, baik untuk perhitungan ketersediaan air, kebutuhan air, neraca air
maupun analisa banjir. Untuk mendukung keperluan tersebut telah
dikumpulkan data dari berbagai sumber antara lain BBWS Pemali Juana,
Puslitbang SDA dan BMKG. Selain data groundstation juga dikumpulkan
data dari satelit TRMM dalam bentuk data harian dari tahun 2002-2018. Data
ini diperlukan untuk wilayah-wilayah yang memerlukan analisa namun tidak
memiliki pos hujan terdekat sehingga untuk analisa selanjutnya menggunakan
data satelit TRMM.
4.2 Curah Hujan Rata-Rata
Tahapan awal dalam analisa hujan adalah melakukan identifikasi
ketersediaan pos hujan dan data yang tersedia baik untuk yang termasuk dalam
DAS studi maupun diluar DAS Studi. Untuk wilayah DI Sragi, data hujan
yang berhasil dikumpulkan cukup banyak dengan data yang memadai
sebanyak 17 pos hujan (Pada Tabel 4.1) dengan panjang data bervariasi dari
tahun 1978-2016 seperti ditampilkan pada Error: Reference source not found.
Sebaran lokasi pos hujan dapat dilihat pada Gambar 4.1.

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


39
Laporan Tugas Besar Irigasi

Tabel 4.1 Daftar Pos Curah Hujan di DI Sragi.


No No_Pos Nama_Pos Latitude Longitude Elevasi Kota_Kabup Kecamatan Desa_Kampu Pengelola
1 107 Paninggaran -7.1709 109.58918 - Pekalongan - - Balai PSDA Comal
2 102 Kandangserang -7.1207 109.51893 + 600 m Pekalongan Kandangserang - Balai PSDA Comal
3 100 Brondong -7.0488 109.52800 + 56 m Pekalongan Kesesi Brondong Balai PSDA Comal
4 119 Karanggondang -7.0465 109.62757 + 105 m Pekalongan Karanganyar Pedawang Balai PSDA Comal
5 98 Kajen -7.0359 109.57843 + 29 m Tegal Kajen - BPSDA Comal
6 118 Karangsari -7.0312 109.62252 + 81 m Pekalongan Kedungwuni Karangsari Balai PSDA Comal
7 95 Kaliwadas -7.0270 109.48527 + 37 m Pekalongan Kesesi Ujung Negoro Balai PSDA Comal
8 97 Ponolawen -7.0034 109.51197 + 19 m Pekalongan Kesesi Panolawen Balai PSDA Comal
9 96a Gembiro -7.0020 109.53872 + 14 m Pekalongan Bojong Gembiro Balai PSDA Comal
10 16a Wangandowo -6.9940 109.60967 + 40 m Pekalongan Bojong Wangandowo Balai PSDA Comal
11 117b Kletak -6.9794 109.64828 + 10 m Pekalongan Kedungwuni Kletak Balai PSDA Comal
12 83 Sumub Kidul -6.9707 109.54155 + 15 m Pemalang Sragi Sumub Kidul BPSDA Comal
13 117a Kedungwuni -6.9617 109.64300 +8m Pekalongan Bojong Wonopringgo Balai PSDA Comal
14 85a Kebadinan -6.9474 109.51285 15 m Pemalang Sragi Ketanonageng BPSDA Comal
15 91 Sragi -6.9272 109.57717 + 10 m Pekalongan Sragi Sragi Balai PSDA Comal
16 84a Karang Tengah -6.9230 109.50993 + 11 m Pemalang Ampel Gading Karang Tengah BPSDA Comal
17 114 Kauman - Delegtukang -6.8903 109.60547 +4m Pekalongan Delegtukang Siwalan Balai PSDA Comal

Tabel 4.2 Barchart Data Curah Hujan di DI Sragi.


198… 199… 200… 201… Jumlah Data
No Pos Hujan No. Pos
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 (Tahun)
1 Garung 24 a 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 11 4 12 11 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 11 12 12 12 12 12 12 12 12 11 12 11 4 7 31
2 Gembiro 96 a 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 7 12 12 12 12 12 12 28
3 Ponolawen 97 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 7 12 12 12 12 12 12 28
4 Kajen 98 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 7 12 12 12 12 12 12 28
5 Brondong 100 12 12 12 5 3 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 7 12 12 12 12 12 12 26
6 Kaliwadas 95 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 1 0 8 2 2 12 12 22
7 Sumub Kidul 83 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 5 0 4 12 12 12 12 12 12 12 12 12 7 12 12 12 12 12 12 25
8 Karangtengah 84 a 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 29
9 Kebadinan 85 a 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 0 12 4 0 7 12 12 9 24
10 Sragi 91 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 8 11 7 12 11 12 12 12 12 25
11 Kandangserang 102 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 8 12
12 Peninggaran 107 12 12 12 12 12 8 0 0 0 1 2 5
13 Delegtukang 114 12 12 12 8 12 12 12 12 12 12 5 0 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 7 12 12 12 12 12 12 25
14 Wangandowo 116 a 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 7 12 12 12 12 12 12 27
15 Kedungwuni 117 a 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 4 21
16 Pesantren Kletak 117 b 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 3 8 12 12 12 12 12 12 27
17 Karangsari 118 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 7 12 12 12 12 12 12 28
18 Karang Gondang 119 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 7 12 12 12 12 12 12 28

4.3 Data Curah Hujan Bulanan Pos Gembiro


Ja Fe Ma Ap Me Ju Agus Se Ok No
Tahun Jul Des Jumlah
n b r r i n t p t v
14 15 106
1990 702 222 479 199 109 39 47 66 91 3314
5 0 5
10
1991 970 710 95 279 95 5 9 5 13 222 254 2763
6
23
1992 243 286 248 100 58 114 54 122 149 231 352 2187
0
18
1993 943 409 215 217 116 23 124 14 85 222 55 2609
6
12
1994 670 267 444 219 8 12 0 0 0 169 336 2251
6
15 23
1995 410 618 468 333 215 93 1 75 402 292 3291
2 2
31
1996 433 872 491 100 79 52 81 97 42 161 220 2940
2
11
1997 846 178 316 217 34 20 13 0 0 33 537 2304
0

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


40
Laporan Tugas Besar Irigasi

Ja Fe Ma Ap Me Ju Agus Se Ok No
Tahun Jul Des Jumlah
n b r r i n t p t v
21 12 27
1998 416 193 230 169 100 18 131 131 353 2342
1 0 0
19
1999 389 495 183 173 64 23 16 117 27 391 174 2244
2
32 15
2000 680 358 565 235 206 65 0 15 513 230 3343
2 4
20
2001 400 314 294 239 80 98 97 10 112 450 243 2546
9
20
2002 631 616 0 195 0 0 1 8 0 153 347 2153
2
13
2003 129 508 453 126 79 24 0 4 19 209 369 2050
0
19
2004 401 898 331 49 77 92 0 10 9 211 279 2551
4
14
2005 354 403 229 337 99 65 0 46 9 268 608 2566
8
19
2006 605 299 148 229 47 0 0 0 0 93 742 2354
1
17
2007 309 710 368 176 47 74 3 0 0 357 578 2794
2
11 15
2008 435 671 191 197 68 0 39 11 379 336 2595
2 6
17
2009 401 617 207 176 49 40 3 0 89 265 194 2215
4
35 11 32
2010 609 270 373 285 113 135 270 150 410 3407
3 1 8
14 17
2011 430 448 366 303 71 40 44 49 346 213 2622
1 1
2012 452 150 351 259 83 127 0 0 0 0 0 0  
13 17 10
2013 759 414 208 398 206 129 17 279 364 3185
3 6 2
19 12
2014 680 825 200 182 209 67 0 35 201 193 2910
5 3
17
2015 383 650 277 399 12 12 4 0 0 216 276 2402
3
17 17 24
2016 118 555 204 359 84 135 708 262 459 3488
7 8 9
19
2017 466 313 320 232 43 91 35 17 93 249 355 2407
3
4.4 Data Curah Hujan Harian Maksimum Tahunan Pos Gembiro
Tahu Ja Fe Ma Ap Me Ju Ju Agus Se Ok No De HHM
n n b r r i n l t p t v s T
1990 130 52 120 57 48 45 72 14 18 28 19 115 130
1991 111 139 45 85 35 32 5 9 5 8 60 35 139
1992 65 64 66 14 16 41 30 62 91 56 55 86 91
1993 226 69 42 71 52 92 8 64 7 60 72 16 226
1994 88 51 60 38 5 7 0 0 0 72 60 64 88
1995 76 158 99 57 54 67 42 1 38 69 89 115 158
1996 78 160 72 29 21 35 36 35 21 89 42 59 160
1997 140 44 67 59 33 22 12 13 0 0 14 76 140
1998 103 38 95 41 45 24 35 7 48 63 32 88 103
1999 80 74 34 38 25 10 16 70 24 90 67 44 90
2000 77 76 65 60 60 73 36 0 15 52 73 65 77
2001 46 115 65 90 41 30 30 10 39 65 86 49 115

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


41
Laporan Tugas Besar Irigasi

Tahu Ja Fe Ma Ap Me Ju Ju Agus Se Ok No De HHM


n n b r r i n l t p t v s T
11
2002 74 116 0 98 0 0 1 8 0 67 113 117
7
2003 52 76 87 31 31 12 0 4 12 36 49 68 87
2004 123 258 49 19 53 45 58 0 7 4 89 67 258
2005 110 92 56 63 26 37 40 0 46 4 71 87 110
2006 57 47 30 42 50 43 0 0 0 0 28 320 320
2007 66 135 62 45 45 43 63 3 0 0 57 133 135
2008 103 129 59 58 40 42 0 31 11 59 56 115 129
2009 62 92 31 65 76 13 29 3 0 54 67 60 92
2010 112 88 63 43 70 50 25 52 60 48 48 75 112
2011 81 68 58 50 32 33 82 40 20 11 70 51 82
2012 60 27 76 100 35 72 0 0 0 0 0 0  
2013 76 106 40 99 31 73 78 90 8 56 97 72 106
2014 113 187 30 24 36 56 59 28 0 17 49 57 187
2015 36 201 36 63 65 7 9 2 0 0 68 35 201
2016 28 70 51 81 60 48 60 101 215 48 54 100 215
11
2017 71 78 70 84 21 47 19 7 23 68 53 110
0
2018 130 160 81 25 29 25 0 0 5 21 52 68 160

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


42
Laporan Tugas Besar Irigasi

Gambar 4.1 Peta Lokasi Pos Hujan Groundstation di DI Sragi.

Gambar 4.2 Peta Isohit Hujan Tahunan di DI Sragi.

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


43
Laporan Tugas Besar Irigasi

4.5 Data Curah Hujan Bulanan Grid DAS Sragi


Hujan
Bulan Tahunan
Tahun
Fe Ma Ma Au Se No De
Jan Apr Jun Jul Oct
b r y g p v c
31 24 10
2003 662 350 67 1 1 22 64 294 327
1 7 5 2450
42 17
2004 651 416 258 88 74 0 68 69 252 614
9 1 3090
24 18 10
2005 195 233 124 47 22 111 92 117 291
7 0 7 1766
47 21
2006 302 218 118 41 12 0 0 7 146 221
2 3 1750
31 23 14 10
2007 270 331 138 53 48 0 222 460
2 9 1 1 2316
42 24 26
2008 622 231 66 34 0 71 1 298 262
6 7 3 2521
37 23
2009 433 116 266 91 55 0 0 61 201 213
6 0 2043
31 27 28 14 25
2010 283 404 307 135 430 311 444
0 9 1 7 0 3583
35 28 10 14
2011 324 287 138 43 0 141 380 368
0 6 3 4 2564
47 20 10 12
2012 310 213 113 9 2 0 252 401
8 8 3 2 2213
49 24 14 14
2013 245 324 119 55 22 13 224 364
3 5 9 6 2398
48 28 17
2014 313 301 158 87 31 1 24 105 357
8 7 0 2323
43 24
2015 353 280 54 23 0 6 7 31 126 355
1 7 1913
30 25 17 21 29
2016 460 268 97 76 276 263 404
9 8 7 0 1 3089
49 20
2017 288 250 96 69 85 8 0 34 263 204
2 4 1995
33 13
2018 521 171 69 82 0 0 3 49 157 285
9 5 1811
39 22 11 11
Rata 390 275 135 56 28 70 226 348
1 3 1 2 2364

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


44
Laporan Tugas Besar Irigasi

4.3 Curah Hujan Rencana


Curah hujan rencana adalah prediksi terjadinya curah hujan ekstrem yang
terjadi pada periode ulang tertentu. Hasil pemeriksaan dari data satelit maupun
beberapa data groundstation terdekat seperti ditampilkan pada Tabel
menunjukan cukup banyak pos yang lolos uji. Diharapkan dengan kondisi yang
ada, dapat menghasilkan analisa yang handal.
Tabel 4.6 Hasil Uji HFA di Beberapa Pos Hujan di DI Sragi.
Wald-Wolfowitz's
Mann-Whitney (Homogenitas Test) Grubbs & Becks's Test (Outlier)
Pos Hujan (Independence Test) Ket.

Significant U Group 1 Group 2 Mann-Whitney Significant test Kn Statistic Batas max Batas min
Garung 5% -0.284 15 15 73 -1.64 2.563 190.2 58.9 diterima
Gembiro 5% -0.32 14 14 76.50 -0.99 2.53 334.00 51.50 diterima
Ponolawen 5% -0.73 12 12 56.00 -0.92 2.47 362.80 49.30 diterima
Kajen 5% -0.02 12 13 65.00 -0.71 2.49 269.70 67.70 diterima
Brondong 5% -0.69 11 12 62.50 -0.22 2.45 200.40 77.00 diterima
Kaliwadas 5% -1.87 10 11 50.00 -0.35 2.41 278.00 44.20 diterima
Sumub Kidul 5% -1.27 12 13 74.00 -0.22 2.49 303.10 43.90 diterima
Karangtengah 5% 1.40 13 13 60.50 -1.23 2.50 255.90 45.40 diterima
Kebadinan 5% 0.41 11 12 51.00 -0.92 2.45 188.40 47.60 diterima
Sragi 5% -0.27 12 12 65.00 -0.40 2.47 223.20 63.50 diterima
Delegtukang 5% 1.22 12 12 38.50 -1.94 2.47 225.00 58.40 diterima
Wangandowo 5% 0.74 11 11 35.50 -1.64 2.43 185.30 64.70 diterima
Kedungwuni 5% -1.49 10 11 47.00 -0.56 2.41 231.70 58.40 diterima
Pesantren Kletak 5% 0.03 13 14 80.00 -0.53 2.52 233.70 55.40 diterima
Karangsari 5% -0.13 12 13 48.00 -1.63 2.49 226.50 74.00 diterima
Karang Gondang 5% -0.64 14 14 93.00 -0.23 2.53 287.60 68.00 diterima

Tabel 4.7 Hujan Rencana Titik Beberapa Pos Hujan di DI Sragi.


Hujan Periode Ulang
Pos Hujan
2 3 5 10 25 50 100
Garung 108 121 135 153 175 192 208
Gembiro 122 141 164 197 243 282 324
Ponolawen 126 147 172 204 248 282 318
Kajen 134 150 169 193 223 245 267
Brondong 122 136 153 179 219 255 298
Kaliwadas 104 120 139 165 199 226 254
Sumub Kidul 98 109 123 143 174 201 233
Karangtengah 112 128 145 162 180 192 201
Kebadinan 89 99 113 135 171 205 247
Sragi 113 126 141 165 201 234 272
Delegtukang 114 128 144 164 189 207 224
Wangandowo 109 120 132 145 160 171 180
Kedungwuni 114 129 146 168 197 220 243
Pesantren 110 125 143 166 198 224 252

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


45
Laporan Tugas Besar Irigasi

Kletak
Karangsari 131 148 166 189 219 241 264
Karang
133 150 172 203 249 290 337
Gondang

4.4 Perhitungan Debit Banjir Rencana


Dalam menentukan debit banjir rencana digunakan metode hidrograf
satuan sintetik (HSS) yaitu metode SCS Unit Hidrograf, Muskingum Cunge
untuk routing, SCS untuk model loss, dan Linier Reservoir untuk model
baseflownya. Untuk menentukan lag time yang digunakan dalam penghitungan
HSS digunakan formulasi dari Soil Conservation Service (SCS) yaitu metode
SCS Lag.
Salah satu model banjir yang umum digunakan adalah Hydrologic
Engineering Center’s Hydrologic Modeling System (HEC-HMS) yang
merupakan perangkat lunak yang dirancang untuk mensimulasikan proses
hujan-aliran/limpasan (rainfall-runoff) pada suatu sistem tangkapan hujan atau
daerah aliran sungai (DAS). Hec-HMS didesain untuk bisa diaplikasikan dalam
area geografik yang sangat luas untuk menyelesaikan masalah, meliputi suply
air di daerah pengaliran sungai, hidrologi banjir, dan limpasan air di daerah
kota kecil ataupun kawasan tangkapan air alami. Hidrograf satuan yang
dihasilkan dapat digunakan langsung ataupun digabungkan dengan software
lain yang digunakan dalam perhitungan ketersediaan air, drainase perkotaan,
desain pelimpah, pengurangan kerusakan banjir, regulasi penanganan banjir,
dan sistem operasi hidrologi (U.S Army Corps of Engineering, 2001)
Model Hec-HMS mengemas berbagai macam metode yang digunakan
dalam analisa hidrologi. Dalam pengoperasiannya menggunakan basis sistem
windows, sehingga model ini menjadi mudah dipelajari dan mudah untuk
digunakan, tetapi tetap dilakukan dengan pendalaman dan pemahaman dengan
model yang digunakan. Di dalam model Hec-HMS mengangkat teori klasik
hidrograf satuan untuk digunakan dalam permodelannya, antara lain hidrograf
satuan sintetik Synder, Clark, SCS, ataupun kita dapat mengembangkan
hidrograf satuan lain dengan menggunakan fasilitas user define hydrograph.
Konsep dasar perhitungan dari model Hec-HMS adalah data hujan
sebagai input air untuk satu atau beberapa sub daerah tangkapan air (sub basin)

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


46
Laporan Tugas Besar Irigasi

yang sedang dianalisa. Jenis datanya berupa intensitas, volume, atau komulatif
volume hujan. Setiap sub basin dianggap sebagai suatu tandon yang non linier
dimana inflownya adalah data hujan. Aliran permukaan, infiltrasi, dan
penguapan adalah komponen yang keluar dari subbasin.
Komponen utama dalam model HEC-HMS adalah sebagai berikut:
1) Basin model – berisi elemen-elemen DAS, hubungan antar elemen
dan parameter aliran
2) Meteorologic model – berisi data hujan dan penguapan
3) Control Specifications –berisi waktu mulai dan berakhirnya
hitungan
4) Time series data – berisi masukan data antara lain hujan, debit
5) Paired data – berisi pasangan data seperti hidrograf satuan
Simulasi hujan-aliran dalam setiap sub-DAS memerlukan beberapa
komponen model yaitu:
1) Hujan (precipitation) model - merupakan masukan pada sistem
DAS.
2) Loss models - untuk menghitung volume runoff (hujan efektif).
3) Direct runoff models – untuk mentransformasikan dari hujan
efektif menjadi aliran/limpasan permukaan.
4) Baseflow models – untuk menghitung besarnya aliran dasar.
Sedangkan untuk menyelesaikan analisis hidrologi ini, pemilihan
komponen hidrologi disesuaikan dengan ketersediaan data dengan menganalisa
beberapa parameter didalamnya baik untuk analisa ketersediaan air maupun
banjir.
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Debit Rencana Berbagai Periode Ulang.
Qpeak (m3/s)
Daerah Luas
Irigasi (km2) 2 5 10 25 50 100
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
Bd.
Brondong 69.4 160.8 227.1 281.7 365.7 440.9 528.2
Bd. Gembiro 184.8 306.1 442.2 555.9 720.4 868.6 1032.8

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


47
Laporan Tugas Besar Irigasi

Gambar 4.3 Skema HEC HMS dan hidrograf banjir yang dihasilkan di DAS DI
Sragi
Tabel 4.9 Parameter Banjir di DAS Bendung Brondong
Loss Transform Baseflow

Initial
SubDA Luas Initial Impe Lag Reces Rati
DAS Curve Disch
S (km2) Abstra rviou Graph Time sion o to
Numb arge
ction s Type (Menit Const Pea
er (m3/s/
(mm) (%) ) ant k
km2)

Delmarv
W250 29.30 9.16 82.73 0.00 51.09 0.004 0.30 0.10
a
Bd.
Delmarv
Brondon W260 15.30 9.11 82.80 0.00 60.22 0.004 0.30 0.10
a
g
Delmarv
W290 24.84 9.72 81.94 0.00 59.94 0.004 0.30 0.10
a
Tabel 4.10 Parameter Banjir di DAS Bendung Gembiro
Loss Transform Baseflow
Luas Initial
SubD Initial Lag Reces Rati
DAS (km2 Curve Dischar
AS Abstract Impervi Graph Time sion o to
) Numb ge
ion ous (%) Type (Men Consta Pea
er (m3/s/k
(mm) it) nt k
m2 )
W15 19.5 Delmarv 227.
9.96 81.60 0.00 0.004 0.30 0.10
0 0 a 71
W16 Delmarv 190.
5.45 10.43 80.97 0.00 0.004 0.30 0.10
Bd. 0 a 45
Gembi W17 Delmarv 74.9
0.80 9.15 82.74 0.00 0.004 0.30 0.10
ro 0 a 6
W18 32.1 9.59 82.12 0.00 Delmarv 82.0 0.004 0.30 0.10
0 5 a 5
W19 0.44 9.07 82.85 0.00 Delmarv 10.1 0.004 0.30 0.10

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


48
Laporan Tugas Besar Irigasi

0 a 4
W20 Delmarv 16.5
0.06 7.59 85.00 0.00 0.004 0.30 0.10
0 a 5
W21 18.8 Delmarv 76.8
10.55 80.81 0.00 0.004 0.30 0.10
0 0 a 3
W22 11.2 Delmarv 53.8
10.52 80.84 0.00 0.004 0.30 0.10
0 5 a 3
W23 10.9 Delmarv 68.3
11.63 79.37 0.00 0.004 0.30 0.10
0 9 a 3
W25 29.3 Delmarv 51.0
9.16 82.73 0.00 0.004 0.30 0.10
0 0 a 9
W26 15.3 Delmarv 60.2
9.11 82.80 0.00 0.004 0.30 0.10
0 0 a 2
W28 Delmarv 53.5
1.81 9.83 81.78 0.00 0.004 0.30 0.10
0 a 3
W29 24.8 Delmarv 59.9
9.72 81.94 0.00 0.004 0.30 0.10
0 4 a 4
W34 14.1 Delmarv 259.
11.04 80.15 0.00 0.004 0.30 0.10
0 2 a 95
Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Debit Bulanan SIWAMI di Brondong
Bulan
N Tahu
Ja Fe Ma Ap Ju Au Se No De
o n
n b r r Mei n Jul g p Okt v s
5.5 9.8 9.6 6.7 3.0 1.8 1.2 1.0 0.9 3.5 4.6
1 2003 2 6 0 0 4.22 3 6 2 0 9 9 0
4.9 8.4 9.8 5.9 3.9 2.8 1.4 1.3 1.6 3.8 8.8
2 2004 7 9 8 8 6.18 5 1 7 5 2 7 2
6.2 6.9 6.1 5.8 2.7 1.8 1.1 1.2 1.4 2.1 6.0
3 2005 4 6 9 1 4.77 3 0 0 9 3 4 2
7.7 7.3 5.8 7.1 2.9 1.6 1.0 0.8 0.6 1.0 4.3
4 2006 2 5 0 8 4.76 5 1 8 1 3 0 8
4.3 6.4 7.8 9.4 5.0 2.8 1.8 1.1 1.1 4.1 5.8
5 2007 5 4 5 0 6.07 1 3 0 1 8 6 1
5.2 7.5 8.8 7.6 3.0 1.8 1.4 0.9 1.8 5.6 4.8
6 2008 8 0 0 3 5.67 4 5 7 2 7 5 7
5.8 9.0 6.0 6.8 4.6 2.8 1.6 1.1 1.7 3.7 4.5
7 2009 9 4 6 3 6.93 7 5 1 1 2 7 3
6.6 9.0 8.7 8.1 10.1 7.5 5.8 4.6 8.2 7.5 8.4 9.0
8 2010 3 0 8 7 6 0 6 0 3 8 8 8
7.4 7.5 7.3 8.7 4.1 2.9 1.7 1.4 2.1 7.4 7.8
9 2011 3 2 2 6 7.32 9 9 8 0 6 7 0
8.5 9.2 6.2 7.6 4.4 2.3 1.5 1.1 1.8 3.5 6.4
10 2012 0 5 8 8 6.37 6 5 9 2 0 4 1
8.3 7.8 7.7 8.8 4.6 4.4 2.4 1.4 1.5 4.2 6.2
11 2013 2 8 5 0 5.61 2 0 5 2 2 4 6
6.2 7.3 6.4 7.4 3.5 2.3 1.3 0.9 1.1 3.7 6.4
12 2014 8 5 6 1 5.11 4 4 4 0 8 2 9
6.5 7.6 7.0 8.9 3.1 1.8 1.2 0.9 0.8 2.9 5.7
13 2015 2 2 7 5 5.06 8 6 7 3 2 8 5
4.7 7.5 7.7 7.3 5.7 4.7 2.9 3.6 4.5 5.9 6.3
14 2016 9 4 1 4 4.91 4 2 0 3 1 8 8
4.1 4.0 2.7 1.9 1.0 0.7 0.5 0.6 0.9 1.7 2.6
15 2017 9 4 4 9 1.25 2 3 8 0 0 0 6
2.1 4.0 3.6 2.5 0.9 0.7 0.5 0.4 0.4 0.4 1.1
16 2018 4 3 8 3 1.24 7 0 5 7 5 7 4
 Rata - 5.9 7.4 7.0 6.9 3.7 2.6 1.6 1.6 1.9 3.9 5.6
rata 2 9 0 5 5.35 9 0 8 4 0 2 9

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


49
Laporan Tugas Besar Irigasi

Bulan
N Tahu
Ja Fe Ma Ap Ju Au Se No De
o n
n b r r Mei n Jul g p Okt v s
4.5 6.6 5.9 5.8 2.8 1.6 1.0 0.8 0.8 1.8 4.4
 Q80 2 5 0 7 4.44 2 9 9 5 5 7 4
3.5 5.2 4.7 4.1 1.8 1.1 0.8 0.7 0.7 1.3 3.5
 Q90 8 4 4 7 2.73 7 7 3 0 3 5 2
Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Debit Bulanan SIWAMI di Gembiro
N Tah Bulan
o un Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des
33.4 61.1 66.1 35.4 22.3 16.5 18.5 22.7
1 2003 6 1 3 6 7 8 9.69 6.85 5.38 5.05 7 1
27.5 49.6 60.0 29.7 28.9 17.9 13.5 18.9 49.3
2 2004 2 8 9 0 7 9 4 7.96 7.85 9.31 6 7
32.1 38.4 35.6 28.6 19.5 13.7 19.7
3 2005 2 8 0 9 1 5 9.07 6.50 7.60 7.99 7.17 1
34.7 38.3 29.1 37.5 20.0 13.7 21.4
4 2006 2 1 6 2 3 9 8.21 5.64 4.05 3.13 6.34 5
20.1 34.7 37.2 50.0 23.4 20.2 14.0 17.1 26.5
5 2007 0 2 6 2 9 8 7 9.22 5.87 5.84 0 4
27.8 40.2 46.3 39.7 23.1 12.1 26.9 23.3
6 2008 5 8 6 9 7 8 8.20 6.06 4.88 9.88 6 0
28.7 48.7 33.8 39.5 31.1 24.3 12.7 18.3 24.5
7 2009 1 1 8 6 6 5 9 8.25 6.16 7.99 5 8
35.8 46.5 50.4 46.8 50.4 42.8 25.0 19.1 42.5 41.1 39.6 43.7
8 2010 8 2 2 7 2 3 9 1 5 1 8 6
33.3 39.5 33.1 43.4 33.1 17.9 12.6 33.9 37.1
9 2011 8 4 0 0 0 6 5 7.82 6.36 9.49 1 9
1 45.1 46.3 30.8 38.8 27.0 19.7 10.4 15.1 28.6
0 2012 5 7 7 8 0 7 0 7.41 5.30 7.25 5 3
1 43.6 38.9 41.5 45.5 27.1 25.2 20.3 12.6 14.4 27.6
1 2013 8 5 1 1 1 0 3 7 7.98 7.94 1 0
1 24.6 36.6 31.1 36.9 23.5 18.1 13.0 15.2 25.4
2 2014 3 8 9 2 7 9 1 8.81 5.31 6.43 3 4
1 32.1 36.3 34.8 45.5 26.2 13.9 12.2 26.4
3 2015 0 5 9 9 3 9 8.62 6.26 4.53 3.44 3 5
1 20.2 37.5 38.2 33.0 23.6 27.1 22.6 13.4 19.8 20.6 23.6 32.8
4 2016 6 7 1 9 8 5 5 8 0 0 5 1
1 22.2 20.9 14.5 12.3 15.2
5 2017 9 1 3 9 7.72 6.11 4.28 2.97 2.53 4.25 7.40 1
1 13.0 22.6 19.5 12.8
6 2018 5 0 9 5 7.97 5.68 3.93 2.70 2.02 1.75 2.23 7.00
 Rata - 29.6 39.8 37.6 36.0 24.7 18.4 12.2 17.3 26.9
rata 8 0 7 1 2 9 8 8.23 8.63 9.47 4 8
21.0 35.3 29.8 29.0 19.7 12.8 20.4
 Q80 7 7 5 9 2 1 8.20 5.81 4.24 3.76 7.26 1
17.9 22.1 18.0 12.7 12.7
 Q90 9 0 7 1 7.90 5.98 4.18 2.89 2.37 2.71 5.11 5
Tabel 4.13 Rekap hasil perhitungan debit bulanan SIWAMI di DI Sragi
Bulan
N Daerah
Au No
o Irigasi
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul g Sep Okt v Des
Brondon 1.6 1.0 0.8 0.8 1.8
1 g 4.52 6.65 5.90 5.87 4.44 2.82 9 9 5 5 7 4.44
21.0 35.3 29.8 29.0 19.7 12.8 8.2 5.8 4.2 3.7 7.2 20.4
2 Gembiro 7 7 5 9 2 1 0 1 4 6 6 1

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


50
Laporan Tugas Besar Irigasi

Tabel 4.14 Kebutuhan Air DI Sragi dengan Pola Tanam Padi-Padi-Palawija


Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep
NO URAIAN SATUAN
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

LP PADI LP PADI PALAWIIJA


1 Pola Tanam

2 Evapotranspirasi ( ETo ) mm/day 3.65 3.65 3.23 3.23 2.86 2.86 2.69 2.69 2.88 2.88 3.20 3.20 3.36 3.36 3.36 3.36 3.27 3.27 3.39 3.39 3.66 3.66 3.87 3.87
3 Perkolasi mm/day 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
4 Hujan Efektif ( Re )
a. Padi mm/day 0.00 0.00 3.50 3.50 4.81 4.81 8.51 8.51 6.75 6.75 4.52 4.52 3.94 3.94 1.78 1.78 0.79 0.79 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
b. Palawija mm/day 2.01 2.01 5.18 5.18 7.59 7.59 9.78 9.78 11.20 11.20 6.44 6.44 5.06 5.06 3.27 3.27 1.66 1.66 1.47 1.47 0.23 0.23 0.35 0.35

Golongan A+D
5 Koefisien tanaman 0.95 LP LP 1.1 1.1 1.1 1.05 1.05 0.95 0 LP LP 1.1 1.1 1.1 1.05 1.05 0.95 0 0.5 0.59 0.96 1.05 1.02
6 Kebutuhan Air Tanaman (ET) mm/day 3.466 3.552 3.146 3.146 2.825 2.825 2.733 0.000 3.693 3.693 3.523 3.523 3.102 3.102 0.000 1.697 2.157 3.509 4.067 3.951
7 Kebutuhan air penyiapan lahan mm/day 12.308 12.031 12.015 12.015
8 WLR mm/day 3.3 3.3 3.3 3.3
9 Kebutuhan air netto (NFR) mm/day 1.456 12.308 8.531 2.052 3.636 0.336 -0.388 -3.688 -2.017 -4.750 7.499 7.499 1.749 5.049 3.739 7.039 4.308 4.308 2.000 0.229 1.931 3.283 3.717 3.601
Kebutuhan air netto (NFR) L/s/ha 0.169 1.425 0.987 0.238 0.421 0.039 0.000 0.000 0.000 0.000 0.868 0.868 0.202 0.584 0.433 0.815 0.499 0.499 0.231 0.027 0.223 0.380 0.430 0.417
Efisiensi irigasi 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650
Kebutuhan air irigasi di intake (DR) L/s/ha 0.259 2.192 1.519 0.365 0.648 0.060 0.000 0.000 0.000 0.000 1.335 1.335 0.311 0.899 0.666 1.253 0.767 0.767 0.356 0.041 0.344 0.585 0.662 0.641
Luas Irigasi A ha 933.40 933.40 933.40 933.40 933.40 933.40 933.40 933.40 933.40 933.40 933.40 933.40 933.40 933.40 933.40 933.40 933.40 933.40 933.40 933.40 933.40 933.40 933.40 933.40
Luas Irigasi D ha 735.70 735.70 735.70 735.70 735.70 735.70 735.70 735.70 735.70 735.70 735.70 735.70 735.70 735.70 735.70 735.70 735.70 735.70 735.70 735.70 735.70 735.70 735.70 735.70
Kebutuhan air irigasi di intake A L/s 242.04 2045.62 1417.96 341.12 604.38 55.91 0.00 0.00 0.00 0.00 1246.29 1246.29 290.73 839.20 621.51 1169.99 716.08 716.08 332.41 38.09 320.90 545.68 617.75 598.44
Kebutuhan air irigasi di intake D L/s 190.77 1612.35 1117.62 268.87 476.37 44.07 0.00 0.00 0.00 0.00 982.32 982.32 229.15 661.46 489.87 922.18 564.41 564.41 262.00 30.02 252.93 430.10 486.91 471.69
Kebutuhan air irigasi di intake A m3/s 0.242 2.046 1.418 0.341 0.604 0.056 0.000 0.000 0.000 0.000 1.246 1.246 0.291 0.839 0.622 1.170 0.716 0.716 0.332 0.038 0.321 0.546 0.618 0.598
Kebutuhan air irigasi di intake D m3/s 0.191 1.612 1.118 0.269 0.476 0.044 0.000 0.000 0.000 0.000 0.982 0.982 0.229 0.661 0.490 0.922 0.564 0.564 0.262 0.030 0.253 0.430 0.487 0.472

Golongan B
5 Koefisien tanaman 1.02 0.95 LP LP 1.1 1.1 1.1 1.05 1.05 0.95 0 LP LP 1.1 1.1 1.1 1.05 1.05 0.95 0 0.5 0.59 0.96 1.05
6 Kebutuhan Air Tanaman (ET) mm/day 3.721 3.466 3.146 3.146 2.959 2.825 3.021 2.733 0.000 3.693 3.691 3.691 3.428 3.428 3.224 0.000 1.828 2.157 3.718 4.067
7 Kebutuhan air penyiapan lahan mm/day 12.031 12.031 12.015 12.116
8 WLR mm/day 3.3 3.3 3.3 3.3
9 Kebutuhan air netto (NFR) mm/day 1.712 1.456 8.531 8.531 0.336 3.636 -3.554 -0.388 -1.729 -2.017 -2.516 7.499 8.172 1.749 7.207 3.907 7.935 4.635 5.224 2.000 1.602 1.931 3.368 3.717
Kebutuhan air netto (NFR) L/s/ha 0.198 0.169 0.987 0.987 0.039 0.421 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.868 0.946 0.202 0.834 0.452 0.918 0.536 0.605 0.231 0.185 0.223 0.390 0.430
Efisiensi irigasi 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650
Kebutuhan air irigasi di intake (DR) L/s/ha 0.305 0.259 1.519 1.519 0.060 0.648 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 1.335 1.455 0.311 1.283 0.696 1.413 0.825 0.930 0.356 0.285 0.344 0.600 0.662
Luas Irigasi ha 980.0 980.0 980.0 980.0 980.0 980.0 980.0 980.0 980.0 980.0 980.0 980.0 980.0 980.0 980.0 980.0 980.0 980.0 980.0 980.0 980.0 980.0 980.0 980.0
Kebutuhan air irigasi di intake L/s 298.69 254.12 1488.75 1488.75 58.70 634.56 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1308.51 1426.06 305.25 1257.68 681.82 1384.66 808.80 911.61 349.00 279.52 336.92 587.76 648.59
Kebutuhan air irigasi di intake m3/s 0.299 0.254 1.489 1.489 0.059 0.635 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 1.309 1.426 0.305 1.258 0.682 1.385 0.809 0.912 0.349 0.280 0.337 0.588 0.649

Golongan C
5 Koefisien tanaman 1.05 1.02 0.95 LP LP 1.1 1.1 1.1 1.05 1.05 0.95 0 LP LP 1.1 1.1 1.1 1.05 1.05 0.95 0 0.5 0.59 0.96
6 Kebutuhan Air Tanaman (ET) mm/day 3.831 3.721 3.068 3.146 2.959 2.959 3.021 3.021 3.044 0.000 3.691 3.691 3.592 3.428 3.563 3.224 0.000 1.828 2.285 3.718
7 Kebutuhan air penyiapan lahan mm/day 12.031 11.788 12.11555 12.11555
8 WLR mm/day 3.3 3.3 3.3 3.3
9 Kebutuhan air netto (NFR) mm/day 1.821 1.712 -2.112 8.531 6.978 0.336 -0.254 -3.554 1.571 -1.729 0.528 -2.516 8.172 8.172 3.907 7.207 4.798 7.935 5.563 5.224 2.000 1.602 1.935 3.368
Kebutuhan air netto (NFR) L/s/ha 0.211 0.198 0.000 0.987 0.808 0.039 0.000 0.000 0.182 0.000 0.061 0.000 0.946 0.946 0.452 0.834 0.555 0.918 0.644 0.605 0.231 0.185 0.224 0.390
Efisiensi irigasi 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650
Kebutuhan air irigasi di intake (DR) L/s/ha 0.324 0.305 0.000 1.519 1.243 0.060 0.000 0.000 0.280 0.000 0.094 0.000 1.455 1.455 0.696 1.283 0.854 1.413 0.991 0.930 0.356 0.285 0.345 0.600
Luas Irigasi ha 738 738 738 738 738 738 738 738 738 738 738 738 738 738 738 738 738 738 738 738 738 738 738 738
Kebutuhan air irigasi di intake L/s 239.31 224.93 0.00 1121.12 916.98 44.21 0.00 0.00 206.40 0.00 69.35 0.00 1073.91 1073.91 513.45 947.11 630.53 1042.73 731.10 686.50 262.82 210.49 254.30 442.62
Kebutuhan air irigasi di intake m3/s 0.239 0.225 0.000 1.121 0.917 0.044 0.000 0.000 0.206 0.000 0.069 0.000 1.074 1.074 0.513 0.947 0.631 1.043 0.731 0.687 0.263 0.210 0.254 0.443

Kebutuhan air irigasi di intake (DR) Okt I Okt II Nov I Nov II Des I Des II Jan I Jan II Feb I Feb II Mar I Mar II Apr I Apr II Mei I Mei II Jun I Jun II Jul I Jul II Ags I Ags II Sep I Sep II
Golongan A 0.26 2.19 1.52 0.37 0.65 0.06 0.00 0.00 0.00 0.00 1.34 1.34 0.31 0.90 0.67 1.25 0.77 0.77 0.36 0.04 0.34 0.58 0.66 0.64
Golongan D 0.26 2.19 1.52 0.37 0.65 0.06 0.00 0.00 0.00 0.00 1.34 1.34 0.31 0.90 0.67 1.25 0.77 0.77 0.36 0.04 0.34 0.58 0.66 0.64
Golongan B L/s/ha 0.30 0.26 1.52 1.52 0.06 0.65 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.34 1.46 0.31 1.28 0.70 1.41 0.83 0.93 0.36 0.29 0.34 0.60 0.66
Golongan C 0.32 0.30 0.00 1.52 1.24 0.06 0.00 0.00 0.28 0.00 0.09 0.00 1.46 1.46 0.70 1.28 0.85 1.41 0.99 0.93 0.36 0.29 0.34 0.60
Rata-Rata 0.29 1.24 1.14 0.94 0.65 0.21 0.00 0.00 0.07 0.00 0.69 1.00 0.88 0.89 0.83 1.12 0.95 0.94 0.66 0.34 0.33 0.45 0.57 0.64

Kebutuhan Air Irigasi Okt I Okt II Nov I Nov II Des I Des II Jan I Jan II Feb I Feb II Mar I Mar II Apr I Apr II Mei I Mei II Jun I Jun II Jul I Jul II Ags I Ags II Sep I Sep II
Golongan A 0.24 2.05 1.42 0.34 0.60 0.06 0.00 0.00 0.00 0.00 1.25 1.25 0.29 0.84 0.62 1.17 0.72 0.72 0.33 0.04 0.32 0.55 0.62 0.60
Golongan D 0.19 1.61 1.12 0.27 0.48 0.04 0.00 0.00 0.00 0.00 0.98 0.98 0.23 0.66 0.49 0.92 0.56 0.56 0.26 0.03 0.25 0.43 0.49 0.47
Golongan B m3/s 0.30 0.25 1.49 1.49 0.06 0.63 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.31 1.43 0.31 1.26 0.68 1.38 0.81 0.91 0.35 0.28 0.34 0.59 0.65
Golongan C 0.24 0.22 0.00 1.12 0.92 0.04 0.00 0.00 0.21 0.00 0.07 0.00 1.07 1.07 0.51 0.95 0.63 1.04 0.73 0.69 0.26 0.21 0.25 0.44
Total 0.97 4.14 4.02 3.22 2.06 0.78 0.00 0.00 0.21 0.00 2.30 3.54 3.02 2.88 2.88 3.72 3.30 3.13 2.24 1.10 1.12 1.52 1.95 2.16

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


51
Laporan Tugas Besar Irigasi

BAB V

PERENCANAAN SKEMA JARINGAN IRIGASI

5.1 Pembuatan Skema Jaringan Irigasi Utama


Pekerjaan perencanaan saluran irigasi disini meliputi :

 Perencaan lay out ( tata letak ) Jaringan Irigasi Utama ( saluran primer
dan saluran sekunder ).
 Pembuatan skema Jaringan Irigasi Utama semua daerah – daerah
irigasi dapat dialiri air.
 Perencanaan dimensi – dimensi saluran irigasi.
Perencanaan dibuat dalam bentuk skema tata letak jaringan pada peta
atau gambar yang bersangkutan disertai dengan penjelasan – penjelasan
yang diperlukan dan analisa perhitungan dimensi saluran, dalam suatu
laporan perencanaan.

Dengan menggunakan gambar diatas maka skema jaringan irigasi


utama dibuat sebagai berikut:

 Lahan yang dialiri adalah seluas 3.212 Ha di Desa Brondong, Desa


Gembiro dan Desa Podosari.
 Dari lahan yang seluas tersebut di atas dibagi menjadi petak lahan
tersier, saluran sekunder, dan saluran primer.
 Berikut ini disampaikan perhitungan jaringan meliputi luas petak,
debit saluran dan dilengkapi gambar skema jaringan irigasi.
- Asumsi Perhitungan Efisiensi Jaringan:
100 %−kehilangan air di saluran
e=
100
- Efisiensi untuk saluran tersier ( et )
100 %−12,5 %
Kehilangan air di saluran tersier 12%  et = =
100
0,88
- Efisiensi untuk saluran sekunder ( es )

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


52
Laporan Tugas Besar Irigasi

100 %−10 %
Kehilangan air di saluran sekunder 8%  es = =
100
0,92
- Efisiensi untuk saluran primer ( ep )
100 %−11%
Kehilangan air di saluran primer 5%  ep = =
100
0,95
 Karena saluran primer dipengaruhi oleh efisiensi tersier dan juga
efisiensi sekunder, maka :
e.total primer (ep total) = et x es x ep = 0,88 x 0,92 x 0,95 = 0,769
 Karena saluran primer dipengaruhi oleh efisiensi tersier dan juga
efisiensi sekunder maka :
e.total primer = et x es x ep
= 0,88 x 0,92 x 0,95
= 0,769

 Karena saluran sekunder juga dipengaruhi oleh efisiensi tersier


maka,
e.total sekunder = et x es
= 0,88 x 0,92
= 0,809
 Karena saluran sekunder juga dipengaruhi oleh efisiensi tersier
maka,
e.total sekunder = et
= 0,88
Tabel 5.1 Data Luas Saluran Tesier Induk Brondong

No Nama Petak Luas (ha) Debit (lt/s)

Teriser    
1 3,75 -
BRd 1 ka
2 18 -
BRd 2 ka
3 202,5 -
BRd 3 ta

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


53
Laporan Tugas Besar Irigasi

4 102,4 -
BRd 4 ka.1
5 182,8 -
BRd 4 ka.2
6 47,95 -
BRd 5 ka
7 112,3 -
BRd 6 ka.1
8 106,35 -
BRd 6 ka.2
9 67,9 -
BRd 6 ka 3
10 77,2 -
BRd 7 ka
11 62 -
BRd 8 ka
12 133,15 -
BRd 9 ka.1
13 175,8 -
BRd 9 ka.1

Tabel 5.2 Data Luas Saluran Sekunder Ponowalen

Nama Ruas Nama Ruas


Luas (ha) Debit (lt/s) Sekunder Luas (ha) Debit (lt/s)
Sekunder

116,65 - PL.8.ka 8
PL.1.ka
18,75 - PL.8.ki 88,1
PL.1.ki
19,75 - PL.9.ki 142,45
PL.2.ka
35 - PL.10.ka 22
PL.3.ki.1
94,5 - PL.10.ki 84,15
PL.3.ki.2
52,1 - PL.11.ki.1 91,55
PL.3.ki.3
30,25 - PL.11.ki.2 137,5
PL.3.ki.4
7,85 - PL.12.ki 45,45
PL.4.ka
56 - PL.13.ki 42,2
PL.5.ki
9,8 - PL.13.ka 81,3
PL.6.ka
97,25 -
PL.6.ki.1

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


54
Laporan Tugas Besar Irigasi

19 -
PL.6.ki.2
88,2 -
PL.7.ki

Tabel 5.3 Data Luas Saluran Sekunder Soangan

No Nama Petak Luas (ha) Debit (lt/s)

Sekunder    
1 SO.1.ki
40,75 -

2 SO.2.ki
43 -

3 SO.3.ki.1
174,6 -

4 SO.3.ki.2
113,92 -

5 SO.3.ki.3
134,25 -

Tabel 5.4 Data Luas Saluran Suplesi Gembiro

No Nama Petak Luas (ha) Debit (lt/s)

Supleso    
1 8 -
GB.1.ka
5.2 Perhitungan Hidrologi
Analisa debit banjir saluran drainase hujan periode ulang 10 tahunan
dengan data perencanaan sebagai berikut:
 Luas catchment area (A) = 446 Ha = 4,46 Km2
 Koefisien Pengaliran (C) = 0,73
 Waktu Awal (t0) = 600 s = 10 menit
 Waktu Konsentrasi (tc) = 4200 s = 70 menit
 Panjang Saluran (L) = 4000 m
 Kecepatan Rata-rata/Velocity (V) = 1,5 m/s
 Hujan Rencana kala Ualng 10 tahunan (Rt) = 180 mm/Hari
Penyelesaian:
1. Waktu Pengaliran Sepanjang Saluran

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


55
Laporan Tugas Besar Irigasi

L
td =
60 .V
4 00 0
=
60 x 1,5
= 44,4 menit

2. Waktu Konsentrasi
tc = t0 + td
= 10 + 44,4
= 54,4 menit
3. Koefisien Penyimpangan
2tc
Cs =
2tc+td
2 x 70
=
( 2 x 70 )+ 4 4 , 4
= 0,76
4. Intensitas Hujan
Rt 24 2 /3
It = x( )
24 t
2 /3
180 24
= x( )
24 70/4 4 , 4
= 40,1 mm/jam
5. Debit Air yang Masuk
Q = 0,278 x C x Cs x I x A
= 0,278 x 0,73 x 0,76 x 40,1 x 4,46
= 27,58 m3/det
Dimana:
Q = Debit banjir rencana (m3/det)
C = Koefisien Pengaliran yang tergantung
dari permukaan tanah daerah
perencanaan
C = Koefisien penyimpangan
s

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


56
Laporan Tugas Besar Irigasi

I = Intensitas hujan (mm/jam)


A = Luas daerah aliran / catchment area
(km2)
tc = Waktu konsentrasi, untuk daerah saluran
drainase perkotaan terdiri dari t0 dan td
t0 = Waktu yang diperlukan air untuk
mengalir melalui permukaan tanah ke
saluran terdekat (menit)
td = Waktu yang diperlukan air untuk
mengalir di dalam saluran ke tempat
yang direncanakan (menit)
Tabel 5. 1 Koefisien Pengaliran

Tabel 5. 2 Koefisien Pengaliran

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


57
Laporan Tugas Besar Irigasi

5.3 Perhitungan Debit Rencana (Qs)


5.3.1 Petak Tersier Saluran Induk Brondong

 BRd.1.ka
A = 3,75 Ha
Qt = A x q x 1/et
= 3,75 x 1 x 1/0,88
= 4,261 liter/detik
= 0,004 m3/dt
 BRd.2.ka
A = 18 Ha
Qt = A x q x 1/et
= 18 x 1 x 1/0,88
= 20.45 liter/detik
= 0,020 m3/dt
 BRd.3.ka
A = 205,55 Ha
Qt = A x q x 1/et
= 205,55 x 1 x 1/0,88
= 233,579 liter/detik
= 0,233 m3/dt
 BRd.4.ka.1
A = 102,4 Ha
Qt = A x q x 1/et
= 102,4 x 1 x 1/0,88
= 116,36 liter/detik
= 0,116 m3/dt
 BRd.4.ka.2
A = 182,8 Ha
Qt = A x q x 1/et
= 182,8 x 1 x 1/0,88
= 207,72 liter/detik
= 0,207 m3/dt
 BRd.5.ka
A = 47,95 Ha

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


58
Laporan Tugas Besar Irigasi

Qt = A x q x 1/et
= 47,95 x 1 x 1/0,88
= 54,488 liter/detik
= 0,054 m3/dt
 BRd.6.ka.1
A = 112,3 Ha
Qt = A x q x 1/et
= 112,3 x 1 x 1/0,88
= 127,613 liter/detik
= 0,127 m3/dt
 BRd.6.ka.2
A = 106,35 Ha
Qt = A x q x 1/et
= 106,35 x 1 x 1/0,88
= 120,852 liter/detik
= 0,120 m3/dt
 BRd.6.ka.3
A = 67,9 Ha
Qt = A x q x 1/et
= 67,9 x 1 x 1/0,88
= 77,159 liter/detik
= 0,077 m3/dt
 BRd.7.ka
A = 77,2 Ha
Qt = A x q x 1/et
= 77,2 x 1 x 1/0,88
= 87,72 liter/detik
= 0,087 m3/dt
 BRd.8.ka
A = 62 Ha
Qt = A x q x 1/et
= 62 x 1 x 1/0,88
= 70,45 liter/detik
= 0,070 m3/dt

 BRd.9.ka.1
A = 133,15 Ha
Qt = A x q x 1/et
= 133,15 x 1 x 1/0,88
= 151,306 liter/detik
= 0,151 m3/dt

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


59
Laporan Tugas Besar Irigasi

 BRd.9.ka.2
A = 175,8 Ha
Qt = A x q x 1/et
= 175,8 x 1 x 1/0,88
= 199,772 liter/detik
= 0,199 m3/dt
6 Petak Sekunder Saluran Ponowalen
 PL.1.ka
A = 116,65 Ha
Qt = A x q x 1/et
= 116,65 x 1 x 1/0,88
= 132.556 liter/detik
= 0,132 m3/dt
 PL.1.ki
A = 18,75 Ha
Qt = A x q x 1/et
= 18,75 x 1 x 1/0,88
= 21,306 liter/detik
= 0,021 m3/dt
 PL.2.ka
A = 19,75 Ha
Qt = A x q x 1/et
= 19,75 x 1 x 1/0,88
= 22,443 liter/detik
= 0,022 m3/dt
 PL.3.ki.1
A = 35 Ha
Qt = A x q x 1/et
= 35 x 1 x 1/0,88
= 39,772 liter/detik
= 0,039 m3/dt
 PL.3.ki.2
A = 94,5 Ha
Qt = A x q x 1/et
= 94,5 x 1 x 1/0,88
= 107,386 liter/detik
= 0,107 m3/dt
 PL.3.ka.3
A = 52,1 Ha
Qt = A x q x 1/et
= 52,1 x 1 x 1/0,88

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


60
Laporan Tugas Besar Irigasi

= 59,204 liter/detik
= 0,059 m3/dt
 PL.3.ki.4
A = 30,25 Ha
Qt = A x q x 1/et
= 30,25 x 1 x 1/0,88
= 34,375 liter/detik
= 0,034 m3/dt
 PL.4.ka
A = 7,85 Ha
Qt = A x q x 1/et
= 7,85 x 1 x 1/0,88
= 8,920 liter/detik
= 0,008 m3/dt
 PL.5.ki
A = 56 Ha
Qt = A x q x 1/et
= 56 x 1 x 1/0,88
= 63.63 liter/detik
= 0,063 m3/dt
 PL.6.ka
A = 9,8 Ha
Qt = A x q x 1/et
= 9,8 x 1 x 1/0,88
= 11,136 liter/detik
= 0,011 m3/dt
 PL.6.ki.1
A = 97,25 Ha
Qt = A x q x 1/et
= 97,25 x 1 x 1/0,88
= 110,511 liter/detik
= 0,110 m3/dt
 PL.6.ki.2
A = 19 Ha
Qt = A x q x 1/et
= 19 x 1 x 1/0,88
= 21,590 liter/detik
= 0,021 m3/dt
 PL.7.ki
A = 88,2 Ha
Qt = A x q x 1/et

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


61
Laporan Tugas Besar Irigasi

= 88,2 x 1 x 1/0,88
= 100,277 liter/detik
= 0,100 m3/dt
 PL.8.ka
A = 8 Ha
Qt = A x q x 1/et
= 8 x 1 x 1/0,88
= 9,09 liter/detik
= 0,009 m3/dt
 PL.8.ki
A = 81,1 Ha
Qt = A x q x 1/et
= 81,1 x 1 x 1/0,88
= 92,159 liter/detik
= 0,092 m3/dt
 PL.9.ki
A = 142,45 Ha
Qt = A x q x 1/et
= 142,45 x 1 x 1/0,88
= 161,875 liter/detik
= 0,161 m3/dt
 PL.10.ka
A = 22 Ha
Qt = A x q x 1/et
= 22 x 1 x 1/0,88
= 25 liter/detik
= 0,025 m3/dt
 PL.10.ki
A = 84,15 Ha
Qt = A x q x 1/et
= 84,15 x 1 x 1/0,88
= 95,625 liter/detik
= 0,095 m3/dt
 PL.11.ki.1
A = 91,55 Ha
Qt = A x q x 1/et
= 91,55 x 1 x 1/0,88
= 104,034 liter/detik
= 0,104 m3/dt
 PL.11.ki.2
A = 137,5 Ha

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


62
Laporan Tugas Besar Irigasi

Qt = A x q x 1/et
= 137,5 x 1 x 1/0,88
= 156,25 liter/detik
= 0,156 m3/dt
 PL.12.ki
A = 45,45 Ha
Qt = A x q x 1/et
= 45,45 x 1 x 1/0,88
= 51,647 liter/detik
= 0,051 m3/dt
 PL.13.ki
A = 42,2 Ha
Qt = A x q x 1/et
= 42,2 x 1 x 1/0,88
= 47,954 liter/detik
= 0,047 m3/dt
 PL.13.ka
A = 81,3 Ha
Qt = A x q x 1/et
= 81,3 x 1 x 1/0,88
= 92,386 liter/detik
= 0,092 m3/dt

7 Petak Sekunder Saluran Soangan


 SO.1.ki
A = 49,95 Ha
Qt = A x q x 1/et
= 49,95 x 1 x 1/0,88
= 56,761 liter/detik
= 0,132 m3/dt
 SO.2.ki
A = 43 Ha
Qt = A x q x 1/et
= 43 x 1 x 1/0,88
= 48,863 liter/detik
= 0,048 m3/dt
 SO.3.ki.1
A = 176 Ha
Qt = A x q x 1/et

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


63
Laporan Tugas Besar Irigasi

= 176 x 1 x 1/0,88
= 200 liter/detik
= 0,200 m3/dt
 SO.3.ki.2
A = 118,9 Ha
Qt = A x q x 1/et
= 118,9 x 1 x 1/0,88
= 135,11 liter/detik
= 0,135 m3/dt
 SO.3.ki.3
A = 134,25 Ha
Qt = A x q x 1/et
= 134,25 x 1 x 1/0,88
= 152,556 liter/detik
= 0,152 m3/dt
8 Petak Suplesi Saluran Gembiro
 GB.1.ka
A = 5 Ha
Qt = A x q x 1/et
= 5 x 1 x 1/0,88
= 5,681 liter/detik
= 0,005 m3/dt

Berdasarkan perhitungan maka didapat debit rencana sebagai berikut :


Tabel 5.5 Debit Petak Tersier Induk Brondong

No Nama Petak Luas (ha) Debit (lt/s)

Teriser    
1 3,75 4,261
BRd 1 ka
2 18 20,45
BRd 2 ka
3 202,5 233,579
BRd 3 ta
4 102,4 116,36
BRd 4 ka.1
5 182,8 207,72
BRd 4 ka.2
6 47,95 54,488
BRd 5 ka

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


64
Laporan Tugas Besar Irigasi

7 112,3 127,613
BRd 6 ka.1
8 106,35 120.852
BRd 6 ka.2
9 67,9 77,159
BRd 6 ka 3
10 77,2 87,72
BRd 7 ka
11 62 70,45
BRd 8 ka
12 133,15 151,306
BRd 9 ka.1
13 175,8 199,772
BRd 9 ka.1
Tabel 5.6 Debit Rencana Petak Sekunder Ponowalen

Nama Ruas Nama Ruas


Luas (ha) Debit (lt/s) Sekunder Luas (ha) Debit (lt/s)
Sekunder

116,65 132,556 PL.8.ka 8 9,09


PL.1.ka
18,75 21,306 PL.8.ki 88,1 92,159
PL.1.ki
19,75 22,443 PL.9.ki 142,45 161,875
PL.2.ka
35 39,772 PL.10.ka 22 25
PL.3.ki.1
94,5 107,386 PL.10.ki 84,15 95,625
PL.3.ki.2

PL.3.ki.3 52,1 59,204 PL.11.ki.1 91,55 156,25

30,25 34,375 PL.11.ki.2 137,5 156,25


PL.3.ki.4
7,85 8,920 PL.12.ki 45,45 51,647
PL.4.ka
56 63,63 PL.13.ki 42,2 47,954
PL.5.ki
9,8 11,136 PL.13.ka 81,3 92,386
PL.6.ka
97,25 110,551
PL.6.ki.1
19 21,590
PL.6.ki.2
88,2 100,277
PL.7.ki
Tabel 5.7 Debit Rencana Petak Sekunder Soangan

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


65
Laporan Tugas Besar Irigasi

No Nama Petak Luas (ha) Debit (lt/s)

Sekunder    
1 40,75 56,761
SO.1.ki
2 43 48,863
SO.2.ki
3 174,6 200
SO.3.ki.1
4 113,92 135,11
SO.3.ki.2
5 134,25 152,556
SO.3.ki.3
Tabel 5.8 Debit Rencana Petak Suplesi Gembiro

No Nama Petak Luas (ha) Debit (lt/s)

Supleso    
1 8 5,681
GB.1.ka
5.4 Perhitungan Luas Areal Irigasi
 Peta topografi pada data yang terampil berskala 1:5.000
 Pengukuran luas petak menggunakan perhitungan skala dengan
pengukuran penggaris.
Berikut pengukuran luas petak:
1. Petak 1

Luas Petak = (4,5 x 5000) x (3 x 5000)

= 337.500.000 cm²

= 337.500 m²

= 33,75 Ha

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


66
Laporan Tugas Besar Irigasi

Debit Saluran = Efisiensi Saluran Primer : 5 %

100 %−5 %
es= = 0,95
100 %

q = 1 liter/detik

A=33 ,75 Ha
1
Qs= A × q ×
et
1
Qs=33 ,75 ×1 × =35,526 liter /detik
0,95

2. Petak 2

Luas Petak Persegi Panjang = (4,5x5000) x (1,5x5000)


= 168.750.000 cm²
= 168.750 m²
= 16,875 Ha
Debit Saluran = Efisiensi Saluran Primer : 5 %

100 %−5 %
es= =0,95
100 %

q = 1 liter/detik

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


67
Laporan Tugas Besar Irigasi

A=16,875 Ha

1
Qs= A × q ×
et

1
Qs=16,875 ×1 × =17,763 liter /detik
0,95

Luas Petak segitiga = (1,5x5000) x (1,5x5000) / 2

= 28.125.000 cm

= 28.125 m²

= 2,8125 Ha

Debit Saluran = Efisiensi Saluran Primer : 5 %

100 %−5 %
es= =0,95
100 %

q = 1 liter/detik

Ha
A=2,8125

1
Qs= A × q ×
et

1
Qs=2,8125× 1× =2,961 liter /detik
0,95

Jumlah Debit = Debit Petak Persegi Panjang + Luas Petak


Segitiga

= 17,763 + 2,961

= 20,724 liter/ detik

3. Petak 3

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


68
Laporan Tugas Besar Irigasi

Luas Petak :
a = 5 cm = 5 x 5000 cm = 25500 cm = 255 m
b = 2 cm = 2 x 5000 cm = 10000 cm = 100 m
t = 8 cm = 8 x 5000 cm = 40000 cm = 400 m
a+b
Luas = xt
2

225+100
= x 400 = 110000 m2
2

= 11 Ha

Debit Saluran = Efisiensi Saluran Sekunder : 8 %

100 %−8 %
es= = 0,92 %
100 %

q = 1 liter/detik

A=8Ha

1
Qs= A × q ×
et

1
Qs=8× 1× =8,696liter /deti k
0,92

4. Petak 4

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


69
Laporan Tugas Besar Irigasi

Luas Petak :
a = 5,5 cm = 5 x 5000 cm = 27500 cm = 275 m
b = 2 cm = 2 x 5000 cm = 10000 cm = 100 m
t = 8 cm = 8 x 5000 cm = 40000 cm = 400 m
a+b
Luas = xt
2

275+100
= x 400 = 130000 m2
2

= 13 ha

Debit Saluran = Efisiensi Saluran Sekunder : 8 %

100 %−8 %
es= = 0,92 %
100 %

q = 1 liter/detik

A=13Ha

1
Qs= A × q ×
et

1
Qs=13 × 1× =14,130 liter /detik
0,92

5. Petak 5

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


70
Laporan Tugas Besar Irigasi

Luas Petak 1 = (4,5x5000) x (1,8x5000)

= 202.500.000 cm²

= 202.500 m²

= 20,25 Ha

Debit Saluran = Efisiensi Saluran Sekunder : 8 %


100 %−8 %
es= = 0,92 %
100 %

q = 1 liter/detik

A=20,25 Ha

1
Qs= A × q ×
et

1
Qs=20,25× 1× =22,01 liter/detik
0,92

6. Petak 6

Luas Petak 1 = (4,5x5000) x (1,5 x5000)

= 168.750.000 cm²

= 168.750 m²

= 16,875 Ha

Debit Saluran = Efisiensi Saluran Sekunder : 8 %


100 %−8 %
es= = 0,92 %
100 %

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


71
Laporan Tugas Besar Irigasi

q = 1 liter/detik

A=16,875 Ha

1
Qs= A × q ×
et

1
Qs=16,875 ×1 × =18,342 liter/detik
0,92

Luas Petak 2 = (3,5x5000) x (3x5000)

= 262.500.000 cm²

= 262.500 m²

= 26,25 Ha

Debit Saluran = Efisiensi Saluran Sekunder : 8 %


100 %−8 %
es= = 0,92 %
100 %

q = 1 liter/detik

A=26,25 Ha

1
Qs= A × q ×
et

1
Qs=26,25× 1× =28,533 liter /detik
0,92

Jumlah Debit = Debit Petak Persegi Panjang 1 + Luas Petak Persegi


Panjang 2

= 26,25 + 28,53

= 54,78 liter/ detik

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


72
Laporan Tugas Besar Irigasi

7. Petak 7

Luas Petak :
a = 8 cm = 8 x 5000 cm = 40000 cm = 400 m
b= 10 cm = 10 x 5000 cm = 50000 cm = 500 m
t = 2 cm = 2 x 5000 cm = 10000 cm = 100 m
a+b
Luas = xt
2

400+500
= x 100 = 65000 m2
2

= 6,5 ha

Debit Saluran = Efisiensi Saluran Sekunder : 8 %

100 %−8 %
es= = 0,92 %
100 %

q = 1 liter/detik

A=6,5Ha

1
Qs= A × q ×
et

1
Qs=6,5× 1× =7,065 liter /detik
0,92

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


73
Laporan Tugas Besar Irigasi

8. Petak 8

Luas Petak 1 = (6,5x5000) x (3,5x5000)

= 568.750.000 cm²

= 568.750 m²

= 56,875 Ha

Debit Saluran = Efisiensi Saluran Sekunder : 8 %


100 %−8 %
es= = 0,92 %
100 %

q = 1 liter/detik

A=56,875Ha

1
Qs= A × q ×
et

1
Qs=56,875 ×1 × =61,821 liter/detik
0,92

9. Petak 9

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


74
Laporan Tugas Besar Irigasi

Luas Petak 1 = (5,7x5000) x (2,5x5000)

= 356.250.000 cm²

= 356.250 m²

= 35,625 Ha

Debit Saluran = Efisiensi Saluran Sekunder : 8 %


100 %−8 %
es= = 0,92 %
100 %

q = 1 liter/detik

A=35,625Ha

1
Qs= A × q ×
et

1
Qs=35,625 ×1 × =38,723 liter/deti
0,92

Luas Petak 2 :
a = 2 cm =2 x 5000 cm = 10000 cm = 100 m
b = 4 cm =4 x 5000 cm = 20000 cm = 200 m
t = 2,5 cm = 2,5 x 5000 cm = 125000 cm = 125 m
a+b
Luas = xt
2

100+200
= x 125 = 25000 m2
2

= 2,5 ha

Debit Saluran = Efisiensi Saluran Sekunder : 8 %

100 %−8 %
es= = 0,92 %
100 %

q = 1 liter/detik

A=2,5Ha

1
Qs= A × q ×
et

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


75
Laporan Tugas Besar Irigasi

1
Qs=2,5× 1× =2,717 liter /detik
0,92

Jumlah Debit = Debit Petak Persegi Panjang 1 + Luas Petak Trapesium

= 38,723 + 2,717

= 41,44 liter/ detik

10. Petak 10

Luas Petak 1 = (7,3x5000) x (4x5000)

= 730.000.000 cm²
= 730.000 m²

= 73 Ha

Debit Saluran = Efisiensi Saluran Sekunder : 8 %

100 %−8 %
es= = 0,92 %
100 %

q = 1 liter/detik

A=73Ha

1
Q= A × q ×
et

1
Qs=73 × 1× =79,35 liter /detik
0,92

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


76
Laporan Tugas Besar Irigasi

SKEMA TATA LETAK BENDUNG

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


77
Laporan Tugas Besar Irigasi

Gambar 5.1 Skema Tata Letak Bendung


5.5 Perencanaan Dimensi Saluran Irigasi

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


78
Laporan Tugas Besar Irigasi

Berdasarkan perencanaan tata letak saluran dan bangunan serta


nomenklatur maka dibuat perencanaan dimensi saluran irigasi dengan
menggunakan tabel irigasi dan rumus strikler :

V = k. R2/3. I1/2

Q = V. A

A = b. h + m. h2

P = b +2h √ m2+1

A
R =
P

Keterangan :

Q = Debit Rencana (m3/dt) V = Kecepatan Aliran (m/dt)

A = Luas Basah (m2) m = Kemiringan Talud

h = Kedalaman Air (m) b = Lebar Saluran (m)

k = Koefesien Strikler R = Jari-Jari Hidrolis (m)

I = Kemiringan Saluran (m) P = Keliling Basa (m)

5.2.2.1. Perhitungan Dimensi Saluran Free Intake


 Dimensi Saluran Tersier PB.Brondong Ki
A = 20,80 Ha
Qt = 25,79 l/dt = 0,025 m3/dt
Dari tabel irigasi, didapat :
v = 0,30 m/dt
n =b:h=1
m =1
k = 42,5
Perhitungan
Q =vxA
Q 0,025 2
A = = =0,083 m
v 0,3

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


79
Laporan Tugas Besar Irigasi

b:h
=

=1
√ √
A
2
=
0,083
2
=0,20 m

b = 0,20
P = b+2h√ m2+12 =0,20+2∗0,20 √ 12 +12=0,76 m
A 0,083
R = = =0,109 m
P 0,76
2 2
v 0,30
I =( 2
) =( 2
) = 3,093x10-4 m
k R3 42,5 x 0,109 3

w
h
1

W = 0,30 m
Gambar Penampang Dimensi Saluran Tersier PB.Brondong Ki
5.2.2.2. Perhitungan Dimensi Saluran Primer
 Dimensi Saluran Primer Brd 1 Ka
A = 3,75 Ha
Qt = 4,65 l/dt = 0,004 m3/dt
Dari tabel irigasi, didapat :
v = 0,40 m/dt
n =b:h=1
m =1
k = 42,5
Perhitungan
Q =vxA
Q 0,004
A = = =0,01 m2
v 0,4

b:h
=

=1
√ √
A
2
=
0,01
2
=0,005 m

b = 0,005
P = b+2h√ m 2+12 =0,005+2∗0,005 √12 +12=0,019 m

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


80
Laporan Tugas Besar Irigasi

A 0,01
R = = =0,526 m
P 0,019
2 2
v 0,40
I =( 2
) =( 2
) = 1.44x10-4 m
k R3 42,5 x 0,526 3

w
h
1

W = 0,40 m
 Dimensi Saluran Primer Brd 2 Ka
A = 18 Ha
Qt = 22,32 l/dt = 0,022 m3/dt
Dari tabel irigasi, didapat :
v = 0,40 m/dt
n =b:h=1
m =1
k = 42,5
Perhitungan
Q =vxA
Q 0,022 2
A = = =0,055 m
v 0,4

b:h
=

=1
√ √
A
2
=
0,055
2
=0,027 m

b = 0,027
P = b+2h√ m2+12 =0,027+2∗0,027 √ 12 +12=0,103m
A 0,055
R = = =0,533 m
P 0,103
2 2
v 0,40
I =( 2
) =( 2
) = 1.43x10-4 m
3 3
kR 42,5 x 0,533

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


81
Laporan Tugas Besar Irigasi

w
h
1

W = 0,40 m

5.2.2.3. Perhitungan Dimensi Saluran Sekunder


 Dimensi Saluran Primer So.1.Ki
A = 49,95 Ha
Qt = 72,43 l/dt = 0,073 m3/dt
Dari tabel irigasi, didapat :
v = 0,40 m/dt
n =b:h=2
m =1
k = 42,5
Perhitungan
Q =vxA
Q 0,073 2
A = = =0,182m
v 0,4

b:h
=

=2
√ √
A
2
=
0,182
2
=0,091 m

b = 0,182
P = b+2h√ m 2+12 =0,182+2∗0,182 √ 12+12 =0,696 m
A 0,182
R = = =0 ,261 m
P 0,696
2 2
v 0,40
I =( 2
) =( 2
) = 2,3x10-4 m
k R3 42,5 x 0,261 3

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


82
Laporan Tugas Besar Irigasi

w
h
1

W = 0,40 m

N S. Qp v N m K h b A P R (m) I (m)
O Free (m3/dt) (m/dt (m) (m) (m2) (m)
Intake )
1 Free 25,79 0,30 1 1 42,5 0,20 0,20 0,083 0,76 0,109 0.0000
. Intake 3093
1
Analog Perhitungan Saluran Free Intake Brondong Tersebut, Dapat Diketahui :

Analog Perhitungan Saluran Primer Tersebut, Dapat Diketahui :

N S. Qp v N m K h b A P R (m) I (m)
O Primer (m3/dt) (m/dt (m) (m) (m2) (m)
)
1 Primer 4,65 0,40 1 1 42,5 0,00 0,00 0,01 0,019 0,526 0.0000
. 1 5 5 144
2 Primer 22,23 0,40 1 1 42,5 0,02 0,02 0,055 0,103 0,533 0,0000
2 7 7 140

Analog Perhitungan Saluran Sekunder Tersebut, Dapat Diketahui :

N S. Qp v N m K h b A P R (m) I (m)
O Sekunder (m3/dt) (m/dt (m) (m) (m2) (m)
)

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


83
Laporan Tugas Besar Irigasi

1 Sekunder 73,43 0,40 1 2 42,5 0,09 0,18 0,182 0,696 0,261 0.0000
. 1 1 2 230

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


84
Laporan Tugas Besar Irigasi

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN


6.1. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa :
a Jumlah kebutuhan air di daerah pertanian irigasi Bendung Sragi sangat
tinggi, seiring dengan luas lahan bakunya seluas 3,212 Ha, yang
digunakan untuk pertanian padi sawah.
b Jumlah ketersediaan air dihitung di daerah pintu air irigasi (saluran
primer) dihitung dengan mengukur panjang saluran dibagikan dengan
waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak tersebut, sehingga
diperoleh debit air irigasi pada saluran free intake pintu air sebesar 4,65
m3/s. Jika dibandingkan dengan debit air yang sampai ke daerah
pertanian Brondong, debit airnya sangat sedikit yaitu sebesar 3,75 m 3/s,
atau setara dengan 324000 m3/hari. Dari hasil pengukuran tersebut
ketersediaan air yang bisa sampai kedaerah pertanian irigasi Soangan
sangat besar, dengan debut air 35,96 m3/s maka tingkat kebutuhan air
yang banyak bagi daerah pertanian sudah tentu jumlah air tersebut sangat
kurang dan mempengaruhi tingkat perkembangan tanaman dan sistem
kerja masyarakatnya.
c Cara yang bisa digunakan untuk mengatasi tingkat kebutuhan air dengan
jumlah air yang tersedia adalah dengan cara petani harus rela untuk
menjaga air pada malam hari untuk mengurangi persaingan dalam 3,212
Ha memperebutkan air pada waktu siang, selain itu untuk mengatasi
keterbatasan air tersebut petani yang lebih dekat dengan saluran irigasi
akan diberi kesempatan untuk mengolah sawahnya lebih dulu kemudian
diikuti oleh areal sawah lain yang jaraknya lebih jauh dari saluran irigasi.
Para petani juga turut memperhatikan bagaimana tingkat curah hujan
yang akan datang, dimana berdasarkan data curah hujan yang diperoleh
curah hujan yang maksimal bisa di dapat pada bulan Agustus, September,
Oktober, November sehingga pada saat tersebut para petani bisa
mempertimbangkan lahannya untuk diolah.

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


85
Laporan Tugas Besar Irigasi

6.2. Saran
a. Kebutuhan air untuk penggunaan lahan di daerah irigasi Bendung Sragi
sangat banyak, untuk memenuhi kebutuhan air tersebut diperlukan jumlah
air yang banyak juga. Kebutuhan air untuk pengolahan lahan ditentukan
sebesar 324000 m3/hari, sedangkan untuk penggunaan konsumtif sebesar
3106994 m3/hari. Untuk memberikan hasil panen yang memuaskan para
petani harus memenuhi kebutuhan air tersebut, untuk itu dibutuhkan
tenaga dan keterampilan yang lebih besar dari para petani.
b. Jumlah ketersediaan air yang sampai ke daerah pertanian Sragi sebesar
3106994 m3/hari, kebutuhan air tak akan bisa tercapai. Untuk itu
diperlukan upaya untuk menambah debit air yang bisa sampai ke daerah
pertanian degan cara memperbesar saluran irigasi untuk bisa menampung
jumlah air yang mengalir, memperbaiki saluran irigasi agar tidak gampang
longsor pada saat hujan turun serta debit airnya berlebihan.
c. Disini peran pemerintah sangat dibutuhkan, dengan memperbaiki saluran
irigasi serta meningkatkan tanggung jawab dalam ke ikut sertaan petugas
pengairan dalam menjaga fasiliitas pengairan demi kelancaran debit air
yang mengalir. Selain itu jumlah air yang digunakan untuk instansi
perikanan tersebut bisa dikurangi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
petani di daerah irigasi Soangan.

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


86
Laporan Tugas Besar Irigasi

BAB VII

PENUTUP

Sebagai manusia biasa saya menyadari bahwa dalam mengerjakan laporan


tugas ini masih terdapat banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Hal ini tidak
terlepas dari keterbatasan kemampuan saya dalam mengerjakan laporan tugas ini.
Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari semua pihak guna untuk memperbaiki laporan tugas selanjutnya.

Akhir kata saya ucapkan terima kasih dan semoga laporan tugas ini dapat
bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa pada umumnya.

ANANDA AURELLIE SURYA PUTRI (30202000224)


87

Anda mungkin juga menyukai